kata pengantar konsultan - e-repository.perpus...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR KONSULTAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan Rahmat dan
InayahNya, sehingga kita masih bisa menjalankan tugas sesuai dengan amanah
yaitu menjunjung tinggi kepentingan pendidikan.
Kinerja guru berkaitan erat dengan faktor pendidikan, pengalaman mengajar,
frekuensi pelatihan yang pernah diikuti maupun sertifikasi profesional dan masih
banyak indikator lain yang kesemuanya itu bisa membentuk kualitas guru. Guru
yang berkualitas akan menciptakan generasi yang cerdas, sehingga diharapkan
akan membantu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Berkaitan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan sdr. Drs.Wahyudhiana,
M.MPd dan sdr i. Dra Siti Farikhah,M.Pd tentang pengaruh kinerja guru dengan
tingkat pendidikan, pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi
profesional di MAN Purbalingga ; maka dapat ditarik benang merah bahwa secara
simultan ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru.
Namun secara parsial sertifikasi profesional memberikan pengaruh yang paling
dominan terhadap kinerja guru. Memang seorang guru harus mapan secara
ekonomi, mapan dan berkecukupan, terpenuhi kesejahteraan lahir batin untuk
menopang hidupnya bersama keluarga. Dengan demikian guru bisa fokus dalam
tugasnya, tidak terkontaminasi pikirannya dengan masalah kebutuhan rumah
tangganya. Oleh karenanya sangat wajar apabila sertifikasi profesional bisa
mendongkrak kinerja guru dan keberadaannya menjadi sangat urgen dalam
menjunjung tinggi jasanya.
Sedangkan variabel pendidikan, pengalaman dan pelatihan masih perlu
peningkatan yang signifikan. Sebagian besar guru diharapkan bisa menempuh
studi lanjut ,karena menjadi guru harus mau terus belajar, mengkondisikan dengan
segala macam perubahan terutama di bidang pendidikan agar bisa selalu maju
berkelanjutan, mampu berkompetisi yang sehat hingga bermuara pada
peningkatan kompetensi guru.
Adapun pelatihan guru adalah suplemen profesinya; oleh karenanya perlu
ditingkatkan frekuensinya baik secara internal maupun eksternal lembaga dengan
nara sumber yang relevan , guna meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru
khususnya di MAN Purbalingga dan guru pada umumnya.
Akhirnya, mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran tentang kinerja guru dan semoga menjadi secercah sumbangsih yang
bermanfaat bagi pengembangan pendidikan di masa yang akan datang. Aamiin.
Salatiga, 20 Nopember 2017
Konsultan
Prof.Dr. H. Mansur, M.Ag.
KATA PENGANTAR
Teriring salam dan do‟a semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat,
taufiq dan hidayah Nya kepada kita sekalian dalam menjalankan tugas dan
aktifitas sehari-hari. Amien Ya Robbal „Alamiin. Penelitian ini dapat terlaksanak
dengan baik berkat bantuan banyak pihak.
Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Dr. Adang Kuswaya, M. Ag, selaku Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga yang telah memberikan
arahan dan petunjuk dalam penelitian ini.
3. Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag. Selaku konsultan penelitian yang telah
memberikan masukan arahan dalam penelitian ini.
4. Drs. Suratno, M. Pd.I, selaku Kepala Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga
beserta seluruh Dewan Guru yang telah memberikan segala informasi yang
kami perlukan dan atas bantuannya sebagai sumber data primer dalam
penelitian ini.
5. Segenap pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung telah memberi
bantuan, fasilitas dan petunjuk sehingga terselesaikannya penelitian ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan berlipat ganda.
Aamiin.
Salatiga, 20 Nopember 2017.
Tim Peneliti,
ABSTRAK
Wahyudhiana,Siti Farikhah. 2017.Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, Frekuensi
Pelatihan Dan Sertifikasi Profesional Terhadap Kinerja Guru Di MAN Purbalingga.
Penelitian Madya Dosen. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Konsultan : Prof. Dr. Mansur , M.Ag.
Kata kunci : Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, Pelatihan, Sertifikasi, Kinerja Guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap seberapa besar kontribusi tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi professional terhadap kinerja guru.
Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Yang dijadikan responden dalam
penelitian yaitu semua guru di Madrasah Aliyah Purbalingga yang berjumlah 48 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari 5
variabel yaitu X1,X2,X3,X4 sebagai variabel bebas dan Y sebagai variabel terikat. Analisis data
yang digunakan adalah tehnik regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa pengaruh tingkat pendidikan (X1)terhadap kinerja guru (Y) sebesar 2,418,
artinya naiknya variabel pendidikan akan menaikkan variabel kinerja guru ; pengaruh
pengalaman kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 2,018, berarti naiknya variabel
pengalaman kerja akan menaikkan variabel kinerja guru ; pengaruh frekuensi pelatihan (X3)
terhadap kinerja guru (Y) sebesar 1,702, menunjukkan bahwa naiknya variabel frekuensi
pelatihan akan menaikkan variabel kinerja guru , sedangkan pengaruh sertifikasi profesional
(X4) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 10,749, artinya naiknya variabel sertifikasi profesional
akan menaikkan variabel kinerja guru. Secara simultan tingkat pendidikan, pengalaman kerja,
frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional terhadap kinerja guru melalui uji koefisien
determinasi diperoleh nilai koefisien sebesar 50,8 % . Hal tersebut menunjukkan bahwa 50,8
persen naik turunnya varibel kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga dipengaruhi oleh
ABSTRAK
Wahyudhiana,Siti Farikhah. 2017.Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, Frekuensi
Pelatihan Dan Sertifikasi Profesional Terhadap Kinerja Guru Di MAN Purbalingga.
Penelitian Madya Dosen. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Konsultan : Prof. Dr. Mansur , M.Ag.
Kata kunci : Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, Pelatihan, Sertifikasi, Kinerja Guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap seberapa besar kontribusi tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi professional terhadap kinerja guru.
Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Yang dijadikan responden dalam
penelitian yaitu semua guru di Madrasah Aliyah Purbalingga yang berjumlah 48 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari 5
variabel yaitu X1,X2,X3,X4 sebagai variabel bebas dan Y sebagai variabel terikat. Analisis data
yang digunakan adalah tehnik regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa pengaruh tingkat pendidikan (X1)terhadap kinerja guru (Y) sebesar 2,418,
artinya naiknya variabel pendidikan akan menaikkan variabel kinerja guru ; pengaruh
pengalaman kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 2,018, berarti naiknya variabel
pengalaman kerja akan menaikkan variabel kinerja guru ; pengaruh frekuensi pelatihan (X3)
terhadap kinerja guru (Y) sebesar 1,702, menunjukkan bahwa naiknya variabel frekuensi
pelatihan akan menaikkan variabel kinerja guru , sedangkan pengaruh sertifikasi profesional
(X4) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 10,749, artinya naiknya variabel sertifikasi profesional
akan menaikkan variabel kinerja guru. Secara simultan tingkat pendidikan, pengalaman kerja,
frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional terhadap kinerja guru melalui uji koefisien
determinasi diperoleh nilai koefisien sebesar 50,8 % . Hal tersebut menunjukkan bahwa 50,8
persen naik turunnya varibel kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga dipengaruhi oleh
variabel tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, frekuensi pelatihan dan
sertifikasi profesional. Variabel sertifikasi profesional dengan nilai beta 0,470
memberikan pengaruh paling dominan terhadap kinerja guru .
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL --------------------------------------------- i
PERNYATAAN ------------------------------------------------------ ii
KATA PENGANTAR KONSULTAN -------------------------------- iii
KATA PENGANTAR PENELITI ----------------------------------- v
ABSTRAK ------------------------------------------------------------------ vi
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------ vii
DAFTAR GAMBAR / TABEL --------------------------------------- ix
BAB I : PENDAHULUAN ------------------------------------ 1
A. Latar Belakang --------------------------- 1
B. Rumusan Masalah --------------------------- 6
C. Manfaat Hasil Penelitian ------------------ 7
BAB II : KAJIAN TEORI ----------------------------------- 9
A. Pengertian Kinerja -------------------------- 9
B. Pengertian Kinerja guru -------------------------- 12
C. Faktor Yang mempengaruhi Kinerja ------------ 15
D. Tingkat Pendidikan Guru ----------------- 16
E. Pelatihan Guru ----------------------------------- 18
F. Sertifikasi Guru ----------------------------------- 20
G. Hasil Penelitian Yang relevan ----------------- 27
H. Kerangka Berfikir -------------------------- 28
I. Hipotesis ---------------------------------- 30
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ---------------- 32
A. Pendekatan dan Jenis penelitian ---------------- 32
B. Metode Sampling ------------------------- 34
C. Metode pengumpulan data ---------------- 34
D. Definisi Operasional ------------------------- 35
E. Uji Validitas dan Reliabilitas --------------- 38
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39
A. Gambaran Umum Kabupaten Purbalingga -- 39
B. Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga ------- 42
C. Pelaksanaan Program Intra Kurikuler ---------- 43
D. Hasil Bidang Akademik & Non Akademik ---- 43
E. Sumber Daya --------------------------------- 44
F. Analisis Data Penelitian ------------------------ 47
B AB V : PENUTUP -------------------------- 59
A. Kesimpulan --------------------------------- 59
B. Saran-saran --------------------------------- 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR / TABEL
1. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 30
2. Gambar 4.1 Kurva Uji F 57
3. Gambar 4.2 Kurva Uji t 58
1. Tabel : 3.1 Skor Tingkat Pendidikan Guru 35
2. Tabel : 3.2 Skor Pengalaman Kerja guru 36
3. Tabel : 3.3 Skor Tunjangan Sertifikat Profesional 38
4. Tabel : 4.1 Jumlah Guru dan Pendidikan 46
5. Tabel : 4.2 Jumlah Keadaan Siswa MAN Purbalingga 47
6. Tabel : 4.3 Gambaran Umum Pendidikan Responden 47
7. Tabel : 4.4 Gambaran Umum Pengalaman Kerja Guru 48
8. Tabel : 4.5 Gambaran Umum Frekuensi Pelatihan 49
9. Tabel : 4.6 Gambaran Guru Sertfikat Profesional 49
10. Tabel : 4.7 Variabell Kinerja Guru 51
11. Tabel : 4.8 Uji Validitas dan Reliabilitas 51
12. Tabel : 4.9 Uji Reliabilitas Kinerja Guru 52
13. Tabel : 4.10 Hasil Uji Normalitas 53
14. Tabel : 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas 53
15. Tabel : 4.12 Hasil Uji Heteroskedastistas 54
16. Tabel : 4.12 Hasil Estimasi Regressi Linier Berganda 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah investasi masa depan. Suatu bangsa membangun
sumber daya nanusia (SDM), guna mencapai harkat kemanusiaan, adalah
sebuah keniscayaan. Berbagai bangsa telah mengupayakan agar dapat
mencapai martabat dan keunggulan kompetitif melalui peningkatan kualitas
sumber daya manusianya (human resources) yakni dengan upaya peningkatan
kualitas pendidikannya. Kiranya tak berlebihan apabila kemajuan di bidang
pendidikan merupa kan indikator kemajuan suatu bangsa, karena peranannya
yang signifikan dalam upaya peningkatan kesejahteraan bangsa tersebut.
Guru, adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam
pendidikan, terutama dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Guru adalah
figur yang bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan peserta didik, oleh
sebab itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan kemauan untuk
senantiasa mempertinggi mutunya secara terus menerus dan berkesinambungan
(continous quality improvement)
Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang
bertanggungjawab dalam bidang pendidikan, khususnya dalam memberikan
layanan pembelajaran kepada peserta didik. Dalam hal ini guru
bertanggungjawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada
generasi berikutnya, oleh karena itu guru memerlukan sejumlah kompetensi,
dan setiap kompetensi dapat dijabarkan. (Mulyasa, 2013 : 65-66).
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 19/2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 28, Pendidik (guru) adalah agen pembelajaran yang
harus memiliki empat jenis kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik,
1
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
Dalam konteks ini, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai
kebulatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk
perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang
pendidik untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. (Ratimin dkk, 2008 :
10)
Sejarah telah menrorehkan cacatan kepada kita, bahwa suatu negara
dengan sumber daya alam yang kaya dan melimpah bukan jaminan rakyatnya
menjadi makmur dan sejahtera, apabila sumber daya manusia di negara
tersebut belum bagus dan belum mampu mengolah sumber daya alamnya.
Demikian pula halnya suatu negara yang kaya sumber daya alamnya dan
sumber daya manusianya bagus, tidak serta merta menjadikan bangsa tersebut
sejahtera lahir dan batin.
Di negara Barat yang kita ketahui misalnya, kemajuan secara
materialistik dapat dicapai, tetapi kebutuhan akan makna dan hakekat
kehidupan yang sangat mendasar bagi manusia telah gagal dipenuhinya. Moral
spiritual dan nilai telah kehilangan tempatnya, karena menjadi kaku dan
konvensional. Meski dunia modern, tetapi bodoh secara spiritual (Danah
Zohar, 2001 : 20)
Hasil penelitian di Barat, daniel Goleman misalnya, menyebutkan bahwa
kecerdasan intelektual (IQ) hanya 20 % kontribusinya terhadap sukses hidup
seseorang (Gordon Dryden at al, 2000 : 140). Ada sesuatu yang hilang dalam
memaknai kehidupan ini, yaitu nilai spritual yang luhur dan trancendental.
Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan
dari penyelenggara pendidikan telah ikut andil dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, secara nasional telah mengambil peran 18 % dalam
2
melaksanakan pendidikan di negara kita sebagai sub sistem pendidikan
nasional ( Zaenal Mutaqin, 2010).
Sejak tahun 2007, Kementerian Agama Republik Indonesia, dalam hal ini
yaitu Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
telah mencanangkan Program dengan tiga sasaran utama, yaitu : Pertama :
Peningkatan dan Pemerataan akses pendidikan, yaitu memperluas jangkauan
dan meningkatkan kapasitas pendidikan Islam sehingga dapat diikuti oleh
seluas mungkin masyarakat dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi,
budaya, intelegensia, geografi dan gender. Kedua : Peningkatan Mutu,
relevansi dan daya saing, yaitu : meningkatkan dan memperkuat layanan
pendidikan sesuai dengan standar nasional atau internasional untuk melahirkan
lulusan pendidikan Islam yang berakhlak mulia, cerdas, trampil sehingga dapat
hidup mandiri, terserap dalam dunia kerja, dan berkiprah konstruktip dalam
kehidupan keagamaan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketiga :
Peningkatan Tata kelola dan pencitraan pendidikan, yaitu : upaya memperkuat
organisasi manajemen dan kepemimpinan pada setiap level pengelolaan,
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan Islam dengan menerapkan prinsip-
prinsip dan kaidah tata kelola yang baik (good governance) sehingga
mendapatkan persepsi dan kepercayaan yang tinggi (Direktorat Pendidikan
Madrasah, 2012 : 9)
Secara Nasional lembaga pendidikan yang dibawah pembinaan
Kementerian Agama RI, yakni Madrasah Aliyah Negeri dan swasta ada 5.897,
terdiri dari 748 (12,8 % ) adalah Negeri, 5.149 (87,2 %) swasta yang tersebar di
sluruh wilayah Indonesia. Sementara itu jumlah guru Madrasah „Aliyah Negeri
dan swasta adalah 126.497, terdiri dari guru MAN 41.897 dan guru MAS
3
84.600 orang (Direktorat Pend. Madrasah, 2012 : 44).
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di linkungan Madrasah
„Aliyah telah mendapatkan program sertifikasi profesional sejumlah 33.112
orang guru (26,2 %) terdiri dari guru PNS 17.915 orang (54,2 %) guru Non
PNS sejumlah 15.197 orang (45, 9 % ).
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) juga dilakukan
terus menerus, dengan komposisi jumlah tenaga pendidik yang berkualifikasi S-1
adalah 102.274 (80,9 %) dan Strata 2 keatas 24.223 (19,1 %). Konfigurasi data
tersebut menunjukkan kesungguhan Kementerian Agama dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan, disamping berbagai upaya lainnya, seperti
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), rehabilitasi gedung madrasah, bantuan
ekselarasi (percepatan) akreditasi, peningkatan infrastruktur pendidikan,
pengembangan manajemen berbasis madrasah (MBM), bea siswa kurang mampu,
bea siswa kualifikasi guru, pendidikan dan latihan (Diklat guru dan pengawas),
Pendidikan Profesi Guru (PPG/ PLPG) dan lain-lain.
Di satu sisi madrasah telah menempatkan dirinya sebagai lembaga yang
banyak diminati oleh masyarakat, terutama pada era persaingan global yang
penuh kompetisi. Para ahli pendidikan menilai bahwa pendidikan di madrasah
merupakan bentuk pendidikan yang sesuai tuntutan reformasi, yakni
„pendidikan yang murah dan berkualitas‟. Disamping itu proses pendidikan di
madrasah lebih komprehensif, jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan
umum, terutama dalam pengembangan aspek intelektual, emosional dan
spiritual peserta didik yang dilakukan secara terintegrasi. Wajar, seandainya
madrasah menjadi tumpuan harapan masyarakat dalam pengembangan SDM
pada era kesemerawutan global (E. Mulyasa, 2003 : 10).
Di lain fihak beberapa ahli masih merasa prihatin tentang mutu madrasah,
4
sebagaimana dikemukakan oleh Qodri Azizi (2006 : 5) bahwa kondisi umum
madrasah masih di bawah standar, juga sebagaiman dikemukakan oleh
Azumardi Azra bahwa madrasah harus mengejar mutu, relevansi dan reposisi
formal yang telah banyak diupayakan untuk mencapai reposisi riil yang
tercermin dari produk lulusan lembaga pendidikan Islam agar mampu bersaing
dengan produk lembaga pendidikan umum. ( Azra : x ).
Sementara itu guru sebagai pemegang sentral dalam proses pembelajaran
masih ada yang mengibaratkan sebagai „pedagang asongan‟ yang menjajakan
dagangannya sebagai makanan basi yang dijajakan kepada para konsumennya.
Analogi ini digambarkan oleh Hadiyanto bahwa guru sering menyajikan materi
ajar sebagai hal yang basi karena guru tidak mau atau enggan melakukan
inovasi dalam proses pembelajaran, sehingga terkesan stagnan dan paradoks
dengan tuntutan profesional yang diharapkan (Hadiyanto : 2010).
Dari latar belakang sebagaimana diuraikan diatas, penulis tertarik untuk
meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru di madrasah
„Aliyah Purbalingga. Penelitian ini berjudul : “Pengaruh Pendidikan, Masa
Kerja, (Pengalaman Kerja), Frekuensi Pelatihan dan Sertifikasi
Profesional Terhadap Kinerja Guru Madrasah „Aliyah Purbalingga”.
Beberapa alasan yang penulis memilih judul tersebut antara lain :
1. Pendidikan adalah faktor penting dan pnentu dalam rangka peningkatan
sumber daya manusia (SDM) khusunya di lembaga Pendidikan Islam di
Purbalingga, dengan visi Kabupaten : “Purbalingga Yang Berdaya saing,
Sejahtera dan Berakhlakul Karimah”.
2.Pendidikan, pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional
adalah faktor-faktor penting yang determinan dan berpengaruh terhadap kinerja
guru dalam melaksanakan tugas-tugas pedagogik yang profesional.
5
3.Masih diperlukannya upaya terus menrus untuk mencapai kualitas
pendidikan yang diharapkan semua pihak, baik para pengambil kebijakan
(decesion maker), stake holder (para pelanggan yakni wali murid). Untuk itu
penulis berusaha meneliti determinasi apa yang menjadi faktor utama yang
mempengaruhi kinerja guru dengan analis kuantitatif dengan statistik regresi
ganda.
Faktor-faktor lain yang dimungkinkan dapat mempengaruhi kinerja guru,
misalnya : fasilitas kerja, jarak tempuh kerja, kondisi sosial-ekonomi guru dan
faktor-faktor lain tidak diteliti, karena menurut hemat penuls, faktor
pendidikan, pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional
guru merupakan faktor-faktor yang esensial dan mendasar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh secara parsial antara faktor tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional terhadap
kinerja guru Madrasah „Aliyah Purbalingga ?
2. Faktor apakah yang paling dominan antara, tingkat pendidikan, pengalaman
kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional terhadap kinerja guru
Madrasah ;Aliyah Purbalingga ?
3. Apakah faktor tingkat pendidikan, pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan
sertifikasi profesional secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja gur
Madrasah „Aliyah Purbalingga ?
Pembatasan masalah yang penulis lakukan agar lebih fokus terhadap
obyek atau subyek penelitian ini, maka perlu ditegaskan agar kajian terbatas
pada variabel penelitian yang sudah ditetapkan.
6
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kinerja Guru
Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga, tetapi dalam penelitian ini peneliti
membatasi pada pengaruh secara bersama-sama, yaitu faktor pendidikan,
pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan tunjangan profesional, faktor yang
berpengaruh secara parsial, kemudian variabel yang berpengaruh paling
dominan terhadap variabel kinerja guru. Ringkasnya, pendidikan sebagai
variabel bebas pertama, pengalaman kerja, sebagai variabel bebas kedua,
pelatihan sebagai variabel bebas ketiga dan sertifikat profesional sebagai
variabel bebas keempat terhadap kinerja guru sebagai variabel terikat.
C. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini ada dua macam, secara
teoritis dan manfaat praktis :
1. Manfaat teoritis, sebagai informasi akademik mengenai pengaruh secara
parsial antara tingkat pendidikan, pengalaman kerja, frekuensi pelatihan
dan sertifikasi profesional terhadap kinerja guru MAN Purbalingga
2. Mengetahui pengaruh paling dominan antara tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, frekuensi pelatihan terhadap kinerja guru MAN
Purbalingga.
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor tingkat pendidikan, pengalaman kerja,
frekuensi pelatihan dan srtifikasi profesional secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja guru MAN Purbalingga.
Sedangkan manfaat praktis penelitian ini, khususnya kepada para praktisi
pendidikan, juga pejabat pengambil kebijakan di lingkungan madrasah dapat :
1. Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui faktor
yang berpengaruh terhadap kinerja guru di lingkungan Madrasah „Aliyah.
7
2. Sebagai masukan dan pertimbangan serta memprediksikan kebijakan
peningkatan mutu pendidikan bagi para pengambil keputusan (decesion
maker) di lingkungan Kementerian Agama dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah istilah yang sekarang sering dipakai dalam
menyatakan prestasi kerja seseorang dalam mlaksanakan tugasnya, dan
dengan parameter atau tolok ukur tertentu dapatdilihat tinggi rendahnya
kualitas kerja seseorang. Dengan kata lain kinerja dapat diartikan sebagai
prestasi kerja (performance), yaitu suatu pencapaian pekerjaan tertentu yang
tercermin dari out-put yang dihasilkan, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Menurut Malayu SP Hasibuan (1997), prestasi kerja adalah suatu hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya, yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan dalam kurun waktu tertentu.
Simamora (1995) berpendapat bahwa, kinerja merupakan suatu
persyaratan-persyaratan tertentu yang secara langsung dapat tercermin dari
out-put yang dihasilkan, baik berupa jumlah maupun kualitasnya, fisik
maupun non fisik.
Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal, efektifitas
operasional suatu organisasi , bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan standar serta kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena
organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka kinerja
sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya
9
dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan. Sehingga
kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam
kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan
dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi kinerja.
Menurut Smith dalam Mulyasa ( 2005: 136) dijelaskankan bahwa
kinerja adalah “…..output drive from processes, human orotherwise”.
Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Dikatakan lebih
lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau performance dapat diartikan sebagai
prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau
unjuk kerja.
Sedangkan Prawirasentono (1999: 2) berpendapat bahwa
“Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral ataupun etika”.
Adapun Dessler (1997: 513) menyatakan pengertian kinerja hampir
sama dengan prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja actual
dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih
memfokuskan pada hasil kerja.
Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat disim-
pulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh
seseorang. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu
aktifitas yang telah dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan.
Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk perbandingan hasil kerja
seseorang dengan standar yang telah ditetapkan.
10
Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar
kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu
mencapai prestasi yang baik. Kinerja yang dimaksudkan diharapkan
memiliki atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang
akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi
maupun dari segi jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang
direncanakan.
Sedangkan kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu, yaitu dapat
dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, bentuk
perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
Berkenaan dengan standar kinerja guru, menurut Sahertian sebagaimana
dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru
oleh pengawas menjelaskan bahwa “standar kinerja guru itu berhubungan
dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja
dengan peserta didik secara individual, (2) persiapan dan perencanaan
pembelajaran,(3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan
peserta didik dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan
yang aktif dari guru”.
Di dalam UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Demikian pula dalam UU No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a)
tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
11
Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan bentuk kinerja guru.
Kinerja guru sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor penting dalam
rangka mengemban tugas yang profesional yaitu tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional guru.
B. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal, efektifitas
operasional suatu organisasi , bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan standar serta kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena
organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka kinerja
sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya
dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan. Sehingga
kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam
kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan
dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi kinerja.
Menurut Smith dalam Mulyasa ( 2005: 136) dijelaskankan bahwa
kinerja adalah “…..output drive from processes, human orotherwise”.
Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Dikatakan lebih
lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau performance dapat diartikan sebagai
prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau
unjuk kerja.
Sedangkan Dedeh Sofia Hasanah dkk (2010:92) memaparkan bahwa
kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris , work performance atau
job performance tetapi sering disingkat performance saja. Kinerja disebut
juga prestasi kerja yaitu sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh
pengatahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan
sesuatu.
12
Persoalan kinerja selalu menjadi perhatian dalam manajemen, karena sangat
erat relevansinya dengan produktifitas sebuah lembaga. Selanjutnya
dikatakan bahwa Performance = Ability x Motivation, maksudnya faktor
utama dalam kinerja adalah kemampuan dan kemauan. Sehingga dapat
dijelaskan dengan kata lain bahwa kinerja adalah prestasi yang diperlihatkan
atau kemampuan bekerja atau prestasi kerja.
Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh
seseorang. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu
aktifitas yang telah dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan.
Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk perbandingan hasil kerja
seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang
dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan melebihi
standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik.
Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu
yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan
harus dapat dilihat secara mutu.
Adapun yang dimaksud kinerja guru adalah performance guru,
yaitu prestasi kerja,, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau
unjuk kerja guru. Jadi kinerja guru dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh
,bagaimana seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan
mengevaluasi pembelajaran serta memberikan tindak lanjut dari evaluasi
pembelajaran dan hasil yang diperoleh oleh seorang guru. (LAN dalam
Mulyasa,2009:136). Kinerja guru selalu menjadi pusat perhatian ,karena
merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan prestasi peserta didikdan
menentukan kualitas lulusan , sehingga kinerja guru selalu diperhatikan dan
berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru.
Sebagaimana diungkapkan oleh Saudagar dan Idrus (2011:85)
bahwa dalam setiap usaha peningkatan mutu pendidikan seperti perubahan
13
kurikulum, pengembangan metode pembelajaran,penyediaan sarana
prasarana akan berarti apabila melibatkan guru. Karena guru lah kunci
dalam peningkatan mutu pendidikan dan ia berada di titik sentral dari setiap
usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan
kualitatif.
Sedangkan spesifikasi kinerja guru , dapat dilihat dan diukur
berdasarkan kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Berkaitan dengan kinerja guru, bentuk perilaku yang dimaksud adalah
kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
Adapun di dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar
Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dipaparkan bahwa beban kerja
guru meliputi kegiatan pokok berikut , (1) merencanakan pembelajaran, (2)
melaksanakan pembelajaran, (3) menilai hasil pembelajaran, (4)
membimbing dan melatih peserta didik dan (5) melaksanakan tugas
tambahan.
Berdasarkan penjelasan tersebut ,maka kinerja guru dapat diketahui
pada waktu melaksanakan proses pembelajaran di kelas yang dimulai dari
persiapan pembelajaran maupun program semester sampai dengan
mengevaluasi hasilnya atau dapat dikatakan bahwa kinerja guru merupakan
hasil kerjanya dalam jangka waktu tertentu yang dapat diketahui nilainya
melalui pedoman pengukuran. Oleh karenanya guru harus terus menerus
meningkatkan kinerjanya dan melakukan evaluasi secara berkala.
Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk mampu
secara profesional menyajikan materi pelajaran di sekolah dengan persiapan
yang matang ,agar pembelajaran sesuai dengan tujuan yang terdapat pada
indikator keberhasilan pembelajaran. Sehingga dapat dijelaskan bahwa
proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
guru mulai dari persiapan ,pelaksanaan, evaluasi pembelajaran dan
perbaikan bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar.
14
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Surya (2004:10) mengemukakan faktor-faktor mendasar yang terkait
erat dengan kinerja profesional guru yaitu kepuasan kerja yang berkaitan
dengan kesejahteraan guru. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh faktor-faktor :
(1) imbalan jasa, (2) rasa aman, (3) hubungan antar pribadi, (4) kondisi
lingkungan kerja, (5) kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan
diri.
Sedangkan Prabu Mangkunegara (2004:68) menegaskan faktor yang
mempengaruhi kinerja guru adalah faktor kemampuan (ability) dan
motivasi (motivation). Selanjutnya dijelaskan bahwa kemampuan guru
terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realitas (knowledge
dan skill). Artinya seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan
yang tinggi dan sesuai dengan bidangnya serta terampil dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Adapun faktor motivasi terbentuk dari sikap seorang guru
dalam menghadapi situasi kerja, yaitu kondisi yang menggerakkannya untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Tinggi rendahnya kinerja guru juga disebabkan oleh banyaknya
faktor, diantaranya tingkat pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan maupun
sertifikasi profesional guru. National Commission for Excellence in Teacher
Education menyatakan bahwa guru yang efektif harus terampil dan mahir
dalam bidangnya .(Rachmawati dan Daryanto,2013: 11). Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman kerja merupakan
unsur penting bagi guru.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kinerja guru, karena
pendidikan dapat membentuk pola pikir seseorang dan menambah ilmu
pengetahuan. Perbedaan tingkat pendidikan seseorang dapat menimbulkan
perbedaan dalam berpikir dan bertindak.
15
Tingkat keilmuan yang dimiliki oleh seorang guru sangat mempengaruhi
dalam menjalankan kinerjanya sebagai pendidik yang bertugas mentransfer
ilmu kepada peserta didik. Disamping itu, sikap seseorang yang
berpendidikan akan berpikir lebih dahulu sebelum bertindak, sehingga
berpengaruh terhadap bagaimana seorang guru mengemban amanah dengan
baik dan menjaga kinerjanya. Anwar Jasin sebagaimana dikutip Saudagar
dan Idrus (2011:97) memasukkan tingkat pendidikan sebagai salah satu ciri
untuk pekerjaan yang profesional.
Berdasarkan pemikiran pakar tentang faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja guru di atas ,maka dapat disimpulkan bahwa kinerja yang
baik merupakan langkah untuk tercapainya tujuan pendidikan, sehingga
perlu diupayakan usaha untuk meningkatkan pendidikan, pengalaman kerja,
frekuensi pelatihan maupun peruntukan sertifikasi yang memadai. Semua itu
bermuara pada kualitas kinerja guru dalam mengemban tugas yang
profesional.
D. Tingkat Pendidikan Guru
1. Pengertian Tingkat Pendidikan Guru
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat urgen bagi bangsa dan
negara, karena pendidikan suatu cara untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang
berkualitas mampu membawa perubahan kehidupan yang lebih baik di
masyarakat. Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
manusia harus selalu ditingkatkan demi terciptanya kualitas sumber daya
manusia yang lebih baik. Guru adalah salah satu faktor penentu tinggi
rendahnya mutu pendidikan, maka untuk meningkatkan kualitas pendidikan
berarti juga harus meningkatkan kualitas guru.
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang telah diikuti
dan diselesaikan oleh guru. Menurut Andrew E. Sikula yang dikutip
16
Mangkunegara (2003:50) tingkat pendidikan yaitu suatu proses
jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir,
yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual
dan teoritis untuk tujuan –tujuan umum. Dan melalui pendidikan, seseorang
dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan
mengembangkan metode berpikir secara sisitematik, sehingga dapat
memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian
hari. (Soedarmayanti,2001:32).
Dalam beberapa konteks, pengertian tingkat pendidikan dikonotasi
kan dengan jenjang pendidikan, karena kedua kata tersebut memiliki makna
yang sama . Jenjang pendidikan dimaksudkan sebagai tahap pendidikan
yang ditetapkan secara berkelanjutan,berdasarkan tingkat perkembangan,
peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran,dan cara penyajiannya.
(Ihsan,2005:22).
Jadi pendidikan merupakan kegiatan dinamis dalam setiap
kegiatan individu yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, mentalnya,
emosinya, sosialnya dan efeknya. Dengan kata lain, pendidikan sangat
mempengaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupan individu.
Faktor pendidikan juga berperan penting dalam kualitas kinerja guru.
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal; menurut UU Nomor
20 tahun 2005 pendidikan formal yaitu jalur pendidikan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2. Indikator Tingkat Pendidikan
Kegiatan pendidikan untuk pegawai sering digabungkan dengan
program pelatihan, kemudian disebut diklat (pendidikan dan pelatihan).
17
Dalam beberapa hal keduanya mempunyai karakteristik yang sama,
diantaranya adanya transfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan informasi ;
bersifat dinamis; dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas diri.
Di dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 14
disebutkan bahwa indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang
pendidikan dan kesesuaian jurusan .Jenjang pendidikan merupakan tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai,dan kemampuan yang akan dikembangkan,
terdiri dari Pendidikan Dasar, yaitu jenjang pendidikan awal selama 9 tahun
pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah, dan Pendidikan Menengah , yaitu jenjang pendidikan lanjutan
pendidikan dasar, serta Pendidikan Tinggi, yaitu jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor,
dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Berdasarkan pengamatan secara umum, bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan akan lebih mudah bagi guru untuk melaksanakan
fungsinya di lembaga tempat ia bekerja. Disamping materi tetapi juga
harus bisa berinovasi dan berkreasi yang selaras yang semua itu bermuara
pada pelaksanaan pembelajaran.
E. Pelatihan Guru
1. Pengertian Pelatihan Guru
Simamora (1997: 345) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keahlian,
pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan
kegiatan yang secara langsung dapat menunjang guru dalam meningkatkan
18
kemampuan dan keterampilannya dalam kegiatan pembelajaran.
Guru yang sering mengikuti pelatihan, maka pengetahuan dan
keterampilannya akan semakin berkembang, sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya.
Pada dasarnya kegiatan pelatihan bagi guru merupakan suatu bagian
yang integral dari manajemen ketenagaan sekolah sekaligus
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru. Sehingga pada
gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif
dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Mereka bisa bekerja
lebih produktif, dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya.
Sedangkan frekuensi pelatihan guru yang dimaksudkan adalah
kuantitas pelatihan yang diikuti oleh guru, sehingga memperkaya
kompetensi dan ketrampilannya dalam mendidik. Hal tersebut tentu saja
berpengaruh pada kinerja guru. Sesuai dengan pendapat Mulyasa
(2009:139) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja
guru salah satunya adalah keterampilan. Keterampilan dapat diperoleh dari
pelatihan, makin terampil tenaga kependidikan akan lebih mampu bekerja
serta menggunakan fasilitas.
2. Manfaat Pelatihan
Pemikiran Sondang Siagian (1997:183-185) tentang manfaat
program pelatihan guru bagi sekolah maupun guru itu sendiri adalah sebagai
berikut : Bagi sekolah ,setidaknya terdapat 7 (tujuh) manfaat yang dapat
dipetik, yaitu : (a) peningkatan produktifitas kerja sekolah secara
keseluruhan; (b) terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan
bawahan; (c) terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan
tepat; (d) meningkatkan semangat kerjadengan komitmen organisasional
yang lebih tinggi; (e) mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui
19
penerapan gaya manajerial yang partisipatif; (f) memperlancar jalannya
komunikasi yang efektif; dan (g) penyelesaian konflik secara fungsional.
Sedangkan manfaat pelatihan bagi guru, diantaranya: (a) membantu
guru membuat keputusan dengan lebih baik; (b) meningkatkan kemampuan
guru menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi; (c)terjadinya
internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motivasional; (d) timbulnya
dorongan dalam diri guru untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya;
(e) peningkatan kemampuan guru untuk mengatasi stress, frustasi dan
konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya diri; (f) tersedianya
informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan guru dalam
rangka pertumbuhan secara tehnikal maupun intelektual; (g) meningkatkan
kepuasan kerja.
Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa suatu
lembaga pendidikan atau sekolah yang selalu berupaya meningkatkan kualitas
pendidikannya, maka itulah sekolah yang mau memberikan kemudahan
kepada guru untuk melakukan proses belajar dan mengubah dirinya sendiri
menjadi lebih baik. Salah satu wujud sekolah sebagai learning organization
adalah adanya kemauan belajar guru untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya, dan salah satunya melalui kegiatan pelatihan. Dengan
demikian ,upaya belajar tidak hanya terjadi pada peserta didik semata.
Sehingga semakin tingginya frekuensi program pelatihan, maka kinerja guru
semakin berkualitas, dengan banyaknya pelatihan yang didikuti oleh seorang
guru, semakin profesional dalam menjalankan tugas.
F. Sertifikasi Guru
1. Pengertian Sertifikasi Guru
Istilah sertifikasi mempunyai makna surat keterangan (sertifikat) dari
20
lembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan sekaligus
pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan tugas.
Adapun sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang diberikan
kepada guru dan dosen yang telah memenuhi persyaratan program sertifikasi.
(Trianto dan Titik,2007:11).
Sedangkan Martinus Yamin (2006:2) menjelaskan bahwa sertifikasi
adalah pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal
sebagai pengakuan tenaga profesional.
Menurut Muchlas Samani (2006:9), sertifikasi merupakan bukti formal
dari pemenuhan syarat kualifikasi akademik minimum dan penguasaan
kompetensi minimal sebagai guru; sehingga sertifikat pendidik adalah surat
keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi
kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai
agen pembelajaran.
Di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dinyatakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen (pasal 1 butir 11). Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi,sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional(pasal 8). Dan pada pasal 16, dipaparkan bahwa guru yang memiliki
sertifikat pendidikmemperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji ,guru
negeri maupun swasta dibayar pemerintah.
Menurut Mulyasa (2007:33), sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai tenaga profesional, sedangkan sertifikasi guru adalah suatu proses
pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu setelah
21
lulus ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan
kata lain , sertifikasi guru yaitu proses uji kompetensi yang dirancang untuk
mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan
pemberian sertifikat pendidik.
Mencermati pendapat dari beberapa ahli tersebut, berarti guru wajib
mengikuti sertifikasi, karena dengan sertifikasi, guru akan meningkatkan
kemampuan dan keterlibatannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru.
Disamping itu ,dengan sertifikasi diharapkan guru menjadi pendidik
profesional, yaitu berkompetensi sebagai agen pembelajaran yang dibuktikan
dengan pemilikan sertifikat pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi.
Sesuai dengan amanah Undang-Undang no. 14 tahun 2005 bahwa sertifikasi
sebagai bagian dari peningkatan mutu dan kesejahteraan guru, atas profesinya
itu, guru berhak mendapatkan imbalan tunjangan profesi dari pemerintah
sebesar satu kali gaji pokok setiap bulan.
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sertifikasi guru
merupakan proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani rohani dan memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Tentu saja sertifikasi guru ini sebagai upaya peningkatan mutu
guru yang bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan. Apabila
kompetensi guru ditingkatkan seiring dengan penghasilannya, maka diharapkan
kinerjanya juga tinggi.
2. Lembaga Penyelenggara Sertifikasi
Penyelenggaraan program sertifikasi diatur dalam pasal 11 ayat 2
UU No 14 tahun 2005 yaitu dilakukan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan
22
ditetapkan oleh pemerintah. Perguruan Tinggi yang dimaksud adalah yang
memiliki fakultas keguruan seperti FKIP dan Fakultas Tarbiyah yang telah
terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional RI .
Pelaksanaan sertifikasi diatur berdasarkan kerja sama antara Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Daerah atau Kementerian Agama Propinsi
dengan perguruan tinggi yang ditunjuk. Sedangkan dana penyelenggaraan
sertifikasi ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah
sebagaimana tertuang dalam UU NO 14 tahun2005 bahwa pasal 13 ayat 1
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran
untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru
dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
3. Program Sertifikasi Guru.
Ada 2 (dua) macam program sertifikasi guru, yaitu melalui
penyusunan Portofolio dan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
(Permendiknas No18 tahun 2007).
a. Penyusunan Portofolio
Yang dimaksud portofolio program sertifikasi adalah bukti fisik
berupa dokumen yang menggambarkan pengalaman berprestasi yang
dicapai selama menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval
waktu tertentu. Adapun fungsi portofolio dalam sertifikasi adalah untuk
menilai kompetensi guru sebagai pendidik dan agen pembelajaran .
Komponen portofolio program sertifikasi guru meliputi :
1). Kualifikasi akademik, yakni tingkat pendidikan formal yang telah
23
dicapai sampai dengan guru mengikuti program sertifikasi, baik
pendidikan bergelar (S-1,S-2atau S-3) maupun non gelar (D-4 atau Post
Graduate Diploma )baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Bukti
fisik berupa ijazah atau sertifikat diploma.
2). Pendidikan dan Pelatihan, yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau
peningkatan kompetensidalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik
pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota,propinsi, nasional maupun
internasional. Bukti fisik komponen ini berupa sertifikat, piagam, atau
surat keterangan dari lembaga penyelenggara pendidikan dan latihan.
3). Pengalaman Mengajar, ialah masa kerja guru dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan
surat tugas dari lembaga yang berwenang baik pemerintah maupun
kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan. Bukti fisik berupa surat
keputusan (SK) atau surat keterangan sah dari lembaga yang berwenang.
4). Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;
Perencanaan pembelajaran merupakan persiapan mengelola
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas pada setiap tatap muka.
Dokumen perencanaan pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) hasil kerja guru yang bersangkutan. Adapun
pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola
pembelajaran secara klasikal dan individual. Bukti fisik pelaksanaan
pembelajaran berupa hasil penilaian oleh kepala sekolah dan/ atau
pengawas tentang kinerja guru dalam melakukan pembelajaran di kelas.
5).Penilaian dari atasan dan pengawas, yaitu penilaian pada kompetensi
24
kepribadian dan sosial. Indikator penilaian meliputi ketaatan
menjalankan agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,
keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreatifitas, kemampuan menerima
kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerja
sama. Penilaian dilakukan dengan menggunakan Format Penilaian
Atasan.
6). Prestasi Akademik, yaitu prestise yang dicapai guru, terutama yang
berkaitan dengan keahliannya yang mendapat pengakuan dari
lembaga/panitya penyelenggara mulai dari tingkat kecamatan,
kabupaten/kota, propinsi, nasional maupun internasional. Komponen ini
meliputi lomba karya akademik yang relevan dengan bidang studi/keahlian
(juara 1,2,3); karya monumental di bidang pendidikan atau non
pendidikanyaitu karya guru yang bersifat inovatif dan bermanfaat bagi
masyarakat, minimal tingkat kabupaten/kota; sertifikat keahlian/
keterampilan pada guru SMK dan guru OR maupun capaian skor
TOEFL.; pembimbingan teman sejawat, yaitu melakukan tugas sebagai
instruktur, guru inti, tutor,membimbing guru yunior, dan pamong PPL
calon guru; pembinaan siswa untuk persiapan lomba yang sesuai dengan
keahliannya baik mencapai kejuaraan maupun tidak.
b. Sertifikasi Guru Melalui Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 10 tahun
2009 tentang Sertifikasi Guru dalam jabatan, bahwa peserta sertifikasi
guru melalui penilaian portofolio yang belum mencapai skor minimal
kelulusan , diharuskan (1) melengkapi kekurangan portofolio, atau
(b)mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diakhiri
25
dengan ujian. Sedangkan sertifikat pendidik bagi guru prajabatan diperoleh
melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Materi PLPG disusun dengan memperhatikan 4 (empat) kompetensi
guru, yaitu pedagogik, kepribadian, profesional dan social. Standardisasi
kompetensi dirinci dalam materi PLPG ditentukan oleh LPTK
penyelenggara sertifikasidengan mengacu pada rambu-rambu yang
ditetapkan oleh Dirjen Dikti/Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru dan hasil
need assessment. Rambu-rambu kompetensi dijabarkan dalam struktur
kurikulum PLPG.
Lembaga penyelenggara PLPG mengakhiri program dengan
mengadakan Ujian yang mencakup ujian tulis dan ujian kinerja. Ujian tulis
bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan pedagogi dan
ujian kinerja untuk mengungkap kompetensi profesional, pedagogik,
kepribadian dan sosial. Keempat kompetensi tersebut juga bisa dinilai
selama proses pelatihan berlangsung. Kompetensi kepribadian dan sosial
juga dinilai melalui teman sejawat .
Berdasarkan uraian tersebut, maka disimpulkan bahwa Sertifikasi
guru merupakan program tunjangan sertifikasi yang ditujukan kepada para
guru yang telah lulus dalam uji sertifikasi. Program ini dapat dikatakan
sebagai salah satu motivasi seorang guru untuk dapat meningkatkan
kinerjanya dalam bekerja. Pelaksanaan program sertifikasi guru
dilaksanakan sejak tahun 2007 setelah diterbitkannya Peraturan Mendiknas
Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.
Program sertifikasi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kompetensi guru sebagai tenaga pendidik yang profesional.
Melalui sertifikasi ini guru dituntut agar bersungguh-sungguh menjalankan
tugasnya sebagai guru dan mengerahkan segala kreatifitasnya bagi
26
pendidikan. Program sertifikasi diberlakukan untuk para guru yang
memiliki masa kerja minimal 5 tahun dengan usia maksimal 50 tahun
(KEMDIKBUD, 2013).
Adapun Sertifikasi profesional merupakan bentuk penghargaan dari
pemerintah atas pencapaian kinerja guru. Program sertifikasi menuntut
para guru untuk dapat melaksanakan kewajibannya sebagai tenaga
pendidik yang profesional. Jika para guru tidak dapat memenuhi
kewajibannya, maka secara otomatis pemerintah akan memberhentikan
tunjangan sertifikasinya. Karena Sertifikasi guru tersebut sebagai upaya
peningkatan mutu guru yang diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
G. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang selaras dengan penelitian ini, diantaranya hasil
penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Terhadap Kinerja Guru Ekonomi se
Kabupaten Kendal (Handayani,2005) diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan
mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja guru. Hal ini didukung dari analisis
deskriptif persentase pendidikan dalam katagori sangat baik sebesar 88,27%.
Artinya tingkat pendidikan guru sudah memenuhi kualifikasi standar minimal
pendidikan untuk guru SMA, serta kesesuaian pendidikan yang ditempuh sudah
linier dengan pelajaran yang diampu.
Selanjutnya, penelitian tentang Sertifikasi guru yang dilakukan Warjono
(2013) terhadap guru SD se- Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo
menunjukkan bahwa dengan penerimaan sertifikasi maka kinerja guru dalam hal
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian serta
pengembangan diri dalam kategori baik, masing-masing 85%, 80% dan 40%.
Dari hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat ditegaskan bahwa
penelitian tentang pengaruh pendidikan, pengalaman mengajar, pelatihan dan
27
sertifikasi profesional terhadap kinerja guru Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga
yang penulis lakukan , lokasi dan penelitian belum pernah diteliti orang lain
sebelumnya, sehingga termasuk dalam kriteria kebaruan.
H. Kerangka Berpikir
Pendidikan mempunyai peran yang sangat urgen dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia, sehingga berimplikasi pada kemajuan suatu
bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin profesional dalam
bekerja, disebabkan telah menyerap banyak ilmu sebagai bekal dalam menghadapi
permasalahan yang terjadi. Dengan berpendidikan, menjadikan seseorang lebih
bijaksana, bertanggung jawab dan bekerja dengan sungguh-sungguh, sehingga
memperoleh hasil yang baik. Guru sebagai salah satu komponen dalam
pendidikan dituntut untuk memiliki pendidikan yang memadai agar menghasilkan
output yang memuaskan. Seiring dengan konsep pemikiran tersebut, maka dapat
diduga ada pengaruh positif antara faktor pendidikan terhadap kinerja guru.
Pengalaman mengajar merupakan masa kerja guru selama menekuni
tugasnya. Seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar dalam durasi waktu
yang lama, maka akan semakin memupuk keahlian dan profesionalismenya,
sehingga membuahkan kinerja yang unggul. Mengacu pada pemikiran tersebut,
maka diprediksikan ada pengaruh positif antara pengalaman mengajar atau masa
kerja terhadap kinerja guru.
Pelatihan guru merupakan salah satu tehnis untuk meningkatkan
kompetensi guru, yaitu kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keahlian,
pengetahuan, pengalaman, maupun perubahan sikap yang baik. Sehingga berguna
untuk memperbaiki kinerja, memutakhirkan keahlian seiring dengan kemajuan
teknologi ,dan seterusnya. Semakin seringnya mengikuti pelatihan maka semakin
membantu menyempurnakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
28
Demikian pula seorang guru yang mengikuti pelatihan dengan frekuensi tinggi
diharapkan ada pengaruh signifikan terhadap kinerjanya.
Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang sangat strategis ,karena
bertujuan meningkatkan kualitas guru, memenuhi kompetensi, mengangkat harkat
dan wibawa guru, sehingga guru lebih dihargai dan semua itu bermuara pada
peningkatan kualitas pendidikan. Dengan adanya program sertifikasi diharapkan
menghasilkan guru yang profesional, mempunyai motivasi dan dedikasi dalam
mendidik serta mencerdaskan anak bangsa. Tunjangan profesi sebesar 1 kali gaji
pokok setiap bulan dari program sertifikasi guru merupakan salah satu motivasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
Kinerja guru berkaitan erat dengan faktor pendidikan, pengalaman
mengajar, pelatihan maupun sertifikasi profesional yang bisa membentuk kualitas
diri. Guru yang berkualitas akan menciptakan generasi yang cerdas. Diharapkan
akan membantu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan pemikiran diatas, diduga ada pengaruh positif antara
pendidikan, pengalaman mengajar, pelatihan dan sertifikasi profesional terhadap
kinerja guru.
Kerangka berfikir atau konseptual penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut:
29
Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir
Tingkat Pendidikan
(X1)
Pengalaman Mengajar
(X2)
( X ) Frekuensi Pelatihan ( Y )
( X3)
Sertifikasi Profesional
(X4)
X1 : Tingkat Pendidikan (Variabel bebas – Independen).
X2 : Pengalaman Mengajar (Variabel bebas –Independen).
X3 : Frekuensi Pelatihan (Variabel bebas – Independen).
X4 : Sertifikasi Profesional (Variabel bebas – Independen).
Y : Kinerja Guru (variabel terikat – Dependen).
I. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan tersebut, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap kinerja guru Madrasah
Aliyah Negeri Purbalingga.
30
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Kerja
Frekuensi Pelatihan
Sertifikat Profesional
Kinerja Guru
2. Ada pengaruh positif pengalaman mengajar terhadap kinerja guru Madrasah
Aliyah Negeri Purbalingga.
3. Ada pengaruh positif frekuensi pelatihan terhadap kinerja guru Madrasah
Aliyah Negeri Purbalingga.
4. Ada pengaruh positif sertifikasi profesional terhadap kinerja guru Madrasah
Aliyah Negeri Purbalingga.
5. Ada pengaruh positif tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, frekuensi
pelatihan, dan sertifikasi profesional secara simultan terhadap kinerja guru
Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis peneltian kuantitatif. Dalam penelitian
kuantitatif atau positivistik, dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala
itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat ),
maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada
beberapa variabel saja. (Sugiyono, 2008 : 42)
Penelitian ini disebut penelitian sensus, sebab data dan informasi
dikumpulkan dari seluruh responden atau populasi (Masri Singarimbun,
1995) sedangkan penjaringan data dengan menggunakan kuesioner atau
angket, dengan fokus penelitian relasional pengaruh, yaitu menganalisis
pengaruh antara beberapa variabel, dimana satu variabel terikat (dependent
variable) dipengaruhi oleh 4 variabel bebas (independent variable)
Instrumen penjaringan data dengan menggunakan kuesioner,
disamping wawancara, observasi dan dokumentasi. Sifat hubungan antara
variabel adalah kausal, atau sebab akibat, dimana variabel bebas (independent
variable) menyebabkan berubahnya variabel terikat (dependent variable).
Lokasi penelitian adalah Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga,
subyek penelitian adalah semua guru madrasah tersebut sebagai populasi.
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu :
1. Variabel Tingkat Pendidikan guru, sebagai variabel bebas pertama
2. Variabel Pengalaman Kerja, sebagai variabel bebas kedua
33
3. Variabel Frekuensi Pelatihan Guru sebagai variabel bebas ketiga
4. Variabel Sertifikasi Profesional sebagai variabel bebas ke empat
5. Variabel Kinerja Guru sebagai variabel terikat.
B. Metode Sampling
Metode prngambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
kuantitatif ini adalah teknik sampel “jenuh”, yakni teknik pengambilan
sampel dengan cara melibatkan seluruh populasi yang berada di lokasi
penelitian ini, yaitu seluruh guru MAN Purbalingga.
Menurut Arikunto dalam Prosedur Penelitian (1998 : 120) bahwa
penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subyek
penelitian tidak terlalu banyak. Apabila subyek penelitian kurang dari 100,
lebih baik diambil seluruhnya, maka penelitian ini disebut penelitian populasi.
Dengan demikian seluruh guru Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga
sebanjak 48 orang adalah merupakan sampel sekaligus populasi dari
penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah :
1. Kuesioner, yaitu peneliti menjaring dan mengumpulkan data dengan
cara mengajukan sejumlah item pertanyaan kepada responden dalam
suatu daftar pertanyaan atau pernyataan.
2. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan melalui tanya
jawab langsung dengan responden, dalam penelitian ini wawancara
34
berfungsi untuk mendukung dan melengkapi data.
3. Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung kepada obyek penelitian, guna melengkapi
data yang belum dapat dijaring melalui kuesioner maupun wawancara.
4. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui
literatur, dokumen-dokumen maupun data statistik, profil madrasah, guna
melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini.
D. Definisi Operasional
1. Tingkat Pendidikan, yang dimaksud tingkat pendidikan, yaitu
pendidikan yang sudah ditempuh oleh guru secara formal, yaitu ijazah
yang diperoleh melalui pendidikan formal sebagai parameter sah untuk
mengukur tingkat pendidikan. Skala pengukuran dimulai dari angka 14
sampai 18, dengan asumsi pendidikan yang ditempuh oleh guru, dari
Pendidikan Dasar selama 6 tahun, SLTP/MTs selama 3 tahun dan SLTA 3
tahun menjadi 12 tahun, demikian seterusnya sampai tingkat 18 tahun
yaitu Doktor.
Tabel 3.1 : Skor Tingkat Pendidikan Guru
No. Tingkat Pendidikan Tahun/Skor
1.
2.
3.
4.
5.
Diploma II / Sederajat
Diploma III / Sarjana Muda
Diploma IV atau Strata-1
Strata 2 / Magister
Strata 3 / Doktor / Ph. D
14
15
16
17
18
35
2. Pengalaman Kerja, yaitu pengalaman masa kerja yang dimiliki seorang
Guru sejak diangkat sebagai tenaga pendidik, dihitung sejak yang
bersangkutan mendapatkan Surat Keputusan (SK) sebagi guru.
Pengalaman kerja disekor.
Tabel 3.2 : Skor Pengalaman Kerja Guru
No. Rentang Masa Kerja Skor
1.
2.
3.
4.
5.
< dari 5 tahun
5,1 – 10 tahun
10,1 – 15 tahun
15,1 – 20 tahun
- 20,1 tahun
1
2
3
4
5
3. Frekuansi Pelatihan, dihitung berapa kali banyaknya pelatihan, diklat
atau penataran yang pernah diikuti oleh Guru sesuai dengan relevansi bidang
tugas masing-masing guru dan dibuktikan dengan sertifikat pelatihan. Skor
frekuensi pelatihan dihitung berdasarkan jumlah pelatihan yang diikuti sejak
yang bersangkutan diangkat menjadi guru sampai dengan bulan September
2017.
3. Sertifikat Profesional Guru, dihitung berdasarkan penghargaan
Pemerintah berupa tunjangan sertifikat profesional guru, dimulai dari
kurang dari 1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah) sampai diatas
6.000.000 (enam juta rupiah), digambarkan dalam Tabel berikut ini
37
Tabel 3.3 : Tunjangan Sertifikat Profesional Guru
No. Jumlah Tunjangan Profesional (Rp) Skor
1.
2.
3.
4.
5.
< dari 1.500.000,00
1.500.001 - 3.000.000,00
3.000.001 - 4.500.000.00
4.500.001 - 6.000.000,00
> dari 6.000.001,00
1
2
3
4
5
4. Kinerja Guru, yaitu kemampuan atau prestasi guru dalam melaksanakan
tugas profesional pedagogik di lingkungan madrasah, diukur dengan
melalui referensi Undang-undang RI Nomor 14/2005 dan Penilaian
Kinerja Guru, dengan 4 indikator dan 20 item statemen/pernyataan,
sebagaimana terlmpir.
Adapun indikator Kinerja Guru dapat dikaji sebagai berikut :
1. Guru Merencanakan Kegiatan Pembelajaran Efektif
2. Guru Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan
3. Guru Melaksanakan Penilaian Pembelajaran
4. Guru Memanfaatkan hasil Penilaian Sebagai Umpan balik guna
Kemajuan Belajar Peserta Didik
E. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen dan Hipotesis
Ada beberapa langkah pengujian dan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :
1. Uji validitas dan reliabilitas. Dimaksudkan untuk mengetahui validitas
setiap item pertanyaan/pernyataan (questionnaire) yang digunakan
38
2. dalam penilitian ini, maka digunakan rumus yang disusun Azwar
Saifudin (Azwar : 2000).
3. Cara Pengujian hipotesis, yaitu untuk menguji signifikansi koefisien
regresi secara parsial digunakan rumus uji t, rumusnya sebagaimana
dikembangkan Supranto ( Supranto, 199 : 302)
4. Cara pengujian variabel paling dominan diantara variabel pendidikan,
pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional
terhadap kineja guru, digunakan analisis elastisitas (Gazpers, 1996 : 79)
5. Untuk menguji signifikansi pengaruh tingkat pendidikan, pengalaman
kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional secara bersama-
sama digunakan Uji F (Supranto, 1989 : 300).
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Purbalingga
Wilayah Kabupaten Purbalingga adalah salah satu kabupaten
diantara 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini
berbatasan dengan kabupaten Pemalang di sebelah utara, Kabupaten
Banjarnegara sebelah timur dan selatan, sedangkan sebelah barat adalah
Kabupaten Banyumas.
Purbalingga adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Kota kecil
ini terletak di wilayah ex karsidenan Banyumas. Kabupaten Purbalingga
dikenal dengan slogan dan semboyan kota PERWIRA, kepanjangan dari :
“Pengabdian, Rapi, Wibawa dan Ramah” dengan Visi : Purbalingga Yang
Berdaya Saing, Sejahtera dan Berakhlaqul Karimah”, telah mengantarkan
masyarakat Purbalingga untuk selalu meningkatkan kualitas dalamsegala
bidang yang positif, dan berupaya terjadinya peningkatan kualitas hidup yang
sehingga maasyarakat sejahtera disamping berakhlak mulia dan religius.
Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 kecamatan, yang terdiri dari
239 desa dan kelurahan, pusat pemerintahan berada di kecamatan
Purbalingga. Adapun secara topografis wilayah Kabupaten Purbalingga
memiliki aneka ragam, meliputi : dataran rendah, perbukitan dan gunung.
Luas daerah Kabupaten Purbalingga ada 77.764.122 ha atau 777,64
km2, terletak pada Bujur Timur : 1090
11‟ BT – 109
0 35
‟ BT dan Lintang
Selatan : 70 10 LS – 7
0 29
‟ LS.
40
Suhu rata-rata minimum : 24,30
C dan suhu rata-rata maksimum : 31,
7o
C, sedangkan kelembaban udara rata-rata 85 %, hari hujan rata-rata 123
hari dan curah hujan rata-rata : 3.130 mm.
Di Purbalingga ada beberapa industri dengan bahan baku rambut
manusia untuk dijadikan bulu mata palsu (eye-lash) dan rambut palsu atau
“wig” dan juga rambut palsu “sanggul” maupun hair piece yang dipasang
guna tambahan rambut secara temporer.
Disamping industri bahan rambut manusia, juga ada industri knalpot
yang merupakan transformsi dari industri kuali dan panci dari tembaga.
Knalpot Purbalingga cukup terkenal di kalangan pemilik mobil sebagai
alternatif suku cadang murah. (http://www.purbalinggakab.go.id. Diunduh
pada Oktober 2017, pukul 13.30)
Sedangkan jumlah SMP Negeri dan Swasta se kabupaten Purbalingga
ada 77 buah, dan jumlah MTs Negeri/Swasta ada 39 buah, dipihak lain
jumlah SMA Negeri/Swasta, MA Negeri/Swasta se kabupaten Purbalingga
ada 25 buah, SMK Negeri/Swasta ada ada 22 buah (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Purbalingga)
Sementara itu Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Purbalingga,
terdiri 5 komponen pembentuknya adalah sebagai berikut :
1). Indeks Pembangunan Manusia (dalam persen) : 66,23 (%),
2). Angka Harapan Hidup (tahun) : 72,80
3). Pengeluaran Perkapita Penduduk (rupiah) : 8.359
41
4). Harapan Lama Sekolah (tahun) : 11,51
5). Rata-rata Lama Sekolah (tahun) : 6,84
B. Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga.
Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga beralamat di Jalan Letjen S.
Parman No. 150 Purbalingga Wetan kecamatan Purbalingga Telpon (0281)
891691, Fax. (0281) 894477 Kode Pos 53316, website :www.manpurbalingga
.sch.id. Madrasah „Aliyah adalah Sekolah Umum yang beriri khas agama Islam
yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama.
Keberadaan madrasah sejajar dengan SMA, maka tujuan pendidikan
Madrasaha „Aliyah pun harus sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu :
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, ke Adi-
Wiyataan jasmanai dan rokhani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Sedangkan Visi
MAN Purbalingga yaitu : “Tangguh Berkompetisi, Unggul Berprestasi, Cinta
Lingkungan Asri dan Mulia dalam Budi Pekerti”.
Dari rumusan visi tersebut dikembangkan menjadi :
“Terwujudnya peserta didik beserta masyarakat yang bertaqwa, berakhlak
mulia, berkepribadian, berilmu, trampil, peduli lingkungan dan mampu
mengaktualisasi kan diri dalam kehidupan beragama,berbangsa dan
Bernegara”.
42
C. Pelaksanaan Program Intra Kurikuler
Tahapan ini akan berjalan dengan baik apabila guru dan siswa merasa
saling membutuhkan. Guru harus berupaya semaksimal mungkin agar bahan
ajar itu dapat diterima oleh siswa dengan mudah. Interaksi belajar mengajar
jangan sampai dimonopoli oleh guru, namun sebaliknya diusahakan siswa lebih
aktif. Guru berfungsi sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator.
Metode Pembelajaran, adapun metode pembelajaran dipakai antara lain :
a. CTL (Contectual Teaching Learning)
b. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
c. Demonstrasi
d. Diskusi
e. Pemberian Tugas
f. Ceramah, dll
D . Beberapa Hasil Bidang Akademik dan Non Akademik
Dari kegiatan proses belajar mengajar (akademik) Madrasah „Aliyah
Negeri Purbalingga selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut :
1. Prosentase lulusan selama tiga tahun terakhir adalah 100 %
2. Prestasi Non Akademik diantaranya :
43
a. Juara Umum OSN tingkat Kabupaten
b. Juara II Olympiade Sains Madrasah Tingkat Propinsi Jawa Tengah
c. Juara I LCC Kebumian se Barlingmascakeb 2013
d. Juara I Karya Ilmiah Remaja (KIR) Ekonomi tahun 2012
e. Juara I Lomba Sekolah Sehat (LSS) dan Green School, dll.
3. Perkembangan selama 3 tahun ajaran terakhir mengalami peningkatan
yang signifikan, yaitu :
a. Penerimaan Siswa Baru meningkat.
b. Penerimaan siswa studi lanjut pada jenjang pendidikan tinggi
c. Hubungan Madrasah „Aliyah Purbalingga dengan masyarakat
terjalin dengan baik, sehingga tercapainya tujuan madrasah yang
efektif. (Profil Madrasah : 2017)
C. Sumber Daya.
Untuk mendukung tujuan pembelajaran agar tercapai lebih efektif
dan efisien, MAN Purbalingga membuthkan sumber daya yang memadai.
Pendekatan yang dilakukan adalah dari segi kuantitas maupun kualitas dari
sumber daya yang dimiliki. Komponen sumber daya ini dijabarkan
menjadi sub-sub komponen sebagai berikut :
44
a. Sumber Daya berupa Sarana dan Prasarana Pendidikan :
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah berupa perlengkapan dan
peralatan pendidikan yang mendukung proses belajar mengajar,
meliputi : Tanah yang dimliki MAN Purbalingga seluas 19.220 m2
yang diperoleh atau dibeli oleh sekolah, baik melalui Pemerintah
ataupun Komite Madrasah. Tanah-tanah tersebutsudah bersertifikat.
Sedangkan pemanfaatan tanah tersebut dialokasikan sebagai berikut :
- Untuk Ruang kelas 1.512 m2
- Untuk Ruang Kantor/TU 72 m2
- Untuk Ruang Kepala 40 m2
- Untuk Ruang Guru 120 m2
- Untuk Ruang Perpustakaan 108 m2
- Untuk Ruang Laboratorium 200 m2
- Untuk Masjid 300 m2
- Untuk Ruang UKS 16 m
2
- Untuk Halaman Upacara 2.000 m2
- Tanah Lapang/Teras/Halaman 3.486 m2
- Kolam Ikan 400 m2
45
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah pendidik dan tenaga
kependidikan di madrasah, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam mencapai peningkatan mutu madrasah.
Tenaga kependidikan di MAN Purbalingga sebenarnya sangat
potensial, karena 100 % adalah Sarjana (S1) Pendidikan dari berbagai
disiplin ilmu, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama.
Tenaga non kependidikan juga potensial karena mempunyai dedikasi
dan loyalitas tinggi terhadap lembaga, disamping itu memiliki
pendidikan ketrampilan yang sangat menunjang dalam bidang
pelayanan administrasi sekolah.
Untuk lebih jelas tentang Sumber daya Manusia (SDM) yang ada
di MAN Purbalingga dapat dilihat pada Tabel : 4.1, sedangkan jumlah
keadaan siswa MAN Purbalingga dapat dilihat pada Tabel : 4.2,
sebagaimana tersebut di bawah ini :
Tabel 4.1 : Jumlah Guru dan Tingkat Pendidikan
No. Status Jmlah S-1 S-2 L P Keterangan
1. PNS 48 43 5 23 25
2. GTT 18 18 - 11 7
Jumlah 66 61 5 34 32
46
Tabel 4.2 : Keadaan Siswa MAN Purbalingga Pada Tahun
Pelajaran 2017
No. Kelas L P Jumlah
1. X 102 250 352
2. XI 123 247 370
3. XII 81 275 356
Jmlh 11 306 772 1.078
D. Analisis Data Penelitian
1. Gambaran Umum Responden
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dari 48
responden berkaitan dengan pendidikan terakhir, diperoleh data yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 4.3 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan .
Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Diploma II - -
Diploma III - -
Diploma IV/S1 43 89,6
Magister 5 10,4
Doktor - -
Jumlah 48 100,0
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebagian besar reponden penelitian
berlatar belakang pendidikan Diploma IV/S1, yaitu sebanyak 43 orang
(89,-?6%), sedangkan sisanya sebanyak 5 orang (10,4%) berlatar belakang
pendidikan Magister.
47
Hasil tabulasi gambaran umum reponden berdasarkan pengalaman
kerja dalam penelitian ini dapat dikelompokkan seperti tertera pada Tabel
Tabel 4.4 : Gambaran Umum Responden Berdasar Pengalaman kerja
Pengalaman kerja Jumlah (Orang) Persentase (%)
< 5 tahun - -
5 – 10 tahun 2 4,2
10,1 – 15 tahun 18 37,5
15,1 – 20 tahun 11 22,9
> 20 tahun 17 35,4
Jumlah 48 100,0
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar reponden penelitian
memiliki pengalaman kerja selama 10,1 – 15 tahun yaitu sebanyak 18
orang (37,5%), sisanya sebanyak 2 orang (4,2%) memiliki pengalaman
kerja 5 – 10 tahun, sebanyak 11 orang (22,9%) memiliki pengalaman kerja
15,1 – 20 tahun, dan sebanyak 17 orang (35,4%) memiliki pengalaman
kerja > 20 tahun.
Hasil tabulasi gambaran umum reponden berdasarkan frekuensi
pelatihan dalam penelitian guru Madrasah „Aliyah Purbalingga ini dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:
48
Tabel 4.5 Gambaran Umum Responden Berdasar frekuensi pelatihan
Frekuensi pelatihan Jumlah (Orang) Persentase (%)
0 4 8,3
1 kali 9 18,8
2 kali 5 10,4
3 kali 9 18,8
4 kali 3 6,3
5 kali 18 37,5
Jumlah 48 100,0
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar reponden penelitian
telah menjalani 5 kali pelatihan yaitu sebanyak 18 orang (37,5%), sisanya
masing-masing sebanyak 9 orang (18,8%) menjalani 1 dan 3 kali
pelatihan, sebanyak 5 orang (10,4%) mejalani 2 kali pelatihan, sebanyak 3
orang (6,3%) menjalani 4 kali pelatihan, dan sebanyak 4 orang (8,3%)
belum pernah menjalani pelatihan.
Hasil tabulasi gambaran umum reponden berdasarkan sertifikasi
profesional guru-guru Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Sertifikasi
Profesional.
Sertifikasi profesional (Rp) Jumlah (Orang) Persentase (%)
< 1.500.000 - -
1.500.000 – 3.000.000 9 18,8
3.000.001 – 4.500.000 39 81,3
4.500.001 – 6.000.000 - -
> 6.000.000 - -
Jumlah 48 100,0
49
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar reponden penelitian
memiliki sertifikasi profesional antara Rp 3.000.001 – Rp 4.500.000, yaitu
sebanyak 39 orang (81,3%), sisanya sebanyak 9 orang (18,8%) memiliki
sertifikasi profesional antara Rp 1.500.000 – Rp 3.000.000.
2. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Kinerja
Hasil tabulasi distribusi jawaban responden dari hasil data
penelitian pada variabel kinerja Guru MAN Purbalingga, dapat dilihat
pada tabel 4.7.dengan skore sangat bagus (skore 5) ada 45,85 %, skore
cukup bagus (skore 4) adalah 48,00 %, perolehan netral (cukup) adalah
6,10 %, sedangkan skore tidak setuju adalah 0,05 %, sebagaimana kita
lihat pada Tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7 : Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja.
No Kinerja (a) Skor
(b)
Frekuensi
(c)
Jumlah Skor
d = (b x c)
Persentase (%)
(e)=(d):1522*100%
1 Sangat setuju 5 379 1895 45,85
2 Setuju 4 496 1984 48,00
3 Netral 3 84 252 6,10
4 Tidak setuju 2 1 2 0,05
5 Sangat tidak setuju 1 - - -
Jumlah 960 4133 100,0
Dari tabel 4.7 dapat diketahui sebagian besar responden menjawab
50
setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan pada variabel kinerja, dengan
frekuensi jawaban setuju dengan jumlah skor 1984 (48,0 persen) dan
sangat setuju dengan jumlah skor 1895 (45,9 %), namun masih ada
responden yang menjawab tidak setuju dengan jumlah skor 2 (0,05 %).
3. Analisis Validitas dan Reliabilitas
Kriteria pengujian validitas adalah dengan cara membandingkan
antara korelasi validitas dengan nilai rtabel pearson correlation dengan
tingkat kepercayaan 95 % atau = 0,05. Hasil perhitungan uji validitas
untuk seluruh item pertanyaan kinerja dapat dilihat pada tabel 4.8.
Proses uji validitas dan realibilitas instrumen penelitian yaitu
berupa questionnaire (angket) dilakukan sebelum diajukan kepada para
responden, sehingga ketika instrumen pengumpul data dijawab oleh para
responden sudah terlaksana uji validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil
uji validitas dan reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut :
51
Tabel 4.8. Uji validitas variabel kinerja
Item r hitung Variabel Kinerja r tabel Ket.
1 0,602 0,361 Valid
2 0,801 0,361 Valid
3 0,797 0,361 Valid
4 0,665 0,361 Valid
5 0,770 0,361 Valid
6 0,648 0,361 Valid
7 0,603 0,361 Valid
8 0,732 0,361 Valid
9 0,749 0,361 Valid
10 0,673 0,361 Valid
11 0,779 0,361 Valid
12 0,749 0,361 Valid
13 0,817 0,361 Valid
14 0,779 0,361 Valid
15 0,747 0,361 Valid
16 0,803 0,361 Valid
17 0,734 0,361 Valid
18 0,698 0,361 Valid
19 0,682 0,361 Valid
20 0,739 0,361 Valid
Dari hasil perhitungan uji validitas di atas menunjukkan bahwa
seluruh item pertanyaan pada kuesioner variabel kinerja memiliki
koefisien korelasi lebih besar dari 0,361 yang berarti bahwa seluruh item
pertanyaan dalam kuesioner kinerja adalah valid dan dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data. Sedangkan untuk uji reliabilitas dapat
dijelaskan pada Tabel berikut:
52
Tabel 4.9 : Uji reliabilitas variabel kinerja
Variabel Reliabilitas
(r hitung)
Nilai
(r tabel) Ket.
Kinerja 0,762 0,361 Reliabel
Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai reliabilitas dari variabel
kinerja mempunyai nilai r hitung lebih besar dari rtabel (0,361). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa alat ukur dinyatakan reliabel untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data.
4. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan analisis data dengan metode regresi linier
berganda, data yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinieritas dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF)
dan tolerance value, serta uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji
glajser antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID).
a. Uji Normalitas
Metode uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov
Smirnov. Kurva nilai residual terstandarisasi dikatakan menyebar
dengan normal apabila nilai Kolmogorov-Smirnov Z < Z tabel, atau nilai
53
Asymp
. Sig. (2-tailed)
> α, maka
distribusi data
menyebar
dengan normal
dan
sebaliknya.
Tabel 4.10 : Hasil Uji Normalitas
No Variabel Uji Normalitas Sig. Keterangan
1 Unstandardized
Residual
0,675 0,752 Normal
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui nilai signifikansi dari
hasil uji normalitas lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semua variabel berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Untuk menguji keberadaaan multikolinieritas digunakan uji
VIF (Variance Inflation Faktor). Jika nilai VIF suatu variabel melebihi
10, maka terdapat masalah multikolinieritas dalam variabel tersebut
(Supranto, 2004).
Guna memahami terdapat multikolinieritas apa tidak, maka
angka-angka dari hasil analisis tersebut dapat kita pelajari pada tabel
berikut ini :
54
Tabel 4.11 : Hasil Uji Multikolinearitas.
No Variabel Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
2
3
4
Pendidikan
Pengalaman Kerja
Frekuensi Pelatihan
Sertivikasi Profesional
0,924
0,786
0,792
0,899
1,082
1,272
1,262
1,112
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat pada bahwa nilai VIF
pada masing-masing variabel bernilai kurang dari 10 pada tabel 4.11
dan nilai Tolerance kurang dari 1. Sehingga semua variabel bebas dari
gejala multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Gejala heteroskedastisitas akan ditunjukkan oleh koefisien
regresi dari masing-masing variabel independent terhadap nilai absolut
residual (e), jika nilai probabilitasnya > nilai alphanya (0,05), maka
dapat dipastikan model tidak mengandung unsur heteroskedastisitas.
Tabel 4.12 : Hasil Uji Heteroskedastisitas.
Model T Sig.
Pendidikan
Pengalaman kerja
Frekuensi pelatihan
Sertifikasi profesional
-0,410
-0,070
-0,360
1,950
0,684
0,945
0,720
0,058
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sig > alpha dengan alpha
0,05. Dengan demikian tidak terjadi gejala heteroskedastisitas model ini.
Analisis regresi pengaruh pendidikan, pengalaman kerja, frekuensi
pelatihan dan sertifikasi profesional terhadap kinerja guru.
55
Untuk mengetahui pengaruh variabel pendidikan, pengalaman kerja,
frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional terhadap kinerja guru
Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga, dilakukan dengan bantuan program
SPSS 18. Berikut adalah hasil analisis regresi linier berganda dengan
program SPSS 18:
Tabel 4.13 : Hasil estimasi regresi linier berganda
Variabel Koefisien t hitung Probabilitas
Konstanta 3,824
Pendidikan 2,418 0,744 0,461
Pengalaman Kerja 2,018 1,764 0,085
Frekuensi Pelatihan 1,702 2,822 0,007
Sertifikasi Profesional 10,749 4,169 0,000
R2 = 0,508 F hitung = 11,091
Dari tabel 4.13 dapat dibuat persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut: Y = 3,824 + 2,418 X1 + 2,018 X2 + 1,702 X3 + 10,749 X4
Nilai konstanta sebesar 3,824 berarti variabel kinerja guru
Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga adalah sebesar 3,824 satuan dengan
asumsi bahwa variabel pendidikan, pengalaman kerja, frekuensi pelatihan
dan sertifikasi profesional konstan.
Koefisien X1 sebesar 2,418 berarti variabel pendidikan mempunyai
hubungan yang positif dengan variabel kinerja, hal ini menunjukkan
bahwa naiknya variabel pendidikan akan menaikan variabel kinerja guru
Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga. Jika terjadi kenaikan variabel
pendidikan sebesar satu satuan maka akan menaikan variabel kinerja
sebesar 2,418 satuan, dengan asumsi bahwa variabel lain (pengalaman
56
kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional) tetap pada tingkat
kepercayaan 95 persen.
Koefisien X2 sebesar 2,018 berarti variabel pengalaman kerja
mempunyai hubungan yang positif dengan variabel kinerja.
Hal ini menunjukkan bahwa naiknya variabel pengalaman kerja
akan menaikan variabel kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri
Purbalingga. Jika terjadi kenaikan variabel pengalaman kerja sebesar satu
satuan maka akan menaikan variabel kinerja sebesar 2,018 satuan, dengan
asumsi bahwa variabel lain (pendidikan, frekuensi pelatihan dan sertifikasi
profesional) tetap pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Koefisien X3 sebesar 1,702 berarti variabel frekuensi pelatihan
mempunyai hubungan yang positif dengan variabel kinerja, hal ini
menunjukkan bahwa naiknya variabel frekuensi pelatihan akan menaikan
variabel kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga. Jika terjadi
kenaikan variabel frekuensi pelatihan sebesar satu satuan maka akan
menaikan variabel kinerja sebesar 1,702 satuan, dengan asumsi bahwa
variabel lain (pendidikan, pengalaman kerja dan sertifikasi profesional)
tetap pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Koefisien X4 sebesar 10,749 berarti variabel sertifikasi profesional
mempunyai hubungan yang positif dengan variabel kinerja, hal ini
menunjukkan bahwa naiknya variabel sertifikasi profesional akan
menaikan variabel kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga. Jika
terjadi kenaikan variabel sertifikasi profesional sebesar satu satuan maka
akan menaikan variabel kinerja sebesar 10,749 satuan, dengan asumsi
57
bahwa variabel lain (pendidikan, pengalaman kerja dan frekuensi
pelatihan) tetap pada tingkat kepercayaan 95 persen.
a. Uji Koefisien Determinasi
Melalui perhitungan statistik diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0,508 atau 50,8 persen. Artinya bahwa 50,8
persen naik turunnya variabel kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri
Purbalingga dipengaruhi oleh variabel pendidikan, pengalaman kerja,
frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional, sedangkan sisanya
sebesar 49,2 persen dijelaskan oleh variabel independen lain yang
tidak dimasukan dalam model.
b. Uji F. Untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen digunakan uji F. Dari hasil
perhitungan dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen atau = 0,05
diperoleh nilai F tabel sebesar 2,61, sedangkan nilai F hitung sebesar
11,091. Dalam kurva dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.1. Kurva uji F
58
Daerah penolakan
H0
Daerah penerimaan
H0
2,61 11,091
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa nilai F hitung > nilai
F tabel atau berada pada daerah penolakan H0. Maka dapat disimpulkan
variabel pendidikan, pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi
profesioal secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga.
c. Uji t. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel pendidikan,
pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesioal
terhadap variabel kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga
digunakan uji t. Dari hasil analisis dengan menggunakan tingkat
kesalahan () = 0,05 diketahui nilai t tabel sebesar 1,960. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai t hitung seperti yang terlihat pada gambar
berikut ini:
Gambar 4.2. Kurva uji t
59
t tabel = -1,960 0 t tabel = 1,960
Daerah Penolakan
H0 Daerah Penolakan
H0 Daerah
Penerimaan H0
t X3 = 2,822 t X2 = 1,764
t X1 = 0,744
t X4 = 4,169
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dimuka dan ilustrasi pada gambar 4.2 dapat
dijelaskan pengaruh masing-masing variabel independent terhadap
variabel dependent sebagai berikut :
1. Pengaruh secara parsial antara faktor tingkat pendidikan
,pengalaman kerja, frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional
terhadap kinerja guru MAN Purbalingga adalah sebagai berikut:
Variabel Pendidikan, diketahui nilai t hitung pendidikan sebesar
0,744. Dengan menggunakan = 0,05 diperoleh nilai t tabel sebesar
1,960. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai t hitung < nilai t
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru MAN
Purbalingga.
Pengalaman Kerja, berdasarkan hasil nilai t hitung pengalaman
kerja sebesar 1,764. Dengan menggunakan = 0,05 diperoleh
nilai t tabel sebesar 1,960. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
nilai t hitung < nilai t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
pengalaman kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga.
60
Frekuensi Pelatihan, Berdasarkan nilai t hitung frekuensi pelatihan
sebesar 2,822. Dengan menggunakan = 0,05 diperoleh nilai t tabel
sebesar 1,960. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai t hitung >
nilai t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa variabel frekuensi
pelatihan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja
guru MAN Purbalingga.
Sertifikasi Profesional, berdasarkan diketahui nilai t hitung
sertifikasi profesional sebesar 4,169. Dengan menggunakan =
0,05 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,960. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa nilai t hitung > nilai t tabel, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel sertifikasi profesional secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri
Purbalingga.
2. Uji Elastisitas, Untuk menentukan variabel mana yang paling
berpengaruh terhadap variabel kinerja, maka digunakan uji elastisitas.
Variabel yang memiliki pengaruh paling kuat (dominan) terhadap
variabel kinerja, ditunjukkan dengan nilai elastisitas (nilai Beta) yang
paling besar. Variabel pendidikan dengan hasil uji elastisitas (nilai
beta) 0,083, variabel pengalaman kerja nilai beta 0,213, variabel
frekuaensi pelatihan nilai beta 0,339, sedangkan variabel sertifikasi
profesional dengan nilai beta adalah tertinggi yaitu 0,470.
61
Maka nilai elistisitas variabel sertifikasi profesional lebih besar
dibandingkan dengan nilai elastisitas pada variabel yang lain. Sehingga
variabel sertifikasi profesional memberikan pengaruh paling besar
terhadap kinerja guru Madrasah Aliyah Negeri Purbalingga.
3. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,508 atau 50,8 %. Artinya bahwa
naik turunnya variabel kinerja guru Madrasah „Aliyah Purbalingga
dipengaruhi oleh variabel pendidikan, pengalaman kerja, frekuensi
pelatihan dan sertifikasi profesional sebesar 50,8 %, sedangkan sisanya
49,2 % dijelaskan oleh variabel independen lain yang tidak masuk model.
Nilai F hitung sebesar 11,091 > nilai F tabel 2,61 atau berada didaerah
penolakan H 0, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan,
frekuensi pelatihan dan sertifikasi profesional secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru Madrasah
„Aliyah Purbalingga.
B. Saran-saran
1. Bagi Kepala Madrasah hendaknya lebih meningkatkan pembinaan
kepada guru dalam bentuk pelatihan, baik internal maupun eksternal
nara sumber guna meningkatkan kinerja dan profesionalitas guru di
Madrasah „Aliyah Purbalingga
2. Oleh sebab variabel Guru bersertifikat profesional mempunyai
kontribusi paling dominan, maka perlu ada upaya memberikan rewards
62
terhadap guru-guru yang berprestasi dalam tugas dan kewajibannya.
3. Kepada para guru untuk selalu meningkatkan prestasi dan
pengabdiannya kepada Madrasah „Aliyah Negeri Purbalingga dimana
dia bertugas dan mengabdikan diri.
63
DAFTAR PUSTAKA
Agama, Kementerian RI. Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, 2012
-----------, Direktorat Pendidikan Madrasah, Jakarta, 2012.
Azra, Azyumardi. Pembaharuan Pendidikan Islam. Jakarta, Ditjen
Binbaga Islam Dep. Agama RI, 1998
Azwar, Saifudin. Validitas dan Reliabilitas, Yogyakarta Pustaka
Pelajar, 2000.
Danah Zohar & Ian Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan
Spiritual Dalam Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk
Memaknai Kehidupan, Bandung Mizan, 2001.
Dale Furtwengler. Penilaian Kinerja. Yogyakarta, Andi, 2002
Handayani. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Sarana prasarana dan
Lingkungan Kerja Ierhadap Kinerja Guru SMA Nwegeri 5
Karanglo. Theisis UMS, 2015
Hasanah, Dedeh Sofia. Dkk. Pengaruh Pendidikan dan Latihan
(Diklat) Kependidikan Guru dan Iklim Kerja terhadap
Kinerja Guru se Kecamatan Babak Ancikao Kab Purwakarta,
dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Vol II No 2 Oktober
2010.
Ihsan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2005
Imansyah Kadrie, Pengaruh Pendidikan, Pengalaman Kerja,
Frekuensi Pelatihan dan Pangkat/Golongan Terhadap
Kinerja Guru SMU Negeri 2 Tenggarong Kabupaten Kutai,
Kertanegara, Thesis PPs Unsoed Purwokerto, 2001.
Isjoni. Manajemen Kepemimpinan Dalam Pendidikan, Bandung :
Sinar Baru Algesindo, 2007.
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, CV
Gunung Agung, 1997.
Mangkunegara, Prabu, AA Anwar. Evaluasi Kerja Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bandung : Rosda Karya, 2004.
63
Melati. Pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi Kerja terhadap
Kinerja Guru SMA Negeri 5 Surakarta. Thesis Tidak
Diterbitkan, 2013.
Mulyana, AZ. Reformation Marketing Sekolah, Surabaya : Bening
Pustaka, 2012
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2009
Mulyasa, E. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, Jakarta : Ditjen
Bagais, 2003
_________, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung :
Remaja Rosda Karya, 2009.
_________, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung
Rosdakarya, 2009.
Novitasari, Atik. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Lingkungan Kerja, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap
Kinerja Guru Ekonomi/Akuntansi SMA se Kabupaten Kendal,
UNNES, Indonesia Dalam Economic Education Analysis
Journal 1 (2), 2012
Ratimin, Sarjono & Tri Peni S. Sertifikasi Guru : Meningkatkan
Profesionalisme Melalui Uji Sertifikasi, Yogyakarta, Alsara
Indonesia, 2008.
Rahman, Maman. Metode Peenelitian Pendidikan Moral, Semarang :
UNNES Press, 2011
Rahmawati dkk. Penilaian Kinerja Profesi Gurudan Angka Kriditnya,
Yogyakarta : Gaya Media, 2013.
Sallis, Edward. Total Quality Management In Education. Yogyakarta :
IRCiSoD, 2012
Samani, Muchlas dkk. Mengenal Sertifikasi Guru di Indonesia.
Surabaya : SIC dan Sosialisasi Peneliti Pendidikan Indonesia
(APPI), 2006.
Saudagar, Fachrudin dan Ali Idrus. Pengembangan Profesionalisme
Guru. Jakarta : Gaung Persada Press, 2011.
Siagian, Sondang, P. Manajemen Sumber daya Manusia, Jakarta :
Bumi Aksara, 1997
Simamora, Henry Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta :
STIE YKPN, 1998.
Sedarmayanti. Metodologi Penelitian. Bandung : Mandar Maju, 2001.
Sisdiyanto, Sidik, M. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global,
Jakarta : Ditjen Binbaga Islam, 2006
Soegito, AT, Kepemimpinan Berkualitas, Semarang : PPs Unnes, 2011
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
Bandung : Alfabeta, 2008.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT Bumi Aksara,
2008
Trianto dan Titik. Sertifikasi Guru Upaya Peningkatan Kualifikasi
Kompetensi dan Kesejahteraan, Jakarta : Prestasi Pustaka,
2007..
Uno, Hamzah B. Dan Nina Lamatenggo. Teori Kinerja dan
Pengukurannya, Jakarta : Bumi Aksara, 2012.
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Warjono. Kinerja Guru Penjaskes Yang Sudah Terserfikikasi
Berdasrkan Kompetensi Profesionalisme di SD se-Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulonprogo, 2013.
Wardhana, Budi Wishnu. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin
Kerja, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Guru SD
Negeri di Kecamatan se-Gayungan Kota Surabaya, 2008.
Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta :
Gaung Persada Press, 2006.
__________, Paradigma Pendidikan Konstruktifistik, Jakarta : Gaung
Persada Press, 2008.
http://www.purbalingga.kab.go.id (diunduh : 17 Oktober 2017)
http://www.manpurbalingga.asch.id (diunduh : 18 Oktober 2017)