jmi alamanda dan osa

Upload: nabilla-indah-putri

Post on 09-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ergonomi

TRANSCRIPT

  • Simulasi Kemacetan Kota Bandung Dengan Pendekatan Activity-Based Pada Pekerja

    Kantoran

    Dini Turipanam Alamanda1, Osa Omar Sharif

    2

    Abstract

    This paper is motivated by the reality that one of the factors causing congestion Bandung is

    high number of vehicles because of people activity variations. In this paper, a mechanisms

    can describe the congestion in Bandung; the mechanisms is activity mechanism. Using

    computer simulation, virtual experiments are conducted. In these experiments, the number of

    transportation mode which contributes to the road density in Bandung is analyzed. Based on

    the experiment results, macro economics issues can influences what kind of transportation

    mode contributes to the road density in Bandung.

    Keywords: Activity-Based, Congestion, Transportation Mode, Computer Simulation

    Pendahuluan

    Dalam kehidupan sehari-hari, normalnya orang yang bekerja sebagai pekerja kantoran

    melakukan aktivitas bekerja dari pagi hingga sore hari (office hours) setiap hari kerja (senin-

    jumat). Banyak cara yang dilakukan pekerja kantoran untuk bisa sampai ke tempat kerja, ada

    yang menggunakan kendaraan pribadi dan ada juga yang menggunakan kendaraan umum

    seperti ojek, taksi atau angkutan kota. Alasan mengenai bagaimana cara pekerja kantoran

    sampai ke tempat kerja tentu beragam. Aktivitas dan Interaksi sosial yang dilakukan para

    pekerja kantoran sedikit banyaknya bisa sangat berpengaruh terhadap keputusan memilih

    kendaraan untuk sampai ke tempat kerjanya. Misalnya, Pekerja kantor A, sebelum ke kantor

    A biasa berbelanja ke pasar tradisional lalu kembali ke rumah menyimpan barang belanjaan

    setelah itu mengantar anaknya ke sekolah baru ke kantor. Berbeda dengan A, Pekerja

    Kantoran B, setelah solat subuh dia biasa ikut pengajian di lingkungannya, setelah itu si B

    baru mengantarkan anakanya ke sekolah, dan pergi ke kantor setelahnya. Kemudian pekerja

    kantoran C, aktivitas pagi harinya hanya pergi ke kantor, namun rute menuju kantornya

    melewati jalan memutar karena menghindari macet. Dari ilustrasi diatas, terdapat gambaran

    bahwa bisa jadi cara pekerja kantoran sampai ke tempat kerjanya diakibatkan dari aktivitas

    rutin sehari-hari yang dilakukannya.

    Kota Bandung memiliki populasi 2.228.268 jiwa (terdiri dari 1.113.267 jiwa perempuan dan

    1.115.001 jiwa laki-laki), dan dengan jumlah pekerja dari sektor usaha formal sebanyak

    823.375 jiwa (PemkotBandung, 2011). Meningkatnya jumlah pekerja di kota Bandung berarti

    juga meningkatnya mobilitas pekerja, oleh karena itu meningkat pula kebutuhan moda

    transportasi. Ada lima jenis moda transportasi yang biasa digunakan para pekerja kantoran

    untuk mobilitas mereka, mobil pribadi, sepeda motor, bus (Damri), transportasi kota (angkot),

    dan kendaraan tidak bermotor (becak). SAMSAT kota Bandung (2004) dalam Bandung

    (2010) menyebutkan jumlah sepeda motor di kota Bandung sebanyak 424.580 unit, 219.011

    unit mobil, 8.821 unit angkot, 1.346 unit bus DAMRI, dan 555 unit kendaraan non motor

    (becak).

    1Dini Turipanam Alamanda, dosen di Sekolah Manajemen Telekomunikasi dan Media (SMTM) Institut Manajemen Telkom (imt).

    Karir sebagai dosen dimulai sejak 2009. Bidang keahliannya adalah Kuantitatif Modeling. Dari tahun 2009, jumlah risetnya yang

    publish mencapai 30 buah baik di seminar nasional, seminar internasional, jurnal nasional dan jurnal internasional.

    2Osa Omar Sharif, dosen SMTM dari bidang keahlian yang sama. Memulai karir sebagai konsultan IT sejak tahun 2008. Selain

    sebagai konsultan, pernah mengajar di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB (2009-2011).

  • Dengan mengetahui proses bagaimana pekerja tersebut membuat keputusan mengenai

    kendaraan apa yang mereka akan gunakan untuk pergi ke tempat kerja dan kembali ke

    rumahnya, dapat memberikan petunjuk bagaimana produsen produk atau jasa memperbaiki

    strategi pemasarannya, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lainnya. Maka diperlukan

    suatu metode yang mampu mengakomodir kebutuhan untuk menjawab pertanyaan penelitian

    mengenai bagaimana aktivitas mempengaruhi pengambilan keputusan pekerja kantoran

    dalam memilih moda tranportasi dari dan ke tempat kerja?

    Metode simulasi komputer dengan pendekatan berbasis aktivitas (activity-based) merupakan

    metode yang sedang berkembang dan memiliki keunggulan serta mampu menjawab

    pertanyaan penelitian yang diajukan yaitu karena activity-based berangkat dari sebuah sistem

    kompleks.

    Sebuah sistem yang kompleks dapat digambarkan sebagai sistem yang terdiri oleh besarnya

    jumlah entitas yang menunjukkan tingginya tingkat interaktivitas (Richardson, Cilliers, &

    Lissack, 2001). Fitur apa yang membedakan sistem kompleks dari sistem biasa? Pertama

    adalah fitur dari yang elemen, dan fitur kedua dari interaksi antara elemen-elemennya.

    Fitur yang membedakan dari yang lain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

    1. Unsur-unsur dari sebuah sistem kompleks dibagi menjadi beberapa kelompok (Caldart & Oliviera, 2007; Srbljinovi & kunca, 2003). Misalnya, dalam kasus pemilihan moda transportasi, elemen sistem dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama

    terdiri dari pengguna moda dan kelompok kedua terdiri dari penyedia moda.

    2. Sama seperti sistem lainnya, sistem yang kompleks terdiri dari banyak unsur. perbedaannya adalah bahwa unsur-unsur sistem yang kompleks sifatnya heterogen

    (Wilson & Boyd, 2008; Gilbert, 2004). Sistem seleksi moda transportasi terdiri dari dua

    jenis unsur, pengguna dan penyedia. Perbedaan sifat antara pengguna dan penyedia

    yang jelas. Selain itu, kelompok pengguna sendiri, terdiri dari banyak tipe. Setiap

    pengguna mungkin memiliki perbedaan kriteria dalam memilih moda tranportasi

    (Kleitz, Weiher, Tedin, & Matland, 2000; Checchi & Jappelli, 2004; Hastings, Kane, &

    Staiger, 2005) karena itu, heterogenitas juga ada di antara unsur-unsur dalam kelompok

    pengguna moda.

    3. Fitur ketiga yang membedakan sistem yang kompleks adalah bahwa hal itu terdiri dari elemen yang yang memiliki kemampuan operasi yang berbeda (Richardson, Cilliers, &

    Lissack, 2001). Dalam kasus seleksi moda, pengguna moda mengumpulkan informasi

    mengenai jenis-jenis moda, kelebihan dan kelemahannya. Sementara penyedia moda

    memilah skor pengguna yang mampu membeli manfaat moda yang ditawarkan, apakah

    si pengguna mampu membeli manfaat DAMRI atau mobil pribadi.

    4. Jika sistem yang kompleks terdiri dari makhluk hidup (manusia misalnya), elemennya pasti bisa dikenali (Gilbert, 1995), karena manusia mampu beradaptasi, belajar dan

    merespon kondisi (Gilbert, 1995; Dooley, 1996).

    5. Elemen-elemen sistem yang kompleks memiliki informasi yang bias (tidak lengkap) (Dooley, 1996).

    Fitur yang paling penting yang membedakan sistem yang kompleks dari sistem lainnya ini,

    interaksi antar elemen sebagian besar bersifat non-linear dan memiliki feed back loop

    (Richardson, Cilliers, & Lissack, 2001; Wessels, 2006; Gilbert, 2004). Khusus untuk

  • manusia, interaksi non-linear melibatkan transmisi pengetahuan yang sering mempengaruhi

    perilaku penerima (Gilbert, 2004).

    Mengapa simulasi komputer (computer simulation) tepat untuk menangani sistem yang

    kompleks? Ada beberapa penjelasan (Srbljinovi & kunca, 2003), yaitu:

    1. Dengan menggunakan simulasi komputer, kita dapat menangani proses paralel yang tidak didefinisikan dengan baik menjadi mudah

    2. Lebih mudah untuk membangun sebuah model yang melibatkan agen heterogen 3. Modularitas dari simulasi komputer memungkinkan untuk memodifikasi model 4. Memungkin untuk model agen dengan rasional terbatas 5. Lebih mudah untuk kondisi model turbulensi sosial terutama, ketika identitas dan

    atribut agen belum fix

    Pendekatan berbasis aktivitas muncul hampir berbarengan dengan model konvensional trip-

    based. Studi penting Mitchell dan Rapkin (1954) tidak hanya menghubungkan perjalanan

    dengan aktivitas namun juga membuat framework yang komprehensif dan memunculkan isu

    mengenai perilaku perjalanan.Sayangnya, perspektif kebijakan luar biasa yang disebut

    predict and provide yang mendominasi ekonomi paska perang menyebabkan perkembangan model transportasi berfokus pada perjalanannya saja (who, what, where, dan

    berapa banyak perjalanan versus alasan aktivitasnya (why of activities) dan hubungan antara

    perjalanan dan aktivitasnya disinggung hanya di generasi perjalanan (trip generation).

    Banyak penulis seperti Kurani dan Lee-Gosselin (1997) yang akhir-akhir ini menulis

    mengenai "the intellectual roots of activity analysis", yang isinya adalah kontribusi pemikiran

    fundamental dari Hagerstrand (1970), Chapin (1974), and Fried et.al. (1977). Hagersrand

    meneruskan pendekatan time-geographic yang memasukkan fungsi kendala pada aktivitas

    dalam ruang dan waktu. Sedangkan Chapin mengidentifikasi pola-pola perilaku melintasi

    ruang dan waktu. Fried, Havens, and Thall memperlihatkan bagaimana struktur sosial

    mempunyai kaitan dengan bagaimana orang berperilaku. Studi tersebut menjadi landasan dan

    dikembangkan secara komprehensif dalam studi transportasi di Oxford (Jones dkk, 1983)

    sebagai langkah awal pembentukan model perilaku perjalanan yang kompleks dan pertama

    selesai serta diuji secara empiris.

    Pendekatan berbasis aktivitas dianggap sebagai evolusi dari penelitian tentang perilaku

    manusia, pada umumnya, dan perilaku perjalanan, khususnya. Prinsip dasar dari pendekatan

    berbasis aktivitas adalah bahwa keputusan perjalanan didorong oleh setumpuk kegiatan yang

    membentuk agenda untuk berperilaku, proses pengambilan keputusan dan kemudian

    membentuk pola aktivitas.

    Untuk membuat analisis yang dapat diteliti, pertama kita harus mengklasifikasikan semua

    aktivitas di luar rumah ke dalam sejumlah kecil kategori. Berdasarkan penelitian sebelumnya,

    dipilih tiga jenis (Golob, 1995):

    1. Aktivitas subsisten, contohnya bekerja dan sekolah

    2. Aktifitas pelengkap, yang didefinisikan sebagai belanja mingguan, menjemput dan

    menurunkan penumpang, melakukan bisnis pribadi dan kegiatan lainnya, dan

    3. Aktivitas diskresi, didefinisikan sebagai kegiatan lain-lain seperti belanja, kuliner,

    piknik, berolahraga, melakukan aktivitas sosial

  • Ada beberapa faktor yang mempengaruhi transitnya penumpang (Golob, 1995), yaitu:

    1. Faktor internal yang mempengaruhi penumpang transit yang:

    a. Faktor harga

    b. Faktor kuantitas layanan

    c. Faktor kualitas layanan (informasi bus, pelayanan jalan raya, keamanan stasiun,

    layanan pelanggan, keselamatan dalam perjalanan, potongan harga, kebersihan, sikap

    umum terhadap angkutan)

    2. Faktor eksternal yang mempengaruhi penumpang transit yang:

    a. Faktor sosial ekonomi

    b. Faktor tata ruang

    c. Keuangan negara

    Golob (1995) mengatakan bahwa efek ketergantungan moda yang paling penting terdiri dari

    hal-hal sebagai berikut:

    1. Gender

    2. Efek pendapatan rumah tangga

    3. Status Kehadiran Anak

    4. Status Pernikahan

    5. Efek Pekerjaan

    Metode

    Riset ini menggunakan pendekatan Activity-Based dengan mengadopsi pola aturan

    lexicographic. Aturan lexicographic (Goodwin, 2004) merupakan kondisi pengambil

    keputusan ketika dihadapkan untuk dapat memberi peringkat terhadap atribut berdasarkan

    urutan kepentingan. Misalnya, dalam memilih mode transportasi, harga dianggap lebih

    penting daripada layanan. Dalam hal ini pembuat keputusan dapat menerapkan heuristik

    leksikografis. Yaitu dengan mengidentifikasi atribut yang paling penting dan memilih

    alternatif yang dianggap terbaik dari atribut tersebut. Maka moda transportasi termurah yang

    akan dipilih. Jika terjadi kebingungan dalam memilih atribut yang paling penting, pengambil

    keputusan akan memilih opsi kedua terbaik pada atribut terpenting (yaitu layanan), dan

    sebagainya. Sehingga kerangka penelitian ini adalah seperti yang disajikan Gambar 1.

  • Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

    1. Spesifikasi Agen

    Agen dibedakan ke dalam dua berdasarkan gender:

    a. Agen Ujang, untuk agen laki-laki b. Agen Eneng, untuk agen perempuan

    2. Atribut Moda Transportasi

    a. Faktor harga b. Faktor kuantitas jasa : jangkauan jasa dan frekuensi ketersediaan jasa c. Faktor kualitas jasa (informasi moda, servis di jalan, keamanan di shelter, customer

    service, keamanan selama perjalanan, merasa tidak takut, kebersihan, aturan-aturan

    umum dalam perjalanan)

    3. Spesifikasi Lokasi:

    Lokasi dibedakan berdasarkan jenis aktivitasnya, yaitu:

    a. Aktivitas subsisten, lokasinya berada di kantor b. Aktivitas pelengkap, lokasinya di mall (belanja), Makan di restoran/ kuliner (untuk laki-

    laki) dan berbelanja di mall untuk perempuan, pergi ke pasar (perempuan);

    c. Aktivitas diskresi, lokasinya di tempat pemancingan (memancing), clubbing (laki-laki) dan berkuliner, belanja (untuk perempuan)

    Agen mempunyai status sudah

    menikah dan mempunyai

    sepeda motor dan juga mobil

    pribadi

    Agen melakukan aktivitas:

    a. Kegiatan Penghidupan

    b. Kegiatan Pelengkap

    c. Kegiatan Bebas

    Menentukan Preferensi Agen

    Agen Memilih Kendaraan Untuk

    Pergi Ke Suatu Tempat

    Mobil, Angkot, Bus, Kendaraan

    Tidak Bermotor, Sepeda Motor

    Aturan Menggunakan Lexicografik

    Skenario Makroekonomi

    Jumlah kendaraan

  • 4. Isu Makroekonomi

    Isu makroekonomi yang dipilih terkait moda transportasi antara lain:

    a. Isu harga bahan bakar (bensin, solar, pertamax) b. Isu green peace c. Isu kejahatan di moda umum d. Isu kemacetan

    5. Atribut dan Skor Moda Transportasi

    Atribut dan Skor moda transportasi dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.

    Tabel 2. Atribut dan Skor Moda Transportasi

    Atribut Skore

    Mobil

    Pribadi Angkot

    Bus

    lane

    Moda Non-

    Motor Sepeda Motor

    Main Sub

    Faktor

    Harga

    5 6 7 10 8

    Faktor

    Kuantitas

    jasa

    10 7 5 8 10

    Faktor

    Kualitas

    jasa

    Informasi

    Moda

    10 7 8 5 10

    Pelayanan

    di jalan

    10 5 8 7 10

    Keamanan

    di shuttle

    10 7 8 6 5

    customer

    service

    10 5 8 6 10

    Kemanan

    selama di

    jalan

    7 8 10 6 5

    Rasa takut

    di jalan

    5 6 7 10 8

    Kebersihan 10 7 8 5 6

    Aturan

    Umum

    10 5 6 7 8

  • Tabel 3 Atribut dan Skor Rata-Rata Moda Transportasi

    Atribut Skor

    Mobil

    Pribadi Angkot

    Bus

    lane

    Moda Non-

    Motor Sepeda Motor

    Main

    Faktor Harga 5 6 7 10 8

    Faktor Kuantitas

    jasa

    10 7 5 8 10

    Faktor Kualitas Jasa 9.375 6.25 7.875 6.5 7.75

    Hasil dan Pembahasan

    1. Isu harga bahan bakar Kondisi umum: jumlah agen ujang (100 orang) dan agen eneng (100) yang jika

    dikonversi ke jumlah penduduk kota Bandung, kira-kira menggunakan skala 1:400000.

    Kemudian simulasi komputer dijalankan selaman seminggu, dan harga bahan bakar naik

    sehingga skor moda transportasinya disajikan dalam Tabel4.

    Tabel 4. Atribut dan Skor Rata-Rata Moda Transportasi (skenario 1)

    Atribut Skor

    Mobil

    Pribadi Angkot

    Bus

    lane

    Moda non

    motor Sepeda Motor

    Faktor Harga 2 6 7 10 10

    Faktor kuantitas

    layanan

    10 7 5 8 10

    Faktor kualitas

    layanan

    9 6.25 8 6.5 10

    Dan hasil keluaran simulasi komputer selama seminggu tersebut disajikan dalam Gambar

    2.

    0

    50

    100

    150

    0/07

    :30

    2/07

    :30

    4/07

    :30

    5/22

    :00

    6/22

    :30

    8/20

    :30

    10/2

    0:3

    0

    12/0

    7:3

    0

    13/1

    8:0

    0

    15/1

    6:0

    0

    17/0

    9:0

    0

    18/1

    6:3

    0

    Number_of_car

    Number_of_angkot

    Number_of_motor

    Number_of_bus

    Number_of_non_motorize

  • Gambar 2. Hasil Simulasi Dengan Isu Kenaikan Harga Bahan Bakar

    Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa ketika isu kenaikan harga bahan bakar dimunculkan

    maka pekerja memilih untuk menggunakan moda sepeda motor untuk pergi ke tempat

    kerja. Dan jumlah pengguna mobil pribadi masih tetap banyak,sama banyaknya dengan

    pengguna moda non motor. Dari segi waktu, jumlah kendaraan tinggi di kisaran jam

    07.30 dipagi hari, jam 16.30 dan jam 20.30 sampai 22.30. Puncak pertama diakibatkan

    karena pekerja kantor rata-rata masuk jam 8.30 pagi dan mulai berangkat rata-rata di jam

    7.30. Sedangkan puncak kedua, adalah jam pulang kantor untuk yang office hoursnya 8

    jam sehingga jam 16.30 tepat jam pulang kantor. Puncak ketiga jam 20.30 22.30 kegiatannya adalah makan malam diluar atau sekedar nongkrong.

    2. Isu green peace Kondisi umum: jumlah agen ujang (100 orang) dan agen eneng (100). Kemudian simulasi

    komputer dijalankan selaman seminggu, dan isu green peace meningkat sehingga skor

    moda transportasinya disajikan dalam Tabel 5.

    Tabel 5. Atribut dan Skor Rata-Rata Moda Transportasi (skenario 2)

    Atribut Skor

    Mobil

    Pribadi Angkot

    Bus

    lane Moda non motor Sepeda Motor

    Main

    Faktor Harga 5 10 10 10 7

    Faktor

    kuantitas

    layanan

    5 8 10 10 6

    Faktor kualitas

    layanan

    9 6 8 7 8

    Gambar 3. Hasil Simulasi Dengan Isu Green Peace

    Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa ketika green peace dimunculkan maka pekerja

    banyak yang memilih untuk menggunakan moda umum bus/damri untuk pergi ke tempat

    0

    50

    100

    0/07

    :30

    0/20

    :30

    1/20

    :00

    2/16

    :30

    3/16

    :00

    4/0

    7:3

    0

    4/20

    :30

    5/18

    :00

    6/07

    :30

    6/12

    :30

    7/07

    :30

    7/20

    :30

    Number_of_car

    Number_of_angkot

    Number_of_motor

    Number_of_bus

    Number_of_non_motorize

  • kerja namun tidak signikan terhadap pengguna kendaraan pribadi karena jumlahnya

    masih banyak namun cenderung menurun ketibang skenario 1. Jumlah pengguna angkot

    justru turun, pertimbangan agen hanyalah ketika memilih moda mana yang lebih besar

    membawa penumpang, dan yang dipilih bis daripada angkot. Jumlah pengguna moda non

    motor pun sedikit sekali. Dari segi waktu, jumlah kendaraan terlihat tidak stabil terkadang

    padat di periodejam 16.30-20.30, di lain hari padat di periode jam 07.20-20.30. Skenario

    kedua ini cenderung tidak stabil karena isu green peace masih dianggap bukan hal penting

    atau masyarakat pekerja bersifat ignorant terhadap lingkungan sehingga meski beberapa

    sudah pindah kemoda umum namun insentif menggunakan kendaraan pribadi juga masih

    tinggi.

    3. Isu kejahatan di moda umum Kondisi umum: jumlah agen ujang (100 orang) dan agen eneng (100). Kemudian simulasi

    komputer dijalankan selaman seminggu, dan isu kejahatan di moda umum meningkat

    sehingga skor moda transportasinya disajikan dalam Tabel 6.

    Tabel 6. Atribut dan Skor Rata-Rata Moda Transportasi (skenario 3)

    Atribut Skor

    Mobil

    Pribadi Angkot

    Bus

    lane Moda non motor Sepeda Motor

    Main

    Faktor Harga 5 8 7 10 7

    Faktor Kuantitas

    Jasa

    10 6 5 10 10

    Faktor Kualitas

    Jasa

    10 3 2 8 8

    Gambar 4. Hasil Simulasi Dengan Isu Kejahatan Moda Umum

    Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa ketika isu kejahatan moda umum dimunculkan

    (seperti pencopetan, pemerkosaan, penculikan) maka pekerja banyak yang memilih untuk

    menggunakan kendaraan pribadi, jumlah cukup signifikan mendominasi moda lain, dan

    bisa dilihat penggunaan angkot menurun drastis karena kasus kejahatan di moda umum

    0

    50

    100

    150

    0/0

    7:3

    0

    0/20

    :30

    1/20

    :00

    2/16

    :30

    3/16

    :00

    4/07

    :30

    4/20

    :30

    5/18

    :00

    6/07

    :30

    6/12

    :30

    6/22

    :30

    7/20

    :00

    Number_of_car

    Number_of_angkot

    Number_of_motor

    Number_of_bus

    Number_of_non_motorize

  • identitik dengan angkot. Dari segi waktu, jumlah kendaraan terlihat tidak stabil mengikuti

    pola hasil simulasi ketika isu green peace dimunculkan namun penggunaan mobil pribadi

    hampir selalu tinggi di sepanjang minggu kecuali di hari sabtu dan minggu.

    4. Isu kemacetan

    Kondisi umum: jumlah agen ujang (100 orang) dan agen eneng (100). Kemudian simulasi

    komputer dijalankan selaman seminggu, dan isu kemacetan meningkat sehingga skor

    moda transportasinya disajikan dalam Tabel 7.

    Tabel 7. Atribut dan Skor Rata-Rata Moda Transportasi (skenario 4)

    Atribut Skor

    Mobil

    Pribadi Angkot

    Bus

    lane Moda non motor Sepeda Motor

    Main

    Faktor Harga 5 8 7 10 10

    Faktor Kuantitas

    Jasa

    10 6 5 10 10

    Faktor Kualitas

    Jasa

    5 6 7 8 10

    Gambar 5. Hasil Simulasi Dengan Isu Kemacetan

    Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa ketika isu kemacetan maka pekerja kantoran paling

    banyak akan memilih menggunakan sepeda motor dibandingkan dengan moda lainnya

    diikuti dengan penggunakan mobil pribadi. Sepeda motor dianggap lebih hemat bahan

    bakar dibandingkan dengan mobil pribadi. Jam sibuk di skenario 4 tidak tentu namun

    tinggi jumlahnya hampir disemua hari kecuali hari sabtu minggu. Hal tersebut bisa

    terjadi karena kondisi macet sepanjang waktu kerja membuat orang memilih istirahat di

    hari sabtu dan minggu.

    Kesimpulan dan Saran

  • Hasil penelitian ini, mekanisme berbasis aktivitas mampu menggambarkan bagaimana

    aktivitas pekerja kantoran di Bandung. Eksperimen yang dilakukan dapat memberikan

    masukan pada pengambil keputusan bagaimana pola kemacetan dikaitkan dengan jumlah

    moda transportasi terhadap waktunya. Isu makroekonomi tidak memberikan hasil yang

    cukup signifikan pada pola bepergian dalam setiap harinya. Namun setiap isu

    memberikan hasil yang cukup signifikan. Di isu meningkatnya bahan bakar jumlah bis

    dan mobil pribadi adalah yang terbesar, di isu green peace jumlah bis, mobil pribadi dan

    angkot memberikan kontribusi yang tinggi dalam kemacetan kota Bandung. Isu kejahatan

    di moda umum membuat mobil pribadi dan moda non-motorize adalah moda dengan

    jumlah yang tinggi dan di isu kemacetan, mobil pribadi dan motor jumlahnya meningkat

    drastis. Tetapi dari keseluruhan skenario, mobil pribadi adalah yang tertinggi yang

    berkontribusi terhadap kemacetan di kota Bandung.

    Penelitian ini memiliki banyak keputusan yang bisa dikembangkan di masa depan.

    Batasan pertama adalah penelitian belum di validasi dengan data rill di lapangan. Jadi

    untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan validasi ke lembaga-lembaga yang eligible

    untuk ditanyai. Batasan kedua, agen masih dianggap tidak berkomunikasi satu sama lain,

    faktor komunikasi masih dihilangkan. Batasan ketiga adalah di tujuan penelitian, di

    penelitian berikutnya bukan hanya menunjukkan jumlah moda yang berkontribusi dalam

    kemacetan tapi juga bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut mempengaruhi kemacetan

    kota Bandung. Batasan keempat adalah area dan jarak dalam mencapai lokasi kerja dari

    rumah, penelitian selanjutnya bisa dikembangkan ke tempat lain. Batasan kelima, agen

    yang dipilih hanya pekerja kantoran, yang tidak memiliki anak, penelitian selanjutnya

    bisa dikembangkan untuk agen segmen lain. Terakhir, penelitian ini dilakukan dengan

    iterasi 1 minggu, dalam penelitian selanjutnya iterasi akan lebih panjang waktunya.

    Daftar Rujukan

    Caldart, A. A., & Oliviera, F. S. (2007). The Impact of Organisational Complexity in the

    Strategy Development Process. In F. A. O'Brien, & R. G. Dyson (Eds.), Supporting

    Strategy: Frameworks, Methods and Models (pp. 191-210). John Wiley & Sons, Inc.

    Checchi, D., & Jappelli, T. (2004). School Choice and Quality. Center for Economic Policy

    Research Discussion Paper Series , 4748. Center for Economic Policy Research.

    Gilbert, N. (2008). Agent-based models. SAGE Publications

    Golob, T., F, Mark A. Bradley and John W. Polak (1995). Influenced by Car Ability and

    Use. UCI-ITS-AS-WP-95-3. Institute of Transportation Studies. University of California,

    Irvine. USA. http://www.its.uci.edu

    Goodwin, Paul., Wright, George (2004) Decision Analysis for Management Judgment.3rd

    edition. John Wiley & Sons Ltd, England

    Hgerstrand, T. (1970) What about people in regional science? Papers of the Regional Science Association, 24:7-21.

    Jones,P, Koppelman,F, and Orfeuil,J .(1990). Activity analysis: State-of-the-art and future

    directions, Jones,P (ed) Developments in Dynamic and Activity-based Approaches to

    Travel Analysis, Avebury, Aldershot.

  • Kleitz, B., Weiher, G. R., Tedin, K., & Matland, R. (2000). Choice, Charter Schools, and

    Household Preferences. Social Science Quarterly , 81 (3), 846-854.

    Kurani, K. S. and M. Lee-Gosselin (1997) Synthesis of Past Activity Analysis Applications, in Activity-based travel forecasting conference, Washington, DC: U.S. Department of Transportation, Report DOT-97-17

    Mitchell, R. and C. Rapkin (1954) Urban Traffic: A Function of Land Use, New York:

    Columbia University Press.

    PemkotBandung (2011). www.bandung.go.id

    Richardson, K. A., Cilliers, P., & Lissack, M. (2001). Complexity Science: A Gray Science for the Stuff in Between. Emergence , 3 (2), 6-18.

    Srbljinovi, A., & kunca, O. (2003). An Introduction to Agent Based Modelling and Simulation of Social Process. Interdisciplinary Description of Complex Systems , 1, 1-8.

    Wessels, T. (2006). The Myth of Progress : Toward a Sustainable Future.Hanover:

    University Press of New England.

    Wilson, S., & Boyd, C. (2008). Structured Assessment of Complex systems.Canberra:

    Aerospace Concepts Pty Ltd.