kasus asietas yt

79
LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS (KECEMASAN) LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS (KECEMASAN) 1. Definisi : Ansietas adalah perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2004). Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2002). Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, sementara ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut Klasifikasi ansietas adalah : a. Ansietas ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

Upload: bung-ben

Post on 07-Jul-2016

239 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kasus ansietas

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Asietas Yt

LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS (KECEMASAN)

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS (KECEMASAN)

1. Definisi :

•      Ansietas adalah perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat

dibenarkan yang disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2004).

•      Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan

ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami

gangguan dalam menilai realitas (RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak

mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat

terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2002).

•      Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi

sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan rasa takut.

Takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya,

sementara ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut

Klasifikasi ansietas adalah :

a. Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

b. Ansietas sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal penting dan

mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang

selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Ansietas berat

Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung

untuk memusatkan perhatian pada hal kecil saja dan mengabaikan hal lain.

Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak

pengarahan/tuntutan.

Page 2: Kasus Asietas Yt

d. Panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Lahan persepsi sudah

terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat

melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntutan.

2. Faktor Predisposisi :

a. Biologis

1)      Latar belakang genetik :

a.Riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang sedang dan

dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor

b.Sensitivitas laktat

c.Kembar monozigot 5 x > dizigot

d.                  Sindrom kromosom 13 terkait dengan gangguan panik, sakit kepala berat,

hipotiroid

2)      Status nutrisi :

a.BB kurang (terlalu kurus) atau lebih dari BB ideal (overweight)

3)      Kondisi kesehatan secara umum : memiliki riwayat penyakit fisik

a.Riwayat penyakit kanker (semua jenis kanker)

b.Riwayat gangguan pada paru-paru : (seperti ada pada penyakit paru obstruksif

kronik, oedema paru, sumbatan jalan nafas, asma, embolus)

c.Riwayat gangguan jantung (Penyakit jantung bawaan atau demam rhematik,

riwayat serangan jantung, dan hipertensi, kondisi arteriosclerosis)

d.Riwayat penyakit endokrin (Hipertiroid, hipoglikemi, hipotiroid, premenstrual

sindrom, menopause)

e.Riwayat penyakit neurologis (Epilepsi, Huntington’s disease, Multiple Sclerosis,

Organic Brain Syndrome)

f.Riwayat penyakit gastrointestinal : Gastritis, Ulkus Peptik, CH

g.Riwayat penyakit integumen : Herpes, Varisela, Eskoriasis

h.Riwayat penyakit muskuloskletal : Fraktur dengan Amputasi,

i.  Riwayat penyakit reproduksi : Impoten, Frigid, Infertil,

j.  Riwayat penyakit kelamin : Gonorhoe, Sipilis

k.Riwayat penyakit imunologi : HIV/AIDS, Sindrom Steven Johnson

Page 3: Kasus Asietas Yt

4)      Riwayat penggunaan zat

a.Intoksikasi : obat antikolinergik, aspirin, kafein, kokain, halusinogen termasuk

phenchiclidine, steroid dan simpatomimetik

5)      Riwayat putus zat : alkohol, narkotik, sedatif-hipnotik

6)      Sensitivitas biologi :

a.Secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal.

b.Sistem neurokimia: GABA (Gama Amino Butiric Acid) defisiensi relatif atau

ketidakseimbangan GABA, Norepinephrin: terlalu aktif atau kurang aktif di

bagian otak yang berkaitan dengan ansietas, Serotonin: kekurangan atau

ketidakseimbangan

7)      Paparan terhadap racun

b. Psikologis

1)      Intelegensia

Retardasi mental ringan IQ 50-70

Retardasi mental sedang IQ 35-50

Kadang-kadang tidak mampu membuat penilaian dan keputusan

Kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi

2)      Kemampuan verbal

Adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran:

- buta - tuli

Adanya kerusakan area motorik bicara :

- pelo - gagap

Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman :

- perbedaan budaya - lokasi tempat tinggal yang terisolasi

Proses pengobatan yang menyebabkan gangguan bicara : ICU, NGT, ETT,

trakeostomi

3)     Kepribadian

ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen, obsesif

kompulsif/ kepribadian pencemas

4)      Pengalaman masa lalu

Pengalaman yang tidak menyenangkan :

Page 4: Kasus Asietas Yt

- di keluarga : masa kecil yang kacau, berpisah dengan orang tua

pada usia awal/ dini, proses imitasi dan identifikasi diri terhadap kedua orang

tua

- di tempat kerja : mutasi, PHK, pensiun, turun jabatan, konflik di tempat kerja

- di sekolah : tinggal kelas, tidak lulus, sering pindah sekolah

- di masyarakat

Riwayat pasca trauma yang buruk (pengalaman berperang, perkosaan, kecelakaan

yang serius, deprivasi atau penyiksaan yang buruk)

5)      Konsep diri

a) Gambaran diri:

- tidak menyukai tubuhnya

- merasa tidak sempurna

- ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan

potensi yang dimiliki

b) Identitas diri

- kerancuan identitas

c) Peran

- konflik peran

- peran ganda

- ketidak mampuan menjalankan peran

- tuntutan peran tidak sesuai usia

d) Ideal diri

- ideal diri tidak realistis

- ideal diri terlalu rendah

- ambisius

e) Harga diri

- harga diri rendah situasional

8). Motivasi

- motivasi rendah

9) Pertahanan psikologis

- self kontrol (kadang tidak mampu menahan diri terhadap dorongan yang

kurang positif)

Page 5: Kasus Asietas Yt

- menurut pandangan Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan super ego

c. Sosial Budaya

1)      Usia : remaja, dewasa awal

2)      Gender : wanita : pria = 2 : 1

3)      Pendidikan : kurang/ rendah

4)      Pendapatan : kurang/ rendah

5)      Pekerjaan : tidak tetap, tidak punya pekerjan, tidak mandiri dalam ekonomi,

beban kerja yang terlalu tinggi

6)      Status sosial : belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga

7)      Latar belakang budaya : budaya yang individualis, nilai budaya yang

bertentangan dengan nilai kesehatan dan nilai dirinya

8)      Agama dan keyakinan : semua agama, kurang mengamalkan ajaran agama dan

keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk

9)      Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome

10)  Pengalaman sosial : adanya perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan

penolakan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan orang

yang dicintai, lingkungan sosial yang rawan bencana, kriminalitas, kadang tidak

mampu berhubungan secara intim dengan lawan jenis

11)  Peran sosial : gagal melaksanakan peran sosial

12)  Keluarga : proses imitasi dan identifikasi diri terhadap kedua orang tua

3. Faktor Presipitasi

a. Nature

Faktor-faktor biologis;

1)      Status nutrisi : BB kurang (terlalu kurus) atau lebih dari BB ideal (overweight)

2)      Kondisi kesehatan secara umum : memiliki sakit fisik (kehilangan salah satu bgn

tubuh, kehilangan fungsi tubuh)

3)      Sensitivitas biologi :

secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal

Page 6: Kasus Asietas Yt

sistem neurokimia : GABA (Gama Amino Butiric Acid), norepinephrIn,

serotonin

4)      Paparan terhadap racun

Faktor-faktor psikologis

1)      Intelegensia

Retardasi mental ringan IQ 50-70

Retardasi mental sedang IQ 35-50

Kadang-kadang tidak mampu membuat penilaian dan keputusan

Kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi

2)      Kemampuan verbal

adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran:

-buta -tuli

adanya kerusakan area motorik bicara :

-pelo - gagap

adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman :

perbedaan budaya,

lokasi tempat tinggal yang terisolasi

proses pengobatan : ICU, NGT, ETT, Trakeostomi

3)     Moral

Konflik dengan norma atau peraturan di masyarakat, tempat kerja

Pelanggaran norma dan nilai di masyarakat

Terlibat masalah hukum

4)     Kepribadian:

ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen, obsesif

kompulsif/ kepribadian pencemas

5)     Pengalamanyang tidakmenyenangkan:

(korban perkosaan, kehilangan pekerjaan/ pensiun, kehilangan

sesuatu/ orang yang dicintai, saksi kejadian traumatis, ketegangan

peran, kekerasan, penculikan, perampokan, kehamilan di luar nikah,

perselingkuhan)

Page 7: Kasus Asietas Yt

6)      Konsep diri

Gambaran diri:

- tidak menyukai tubuhnya

- merasa tidak sempurna

- ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan

potensi yang dimiliki

Identitas diri

- kerancuan identitas

Peran

- konflik peran

- peran ganda

- ketidak mampuan menjalankan peran

- tuntutan peran tidak sesuai usia

Ideal diri

- ideal diri tidak realistis

- ideal diri terlalu rendah

- ambisius

Harga diri

- harga diri rendah situasional

7) Motivasi

- motivasi rendah

8). Pertahanan psikologis

- self kontrol

Faktor sosial budaya

1) Usia : remaja, dewasa awal

2)      Gender : wanita : pria = 2 : 1

3)      Pendidikan : kurang/ rendah

4)      Pendapatan : kurang/ rendah

5)      Pekerjaan : tidak tetap, tidak punya pekerjan, beban kerja yang terlalu tinggi

6)      Status sosial : menengah ke bawah

7)      Latar belakang budaya : budaya yang individualis

Page 8: Kasus Asietas Yt

8)      Agama dan keyakinan : semua agama, kurang mengamalkan ajaran agama

9)      dan keyakinannya

10)  Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome

11)  Pengalaman sosial : berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan orang

yang dicintai, lingkungan sosial yang rawan kriminalitas, bencana

alam, peperangan/ konflik, kecelakaan)

12)  Peran sosial : gagal melaksanakan peran sosial, gagal membentuk keluarga baru,

belum menikah

b. Origin

Internal:

1) Persepsi Individu yang buruk tentang dirinya dan orang lain

Eksternal

1) Kurang dukungan kelompok/ peer group

2) Kurang dukungan keluarga

2) Kurang dukungan masyarakat

c. Timing

1)      Stres terjadi dalam waktu dekat

2)      Stres terjadi dalam waktu yang cukup lama

3)      Stres terjadi secara berulang-ulang/ terus menerus

d. Number

1)      Sumber stres lebih dari satu (semua stressor yang ada selama usia tumbang)

2)      Stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat

4. Penilaian stressor

a. Kognitif

1)            Kerusakan perhatian

2)            Kurang konsentrasi

3)            Pelupa

4)            Kesalahan dalam menilai

5)            Preokupasi

Page 9: Kasus Asietas Yt

6)            Bloking

7)            Penurunan lapangan pandang

8)            Berkurangnya kreativitas

9)            Produktivitas menurun

10)        Bingung

11)        Sangat waspadai

12)        Berkurangnya objektivitas

13)        Takut kehilangan kontrol

14)        Takut bayangan visual

15)        Takut akan terluka atau kematian

16)        Kesadaran diri meningkat

17)        Mimpi buruk

b. Afektif

1. Mudah terganggu

2. Tidak sabar

3. Gelisah

4. Tegang

5. Nervous

6. Takut

7. Alarm

8. Frustasi

9. Teror

10. Gugup

11.Gelisah

12. Merasa bersalah

16. Pemalu

17. Frustasi

c. Fisiologik

Cardiovaskuler

1.Palpitasi

Page 10: Kasus Asietas Yt

2. Jantung berdebar

3. TD meningkat

4. Rasa mau pingsan

5. Pingsan

6. TD menurun

7. Denyut nadi menurun

Pernafasan

1. Nafas cepat

2. Nafas pendek

3. Tekanan pada dada

4. Nafas dangkal

5. Pembengkakan pada tenggorok

6. Sensasi tercekik

7. Terengah-engah

Neuromuskular

1.Refleks meningkat

2.Reaksi kejutan

3.Mata berkedip-kedip

4.Insomnia

5.Tremor

6.Rigiditas

7.Gelisah

8.Wajah tegang

Gastrointestinal

1. Kehilangan nafsu makan

2. Menolak makanan

3. Rasa tidak nyaman pada abdomen

4. Mual

5. Rasa terbakar di perut

6. Diare

7. Perut melilit

Page 11: Kasus Asietas Yt

Traktus Urinarius

1. Tidak dapat menahan kencing

2. Sering berkemih

Reproduksi

1. Tidak datang bulan (amenore)

2. Darah haid berlebihan

3. Darah haid amat sedikit

4. Masa haid berkepanjangan

5. Masa haid amat pendek

6. Haid beberapa kali dalam sebulan

7. Menjadi dingin

8. Ejakulasi dini

Integumen

1. Wajah kemerahan

2. Berkeringat setempat (telapak tangan)

3. Gatal

4. Rasa panas dan dingin pada kulit

5. Wajah pucat

6. Berkeringat seluruh tubuh

d. Behavioral

1.Gelisah

2.Ketegangan fisik

3.Tremor

4. Gugup

5. Bicara cepat

6. Kurang koordinasi

7.Cenderung mendapat cedera

8. Menarik diri dari hubungan interpersonal

9. Menghalangi

10. Melarikan diri dari masalah

Page 12: Kasus Asietas Yt

11. Menghindar

12. Hiperventilasi

e. Respon Sosial

1. Kadang kadang menghindari kontak sosial/ aktivitas sosial

menurun

2. Kadang-kadang menunjukkan sikap bermusuhan

5. Sumber Koping

a. Personal ability

1)      Kurang komunikatif

2)      Hubungan interpersonal yang kurang baik

3)      Kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu

4)      Mengalami gangguan fisik

5)      Perawatan diri yang kurang baik

6)      Tidak kreatif

b. Sosial Support

1)      Hubungan yang kurang baik antar : indiv, keluarga , kelp dan masyarakat

2)      Kurang terlibat dalam organisasi sosial/ kelompok sebaya

3)      Ada konflik nlai budaya

c. Material Assets

1)      Kurang memilki penghasilan secara individu.

2)      2. Sulit mendapat pelayanan kesehatan

3)      3. Tidak memiliki pekerjaan/ vokasi/ posisi

d. Positive beliefs

1)      Tidak mempunyai keyakinan dan nilai yang positif

2)      2. Kurang memiliki motivasi

3)      3. Kurang berorientasi kesehatan pada

4)      pencegahan (lebih senang melakukan pengobatan )

Page 13: Kasus Asietas Yt

6. Mekanisme koping

Konstruktif

Kecemasan dijadikan sebagai tanda dan peringatan. Individu menerimanya

sebagai suatu pilihan untuk pemecahan masalah. Seperti : negosiasi/ kompromi,

meminta saran, perbandingan yang positif, penggantian rewards

Destruktif

Menghindari kecemasan tanpa menyelesaikan masalah atau konflik tsb. Seperti

denial, supresi atau proyeksi, menyerang, menarik diri

INTERVENSI PADA KLIEN ANSIETAS

Intervensi Generalis

Individu

Tujuan :

1. Pasien mampu mengenal ansietas

2. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi

3. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk

mengatasi

Ansietas

Tindakan keperawatan

1. Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien

merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.

Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah :

a. mengucapkan salam terapeutik

b. berjabat tangan

c. menjelaskan tujuan interaksi

d. membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

Page 14: Kasus Asietas Yt

2. Bantu pasien mengenal ansietas

a. bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

b. bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas

c. bantu pasien mengenal penyebab ansietas

d. bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas

3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya

diri

a. pengalihan situasi

b. latihan relaksasi

1) Tarik nafas dalam

2) mengerutkan dan mengendurkan otot-otot

c. teknik 5 jari

4. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul

Keluarga

Tujuan :

1. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya

2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas

3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas

4. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas

5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas

Tindakan keperawatan

1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala

3. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas

4. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengajarkan

teknik

relaksasi

5. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan bagaimana

merujuk pasien

Page 15: Kasus Asietas Yt

6. Terapi Aktivitas Kelompok

Intervensi Spesialis

1. Terapi individu : Deep Breathing, Relaksasi Progresif, Meditasi, Visualisasi,

Penghentian Pikiran

2. Terapi keluarga : Triangle Terapi, Terapi Komunikasi

3. Terapi kelompok : Logoterapi, Terapi Supportif

4. Terapi komunitas : Psikoedukasi

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN ANSIETAS

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Ny. A (30 tahun), bekerja, dirawat di Rumah Sakit B untuk pertama kalinya

dengan keluhan nyeri pada perut kanan bagian bawah. Ny. A merasa gelisah,

cemas, tidak bisa tidur karena baru pertama kalinya dirawat di Rumah Sakit

2. Diagnosa Keperawatan : Ansietas

3. Tujuan :

1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya

2. Pasien mampu mengenal ansietas

3. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi

4. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk

mengatasi

ansietas

4. Tindakan keperawatan

1. Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien

merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.

Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya

adalah :

a. mengucapkan salam terapeutik

Page 16: Kasus Asietas Yt

b. berjabat tangan

c. menjelaskan tujuan interaksi

d. membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2. Bantu pasien mengenal ansietas

a. bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

b. bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas

c. bantu pasien mengenal penyebab ansietas

d. bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas

3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya

diri

a. pengalihan situasi

b. latihan relaksasi

1) Tarik nafas dalam

2) mengerutkan dan mengendurkan otot-otot

c. teknik 5 jari

4. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul

B. Proses pelaksanaan tindakan

Orientasi :

”Selamat Pagi Mbak, perkenalkan nama saya Indrisari Christin, panggil saja saya

Suster Indri, saya perawat yang akan merawat mbak selama di rumah sakit ini,

saya akan datang setiap hari dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore, Apa betul ini

mbak LS ? Mbak lebih suka dipanggil siapa?”

”Tujuan saya merawat mbak untuk membantu mengatasi masalah yang mbak

rasakan”

”Bagaimana perasaan Mbak L pagi ini?”

”O, jadi Mbak L semalam tidak bisa tidur?”

”Baiklah, mbak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang

perasaan yang Mbak rasakan?”

’Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit?”

”Kita berbincang-bincang disini saja ya mbak, di ruangan Mbak?”

Page 17: Kasus Asietas Yt

Kerja

”Coba Mbak ceritakan apa yang mbak rasakan?”

”Oh, jadi Mbak merasa gelisah, cemas karena harus dirawat di RS?”

”Apakah sebelumnya Mbak pernah mengalami sakit sehingga perlu dirawat di

RS?”

”Jadi Mbak baru pertama kali dirawat di RS ?”

“Selama ini, bila Mbak punya masalah yang mengganggu, apa yang Mbak

lakukan?”

”Jadi kalau Mbak punya masalah, Mbak akan memikirkan terus masalah itu

sehingga Mbak merasa gelisah, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan?”

“Apakah sebelumnya Mbak pernah mengalami masalah yang Mbak anggap cukup

berat?”

“Apakah Mbak mampu menyelesaikan masalah tersebut?”

“Wah, baik sekali, berarti dulu Mbak pernah mampu menyelesaikan masalah

yang cukup berat, saya yakin sekali Mbak sekarang juga akan mampu

menyelesaikan kecemasan yang Mbak rasakan”

“Baiklah Mbak, bagaimana kalau sekarang kita coba latihan relaksasi dengan cara

tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara yang cukup mampu untuk

mengurangi kecemasan yang mbak rasakan. Bagaimana kalau kita latihan

sekarang, Saya akan lakukan, mbak perhatikan saya, lalu mbak bisa mengikuti

cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya mbak.”

“Mbak silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, mbak tarik nafas

dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu

bapak hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah,

sekarang coba mbak praktikkan. Wah bagus sekali, mbak sudah mampu

melakukannya. Mbak bisa melakukan latihan ini selama 5 sampai 10 kali sampai

mbak merasa relaks atau santai”

Terminasi

”Bagaimana perasaan mbak setelah kita ngobrol tentang masalah yang mbak

rasakan dan latihan relaksasi?”

Page 18: Kasus Asietas Yt

”Bagus sekali, jam berapa mbak akan berlatih lagi melakukan cara ini? Mari, kita

masukkan dalam jadual harian mbak. Jadi, setiap mbak merasa cemas, mbak bisa

langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah

kita buat. Latihan relaksasi ini hanya salah satu cara yang bisa digunakan untuk

mengatasi kecemasan atau ketegangan, masih ada cara lain dengan latihan

mengerutkan dan mengendurkan otot, bagaimana kalau kita latihan cara yang

kedua ini besok pagi, seperti biasa jam 10 pagi di ruangan ini? Selamat pagi,

Mbak.”

Page 19: Kasus Asietas Yt

LAPORAN PENDAHULUAN

1.     DEFINISI      Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Corner, 1992). Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu. 

     Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

     Sisi negatif ansietas atau sisi yang membahayakan ialah rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata atau potensial. Hal ini menghabiskan tenaga, menimbulkan rasa takut, dan menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial. Diagnosis gangguan ansietas ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai tanda bahaya, melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar kehidupan individu sehingga menyebabkan perilaku maladaptif dan disabilitas emosional. Misalnya, diagnosis gangguan ansietas umum ditegakkan ketika individu selalu khawatir tentang sesuatu atau semua hal tanpa alasan yang nyata, merasa gelisah, lelah, dan tegang, serta sulit berkonsentrasi selama sekurang-kurangnya enam bulan terakhir. Makalah ini berfokus pada gangguan ansietas yang menyebabkan ansietas yang ekstrenm dan melemahkan, yang mengganggu kehidupan sehari-hari individu.

2.     ETIOLOGI (PENYEBAB)Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya. 

Page 20: Kasus Asietas Yt

3.     TINGKATAN ANSIETASAnsietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1.      Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :

a.       Respons fisik- Ketegangan otot ringan- Sadar akan lingkungan- Rileks atau sedikit gelisah- Penuh perhatian- Rajin

b.      Respon kognitif- Lapang persepsi luas- Terlihat tenang, percaya diri- Perasaan gagal sedikit- Waspada dan memperhatikan banyak hal- Mempertimbangkan informasi- Tingkat pembelajaran optimal

c.       Respons emosional- Perilaku otomatis- Sedikit tidak sadar- Aktivitas menyendiri- Terstimulasi- Tenang

2.      Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :

a.       Respon fisik :- Ketegangan otot sedang- Tanda-tanda vital meningkat- Pupil dilatasi, mulai berkeringat- Sering mondar-mandir, memukul tangan- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

Page 21: Kasus Asietas Yt

b.      Respons kognitif- Lapang persepsi menurun- Tidak perhatian secara selektif- Fokus terhadap stimulus meningkat- Rentang perhatian menurun- Penyelesaian masalah menurun- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

c.       Respons emosional- Tidak nyaman- Mudah tersinggung- Kepercayaan diri goyah- Tidak sabar- Gembira

3.      Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :

a.       Respons fisik- Ketegangan otot berat- Hiperventilasi- Kontak mata buruk- Pengeluaran keringat meningkat- Bicara cepat, nada suara tinggi- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan- Rahang menegang, mengertakan gigi- Mondar-mandir, berteriak- Meremas tangan, gemetar

b.      Respons kognitif- Lapang persepsi terbatas- Proses berpikir terpecah-pecah- Sulit berpikir- Penyelesaian masalah buruk- Tidak mampu mempertimbangkan informasi- Hanya memerhatikan ancaman- Preokupasi dengan pikiran sendiri- Egosentris

c.       Respons emosional- Sangat cemas- Agitasi- Takut- Bingung- Merasa tidak adekuat- Menarik diri

Page 22: Kasus Asietas Yt

- Penyangkalan- Ingin bebas

4.      Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :

a.       Respons fisik- Flight, fight, atau freeze- Ketegangan otot sangat berat- Agitasi motorik kasar- Pupil dilatasi- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun- Tidak dapat tidur- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang- Wajah menyeringai, mulut ternganga

b.      Respons kognitif- Persepsi sangat sempit- Pikiran tidak logis, terganggu- Kepribadian kacau- Tidak dapat menyelesaikan masalah- Fokus pada pikiran sendiri- Tidak rasional- Sulit memahami stimulus eksternal- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

c.       Respon emosional- Merasa terbebani- Merasa tidak mampu, tidak berdaya- Lepas kendali- Mengamuk, putus asa- Marah, sangat takut- Mengharapkan hasil yang buruk- Kaget, takut- Lelah

Page 23: Kasus Asietas Yt

Gambar berikut adalah rentang respon ansietas:

4.     FAKTOR PREDISPOSISIStressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:

1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

 

5.     FAKTOR PRESIPITASIStresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :

Page 24: Kasus Asietas Yt

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

 

6.     SUMBER KOPING dan MEKANISME KOPING

1. SUMBER KOPING

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

2. MEKANISME KOPING

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

A.    Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

a.      Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

b.      Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.

Page 25: Kasus Asietas Yt

c.       Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang. 

B.     Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

a.      Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.

b.     Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.

c.       Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.

d.      Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

Page 26: Kasus Asietas Yt

 

STRATEGI PELAKSANAAN

1.     STRATEGI PELAKSANAAN 1

Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan pada Pasien

Tindakan Keperawatan pada Keluarga

Ansietas SP I p

1. Identifikasi stressor

cemas.

2. Identifikasi koping

maladaptif dan

akibatnya.

3. Bantu perluas lapang

persepsi.

4. Konfrontasi positif

(jika perlu).

5. Latih teknik

relaksasi: nafas

dalam.

6. Membimbing

memasukkan dalam

jadwal kegiatan.

SP I k

1. Mendiskusikan

masalah yang

dirasakan keluarga

dalam merawat pasien

2. Menjelaskan

pengertian, tanda dan

gejala ansietas sedang

yang dialami pasien

beserta proses

terjadinya.

3. Menjelaskan cara-cara

merawat pasien

cemas.

SP II p

1. Validasi masalah dan

latihan sebelumnya.

2. Latih koping:

beraktivitas.

3. Membimbing

memasukkan dalam

jadwal kegiatan.

SP II k

1. Melatih keluarga

mempraktekkan cara

merawat pasien cemas

sedang.

2. Melatih keluarga

melakukan cara

merawat langsung

Page 27: Kasus Asietas Yt

pasien cemas sedang.

SP III p

1. Validasi masalah dan

latihan sebelumnya.

2. Latih koping: olah

raga.

3. Membimbing

memasukkan dalam

jadwal kegiatan.

SP III k

1. Membantu keluarga

membuat jadual

aktivitas di rumah

termasuk minum obat

2. Mendiskusikan

sumber rujukan yang

bisa dijangkau oleh

keluarga

2.     STRATEGI PELAKSANAAN 2

SP 1 : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal ansietas, dan

membantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas

Fase Orientasi:

“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Dayat, panggil saya dayat, saya perawat yang akan merawat bapak dan datang kerumah bapak seminggu dua kali, yaitu hari rabu dan Sabtu jam 10.00 pagi. “Nama bapak siapa, suka dipanggial apa?” “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Oh, jadi bapak merasa tidak nyaman?”, “Baiklah pak, kita akan berbincang-bincang tentang perasaan yang bapak rasakan. “Berapa lama kita bincang-bincang? “Bagaimana kalau 20 menit”.”Dimana tempatnya pak? Bagaimana kalau disini saja?”

Fase Kerja:

“Apa yang bapak rasakan?, “Bagaimana perasaan itu bisa muncul?”. “Apa yang bapak

lakukan jka perasaan itu cemas itu muncul?”. “Oh, jadi bapak mondar-mandir dan banyak

bicara jika perasaan cemas dan tidak nyaman itu muncul”.”Ada peristiwa apa sebelum

ansietas itu muncul? “Atau adakah hal-hal yang bapak pikirkan sebelumnya?” “Jadi bapak

Page 28: Kasus Asietas Yt

akan merasa cemas jika ada pekerjaan bapak yang belum bisa bapak selesaikan. Bisa kita

diskusikan apa yang membuat pekerjaan bapak tidak selesai? Oh, jadi bapak merasa beban

kerja yang diberikan diluar kesanggupan bapak untuk menyelesaikannya. . “Apakah

sebelumnya bapak pernah mendapatkan beban kerja yang tinggi pula? Apakah bapak bisa

menyelesaikan pekerjaan tersebut? Wah, baik sekali, berarti dulu bapak mampu menyelesaikan pekerjaan yang banyak. Bagaimana cara bapak menyelesaikan pekerjaan itu

 waktu dulu?”.

Fase Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?”, “Coba bapak sebutkan lagi apa yang membuat Bapak cemas?” apa perubahan yang bapak rasakan dengan kondisi kecemasan,”. “Dua hari lagi saya akan datang untuk mengajarkan latihan relaksasi, jam 10.00 tempatnya disini ya Pak, Sekarang saya pamit dulu Assalamualaikum Wr Wb.”

SP 2 : Mengontrol Kecemasan Dengan Relaksasi Nafas Dalam

Fase Orientasi:

“Assalamualaikum Pak Ahmad, bagaimana perasaan bapak hari ini?’ Apakah bapak sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan Bapak?’, “Sesuai janji kita dua hari yang lalu, hari ini saya datang kembali untuk mendiskusikan tentang latihan relaksasi dengan tehnik tarik napas dalam.” Berapa lama kita akan berlatih pak? “Bagaimana jika 20 menit?” Dimana kita diskusi? “Bagaimana jika di halaman samping?”

Fase Kerja:

Pak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya seluruh badan bapak tegang, baik fikiran maupun fisik, Nah, latihan relaksasi ini bermanfaat untuk membuat fisik bapak relak atau santai. Dalam latihan ini bapak harus memusatkan pikiran dan perhatian bapak pada pernapasan, gerakan mengembang dan mengempisnya otot dada bapak saat bernapas . Bisa kita mulai pak?” Sekarang bapak silahkan duduk

Page 29: Kasus Asietas Yt

tegap seperti saya. Pertama-tama: bapak tarik napas perlahan-lahan, dalam hitungan satu, bapak pikirkan bahwa adara memasuki bagian bawah paru-paru bapak, pada hitungan dua bapak bayangkan udara mengisi bagian tengah paru-paru bapak dan pada hitungan tiga bapak bayangkan seluruh paru-paru bapak sudah terisi dengan udara, setelah itu tahan napas dalam hitungan tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang bapak lihat saya mempraktekkanya. “Sekarang coba bapak praktekkan! “Wah, bagus sekali bapak sudah mampu melakukannya. “ Bapak bisa latih kembali relaksasi nafas dalam.

Fase teminasi:

“bagaimana perasaan bapak setelah latihan tarik napas dalam ini?” Coba bapak ulangi satu kali lagi”” Bagus sekali.” Setiap kali bapak mulai merasa cemas, bapak bisa langsung praktekkan cara ini. “Lusa saya akan datang lagi untuk mengajarkan latihan yang lain yaitu dengan mengendurkan dan mengencangkan seluruh otot bapak. Seperti biasa pak Jam 10.00 WIB. Assalamualaikum Pak ahmad.

Page 30: Kasus Asietas Yt

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Diagnosa Keperawatan NANDA NIC-NOC (terjemahan)

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Ibrahim, Ayub Sani. 2007. Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Dua As-As : Jakarta

Kaplan, Harold I, dkk. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika : Jakarta

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit Aesculapius : Jakarta.

Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Penerbit MocoMedia : Yogyakarta.

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC :

Jakarta.

Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC : Jakarta.

Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar sKeperawatan Jiwa, EGC : Jakarta.

Page 31: Kasus Asietas Yt

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KECEMASAN

By : Mas Irul

1.    Pengertian

Ansietas adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam merespon terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik (Linda Juall Carpenito, Edisi 8).

Ansietas adalah perasaan yang tidak jelas tentang keprihatinan dan khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (May, 1987).

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam dan terkait dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan perasaan isolasi, keterasingan dan ketidakamanan juga hadir (Stuart dan Laraia, 2005).

2.    Etiologi       Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari, 2008),  sebagai berikut:

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

2. Merasa tegang, tidak senang, gelisah, mudah terkejut3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat6. Keluhan-keluhan somatik

3.    Tingkatan ansietas       Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkatan ansietas sebagai berikut:

1. Ansietas ringan. Ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadikan waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

2. Ansietas sedang. Memusatkan pada hal yang penting dan mengesapingkan yang lain, sehinggga seseorang mengalami perhatian yang selektif.

3. Ansietas berat. Cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.

4. Tingkat panik. Peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.

Page 32: Kasus Asietas Yt

4.    Pengukuran kecemasanMengetahui derajat kecemasan ringan, sedang, berat dan panik dikenal dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA). Terdiri dari 10 kelompok gejala yang masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka, yaitu:

1. Nilai 0 (tidak ada gejala yang muncul)                     = tidak ada gejala2. Nilai 1 (hanya 1 gejala yang muncul)                       = gejala ringan3. Nilai 2 (sebagian gejala yang muncul)                      = gejala sedang4. Nilai 3 (lebih dari sebagian gejala yang muncul)       = gejala berat5. Nilai 4 (seluruh gejala yang muncul)                        = gejala berat

sekali/panik

10 komponen kecemasan yaitu:

1. Perasaan cemas2. Ketegangan3. Ketakutan4. Gangguan tidur5. Gangguan kecerdasan6. Perasaan depresi7. Gejala somatik8. Gejala sensorik9. Gejala kardiovaskuler10. Gejala pernafasan

5.    Faktor predisposisiMenurut Stuart dan Laraia (1998:177-181) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas, diantaranya:a.    Faktor biologis       Otak mengadung reseptor untuk benzodiazepin, membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA        berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin.b.    Faktor psikologis       Pandangan psikoanalitik

Konflik emosional antara 2 elemen yaitu: id (dorongan insting atau impuls primitif) dan superego (hati nurani). Ego berfungsi menengahi tuntutan dari 2 elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

Pandangan interpersonal. Perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan

interpersonal Pandangan prilaku. Merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Page 33: Kasus Asietas Yt

c.    Sosial budaya       Merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan       berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

6.    Faktor presipitasiFaktor presipitasi dibedakan menjadi:

1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang dan menurunya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari.

2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial

7.    Mekanisme kopingMekanisme koping adalah distorsi kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan rasa kendali terhadap situasi, mengurangi rasa tidak nyaman dan menghadapi situasi yang menimbulkan stres (Videbeck, 2008).mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart dan Sundeen, 2002), yaitu:

1. Mekanisme koping adaptif. Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.

2. Mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping yang menghambat fungsing integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Ada 2 sistem koping yang digunakan pada seseorang yang mengalami kecemasan, (Stuart, 2006), yaitu:a.    Reaksi orientasi tugas (Task Oriented Reaction)       Ada 3 reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:

1. Prilaku menyerang. Digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.

2. Prilaku menarik diri. Digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik maupun psikologis.

3. Prilaku kompromi. Digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

b.    Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction)       Reaksi ini berguna untuk melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.

B.   Konsep Dasar AskepBatasan karakteristik Mayor (Adams et al, 1997), harus terdapat:

Page 34: Kasus Asietas Yt

1. Fisiologis2. Emosional3. Kognitif

1.    Pengkajiana.    Data subyektif1).   Fisiologis Individu mengatakan:

a).    Gelisah b).    Berdebar-debar c).    Sering berkemih d).   Diare f).    Sakit dan nyeri tubuh g).    Pusing/mau pingsan h).    Rasa panas/dingin i).     Anoreksia

2.    Emosional . Individu mengatakan bahwa ia merasakan:

a).    Ketakutan b).    Ketidakberdayaan c).    Gugup d).   Kurang percaya diri e).    Ketegangan f).    Kehilangan kontrol g).    Tidak dapat rileks

3.    Kognitif. Individu mengatakan:

Tidak dapat konsentrasi

4.    Faktor-faktor yang berhubungana).   Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap konsep diri sekunder akibat:

(1).  Perubahan status atau prestise (2).  Kegagalan (3).  Dilema etis

b).   Berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasakan sekunder akibat:

(1).  Sekarat (2).  Serangan (3).  Prosedur invasif (4).  Penyakit

Page 35: Kasus Asietas Yt

c).   Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan aktual atau yang dirasakan akibat:

(1).  Hospitalisasi

b.    Data obyektif1).   Fisiologis

a).    Peningkatan frekwensi jantung b).    Peningkatan tekanan darah c).    Peningkatan frekwensi pernafasan d).   Pucat atau kemerahan e).    Mulut kering f).    Dilatasi pupil g).    Suara tremor h).    Gelisah

2).   EmosionalIndividu memperlihatkan

a).    Peka rangsang/tidak sabar b).    Marah berlebihan dan menangis c).    Cenderung menyalahkan orang lain d).   Menarik diri f).    Kurang inisiatif g).    Mencela diri h).    Kontak mata buruk

3).   Kognitif

a).    Penurunan kemampuan belajar b).    Mudah lupa c).    Konfusi

2.   Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa aman ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan2. Gangguan rasa aman ansietas berhubungan dengan hospitalisasi3. Gangguan rasa aman ansietas berhubungan dengan prosedur operasi

3.    Perencanaana.    Rencana tindakan

1. Kaji tingkat ansietas pasien/keluaga2. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga3. Pertahankan kontak sering dengan pasien/keluarga untuk mendengarkan

masalah dan perasaan pasien/keluarga

Page 36: Kasus Asietas Yt

4. Sediakan informasi yang akurat tentang penyakit, pengobatan, dan perkembangan penyakit

5. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati6. Hindari harapan-harapan kosong dengan menyediakan informasi yang

spesifik7. Libatkan pasien/keluarga dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi

maksimum pada rencana pengobatan8. Pahami rasa takut/ansietas9. Identifikasi cara-cara dimana pasien/keluarga mendapatkan bantuan jika

dibutuhkan10. Dorong/intruksikan metode bimbingan imajinasi/relaksasi mental

b.    Rencana tujuan

1. Tingkat ansietas yang dialami teridentifikasi ringan, sedang, berat, panik2. Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami3. Memantapkan hubungan, meningkatkan ekspresi perasaan dan membantu

pasien/keluarga untuk melihat realitas dari penyakit/pengobatan.4. Meningkatnya pemahaman tentang penyakit, pengobatan, dan

perkembangan penyakit5. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, penurunan rasa terisolasi dan

mengurangi perasaan khawatir6. Memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga untuk merasa terjamin7. Membantuk memfokuskan perhatian pasien/keluarga dalam arti positif dan

memberikan rasa kontrol8. Membantu pasien/keluarga untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikan

dan menghadapinya9. Memberi jaminan bahwa staf bersedia untuk mendukung/membantu10. Meningkatkan pelepasan endorfin dan membantu dalam perkembangan

kontrol lokus internal, mengurangi ansietas.

4.    Pelaksanaan

1. Mengkaji tingkat ansietas pasien/keluarga2. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga3. Melakukan kontak dengan pasien/keluarga, mendengarkan masalah dan

perasaan, membina hubungan saling percaya4. Memberikan informasi yang akurat tentang penyakit, pengobatan, dan

perkembangan penyakit5. Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati dengan berbicara perlahan

dan tenang, mengunakan kalimat yang pendek dan sederhana6. Memberikan informasi yang spesifik tentang penyakit, pengobatan dan

perkembangan penyakit7. Melibatkan pasien/keluarga dalam rencana perawatan dan mendorong

partisipasi maksimum pada rencana pengobatan8. Memahami rasa takut/ansietas pasien/keluarga9. Memberi informasi dimana pasien/keluarga bisa mendapatkan bantuan10. Memberikan bimbingan imajinasi/relaksasi

Page 37: Kasus Asietas Yt

5.    Evaluasi

1. Tingkat ansietas teridentifikasi2. Informasi dapat diterima dan dipahami3. Terbina hubungan saling percaya4. Pasien/keluarga paham tentang penyakit, pengobatan, dan perkembangan

penyakit5. Kebutuhan dasar manusia terpenuhi, perasaan terisolasi dan khawatir

berkurang6. Pasien/keluarga merasa terjamin7. Pasien/keluarga terfokus, terkontrol dan berpartisipasi dalam rencana

pengobatan8. Pasien/keluarga bersikap terbuka, dapat berdiskusi dan menghadapinya9. Pasien/keluarga merasa terjamin10. Ansietas berkurang

Page 38: Kasus Asietas Yt

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KECEMASAN

A. Pengertian

Kecemasan adalah suatu perasaan kuatir yang samar, sumbernya seringkali tidak spesifik

atau tidak di ketahui oleh individu tersebut (Mary C Towserd, 1998).

Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas penyebabnya (Singgih d Gunarsa,

1989). (Perry dan Potter, 2002)

B. Penyebab Kecemasan

Menururt (Mary C Towserd, 1998) penyebab kecemasan antara lain:

1). Teori Biologi

Biokimia dan neurofisiologis perpengaruh pada etiologi dan kelainan-kelainan.

Genetika penyelidikan akhir-akhir ini mengidentifikasi bahwa kelainan kecemasan paling

sering ditemukan pada populasi umum.

2) Teori Psikososial

Psikodinamik : teori ini menganggap prediposisi untuk kelainan kecemasan saat tugas

diberikan untuk tahap perkembangan awal belum terpecahkan.

Interpersonal : respon kecemasan untuk kesuksesan dalam hubungan interpersonal

berhasal dari hubungan awal orang tua dalam perawatan anak.

Sosiokultural : bahwa kelainan kecemasan dipengaruhi oleh suatu kontraindikasi yang

banyak terjadi dalam masyarakat yang mengkonstribusikan perasaan tidak aman.

3) Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada perkembangan masa bayi, anak, remaja

(Perry dan Potter, 2002)

C. Tingkat kecemasan

1). Kecemasan Ringan

Page 39: Kasus Asietas Yt

Kecemasan ringan adalah kecemasan normal dimana motivasi individu pada keseharian

dalam batas kemampuan untuk melakukan dan memecahkan masalah, karakteristik dari

kecemasan ringan adalah gelisah, perubahan nafsuh makan, pengulangan pertanyaan,

mudah marah, peningkatan kewaspadaan.

2) Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru dengan

penyempitan lapang persepsi sehingga individu kehilangan pegangan tetapi dapat

mengikuti pengarahan dari orang lain, karakteristik dari kecemasan sedang adalah

ketidak nyamanan, perubahan dalam nada suara, tekanan darah meningkat, gemetaran.

3) Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah dimana lapang pandang dipersmpit sampai titik dimana

individu tidak dapat memecahkan atau mempelajari masalah, karakteristik dari

kecemasan berat adalah perasaan terancam, mual, muntah, ketidakmampuan

konsentrasi, pusing dan diare atau kontipasi. (Perry dan Potter, 2002)

D. Penilaian Tingkat Kecemasan

Untuk test kecemasan dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan langsung,

mendengarkan cerita serta mengobservasinya, terutama perilaku non verbal. Hal ini

berguna untuk menentukan adanya kecemasan dan tingkat kecemasannya (Maramis,

1995).

Dalam penilaian kecemasan dipakai skor HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang

dianggap baku, gejala-gejala yang tercantum pada HARS terdiri dari 14 item dengan

perincian sebagai berikut :

1) Perasaan Cemas

Firasat buruk

Takut pada pikiran sendiri

Mudah tersinggung

2) Ketegangan

Merasa tegang

Page 40: Kasus Asietas Yt

Lesu

Mudah terkejut

Tidak bisa istirahat dengan nyenyak

Mudah menangis

Gemetar

Gelisah

3) Ketakutan

Pada gelap

Ditinggal sendiri

Pada orang asing

Pada binatang besar

Pada kerumunan orang banyak

4) Gangguan Tidur

Sukar masuk tidur

Terbangun malam hari

Tidak pulas

Mimpi buruk

5) Gangguan kecerdasan

Daya ingat menurun

Sering bingung

6) Perasaan Depresi

Kehilangan minat

Page 41: Kasus Asietas Yt

Berkurangnya kesenangan pada hobi

Sedih

Bangun dini hari

Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7). Gejala Somatik

Nyeri otot

Kaku

Gigi gemeretak

Iman tidak stabil

8). Gejala Sensorik

Penglihatan kabur

Merasa lemah

9). Gejala kerdiovaskuler

Berdebar-debar

Nyeri dada

Denyut nadi lemas

Rasa lemah seperti mau pingsan

10). Gejala Pernafasan

Rasa tertekan didada

Perasaan tercekik

Merasa sesak

11).Gejala Gastroinsterinal

Page 42: Kasus Asietas Yt

Sulit menelan

Gangguan pencernaan

Mual-munta

Berat badan berkurang

Konstipasi

12) Gejala Urogenitalia

Sering kencing

Tidak dapat menahan kencing

Amenorrhoe

Impoten

13). Gejala Vegetatif / Otonom

Mulut kering

Muka kering

Mudah berkeringat

Sakit kepala

Bulu roma berdiri

14). Perilaku Saat Wawancara

Gelisah

Tidak tenang

Muka tegang

Mengerutkan kepala

Jari gemetar

Page 43: Kasus Asietas Yt

Muka marah

Napas pendek

Penentuan derajat kecemasan adalah:

Apabila skore <6 maka tidak ada kecemasan

Apabila skore 6-14 terdapat kecemasan ringan

Apabila skore 15-27 terdapat kecemasan sedang

Apabila skore > 27 terdapat kecemasan berat

Cara penilaian tingkat kecemasan :

0 apabila tidak ada gejala sama sekali

1. apabila satu dari gejala yang ada

2. apabila separuh dari gejala yang ada

3. apabila lebih dari separuh dari gejala yang ada

4. apabila semua ada gejala

(Perry dan Potter, 2002)

E. Patofisiologi

Primigravida ialah seorang wanita hamil untuk pertama kalinya. (Mochtar, Rustam,

1990;100. Tanda-tanda kehamilan primigravida meliputi : Perut tegang, pusar menonjol,

rahim tegang, payudara tegang, labia mayora tampak bersatu, hypen seperti pada

beberapa tempat, vagina sempit dengan rugae yang utuh, servicks licin bulat dan tidak

dapat dilalui oleh satu ujung jari, perineum utuh dan baik. Pada servix terdapat

pembukaan yang didahului dengan pendataran dan setelah itu baru pembukaan

(pembukaan rata-rata1 Cm dalam 2 jam). Pada bagian terbawah janin turun pada 4-6

Page 44: Kasus Asietas Yt

minggu akhir kehamilan, dan pada persalinan hampir selalu dengan episiotomi

(Mochtar, Rustam, 1998; 46).

F. Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan

homeostatis, dan konsep seksual yang optimal, baik dari segi fisik, psikologis, sosial pada

etis terutama lebih pada aspek psikologisnya.

Pengkajian kecemasan fokus pada sistem Integritas Ego:

Gejala (subyektif):

Faktor stress

Cara menangani stress

Masalah-masalah financial

Status hubungan

Perasaan : ketidakberdayaan dan keputus asaaan,

Keadaan/kondisi ibu

Informasi tentang hubungan perkawinan.

Tanda (obyektif)

Status emosional

Respon-respon fisiologi

(Tarwoto dan Wartonah, 2000)

G. Diagnosa Keperawatan

1. Kecemasan berhubungan dengan peran orangtua/keluarga/KB dan seksual

2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kelahiran bayi

3. Resti rendah diri berhubungan dengan kurang penegtahuan dan keterampilan merawat

bayi/respon keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Page 45: Kasus Asietas Yt

Perry dan Potter, 2002, Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Penerbit buku

kedokteran :EGC

Tarwoto dan Wartonah, 2000, Kebutuhan Dasar Manusia, Penerbit Medika Salemba :

Jakarta

Wilkinson M J. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Ktriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta

H. Rencana keperawatan

Diagnosa Keperawatan

(NANDA)

Tujuan Keperawatan

(NOC)

Rencana Tindakan

(NIC)

Kecemasan

Data SubyektifKlien mengatakan :

Tidak bisa tidur

Resah, gelisah

Perasaan tidak menentu

Merasa khawatir

Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan kondisi

Data Obyektif Penurunan produktivitas

Kewaspadaan meningkat

Kontak mata buruk

Peningkatan keringat

Wajah tegang

Peningkatan tekanan darah

Sulit berkonsentrasi / gerakan

Cemas terkontrol

Koping meningkat

Setelah dilakukan asuhan kepera watan selama......x 24 jam :

Klien melaporkan dapat tidur nyenyak, merasa rileks

Klien mampu mempertahan kan ADL meskipun ada kecemasan

Klien mampu memfokuskan/ mempertahankan perhatian saat berinteraksi.

Klien mampu menggunakan koping yang konstruktif

Klien menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif

Klien mampu mengungkapkan perasaan negatif secara tepat

Pengurangan Kecemasan

Identifikasi tingkat dan faktor penyebab kecemasan

Bina hubungan saling percaya

Yakinkan pada orangtua bahwa peran menjadi orangtua itu harus dipelajari

Libatkan orangtua saat perawat melakukan pengkajian fisik pertama kali pada bayi

Tunjukkan rasa empati, kehangatan, rasa aman dan nyaman pada saat melaksa nakan tindakan keperawatan.

Berikan pengobatan untuk mengurangi ansietas,sesuai program medis.

Peningkatan koping

Beri kepastian pada orangtua bahwa mampu melewati proses awal/transisi menjadi orangtua.

Berikan penguatan yang positif saat klien mampu melakukan akvitas sehari-hari.

Page 46: Kasus Asietas Yt

berlebihan. Kolaborasi dgn Tim Medis untuk berikan informasi faktual menyangkut diagnosis, prognosis, pengobatan , perawatan, prognosis penyakit dan program terapi.

Nama Perawat

(.....................................)

LAPORAN PENDAHULUANGANGGUAN ANSIETAS/ KECEMASAN

Page 47: Kasus Asietas Yt

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN ANSIETAS/ KECEMASAN

I. KONSEP DASARA. PengertianAnsietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75).Tingkat ansietas sebagai berikut:1. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.2. Ansietas sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.3. Ansietas berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.4. Tingkat panik dari ansietas, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian.

B. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

C. Faktor PredisposisiBerbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :

Page 48: Kasus Asietas Yt

1. Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

D. Faktor PresipitasiStressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 katagori :1. Ancaman terhadapintegritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

E. Sumber KopingIndividu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

Page 49: Kasus Asietas Yt

F. Mekanisme KopingKetika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulang tanpa yang serius.

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.2. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANA. PengkajianAnsietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku. Secara tidaklangsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas.intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat ansietas.Masalah yang sering muncul pada gangguan ansietas adalah sebagai berikut:a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.b. Gangguan perilaku; kecemasanc. Koping individu tak efektifPohon Masalah:

B. Diagnosa Keperawatan1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan gangguan perilaku; kecemasan2. Gangguan perilaku; kecemasan berhubungan dengan koping individu tak efektif ditandai dengan klien tampak gelisah, tegangC. Perencanaan1. Diagnosa 1 : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan gangguan perilaku ; kecemasanTUM: Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunganTUK: Klien mampu mengontrol rasa cemasnyaIntervensi:a. BHSP dengan klien• Memperkenalkan diri dengan sopan dan ekspresi wajah bersahabat• Tanyakan nama klien• Jabat tangan klienb. Pasien akan terlindung dari bahaya• Terima dan dukung pertahanan klien• Kenalkan realita yang berhubungan dengan mekanisme koping klien

Page 50: Kasus Asietas Yt

• Berikan umpan balik pada klien tentang perilaku, stressor dan sumber kopingc. Ciptakan lingkungan tenang dan jauh dari kegaduhand. Jauhkan klien dari benda yang berbahaya seperti benda tajam2. Diagnosa 2 : Gangguan perilaku; kecemasan berhubungan dengan koping individu tak efektif ditandai dengan klien tampak gelisah, tegangTUM: Klien dapat mengurangi dan mengontrol kecemasannyaTUK: Klien mengenal cara- cara untuk mengurangi kecemasannyaIntervensi:a. Libatkan klien dalam aktivitas sehari- hari Beri aktivitas pada klien dan penguatan perilaku produktif.Berikan beberapa jenis latihan fisik Rencanakan jadwal atau daftar aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari. Libatkan keluarga dan sistem pendukung lain sebanyak mungkin

b. Klien dapat mengidentifikasi dan menguraikan perasaan tentang ansietas Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaan yang mendasar. Kaitkan perilaku klien dengan perilaku dan perasaan tersebut. Gunakan pertanyaan terbuka untuk menghindari konflikc. Klien dapat menguraikan rencana koping maladaptif dan adaptif Gali cara pasien menurunkan ansietasnya dimasa lalu Tunjukkan efek maladaptif dan destruktif dari respon koping sekarang. Dorong klien menggunakan respon adaptif yang efektif dimasa lalu.D. PelaksanaanPelaksanaan disesuaikan dengan kondisi dan respon klien

E. Evaluasi1. Sudahkah ancaman terhadap integritas kulit atau sistem dari pasien berkurang dalam sifat, jumlah, asal dan waktunya ?2. Apakah perilaku klien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau lebih ringan ?3. Sudahkah sumber koping klien dikaji dan dikerahkan dengan adekuat?4. Apakah klien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan terhadap perasaan tersebut?5. Apakah klien menggunakan respon koping adaptif?6. Sudahkan klien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi ansietas?7. Apakah klien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan pertumbuhan atau perubahan personal?

Page 51: Kasus Asietas Yt

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUANG RASA AMAN ANSIETAS

A.   Konsep Dasar Teori

1.    Pengertian

Page 52: Kasus Asietas Yt

Ansietas adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam merespon terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik (Linda Juall Carpenito, Edisi 8).

Ansietas adalah perasaan yang tidak jelas tentang keprihatinan dan khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (May, 1987).

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam dan terkait dengan perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan perasaan isolasi, keterasingan dan ketidakamanan juga hadir (Stuart dan Laraia, 2005).

2.    Etiologi

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari, 2008), sebagai berikut:

a.    Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

b.    Merasa tegang, tidak senang, gelisah, mudah terkejut

c.    Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

d.    Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan

e.    Gangguan konsentrasi dan daya ingat

f.     Keluhan-keluhan somatik

3.    Tingkatan ansietas

Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkatan ansietas sebagai berikut:

a.    Ansietas ringan

Ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadikan waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

b.    Ansietas sedang

Memusatkan pada hal yang penting dan mengesapingkan yang lain, sehinggga seseorang mengalami perhatian yang selektif.

c.    Ansietas berat

Cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.

Page 53: Kasus Asietas Yt

d.    Tingkat panik

Peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.

4.    Pengukuran kecemasan

Mengetahui derajat kecemasan ringan, sedang, berat dan panik dikenal dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA). Terdiri dari 10 kelompok gejala yang masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka, yaitu:

Nilai 0 (tidak ada gejala yang muncul)                     = tidak ada gejala

Nilai 1 (hanya 1 gejala yang muncul)                       = gejala ringan

Nilai 2 (sebagian gejala yang muncul)                      = gejala sedang

Nilai 3 (lebih dari sebagian gejala yang muncul)      = gejala berat

Nilai 4 (seluruh gejala yang muncul)                        = gejala berat sekali/panik

10 komponen kecemasan yaitu:

a.    Perasaan cemas

b.    Ketegangan

c.    Ketakutan

d.    Gangguan tidur

e.    Gangguan kecerdasan

f.     Perasaan depresi

g.    Gejala somatik

h.    Gejala sensorik

i.     Gejala kardiovaskuler

j.     Gejala pernafasan

5.    Faktor predisposisi

Menurut Stuart dan Laraia (1998:177-181) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas, diantaranya:

Page 54: Kasus Asietas Yt

a.    Faktor biologis

Otak mengadung reseptor untuk benzodiazepin, membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin.

b.    Faktor psikologis

Pandangan psikoanalitik

Konflik emosional antara 2 elemen yaitu: id (dorongan insting atau impuls primitif) dan superego (hati nurani). Ego berfungsi menengahi tuntutan dari 2 elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

Pandangan interpersonal.

Perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal

Pandangan prilaku.

Merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c.    Sosial budaya

Merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

6.    Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi:

a.    Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang dan menurunya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari.

b.    Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial

7.    Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah distorsi kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk mempertahankan rasa kendali terhadap situasi, mengurangi rasa tidak nyaman dan menghadapi situasi yang menimbulkan stres (Videbeck, 2008).

mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart dan Sundeen, 2002), yaitu:

Page 55: Kasus Asietas Yt

a.    Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.

b.    Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsing integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Ada 2 sistem koping yang digunakan pada seseorang yang mengalami kecemasan, (Stuart, 2006), yaitu:

a.    Reaksi orientasi tugas (Task Oriented Reaction)

Ada 3 reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu:

1).   Prilaku menyerang

Digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.

2).   Prilaku menarik diri

Digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik maupun psikologis.

3).   Prilaku kompromi

Digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

b.    Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction)

Reaksi ini berguna untuk melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.

B.   Konsep Dasar Askep

Batasan karakteristik

Mayor (Adams et al, 1997), harus terdapat:

a.     Fisiologis

b.    Emosional

c.     Kognitif

Page 56: Kasus Asietas Yt

1.    Pengkajian

a.    Data subyektif

1).   Fisiologis

Individu mengatakan:

a).    Gelisah

b).    Berdebar-debar

c).    Sering berkemih

d).   Diare

f).    Sakit dan nyeri tubuh

g).    Pusing/mau pingsan

h).    Rasa panas/dingin

i).     Anoreksia

2.    Emosional

Individu mengatakan bahwa ia merasakan:

a).    Ketakutan

b).    Ketidakberdayaan

c).    Gugup

d).   Kurang percaya diri

e).    Ketegangan

f).    Kehilangan kontrol

g).    Tidak dapat rileks

3.    Kognitif

Individu mengatakan:

a).    Tidak dapat konsentrasi

Page 57: Kasus Asietas Yt

4.    Faktor-faktor yang berhubungan

a).   Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap konsep diri sekunder akibat:

(1).  Perubahan status atau prestise

(2).  Kegagalan

(3).  Dilema etis

b).   Berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasakan sekunder akibat:

(1).  Sekarat

(2).  Serangan

(3).  Prosedur invasif

(4).  Penyakit

c).   Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan aktual atau yang dirasakan akibat:

(1).  Hospitalisasi

b.    Data obyektif

1).   Fisiologis

a).    Peningkatan frekwensi jantung

b).    Peningkatan tekanan darah

c).    Peningkatan frekwensi pernafasan

d).   Pucat atau kemerahan

e).    Mulut kering

f).    Dilatasi pupil

g).    Suara tremor

h).    Gelisah

2).   Emosional

Page 58: Kasus Asietas Yt

Individu memperlihatkan

a).    Peka rangsang/tidak sabar

b).    Marah berlebihan dan menangis

c).    Cenderung menyalahkan orang lain

d).   Menarik diri

f).    Kurang inisiatif

g).    Mencela diri

h).    Kontak mata buruk

3).   Kognitif

a).    Penurunan kemampuan belajar

b).    Mudah lupa

c).    Konfusi

2.   Diagnosa keperawatan

a.    Gangguan rasa aman ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

b.    Gangguan rasa aman ansietas berhubungan dengan hospitalisasi

c.    Gangguan rasa aman ansietas berhubungan dengan prosedur operasi

3.    Perencanaan

a.    Rencana tindakan

1).   Kaji tingkat ansietas pasien/keluaga

2).   Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga

3).   Pertahankan kontak sering dengan pasien/keluarga untuk mendengarkan masalah dan perasaan pasien/keluarga

4).   Sediakan informasi yang akurat tentang penyakit, pengobatan, dan perkembangan penyakit

5).   Berikan kenyamanan dan ketentraman hati

Page 59: Kasus Asietas Yt

6).   Hindari harapan-harapan kosong dengan menyediakan informasi yang spesifik

7).   Libatkan pasien/keluarga dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pada rencana pengobatan

8).   Pahami rasa takut/ansietas

9).   Identifikasi cara-cara dimana pasien/keluarga mendapatkan bantuan jika dibutuhkan

10). Dorong/intruksikan metode bimbingan imajinasi/relaksasi mental

b.    Rencana tujuan

1).   Tingkat ansietas yang dialami teridentifikasi ringan, sedang, berat, panik

2).   Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami

3).   Memantapkan hubungan, meningkatkan ekspresi perasaan dan membantu pasien/keluarga untuk melihat realitas dari penyakit/pengobatan.

4).   Meningkatnya pemahaman tentang penyakit, pengobatan, dan perkembangan penyakit

5).   Memenuhi kebutuhan dasar manusia, penurunan rasa terisolasi dan mengurangi perasaan khawatir

6).   Memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga untuk merasa terjamin

7).   Membantuk memfokuskan perhatian pasien/keluarga dalam arti positif dan memberikan rasa kontrol

8).   Membantu pasien/keluarga untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikan dan menghadapinya

9).   Memberi jaminan bahwa staf bersedia untuk mendukung/membantu

10). Meningkatkan pelepasan endorfin dan membantu dalam perkembangan kontrol lokus internal, mengurangi ansietas.

4.    Pelaksanaan

a.    Mengkaji tingkat ansietas pasien/keluarga

b.    Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga

Page 60: Kasus Asietas Yt

c.    Melakukan kontak dengan pasien/keluarga, mendengarkan masalah dan perasaan, membina hubungan saling percaya

d.    Memberikan informasi yang akurat tentang penyakit, pengobatan, dan perkembangan penyakit

e.    Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati dengan berbicara perlahan dan tenang, mengunakan kalimat yang pendek dan sederhana

f.     Memberikan informasi yang spesifik tentang penyakit, pengobatan dan perkembangan penyakit

g.    Melibatkan pasien/keluarga dalam rencana perawatan dan mendorong partisipasi maksimum pada rencana pengobatan

h.    Memahami rasa takut/ansietas pasien/keluarga

i.     Memberi informasi dimana pasien/keluarga bisa mendapatkan bantuan

j.     Memberikan bimbingan imajinasi/relaksasi

5.    Evaluasi

a.    Tingkat ansietas teridentifikasi

b.    Informasi dapat diterima dan dipahami

c.    Terbina hubungan saling percaya

d.    Pasien/keluarga paham tentang penyakit, pengobatan, dan perkembangan penyakit

e.    Kebutuhan dasar manusia terpenuhi, perasaan terisolasi dan khawatir berkurang

f.     Pasien/keluarga merasa terjamin

g.    Pasien/keluarga terfokus, terkontrol dan berpartisipasi dalam rencana pengobatan

h.    Pasien/keluarga bersikap terbuka, dapat berdiskusi dan menghadapinya

i.     Pasien/keluarga merasa terjamin

j.     Ansietas berkurang

Daftar Pustaka:

Page 61: Kasus Asietas Yt

       Lynda Juall Carpenito, edisi 8

       Marilynn E Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, edisi 3

       Jurnal,pdf.info/pdf/ansietas.html

 WOC

GANGGUAN RASA AMAN ANSIETASFAKTOR-FAKTOR ETIOLOGI

FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRETISIPASIPENILAIAN TERHADAP STRESOR

SUMBER KOPINGMEKANISME KOPING MALADAPTIF