kajian sosio-historis terhadap pengaruh asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan...

35
i Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap Gaya Kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia di Israel Selatan Oleh Eleksio Petrich Pattiasina 71 2011 043 Tugas Akhir Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 2015

Upload: others

Post on 28-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

i

Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap Gaya

Kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia di Israel Selatan

Oleh

Eleksio Petrich Pattiasina

71 2011 043

Tugas Akhir

Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi

Guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga,

2015

Page 2: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

ii

Page 3: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

iii

Page 4: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

iv

Page 5: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

v

Kata Pengantar

“Leadership is the capacity to translate vision into reality.”

Warren Bennis

Pernyataan Warren Bennis dengan jelas menunjukkan bahwa kepemimpinan

merupakan kapasitas untuk merealisasikan visi ke dalam kenyataan. Kepemimpinan tidaklah

identik dengan jabatan saja, lebih daripada itu sosok kepemimpinan seyogiannya dapat

menginsirasi, memberi ruang kepada orang lain untuk berkembang dan bertumbuh secara

holistik. Penulis mengkaji kepemimpinan dalam konstalasi dunia perjanjian lama, khususnya

perpolitikan maupun yang berdampak pada kehidupan sosial saat itu. Penulis mengkaji

sebuah bangsa adidaya yang mengambil alih bangsa lain sehingga akan mempengaruhi

struktur sosial, bahkan gaya kepemimpinan dari raja-raja saat itu. Berkaitan dengan hal

tersebut, penulis akan merekonstruksi dari segi sosio-historis akibat dari pengaruh bangsa

Asiria terhadap gaya kepemimpinan raja-raja Yehuda (Hizkia, Manasye dan Yosia). Dunia

perjanjian lama menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan aspek sangat penting yang

membawa perubahan dalam kehidupan sosial. Penulis meyakini bahwa tema kepemimpinan

sangatlah relevan pada dunia saat ini dan akan datang.

Atas rampungnya tulisan ini, penulis haturkan ucapan syukur kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa. Oleh karena tuntunannya, tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Juga

penulis menyadari bahwa dukungan dari berbagai pihak membantu proses penulisan ini.

Pertama-pertama kepada orang tua dan keluarga yang telah mengorbankan banyak hal bagi

penulis, mulai dari awal perkuliahan sampai saat ini, penulis menghaturkan rasa terima kasih

dan hormat. Kemudian, penulis ungkapkan rasa terima kasih dan kagum kepada Ivana

Gabriela yang telah memberikan support selama ini dan memberikan pelajaran berharga

sepanjang proses perkuliahan sampai saat ini. Ungkapan terima kasih penulis kepada Ibu Pdt

Dr. Retnowati dan Ibu Ira Mangililo, Ph.D yang telah membimbing penulis sampai akhirnya

dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik, penulis banyak belajar dari proses bimbingan

yang dilakukan. Bagi Bapak Pdt. Yusak Setyawan, Ph.D dan Bapak Gusti Menoh, M.Hum

selaku reviewer tugas akhir ini. Dengan masukan dan kritik yang membangun bagi penulis

untuk terus belajar melakukan yang terbaik dalam segala hal. Penulis mengucapkan ungkapan

terima kasih kepada Fakultas Teologi UKSW yang selama ini memberi pencerahan kepada

penulis, juga bagi angkatan 2011 ungkapan terima kasih penulis ucapkan, karena telah belajar

bersama-sama dalam proses menjadi teolog-teolog muda masa depan.

Page 6: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

vi

Semoga tulisan ini dapat berguna bagi mereka yang membacanya. Kritik maupun

saran sangatlah diharapkan oleh penulis untuk memberikan kualitas yang lebih baik dalam

penulisan. Tuhan kiranya memberkati kita.

Salatiga, 1 Oktober 2015

Eleksio Petrich Pattiasina

Page 7: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

vii

Daftar Isi Cover ................................................................................................................................. i Lembar Pengesahan ......................................................................................................... ii Pernyataan Tidak Plagiat ................................................................................................ iii Persetujuan Akses ........................................................................................................... iv Kata Pengantar ..................................................................................................................v Daftar Isi ........................................................................................................................ vii Abstrak .......................................................................................................................... viii 1. Pendahuluan ................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ...........................................................2 1.3 Manfaat Penelitian ...............................................................................................2 1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian .............................................3 1.5 Sistematika Penulisan ..........................................................................................3

2. Landasan Teori............................................................................................................3 2.1 Kepemimpinan dalam Arti Luas .........................................................................3 2.2 Kepemimpinan dalam Dunia Israel Kuno ...........................................................4 2.3 Konsep-konsep Kepemimpinan ..........................................................................4

2.3.1 Kepemimpinan Transformatif .................................................................5 2.3.2 Kepemimpinan Transaksional .................................................................5 2.3.3 Kepemimpinan Kharismatik ....................................................................6 2.3.4 Kepemimpinan Tradisional .....................................................................7

2.4 Teori Core Periphery sebagai Kajian Kekuasaan Dunia Israel Kuno ...............8 2.5 Teori Sumber DH dalam Bingkai Kekuasaan Israel .........................................10

3. Kajian Sosio-Historis Kepemimpinan ......................................................................12 3.1 Tinjauan Konsep Kepemimpinan dalam Budaya Perjanjian Lama ...................12 3.2 Perkembangan Kekuasaan Kerajaan Israel .......................................................13 3.3 Pengaruh Asiria terhadap Gaya Kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia ..15 3.4 Kekuasaan Raja Hizkia Menghadapi Gempuran Asiria ....................................17 3.5 Pergolakan Kepemimpinan Raja Manasye ........................................................19 3.6 Reformasi Kepemimpinan Raja Yosia ..............................................................20

4. Relevansi Gaya Kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia bagi Dunia Masa Kini ...............................................................................................22 4.1 Kepemimpinan Kristen Masa Kini ....................................................................23

5. Penutup .....................................................................................................................24 6. Daftar Pustaka ...........................................................................................................26

Page 8: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

viii

Abstrak

Dunia perjanjian lama tidak bisa lepas dari adanya suatu bangsa berkuasa yang dapat mempengaruhi sebuah bangsa atau wilayah menjadi bangsa taklukan. Tulisan ini membahas kekuasaan Asiria yang mempengaruhi gaya kepemimpinan raja Israel Selatan saat itu, yakni Hizkia, Manasye dan Yosia. Kisah sejarah yang penuh dengan intrik mengenai jatuh bangunnya Israel Selatan yang sangat berbau politik, dan berpengaruh pada kebijakan yang diturunkan.Entah itu Israel Selatan harus melawan kepada bangsa adidaya dalam hal ini Asiria atau tunduk kepadanya. Dengan menggunakan pendekatan Sosio-Historis juga memakai pendekatan teori core and periphery (pusat dan pinggiran) akibat dari imperialisme besar-besaran yang terjadi saat itu kepada Israel Selatan yang termasuk sebagai bangsa pinggiran, sedangkan bangsa Asiria sebagai bangsa pusat yang memainkan peranan kunci dalam perpolitikkan saat itu.Dengan menggunakan konsep-konsep kepemimpinan sebagai analisa kritis terhadap gaya kepemimpinan ketiga raja tersebut. Prinsip kepemimpinan tersebut menjadi dasar bagi pembaca untuk menghadapi tantangan zaman yang begitu kuat yang pada akhirnya dipahami bahwa kepemimpinan merupakan suatu seni yang harus terus menerus diperbaharui sesuai dengan situasi dan konteks yang ada.Dengan menggunakan strategi-strategi yang baik untuk kemajuan suatu kelompok maupun organisasi dalam masyarakat.

Kata Kunci : Kekuasaan Asiria, Gaya Kepemimpinan, Raja-raja Israel Selatan

Page 9: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 1 -

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Pemerintahan dan kerajaan sebenarnya tidak bisa lepas dari yang namanya pemimpin

seperti halnya pemimpin provinsi seperti gubernur, pemimpin negara yakni presiden, dan

berbagai kedudukan kepemimpinan lainnya. Hal ini merupakan sesuatu yang mutlak karena

pemimpin merupakan sosok yang menjadi panutan dan harus memberi tempat bagi orang lain

untuk selalu bertumbuh dan berkembang sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya.

Pemimpin harus memprioritaskan kepentingan orang banyak, bukan semata-mata

kepentingan pribadi atau golongan. Meskipun dalam setiap masa pasti ada tantangan dan

hambatan yang mempengaruhi seorang pemimpin, baik pengaruh dari dalam (kelompok atau

organisasi) maupun dari luar (kekuasaan). Lebih daripada itu kepemimpinan merupakan

suatu seni yang harus dimiliki oleh seseorang dalam upaya untuk menggerakan orang lain

(individu maupun kelompok) untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Secara spesifik yang

akan dibahas lebih lanjut adalah kepemimpinan dari dunia timur dekat kuno, yakni bangsa

Yehuda dengan pergolakan politik, ekonomi maupun budaya menghadapi bangsa di

sekitarnya.

Tulisan ini membahas mengenai jatuh bangunnya kekuasaan Yehuda menghadapi

bangsa adidaya Asiria. Coote mengatakan bahwa runtuhnya kerajaan Israel Utara di tangan

Asiria tersebut menyebabkan Yehuda di Selatan tidak bebas sepenuhnya. Asiria masih terus

membayangi kerajaan Yehuda dengan sangat ketat.1 Hal menarik yang dapat dilihat dari

relasi tersebut adalah bagaimana reaksi raja-raja Israel Selatan ketika mereka menjalankan

kepemimpinan yang dibayang-bayangi oleh kekuasaan imperialisme Asiria tersebut.

Imperialisme merupakan suatu kebijakan dimana suatu negara besar dapat memegang kendali

atas daerah lain agar daerah itu dapat dipelihara atau berkembang. Dalam tulisan ini

memaparkan mengenai kekuasaan pasca raja Salomo, terutama pada ketiga raja tersebut

(Hizkia, Manasye dan Yosia). Pengaruh kekuasaan Asiria tersebut berimbas sangat jelas di

dalam gaya kepemimpinan raja-raja yang berkuasa pada masa pasca Salomo. Fokus utama

yang dikritisi ialah bagaimana pelaksanaan kepemimpinan ketika Asiria membayangi Yehuda

secara ketat. Tulisan ini dibatasi pada tiga raja, yaitu Hizkia, Manasye dan Yosia karena pada

masa mereka Asiria dalam puncak kekuasaan dan juga saat itu kekuasaan Asiria mulai

1 Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik; Kedaulatan Dinasti Daud atas Wilayah Kesukuan Israel (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2014), 1.

Page 10: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 2 -

melemah. Kerajaan Israel saat itu ibarat orang yang berusaha menghindari permasalahan dan

tergesa-gesa dalam menyikapi keadaan sekitarnya. Hal ini menjadi sesuatu yang penting

karena dalam sejarahnya banyak sekali muncul pandangan-pandangan yang mempengaruhi

cara orang Israel melihat diri mereka yang tercatat di dalam kitab-kitab Deuteronomy History

(DH) Yosua sampai 2 Raja-Raja. Dengan melihat keadaan tersebut, maka dapat terlihat

bahwa pengaruh kekuasaan Asiria mengakibatkan ketiga raja tersebut harus berinteraksi

dengan kekuasaan Asiria. Hal ini akan nyata di dalam setiap kebijakan yang mereka ambil.

Entah itu kebijakan yang menolak atau melawan,kebijakan dimana Israel menjadi bangsa

taklukan yang patuh, tetapi juga pada akhirnya mereka menjadi bangsa taklukan yang

berangsur-angsur terbebas dan melihat kesempatan (kekosongan) itu sebagai ajang untuk

memperbaiki keadaan yang hancur.

1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Dua rumusan masalah yang diangkat dalam tulisan ini, yaitu: Pertama, Bagaimana

pengaruh kekuasaan Asiria terhadap gaya kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia ditinjau

dari konteks sosio-historisnya?Kedua, Bagaimana gaya Kepemimpinan Hizkia, Manasye dan

Yosia berdampak terhadap pola kepemimpinan masa kini dengan kehidupan pembaca dalam

konteks Indonesia?

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah: Pertama, menjelaskan dan melakukan

tinjauan kritis pengaruh kekuasaan Asiria terhadap gaya kepemimpinan Hizkia, Manasye

danYosia ditinjau dari konteks sosio-historisnya.Kedua, Melakukan tinjauan kritis terhadap

gaya kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia serta dampaknya pada kepemimpinan masa

kini, terkhusus dalam konteks Indonesia.

1.3 Manfaat Penelitian Secara teoritis kajian sosio historis ini dapat menjadi sumbangan terhadap

pemahaman yang lebih kompleks dan mendalam kepada mahasiswa/i teologi di Indonesia

mengenai pengaruh Asiria terhadap gaya kepemimpinan dari raja-raja di Israel Selatan,

khususnya Hizkia, Manasye dan Yosia. Juga Menjadi bahan referensi dalam bidang

Perjanjian Lama, yakni sebagai suatu acuan terhadap pemahaman mendasar dan mendalam

yang terkait dengan studi kepemimpinan.Secara praktis kajian sosio historis ini menjadi

acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas

kepemimpinannya ditinjau dari gaya kepemimpinan Perjanjian Lama yang relevan

digunakan saat ini sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang beradab (civil society).

Page 11: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 3 -

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian Metode penelitian menggunakan metode hermeneutik dengan pendekatan sosio-

historis. Dalam hal ini pendekatan sosio-historis digunakan untuk dapat melihat dan

menganalisis keadaan sosial ekonomi, sosial politik, sosial budaya yang ada pada saat itu

dan khususnya berhubungan dengan situasi di Israel Selatan saat itu yang berhubungan

dengan bangsa Asiria. Metode Hermeneutik dengan pendekatan sosio-historis ini berguna

untuk menganalisis latar belakang sejarah dan situasi sosial yang terjadi pada masa

tertentu, khususnya pada masa Perjanjian lama dengan lebih kritis dan mendalam.2

Teknik pengumpulan data dilakukan dari penelusuran dan pengkajian terhadap bahan-

bahan pustaka yang menjadi sumber data.3 Sumber data tersebut berupa literatur yang

berhubungan dengan penulisan ini sehingga penulis menggunakan metode studi

kepustakaan, kemudian penulis mengolah data dengan mengidentifikasi, mengkritisi dan

menganalisa berdasarkan sumber pustaka yang relevan. Hasil pengolahan data maupun

analisa diharapkan dapat menjawab masalah yang diteliti.

1.5 Sistematika Penulisan Penulis membagi sistematika penulisan penelitian ini dalam lima bagian. Pada

bagian pertama berisikan pendahuluan. Bagian kedua memuat Landasan Teori yang

menjelaskan konsep kepemimpinan, teori Core Periphery, dan teori sumber DH. Bagian

ketiga memuat pembahasan serta analisa sosio-historis pengaruh Asiria terhadap gaya

kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia. Bagian keempat berisi mengenai Relevansi

gaya kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia bagi kepemimpinan masa kini. Terakhir

bagian kelima akan memuat penutup tulisan ini.

2. Landasan Teori

2.1 Kepemimpinan dalam Arti Luas Kepemimpinan dilihat dari akar katanya, yakni pimpin dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa pemimpin merupakan suatu keadaan dalam mengepalai

suatu perkumpulan/organisasi, menuntun, memandu dan melatih orang yang dipimpinnya.

Dari kepemimpinan tersebut lahirlah gaya kepemimpinan masing-masing orang. Setiap

pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan masing-masing, serta keunikan yang tidak

dimiliki oleh pemimpin lain. Untuk itu tidak ada gaya kepemimpinan yang benar-benar ideal,

2 Norman K Gottwald, Sociological Method in The Study of Acient Israel (New York: Orbis Books, 1983), 27. 3 H. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Madah Univeristy Press, 1983), 79.

Page 12: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 4 -

setiap gaya kepemimpinan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka,

setiap pemimpin perlu untuk mengembangkan diri dan kemampuan untuk mengetahui

konteks dan kondisi yang dialami oleh kelompok yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan

juga dapat dipengaruhi oleh konteks sosial, ekonomi, politik maupun budaya di sekitarnya.

Dengan demikian perlu adanya visi dari suatu kelompok atau organisasi, agar dalam

menjalankan kepemimpinannya dapat berjalan bersama-sama dengan orang yang dipimpin.

Kadarman mendefinisikan kepemimpinan sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan

mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai kelompok.4 Menurut Chung dan Megginson kepemimpinan didefinisikan sebagai

kesanggupan mempengaruhi perilaku orang lain dalam suatu arah tertentu.5 Dari definisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan

mengarahkan orang lain untuk tercapainya suatu tujuan tertentu.

2.2 Kepemimpinan dalam Dunia Israel Kuno Di dalam dunia Israel kuno ketika raja menjadi seorang pemimpin kepada umatnya, ia

menjadi tokoh sentral dan menjadi panutan bangsanya. Dalam hal ini Raja Yehuda di Selatan,

yakni Hizkia, Manasye dan Yosia yang menjadi obyek dalam penelitian ini sebagai sosok

pemimpin ketika kerajaan mereka mendapatkan perlawanan dari Asiria ataupun secara

langsung, kerajaan Yehuda di Selatan ditindas oleh Asiria, saat-saat tersebutlah sosok

pemimpin ditentukan. Retnowati menyatakan bahwa, “Banyak orang menjadi pemimpin

tetapi tidak semua orang dapat menjadi leader karena leader membutuhkan komitmen,

integritas dan idealisme”.6 Dengan demikian kepemimpinan merupakan bagian yang paling

penting dari sejarah umat manusia, mulai dari dunia Israel Kuno sampai dunia saat ini

membutuhkan pemimpin yang dapat menjadi leader bagi komunitas maupun dalam

kelompoknya.

2.3 Konsep-konsep Kepemimpinan Retnowati membagi konsep-konsep kepemimpinan menjadi beberapa bagian7, dan

penulis menggunakan empat konsep kepemimpinan yang menjadi suatu dasar pemikiran

untuk menganalisis pola kepemimpinan raja-raja Yehuda di Selatan (Hizkia, Manasye dan

Yosia) konsep-konsep kepemimpinan tersebut sebagai berikut: 4 Kadarman, A.M, Pengantar Ilmu Manajemen: buku panduan mahasiswa (Jakarta:PT Gramedia Pustaka

Utama, 1996), 110. 5Stan Kosen, Aspek Manusiawi dalam Organisasi (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1986) , 181. 6Retnowati Wiranto, Kepemimpinan Transformatif Menuju Kepemimpinan Baru Gereja (Salatiga: Fakultas

Teologi UKSW, 2012), 9. 7Retnowati Wiranto, Kepemimpinan Transformatif,27-38.

Page 13: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 5 -

2.3.1 Kepemimpinan Transformatif

Para pemimpin transformasional mengidentifikasi, mengartikulasi dan membantu

orang lain menginternalisasi nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan bersama. Model

kepemimpinan ini selalu berupaya memberi peluang bagi pengikutnya untuk

mengembangkan diri mereka. Pemimpin transformatif ini terus memberdayakan orang-orang

yang dipimpinnya dan juga mendampingi mereka dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya. Model kepemimpinan transformatif ini tidak hanya dilihat pada hasilnya

tetapi pada proses yang dilalui kelompok atau organisasi yang dipimpinnya. Dalam

kepemimpinan transformatif, kepemimpinan dapat didefinisikan juga sebagai suatu seni

untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesepakatan.8

Kepemimpinan transformatif juga tidak lepas dari pelaksanaan pengaruh.9 Menurut

Keating kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang

atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.10 Hal ini berarti adanya hubungan

yang kolektif kolegial antara pemimpin dan pengikut, tetapi hal tersebut tidak diwarnai oleh

dominasi ataupun penekanan dari pihak pemimpin. Dalam melakukan suatu transformasi

kepemimpinan, perlu dilihat tindakan atau perilaku.11 Paham tersebut dapat dihubungkan

dengan tindakan-tindakan seorang pemimpin dalam mengarahkan atau mendorong

anggotanya. Hal tersebut memberi pemahaman baru terhadap anggotanya juga memberi

perhatian yang lebih dalam perilaku pemimpin terhadap anggota, terkhusus masalah

kesejahteraan dan perasaan mereka.

2.3.2 Kepemimpinan Transaksional

Pola kepemimpinan transaksional merupakan kepemimpinan yang menekankan pada

transaksi antara pemimpin dan para pengikutnya. Dalam menjalankan organisasi pemimpin

transaksional mendasari kepemimpinannya dengan reward dan punishment, pengikut yang

berhasil mencapai tujuan yang diharapkan mendapat reward, sedangkan yang tidak berhasil

mencapai tujuan yang diharapkan atau gagal mendapat punishment. Model kepemimpinan ini

sebenarnya dapat memacu kinerja anggota atau orang yang dipimpin, tetapi di sisi lain

pekerjaan dan tugas mereka dapat menjadi beban selama mereka melaksanakannya.

Sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan kepemimpinan transformasional, karena pola 8 Ralph M. Stogdill. A Handbook of Leadership, The Free Press (London: Collier Macmillan Publishers, 1974), 9. 9Ralph M. Stogdill, A Handbook,9-10. 10 Charles J. Keating, Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 9. 11 Ralph M. Stogdill, A Handbook, 10-11.

Page 14: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 6 -

kepemimpinan transformasional bersama-sama maju di dalam memajukan suatu organisasi

yang dipimpinnya. Kepemimpinan transformasional, khususnya dalam suatu organisasi tidak

menjadikan suatu pekerjaan atau tanggung jawab sebagai suatu beban moral yang harus

dikerjakan ‘dengan paksaan’, meskipun dalam kepemimpinan transaksional ini dapat

memacu seseorang untuk bekerja lebih baik lagi dan untuk mencapai target, tetapi yang

dilihat bukan prosesnya melainkan hasil yang akan didapatkan, penghargaan atau hukuman.

2.3.3 Kepemimpinan Kharismatik

Kepemimpinan kharismatik pertama kali dimunculkan oleh Weber.Teori tentang

kharisma dan aplikasinya banyak ditemukan dari teori terhadap beberapa tokoh sejarah yang

sebagian besar adalah nabi Yahudi dan pendeta Yahudi. Konsep kharisma itu sendiri sudah

sangat tua. Kharisma adalah kata kuno. Sumbernya sering dikutip dari kata Yunani kuno

“kairismos”. Istilah ini bahkan mundur lebih jauh ke zaman Persia kuno. Bagi orang Persia

dan Yunani kharisma berarti sebuah pemberian para dewa yang dianugerahkan kepada

seseorang. Kepemimpinan model ini terkadang menjadi hal yang lumrah dari dunia Israel

kuno, karena raja-raja pada saat itu menganuhgerahkan takhta mereka kepada penerusnya,

yaitu anak mereka sehingga secara tidak langsung memberi perhatian bahwa kepemimpinan

model ini hanya didapatkan oleh keturunan raja atau dewa saja. Kepemimpinan Kharismatik

dikatakan merupakan suatu kepribadian seseorang yang mempunyai pengaruh.12 Paham atau

pandangan ini muncul ketika para pakar mencoba menjelaskan mengapa beberapa orang

lebih mampu menjalakan suatu kepemimpinan dibandingkan dengan yang lainnya. Bigham

mendefinisikan seorang pemimpin sebagai seseorang yang memiliki sejumlah sifat dan watak

yang memadai dari suatu kepribadian.13Model kepemimpinan Kharismatik memiliki sifat-

sifat tertentu yang membedakannya dengan orang yang dipimpinnya.

Dalam Kepemimpinan Kharismatik yang sangat kental terlihat adalah relasi

kekuasaan.14 Dari pandangan ini, kekuatan dan kekuasaan merupakan suatu hubungan antara

pemimpin dengan yang dipimpin, dimana yang memimpin lebih mendominasi atau

mempengaruhi daripada dipengaruhi. Hal tersebut terjadi, karena kekuasaan dan kekuatan

yang ia miliki untuk mempengaruhi orang lain sesuai keinginannya. Gaya kepemimpinan ini

yang membedakan dengan kepemimpinan transformasional dan transaksional, karena gaya

kepemimpinan ini hanya berfokus pada seorang pemimpin saja, tanpa banyak mempedulikan 12 Ralph M. Stogdill. A Handbook, 8-9. 13 BighamW.V., The Pyschological Foundations of Management (Shaw: New York, 1927), 54. 14 Ralph M. Stogdill, A Handbook, 12.

Page 15: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 7 -

orang-orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan kharismatik sangat mirip dengan

kepemimpinan tradisional yang berpusat pada sang pemimpin sebagai sentral dari segala

sesuatunya

2.3.4 Kepemimpinan Tradisional

Kepemimpinan tradisional digambarkan ibarat sapu lidi, semua nilai sosial berkisar

pada pemimpin. Kurang ada perserikatan horizontal antara orang-orang yang setara karena

semuanya bergantung kepada hubungan vertikal dengan pemimpin-pemimpin. Dalam

masyarakat ‘sapu lidi’ solidaritas hanya tergantung pada tali pengikatnya. Jika tali

pengikatnya lemah atau hilang, maka solidaritas semacam itu akan pudar. Kepemimpinan

model ini mirip dengan kepemimpinan kharismatik yang menekankan pada sosok

pemimpinnya, dan hal ini cenderung membuat suatu komunitas tidak berkembang dan maju,

karena pemimpinnya hanya fokus pada dirinya sendiri, tidak melihat komunitasnya sebagai

suatu sarana yang sangat penting untuk didayagunakan. Kepemimpinan sebagai titik pusat

proses-proses kelompok.15 Dapat diketahui bahwa pemimpin merupakan sosok yang tidak

bisa dipisahkan oleh kelompoknya dan ia menjadi titik pusat dan penentu dalam kelompok

tersebut. Kepemimpinan merupakan pusat dari kegiatan yang terjadi, mulai dari prosesnya

hingga setiap perubahan yang terjadi. Kepemimpinan merupakan gejala dari setiap kelompok

atau gejala sosial yang terjadi. Dalam gaya kepemimpinan ini sangatlah sulit suatu organisasi

untuk berkembang, karena hanya bergantung pada seorang pemimpin saja, tetapi dalam

budaya Israel Kuno gaya kepemimpinan ini seringkali dipakai sebagai suatu kebudayaan

yang turun menurun, yakni seorang raja yang memimpin bangsanya dengan kekuasaan

berpusat pada dirinya sendiri.

Dengan adanya konsep-konsep mengenai kepemimpinan tersebut, pola pikir dan

tindakan yang dilakukan oleh raja-raja Yehuda di Selatan dapat diketahui secara implisit

berdasarkan konsep kepemimpinan tersebut. Hal tersebut juga dapat memberi kemudahan

bagi penulis ketika menganalisis lebih dalam pengaruh Asiria terhadap gaya kepemimpinan

mereka. Dari model-model kepemimpinan di atas, yakni kepemimpinan transformatif,

kepemimpinan transaksional, kepemimpinan kharismatik dan kepemimpinan tradisional

digunakan sebagai suatu acuan dalam menganalisis hubungan timbal balik antara Asiria

dengan raja-raja Yehuda di Selatan yang berkuasa saat itu. Bagaimana kepemimpinan mereka

mempengaruhi dan dipengaruhi sehingga dapat turun ke kebijakan yang mereka lakukan. Ini 15 Ralph M. Stogdill. A Handbook, 7-8.

Page 16: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 8 -

dapat terlihat pada teori yang akan digunakan selanjutnya, yakni teori core and periphery

dalam menganalisis tulisan ini dengan lebih lugas dan sistematis.

2.4 Teori Core Periphery sebagai Kajian Kekuasaan Dunia Israel Kuno Dunia Israel kuno secara eksplisit terdapat bangsa adidaya dan bangsa non adidaya.

Dari hal tersebut dapat diambil suatu benang merah yang berhubungan, yakni di setiap zaman

sudah pasti ada suatu bangsa yang berkuasa dan yang ditindas (tidak berkuasa). Hukum rimba

berlaku yang menyatakan “siapa yang menang atau yang kuat dialah yang berkuasa.” Dalam

hal ini yang menjadi subyek penelitian ialah bangsa adidaya Asiria yang berhubungan dengan

bangsa non adidaya Israel Selatan (Yehuda) yang pada masa itu bersama-sama mempunyai

pengaruh dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Inilah yang akan mempengaruhi gaya

kepemimpinan raja-raja Yehuda di Selatan (Hizkia, Manasye dan Yosia) yang berkuasa saat

itu hal tersebut dikarenakan situasi dan perubahan-perubahan yang terjadi dapat

mempengaruhi gaya kepemimpinan serta kebijakan yang akan dilakukan oleh raja-raja

Yehuda saat itu.

Sebuah permainan politik yang sangat menarik antara kekuasaan bangsa adidaya

dengan bangsa taklukan di dunia timur dekat kuno, dimulai dari pemerintahan Mesir yang

begitu hebat sehingga menguasai daratan timur dekat kuno tahun 2600 SZB (Sebelum Zaman

Bersama), kemudian kerajaan-kerajaan besar masuk, yakni Babilonia, kerajaan Hitti, kerajaan

Akadia, kerajaan Asiria dan kira-kira pada tahun 1000-971 SZB baru munculnya kerajaan

Daud (Israel).16 Terjadinya pergolakan politik yang begitu kuat yang didasari oleh

penguasaan wilayah satu dengan yang lainnya. Pada perjalanannya ketika muncul kerajaan

yang besar, kuat dan semakin berkembang, maka saat itu disebut sebagai kerajaan core

sedangkan bangsa yang ditindas, maupun dikuasai disebut dengan kerajaan periphery. Teori

core and periphery merupakan suatu pengendalian kawasan berdasarkan sebuah sistem

politik yang dipusatkan. Dalam hal ini suatu kekuasaan bisa sangat besar tergantung sejauh

mana kerajaan tersebut dapat menguasai secara politis daerahnya.17 Perbedaan inti dari

kelompok core and periphery, terlihat jelas dari kekuataan ekonomi dan politik masing-

masing kelompok tersebut. Kelompok terkuat ialah negara core yang mengambil keuntungan

paling banyak, bahkan dapat memanipulasi sistem politik sampai batas-batas tertentu.

16 Norman K. Gottwald, The Hebrew Bible: A Social-Literary Introduction (Philadelphia: Fortress Press, 1987),

71-78. 17 Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), 108.

Page 17: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 9 -

Sedangkan negara periphery merupakan pihak yang paling dieksploitir, baik dari sumber

daya manusia maupun sumber daya alamnya.18

Jika terjadi demikian, maka sebuah pemerintahan akan kuat dan lemah ditentukan

oleh pemasukan maupun produksi yang dilakukan. Menurut Wallerstein, hubungan timbal

balik dari pembagian budaya kerja secara khusus menekankan dalam produksi, dalam hal ini

pembagian kerja mengacu pada kekuatan dan hubungan produksi perekonomian secara

keseluruhan.19 Pembagian kerja ini menyebabkan adanya dua daerah yang saling bergantung,

yakni negara inti dan negara pinggiran (core and periphery), hal ini akan mempengaruhi

secara menyeluruh perkembangan struktur maupun sistem sosial.

Konsep negara inti dan pinggiran ini sangat berkaitan dengan teori sistem dunia yang

mana berhubungan erat dengan sistem kapitalisme yang dilakukan oleh negara inti atau

dikatakan sebagai negara maju sehingga negara inti dapat mengambil maupun

mengeksploitasi negara pinggiran dalam hal tenaga kerja maupun dari barang-barang mentah

yang didapatkan, dapat dipastikan negara inti ini sangatlah diuntungkan dengan berbagai

kemewahan yang didapatkan, mulai dari perekonomian, perpolitikan, secara otomatis negara

inti ini dapat menguasai negara pinggiran dengan otoritas yang mereka miliki. Oleh karena

negara inti mendapatkan kontrol penuh terhadap perdagangan internasional dan mendapat

surplus modal dari perdagangan tersebut untuk keuntungan negara mereka sendiri. Ritzer

menyatakan bahwa area geografis core mendominasi dan mengeksploitasi bagian luar dari

core. Sedangkan bagian periphery merupakan wilayah-wilayah yang memberikan bahan-

bahan mentah ke bagian inti dan dieksploitasi secara besar-besaran olehnya.20

Negara pinggiran sangatlah bergantung pada negara inti dalam hal permodalan,

karena perindustrian mereka yang belum begitu maju, dikarenakan negara pinggiran tidak

memiliki pemerintah pusat yang kuat sehingga dapat dikendalikan oleh negara-negara lain.

Wallerstein berpendapat bahwa dunia terlalu kompleks jika dijelaskan hanya dengan model

dua kutub (inti dan pinggiran), karena ada banyak negara yang terletak di dua posisi tersebut

yang tidak dapat dan juga tidak tepat dikatakan sebagai negara inti maupun negara pinggiran.

Dengan demikian Wallersterin menambahkan negara semi periphery atau negara semi

18 Bdk. Arief Budiman, Teori Pembangunan, 109. 19 Chase-Dunn, Christoper and HallThomas. Core/Periphery Relations in Precapitalist World (San Francisco:

Westview Press, 1991), 6. 20 George Ritzer, Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2012), 518.

Page 18: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 10 -

pinggiran yang bisa dikatakan sebagai negara inti yang mengalami penurunan atau negara

peripheri yang berusaha meningkatkan posisinya dalam sistem dunia.21

2.5 Teori Sumber DH dalam Bingkai Kekuasaan Israel Pada rentang masa kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia ini, maka perlu melihat

dari sudut pandang sumber DH sebagai bingkai besar kekuasaan Israel saat itu. Coote

menyatakan bahwa tulisan DH muncul sebelum masa pembuangan, bahkania muncul saat

raja Yosia memerintah di Yehuda.22 Inilah yang dikenal dengan sumber Deuteronomis atau

sumber Dh dalam pentateuch. Sejarah deuteronomistik merupakan sejarah tentang kedaulatan

dinasti Daud. Coote menyatakan bahwa raja Israel tidak melegitimasi dirinya sendiri, sering

kali hal itu merupakan kekhasan raja-raja dari Timur Dekat Kuno. Raja Israel dipilih oleh

dewa.23 Ini merupakan bagian dari unsur politik yang terjadi saat itu sehingga akan

berpengaruh terhadap kebijakan yang raja Israel lakukan.

Cross menyatakan bahwa sumber DH ditulis dalam dua bagian. Bagian pertama (Dtr1)

ditulis oleh seseorang yang hidup pada masa Raja Yosia kira-kira 100 tahun sesudah

kehancuran Israel Utara tahun 722 SZB atau tepatnya sekitar 622 SZB di Yerusalem ketika

Yosia memerintah sebagai raja Yehuda. Ada dua tema yang mendominasi tulisan Dtr1 ini,

pertama,akibat dosa Yerobeam dan kedua, kesetiaan Daud dan Yerusalem. Titaley dalam

tulisan Robert Coote menyatakan bahwa Dosa Yerobeam tampak dari pemisahan Israel Utara

dengan menghidupkan kembali kultus utara termasuk Sikhem dan Betel (1 Raj. 13:34)

sebagai tandingan kultus Bait Allah di Yerusalem sehingga orang-orang Israel Utara tak perlu

lagi beribadah ke Yerusalem. Hakikat dari ibadah ke Yerusalem adalah penegasan otoritas

keluarga Daud atas wilayah utara sekaligus orang-orangnya. Jadi, ketika Yerobeam

menghidupkan kembali kultus-kultus di utara, hal itu dilihat oleh keluarga Daud sebagai

pembangkangan terhadap keluarga Daud di Selatan. Itulah dosa terbesar Yerobeam. Oleh

karena itu, adalah sah bila Israel di Utara hancur.24 Dtr1 diperkirakan terdapat dalam sebagian

besar sumber DH sampai 2 Raja-Raja 23:25 yang menekankan kesalehan dan ketaatan Yosia.

21 http://legacy.fordham.edu/halsall/MOD/Wallerstein.asp/ "Modern History Sourcebook: Summary of

Wallerstein on World System Theory". Diakses 8 Juni 2015. 18.33 WIB. 22 David Robert Ord dan Robert B. Coote, Apakah Alkitab Benar? : memahami kebenaran Allah pada masa kini

(Jakarta: Gunung Mulia, 2001), 99. 23 Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik (Kedaulatan Dinasti Daud atas Wilayah Kesukuan Israel) (jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2014), 14. 24 Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik, 6.

Page 19: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 11 -

Bagian kedua (Dtr2) ditulis pada masa pembuangan.25 Coote memperkirakan bahwa

penulis Dtr1yang berhubungan dengan masa pemerintahan Raja Yosia adalah imam-imam

tradisi Lewi yang berhubungan dengan Silo dan Musa dibawah pimpinan safan, juru tulis

Yosia. Sedangkan Dtr2 merupakan pekerjaan lanjutan yang dikerjakan oleh penulis-penulis

istana yang berlatarbelakang para imam di pembuangan. Akibatnya, terjadi perubahan

terhadap sejarah Deuteronomis, khususnya bagi hukum Yosia yang menawarkan kesempatan

murah untuk bertobat. Dari perubahan inilah yang menjadikan raja Manasye sebagai

penyebab kejatuhan Yehuda.26

Dua bagian yang Cross sebutkan itulah yang menjadi latar belakang penulisan sumber

DH ini. Intinya adalah bahwa Israel Utara sebenarnya adalah bagian dari Yehuda di Selatan.

Oleh karena itu, tidaklah salah kalau Yosia merasa berdaulat atas Israel Utara itu. Tulisan-

tulisannya tersebut merupakan upaya ideologis untuk mengembalikan Israel Utara ke dalam

pangkuan Yehuda kembali.27 Tulisan ini dilakukan Yosia setelah menyadari bahwa Asiria

sedang memasuki masa kehancurannya setelah hampir satu abad menguasai Palestina dan

berbagai daerah lainnya mulai dari Tiglath-Pilezer III menjadi raja Asiria tahun 745-727 SZB

sampai Assyurbanipal tahun 668-627 SZB.28 Selama itu, Yehuda menjadi kerajaan taklukan

yang harus taat pada Asiria. Kehancuran Israel Utara setelah memisahkan diri dari Yerusalem

adalah akibat keinginan mereka untuk memberontak terhadap Asiria. Dengan melakukan

kajian menggunakan teori sumber DH sebagai bagian dari kekuasaan Israel, maka tulisan ini

diperkaya dengan dasar-dasar sosio-historis latar belakang tulisan di dunia perjanjian lama.

Tulisan ini membahas lebih mendalam mengenai pengaruh Asiria terhadap gaya

kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia. Oleh karena teori-teori tersebut sangatlah relevan

dan tepat, karena masing-masing teori mempunyai suatu sudut pandang yang akan berguna

untuk membangun dan memperkaya tulisan ini. Penulis melihat adanya suatu keterkaitan

antara dunia perjanjian lama dengan teori sistem dunia yang digunakan, terlebih khusus core

and periphery untuk melihat pengaruh kekuasaan terhadap Israel Selatan akibat imperialisme

besar-besaran dari Asiria. Dari dasar tersebut akan mempengaruhi gaya kepemimpinan

masing-masing raja pada masa itu, pada akhirnya gaya kepemimpinan akan membawa

25 Frank Moore Cross, Canaanite Myth and Hebrew Epic: Essays in the History of The Religion of Israel,

(Cambridge: Harvard University Press, 1973), 288 26 Robert B. Coote & Mary P. Coote, Kuasa, Politik dan Proses Pembuatan Alkitab: Suatu Pengantar, (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2004), 79-80 27 Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik, 7. 28 Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik, 8.

Page 20: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 12 -

dampak dan pengaruh di dalam kebijakan yang dibuat sehingga mempengaruhi pola pikir

masyarakat dan kebudayaan dari masyarakat itu sendiri.

3. Kajian Sosio-Historis Kepemimpinan

3.1 Tinjauan Konsep Kepemimpinan dalam Budaya Perjanjian Lama Dalam setiap konteks kepemimpinan tidak bisa terlepas dari budaya, karena budaya

merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok

yang diwariskan turun temurun, dari suatu generasi ke generasi yang lainnya. Maka dapat

dipahami bahwa suatu budaya dapat terbentuk dari setiap kebiasaan yang dilakukan oleh

kelompok, baik adat istiadat, sistem agama maupun sistem politik yang tanpa disadari itu

menjadikan suatu perubahan yang mendasar dari pemahaman setiap masyarakat akan seorang

pemimpinnya. Endraswara menyatakan bahwa budaya merupakan sesuatu yang hidup,

berkembang dan bergerak menuju titik tertentu.29 Budaya yang hidup merupakan budaya

yang terus menerus berubah dengan berjalannya waktu, untuk mendasari pemahaman dalam

kajian sosio-historis penelitian ini, maka perlu melihat budaya perjanjian lama yang terjadi

saat itu yang mempengaruhi setiap pemimpin atau raja-raja dalam mengambil keputusan dan

kebijakan.

Perkembangan kepemimpinan yang ada di dunia israel kuno, seperti yang ada di

dalam perjanjian lama. Ditelusuri dari kepemimpinan zaman pra monarki yang didasarkan

pada liga suku-suku, dimana hanya terdapat bét-av (Rumah Bapa), klan, dan suku. Setiap

suku dipimpin oleh kepala suku atau tetua yang akan menghakimi setiap masalah, contoh

kepemimpinan saat itu dapatdilihat pada para hakim, Musa (Kharismatis), dan Abraham.

Pada masa Saul yang termasuk pada zaman pra monarki pun adanya kepala suku yang

dipilih. Dalam hal ini Saul, Musa, Debora termasuk pemimpin yang memiliki Kharisma

sehingga dapat dipilih untuk memimpin saat itu. Dalam dunia Israel kuno Musa yang sebagai

pemimpin Israel saat itu, disebut juga sebagai nabi dan unsur kepemimpinan Kharismatis

sangatlah terlihat dari Musa, yakni melalui panggilan Yahweh menghadapi bangsanya di

Mesir dan yang merangsang mereka supaya membebaskan diri dari Mesir. Bahkan, semakin

menyelami sejarah dunia Israel kuno, semakin nyatalah pengaruh tokoh-tokoh kharismatis

sebagai pemimpin-pemimpin bangsa. Pada umumnya pemimpin-pemimpin yang

membebaskan bangsa Israel dengan cara membangkitkan semangat Israel dan menggerakan

29 Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Kebudayaan,(Irian Jaya:Pustaka Widyatama, 2006), 77.

Page 21: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 13 -

mereka sampai mereka bertindak seperti pahlawan bersifat kharismatik.30 Kepemimpinan

Kharismatik menurut Retnowati yang mengutip dari pandangan Weber mengacu kepada

seseorang yang memperoleh wewenang kepemimpinan melalui suatu pemberian dewa yang

tidak dikenal kepada individu tertentu dan didasarkan pada kepercayaan.31

Budaya yang ada di dalam dunia perjanjian lama, termasuk kekuasan raja-raja tidak

semata-mata merupakan bagian dari keturunan atau penerusan tradisi dari pemerintahan

sebelumnya ke pemerintahan selanjutnya, tetapi dapat terlihat juga dari setiap masa

kekuasaan raja-raja yang mempunyai gaya kepemimpinan berbeda. Perbedaan gaya

kepemimpinan ini dipengaruhi oleh faktor politik, stabilitas ekonomi, perubahan sosial dan

tradisi yang ada. Hal-hal tersebut secara langsung, disadari maupun tidak itu merupakan

sebuah bagian dari sistem yang sangatlah kuat dan hal tersebut tidak bisa terpisah satu dengan

yang lainnya. Maka, penulis melakukan analisis kritis dan mendalam mengenai hal tersebut

dengan melihat proses perkembangan kekuasaan kerajaan Israel untuk memperoleh

pemahaman yang lebih baik dalam budaya perjanjian lama.

3.2 Perkembangan Kekuasaan Kerajaan Israel Dalam perkembangannya, seiring dengan berdirinya Israel menjadi suatu kerajaan,

disitulah Israel membutuhkan pemimpin, sebagai raja. Raja pertama Israel ialah Saul yang

mengklaim hak istimewa kerajaan sebagai kepala komandan angkatan bersenjata Israel di

penghujung abad ke-11 SZB (Sebelum Zaman Bersama).32 Kemudian raja atau pemimpin

berikutnya yang berlangsung sampai kepada pemerintahan Daud, Salomo dan Rehabeam,

mereka tidak memimpin di dalam kekosongan kekuasaan Asiria. Kepemimpinan mereka

selalu berinteraksi dengan dunia luar atau di sekitar Israel, yakni bangsa-bangsa adidaya yang

menguasai dunia timur dekat kuno, mulai dari Mesir, Asiria, Babilonia dan Persia. Ketika

masa pemerintahannya Raja Daud membangun kekuasaan dengan menikahi anggota keluarga

yang berkuasa dan kaya. Di samping itu Daud berinteraksi dengan situasi di sekitarnya, yakni

dengan cara menarik dukungan dari musuh orang Israel yaitu orang Filistin. Sebagai imbalan

Daud menerima Ziklag, daerah Selatan Gat sebagai tanah imbalan juga memperoleh banyak

sumber makanan saat itu.33 Hal ini merupakan bagian dari gaya kepemimpinan raja Daud

30 TH.C. Vriezen, Agama Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 144. 31Retnowati Wiranto, Kepemimpinan Transformatif Menuju Kepemimpinan Baru Gereja (Salatiga: Fakultas

Teologi UKSW, 2012), 26. 32 Robert B.Coote & Mary P. Coote, Kuasa,Politik & Proses Pembuatan Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2004), 31. 33Robert B.Coote & Mary P. Coote, Kuasa,Politik, 32.

Page 22: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 14 -

yang dapat dikatakan gaya kepemimpinan transformasional, yakni pemimpin yang dapat

membaca situasi, juga dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga melihat suatu celah

yang menjadikan peluang untuk bertindak maju.

Pada masa Raja Salomo justru kekuasaan Mesir mulai menguat kembali, oleh karena

itu Salomo memelihara hubungan baik dengan tetangga-tetangganya yang kuat dengan

mengusahakan hubungan perdagangan dengan para pedagang asing, termasuk mengizinkan

pelaksanaan kultus para partner dagang di kerajaannya, dan membuat hubungan-hubungan

perkawinan yang berharga. Hal itu terlihat ketika Raja Salomo membangun bait suci yang

dibantu oleh rancangan arsitek Fenisia dan juga bantuan bahan dari Hiram, raja Tirus.34

Dalam pemerintahan Salomo tidak terdapat banyak perlawanan yang berarti dari bangsa

sekitar sehingga Salomo dapat melakukan interaksi yang baik dengan bangsa-bangsa

tetangga. Pada masa setelah pemerintahan raja Salomo, yakni ketika pemerintahan raja

Rehabeam yang mana saat itu kerajaan Israel berpisah (Israel Utara dan Israel Selatan). Raja-

raja saat itu harus senantiasa berhadapan dengan kekuasaan yang lain yang sudah menguasai

kekuasaan timur dekat kuno, yakni Asiria. Raja-raja di Utara harus senantiasa menghadapi

kekuasaan Asiria sehingga pada akhirnya mereka hancur dan dikalahkan, sedangkan raja-raja

di Selatan meskipun mereka tidak ditaklukan secara penuh oleh raja Asiria, tetapi di dalam

berbagai kapasitas mereka tetap harus berhubungan dengan raja Asiria, baik dengan melawan

atau mereka tunduk terhadap kebijakan raja Asiria dan sikap raja-raja tersebut akan

menentukan gaya kepemimpinan mereka. Kepemimpinan adalah pengaruh oleh pihak

tertentu atas pihak lain untuk pelaksanaan/tujuan maksud pemimpin.35

Menyadari bahwa dunia Perjanjian Lama merupakan dunia yang kompleks dan dapat

dikatakan ‘rumit’, maka penulis melihat dari relasi-relasi tersebut ditinjau dari aspek sosio-

historis yang terjadi saat itu, juga dari berbagai sudut pandang analisis yang lain. Penulis

mengkaji dari pemerintahan ketiga raja Yehuda, yakni Hizkia ketika ia menjadi raja kira-kira

716-687 Sebelum Zaman Bersama, Manasye 687-643 SZB dan Yosia 641-609 SZB.36 Dari

masa pemerintahan raja-raja tersebut, terdapat banyak gejolak politik yang terjadi baik dari

dalam pemerintahannya maupun dipengaruhi oleh faktor perpolitikan dunia Israel kuno saat

itu, yakni hubungannya dengan ‘dunia luar’ yang juga mempengaruhi perekonomian Yehuda.

34 Robert B.Coote & Mary P. Coote, Kuasa,Politik, 41-42. 35 Retnowati Wiranto, Kepemimpinan Transformatif Menuju Kepemimpinan Baru Gereja (Salatiga: Fakultas

Teologi UKSW, 2012), 12. 36 Norman K Gottwald, The Hebrew Bible: A Social-Literary Introduction (Philadelphia: Fortress Press, 1987),

367.

Page 23: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 15 -

Khususnya, ketika pemerintahan ketiga raja tersebut ada di dalam ‘pengaruh’ suatu

kekuasaan yang besar dan menjadi suatu momok mencekam bagi pemerintahan Yehuda.

3.3 Pengaruh Asiria terhadap Gaya Kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia Kerajaan Yehuda (722-586 SZB) Kerajaan Asiria (900-680 SZB)

Hizkia

Manasye

Yosia

Tiglath-Pileser I

Shalmanaser III

Tiglath-Pileser III

Shalmananeser V

Sargon II

Sennacherib

Esarhaddon

Ashurbanipal37

Tabel di atas menunjukkan bahwa sepanjang tahun 900-680 SZB Asiria menjadi

kerajaan yang sangat besar dan menjadi bangsa yang ditakuti oleh bangsa lain saat itu.

Penulis mengkaji garis pemerintahan sejak raja Hizkia, Manasye dan Yosia di bawah

pengaruh kerajaan Asiria dengan raja Sennacherib, Esarhaddon sampai Ashurbanipal. Oleh

karena masa tersebut merupakan masa jatuh dan bangunnya bangsa Yehuda, bahkan masa

dimana Asiria berkuasa dan melemah. Penulis mengkaji lebih lanjut pengaruh kekuasaan

bangsa Asiria terhadap gaya kepemimpinan ketiga raja Yehuda (Hizkia, Manasye dan Yosia)

dalam masa tersebut yang akan mempengaruhi setiap kebijakan yang diturunkan kepada

bangsa Yehuda

Asiria adalah salah satu bangsa yang terletak di tepi barat sungai Tigris daerah

Mesopotamia. Asiria sebagai bangsa yang memiliki kekuatan dan kekuasaan yang besar

menyerang Palestina pada abad 9 SZB. Pada masa iniAsiria menjadi kuat dan berjaya

sehingga dalam periode ini menjadi periode kekuasaannya dan abad ke 7 SZB banyak

kejadian yang secara mendalam mempengaruhi kehidupan bangsa-bangsa yang berdiam di

sekitar Asia Barat Daya Kuno, termasuk bangsa Israel dan Mesir.38Asiria mempertahankan

kekuasaan mereka atas bangsa-bangsa yang mereka kuasai dengan jalan mengorganisasikan

37Sumber Tabel dari Buku: Norman K Gottwald, The Hebrew Bible: A Social-Literary Introduction (Philadelphia:

Fortress Press, 1987), 66. 38David Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 164

Page 24: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 16 -

negeri itu ke dalam wilayah-wilayah pemerintahannya.39 Dalam pemerintahan Asiria terjadi

imperialisme besar-besaran ke wilayah-wilayah yang termasuk dalam pemerintahannya.

Imperialisme merupakan suatu kebijakan dimana suatu negara besar dapat memegang kendali

atas daerah lain agar daerah itu dapat dipelihara atau berkembang. Akibat dari imperialisme

tersebut, terciptalah suatu pandangan adanya negara yang kuat dan lemah, adanya penjajah

dan yang dijajah, pada akhirnya terbagi atas negara core and periphery. (Lihat Gambar di

bawah)

40

Gambar di atas menunjukkan bahwa Yehuda berada di tengah-tengah bangsa yang

berkuasa saat itu, yakni Asiria, Mesir, Babilonia dan Median. Dari gambar tersebut, Yehuda

berada di bawah pengaruh Asiria,41 akibatnya Yehuda menjadi bangsa pinggiran sehingga

dimanfaatkan oleh Asiria dari segi ekonomi, politik dan struktur sosial. Bangsa Yehuda tidak

bisa melakukan apa-apa, kecuali tunduk dan takluk dalam keadaan seperti itu. Gambar

tersebut menjadi dasar penulis dalam menganalisa kepemimpinan raja Hizkia, Manasye dan

Yosia di tengah-tengah kekuasaan adidaya yang berada di sekitar bangsaYehuda.

39 Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid 1 (Jakarta: Cempaka Putih, 1997), 106-

107. 40Sumber gambar dari Buku: Norman K, Gottwald, The Hebrew Bible: A Social-Literary Introduction

(Philadelphia: Fortress Press, 1987), 75. 41Melihat garis putus-putus hitam (Bangsa Asiria) yang mengelilingi bangsa Yehuda.

Yehuda

Page 25: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 17 -

3.4 Kekuasaan Hizkia Menghadapi Gempuran Asiria

Hizkia pada masa kekuasaannya dikenal sebagai seorang raja yang perkasa sekaligus

bijaksana pada saat itu. Di dalam masa kepemimpinannya ia melakukan reformasi di

kerajaannya, tetapi Hizkia mendapatkan suatu persoalan dari politik luar negerinya yang

terjadi saat itu, yakni gejolak antara Asiria dan Mesir yang sama-sama merupakan suatu

imperium besar saat itu. Baru pada tahun 713-712 SZB Hizkia menggabungkan dirinya pada

suatu persekutuan yang memusuhi Asiria di bawah pimpinan Asydod.42 Meskipun pada

akhirnya menerima konsekuensi yang serius terhadap kerajaannya, tetapi Hizkia tetap

melakukan suatu pemberontakkan terhadap Asiria saat itu, terutama dari Sanherib Raja Asiria

yang datang dan mengepung Yerusalem saat itu. Dengan kiat dan persiapan yang dilakukan

oleh Hizkia, pada tahun 705 SZB Hizkia bergabung dalam suatu pemberontakkan yang

terkoordinasi yang melibatkan Sidon, Askelon, Ekron di Siro-Palestina dan Kasdim di

Babel.43 Ini merupakan suatu pemberontakkan besar-besaran terhadap Asiria saat itu. Seiring

dengan berjalannya waktu, kerajaan Yehuda mengalami penjajahan atas Asiria dan semakin

lama Yehuda mengalami penipisan ekonomi yang berimbas kepada masyarakat pedesaan

sehingga pada akhirnya Hizkia harus membayar upeti kepada Sanherib raja Asiria saat itu.

Menurut Budiman yang mengutip dari pandangan Blomstrom dan Hettne, bahwa penguasaan

tidak hanya dalam bentuk pengendalian yang ketat, tetapi cukup dengan sistem upeti sebagai

tanda takluk. Semakin jauh dari pusat kekuasaan, semakin bebas daerah tersebut.44 Maka,

secara tidak langsung upeti yang diberikan Hizkia kepada Sanherib menunjukkan bahwa

Hizkia takluk di bawah pengendalian Asiria.

Bukti kuat yang menyatakan bahwa kota-kota Yehuda takluk kepada Sanherib, yakni

dengan adanya Prisma Taylor yang merupakan bagian dari Prisma Sanherib yang adalah

sejumlah prasasti tanah liat yang berbentuk tabung persegi dan di dalamnya memuat raja

Sanherib yang terkenal karena mengepung Yerusalem pada zaman pemerintahan raja Hizkia.

Isi dari Prisma Taylor yang telah diterjemahkan dari bahasa Akadia (Bahasa Semitik) sebagai

berikut:

42Norman K, Gottwald, The Hebrew Bible: A Social-Literary Introduction (Philadelphia: Fortress Press, 1987),

368. 43Norman K, Gottwald, The Hebrew Bible, 369. 44 Arief Budiman, Teori Pembangunan, 108.

Page 26: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 18 -

“Karena Hizkia, raja Yehuda, tidak mau takluk kepada bebanku, aku datang memeranginya dan

dengan kekuatan senjata dan dengan keperkasaan kekuatanku, aku merebut 46 dari kota-kotanya yang

dilindungi dengan kuat.”45

Dengan adanya fakta yang yang menunjukkan bahwa kekuasaan Asiria saat itu begitu

mendominasi Yehuda, mulai dari merebut kota-kota wilayah Yehuda, bahkan sampai

membuat raja Hizkia ditawan oleh mereka. Hal ini merupakan invasi kedua dari Asiria

kepada Yehuda, dan menariknya saat itu Yerusalem tidak jatuh di bawah pemerintahan

Sanherib raja Asiria.46 Pada akhirnya Hizkia membayar upeti kepada Sanherib untuk

menyelamatkan bangsanya dari dominasi Asiria. Tidak cukup melakukan hal tersebut, Hizkia

secara besar-besaran melakukan reformasi terhadap hal-hal yang bersifat religius saat itu,

yakni melakukan gerakan anti Asiria dengan menghapuskan segala bentuk penyembahan

kepada dewa-dewa Asiria saat itu.

Dengan mengalami dan menghadapi situasi seperti ini, Hizkia secara alamiah

memiliki kharisma, dimana itu merupakan suatu bawaan dari karakter individual masing-

masing pemimpin yang ditunjang oleh kejeliaan, keberanian, dan kecerdasan memanfaatkan

kesempatan.47 Ini merupakan faktor yang penting bagi Hizkia, dimana sebagai seseorang

yang dikenal bijaksana juga berkharisma, ia dapat melihat setiap situasi dan kondisi yang

dihadapinya dengan pandangan ke depan. Meskipun pada akhirnya dalam situasi yang sulit ia

memilih untuk memberi upeti terhadap Sanherib raja Asiria, tetapi ini merupakan suatu tahap

penting dari seorang pemimpin ketika menghadapi masa yang sulit, harus berani mengambil

resiko tetapi harus juga dengan jeli melihat setiap kesempatan yang ada. Sebagai seorang

pemimpin, Hizkia menggabungkan karakter kharisma yang dimilikinya dengan gaya

kepemimpinan transformatif dengan membayar upeti sebagai jaminan agar bangsa Yehuda

tidak didominasi oleh Asiria. Raja Hizkia memainkan sandiwara politik dengan sangat baik,

meskipun bangsa Yehuda melemah saat itu, oleh karena dominasi Asiria, tetapi Hizkia

mempunyai strategi untuk tetap menjalankan kebijakan untuk tunduk demi kepentingan

bangsa Yehuda.

45 James B. Pritchard, Ancient Near Eastern Texts Related to the Old Testament (Princeton, NJ: Princeton

University Press, 1965) 287-288. 46Norman K, Gottwald, The Hebrew Bible, 369. 47Retnowati Wiranto, Kepemimpinan Transformatif Menuju Kepemimpinan Baru Gereja (Salatiga: Fakultas

Teologi UKSW, 2012), 34.

Page 27: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 19 -

3.5 Pergolakan Kepemimpinan Raja Manasye

Hizkia yang kemudian meninggal digantikan oleh anaknya, Manasye. Dari masa

pemerintahan Manasye inilah pemerintahan Asiria semakin menjadi-jadi. Hal itu disebabkan

oleh masa pemerintahan sebelumnya, yakni Raja Hizkia yang telah membuat bangsa Asiria

‘naik pitam’ melihat kebijakan yang dilakukannya dengan tidak mau taat kepada Asiria,

bahkan membuat suatu program Anti Asiria. Seperti diketahui bahwa ketika Yehuda di

bawah pemerintahan Raja Ahaz sangat tunduk kepada Asiria dengan menerapkan segala

kebijakan Asiria di tengah-tengah bangsa Yehuda. Bahkan raja Ahaz sampai memberikan

anaknya sebagai korban persembahan bagi dewa Molokh (Dewa kesuburan)48. Sama halnya

ketika pemerintahan Manasye yang juga mengorbankan anaknya demi tunduk dibawah

pemerintahan Asiria, tetapi jika melihat hal yang positif dari raja Manasye, yakni ia bukanlah

penyebab utama dari kehancuran Yerusalem dan kejatuhan Yehuda, ia hanya sebagai

kambing hitam di dalam situasi yang penuh tekanan dan menjebak tersebut.49 Dengan kata

lain Manasye sebagai seorang raja sangatlah pintar melihat situasi meskipun yang ia pilih

nantinya akan membawa kepada kehancuran yang lebih besar, tetapi tidak ada pilihan lain

ketika menghadapi situasi tersebut selain taat kepada Asiria.

Hal ini memperlihatkan bahwa Asiria sebagai bangsa yang mendominasi saat itu dan

Yehuda sebagai bangsa yang didominasi tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan yang sangat

menguntungkan terjadi pada bangsa inti (Asiria), tetapi tidak terjadi pada Yehuda. Dengan

demikian Manasye sebagai seorang pemimpin menyadari bahwa ia ikut terlibat dalam catur

perpolitikan yang ada saat itu dengan mengorbankan ‘bidaknya’ (anaknya) kepada Molokh,

tetapi juga bisa melihat ke depan yakni dengan mementingkan kesejahteraan bangsanya dari

penindasan Asiria. Jika dilihat secara sepintas Manasye merupakan sosok pemimpin yang

menganut aliran Utilitarian dengan memegang teguh prinsip the greatest good to the greatest

number, yakni semakin banyak kebahagiaan semakin banyak keuntungan yang didapatkan. 50

Meskipun Manasye mengorbankan anaknya kepada Molokh, tetapi ia lebih banyak

memikirkan tentang kesejahteraan bangsanya. Tidak dapat dipungkiri masa pemerintahan raja

48 Wim van der Weiden dan Mgr Suharyo, Pengantar Kitab suci PL (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), 51. 49 Merry Kristina Rungkat dan John A. Titaley, “Pengorbanan Anak dalam 2 Raja-Raja 21:6 menurut Teori

Pengorbanan,” dalam Waskita Vol IV nomor 2 April 2013. 50 Sudarminta, J., Etika Umum Kajian Tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika Normatif (Yogyakarta:

Kanisius, 2013), 127.

Page 28: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 20 -

Manasye merupakan masa pemerintahan terlama oleh raja-raja Yehuda, yakni kurang lebih

50 tahun sejak 687-642 SZB.51

Penulis mengidentifikasi Manasye merupakan tipikal pemimpin yang seringkali

menggunakan gaya kepemimpinan transaksional dalam hubungannya dengan Asiria.

Manasye adalah seorang pemimpin yang menginginkan hubungan diplomatiknya dengan

Asiria stabil sehingga Manasye selalu mendapat penghargaan (reward) ketika taat kepada

Asiria dan sebaliknya akan mendapat hukuman (punishment) dari Asiria jika melakukan hal

yang melanggar kesepakatan. Meskipun gaya kepemimpinan demikian sulit berkembang,

tetapi ini merupakan suatu tantangan bagi Manasye sebagai seorang pemimpin untuk

mengembangkan suatu gaya kepemimpinannya di tengah-tengah situasi yang sulit seperti ini.

Meski demikian, dibalik itu semua, Manasye melakukan transformasi yang ‘tidak kelihatan’

untuk kesejahteraan bangsanya ke depan. Raja Manasye mempunyai pandangan agar bangsa

Yehuda tidak dibayangi oleh kekuasaan Asiria, ia mengorbankan hal yang berharga dalam

hidupnya, juga dengan strategi untuk tunduk dan takluk kepada Asiria. Dengan kata lain

biarlah Yehuda menjadi bangsa kelas rendah saat ini (pinggiran), tetapi ia yakin bahwa ke

depannya bangsa Asiria akan takluk dan Yehuda akan bangkit dari keterpurukan. Ini

merupakan suatu hal yang menarik dari kepemimpinan Manasye, yakni menjadikan

keterpurukan menjadi suatu strategi untuk bangkit suatu saat. Oleh karena kepemimpinan

membutuhkan suatu seni dalam menyikapi situasi yang terjadi. Kepemimpinan Manasye

dalam kondisi tersebut masuk pada kategori visioner, terkhusus condong pada kepemimpinan

transformasional, demi membawa perubahan bersama pada masa yang akan dating. Tunduk

bukan berarti menyerah, takluk bukan berarti tidak bisa berbuat apa-apa. Lihai disertai

keberanian dalam bertindak merupakan hal yang melekat pada raja Manasye.

3.6 Reformasi Kepemimpinan Raja Yosia

Ketika Manasye meninggal, ia digantikan oleh Yosia yang merupakan anak dari raja

Amon. Pada pemerintahan Yosia 641-609 SZB sangat diuntungkan oleh karena pada tahun

627 SZB pemerintahan Asiria jatuh dengan meninggalnya raja Asiria terakhir, yakni

Asyurbanipal. Ini merupakan masa pemerintahan puncak bagi Yehuda, karena terlepas dari

cengkraman Asiria pada masa-masa sebelumnya, maka saat ini Yosia ingin membangun

suatu gerakan reformasi besar-besaran dibawah kepemimpinannya. Menurut Budiman yang

mengutip pandangan Wallerstein, bahwa negara-negara bisa “naik atau turun kelas,” 51Wismoady Wahono S., Disini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung mulia, 2009), 150.

Page 29: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 21 -

misalnya negara core bisa menjadi negara periphery atau sebaliknya negara periphery bisa

menjadi negara core.52 Naik dan turunnya kelas tersebut ditentukan oleh sistem dunia atau

dengan kata lain interaksi yang terjadi di sekitar bangsa-bangsa Israel Kuno saat itu.

Kenaikan kelas menurut Wallerstein terjadi dengan merebut kesempatan yang datang, juga

kenaikan kelas terjadi karena negara tersebut menjalankan kebijakan untuk memandirikan

negaranya.53 Ini merupakan saat yang tepat bagi pergerakan Yosia untuk menaikan kelas

bangsa Yehuda, yakni dengan adanya kesempatan ketika Asiria melemah dan inilah saatnya

bagi bangsa Yehuda di bawah kepemimpinan Hizkia untuk meletakkan fondasi untuk

memandirikan negaranya.

Yosia ingin melanjutkan gerakan ekspansi kepemimpinan Hizkia yang pada waktu itu

tidak mampu dilanjutkan oleh besarnya tekanan dari bangsa Asiria. Tetapi hal yang

mencengangkan dari pandangan Coote, yakni yang melatarbelakangi reformasi Yosia justru

adalah kehadiran Asiria dan bukan ketidakhadirannya. Dengan runtuhnya Asiria ketika

Assurbanipal Agung meninggal pada 627 SZB, Niniwe runtuh pada 612 SZB dan pada tahun

609 hampir tidak ada lagi yang tersisa dari kerajaan Asiria. Kemudian Asiria dengan cepat

digantikan oleh Babel.54Menurut Ritzer, negara-negara yang kuat di wilayah core memainkan

peran kunci dalam perkembangan kapitalisme dan pada akhirnya memberikan landasan

ekonomi untuk kematiannya sendiri.55 Sangat terlihat jelas bahwa perkembangan Asiria telah

sampai pada masa puncak dan sudah terlena dengan apa yang mereka miliki, tanpa

memikirkan pengaruh kekuasaan bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Pada akhirnya Asiria yang

merupakan negara adidaya menyerah dan kalah dalam konstelasi perpolitikan saat itu

sehingga kesempatan ini merupakan momen penting bagi Yehuda untuk bangkit dari

keterpurukan melalui raja Yosia.

Saat yang tepat dengan adanya celah sebagai suatu kesempatan bagi Yosia untuk

melakukan reformasi besar-besaran di dalamnya. Melihat dari masa kepemimpinan yang

‘kosong’ itu, raja Yosia menggencarkan ekspansinya untuk melakukan pembersihan yang

besar terhadap Yehuda kemudian pada Israel yang lebih luas. Reformasi yang dilakukan oleh

Yosia pada umumnya merupakan reformasi agama dan juga merupakan bagian dari

52 Arief Budiman, Teori Pembangunan, 109. 53 Arief Budiman, Teori Pembangunan, 110-111. 54 Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik; Kedaulatan Dinasti Daud atas Wilayah Kesukuan Israel (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2014), 87. 55 George Ritzer, Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik, 521.

Page 30: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 22 -

sentralisasi terhadap Yerusalem yang merupakan kebijakan pemulihan wilayah oleh keluarga

Daud.56 Dalam masa pemerintahannya ini, Yosia mengembangkan gaya kepemimpinan yang

transformatif.Hal tersebut dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar Yehuda,

maka Yosia sebagai pemimpin dengan memikirkan secara cerdik bahwa ini merupakan

situasi yang tepat dalam melakukan reformasi besar-besaran, sebelum bangsa Babel

menyebar lebih luas, maka Yosia merupakan sosok yang lihai dalam kepemimpinannya dan

reformasi yang dilakukannya ini merupakan tujuan utama dari Sejarah Deuteronomistik.

4. Relevansi Gaya Kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia bagi Dunia Masa Kini

Pada akhirnya ketika mengkaji ketiga raja tersebut, penulis melihat bahwa akibat

dunia luar (eksternal) sangat berpengaruh terhadap kualitas bangsa mereka. Baik relasi antara

bangsa core (Asiria) dan bangsa periphery (Yehuda), juga berdampak bagi gaya

kepemimpinan Hizkia, Manasye dan Yosia dalam setiap masa jatuh dan bangkitnya Yehuda.

Ini yang menjadi titik tolak bagi tulisan ini, khususnya menyikapi kepemimpinan masa kini

yang cenderung tidak menentu, ironisnya banyak pemimpin yang mengikuti arus zaman,

bahkan terbawa arus tersebut. Pengikutnya menjadi korban akibat dari kepemimpinan yang

tidak bisa menempatkan situasi dan tidak bisa mencari jalan keluar dari permasalahan yang

ada.

Secara umum diketahui bahwa setiap masa kepemimpinan pasti akan menghadapi

setiap tantangan dan hambatan di dalamnya, tetapi di balik setiap tantangan dan hambatan

harus dilihat pasti ada suatu kekuatan dan kesempatan yang terbaik untuk melalui semuanya

itu. Layaknya permainan catur, harus ada pengorbanan jika mau melangkah lebih baik, sama

halnya sebagai seorang pemimpin terkadang mengorbankan ‘bidaknya’, tetapi itu merupakan

suatu strategi dan seni untuk melakukan suatu transformasi bagi kelompok maupun

organisasi untuk mencapai suatu tujuan bersama yang lebih baik. Terlebih khusus bagi gereja

yang saat ini menghadapi gempuran dan tantangan besar-besaran akibat pengaruh globalisasi

yang menyebar luas di setiap lini kehidupan, mulai dari perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang telah mempengaruhi setiap kehidupan manusia. Maka dari itu, sebagai

pemimpin harus melihat hal tersebut sebagai suatu tantangan untuk mengambil suatu pilihan

dan keputusan yang bijak dan matang dalam menjalani kehidupan ini, agar bukan manusia

56 Robert B. Coote, Sejarah Deuteronomistik, 84.

Page 31: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 23 -

yang diperalat oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) itu sendiri melainkan sebagai

manusia dapat melihat hal tersebut dengan bijak.

Penelitian kepustakaan ini jika direlevansikan bagi kehidupan masa kini, terkhusus

bagi negara Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016

mendatang dengan berbagai tantangan yang akan datang dari setiap negara manapun. Untuk

itu Indonesia harus mampu bersaing secara global sehingga mampu menjawab tantangan

MEA 2016. Oleh karena MEA membuka arus perdagangan barang, jasa, tenaga profesional,

dan sebagainya. Pada akhirnya kesempatan kerja semakin terbatas, dan semakin tingginya

pengangguran. Dalam hal ini negara Indonesia ketika menghadapi MEA 2016 secara

langsung maupun tidak langsung akan masuk dalam bagian negara periphery (pinggiran), dan

yang akan menjadi negara adidaya adalah negara-negara yang mempunyai produk-produk

mumpuni. Ketika hal ini terjadi, maka Indonesia menjadi negara yang dikuasai oleh negara

core (pusat), tanpa memiliki daya saing yang kuat untuk menghadapi semua itu. Maka dari

itu, kepemimpinan pada sebuah pemerintahan sangatlah diperlukan untuk menjaga stabilitas

ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya. Kepemimpinan yang membangun dan melakukan

transformasi bagi perubahan negara, terkhusus bagi kepentingan rakyat, bukan untuk orang

yang ‘berkepentingan’ dengan mengatasnamakan rakyat.

4.1 Kepemimpinan Kristen Masa Kini

Suatu refleksi melihat konteks kepemimpinan Kristen masa kini yang mana

dibutuhkan integritas dari seorang pemimpin, dibutuhkan suatu transformasi secara besar-

besaran. Pada masa kini, pemimpin yang baik bukan hanya mempunyai intelektual yang

mumpuni, melainkan dapat menyeimbangkan antara spiritualitas dan intelektual. Agar

kepemimpinan Kristen dapat menjadi garam dan terang di tengah-tengah masyarakat,

sehingga dapat membawa perubahan yang berarti. Dalam hal ini bukan hanya pemimpinnya

saja yang melakukan suatu transformasi kehidupan, melainkan setiap pengikutnya harus

bersama-sama melangkah maju membuat perubahan yang berarti bagi orang lain dengan

melihat konteks dan situasi yang terjadi. Meskipun acap kali tantangan dan hambatan akan

selalu ada, tetapi hal tersebut harus dilihat sebagai sesuatu kesempatan untuk memperbaharui

gaya kepemimpinannya. Kepemimpinan Kristen harus mempunyai strategi layaknya Hizkia,

Manasye dan Yosia, di mana mereka melakukan suatu pengorbanan, perlawanan dan

perubahan yang besar-besaran, itu semua tidak lepas dari visi dan misi mereka untuk

mempertahankan bangsa Yehuda. Tanpa adanya suatu visi dan misi yang kokoh bagi

Page 32: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 24 -

kepemimpinan Kristen, maka sangatlah sulit untuk melakukan suatu perubahan, karena

terkadang visi dan misi tersebut hanya terjebak dalam lingkup teoritis semata, tanpa

dinyatakan di dalam kehidupan nyata hari lepas hari. Pada akhirnya kepemimpinan Kristem

akan berhenti pada kepemimpinan tradisional yang menjadikan seorang pemimpin sebagai

tolak ukur dalam suatu komunitas. Maka dari itu, transformasi kepemimpinan sangat perlu

dalam hal mengembangkan pola pikir pemimpin bersama dengan orang yang dipimpin

(bersifat transformasional) sehingga ide-ide cemerlang dapat terealisasi dalam kehidupan

nyata sesuai dengan kebutuhan, dan juga konteks sosial yang ada.

5. Penutup

Hizkia, Manasye dan Yosia dalam pemerintahannya menunjukkan sebuah kualitas

pemimpin yang mempunyai pandangan ke depan, serta mampu bertahan di tengah pergolakan

yang didominasi oleh bangsadominan (core), yakni Asiria yang memegang peranan penting

dalam masa pemerintahan ketiga raja tersebut yang dalam konteks ini bagian dari bangsa

pinggiran (periphery). Sejak adanya imperialisme besar-besaran dari Asiria terhadap Yehuda,

maka tanpa disadari penindasan secara struktural terjadi secara besar-besaran, yakni

hubungan antara bangsa besar (Asiria) dengan Yehuda saat itu. Adanya hubungan timbal

balik, tetapi hubungan yang terjadi di sini bukanlah hubungan yang saling menguntungkan

(Simbiosis Mutualisme), melainkan hubungan yang cenderung selalu menguntungkan satu

pihak dan merugikan pihak yang lain (Parasitisme). Inilah yang menjadikan suatu ancaman

bagi pemimpin-pemimpin Yehuda saat itu, tetapi di sisi lain ini menjadi suatu peluang bagi

bangsa Yehuda dalam membangun strategi menghadapi bangsa Asiria yang mendominasi

saat itu dan kemudian menjadi titik tolak pergerakan bangsa Yehuda yang dengan jeli melihat

suatu kesempatan, sama halnya ketika mereka melihat setiap tembok yang kokoh dan besar

pasti mempunyai suatu titik untuk dirobohkan. Ini merupakan siasat bagi Yehuda sebagai

bangsa core untuk menaikan kelasnya dari dinamika perpolitikan yang dilalui sampai pada

akhirnya bisa melakukan reformasi bagi bangsanya sendiri.

Kepemimpinan dalam masyarakat dapat membawa transformasi sosial yang lebih

baik, tekhusus untuk membentuk suatu masyarakat madani atau masyarakat yang beradab,

oleh karena kepemimpinan merupakan suatu hal yang krusial dalam suatu masyarakat.

Meskipun tantangan maupun hambatan yang pasti selalu ada, tetapi kepemimpinan masa kini

patut belajar dari ketiga raja (Hizkia, Manasye dan Yosia) tersebut dalam menghadapi

Page 33: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 25 -

tantangan dari dalam (bangsanya sendiri) maupun dari luar (Asiria). Kehidupan saat ini

dilanda krisis moral di berbagai sendi kehidupan, penulis melihat akar permasalahannya dari

penyalagunaan kekuasaan untuk‘kepentingan’ pribadi.Dengan melupakan bahkan ‘pura-pura

lupa’ bahwa kekuasaan tersebut merupakan suatu aspek dari kepemimpinan yang harus

dikembangkan untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk diri sendiri. Maka, penulis

menyadari bahwa aspek kepemimpinan haruslah interdisipliner dengan memakai pendekatan-

pendekatan lain (Agama, Sosial, Politik, Ekonomi, dan ilmu lainnya), agar tidak hanya

ditinjau dari satu sudut pandang saja, tetapi dapat secara menyeluruh menjadikan aspek

kepemimpinan sebagai subyek penelitian agar terbuka kesempatan untuk mengembangkan

setiap gaya kepemimpinan yang ada di setiap lini kehidupan manusia, tentunya dengan

menempatkannya sesuai dengan konteks sosial dan budaya yang ada.

Sebuah pengalaman sejarah yang sarat akan makna ini membawa kepada suatu

pemahaman bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses yang dijalankan dalam suatu

konteks dan situasi tertentu untuk mencapai suatu tujuan bersama yang mengarah pada

kebaikan orang banyak. Bangsa Yehuda menunjukkan bahwa betapa pentingnya

kepemimpinan dalam menghadapi dinamika kehidupan yang kompleks ini. Meski tidak ada

gaya kepemimpinan yang ideal antara satu dengan yang lainnya, tetapi yang perlu ditekankan

adalah dari setiap situasi maupun keadaan yang terjadi, berat maupun ringan, tantangan dari

dalam maupun dari luar. Hal ini tidak begitu berpengaruh jika menjadikan kepemimpinan

tersebut sebagai suatu ‘seni’ yang dapat dilakukan dan terus dikembangkan demi kepentingan

maupun tujuan bersama.

Page 34: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 26 -

Daftar Pustaka Bigham,W.V., The Pyschological foundations of Management (New York:Shaw, 1927).

Budiman, Arief, Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

1996).

Charles, J. Keating, Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya, (Yogyakarta: Kanisius,

1991), 9.

Chase-Dunn and HallThomas.,Core/Periphery relations in precapitalist world, (San

Francisco: Westview Press, 1991).

Coote, Robert B., & Coote.P.Mary, Kuasa,Politik & Proses Pembuatan Alkitab (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2009).

Coote, Robert B., Sejarah Deuteronomistik (Kedaulatan Dinasti Daud atas Wilayah

Kesukuan Israel) (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014)

Cross, Frank Moore., Canaanite Myth and Hebrew Epic: Essays in the History of The

Religion of Israel, (Cambridge: Harvard University Press, 1973).

David, Hinson., Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004).

Gottwald, Norman.K., Sociological Method in The Study of Acient Israel. (Maryknoll New

York: Orbis Books, 1983).

Gottwald, Norman.K., The Hebrew Bible: A Social-Literary Introduction, (Philadelphia:

Fortress Press, 1987).

Groenen, C., Pengantar ke Dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1992).

Hayes, J. H. & Holladay, C.R., Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta, BPK Gunung Mulia,

2002.

Hill, A.E and Walton J. H., Survey Perjanjian Lama, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2008).

Kadarman, A.M, Pengantar Ilmu Manajemen: buku panduan mahasiswa(Jakarta:PT

Gramedia Pustaka Utama, 1996).

Nawawi, Hadari., Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Madah Univeristy

Press)

Ord, David Robert dan Coote, Robert B., Apakah Alkitab Benar? : memahami kebenaran

Allah pada masa kini, (Jakarta: Gunung Mulia, 2001).

Pritchard, James B., Ancient Near Eastern Texts Related to the Old Testament (Princeton, NJ:

Princeton University Press, 1965)

Page 35: Kajian Sosio-Historis terhadap Pengaruh Asiria terhadap ......acuanbagi pemimpin-pemimpin gereja dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya ditinjau dari gaya

- 27 -

Ralph M. Stogdill. A Handbook of Leadership, The Free Press, (London: Collier Macmillan

Publishers, 1974).

Ritzer, George, Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir

Postmodern (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012).

Rungkat.M.K., Titaley.John., “Pengorbanan Anak dalam 2 Raja-Raja 21:6 menurut teori

pengorbanan,”WaskitaVol IV nomor 2 April, Salatiga, 2013.

Sashkin, M.G., Prinsip-prinsip Kepemimpinan (Jakarta: Penerbit Eirlangga, 2011).

Kosen, Stan., Aspek Manusiawi dalam Organisasi(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1986).

Sudarminta, J., Etika Umum Kajian Tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika

Normatif (Yogyakarta: Kanisius, 2013).

SuwardiEndraswara, Metode Penelitian Kebudayaan,(Irian Jaya:Pustaka Widyatama, 2006).

T.C. Mitchell, The Bible in the British Museu (London: The British Museum Press, 1988).

Vriezen.TH.C., Agama Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009).

Wahono.S.Wismoady., Di Sini Kutemukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986).

Wim van der Weiden dan Mgr Suharyo, Pengantar Kitab suci PL, (Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 2006).

Wiranto, Retnowati., Kepemimpinan Transformatif Menuju Kepemimpinan Baru

Gereja(Salatiga: Fakultas Teologi UKSW, 2012).

Wismoady Wahono S., Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung mulia, 2009).

Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid 1, (Jakarta: Cempaka

Putih, 1997).

Website:

http://legacy.fordham.edu/halsall/MOD/Wallerstein.asp/ "Modern History Sourcebook:

Summary of Wallerstein on World System Theory". Diakses 8 Juni 2015. 18.33 WIB.