isolasi dan karakterisasi bakteri penghasil …

87
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL BIOPOLIMER POLI (3- HIDROKSIBUTIRAT) DARI SAMPEL TANAH DI DAERAH TAMBANG BATUBARA, BENGKULU UTARA SKRIPSI Oleh: AZIMAH SOLEHA DRAJAT NIM : 1604119 PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA PADANG 2020

Upload: others

Post on 06-Nov-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI

PENGHASIL BIOPOLIMER POLI (3-

HIDROKSIBUTIRAT) DARI SAMPEL TANAH DI

DAERAH TAMBANG BATUBARA,

BENGKULU UTARA

SKRIPSI

Oleh:

AZIMAH SOLEHA DRAJAT

NIM : 1604119

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PADANG

2020

Page 2: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

i

PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Azimah Soleha Drajat

NIM : 1604119

Judul Skripsi : Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Biopolimer Poli

(3-Hidroksibutirat) dari Sampel Tanah di Daerah Tambang

Batubara, Bengkulu Utara.

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya saya sendiri, terhindar dari

unsur plagirisme, dan data beserta seluruh isi skripsi tersebut adalah benar

adanya.

2. Saya menyatakan hak cipta dari skripsi tersebut ke Sekolah Tinggi Farmasi

Indonesia Perintis Padang untuk dapat dimanfaatkan dalam kepentingan

akademik.

Padang, 10 September 2020

Azimah Soleha Drajat

Page 3: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

ii

Lembar Pengesahan Skripsi

Dengan ini dinyatakan bahwa :

Nama : Azimah Soleha Drajat

NIM : 1604119

Judul Skripsi : Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Biopolimer Poli

(3-Hidroksibutirat) dari Sampel Tanah di Daerah Tambang

Batubara, Bengkulu Utara.

Telah diuji dan disetujui skripsinya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) melalui ujian sarjana yang diadakan pada tanggal

10 September 2020 berdasarkan ketentuan yang berlaku

Ketua Sidang

Dr.apt.Eka Fitrianda, M.Farm

Pembimbing I Anggota Penguji I

Prof.Dr.apt.Akmal Djamaan, MS apt. Nessa, S.Farm, M.Biomed

Pembimbing II Anggota Penguji II

Epi Supri Wardi, M.Si apt. Noni Rahayu Putri, M.Farm

Mengetahui :

Ketua Program Studi S1 Farmasi

apt. Revi Yenti, M.Si

Page 4: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

iii

PERSEMBAHAN

حِيْمِِ حْمَنِِ رَّ بِسْــــــــــــــــــمِِ اللِِ الرَّ

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan maka apabila telah selesai

(dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sesungguh-sungguh (urusan) yang lain

dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap

(Qs. Al- Insyirah: 7,9)

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah

diusahakannya

(QS. An Najm : 39)

Skripsi ini merupakan usaha dan doaku kepada Allah SWT, karena kepadaNya

aku menyembah dan kepadaNya aku memohon pertolongan. Alhamdulillah

dapat terselesaikan skripsi sederhana ini, walaupun perjuangan yang di lalui

penuh suka dan duka yang pada akhirnya dapat ku lewati, awal perjalanan

yang tidaklah mudah, semoga ini adalah langkah awal untuk meraih cita-

citaku.....

Teruntuk Ayahanda Jasman Bustami dan Ibunda tercinta Elnahayati,

terimakasih telah bersusah payah mendidik dan mengajarkan tentang arti

perjuangan, yang selalu memberikan motivasi berupa dukungan moril maupun

materil serta doa-doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap sujud mereka. Salam

kasih dan sayang kuberikan untuk Papa dan Mama semoga Allah SWT

Page 5: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

iv

membalas jasa-jasa Papa dan Mama baik rezeki di dunia maupun dengan

surga-surga yang indah dikemudian hari. Aamiin...

Teruntuk Kakak-kakakku dan Abang tercinta (Ridha Elvina, Milla Syukrina

Sari, Muhammad Lekki Fadhili) yang selalu mengingtakan agar dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya, serta motivator terbesar dalam

hidup ku untuk dapat melanjutkan ke tahap pendidikan selanjutnya.

Terimakasih untuk untuk Kak Miftahul Jannah, Kak Rahmi Anova, Anggun

Pradita) yang memberikan saran, masukkan dan membantu selama penelitian

di Labor Biota Sumatera (LBS).

Untuk partner seperbimbinganku Wahyu Suci Wulandari terimakasih telah

mau mendengarkan keluh kesahku selama penelitian ini, semoga kita di

lancarkan untuk tahap selanjutnya. Aamiin.

And the last not least, angkatan 16 “Veren16en” yang tak bisa disebutkan

namanya satu persatu, terimakasih atas kebersamaan kita baik suka maupun

duka yang kita lalui bersama selama 4 tahun pertemanan kita ini.

Harapannya semoga kita bisa dapat wujudkan apa yang kita cita-cita. Aamiin

ya robbal’alamin...

Page 6: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

v

By Azimah Soleha Drajat, S.Farm

KATA PENGANTAR

حِيْمِِ حْمَنِِ رَّ بِسْــــــــــــــــــمِِ اللِِ الرَّ

Alhamdulillahrabbil’alamin, segala puji dan syukur hanya kepada Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ISOLASIِDANِKARAKTERISASI

BAKTERI PENGHASIL BIOPOLIMER POLI (3-HIDROKSIBUTIRAT)

DARIِSAMPELِTANAHِDIِDAERAHِTAMBANG,ِBENGKULUِUTARA”.

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan merupakan salah

satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan sarjana strata satu pada

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang. Dalam melaksanakan

penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa dan dorongan yang di

berikan oleh orang tua, saudara-saudara, dan teman-teman seperjuangan. Maka

pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. apt. Elfi Sahlan Ben selaku Rektor Universitas Perintis

Indonesia.

2. Ibu Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm selaku Dekan di Fakultas Farmasi

Universitas Perintis Indonesia.

3. Ibu apt. Revi Yenti, M.Si selaku Ka. Prodi S1 Farmasi Universitas

Perintis Indonesia.

4. Bapak Prof. Dr. apt. Akmal Djamaan, MS selaku pembimbing I dan ibu

Epi Supri Wardi, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan

Page 7: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

vi

waktu, bimbingan, pikiran dan petunjuk untuk mengarah dan membimbing

penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu apt. Hj. Diana Agustin, MM, M.Si selaku penasehat Akademik yang

telah memberi motivasi, nasehet dan bimbingan yang diberikan agar tetap

semangat dalam kuliah agar selesai dengan tepat waktu.

6. Bapak/Ibu dan seluruh civitas akademika Program Studi S1 Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia yang telah membantu

kelancaran studi dan aktivitas sebagai mahasiswa.

Terima kasih atas semua bantuan yang telah di berikan semoga Allah SWT

membalasNya untuk kita semua. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari

masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan naskah ini. Oleh karena itu,

penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga skripsi ini

menjadi lebih baik lagi dan dapat bermanfaat untuk pengetauan pada masa

mendatang.

Padang, 10 September 2020

Penulis

Page 8: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

vii

ABSTRAK

Bakteri poli (3-hidroksibutirat) P(3HB) merupakan bakteri yang di dalam selnya

menyimpan granula-granula yang berguna untuk menyimpan cadangan makanan.

Bakteri ini di isolasi dari tanah tambang batubara karena tambang batubara

mengandung unsur karbon yang tinggi dan rendah unsur lainnya seperti nitrogen,

fosfat. PHB diakumulasi di dalam sel bakteri pada kondisi lingkungan kelebihan

karbon dan kekurangan unsur lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

apakah terdapat bakteri penghasil P(3HB) pada tanah tambang batubara di

Bengkulu Utara. Dengan proses isolasi dilakukan menggunakan metode pour

plate dan di tanam pada media crude palm oil (CPO) bakto agar, kemudian di

skrining menggunakan Nile Blue A dan di amati di bawah sinar UV dengan

panjang gelombang 365 nm. Hasil isolasi didapatkan 30 isolat bakteri 4

diantaranya bakteri penghasil P(3HB) dengan kode sampel isolat tanah tambang

ITB : ITB 8, ITB 15, ITB 20, dan ITB 29. Hasil dari fermentasi di dapatkan

biomassa, kemudian di lakukan karakterisasi menggunakan alat spektroskopi

FTIR. Gugus fungsi yang terdapat pada bakteri penghasil P(3HB) diantaranya

adalah gugus C-H, C=O, dan C-O. Uji biokimia dari keempat isolat bakteri uji

memberikan hasil berupa positif katalase dan positif motilitas. Kesimpulan tanah

di daerah tambang batubara Bengkulu Utara dari 30 isolat bakteri 4 yang

menghasilkan bakteri biopolimer P(3HB) yang memiliki karakteristik yang sama

yaitu bentuk basil, Gram positif dan positif endospora.

Kata Kunci : Bioplastik, Poli (3-Hidroksibutirat), Tambang Batubara, FTIR.

Page 9: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

viii

ABSTRACT

Poly (3-hydroxybutyrate) P(3HB) bacteria is bacteria stores granules in the cells

function as foodstorage. This bacteria are isolated from the soil of coal mines

because it is that caol mines cotain high carbon and low other elements such as

nitrogen and Phosphate. PHB is accumalated in bacterial cells under enviromental

conditions of excess carbon and other elements deficiency. The purpose of this

study was to gain P(3HB) bacteria from Bengkulu Utara coalmine.With prosess

this bacterium was isolated from the soil of the coalmine using the pour plate

method and planted in crude palm oil (CPO) bakto agar, then screened using Nile

Blue A and observed under UV light in 365 nm. 4 of 30 isolates with mine soil

isolate sample code ITB : ITB 8, ITB 15, ITB 20, and ITB 29 was detected as

P(3HB) bacteria, the result of fermented is obtained biomass, and characterized

using FTIR spectroscopy. The functional groups found in producing bacteria

P(3HB) include C-H, C = O, and C-O groups. Biochemical identification of four

isolates was showed from result of positive catalase and positive motility. The

conclusion of the soil in the Bengkulu Utara coal mining area from 30 bacterial

isolates 4 which produced biopolymer P(3HB) bacteria which had the same

characteristics, such as bacilli, Gram positive and endospores positive.

Keywords: Bioplastics, Poly (3-Hydroxybutyrate), Minecoal, FTIR.

Page 10: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA .. ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACK ................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

2.1 Profil Tanah Tambang Batubara ....................................................... 5

2.2 Bakteri .............................................................................................. 6

2.2.1 Definisi Bakteri ...................................................................... 6

2.2.2 Bentuk Bakteri ....................................................................... 6

2.2.3 Cara Mengidentifikasi Bakteri ............................................... 8

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri ............... 10

2.3 Bakteri Penghasil P(3HB) ................................................................ 13

2.4 Biopolimer ....................................................................................... 14

2.5 Bioplastik ......................................................................................... 15

2.6 Poli Hidroksialkanoat (PHA) ............................................................ 15

2.7 Poli (3-Hidroksibutirat) .................................................................... 16

2.8 Peranan P(3HB) di Dalam Sel Bakteri ............................................. 18

2.9 Sifat fisika Kimia P(3HB) ................................................................ 18

2.10 Media Pertumbuhan Bakteri P(3HB) .............................................. 19

2.11 Biosintesis PHA dan P(3HB) .......................................................... 19

2.12 Jalur Biosintesis P(3HB) Menggunakan CPO ................................ 20

2.13 Spektroskopi FT-IR ......................................................................... 21

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 24

Page 11: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

x

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 24

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 24

3.2.1 Alat .................................................................................... 24

3.2.2 Bahan ................................................................................ 24

3.3 Prosedur Penelitian ......................................................................... 24

3.3.1 pengambilan Sampel di Lapangan .................................... 24

3.3.2 Sterilisasi Alat .................................................................. 25

3.4 Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah ................................................. 25

3.4.1 Pembuatan Media Isolasi .................................................. 25

3.4.2 Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah .................................... 26

3.4.3 Pemurnian dan Penyimpanan Isolat Bakteri ..................... 26

3.5 Skrining Bakteri Penghasil Biopolimer P(3HB) ............................ 26

3.5.1 Larutan Nile Blue A ......................................................... 26

3.5.2 Skrining Bakteri Penghasil Biopolimer P(3HB) ............... 26

3.5.3 Pemurnian dan Penyimpanan Isolat Bakteri P(3HB) ........ 27

3.6 Produksi P(3HB) dengan Isolat Bakteri ......................................... 27

3.6.1 Penyiapan Medium Isolat Bakteri Penghasil P(3HB) ....... 27

3.6.2 Pembuatan Suspensi Bakteri Peenghasil P(3HB) ............. 28

3.6.3 Pembuatan Inokulum Bakteri Bakteri Penghasil P(3HB) . 28

3.6.4 Pembuatan Medium Pertumbuhan Bakteri Penghasil P(3HB) 28

3.6.5 Pemisahan Biomassa dan Supernatan ............................... 28

3.7 Karakterisasi Bakteri Penghasil P(3HB) Menggunakan FT-IR ..... 29

3.8 Karakterisasi Bakteri Penghasil P(3HB) ........................................ 29

3.8.1 Makroskopik ................................................................... 29

3.8.2 Mikroskopik ..................................................................... 29

3.8.3 Pewarnaan Gram ............................................................... 29

3.8.4 Pewarnaan Endospora ....................................................... 30

3.9 Uji Biokimia ................................................................................... 30

3.9.1 Uji Katalase ....................................................................... 30

3.9.2 Uji Motilitas ...................................................................... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 32

4.1 Hasil ............................................................................................... 32

4.2 Pembahasan ................................................................................... 33

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 40

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 40

5.2 Saran ............................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 41

LAMPIRAN .................................................................................................... 45

Page 12: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur PHA ..................................................................................... 16

Tabel 2. Isolasi Tanah Tambang Menggunakan Media CPO-Bakto Agar ...... 47

Tabel 3. Pengamatan Makroskopik Isolat Bakteri P(3HB) .............................. 47

Tabel 4. Pengamatan Mikroskopik Isolat Bakteri P(3HB) .............................. 47

Tabel 5. Pengamatan Uji Biokimia .................................................................. 47

Tabel 6. Biomasaa Bakteri Penghasil P(3HB) ................................................. 48

Tabel 7. Karakterisasi FTIR ............................................................................. 48

Tabel 8. Sampel Tanah Tambang, Bengkulu Utara ......................................... 49

Tabel 9. Isolasi Bakteri dari Tanah Tambang Menggunakan Media CPO Bakto

Agar ...................................................................................................... 51

Tabel 10. Pengamatan Bentuk Sel Bakteri pada Pewarnaan Gram ................. 66

Tabel 11. Pengamatan Pewarnaan Endospora ................................................. 67

Tabel 12. Pengamatan Uji Katalase ................................................................. 68

Tabel 13. Pengamatan Uji Motilitas................................................................. 69

Tabel 14. Dokumentasi Penelitian ................................................................... 70

Page 13: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk-bentuk Bakteri ................................................................... 6

Gambar 2. Struktur Kimia PHA ....................................................................... 16

Gambar 3. Struktur Kimia P(3HB) .................................................................. 17

Gambar 4. Jalur Biosintesis P(3HB) Sumber Karbon CPO ............................. 22

Gambar 5. Skrining Bakteri P(3HB) dengan Larutan Nile Blue A ITB 4.2 ... 54

Gambar 6. Skrining Bakteri P(3HB) dengan Larutan Nile Blue A ITB7.3.1 . 55

Gambar 7. Skrining Bakteri P(3HB) dengan Larutan Nile Blue A ITB 8.1.2 . 56

Gambar 8. Skrining Bakteri P(3HB) dengan Larutan Nile Blue A ITB 10.1 .. 57

Gambar 9. Isolat Bakteri Penghasil P(3HB) pada Media Agar Miring ........... 58

Gambar 10. Fermentasi Bakteri Penghasil P(3HB) ........................................ 59

Gambar 11. Biomassa Kering Bakteri Penghasil P(3HB) ............................... 60

Gambar 12. Spektrum FTIR P(3HB) Standar .................................................. 61

Gambar 13. Spektrum FTIR PHB Sel Kering Isolat Bakteri ITB 4.2 ............. 62

Gambar 14. Spektrum FTIR PHB Sel Kering Isolat Bakteri ITB 7.3.1 .......... 63

Gambar 15. Spektrum FTIR PHB Sel Kering Isolat Bakteri ITB 8.1.2 .......... 64

Gambar 16. Spektrum FTIR PHB Sel Kering Isolat Bakteri ITB 10.1 ........... 65

Page 14: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja ................................................................................. 45

Lampiran 2. Isolasi Bakteri P(3HB) Media CPO-Bakto Agar ......................... 47

Lampiran 3. Pengamatan Uji Makroskopik ..................................................... 47

Lampiran 4. Pengamatan Uji Mikroskopik ...................................................... 47

Lampiran 5. Pengamatan Uji Biokimia ............................................................ 47

Lampiran 6. Berat Biomassa Bakteri Penghasil P(3HB) dan Pengukuran pH 48

Lampiran 7. Karekterisasi FTIR ...................................................................... 48

Lampiran 8. Sampel Tanah Tambang Bengkulu Utara .................................... 49

Lampiran 9. Isolasi Bakteri dari Tanah Tambang Menggunakan Media CPO

Bakto Agar .................................................................................... 51

Lampiran 10. Skrining Bakteri Penghasil P(3HB) ........................................... 54

Lampiran 11. Isolat Bakteri Pada Media Agar Miring .................................... 58

Lampiran 12. Fermentasi Bakteri Penghasil P(3HB) ....................................... 59

Lampiran 13. Biomassa Kering Bakteri Penghasil P(3HB) ............................. 60

Lampiran 14. Karakterisasi Spektrum FTIR Bakteri Penghasil P(3HB) ......... 61

Lampiran 15. Pengamatan Pewarnaan Gram ................................................... 66

Lampiran 16. Pengamatan Endospora ............................................................. 67

Lampiran 17. Pengamatan Uji Katalase ........................................................... 68

Lampiran 18. Pengamatan Uji Motilitas .......................................................... 69

Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 70

Page 15: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

xiv

Page 16: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan yang tinggi akan plastik menjadikan para pelaku industri

memproduksi plastik dalam jumlah yang tak terbatas, plastik merupakan polymer

yang mempunyai kemampuan untuk dibentuk berbagai bentuk, apabila terpapar

panas dan tekanan. Plastik dapat terbentuk batangan, lembaran, atau blok, bila

dalam bentuk produk dapat berupa botol, pembungkus makanan, sehingga barang

yang berlaku hanya untuk sekali pakai ini akan terbuang begitu saja kemudian

menumpuk menjadi sampah. Luasnya penggunaan bahan plastik sebagai bahan

baku kemasan disebabkan oleh berbagai keunggulan dari plastik tersebut antara

lain ringan, kuat, mudah dibentuk, anti karat, tahan terhadap bahan kimia, dan

dapat dibuat berwarna maupun transparan namun kekurangnnya yaitu sulit terurai

secara biologis oleh mikroba, kemudian tidak adanya fauna seperti cacing dan

mikroorganisme tanah, dan kadar oksigen didalam tanah berkurang dan

berdampak langsung pada tumbuhan karena tumbuhan membutuhkan

mikroorganisme tanah sebagai perantara dalam kelangsungan hidup (Irwandi et,

al.,2018).

Pada tahun 2015, sebanyak 300 juta ton plastik diproduksi diseluruh dunia

pertahunnya (Arikan & Ozsoy, 2015). Plastik menjadi sumber bahan utama

pembentukan limbah karena memiliki kemampuan degradasi yang rendah.

Sampah plastik tidak dapat diurai oleh mikroorganisme tanah, walaupun telah

terkena cahaya matahari maupun hujan. Sampah plastik berdampak negatif serta

menimbulkan masalah cukup serius terhadap lingkungan. Proses pengolahan

Page 17: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

2

kembali (recycle) tidak dapat mengatasi permasalahan sampah plastik yang

menumpuk.

Beberapa penelitian telah menghasilkan teknologi pembuatan plastik dari

bahan alami yang dapat terdegradasi dalam waktu singkat yang disebut sebagai

plastik biodegradable atau bioplastik. Bioplastik adalah plastik yang dapat

diuraikan secara alamiah di karenakan sifat dari bioplastik dapat diuraikan oleh

mikroorganisme di dalam tanah dan air sehingga tidak merusak lingkungan seperti

yang banyak ditimbulkan oleh plastik sintetis. Oleh karena sifatnya tersebut,

bioplastik dikenal sebagai plastik yang ramah lingkungan. Dampak yang terlihat

nyata oleh penggunaan plastik tersebut memberikan satu solusi yang tepat untuk

menangani menumpuknya limbah plastik tersebut yaitu dengan membuat material

plastik dari bahan-bahan yang mudah diurai oleh mikroorganisme. Plastik

biodegradable terbuat dari bahan polimer alami seperti pati, gliserol, dan kitosan.

Bahan utama yang sering digunakan dalam pembuatan plastik biodegradable

adalah pati dan Poly Lactic Acid (PLA) (Samsul, et al,. 2017; Afiifah et al,. 2015).

Salah satu subjek yang mendapat perhatian akhir-akhir ini adalah metode

biosintesis secara fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme penghasil

poli (3-hidroksialkanoat) P(3HA). Poli (3-hidroksialkanoat) dan kopolimernya

diproduksi dari substrat tertentu yang kaya sumber karbonya tapi minimum

kandungan mineralnya (Yogesh,et al,. 2012). Kelompok senyawa P(3HA),

polimer poli (3-hidroksibutirat) P(3HB) dan kopolimernya poli (3-hidroksi

butirat-ko-3-hidroksi velerat) P(3HB-ko-2HV) merupakan senyawa yang paling

banyak diteliti karena mempunyai sifat 100 % mudah terurai dalam waktu tertentu

bila dibuang ke lingkungan (Djamaan, 2015).

Page 18: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

3

Pada umumnya bakteri dapat tumbuh pada suhu 35ºC, pertumbuhan

bakteri dikenal dengan pertumbuhan minimum dan pertumbuhan maksimum.

Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini

maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai: Psikrofil yang tumbuh pada suhu 10-

15°C, Mesofil yang tumbuh pada suhu 25-37°C dan Termofil pada suhu 45-55°C

(Nureleana H, et al,, 2015). Sebelumnya telah dilakukan penelitian Penapisan

Bakteri Penghasil Bioplastik poli(3-hidroksibutirat) dari tanah hutan Pendidikan

Penelitian Biologi, Kampus Unand, Limau Manih, Padang. Pada penelitian

tersebut empat puluh isolat bakteri teridentifikasi menghasilkan P(3HB)

(Harianto, 2011). Selanjutnya penelitian yang telah dilakukan oleh Gemeidiya

(2016), penampisan bakteri penghasil bioplastik Poli (3-Hiroksibutirat) dari

sampel tanah puncak Gunung Merapi yang terletak dalam kawasan Kabupaten

Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Penapisan bakteri yang dilakukan dengan

menggunakan larutan Nile Blue A, diperoleh sepuluh isolat bakteri yang

koloninya memberikan flourisensi jingga yang berindikasikan penghasil P(3HB)

atau bioplastik.

Tanah tambang batubara mengandung sumber karbon yang tinggi, serta

memiliki kandungan hidrogen, nitrogen, dan oksigen, sehingga memungkinkan

bagi tempat hidupnya bakteri penghasil P(3HB). Pada penelitian ini, peneliti akan

melakukan penapisan bakteri penghasil biopolimer P(3HB) dari sampel tanah

daerah Tambang, Bengkulu Utara. Proses isolasi bakteri menggunakan media

minyak kelapa sawit mentah sehingga, dapat dikembangkan menjadi biopolimer

PHB secara fermentasi menggunakan bakteri penghasil PHB.

Page 19: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

4

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah bakteri penghasil biopolimer P(3HB) dari tanah di daerah

tambang Bengkulu Utara, dapat diisolasi dan menghasilkan bakteri

biopolimer P(3HB)?

2. Apakah karakteristik bakteri penghasil biopolimer P(3HB) yang diisolasi

dari tanah di daerah tambang Bengkulu Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah bakteri penghasil P(3HB) dari tanah di daerah

tambang Bengkulu Utara, dapat diisolasi dan menghasilkan biopolimer

P(3HB)

2. Untuk mengetahui karakteristik bakteri pengasil biopolimer P(3HB) yang

diisolasi dari sampel tanah di daerah tambang Bengkulu Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang bakteri biopolimer P(3HB) yang diisolasi

dari sampel tanah di daerah tambang.

2. Memberikan informasi tentang karakteristik penghasil biopolimer P(3HB)

dari sampel tanah di daerah tambang.

Page 20: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah Tambang Batubara

Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di

pulau Sumatera dan pulau Kalimantan. Di Indonesia batubara merupakan bahan

bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah umum digunakan pada banyak

industri. Batubara yang mempunyai kualitas tinggi memiliki kandungan air yang

rendah dan kandungan karbon yang tinggi, umumnya di ekspor ke luar negeri.

Sedangkan batubara yang berkualitas rendah mempunyai kandungan air yang

tinggi dan kandungan karbon yang rendah, umumnya mempunyai kendala dalam

memanfaatkannya, karena mempunyai kandungan air bawaan (inherent moisture)

yang tinggi sehingga kurang ekonomis dalam proses pengangkutan atau

transportasi dan juga menimbulkan permasalahan dalam proses pembakaran.

Selain itu adanya kandungan air yang tinggi akan mengurangi nilai kalori

batubara sehingga diperlukan jumlah batubara yang banyak untuk proses

pembakaran. Akibatnya, gas CO2 yang dihasilkan akan lebih banyak sehingga

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh meningkatnya

efek rumah kaca yang turut andil dalam pemanasan global (Jaya, 2017).

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang terbentuk dari endapan,

batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara

terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan

diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga

membentuk lapisan batubara.

Page 21: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

6

2.2 Bakteri

2.2.1 Definisi Bakteri

Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana. Karena

materi genetik tidak diselimuti oleh selaput membran, sel bakteri disebut dengan

sel prokariot. Dinding sel bakteri mengandung kompleks karbohidrat dan protein

yang disebut peptidoglikan. Bakteri umumnya bereproduksi dengan cara

membelah diri menjadi dua sel yang berukuran sama, bakteri rata-rata berukuran

lebar 0,5-1 micron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron = 10-3 mm)

pembelahan yang dilakukan oleh bakteri di sebut pembelah biner. Untuk nutrisi,

bakteri umumnya menggunakan bahan kimia organik yang dapat diperoleh secara

alami dari organisme yang sudah mati. Beberapa bakteri dapat membuat makanan

sendiri dengan proses biosintesis, sedangkan beberapa bakteri yang lain

memperoleh nutrisi dari substansi organik (Misnadiarly & Husjain, 2014)

2.2.2 Bentuk Bakteri

Terdapat tiga bentuk sel bakteri yang paling umum yaitu cocci (spherical

dari kata Yunani untuk biji/berry), bacilli (berbentuk batang dari kata Yunani

untuk staff) dan spirila (bentuk melengkung dari spiral). Ada berbagai cara untuk

membagi ketiga bentuk menyeluruh ini sebagian besar didasarkan pada

bagaimana mereka disusun dalam bentuk multiselular (Al-Mohanna, 2016).

Gambar 1. Bentuk-bentuk bakeri (Al-Mohanna, 2016)

Page 22: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

7

a. Kokus

Kata kokus berasal dari bahasa yunani yang berarti biji buah. Semua jenis

kokus mempunyai bentuk bulat menyerupai biji buah. Tetapi ada kokus yang

tidak bulat seluruhnya tetapi mempunyai bagian yang gepeng disatu sisi, ada pula

yang agak lonjong (Misnadiarly & Husjain, 2014)

b. Basil

Kata basil berasal dari bahasa latin yang bearti tongkat atau batang kecil.

Bentuk basil menyerupai batang kecil atau suatu silinder. Tiap jenis basil

mempunyai bentuk khas. Ada yang bentuknya pendek menyerupai kokus dan ada

yang bentuknya panjang dan halus.

Ujung-ujungnya dari basil dapat pula bermacam-macam. Ada yang

ujungnya persegi, ada yang ujungnya bulat dan ada pula yang ujungnya lancip.

Umumnya basil berbentuk lurus dan kaku, ada pula yang sedikit bengkok

(Misnadiarly & Husjain, 2014)

c. Spiral

Dalam kelompok ini termasuk kuman-kuman bakteri yang mempunyai

bentuk menyerupai pili atau pencabutan gabus, ada spiral yang pendek, tidak

sampai satu putaran spiral atau menyerupai koma, kuman demikian digolongkan

dalam genus vibrio.

Spiral lain yang lebih panjang dan lebih halus, digolongkan dalam genus

spirallum. Spiral dapat bergerak dengan pertolongan berbeda dengan spirokheta,

yang bersifat mudah melentur dan berbentuk halus menyerupai per kawat.

Spirokheta tergolong dalam satu ordo tersendiri, spirochaetales (Misnadiarly &

Husjain, 2014)

Page 23: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

8

2.2.3 Cara mengidentifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri meliputi pemeriksaan morfologi, pewarnaan gram, dan

uji biokimia antara lain : uji O/F, uji oksidase, uji katalase, uji motilitas, produksi

indol, uji TSIA, uji gula. Identifikasi bakteri dilakukan dalam beberapa uji antara

lain:

a. Pengamatan morfologi koloni bakteri

Pengamatan morfologi koloni bakteri dilakukan setelah mendapatkan

biakan murni. Pengamatan ini meliputi warna, bentuk, tepian koloni, elevasi atau

permukaan koloni dan struktur dalam koloni (Kismiyati, et al., 2009).

b. Pewarnaan gram

Pewarnaan bertujuan untuk menentukan apakah bakteri tersebut termasuk

didalam kelompok bakteri gram positif atau kelompok bakteri gram negatif. Cara

kerja dari pewarnaan gram yaitu suspensikan bakteri dengan ose, kemudian

letakkan pada obyek dan difiksasi, tetesi dengan larutan gram A yang

mengandung kristal violet, kemudian tetesi dengan larutan gram B yang

mengandung lugol, tetesi dengan larutan gram C yang mengandung alkohol,

danyang terakhir tetesi dengan larutan gram D yang mengandung safranin

(Kismiyati, et al., 2009).

c. Uji katalase

Tujuan uji katalase adalah untuk mengetahui sifat bakteri dalam

menghasilkan enzim katalase. Cara kerja dari uji katalase yaitu larutan H2O2 3%

diteteskan pada obyek, kemudian suspensikan koloni bakteri dengan ose

(Kismiyati, et al., 2009).

Page 24: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

9

d. Uji oksidase

Tujuan uji oksidase adalah untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase

pada bakteri dengan menggunakan paper oksidase yang dapat dilihat perubahan

warna yang terjadi pada paper oksidase (Kismiyati, et al., 2009).

e. Uji O/F (Oksidatif/Fermentatif)

Uji O/F medium (Oksidatif/Fermentatif) bertujuan untuk mengetahui sifat

oksidasi atau fermentasi bakteri terhadap glukosa dengan menggunakan dua

tabung media yang salah satunya ditutup dengan parafin, sehingga diharapkan

didalam media tidak terdapat udara yang dapat mendukung terjadinya fermentasi

(Kismiyati, et al., 2009).

f. Uji motilitas dan mroduksi indol

Uji motilitas bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut motil

atau tidak dan untuk mengetahui produksi indol dari Tryptophane. Uji ini

menggunakan media MIO (Motility Indole Ornitin) (Kismiyati, et al., 2009).

g. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) bertujuan untuk membedakan jenis

bakteri berdasarkan kemampuan memecahkan dextrose, laktosa, sukrosa dan

pembebasan sulfida, selain itu uji TSIA berfungsi untuk mengetahui apakah

bakteri tersebut menghasilkan gas, H2S atau tidak. Media yang digunakan

mempunyai dua bagian, yaitu slant (miring) dan butt (tusuk) (Kismiyati, et

al.,2009).

h. Uji gula

Uji gula bertujuan untuk mendeterminasi kemampuan bakteri dalam

mendegradasi gula dan menghasilkan asam organik yang berasal dari tiap-tiap

Page 25: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

10

jenis gula, yaitu glukosa, sukrosa, maltosa, arabinosa, manitol dan inositol

(Kismiyati, et al., 2009).

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

a. Bahan-bahan Nutrisi yang Terkandung dalam Nutrien

Mikroorganisme membutuhkan makanan untuk pertumbuhannya yang

berupa sumber energi berupa lemak, karbohidrat dan alkohol, sumber nitrogen

diambil dari asam amino dan protein, sumber vitamin berupa golongan vitamin-

vitamin tertentu dan sumber mineral berupa ion-ion logam dalam konsentrasi

kecil yang terdiri dari K, Na, Mg, Ca, Fe, Cl (makroelemen) dan Cu, Mn, Co, Zn

(mikroelemen) (Nureleana H, et al,, 2015)

b. Kadar Air

Semua sel membutuhkan air termasuk mikroorganisme. Air merupakan

komponen utama dalam kehidupan bakteri karena 70-80% dari berat protoplasma

terdiri dari air. Air bertindak sebagai media transformasi makanan dan hasil

metabolisme sel, serta diperlukan juga pada proses enzimatis (Nureleana H, et al,,

2015).

c. pH

Sebagian besar bakteri tumbuh baik pada pH mendekati netral dan basa

berkisar antara pH 6,5 7,5. pH optimal dari bakteri patogen adalah 6,8-7,2 dan

untuk bakteri saprofit 5-8,5 (Nureleana H, et al,, 2015).

d. Tekanan Osmotik

Pada umumnya bakteri dapat hidup pada daerah dengan kandungan garam

yang encer. Tekanan osmotik tergantung pada bahan terlarut, dimana bakteri pada

umumnya dapat tumbuh pada rentang tekanan osmotik yang cukup besar karena

Page 26: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

11

adanya enzim permease sehingga konsentrasi garam dalam sel dapat diatur. Akan

tetapi bila konsentrasi ini cukup tinggi, maka air akan keluar dari sel sehingga

pertumbuhan bakteri akan berhenti (Nureleana H, et al,, 2015).

e. Suhu

Umumnya bakteri dapat tumbuh baik pada suhu 35°C. Pada pertumbuhan

bakteri dikenal adanya pertumbuhan minuman dan pertumbuhan maksimum.

Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini

maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai: Psikrofil yang tumbuh pada suhu 10-

15°C, Mesofil yang tumbuh pada suhu 25-37°C dan Termofil pada suhu 45-55°C

(Nureleana H, et al,, 2015).

f. Oksigen

Mikroorganisme juga dikelompokkan berdasarkan kebutuhan yaitu

oksigen. Peranan oksigen sebagai penerima hidrogen, banyak jasad renik bersifat

aerobobligat, memerlukan secara khusus oksigen sebagai penerima hidrogen.

Beberapa bersifat fakultatif dalam hal konsentrasi oksigen, sanggup hidup secara

aerob atau anaerob dan yang lain lagi bersifat anaerob obligat yang memerlukan

suatu zat yang lain dari oksigen sebagai penerima hidrogen dan sangat peka

terhadap hambatan oleh oksigen. (Nureleana H, et al,, 2015).

g. Nutrisi Bakteri

Media harus memenuhi persyaratan seperti dibawah ini sehingga bakteri

dapat tumbuh dengan baik yaitu:

a. Harus mengandung semua nutrien yang dibutuhkan oleh bakteri untuk

tumbuhnya

Page 27: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

12

b. Harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai

dengan kebutuhan bakteri yang ditumbuhkan

c. Tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri

d. Dapat tumbuh dengan baik

Media dapat digolongkan berdasarkan susunan kimianya, sifat wujudnya

dan fungsinya yaitu:

a. Penggolongan media berdasarkan susunan kimianya

1. Media anorganik adalah media yang disusun oleh bahan-bahan anorganik.

2. Media organik adalah media yang disusun oleh bahan-bahan organik.

3. Media sintetis adalah media yang susunan kimianya tidak diketahui secara

pasti, pada umumnya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan

suatu bakteri.

4. Media non sintetik adalah susunan kimianya tidak diketahui secara pasti dan

umumnya digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi

bakteri.

b. Penggolongan media berdasarkan sifat wujudnya

1. Media cair adalah media yang berbentuk cair tanpa penambahan zat

pemadat.

2. Media padat adalah media yang berbentuk padat dengan penambahan zat

pemadat. Media ini dapat berupa bahan organik alamiah, misalnya terbuat

dari kentang, wartel dan lain-lain, dan juga dapat berupa agar atau bahan-

bahan anorganik seperti silika gel.

Page 28: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

13

3. Media semi padat adalah media dengan jumlah zat pemadat yang

ditambahkan sekitar 50%.

c. Penggolongan media berdasarkan fungsi

1. Media diperkaya adalah media yang ditambahkan dengan zat-zat tertentu.

Misalnya serum darah, ekstrak tanaman dan lain sebagainya, sehingga dapat

digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang bersifat heterotrof. Media ini

memberikan kesempatan pada satu jenis bakteri untuk berkembang lebih

cepat.

2. Media differensial adalah media yang ditambah dengan zat kimia tertentu

untuk mencegah pertumbuhan dari mikroba lain yang tidak diharapkan,

misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi

pertumbuhan bakteri gram negatif.

3. Media penguji adalah media dengan susunan tertentu yang digunakan untuk

pengujian vitamin-vitamin, asam amino-asam amino dan antibiotik.

Media khusus adalah media yang digunakan untuk menentukan tipe pertumbuhan

mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan perubahan kimia tertentu.

2.3 Bakteri Penghasil P (3-Hidroksibutirat)

Beberapa bakteri yang dapat mensintesis PHB yaitu bakteri dari genus

Bacillus sp. Beberapa bakteri-bakteri tersebut antara lain, Bacillusmycoides,

Bacillus sp, Bacillus cereus (Valappil dkk., 2011). Bakteri Alcaligenes eutrophus,

pseudomonas oleovorans, Rhodospirilium rubrum, Zogloea ramigera. Sebagian

bakteri genus Bacillus sp memiliki kemampuan amilolitik dan memiliki

kemampuan mensintesis PHB. Pada beberapa bakteri PHB merupakan cadangan

Page 29: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

14

makanan energi, dan dapat mencapai 90% dari berat sel kering (Handrick, et.al.

2004).

2.4 Biopolimer

Biopolimer adalah polimer yang dapat diuraikan secara alamiah oleh

mikroorganisme seperti bakteri dan jamur (Djamaan & Dewi, 2014). Sedangkan

polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang

sederhana. Nama ini diturunkan dari bahasa Yunani yaitu poly (yang berarti

banyak) dan mer (yang berarti bagian). Jika hanya ada beberapa unit monomer

yang bergabung bersama, disebut oligomer dari bahasa yunani oligos (beberapa)

atau polimer dengan berat molekul rendah. Makromolekul merupakan istilah yang

sinonim dengan polimer (Djamaan, 2015). Menurut Scott (1994), biopolimer

dapat dibagi dua kelompok, yaitu: fotourai dan biourai. Biopolimer fotourai

mempunyai gugus yang sensitif terhadap cahaya dan hanya dapat menguraikan

polimer menjadi fragmen kecil yang tidak dapat diuraikan lagi. Sementara itu,

biopolimer biourai merupakan polimer yang dapat diuraikan oleh reaksi enzimatis

yang dapat menyebabkan hidrolisis. Hidrolisis polimer dapat juga terjadi di dalam

larutan berair tanpa adanya enzim.

Salah satu cara yang mendapat perhatian serius dari berbagai peneliti

dewasa ini adalah produksi polimer bakteri secara fermentasi menggunakan

bakteri penghasil poli (3-hidroksialkanoat) atau P(3HA). Dilaporkan oleh banyak

peneliti bahwa bakteri tertentu dapat mengakumulasi P(3HA) didalam selnya

yang berguna sebagai cadangan makanan dan energi pada keadaan pertumbuhan

yang kurang menguntungkan misalnya: kekurangan nitrogen, fosfat, oksigen dan

magnesium (Lee & Dawes, 1990). Selanjutnya biopolimer yang dihasilkan oleh

Page 30: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

15

bakteri tersebut diekstrak keluar dari dalam selnya dan diproses lebih lanjut sesuai

dengan keperluan yang diinginkan, terutamanya sebagai pengganti pengguanan

plastik yang berasaskan petrokimia.

2.5 Bioplastik

Biopastik adalah suatu plastik yang dapat mengalami perubahan secara

alamiah oleh aktifitas seperti bakteri, jamur dan alga (Swift, 1996). Bioplastik

adalah plastik yang berbahan dasar dari bahan yang dapat diperbaharui. Bioplastik

merupakan plastik yang dapat digunakan untuk menggantikan plastik sintetis yang

umum digunakan oleh masyarakat dunia. Plastik sintetis berasal dari minyak bumi

memiliki sifat sulit diregradasi oleh mikroba di alam. Bioplastik dapat dijadikan

alternatif untuk menggantikan plastik sintetis yang tidak dapat terdegradasi yang

sekarang menjadi masalah utama lingkungan. Substitusi dari plastik sintetis yang

nondegradable ke bioplastik yang degredable merupakan pengganti plastik

konvensional yang memiliki kelebihan dapat hancur setelah dibuang ke

lingkungan karena terurai oleh aktivitas mikroba (Van Der Zee, et al., 2001).

Bioplastik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu fotodegradasi dan

biodegradasi. Senyawa bioplastik fotodegradasi merupakan plastik yang

mempunyai kelompok tambahan yang sensitif terhadap cahaya dan hanya

menguraikan plastik menjadi fragmen kecil yang tidak dapat diuraikan lagi.

Plastik biodegradasi adalah plastik yang diuraikan oleh aktifitas enzim yang dapat

menyebabkan hidrolisis (Scott, 1994).

2.6 Poli Hidroksialkanoat (PHA)

Poli Hidroksialkanoat merupakan poliester yang disintesa oleh berbagai

jenis bakteri dan diakumulasikan sebagai cadangan energi dan karbon dalam

Page 31: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

16

bentuk granula didalam sitoplasma. Bagi bakteri tersebut polimer ini berguna

sebagai cadangan bahan makanan dan energi yang akan digunakan pada keadaan

pertumbuhan yang kurang mengguntungkan atau kehabisan sumber makanan

(Djamaan, 2015).

Secara umum, struktur kimia P(3HA) dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :

n=1

n=2

n=3

R= hydrogen

methyl

ethyl

propyl

pentyl

nonyl

R= hydrogen

R=hydrogen

Poly(-3-hydroxypropionate)

Poly(-3-hydroxybutyrate)

Poly(-3-horoxyvalerate)

Poly(-3-hydroxyhexanoate)

Poly(-3-hydroxyoctanoate)

Poly(-3-hydroxydodecanoate)

Poly(-4-hydroxybutyrate)

Poly(-5-hydroxyvalerate)

Gambar 2. Struktur kimia PHA (Muhammadi,et.,al 2015)

2.7 Poli (3-Hidroksibutirat) P(3HB)

Diantara keluarga PHA, poli (3-hidroksibutirat) atau P(3HB) adalah

polimer biodegradable yang paling umum dan alternatif yang menjanjikan untuk

plastic nondegradable sintetis. Senyawa biopolimer poli (3-hidroksibutirat)

pertama kali ditemukan oleh Lemoigne pada tahun 1925 seorang ahli

mikrobiologi dari Institut Pasteur di Paris. Lemoigne mengisolasi polimer tersebut

dari bakteri Bacillus megaterium dan mengekstrak dengan kloroform (Harianto,

2011).

Pada tahun 1982 perusahaan kimia di Inggris, Imperial Chemical Industry

(ICI), mulai memproduksi P(3HB) secara komersial dengan menggunakan bakteri

Page 32: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

17

Alcaligenes eutrophus yang ditumbuhkan dalam glukosa. Bakteri A. Eutrophus

mampu berkembang biak dalam media yang mengandung mineral sederhana, gas

hidrogen, CO2 dan O2. Beberapa bakteri A. Eutrophus mampu memproduksi

P(3HB) dari lingkungan yang mengandung gas H2 dan CO2 yang kemudian akan

dipergunakan sebagai sumber energi (Harianto, 2011).

Poli (3-Hidroksibutirat) atau P(3HB) merupakan cadangan makanan bagi

bakteri dan terbentuk sebagai granular-granular di dalam cairan sitoplasma sel

bakteri dengan ukuran yang berbeda tiap-tiap spesies. Pasokan yang tidak

memadai akan membuat sel-sel mendepolimerisasi cadangan makanan

menghasilkan β-hidroksibutirat yang bersifat dapat larut dan mudah dicerna.

Polimer ini diakumulasi intraseluler hingga 90% dari berat kering sel dalam

kondisi stres nutrisi dan bertindak sebagai bahan cadangan energi. Pada

Azospirillum brasilense dilaporkan mempunyai jangka waktu hidup lebih lama

karena mempunyai kandungan P(3HB) yang lebih tinggi pada keadaan yang

buruk sehingga P(3HB) dimanfaatkan sebagai energi untuk bertahan hidup

(Djamaan, 2015).

Poli (3-Hidroksibutirat) memiliki polimer makromolekul yang terdiri dari

unit berulang 3-hidroksibutirat, 3HB, aktif secara optik karena mempunyai atom

karbon asimetrik pada posisi C3 dengan bobot molekul 200.000 hingga 3.000.000

dalton. P(3HB) memiliki rumus empiris yaitu (C4H6O2)n:

Gambar 3. Struktur Kimia P(3HB) (Djamaan, 2015)

Page 33: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

18

Jumlah unit n dapat berubah-ubah dari 600 hingga 35.000. Beberapa faktor

dapat mempengaruhi jumlah unit n yang antaranya: strain mikroorganisme

penghasil, metoda pemisahan yang dipakai, jenis substrat yang digunakan,

peringkat pertumbuhan sel sewaktu pengambilan sel dilakukan, faktor

penghambat pertumbuhan dan keadaan fermentasi seperti: suhu, pengudaraan dan

penggoncangan (Djamaan, 2015).

2.8 Peranan P (3-Hidroksibutirat) di Dalam Sel Bakteri

Pada kebanyakan bakteri, P(3HB) berperan sebagai sumber karbon dan

tenaga dalam keadaan kekurangan nutrien. Azospirillum brasilense dilaporkan

mempunyai jangka waktu hidup yang lebih lama karena mempunyai kandungan

P(3HB) yang lebih tinggi pada keadaan lingkungan yang buruk. Fungsi biologi

P(3HB) dapat dikatakan sama dengan glikogen dalam sel mamalia dan kanji pada

tumbuhan. Dalam keadaan ketiadaan sumber karbon serta kepekatan nitrogen

yang sesuai, sintesis protein dapat terjadi dengan P(3HB) bertindak sebagai

sumber karbon untuk proses metabolisme normal di dalam sel bakteri didukung

oleh sifatnya dihasilkan dalam berat molekul yang tinggi serta tingkat

kelarutannya yang rendah sehingga tidak akan meningkatkan tekanan osmotik sel

(Djamaan, 2015).

2.9 Sifat Fisika Kimia P (3-Hidroksibutirat)

Tahap penghabluran dari P(3HB) relatif tinggi yaitu 55-80% yang

menyebabkan timbulnya masalah dalam pemanfaatan P(3HB) sebagai kemasan

dalam bentuk tunggal. Adanya sifat rapuh dan mudah pecah yang dimiliki oleh

P(3HB) dapat diatasi dengan menggunakan unit polimer lain yaitu poli (3-

hidroksivalerat). Berat molekul P(3HB) berkisar antara 166.000 - 737.000

Page 34: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

19

bergantung pada strain bakteri penghasil dan sumber karbon yang digunakan.

Sifat kelarutan sudah banyak diteliti, P(3HB) memiliki kelarutan pada pelarut

organik yang bersifat non polar (Susanti, 2010).

2.10 Media Pertumbuhan Bakteri P(3HB)

Minyak kelapa sawit merupakan alternatif sumber karbon yang banyak

digunakan dalam produksi senyawa biopolimer. Hal ini disebabkan karena

minyak kelapa sawit mengandung banyak asam lemak jenuh dan tidak jenuh,

yang dapat diuraikan oleh enzim lipase yang terdapat pada sel bakteri sehingga

dapat diuraikan sebagai substrat dasar untuk menghasilkan biopolimer (Susanti,

2010). Untuk itu dilakukan berbagai terobosan antara lain menjadikan minyak

kelapa sawit menjadi produk yang bernilai jual tinggi menjadi biopolimer poli (3-

hidroksibutirat) (Djamaan & Dewi, 2014).

2.11 Biosintesis Poli Hidroksialkanoat (PHA) dan Poli (3-Hidroksibutirat)

P(3HB)

Poli (3-hidroksibutirat) adalah polimer biodegradable yang paling umum

dan alternatif yang menjanjikan untuk plastik non degradable sintesis. Senyawa

biopolimer P(3HB) pertama kali ditemukan oleh Lemoigne pada tahun 1925

seorang ahli mikrobiologi dari institut Pasteur di Paris. Lemoigne mengisolasi

polimer tersebut dari bakteri Bacillus megaterium dan mengekstrak dengan

kloroform (Chen et al., 2007).

Beberapa bakteri mensintesis dan mengumpulkan PHA sebagai sumber

karbon dan sumber cadangan energi atau untuk mengurangi kelebihan energi

dibawah kondisi kekurangan nutrisi seperti pada tempat yang kelebihan unsur

karbon. Simpanan PHA dapat diregradasi oleh depolimer intraseluer dan

Page 35: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

20

metabolisme sebagai sumber karbon dan energi yang dapat dihasilkan secara

cepat untuk menyuplai kekurangan nutrisi. Mayoritas PHA disusun oleh monomer

asam R(-)-3-hydroxyalkanoic berkisar dari C3 sampai C14 atom karbon dengan

variasi jenuh dan tidak jenuh dan lurus atau rantai bercabang mengandung grup

alifatik dan aromatik. Berat molekul dari polimerase ini berkisar dari 2x105

sampai 3x106 dalton berdasarkan tipe mikroorganisme dan kondisi pertumbuhan

(Chen et al., 2007).

2.12 Jalur Biosintesis P(3HB) dari Sumber Karbon Minyak Kelapa Sawit

Dijelaskan pada gambar 4 bahwa, jalur biosintesis P(3HB) dari sumber

karbon minyak kelapa sawit dimulai dari perubahan minyak kelapa sawit yang

terdiri dari asam-asam lemak menjadi asil-KoA dan krotonil sebelum masuk

kedalam β-oksidasi dengan tindakan enzim asil-KoA dehidrogenase. Selanjutnya

krotonil akan membentuk L(+)-β-hidroksi asil-KoA dengan tindakan enzimenoil-

KoA dehidrogenase. Kemudian dilanjutkan dengan pembentukan β-ketoasil oleh

tindakan enzim asetoasetil-KoA reduktase, dan pembentukan asil-KoA untuk

kemudian berubah menjadi asetil-KoA. Akhirnya dari astil-KoA dengan tindakan

β-ketothiolase asetoasetil-KoA redukatse dan P(3HB) sintesa secara berurutan

akan menghasilkan asam poli (3-hidroksibutirat) (Djamaan & Dewi, 2014).

Page 36: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

21

Gambar 4. Jalur biosintesis P(3HB) dari sumber karbon minyak kelapa sawit

(Djamaan & Dewi, 2014).

2.13 Spektroskopi FT- IR (Fourier Transform Infra-Red Analysis)

Spekroskopi inframerah, juga disebut spektroskopi vibrasi, adalah metode

standar farmasi analitik dan kimia, memberikan gambar getaran atom senyawa.

Spektroskopi inframerah adalah salah satu teknik spektroskopi yang paling umum

digunakan oleh ahli kimia organik dan anorganik. Ini didasarkan pada sifat

interaksi radiasi IR dengan metode getaran molekul. Spektroskopi IR cepat,

teknik yang relatif murah digunakan untuk menentukan gugus fungsi kimia dalam

sampel karena kelompok fungsional yang berbeda menyerap karakteristik

frekuensi radiasi IR serta membantu dalam penjelasan struktur (Rakesh &

Charmi, 2014).

Dalam industri farmasi, spektroskopi IR telah mendapatkan popularitas

tidak hanya dalam kemudahan dan kecepatan sampel yang diukur tetapi juga

dalam kualitas yang di peroleh (Rohman, 2012).

Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) merupakan spektroskopi

inframerah yang di lengkapi dengan transformasi Fourier untuk deteksi dan

analisis hasil spektrumnya. Ini spektroskopi FTIR adalah interferometer

Page 37: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

22

Michelson yaitu alat inframerah untuk menganalisis frekuensi dalam sinyal

gabungan. Spektrum inframerah tersebut dihasilkan dan pentrasmisin cahaya yang

melewati sampel, pengukuran intensitas cahaya dengan detektor dan

dibandingkan dengan intensitas tanpa sampel sebagai fungsi panjang gelombang

(Anam, Sirojudin, Firdausi, 2007).

Spektrum inframerah yang diperoleh kemudian diplot sebagai intensitas

fungsi energi, panjang gelombang (µm) atau bilangan gelombang (cm-1). Analisis

gugus fungsi suatu sampel dilakukan dengan membandingkan pita absorbsi yang

terbentuk pada spectrum infra merah menggunakan tabel korelasi dan

menggunakan spektrum senyawa pembanding (yang sudah diketahui) (Vino,

Kulkarni, Sulochanaa, 2018).

Biopolimer poli (3-hiroksibutirat) (P3HB) dianalisis oleh FTIR untuk

mengetahui gugus fungsi yang ada dalam struktur kimia P3HB pada tingkat

molekuler, diambil sebagai referensi standar. Fase kloroform yang mengandung

P3HB menjadi sasaran analisis Spektroskopi FTIR. Untuk mengetahui kelompok-

kelompok fungsional yang ada dalam P3HB, 1 mg sampel P3HB yang diestraksi

dilarutkan dalam 5 mL kloroform. Kloroform diizinkan untuk menguap untuk

mendapatkan bubuk P3HB, yang menjadi sasaran analisis FTIR menggunakan

spektrofotometer FTIR. Spektrum direkam dalam rentang 4000 cm-1 hingga 400

cm-1. Puncak karakteristik pada 1044,38 cm-1, 1454,38 cm-1 dan 1743,77 cm-1

sesuai dengan C-O, C-H, dan C = O menunjukan kelompok fungsional yang hadir

dalam struktur P3HB murni (Vino, Kulkarni, Sulochanaa, 2018).

Analisis menggunakan spektrofotometer FTIR memiliki beberapa

kelebihan antara lain (Vino, Kulkarni, Sulochanaa, 2018) :

Page 38: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

23

1. Dapat digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara

simultan, sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat dari pada

menggunakan cara scanning.

2. Sensitivitas FTIR adalah 80-200 kali lebih tinggi dari instrumentasi

dispersi standar karena resolusinya lebih tinggi. Sensitivitas dari metode

spektrofotometer FTIR lebih besar dari pada cara dispersi sebab radiasi

yang masuk ke sistem detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui

celah (slitless).

3. Pada FTIR mekanik optik lebih sederhana, dapat mengidentifikasi

material yang belum diketahui, serta dapat menetukan kualitas dan jumlah

komponen sebuah sampel.

Page 39: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari – Juli 2020, di Laboratorium

Biota Sumatera, Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi, dan Laboratorium

Dasar dan Sentral, Universitas Andalas.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, autoklaf

(GEA®), oven, inkubator (Memmert®), cawan petri (Pyrex®), tabung reaksi

(Pyrex®), erlenmeyer (Pyrex®), pipet tetes, beaker glass (Iwaky®), mikropipet,

gelas ukur (Iwaky®), lampu spritus, lampu ultraviolet, jarum ose, spatel, batang

pengaduk, lemari pendingin (LG), rotary shaker incubator, laminar air flow

(Elisa®), timbangan analitik, sentrifus, spektrofotometer FTIR.

3.2.2 Bahan

Bahan – bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah sampel tanah

yang diambil di daerah tambang batubara, Bengkulu Utara. Media yang

digunakan yaitu (Crude Palm Oil/CPO), bakto agar (Oxoid), air suling, Nacl

Fisiologis 0,85%, Nile Blue A 1%, larutan dapar fosfat, Nutrient agar (Oxoid),

Alkohol 70%, medium fermentasi, metanol (Merk), kloroform (Bratacem), asam

sulfat (Merk).

Page 40: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

25

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengambilan Sampel di Lapangan

Sampel yang diambil adalah sampel tanah di daerah tambang, Bengkulu

Utara. Tanah diambil pada 10 titik. Tanah yang di ambil sebanyak 500 gram.

Jarak masing-masing pengambilan sampel ± 25-30 meter. Sampel diambil pada

tanggal 20 Oktober 2019

3.3.2 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu di cuci

bersih dan dikeringkan. Alat-alat yang memiliki mulut ditutup dengan kapas yang

dibalut dengan kain kasa dan dibungkus dengan kertas perkamen. Kemudian di

sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C tekanan 15 lbs selama 15 menit.

Spatel dan jarum ose disterilkan dengan cara flamber diatas nyala api

lampu spiritus selama 20 detik. Lemari aseptis dibersihkan dari debu dan

disterilkan dengan cara menyemprotkan alkohol 70% keseluruh bagian dalam

lemari. Semua pengerjaan dilakukan secara teknik aseptik.

3.4 Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah

3.4.1 Pembuatan Media Isolasi Bakteri CPO-Bakto Agar

Sebanyak 7,5 gram serbuk bakto agar (Oxoid), dilarutkan dalam 500 mL

air suling, kedalam erlemeyer, dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk hingga

larut sempurna dan bewarna jernih. Kemudian disumbat dengan kapas yang di

balut dengan kasa lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C dengan

tekanan 15 lbs selama 15 menit, dan minyak sawit sebanyak 4,6 gram disterilkan

dalam erlemeyer bersumbat kapas yang dibalut dengan kasa yang sama.

Dimasukan CPO steril ke dalam larutan bakto agar yang telah disterilkan tadi.

Page 41: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

26

Kemudian dituangkan ke dalam masing-masing cawan petri sebanyak 15 mL

(Djamaan & Dewi, 2014).

3.4.2 Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah

Sampel tanah ditimbang 1,0 gram dan dibuat suspensi kedalam Na

Fisiologis 0,85% dan di buat pengenceran bertingkat 10-4. Pada pengenceran 10-4

tersebut diinokulasikan kedalam media CPO-bakto agar sebanyak 1 mL. Setelah

diinokulasi ke inkubator pada suhu 35-37°C selama 24-48 jam. Kemudian

dihitung dan dicatat jumlah bakteri yang tumbuh. Bakteri yang telah tumbuh di

pilih bakteri yang terpisah dan dipindahkan kedalam media CPO baru. (Haedar,et

al,.2013).

3.4.3 Pemurnian dan Penyimpanan Isolat Bakteri

Dilakukan pembuatan stok murni dengan cara menginokulasikan koloni

bakteri yang memberi hasil positif dengan Nile Blue A 1% pada CPO-bakto agar,

diinokulasi satu koloni masing-masing pada medium agar miring CPO-bakto agar

dengan metode gores. Inkubasi pada suhu 35-37°C selama 24 jam. Kemudian

disimpan pada suhu 4°C (Djamaan, 2015).

3.5 Skrining Bakteri Penghasil Biopolimer P(3HB)

3.5.1 Larutan Nile Blue A 1%

Serbuk Nile Blue A (C4OH4ON6O6S) sebanyak 1 gram dilarutkan dalam

etanol absolut hingga volume 100 mL (Djamaan, 2015).

3.5.2 Skrining Bakteri Penghasil Biopolimer P(3HB)

Medium yang sudah ditumbuhi oleh koloni bakteri, diteteskan dengan Nile

Blue A 1% dan didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit. Setelah itu di lihat

dibawah sinar Ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm. Jika koloni bakteri

Page 42: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

27

menghasilkan fluoresensi jingga maka bakteri tersebut menghasilkan granul

P(3HB) didalam selnya.

3.5.3 Pemurnian dan Penyimpanan Isolat Bakteri P(3HB)

Dilakuakan pembuatan stok murni dengan cara menginokulasikan koloni

bakteri yang telah menghasilkan hasil positif P(3HB) lalu di pindahkan pada

media agar miring medium CPO-Bakto Agar dan diinkubasi pada suhu 35-37°C

selama 24 jam. Kemudian disimpan pada suhu 4°C.

3.6 Produksi P(3HB) dengan Isolat Bakteri

3.6.1 Penyiapan Medium Bakteri Penghasil Biopolimer P(3HB)

1. Sumber Karbon

Sumber karbon yang digunakan dalam penelitian ini adalah CPO dengan

konsentrasi 4,6 g/L (Djamaan, 2014).

2. Sumber Nitrogen

Sumber nitrogen dibuat dengan melarutkan 1,1 (NH4)2HPO4 kedalam 1

liter air suling. Sumber nitrogen disterilkan dengan autoklaf pada suhu

121°C dan tekanan 15 lbs selama 15 menit (Djamaan, 2015).

3. Pembuatan Larutan Mikroelemen

Pembuatan larutan mikroelemen dilakukan dengan cara melarutkan

sebanyak 2,78 g FeSO4.7H2O; 1,98 g MnCl2.4H2O; 2,81 g CuSO4.7H2O;

1,67 g CaCl.2H2O; 0,17 g CuCl2 dan 0,29 g ZnSO4.7H20 kedalam 1 liter

HCL 0,1 N. Larutan mikroelemen ini disterilkan dengan autoklaf pada

suhu 121°C dan tekanan 15 lbs selama 15 menit.

Page 43: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

28

4. Pembuatan Larutan MgSO4.7H2O 1 M

Larutan MgSO4.7H2O 1 M dibuat dengan melarutkan 5 g MgSO4.7H2O 1

M ke dalam 20 mL air suling. Kemudian disterilkan dengan autoklaf pada

suhu 121°C dan tekanan 15 lbs selama 15 menit (Djamaan, 2015).

5. Pembuatan Larutan Dapar Posfat pH-7

Larutan Dapar Posfat pH-7 dibuat dengan cara melarutkan 3,7 g KH2PO4

dan 5,8 K2HPO4 ke dalam 1 liter air suling, pH larutan diatur hingga

mendekati 7. Jika pH kurang dari 7 maka menaikinya dengan cara

penambahan NaOH 0,1 M. Kemudian larutan dapar ini disterilkan dengan

autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 15 lbs selama 15 menit (Djamaan,

2015).

3.6.2 Pembuatan Suspensi Bakteri Penghasil Biopolimer P(3HB)

Pembuatan suspensi bakteri bakteri penghasil P(3HB) dilakukan dengan

cara mengambil 1-2 ose koloni bakteri uji dari stok agar miring lalu dimasukan

kedalam 10 mL Na. Fisiologis 0,85% steril lalu divortex sampai homogen.

3.6.3 Pembuatan Inokulum Isolat Bakteri Penghasil P(3HB)

Kemudian isolat bakteri dibuat stok agar miring dan diinokulasikan 1-2

ose ke dalam 10 mL medium NaCl 0,85% steril untuk produksi P(3HB),

selanjutnya di shaker selama 24 jam dengan kecepatan 200 rpm. Setelah 24 jam,

sebanyak 3 mL kultur benih dipindahkan ke dalam 100 mL medium mineral

yang mengandung CPO 4,6 g/L di shaker kembali selama 24 jam pada suhu 30°C

dengan kecepatan 200 rpm di dalam labu erlemeyer.

Page 44: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

29

3.6.4 Pembuatan Medium Pertumbuhan Bakteri Penghasil Bioplastik

P(3HB)

Medium pengkulturan bakteri yaitu medium mineral spesifik dengan

komposisi untuk 1 liter medium adalah sebagai berikut : KH2PO4 3,7 g/L

(NH4)2HPO4 1,1 g/L, MgSO4.7H2O 0,25 g/L dan larutan mikroelemen 10 mL.

3.6.5 Pemisahan Biomassa dan Supernatan

Proses pemisahan biomassa dan supernatan dilakukan dengan proses

sentrifugasi, 100 mL sampel dengan menggunakan alat sentrifuge pada kecepatan

3000 rpm selama 20 menit. Lapisan bening supernatan dipisahkan dari endapan

biomassa dengan cara pemipetan. Lapisan supernatan digunakan untuk

menentukan pH, sedangkan biomassa yang dikeringkan dengan menggunakan

oven untuk menentukan berat kering dari kandungan P(3HB) (Djamaan, 2016).

3.7 Karakterisasi Penghasil P(3HB) Menggunakan FTIR (Fourier

Transform Infra-Red Analysis)

Sebanyak 1 mg sel kering bakteri dilarutkan dalam 5 mL kloroform.

Kloroform untuk memperbanyak PHB yang ada di dalam selnya. kloroform

kemudian diuapkan untuk mendapatkan bubuk P3HB, yang menjadikan sasaran

analisis FTIR menggunakan spektrofotometer FTIR. Spektrum direkam dalam

rentang 4000 cm-1 hingga 500 cm-1.

3.8 Karakterisasi Bakteri Panghasil Biopolimer

3.8.1 Makroskopik

Dilakukan identifikasi secara makroskopis dengan cara mengamati warna

koloni, bentuk koloni, pinggir koloni, permukaan koloni, dan elevasi koloni,

kemudian dicatat hasil pengamatan dalam bentuk tabel.

Page 45: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

30

3.8.2 Mikroskopik

Dilakukan karakterisasi secara mikroskopis dengan cara mengamati

bentuk Sel, Pewarnaan Gram, dan Pewarnaan Endospora.

3.8.3 Pewarnaan Gram

Dilakukan pewarnaan gram dengan cara menyiapkan kaca objek bersih,

kemudian teteskan Nacl 0,85% steril diatas kaca objek tersebut, secara aseptis

diambil inokulum bakteri yang akan di periksa lalu difiksasi diatas nyala api

spiritus. Kemudian diteteskan kristal violet diatas sediaan dan ditunggu selama 10

menit lalu dibilas dengan aquadest, kemudian diteteskan larutan iodine pada

sediaan tersebut dan didiamkan selama 10 menit lalu di bilas dengan aqudest,

kemudian ditetesi dengan alkohol 96% dan dibiarkan selama 10 menit. Lalu di

bilas dengan aquadest. Kemudian di teteskan larutan safranin dan di diamkan

selama 3 menit lalu di bilas dengan aquadest. Kemudian dikeringkan lalu

diperiksa dibawah mikroskop. Bila sel bakteri bewarna unggu maka bakteri

tersebut merupakan kelompok bakteri Gram positif. Apabila sel bakteri tersebut

berwarna merah atau merah muda maka bakteri tersebut merupakan kelompok

bakteri Gram negatif. Dengan pewarnaan ini juga dapat terlihat bentuk sel bakteri

(Yulvizar, 2013).

3.8.4 Pewarnaan Endospora

Pewarnaan ini dilakukan menggunakan metode pewarnaan Klein. Kaca

objek yang kering dan bebas lemak dilewatkan diatas nyala api. Kemudian

diteteskan inokulum dan dikeringkan dan di keringkan dengan lampu spritus.

Kemudian diteteskan Melachit Green dan dipanaskan selama 10 menit, lalu di

dibilas dengan aquadest. Kemudian diteteskan Safranin dan didiamkan selama 20

Page 46: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

31

detik, lalu dibilas dengan aquadest. Kemudian dikeringkan dan diamati dibawah

mikroskop (Misnadiarly & Husjain, 2014).

3.9 Uji Biokimia

Uji biokimia bakteri berupa dilakukan di Laboratorium Biota Sumatera,

Universitas Andalas. Uji yang dilakukan antara lain : uji katalase dan uji motilitas.

(Djamaan & Dewi, 2014).

3.9.1 Uji Katalase

Uji katalase dilakukan dengan cara meneteskan H2O2 3% pada kaca objek,

kemudian diambil satu ose bakteri lalu difiksasi di kaca objek setelah itu teteskan

H2O2 3% tersebut. Hasil dinyatakan positif apabila ada gelumbung atau gas yang

terbentuk (Cappucino & Welsh, 2017).

3.9.2 Uji Motilitas

Pengujian ini dilakukan dengan cara menginokulasikan isolat bakteri pada

media tegak semi solid yang di inkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC.

Kemudian diamati perubahan yang terjadi. Jika bakteri tumbuh hanya di bagain

inokulum saja berarti bakteri non-methyl sedangkan bakteri motil akan tumbuh

dan menyebar hingga permukaan (Cappucino dan sherman, 2014).

Page 47: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Hasil isolasi dari sampel tanah tambang dengan menggunakan media CPO

bakto agar di dapatkan 30 isolat bakteri. Di antaranya 4 isolat bakteri yang

menghasilkan fluoresensi jingga yang berindikasi sebagai penghasil

bakteri P(3HB) (Lampiran 2).

2. Hasil Karakterisasi Bakteri Penghasil P(3HB), didapatkan :

a. Pengamatan uji makroskopik hasil yang diamati berupa bentuk,

warna, permukaan, elevasi, dan pinggir dari isolat bakteri penghasil

P(3HB) sebagai berikut: (Lampiran 3)

- ITB 4.2 : bulat, putih, kasar, timbul, bergelombang

- ITB 7.3.1 : bulat, putih, kasar, timbul, bergelombang

- ITB 8.1.2 : bulat, putih, licin, timbul, bergelombang

- ITB 10.1 : bulat, putih, licin, timbul, rata

b. Pengamatan uji mikroskopik berdasarkan bentuk bakteri dan

pewarnaan Gram : (Lampiran 4)

- ITB 4.2 : Basil, Gram positif

- ITB 7.3.1 : Basil, Gram positif

- ITB 8.1.2 : Basil, Gram positif

- ITB 10.1 : Basil, Gram positif

Page 48: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

33

c. Pengamatan uji mikroskopik berdasarkan pewarnaan endospora :

(Lampiran 4).

- ITB 4.2 : positif endospora

- ITB 7.3.1 : positif endospora

- ITB 8.1.2 : positif endospora

- ITB 10.1 : positif endospora

d. Pengamatan uji biokimia hasil yang diamati berupa karakteristik uji

katalase dan uji motilitas (Lampiran 5).

e. Hasil sentrifus untuk mengetahui berat dari biomassa dan pH

(Lampiran 6).

f. Hasil karakterisasi menggunakan spektroskopi FTIR ( Lampiran 7).

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini dilakukan, isolasi dan karakterisasi bakteri penghasil

P(3HB) dari tanah tambang batubara Bengkulu Utara, dimana sampel tanah di

ambil di daerah tambang sebanyak 10 titik pada jarak 25-30 meter. Kemudian

tanah di masukan kedalam plastik klip lalu dimasukan kedalam lemari pendingin

bertujuan untuk pengawetan tanah sehingga tidak di tumbuhi oleh jamur. Sampel

tanah ini diambil karena tanah mengandung unsur seperti karbon yang tinggi,

hidrogen, dan oksigen dalam tanah tambang sehingga berpotensi menghasilkan

bakteri penghasil P(3HB). Karena tanah tambang ini sudah memiliki unsur karbon

yang tinggi sehingga media yang digunakan yaitu CPO bakto agar, CPO

mengandung unsur karbon sehingga unsur nitrogen yang di dapat sangat sedikit

sekali. Hal ini di dukung oleh Djamaan (2015), yang menyatakan bahwa bakteri

yang ditumbuhkan dengan sumber karbon berlebih dan mengurangi unsur penting

Page 49: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

34

lainnya, seperti nitrogen mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang tidak

seimbang, sehingga bakteri cenderung untuk mengkonsumsi sumber karbon

secara berlebihan dan menyimpan sebanyak-banyaknya granul cadangan makanan

di dalam selnya. Cadangan makanan ini yang merupakan biopolimer P(3HB).

Pour Plate Method, metode yang digunakan dalam penelitian untuk

menumbuhkan bakteri. Tanah di suspensikan pada pengenceran 10-4,

pengenceran ini bertujuan agar bakteri yang telah di inkubasi pada suhu 35-37ºC

selama 24-48 jam terbentuk koloni pada cawan yang berisi media dalam jumlah

yang dapat di hitung serta memudahkan pengidentifikasian. Setelah bakteri

tumbuh dalam bentuk beberapa koloni yang tersebar di atas permukaan media,

maka di lakukan pemurnian pada koloni berdasarkan bentuk, ukuran, permukaan,

elavasi dan warna. Setelah koloni semuanya sama maka di lakukan skrining

menggunkan larutan Nile Blue A dan di amati di bawah sinar UV 365 nm, jika

bakteri berfluoresensi jingga maka bakteri positif penghasil P(3HB). Nile Blue A

merupakan larutan senyawa yang larut dalam lipid yang berikatan dengan P(3HB)

dalam sel bakteri. Butiran PHA yang terkandung dalam tubuh bakteri akan

berfluoresensi jingga ketika ditetesi dengan larutan Nile Blue A dan diamati

dibawah sinar Uv dengan panjang gelombang 365 nm.

Dari 30 isolat bakteri yang didapat, kemudian di lakukan penapisan

dengan larutan Nile Blue A yang diamati di bawah sinar UV dengan panjang

gelombang 365 nm, didapatkan 4 isolat bakteri positif penghasil P(3HB) dengan

kode bakteri ITB 8, ITB 15, ITB 20, dan ITB 29 yang positif menghasilkan warna

fluoresensi jingga yang berindikasi sebagai penghasil bakteri P(3HB) (Lampiran

2). Hal tersebut disebabkan ke empat bakteri menghasilkan senyawa enzim

Page 50: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

35

P(3HB) di dalam sel yang ditunjukan oleh adanya gen pha A, pha B dan pha C

oleh sebab itu bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk membentuk granula-

granula cadangan makanan P(3HB) bagi bakteri yang dapat di deteksi dengan

terpacarnya warna fluoresensi jingga pada saat penambahan larutan Nile Blue A

yang dapat di amati di bawah sinar UV 365 nm. Ostle and Holt (1982),

melaporkan bahwa larutan Nile Blue A mampu berikatan dengan senyawa P(3HB)

di dalam sel bakteri. Granula P(3HB) yang terdapat dalam sel bakteri yang positif

P(3HB) akan menunjukan warna fluoresensi jingga dengan pemberian larutan

Nile Blue A yang dilihat dari sinar UV 365 nm. Dua puluh enam bakteri yang

tidak berfluoresensi jingga munculnya warna kehitaman pada beberapa koloni.

Hal ini terjadi karena gen yang mengkode enzim PHB-synthase tidak

terepreksikan sehingga enzim tersebut tidak tersintesis. Sesuai dengan pendapat

Agustien dan Hakam (2002).

Bakteri positif penghasil P(3HB) yang berbeda di inokulasi kan ke dalam

media CPO, lalu di fermentasi di rotary shaker inkubator pada kecepatan 200 rpm

dengan suhu 30ºC. Pengoncangan dengan menggunakan rotary shaker inkubator

ini adalah agar campuran dalam medium pertumbuhan bakteri menjadi homogen

sehingga nutrisi yang terdapat pada medium dapat digunakan dengan efektif dan

dapat digunakan secara maksimal (Djamaan, 2015). Media sumber karbon yang

digunakan bakteri penghasil P(3HB) yaitu CPO, tujuannya agar bakteri penghasil

P(3HB) ini dapat beradaptasi serta merangsang dan memperbanyak terbentuknya

P(3HB). Di dalam sel bakteri P(3HB), biopolimer tersebut di simpan berupa

granul-granul cadangan makanan yang tersebar di dalam cairan sitoplasma yang

akan digunakan kembali oleh bakteri jika kondisi pada lingkungan kurang

Page 51: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

36

mengutungkan atau kehabisan sumber makanan. Menurut Agustien (2001) bahwa

strain AAP-17 mampu mengakumulasikan granul polimer P(3HB) dalam selnya

sebesar 60% Alcaligenes eutropus merupakan satu dari bakteri penghasil P(3HB)

yang dilaporkan mampu menghasilkan P(3HB) di dalam selnya mencapai 85%

dari berat selnya dengan menggunakan asam butirat sebagai sumber karbon

tunggal.

Setelah di lakukan fermentasi selanjutnya inokulum fermentasi di

sentrifugasi dengan alat sentrifuge pada kecepatan 3000 rpm dalam waktu 20

menit. Untuk memisahkan antara supernatan dan biomassa, dimana lapisan bawah

adalah biomassa. Larutan supernatan di ukur kadar pH. Pengukuran kadar pH

menggunakan pH meter. Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui tingkat

keasaman dari hasil akhir proses fermentasi dan melihat pengaruhnya terhadap

produksi biomassa lalu dikeringkan dalam oven 70ºC hingga bobot konstan.

(Lampiran 6). Bakteri yang positif menghasilkan bakteri P(3HB) kemudian di

remajakan pada stok agar miring untuk dilanjutkan uji karakterisasi berupa uji

pewarnaan Gram, pewarnaan endospora, karakterisasi FTIR serta uji biokimia

seperti uji katalase dan uji motilitas.

Pada pengujian karakteristik mikroskopik pewarnaan Gram ke empat

isolat bakteri penghasil P(3HB) yang di amati di bawah mikroskop perbesaran

10x100 pada pewarnaan Gram ini empat isolat bakteri menunjukan Gram positif,

bakteri Gram positif memiliki dinding sel seperti jala yang tebal yang terbuat dari

peptidoglikon yang tebal dimana kelompok bakteri Bacillus spp ini memiliki

kandungan lemak yang rendah, sehingga dinding sel lebih mudah terhidrasi akibat

perlakuan alkohol yang menyebabkan pori-pori sel menjadi lebih kecil dan

Page 52: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

37

permeabilitasnya berkurang sehingga zat warna kristal violet yang merupakan zat

warna utama tidak dapat keluar dari sel (Lampiran 4.)

Pada pengujian pewaranaan endospora ke empat isolat bakteri penghasil

P(3HB) positif endospora di dalam sel bakteri (Lampiran 4). Pembentukan

endospora ini terjadi karena struktur bakteri dapat bertahan pada keadaan seperti

kekeringan, kekurangan nutrisi, dan suhu ekstrem. Pembentukan endospora

disebabkan karena adanya gen spesifik yang digunakan dalam proses sporulasi

yaitu spo HA, spo HE, dan spo HG. Menurut Errington (2003), komponen

regulator transkripsi sangat berperan penting dalam pembentukan spora yang

disebut dengan Spo OA. Spo OA dibentuk untuk mengontrol proses transkripsi

dan aktivitas protein melalui proses fosforilasi. Fosforilasi Spo OA merupakan

regulator sporulasi yang sangat penting dan bekerja mengaktifkan transkripsi pada

beberapa proses sporulasi. Menurut Willey (2008), endospora dapat di temukan

pada bagian ujung sel vegetatif (terminal), sentral, subterminal, dan swollen

sporangium.

pengujian biokimia ke empat isolat bakteri penghasil P(3HB) di lakukan

uji katalase dan empat isolat bakteri tersebut positif katalase (Lampiran 5).

Berdasarkan uji katalase terbentuknya gelembung udara (gas) merupakan

kelompok bakteri Aerob, bakteri in menggunakan oksigen untuk menghasilkan

energi. Hidrogen peroksida (H2O2) bersifat toksik sehingga dengan cepat dapat

merusak komponen sel bakteri. Dengan adanya enzim superoxide dismustase

sehingga memecah superoxide menjadi air. Sehingga H2O2 akan di katalis

menjadi H2O menjadi O2. Pada pengujian biokimia motilitas ke empat isolat

bakteri penghasil P(3HB) positif motilitas (Lampiran 5). Menurut Tarigan (2008),

Page 53: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

38

bakteri di katakan motil apabila bakteri bergerak tumbuh dan menyebar ke seluruh

media dan dikatakan non motil jika tumbuh pada daerah inokulasi saja.

Pergerakan bakteri dapat disebabkan karena bakteri memiliki flagel (gerak aktif)

atau pun karena faktor dari luar (gerak Brown). Gerak Brown merupakan gerakan

secara acak yang disebabkan karena adanya benturan dari molekul-molekul dalam

medium.

Karakterisasi menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra-Red Analysis)

pada bakteri penghasil P(3HB) dihasilkan beberapa puncak bilangan di setiap

rentang wilayahnya (Lampiran 7). Pada rentang wilayah I pada isolat bakteri

dengan kode sampel ITB 8, terdapat puncak dengan bilangan gelombang 2921.63

cm-1 puncak tersebut merupakan gugus fungsi C-H, pada wilayah II rentang

bilangan gelombang 1742.34 cm-1 puncak tersebut merupakan gugus fungsi C=O

dan pada wilayah III rentang bilangan gelombang 1233.68 cm-1 puncak tersebut

merupakan gugus fungsi C-O. Pada isolat bakteri dengan kode sampel ITB 15,

terdapat pada puncak dengan bilangan gelombang 2922.46 cm-1 puncak tersebut

merupakan gugus fungsi C-H, pada wilayah II rentang bilangan gelombang

1701.33 cm-1 puncak tersebut merupakan gugus fungsi C=O, pada wilayah III

rentang bilangan gelombang 1232.89 cm-1 puncak tersebut merupakan gugus

fungsi C-O. Pada isolat bakteri dengan kode sampel ITB 20 terdapat pada puncak

dengan bilangan gelombang 2918.56 cm-1 puncak tersebut merupakan gugus

fungsi C-H, pada wilayah II rentang bilangan gelombang 1647.55 cm-1 puncak

tersebut merupakan gugus fungsi C=O, dan pada wilayah III rentang bilangan

gelombang 1233.39 cm-1 puncak tersebut merupakan gugus fungsi C-O. Pada

isolat bakteri dengan kode sampel ITB 29 terdapat pada puncak dengan bilangan

Page 54: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

39

gelombang 2922.08 cm-1 puncak tersebut merupakan gugus fungsi C-H, pada

wilayah II rentang bilangan gelombang 1740.92 cm-1 puncak tersebut merupakan

gugus fungsi C=O, dan pada wilayah III rentang bilangan gelombang 1233.28 cm-

1 puncak tersebut merupakan gugus fungsi C-O. Yang dapat dilihat pada tabel di

bawah :

Tabel karakterisasi FTIR

Gugus

Fungsi

Rentang

Bilangan

Gelombang

(cm-1)

(Literatur)

Bilangan Gelombang cm-1

Standar ITB 4.2 ITB 7.3.1 ITB 8.1.2 ITB 10.1

C – H 1852-2976 2932 2921 2922 2918 2922

C = O 1640-1790 1719 1742 1701 1647 1740

C – O 1057-1277 1275 1233 1232 1233 1233

Hasil karakteristik dengan FTIR ini menunjukan bahwa, pada rentang

FTIR standar dan FTIR sampel uji dapat terbaca dan terdapat gugus fungsi

dimana C-H itu gugus (alkana), C-O terdapat gugus (Alkohol, ester, asam

karboksilat), dan gugus fungsi C=O terdapat gugus (keton dan aldehid).

Pada struktur di atas merupakan struktur dari bakteri penghasil P(3HB),

(Djamaan, 2015) pada struktur P(3HB) diatas menunjukan dimana terdapat gugus

C-H, C=O, dan C-H.

Page 55: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat di peroleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dari hasil isolasi tanah tambang dengan menggunakan media CPO bakto agar

ini di dapatkan 30 isolat bakteri dan yang menghasilkan bakteri penghasil

P(3HB) ini ada 4 isolat diantarnya dengan kode sampel ITB 4.2, ITB 7.3.1,

ITB 8.1.2 dan ITB 10.1.

2. Pada pengujian pewarnaan Gram bakteri penghasil P(3HB) memiliki

karakteristik seperti bentuk koloni bulat, dinding sel tebal, membran sel

selapis, dan tidak memiliki membran luar, pada ke empat isolat bakteri

menunjukan bakteri Gram positif dimana secara pengamatan bentuknya basil

dan menunjukan warna ungu pada selnya. Pada pengujian uji biokimia bakteri

penghasil P(3HB) ke empat isolat bakteri positif katalase, positif motilitas dan

berdasarkan identifikasi pewarnaan yang telah dilakukan didapatkan ke empat

bakteri bentuknya basil, Gram Positif dan positif endospora. Gugus fungsi

yang terdapat pada bakteri penghasil P(3HB) yang di analisis menggunakan

FTIR diantaranya adalah C-H, C=O dan C-O.

5.2 Saran

Disarankan untuk melakukan optimasi fermentasi pada ke empat isolat

bakteri penghasil P(3HB), uji biokimia, dan identifikasi uji molekuler pada ke

empat isolat bakteri tersebut.

Page 56: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

41

DAFTAR PUSTAKA

Afiifah, R,. Novita, I,. M. Hendra,. S. Ginting, 2015. Pengaruh berat pati dan

volume Plasticizer gliserol terhadap karakteristik film bioplastik pati

kentang. Jurnal Teknik Kimia USU. 4 : 35-39.

Agustien, A. Dan A. D. Hakam,. 2002. Produksi bioplastik poli (3-hidroksibutirat)

dari bakteri rekombinan Escherichia coli. Jurnal Kimia Andalas Volume.

8 : 38-41.

Agustien, A,. 2001. Produksi bioplastik dan bakteri isolat lokal. JUMPA

Volume 10 : 22-25.

Al-Mohanna MT,. 2016. Morphology and Classification of bacteria. University of

Al-Qadisiyah.

Anam C, Sirojudin, Firdausi KS,. 2007. Analisis gugus fungsi pada sampel uji

bensin dan spiritus menggunakan metode spektroskopi FTIR.

Berkala Fisika Volume. 10 : 79-80.

Arikan E, B., and Ozsoy H. D., 2015. A Review: Investigation of Bioplastics,

Civil Engineering and Architecture. 9 : 188-192.

Chen J, Zhang L, Chen J, Chen G,. 2007. Biosynthesis and Characterization of

polyhydroalkanoate copolyvesters in Ralstonia eutropha P3HB - 4

harboring a low-substrate-specifity PHA synthase PhaC2Ps From

Pseudomonas stutzeri 1317. Chin. J. Chem. Eng. 15 : 391-396.

Capuccino J.G, Sherman N,. 2014. Microbiology: A Laboratory Manual. 10th

Ed. New York : Person.

Capuccino J.G, Chad Welsh,. 2017. Microbiology: A Laboratory Manual. 11th

Ed. New York : Person.

Djamaan, A. dan Dewi, A. P., 2014. Metode produksi Biopolimer dari minyak

kelapa sawit, Asam Oleat, dan Glukosa. Padang : Andalas University Press.

Djamaan, A,. 2015. Konsep Produksi Biopolimer P(3HB) dan (P3HB-ko-3HV)

secara Fermentasi. Padang: Andalas University Press.

Daniel RA, Errington J,. 2003. Control of cell morphogenesis in bacteria : two

distinct ways to make a rod-shaped cell. Cell. 6 : 767.

Gemeidiya, R,. 2016. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Penghasil Bioplastik Poli

(3–Hidroksibutirat) Dari Tanah Puncak Gunung Merapi yang Ditumbuhkan

Dalam Media Minyak Kelapa Sawit-Bakto Agar. [Skripsi]. Farmasi Unand.

Padang.

Page 57: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

42

Gill, M,. 2014. Bioplastic: A Better Alternative To Plastics, International Journal

Of Research in Applied. 2 : 115-120.

Haedar A, RB Gobel, R Umar, Ambeng,. 2013. Seleksi Bakteri dari Limbah dan

Tanah Pabrik Gula Arasoe-Kab.Bone. Sebagai Penghasil Poli-B-

Hidroksibutirat (Bioplastik). Bandung: Universitas Padjajaran.

Handrick, R., S. Reindart, D. Schultheiss, T. Reichart, D. Schuler, V. Jendrossek

and D. Jendrossek,. 2004. Unravelling the fuction of the Rhodospirilium

rubrum. Activator of Polyhydroxybutirate (PHB) Degradation: The

activator is PHB granule-bound protein (Phasin).

J. Bacteriology 186 : 2466-2475.

Harianto F,. 2011. Penapisan Bakteri Penghasil Bioplastik Poli (3-Hidroksibutirat)

dari Sampel Tanah Hutan Pendidikan dan penelitian Biologi, Kampus

Unand, Limau Manis, Padang. [Skripsi]. Padang. Universitas Andalas.

Irwandi, Djamaan A, Agustien A,. 2018. Produksi Bioplastik P(3HB) Dari Bahan

Dasar Minyak Kelapa Sawit dengan Isolat Bacillus sp.

Chempublish Journal, Volume 3 : 85-93.

Jaya, D,. 2017. Dewatering of Coal from Jorong Kalimantan Selatan using

Residu of Cooking Oil and Kerosene. Eksergi. 14 : 35.

Kismiyati, Subekti S, Yusuf RWN, Kusdarwaty S,. 2009. Isolasi dan Identifikasi

Bakteri Gram Negatif pada Luka Ikan Maskoki (carassius auratus) Akibat

Infestasi Ektoparasit argulus sp Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1: 2.

Kusuma, F., Haedar, N. dan Abdullah A,. 2014. Optimalisasi Produksi Poli-𝜷-

Hidroksi Butirat (PHB) Dari Berbagai Sumber Karbon Oleh Isolat Bakteri

Dari Limbah Pabrik Gula Takalar. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Lee AJ, Dawes EA,. 1990. Occurence, metabolism, metabolic role, and industrial

uses of bacterial of polyhydroxyalkanoates. Microbiol. Rev. 54 : 450-472.

Misnanadiarly, AS, Husjain Djajaningrat,. 2014. Mikrobiologi Untuk Klinik Dan

Laboratorium. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Nureleana H, Sarudu, Onni S, Selaman, Rubiyah Baini, and Nor Azalina Rosli,.

2015. Evaluation on factors affecting bacteria growth in collected

rainwater. Journal of Faculty of Engineering. 6 : 11-17.

Ostle, G. A and Holt, J. G,. 1982. Nile Blue A as a flourescent stain for poly-β-

hidroxybutyrate. Appl environ microbial. 44 : 23-241.

Page 58: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

43

Rakesh P, Charmi P,. 2014.Quantitative Analytical applications of FTIR

Spectroscopy in Pharmaceutical and Allied Areas; J. Adv. Pharm. Edu. &

Res. 4 : 145-57.

Rohman, A,. 2012. A Review : Applications Of Fourier Transform Infrared

Spectroscopy For Quality Control Of Pharmaceutical Products. 23 : 1-8.

Seon-Won Kim, Pil Kim, Jung H. Kim,. 1999. Production of Poly (3-

hydroxybutyrate-co-3-hydroxyvalerate) from Methylobacterium

organophilum by potassium-limited feed-batch culture. Enzyme and

Microbial Technology. 24 : 555-560.

Samsul, A, Bungaran, S, Elvi, K,. 2017. Studi pembuatan bahan alternatif plastik

biodegradable dari pati ubi jalar dengan plasticizer gliserol dengan metode

melt intercalation. Jurnal Teknik Mesin Universitas Bhayangkara.

06 : 79-84.

Scott, G,. 1994. Enviromental Biodegradation of hydrocarbon polymers, in

Biodegradable Plastic and polymers, (Eds. Doi. Y and K. Fukuda),

Amsterdam: Elsevier sciene. B. V. 79-105.

Suardi M, Hamdani AS, Ariyati B, Suci RP, Djamaan A,. 2018. Utilization of

Rice Straw (Oryza sativa Linn) Agricultural Waste as Substrate for Poly (3-

Hydroxybutarate) Production Using Pseudomonas aeruginosa. Journal of

Pure and Applied Microbiology. 12 : 3.

Susanti, M,. 2010. Produksi Bioplastik Poli (3-Hidroksibutirat) (P(3HB)) Secara

Proses fermentasi Menggunakan Bakteri Bacillus brevis FACC-20801 dari

Minyak Kelapa Sawit Sebagai Sumber Karbon. [Skripsi]. Padang. Stifarm.

Swift, YA,. 1996. Bacteriacal Polyhidroxyalkanoates. Biotechnology.

Bioenginering. 49 : 1-14.

Tarigan, J,. 2008. Penghantar Mikrobiologi. Depdiknas. Jakarta.

Valappil, S.P, Misra, S.K, Boccaccini, A, R., Keshavarz, T, Bucke, C. Dan Roy,

I,. 2007. Large scale production and efficient recovery of phb with desirable

material properties, from the newly characterised Baccilus cereus SPV.

Journal of Biotechnology. 132 : 251-258.

Van Der Zee M, E Pras, J Van Haveren, R Van Tuil,. 2001. Recent Advencement

in The Development of Material and Products from Renewble Resources.

ATO, Business Unit Renewble Resources. Department Polymer

Composites and Additives Wageningen. Netherland.

Vinod PS, Kulkarni DS, Sulochana MB,. 2018. Production and

Characteriization of Polyhyroxybutirate from Halophilic Bacteria. Volume

4 : 44-52.

Page 59: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

44

Watson D G,. 2010. Analisis Farmasi, Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan

Praktisi Kimia Farmasi edisi 2. Jakarta: EGC.

Yogesh C, Bhavana P, Fulekar,. 2012. PHA production Application and its

Bioremidiation in environment. I. Res. J.Environment Sci Volume 1 : 46 -52.

Yuniarti L.I, Hutomo Gatot S, dan Abdul Rahim,. 2014. Sintesis dan karakterisasi

bioplastik berbasis pati Sagu (metroxylon sp). Agrotekbis, 21 : 38-46.

Yuwono, S, S,. Waziiroh E,. 2017. Teknologi Pengolahan Pangan Hasil

Perkebunan. Malang: UB Press. 103-104.

Page 60: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

45

Sampel Tanah Tambang

Lampiran 1. Skema Kerja

Isolasi Bakteri Penghasil Biopolimer P(3HB)

Pengenceran

bertingkat 10-4

Inkubasi pada suhu

35-37°C

selama 24-48 jam

Inkubasi pada suhu

35-37°C

selama 24-48 jam

panjang gelombang

Uv 365

Suspensi Tanah

Media Bakto Agar

+CPO

Media Bakto Agar + CPO Media Bakto Agar + CPO

Koloni Terpisah

Koloni Terpisah

Dipilih Bakteri yang

menunjukan positif P(3HB) Fluorensensi jingga

Stok Agar Miring

Bakteri positif P(3HB)

Page 61: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

46

Fermentasi Bakteri Penghasil Biopolimer P(3HB)

Ditambah

(CPO), Shaker

200 rpm

selama 24 jam

Suhu 30°C

Sentrifus

Cairan

Dikeringkan

suhu 70°C 24 jam, di timbang

Stok Bakteri

Agar Miring Suspensi Bakteri

Isolat Bakteri

Inokulum Bakteri Uji Biokimia Uji Mikroskopis Uji Makroskopis

PH

Hitung Jumlah

Biomassa

Kultur Bakteri

Supernatan

Endapan

Sel kering dilarutkan dalam

kloroform

FTIR

Pengamatan Warna,

bentuk, Pinggir,

Permukaan, Elevasi.

Pengamatan,

Bentuk Sel,

Pewarnaan

Gram,

Pewarnaan

Endospora

Uji Katalase

Uji Motilitas

Page 62: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

47

Lampiran 2. Isolasi Tanah Tambang Menggunakan Media CPO Bakto Agar

Titik Pengambilan Sampel Jumlah Koloni Bakteri Positif P(3HB) / Kode

Sampel

Titik 1 2 koloni -

Titik 2 2 koloni -

Titik 3 2 koloni -

Titik 4 2 koloni 8

Titik 5 2 koloni -

Titik 6 2 koloni -

Titik 7 6 koloni 15

Titik 8 8 koloni 20

Titik 9 2 koloni -

Titik 10 2 koloni 29

Jumlah 30 koloni 4 isolat

Lampiran 3. Pengamatan Makroskopik Isolat Bakteri

Kode Isolat

Bakteri

Bentuk Warna Permukaan Elevasi Pinggir

ITB 4.2 Bulat Putih Kasar Timbul Bergelombang

ITB 7.3.1 Bulat Putih Kasar Timbul Bergelombang

ITB 8.1.2 Bulat Putih Licin Timbul Bergelombang

ITB 10.1 Bulat Putih Licin Timbul Rata

Lampiran 4. Pengamatan Uji Mikroskopik

Kode Isolat

Bakteri

Pewarnaan Gram

(+/-)

Bentuk Sel Bakteri Pewarnaan Endospora

(+/-)

ITB 4.2 + Basil +

ITB 7.3.1 + Basil +

ITB 8.1.2 + Basil +

ITB 10.1 + Basil +

Lampiran 5. Pengamatan Uji Biokimia

No Pengamatan Isolat Bakteri

ITB 4.2 ITB 7.3.1 ITB 8.1.2 ITB 10.1

1. Aerob/Anaerob Aerob Aerob Aerob Aerob

2. Uji Katalase + + + +

3. Uji Motilitas + + + +

Page 63: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

48

Lampiran 6. Jumlah Biomasaa Bakteri Penghasil P(3HB)

No Kode Isolat Biomassa (mg/100 mL) pH

1 ITB 4.2 0,542 g 5,72

2 ITB 7.3.1 0,542 g 5,82

3 ITB 8.1.2 0,551 g 5,71

4 ITB 10.1 0,342 g 5,55

Lampiran 7. Karakterisasi FTIR

Gugus

Fungsi

Rentang

Bilangan

Gelombang

(cm-1)

(Literatur)

Bilangan Gelombang cm-1

Standar ITB

4.2

ITB

7.3.1

ITB

8.1.2

ITB

10.1

C – H 1852-2976 2932 2921 2922 2918 2922

C = O 1640-1790 1719 1742 1701 1647 1740

C – O 1057-1277 1275 1233 1232 1233 1233

Page 64: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

49

Lampiran 8. Sampel Tanah Tambang, Bengkulu Utara

Kode

Sampel

Penampakan Tanah Keterangan

Titik 1

Warna: coklat gelap

Titik 2

Warna: merah gelap

Titik 3

Warna: merah terang

Titik 4

Warna: hitam

Titik 5

Warna: merah terang

Page 65: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

50

Titik 6

Warna: coklat gelap

Titik 7

Warna: coklat gelap

Titik 8

Warna: merah terang

Titik 9

Warna: coklat terang

Titik 10

Warna: merah gelap

Page 66: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

51

Lampiran 9. Isolasi Bakteri Penghasil P(3HB) Menggunakan Media CPO

Bakto Agar

No Nomor

Sampel

Jumlah

Koloni

Jumlah

Sel CFU

Foto Hasil Isolasi

1. Sp 1 Tersebar

2. Sp 2 92 9,2 X 105

3. Sp 3 Tersebar

4. Sp 4 30 3,0X 105

Page 67: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

52

5. Sp 5 300 3,0 X 106

6. Sp 6 Tersebar

7. Sp 7 80 8,0 X 105

8. Sp 8 94 9,4 X 105

9. Sp 9 58 5,8 X 105

Page 68: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

53

10. Sp 10 Tersebar

Page 69: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

54

Lampiran 10. Skrining Bakteri P(3HB) Menggunakan Sinar UV 365 nm

Gambar 5. Skrining Bakteri Penghasil P(3HB) dengan Larutan Nile Blue A pada

media CPO Bakto Agar, Kode Isolat ITB 4.2

ITB 4.2

Page 70: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

55

LANJUTAN

Gambar 6. Skrining Bakteri Penghasil P(3HB) dengan Larutan Nile Blue A pada

media CPO Bakto Agar, Kode Isolat ITB 7.3.1

ITB 7.3.1

Page 71: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

56

LANJUTAN

Gambar 7. Skrining Bakteri Penghasil P(3HB) dengan Larutan Nile Blue A pada

media CPO Bakto Agar, Kode Isolat ITB 8.1.2

ITB 8.1.2

Page 72: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

57

LANJUTAN

Gambar 8. Skrining Bakteri Penghasil P(3HB) dengan Larutan Nile Blue A pada

media CPO Bakto Agar, Kode Isolat ITB 10.1

ITB 10.1

Page 73: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

58

Lampiran 11. Isolat Bakteri P(3HB) pada Media Agar Miring

Keterangan :

1. Isolat Bakteri ITB 4.2

2. Isolat Bakteri ITB 7.3.1

3. Isolat Bakteri ITB 8.1.2

4. Isolat Bakteri ITB 10.1

ITB 4.2 ITB

7.3.1

ITB 8.1.2

ITB 10.1

Page 74: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

59

Lampiran 12. Fermentasi isolat bakteri P(3HB)

Keterangan :

1. Cairan Fermentasi Isolat Bakteri ITB 4.2

2. Cairan Fermentasi Isolat Bakteri ITB 7.3.1

3. Cairan Fermentasi Isolat Bakteri ITB 8.1.2

4. Cairan Fermentasi Isolat Bakteri ITB 10.1

Page 75: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

60

Lampiran 13. Biomassa Kering Bakteri Penghasil P(3HB)

Keterangan :

1. Biomassa Bakteri P(3HB) ITB 4.2

2. Biomassa Bakteri P(3HB) ITB 7.3.1

3. Biomassa Bakteri P(3HB) ITB 8.1.2

4. Biomassa Bakteri P(3HB) ITB 10.1

Page 76: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

61

Lampiran 14. Karakterisasi FTIR

Gambar 9. Spektrum FTIR P(3HB) Standar (Aldrich, Chemical)

Page 77: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

62

LANJUTAN

Gambar 10. Spektrum FTIR Senyawa PHB yang di isolasi dari Sel Kering Isolat

Bakteri ITB 4.2

Page 78: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

63

LANJUTAN

Gambar 11. Spektrum FTIR Senyawa PHB yang di isolasi dari Sel Kering Isolat

Bakteri ITB 7.3.1

Page 79: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

64

LANJUTAN

Gambar 12. Spektrum FTIR Senyawa PHB yang di isolasi dari Sel Kering Isolat

Bakteri ITB 8.1.2

Page 80: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

65

LANJUTAN

Gambar 13. Spektrum FTIR Senyawa PHB yang di isolasi dari Sel Kering Isolat

Bakteri ITB 10.1

Page 81: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

66

Lampiran 15. Pengamatan Bentuk Sel Bakteri pada Pewarnaan Gram

Bakteri Penghasil P(3HB)

Kode

Sampel

Gambar Keterangan

ITB 4.2

Kode Isolat : 8

Pewarnaan Gram : Gram Positif (+)

Bentuk Sel : Basil

ITB

7.3.1

Kode Isolat : 15

Pewarnaan Gram : Gram Positif (+)

Bentuk Sel : Basil

ITB

8.1.2

Kode Isolat : 20

Pewarnaan Gram : Gram Positif (+)

Bentuk Sel : Basil

ITB 10.1

Kode Isolat : 29

Pewarnaan Gram : Gram Positif (+)

Bentuk Sel : Basil

Page 82: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

67

Lampiran 16. Pengamatan Pewarnaan Endospora

Kode

Sampel

Gambar Keterangan

ITB 4.2

Positif Endospora

ITB

7.3.1

Positif Endospora

ITB

8.1.2

Positif Endospora

ITB 10.1

Positif Endospora

Page 83: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

68

Lampiran 17. Pengamatan Uji katalase

Kode

Sampel

Gambar Keterangan

ITB 4.2

Positif Katalase

ITB

7.3.1

Positif Katalase

ITB

8.1.2

Positif Katalase

ITB 10.1

Positif Katalase

Page 84: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

69

Lampiran 18. Pengamatan Uji Motilitas

Keterangan :

1. Positif Motilitas ITB 4.2

2. Positif Motilitas ITB 7.3.1

3. Positif Motilitas ITB 8.1.2

4. Positif Motilitas ITB 10.1

Page 85: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

70

Lampiran 19. Alat yang digunakan pada penelitian ini

No Alat Keterangan

1

Inkubator digunakan untuk

menginkubasi atau

menyimpan sampel pada

temperatur tertentu.

2

Laminar Air Flow (LAF)

digunakan untuk

memindahkan atau

mensubkultur biakan

mikroorganisme.

3

Autoklaf sterilisasi basah

yang digunakan untuk

mensterilisasi peralatan

kimia dan media terhadap

suhu dan tekanan tinggi

yaitu 121ºC selama 15-20

menit.

Page 86: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

71

4

Hot Plate digunakan untuk

memanaskan larutan dan

mehomogenkan larutan

media.

5

Timbangan Analitik

digunakan untuk

menimbang bahan atau

media yang akan

digunakan.

6

Rotary Shaking Inkubator

digunakan untuk

memelihara atau

menginkubasi biakan

mikroorganisme pada suhu

optimum dengan

pengocokan dengan

kecepatan 200 rpm pada

suhu 30ºC.

7

Vortex digunakan untuk

homogenisasi cairan.

Page 87: ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL …

72

8

Sentrifuse: digunakan

untuk memisahkan suatu

larutan berdasarkan berat

jenisnya.

9

FTIR (Fourier Transform

Infra-Red Analysis)

digunakan untuk

menetukan gugus fungsi

yang terdapat pada sampel

yang di uji.

10

P(3HB) Standar

(Alderich, Chemical)