identifikasi resiko jatuh pada lansia di panti tulis ilmiah (alfi… · panti dalam melaksanakan...

80
IDENTIFIK SO Diajukan Sebagai s III K KEMENT PO KASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI OSIAL TRESNA WERDHA MINAULA KOTA KENDARI TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH salah satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pro Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari OLEH : ALFINDRA NIM.P00320013036 TRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDON OLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2016 I PANTI ogram Diploma i NESIA

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

49 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI

SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA

Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma

III Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI

SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA

KOTA KENDARI TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma

III Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH :

ALFINDRA NIM.P00320013036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2016

IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI

Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma

III Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kendari

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Page 2: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam
Page 3: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam
Page 4: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

MOTTO

Setiap jiwa yang dilahirkan telah tertanam dengan benih untuk mencapai

keunggulan hidup. Tetapi benih tidak akan tumbuh seandainya tidak dibijaki

dengan keberanian.

Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat dalam

hal positif, maka jaminan bagi orang itu adalah tidak akan menemukan kemajuan

walau selangkah sekalipun

Syukurilah kesulitan. Karena terkadang kesulitan menghantar kita pada hasil yang

lebih baik dari apa yang kita bayangkan

Setiap orang memiliki potensi yang sama untuk sukses. Perbedaannya adalah

seberapa besar usaha dan motivasi kita untuk mampu mengalahkan setiap

hambatan

Ingatlah. Ketika kamu memutuskan berhenti untuk mencoba, saat itu juga kamu

memutuskan untuk gagal.

Hidup bukan tentang mendapatkan apa yang kamu inginkan, tetapi tentang

menghargai apa yang kamu miliki, dan sabar menanti yang akan menghampiri.

Kupersembahkan Karya Tulisku ini Untuk Kedua Orang

Tuaku, Almamaterku, Nusa Bangsa dan Negaraku

Sebagai Ungkapan Rasa Terimakasihku.

Page 5: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

ABSTRAK

Alfindra (P00320013036) “Identifikasi Resiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kandari Tahun 2016” dibawah bimbingan Ibu Reni Devianti U, M.Kep., SP.KMB dan Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns,M.Kes (xiii+ VI + 56 + 7 + 10). Resiko jatuh adalah peningkatan kerentanan seseorang untuk jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik.. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lansia yang beresiko jatuh berdasarkan kondisi fisik yaitu keseimbangan, kesulitan berjalan pada lansia dan penggunaan alat bantu yang sesuai skor yang diperoleh berdasarkan kategori berg scale di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016 dengan pendekatan deskriptif yang dilaksanakan pada tanggal 11-19 juni 2016. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 84 orang dan sampel yang diambil dengan tehknik Total Sampling, jumlah sampel 73 orang responden. Hasil penelitian ini frekuensi tertinggi adalah resiko jatuh sebanyak 38 orang (52,05%) dan frekuensi terendah adalah tidak beresiko jatuh sebanyak 35 orang (47,95%). Hasil penilaian keseimbangan sebanyak 35 orang (47,95%) tidak beresiko jatuh dan 38 orang (52,05%) beresiko jatuh. Hasil penilaian kemampuan berjalan sebanyak 35 orang (47,95%) tidak beresiko jatuh dan sebanyak 38 orang (52,05%) beresiko jatuh. Saran bagi Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari agar lebih ditingkatkan kinerja petugas panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam pelaksanaan pencegahan jatuh kepada lansia benar-benar memberikan alat bantu yang sesuai syarat kesehatan dan melihat dari pada kondisi fisik lansia tesebut. Kata Kunci : Resiko Jatuh, Gangguan Keseimbangan, Kesulitan

Berjalan dan Lansia DaftarPustaka :11 (2008-2016)

Page 6: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya dengan judul “Identifikasi Resiko Jatuh pada Lansia di

Panti Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016”. Penelitian ini

disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan program Diploma III (DIII) pada Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan Keperawatan.

Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada

ayahanda tercinta Mansur dan Ibunda tercinta Sunia yang telah membesarkan dan

mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan tiada henti, juga

kepada saudaraku yang tersayang yang selalu memberi dukungan, dan perhatian

serta keluarga besar atas bantuan moril maupun material, motivasi, dukungan, dan

cinta kasih yang setulusnya serta doanya demi kesuksesan studi penulis jalani

selama menuntut ilmu sampai selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini telah melewati proses dan

perjalanan panjang, penulis banyak mendapat bantuan, petunjuk, bimbingan, dari

berbagai pihak sehingga masalah yang penulis alami selama proses penulisan ini

dapat teratasi.

Page 7: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

Oleh karena itu, pada kesempatan ini juga penulis menghaturkan rasa

terimakasih kepada Ibu Reni Devianti U.,M.Kep.,SP.Kep.MB sebagai

pembimbing I dan Bapak Indriono Hadi.,S.Kep.,Ns.M.Kes sebagai pembimbing II

yang dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis dan atas segala

pengorbanan waktu dan fikiran selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih

kepada yang terhormat :

1. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes Selaku Direktur Poltekkes Kendari.

2. Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

3. Ibu Dra. Cristiana Junus Selaku Kepala Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kota Kendari.

4. Bapak dan ibu dewan penguji yaitu Bapak Abdul Syukur Bau, S.Kep,Ns,

MM selaku panguji I, Ibu Dali, SKM,M.Kes selaku penguji II, Bapak

Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku penguji III.

5. Seluruh Dosen dan Staff pengajar Politeknik Kementerian Kesehatan

Kendari khususnya Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kendari.

6. Terima kasih penulis ucapkan kepada saudara tersayang Megit, SH. Yang

selalu memberikan semangat, masukan, serta motivasi kepada penulis

dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Page 8: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

7. Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan saya

kelas III A. dan kelas III B.

Penulis menyadari bahwa semua yang tertuang dalam proposal ini

masih jauh dari kesempurnaan, namun semoga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, Juni 2016

Penulis

Page 9: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Lansia ................................................ 8 B. Tinjauan Umum Tentang Resiko Jatuh pada Lansia ................. 21 C. Upaya Pelayanan Kesehatan pada Lansia ................................... 27

BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran ......................................................................... 32 B. Kerangka Fikir/Konsep Penelitian .............................................. 33 C. Variabel Penelitian ...................................................................... 34 D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................... 34

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................... 36 B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 36 C. Populasi dan Sample ................................................................... 36 D. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 38 E. Instrumen Penelitian dan Jenis Data ........................................... 39 F. Pengolahan Data ......................................................................... 39 G. Analisa Data ................................................................................ 40 H. Penyajian Data ............................................................................ 40

Page 10: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................... 41 B. Pembahasan ................................................................................ 48

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 55 B. Saran ........................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Wisma Tempat MenelitiDi Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016........................................................ 43

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Umur Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016................................................................................ 44

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016.................................................................... 45

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Keseimbangan Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016.................................................................... 45

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Kemampuan Berjalan Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016...................................................... 46

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Resiko Jatuh Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016.................................................................... 46

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Penggunaan Alat Bantu Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016.......................................... ... 47

Page 12: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal

2. Surat Permintaan Persetujuan Menjadi Responden

3. Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden (Informend Concent)

4. Lembar Observasi Penelitian

5. Surat Pengantar Penelitian Dari Institusi

6. Surat Pengantar Penelitian Dari Balitbang

7. Master Tabel Identifikasi Resiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016

8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

9. Surat Keterangan Bebas Pustaka

Page 13: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun ke atas

(Undang-Undang No.13, 1998, dalam Padila, 2013). Aging process (proses

penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar,

dan ini akan dialami oleh semua orang yang diberikan umur panjang, hanya

cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

Perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua dan

akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun

(Khalid, 2012)

Menurut perkiraan dari biro sensus Amerika Serikat, jumlah populasi

lansia diproyeksikan akan naik 414%, suatu angka tertinggi diseluruh dunia

lebih dari 500 juta lanjut usia (Lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan

diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 akan mencapai 1.2 Miliyar.

Berdasarkan survei masyarakat di Amerika Serikat didapatkan sekitar 30 %

lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya. Kejadian jatuh pada

lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik (Nugroho, 2012).

Jika dilihat berdasarkan sebaran wilayah atau daerah kependudukan

lanjut usia, persentase yang ditemukan menurut provinsi penduduk lansia di

atas 10% sekaligus paling tinggi ada di Provinsi Yogyakarta (13,04%), Jawa

Timur (10,40%) dan Jawa Tengah ( 10,34%) adapun di Sulawesi Tenggara

(5,83%). Perubahan struktur penduduk mempengaruhi angka beban

ketergantungan, terutama bagi penduduk lansia sehingga menyebabkan angka

Page 14: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

ketergantunga lansia menjadi meningkat (Susenas dan Badan Pusat Statistik

RI, 2012).

Berbagai gangguan kondisi kesehatan dapat dialami oleh lansia hal

tersebut rentang menyebabkan jatuh pada lansia. Jatuh merupakan salah satu

isu utama untuk masalah kesehatan pada lanjut usia (Azizah, 2011).

Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan

bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuhpun menurun. Jatuh

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor intrinsik dimana

terjadinya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,

langkah yang pendek-pendek, kekakuan sendi, kaki tidak dapat menapak

dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak, sedangkan faktor ekstrinsik

diantaranya lantai yang licin dan tidak merata, tersandung oleh benda-benda,

kursi roda yang tidak terkunci, penglihatan kurang, dan penerangan cahaya

yang kurang terang cenderung gampang terpeleset atau tersandung sehingga

dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia (Nugroho, 2012).

Jatuh dan kecelakaan pada lansia merupakan penyebab kecacatan

yang utama pada lansia. Jatuh adalah kejadian secara tiba-tiba dan tidak

disengaja yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk

dilantai. Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang sedang diderita,

seperti hipertensi, stroke, sakit kepala/pusing, nyeri sendi, reumatik dan

diabetes. Perubahan-perubahan akibat proses penuaan seperti penurunan

pendengaran, penglihatan, status mental, lambatnya pergerakan, hidup sendiri,

kelemahan otot kaki bawah, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan.

Page 15: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang, benda-benda dilantai

(tersandung karpet), tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air

yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin serta alat bantu jalan yang

tidak tepat. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah yang sering terjadi pada

lansia (Maryam, 2010).

Ada banyak faktor yang berperan dalam kejadian jatuh pada lanjut

usia, baik faktor intrinsik yang berasal dari dalam diri lanjut usia itu sendiri

dan faktor ekstrinsik yang berasal dari luar diri lanjut usia (Hendra, 2012).

Faktor instrinsik antara lain, gangguan gaya berjalan, kekakuan sendi,

kelemahan otot ekstermitas bawah, sinkope dan lain-lain. Sedangkan faktor

ekstrinsik yaitu, lingkungan rumah yang berbahaya misalnya cahaya ruangan

yang buruk, lantai yang licin, tersandung benda-benda dan lain sebagainya.

Selain itu jatuh disebabkan oleh faktor-faktor yag sukar di ketahui, misalnya

pengaruh makanan (Azizah, 2011).

Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian

jatuh pada lansia. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya jatuh pada lansia, mengidentifikasi faktor risiko dilakukan untuk

mencari adanya faktor intrinsik risiko jatuh, keadaan lingkungan rumah yang

berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penilaian

keseimbangan dan gaya berjalan dilakukan untuk berpindah tempat dan

pindah posisi, penilaian postural sangat diperlukan untuk mengurangi faktor

penyebab terjadinya risiko jatuh, serta mengatur atau mengatasi fraktur

Page 16: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

situasional dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaaan rutin kesehatan

lansia secara periodik (Maryam, 2010).

Kejadian jatuh yang dialami lanjut usia biasanya akan menimbulkan

komplikasi-komplikasi (Azizah, 2011). Meskipun komplikasi itu ringan tetapi

akan memberatkan (Darmojo, 2011). Menurut Azizah (2011), komplikasi dari

jatuh, yaitu patah tulang, hematoma, kecacatan dan kematian. Sekitar 30%

lanjut usia di dunia yang tinggal di komunitas pernah terjatuh (Stanley, 2007).

Di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan

oleh Riyadina (2009), didapatkan proporsi cedera akibat jatuh pada lanjut usia

(60 tahun keatas) sekitar 70,2%. Ada 9 propinsi yang memiliki angka kejadian

jatuh pada lanjut usia melebihi angka kejadian jatuh secara nasional.

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas

berjalan, naik atau turun tangga, merubah posisi atau saat lansia dengan

banyak kegiatan dan olahraga yang menyebabkan kelelahan. Penyebab jatuh

pada lansia juga bisa karena penyakit yang diderita seperti Parkinson,

osteoporosis, stroke dan lain-lain.

Sedangkan faktor dari lingkungan adalah lantai yang licin, jalan yang

tidak rata, pencahayaan yang kurang, dan tidak adanya handraill pada tangga.

Jika lansia mengalami jatuh tentu akan menimbulkan masalah baru dan

berdampak pada kesehatan lansia. Akibat dari jatuh adalah terjadi cidera

kepala, cidera jaringan lunak dan fraktur. Komplikasi dari fraktur jika tidak

ditangani dengan tepat adalah timbulnya dekubitus akibat tirah baring yang

berkepanjangan, perdarahan, trombosis vena dalam, emboli paru, infeksi

Page 17: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

pneumonia atau infeksi saluran kencing akibat tirah baring lama,gangguan

nutrisi, dan sebagainya (Ariawan, Kuswardhani, & Aryana, 2010).

Berdasarkan data dari pusat informasi kesehatan Republik Indonesia

tentang lansia pada tahun 2013 tentang penyakit ke dua terbanyak pada lansia

adalah atritis dengan presentasi 5,2%, diikuti penyakit terbanyak berikutnya

ialah stroke dengan presentasi 33% dan gagal jantung sebanyak 0,7%

berdasarkan data dari penyakit yang diderita lansia dapat menyebabkan

gangguan kemampuan pada lansia untuk berdiri atau bergerak sehingga

membuat lansia rentang mengalami jatuh.

Berdasarkan data di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari,

yaitu jumlah lansia sebesar 93 orang, dengan klasifikasi jenis kelamin laki-laki

sebanyak 44 orang dan perempuan 49 orang. Sedangkan data menurut petugas

poliklinik Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari, menjelaskan bahwa 5

penyakit dominan yang dialami oleh lansia berdasarkan urutan yaitu

diantaranya : Osteoarthritis (Reumatik), Hipertensi, Stroke, Dermatitis, dan

Gastritis dimana penyakit tersebut berpotensi menyebabkan resiko jatuh pada

lansia dan untuk jumlah kematian lansia dari tahun 2015 hingga Januari 2016

berjumlah 2 orang. (Februari, 2016)

Berdasarkan data survey awal dengan menggunakan metode Berg

yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 maret 2016 kepada 10 orang

lansia didapatkan hasil bahwa 7 orang beresiko jatuh dengan rincian ialah 2

orang diantara mereka harus memakai kursi roda, dan 5 diantara mereka yang

berjalan perlu memerlukan/membutuhkan bantuan dan hanya 3 orang yang

Page 18: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

mandiri/independent . Berdasarkan hal tersebut maka perlu perhatian dan

sangat penting untuk mengidentifikasi resiko jatuh pada lansia sehingga

berdasarkan hasil penelitian ini nantinya akan dilakukan berbagai upaya untuk

pencegahan jatuh pada lansia.

Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengangkat judul “Identifikasi Resiko Jatuh pada Lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari”, dengan salah satu

intervensi atau karya inovasi memberikan latihan keseimbangan Berg.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Identifikasi Resiko Jatuh pada Lansia di Panti Posial Tresna Merdha

Kota Kendari ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi resiko jatuh pada lansia di Panti Sosial Tresna Merdha

Kota Kendari

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi gangguan keseimbangan pada lansia di

PSTW Minaula Kota Kendari .

b. Untuk mengidentifikasi kesulitan berjalan pada lansia di PSTW

Minaula Kota Kendari.

Page 19: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petugas Kesehatan/Isntansi Terkait

Sebagai bahan masukan untuk pengambilan kebijakan kepada panti

sosial tresna werdha minaula kota kendari dalam rangka mencegah

terjadinya angka kejadian jatuh pada lansia.

2. Bagi Masyarakat Khususnya (Lansia) Yang Teridentifikasi Beresiko

Jatuh.

Memberikan informasi dan menambah pengetahuan untuk pencegahan

jatuh

3. Bagi Profesi keperawatan

Memberikan masukan kepeda profesi keperawatan dalam penegakan

intervensi keperawatan yang tepat

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan referensi untuk mengembangkan penelitian

ini.

Page 20: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999).

Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang

kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 Tahun (Maryam, 2011).

Menurut UU RI No. 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang

berusia 55 tahu keatas (Fatimah, 2010)

Lansia adalah tahapan dimana individu ada pada usia tertentu,

yang dikategorikan sebagai lansia awal (young old) antara 65 sampai 74

tahun, lansia pertengahan (middle old) antara 75 sampai 84 tahun dan

lansia akhir ( old-old) 85 tahun atau lebih (Miller, 2012). Menjadi lansia

atau menjadi tua tidak bisa dihindari, karena akan terjadi pada setiap

orang. Pada lansia akan mengalami proses degeneratif (kemunduran) atau

terjadi perubahan baik fisik, psikologis, dan sosial (Miller, 2012).

Page 21: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

2. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai

berikut.

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13

tentang kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spritual, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam,2011).

3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia:

a. Pralansia (prasenilis)

Seorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)

Page 22: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

(Maryam,2011)

4. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkugan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya

(Nugroho,2000). Tipe tersebut dapat dijabarakan sebagai berikut :

a. Tipe arif bijaksaja

Lansia tipe ini kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,

rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi

panutan.

b. Tipe mandiri

Lansia tipe ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan yang

baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan

memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas

Lansia tipe ini selalu mengalami konflik lahir batin menantang proses

penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,

sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

Page 23: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

d. Tipe pasrah

Lansia tipe ini menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruksi, tipe

dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan, dan

serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam

melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri)

(Maryam,2011).

5. Batasan-batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda,

umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli

tentang batasan usia adalah sebagai berikut :

a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

b. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Guru besar

universitas gajah mada fakultas kedokteran, periodisasi biologi,

perkembangan manusia di bagi menjadi :

Page 24: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

1) Masa bayi (usia 0-1 tahun)

2) Masa prasekolah (usia 1-6 tahun )

3) Masa sekolah (usia 6-10 tahun)

4) Masa pubertas (usia 10-20 tahun)

5) Masa setengah umur, prasenium (40-65 tahun)

6) Masa lanjut usia, senium (usia > 65 tahun)

c. Menurut Dra. Ny. Jos masdani, psikologi dari Universitas Indonesia,

kedewasaan di bagi menjadi empat bagian :

1) Fase iuventus (usia 25-40 tahun)

2) Fase vertilas (usia 40-50 tahun)

3) Fase prasenium (usia 55-65 tahun)

4) Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia )

d. Menurut Prof. DR. Koesoemanto setyonegoro, Sp.Kj. batasan usia

dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi :

1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun

2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturasi usia 25-60/65

tahun

3) Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun terbagi atas :

a) Young old (usia 70-75 tahun)

b) Old (usia 75-80 tahun)

c) Very old (usia > 80 tahun)

Page 25: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

e. Menurut Boe (1996), bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai

berikut :

1) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)

2) Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun)

3) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun )

4) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)

5) Masa dewasa sangat lanjut ((usia > 75 tahun)

f. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia ada dua tahap :

1) Early old age (usia 60-70 tahun)

2) Advanced old age (usia >70 tahun)

g. Menurut Burnsie (1979), ada empat tahap lanjut usia yaitu :

1) Young old (usia 60-69 tahun)

2) Middle age old (usia 70-79 tahun)

3) Old-old (usia 80-89 tahun)

4) Very old-old (usia >90 tahun)

h. Menurut sumber lain, mengemukakan :

1) Elderly (usia 60-65 tahun)

2) Junior old age (usia > 65-75 tahun)

3) Formal old age (usia >75-90 tahun)

4) Longervity old age (usia >90-120 tahun) (Kushariyadi, 2010).

Page 26: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

6. Teori-teori Penuaan

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan

dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup.

Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan.

a. Penuaan Biologik

Merujuk pada perubahan struktur dan fungsi tubuh yang terjadi

sepanjang kehidupan (Zarit, 1980).

b. Penuaan Fungsional

Merujuk pada kapasitas individual mengenai fungsinya dalam

masyarakat, dibandingkan dengan orang lain yang sebaya (Birren,

Runner, 1977).

c. Penuaan Psikologik

Perubahan prilaku, perubahan dalam persepsi diri, dan reaksinya

terhadap perubahan biologis (Gress, Bahr, 1984)

d. Perubahan Sosiologik

Merujuk pada peran dan kebiasaan sosial individu di masyarakat

(Birren Renner 1977).

e. Penuaan Spritual

Merujuk pada perubahan diri pada persepsi diri, cara berhubungan

dengan orang lain atau menempatkan diri di dunia dan pandangan

dunia terhadap dirinya (Stallwood, Stoll. 1975) (Fatimah,2010).

Page 27: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

7. Perubahan Fisiologis Tubuh pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial,

dan psikologis.

a. Perubahan Fisik.

1) Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh

menurun,dan cairan intraseluler menurun.

2) Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan kaku, kemampuan

memompa darah menurun (menurunnya kontraksi

dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun,

serta meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer sehingga tekanan darah meningkat.

3) Respirasi : kekuatan otot-otot pernafasan menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu

meningkat sehingga menarik napas lebih berat,

alveoli melebar dan jumlahnya menurun,

kemampuan batuk menurun, serta terjadi

penyempitan pada bronkus.

4) Persarafan : saraf panca indera mengecil sehingga fungsinya

menurun serta lambat dalam merespon dan waktu

bereaksi khususnya yang berhubungan dengan

stres, sehingga menyebabkan berkurangnya

respons motorik dan refleks.

5) Muskuluskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh

Page 28: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

(osteoporosis), bugkuk (kifosis), persendian

membesar dan kaku (atrofi otot), kram, tremor,

tendon mengerut, dan mengalami sklerosis.

Penurunan pada masa tulang dapat disebabkan

karena ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal,

dan resorpsi tulang efek dari penurunan tulang

adalah tulang menjadi lemah, vetebra lebih lunak

dan dapat tertekan, serta tulang berbatang panjang

kurang dapat menahan sehingga mengakibatkan

fraktur, massa, tonus, dan kekuatan otot menurun.

Perubahan-perubahan berkenaan dengan proses penuaan normal yang

memperbesar resiko jatuh adalah perubahan postur, penurunan reaksi

waktu, penurunan kekuatan otot, kekuatan sendi, dan

terbatasnya/menurunnya penglihatan (Maryam, 2011).

Tabel 2.1. Perubahan sistem muskuluskeletal pada penuaan.

Perubahan Normal Terkait Usia Implikasi Klinis

1. Penurunan tinggi badan,

progresif yang disebabkan

oleh penyempitan diskus

intervetebra.

2. Kekakuan rangka tulang

dada pada keadaan

mengembang.

1. Postur tubuh bungkuk

dengan penampilan barrel-

chest.

2. Peningkatan resiko jatuh.

Page 29: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

3. Penurunan produksi tulang

kortikal dan trabekular.

4. Waktu untuk kontraksi dan

relaksasi muskular

memanjang.

5. Kekakuan ligamen dan

sendi.

3. Kontur tubuh yang tajam,

pengkajian status hidrasi

sulit dan penurunan

kekuatan otot.

4. Perlambatan waktu untuk

bereaksi.

5. Peningkatan resiko cidera

(Mickey Stanley dan

Patricia gauntlett Beare,

2006).

6) Gastrointestinal : esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar

menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya

absorsi juga ikut menurun, ukuran lambung

mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun

sehingga menyebabkan berkurangnya produksi

hormon dan enzi pencernaan.

7) Genitourinaria : ginjal: mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,

penyaringan di glumerulus menurun, dan fungsi

tubulus menurun sehingga kemampuan

mengonsentrasi urine ikut menurun.

8) Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan

Page 30: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

retensi urine. Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.

9) Pendengaran : membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran, tulang-tulang pendengaran

mengalami kekakuan.

10) Penglihatan : respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap

gelap menurun, akomodasi menurun, lapang

pandang menurun, dan katarak.

11) Endokrin : produksi hormon menurun.

12) Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.

Rambut dalam hidung dan telinga menebal,

elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut

memutih (uban), kelejar keringat menurun, kuku

keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh

berlebihan seperti tanduk.

13) Vagina : selaput lendir mengering dan sekresi menurun.

b. Perubahan Sosial.

1) Peran : permpuan singel, menempatkan sindrom kekuatan,

dan induk singel.

2) Keluarga : kesendirian, dan kehampaan (emptiness)

3) Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul

perasaan kapan akan meninggal. Berada di rumah

terus menerus akan cepat pikun (tidak

berkembang).

Page 31: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

4) Penyalagunaan : kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan

nonverbal (dicubit, tidak di beri makan).

5) Masalah hukum : berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan

pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

6) Pensiun : kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana

pensiun). Kalau tidak ada, anak dan cucu yang

akan memberi uang.

7) Ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerajaan yang

cocok bagi lansia dan jaminan sekuritas

pendapatan untuk ketenangan batin.

8) Rekreasi : untuk ketenangan batin.

9) Keamanan : jatuh, dan terpeleset

10) Trasportasi : kebutuhan akan sistem trasportasi yang cocok bagi

lansia.

11) Politik : kesempatan yang sama untuk terlibat dan

memberikan masukan dalam sistem politik yang

berlaku.

12) Pendidikan : berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan

kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak

asasi manusia.

13) Agama : melaksanakan ibadah.

14) Panti jompo : merasa dibuang/diasingkan.

Page 32: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

c. Perubahan Psikologis

1) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada

orang lain.

2) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk

melakukan berbagia perubahan besar dalam pola hidupnya.

3) Menetukan kondisi hidup sesuai dengan perubahan status ekonomi dan

kondisi fisik

4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah

meninggal atau pergi jauh atau cacat.

5) Mengmbangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang

semakin bertambah.

6) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang

dewasa.

7) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus

direncanakan untuk orang dewasa.

8) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk lansia

dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang berat

dengan yang lebih cocok.

9) Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh para penjual obat, buaya darat

dan kriminalitas karena mereka tidak sanggup lagi untuk

mempertahankan diri ( Maryam, 2011).

Page 33: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

B. Tinjauan Umum Tentang Resiko Jatuh pada Lansia

1. Pengertian Resiko Jatuh

Resiko jatuh adalah peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat

menyebabkan bahaya fisik (Heather Herdman, 2010).

2. Faktor Resiko Jatuh pada Lansia

Beberapa faktor resiko jatuh yang dapat meningkatkan jatuh pada

lansia berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :

a. Faktor intrinsik, yang meliputi :

1) Fisiologis

a) Gangguan keseimbangan

b) Kesulitan gaya berjalan

c) Gangguan mobilitas fisik

d) Kesulitan melihat

e) Vertigo saat menolehkan lehar

2) Kognitif

a) Penurunan status mental

b. Faktor ekstrinsik, yang meliputi :

1) Lingkungan fisik

a) Lantai licin

b) Pencahayaan yang redup

c) Medan atau lantai yang tidak rata

Page 34: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

2) Alat bantu gerak

a) Protesis ekstremitas bawah

b) Penggunaan alat bantu (misalnya : walker atau tongkat)

c) Penggunaan kursi roda

3) Medikasi

a) Anti hipertensi

b) Diuretik

c) Anti ansietas (Heather,Herdman. 2010)

3. Masalah Kesehatan yang Lazim Terjadi pada Lansia

Menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit, tetapi suatu proses

perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan

beradaptasi berkurang/menurun sehingga lansia akan mengalami masalah

kesehatan yang sering diderita dan ditemukan. dimana beberapa masalah

tersebut yaitu :

a. Imobilisasi

b. Instabilisasi (mudah jatuh)

c. Intelektualitas terganggu (demensia)

d. Isolasi (depresi)

e. Inkontinensia

f. Impotensi

g. Imunodefisiensi

h. Infeksi mudah terjadi

i. Impaksi (konstipasi)

Page 35: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

j. Insomnia

k. Gangguan pada (impairment of) ;

1) Penglihatan

2) Pendengaran

3) Penciuman

4) Komunikasi

5) Integritas kulit

6) Inaniation (malnutrisi).

4. Dampak Jatuh pada Lansia

Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi.

Penyebabnya multi-faktor. Banyak yang berperan didalamnya, baik

faktor intrinsik maupun ekstrinsik. Misalnya : gangguan gaya berjalan,

kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau

pusing.

Untuk faktor ekstrinsik misalnya: lantai licin dan tidak rata,

tersandung benda, penglihatan yang kurang karena pencahayaan yang

kurang terang dan sebagainya (Nugroho, 2008). Kejadian jatuh pada

yang di alami lansia biasanya akan menimbulkan komplikasi-komplikasi

(Azizah, 2011). Jika lansia mengalami jatuh tentu akan menimbulkan

masalah baru dan berdampak pada kesehatan lansia itu sendiri akibat dari

jatuh adalah cidera kepala, cidera jaringan lunak, dan fraktur.

Komplikasi dari fraktur jika tidak ditangani dengan cepat akan

menimbulkan dekubitus akibat tirah baring yang berkepanjangan,

Page 36: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

perdarahan, trombosis vena dalam, emboli varu, infeksi pneumonia atau

infeksi saluran kencing akibat tirah baring lama, gangguan nurtisi dan

sebagainya (Ariawan, Kuswardhani, dan Aryana, 2010).

Pada lansia yang mengalami jatuh berulang-ulang dapat juga

mengalami gangguan kognitif, tidak kooperatif, tidak mampu untuk

menerima atau beradaptasi. Konsekuensi lain dari jatuh adalah hilangnya

kemandirian dan pengendalian, ansietas, menarik diri dari kegiatan

sosial, sindroma setelah jatuh (menggenggam dan mencengkram),

falafobia (fobia jatuh), depresi, perasaan rentan dan rapuh, perhatian

tentang kematian dan menjelang ajal, menjadi beban keluarga dan teman-

teman, atau memerlukan institusionalisasi (Mikey Stanley dan Batricia

Gauntlett Beare, 2006).

5. Cara Mengidentifikasi Resiko Jatuh pada Lansia

Dalam mengatasi masalah jatuh yang sering di derita lansia,

sebelum melakukan pencegahan terlebih dulu mengidentifikasi

kemungkinan yang dapat menyebabkan jatuh. Ada bebeapa metode

instrumen yang digunakan dalam mengidentifikasi resiko jatuh

diantaranya :

a. Metode penilaian keseimbangan Morse Fall Scale (MFS) dengan

menggunakan 6 item penilaian (Balance teks). Interpretasi score :

1) MFS 0-24 = memiliki resiko jatuh tidak ada sehingga yang

diperlukan hanya perawatan dasar tang baik.

Page 37: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

2) MFS 25-50 = memiliki resiko jatuh rendah dan perlu melakukan

pencegahan sekunder.

3) MFS 51 keatas = memiliki resiko jatuh tinggi dan perlu

melakukan pencegahan jatuh tinggi.

b. Metode penilaian keseimbangan Berg Balance Scale (BBS) dengan

menggunakan14 item penilaian (Balance test). Interpetasi score :

1) BBS 0-20 = harus memakai kursi roda

2) BBS 21-40 = berjalan dengan memerlukan bantuan

3) BBS 41-56 = mandiri/independent (Eka Ediawati, 2012).

Dalam skala Berg terbagi atas dua item test skala Berg yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi keseimbangan yaitu menggunakan

item pertanyaan nomor: (1) duduk ke berdiri, (2) berdiri tanpa penunjang,

(3) duduk tanpa penunjang, (4) berdiri ke duduk, (6) berdiri dengan mata

tertutur (7) berdiri dengan kaki rapat, (9) mengambil barang dari lantai

dan (10) menoleh ke belekang. Dimana kemampuan keseimbangan

adalah kemampuan seseorang (lansia) untuk dapat berada pada posisi

yang seimbang saat berada pada posisi duduk, bangkit dari posisi duduk,

posisi berdiri ke duduk, dan posisi berputar yang diukur dengan test

keseimbangan pada skala Berg. serta untuk mengidentifikasi kemampuan

berjalan yaitu menggunakan item pertanyaan nomor : (5) transfer, (8)

menjangkau ke depan dengan tangan, (11) berputar 3600, (12)

menempatkan kaki bergantian dibangku, (13) berdiri dengan satu kaki

didepan dan (14) berdiri dengan satu kaki. Dimana kemampuan berjalan

Page 38: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

adalah ke kemampuan seseorang (lansia) dalam melakukan fungsi

berjalan yang meliputi kemampuan untuk memulai melangkah,

mengangkat kaki, melangkah dengan keseimbangan yang diukur dengan

menggunakan skala keseimbangan Berg.

6. Pencegahan Jatuh pada Lansia

Lanjut usia harus dicegah agar tidak jatuh dengan cara

mengidentifikasi resiko jatuh menilai, dan mengawasi keseimbangan dan

gaya berjalan, mengatur serta mengatasi faktor situasional. Metode yang

baik dan sederhana yang digunakan untuk mencegah kemungkinan jatuh

pada klien lanjut usia adalah dengan menggunakan metode

keseimbangan Berg atau Berg Balance Scale (BBS) mengukur

keseimbangan statis dan dinamik secara objektif yang terdiri dari 14 item

tugas keseimbangan (balance teks) yang umum dalam kehidupan sehari-

hari (Eka Ediawati, 2012).

Pencegahan jatuh juga dapat dilakukan dengan melakukan

intervensi keperawatan diantaranya :

a. Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik pasien yang dapat

meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu

b. Mengidentifikasi perilaku dan faktor resiko jatuh

c. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat

meningkatkan potensi untuk jatuh (misalnya, lantai licin dan tangga

terbuka)

Page 39: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

d. Membantu ke toilet sesering kali

e. Menyediakan pegangan tangan

f. Pelatihan keseimbangan

g. Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat bantu

berjalan

h. Memantau kemampuan untuk mentransfer

i. Memantau kemampuan berjalan

j. Memberikan pencahayaan yang memadai

k. Menyediakan permukaan nonslip/anti tergelincir dan sebagainya

(Heather Herdman, 2010).

C. Upaya Pelayanan Kesehatan pada Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi pendekatan, dan

jenis pelayanan kesehatan yang diterima ialah sebagai berikut :

1. Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan

adalah sebagai berikut :

a. Menikmati hasil pembangunan

b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan.

c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal.

d. Lansia turut memilih kebijakan.

e. Memberikan perawatan di rumah.

f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah.

g. Mendorong ikatan akrab antakelompok/anta generasi

Page 40: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia.

i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya.

j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia.

2. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya

kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencegahan (prevention),

diagnosis dini dan pengobatan (early diagnosis and prompt treatment),

pembatasan kecatatan (disability limitation), serta pemulihan

(rehabilitation).

a. Promotif

Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan

tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses

advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga

profesional, dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang

positif menjadi norma-norma sosial.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai

berikut :

1) Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi

kejadian Jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah,

meningkatkan penggunaan alat pengaman, dan mengurangi

kejadian keracunan makanan atau zat kimia.

Page 41: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

2) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,

bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan-

bahan kimia, mengurangi radiasi rumah, meningkatkan

pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta

mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.

Penyampaian 10 perilaku yang baik pada lansia, baik perorangan

maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut :

1) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta

meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan

sesuai kemampuan.

3) Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama.

4) Olahraga ringan setiap hari.

5) Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai,

dan banyak minum (sebaiknya air putih).

6) Berhenti merokok dan meminum air beralkohol

7) Minum obat sesuai aturan dokter atau petugas kesehatan

lainya.

8) Kembangkan hobi/minat sesuai kemampuan.

9) Memeriksa kesehatan dan gigi secara teratur

Page 42: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

b. Preventif

Mencakup pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

1) Pencegahan Primer

Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai

berikut :

a) Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.

b) Konseling, berhenti merokok dan minum alkohol.

c) Dukungan nurtisi.

d) Keamanan didalam dan sekitar rumah.

e) Manajemen stres.

f) Penggunaan medikasi yang tepat.

2) Pencegahan Sekunder

Jenis pelayanan pencegahan sekunder adalah sebagai

berikut :

a) Kontrol hipertensi.

b) Deteksi dan pengobatan kanker.

c) Screening : pemeriksaan rektal, mammogram, papsmear,

gigi mulut, dan lain-lain.

Page 43: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

3) Pencegahan Tersier

Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai

berikut :

a) Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi

rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat

kondisi kronis. Misalnya : osteoporosis atau

inkontinensia urine/fekal

b) Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan

berfungsi (Maryam, 2011).

Page 44: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Lansia adalah tahapan dimana seorang individu berada pada usia 60

tahun atau lebih, yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota

Kendari.

Jatuh merupakan kejadian terbesar dari kecelakaan pada lansia. Jatuh

adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang

melihat kejadian, sehingga mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

kehilangan kesadaran atau luka (Maryam 2011). Penyebab jatuh bermacam-

macam, tetapi beberapa diantaranya dapat dicegah.

Metode keseimbangan Berg adalah salah satu penatalaksanaan untuk

mengetahui resiko jatuh dan pencegahan jatuh pada lansia dengan

menggunakan 14 item untuk mengidentifikasi keseimbangan dan resiko

jatuh pada lansia.

Page 45: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

B. Bagan Kerangka Pikir

Faktor resiko jatuh :

1. Faktor intrinsik

kondisi :

Fisiologis

2. Faktor ekstrinsik

kondisi :

Resiko Jatuh

pada Lansia

Gangguan keseimbangan.

Kesulitan berjalan

Gangguan mobilitas fisik

Kesulitan melihat

Lingkungan

Alat Bantu Gerak

Vertigo

Lantai licin

Lantai tidak rata

Protesis ekstremitas bawah

Alat bantu jalan

Pencahayan redup/kurang

Page 46: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

Keterangan :

: Variabel yang diteliti.

: Variabel yang tidak diteliti.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel independent (Bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Faktor Intrinsik Melihat dari

Kondisi Fisiologis Meliputi : Gangguan Keseimbangan, Kesulitan

Berjalan

2. Variabel dependent (Terikat)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Resiko Jatuh pada Lansia.

D. Definisi Operasional

1. Lansia adalah tahapan dimana seorang individu berada pada usia 60 tahun

atau lebih, yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota

Kendari.

2. Gangguan keseimbangan adalah ketidakmampuan seseorang (lansia)

untuk dapat berada pada posisi yang seimbang saat berada pada posisi

duduk, bangkit dari posisi duduk, posisi berdiri ke duduk dan posisi

berputar yang diukur dengan test keseimbangan pada skala Berg.

yaitu pada pertanyaan nomor: 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9 dan 10

Kriteria objektif :

a. Tidak beresiko jika responden mendapat skor 23 - 32

b. Resiko jatuh jika responden mendapat skor < 23

Page 47: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

3. Kesulitan berjalan adalah ketidakmampuan seseorang (lansia) dalam

melakukan fungsi berjalan yang meliputi kemampuan untuk memulai

melangkah, mengangkat kaki, melangkah dengan keseimbangan yang

diukur dengan menggunakan skala keseimbangan Berg. yaitu pada

pertanyaan nomor: 5, 8, 11, 12, 13 dan 14.

Kriteria objektif :

a. Tidak beresiko jika responden mendapat skor 18-24

b. Resiko jatuh jika responden mendapat skor < 18

4. Resiko jatuh adalah peningkatan kerentanan untuk jatuh pada lansia yang

dapat menyebabkan bahaya fisik. disebabkan oleh faktor intrinsik dan

ekstrinsik yang dengan kategori keseimbangan duduk, keseimbangan

berdiri, keseimbangan kemampuan bergerak atau berpindah dan

keseimbangan berotasi atau berputar. Dan diukur dengan menggunakan

skala keseimbangan Berg.

Kategori :

a. 0 - 20 = Harus memakai kursi roda (wheelchair bound).

b. 21-40 = Berjalan dengan bantuan.

c. 41-56 = Mandiri/Independent.

Kriteria objektif :

a. Tidak beresiko jatuh jika responden mendapat skor 41-56

b. Beresiko jatuh jika responden mendapat skor <40

Page 48: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain survey deskriptif, dengan

tehnik pengambilan sampel yang dilakukan secara total sampling,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian ini di lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kota Kendari.

2. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 09 Maret 2016 sampai tanggal

23 Juni 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Suryono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kota Kendari sebanyak 93 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti atau

sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008).

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari yang ditentukan dengan

tehknik Total Sampling artinya seluruh lansia menjadi sampel penelitian

Page 49: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

yaitu sebanyak 84 orang. Namun yang menjadi responden penelitian

sebanyak 73 orang sebab pada saat pengambilan data di panti, sebanyak 11

orang lansia tidak berada di tempat atau di panti jompo

Kriteria inklusi yang ditetapkan peneliti dalam memilih sampel pada

penelitian ini adalah :

a. Lansia ≥ 60 tahun yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kota Kendari.

b. Bersedia menjadi responden untuk diwawancarai dan dilakukan

penilaian keseimbangan dengan menandatangani informed consent

yang diberikan.

c. Dapat berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa Indonesia.

d. Tidak memiliki masalah neuropsikologis yang berat sehingga

mengganggu proses wawancara.

e. Lansia yang tidak berada di Ruang perawatan khusus.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa

tahap, di antaranya yaitu :

1. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian

dari kampus.

2. Mendapatkan izin penelitian dari Kepala Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kota Kendari.

3. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk

ditandatangani oleh calon responden apabila menjadi subjek penelitian.

Page 50: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

4. Memberikan contoh model atau gerakan sesuai yang tertera pada

lembar observasi dan diulangi oleh responden

5. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada

peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrument merupakan alat ukur untuk mengumpulkan data, dan alat

ukur tersebut perlu dilihat dan diteliti agar memperkuat hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi keseimbangan Berg atau Berg Balance Scale (BBS) yang

terdiri dari 14 item keseimbangan (Balance teks).

F. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

responden/lansia mengenai data tentang identitas dan resiko jatuh serta

gangguan keseimbangan menggunakan metode keseimbangan Berg.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kota Kendari, yaitu data jumlah pasien.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan dua cara yaitu cara elektronik

menggunakan sistem komputerisasi menggunakan Exel dan cara manual.

Tehnik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

komputerisasi.

Page 51: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik pengolahan data

yang terdiri dari :

1. Editing

Editing adalah upaya pemeriksaan kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat

dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas

pada suatu informasi atau data yang dianalisis.

3. Entri data

Entri data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

ke master table atau database computer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana.

4. Tabulasi

Tabulasi data merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar

dengan mudah dapat di jumlah, disusun untuk di sajikan dan dianalisis.

Page 52: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

H. Analisa Data

Dalam melakukan analisa data peneliti menggunakan ilmu statitis

yang disesuaikan dengan jenis penelitian dan menggunakan rumus distribusi

frekuensi. Dengan rumus sebagai berikut :

X = �

� x K

Keterangan :

X = jumlah presentase variabel yang diteliti

a = jumlah jawaban responden berdasarkan variabel yang diteliti

n = jumlah total petanyaan

K = konstan (100%) (Arikunto, 2006)

I. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini di sajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan presentase dan dinarasikan kemudian di lakukan

pembahasan yang selanjutnya didapatkan kesimpulan penelitian.

Page 53: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto

didirikan pada tahun 1977/1980, yang bertujuan untuk mengatasi

permasalahan sosial di Sulawesi Tenggara khususnya permasalahan

lanjut usia terlantar.

Panti Tresna Werdha Minaula berlokasi ± 24 km dari Kota

Kendari, tepatnya di Desa Ranooha Kecamatan Ranomeeto Kabupaten

Konawe Selatan dengan luas area ± 3000 m2. Adapun batas wilayah

Panti Tresna Werdha Minaula adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan jalan poros Bandara Haluoleo.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan lahan perkebunan masyarakat.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan perumahan masyarakat

d. Sebelah Timur berbatasan dengan perumahan masyarakat

Page 54: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

2. Sarana dan Prasarana

Panti Minaula memiliki sarana fisik sebanyak 26 unit, yang terdiri

dari :

a. Wisma : 12 buah

b. Ruang Isolasi : 1 buah

c. Ruang Keterampilan : 1 buah

d. Poli Klinik : 1 buah

e. Kantor : 1 buah

f. Aula : 1 buah

g. Masjid : 1 buah

h. Rumah Jabatan : 1 buah

i. Rumah Petugas : 3 buah

j. Dapur Umum : 1 buah

3. Status

Panti Tresna Werdha Minaula diresmikan oleh Menteri Sosial RI

Bapak Soepardjo pada tanggal 7 Desember 1981. Pada awal beroperasi

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula menyantuni lansia

terlantar/jompo sebanyak 20 orang. Jumlah ini berkembang terus

sehingga pada tahun 1982/1983 mencapai 100 orang lansia/jompo.

Keadaan ini bertahan hingga tahun 2001 dan bertambah dari tahun ke

tahunnya.

Page 55: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

4. Jenis Kegiatan Lansia

Jenis kegiatan yang dilakukan oleh lansia selama berda di panti

werdha minaula, antara lain : kegiatan bimbingan kerohanian ada hari

senin, bimbingan keterampilan (menganyam tikar, membuat

tudung/topi, membuat atap), berkebun, pelayanan kesehatan dan

kegiatan senam lansia yang dilaksanakan pada hari senin, rabu dan

jum’at.

5. Wisma Yang Diteliti

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Wisma Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016.

No. Nama Wisma Frekuensi Persentase (%)

1. Damai 5 6,84

2. Bahagia 6 8,21

3. Bougenvile 2 2,80

4. Sentausa 7 9,60

5. Aman 5 6,84

6. Abadi 7 9,60

7. Makmur 8 10,95

8. Sejahtera 6 8,21

9. Segar 6 8,21

10. Flamboyan 5 6,84

11. Ramai 8 10,95

12. Adil 8 10,95

Total 73 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni 2016

Tabel diatas menunjukan bahwa dari seluruh responden,

frekuensi tertinggi pertama adalah lansia yang berada pada wisma

makmur berjumlah 8 orang (10,95%), wisma ramai berjumlah 8 orang

(10,95%) dan wisma adil berjumlah 8 orang (10,95%) dan frekuensi

Page 56: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

terendah adalah lansia yang berada di wisma bougenvile berjumlah 2

orang (2,80%). Jumlah lansia yang didapatkan berdasarkan kondisi

jumlah lansia tiap wisma saat pengambilan data.

Penelitian yang penulis lakukan mengenai Identifikasi Resiko Jatuh

Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari yang

dilaksanakan pada tanggal 11-19 Juni 2016. Pada 73 orang responden,

dan didapatkan hasil sebagai berikut :

B. Karakteristik Responden

1. Umur

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Umur Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016.

No Umur Frekuensi Persentase

(%)

1. 60 – 69 31 42,46

2. 70 – 79 27 37,00

3. 80 – 89 11 15,06

4. ≥ 90 4 5,48 Total 73 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni 2016

Tabel diatas menunjukan bahwa dari seluruh responden,

frekuensi tertinggi pertama adalah rentan usia 60-69 tahun sebanyak

31 orang (42,46%) dan kedua yaitu rentan usia 70-79 tahun sebanyak

27 orang (37,00%) serta frekuensi terendah adalah rentan usia 90

tahun atau lebih sebanyak 4 orang (5,48 %).

Page 57: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

2. Jenis Kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016.

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

(%)

1. Perempuan 29 39,72

2. Laki-laki 44 60,28

Total 73 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni 2016

Tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa dari seluruh responden,

frekuensi tertinggi adalah Laki-laki sebanyak 44 orang (60,28 %) dan

frekuensi terendah adalah Perempuan sebanyak 29 orang (39,72 %).

C. Variabel Penelitian

1. Keseimbangan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Keseimbangan Di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun

2016.

No Keseimbangan Frekuensi Persentase

(%)

1 Tidak beresiko 35 47,95

2 Resiko jatuh 38 52,05

Total 73 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni 2016

Tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa dari seluruh responden,

frekuensi tertinggi adalah resiko jatuh sebanyak 38 orang (52,05%)

dan frekuensi terendah adalah tidak beresiko sebanyak 35 orang

(47,95 %).

Page 58: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

2. Kesulitan Berjalan

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Kesulitan Berjalan

Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari

Tahun 2016.

No Kesulitan berjalan Frekuensi Persentase

(%)

1 Tidak beresiko 35 47,95

2 Resiko jatuh 38 52,05

Total 73 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni 2016.

Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa dari seluruh responden,

frekuensi tertinggi adalah resiko jatuh sebanyak 38 orang (52,05%)

dan frekuensi terendah adalah tidak beresiko sebanyak 35 orang

(47,95 %).

3. Resiko Jatuh

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Resiko Jatuh Di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun

2016.

No Resiko Jatuh Frekuensi Persentase(

%)

1 Tidak Beresiko 35 47,95

2 Resiko Jatuh 38 52,05

Total 73 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni 2016.

Tabel 5.6 diatas menunjukan bahwa dari seluruh responden,

frekuensi tertinggi adalah Resiko Jatuh sebanyak 38 orang (52,05%)

dan frekuensi terendah adalah Tidak Beresiko sebanyak 35 orang

(47,95 %).

Page 59: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

d. Penggunaan Alat Bantu

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Penggunaan Alat

Bantu Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota

Kendari Tahun 2016.

No Alat bantu Frekue

nsi

Persentas

e (%)

1 Kursi Roda 14 19,17

2 Tongkat 24 32,88

3 Mandiri 35 47,95

Total 73 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni 2016.

Tabel 5.7 diatas menunjukan bahwa dari seluruh responden,

teridentifikasi bahwa frekuensi tertinggi lansia sesuai nilai yang

diperoleh berdasarkan skor Berg Scale adalah sebanyak 35 orang

(47,95) tidak memerlukan alat bantu atau mandiri dan sebanyak 24

orang (32,88) teridentifikasi bahwa dalam melakukan aktivitas

berpindah mereka harus menggunakan tongkat agar tidak jatuh dan

frekuensi terendah sebanyak 14 orang (19,17%) harus menggunakan

kursi roda dalam melakukan aktivitas berpindah.

Page 60: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

II. PEMBAHASAN

A. Resiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kota Kendari Tahun 2016

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dari 73 responden,

frekuensi tertinggi adalah resiko jatuh sebanyak 38 orang (52,05%) dan

frekuensi terendah adalah tidak beresiko jatuh sebanyak 35 orang

(47,95%).

Berdasarkan hasil penelitian ini, tingginya frekuensi resiko jatuh

(52,05%) pada lansia disebabkan oleh faktor usia yang semakin menua

akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ dan perubahan fisiologis.

Dari hasil penelitian sebagian besar lansia yang beresiko jatuh berada

pada rentan usia 70 tahun ke atas.

Berbagai perubahan fisiologis tubuh dialami oleh lansia

diantaranya seperti sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, dan sistem

muskuluskeletal. Gangguan pada pembuluh darah dan penurunan curah

jantung sering dijumpai pada lansia. Ini dapat dihubungkan dengan

turunnya elastisitas kapiler pembuluh darah, penebalan pembuluh darah

serta gangguan pada otot jantung atau miokard. Ini dapat berkontribusi

pada penurunan curah jantung sehingga menyebabkan berkurangnya

pasokan atau jumlah darah ke seluruh organ, termasuk susunan saraf

pusat dan pada sistem muskuluskeletal sehingga lebih lanjut kondisi

tersebut dapat menyebabkan kondisi kelemahan pada lansia dan dapat

berpengaruh pada ketahanan, kekuatan, dan keseimbangan tubuh.

Page 61: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

Asumsi peneliti diatas sejalan dengan teori perubahan fisiologis

tubuh pada lansia pada sistem kardiovaskuler katup jantung akan

menebal dan kaku kemampuan memompa darah menurun (menurunnya

kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah

meningkat (Maryam, 2011). Dan juga teori perubahan fisik pada sistem

kardiovaskuler menyatakan bahwa Massa jantung bertambah, vertikel

kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang

karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan

klasifikasi Sa Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

(Azizah, 2011).

Hasil penelitian diatas berdasarkan penilaian keseimbangan

menunjukan bahwa dari seluruh responden, frekuensi tertinggi adalah

resiko jatuh sebanyak 38 orang (52,05%) dan frekuensi terendah adalah

tidak beresiko sebanyak 35 orang (47,95 %).

Hasil penelitian diatas berdasarkan penilaian keseimbangan,

tingginya frekuensi resiko jatuh dapat disebabkan karena faktor

degeneratif. Sistem lain yang dapat terganggu adalah sistem

muskuluskeletal. Sistem ini terdiri dari tulang, otot, dan jaringan

penunjang lainnya. Sistem ini merupakan sistem yang salah satunya

berperan untuk membentuk rangka tubuh dan melakukan fungsi

pergerakan. Kondisi degenertif sendi seringkali dijumpai pada lansia,

Page 62: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

manifestasinya dapat berupa nyeri sendi, bengkak dan kekakuan pada

sendi.

Osteoarthritis merupakan penyakit yang berhubungan dengan

rusaknya kartilago atau rawan sendi yang berfungsi sebagai bantalan dan

mencegah rusaknya saat sendi bergerak atau bertumpu. Gangguan pada

kertilago tersebut dapat dihubungkan dengan trauma setempat,

pergerakan berlebihan dari sendi tersebut dan kurangnya kadar air pada

kartilago. Berkurangnya jumlah cairan tersebut dapat dijumpai pada

lansia dan penyebabnya seringkali dihubungkan dengan gangguan

vaskuler setempat serta gangguan metabolik. Akibatnya terjadi

manifestasi nyeri pada sendi, utamanya sendi yang digunakan untuk

pergerakan.

Hasil penelitian diatas berdasarkan penilaian kesulitan berjalan

menunjukan bahwa dari seluruh responden, frekuensi tertinggi adalah

resiko jatuh sebanyak 38 orang (52,05%) dan frekuensi terendah adalah

tidak beresiko sebanyak 35 orang (47,95 %).

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan keluhan-keluhan yang

dialami oleh lansia. Selain nyeri, keluhan lain adalah kekakuan dan

deformitas pada sendi tersebut. Ini akan menyebabkan kesulitan pada

lansia untuk bergerak, menopang tubuh, berdiri dan berjalan. Jika sendi

yang terserang adalah pada ekstremitas bawah. Selain itu refleks lansia

akan menurun dan pergerakan sendi yang dihasilkan tidak sempurna

rentan geraknya. Hal ini akan menyebabkan lansia beresiko untuk jatuh,

Page 63: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

akibatnya akan menyebabkan trauma lebih lanjut pada tubuh dan

beresiko untuk terjadinya fraktur dan dislokasi akibat lanjutnya adalah

komplikasi masalah yang dihadapi oleh lansia lebih banyak.

Asumsi peneliti diatas sejalan dengan teori Perubahan-perubahan

berkenaan dengan proses penuaan normal yang memperbesar resiko

jatuh adalah perubahan postur, penurunan reaksi waktu, penurunan

kekuatan otot, kekuatan sendi, dan terbatasnya/menurunnya penglihatan

(Maryam, 2011).

Selain itu didukung juga dengan teori perubahan pada sistem

muskuluskeletal menyatakan bahwa perubahan muskuluskeletal yang

terjadi adalah penurunan massa otot, penurunan densitas tulang, yang

menyebabkan penurunan kemampuan mobilisasi, menyebabkan

gangguan gaya berjalan yang beresiko untuk terjadinya jatuh pada lansia

(Damayanti, 2012).

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain adalah

Perubahan pada Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen

sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan

pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur,

Perubahan pada Kartilago yaitu jaringan kartilago pada persendian lunak

dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata,

kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan

degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya

kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan, Perubahan

Page 64: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

pada Tulang yaitu berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi

adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis

lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur dan Perubahan

pada Otot yaitu perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,

penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan

penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif

dan Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,

ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas (Azizah, 2011).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

sebanyak 38 orang (52,05%) beresiko untuk jatuh dan sebanyak 35 orang

(47,95%) tidak beresiko jatuh. Identifikasi tersebut berdasarkan pada

instrumen berg scale yang menilai keseimbangan dan kemampuan

bejalan. Instrumen tersebut menunjukkan bahwa resiko jatuh dapat

disebabkan oleh keterbatasan pergerakan sehingga membutuhkan alat

bantu gerak.

Pada instrumen tersebut menunjukan penggunaan alat bantu gerak

sesuai dengan kondisi seseorang yang dinilai berdasarkan skor yang

diperoleh dari hasil observasi atau kondisi fisik. Kategori hasil

pemeriksaan adalah tidak memerlukan alat bantu atau mandiri jika

memperoleh skor 41-56, harus menggunakan tongkat jika skor 21-40 dan

harus menggunakan kursi roda dengan skor 0-20. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa dari sebanyak 38 orang (52,05%) yang beresiko

jatuh. Sebanyak 24 orang (32,88%) yang diidentifikasi beresiko jatuh jika

Page 65: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

tidak menggunakan tongkat dan sebanyak 14 orang (19,17%) yang

beresiko jatuh jika dalam melakukan aktifitas sehari-hari tidak

menggunakan kursi roda. Pemilihan atau kategori alat bantu gerak

tersebut berdasarkan pada kondisi fisik seseorang yang dinilai dari skor

skala berg.

Hal ini menunjukan bahwa pentingnya untuk mengurangi resiko

jatuh tersebut dengan memfasilitasi pergerakan lansia dengan

menggunakan alat bantu yang tepat.

Asumsi peneliti diatas sejalan dengan teori faktor yang

menyebabkan jatuh diantaranya Faktor ekstrinsik seperti lingkungan

sebagian besar selalu turut berperan terhadap jatuh. Beberapa contoh

lingkungan yang beresiko untuk terjadinya jatuh seperti tangga yang

tidak memiliki pegangan, alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang

sudah tua dibiarkan tergeletak, tempat tidur yang tinggi, lantai licin dan

kadang tidak rata, penerangan yang tidak baik, alat bantu gerak yang

tidak tepat, berat maupun cara penggunaannya (Darmojo,2019).

Hasil observasi penelitian selama pengambilan data di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kota Kendari menunjukkan bahwa seluruh

lansia yang memiliki skor 0-20 tidak difasilitasi menggunakan kursi roda

dalam melakukan aktifitasnya, demikian juga pada lansia yang

memperoleh skor 21-40 yang mana pada kondisi ini mereka harus

menggunakan tongkat untuk pergerakannya. Beberapa lansia yang

idealnya harus menggunakan kursi roda, hanya memakai tongkat untuk

Page 66: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

menopang tubuhnya dan membantu dalam berjalan, namun tongkat yang

digunakan tidak memenuhi syarat dari kesehatan karena dimodifikasi

oleh lansia tersebut. Kondisi ini menyebabkan sangat rentangnya lansia

tersebut untuk jatuh.

Penggunaan alat bantu gerak mutlak dibutuhkan dan

penggunaannya disesuaikan dengan kondisi fisik lansia. Jika tidak

difasilitasi oleh alat bantu yang sesuai, maka lansia sangat rentan untuk

jatuh dampak dari jatuh tersebut akan membuat komplikasi masalah yang

lebih besar bagi lansia. Sehingga dengan mengetahui kerentanan jatuh

tersebut dapat di lakukan upaya untuk pencegahannya.

Asumsi peneliti diatas sejalan dengan teori faktor resiko jatuh yaitu

Faktor intrinsik meliputi fisiologis, yaitu gangguan keseimbangan,

kesulitan gaya berjalan, gangguan mobilitas fisik, kesulitan melihat dan

Vertigo saat menolehkan lehar dan Faktor ekstrinsik lingkungan fisik,

yaitu lantai licin, pencahayaan yang redup dan medan atau lantai yang

tidak rata, alat bantu gerak, yaitu protesis ekstremitas bawah, penggunaan

alat bantu misalnya walker atau tongkat dan penggunaan kursi roda dan

medikasi yaitu anti hipertensi, diuretik dan anti ansietas

(Heather,Herdman. 2010).

Page 67: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilaian menunjukkan bahwa dari total 73 orang

lansia sebanyak 38 orang (52,05%) lansia yang beresiko jatuh, sebanyak 14

orang (19,17%) harus menggunakan kursi roda dalam melakukan aktifitas

sehari-harinya, sebanyak 24 orang (32,88%) harus menggunakan tongkat

dalam melakukan aktifitas sehari-harinya dan sebanyak 35 orang (47,95%)

tidak memerlukan bantuan atau mandiri dalam melakukan aktifitas sehari-

harinya.

Penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari,

mengenai Identifikasi Resiko Jatuh Pada Lansia dapat disimpulkan sebagai

berikut

1. Resiko jatuh berdasarkan gangguan keseimbangan lansia didapatkan

hasil sebanyak 38 orang (52,05%) beresiko jatuh dan 35 orang

(47,95%) tidak beresiko jatuh atau mandiri

2. Resiko jatuh berdasarkan kesulitan berjalan lansia didapatkan hasil

sebanyak 38 orang (52,05%) beresiko jatuh dan 35 orang (47,95%)

tidak beresiko jatuh.

Page 68: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

B. Saran

Merujuk pada hasil penelitian diatas dan kesimpulan dalam penelitian ini

maka dapat disarankan kepada :

1. Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari agar lebih

ditingkatkan kinerja petugas panti dalam melaksanakan intervensi

keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

pelaksanaan pencegahan jatuh kepada lansia benar-benar memberikan

alat bantu yang sesuai syarat kesehatan dan melihat dari pada kondisi

fisik lansia tesebut.

2. Masyarakat khususnya lansia agar lebih berhati-hati dalam penggunaan

alat bantu. Harus sesuai dengan syarat kesehatan dan kondisi fisik pada

lansia..

3. Profesi keperawatan, sangat diperlukan sebagai bentuk acuan dalam

penatalaksanaan pencegahan jatuh pada lansia yang teridentifikasi

beresiko jatuh.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisa dampak jika

penggunaan alat bantu tidak sesuai syarat kesehatan dan kondisi fisik

pada lansia.

Page 69: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Data Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari. 2016. Data Jumlah

lansia dan penyakit Lansia PSTW Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan 2016.

Fadila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogjakarta :Nuha Medika

(http// www.who lansia 2014-2015. Com). Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan Gerontik. Jakarta : TIM Herdman,T., Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi

dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC

Jaimel. 2007. Asuhan Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Kushariyadi. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika

Maryam, R.S. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Maryam. 2016.Lampiran Kuesioner : from : URL: Http://maryamspkom.wordpress.com/2012/09/16/instrumen-observasi-skala-keseimbangan-berg/instrumen-observasi-keseimbangan-berg/ . diakses pada tanggal 1 maret 2016

Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Renika Cipta

Nugroho,Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC

Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Suryono, 2010. Metodelogi PenelitianKesehatan Pemanfaat Bagi Peneliti Pemula. Yogyakarta : Mitra Cendi Kapres

Page 70: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam
Page 71: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

Lampiran

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

TRESNA WERDHA MINAULA KOTA KENDARI

TAHUN 2016

A. Identitas Responden No. Urut : Hari/tanggal : Nama (inisial) : Umur : Jenis kelamin : Wisma :

B. Mengidentifikasi Resiko Jatuh Diukur dengan menggunakan skala keseimbangan Berg. Kriteria Objektif : a. 0 - 20 = Harus memakai Kursi roda (whelchair bound) b. 21 – 40 = Berjalan dengan bantuan c. 41 – 56 = Mandiri/Independent

Dibagi menjadi dua yaitu : 1) Mengidentifikasi gangguan keseimbangan/keseimbangan yaitu

menggunakan item pertanyaan nomor :

o Item keseimbangan

Skor (0-4) Nilai

4 3 2 1 0

. Duduk ke berdiri.

4 = dapat berdiri tanpa menggunakan tangan dan menstabilkan independent.

3 = mampu berdiri secara independent menggunakan tangan.

2 = mampu berdiri menggunakan tangan setelah mencoba.

1 = perlu bantuan minimal untuk berdiri atau menstabilkan.

0 = perlu asisten sedang atau maksimal untuk berdiri.

. Berdiri tanpa penunjang.

4 = dapat berdiri dengan aman selama 2 menit

3 = mampu berdiri 2 menit dengan pengawasan.

Page 72: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

2 = dapat berdiri 30 detik yang tidak dibantu/ditunjang.

1 = membutuhkan beberapa waktu untuk mencoba berdiri 30 detik yang tidak dibantu.

0 = tidak dapat berdiri secara mandiri selama 30 detik.

. Duduk tanpa penunjang.

4 = bisa duduk dengan aman dan aman selama 2 menit.

3 = bisa duduk 2 menit dengan pengawasan

2 = mampu duduk selama 30 detik 1 = bisa duduk 10 detik

0 = tidak dapat duduk tanpa penunjang

. Berdiri ke duduk.

4 = duduk dengan aman dengan menggunakan minimal tangan

3 = mengontrol posisi turun dengan menggunakan tangan

2 = menggunakan punggung kaki terhadap kursi untuk mengontrol posisi turun

1 = duduk secara independent tetapi memiliki keturunan yang tidak terkendali

0 = kebetuhan membantu untuk duduk

. Berdiri dengan mata tertutup.

4 = dapat berdiri 10 detik dengan aman 3 = dapat berdiri 10 detik dengan pengawasan 2 = mampu berdiri 3 detik. 1 = tidak dapat menjaga mata tertutup 3

detik tapi tetap aman 0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh

. Berdiri dengan kaki rapat.

4 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independent dan berdiri 1 menit aman

3 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independent dan berdiri selama 1 menit dengan pengawasan

2 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara mandiri tetapi tidak dapat tahan selama 30 detik

1 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi tapi kaki mampu berdiri bersama-sama 15 detik.

0 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat tahan selama 15 detik.

Page 73: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

. Mengambil barang dari lantai.

4 = dapat mengambil sendal aman dan mudah

3 = dapat mengambil sendal tetapi membutuhkan pengawasan

2 = tidak dapat mengambil tetapi mencapai 2-5 cm (1-2 inci) dari sendal dan menjaga keseimbangan secara bebas

1 = tidak dapat mengambil dan memerlukan pengawasan ketika mencoba 0 = tidak dapat mencoba/membantu

kebutuhan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh.

Menoleh ke belakang.

4 = tampak belakang dari ke dua sisi dan berat bergeser baik

3 = tampak belakang satu sisi saja, sisi lain menunjukan pergeseran berat badan kurang

2 = hanya menyamping tetapi tetap mempertahankan keseimbangan

1 = perlu pengawasan saat memutar 0 = perlu bantuan untuk menjaga dari

kehilangan keseimbangan atau jatuh

Kriteria Objektif :

a. Mampu pada posisi seimbang jika skala = 24-32 b. Tidak mampu pada posisi seimbang jika skala = <24

Page 74: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

2) Mengidentifikasi kesulitan berjalan/kemampuan berjalan

Item

keseimbangan

Skor (0-4) Nilai

4 3 2 1 0

. Transfer. 4 = dapat mentrasfer aman dengan penggunaan ringan tangan

3 = dapat mentransfer kebetuhan yang pasti aman dari tangan

2 = dapat mentransfer dengan pengawasan 1 = membutuhkan 1 orang untuk membantu 0 = membutuhkan 2 orang untuk

membantu/mengawasi.

. Menjangkau ke depan dgn tangan

4 = dapat mencapai ke depan dengan percaya diri 25 cm (10 inci)

3 = dapat mencapai ke depan 12 cm (5inci) 2 = dapat mencapai ke depan 5 cm (2 inci) 1 = mencapai ke depan tetapi

membutuhkan pengawasan 0 = kehilangan keseimbangan ketika

mencoba/memerlukan dukungan eksternal

1 Berputar 360 drajad.

4 = mampu berputar 360 drajat dengan aman dalam 4 detik atau kurang

3 = mampu berputar 360 drajat dengan aman satu sisi hanya 4 detik atau kurang

2 = mampu berputar 360 drajat dengan aman tetapi perlahan-lahan

1 = membutuhkan pengawasan yang ketat atau dengan lisan

0 = membutuhkan bantuan saat memutar 2 Menempatk

an kaki bergantian di bangku.

4 = mampu berdiri secara independent dengan aman dan menyelesaikan 8 langkah dalam 20 detik

3 = mampu berdiri secara mandiri dan menyelesaikan 8 langkah dalam 20 detik

2 = dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa bantuan dengan pengawasan

1 = dapat menyelesaikan >2 langkah perlu asisten minimal

0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh atau tidak mampu untuk mencoba

Page 75: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam

3 Berdiri dengan satu kaki didepan

4 = mampu mengangkat kaki secara independent dan tahan >10 detik.

3 = mampu mengangkat kaki secara independent dann tahan 5-10 detik.

2 = mampu mengangkat kaki secara independent dan tahan >3 detik.

1 = mencoba untuk angkat kaki tidak bisa tahan 3 detik tetapi tetap berdiri secara independent.

0 = tidak dapat mencoba kebutuhan membantu untuk mencegah jatuhnya.

4 Berdiri dengan satu kaki.

4 = mampu mengangkat kaki secara independent dan tahan >10 detik.

3 = mampu mengangkat kaki secara independent dann tahan 5-10 detik.

2 = mampu mengangkat kaki secara independent dan tahan >3 detik.

1 = mencoba untuk angkat kaki tidak bisa tahan 3 detik tetapi tetap berdiri secara independent.

0 = tidak dapat mencoba kebutuhan membantu untuk mencegah jatuhnya.

Kriteria Objektif :

a. Kemampuan berjalan baik jika skala = 18-24 b. Gangguan dalam berjalan jika skala = <18

Page 76: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam
Page 77: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam
Page 78: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam
Page 79: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam
Page 80: IDENTIFIKASI RESIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI Tulis Ilmiah (Alfi… · panti dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada lansia yang teridentifikasi beresiko jatuh. Agar dalam