jurding 2004

6
8/19/2019 jurding 2004 http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 1/6  Asia Pac J Nutr 2012;21(4):476-486 Artikel Peninjauan Kembali Intervensi mikronutrien pada performa kognitif anak usia 5-15 tahun di negara-negara berkembang Geok Lin Khor PhD, Snigdha Misra PhD  Departement of Nutrition & Dietetics, Faculty of Medicine and Health,  International Medical University, Kuala Lumpur, Malaysia Diperkirakan lebih dari 200 juta anak di seluruh dunia gagal untuk mencapai  potensinya dalam perkembangan kognitif karena kurang nutrisi. Berbagai  penelitian telah memperkirakan efek dari suplementasi mikronutrien pada  pertumbuhan dan perkembangan kognitif pada bayi, balita, dan anak prasekolah.  Namun, penelitian tentang intervensi mikronutrien pada performa kognitif pada anak yang lebih besar masih terbatas. Artikel ini bertujuan untuk menyajikan informasi terkini tentang intervensi mikronutrien dan luaran kognitif di antara anak usia 5-15 tahun di negara-negara berkembang. Dilakukan identifikasi pada 13 penelitian RCT (randomized controlled trials) yang dipublikasikan sejak 2000. Sebagian besar dari penelitian ini meneliti efek dari makanan yang diperkaya mikronutrien terhadap berbagai domain fungsi kognitif. Mikronutrien yang diteliti antara lain zat besi, seng, yodium, dan vitamin A. Artikel peninjauan kembali ini menemukan ketidakkonsistenan mengenai dampak suplementasi mikronutrien terhadap intelegensi, fungsi mental jangka panjang, dan jenjang-  jenjang ujian sekolah anak. Efek menguntungkan dari suplementasi mikronutrien terhadap memori jangka pendek dilaporkan lebih konsisten. Secara keseluruhan,  bukti dari artikel peninjauan kembali ini mengenai dampak mikronutrien terhadap  performa kognitif pada anak yang lebih besar masih samar. Dalam konteks  penelitian mengenai pengaruh nutrisi terhadap kognisi, alat ukur kesesuaian kultural dan penilaian yang cukup sensitif untuk mengukur luaran kognitif yang diinginkan merupakan hal yang penting karena rupanya sering terpengaruh oleh nutrien yang masih dalam tahap penelitian. Kata kunci: mikronutrien, performa kognitif, anak berusia 5-15 tahun

Upload: andreas-agung-kurniawan

Post on 07-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurding 2004

8/19/2019 jurding 2004

http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 1/6

 Asia Pac J Nutr 2012;21(4):476-486

Artikel Peninjauan Kembali 

Intervensi mikronutrien pada performa kognitifanak usia 5-15 tahun di negara-negara berkembang

Geok Lin Khor PhD, Snigdha Misra PhD

 Departement of Nutrition & Dietetics, Faculty of Medicine and Health,

 International Medical University, Kuala Lumpur, Malaysia

Diperkirakan lebih dari 200 juta anak di seluruh dunia gagal untuk mencapai

 potensinya dalam perkembangan kognitif karena kurang nutrisi. Berbagai

 penelitian telah memperkirakan efek dari suplementasi mikronutrien pada

 pertumbuhan dan perkembangan kognitif pada bayi, balita, dan anak prasekolah.

 Namun, penelitian tentang intervensi mikronutrien pada performa kognitif pada

anak yang lebih besar masih terbatas. Artikel ini bertujuan untuk menyajikan

informasi terkini tentang intervensi mikronutrien dan luaran kognitif di antara

anak usia 5-15 tahun di negara-negara berkembang. Dilakukan identifikasi pada

13 penelitian RCT (randomized controlled trials) yang dipublikasikan sejak

2000. Sebagian besar dari penelitian ini meneliti efek dari makanan yangdiperkaya mikronutrien terhadap berbagai domain fungsi kognitif. Mikronutrien

yang diteliti antara lain zat besi, seng, yodium, dan vitamin A. Artikel peninjauan

kembali ini menemukan ketidakkonsistenan mengenai dampak suplementasi

mikronutrien terhadap intelegensi, fungsi mental jangka panjang, dan jenjang-

 jenjang ujian sekolah anak. Efek menguntungkan dari suplementasi mikronutrien

terhadap memori jangka pendek dilaporkan lebih konsisten. Secara keseluruhan,

 bukti dari artikel peninjauan kembali ini mengenai dampak mikronutrien terhadap

 performa kognitif pada anak yang lebih besar masih samar. Dalam konteks

 penelitian mengenai pengaruh nutrisi terhadap kognisi, alat ukur kesesuaian

kultural dan penilaian yang cukup sensitif untuk mengukur luaran kognitif yang

diinginkan merupakan hal yang penting karena rupanya sering terpengaruh oleh

nutrien yang masih dalam tahap penelitian.

Kata kunci: mikronutrien, performa kognitif, anak berusia 5-15 tahun

Page 2: jurding 2004

8/19/2019 jurding 2004

http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 2/6

 

PENDAHULUAN

Kekurangan nutrisi tersebar di seluruh dunia, khususnya di negara-negara

 berkembang, meskipun dalam beberapa dekade terakhir terjadi penurunan kemiskinan

dan usaha-usaha suplementasi makanan. Defisiensi mikronutrien secara umum

 berhubungan dengan kekurangan nutrisi keseluruhan, khususnya pada rumah tangga

miskin di mana kemiskinan membatasi kuantitas dan kualitas asupan makanan.1 

Defisiensi zat besi, vitamin A, yodium, vitamin B, dan seng merupakan jenis malnutrisi

mikronutrien yang biasa ditemui di seluruh dunia mempengaruhi jutaan orang di negara-

negara berpendapatan rendah. Interaksi antara ko-eksistensi defisiensi mikronutrien2 

dapat lebih lanjut mengeksaserbasi keadaan defisiensi mikronutrien. Defisiensi seperti itu

dapat mengakibatkan konsekuensi kesehatan jangka panjang, termasuk kelainan fungsi

neurobehavior .3 

Pada bahasan berikut ini menyajikan latar belakang untuk memenuhi tujuan dari

artikel ini, yaitu menyajikan sebuah pemutakhiran mengenai penelitian-penelitianintervensi mikronutrien sejak 2000.

 Intervensi mikronutrien untuk performa kognitif pada anak: peninjauan kembali

 penelitian-penelitian sebelum 2000

Perkembangan psikososial anak terdiri atas berbagai domain interdependen,

termasuk fungsi sensori-motorik, kognitif, dan sosio-emosional. Defisiensi mikronutrien

diketahui mempengaruhi proses dan fungsi perkembangan ini, yang berakibat pada

 pergeseran negatif potensi intelligent quotient   (IQ) anak.4,5  Hubungan antara

makronutrien dan tingkat perkembangan mental dan motorik yang buruk pada awal masa

kanak telah sering dilaporkan, khususnya pada komunitas dengan pendapatan yangrendah.

6,7  Sebagai contoh, di Mesir, asupan kalori, protein, dan lemak ditemukan

 berhubungan dengan perkembangan mental anak balita 24 bulan.4  Namun, Grantham-

McGregor dan Baker-Henningham8 mengamati bahwa ketika keduanya memiliki sebuah

hubungan, maka faktor sosio-ekonomi dapat menjadi perancu. Anak dengan gizi kurang

umumnya berasal dari latar belakang miskin, dengan ciri-ciri rumah dan sanitasi yang

 jelek, seringnya terpapar infeksi, dan tidak adekuatnya layanan kesehatan dan nutrisi.

Faktor-faktor ini secara independen mempengaruhi perkembangan kognitif anak,

sehingga sulit untuk menentukan hubungan kausatif antara gizi kurang dan

 perkembangan dari penelitian-penelitian observasional.

Beberapa intervensi mikronutrien tunggal terhadap kognisi awalnya difokuskan

 pada suplementasi zat besi, berkaca dari dampak serius dari defisiensi zat besi di seluruh

dunia saat ini dan esok. Intervensi zat besi, utamanya pada tahun 1980-an dan 1990-an,

menunjukkan sebuah efek positif terhadap perkembangan intelektual (misalnya, pada

dosis sekitar 100-300% dari recommended dietary allowance (RDA)).9  Efek ini

utamanya ditujukan untuk uji intelegensi di antara anak yang anemis atau dengan anemia

Page 3: jurding 2004

8/19/2019 jurding 2004

http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 3/6

defisiensi besi. Sebuah penelitian meta-analysis  dari penelitian randomized controlled

trial  (RCT) yang dilakukan pada 1985-2005 tentang suplementasi zat besi menyimpulkan

 bahwa terdapat beberapa bukti positif dengan hasil meningkatkan perhatian dan

konsentrasi pada anak berusia 6 tahun atau lebih, terlepas dari batas bawah status zat

 besi.10

 Pada kelompok anemis, suplementasi zat besi meningkatkan IQ sebesar 2.5 poin,

tetapi tidak memiliki efek terhadap memori, keterampilan psikomotorik, atau pencapain

sekolah. Lozoff dan Georgieff 11

  juga menunjukkan bahwa skor perkembangan mental

secara signifikan lebih rendah ketika bayi dengan anemia defisiensi besi dibandingkan

dengan mereka yang memiliki kadar zat besi cukup.

Artikel peninjauan kembali ini mengindikasikan bahwa suplementasi zat besi

lebih efektif untuk meningkatkan perkembangan mental anak yang rentan mengalami

defisiensi zat besi. Pentingnya mengikuti respons terapi setelah suplementasi zat besi

dikemukakan oleh Grantham-McGregor pada 1978-2000. Oleh sebab perkembangan

anak berubah setiap saat, keuntungan terapi atau efek merugikan dapat muncul pada usia

yang lebih besar dari tahap perkembangan.Di samping zat besi, intervensi seng juga menunjukkan efek menguntungkan pada

 perkembangan mental anak, khususnya pada tahap awal, termasuk bayi prematur.13

  Di

Chili, bayi yang berasal dari keluarga miskin yang mendapatkan 5 mg seng elemental

setiap hari untuk 1 tahun memiliki skor kualitas motorik (gerakan dan kontrol motorik

kasar dan halus) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi tidak

terdapat perbedaan pada skor mental atau motorik anak pada Skala Bayley.14

 Berat lahir

rendah mendapat manfaat dari mengonsumsi formula yang difortifikasi dengan seng dan

menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan motorik yang lebih baik dibandingkan

dengan formula tanpa seng.15

 

 Nampaknya, terdapat sedikit ketidakjelasan konsensus mengenai potensi pengaruh positif suplementasi seng terhadap fungsi kognitif pada anak yang lebih besar.

Ketika meninjau ulang kembali penelitian suplementasi seng pada anak usia sekolah pada

1990-an, Black dkk.16

  melaporkan bahwa terdapat sebuah penelitian yang tidak

menemukan efek, sedangkan 2 penelitian uji coba di daerah perkotaan China dan

Meksiko-Amerika melaporkan terdapat dampak yang menguntungkan. Pada penelitian

 berikutnya, suplementasi seng menunjukkan proses neuropsikologis yang baik,

khususnya perhatian dan penalaran. Seng yang dikombinasikan dengan mikronutrien

lainnya dapat memberikan pengaruh lebih besar terhadap fungsi kognitif dibandingkan

ketika seng diberikan sendirian.17

 

Oleh sebab defisiensi mikronutrien sering ko-eksistensi dan dapat mempengaruhi

kognisi secara sinergis, memberikan suplementasi pada anak dengan mikronutrien

multipel merupakan intervensi yang lebih populer untuk dibandingkan dengan

suplementasi mikronutrien tunggal. Pada sebuah  systematic review  terhadap penelitian-

 penelitian RCT yang dipublikasikan pada 1970-2008 pada suplementasi mikronutrien

multipel untuk meningkatkan performa kognitif anak, Eilander dkk.18  melaporkan

Page 4: jurding 2004

8/19/2019 jurding 2004

http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 4/6

 peningkatan positif, meskipun batas bawah, pada intelegensi fluid , di mana berhubungan

dengan kemampuan penalaran, tetapi tidak dengan intelegensi mengkristalkan yang

mencerminkan pengetahuan yang didapat. Tabel 1 merangkum peran dari beberapa

makro dan mikronutrien kunci yang berimplikasi terhadap fungsi otak dan preforma

mental.

Dalam perbandingan banyak penelitian pada efek suplementasi mikronutrien

untuk meningkatkan morbiditas, pertumbuhan fisik, dan status gizi anak muda,20-15

 

terdapat sedikit penelitian yang telatif menginvestigasi dampak mikronutrien terhadap

fungsi kognitif anak yang lebih besar.

Tabel 1. Ringkasan peran makro dan mikronutrien kunci pada fungsi otak dan dampaknya

terhadap domain kognitif

 Nutrien Peran pada fungsi otak Efek defisiensi terhadap domain

kognitif

Glukosa menyediakan energi untuk otak • 

depresi21

 •  mempengaruhi mood secara

keseluruhan dan keadaan

 psikologis

n-3 PUFA •  dapat mempengaruhi fungsi neural

melalui efeknya pada protein/

enzim yang bermain peran dalam

membran otak 18

 

•  ekspresi gen neuronal19

 

keterlambatan proses informasi21

 

Vitamin B menggandakan impuls saraf depresi21

 

Thiamin, asam

folat, dan

vitamin B-12

•  mempertahankan potensial

membran saraf 21

 

• 

membantu konduktansi saraf 3 •  mempertahankan integritas

selubung myelin21

 

memori episodik dan kemampuan

 berbahasa14

 

Zat besi •  perkembangan oligodendrosit (sel

otak yang menghasilkan myelin)

•  kofaktor untuk beberapa enzim

yang menyintesis neurotransmiter 6 

•  kurangnya memori dan gangguan

 belajar 7 

•  skor kognitif yang lebih rendah,

 perkembagnan motorik yang lebih

 buruk 1 

•  perubahan perkembangan

emosional sosial15

 

•  hilangnya perkembangan kognitif

terkait zat besi otak

Yodium proliferasi neuroseluar, sinaps, dan

formasi dendritik 21

 • 

skor IQ yang lebih rendah16

 

•  kemampuan kognitif yang lebih

 buruk—pengetahuan verbal16

, non-

verbal, dan penalaran abstrak

verbal, persepsi visuo-spasial, dan

fungsi eksekutif 17

 

•  penurunan drastic kemampuan

intelektual17

 

Page 5: jurding 2004

8/19/2019 jurding 2004

http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 5/6

•  kurangnya koordinasi dan

gangguan pendengaran8 

Seng •  esensial terhadap SSP dan neuron

yang mengandung seng yang

terkonsentrasi di otak depan20

 

•  neurotransmiter yang bergantung

seng pada sistem serabut reticular

hipokampus yang terlibat dalam

memori21

 

defisit perhatian, belajar, memori, dan

 perilaku neuropsikologis

METODE 

Artikel ini bertujuan untuk menyajikan sebuah pemutakhiran mengenai efek

intervensi mikronutrien dengan suplementasi atau fortifikasi makanan berpengaruh

terhadap performa kognitif anak berusia 5-15 tahun di Negara-negara berkembang. Anak

 pada kelompok usia ini tumbuh dengan cepat, mengalami pra-pubertas, dan perubahan

 pubertas. Di samping perubahan fisik dan psikologis, mereka juga mengalami pengaruhemosional, sosial, dan psikologis di sekolah dan rumah. Asupan makanan dapat

terpengaruh di bawah keadaan-keadaan ini, yang berakibat pada keterlambatan

 perkembangan fisik dan kognitif, sehingga menghambat anak mencapai potensinya

secara lengkap.

 Kriteria seleksi  

1.  Hanya RCT yang dipilih untuk peninjauan kembali.

2.  Kami menyertakan hanya RCT yang meneliti anak berusia 5-15 tahum. Penelitian

yang mengamati anak di luar rentang usia ini dieksklusikan.

3. 

Mikronutrien yang digunakan hanya vitamin dan/atau mineral. Penelitian yang

menggunakan komponen makanan lainnya seperti asam lemak esensial atau

makanan fungsional dieksklusikan.

4.  Diinklusikan RCT yang meneliti 1 atau lebih indikator perkembangan

(perkembangan psikomotor, performa kognitif, perkembagnan mental, IQ, dan

 performa sekolah) sebagai luaran primer atau sekunder mengukur intervensi.

5.  Penelitian dengan durasi suplementasi paling sedikit 4 bulan dipilih.

6.  Diinklusikan RCT yang dilakukan di daerah negara berkembang, seperti

didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa

(http://unstats.un.org/unsd/methods, direvisi terakhir pada 20 September 2011).7.  Oleh sebab artikel ini merupakan sebuah pemutakhiran peninjauan kembali, hanya

RCT yang dipublikasikan setelah tahun 2000 yang diinklusikan.

 Strategi pencarian 

Kami mencari judul dan abstrak dari berbagai basis data termasuk PUBMED,

Web of Science, Scopus, Science Direct , EBSCOHOST, dan Cochrane  Database of

Page 6: jurding 2004

8/19/2019 jurding 2004

http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 6/6

Systematic Reviews  (CDSR). Google Scholar   juga digunakan untuk dokumen yang

 bersangkutan berdasarkan kata kunci.

Sebanyak 13 RCT yang memenuhi kriteria inklusi diidentifikasi untuk peninjauan

kembali terkini. Di antaranya, 9 merupakan penelitian tentang makanan yang diperkaya

dengan mikronutrien (“berbasis makanan”) dan 4 merupakan penelitian tentang

suplementasi mikronutrien (“berbasis suplemen”). Sebagian besar dari intervensi

dilakukan di Asia dan masing-masing 1 penelitian di Kenya dan Meksiko.

HASIL

Karakteristik umum penelitian

Sebuah plethora dari mikronutrien dimasukkan dalam kelompok perlakuan,

khususnya untuk intervensi berbasis makanan (Tabel 2). Jenis makanan yang digunakan

sebagai sarana untuk fortifikasi mikronutrien antara lain biskuit, susu, dan minuman.

Pada beberapa penelitian, mikronutrien yang digunakan untuk fortifikasi ditambahkan

secara langsung ke dalam minuman atau makanan yang dimasak, dan disediakan sebagai bagian dari makanan sekolah atau dikonsumsi di rumah selama liburan sekolah.

Intervensi berbasis suplemen terfokus pada membandingkan efek zat besi

dan/atau seng yang diberikan harian atau mingguan dalam 2 penelitian (Tabel 3). Pada 2

 penelitian lainnya, mikronutrien multipel disuplementasikan selama kehamilan melalui

kalium dalam 1 kasus dan selama masa kanak untuk 6 bulan pada kasus lainnya. Pada

kedua kasus, performa kognitif anak pada belajar diteliti 7-9 tahun mendatang. Beberapa

 penelitian menyajikan informasi dengan proporsi ditambahkannya kebutuhan

mikronutrien yang direkomendasikan seharinya untuk anak berusia 5-15 tahun. Rentang

1/3 hingga 100% dari nilai rekomendasi WHO/FAO atau nilai rekomendasi individual

negara tertentu (misalnya, Thailand, Vietnam, dan Indonesia) digunakan.Sebagian besar dari intervensi digunakan pada komunitas pedesaan dengan status

sosio-ekonomi rendah. Pada keadaan tersebut, prevalensi kecacingan dan gizi kurang

seperti underweight, stunted , dan anemia pada anak masih tinggi. Banyak penelitian yang

melaporkan bahwa anak dengan kecacingan berada pada batas bawah, sedangkan anak

dengan anemia berat (Hb < 8 g/dL) dan malnutrisi (WAZ dan HAZ < -3SD)

dieksklusikan dari keikutsertaan.