isi (autosaved)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apabila banyaknya pasangan infertile di Indonesia dapat diperhitungkan dari
banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup,
maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira-
kira 3 juta pasangan infertile di seluruh Indonesia.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertile
memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa menempuh
hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini, atau bercerai. Berkat kemajuan
teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan
jalan inseminasi buatan donor, "bayi tabung",atau membesarkan janin di rahim wanita
lain.
Di Indonesia masih langkah sekali dokter yang berminat dalam ilmu infertilitas.
Kalaupun ada, masih terlampau sering dokter dan perawatnya belum menghayati duka-
nestapa pasangan yang ingin anak itu. Madis terlampau banyak pasangan yang terpaksa
menahan perasaannya karena tidak merasa disapa, bahkan dilarang banyak bicara oleh
dokternya. Mereka berobat dari sutu dokter ke dokter lain karena kurang bimbingan dan
penyuluhan tentang cara-cara pengelolaan pasangan infertile.
Sesungguhnya keluarga berencana demi kesehatan tidak pernah lengkap tanpa
penanggulangan masalah infettilitas. Di tinjau dari sudut kesehatan, keluarga berencana
harus meliputi pencegahan dan pengobatan infertilitas, apalagi kalau kejadiannya
sebelum pasangan memperoleh anak-anak yang diinginkannya. Lagipula penanggulangan
infertilitas berdampingan dengan pelayanan keluarga berencana itu membuat yang
terakhir lebih mudah dapat diterima, karena program seperti itu jelas memperhitungkan
kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan serta wawasan tentang penyakit
infertilitas.
1.2.2 Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui tentang definisi infertilitas
2) Unuk mengetahui tentang Etiologi infertilitas
3) Untuk mengetahui tentang penyebab pihak suami
4) Untuk mengetahui tentang Penatalaksanaan
5) Untuk mengetahui tentang Pemeriksaan khusus suami dan istri
6) Untuk mengetahui tentang pengobatan khusus suami dan istri
1.3 Sistematika Penulisan
Konsep Teori
1) Definisi
2) Etiologi
3) penyebab pihak suami
4) Penatalaksanaan
5) Pemeriksaan khusus suami dan istri
6) pengobatan khusus suami dan istri
BAB IIKONSEP TEORI
2.1 Definisi
Infertilitas (kurang subur) adalah suatu keadaan yang apabila dengan koitus yang
teratur tanpa kontrasepsi selama 1 tahun belum terjadi kehamilan. Pada infertilitas
primer, pasangan itu belum pernah memperoleh keturunan. Pada infertilitas sekunder
adalah pasangan itu pernah memperoleh keturunan. Sedang steril/mandul adalah keadaan
tidak mampu memperoleh keturunan.
2.2 Etiologi
Penyebab infertilitas bisa dari pihak isri dan suami. Bahkan 40-60 % penyebab
infertilitas utama merupakan tanggung jawab suami.
a) Penyebab dari pihak istri berupa:
1. Permasalahan endrokrin mulai dari korteks serebri hipotalamus, hipofisis,
tiroid, adrenal, ovarium dan endometrium. Efek hormonnya dapat sebagai
amenore primer dan sekunder,mensis anovulasi dan seterusnya.
2. Tertutupnya tuba oleh infeksi kelainan anatomi.
3. Faktor uterus: polip endometrium, adenomiosis, fibromiomata, fase sekresi yang
tak adekuat.
4. Faktor serviks dan vagina: secara organic, hormonal dan imunologik harus
berada dalam keadaan optimal.
5. Faktor psikologis: emosional, neurotic, gelisah.
6. Faktor lingkungan hidup: social ekonomi, kompleks Oedipus.
7. Ada antisperma (glutinin sperma): zat ini masih dalam penyelidikan.
b) Penyebab dari pihak suami berupa:
1. Gangguan produksi semen.
2. Gangguan spermatogenesis yang bisa karena sinar rontgent, pengaruhi panas,
keracunan zat kimia, penyakit (diabetes, orkhitis, kelainan endokrin,
kriptorkhismus, varikokel, hernia, hidrokel, penyumbatan duktus dan gangguan
ejakulasi).
2.3 Penatalaksanaan
Karena infertilitas merupakan kegagalan dari pasangan suami istri untuk
memperoleh keturunan, maka suami dan istri harus bersama-sama melakukan
pemeriksaan dan pengobatan. Pemeriksaan terhadap suami yang umumnya berlangsung
mudah dan cepat serta tidak menimbulkan rasa sakit harus didahulukan.
Pada kunjungan pertama pasangan suami dan istri harus diberi penjelasan sehingga
dapat disadari bahwa untuk pemeriksaan dan pengobatannya, dibutuhkan kesabaran,
ketekunan, waktu yang cukup lama serta biaya yang tidak sedikit.
Antara dokter dan suami dan istri harus ada kerjasama yang baik serta saling
pengertian agar dapat dibuat prognosis yang logis.
Pemeriksaan dan pengobatan pada suami dan istri meliputi:
1. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Riwayat anamenesis hendaknya diteliti:
a) Pertumbuhan badan, termasuk stigmata edokrin.
b) Penyakit: tbc, venerik, endometriosis dan tumor.
c) Operasi: terutama operasi di daerah pervis misalnya appendektomi.
d) Perkawinan yang lalu: fertile atau infertile.
e) Obstetric: kehamilan, persalinan dan komplikasinya.
f) Ginekologi: haid dan keputihan.
g) Pemeriksaan infertilitas sebelumnya.
Riwayat sekarang:
a) Lama infertilitas: pemakaian kontrasepti dan lamanya usaha untuk hamil.
b) Kehidupan seks: libido, frekuensi dan teknik koitus serta kebiasaan pasca koitus.
c) Psikosomatik: umum dan khusus terhadap infertiitas.
Dalam pemeriksaan fisik diperiksa:
a) Keadaan umum, pertumbuhan rambut, lemak dan seks sekunder dan kemungkinan
adanya sumber infeksi.
b) Pemeriksaan kelamin suami untuk kemungkinan adanya hipospadai
kriptorkhismus, hipoplasia genitalis, tumor dan kelainan-kelainan lain.
c) Pemeriksaan ginekologik untuk kemungkinan penetrasi, ada tidaknya infeksi jamur,
parasit, erosion, potensi kanalis serviks, besar posisi dan pergerakan uterus, tumor
adneksa dan kemungkinan adanya endometriasis.
Pemeriksaan laboratorium yang di anjurkan meliputi: hemoglobin, lekosit, hitung jenis,
laju endap darah, reaksi serologic, gula darah, urin lengkap, pemeriksaan getah utetra,
serviks dan vagina untuk kemungkinan adanya gonore, trikomoniasis dan kandidiasis.
2.4 Pemeriksaan khusus suami dan istri
Pemeriksaan khusus suami: semen analisa (factor sperma).
Analisa sperma:
Untuk mendapat gambaran yan akurat analisa sperma, harus dikerjakan dengan
cara-cara tertentu sehingga pengaruh luar dapat dihindari.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Abstinensia beberapa hari untuk mendapatkan jumlah spermatozoa yang optimal
(fertilitas maksimal). Di bagian Biologi FKUI menentukan abstiinensia sekurang-
kurangnya 3 hari.
b) Penampung sperma harus dengan botol gelas bermulut lebar yang bersih, setelah
masturbasi atau koitus. Tidak dibenarkan menampung sperma dengan kontom,
karena mungkin kondom mengandung bahan yang spermatisid.
c) Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara 20 menit pertama. Bila pengencera
terjadi, kemungkinan karena kekurangan enzim protelitik, pemeriksaan sperma
biasanya sulit. Di bagian Biologi FKUI, sperma harus dibiarkan dahulu selama 1 jam,
kemudian di aduk sehingga homogeny dan dilakukan pemeriksaan sebelum 2 jam.
Pemeriksaan sperma meliputi: warna, bau, keasaman, kekentalan, volume sperma,
jumlah spermatozoa aktif tiap ml, jumlah spermatozoa tiap ml, bentuk patologik dan
kecepatan geraknya.
Pembacaa dianggap normal bila: warna putih keruh, bau khas, PH 7,7-8. Viskositosis: lebih
dari 3 sentipoises, volume:3-5 ml, jumlah sperma aktif: 40-60 juta/ml, bentuk patologik:
kurang dari 15%, kecepatan gerak: 0,7-1,2 detik untuk menempuh jarak 0,05 milimeter.
Bagian Biologi FKUI membagi tingkat berukuran pria pada analisis sperma
berdasarkan jumlah sperma motil per ejakulat (cara Farris), yaitu:
a) Sangat fertile: jumlah sperma motil lebih dari 185 juta.
b) Relative fertile: jumlah sperma motil 80-185 juta.
c) Subfertil: jumlah sperma motil kurang dari 80 juta.
d) Steril: jumlah sperma motil 0.
Bila terdapat azospermia atau oligospermia, harus dipikirkan kemungkinan adanya
gangguan spermatogenesis atau adanya sumbatan saluran spermatozoa. Dalam hal ini bila
biopsy testis ternyata spermatogenesis baik, dapat disimpulkan bahwa keadaan tersebut di
atas disebabkan sumbatan saluran sperma, sedangkan bila spermatogenesis tidak baik
kemungkinan sumbatan belum dapat disingkirkan. Sumbatan saluran spermatozoa dapat
juga diketahui dengan pemeriksaan radiologic (urerografi atau epididimografi).
Pemeriksaan khusus istri: factor ovarium, factor tuba, factor uterus
dan factor serviks.
Untuk menilai factor ovarium tuba, uterus dan serviks harus dilakukan beberapa
pemeriksaan khusus. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah:
a) Pengukuran suhu basal diperoleh dengan mengukur suhu badan dari seorang yang
sehat segara bangun tidur, selama 3 bulan berturut-turut. Dasarnya ialah metaboli
meprogesteron akan meniakkan suhu badan pada finsi endokrin normal.
Pengukuran suhu ini dilakukan setiap hari dan dicatat. Dalam keadaan normal suhu
basal rendah pada masa proliferasi, sedikit turun (0,1-0,2) menjelang ejakulasi,
kemudian naik (0,4-0,5) dan menetap selama masa sekresi dan turun kembali ke
suhu semula 1-2 hari menjelang haid.
Gambaran serupa ini di sebut gambaran bifasik. Kenaikan suhu pasca ovulasi
disebabkan oleh pengaruh progesterone yang termogenik. Dengan pengukuran
suhu basal badan dapat diperoleh kesan ada tidaknya ovulasi, saat ovulasi, fungsi
korpus luteum, ada tidaknya kehamilan dan adanya keadaan patologik, misalnya
endometriosis. Agar dapat dibuat kesimpulan yang tepat ada tidaknya ovulasi dan
saat terjadinya ovulasi, pencatatan suhu basal harus di lakukan 3 bulan berturut-
turut. Pada daftar catatan suhu basal tersebut juga dianjurkan untuk mencatat saat
dilakukan koitus, sehingga kehidupan seksnya dapat diketahui.
b) Sitologi usapan vagina dapat member keterangan ada tidaknya ovulasi saat ovulasi
dan kegiatan hormon estrogen dan progesterone. Sitologi usap vagina harus
dilakukan serial (berturut-turur) dan dievaluasi. Dalam praktek sitologi lebih
banyak digunakan untuk menentukan saat terjadinya ovulasi.
c) Penilaian saat ovulasi: tujuannya adalah menentukan apakah siklus wanita itu
berovulasi atau tidak. Tes daun pakis (“fren tes”) mula-mula diperkenalkan oleh
papanicolaou (1946). Dalam keadaan normal, pada saat ovulasi, estrogen mencapai
punjaknya sehingga sekresi kelenjar serviks melukiskan gambaran daun pakis
menghilang. Jadi bila pada hari ke 12-166 mensis lukisan ini tak ada, berarti efek
estrogen kurang. Jug bila lukisan ini masih dapat dilihat beberapa hari sebelum
mensis berikutnya berarti efek progesterone kurang baik. Dengan demikian,
kemungkinan ovulasi tidak ada.
d) Penilaian getah serviks: untuk ini dapat dibuat beberapa tes: tes pasca coitus, tes
spinnbarkeitbdan tes immunologi. Tes pasca koitus: getah serviks diambil 6-10 jam
pacsa koitum (koitus dilakukan pada saat diperkirakan ada ovulasi) lalu diperiksa
di bawah mikroskop. Hubungan antara semen dan getah servika baik bila tampak 4-
5 buah sperma bergerak/lapangan penglihatan besar.
Tes spinnbarker dapat dilakukan bersamaan dengan tes pasca koitum. Tes ini baik
bila panjang elastistas getah serviks lebih dari 8 cm.
Tes imunologi: dapat dibuktikan adanya zat antisperma yang tinggi dalam cairan
tubuh wanita infertil.
e) Biopsi endometrium : Gambaran endometrium dapat menunjukkan kegiatan
hormone estrogen dan progesterone sehingga dengan biopsy endometrium dapat
diketahui ada atau tidaknya ovulasi dan fungsi korpus luteum. Biopsi dianjurkan
pada hari pertama haid ( dalam 12 jam pertama ), karena bila sebelum haid dapat
mengganggu kehamilan yang mungkin sudah terjadi.
f) Pemeriksaan patensi tuba : Pemeriksaan patensi tuba biasanya dilakukan
sebelumsaat ovulasisesudah haid selesai, antara hari ke 6- ke 10 siklus haid.
Terdapat 3 cara pemeriksaan, yaitu pertubasi, histeosalfingografi dan endoskopi
dengan cara laparoskopi /kuldoskopi.
Pertubasi pertama kali diperkenalkan oleh Rubin, dan selanjutnya dikenalkan
sebagai tes Rubin. Pemeriksaan ini mempergunakan gas CO2 yang disemprotkan
melalui kanalis servikalis dan tekanan gas di ukur dengan manometer Hg. Bila tuba
paten gas yang keluar dari ujung tuba didengar dengan stateskop yang diletakkan
pada perut diatas simfisis dan gas yang masuk kedalam rongga perut akan
menimbulkannyeri bahu bila pasien duduk karena terjadi rangsangan pada
diafragma. Tanda terakhir ini sangat penting untuk meyakinkan terbukanya tuba.
Tes ini dilakukan dalam fase proliferasi (± 2-3 hari sebelum ovulasi ).
Kontraindikasi tes ini ialah kemungkinan kehamilan yang belum dapat disingkirkan,
radang pelvic, servisitis,endometriosis, salfingitis dan perdarahan dari uterus.
Histerosalfingografi dalah pemeriksaan dengan foto rontgen, setelah cairan
disemprotkan melalui kanalis servikalis. Bila tuba paten akan terdapat “ spiling”,
yaitu keluarnya cairan kontras melalui tuba.
Dengan cara ini sekaligus dapat diketahui kelainan anatomic uterus dan tempat
sumbatan tuba.
Kuldoskopi juga dapat digunakan untuk menilai patensi tuba. Untuk maksud
tersebut disemprotkan cairan berwarna ( biru metilen ) melalui kanalis servikalis
dan dengan kuldoskopi dilihat langsung apakah cairan berwarna tersebut keluar
dari ujung tuba atau tidak.Selain untuk melalui patensi tuba, kuldoskopi juga dapat
digunakan untuk melihat ada tidaknya kelainan ovarium, ada tidaknya ovulasi dan
alat pelvis lainnya.
Ketiga pemeriksaan patensi tuba tersebut di atas disamping mempunyai nilai
diagnostic, juga mempunyai nilai terapeutik.
Sumbatan tuba dapat disebabkan oleh :
1. Adesi karena infeksi pelvic atau diluar pelvik ( GO,tbc,pasca abortus atau pasca
persalinan,appendicitis dan sebagainya.)
2. Adesi karena perdarahan intraperitoneal ( KET, kista bedah ) dan endometriosis.
2.5Pengobatan pada suami dan istri
Pengobatan pada suami
Untuk mengobati gangguan spermatogenesis,hingga saat ini belum
diketahuicara yang tepat.Secara umum dikemukakan untuk memperbaiki
keadaan umum, istirahat yang cukup, kurangi merokok dan alkhohol dan
mengobati penyakit menahun / metabolic yang mungkin ada.Pemberian
hormon-hormon tertentu kadang-kadang dapat memperbaiki
spermatogenesis misalnya :
1. Hormon-hormon estrogen yang ditujukan untuk menimbulkan
“rebound phenomena”dari hipofisis.
2. Hormon gonadotropin ( Androgen )
Bila terdapat variokel yang mengganggu spermatogenesis dan
motilitas spermatozoa sebaiknya koreksi dengan pembedahan.
Kriptor hismus dan krhismus yang dapat menyebabkan gangguan
pematangan spermatozoa sebaiknya sudah di koreksi sebelum 10
tahun yaitu dapat dengan hormone korionik gonadotropin atau
dengan pembedahan. Sumbatan saluran spermatozoa dapat dikoreksi
dengan pembedahan.
Pengobatan pada istri
1. Untuk siklus yang anovalutoir pengobatannya sebagai berikut :
a) Clomifen sitrat yaitu derivate dari klorotrianesen yang berefek
anti estrogenic, dapat memblok estrogen pada tingkat
hipotalamus.
Dosis : 50 mg setiap hari selama 5 hari dari hari ke 5 siklus
haid.Bila tidak berhasil dosis dapat dinaikkan menjadi 100 mg
sehari selama 5 hari,dosis total tidak boleh melebihi 500 mg
sebulan.
b) Kuman gonadotropin yang terutama mengandung FSH, efektif
untuk pasien yang kekurangan stimulasi gonadotropin pada
ovarium.Hormon gonadotropin biasanya diberikan selama 4-10
hari dengan pengontrolan steroid urin,untuk mencegah stimulasi
yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan kehamilan ganda.
2. Bila produksi progesterone dari korpus luteum kurang, diberikan
progesterone sebagai subsititusi diberikan dengan dosis 12,5 mg IM
setiap hari, mulai dari hari ke 2 setelah ovulasi sampai saat haid.
Hasilnya dinilai dengan biopsy ulang endometrium.Bila hasilnya tidak
memuaskan dosis dapat dinaikkan menjadi 25 mg IM setiap hari. Dapat
juga diberikan dup maston 5mg setiap hari mulai dari saat ovulasi.
3. Untuk tuba yang tidak paten dapat dikerjakan beberapa cara
pengobatan, yaitu :
a). Diatermi dengan UKG
b). Hidrotubasi dengan cairan yang mengandung cortisone dan atau
antibiotika
c). Plastik tuba : salfingolisis, salfingostomi, dan transplantasi tuba.
4. Bila pada pemeriksaan pasca koitus dan pemeriksaan lain diketahui
bahwa estrogen kurang, maka dapat diberikan substitusi dengan
stilbestrol 0,1 mg setiap hari selama 3-4 bulan.
5. Bila inkompatibilitas ( antisperma- antibodies ) pada istri dapat
dihabiskan/dihilangkan dengan melakukan absitinensi selama 3 bulan
atau dengan menggunakan kondom.
Peranan faktor psikosomatik
Banyak pasangan suami istri infertile, setelah menjalani pemeriksaan, tidak
ditemukan faktor penyebabnya. Si istri dari bulan ke bulan berikutnya semakin cemas,
karena ternyata haidnya datang lagi, libido menjadi kurang dan semakin kesal mengukur
suhu basal. Disini faktor psikis sangat berpengaruh. Terhadap pasangan seperti ni
sebaiknya dinasihatkan untuk mengangkat anak, karena ternyata diantara kasus serupa
segera setelah mengangkat anak terjadi kehamilan.
Hal di atas mungkin disebabkan hilangnya kecamasan yang menyebabkan tuba
tidak lagi mengalami spasme dan pembuahan dapat terjadi.
Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
A. Identitas klien. Termasuk data etnis, budaya dan agama
B. Riwayat kesehatan
Wanita
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah.
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid
Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
Tumor hipofisis atau prolaktinoma
Riwayat penyakit menular seksual
Riwayat kista
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Endometriosis dan endometrits
Vaginismus (kejang pada otot vagina)
Gangguan ovulasi
Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
Autoimun
3) Riwayat Kesehatan Keluarga. Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi
genetik
4) Riwayat Obstetri
Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
Mengalami aborsi berulang
Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
Pria
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
Hipertiroidisme dan hipotiroid
Tumor hipofisis atau prolactinoma
Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh :
operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
Riwayat vasektomi
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Disfungsi ereksi berat
Ejakulasi retrograt
Hypo/epispadia
Mikropenis
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
Saluran sperma yang tersumbat
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
Abnormalitas cairan semen
3) Riwayat Kesehatan Keluarga. Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi
genetik
C. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.
D. Pemeriksaan penunjang
a) Wanita
Deteksi Ovulasi
Analisa hormon
Sitologi vagina
Uji pasca senggama
Biopsy endometrium terjadwal
Histerosalpinografi
Laparoskopi
Pemeriksaan pelvis ultrasound
b) Pria
Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 – 7,8
Volume 2 – 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
Pemeriksaan endokrin
USG
Biopsi testis
Uji penetrasi sperma
Uji hemizona
DATA FOKUS:
Data fokus pada istri:
a) infeksi bakteri dan virus ex:toksoplasma
b) riwayat kista
c) vaginismus (kejang pada otot vagina)
d) gangguan ovulasi
e) abnormalitas tuba falopi, uvarium, uterus serviks
Data fokus pada suami:
a) riwayat infeksi genitorarinaria
b) trauma, kecelakaan sehingga testis rusak
c) gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan mobilatas sperma)
d) hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
e) saluran sperma yang tersumbat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Stuart, 2007)
2. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
3. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
4. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan
metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan:
1.Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
Tujuan : Mengurangi ansietas / rasa takut
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa
infertil
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosis dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan
takut, contoh : menolak, depresi, dan
marah.
Biarkan pasien / orang terdekat
mengetahui ini sebagai reaksi yang
normal Perasaan tidak diekspresikan
dapat menimbulkan kekacauan internal
dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap
pasien seperti sebelumnya
Meyakinkan bahwa peran dalam
keluarga dan kerja tidak berubah
Kolaborasi : berikan sedative,
tranquilizer sesuai indikasi
Mungkin diperlukan untuk membantu
pasien rileks sampai secara fisik mampu
untuk membuat startegi koping adekuat
Diagnosa Keperawatan:
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas
Tujuan : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran
Diri
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
2.Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3. Mengidentifikasi aspek positif diri
INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien
ingin dipanggil
Menunjukan kesopan santunan /
penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa
pasien memperoleh kenyaman dan
siapa yang harus memberitahuakan jika
Memungkinkan privasi untuk hubungan
personal khusus, untuk mengunjungi
atau untuk tetap dekat dan menyediakan
terjadi keadaan bahaya kebutuhan dukungan bagi pasien
Dengarkan dengan aktif masalah dan
ketakutan pasien
Menyampaikan perhatian dan dapat
dengan lebih efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan,
menerima apa yang dikatakannya
Membantu pasien / orang terdekat untuk
memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai
perubahan fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien terhadap
citra diri dan efek yang ditimbulkan
dari penyakit / kondisi
Persepsi pasien mengenai perubahan
pada citra diri mungkin terjadi secara
tiba- tiba atau kemudian
Diagnosa Keperawatan:
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
Tujuan : Memfasilitasi proses berduka
Kriteria Hasil:
1.Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan
untuk masa depan
2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
INTERVENSI RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka
pasien merasa bebas untuk dapat
mendiskusikan perasaan dan masalah
secara realitas
kemampuan komunikasi terapeutik
seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
bersedia, dan pemahaman dapat
memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka /
disfungsi : penyangkalan, marah,
tawar - menawar, depresi, penerimaan
Kecermatan akan memberikan pilihan
intervensi yang sesuai pada waktu
induvidu menghadapi rasa berduka dalam
berbagai cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan Proses berduka tidak berjalan dalam cara
pasien dan selalu sedia untuk
membantu jika diperlukan
yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan
masalah untuk keberadaan respon –
respon fisik, misalnya makan, tidur,
tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan
untuk berhadapan dengan aspek – aspek
fisik dari rasa berduka
Kaji kebutuhan orang terdekat dan
bantu sesuai petunjuk
Identifikasi dari masalah – masalah
berduka disfungsional akan
mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber
lainnya misalnya konseling,
psikoterapi sesuai petunjuk
Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
untuk mengatasi rasa berduka, membuat
rencana, dan menghadapi masa depan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemandulan dapat berawal dari pihak isteri, suami ataupun suami isteri.
Kemandulan yang bermula dari isteri pada umumnya karena keadaan ovum atau traktus
reproduksinya yang tidak memenuhi syarat dan tidak dapat berfungsi baik/normal.
Sedangkan hampir semua kasus kemandulan (dan subfertilitas) yang berawal dari pihak
pria disebabkan oleh jumlah sperma yang tidak memenuhi syarat atau mutu lain sperma
dan air mani yang dibawah syarat baik. normal. Gangguan yang paling sering dialami
perempuan mandul adalah gangguan ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka Berdasarkan
catatat WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktor
Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 6%, dan hal lain
yang tidak diketahui sekitar 40%. Ini artinya sebagian besar masalah infertilitas pada
perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan
proses ovulasi.
3.2 Saran
Dari makalah di atas penulis dapat menyimpulkan saran,Adapun saran sebagai
berikut yaitu:
1. Sebaiknya pasangan suami istri sebelum menikah memeriksakan keadaan
reproduksinya
2. Perbanyaklah mengkonsumsi makanan yang dapat menyuburkan alat-alat reproduksi
3. Perbanyaklah melakukan aktifitas atau olahraga
4. Hindari mengkonsumsi alkohol dan merokok
5. Periksakan diri sesering mungkin kedokter kandungan.
DAFTAR PUSTAKA
Kapita selekta kedokteran, edisi 2