khotbah jum'at

11
oleh M. Miftahul Huda * * * * * ! * Jama‟ah Jum‟at yang berbahagia; Dari atas mimbar yang megah ini, perkenankan saya mengajak kita semua, mari kita be meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita dan sekaligus mengaplikasikannya d derap langkah kehidupan kita. Semoga dengan keimanan dan ketaqwaan itu akan membimb jalan hidup kita sehingga kita dapat mencapai keridoan Allah swt. Selanjutny Nabi Muhammd yang telah menikmatu hasil pejuangannya membangun dan menyebarkan ajar Islam hingga samapi kepada kita, mari kita ucapkan solawat dan salam kepada beliau: Jama’ah Jum’at rohimakumullah Sungguh Maha Kasih Allah swt kepada hamba-Nya, umat manusia. Kendatipun p penciptaannya, manusia diciptakan daritanahyang tidak berharga dan pada penciptaan berikutnya manusia diciptakan dari perpaduan antara sperma dan laki-laki ( perempuan (ibu) yang menjijikkan, Allah swt menciptakan manusia dengan pen sempurna. Anatomi yang tersusun mengagumkan, memfasilitasi manusia untuk be berprestasi. Lebih menakjubkan lagi, tidak satupun diantara makhluk ciptaannya itu yang sama per manusia yang Ia ciptakan sejuta rupa pula yang ia adakan, tidak pernah anaknya karena tidak bisa memedakannya. Semua diciptakan dengan rupa dan berbeda-beda dengan kelebihan dan kekurangan yang beragam pula. Allah memberikan penjelasan dalam al-Qur`an surat al-Tin 95 ; 4 sebagai berikut: ( ) Disamping pencipataan manusia dengan anantomi yang indah dan rupa yang me pun menganugerahkan kemuliandasar, kemuliaan generic, kepada setiap manusia yang dilahirkan. Firman Allah secara tegas terdapat dalam al-Qur`an surat al-Isro` 17 : 70: ( 70 ) Ayat Allahinibetul-betul menegaskandan memastikan bahwa tidak seorangpun diantara manusia yang dilahirkan di muka bumi ini dalam keadaan hina. Oleh karena tidak ada satupun manusia berhak memnghina manusia lainnya. Untuk kemuliaan itu Allah swt len

Upload: hendra-marinto

Post on 22-Jul-2015

159 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

i

TRANSCRIPT

oleh M. Miftahul Huda * * * * * ! * Jamaah Jumat yang berbahagia; Dari atas mimbar yang megah ini, perkenankan saya mengajak kita semua, mari kita berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita dan sekaligus mengaplikasikannya dalam setiap derap langkah kehidupan kita. Semoga dengan keimanan dan ketaqwaan itu akan membimbing jalan hidup kita sehingga kita dapat mencapai keridoan Allah swt. Selanjutnya, sebagai umat Nabi Muhammd yang telah menikmatu hasil pejuangannya membangun dan menyebarkan ajaran Islam hingga samapi kepada kita, mari kita ucapkan solawat dan salam kepada beliau: Jamaah Jumat rohimakumullah Sungguh Maha Kasih Allah swt kepada hamba-Nya, umat manusia. Kendatipun pada awal penciptaannya, manusia diciptakan dari tanah yang tidak berharga dan pada penciptaan berikutnya manusia diciptakan dari perpaduan antara sperma dan laki-laki (ayah) dan ovum perempuan (ibu) yang menjijikkan, Allah swt menciptakan manusia dengan penciptaan yang sempurna. Anatomi yang tersusun mengagumkan, memfasilitasi manusia untuk berkarya dan berprestasi. Lebih menakjubkan lagi, tidak satupun diantara makhluk ciptaannya itu yang sama persis. Sejuta manusia yang Ia ciptakan sejuta rupa pula yang ia adakan, tidak pernah seorang ibu tertukar anaknya karena tidak bisa memedakannya. Semua diciptakan dengan rupa dan karakter yang berbeda-beda dengan kelebihan dan kekurangan yang beragam pula. Allah memberikan penjelasan dalam al-Qur`an surat al-Tin 95 ; 4 sebagai berikut: )4( Disamping pencipataan manusia dengan anantomi yang indah dan rupa yang menawan, Allah pun menganugerahkan kemulian dasar, kemuliaan generic, kepada setiap manusia yang dilahirkan. Firman Allah secara tegas terdapat dalam al-Qur`an surat al-Isro` 17 : 70: )70( Ayat Allah ini betul-betul menegaskan dan memastikan bahwa tidak seorangpun diantara manusia yang dilahirkan di muka bumi ini dalam keadaan hina. Oleh karena itu, tidak ada satupun manusia berhak memnghina manusia lainnya. Untuk kemuliaan itu Allah swt lengkapi

manusia dengan soft were yang super canggih yang disebut akal atau ratio. Dengan akal yang terbimbing dan terpimpin serta bertumpu pada nurani yang disinari hadayah Allah yang dilengkapi dengan tuntunan ilmu pengetahuan yang memadai, maka akan memungkinkan bagi manusia untuk menjalankan fungsi dan tugas kekhalifahannya di muka bumi ini secara benar dan bertanggung jawab. Masih dalam rangka menjaga dan melempangkan kemulian dan martabat kemanusiaan itu, sekalipun ramat dan karunia yang dianugerahkan kepada manusia sudah tidak terhitung jumlahnya, namun beban dan kewajiban yang diberikan sungguh tidak sebnding dengan karunia yang diterimanya. Dengan bahasa lain tidak akan pernah cukup ibadah atau pengabdian seorang hamba untuk menebus karunia yang pernah ia terima dari Tuhannya. Kendatipun Allah swt berkehendak memikulkan beban kepada hamba-Nya, namun jika beban standar yang dipikulkan itu tidak mampu dilaksanakan oleh hamba-Nya, maka akan ada pengecualian atau rukhsoh sehingga beban dilakukan sesuai kemampuan yang bersangkutan. Di dalam al-Qur`an surat alBaqoroj 2: 268 Allah swt berfirman: Di dalam surat al-Nisa` 4 : 28 juga ditegaskan dan diakui bahwa Allah swt bermaksud meringankan beban manusia berdasarkan pertimbangan bahwa manusia, disamping kemliaannya, memiliki kekurgan dan kelemahan. )82( Memang harus disadari dan diakui, bahwa betapapun mulianya manusia dalam ciptaan Allah Allah swt, tetap saja ada kelemahan dan kekurangan yang menyertainya. Kiranya kelemahan itu sudah terbukti sejak orang tua kita Adam dan Hawa tinggal di surga. Diantara kelemahan manusia adalah terkadang tidak mampu menghadapi dan menahan godaan sebagai mana dialami oleh leluhur kita Adam dan Hawa. Ketidakmampuan menahan godaan setan menggiring mereka berdua terusir dari singgasana surga lalu tercampak ke dunia. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari yang kita saksikan akhir-akhir ini, tidak sedikit diantara kita orang yang terjerembat kelembah kehinaan dan kesengsaran karena terseret oleh dahsyatnya arus godaan dunia. Hal lain yang sering menjatuhkan martabat dan kemuliaan manusia adalah tiga serangkai sifat buruk, yaitu ( , ,ujub sombong, merasa bangga dengan diri sendiri). Sifat ujub dimulai dari kegemaran kita melihat dan memuji diri sendiri dengan memfokskan pada kelebihan dan dan keberhasilan (prestasi) tanpa membanding-bandingkan dengan orang lain. Ujub ini apa bila ditambah dengan keemaran merandahkan orang lain, maka ujub itu meningkat kualitasnya menjadi takabur. Apa bila takabbur ditambah dengan kebanggaan-kebanggaan yang berlebihan makan menjadilah ia soifat tafakhur. Ketiga sikap yang berjenjang ini merupakan penyakit hati yang dahsyat, yang apa bila sudah tumbuh di dalam hati tidak mudah mengatasi apa lagi membasminya.

Sebagai contoh proses lahirnya ujub, takabbur, dan tafakhur dapat dilihat pada ungkapan berikut ini: Sungguh hebat saya ini, hartaku berlimpah, amal solehku banyak, dosaku sedikit. Di saat itu dia sudah mengantongi sifat ujub. Namun jika ia berkata: Aku ini hebat, aku lebih kaya dari pada si fulan, dia itu miskin, amal solehku lebih banyak dari dari dia sementara dosanya labih banyak dari dosaku, maka ketika itu ujubnya sudah meningkat menjadi takabbur. Apa bila ia perkataannya ia lanjutkan dengan: Kamu tidak usah mimpi untuk menyaingi kekayaan dan amal solehku, karena kamu tidak akan mampu, maka sesungguhnya pada waktu itu ketakabburan yang bersangkutan telah meningkat menjadi tafakhur. Orang yang memiliki tiga sifat buruk diatas pada mulanya bermaksud untuk menambah kemuliaan dan martabatnya, tetapi sesungguhnya ujub dan kesombongan itu sepanjang sejarah telah terbukti justru akan menjatuhkan kemuliaan dan martabat kemanusiaan. Firun dan Namrud merupakan dua contoh korban kesombongan dan keangkuhan. Betapapun kecilnya kesombongan atau ketakabburan yang bersemayam di lubuk hati kita, kiranya tetap akan membawa dampak buruk bagi diri dan keluarga, serta lingkungan. Sungguh kesombongan akan membuahkan kebencian dan ketidaksenangan dan bahkan akan memunculkan sikap anti pati mansuia lain terhadap dirinya. Lebih dari itu, Allah swt menyatakan ketidaksukaannya terhadap orang-orang yang sombong. Firman-Nya dalam alQur`an surat al-Nahl 16 : 23: )82( Dalam surat al-Nahl 16 : 29 lebih tegas Allah swt berfirman: )82( Sebagai mana diuraikan di atas bahwa ifat sombong itu datangnya perlahan-lahan sehingga sering tidak terasakan, bahkan hampir-hampir tidak disadari. Kesombongan itu menyelinap dibilik hati kita, terkadang berbaju keindahan, terkadang berbusana kekuatan dan terkadang tampil seperti satria penolong, dan bahkan terkadang hadir sebagai orang yang mengerti agama dan berupaya melawan syriat dengan berpura-pura mengkajinya. al-Mumin 40 : 56 )65( Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ttentang ayat-ayat Allah swt tanpa aargumn yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka kecuali (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tidak akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah swt. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Mereka yang di dalam hatinya, baik disadari maupun tidak disadari, terdapat benih-benih kesombongan, sekecil apapun adanya, niscaya tidak akan diperkenankan Allah swt mencicipi

syurga apa lagi memasukinya. Mari kita secara bersama-sama memperhatikan sabda Rosulullah saw yang dinukil dalam sebuah hadis beliau: . Lebih tegas lagi firman Allah dalam al-Qur`an surat al-Mumin 40 : 76 yang berbunyi: )75( Hadirin Penjelasan ayat-ayat dan hadis di atas kiranya cukup untuk mengingatkan kita jika kita belum terkonstaminasi oleh bibit-bibit kesombongan. Begitu pula dengan muatan ancaman yang terkandung dalam ayat dn hadits ini kiranya memadai untuk menyadarkan kita apa bila di dalam hati kita telah tercemar oleh virus-virus kesombongan. Rasa takut kita terhadap dahsyatnya siksa neraka mungkin akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kesombongan, sementara kerinduan yang mendalam kita kepada kenikmatan syurga akan menjadi pertimbangan bagi kita untuk segera meninggalkan dan menjauhi kesombongan yang sesunguhnya tidak pernah menguntungkan. Karena takut akan siksa akibat dari kesombongan, seorang sahabat, ketika mendengar hadis di atas lalu bertanya dan meminta penjelasan lebih lanjut dari Rosulullah saw. Sahabat itu berkomentar: Mendengar komentar sahabatnya itu lalu Rosulullah saw memberikan penjelasan singkat tetapi memuaskan melalui sabda beliau: ): , ( Hadirin Untuk membentengi diri dari intervensi kesombongan dalam bersikap dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya, bahkan seharusnya, kita memilih dan membangun sikap tawadlu di dalam diri kita masing-masing. Kembali kepada sikap tawadlu merupakan langkah yang bijaksana dan terpuji serta aman dan menyenangkan, lebih-lebih bila dihubungkan dengan keadaan kehidupan di zaman modern yang penuh dengan godaan yang menyilaukan. Hadirin Tawadlu adalah suatu sikap yang menunjukkan kerendahan hati seseorang. Dengan demikian tawadlu merupakan lawan dari sikap tinggi hati. Sikap tinggi hati selalu muncul dalam bentuk kesombongan. Oleh karena itu, tawadlu bukanlah sikap atau rasa rendah diri, tetapi tawadlu adalah lawan dari ujub, takabbur, dan tafakhur. Memilih tawadlu berarti menghindari ujub membuang takabbur dan memusnahkan tafakhur, mengambil ujub, takabbur dan tafakhur berarti

mencampakkan tawadlu. Kalau ujub, takabbur, dan tafakhur akan mendorong orang untuk masuk neraka, maka tawadlu berarti menutup salah satu pintu neraka. Untuk menguraikan pengertian tawadlu sehingga menjadi jelas da konkrit tentulah tidak mudah, karena tawadlu pusatnya berada di dasar hati yang terdalam. Yang paling memungkinkan adalah menjelaskan fenomena-fenomena yang menunjukkan sebuah sikap tawadlu atau sikap rendah hati yang ada pada seseorang. Untuk mengurai penjelasan itu dalam sebuah pertanyaan dikatakan: Kapan seseorang dapat disebut bersifat tawadlu atau rendah hati? orang bijak akan menjawab: Ketika seseorang merasa tidak memiliki kelebihan padahal sesungguhnya dia lebih dan tidak merasakan adanya orang yang lebih rendah dari pada dirinya kendatipun sesungguhnya di lebih tinggi dari orang lain, dia tidak akan tampil berlebihan sekalipun sesungguhnya dia mampu melakukannya. Ia lakukan segala sesuatunya semata-mata karena ketundukan mereka kepada Allah swt. Keikhlasan itu pula yang menyebabkan yang bersangkutan berhak menerima ganjaran dan penghargaan yang amat tinggi dan prestisius dari Allah swt )( Untuk menjelaskan lebih dalam tentang tawadlu saoyidina Umar bin Khottob ra menjelaskan: : , , )464 : ( Ketiga sikap diri yg dikemukakan oleh Umar ibnu Khotob ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi membutuhkan latihan yang intensif. Ditengah kehidupan yang cenderung matererialistis ini sering kita jumpai dan kita saksikan betapa orang, atau justru diri kita sendiri, lebih senang menjawab salam ketimbang memberi atau memulai salam. Ada kemungkinan sikap enggan memulai ini disebabkan adanya perasaan bahwa dirinya lebih tinggi dari orang lain sehingga dalam anggapannya orang lainlah yang seharusnya memulai salam kepadanya. Juga tidak sedikit orang yang tersinggung atau merasa dilecehkan ketika ia ditempatkan dibelakang disuatu forum atau majlis karena ia merasa dirinya lebih terhormat dan lebih pantas untuk dihormati, padahal hal penempatan itu terjadi hanya karena yang bersangkutan terlambat datang. Ada pula diantara kita yg justru merasa sengan jika dirinya disebut-sebut sebagai orang baik, orang berjasa dan lain sebagainya. Rosulullah Saw bersabda: bertawadulah, dan duduklah bersama orang-orang miskin, niscaya kamu menjadi orang-orang yang besar disisi SWT dan terlepas dari sifat sombong dan angkuh. Latihan tawadlu dapat diawali dengan duduk bersama dengan pembantu.untuk mendukung konsep ini ada riwayat dari Qois bin Hazim yenjelaskan peristiwa yang dialami oleh Khalifah ke dua, Umar Ibnu Khottob; kisahnya demikian.

Saiyidina Umar Ibnu Khottob, ketika bepergian menuju kota Syam, dalam rangka kunjungan kerja, bersama dengan pembantunya dengan menunggang seekor kuda. Mereka sadar betul bahwa jika mereka berdua bersama-sama duduk menunggang kuda adalah merupakan kezoliman terhadap kuda tersebut, maka mereka berdua, Umar Ibnu Khottob dan pembantunya sepakat untuk bergilir atau bergantian menunggang kuda tersebut. Ketika memulai perjalanan Umar Ibnu Khottob mendapat giliran pertama menunggang kuda sementara pembantunya mendapat gilian pertama membimbing kuda itu. Selama dalam pejalan mereka secara rutin bergantian sesuai dengan kesepakatan. Akan tetapi keitika menjelang sampai di tujuan, dalam hal ini kotaSyam, giliran menunggang kuda jatuh kepada pembantunya, ementara Umar Ibnu Khottob mendapat giliran membimbing kuda. Tidak ada perasaan di hati mereka masing-masing kecuali ikhlas menjalankan kesepakatan yang telah mereka bangun bersama. Namun, ternyata di depan pintu gerbang kota, telah berdiri Abu Ubaidah, salah seorang pembesar kota Syam yang bermaksud menyambut dengan Umar Ibnu Khottob di kota itu. Melihat kejadian, itu lalu Abu Ubaidah berkata kepada Umar Ibnu Khottob: Wahai Kholifah, para pembesar kota Syam pada saat itu berkumpul di balai sidang untuk menyambut Kholifah, maka adalah tidak pantas apa bila nanti mereka melihat kejadian ini, bagai mana komentar mereka nanti. Mendengar perkataan yang bernuansa keluhan structural dari Abu Ubaidah itu, lalu Umar Ibnu Khottob menjawab: . , Ternyata dalam pikiran dan prinsip Umar Ibnu Khottob bahwa rendah hati tidak akan menghinakan seseorang. Dalam kejadian berikutnya Umar mengaplikasikan kembali sikap tawadlunya dengan kesediaannya memikul ember berisi air lalu diberikan kepada tetangganya demi untuk menutup rapat-rapat pintu hatinya dari invasi dan interpensi benih-benih kesombongan. Kiranya ketawadluan Umar telah membangun pengertian dan kesadaran bahwa pujian dan sanjungan rakyatnya dapat berakibat memunculkan sikap sombong dan angkuh pada dirinya. Hadirin. Untuk memperkaya hazanah kita tentang tawadlu ini, mari kita ungkap sekelumit wejangan Ibrohim bin Syaiban dalam kata-kata hikahnya: Ketinggian itu ada di dalam ketawdluan, kemulyaan ada di dalam ketaqwaan, kebebasan/kemerdekaan ada di dalam sikap qanaah. Menutup khutbah kita pada hari ini mari kita simak wejangan Imam al-Ghozali yg termaktub dalam bukunya Bidayatul Hidayah. , , , , , : , .:

. , , ., ,

KHUTBAH JUMAT BAHASA JAWA KAUTAMAAN WULAN ROMADLON 8 . . . . ) : ( . ! . Hadirin sidang jumat ingkang minulyo. Sak mantunipun muji dumateng Alloh, soho maos sholawat konjuk dateng junjungan kito Nabi Agung Muhammad SAW., kulo wasiat dumateng panjenengan sedoyo, khususipun pribadi kulo piyambak, monggo samiyo nambahi takwa dumateng Allah SWT kanthi nebihi awisanawisanipun lan nglampahi punopo ingkang dipun dawuhaken. Sak meniko kito wonten sak lebetipun wulan romadlon, wulan ingkang agung, wulan ingkang kebak berkahipun Allah. Wonten wulan meniko Allah nurunaken al-Quran, kitab panutan kito umat Islam, kitab ingkang isi pitedah-pitedah ingkang bagus tumraping tiyang ingkang mukmin. Ugi ing dalem wulan meniko wonten dalu ingkang langkung sahe ketimbang sewu wulan, dalu meniko dipun wastani lailatul Qodar. Allah majibaken dumateng kito sedoyo siyam ing dalem wulan Romadlon meniko minongko adDzikr / pepiling tumraping menungso ingkang panci kathah supenipun. Inggih supe nindaaken syukur saking nimat ingkang sampun dipun paringaken. Poro hadirin jumah ingkang minulyo. Sangking arah meniko kito kedah kados pundi sak sampunipun mangertos fadlilah lan agungipun wulan romadlon? Mboten wonten sanes monggo kito inggahake kito tambahi ibadah amal sholih kitho ingkang kange simpenan benjang bikaipun wonten ing akherot. Kito katah-katahaken

istighfar lan deres al-Quran kanti eling-eling sak maknane soho sholawatipun, kito sudo anggenipun nyambut damel utawi ngulari bondo, sebab manawi badan kito kesel utawi sayah meniko saged ngelaleaken dateng nindaaken kewajiban-kewajiban wonten ing wulan meniko. Kito kedah saget bagi wekdalipun ingkang supados hasil sedoyonipun. ! . Poro kaum muslimin hadirin sidang jumat ingkang minulyo. Monggo wonten ing wulan meniko kito supados ngatah-ngatahaken mahos al_Quran al_karim derek tindak lampahipun kanjeng Nabi Muhammad SAW. Keranten wonten ing wulan meniko kanjeng nabi dipun panggihi deneng malaikat Jibril AS lajeng tadarrus al-Quran. Lan malih poro ulama kito sami ngatah-ngatahaken mahos al-Quran wonten ing wulan meniko. Keranten gusti Allah sampun maringi keistimewaan ing wulan romadlon arupi temurunipun al_Quran. Kados dawuhipun Allah wonten ing al-Quran; . Ingkang artosipun: Kang ono ing sak jerone wulan Romadlon al-Quran diturunake kangge nuduhake marang menungso lan dadi tondo terang saking pituduhe Allah SWT lan kangge bedaaken antarane barang kang haq lan kang bathil. : Artosipun; Sopo wonge moco sak huruf sangking kitab al-Quran mongko kanggu wong iku sepuluh kabagusan. Poro hadirin ingkang kawulo mulyaaken. Kejawi kito supados ngatah-ngatahaken mahos al_quran lajeng kito supados saged ngerekso / nyejani dateng siyam kito meniko sangking perkawis-perkawis ingkang saged ngerusak dateng sah ipun siyam, inggih meniko amal awon, kados ngerasani tiyang sanes, adu-adu lan sak panunggalanipun. Keranten engkang nami siyam meniko boten namung ngempet dahar lan minum kemawon, ananging ugi kedah ngempet sangking pendamelan mungkar ingkang dipun awisi deneng Allah SWT. Pramilo monggo wonten wulan romadlon meniko dipun isi kanthi amal-amal ingkang soleh. Kados tadarrus al-Quran, sholat tarawih berjamaah lan qiyamul lail, soho ngatah-ngatahaken anggenipun taubat lan istighfar dateng Allah SWT. Dipun sebataken wonten ing hadis bilih rasulullah SAW ngendiko; .

Artosipun; Ono telung golongan kang bakal salaman karo malaikat naliko tangi soko kubur. Deweke yoiku: Poro syuhada, wong-wong mukmin kang ndiriaken sholat tahajjud ono ing wulan romadlon lan wong-wong kang poso ing dino Arofah. Lajeng kados pundi lan sinten tiyang ingkang mboten kepingin waget salaman kaliyan malaikat, makhlukipun Allah ingkang mulyo, lan malaikat meniko pirso nami-nami kito. Lan kanti salaman mentandaaken bilih kito kalebet tiyang ingkang bejo, slamet mangke dumugi suargo. Temtu kemawon meniko dados idam-idamanipun kito sedoyo. Wonten hadits lintu Rasulullah SAW ngendiko: ) ( Artosipun; Sopo wonge ngelakoni ibadah ing wulan ramadlan kanthi dasar iman lan kerono murih ganjaran, mongko wong mahu bakal dingapuro dusane kang wis keliwat. Akhiripun, monggo kito tansah ngiyataken jiwo rogo, kito jagi kesehatan wonten ing wulan romadon meniko supados kito wagedbibadah sak katah-katahipun. Lan mugi-mugi Allah tansah paring pitedah soho kekiatan, amin, amin, aminya robbal alamin. . . , , , . .

KHUTBAH JUMAT BAHASA SUNDAKASAIMBANGAN HIRUP Oleh: Bpk. Andi Rachman Hakim Assalamualaikum Wr.Wb., Puji syukur mangga urang sami-sami panjatkeun ka hadirat Alloh SWT anu parantos maparin kanikmatan iman sinareng Islam dugi ka dangeut ieu urang sadayana masih dina kaayaan sehat walafiat sahingga tiasa ngalaksanakeun salah sahiji kawajiban hirup urang sadayana nyaeta ngalaksanakeun ibadah jumat di masjid ieu. Sholawat sinareng salam mugia tetep kacurahlimpahkeun kanggo junjungan urang sadayana, Nabi Muhammad SAW., ka para sahabatna, ka para tabiit tabiin anu satia dugi akhir zaman anu insya Alloh kalebet oge urang sadayana. Dina kasempetan ayeuna khotib masihan wasiat khususna kanggo pribados nyalira sareng ka jamaah jumat sadaya, hayu urang sami-sami ningkatkeun kaimanan sareng kataqwaan ka Alloh

SWT ku ngalaksanakeun sagala parentahna sareng ngajauhan sagala laranganna supados kenging ridho ti mantenna. Alloh SWT nyiptakeun manusa teh kalayan makhluk anu panghadena di dunya ieu, jeung dibere akal sarta nurani. Sajabi ti janten hamba Alloh oge janten kholifah di bumi anu dipaparin kawajiban pokok nyaeta ibadah. Dawuh Alloh SWT dina surat adz-dzariat ayat 56 : Jeung Kuring (Alloh) henteu nyiptakeun jin jeung manusa teh teu aya lian pikeun maranehna kacuali nyembah ka Kawula. Nyembah dina harti luas nyaeta sagala rupa bentuk pangabdian atawa ibadah nu hade didasaran parentah Allah jeung sakumaha Rasulullah parantos nyontohkeun dina ngalaksanakeunna, boh ibadah langsung ka Alloh (Hablu minalloh) atanapi ibadah kasasama manusa (hablu minannas). Sajabi ti eta oge, manusa teh kudu bisa ngalola jeung ngamanfaatkeun naon-naon nu ku Gusti Alloh ciptakeun di dunya ieu pikeun kasejahteraan hirup manusa sebab nu kitu teh masih keneh kaasup kana ibadah. Hadirin Rohimakumullah, Urang sadayana yakin yen sagala urusan dunya nu disinghareupan baheula nepi ayena ieu, sanajan urang ngadekul teu euereun-eureun beurang jeung peuting moal aya beakna jeung tungtungna salila hawa masih kaluar tina irung, pagawean jeung pangabutuh teh bakal datang. Salaku jalma nu boga iman mah kudu bisa ngatur jeung ngatasi perkara eta. Sabab lamun urang teu bisa ngatur jeung ngabatasan pangabutuh hirup urang leuwih bahayana leungiteun kabahagian hirup jeung kasaimbangan hirup dina kahirupan sapopoe. Alloh Maha Adil nyiptakeun kabeh mahluk teh aya pasanganna samodel langit jeung bumi, daratan jeung lautan, halodo jeung hujan, lalaki jeung awewe leuwih tina hal eta jasmani jeung rohani. Patali tina sakian ciptaan nu hade, geus sakuduna urang bisa miara jeung ngatur sanajan sawareh oge nu aya kaitan jeung hajat (pangabutuh) urang salaku manusa supaya bisa maju, lancar, sauyunan tur saimbang, utamana mah pangabutuh jasmani jeung rohani eta. Kasaimbangan dina pandangan Islam teh nyaeta mangrupikeun faktor nu penting, malahan jadi tujuan jeung cita-cita hirup keur muslim. Sakumaha parantos ditetelakeun dina Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 201 : Jeung di antara maranehna aya jalma anu ngadoa : Nun gusti, pasihan diri kami kasaean di dunya sareng kasaean di akherat sareng piara diri kami tina siksa seuneu naraka. Leuwih jelasna deui Rasululloh ngadawuh dina hadits nu diriwayatkeun ti Ibnu Asyakir : Jalma nu niggalkeun urusan dunya ngan saukur pikeun akherat teh lain jalma nu hade, kitu oge jalma nu ninggalkeun urusan akherat ngan saukur pikeun dunya kacuali lamun manehna meunangkeun dunya jeung akherat babarengan sabab dunya teh jalan keur ka akherat jeung urang teh ulah jadi beban keur batur. Hadirin Rohimakumullah, Tina ayat Quran jeung hadits di luhur meunang kasimpulan sapertos kieu : 1. Urang sadayana dituntut kudu bisa nyaimbangkeun miwah kapentingan lahiriyah duniawiyah jeung kapentingan ruhaniyah ukhrowiyah, ulah dugi kabeurat sabeulah komo lamun

mentingkeun salah sahijina. Duanana kudu saimbang, sajalan, sauyunan jeung saarah. Sakumaha conto saimbang jeung saarahna rel kareta api teu bisa jangkung sabeulah, sabab bisa ngakibatkeun kareta api nyangeyeng malahan bisa tiguling. 2. Dunya teh mangrupikeun jambatan keur nuju akherat. Dunya ieu lain tujuan sabab fana nu sawaktu-waktu geus ditangtukeun ku Gusti Alloh pasti bakal ancur jeng binasa ka asup manusa nu bakal balik nyinghareupan ka nu nyiptakeunana nyaeta Alloh SWT. Hadirin Sidang Jumat Rohimakumulloh, Mung sakieu rupina khutbah nu tiasa didugikeun dina kasempetan ayeuna, mugia aya manfaat khususna kanggo khotib sareng umumna ka para jamaah salaku kaum muslimin. Mugia Alloh SWT maparin kakiatan Iman tur kataqwaan dina ngalaksanakeun kahirupan urang sadayana sahingga tiasa ngajalankeun parentahna sareng ngajauhan sagala laranganna nu akhirna Gusti Alloh maparin karidhoan-Na. Amin Ya Robbal alamin. Wassalamualaikum Wr.Wb.