jurnal luh putu mahardani wiparnaningrum

8
UJI POTENSIAL BAKTERI SELULOLITIK DARI KUMBANG TINJA (D ung be e tle s ) SEBAGAI BIO- TOILET Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum, Tri  Nurhariyati, dan Drs. Salamun, Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumbang tinja (  Dung beetles) sebagai bio-toilet pada konsentrasi, lama waktu inkubasi, dan kombinasi keduanya terhadap degradasi  feces sapi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan faktorial 4x4 dengan 3 ulangan, yang terdiri dari 4 level konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumbang tinja (  Dung beetles) (0%, 10%, 20%, 30%), serta 4 level waktu inkubasi (1, 2, 3, dan 4 minggu). Variabel yang diukur adalah kadar C-organik dengan metode pengabuan dan nilai Total Suspended Solid  (TSS) dengan metode gravimetric. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANAVA dua arah dan  Brown Forsythe pada taraf 5%. Hasil  penelitian menunjukkan bahwa kons entrasi konsorsium bakteri selulolitik kumbang tinja (  Dung beetles), waktu inkubasi dan kombinasi keduanya berpengaruh terhadap kadar C-organik dan nilai TSS, serta adanya peningkatan jumlah pertumbuhan  bakteri selama waktu inkubasi pada  pemberian konsentrasi konsorsium dibandingkan dengan tanpa pemberian konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik kumang tinja (  Dung beetles ). Hasil  penelitian menunjukkan bahwa  perbandingan konsentrasi konsorsium  berpengaruh dalam menurunkan kadar C- organik, namun tidak berpengaruh terhadap nilai TSS. Lama waktu inkubasi tidak berpengaruh terhadap kadar C- organik, namun berpengaruh menurunkan nilai TSS. Kombinasi keduanya  berpengaruh dalam menurunkan kadar C- organik, namun tidak berpengaruh terhadap nilai TSS. Kata Kunci :  Bakteri selulolitik, dung beetles, bio-toilet, feces  sapi, c-organik, total  suspended solid  ABSTRACT This research was aimed to know determine the influence of consortium of cellulolytic bacteria from the dung beetle as a bio-toilet at a concentration, long time of incubation and combination of both on the cow dung degradation. Experimental design used was a 4x4 factorial design with three replication, which consist of four levels of concentration of consortium of cellulolytic bacteria from the dung  beetle (0%, 10%, 20%, 30%) and four levels of incubation time (1, 2,3, and 4 weeks). Variable measured is the value of C-organic by ash method and TSS (Total Suspended Solid) by gravimetric method. The data obtained were analyzed using the test of two way ANAVA and Brown Forsythe at 5% level. Result showed that the concentration of consortium of cellulolytic bacteria from the dung beetle, incubation time, and combination of both has effect on levels of C-org anic and TS S values, as well as an increase in the amount of bacterial growth during incubation at a concentration of the consortium compared to bacterial growth during incubation at concentration of the consortium compared to no provision of the concentration of cellulolytic bacteria consortium from dung beetle. The result showed that comparison consortium concentration of the cows feces influential for in decrease of the C-organic levels and didn’t influential for the value s of TSS. Long time of incubation of degradation  process in the cow feces didn’t influential for the C-organic levels, but was influential for in decrease the values of

Upload: rusliana-liana

Post on 20-Jul-2015

75 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum

5/17/2018 Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-luh-putu-mahardani-wiparnaningrum 1/8

 

UJI POTENSIAL BAKTERI

SELULOLITIK DARI KUMBANG

TINJA ( Dung beetles) SEBAGAI BIO-

TOILET

Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum, TriNurhariyati, dan Drs. Salamun, Prodi S-1

Biologi, Departemen Biologi, Fakultas

Sains dan Teknologi, Universitas

Airlangga, Surabaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 

mengetahui pengaruh konsentrasi

konsorsium bakteri selulolitik kumbangtinja ( Dung beetles) sebagai bio-toilet pada

konsentrasi, lama waktu inkubasi, dan

kombinasi keduanya terhadap degradasi

 feces sapi. Rancangan percobaan yang

digunakan adalah rancangan faktorial 4x4

dengan 3 ulangan, yang terdiri dari 4 level

konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik 

kumbang tinja ( Dung beetles) (0%, 10%,

20%, 30%), serta 4 level waktu inkubasi

(1, 2, 3, dan 4 minggu). Variabel yang

diukur adalah kadar C-organik dengan

metode pengabuan dan nilai Total

Suspended Solid  (TSS) dengan metode

gravimetric. Data yang diperoleh dianalisis

menggunakan uji ANAVA dua arah dan

 Brown Forsythe pada taraf 5%. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi

konsorsium bakteri selulolitik kumbang

tinja ( Dung beetles), waktu inkubasi dan

kombinasi keduanya berpengaruh terhadap

kadar C-organik dan nilai TSS, sertaadanya peningkatan jumlah pertumbuhan

bakteri selama waktu inkubasi pada

pemberian konsentrasi konsorsium

dibandingkan dengan tanpa pemberian

konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik 

kumang tinja ( Dung beetles). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

perbandingan konsentrasi konsorsium

berpengaruh dalam menurunkan kadar C-

organik, namun tidak berpengaruh

terhadap nilai TSS. Lama waktu inkubasitidak berpengaruh terhadap kadar C-

organik, namun berpengaruh menurunkan

nilai TSS. Kombinasi keduanya

berpengaruh dalam menurunkan kadar C-

organik, namun tidak berpengaruh

terhadap nilai TSS.

Kata Kunci :  Bakteri selulolitik, dung

beetles, bio-toilet, feces

sapi, c-organik, total

suspended solid  

ABSTRACT

This research was aimed to know

determine the influence of consortium of 

cellulolytic bacteria from the dung beetle

as a bio-toilet at a concentration, long time

of incubation and combination of both on

the cow dung degradation. Experimental

design used was a 4x4 factorial design

with three replication, which consist of 

four levels of concentration of consortium

of cellulolytic bacteria from the dung

beetle (0%, 10%, 20%, 30%) and four

levels of incubation time (1, 2,3, and 4

weeks). Variable measured is the value of 

C-organic by ash method and TSS (Total

Suspended Solid) by gravimetric method.The data obtained were analyzed using the

test of two way ANAVA and Brown

Forsythe at 5% level. Result showed that

the concentration of consortium of 

cellulolytic bacteria from the dung beetle,

incubation time, and combination of both

has effect on levels of C-organic and TSS

values, as well as an increase in the

amount of bacterial growth during

incubation at a concentration of the

consortium compared to bacterial growthduring incubation at concentration of the

consortium compared to no provision of 

the concentration of cellulolytic bacteria

consortium from dung beetle. The result

showed that comparison consortium

concentration of the cows feces influential

for in decrease of the C-organic levels and

didn’t influential for the values of TSS.

Long time of incubation of degradation

 process in the cow feces didn’t influential

for the C-organic levels, but wasinfluential for in decrease the values of 

Page 2: Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum

5/17/2018 Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-luh-putu-mahardani-wiparnaningrum 2/8

 

TSS. The combination of both factorials

didn’t influential for in decrease the levels,

but was influential for the values of TSS.

Key word : celluloytic bacteria, dung

beetle, bio-toilet, cow dung, c-organic, total suspended solid  

PENDAHULUAN

Meningkatnya populasi manusia di

Indonesia dan padatnya penduduk 

membuat limbah-limbah sulit untuk 

ditangani sehingga seringkali mencemari

lingkungan yang akan berdampak pada

kesehatan dan terjadi penumpukan limbah

domestik. Limbah domestik yang

menumpuk contohnya limbah kotoran

manusia atau tinja ( feces) (Wendrawan,

2008). Sebagian besar penduduk Indonesia

masih menggunakan pengolahan tinja

rumah tangga setempat (on site system)

yang berupa tangki septik atau Septic tank  

(Sudarno dan Ekawati, 2006). Septic tank  

merupakan tempat penampungan limbah

padat kotoran manusia ( feces) yang akan

cepat penuh bila di dalamnya tidak terjadi

proses penguraian sempurna oleh bakteripengurai. Jumlah bakteri pengurai dalam

septic tank  pada umumnya sangat kurang

dibandingkan dengan kecepatan

penumpukan  feces, sehingga diperlukan

tindakan penambahan bakteri pengurai

secara khusus dari luar(Anonimus, 2009).

Untuk itu perlu dilakukan suatu metode

yang dinamakan bio-toilet.

Bio-toilet merupakan bio activator  

dengan mikroba pengurai limbah organik 

untuk mengatasi sanitasi seperti WC/ septictank yang penuh dan bau tanpa mengalami

pengurasan dengan penyedotan yang

mempunyai manfaat praktis, ekonomis dan

ramah lingkungan (Setiarjo, 2008).

Penggunaan bio-toilet ini bertujuan untuk 

menguraikan komponen unsur C-organik 

dalam substrat  feces menjadi gas CO2 dan

CH4, selain itu juga melarutkan material

tersuspensi organik tak terlarut menjadi

material tersuspensi organik terlarut.

 feces sapi memiliki kandungan22,59% selulosa, 18,32% hemi-selulosa,

10,20% lignin, 34,72% total karbon

organik, 1,26% total nitrogen, 27,56:1

ratio C:N, 0,73% P dan 0,68% K (Lingaiah

dan Rajasekaran, 1986 dalam Faradita,

2008). Kandungan air pada feces sapi yaitu

73-78% (Bondi, 1987). Pada feces manusiamemiliki kandungan air 66-80%, bahan

organik (dari berat kering) 88-97% yang di

mana di dalamnya tekandung serat tidak 

larut yang merupakan sisa sel tanaman dari

aneka sayur-mayur yang dikonsumsi. Serat

tidak larut terdiri dari karbohidrat yang

mengandung selulosa, hemiselulosa, dan

non karbohidrat yang mengandung lignin

(Anonim, 2010). Feces manusia juga

mengandung nitrogen(dari berat kering)

5,0-7,0%, Fosfor (sebagai P2O5) (dari beratkering) 1,0-2,5%, karbon (dari berat

kering) 40-55%, kalsium (sebagai CaO)

(dari berat kering) 4-5%, C/N (dari berat

kering) 5-10% (Gotaas, 1956 dalam

Soeparman, 2002). Enzim selulase tidak 

dimiliki oleh manusia, karena itu manusia

tidak dapat menguraikan selulosa

(Anonim, 2010). Dari kesamaan

komponen serat, kadungan air dan estetika

penelitian antara  feces sapi dan  feces 

manusia, maka penggunaan  feces manusia

dapat dikonversi dengan menggunakan

 feces sapi. Dekomposisi selulosa oleh

bakteri merupakan hasil kerja sekelompok 

enzim selulolitik (Howard, et al.,2003)

yang bekerja secara sinergis.

Bakteri selulolitik adalah bakteri

yang tepat untuk mendegradasi selulosa.

Pemakaian bakteri selulolitik memiliki

banyak keuntungan antara lain yaitu hemat

biaya, tidak menimbulkan pencemaranlingkungan, mudah di temukan. Bakteri

selulolitik biasanya hidup dalam saluran

pencernaan. Hasil isolasi dari saluran

pencernaan kumbang tinja ( Dung beetles)

pada penelitian sebelumnya mendapatkan

bakteri selulolitik yaitu Cellulomonas, 

Pseudomonas, dan Cellvibrio (Mahardani,

2010). Kumbang tinja adalah kumbang

yang menjadikan tinja sebagai makanan

dan atau menggunakannya sebagai tempat

untuk peletakkan telurnya( Anonimus2008b; Hanski dan Cambefor, 1992 ; Resh

Page 3: Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum

5/17/2018 Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-luh-putu-mahardani-wiparnaningrum 3/8

 

dan Carde, 2003). Kumbang tinja dalam

mencerna jenis makanan yang kaya bahan-

bahan karbohidrat kompleks seperti

selulosa di dalam saluran pencernaannya

tentunya membutuhkan suatu jenis enzim

tertentu. Menurut Salle (1973) bahwa padahewan-hewan invertebrata yang

mengkonsumsi tumbuhan atau bagian

tumbuhan khususnya hewan-hewan yang

bersifat herbivora ditemukan bakteri yang

dapat mendegradasi selulosa dalam saluran

pencernaannya. Sehingga kumbang tinja

ini memerlukan bakteri yang bersimbiosis

dalam saluran pencernaan makanannya

untuk saling mendukung keperluan

masing-masing. Komponen  feces sapi

terdapat selulosa, maka diharapkan isolatbakteri selulolitik ini dapat mendegradasi

 feces sapi secara optimal.

Degradasi anaerob adalah

rangkaian proses dimana mikroorganisme

menguraikan material yang bersifat

biodegradable ( bisa teruraikan) dalam

kondisi tanpa oksigen. Terdapat empat

proses utama dalam degradasi anaerob

yaitu proses hirdolisis, proses asidogenik,

proses asetogenik dan proses

metanogenesa(Chaerul dan Laksana,

2009). Faktor biotik yang mempengaruhi

proses degradasi meliputi konsentrasi

inokulum dan jenis mikroba yang

digunakan. Sedangkan faktor abiotik 

meliputi rasio C:N, Ukuran partikel,

aerasi, Porositas, Kelembaban, temperatur

atau suhu, pH, kandungan hara, kandungan

bahan berbahaya, lama waktu degradasi

(Siregar, 2005 dalam Yustanti, 2009).

Ada beberapa cara untuk mengetahui laju degradasi bahan organik,

antara lain: (1) menghitung CO2 yang

dibebaskan atau O2 yang digunakan, (2)

menghitung penurunan bahan organik atau

berat yang hilang, (3) mengamati

penurunan kandungan senyawa tertentu

antara lain selulosa (Alexander dalam 

Yustanti, 2009). Dengan demikian

dipandang perlu untuk melakukan

penelitian guna mengetahui peranan dan

potensi suatu konsorsium bakteriselulolitik dari kumbang tinja dalam

mendegradasi feces sapi sebagai agen bio-

toilet.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan diLaboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Airlangga

untuk persiapan dan pembuatan stater

konsorsium bakteri, di ruang Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Sains dan

Teknologi untuk tempat inkubasi dan di

Laboratorium Tanah Pusat Penelitian Gula

PT. Perkebunan Nusantara X, Kediri untuk 

analisa kadar C-organik dan nilai Total

Suspended Solid  (TSS). Waktu penelitian

dilaksanakan selama 5 bulan. Penelitian inimerupakan penelitian eksperimental

laboratoris dengan rancangan faktorial

4x4. Perlakuan yang terdiri dari 2 faktor.

Faktor pertama (M) adalah waktu inkubasi

yang terdiri dari 4 taraf, yaitu inkubasi 1,

2, 3, dan 4 minggu. Faktor kedua (K)

adalah konsentrasi konsorsium bakteri

yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0%, 10%,

20%, 30% sehingga ada 16 kombinasi

perlakuan. Pada setiap perlakuan

dilakukan 3 kali ulangan.Prosedur penelitian terdiri dari

beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :

1.  Tahap peremajaan dan perbanyakan

isolat murni Masing-masing isolat murni bakteri

selulolitik yang terdiri atas Cellulomonas

sp., Cellvibrio dan Pseudomonas sp. 

ditanam secara aseptik ke beberapa tabung

reaksi yang berisi media  Nutrient Agar  

(NA) miring, kemudian diinkubasi pada

suhu ruang selama 24 jam. Isolat bakteri

selulolitik tersebut lalu diinokulasikan

dengan menggunakan jarum ose secara

aseptik ke dalam masing-masing botol

kultur 500 mL yang telah berisi 100 mL

media Nutrient Broth (NB). Starter bakteri

ini diinkubasikan dengan menggunakan

shaker  (reciprocal shaking incubator )

dengan agitasi 120 rpm selama 24 jam

pada suhu ruangan.

Page 4: Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum

5/17/2018 Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-luh-putu-mahardani-wiparnaningrum 4/8

 

2.  Tahap pembuatan starter

konsorsium bakteri selulolitik dan

pengukuran Optical Density (OD)

Nilai Optical Density (OD)

masing-masing starter bakteri selulolitik 

yang telah diperbanyak diukur terlebihdulu pada panjang gelombang 540 nm

hingga didapatkan nilai absorbansi

suspensi 0,5 selanjutnya, dilakukan

penghitungan jumlah sel bakteri

menggunakan metode Total Plate Count  

(TPC) setelah diinkubasi selama 24 jam

pada suhu ruang. Pada starter tiap bakteri

diambil masing-masing 75 mL dituang ke

dalam 2700 mL media NB sehingga

didapatkan starter konsorsium bakteri

selulolitik sebanyak 3000 mL, kemudianstarter konsorsium bakteri tersebut

diinkubasi menggunakan shaker  

(reciprocal shaking incubator ) dengan

agitasi 120 rpm selama 24 jam.

Konsorsium bakteri tersebut selanjutnya,

diukur nilai absorbansinya pada panjang

gelombang 540 nm setelah itu dilakukan

penghitungan jumlah sel bakteri

menggunakan metode TPC, kemudian

diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam.

Konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik 

yang digunakan adalah sebesar 10%

dengan total substrat tinja sapi sebanyak 

400 gr/mL.

3.  Preparasi feces sapi

Sampel  feces sapi yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 24 kg.

Sampel feces sapi ditimbang sebanyak 500

g untuk dimasukkan ke dalam masing-

masing reaktor pada setiap perlakuan.Setelah itu, diencerkan dengan 500 mL

aquades steril dan homogenkan dengan

mengaduknya hingga merata.

4.  Tahap pemberian starter konsorsium

bakteri substrat

Pemberian stater konsorsium

bakteri pada setiap sampel perlakuan

menggunakan konsentrasi 0% (kontrol),

10%, 20%, 30% dari 500 g berat sampel

tinja sapi yang digunakan. Pada perlakuansampel dengan konsentrasi konsorsium

10% diberikan 50 mL stater konsorsium.

Perlakuan sampel dengan konsentrasi

konsorsium 20% diberikan 100 mL starter

konsorsium bakteri. Sedangkan, perlakuan

sampel dengan konsentrasi konsorsium

30% diberikan 150 mL starter konsorsium. 

Setiap perlakuan pada sampel feces 

sapi dilakukan tiga kali pengulangan

dengan kombinasi setiap waktu inkubasi

(1, 2, 3, dan 4 minggu). Setelah itu

diinkubasi selama 28 hari pada masing-

masing reaktor dan menganalisis kadar C-

organik, nilai Total Suspended Solid  

(TSS), dan Total Plate Count  (TPC) tiap

minggu yang ditentukan. Perhitungan nilaiC-organik, Total Solid Suspended  (TSS),

Total Plate Count  (TPC) pada perlakuan

dengan konsentrasi 0% (kontrol) dilakukan

pada saat sebelum diinkubasi sebagai nilai

kontrol awal.

5.  Penentuan kadar C-organik

-  Memasukkan cawan porselen ke dalam

oven, tunggu hingga kering

-  Menimbang cawan porselen lalu catat

beratnya (A)-  Memasukkan sampel 1 g pada cawan

porselen lalu catat beratnya (B)

-  Memasukkan cawan ke dalam oven

selama ≥4 jam pada suhu 105oC

-  Mendinginkan cawan dalam desikator

selama ± 15 menit

-  Menimbang cawan lalu catat beratnya

(C)

-  Memasukkan cawan ke dalam  furnace 

selama 4 jam pada suhu 600oC

-  Mendinginkan cawan dalam desikatorselama ± 15 menit

-  Menimbang cawan lalu catat beratnya

(D)

6.  Penentuan nilai Total Suspended 

Solid (TSS)

- Memanaskan filter kertas di dalam

oven pada suhu ± 105°C selama 1 jam

lalu didinginkan dalam desikator

selama 15 menit dan kemudian

ditimbang dengan cepat.

Page 5: Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum

5/17/2018 Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-luh-putu-mahardani-wiparnaningrum 5/8

 

- Sampel yang sudah dikocok merata

diambil sebanyak 100 g/mL kemudian

disaring hingga kering menggunakan

kertas filter.

- Kertas filter diambil lalu dimasukkan

dalam oven untuk dipanas keringkanpada suhu 105°C selama 1 jam

kemudian didinginkan dalam

desikator selama 15 menit dan

ditimbang dengan cepat.

7. Uji TPC (Total Plate Count)

Untuk menghitung nilai TPC (Total

Plate Count ) (CFU/ml) pada sampel

kontrol dan sampel perlakuan dengan

waktu inkubasi yang sudah dilakukan seri

pengenceran dengan cara sebagai berikut :1.  Mengambil 10 mL sampel dan

mencampur dengan 90 mL air

fisiologis (10-1

) dan

homogenkan

2.  Setelah itu, mengambil 1 mL

dari seri pengenceran 10-1

ke

dalam tabung reaksi yang berisi

9 mL air fisiologis (10-2

) dan

homogenkan. Selanjutnya,

melakukan hal yang samasampai seri pengenceran

tertentu.

3.  Memasukkan 1 mL sampel dari

3 seri pengenceran terakhir ke

dalam masing-masing cawan

petri.

4.  Menambahkan media CMC

(Carboxy Methyl Cellulose)

sebanyak 15 mL untuk di  pour  plate, kemudian homogenkan

dengan cara memutar-mutar

cawan seperti angka delapan.

5.  Menginkunbasi dengan

inkubator pada suhu 37°C

selama 24 jam

6.  Menghitung jumlah koloni

bakteri menggunakan Colony

Counter  dengan persyaratan

 jumlah koloni bakteri yang

tumbuh 30-300 koloni/cawan.

8. Analisis Data

Data yang didapat dari penelitian ini

adalah kadar C-organik (%), nilai TotalSuspended Solid  (mg/L) dan jumlah sel

bakteri (CFU/mL). Data yang berupa nilai

TPC (Total Plate Count ) dianalisis secara

deskriptif sebagai data sekunder. Data nilai

TPC merupakan jumlah koloni bakteri/mL

(CFU/mL) yang didapatkan dari hasil

perkalian jumlah koloni yang tampak 

dengan 1/faktor pengenceran.

Data kadar C-organik dan nilai Total

Suspended Solid  (TSS) dianalisis secara

statistik menggunakan Two Way Analysisof Varians (ANAVA) dan Brown Forsythe 

(derajat signifikasi 5%, α = 0,05). Uji

ANAVA dilakukan atas dasar asumsi

bahwa data berdistribusi normal yang

dapat diuji dengan One sample

Kolmogorov-Smirnov dan varians data

homogen yang dapat diuji dengan Test of 

 Homogeneity of Variances. Jika p<0,05

(ada beda nyata) pada uji ANAVA, maka

analisis dilajutkan dengan uji  Duncan. Uji

 Brown Forsythe dilakukan atas dasarasumsi bahwa data berdistirbusi normal

dan varians data tidak homogen. Jika

p<0,05 (ada beda nyata) pada uji  Brown

Forsythe maka analisis dilanjutkan dengan

uji Games-Howell. Cara pengambilan

keputusan data dari uji ANAVA dan

 Brown Forsythe adalah :

Jika diperoleh p>α maka H0 diterima

dan H1 ditolak 

Jika diperoleh p<α maka H0

ditolak dan

H1 diterima

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh konsentrasi konsorsium

bakteri selulolitik kumang tinja

Pengatuh perbandingan konsentrasi

konsorsium pada proses degradasi  feces 

sapi dapat diketahui dari penurunan kadar

C-organik dan nilai TSS. Data tersebut

dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 berikut.

Page 6: Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum

5/17/2018 Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-luh-putu-mahardani-wiparnaningrum 6/8

 

 

Gambar 1. Diagram pengaruh

perbandingan konsentrasi konsorsium

bakteri selulolitik terhadap kadar C-

organik 

Gambar 2. Diagram pengaruh

perbandingan konsentrasi konsorsium

bakteri selulolitik terhadap nilai TSS

Berdasarkan analisis statistik, konsorsium

bakteri selulolitik berpengaruh terhadap

kadar C-organik. Pada gambar 1 dapat

dilihat pola diagram batang yang

menunjukkan penurunan kadar C-organik 

dari konsentrasi konsorsium 0% hingga

konsentrasi konsorsium 30%. Kadar C-

organik yang terendah pada konsentrasi

konsorsium 30% sebesar 4,28%/ 

Sementara itu, nilai Totalsuspended solid  (TSS) setelah diuji

statistic menunjukkan bahwa perbandingan

konsentrasi konsorium tidak berpengaruh

terhadap nilai TSS. Pada gambar 2 dapat

dilihat pola diagram batang yang

menunjukkan penurunan nilai TSS, namun

penurunan tersebut tidak beda nyata. Hasil

rata-rata nilai TSS yang terendah terdapat

pada konsentrasi 30% sebesar 4,2 mg/L.

Pengaruh lama waktu inkubasi Pengaruh lama waktu inkubasi

pada proses degradasi  feces sapi dapat

diketahui dari penurunan kadar C-organik 

dan nilai TSS pada gambar 3 dan 4

berikut.

Gambar 3. Diagram pengaruh lama waktuinkubasi terhadap kadar C-organik 

Gambar 4. Diagram pengaruh lama waktu

inkubasi terhadap nilai TSS

Berdasarkan analisis statisitik,

lama waktu inkubasi degradasi  feces sapi

tidak berpengaruh terhadap kadar C-

organik. Pada gamabr 3 terlihat pola

diagram batang yang menurun namun

tidak beda nyata. Kadar C-organik 

terendah sebesar 4,77 % dengan lamawaktu inkubasi selama 3 minggu.

Sementara itu, lama waktu inkubasi

degradasi  feces sapi berpengaruh terhadap

nilai TSS. Pada gambar 4 terlihat pola

diagram batang menurun signifikan. Nilai

TSS terendah sebesar 3,84 mg/L dengan

lama waktu inkubasi selama 4 minggu.

Pola penurunan TSS tersebut dikarenakan

pertumbuhan bakteri yang masih

meningkat dan masih aktif membelah

karena nutrisi dalam substrat masihmemenuhi bakteri untuk tumbuh sehingga

Page 7: Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum

5/17/2018 Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-luh-putu-mahardani-wiparnaningrum 7/8

 

menyebabkan nilai TSS atau residu

menurun oleh proses degradasi bakteri

selulolitik tersebut. Seperti yang

dikemukakan oleh Judoamidjojo dkk.,

(1989), bahwa tersedianya nutrien

merupakan faktor tumbuh yang perludiperhatikan sebagai sumber karbon,

nitrogen, energi dan faktor pertumbuhan

(vitamin dan mineral) untuk menopang

pertumbuhan bakteri.

Pengaruh kombinasi antara konsentrasi

konsorsium bakteri selulolitik kumbang

tinja ( Dung beetles) dan lama waktu

inkubasi terhadap kadar C-organik dan

nilai TSS (Total suspended solid )

Pengaruh kombinasi antaraperbandingan konsentrasi konsrosium

bakteri selulolitik dan lama waktu inkubasi

proses degradasi feces sapi dapat diketahui

dari penurunan kadar C-organik dan nilai

TSS pada gambar 6 dan 7 berikut.

Gambar 6. Diagram pengaruh lama waktu

inkubasi terhadap kadar C-organik 

Gambar 7. Diagram pengaruh lama waktu

inkubasi terhadap nilai TSS

Berdasarkan analisis statistik,kombinasi antara pengaruh konsentrasi

konsorsium bakteri selulolitik dengan lama

waktu inkubasi berpengaruh terhadap

kadar C-organik. Pada Gambar 6 di atas

kadar C-organik terendah terdapat pada

kombinasi konsentrasi konsorsium 20%

dengan lama waktu inkubasi selama 4minggu diperoleh nilai rata-rata kadar C-

organik sebesar 3,89%. Kadar C-organik 

tertinggi terdapat pada konsentrasi

konsorsium bakteri selulolitik 0% dengan

lama waktu inkubasi selama 2 minggu

diperoleh rata-rata kadar C-organik 

sebesar 6,56%.

Sementara itu, kombinasi antara

pengaruh konsentrasi konsorsium bakteri

selulolitik dengan lama waktu inkubasi

tidak berpengaruh terhadap nilai TSS.Pada gambar di atas terlihat kombinasi

pada konsentrasi konsorsium 20% dengan

lama waktu inkubasi selama 2 minggu

memiliki nilai TSS terendah diperoleh

nilai rata-rata sebesar 3,38 mg/L. Nilai

TSS tertinggi terdapat pada kombinasi

konsentrasi konsorsium 30% dengan lama

waktu inkubasi selama 4 minggu diperoleh

nilai rata-rata sebesar 4,85 mg/L.

Jumlah koloni bakteri selulolitik

kumbang tinja ( Dung beetles) selama

proses degradasi

Jumlah koloni bakteri selulolitik 

kumbang tinja dati uji TPC, dapat dilihat

pada gambar 8 berikut.

Gambar 8. Grafik Total Plate Count 

(TPC) jumlah sel bakteri (CFU/mL)

Pada gambar 8. tampak bahwa perlakuan

dengan konsentrasi konsorsium bakteriselulolitik kumbang tinja ( Dung beetles)

Page 8: Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum

5/17/2018 Jurnal Luh Putu Mahardani Wiparnaningrum - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-luh-putu-mahardani-wiparnaningrum 8/8

 

dan waktu inkubasi tertentu menunjukkan

respon yang berbeda untuk tiap perlakuan.

Rata-rata log TPC tertinggi dari semua

perlakuan terdapat pada konsentrasi 10%

dengan lama waktu inkubasi 4 minggu,

yaitu sebesar 9,91 CFU/mL. Sedangkan,rata-rata log TPC terendah dari semua

perlakuan terdapat pada konsentrasi 10%

dengan lama waktu inkubasi 1 minggu,

yaitu sebesar 5,91 CFU/mL. pada

penelitian ini terdapat 2 fase yaitu fase

eksponesial dan fase stasioner.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perbandingan konsentrasi

konsorsium bakteri selulolitik tidak 

berpengaruh dalam menurunkan kadar C-organik, namun berpengaruh dalam

menurunkan nilai TSS. Lama waktu

inkubasi berpengaruh dalam menurunkan

kadar C-organik, namun tidak berpengaruh

dalam menurunkan nilai TSS. Kombinasi

keduanya berpengaruh dalam menurunkan

kadar C-organik namun tidak berpengaruh

dalam menurunkan nilai TSS.

Dari hasil penelitian ini maka

diharapkan adanya penelitian lebih lanjut

untuk membandingkan dengan produk bio-

toilet yang sudah dipasarkan, sehingga

penggunaan konsorsium pada penelitian

ini dapat diaplikasikan sebagai formula

bio-toilet.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan S.S Santika. 1987.  Metoda

Penelitian Air . Penerbit Usaha

Nasional. Surabaya. Halaman 141-

143.

Borror,Dj., Triplehorn, C.A., Johnson.

1989. Pengenalan Serangga.

Terjemahan oleh Mukayat

Djarubito. 1992. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Cambefort I. 1991. From saprophagy to

coprophagy. In: Hanski I,

Cambefort Y, editor.  Dung Beetle

 Ecology. Princeton University

Press, pp. 23 – 35.

Darmosuwito, S.,Dkk.,.1990. Optimasi

dan Pengomosan. Laporan

Penelitian pengembangan

 Inokulum untuk Kompos. PAU

Bioteknologi UGM : Yogyakarta

Fessenden, R.J,.Fessenden, J.S,.1986.

Kimia Organik. Edisi ketiga.

Erlangga : Jakarta

Hanski, I. and Y. Cambefort (eds.). 1991.

 Dung Beetle Ecology. Princeton:

Princeton University Press.

Isroi. 2008. Karakteristik Lignoselulosa

Sebagai Bahan Baku Bioetanol,

bagian2.http://images.google.co.id/ imgres?imgurl=http://isroi.files.wor

dpress.com/2008/05/lignoselulosa0

03d/. diakses 4 Desember 2010.