jurding 2004
TRANSCRIPT
8/19/2019 jurding 2004
http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 1/6
Asia Pac J Nutr 2012;21(4):476-486
Artikel Peninjauan Kembali
Intervensi mikronutrien pada performa kognitifanak usia 5-15 tahun di negara-negara berkembang
Geok Lin Khor PhD, Snigdha Misra PhD
Departement of Nutrition & Dietetics, Faculty of Medicine and Health,
International Medical University, Kuala Lumpur, Malaysia
Diperkirakan lebih dari 200 juta anak di seluruh dunia gagal untuk mencapai
potensinya dalam perkembangan kognitif karena kurang nutrisi. Berbagai
penelitian telah memperkirakan efek dari suplementasi mikronutrien pada
pertumbuhan dan perkembangan kognitif pada bayi, balita, dan anak prasekolah.
Namun, penelitian tentang intervensi mikronutrien pada performa kognitif pada
anak yang lebih besar masih terbatas. Artikel ini bertujuan untuk menyajikan
informasi terkini tentang intervensi mikronutrien dan luaran kognitif di antara
anak usia 5-15 tahun di negara-negara berkembang. Dilakukan identifikasi pada
13 penelitian RCT (randomized controlled trials) yang dipublikasikan sejak
2000. Sebagian besar dari penelitian ini meneliti efek dari makanan yangdiperkaya mikronutrien terhadap berbagai domain fungsi kognitif. Mikronutrien
yang diteliti antara lain zat besi, seng, yodium, dan vitamin A. Artikel peninjauan
kembali ini menemukan ketidakkonsistenan mengenai dampak suplementasi
mikronutrien terhadap intelegensi, fungsi mental jangka panjang, dan jenjang-
jenjang ujian sekolah anak. Efek menguntungkan dari suplementasi mikronutrien
terhadap memori jangka pendek dilaporkan lebih konsisten. Secara keseluruhan,
bukti dari artikel peninjauan kembali ini mengenai dampak mikronutrien terhadap
performa kognitif pada anak yang lebih besar masih samar. Dalam konteks
penelitian mengenai pengaruh nutrisi terhadap kognisi, alat ukur kesesuaian
kultural dan penilaian yang cukup sensitif untuk mengukur luaran kognitif yang
diinginkan merupakan hal yang penting karena rupanya sering terpengaruh oleh
nutrien yang masih dalam tahap penelitian.
Kata kunci: mikronutrien, performa kognitif, anak berusia 5-15 tahun
8/19/2019 jurding 2004
http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 2/6
PENDAHULUAN
Kekurangan nutrisi tersebar di seluruh dunia, khususnya di negara-negara
berkembang, meskipun dalam beberapa dekade terakhir terjadi penurunan kemiskinan
dan usaha-usaha suplementasi makanan. Defisiensi mikronutrien secara umum
berhubungan dengan kekurangan nutrisi keseluruhan, khususnya pada rumah tangga
miskin di mana kemiskinan membatasi kuantitas dan kualitas asupan makanan.1
Defisiensi zat besi, vitamin A, yodium, vitamin B, dan seng merupakan jenis malnutrisi
mikronutrien yang biasa ditemui di seluruh dunia mempengaruhi jutaan orang di negara-
negara berpendapatan rendah. Interaksi antara ko-eksistensi defisiensi mikronutrien2
dapat lebih lanjut mengeksaserbasi keadaan defisiensi mikronutrien. Defisiensi seperti itu
dapat mengakibatkan konsekuensi kesehatan jangka panjang, termasuk kelainan fungsi
neurobehavior .3
Pada bahasan berikut ini menyajikan latar belakang untuk memenuhi tujuan dari
artikel ini, yaitu menyajikan sebuah pemutakhiran mengenai penelitian-penelitianintervensi mikronutrien sejak 2000.
Intervensi mikronutrien untuk performa kognitif pada anak: peninjauan kembali
penelitian-penelitian sebelum 2000
Perkembangan psikososial anak terdiri atas berbagai domain interdependen,
termasuk fungsi sensori-motorik, kognitif, dan sosio-emosional. Defisiensi mikronutrien
diketahui mempengaruhi proses dan fungsi perkembangan ini, yang berakibat pada
pergeseran negatif potensi intelligent quotient (IQ) anak.4,5 Hubungan antara
makronutrien dan tingkat perkembangan mental dan motorik yang buruk pada awal masa
kanak telah sering dilaporkan, khususnya pada komunitas dengan pendapatan yangrendah.
6,7 Sebagai contoh, di Mesir, asupan kalori, protein, dan lemak ditemukan
berhubungan dengan perkembangan mental anak balita 24 bulan.4 Namun, Grantham-
McGregor dan Baker-Henningham8 mengamati bahwa ketika keduanya memiliki sebuah
hubungan, maka faktor sosio-ekonomi dapat menjadi perancu. Anak dengan gizi kurang
umumnya berasal dari latar belakang miskin, dengan ciri-ciri rumah dan sanitasi yang
jelek, seringnya terpapar infeksi, dan tidak adekuatnya layanan kesehatan dan nutrisi.
Faktor-faktor ini secara independen mempengaruhi perkembangan kognitif anak,
sehingga sulit untuk menentukan hubungan kausatif antara gizi kurang dan
perkembangan dari penelitian-penelitian observasional.
Beberapa intervensi mikronutrien tunggal terhadap kognisi awalnya difokuskan
pada suplementasi zat besi, berkaca dari dampak serius dari defisiensi zat besi di seluruh
dunia saat ini dan esok. Intervensi zat besi, utamanya pada tahun 1980-an dan 1990-an,
menunjukkan sebuah efek positif terhadap perkembangan intelektual (misalnya, pada
dosis sekitar 100-300% dari recommended dietary allowance (RDA)).9 Efek ini
utamanya ditujukan untuk uji intelegensi di antara anak yang anemis atau dengan anemia
8/19/2019 jurding 2004
http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 3/6
defisiensi besi. Sebuah penelitian meta-analysis dari penelitian randomized controlled
trial (RCT) yang dilakukan pada 1985-2005 tentang suplementasi zat besi menyimpulkan
bahwa terdapat beberapa bukti positif dengan hasil meningkatkan perhatian dan
konsentrasi pada anak berusia 6 tahun atau lebih, terlepas dari batas bawah status zat
besi.10
Pada kelompok anemis, suplementasi zat besi meningkatkan IQ sebesar 2.5 poin,
tetapi tidak memiliki efek terhadap memori, keterampilan psikomotorik, atau pencapain
sekolah. Lozoff dan Georgieff 11
juga menunjukkan bahwa skor perkembangan mental
secara signifikan lebih rendah ketika bayi dengan anemia defisiensi besi dibandingkan
dengan mereka yang memiliki kadar zat besi cukup.
Artikel peninjauan kembali ini mengindikasikan bahwa suplementasi zat besi
lebih efektif untuk meningkatkan perkembangan mental anak yang rentan mengalami
defisiensi zat besi. Pentingnya mengikuti respons terapi setelah suplementasi zat besi
dikemukakan oleh Grantham-McGregor pada 1978-2000. Oleh sebab perkembangan
anak berubah setiap saat, keuntungan terapi atau efek merugikan dapat muncul pada usia
yang lebih besar dari tahap perkembangan.Di samping zat besi, intervensi seng juga menunjukkan efek menguntungkan pada
perkembangan mental anak, khususnya pada tahap awal, termasuk bayi prematur.13
Di
Chili, bayi yang berasal dari keluarga miskin yang mendapatkan 5 mg seng elemental
setiap hari untuk 1 tahun memiliki skor kualitas motorik (gerakan dan kontrol motorik
kasar dan halus) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, tetapi tidak
terdapat perbedaan pada skor mental atau motorik anak pada Skala Bayley.14
Berat lahir
rendah mendapat manfaat dari mengonsumsi formula yang difortifikasi dengan seng dan
menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan motorik yang lebih baik dibandingkan
dengan formula tanpa seng.15
Nampaknya, terdapat sedikit ketidakjelasan konsensus mengenai potensi pengaruh positif suplementasi seng terhadap fungsi kognitif pada anak yang lebih besar.
Ketika meninjau ulang kembali penelitian suplementasi seng pada anak usia sekolah pada
1990-an, Black dkk.16
melaporkan bahwa terdapat sebuah penelitian yang tidak
menemukan efek, sedangkan 2 penelitian uji coba di daerah perkotaan China dan
Meksiko-Amerika melaporkan terdapat dampak yang menguntungkan. Pada penelitian
berikutnya, suplementasi seng menunjukkan proses neuropsikologis yang baik,
khususnya perhatian dan penalaran. Seng yang dikombinasikan dengan mikronutrien
lainnya dapat memberikan pengaruh lebih besar terhadap fungsi kognitif dibandingkan
ketika seng diberikan sendirian.17
Oleh sebab defisiensi mikronutrien sering ko-eksistensi dan dapat mempengaruhi
kognisi secara sinergis, memberikan suplementasi pada anak dengan mikronutrien
multipel merupakan intervensi yang lebih populer untuk dibandingkan dengan
suplementasi mikronutrien tunggal. Pada sebuah systematic review terhadap penelitian-
penelitian RCT yang dipublikasikan pada 1970-2008 pada suplementasi mikronutrien
multipel untuk meningkatkan performa kognitif anak, Eilander dkk.18 melaporkan
8/19/2019 jurding 2004
http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 4/6
peningkatan positif, meskipun batas bawah, pada intelegensi fluid , di mana berhubungan
dengan kemampuan penalaran, tetapi tidak dengan intelegensi mengkristalkan yang
mencerminkan pengetahuan yang didapat. Tabel 1 merangkum peran dari beberapa
makro dan mikronutrien kunci yang berimplikasi terhadap fungsi otak dan preforma
mental.
Dalam perbandingan banyak penelitian pada efek suplementasi mikronutrien
untuk meningkatkan morbiditas, pertumbuhan fisik, dan status gizi anak muda,20-15
terdapat sedikit penelitian yang telatif menginvestigasi dampak mikronutrien terhadap
fungsi kognitif anak yang lebih besar.
Tabel 1. Ringkasan peran makro dan mikronutrien kunci pada fungsi otak dan dampaknya
terhadap domain kognitif
Nutrien Peran pada fungsi otak Efek defisiensi terhadap domain
kognitif
Glukosa menyediakan energi untuk otak •
depresi21
• mempengaruhi mood secara
keseluruhan dan keadaan
psikologis
n-3 PUFA • dapat mempengaruhi fungsi neural
melalui efeknya pada protein/
enzim yang bermain peran dalam
membran otak 18
• ekspresi gen neuronal19
keterlambatan proses informasi21
Vitamin B menggandakan impuls saraf depresi21
Thiamin, asam
folat, dan
vitamin B-12
• mempertahankan potensial
membran saraf 21
•
membantu konduktansi saraf 3 • mempertahankan integritas
selubung myelin21
memori episodik dan kemampuan
berbahasa14
Zat besi • perkembangan oligodendrosit (sel
otak yang menghasilkan myelin)
• kofaktor untuk beberapa enzim
yang menyintesis neurotransmiter 6
• kurangnya memori dan gangguan
belajar 7
• skor kognitif yang lebih rendah,
perkembagnan motorik yang lebih
buruk 1
• perubahan perkembangan
emosional sosial15
• hilangnya perkembangan kognitif
terkait zat besi otak
Yodium proliferasi neuroseluar, sinaps, dan
formasi dendritik 21
•
skor IQ yang lebih rendah16
• kemampuan kognitif yang lebih
buruk—pengetahuan verbal16
, non-
verbal, dan penalaran abstrak
verbal, persepsi visuo-spasial, dan
fungsi eksekutif 17
• penurunan drastic kemampuan
intelektual17
8/19/2019 jurding 2004
http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 5/6
• kurangnya koordinasi dan
gangguan pendengaran8
Seng • esensial terhadap SSP dan neuron
yang mengandung seng yang
terkonsentrasi di otak depan20
• neurotransmiter yang bergantung
seng pada sistem serabut reticular
hipokampus yang terlibat dalam
memori21
defisit perhatian, belajar, memori, dan
perilaku neuropsikologis
METODE
Artikel ini bertujuan untuk menyajikan sebuah pemutakhiran mengenai efek
intervensi mikronutrien dengan suplementasi atau fortifikasi makanan berpengaruh
terhadap performa kognitif anak berusia 5-15 tahun di Negara-negara berkembang. Anak
pada kelompok usia ini tumbuh dengan cepat, mengalami pra-pubertas, dan perubahan
pubertas. Di samping perubahan fisik dan psikologis, mereka juga mengalami pengaruhemosional, sosial, dan psikologis di sekolah dan rumah. Asupan makanan dapat
terpengaruh di bawah keadaan-keadaan ini, yang berakibat pada keterlambatan
perkembangan fisik dan kognitif, sehingga menghambat anak mencapai potensinya
secara lengkap.
Kriteria seleksi
1. Hanya RCT yang dipilih untuk peninjauan kembali.
2. Kami menyertakan hanya RCT yang meneliti anak berusia 5-15 tahum. Penelitian
yang mengamati anak di luar rentang usia ini dieksklusikan.
3.
Mikronutrien yang digunakan hanya vitamin dan/atau mineral. Penelitian yang
menggunakan komponen makanan lainnya seperti asam lemak esensial atau
makanan fungsional dieksklusikan.
4. Diinklusikan RCT yang meneliti 1 atau lebih indikator perkembangan
(perkembangan psikomotor, performa kognitif, perkembagnan mental, IQ, dan
performa sekolah) sebagai luaran primer atau sekunder mengukur intervensi.
5. Penelitian dengan durasi suplementasi paling sedikit 4 bulan dipilih.
6. Diinklusikan RCT yang dilakukan di daerah negara berkembang, seperti
didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(http://unstats.un.org/unsd/methods, direvisi terakhir pada 20 September 2011).7. Oleh sebab artikel ini merupakan sebuah pemutakhiran peninjauan kembali, hanya
RCT yang dipublikasikan setelah tahun 2000 yang diinklusikan.
Strategi pencarian
Kami mencari judul dan abstrak dari berbagai basis data termasuk PUBMED,
Web of Science, Scopus, Science Direct , EBSCOHOST, dan Cochrane Database of
8/19/2019 jurding 2004
http://slidepdf.com/reader/full/jurding-2004 6/6
Systematic Reviews (CDSR). Google Scholar juga digunakan untuk dokumen yang
bersangkutan berdasarkan kata kunci.
Sebanyak 13 RCT yang memenuhi kriteria inklusi diidentifikasi untuk peninjauan
kembali terkini. Di antaranya, 9 merupakan penelitian tentang makanan yang diperkaya
dengan mikronutrien (“berbasis makanan”) dan 4 merupakan penelitian tentang
suplementasi mikronutrien (“berbasis suplemen”). Sebagian besar dari intervensi
dilakukan di Asia dan masing-masing 1 penelitian di Kenya dan Meksiko.
HASIL
Karakteristik umum penelitian
Sebuah plethora dari mikronutrien dimasukkan dalam kelompok perlakuan,
khususnya untuk intervensi berbasis makanan (Tabel 2). Jenis makanan yang digunakan
sebagai sarana untuk fortifikasi mikronutrien antara lain biskuit, susu, dan minuman.
Pada beberapa penelitian, mikronutrien yang digunakan untuk fortifikasi ditambahkan
secara langsung ke dalam minuman atau makanan yang dimasak, dan disediakan sebagai bagian dari makanan sekolah atau dikonsumsi di rumah selama liburan sekolah.
Intervensi berbasis suplemen terfokus pada membandingkan efek zat besi
dan/atau seng yang diberikan harian atau mingguan dalam 2 penelitian (Tabel 3). Pada 2
penelitian lainnya, mikronutrien multipel disuplementasikan selama kehamilan melalui
kalium dalam 1 kasus dan selama masa kanak untuk 6 bulan pada kasus lainnya. Pada
kedua kasus, performa kognitif anak pada belajar diteliti 7-9 tahun mendatang. Beberapa
penelitian menyajikan informasi dengan proporsi ditambahkannya kebutuhan
mikronutrien yang direkomendasikan seharinya untuk anak berusia 5-15 tahun. Rentang
1/3 hingga 100% dari nilai rekomendasi WHO/FAO atau nilai rekomendasi individual
negara tertentu (misalnya, Thailand, Vietnam, dan Indonesia) digunakan.Sebagian besar dari intervensi digunakan pada komunitas pedesaan dengan status
sosio-ekonomi rendah. Pada keadaan tersebut, prevalensi kecacingan dan gizi kurang
seperti underweight, stunted , dan anemia pada anak masih tinggi. Banyak penelitian yang
melaporkan bahwa anak dengan kecacingan berada pada batas bawah, sedangkan anak
dengan anemia berat (Hb < 8 g/dL) dan malnutrisi (WAZ dan HAZ < -3SD)
dieksklusikan dari keikutsertaan.