jongarsitek! vol 11, 2009

40

Upload: jong-arsitek

Post on 09-Mar-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Perhatikan bagaimana kami berusaha konsisten, bukan dengan bulan sebagai tenggat waktu. Publikasi suka-suka ini memang coba untuk dijalankan dengan sangat serius, tapi sebisa mungkin tidak mengganggu keseharian kami sebagai arsitek.

TRANSCRIPT

Page 1: jongArsitek! Vol 11, 2009
Page 2: jongArsitek! Vol 11, 2009

Selamat menikmati.. Desain menginspirasi

[email protected]

Except where otherwise noted, content on this magazine islicensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License

Page 3: jongArsitek! Vol 11, 2009

“Well, when we came back back to Rotter-

dam, everything there was orderly, straight

and clean, as terribly boring as many cities

look today, which are actualy not cities but

suburbs. I noticed at the time how i much

i’d liked it in Indonesia, how provisional

and unfinished everything was there. How

lively chaos is, for example, the markets, all

the trading and haggling is done beneath

the open sky. Anyone who’s ever experi-

enced that will find our sterile shopping

zones unappealing. ”.

Rem Koolhaas; Talking Architecture - Interviews with architects

(2008)

3

Page 4: jongArsitek! Vol 11, 2009

J o n g E D I T O R I A L !

oleh : Danny Wicaksono

edisi 11, mari memulai dengan segar...

Suatu pagi menyadarkan saya, bahwa lebih penting menjadi manusia yang baik dari-pada menjadi arsitek yang hebat. Tidak bermain menjadi “tuhan”, namun bersikap pantas, sebagai seorang manusia yang berarsitektur dan mencipta ruang. Mudah untuk mencoret dan mencipta bentuk. Bermain dengan plastisitas atau geometri janggal yang membuat beberapa orang bersepak-at atas keindahan yang coba ditawarkan. Namun berapa banyak yang kemudian sadar atas kodrat mereka sebagai manusia, dan bernegoisasi den-gan ego mereka untuk membuat sebuah ruang yang bermakna lebih dari apa yang kasat mata? Bagi saya, menjadi seorang arsitek be-rarti sebuah tanggung jawab hidup untuk meng-hadirkan ruang bagi manusia lainnya. Bertang-gung jawab kepada sang pencipta, atas semua intervensi kita terhadap alam, dan semua ciptaan-nya. Alam ini bukan kertas kosong, tempat garis bermacam derajat bisa dirangkai dan ter-hubungkan untuk mewujud menjadi bangunan. Ego pun rasanya jadi terlalu liar, jika harus tersalur-kan lewat bentuk tanpa makna, yang merayakan

kekuasaan seorang arsitek atas sebidang ruang alam. Akan selalu ada keberadaan makhluk dan hal-hal mutlak lainnya yang tidak boleh di kesampingkan begitu saja. Variabel-variabel kehidupan yang bersiklus dan kemudian mewajarkan hidup kita. Agak berbeda dari edisi-edisi sebelumnya, saya persembahkan editorial ini untuk kontrol, sesuatu yang langka saya lihat di banyak karya arsitek-arsitek muda di Indonesia. Terlalu sering arsitektur di bangsa ini termakna lebih rendah daripada potensi kemuliaan yang mungkin dapat di hadirkan-nya. Dan terlalu banyak dari mereka yang terlalu cepat berpuas atas karya yang sudah di hasilkannya. Hidup ini adalah perjalanan, dan arsitektur adalah penjelajahan. Yang sudah kita pilih dan harus kita pertanggung jawab-kan.

selamat membaca semuanya, semoga men-ginspirasi....

Page 5: jongArsitek! Vol 11, 2009

Kontributortanpa basa basi, anda bisa mengecek profil mereka langsung ke Facebook dan media sosialweb lainnya.

dona paramitahttp://puffydona.multiply.com

Noviardi Prasetyahttp://www.facebook.com/pro-file.php?id=835774447&ref=mf

Realrich Syariefhttp://www.facebook.com/pro-file.php?id=693261239

Sou Fujimotohttp://www.sou-fujimoto.com/

Danny Wicaksonohttp://www.facebook.com/profile.php?id=537977711

Rafael Arsonohttp://www.facebook.com/pro-file.php?id=621537643

Glenn Chajadihttp://www.facebook.com/profile.php?id=72867975

Page 6: jongArsitek! Vol 11, 2009

p18jongTulisanKonsep VS Detail

p10jongGambarMensana In Corpore Sano

p30jongTulisan2 jam bersama Koolhaas

p20jongGambarFinal Wooden House

Page 7: jongArsitek! Vol 11, 2009

p4jongEditorialsambutan dari redaksi kita

p10jongGambarMensana In Corpore Sano

p8jongFotomy shoes on vacation

p30jongTulisan2 jam bersama Koolhaas

p34jongGambarLearning Park

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 8: jongArsitek! Vol 11, 2009

8

myshoesonvacationby : dona paramita

Page 9: jongArsitek! Vol 11, 2009

9

myshoesonvacationby : dona paramita

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 10: jongArsitek! Vol 11, 2009

10

MENSANA IN CORPORE SANO(Di dalam tubuh yang sehat, tersimpan jiwa yang kuat)

oleh Realrich Syarief

Page 11: jongArsitek! Vol 11, 2009

11

MENSANA IN CORPORE SANO(Di dalam tubuh yang sehat, tersimpan jiwa yang kuat)

oleh Realrich Syarief

Page 12: jongArsitek! Vol 11, 2009

12Design dari Rumah Sakit Akademik UGM ini terinspirasi dari analogi peredaran darah da-lam tubuh manusia, dimana pusat dari site diibaratkan sebagai jantung yang merupa-kan pusat kegiatan rumah sakit Universitas Gadjah Mada dan jalinan sirkulasi manusia sebagai struktur pembuluh darah utama yang membentuk sirkulasi di dalam massa bangu-nan. Kriteria rancangan yang ingin dicapai ada 3 , 1) Mengambil tema yang dekat den-gan dunia kedokteran dan akademis menim-bang fungsinya sebagai Teaching Hospital, 2) konfigurasi bangunan yang tropis, dan 3)mengakomodasi fungsi – fungsi sesuai den-gan standar – standar yang berlaku.

Gagasan Rancangan Rumah Sakit Akademik (RS Akademik). Sebagai sebuah RS Akade-mik mengemban dua peran sekaligus yaitu memberikan pelayanan kesehatan umum (Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina pe-layanan Medik Direktorat Pelayanan Medik dan Gigi Spesialistik Tahun 2005) serta peran sebagai center for excellent dengan menggu-nakan forum program pendidikan dan pene-litian. RS Akademik UGM akan dikelola oleh

Unit Pelaksana Teknis UGM. Melalui Unit Pelaksana tersebut, RS Akademik UGM siap dikelola dan berorientasi kepada tercapainya kinerja operasional dan finansial rumah sakit yang baik dengan tetap mengedepankan fungsi sosial sebuah rumah sakit.Disamping RS Akademik UGM sebagai RS pelayanan kesehatan umum juga sebagai RS pelayanan spesialis (misal : Pelayanan Jan-tung dan Kardo Vaskuler Invasive, Pelayanan Ginjal, Pelayanan Bedah Jantung, Pelayanan Mata spesialistik).

Orientasi Bangunan didesain dengan meng-gunakan arah orientasi bangunan Utara - Se-latan. Keadaan ini meminimalisasi cahaya matahari langsung dari arah barat masuk ke bangunan dalam konteks area yang ada di daerah tropis. Pemilihan bentuk atap massa bangunan hunian menggunakan atap joglo untuk menonjolkan budaya jawa dan kontek-snya untuk memenuhi konstruksi yang efisien dan mengakomodasi iklim tropis. Mengingat besarnya KDB, mengakibatkan lahan yang bisa terbangun hanya maksimal 20%, sehing-ga massa bangunan dipecah-pecah menjadi massa kecil. Pemecahan massa bangunan ini juga dimaksudkan untuk memaksimalkan ca-

Page 13: jongArsitek! Vol 11, 2009

13

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 14: jongArsitek! Vol 11, 2009
Page 15: jongArsitek! Vol 11, 2009

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 16: jongArsitek! Vol 11, 2009

haya matahari yang masuk dan penghawaan alami. Dengan memecah massa bangunan menjadi kecil maka didapat pengaturan opti-mum single loaded corridor.

Secara Umum, daerah hunian yang berisi rawat inap dan asrama dipisahkan dengan fungsi publik didesain secara berdekatan na-mun dengan pemisahan vertikal yang jelas. Fasilitas rawat inap diletakkan di lantai 2 dan fungsi public diletakkan di lantai dasar dan lantai 1. Potensi site memiliki 2 akses masuk dari sisi barat dan timur. Strategi yang di pakai untuk akses sirkulasi pemisahan daerah public di sisi barat dan daerah yang privat di sisi timur dengan pertimbangan sisi barat yang memiliki densitas lebih tinggi un-tuk kendaraan bermotor, Jalan sebelah barat memiliki lebar lebih besar, 12 meter, sedang-

kan jalan sebelah timur, 9meter. Oleh karena itu, jalur masuk utama atau umum diletakkan disebelah timur sedangkan jalur privat dan emergency masuk dari sebelah timur. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Di daerah sisi barat diletakkan fungsi pelayanan poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan radi-ologi. Hal ini menyebabkan daerah public dil-etakkan di sisi barat. Fasilitas yang terdapat di sisi timur termasuk instalasi bedah, labo-ratorium dan beberapa fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang yang terdapat di sisi barat termasuk auditorium, bangunan pener-ima dan fungsi pelayanan. Di dalam fasilitas pelayanan sendiri terdapat poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan ra-diologi. Auditorium diletakkan di daerah sisi area karena akses publik yang langsung dan

view.interior

Page 17: jongArsitek! Vol 11, 2009

dimungkinkan untuk mengakomodasi fungsi - fungsi public yang membutuhkan akses lebih cepat dan lebih besar. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Pemulasaran Jenazah diletakkan di sisi belakang site, beserta dengan sirkulasi privat menuju daerah belakang seperti asra-ma, perpustakaan. UGD di diletakkan dekat terhadap jalan masuk darurat untuk memper-mudah akses langsung mobil ambulance ke instlasai gawat darurat.

Landsekap dan ruang public terbuka.

Ruang - ruang taman diletakkan di dalam podium sebagai pelataran dalam yang dira-sakan oleh pengunjung begitu memasuki Ru-mah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada. Ruang taman ini juga sebagai tempat untuk

membudidayakan taman obat tropis Indone-sia dan selain berfungsi untuk meneduhkan , taman ini juga berfungsi sebagai tempat pe-nelitian herbal.

Ruang terbuka publik diletakkan di lantai 2 [atap podium] sehingga menciptakan ruan-gan relaksasi bagi pasien dan plaza terbuka di atas langit. Dengan cara ini rumah sakit menjadi rumah sehat yang mendorong orang untuk sehat dari kegiatan relaksasi yang didi-ukung oleh segi arsitektural.

Ketua tim: Realrich Sjarief

Anggota : Meirisa TrinkawatiMondrich Sjarief

view.entrance

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 18: jongArsitek! Vol 11, 2009

18

Dalam arsitektur ada dua hal penting yang harus selalu dipikirkan dan berjalan paralel (tetapi dalam ruang pikir yang berbeda) yaitu Konsep dan Detil. Konsep bicara tentang mimpi, sedangkan detil bicara tentang realita. Adalah konsep besar yang membuat sebuah bangunan besar, tetapi adalah detil-detil kecil yang membuat sebuah bangunan bekerja, dan sebuah karya arsitektur yang baik adalah sebuah karya yang pemikiran konseptual tentang ruang dan pemikiran detilnya berbanding seimbang, 100% : 100%. Tidak ada yang satu lebih dari yang lain, keduanya harus di pikirkan dengan fokus dan energi yang sama. Bagi banyak arsitek muda, lebih mudah bicara tentang konsep-konsep arsitektural, tapi sedikit yang mengerti detil, padahal pada kenyataannya, detil harus menunjang konsep besar, karena detil lah yang merangkai elemen-elemen bangunan menjadi satu bangunan utuh. Sebuah konsep diatas kertas tidak akan pernah terbangun tanpa rangkaian lantai

dinding dan atap, sama seperti masing-masing elemen itu tidak akan terbangun tanpa elemen-elemen kecil yang merangkai mereka. Konsep yang besar, tidak akan ada artinya tanpa detil yang baik, karena biar bagaimanapun dan sam-pai kapanpun, 90% dari pengalaman manusia atas arsitektur, ada di dalam ruang dengan luas, seluas ruang sensasi panca indera mereka. Kon-sep besar mungkin berbicara tentang hubungan antara bangunan dengan sekelilingnya, tetapi detil berbicara tentang hubungan antara ruang dengan penggunanya. Sampai kapanpun saya rasanya tidak akan pernah lupa kesan yang saya dap-atkan ketika mengunjungi “Bird’s Nest” karya Herzog&DeMeuron di Beijing. Dari jarak lebih dari 2Km, bangunan itu adalah salah satu ban-gunan paling menakjubkan yang pernah saya alami. Kami yang datang dari “Ring Road 5” be-nar-benar tersentak ketika bangunan itu muncul dari balik bangunan tinggi yang kini bertebaran

- Konsep vs Detail - Danny Wicaksono

Page 19: jongArsitek! Vol 11, 2009

19

di setiap sudut kota Beijing. Rasanya seperti di tampar oleh kemegahannya. Letaknya yang amat berjarak dari bangunan-bangunan di sekellingnya membuatnya bisa dirasakan penuh. Berdiri ang-gun dengan kompleksitas, namun outline ben-tuknya yang tidak bersudut membuatnya tampak sangat elegan. Meskipun baru saja selesai di bangun, dia seperti wanita berusia senja, ber-wajah cantik yang tersenyum kepada siapa saja. Sebuah karya arsitektur yang saya yakin, mem-buat semua penduduk Cina menepuk bangga dada mereka. Tapi semua kekaguman itu kemudian berubah. Dari jarak 200 meter semua detil ban-gunan itu mulai kelihatan, dan sangat mengejut-kan. Rasanya penentuan detil, harus lebih dari sekedar latar belakang estetika. Akan sangat menyenangkan dan mungkin lebih berguna, jika rangkaian-rangkaian detil membawa kepada ke-mungkinan-kemungkinan ruang baru yang bisa

mendefinisi kembali pemahaman tentang ruang. Ketika hal ini terjadi, maka inilah saat ketika kon-sep besar dan detil kecil bertemu dengan mutual, dan bukan tidak mungkin arsitektur yang terban-gun kemudian menjadi fenomenal. Saya adalah pemimipi. Bahkan mung-kin terlalu sering bermimpi. Saya sering bermimpi membuat sebuah arsitektur yang belum pernah di pikirkan oleh siapapun. Menciptakan sebuah preseden ruang baru yang bisa memperkaya khasanah arsitektur indonesia. Tetapi setiap sele-sai bermipi saya selalu teringat realita bangunnya, disinilah titik ketika arsitektur berubah menjadi bangunan. Arsitektur bukan lagi awang-awang tentang hubungan ruang, program, dan konsep-konsep besar tentang rasa ruang. Arsitektur bu-kan lagi sketsa-sketsa atau tulisan 15 paragraf yang menjabarkan latar belakang penciptaannya. Arsitektur, dalam pikiran saya, harus kemudian mewujud menjadi bangunan, menyata dari gam-bar-gambar render program 3 dimensi apapun.

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 20: jongArsitek! Vol 11, 2009

20

Let me start with some other titles I had in mind for this contribution. ‘Building Beijing, building the bird’s nest’, ‘Ig-

norance, disinterest and repetition, factors determining the worldwide design discourse’, ‘Why (most of) architectural

journalism sucks’, ‘Architectural journalism and the terror of the template’, ‘A golden medal for mediocrity, the analy-

sis of architectural reviews during the Beijing Olympics’,...

Page 21: jongArsitek! Vol 11, 2009

21SOU FUJIMOTO

FINAL WOODEN HOUSEKumamoto, Japan

Design: 2005–06 Construction: 2007–08

A r c h i t e c t s : S o u F u j i m o t o A r c h i t e c t s —S o u F u j i m o t o , p r i n c i p a l - i n - c h a r g e ;

H i r o s h i K a t o , p r o j e c t t e a mC l i e n t s : K u m a m u r a F o r e s t r y A s s o c i a t i o n

C o n s u l t a n t s : J u n S a t o S t r u c t u r a l E n g i n e e r s — J u n S a t o , s t r u c t u r a l ; S i r i u s L i g h t i n g O f f i c e —

H i r o h i t o To t s u n e , l i g h t i n gG e n e r a l c o n t r a c t o r : Ta n a k a g u m i C o n s t r u c t i o n — To s h i h i k o S h i r a k i

S t r u c t u r a l s y s t e m : w o o dM a j o r m a t e r i a l s : w o o d , e x t e r i o r a n d i n t e r i o r

S i t e a r e a : 8 9 . 3 0 m 2B u i l t a r e a : 1 5 . 1 3 m 2

To t a l f l o o r a r e a : 1 5 . 1 3 m 2 ( n o t i n c l u d i n g l o f t ; 7 . 5 m 2 )

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 22: jongArsitek! Vol 11, 2009

22

I t h o u g h t o f m a k i n g a n u l t i m a t e w o o d e n a r c h i t e c t u r e . I t w a s c o n c e i v e d b y j u s t m i n d l e s s l y s t a c k i n g 3 5 0 m m s q u a r e

L u m b e r i s e x t r e m e l y v e r s a t i l e . I n a n o r d i n a r y w o o d e n a r c h i t e c t u r e , l u m b e r i s e f f e c t i v e l y d i f f e r e n t i a t e d a c c o r d i n g t o f u n c t i o n s i n v a r i o u s l o c a l i t i e s p r e c i s e l y b e c a u s e i t i s s o v e r s a t i l e . C o l u m n s , b e a m s , f o u n -d a t i o n s , e x t e r i o r w a l l s , i n t e r i o r w a l l s , c e i l i n g s , f l o o r i n g s , i n s u l a t i o n s , f u r n i s h i n g s , s t a i r s , w i n d o w f r a m e s , m e a n i n g a l l . H o w e v e r , I t h o u g h t i f l u m b e r i s i n d e e d s o v e r s a t i l e t h e n w h y n o t c r e a t e a r c h i t e c t u r e b y o n e r u l e t h a t f u l f i l l s a l l o f t h e s e f u n c t i o n s . I e n v i s i o n e d t h e c r e a t i o n o f n e w s p a t i a l i t y t h a t p r e s e r v e s p r i m i t i v e c o n d i t i o n s o f a h a r m o n i o u s e n t i t y b e f o r e v a r i o u s f u n c t i o n s a n d r o l e s d i f f e r e n t i a t e d .

T h e r e a r e n o s e p a r a t i o n s o f f l o o r , w a l l , a n d c e i l i n g h e r e . A p l a c e t h a t o n e t h o u g h t w a s a f l o o r b e c o m e s a c h a i r , a c e i l i n g , a w a l l f r o m v a r i -o u s p o s i t i o n s . T h e f l o o r l e v e l s a r e r e l a t i v e a n d s p a t i a l i t y i s p e r c e i v e d d i f f e r e n t l y a c c o r d i n g t o o n e ’s p o s i t i o n . H e r e , p e o p l e a r e d i s t r i b u t e d t h r e e - d i m e n s i o n a l l y i n t h e s p a c e . T h i s i s a p l a c e l i k e a n a m o r p h o u s l a n d s c a p e w i t h a n e w e x p e r i e n c e o f v a r i o u s s e n s e s o f d i s t a n c e s . I n -h a b i t a n t s d i s c o v e r , r a t h e r t h a n b e i n g p r e s c r i b e d , v a r i o u s f u n c t i o n a l -i t i e s i n t h e s e c o n v o l u t i o n s .

W=4200

Y11Y00

01

11

05

10

〃〃

〃〃

〃〃

〃〃

〃350

木部H3850

建物H=4050

W=4200

350

200

W=4200

01

11

05

10

X11X00 X11 X00

01

11

05

10

W=4200

Y11 Y00

01

11

05

10

Y11Y00

D面C面B面A面

Y00

Y11Y11

Y00

X00 X11

X00 X11

DB

Page 23: jongArsitek! Vol 11, 2009

23

T h i s b u n g a l o w n o l o n g e r f i t s t h e c a t e g o r y o f w o o d e n a r c h i t e c t u r e . I f w o o d e n a r c h i t e c t u r e i s m e r e l y s o m e t h i n g m a d e f r o m w o o d , t h e n w o o d i t s e l f s u r p a s s e s t h e a r c h i -t e c t u r a l p r o c e d u r e s t o d i r e c t l y b e -c o m e a “ p l a c e w h e r e p e o p l e l i v e ” i n t h i s b u n g a l o w . I t i s o f a n e x i s -t e n c e a k i n t o p r i m i t i v e c o n d i t i o n s b e f o r e a r c h i t e c t u r e . R a t h e r t h a n j u s t a n e w a r c h i t e c t u r e , t h i s i s a n e w o r i g i n , a n e w e x i s t e n c e .

S o u F u j i m o t o

W=4200

Y11Y00

01

11

05

10

〃〃

〃〃

〃〃

〃〃

〃350

木部H3850

建物H=4050

W=4200

350

200

W=4200

01

11

05

10

X11X00 X11 X00

01

11

05

10

W=4200

Y11 Y00

01

11

05

10

Y11Y00

D面C面B面A面

Y00

Y11Y11

Y00

X00 X11

X00 X11

DB

W=4200

Y11Y00

01

11

05

10

〃〃

〃〃

〃〃

〃〃

〃350

木部

H3850

建物

H=4050

W=4200

350

200

W=4200

01

11

05

10

X11X00 X11 X00

01

11

05

10

W=4200

Y11 Y00

01

11

05

10

Y11Y00

D面C面B面A面

Y00

Y11Y11

Y00

X00 X11

X00 X11

DB

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 24: jongArsitek! Vol 11, 2009

24

Page 25: jongArsitek! Vol 11, 2009

25

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 26: jongArsitek! Vol 11, 2009

26

Page 27: jongArsitek! Vol 11, 2009

27

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 28: jongArsitek! Vol 11, 2009

28

Page 29: jongArsitek! Vol 11, 2009

29

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 30: jongArsitek! Vol 11, 2009

Saya terkejut mendengar kabar kuliah dari Rem Koolhaas, dua hari sebelum hari H. Walaupun berita tentang waktunya masih simpang-siur, akhirnya saya bisa hadir di tengah kuliah dari salah satu arsitek terpenting dunia saat ini, yang diadakan tepat pukul 15.30 di kampus Politec-nico Milano Bovisa.

Koolhaas membuka kuliahnya dengan gam-bar Seattle Public Library. Di awal lecture, dia bilang tidak ingin sekedar membahas proyek-proyek saja. Dia ingin bicara tentang arsitektur di dunia saat ini yang dipengaruhi pasar global pada dua titik. Pertama, pasar global menggeser peran archistar sebagai brand. Sebagai contoh Bilbao Guggenheim sebagai cap dari seorang Gehry, yang kemudian mendesain sesuatu yang mirip untuk Guggenheim Abu Dhabi. Gelombang ekonomi yang dahsyat ini menghendaki arsitek--dan arsitekturnya--menjadi icon. Semakin heboh bentuknya, semakin atraktif kotanya (baca: men-datangkan banyak turis dan pendapatan daerah).

30

Pada titik tersebut, arsitek menjadi setara dengan salesman.

Kebutuhan terhadap icon muncul untuk men-jawab kebutuhan metropolis baru yang haus akan pengakuan dunia, seperti Beijing dan Shanghai dan areal baru yang siap disulap menjadi ‘keajai-ban dunia abad-21’, yaitu gurun-gurun di Timur Tengah, seperti Dubai dan Abu Dhabi.

Keadaan ini mendorong biro-biro arsitek kecil--yang namanya nggak pernah kita dengar sama sekali--muncul dengan desain instant, meniru para stararchitect. Koolhaas menunjukkan ren-dering proyek Zaha Hadid dan Libeskind yang ‘dipalsu’ biro-biro kecil. Lantas dimana bedanya yang asli dan palsu?? (retorik, tentu saja banyak). Masalahnya, hal ini merupakan titik dimana arsi-tektur sudah capek, dan menjauhkan arsitektur itu sendiri dari hakikatnya.

Koolhaas mengajak para arsitek muda untuk me-

- 2 Jam Bersama Koolhaas - Rafael Arsono

Page 31: jongArsitek! Vol 11, 2009

31

nemukan pemikiran lain untuk arsitektur. Dalam hal ini, OMA keluar dari jalur being iconic. Untuk proyek di Dubai, dengan tema simplicity, mereka mendesain gedung raksasa, tinggi 300 meter, lebar 200 meter, dengan ketebalan hanya 21 me-ter, yang berisikan kantor, hotel dan apartemen dengan interupsi fasilitas publik di lantai dasar, tengah, dan rooftop.

Buat saya, it’s just a matter of style, it’s bigness is still be iconic. Benar saja, pada sesi tanya-jawab setelah presentasi tepat satu jam, salah satu mahasiswa menanyakan posisi OMA yang ng-gak jelas, antara being iconic sama nggak iconic tapi jadinya iconic. Saya rasa hanya itu pertan-yaan menantang sore itu. Dan jawaban Koolhaas (yang saat itu juga menggunakan translator untuk menampung pertanyaan bahasa Itali), kira-kira demikian : “...i guess our approach has to be clear to start from the question of function and needs, not just about being iconic. You can not avoid not to be iconic because you have super-

big size project, which automatically makes the building iconic.”

Koolhaas juga mengenang terakhir kali dia mer-ancang tipologi rumah tinggal, yaitu Maison Bordeoux. Dia mengaku bahwa gelombang ekonomi global menggeser OMA jauh dari proyek rumah tinggal yang menurut dia sangat intimate dan menyita perhatian yang sama besarnya den-gan mendesain bangunan skala besar.

intermezzo...setelah penghuni Maison Bordeoux meninggal dunia, saat ini rumahnya dirawat oleh pembantu keluarga tersebut, sehingga keadaan-nya masih bagus kecuali atapnya bocor di ruang TV.

Kedatangan Koolhaas tentu saja bukan kebetu-lan, gosipnya OMA hendak menangani kawasan kampus Politecnico Milano (disingkat Polimi) Bovisa, yang berada di pinggiran kota Milan, keadaannya seperti kota mati, sangat sepi. Polimi Bovisa dikenal memiliki professor dan pengajar yang fanatik terhadap sejarah serta cenderung konservatif. Sementara tempat saya kuliah, Poli-mi Leonardo, lebih terbuka terhadap hal-hal baru. Herannya, kenapa Bovisa mengundang Koolhaas untuk mengembangkan kawasannya?? jawaban-nya belum jelas, namun dapat dipastikan Kool-haas tidak mengambil pendekatan yang sama dengan proyek “Dubai”.

Selepas acara, tepuk tangan pengunjung yang berjubel seperti tepukan nonton opera, lama, seakan meminta Koolhaas untuk bicara lagi. Menurut saya dia cerdas dan intellegent. Dia menjawab dengan sangat lugas dan tidak bertele-tele, seakan secara emosional tidak ter-ikat dengan proyek yang banyak dikritik orang. Satu hal lagi, selain kurus, botak, dan matanya berkantong, seperti yang kita liat di foto, Kool-haas itu tinggi banget, saya se-dagunya dia,

Rafael Arsono

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 32: jongArsitek! Vol 11, 2009

32

Thom Mayne, Toshiko Mori, I.M.Pei, Phillip John-son, Yoshio Taniguchi, etc. What is the common denominator for all this so-called “starchitects” from different eras? They all took their graduate studies at the Harvard Graduate School of Design in Boston, Massachusets. How much their educa-tion factored in their eventual success is very hard to measure. But I think we can all be sure that having a graduate degree in architecture wouldn’t hurt your chances in the architectural waters that you will navigate in. I know, I know, architecture is best educated outside the classroom, by trav-elling, learn the trade by jumping straight to the field. But for every self-thought Tadao Andos out there, there seems to be ten others that have a significant educational background. While there are plenty good grad programs here in Indonesia, when there’s a chance of taking one abroad, I think for most of us it would be lying if we don’t choose to pick the latter. If you have

a passion for teaching and being involved in an academic settings, getting a masters degree al-lows you to be a lecturer yourself here and/or abroad. After school is finished, young architects have the opportunity to work for the many differ-ent architectural offices in their respective cities. This is a very good opportunity to learn different office cultures, organizations, design methodolo-gies and hopefully absorbs a lot of things that they can take back home to advance the architectural scene here at home.The usual suspects are of course the Harvards, MITs, Cornells, AAs, out there. But looking at the latest Architectural Records and other publica-tions, more and more young and upcoming prom-ising young architects got their M.Arch from the more, dare I say, less known schools out there. ETH Zurich, Politecnico di Milano, SciArc, IAAC, and TU Delft, to name a few. The global nature of today’s culture helps these other schools getting

- Schools Out ? - Glenn Chajadi

Page 33: jongArsitek! Vol 11, 2009

33

the type of names to teach and lecture that once only the best schools are be able to get. I mean, God knows how these architects maintain a busy office and still teach at the same time, but look at Jacques Herzog, listed as lecturer in Harvard and also ETH Zurich, all the while still juggling massive projects in 3 different continents. He must’ve been taking his vitamin C religiously. Or at least his staff are. The internet and the more widening range of multiple publications also helps their graduates to market themselves easier than their predecessors that relied on relations and networks that makes graduates from bigger schools have clear advan-tage. So there are a lot more good options for a graduate education today than ever. Theres 4 major catego-ries in choosing the right graduate programme for you. First, Each school has their own, well, I’ll be doomed if I say style, so I say, focus. Harvard with its buildable com-plex geometry, Colum-bia with its blobopolis, Auburn University with its actual real-world build-ing and social responsibility. So pick the one that really excites you. Second on the list is the location of the school, which is a huge part of the educa-tion itself. If you’re going to school in New York for example, the city itself is a living, breathing labo-ratory of architecture and urbanism. Third is the lecturers, professors, that you will learn to know in the process is priceless in your future careers. The network that you get from attending some of these schools are also priceless in future careers. Job offers, clients, recognition and publications might come from the people that you went to school with, or people that know these people. Fourth, and this is probably the most vital, is of course the money. If you can find a scholarship that take you to breeze through, then great. But for most of us probably need to be good super savers, and may-be be a little bit nicer to the parents. And explain to them why is it again you need their retirement savings to torture yourself sleepless for another two years.The money issue brings us to a “bleaker” side of going to school abroad. The current global eco-nomic situation makes it really hard, financially, to rationalize the need to go abroad to get your grad-uate education. Although there is a whole range of programmes that you can pick that would fit your budget. Let me give you three varying examples:

an M.Arch in the AA is £23,453 for a 16-month programme, with living in London, travelling costs for study trips, among other expenditures, it could set you back around (total) £44,000, thats almost 694 million rupiahs. Lets go to the US shall we, and I’m going to pick a mid-range school in a city that is not too expensive. University of Virginia in Charlottesville, Virginia, has a good programme, it cost $11,100 per semester, so for a 2-year M.Arch programme, along with other living expenses, it will cost you (total) $80,400, thats around 911 million rupiahs. The IaaC (Institut d’arquitectura avancada de Catalunya) is a new 3-term, 12 months Master in Advance Architecture program in Barcelona that costs €12.500, and with living

cost, the total would be approximately €21,380, which is around 321 mil-lion rupiahs. As a comparison as to the necessity to get a master’s degree for us that is planning on build-ing a career in Indonesia, in the United States, it is

mandatory by the AIA (American Institute of Archi-tects) to have a masters degree (or a professional 5 year B.Arch degree) in order to get a profession-al architectural licence, well, subject to passing a few not so easy tests that is. Here, you barely need a S-1 in architecture to practicing as an ar-chitect (not for long if the IAI has their way in the legal system, something that I am a big supporter of myself). Most of the well-known and succesfull architects we have here in the country are holders of Bachelors degree from local universities. Look how they have turn out. Some of their excellent works have braced the latest Phaidon “big book” of contemporary architecture. And each looked right in place among the Harvard, MIT, Yale, grad-uates’ works that reside just a couple pages be-fore and after. Finally, your built portfolio is worth ten times your educational background to poten-tial clients, and this goes universally almost any-where. So, many young architects would rather have professional experience for two years, rather than a academic education.Now all these are still the tip of the iceberg. Go find out for yourself which school is right for you, go to the website, ask for the booklet, calculate your potential expenses, ask around those who has actually done it. You have to find it deep within you, and your wallet, to go abroad for a Master’s degree. Its worth it. If its for you.

“ The money issue brings us to a “bleaker” side of going to school abroad. “

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 34: jongArsitek! Vol 11, 2009

34

Page 35: jongArsitek! Vol 11, 2009

35

oleh : Noviardi Prasetya

Team sayembara: Adi Putra Utama, Noviardi Prasetya, Monica Renata, dan Yori Antar.

Teringat ketika kecil, bermain bersama teman-teman kompleks di halaman belakang sebuah klinik yang pada waktu itu masih memiliki taman hijau yang bebas diakses oleh public, begitu segar dan menyenangkan. Cahaya matahari pun masih mencuri-curi masuk melalui gerombolan pohon angsana yang menjulang tinggi, terbentang hamparan rumput yang luas,dan kicau burung bersahut-sahutan disana. Tempat itu merupakan ‘surga’ masa kecilku.Ketika itu saya belum menyadari betapa berhar-ganya sebuah taman hijau seperti itu, yang ternyata akan menjadi sebuah pemandangan yang langka di kota seperti Jakarta nantinya..

L e a r n i n g P a r k

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 36: jongArsitek! Vol 11, 2009

36

Ruang kota kita dalam perkembangannya men-jadi sangat menekan, dan menyiksa. Jakarta adalah kota yang luas namun sempit, luas secara area kota yang mencapai 661,52 Km², namun secara ruang sangat sempit, begitu keluar rumah langsung bertemu dengan jalan aspal yang di-kuasai kendaraan beroda, bahkan untuk berjalan kaki pun sulit menemukan pedestrian yang layak. Untuk bermain pun, anak –anak harus berbagi dengan mobil yang melintas. Menyingkir ketika ada mobil yang akan lewat dan kembali meng-giring bola atau kembali mengayunkan raket set-elah di-interupsi oleh kendaraan yang melintas. Dengan kasat mata kita sudah dapat memband-ingkan dengan kota-kota lain diseluruh dunia melalui pencitraan satelit google earth bahwa kota Jakarta merupakan “kota merah” yang cu-kup chaos,berbeda sekali dengan banyak kota besar lain di dunia yang masih nampah hijau dan tertata.

Bila membandingkan kondisi ini, berarti banyak generasi sekarang yang sudah kehilangan ‘sur-ga’ masa kecil mereka. Mereka telah kehilangan

makna akan sebuah ruang hijau,ruang sosial dan kultur, mereka menjadi acuh tak acuh akan alam. Mungkin kondisi ’Green Defisit‘ ini selain meru-sak daerah resapan juga ikut mempengaruhi pe-rilaku sosial masyarakat yang semakin sensitive dan mudah meledak.

Maka sangatlah perlu untuk menyadarkan kem-bali dan menciptakan kerinduan masyarakat akan ruang hijau, Meredam penatnya kota den-gan sebuah ruang yang manusiawi, ruang untuk me-refresh tubuh dan pikiran. Kegelisahan ini berusaha dijawab dalam desain Taman Tebet dalam sayembara yang diadakan oleh Dinas Pertamanan Kota Jakarta pada tahun 2008. Menghidupkan kembali fungsi ruang hijau dan menghembuskan nafas-nafas sosial kedalam Ta-man Tebet. Sehingga taman tersebut dapat men-jadi social generator bagi lingkungan sekitarnya, masyarakat akan berkumpul dan bersosialisasi diantara pepohonan rindang dan kicau burung, anak-anak akan bermain dalam taman tematik bebas dan aman dari interupsi kendaraan,remaja berolahraga atau sekedar menghirup udara segar

Page 37: jongArsitek! Vol 11, 2009

37

dipagi hari.Desain berangkat dari kondisi eksisting taman yang terbagi dua bagian utama oleh sebuah sungai kecil, kemudian ditentukan zoning fungsi didasarkan pada potensi alam setempat serta kondisi eksisiting lahan yang penuh dengan po-hon rimbun, sehinga bentukan taman dirancang menyesuaikan dengan pohon eksisiting tanpa mencederai tapak berlebihan.

Tiga kaidah utama diterapkan dalam pengem-bangan rancangannya, yaitu Space, Event, dan Movement . Bernard Tshumi sudah berhasil men-erapkannya pada Parc de la Villette-nya di Paris, Perancis. Ketiga kaidah ini kemudian dijabarkan kedalam fungsi dan dipetakan kedalam site untuk mewadahi kebutuhan lokal setempat.

Bagian barat yang berupakan pulau kecil di-fungsikan untuk taman tematik dengan mem-bagi area tersebut kedalam kotak-kotak 10x10 m dan diisi dengan tema yang berbeda-beda, ada kotak untuk mengenal macam-macam jenis tanaman,(kotak anggrek, kotak untuk jenis-jenis

rumput, kotak pohon bambu kuning, kotak ang-sana, dll), ada kotak untuk bermain, kotak pasir, kotak belajar, dan lainnya.

Sedangkan untuk daerah timur dibentangkan fungsi-fungsi budaya, landscape seolah-olah diregangkan keatas dan diselipkan fungsi-fungsi ruang sebaguna dan galeri dibawahnya, di-atasnya terus menyambung padang rumput yang naik turun dan berakhir pada sebuah amphiteater untuk pertunjukan seni. Arsitektur menyatu den-gan alam, menghindari apa yang dikatakan oleh Aaron betsky, architecture’s original sin.Sisi barat dan timur dipisahkan dan dihubung-kan sebuah sungai, sepanjang sungai diham-parkan pedestrian walk selebar 3m sehingga dapat memberikan suasana yang nyaman dan menyenangkan, selain itu juga diletakan gasebo-gasebo untuk singgah dan beristirahat menikmati pemandangan sungai.

Taman ini akan dipenuhi pengalaman-pengala-man ruang yang kaya, kegiatan sosial dan kultular yang menyatu sehingga masyarakat akan tum-buh dan belajar disana, belajar mengerti dinamika kehidupan kota besar yang sangat heterokultular, belajar bertoleransi terhadap orang lain, belajar berbudaya, belajar mencintai dan menghargai alam, belajar hidup sehat, dan belajar pentingnya sebuah ruang hijau.(nop)

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 38: jongArsitek! Vol 11, 2009

socialiturm e d i a a c a r a d a n s o s i a l i s a s i e v e n t a r s i t e k t u r

Pecha Kucha Bandung courtesy bree & Yulianti Tanyadji

38

Page 39: jongArsitek! Vol 11, 2009

39

jjongArsitek! Edis i 11, 2009 | desain menginspiras i

Page 40: jongArsitek! Vol 11, 2009