induksi - augmentasi
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
1/23
Anthony Kasena - 07120090011 Page 1
INDUKSI DAN AUGMENTASI PERSALINAN
I. Induksi Persalinan
1.1 Definisi induksi persalinan
Induksi adalah upaya menstimulus kontraksi spontan uterus yang belum
muncul untuk mempersiapkan kelahiran.
Induksi persalinan adalah suatu upaya agar persalinan mulai berlangsung
sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang
(stimulasi) timbulnya HIS.
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum
inpartu, baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan
berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan
tindakan-tindakan tersebut untuk wanita hamil yang sudah inpartu (3).
Induksi persalinan mengisyaratkan stimulasi kontraksi sebelum awitan
spontan persalinan dengan atau tanpa pecah ketuban (2).
Persalinan induksi merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk
mempercepat proses persalinan. Persalinan induksi dengan menambah
kekuatan dari luar tidak boleh merugikan ibu dan janinnya dalam usaha
menuju well born baby dan well health mother, sehingga diperlukan indikasi
yang tepat, waktu yang baik, dan disertai evaluasi yang cermat. Disamping
itu, untuk menanggapi atau menghadapi komplikasi dan tindakan lebih
lanjut, induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki
fasilitas tindakan operasi (4).
Dalam ilmu kebidanan ada kalanya sesuatu kehamilan terpaksa diakhiri
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
2/23
karena adanya sesuatu indikasi. Indikasi dapat datang dari sudut
kepentingan hidup ibu dan atau janin. Hasil induksi partus bergantung pula
pada keadaan serviks. Sebaiknya induksi partus dilakukan pada serviks yang
sudah atau mulai matang dimana serviks sudah matang, dengan effacement
sekurang-kurangnya 50% dan pembukaan serviks 1 jari (1).
1.2 Indikasi
1. Indikasi Ibu
a.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi dan
eklamsi (1,2,3,4).
b. Kehamilan dengan diabetes miltus (3,4).
c.
Infeksi amnionitis (4).
2. Indikasi janin
a.
Kehamilan lewat waktu (postmaturitas) (1,3,4).
b.
Ketuban pecah dini (2,3).
c. Janin mati (3).
d.
Inkompatibilitas Rh(1).
e. Gestasi pascamatur (2).
f. Insufisiensi plasenta (4).
g.
IUFD (4).
h. IUGR (4).
i.
Oligohidramnion (4).
3. Indikasi Selektif
a. Maturitas paru cukup
b. Kontraksi uterus tak sempurna
c. Atas permintaan yang bersangkutan
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
3/23
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
4/23
b)
Ukuran panggul normal
c) Tidak ada CPD (disproposi antara pelvis dan janin).
d) Janin dalam presentasi kepala
e)
Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai
mendatar dan mulai membuka.
2) Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor bishop, yaitu
bila nilai berlebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan
besar akan berhasil.
Teknik infuse oksitosin berencana
1) Semalam sebelum infuse oksitosin, hendaknya klien sudah
tidur dengan nyenyak.
2)
Pagi harinya penderita diberi pencahar (Kandung kemih dan
rektum dikosongkan)
3) Infuse oksitosin hedaknya dikerjakan pada pagi hari dengan
observasi yang baik.
4)
Disiapkan cairan dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit
oksitosin.
5)
Cairan yang sudah disiapkan mengandung 5 U oksitosin ini
dialirkan secara intravena melalui saluran infuse dengan jarum
no 20 G.
6)
Jarum suntik intravena dipasangkan di vena bagian volar
lengan bawah
7)
Tetesan permulaan kecepatan pertama 10 tetes/menit.
8) Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila
dalam waktu 15 menit ini HIS tetap lemah, tetesan dapat
dinaikan. Umumnya tetesan maksimal diperbolehkan sampai
mencapai kadar oksitosin 30-40 tetes/menit, maka berapapun
kadar oksitosin yang dinaikan tidak akan menimbulkan
tambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infuse oksitosin
dihentikan.
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
5/23
9)
Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat
untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda
rupture uteri membakat, maupun tanda-tanda gawat janin
10)
Bila kontraksi timbul secara teratur dan adekuat , maka kadar
tetsan oksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila tejadi kontraksi
rahim yang sangat kuat, jumlah tetsan dapat dikurangi atau
sementara dihentikan.
11) Infuse oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai
persalinan selasai yaitu sampai satu jam sesudah lahirnya
plasenta.
12) Evaluasi kemajuan janin pembukaan serviks dapat dilakukan
dengan periksa dalam bila HIS telah kuat dan adekuat. Pada
waktu pemberian infuse oksitosin bila ternyata kemudian
persalinan telah berlangsung, maka infuse oksitosin
dilanjutkan sampai pembukaan lengkap. Segera setelah kala II
dimulai, maka tetesan infuse oksitosin dipertahankan dan ibu
di pimpin mengejan atau dipimpin dengan persalinan buatan
sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila
sepanjang pemberiaan infuse oksitosin timbul penyulit pada
ibu maupun janin. Maka infuse oksitosin harus segera
dihentikan dan kehamilan segera diselesaikan dengan seksio
sesarea (3).
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
6/23
b.
Prostaglandin E2
Prostaglandin dapat merangsang otot-otot polos termasuk juga otot-
otot rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot
rahim ialah PGE2 Dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan
prostaglandin dapat diberikan secara intravena, oral, vaginal, rectal,
dan intra amnion. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan
prostaglandin cukup efektif. Pengaruh sampingan dari pemberia
prostaglandin ialah mual, muntah, diare (3).
TABEL 26-1 Skor bishop yang digunakan untuk menilai
induksibilitas
Skor Factor
Pembukaan
Cm
Penipisan
(%)
Stasion Konsistensi
serviks
Posisi
serviks
0 Tertutup 0-30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40-50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60-70 -1 Lunak Anterior
3 5 80 +1,+2 - -
Stasion mencermikan skala -3 hingga +3
sumber : dari bishop EH: pelvic scoring for elective induction. Obstet gynecol
24:266, 1964, dengan izin.
Kemungkinan keberhasilan induksi persalinan, menurunkan
insidensi persalinan lama, dan mengurangi dosis oksitosin.
Pada tahun 1992, food and drug administration menyetujui
pemakaian gel prostaglandin E2 (prepidil) untuk mematangkan
serviks pada wanita aterm atau menjelang aterm yang memiliki
indikasi untuk di induksi. Gel tersedia dalam spuit 2,5 ml yang
berisi 0,5mg dinoproston. Rute intra serviks memberikan
keunggulan karena tidak banyak mempengaruhi aktifitas uterus dan
sangat efektif untuk wanita dengan serviksyang belum matang.
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
7/23
Sisipan vaginal dinoproston 10 mg (cervidil) juga disetujui pada
tahun 1995 untuk mematangkan serviks. Sisipan ini melepaskan
obat secara lebih lambat (0,3 mg/jam) dibandingkn bentuk gel (2).
Pemberian
Dianjurkan preparat ini diberikan pada saat atau menjelang tiba
dikamar bersalin agar dapat dilakukan pemantauan kontinu
terhadap aktifitas uterus dan denyut jantung janin. Mungkin perlu
dilakukan pengamatan dengan periode berkisar dari 30 menit
hingga 2 jam. Jika tidak terdapat perubahan dalam aktifitas uterus
atau denyut jantung janin setelah peiode ini, pasien dapat
dipindahkan atau dipulangkan. Jika muncul, kontraksi biasanya
terjadi pada jam pertama dan memperlihatkan aktivitas puncak
dalam 4 jam pertama. Jika tetap terjadi kontraksi yang teratur,
pemantauan denyut jantung janin harus dilanjutkan dan tanda-tanda
vital di catat.
Interval waktu aman minimal antara pemberian prostaglandin E2
dan permulaan pemberian oksitosin belum diketahui pasti. Menurut
petunjuk pembuatannya, induksi oksitosin harus ditunda selama 6
hingga 12 jam (2).
Efek samping
Angka hiperstimulasi uterus dilaporkan, didefinisikan sebagai 6
kontraksi atau lebih dalam 10 menit selama total 20 menit, adalah 1
persen untuk gel intraserviks (dosis 0,5 mg) dan 5% untuk gel
intravagina (dosis 2 hingga 5 mg). karena dapat terjadi
hiperstimulasi serius atau gangguan janin lebih lanjut,
prostaglandin biasanya tidak digunakan pada persalinan. Jika
terjadi, hiperstimulasi biasanya dimulai dalam 1 jam setelah gel di
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
8/23
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
9/23
e.
Misoprostol oral
Afektivitas misoprostol oral, 100 g, serupa dengan misoprostol
intravagina 25 g (2).
f. Cairan hipertonik intrauterine
1) Pemberian cairan hipertonik cairan amnion dipakai untuk
merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin
mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan
garam hipertonik 20%, urea dan lain-lain, kadang-kadang
pemakaian urea dicampur dengan prostaglandin untuk
meperkuar rangsangan pada otot-otot rahim.
Cara ini dapat menimbulkan penyulit yang cukup berbahaya,
misalnya hipernatremia, infeksi gangguan pembekuan darah (3).
2. Secara manipulative dengan tindakan
Inisiasi pembukaan serviks dengan dilator serviks osmotic higroskopik
telah lama diterima sebagai tindakan yang efektif sebelum terminasi
kehamilan untuk meningkatkan efektivitas induksi persalinan jika
serviks belum matang (2).
a. Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan ketuban
secara artificial di inggris juga disebut
sebagai induksi bedah, sering
digunakan untuk menginduksi atau
mempercepat persalinan. Indikasi umum lain untuk amniotomi
antara lain adalah pematauan denyut jantung janin internal jika
diantisipasi adanya gangguan janin dan penilaian intrauterus
kontraksi jika persalinan belum memuaskan. Amniotomi elektif
untuk mempercepat persalinan spontan/mendeteksi mekonium juga
dapat diterima dan sering di praktikan (2).
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
10/23
Table 26.2 regimen oksitosin untuk stimulasi persalinan
Regimen Dosis awal
(Mu/menit)
Peningkatan
incremental
(Mu/menit)
Interval dosis
(Mu/menit)
Dosis
maksimal
(Mu/menit)
Dosis rendah 0,5-1
1-2
1
2
30-40
15
20
40
Dosis tinggi 6 6 ,3,1 15-40 42
Peningkatan bertahap dikurangi menjadi 3 mU/mnt jika terdapat
hiperstimulasi rekuren.
Sumber: dimodifikasi dari American college of obstetrians and
gynecologists: induction of labor. Technical bulletin No. 10, November
1999, dengan izin.
Hendaknya ketuban dipecahkan jika memenuhi syarat sbb:
Serviks sudah matang/skor pelviks diatas 5.
Pembukaan kira-kira 4-5 cm
Kepala sudah memasuki PAP biasanya setelah 1-2 jam
pemecahan ketuban diharapkan HIS akan timbul dan menjadi
lebih kuat (3).
1) Amniotomi artifisialis dilakukan dengan cara memecahkan
ketuban baik dibagian bawah depan dengan (fore water)
maupun dibagian belakang (bind water) dengan suatu alatkhusus (drewsmith catbeter macdonald klem). Sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh
amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.
2) Beberapa teori mengemukakan bahwa
a)
Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40%
sehingga tenaga kontraksi dapat lebih kuat untuk
membuka serviks.
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
11/23
b)
Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah
didalam rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi
dikerjakan, sehingga berkurangnya oksigenasi otot-otot
rahim dan keadaan ini meningkatnya kepekaan otot rahim.
c) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan
dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak
syaraf-syaraf yang merangsang kontraksi rahim.
3) Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada
tanda-tanda pemulaan persalinan, maka harus di ikuti dengan
cara-cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan
infuse oksitosin.
4) Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit-penyulit
sebagai berikut
a) Infeksi
b) Prolapsus funikuli
c)
Gawat janin
d)
Tanda-tanda solusio plasenta (bila ketuban sangat banyak
dan keluarnya secara tepat) (3).
Teknik amniotomi
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dimasukan kedalam jalan
lahir sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada
dalam kanalis servikalis, maka posisi jari berubah sedemikian rupa
sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. Tangan kiri
kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan
tutunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung pengait diletakan
diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang ada didalam.
Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus
pengait tersebut untuk dapat masuk dan merobek selaput ketuban.
Selain itu menusukan pengait ini dapat juga dilakukan dengan satu
tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
12/23
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
13/23
1.5 Tanda-Tanda Induksi Baik
1. Respons uterus berupa aktifitas kontraksi miometrium baik
2.
Kontraksi simetris, dominasi fundus, relaksasi baik (sesuai dengan
tanda-tanda his yang baik / adekuat)
3. Nilai pelvik menurut Bishop (tabel) (1)
Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih dahulu
pemeriksaan dalam guna memberikan kesan tentang keadaan serviks,
bagian terbawah janin dan panggul. Hasil pemerikasaan dicatat dan
disimpulkan dalam satu tabel nilai pelvis. Selaanjutnya dapat kita ikuti
ketentuan-ketentuan sbb:
a. Apabila skor di atas 5, pertama-tama lakukanlah amniotomi. Bila 4
jam kemudian tidak ada kemajuan persalinan, berikan infus tetes
oksitosin.
b. Apabila skor dibawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infus
tetes oksitosin. Setelah beberapa lama berjalan, nilai kembali
pelvis.
Bila skor diatas 5 lakukan amniotomi.
Bila skor dibawah 5, oksitosin tetes diulangi.
Bila setelah 2-3 kali, serviks belum juga matang segera
lakukan amniotomi.
No Skor 0 1 2 Nilai
1 Pendataran serviks Stubuler
panjang
Panjag 1
cm
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
14/23
Nilai pelvis (pelvic Score)
1.6 Komplikasi
1. Terhadap ibu
a. Kegagalan induksi
b. Kelelahan ibu dan krisis emosional
c.
Inersia uteri dan partus lama
d. Tetania uteri yang dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptura
uteri dan laserasi jalan lahir.
e. Infeksi intrauterine(1).
2. Terhadap janin
a. Trauma pada janin oleh tindakan
b. Prolapsus tali pusat
c.
Infeksi intrapartal pada janin (1).
TALAKSANA INDUKSI PERSALINAN
5 Turunnya bagian terbawah
janin terhadap spina
iskhiadika/menurut bidang
hodge.
Di atas -
2 cm/H
II
-1
sampai -
2 cm/
HII+
-1 cm nol
HIII
Jumlah Nilai
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
15/23
II. Augmentasi Persalinan
2.1 Definisi Augmentasi Persalinan
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
16/23
Augmentasi adalah upaya meningkatkan kontraksi spontan uterus dalam
kondisi kontraksi uterus yang kurang akibat gangguan dilatasi cerviks dan
turunnya fetus (2).
Augmantasi persalinan adalah intervensi untuk mangatasi kemajuan
persalinan yang lambat. Perbaikan kontrasksi uterus yang tidak efektif
meliputi amniotomi, pemberian oksitosin dan amniotomi, atau pemberian
oksitosin jika sebelumnya telah terjadi ketuban pecah. Augmentasi
persalinan merupakan salah satu prinsip penatalaksanaan aktif persalinan
dan seperti intervensi lainnya, alasan lengkapnya harus didiskusikan dan
persetujuan tindakan dari ibu harus didokumentasikan. Kesejahteraan ibu
dan bayinya yang belum lahir harus selalu menjadi hal yang terpenting (6).
Augmentasi persalinan mengacu pada penggunaan obat/intervensi lain
untuk 'mempercepat' proses persalinan. Augmentasi persalinan mungkin
diperlukan untuk membantu jika terjadi abnormal atau sulit
(distosia)/untuk mempercepat persalinan normal jika kesehatan ibu atau bayi
beresiko. Augmentasi persalinan biasanya melibatkan artifisial untuk
meningkatkan frekuensi atau kekuatan kontraksi uterus, dengan atau tanpa
memecahkan ketuban, perubahan posisi, pengiriman instrumental (forsep,
vakum) dan teknik lainnya. Setelah prosedur didirikan, penilaian rutin
seberapa jauh bayi menglami penurunan pada jalan lahir bayi, pelebaran
leher rahim, dan kesehatan ibu dan bayi terjadi untuk memastikan
augmentasi persalinan memastikan berjalan dengan baik. Setelah serviks
berdilatasi untuk 4cm (tahap pertama aktif), dilatasi serviks tambahan harus
terjadi pada kecepatan satu sentimeter per jam, atau lebih cepat bagi wanita
yang telah memiliki anak sebelumnya. Jika ini tidak terjadi, pembesaran
dapat dipertimbangkan (5).
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
17/23
Dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki masalah dengan
persalinan pervaginam, perempuan yang mengalami kesulitan (distosia)
yang memerlukan augmentasi lebih mungkin untuk :
a.
Membutuhkan sectio sesarea
b. Terdapat air ketuban yang tidak jelas;
c. Riwayat postpartum dengan perdarahan
Memberikan bayi dengan skor satu menit Apgar rendah neonatal (5).
2.2 Penatalaksanaan Aktif Persalinan
Prinsip dilakukannya penatalaksanaan aktif adalah penetapan diagnosis
yang tepat tentang awitan persalinan dan persalinan selesai dalam 12 jam.
Amniotomi dilakukan secara rutin dan serviks diharapkan berdilatasi
dengan kecepatan dilatasi 1 cm perjam setelah dilatasi 3 cm. Jika persalinan
gagal maju dengan kecepatan yang telah ditentukkan, persalinan tersebut
dianggap memanjang dan kontrasksi ditingkatkan dengan pemberian infus
oksitosin. Kemajuan persalinan dicatat pada partogram, setelah dikaji
dengan pemeriksaan vagina. Pengkajian pertama dilakukan dalam 1 jam
setelah hospitalisasi, dan jika didiagnosis terjadi persalinan ( mis: serviks
berdilatasi 3 cm atau lebih ), selaput ketuban dapar dirobek. Pemeriksaan
selanjutnya dilakukan satu jam kemudian, dan jika serviks tidak cukup
berdilatasi, infus oksitosin secara intravena dapat mulai diberikan (6).
Pengkajian kemajuan persalinan yang didasarkan pada pemeriksaan vagina
dapat bersifat subjektif, karena sifat pemeriksaan itu sendiri tidak reliable,
tidak dapat mengukur dilatasi serviks secara akurat atau mencegah
kesalahan klinis. Kegagalan untuk memenuhi harapan medis , bukannya
fisiologis kemajuan persalinan dapat menyebabkan persalinan
dideskripsikan sebagai abnormal. Oleh karena itu, penggunaan
penatalaksanaan aktif dalam mencegah persalinan lama dan menurunkan
angka secsio sesarea bersifat kontroversial dengan angka intervensi yang
tinggi. Empat puluh lima persen primigravida yang sedang dalam persalinan
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
18/23
menerima oksitosin untuk mengatasi kerja uterus yang tidak efisien atau
persalinan lama ( oDriscoll et al 1993 ). Hal tersebut merupakan model
praktik yang sudah digunakkan secara luas
2.3 Tahapan Augmentasi persalinan
1. Tahap Pertama
Tahap pertama persalinan berlangsung dari saat persalinan dimulai
sampai serviks sepenuhnya berdilatasi dan klien mulai mendorong bayi
keluar. Pada bagian pertama dari tahap pertama (0-4 cm pelebaran leher
rahim, yang dikenal sebagai fase laten), pembesaran dapat berupa
istirahat terapi, atau diberikan obat yang menyebabkan rahim
berkontraksi. Tahap pertama berkepanjangan selama persalinan
dikaitkan dengan risiko lebih tinggi melahirkan caesar, dan mengurangi
kesehatan bayi saat lahir (skor Apgar lebih rendah).
Sisanya melibatkan ibu menerima suntikan obat penghilang rasa sakit
yang kuat agar dia bisa beristirahat atau tidur dengan ketidaknyamanan
minimal sambil kemajuan persalinan. Kadang-kadang obat penenang
juga diresepkan. Pilihan ini tidak tepat jika persalinan dengan tanda-
tanda ibu atau bayi tidak sehat. Perempuan yang diobservasi dengan
istirahat terapi, 85% akan meningkat di fase aktif persalinan (4-10 cm
melebar), 10% adalah mungkin dalam persalinan palsu, dan 5%
memiliki masalah yang berkelanjutan dengan kemajuan persalinan.
Obat-obatan yang merangsang rahim, seperti oksitosin, dapat digunakan
untuk membantu mempercepat kerja dari laten (0-4cm melebar) ke fase
aktif (4-10cm melebar) dari tahap pertama. Oksitosin diberikan ke
pembuluh darah melalui infus, dengan jumlah obat meningkat atau
menurun tergantung pada bagaimana wanita merespons. Oksitosin tidak
mungkin untuk digunakan saat persalinan pervaginam tidak aman,
rahim tidak kuat karena jaringan parut, atau keadaan lain yang
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
19/23
tercantum di atas. Satu studi menemukan bahwa oksitosin dan sisanya
terapi sama-sama efektif dan pilihan aman untuk mengelola fase laten
berkepanjangan. Dalam sebuah penelitian, oksitosin mengambil rata-
rata 3,4 jam untuk memindahkan tenaga kerja bersama ke fase aktif dari
tahap pertama. Setelah tenaga kerja telah mencapai fase aktif, oksitosin
lebih efektif dalam mempercepat kerja dari pecah membran, berjalan-
jalan, atau tindakan lainnya. Penggunaan oksitosin untuk meningkatkan
kerja dikenal untuk mengurangi panjang dari tenaga kerja dengan jam,
dengan tidak ada perubahan dalam kepuasan ibu, atau bahaya pada ibu
atau bayi. Angka kelahiran caesar tidak terpengaruh. Akibat dari pecah
selaput di sekitar bayi tidak mengurangi panjang tahap pertama
persalinan. Tindakan konservatif seperti berjalan sekitar telah
ditemukan untuk meningkatkan kenyamanan bekerja perempuan, tetapi
tidak memiliki efek dalam hal mempercepat persalinan lama. Jika
pembesaran selama tahap pertama tidak mengakibatkan persalinan
mengalami kemajuan seperti yang diharapkan (dilatasi serviks minimal
1 cm per jam), persalinan SC mungkin diperlukan (5).
2. Tahap Kedua
Tahap kedua dari saat serviks sepenuhnya berdilatasi dan wanita
diperbolehkan untuk meneran, sampai bayi dilahirkan. Tahap kedua
panjang dapat dikelola dengan observasi lanjutan (manajemen hamil),
persalinan pervaginam operatif (forceps atau vakum), atau SC. Pilihan
yang paling tepat akan tergantung pada bagaimana ibu dan bayi, tanda-
tanda kemajuan persalinan, dan panjang tahap kedua.
Pecah buatan dari membran sekitar bayi (amniotomi) sering dilakukan
selama tahap kedua jika selaput masih utuh. Episiotomi rutin
(memotong tepi jalan lahir untuk membuatnya lebih luas) tidak
memperpendek tahap kedua tenaga kerja dan tidak berguna untuk
tujuan ini.
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
20/23
Persalinan pervaginam yang sukses adalah hasil yang paling umum dari
wanita yang mengalami tahap kedua panjang. Masalah yang paling
umum dengan bayi karena tahap kedua berkepanjangan termasuk
masuk perawatan intensif dan cedera pada saraf di leher yang memasok
lengan. Tahap kedua lama dikaitkan dengan peningkatan bahaya pada
ibu perdarahan setelah persalinan (postpartum haemorrhage) (5).
Tahap kedua yang panjang akan ditambah melalui teknik-teknik
berikut:
a.
Pengobatan dengan infus (Syntocinon) oksitosin yang
menyebabkan rahim berkontraksi;
b. Mengurangi mati rasa dan kelemahan yang terjadi dengan anestesi
epidural atau tulang belakang, sehingga perempuan lebih mampu
mendorong. Hal ini mengurangi panjang tahap kedua dan
kebutuhan untuk forceps atau vakum, meskipun itu menghasilkan
lebih sakit bagi ibu;
c.
Terus menerus kehadiran seseorang memberi dukungan untuk
membantu ibu;
d.
Jika kepala bayi masih belum semua ke bawah panggul, wanita itu
dapat menunda mendorong jika ia tidak memiliki dorongan untuk
melakukannya;
e.
Mengubah posisi perempuan untuk mendorong (tegak, berlutut di
posisi merangkak, posisi lateral);
f.
forceps atau vakum, teknik ini tergantung pada mengapa digunakan
dan tergantung pada keterampilan dokter atau bidan;
g. Jika ada kegagalan metode yang diuraikan di atas, dengan tanda-
tanda bayi yang tertekan, persalinan SC diperlukan (5).
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
21/23
Indikasi Augmentasi
a. Ibu
Kondisi medis atau obstetri yang tidak berespon terhadap pengobatan
dan mengancam kesehatan ibu, seperti gagal jantung, pre-eklampsia
berat dan penurunan fungsi ginjal atau gangguan system saraf pusat.
b. Janin
Pada janin adanya retardasi pertumbuhan yang progresif, abnormalitas
yang tidak memungkinkan kehidupan, atau kematian janin, semuanya
merupakan indikasi untuk augmentasi.
c. Janin dan Ibu
Augmentasi persalinan juga diindikasikan jika menguntungkan baik
ibu maupun janin, serta pada diabetes yang tidak terkontrol, setelah
pecah ketuban atau jika terdapat korioamnionotis. Augmentasi ini
khususnya berkaitan dengan praktik kebidanan kontemporer yang
mempertimbangkan wanita yang sebelumnya memiliki masalah medis
untuk tidak boleh hamil sekarang harus siap untuk menerima resiko
penyerta menjadi ibu (David, 2008, hal. 182).
3. Kontra Indikasi
Adapun kontra indikasi pada persalinan augmentasi yaitu
disproporsi sefalopelvik, riwayat seksio sesaria, malposisi dan
malpresentasi janin, insufisiensi plasenta, grande multipara, gemeli,
distensi rahimyang berlebihan (pada hidramnion), atau plasenta previa
(Mansjoer, 2000, hal. 300).
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
22/23
Augmentasi persalinan tidak boleh dilakukan pada keadaan-
keadaan berikut ini :
a. Jika kelahiran pervaginam tidak dianjurkan
b. Kontraksi uterus dapat mengakibatkan ruptur uterus setelah insisi
uterus klasik atau T terbalik, pembedahan yang meluas ke rongga
uterus dan jika seksio sesaria pada segmen bawah dipersulit oleh
perluasan atau infeksi.
c. Augmentasi dikontraindikasi jika persalinan memberikan ancaman
masalah lebih lanjut bagi ibu atau janin (David, 2008, hal. 184).
4. Keuntungan
a. Cervix menjadi lunak dan membuka sehingga mempermudah
amniotomi
b. Lama kala satu persalinan dipersingkat (Oxorn, 2003, hal. 558).
-
8/11/2019 induksi - augmentasi
23/23
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Jakarta: EGC
2. Leveno Knneth J, dkk. 2009. Obstetri williams edisi 21. Jakarta : EGC.
3.
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama,
cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4.
Manuaba Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta: EGC
5. American College of Obstetricians and Gynecologists. Induction of labor.
ACOG Practice Bulletin # 10. American College of Obstetricians and
Gynecologists, Washington DC 1999. (di akses dari
http://www.virtualmedicalcentre.com/treatment/induction-and-
augmentation-of-labour/164)
6. Fraser Diane M, Cooper Margaret A. 2009.Buku Ajar Bidan Myles.Jakarta :
EGC.
7.
http://www.rno.org/journal/index.php/online-journal/article/viewFile/3/170
http://www.virtualmedicalcentre.com/treatment/induction-and-augmentation-of-labour/164http://www.virtualmedicalcentre.com/treatment/induction-and-augmentation-of-labour/164http://www.virtualmedicalcentre.com/treatment/induction-and-augmentation-of-labour/164http://www.rno.org/journal/index.php/online-journal/article/viewFile/3/170http://www.rno.org/journal/index.php/online-journal/article/viewFile/3/170http://www.rno.org/journal/index.php/online-journal/article/viewFile/3/170http://www.virtualmedicalcentre.com/treatment/induction-and-augmentation-of-labour/164http://www.virtualmedicalcentre.com/treatment/induction-and-augmentation-of-labour/164