isolasi dan kultur protoplas mesofil daun dari …

13
1 ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI BEBERAPA GENOTIP UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) (Isolation and Protoplas Culture of Leaf Mesophyll from Some Genotypes of Cassava (Manihot Esculenta Crantz)) Hani Fitriani, Nurhamidar Rahman, Siti Kurniawati, Pramesti Dwi Aryaningrum dan N. Sri Hartati Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Jl. Raya Bogor KM 46, Cibinong 16911, Bogor, Indonesia e-mail: [email protected] Naskah diterima 29 Agustus 2018, revisi akhir 12 November 2018, setuju diterbitkan 15 Februari 2019 ABSTRAK. Bibit ubi kayu unggul sangat dibutuhkan oleh petani atau penggiat ubi kayu dan dapat diperoleh melalui teknik fusi protoplas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan protoplas dari mesofil daun tiga jenis ubi kayu yaitu Gajah, Mentega 2 dan Ubi Kuning koleksi in vitro dengan perlakuan komposisi enzim selulase, maserozim dan pektoliase serta media kultur protoplas. Isolasi protoplas dilakukan dengan menginkubasi daun ubi kayu in vitro dari genotip Mentega 2, Ubi Kuning dan Gajah pada media cair yang terdiri dari beberapa campuran enzim. Protoplas berhasil diperoleh dari ketiga genotip ubi kayu setelah inkubasi pra-plasmolisis sel pada larutan campuran enzim perlakuan LE3 yaitu 0,4 M manitol, 2% selulase, 1% maserozim dan 0,1% pektoliase selama 18 jam. Protoplas berhasil membentuk mikrokalus pada media semi padat Murashige & Skoog (MS) dengan penambahan vitamin Kao & Michayluk (KM) dan bahan organik KM serta diperkaya dengan 2 μM CuSO 4 , 2 mg/L BAP, 1 mg/L IAA, 2% sukrosa dengan variasi agar Phytagel 0,5% (M1) dan 1% (M2). Pembentukan kalus dari mikrokalus terjadi pada semua media perlakuan. Secara keseluruhan, perlakuan terbaik ditunjukkan pada media P4, yaitu media MS yang mengandung 1,0 mg/L 2,4-D dan 2 mg/L BAP, dimana kalus yang diperoleh berukuran lebih besar dibanding media lainnya. Kata kunci: mikrokalus, protoplas, selulase, ubi kayu ABSTRACT. Superior cassava seedlings can be obtained through protoplast fusion techniques. This study aimed to obtain protoplasts from leaf mesophyll of three types of cassava namely Mentega 2, Ubi Kuning and Gajah. Protoplast was successfully obtained from three cassava genotypes after incubation of pre-plasmolysis cells in a mixture of LE3 treatment enzymes, i.e 0.4 M mannitol, 2% cellulase, 1% maserozyme and 0.1% pectoliase for 18 hours. Protoplast succeeded in forming microcaluses in Murashige & Skoog (MS) semi-solid media with the addition of vitamin Kao & Michayluk (KM) and KM organic matter and enriched with 2 μM CuSO 4 , 2 mg/L BAP, 1 mg/L IAA, 2% sucrose with Phytagel agar variations were 0.5% (M1) and 1% (M2). Callus from microcalus occurred in all treatment media. The best treatment was shown on P4 media, namely MS media containing 1.0 mg/L 2,4-D and 2 mg/L BAP, where the callus obtained was larger than other media. Keywords: cassava, cellulase, microcalus, protoplast 1. PENDAHULUAN Bibit ubi kayu dengan sifat unggul yaitu produktivitas tinggi, kaya nutrisi, tahan terhadap cekaman abiotik (terutama kekeringan) dan cekaman biotik (hama dan penyakit), serta umbi dengan daya simpan lama atau tahan terhadap pembusukan yang dikenal dengan istilah PPD (postharvest physiological deterioration) sangat dibutuhkan oleh petani atau penggiat ubi kayu. Bibit ubi kayu dengat sifat unggul dapat diperoleh melalui teknik Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

1

ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI BEBERAPA GENOTIP UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

(Isolation and Protoplas Culture of Leaf Mesophyll from Some Genotypes of

Cassava (Manihot Esculenta Crantz))

Hani Fitriani, Nurhamidar Rahman, Siti Kurniawati, Pramesti Dwi Aryaningrum dan N. Sri Hartati

Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Jl. Raya Bogor KM 46, Cibinong 16911, Bogor, Indonesia e-mail: [email protected]

Naskah diterima 29 Agustus 2018, revisi akhir 12 November 2018, setuju diterbitkan 15 Februari 2019

ABSTRAK. Bibit ubi kayu unggul sangat dibutuhkan oleh petani atau penggiat ubi kayu dan dapat diperoleh melalui teknik fusi protoplas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan protoplas dari mesofil daun tiga jenis ubi kayu yaitu Gajah, Mentega 2 dan Ubi Kuning koleksi in vitro dengan perlakuan komposisi enzim selulase, maserozim dan pektoliase serta media kultur protoplas. Isolasi protoplas dilakukan dengan menginkubasi daun ubi kayu in vitro dari genotip Mentega 2, Ubi Kuning dan Gajah pada media cair yang terdiri dari beberapa campuran enzim. Protoplas berhasil diperoleh dari ketiga genotip ubi kayu setelah inkubasi pra-plasmolisis sel pada larutan campuran enzim perlakuan LE3 yaitu 0,4 M manitol, 2% selulase, 1% maserozim dan 0,1% pektoliase selama 18 jam. Protoplas berhasil membentuk mikrokalus pada media semi padat Murashige & Skoog (MS) dengan penambahan vitamin Kao & Michayluk (KM) dan bahan organik KM serta diperkaya dengan 2 µM CuSO4, 2 mg/L BAP, 1 mg/L IAA, 2% sukrosa dengan variasi agar Phytagel 0,5% (M1) dan 1% (M2). Pembentukan kalus dari mikrokalus terjadi pada semua media perlakuan. Secara keseluruhan, perlakuan terbaik ditunjukkan pada media P4, yaitu media MS yang mengandung 1,0 mg/L 2,4-D dan 2 mg/L BAP, dimana kalus yang diperoleh berukuran lebih besar dibanding media lainnya. Kata kunci: mikrokalus, protoplas, selulase, ubi kayu ABSTRACT. Superior cassava seedlings can be obtained through protoplast fusion techniques. This study aimed to obtain protoplasts from leaf mesophyll of three types of cassava namely Mentega 2, Ubi Kuning and Gajah. Protoplast was successfully obtained from three cassava genotypes after incubation of pre-plasmolysis cells in a mixture of LE3 treatment enzymes, i.e 0.4 M mannitol, 2% cellulase, 1% maserozyme and 0.1% pectoliase for 18 hours. Protoplast succeeded in forming microcaluses in Murashige & Skoog (MS) semi-solid media with the addition of vitamin Kao & Michayluk (KM) and KM organic matter and enriched with 2 µM CuSO4, 2 mg/L BAP, 1 mg/L IAA, 2% sucrose with Phytagel agar variations were 0.5% (M1) and 1% (M2). Callus from microcalus occurred in all treatment media. The best treatment was shown on P4 media, namely MS media containing 1.0 mg/L 2,4-D and 2 mg/L BAP, where the callus obtained was larger than other media.

Keywords: cassava, cellulase, microcalus, protoplast 1. PENDAHULUAN

Bibit ubi kayu dengan sifat unggul yaitu produktivitas tinggi, kaya nutrisi, tahan terhadap cekaman abiotik (terutama kekeringan) dan cekaman biotik (hama dan penyakit), serta umbi dengan daya simpan

lama atau tahan terhadap pembusukan yang dikenal dengan istilah PPD (postharvest physiological deterioration) sangat dibutuhkan oleh petani atau penggiat ubi kayu. Bibit ubi kayu dengat sifat unggul dapat diperoleh melalui teknik

Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Page 2: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

2

BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13

fusi protoplas. Teknik fusi protoplas merupakan salah satu metode yang digunakan pada perakitan tanaman untuk mendapatkan sifat unggul yang diinginkan. Metode fusi protoplas atau hibridisasi somatik merupakan salah satu metode yang dapat mengatasi permasalahan dalam pemuliaan tanaman dengan sifat unggul yang disandi oleh banyak gen (Milliam et al., 1995).

Mariska & Husni (2006) melaporkan bahwa beberapa hasil penelitian dengan fusi protoplas telah berhasil meningkatkan keragaman genetik tanaman, produktivitas, perbaikan sifat ketahanan terhadap hama, penyakit dan nematoda, serta perbaikan sifat-sifat kualitatif seperti kandungan minyak yang tinggi. Teknik ini diperlukan dalam pemuliaan tanaman untuk menyeleksi dan merakit varietas hibrida secara lebih cepat. Kemajuan pesat dalam penelitian produksi hibrida somatik dan sibrida dalam transfer DNA tidak terlepas dari keberhasilan teknik isolasi, kultur dan regenerasi protoplas menjadi tanaman (Riyadi, 2010).

Protoplas dapat diisolasi dari hampir semua bagian tanaman seperti akar, daun, nodul akar, koleoptil, kultur kalus dan mesofil daun asal tanaman in-vitro (Husni et al., 2003). Mesofil daun tanaman yang dikulturkan secara in-vitro paling banyak digunakan sebagai sumber protoplas karena kondisi fisiologis daun tanaman dari kultur in-vitro lebih konstan dibandingkan daun tanaman di rumah kaca. Jaringan mesofil pada daun merupakan jaringan yang paling mudah diisolasi karena sel-selnya tersusun secara renggang sehingga enzim-enzim mudah mencapai dinding sel. Selain itu, keseragaman daun in-vitro yang lebih tinggi dan dapat tersedia setiap saat serta produksi protoplas yang dihasilkan lebih tinggi jika menggunakan mesofil daun Musa sp. (Khatri et al., 2010); Dendrobium crumenatum (Tee et al., 2010); dan Brachypodium distachyon (Hong et al., 2012) sebagai sumber protoplas. Isolasi protoplas dari mesofil ubi kayu kultivar Mexico No. 35 juga telah dilakukan dan dilaporkan berhasil membentuk tunas namun belum

mendapatkan kondisi morfogenesis in-vitro yang efisien (Shahin & Shepard, 1980).

Menurut Suryowinoto (1996), isolasi protoplas adalah teknik untuk menghasilkan protoplas yang utuh dan viable dari jaringan tanaman hidup dengan cara menghilangkan dinding selnya. Teknik ini merupakan tahap awal dari beberapa tahapan dalam melakukan fusi protoplas atau hibridisasi somatik untuk merakit bibit unggul (Suryowinoto, 1989; Kanchanapoom et al., 2001). Kultur protoplas telah dimanfaatkan untuk memanipulasi genetik tanaman melalui fusi protoplas, transformasi protoplas dan variasi somaklonal/protoklonal pada tingkat protoplas.

Faktor penentu keberhasilan dalam prosedur isolasi protoplas tanaman adalah proses penghilangan atau pelisisan dinding sel dan mendapatkan protoplas yang utuh. Dinding sel yang masih muda biasanya tersusun dari zat pektin dan selulosa, sehingga untuk melisiskan zat penyusun dinding sel tersebut diperlukan zat yang dapat menghancurkan atau melarutkannya. Penghilangan dinding sel dapat dilakukan secara mekanis maupun enzimatis (Tomar & Dantu, 2010). Secara enzimatis, jenis dan konsentrasi enzim yang digunakan sangat mempengaruhi perolehan protoplas (Riyadi, 2006). Umumnya, untuk melisiskan zat penyusun dinding sel pada teknik isolasi protoplas dilakukan secara enzimatis dengan jenis dan konsentrasi enzim yang digunakan bervariasi.

Beberapa jenis enzim yang biasa digunakan adalah selulase R-10, pektoliase Y-23, hemiselulose dan maserozim. Sejak ditemukan oleh Cocking pada tahun 1960, isolasi protoplas secara enzimatik hampir selalu digunakan untuk setiap jenis tanaman sampai sekarang. Pemakaian enzim pektoliase dan selulase telah berhasil dilakukan untuk mengisolasi protoplas tanaman Solanum sp. (Tan, 1987), Dendrobium pompadoum (Kanchanapoom et al., 2001), Arabidopsis thaliana (Sheen, 2002) dan Panicum virgatum L. (Mazarei et al., 2008). Populasi protoplas yang dihasilkan melalui teknik ini memiliki kerapatan yang tinggi

: 1-13

Page 3: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

3

(2,5 x 106 protoplas/gram jaringan daun). Isolasi protoplas jenis tanaman asal Indonesia telah berhasil dilakukan diantaranya anggrek (Utami & Hariyanto, 2015), kacang panjang dan kecipir (Riyadi, 2006; 2010), kentang (Purwito, dkk., 1999), talas (Martin dkk., 2015), pegagan (Prihastanti dkk., 2001) dan padi (Sukmadjaja dkk., 2007).

Isolasi dan kultur protoplas jenis ubi kayu lokal Indonesia sampai saat ini belum ada dilaporkan, sehingga optimasi metode isolasi dan regenerasi protoplas ubi kayu sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan protoplas dari mesofil daun tiga jenis ubi kayu yaitu Gajah, Mentega 2 dan Ubi Kuning koleksi in-vitro dengan perlakuan komposisi enzim selulase, maserozim dan pektoliase serta media kultur protoplas. Metode isolasi protoplas mesofil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut yaitu fusi protoplas antara ketiga jenis ubi kayu tersebut.

2. METODE PENELITIAN

Jenis ubi kayu yang digunakan dipilih berdasarkan keunggulan-keunggulan karakteristik genetik yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya yaitu seleksi kandidat ubi kayu unggul yang terdapat di Kebun Plasma Nutfah ubi kayu Puslit Bioteknologi LIPI. Tahap awal penelitian adalah memilih enzim yang paling sesuai untuk melisis sel ubi kayu, serta media kultur yang tepat pada isolasi dan kultur protoplas ubi kayu di laboratorium.

Eksplan Sebagai Sumber Protoplas Material tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kultur ubi kayu genotip Mentega 2, Gajah dan Ubi Kuning yang merupakan koleksi Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI (Gambar 1). Ketiga genotip ubi kayu tersebut memiliki keunggulan yaitu kaya kandungan beta karoten (Mentega 2 dan Ubi Kuning) serta daya hasil tinggi (genotip Gajah). Kultur ubi kayu pada media MS (Murashige & Skoog, 1962) tanpa hormon atau MS-0 yang mengandung 40 g/L sukrosa dan 8 g/L pemadat dipelihara hingga menjadi plantlet yang memiliki daun lengkap dan siap digunakan sebagai bahan isolasi protoplas. Kultur diinkubasi di ruang kultur pada temperatur 25-27 oC dengan penyinaran 1000 lux selama 24 jam. Plantlet berumur 1-1,5 bulan sementara daunnya digunakan sebagai sumber protoplas. Larutan Enzim dan Media Kultur Protoplas Larutan enzim yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat variasi, yaitu kombinasi dari enzim selulase, maserozim dan pektoliase (Tabel 1). Keempat kombinasi larutan enzim tersebut disterilisasi dengan filter syringe (Millipore) berukuran 0,22 µM (Gorsser et al., 2010). Media dasar yang digunakan untuk kultur protoplas ubi kayu adalah media 0,4 M BH3 (Grosser et al., 2010) yang telah dimodifikasi.

Gambar 1. Tanaman kultur in vitro ubi kayu sebagai sumber eksplan untuk isolasi protoplas; A. Ubi

Kuning, B. Mentega 2 dan C. Gajah

A B C

Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Page 4: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

4

BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13

Tabel 1. Komposisi larutan enzim sebagai perlakuan Jenis Bahan LE1 LE2 LE3 LE4

Sellulase Onozuka RS (Phytotech) 0,8 g 0,8 g 0,8 g 0,8 g Macerozyme R-10 (Phytotech) 0,8 g 0,8 g 0,4 g 0,4 g Pectolyase y-23 (Phytotech) - 0,04 g 0,04 g 0,08 g Mannitol 0,5 M 0,5 M 0,5 M 0,5 M NaH2PO4 37 mM 37 mM 37 mM 37 mM CaCl2.2H2O 1 M 1 M 1 M 1 M MES 0,246 M 0,246 M 0,246 M 0,246 M Aquadestilata 40 mL 40 mL 40 mL 40 mL pH 5,6 5,6 5,6 5,6

Isolasi Protoplas

Mesofil daun ubi kayu diambil dari koleksi kultur in-vitro (plantlet) dan disayat hingga kecil dengan jarak irisan 0,1-0,3 cm. Daun ubi kayu dengan total ukuran ± 100 cm2 yang telah diiris-iris lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer berukuran 100 mL yang berisi 12 mL campuran larutan enzim dan media BH3 dengan perbandingan 1:1 (Grosser et al., 2010). Campuran diinkubasi selama 18 jam di ruang gelap pada suhu 28 oC dan dikocok dengan kecepatan 50 rpm untuk membantu agar protoplas terlepas selama tahap inkubasi. Purifikasi Protoplas

Protoplas hasil isolasi selanjutnya dipurifikasi pada gradien sukrosa/manitol (Grosser et al., 2010). Setelah inkubasi, campuran dilewatkan pada filter nilon berukuran 100 µM untuk menyaring debris atau sisa jaringan hasil inkubasi dan ditempatkan pada tabung erlenmeyer 25 mL. Campuran protoplas selanjutnya kembali disaring dengan filter nilon CellTrics® (Partec) berukuran 30 µM untuk menyeragamkan ukuran protoplas dan disimpan pada tabung sentrifus Corning® ukuran 15 mL. Campuran kemudian disentrifugasi pada kecepatan 600 rpm selama 6 menit hingga membentuk pelet. Supernatan selanjutnya dibuang dan protoplas diresuspensi dengan 7 mL larutan 25% sukrosa dengan penambahan nutrien CPW (Frearson et al., 1973). Larutan CPW terdiri dari 27,2 mg/L KH2PO4; 100 mg/L KNO3; 150 mg/L CaCl2; 250 mg/L MgSO4; 0,16 mg/L KI; dan 0,00025 mg/L CuSO4 (pH 5,8). Setelah itu, campuran protoplas dipipet dengan

hati-hati agar homogen kemudian ditambahkan 2 mL larutan 13% manitol dengan nutrien CPW ke atas larutan sukrosa. Pada tahapan ini, kedua larutan diusahakan agar tidak bercampur satu dengan lainnya, sehingga terbentuk dua fase larutan pada tabung. Larutan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 600 rpm selama 5 menit.

Protoplas yang viable membentuk fase diantara larutan sukrosa dan larutan manitol. Protoplas pada fase antara tersebut diambil dengan cara dipipet menggunakan pipet pasteur dan dimasukkan ke dalam larutan pemurnian 0,4 M BH3 sebanyak 10 kali ukuran pelet (Khentry et al., 2006) kemudian kerapatannya diukur menggunakan hemositometer.

Pada pengukuran kerapatan, protoplas diambil menggunakan mikropipet kemudian diletakkan di atas hemositometer dan ditutup dengan gelas penutup. Jumlah protoplas dihitung di bawah mikroskop inverted pada pembesaran 10×10 (Tee et al., 2010). Densitas protoplas ditentukan dengan menggunakan Persamaan 1 (Marienfield laboratory glassware, Germany) yang mana S = jumlah protoplas, X = rata-rata jumlah protoplas dari bilik yang diamati, L = 1 mm2 (luas haemocytometer 1 mm2/25 bilik hitung × 25 bilik yang dihitung), t = 0,1 mm (tinggi haemocytometer), P = pengenceran dan 103 = konstanta perubahan dari mm3 menjadi mL.

PtLXS

………….…………… (1)

: 1-13

Page 5: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

5

Kultur Protoplas Media dasar yang digunakan adalah

media dasar MS dengan penambahan vitamin KM (Kao & Michayluk, 1975), bahan organik KM serta diperkaya dengan zat pengatur tumbuh (ZPT), 2 mg/L BAP, 1 mg/L IAA, 2 µM CuSO4, 2% sukrosa dengan variasi agar Phytagel 0,5% (M1) dan 1% (M2). Kedua media tersebut diatur hingga memiliki osmolaritas 0,4 M dan pH 5,8. Media disterilisasi dengan filter ukuran 0,22 µM. Masing-masing medium (M1 dan M2) diambil dengan mikropipet dan dicampurkan dengan larutan protoplas hasil purifikasi. Kultur protoplas disimpan pada cawan petri plastik steril (Corning®) ukuran 60 mm x 15 mm dan diinkubasi pada keadaan gelap dengan suhu 25 oC.

Pengolahan Data

Data hasil isolasi, purifikasi dan kultur protoplas dianalisis dengan membandingkan jumlah dan kondisi protoplas yang berhasil diisolasi dan dikultur untuk mengetahui komposisi larutan enzim dan media kultur protoplas yang paling tepat. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Purifikasi Protoplas

Protoplas telah berhasil diisolasi dari jaringan mesofil daun ubi kayu genotip Gajah dan Ubi Kuning menggunakan campuran larutan enzim pada perlakuan LE3, sedangkan perlakuan lainnya (LE1, LE2 dan LE4) sebagian besar belum mampu menghasilkan protoplas utuh (viable). Protoplas ubi kayu genotip Mentega 2 pada keempat perlakuan inkubasi larutan enzim banyak mengalami plasmolisis dan hanya sebagian kecil protoplas utuh yang berhasil diisolasi sehingga kerapatan protoplas tidak terhitung karena protoplas tidak terdeteksi di hemositometer. Perlakuan LE3 dengan komposisi 2% selulase, 1% maserozim dan 0,1% pektoliase dapat digunakan untuk melisiskan dinding sel mesofil daun ubi kayu dari genotip Gajah dan Ubi Kuning meskipun pada sebagian kecil masih terdapat protoplas yang mengalami plasmolisis sedangkan mesofil Mentega 2

memerlukan komposisi larutan enzim yang lain untuk melisiskan mesofil daunnya.

Pektin dan selulosa merupakan komponen penyusun dinding sel mesofil daun muda. Oleh karena itu, enzim yang paling cocok digunakan untuk melisiskan dinding sel mesofil daun ubi kayu dari tiga genotip ubi kayu yang digunakan adalah pektinase atau maserozim dan selulase. Enzim pektinase atau maserozim berfungsi untuk menghancurkan lamela tengah yang tersusun dan zat pektin, sehingga sel satu dengan sel lainnya terpisah (Riyadi, 2006).

Perlakuan LE3 dengan penambahan 0,4 M BH3 (menggunakan manitol sebagai senyawa osmotikum) menghasilkan kerapatan protoplas yang berbeda pada dua genotip ubi kayu. Kerapatan protoplas tertinggi pada Gajah sekitar 0,6 x 106 protoplas/gram berat bersih mesofil (Tabel 2). Kerapatan yang diperoleh masih lebih sedikit jika dibandingkan hasil isolasi Wu et al. (2017) terhadap mesofil ubi kayu SC8 asal China Selatan dengan menggunakan komposisi enzim selulase 1,6% dan maserozim 0,8% tanpa pektoliase yang memperoleh protoplas dengan kerapatan tinggi yaitu mencapai 4,4 x 107 protoplas/gram berat bersih mesofil dengan viabilitas sekitar 92,6%.

Demikian pula hasil penelitian yang dilaporkan oleh Shahin & Shepard (1980) menggunakan komposisi larutan enzim selulase 1% dan maserozim 0,5% tanpa pektoliase berhasil melisiskan dinding sel mesofil daun ubi kayu Mexico No. 35 dan CMC 76 milik CIAT yang diperoleh kerapatan protoplas relatif tinggi yaitu sekitar 5,6 x 106 protoplas/gram berat bersih mesofil ubi kayu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis dan komposisi enzim berperan penting untuk melisiskan mesofil daun ubi kayu dari ketiga genotip yang diujikan. Hal ini mengindikasikan bahwa keberhasilan isolasi protoplas dipengaruhi antara lain komposisi enzim (jenis dan konsentrasi), kondisi jaringan dan genotip dari tanaman. Komposisi perlakuan enzim LE3 dengan penambahan 0,4 M BH3 pada proses purifikasi menghasilkan fase lapisan protoplas murni berwarna hijau membentuk pita yang terpisah diantara dua

Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Page 6: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

6

BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13

larutan sukrosa dan Mannitol setelah disentrifugasi pada ketiga genotip ubi kayu

yang diuji yaitu Mentega 2, Gajah dan Ubi Kuning.

Tabel 2. Kerapatan (densitas) protoplas asal jaringan mesofil daun ubi kayu genotip Gajah dan Ubi

Kuning pada empat perlakuan komposisi enzim

Jenis ubi kayu Komposisi enzim LE1 LE2 LE3 LE4

Gajah 0 0 0,6 x 106 protoplas/mL 0 Ubi Kuning 0 0 0,197 x 106 protoplas/mL 0 Mentega 2 0 0 0 0

Ket.: LE1 = selulase 2% RS (w/v), pektoliase 0% (w/v), maserozim 2% (w/v); LE2 = selulase 2% RS (w/v), pektoliase 0,1% (w/v), maserozim 2% (w/v); LE3 = selulase 2% RS (w/v), pektoliase 0,1% (w/v), maserozim 1% (w/v); LE4 = selulase 2% RS (w/v), pektoliase 1% (w/v), maserozim 0.2% (w/v).

Gambar 2. Protoplas dari mesofil daun ubi kayu genotip Gajah (A) dan Ubi Kuning (B) sebelum

proses pemurnian dan genotip; Gajah (C) dan Ubi Kuning (D) setelah proses pemurnian (Perbesaran 40x)

A B

C D

: 1-13

Page 7: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

7

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis terhadap protoplas hasil isolasi dari ketiga genotip ubi kayu, terlihat bahwa protoplas yang terisolasi umumnya berbentuk intact atau bulat, utuh dan viable dengan membran plasma yang tipis, transparan dan berbentuk cincin sehingga organela atau bagian dalam sel terlihat jelas. Hal ini menunjukkan bahwa sel-sel telah kehilangan dinding selnya. Organel yang terlihat paling jelas adalah klorofil yang menampakkan butiran warna hijau dengan jumlah relatif banyak dan berukuran relatif besar (Gambar 2C). Oleh karena itu, klorofil dapat dijadikan sebagai marker atau penanda dalam identifikasi penghitungan rendemen protoplas hasil isolasi (Patnaik & Cocking, 1982 dan Suryowinoto, 1989).

Proses selanjutnya setelah isolasi protoplas adalah purifikasi. Purifikasi diperlukan untuk mendapatkan protoplas yang viable tanpa adanya sisa jaringan setelah isolasi dilakukan di tahap awal.

Protoplas disebut viable apabila ukuran protoplasnya seragam dan bentuknya bulat sempurna serta tidak mengalami plasmolisis atau pecah karena over digestion (Gambar 2D). Tahapan purifikasi dalam penelitian ini menggunakan larutan sukrosa 25% dan manitol 13% (Grosser et al., 2010).

Kultur Protoplas

Setelah protoplas genotip Mentega 2, Ubi Kuning dan Gajah diinkubasi tanpa pencahayaan di ruang dengan suhu 25±2 oC selama 4 minggu pada larutan 0,4 M BH3 dengan perbandingan 1:1 antara komposisi protoplas dan larutan BH3, protoplas menunjukkan pertumbuhan dan mengalami proses mitosis beragregasi (Gambar 3A-B) sehingga terdapat penambahan jumlah protoplas. Sementara itu, protoplas dari Mentega 2 tidak berkembang sehingga tidak dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

Gambar 3. Agregasi koloni protoplas pada media semi solid M2 umur 4 minggu setelah tanam

(MST) (A-B) dan pertambahan ukuran mikrokalus ubi kayu genotip Ubi Kuning hingga 18 minggu setelah tanam (MST) (C-D) (perbesaran 20x)

D C

A B

Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Page 8: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

8

BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13

Protoplas dari mesofil daun ubi kayu Mentega 2 tidak berkembang, kemungkinan dikarenakan viabilitas protoplas rendah atau mengalami lisis selama masa inkubasi pada media kultur. Masa inkubasi yang lama dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada membran protoplas. Ling et al. (2009) menyatakan bahwa waktu inkubasi merupakan faktor yang menentukan keberhasilan isolasi protoplas. Viabilitas protoplas mengalami penurunan seiring dengan semakin lamanya waktu inkubasi. Hasil yang sama pada isolasi protoplas dari Lotus corniculatus untuk perlakuan waktu inkubasi 8 jam menunjukkan penurunan protoplas viable dibanding waktu inkubasi 6 jam (Raiker et al., 2008).

Berdasarkan Hendaryono & Wijayani (1994), medium pertumbuhan protoplas yang mengandung BH3 tanpa adanya penambahan ZPT menyebabkan protoplas tidak tumbuh sama sekali. Pengaruh ZPT terutama akusin terhadap pertumbuhan protoplas menunjukkan adanya indikasi tekanan osmotik, meningkatkan sintesa protein, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air dan melunakkan dinding sel yang diikuti dengan menurunnya tekanan pada dinding sel sehingga air dapat masuk ke dalam sel dan meningkatkan volume sel.

Mikro koloni protoplas Ubi Kuning dan Gajah berubah bentuk menjadi mikrokalus pada media kultur semi padat perlakuan M2 pada hari ke-4 (Ubi Kuning) dan minggu ke-6 (Gajah). Media semi padat perlakuan M2 yaitu media MS yang mengandung 2 µM CuSO4, 2 mg/L BAP, 1 mg/L NAA dan larutan 0,4 M BH3 serta

pemadat Phytagel 1% mampu membentuk koloni protoplas menjadi bentuk mikrokalus yang kompak padat berwarna putih seperti kapas (Tabel 3; Gambar 3C). Mikrokalus semakin menunjukkan pertumbuhan yang baik hingga 18 MST dan mengalami penambahan ukuran (Gambar 3D).

Waktu pertumbuhan dan perkembangan mikrokalus pada dua genotip ubi kayu yang diuji menunjukkan perbedaan. Respon genotip sangat berpengaruh terhadap media tumbuh yang digunakan. Mikrokalus genotip Gajah berkembang menjadi kalus berwarna kuning dan membentuk nodul-nodul pada media kultur semipadat (Gambar 4A). Mikrokalus dari protoplas ubi kayu genotip Gajah mengalami perkembangan mulai dari bentuk seperti selaput putih hingga adanya bentuk yang menyerupai nodul-nodul berwarna kuning bening pada 8 HST (hari setelah tanam) dan jumlah nodul-nodul ini semakin bertambah pada 10 minggu setelah tanam (MST). Nodul kalus hanya mengalami proliferasi yang semakin bertambah namun tidak mengalami perkembangan bentuk yang mengarah ke organogenesis tunas hingga 12 MST (Gambar 4B). Pengamatan pertumbuhan mikrokalus yang semakin membesar pada genotip Gajah hanya dapat dilakukan hingga 20 MST (Gambar 4C). Pada 28 MST, kalus dari genotip Gajah yang dihasilkan mengalami kontaminasi bakteri. Semakin lama periode subkultur, akumulasi nutrisi pada eksplan menjadi tinggi sehingga bakteri tumbuh dengan lebih cepat.

Tabel 3. Kondisi protoplas ubi kayu genotip Gajah dan Ubi Kuning 18 minggu setelah tanam (MST)

pada media perlakuan semi padat

Genotip Perlakuan

M1 M2 Gajah Tidak berkembang Utuh dan membentuk mikrokalus yang berwarna putih

seperti kapas

Ubi Kuning Tidak berkembang Utuh dan membentuk mikrokalus yang berwarna putih seperti kapas

Ket.: M1 = Media MS + 2 µM CuSO4 + 2 mg/L BAP +1 mg/L NAA + 0,4 M BH3 + 0,5% Phytagel M2 = Media MS + 2 µM CuSO4 + 2 mg/L BAP +1 mg/L NAA + 0,4 M BH3 + 1% Phytagel

: 1-13

Page 9: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

9

Gambar 4. Perkembangan protoplas asal mesofil daun menjadi mikrokalus ubi kayu genotip Gajah

umur 20 minggu setelah tanam (MST) (A-C); dan genotip Ubi Kuning umur 4 hingga 6 minggu setelah tanam (MST) (D-E) pada media semipadat MS + 2 µM CuSO4 + 2 mg/L BAP + 1 mg/L NAA + 0,4 M BH3 + 1% Phytagel (perbesaran 8x)

Leifert & Cassel (2001) menyatakan

bahwa kontaminasi oleh mikroba merupakan salah satu masalah serius dalam kultur in vitro tanaman. Sinta dkk. (2014) menyatakan bahwa kontaminasi menjadi penyebab utama hilangnya kultur tanaman. Berdasarkan Kristina (2017), setiap kondisi kultur yang terkontaminasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kebersihan lingkungan kerja, jenis eksplan, cara sterilisasi, serta kondisi suhu dan iklim pada saat kultur. Kondisi aseptik diperoleh melalui pemanasan alat-alat tanam dan media dengan autoklaf, desinfektan atau lampu ultraviolet sehingga mikroba-mikroba pengganggu dapat dimatikan.

Pertumbuhan dan perkembangan protoplas Ubi Kuning lebih lambat jika dibandingkan dengan genotip Gajah. Mikrokalus genotip Ubi Kuning yang terbentuk di media kultur protoplas semipadat masih tetap berbentuk mikro kalus dan bersih dari kontaminan. Mikrokalus Ubi Kuning tidak berkembang dan tidak menunjukkan perubahan baik bentuk maupun ukuran (Gambar 4D-F).

Pada 16 MST, mikrokalus Ubi Kuning disubkultur dari media semipadat ke media perlakuan pembentukan kalus.

Sebanyak 1-2 µL mikrokalus dipindahkan ke delapan jenis media perlakuan induksi kalus. Setelah berumur 4 MST di media perlakuan, terjadi perubahan bentuk dari mikrokalus menjadi nodul-nodul menyerupai kalus. Pembentukan kalus pada media perlakuan (P1 hingga P4) yaitu media perlakuan dengan pemadat terjadi lebih cepat dibandingkan pembentukan kalus pada media perlakuan C1 hingga C4 yaitu media perlakuan tanpa pemadat (cair). Mikrokalus pada media perlakuan P1, P2, P3 dan P4 mengalami perubahan bentuk menjadi nodul-nodul menyerupai kalus berwarna kuning (Gambar 5A-D atas) sedangkan kalus pada media perlakuan C1, C2, C3 dan C4 bentuknya belum berupa nodul-nodul sempurna yang menyerupai kalus dan masih berwarna putih seperti mikrokalus pada media semipadat sebelumnya dengan ukuran yang lebih kecil (Gambar 5A-D bawah).

Setelah 8 MST, mikrokalus tampak berproliferasi membentuk kalus pada semua jenis media (Tabel 4). Kalus yang terbentuk pada 8 MST secara visual terlihat perbedaan yang nyata dari bentuk dan warna kalus pada media perlakuan padat (P1, P2, P3 dan P4) dengan media perlakuan cair (C1, C2, C3 dan C4).

A B C

D E F

Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Page 10: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

10

BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13

Bentuk dan ukuran kalus antar media perlakuan padat P1, P2, P3 dan P4 terlihat

Media padat

Media cair

Gambar 5. Bentuk kalus asal protoplas ubi kayu genotip Ubi Kuning umur 4 minggu setelah tanam (MST) di media perlakuan padat (atas) dan media cair (bawah); Gresshoff & Doy (GD) (A), 1/2MS + 1/2GD + L-tyrosine (B), MS + 2,4-D 0,5 mg/L + BAP 2 mg/L (C), dan MS + 2,4-D 1,0 mg/L + BA 2 mg/L (D)

Tabel 4. Bentuk mikrokalus genotip Ubi Kuning pada 8 minggu setelah tanam (MST) di media

perlakuan induksi kalus No. Perlakuan Komposisi media Kondisi protoplas Media Padat 1. P1 Gresshoff & Doy (GD) Nodul menyerupai kalus 2. P2 1/2MS + 1/2GD + L-tyrosine Nodul menyerupai kalus 3. P3 MS + 2,4-D 0,5 mg/L + BA 2 mg/L Nodul menyerupai kalus 4. P4 MS + 2,4-D 0,1 mg/L + BAP 2

mg/L Nodul membentuk kalus

Media Cair 5. C1 Gresshoff & Doy (GD) Kontaminasi 6. C2 1/2MS + 1/2GD + L-tyrosine Nodul menyerupai kalus dengan ukuran

lebih kecil 7. C3 MS + 2,4-D 0,5 mg/L + BAP 2

mg/L Kontaminasi

8. C4 MS + 2,4-D 0,1 mg/L + BAP 2 mg/L

Nodul menyerupai kalus dengan ukuran lebih kecil

sama pada 4 MST dengan 8 MST. Kalus yang terbentuk pada media perlakuan P4 tampak pertambahan diameter kalus jika dibandingkan dengan media perlakuan padat lainnya seperti P1, P2 dan P3 (Gambar 6A-D). Kalus pada media perlakuan P4 menyerupai bentuk nodular kalus embriogenik pada tahapan somatic embryogenesis. Kalus yang berkembang pada media cair C1 dan C3 mengalami kontaminasi bakteri (Gambar tidak ditampilkan).

Protoplas hasil isolasi pada penelitian ini dapat berkembang menjadi mikro kalus seperti halnya isolasi protoplas dari jenis tanaman umbi lainnya yaitu talas

(Martin dkk., 2015). Selain itu, koloni mikrokalus ubi kayu yang dihasilkan dapat berkembang lebih lanjut menyerupai kalus fase nodular berwarna putih susu. Ubi kayu merupakan salah satu tanaman yang sulit dalam hal kultur protoplas dan regenerasinya. Berdasarkan Wu et al. (2017), saat ini hanya ada dua laporan mengenai kultur protoplas dan regenerasinya yang telah dipublikasikan. Shahin & Shepard (1980) melaporkan hasil penelitiannya tentang regenerasi tunas hasil isolasi protoplas asal mesofil daun ubi kayu. Sofiari et al.(1998) mempublikasikan tentang regenerasi tunas hasil isolasi protoplas asal friabe

B

A B C D

A C D

: 1-13

Page 11: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

11

embryogenic callus. Anthony et al.(1995) mengembangkan protokol mengenai kultur protoplas dari daun ubi kayu.

Kalus berumur 48 minggu dan mengalami 3-4 subkultur, bentuk kalus masih sama dan belum menunjukkan ke arah perbanyakan kalus. Hal ini

mengindikasikan bahwa diperlukan optimasi jenis media untuk proliferasi kalus. Media proliferasi kalus yang tepat dari protoplas ubi kayu dari genotip lokal belum diperoleh. Masih diperlukan percobaan lebih lanjut untuk mendapatkan media proliferasi kalus yang optimal.

Media padat

Media cair

Gambar 6. Bentuk kalus asal protoplas ubi kayu genotip Ubi Kuning pada 8 minggu setelah tanam (MST) di media perlakuan Gresshoff & Doy (GD) (A), 1/2MS + 1/2GD + L-tyrosine (B), MS + 2,4-D 0,5 mg/L + BAP 2 mg/L (C), dan MS + 2,4-D 1,0 mg/L + BAP 2 mg/L (D)

4. KESIMPULAN

Protoplas utuh dari mesofil ubi kayu genotip Mentega 2, Ubi Kuning dan Gajah telah diisolasi menggunakan larutan enzim dengan komposisi 2% selulase, 1% maserozim dan 0,1% pektoliase menghasilkan protoplas berkisar antara 0,197-0,6 x 106 protoplas/mL. Protoplas dapat tumbuh membentuk mikrokalus pada media semipadat MS mengandung 2 µM CuSO4, 2 mg/L BAP, 1 mg/L IAA, 2% sukrosa dan pemadat 1% Phytagel. Mikrokalus selanjutnya dapat berkembang menjadi kalus pada delapan media perlakuan yang terdiri dari empat media padat dan empat media cair yaitu media Gresshoff and Doy (GD); MS dan GD masing-masing dengan konsentrasi setengah; MS dengan penambahan 2,4-D (0,1 dan 0,5 mg/L) dan BAP 2 mg/L. Kedelapan media pertumbuhan kalus dapat membuat mikrokalus tumbuh dan berkembang secara kuantitas dan ukuran menjadi nodul-nodul menyerupai kalus. Mikrokalus tumbuh lebih cepat pada media padat dibandingkan pada media cair.

Media perlakuan P4 yang mengandung media dasar MS dengan penambahan 1,0 mg/L 2,4-D dan 2,0 mg/L BAP menunjukkan pertumbuhan kalus yang lebih baik dimana kalus yang diperoleh terlihat berukuran lebih besar dibanding media lainnya. Perkembangan pembentukan mikrokalus yang berasal dari mesofil daun ubi kayu ke tahap selanjutnya merupakan suatu kemajuan yang sangat penting bagi penelitian protoplas ubi kayu terutama genotip lokal Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Andri Fadhillah Martin, M.Si untuk diskusi perihal jenis media dan teknis isolasi protoplas, Suwinaryani untuk pemeliharaan kultur ubi kayu dan M. Usen untuk bantuan teknis di laboratorium. Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan DIPA Tematik Puslit Bioteknologi LIPI Tahun Anggaran 2015-2016.

A C D

B D

B

Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)

Page 12: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

12

BIOPROPAL INDUSTRI Vol.10 No.1, Juni 2019 : 1-13

DAFTAR PUSTAKA Anthony, P., Davey, M.R., Power, J.B. &

Lowe, K.C. (1995). An improved protocol for the culture of cassava leaf protoplasts. Plant Cell, Tissue and Organ Culture, 42, 229-302.

Frearson, E.M., Power, J.B. & Cocking, E.C. (1973). The isolation, culture and regeneration of Petunia leaf protoplast. Dev. Biol, 33, 1130-1137.

Grosser, J.W., Calovic, M. & Louzada, E.S. (2010). Protoplast fusion technology. In Davey, M.R. and Anthony, P. (Ed), Plant Cell Culture: Essential Methods. (pp. 175–198). Chichester: John Wiley & Sons. Ltd.

Hendaryono, D.P.S. & Wijayani, A. (1994). Teknik kultur jaringan pengenalan dan petunjuk perbanyakan tanaman secara vegetatif modern. Yogyakarta: Kanisius.

Hong, S.Y., Seo, P.J., Cho, S.H. & Park, C.M. (2012). Preparation of leaf mesophyll protoplasts for transient gene expression in Brachypodium distachyon. Journal of Plant Biology, 55(5), 390-397.

Husni, A., Mariska, I., Wattimena, G.A. & Purwito, A. (2003). Keragaman genetik tanaman terung hasil kultur protoplas. Jurnal Bioteknologi Pertanian, 8(2), 52-59.

Kanchanapoom, K., Jantaro, S. & Rakchad, D. (2001). Isolation and fusion of protoplasts from mesophyll cells of Dendrobium pompadour. Sci. Asia, 27, 29-34.

Kao, K.N. & Michayluk, M.R. (1975). Nutritional requirements for growth of Vicia hajastana cells and protoplasts at a very low population density in liquid media. Planta, 126(2), 105-110.

Khatri, A., Dahot, M.A., Khan, I.A. & Nizamani, G.S. (2010). An efficient method of protoplast isolation in Banana (Musa spp). Pakistan Journal Botany, 42(2), 1267-1271.

Khentry, Y., Paradornuvat, A., Tantiwiwat, S., Phansiri, S. & Thaveechai, N. (2006). Protoplast isolation and culture of Dendrobium Sonia “Bom 17”. Kasetsart Journal (Natural Science), 40, 361-369.

Kristina, M., Oratmangun, Dingse, P., & Febby, K. 2017. Deskripsi jenis-jenis kontaminan dari kultur kalus

Catharanthus roseus (L.) G. Don. Jurnal Mipa Unsrat Online, 6(1), 47-52.

Leifert, C. & Cassells, A.C. (2001). Microbial hazards in plant tissue and cell cultures. In Vitro Cell Dev Biol-Plant, 37, 133-138.

Mariska, I. & Husni, A. (2006). Perbaikan sifat genotip melalui fusi protoplas pada tanaman lada, nila dan terung. Jurnal Penelitian dan pengembangan Pertanian, 25(2), 55-60.

Martin, A.F., Wulansari, A., Hapsari, B.W. & Ermayanti, T.M. (2015). Isolasi, purifikasi dan kultur protoplas mesofil daun talas (Colocasia esculenta (L.) Shott.). Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi III.UGM (pp. 1-17). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Mazarei, M., Al-Ahmad, H., Rudis, M.R. & Stewart, C.N.Jr., (2008). Protoplast isolation and transient gene expression in switchgrass, Panicum virgatum L. Biotechnology Journal, 3(3), 354-359.

Milliam, S., Payne, L.A. & Mackay, G.R. (1995). The integration of protoplast fusion, derived material into a potato breeding programme. A review progress and problems. Euphytica, 85, 451-455.

Murashige, T. & Skoog, F. (1962). A revised medium for rapid growth and bio assays with tobacco tissue cultures. Physiologia plantarum, 15(3), 473-497.

Patnaik, G. & Cocking, E.C. (1982). A new enzyme mixture for the isolation of leaf protoplasts.Z. Pflanzen-physiol. Bd., 107(5), 41-45.

Prihastanti, E., Soegihardjo, C.J. & Purbaningsih, S. (2001). Kultur suspensi sel mesofil daun pegagan (Centella asiatica (L.) urban) dan analisis kualitatif senyawa asiatikosida. Majalah Farmasi Indonesia, 12(1), 10-19.

Purwito, A., Wattimena, G.A. & Suwanto, A. (1999). Isolasi dan regenerasi protoplas dari mesofil daun kentang (Solanum tuberosum L.) dihaploid. Buletin Agronomi, 27(1), 1-9.

Riyadi, I. (2006). Isolasi protoplas tanaman kacang panjang secara enzimatis. Buletin Plasma Nutfah, 12(2), 62-68.

: 1-13

Page 13: ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS MESOFIL DAUN DARI …

13

Riyadi, I. (2010). Isolasi Protoplas secara Enzimatis pada Tanaman Kecipir. Buletin Plasma Nutfah, 16(1), 57-63.

Shahin, E.A. & Shepard, J.F. (1980). Cassava Mesophyll Protoplasts: Isolation, Proliferation, and Shoot Formation. Plant Science Letters, 17, 459-465. doi: 10.1016/0304-4211(80) 90133-9.

Sinta, M.M., Riyadi, I. & Sumaryono. 2014. Identifikasi dan pencegahan kontaminasi pada kultur cair sistem perendaman sesaat. Menara Perkebunan. 82(2), 64-69.

Sofiari, E., Raemakers, C.J.J.M., Bergervoet, J.E.M., Jacobsen, E. & Visser, R.G.F. (1998). Plant regeneration from protoplasts isolated from friableembroygenic callus of cassava. Plant Cell Reports, 18, 159-165.

Sukmadjaja, D., Sunarlim, N., Lestari, E.G., Roostika, I. & Suhartini, T. (2007).Teknik Isolasi dan Kultur Protoplas Tanaman Padi. Jurnal AgroBiogen, 3(2), 60-65.

Suryowinoto, M. (1989). Fusi protoplas. PAU Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Suryowinoto, M. (1996). Prospek kultur jaringan dalam perkembangan pertanian modern. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Tan, M.L.M., Boerrigter, H.S. & Kool, A.J. (1987). A rapid procedure for plant regeneration from protoplasts isolated from suspension cultures and leaf mesophyll cells of wild Solanum species and Lycopersicon pennellii. Plant Science, 49(1), 63-72.

Tee, C.S., Lee, P.S., Kiong, A.L.P. & Mahmood, M. (2010). Optimisation of protoplasts isolation protocols using in vitro leaves of Dendrobium crumenatum (pigeon orchid). African Journal of Agricultural Research, 5(19), 2685-2693.

Tomar, U.K. & Dantu, P.K. (2010). Protoplast Culture and Somatic Hybridization. In: Tripathi. G. (ed) Cellular and Biochemical Science. (pp. 876-891). New Delhi: I.K. International House Pvt Ltd.

Utami, E.S.W. & Hariyanto, S. (2015). Optimasi Isolasi Protoplas Mesofil Daun Anggrek Paraphalaenopsis laycockii. AGROTROP, 5(1), 21–29.

Wu, J.Z., Liu, Q., Geng, X.S., Li, K.M., Luo, L.J. & Liu, J.P. (2017). Highly efficient mesophyl protoplast isolation and PEG-mediated transient gene expression for rapid and large-scale gene characterization in cassava (Manihot esculenta Crantz). BMC biotechnology, 17(1), 29.

Isolasi dan Kultur Protoplas Mesofil…… (H. Fitriani, dkk.)