kel 5 pembinaan lansia di panti

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan pada penanganan di bidang kesehatan dan keperawatan. Semua orang tentunya ingin hidup sehat, tetapi semua itu sangatlah susah untuk mewujudkannya apalagi dengan usia yang semakin bertambah akan semakin banyak masalah dengan kondisi fisik yang makin melemah, terutama pada lansia. Secara fisiologis usia lanjut akan mengalami banyak kemunduran dalam semua aspek kehidupannya. Hal ini dapat mengakibatkan 1

Upload: bahri-mahroji

Post on 20-Dec-2015

127 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

wet

TRANSCRIPT

Page 1: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor

yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu

kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan

hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu

gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup

dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi

tingginya. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan

jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan pada penanganan di bidang

kesehatan dan keperawatan.

Semua orang tentunya ingin hidup sehat, tetapi semua itu sangatlah susah

untuk mewujudkannya apalagi dengan usia yang semakin bertambah akan

semakin banyak masalah dengan kondisi fisik yang makin melemah, terutama

pada lansia. Secara fisiologis usia lanjut akan mengalami banyak kemunduran

dalam semua aspek kehidupannya. Hal ini dapat mengakibatkan tingkat

produktifitas dan kemandiriannya secara nyata semakin berkurang, karena

kemunduran ini mungkin akan menimbulkan ketergantungan pada orang lain.

Namun harus disadari bahwa manusia menjadi tua bukan suatu hal yang luar

biasa, karena proses ini adalah peristiwa yang alami yang sudah pasti datang

pada orang-orang yang berumur panjang. Pada lansia akan banyak penyakit-

penyakit yang akan timbul, maka sebagai tenaga kesehatan sangat penting

untuk memberikan pembinaan tentang masalah kesehatan pada lansia yang

tinggal di panti. Tinggal di panti tidak mudah bagi para lansia, karena mereka

mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya serta sering merasa kesepian dan

cenderung tidak memikirkan kesehatannya. Dengan dilakukannya pembinaan

kesehatan di panti diharapkan kualitas kesehatan para lansia akan semakin baik

dan terkontrol.

1

Page 2: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa upaya yang dilakukan dalam pembinaan kesehatan di panti ?

2. Apa hal-hal yang perlu diperhatikan lansia ?

3. Apa saja sifat penyakit yang terjadi pada lansia ?

4. Bagaimana manajemen stres pada lansia ?

5. Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan dasar usia lanjut ?

6. Apa pengertian terapi modalitas ?

7. Jenis- jenis terapi modalitas ?

1.3 Tujuan

1. Memahami dan mengerti upaya yang dilakukan dalam pembinaan

kesehatan lansia

2. Memahami dan mengerti hal-hal yang diperhatikan lansia

3. Memahami dan mengerti sifat penyakit lansia

4. Memahami dan mengerti manajemen stres pada lansia

5. Memahami dan mengerti pelaksanaan pelaksanaan asuhan

keperawatan dasar lansia

6. Memahami dan mengerti terapi modalitas

7. Memahami dan mengerti jenis terapi modalitas

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat meningkatkan

pengetahuan penulis dan pembaca mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan

pembinaan kesehatan pada lansia di panti dan terapi modalitas

2

Page 3: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidpan manusia ( Budi Anna Keliat 1999 dalam Siti Maryam 2008).

Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2). (3). (4) UU No. 13 Tahun 1998

tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut aalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Pelayanan kesehatan lansia adalah untuk meningkatkan kesehatan

lansia yang lebih baik dan untuk membantu memenuhi kebutuhan lansia

karena keterbatasannya dikarenakan proses penuaan. Keperawatan

kesehatan dasar adalah bantuan, bimbingan, penyuluhan srta pengawasan

yang diberikan oleh tenaga keperawatan ( perawat, petugas panti terlatih)

untuk memenuhi kebutuhn dasar lansia. Pada lansia secara individu terjadi

proses kemundurn fungsi tubuh baik secara biologis, psikologis, maupun

sosial sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah. Cakupan dari

asuhan keperawatan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia

akibat proses penuaan . dan lingkup asuhan keperawatan pencegahan

ketidakmampuan sebagai proses akibat proses penuaan , perawatan untuk

pemenuhan kebutuhan lansia,pemulihan untuk mengatasi keterbatasan

lansia.Sifat asuhan keperawatan adalah independen (mandiri),

interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik.

Peran dan fungsi keperawatan adalah sebagai pemberi asuhan

keperawatan secara langsung sebagai pendidik lansia, keluarga dan

masyarakat. Perawat juga menjadi motivator dan inovator dalam

memberikan advokasi kepada klien serta konselor (Eliopoulous, 2005 dan

Lueckenote, 2000).

3

Page 4: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pelayanan Kesehatan dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia

Lanjut

Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

1. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut

agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri,

keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan

penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal

yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia

lanjut yang antara lain adalah:

- Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini

penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan

memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan

kesehatan lainnya.

- Mengenal kasus gangguan jiwa.

- Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan

kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan bugar.

- Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi

seimbang.

- Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

- Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan

kelompok sosial.

- Teknik-teknik berkomunikasi.

- Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok,

alkohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.

- Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar.

4

Page 5: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

2. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan

terjadinya penyakit maupun komplikasi penyakit yang disebabkan oleh

proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan:

- Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk

menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut.

- Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di

puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam

pemeliharaan kesehatan lansia.

- Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas

panti yang menggunakan buku catatan pribadi.

- Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan

dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.

- Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya

kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat

memberikan karya dan tetap merasa berguna.

- Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan

kondisi kesehatannya masing-masing.

- Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya

kecelakaan pada usia lanjut.

- Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

- Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan

tetap produktif.

- Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap

lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu

mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat,

dan orang secara optimal.

5

Page 6: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat

berupa kegiatan:

- Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau

petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan

petugas kesehatan/puskesmas.

- Pengobatan jalan di puskesmas.

- Perawatan dietetic.

- Perawatan kesehatan jiwa.

- Perawatan kesehatan gigi dan mulut.

- Perawatan kesehatan mata.

- Perawatan kesehatan melalui kegiatan di puskesmas.

- Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang

diperlukan.

4. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mempertahankan atau mengembalikan

fungsi organ yang telah menurun seoptimal mungkin.

- Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang

penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan

lain-lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa

berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.

- Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat

mental penderita.

- Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifitas di

dalam maupun diluar rumah.

- Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.

- Perawatan fisioterapi.

10 kebutuhan lansia (10 needs of the elderly) menurut Darmojo (2001) adalah

sebagai berikut:

1. Makanan cukup dan sehat (healthy).

2. Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories).

3. Perumahan/tempat tinggal/ tempat berteduh (home, place to stay).

6

Page 7: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

4. Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).

5. Bantuan teknis praktis sehari-hari/ bantuan hukum (technical, judicial

assistance).

6. Transportasi umum (facilities for public transportations).

7. Kunjungan/ teman bicara/ informasi (visits, companies, informations).

8. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).

9. Rasa aman dan tentram (safety feeling).

10. Bantuan alat-alat panca indra (other assistance/aids).

3.2 Hal-hal yang Perlu diperhatikan Lansia

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh lansia berkaitan

dengan perilaku yang baik (adaftif) dan tidak baik (maladaftif).

1. Perilaku yang kurang baik

Kurang berserah diri.

Pemarah, merasa tidak puas, murung, dan putus asa.

Sering menyendiri.

Kurang melakukan aktivitas fisik/ olahraga/ kurang bergerak.

Makan tidak teratur dan kurang minum.

Kebiasaan merokok dan meminum minuman keras.

Minum obat penenang dan penghilang rasa sakit tanpa aturan.

Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan.

Menganggap kehidupan seks tidak diperlukan lagi.

Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur.

2. Perilaku yang baik

Mendekatkan diri pada Tuhan Yang maha Esa.

Mau menerima keadaan, sabar dan optimis serta meningkatkan rasa

percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan

kemampuannya.

Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat.

Melakukan olahraga ringan setiap hari

7

Page 8: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Makan dengan porsi sedikit tapi sering, memilih makanan yang

sesuai serta banyak minum.

Berhenti merkok dan meminum minuman keras.

Meminum obat sesuai anjuran dokter/petugas kesehatan.

Mengembangkan hobi sesuai kemampuan.

Tetap bergairah dan memelihara kehidupan seks.

Memeriksakan kesehatan secara teratur.

Manfaat perilaku yang baik

Lebih takwa dan tenang

Tetap ceria dan banyak mengisi waktu luang

Keberdayaannya tetap diakui oleh keluarga dan masyarakat

Terhindar dari kegemukan dan kekurusan serta penyakit berbahaya

sperti jantung, paru, diabetes, kanker dan lain-lain

Mencegah keracunan obat dan efek sampingnya

Mengurangi stres dan kecemasan

Hubungan harmonis tetap terpelihara

Gangguan kesehatan dapat diketahui sedini dan diatasi mungkin

3.3 Sifat Penyakit pada Lansia

1. Penyebab penyakit

Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya berasal dari

dalam tubuh (endogen). Hal ini disebabkan karena pada lansia telah

terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat

kerusakan sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormon,

enzim dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi

berkurang. Dengan demikian, lansia akan lebih mudah terkena infeksi.

Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi), dimana satu

sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling berkaitan dan

memperberat.

8

Page 9: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

2. Gejala penyakit sering tidak khas/ tidak jelas

Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali didapati

demam tinggi dan batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit

sebenarnya cukup serius, sehingga penderita menganggap penyakitnya

tidak berat dan tidak perlu berobat.

3. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)

Efek samping obat pada lansia biasanya terjadi karena diagnosis

yang tidak tepat, ketidakpatuhan meminum obat, serta penggunaan

obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang lama.

4. Sering mengalami gangguan jiwa

Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami

tekanan jiwa (depresi). Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak

hanya gangguan fisiknya saja yang diobati, tetapi juga gangguan

jiwanya yang justru sering tersembunyi gejalanya. Jika yang

mengobatinya tidak teliti akan mempersulit penyembuhan

penyakitnya.

3.4 Manajemen Stres

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi koping pada lansia

Berbagai orang memaknai pengalaman hidupnya secara unik.

Faktor waktu cukup berpengaruh, khususnya bila berbagai kejadian

menimpa dalam selang waktu yang singkat.

Bila suatu kejadian yang menimpa itu tidak diantipasi sebelumnya.

Pengalaman pahit yang dialami sehari-hari memerlukan koping

yang besar ketimbang koping untuk suatu tragedi.

2. sumber-sumber koping

Bagi dewasa adalah aset/harta milik lansia.

Dukungan sosial merupakan penangkal terhadap stres gaya koping.

9

Page 10: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Hal ini lebih dipengaruhi oleh segi usia/kematangan.

Gaya koping yang pasif, yaitu yang lebih berfokus pada emosi

dikatakan cukup efektif terhadap kejadian-kejadian yang tak

mungkin lagi diubah.

Gaya koping yang aktif, yaitu yang lebih berfokus pada masalah

dikatakan cukup efektif terhadap kejadian-kejadian yang masih

dapat diubah.

Menurut banyak kalangan bahwa segi keagamaan dan aktifitas

tertentu merupakan perilaku yang efektif.

Aktifitas yang bersifat menarik perhatian sangat membantu.

3. Strategi koping yang digunakan

Stereoptip lansia

Pension

Pengurangan pendapatan

Kemunduran kesehatan

Keterbatasan fungsional (aktivitas sehari-hari)

Kemunduran kognitif

Kematian anggota keluarga

Perpindahan hunian

Tantangan kejiwaan lainnya

Kembangkan keterampilan baru, gunakan waktu luang, berperan

aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bermakna

Manfaatkan fasilitas discount yang tersedia

Gaya hidup sehat

Penyesuaian diri terhadap lingkungan dan jika perlu menggunakan

alat bantu

Memanfaatkan peluang pendidikan seperti grup diskusi,

perpustakaan, dan hal-hal lain yang kreatif

Boleh larut dalam kesedihan secukupnya, bila perlu memanfaatkan

konseling, bina perlu memanfaatkan konseling, bina keakraban

yang baru

10

Page 11: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Di negara maju, bagi para lansia tersedia berbagai pilihan hunian

Pertahankan selera humor, gunakan teknik penghilang stres, dan

berpartisipasi dalam aktivitas kelompok

3.5 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dasar Lanjut Usia

Yang dimaksud asuhan keperawatan adalah bantuan bimbingan

penyuluhan, pengawasan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang

perawat/bidan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau kelompok. Pada

usia lanjut ditemukan berbagai masalah secara individu. Prinsip pemberian

asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan pasien atau kelompok.

Asuhan keperawatan dasar bagi kelompok usia lanjut ditujukan

kepada:

a. Kelompok usia lanjut aktif

Mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa

bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari-hari dapat dilaksanakan

sendiri. Walaupun demikian perlu mendapat bimbingan dan pengawasan

untuk mencegah terjadinya faktor resiko tinggi agar tidak mempercepat

ktergantungan dengan lain. Adapun bimbingan dan pengawasan berupa

kebersihan perorangan, kebersihan lingkungan, makanan dan kesegaran

jasmanai.

b. Kelompok usia lanjut pasif

Mereka yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan

orang lain. Yang harus diperhatikan pada usia lanjut yang tinggal ditempat

adalah kebersihan perorangan, lingkungan, makanan, mencegah decubitas.

11

Page 12: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

A. TERAPI MODALITAS

1. Pengertian

Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengisi waktu luang bagi lansia. (Maryam, Siti, 2008)

Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang

menggunakan kemampuan atau elektrik (Setyoadi, 2011).

Terapi modalitas adalah terapi yang bukan bagian dari terapi

medis konvensional.Istilah terapi modalitas dalam ilmu

keperawatan lebih dikenal dengan terapi komplementer, terapi

alternative, terapi holistic, terapi nonbiomedik, pengobatan

integrative atau perawatan kesehatan, dan perawatan

nontradisional.

Terapi komplementer adalah suatu penyembuhan yang

mencakup sistem kesehatan, modalitas, praktek dan teori, serta

keyakinan dari masyarakat atau budaya dalam periode sejarah

tertentu (National Center For Complementary Alternative

Medicine/NCCAM)

2. Tujuan Terapi Modalitas

a. Mengisi waktu luang bagi lansia

b. Meningkatkan kesehatan lansia

c. Meningkatkan aktivitas dan produktivitas lansia

d. Meningkatkan interaksi social antar lansia

e. Membantu proses penyembuhan, mengurangi gejala/keluhan

yang dialami klien

f. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku klien

g. Memperlambat kemunduran

h. Membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang

i. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti

j. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri dan

meningkatkan kemandirian

12

Page 13: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

3. Klasifikasi Menurut NCCAM

Terapi komplementer atau terapi modalitas diakui sebagai

upaya kesehatan nasional oleh National Center For

Complementary/Alternative Medecine (NCCAM) di Amerika.

Penggunaan istilah komplementer disebabkan karena pemakaian

bersama terapi lain bukan sebagai pengganti dan pengobatan

biomedis. Terapi komplementer juga digunakan dalam praktek

keperawatan professional sebagai terapi alternative di beberapa

klinik perawatan, misalnya latihan relaksasi otot, disamping

penggunaan terapi medis.Namun demikian, terapi komplementer

dapat digunakan mandiri atau tidak berhubungan dengan terapi

biomedik karena diposisikan sebagai upaya promosi kesehatan,

misalnya klien dipijat secara rutin untuk mencegah munculnya

stress.

Complementary Alternative Medicine (CAM) mencakup semua

praktek serta ide-ide yang dimaknai sebagai upaya mencegah

atau mengobati penyakit atau mempromosikan kesehatan dan

kesejahteraan.

Klasifikasi terapi komplementer menurut NCCAM

Jenis Contoh

1. Terapi pikiran tubuh (mind-

body therapies)

Pendekatan perilaku,

psikologis, social dan

spiritual untuk kesehatan.

Yoga, tai-chi, meditasi, imagery, hipnotis,

biofeedback, dukungan kelompok, terapi seni, terapi

musik, terapi dansa, journaling, humor, psikoterapi

tubuh, penyembuhan spiritual, holistic nursing,

placebo.

2. Terapi berbasis biologi

(biologically based

therapies)

Terapi yang bersifat alami,

praktik, intervensi, dan

produknya berbasis biologis.

Herbal, diet khusus (pritikin (pantangan lemak yang

sangat kuat), ornish (larangan ketat terhadap

konsumsi lemak total dan kebebasan konsumsi

karbohidrat), Atkins (tinggi lemak tak jenuh-rendah

karbohidrat), tinggi serat, makrobiotik), pengobatan

orthomolecular (gizi), intervensi

13

Page 14: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

farmakologis/biologis/instrumental (kartilago, ozon,

cone, sengatan lebah, elektrodiagnostik).

3. Terapi manipulatif dan

berbasis tubuh (manipulative

and body based systems)

Sistem yang didasarkan

pada kegiatan manipulasi

dan atau gerakan anggota

tubuh.

Pengobatan kiropraktik, pijatan dan gerak tubuh

atau body work (kranial-sakrum ostheopathic

manipulative treatment, pijatan swedia, refleksologi,

metode pilates, gerak tubuh trager, teknik

Alexander, teknik feldenkrais, pijatan chinese tui na,

akupresur, rolfing), serta terapi fisika

nonkonvensional seperti hidroterapi, diatermi, terapi

cahaya dan warna, colonic, pernafasan lubang

hidung secara bergantian (alternatf nostril

breathing).

4. Terapi energy (energy

therapies)

Sistem pengobatan yang

menggunakan medan

energy halus di dalam dan

sekitar tubuh.

Sentuhan terapeutik, sentuhan penyembuhan,

penyembuhan natural, shen, reiki, huna, qi-gong

eksternal, dan magnet.

5. Terapi sistem pengobatan

alternative(alternative

medical systems)

Pengobatan nonmedik yang

melibatkan teori dan

praktikdari sistem yang

komplit.

Pengobatan tradisional cina (akupunkur, formula

herbal, diet, external dan internal qi-gong, tai-chi,

pijatan dan manipulasi, acupotomy).

Terapi komplementer yang umum digunakan dalam keperawatan

meliputi active listening, akupresur, animal-assisted, aroma terapi,

biofeedback, healing touch, tertawa(humor), imagery, journaling,

pijatan, meditasi, music, spiritual, relaksasi otot progresif,

storytelling, tai-chi, sentuhan terapeutik, dll.

4. Contoh Jenis-Jenis Terapi Modalitas

a. Psikodrama

14

Page 15: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Psikodrama adalah metode psikoterapi kelompok dimana

susunan kepribadian, hubungan interpersonal, konflik, dan

masalah emosional digali dengan menggunakan metode

dramatik spesifik.Psikodrama merupakan upaya pemecahan

masalah melalui drama, dimana masalah yang didramakan

adalah masalah psikis yang dialami individu.

Tujuan: untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat

dipilih sesuai dengan masalah lansia.Misalnya tema tentang

kehidupan sehari-hari.

Proses psikodrama umumnya berlangsung melalui 3 fase,

yaitu:

1) Fase pemanasan

Ditandai dengan penentuan tindakan sutradara yang siap

memimpin kelompok dan konseling. Proses ini melibatkan

aktivitas verbal dan nonverbal. Fase ini harus

mempersiapkan segala sesuatu untuk masuk pada fase

tindakan.

2) Fase tindakan

Melibatkan tindakan yang jelas kepedulian - kepedulian

protagonis. Hal terpenting dalam fase ini adalah bahwa

protagonis mengekspresikan emosi -emosi tertekan dan

menemukan cara baru yang efektif untuk bertindak.

3) Fase integrasi

Melibatkan diskusi dan penutupan (closure).Umpan balik

sangat penting dari setiap konseling dan protagonis agar

tindakan yang jelas (enactment) perubahan dan integrasi

tercipta.

15

Page 16: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

b. Terapi aktivitas kelompok

Tujuan: untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,

bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Kelompok ini

terdiri atas 7-10 orang lansia.Untuk terlaksananya terapi ini

dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan Fasilitator.Misalnya

cerdas cermat, tebak gambar, dll.

Sumber: m.kompasiana.com

c. Terapi okupasi

16

Page 17: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Tujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan

produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari

bahan yang telah disediakan.

Misalnya: membuat bunga dari bahan yang mudah didapat,

membuat keset, membuat kipas, membuat sulak dari tali rafia,

menjahit dari kain, merajut dari benang dan kerja bakti.

d. Terapi berkebun

Tujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan

memanfaatkan waktu luang. Misalnya: penanaman kangkung,

bayam, cabai, timun dan berbagai jenis sayuran atau buah

lainnya. Sebagai catatan adalah lebih baik kalau jenis sayuran

atau buah yang akan ditanam disukai oleh lansia yang akan

melakukan kagiatan terapi berkebun ini sehingga para lansia

lebih bersemangat dalam melakukan kegiatannya.

Sumber: www.pstwbudimulia3.org

e. Terapi binatang

Tujuan meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari

sepinya dengan bermain bersama binatang.

Misalnya: mempunyai peliharaan kucing, ayam, dll. Namun

perlu diperhatikan apakah lansia yang akan melakukan terapi

17

Page 18: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

ini menderita alergi dengan binatang atau tidak. Ini untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sumber: magazine.godsdirectcontact.net

Implementasi:

Pilih hewan peliharaan yang baik dan perangai yang baik

Pastikan hewan peliharaan telah diperiksa oleh dokter

hewan dan diberi imunisasi

Pertimbangan khusus

Pastikan lingkungan lanyak untuk terapi hewan

peliharaan. Fasilitas harus mempunyai area tempat buat

hewan peliharaan dan dijauhkan dari orang yang alergi

hewan.

f. Terapi kognitif

Tujuan agar daya ingat lansia tidak menurun.

18

Page 19: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Misalnya: cerdas cermat, mengisi TTS, bermain tebak-

tebakan, menyelesaikan Puzzle, dll.

g. Terapi keagamaan

Tujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian,

dan meningkatkan rasa nyaman pada lansia.

Misalnya: seperti mengadakan pengajian, kebaktian, Sholat

berjama’ah, Do’a bersama, dll.

Sumber: rumahlansia.blogspot.com

h. Terapi rekreasi

Terapi rekresi pada lansia adalah aktivitas yang dilakukan

pada waktu senggang.

Tujuan untuk membentuk serta meningkatkan kembali

kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (individual

maupun kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-

hari dengan cara mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan

19

Page 20: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

yang berbeda, meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,

menurunkan rasa bosan dan melihat melihat pemandangan.

Rekreasi dapat memberikan kepuasan serta kegembiraan

yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin lansia.Misalnya:

mengikuti senam lansia, datang ke posyandu lansia,

bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga,

mengunjungi saudara, dll.

Sumber: uptpantiwerdhamojopahit.blogspot.com

i. Terapi keluarga

Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang

dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing

anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut

digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing

anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di

keluarga, apa konstribusi masing-masing terhadap timbulnya

masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk

mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau

mengembalikan fungsi keluarga seperti yang sebelumnya.

j. Terapi aroma

20

Page 21: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian

minyak alami yang diuapkan dari berbagai tanaman. Mereka

yang menggunakan terapi aroma mengatakan terapi aroma

efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit, dan

bahkan mengobati penyakit tertentu, baik fisik maupun

psikologis.

Implementasi:

Selain minyak alami yang tepat,bisa juga di gunakan

sebagai massase, inhalasi, mandi.

bbMassage membutuhkan minyak perantara, massage

mencakup mengencerkan minyak alami dengan minyak

perantara yang sesuai dan mengoleskan ke seluruh

tubuh.

Inhalasi membutuhkan semangkuk air hangat dan sebuah

handuk besar.caranya pasien dapat menutup seluruh

kepalanya dengan handuk lalu meneteskan minyak

alami.terus membungkuk dan menghirup uap air selama

beberapa menit.

Pertimbangan khusus:

Minyak sitrus tidak boleh dipakai sebelum dijemur di

bawah sinar matahari, anjurkan pasien tidak boleh

mengoleskan minyak cengkeh dan kayu manis.

Metode pemakaian yang berbeda membutuhkan tindakan

kewaspadaan keamanan yang khusus.

21

Page 22: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Peringatkan pasien tidak boleh menggunakan minyak

alami ke mata dan harus menjauhkan dari bagian mata.

k. Terapi dansa

Terapi dansa memanfaatkan antara gerak tubuh dan pikiran.

Aspek khusus terapi dansa seperti musik, irama,dan gerakan

yang sinkron, mengubah status alam perasaan, menyadarkan

kembali ingatan dan perasaan yang lalu dan mengurangi

isolasi. Musik harus sesuai dengan kelompok lansia, baik

kecepatannya maupun penampilan estetisnya.

Implementasi:

Atur ruangan untuk mengakomodasi gerakan

Atur kursi di sekitar pinggiran bagi mereka yang tidak

dapat berdiri atau menjadi lelah selama sesi terapi.

Jelaskan tujuan sesi tersebut dan dorong setiap lansia

untuk berpartisipasi sampai tahap mereka mampu

melakukannya.

Kurangi resiko cedera saat dilakukan terapi.

Pertimbangan khusus

Karena berdansa merupakan aktifitas aerobik, perhatikan

apakah ada tanda-tanda gangguan kardiovaskuler, seperti

pusing, kemerahan, keringat yang banyak dan

disorientasi.

Gerakan yang cepat dapat membuat pusing, bantu lansia

yang pusing periksa TTV.

l. Terapi life-review

Berkaitan dengan peninjauan memori yang jauh

tersimpan,pengungkapan perasaan yang terkait memori

tersebut,pengakuan konflik-konflik dan pelepasan sudut

pandang yang membatasi diri.Terapi ini paling umum

22

Page 23: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

digunakan untuk pencapaian pemecahan masalah dan

mengidentifikasi kemungkinan arah hidup yang baru.

Implementasi:

Berikan kesempatan bagi pasien untuk memberikan

ikhtisar peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya

Dorong pencarian makna,pemecahan masalah dan

kepuasan emosional

Fasilitasi dengan membagi beberapa pengalaman hidup

anda sendiri.

Pertimbangan khusus

Lansia yang terganggu secara psikologis dapat menolak atau

tidak mampu untuk mengenang hidup dengan lancar.Ia

mungkin perlu bantuan dalam mengungkapkan pengalaman

hidupnya.

m. Terapi musik

Menggunakan daya tarik universal menggunakan bunyi ritmik

untuk mengkomunikasikan, mengksplorasi dan

menyembuhkan.Terapi musik berupa

musik,bernyanyi,bergerak mengikuti musik atau

mendengarkan.Terapi musik bermanfaat bagi pasien yang

menderita ketidakmampuan perkembangan,gangguan

kesehatan jiwa,demensia,adiksi terhadap zat dan nyeri kronis.

Penelitian telah menunjukan efek positif musik dalam

mengurangi nyeri dan prosedur dalam kecemasan dan

anastesi gigi.

Implementasi

Atur sebuah lingkungan yang nyaman

Pilih musik yang tepat untuk pasien

Jika sesi yang anda lakukan akan meliputi pembuatan

musik,kumpulkan instrumen yang tepat untuk kelompok

tersebut

23

Page 24: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Dorong peserta untuk membahas perasaan yang mereka

alami ketika sedang mendengarkan musik.Beri pujian atas

upanya mereka

Setelah sesi usai,dokumentasikan tipe aktivitas dan

respon kelomopok.

Pertimbangan khusus

Musik khususnya efektif sebagai metode terapi kenangan

untuk lansia.Pada banyak pasien,musik yang mereka nikmati

dimasa muda mereka tidak lagi menjadi bagian hidup mereka

selama puluhan tahun.

n. Terapi Oksigen

Pasien membutuhkan terapi oksigen ketika mengalami

hipoksemia yang disebabkan oleh kedaruratatan pernafasan

atau jantung atau peningkatan fungsi metabolic.Pada

kedaruratan pernafasan,memungkinkan pasien mengurangi

upaya ventilasinya. Ketika penyakit seperti atelektasis atau

sindromc distres pernafasan dewasa,kerusakan difusi, ketika

volume paru berkurang akibat hipoventilasi,prosedur ini

menaikkan kadar alveolar

Peralatan:

Sumber oksigen

Meteran aliran

Air steril yang di uapkan

Slang penghubung diameter kecil dan besar

Lapisan kassa dan plester

Adapter pancaran udara untuk masker venturi

Implementasi

Kaji kondisi pasien pada keadaan darurat pastikan jalan

nafas pasien terbuka saat memberikan oksigen

Periksa port saluran keluar oksigen untuk memastikan

aliran

24

Page 25: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Periksa kamar untuk memastikaan keamanan dalam

memberikan terapi oksigen

Pantau respon pasien terhadap terapi oksigen

Komplikasi

Konsentrasi oksigen yang tinggi selama periode lama dapat

menyebabkan kerusakan pada jalan nafas dan paru. Henti

nafas mungkin komplikasi yang akan terjadi jika konsentrasi

oksigen terlalu tinggi untuk pasien yang menderita penyakit

paru obstruksi kronis.

o. Terapi Seni

Adalah penggunaan kreatif berbagai media ekspresif untuk

membantu individu mengatasi kekhawatiran, emosi,

perubahan hidup, masalah personal dan konflik yang sering

dipendam dalam alam bawah sadar.Aktivitas kreatif dapat

mencakup menggambar, melukis, memahat, dan membuat

mozaik.

Implementasi:

Pastikan pasien secara fisik mampu melakukan aktivitas

artistic

Jelaskan prosedur kreatif kepada pasien dan dapatkan

persetujuannya.

Kumpulkan dan siapkan semua bahan yang diperlukan

Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

Beri pujian untuk setiap dan seluruh usahanya.

Berikan klien waktu untuk menyelesaikan gambar tersebut

agar klien puas.

Ketika gambar itu selesai, persilahkan klien untuk

memperlihatkan gambar tersebut dan menceritakannya.

Jika klien secara khusus bangga dengan karya seninya,

atur agar karya itu dipajang (atas izin klien) agar orang

25

Page 26: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

lain dapat mengaguminya, sehingga membuat klien lebih

diakui.

Pertimbangan Khusus:

Beberapa klien mungkin tidak bersedia untuk berpartisipasi

dalam terapi seni, baik karena malu atau tidak tertarik.Jangan

memaksa, sebaiknya bangun hubungan terapeutik yang dapat

dipercaya. Klian akan bersedia untuk berpartisipasi pada

masa yang akan dating.

HASIL OBSERVASI

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

“ Judul“

Hari, Tanggal : …………………………………………….

Waktu : …………………………………………….

Tempat : …………………………………………….

Hasil Observasi Petugas Terapi Aktivitas Kelompok

Petugas Hasil Observasi

Leader

Co Leader

Fasilitator

26

Page 27: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

Hasil Observasi Klien

Nama Klien

Kriteria Penilaian

Keaktifan Sosialisasi Konsentrasi Kerjasama

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Keterangan :

4 : Baik Sekali

3 : Baik

2 : Cukup

1 : Kurang

27

Page 28: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidpan manusia ( Budi Anna Keliat 1999 dalam Siti Maryam 2008).

Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2). (3). (4) UU No. 13 Tahun 1998

tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut aalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun. Pelayanan kesehatan lansia adalah

untuk meningkatkan kesehatan lansia yang lebih baik dan untuk

membantu memenuhi kebutuhan lansia karena keterbatasannya

dikarenakan proses penuaan.

Pelayanan Kesehatan dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia

Lanjut dilakukan memalui upaya-upaya sebagai berikut, yaitu: upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Jadi terapi modalitas dapat dilakukan pada lansia untuk

mengisi waktu luang bagi lansia.

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca

khususnya untuk lingkungan keperawatan dapat memahami, mengerti dan

menerapkan bagaimana pembinaan lansia di panti dan terapi modalitas

dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada lansia dengan

menghargai hak-hak lansia dan menghormati kebutuhan lansia secara

profesional.

28

Page 29: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Prawatannya. Jakarta :

Salemba Medika.

Wulandari, Niksari Laela. 2013. Pembinaan Lanjut Usia Di Panti Sosial

Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur , Kasongan, Bangunjiwo,

Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

(http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/3007/84/498, Diunduh

Pada Tanggal 02 November 2014 ).

Asfriyati. 2003. Upaya Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut.

(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3752/1/fkm-asfriyati.pdf,

Diunduh Pada Tanggal 02 November 2014)

Dirjen Pembinaan Kesehatan Keluarga, 1992. Pedoman Pembinaan Kesehatan

Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Depkes, Jakarta.

Johana E. Prawitasari, Aspek Sosial Psikologi Usia Lanjut Di Indonesia.

Buletin Penelitian Kesehatan 21 (4) Hal 73-83.

Zuhdi Makmun, Pendekatan Komprehensif Terhadap Perawatan Kesehatan

Pada Usia Lanjut Menjelang Tahun 2000. Majalah Kesehatan

Masyarakat, Nomor 59 Tahun 1998.

29

Page 30: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

TUGAS KELOMPOK

PEMBINAAN LANSIA DI PANTI DAN TERAPI MODALITAS

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gerontik 1

Desen Pengampu : Pritta Yunitasari S.Kep, Ns

Disusun Oleh :

I NYOMAN SUMARTHAMA (121144)

IKA PUTRI PRASTIWI (121146)

NURVITAWANG SEPTIASTUTI (121154)

RUDI (121161)

YENNYKA DWI AYU (121170)

BAHRI MAHROJI (110993)

SHERLY DAMUS (111029)

REFANGGA WAYAN DIKA (111061)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2014/2015

30

Page 31: KEL 5 Pembinaan Lansia Di Panti

31