kualitas keju mozzarella dengan penggunaan berbagai bahan pengasam

68
ABSTRACT MOZZARELLA CHEESE QUALITY WITH USING VARIOUS OF ACIDIFIED Data collection and research were conducted from January, 2007 until February, 2007 at Laboratory of Engineering and Processing of Animal Product Animal Husbandry Faculty Brawijaya University, Laboratory of Physico-Chemistry Animal Product Technology Animal Husbandry Faculty Brawijaya University, Central Laboratory of Food and Science Technology Brawijaya University, and Engineering Laboratory Centre Food and Labor Gadjah Mada University Yogyakarta. The objective of this research was to find out the effect and the best treatment of direct acidification using citric acid, acetic acid, sodium acid sulphate, and lime fruit juice in Mozzarella cheese manufactured. The research method was experiment using Completely Randomized Design with four treatments. The treatment were using of 0,35 % citric acid (P1), 0,6 % acetic acid (P2), 0,1 % sodium acid sulphate (P3), and 1,9 % lime fruit juice (P4) from milk volume. The variable measured were: yield, meltability, stretchability, elasticity, and moisture content from produced cheese. Data were analyzed with analysis of variance and continued with Duncan’s Multiple Range Test. The result showed that the effect of each treatment to elasticity of Mozzarella cheese was not affected (P>0,05), but gave a significant different effect (P<0,05) on yield, stretchability, and moisture content, and gave a highly significant different effect (P<0,01) on meltability. P1, P2, P3, and P4 treatments gave average value of yield (%) 10,19, 9,83, 11,33, and 10,26; average value of meltability 6,07, 5,47, 3,93, and 4,52; average value of stretchability 1,20, 1,53, 0,73, and 1,15; average value of elasticity 6,20, 45,45, 61,62, and 43,57; average value of moisture content (%) 50,06, 49,01, 48,52, and 48,61. The conclusion is the using of 0,35 % citric acid is the best treatment that give average value of yield 10,19 %, meltability 6,07, stretchability 1,20, elasticity 6,20, and moisture content 50,06 %. Based on the research result, it is suggested to use 0,35 % citric acid on Mozzarella cheese manufactured. Keywords: Mozzarella cheese, citric acid, acetic acid, sodium acid sulphate, lime fruit juice. RINGKASAN

Upload: dessyak

Post on 25-Nov-2015

108 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

mozzarella

TRANSCRIPT

  • ABSTRACT

    MOZZARELLA CHEESE QUALITY WITH USING VARIOUS OF ACIDIFIED

    Data collection and research were conducted from January, 2007 until February, 2007 at Laboratory of Engineering and Processing of Animal Product Animal Husbandry Faculty Brawijaya University, Laboratory of Physico-Chemistry Animal Product Technology Animal Husbandry Faculty Brawijaya University, Central Laboratory of Food and Science Technology Brawijaya University, and Engineering Laboratory Centre Food and Labor Gadjah Mada University Yogyakarta.

    The objective of this research was to find out the effect and the best treatment of direct acidification using citric acid, acetic acid, sodium acid sulphate, and lime fruit juice in Mozzarella cheese manufactured. The research method was experiment using Completely Randomized Design with four treatments. The treatment were using of 0,35 % citric acid (P1), 0,6 % acetic acid (P2), 0,1 % sodium acid sulphate (P3), and 1,9 % lime fruit juice (P4) from milk volume. The variable measured were: yield, meltability, stretchability, elasticity, and moisture content from produced cheese. Data were analyzed with analysis of variance and continued with Duncans Multiple Range Test.

    The result showed that the effect of each treatment to elasticity of Mozzarella cheese was not affected (P>0,05), but gave a significant different effect (P

  • KUALITAS KEJU MOZZARELLA DENGAN PENGGUNAAN BERBAGAI BAHAN PENGASAM

    Pengambilan data penelitian dilaksanakan mulai 22 Januari sampai dengan 3 Februari 2007 di Laboratorium Rekayasa dan Pengolahan Hasil Ternak Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Laboratorium Fisiko-Kimia Hasil Ternak Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Laboratorium Sentral Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya, dan Laboratorium Rekayasa Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan perlakuan terbaik dari penggunaan asam sitrat, asam asetat, asam sodium sulfat, dan jus jeruk nipis dalam pembuatan keju Mozzarella ditinjau dari rendemen, daya leleh, kemuluran, elastisitas dan kadar air. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk memproduksi keju dengan waktu yang lebih cepat dan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmunya.

    Materi penelitian ini adalah keju Mozzarella yang dibuat dari susu, asam sitrat, asam asetat, asam sodium sulfat, dan jus jeruk nipis sebagai bahan pengasam, serta enzim renin Mucor miehei. Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan empat kali ulangan. Perlakuan terdiri dari penggunaan asam sitrat sebesar 0,35 % (P1), asam asetat sebesar 0,6 % (P2), asam sodium sulfat sebesar 0,1 % (P3), dan jus jeruk nipis sebesar 1,9 % (P4) dari volume susu. Variabel yang diukur adalah rendemen, daya leleh, kemuluran, elastisitas, dan kadar air. Data yang diperoleh dianalisa dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan berbagai bahan pengasam tidak memberikan perbedaan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap elastisitas, tetapi memberikan perbedaan pengaruh yang nyata (P

  • KUALITAS KEJU MOZZARELLA DENGAN PENGGUNAAN BERBAGAI BAHAN PENGASAM

    SKRIPSI

    Oleh

    Dewi Mistiyaningsih0310540015

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAKFAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

    2007

    KUALITAS KEJU MOZZARELLA DENGAN PENGGUNAAN BERBAGAI BAHAN PENGASAM

  • Oleh:Dewi Mistiyaningsih

    0310540015

    Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

    pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAKFAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

    2007KUALITAS KEJU MOZZARELLA DENGAN

    PENGGUNAAN BERBAGAI BAHAN PENGASAM

    SKRIPSI

    Oleh:Dewi Mistiyaningsih

    0310540015

    Telah dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana

  • Pada hari/tanggal : Selasa, 24 April 2007

    MenyetujuiSusunan Tim Penguji

    Pembimbing Utama, Anggota Tim Penguji,

    Ir. Imam Thohari, MP. Abdul Manab, S.Pt, MP.Tanggal : Tanggal :

    Pembimbing Pendamping,

    Dr. Ir. Purwadi, MS.Tanggal :

    Mengetahui Dekan Fakultas Peternakan

    Universitas Brawijaya Malang

    Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP. Tanggal :

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    RIWAYAT HIDUP iKATA PENGANTAR iiABSTRACT ivRINGKASAN vDAFTAR ISI viDAFTAR TABEL viiiDAFTAR GAMBAR ixDAFTAR LAMPIRAN x

    I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 3 1.3. Tujuan Penelitian 3 1.4. Manfaat Penelitian 3 1.5. Kerangka Pikir 4 1.6. Hipotesis ..........................................................................................4

    II. TINJAUAN PUSTAKA 5 1.7. Keju 6 1.8. Keju Mozzarella 6

    1.9. Koagulasi Protein 72.3.1. Koagulasi oleh Enzim 72.3.2. Koagulasi oleh Asam 8

    1.10. Pengasaman Langsung 101.11. Asam Sitrat 111.12. Asam Asetat 121.13. Asam Sodium sulfat 121.14. Jeruk Nipis 131.15. Kualitas Keju Mozzarella 14

    2.9.1. Rendemen 142.9.2. Daya Leleh 152.9.3. Kemuluran 162.9.4. Kadar Air 172.9.5. Elastisitas 17

    III. MATERI DAN METODE 19 1.16. Lokasi Penelitian 19 1.17. Materi Penelitian 19 1.18. Metode Penelitian 20 1.19. Perlakuan 20 1.20. Prosedur Penelitian 21

    1.20.1. Pembuatan Keju Mozzarella 21

  • 1.20.2. Pengujian Variabel 22 1.20.3. Analisis Data 22

    1.21. Batasan Istilah 22

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 1.22. Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap Rendemen

    Keju Mozzarella 24

    1.23. Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap Daya Leleh Keju Mozzarella 27

    1.24. Pengaruh Peenggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap Kemuluran Keju Mozzarella 29

    1.25. Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap Kadar Air Keju Mozzarella 31

    1.26. Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap Elastisitas Keju Mozzarella 33

    1.27. Pemilihan Alternatif Perlakuan Terbaik 35

    V. KESIMPULAN DAN SARAN 36 1.28. Kesimpulan 36 1.29. Saran 36

    DAFTAR PUSTAKA 37

    LAMPIRAN 41

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Kandungan gizi per 100 gram Keju 5

    2. Komponen per 100 gram keju Mozzarella 6

    3. Komposisi kimia jeruk nipis (per 100 gram) 14

    4. Rataan rendemen keju Mozzarella pada masing-masing perlakuan 24

    5. Rataan daya leleh keju Mozzarella pada masing-masing perlakuan 27

    6. Rataan kemuluran keju Mozzarella pada masing-masing perlakuan 30

    7. Rataan kadar air keju Mozzarella pada masing-masing perlakuan 32

    8. Rataan elastisitas keju Mozzarella pada masing-masing perlakuan 34

    9. Hasil ranking pentingnya peranan variabel terhadap mutu produk 57

  • 10. Nilai terbaik dan terjelek masing-masing variabel untuk masing-masing perlakuan

    57

    11. Daftar nilai untuk menentukan perlakuan terbaik 58

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1 . Diagram Alir Prosedur Pembuatan Keju Mozzarella 21

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Prosedur pengukuran rendemen keju Mozzarella 41

    2. Prosedur pengujian daya leleh keju Mozzarella 42

    3. Prosedur pengujian kemuluran keju Mozzarella 43

    4. Prosedur pengujian kadar air keju Mozzarella 44

    5. Prosedur pengujian elastisitas keju Mozzarella 45

    6. Data rendemen, hasil analisis ragam, dan uji jarak berganda Duncan keju

    Mozzarella

    4

    6

    7. Data daya leleh,hasil analisis ragam, dan uji jarak berganda Duncan

    keju Mozzarella 48

    8. Data kemuluran, hasil analisis ragam, dan uji jarak berganda Duncan

    keju Mozzarella 50

    9. Data kadar air, hasil analisis ragam, dan uji jarak berganda Duncan

    keju Mozzarella 52

    10. Data elastisitas, hasil analisis ragam, dan uji jarak berganda Duncan

    keju Mozzarella 54

    11. Contoh lembar pemilihan urutan (ranking) pentingnya peranan variabel terhadap

    mutu keju Mozzarella................................................................. 56

  • 12. Pemilihan alternatif perlakuan terbaik...................................................... 57

  • Lampiran 1. Prosedur Pengukuran Rendemen Keju Mozzarella (Shakeel-Ur-Rehman et al., 2003)

    1. Menimbang bobot susu yang digunakan.

    2. Menimbang bobot keju Mozzarella setelah ditiriskan dari perendaman didalam

    larutan garam.

    Perhitungan Rendemen = bobot keju X 100%

    bobot susu

  • Lampiran 2. Prosedur Pengujian Daya Leleh Keju Mozarella (Tunick et al., 1993)

    1. Keju dipotong dengan ukuran diameter 18 mm dan tebal 5 mm

    2. Potongan keju ditempatkan pada tabung

    3. Sampel keju dipanaskan di dalam oven dengan suhu 232 oC selama 5 menit

    4. Didinginkan pada suhu ruang

    5. Area yang menjadi cair diukur dengan menggunakan jangka sorong

    6. Perhitungan:

    a. daya leleh bernilai 1,0 apabila tidak ada pengembangan

    b. daya leleh bernilai 2,0 apabila bertambah panjang menjadi 10 mm

    c. daya leleh bernilai 3,0 apabila bertambah panjang menjadi 15 mm

    Lampiran 3. Prosedur Pengujian Kemuluran Keju Mozarella (Kuo and Gunasekaran, 2003)

  • 1. Keju dipotong membentuk huruf I dengan ukuran tinggi 5 cm, lebar 3 cm dan

    ketebalan 1 cm. Pada bagian tengah lebarnya 1cm sepanjang 3 cm.

    2. Sampel diletakkan di atas penangas air, bagian bawah sampel dikaitkan pada

    pengait yang terdapat pada penangas air, sedangkan bagian atas dikaitkan pada

    pengait yang dipasang pada poros tunggal yang terdapat pada Universal Testing

    Instruments, merk Lloyd dengan suhu 55 oC dan dipertahankan selama 3 menit.

    3. Universal Testing Instruments diset pada mode tension, dengan kecepatan 30 mm

    / menit dan inch speed 100 mm / menit.

    4. Kemudian Universal Testing Instruments digerakkan vertikal, berlawanan dengan

    penangas air, sampai sampel putus.

    5. Kemuluran keju diukur berdasarkan kebalikan dari tekanan maksimum yang

    dihasilkan (1/N).

    Lampiran 4. Prosedur pengukuran kadar air keju Mozzarella (Sudarmadji dkk., 1999)

  • 1. Botol timbang dimasukkan kedalam oven selama 24 jam, kemudian dimasukkan

    kedalam eksikator selama 2 jam dan ditimbang beratnya (x gram).

    2. Sampel ditimbang kurang lebih 2 gram (y gram), kemudian dimasukkan kedalam

    botol timbang yang telah diketahui beratnya.

    3. Sampel dalam botol dikeringkan dalam oven 100-105 oC selama 3-5 jam

    (disesuaikan bahannya), kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang

    beratnya (z gram).

    4. Perlakuan ini diulang sampai mencapai berat konstan (selisih penimbangan

    berturut-turut kurang dari 0,2 gram).

    % Kadar air = (x + y) z X 100% y

    Keterangan:x = berat cawany = berat sampel awalz = berat cawan dan sampel setelah pengeringan di dalam oven

    Lampiran 5. Prosedur pengukuran elastisitas dengan menggunakan alat Universal Instrument Machine Model Llyod (Carballo et al., 1996)

  • 1. Persiapan, menghidupkan alat minimal 30 menit sebelum dipakai.

    2. Menghidupkan program Llyod, memilih untuk pengukuran tekstur dengan satu

    kali penekanan, upper cycle limit 4,0 mm, lower cycle limit 3,0 mm, mode

    compression, extensometer internal, test speed 60,0 mm/min, inch speed 20,0

    mm/min, width 10,0 mm dan gauge length 10,0 mm.

    3. Sampel dipotong-potong berbentuk kubus dengan ukuran 1 x 1 x 1 cm.

    4. Sampel diletakkan dibawah alat penekan kemudian alat dijalankan.

    5. Besarnya ukuran dapat dilihat dilayar dengan satuan Newton

    Lampiran 6. Data Rendemen, Hasil Analisis Ragam dan Uji Jarak Berganda Duncan

  • RENDEMENRENDEMEN

    EME N REN DEM N REND ENla kuan an an kuan rlakua akua n kuan

    uan lakuan

    an

    kuan

    nP1P2P3P4110,86

    9,211,4710,4

    641,99210,219,9

    210,

    829,284

    0,2339,9610,7211,8810,3342

    ,8949,769,5

    11,1610,9641,38

    Tot al 40, 7939,3445,

    3341,03

    166

  • Perlakuan 3 4,9999 1,6666 4,8789* 3,49 5,95Galat 12 4,0991 0,3416Total 15 9,0989

    Keterangan : * Terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan (p

  • Lampiran 7. Data Daya Leleh, Hasil Analisis Ragam dan Uji Jarak Berganda Duncan

    DAYA LELEHYA LELEH

    ELE H YA A LE LEH YA L LEL EH AYA A LE LEH YA L LEL EH AYA

    A LE EH LELE

    LELEH

    LELEH

    A LELEH

    EHPerlakuan

    P1P

    2P3P4

    16,95,23,84,820,725,8

    6,14,4420,33

  • = 4,1125

    SK db JK KT F hit f Tab 5%F Tab

    1%Perlakuan 3 10,8369 3,6123

    10,5404** 3,49 5,95

    Galat 12 4,1125 0,3427 Total 15 14,9494

    Keterangan : ** Terdapat perbedaan yang sangat nyata di antara perlakuan (p

  • Lampiran 8. Data Kemuluran, Hasil Analisis Ragam dan Uji Jarak Berganda Duncan

    KEMULURANEMULURAN

    URA N EMU LURA ULUR RA N EMUL AN Perla kuan

    rlakua n kuan ua n kuan rlaku

    rlakua n kuan

    kuan

    akuan

    P1P2P3P411,3110,8740,6551,311

    4,15121,3

    111,3110,8741,3114,

  • =21,2497

    44,588 2,927 6,117 807,4 2222 +++

    = 1,2857

    Jkgalat = Jktotal - Jkperlakuan

    = 3,5577 -1,2857

    = 2,272

    SK db JK KT F hitf Tab 5%

    F Tab 1%

    Perlakuan 3 1,2857 0,4286 2,2635 3,49 5,95

    Galat 12 2,272 0,1893Total 15 3,5577

    Keterangan : Tidak terdapat perbedaan diantara perlakuan (p>0.05)

    Uji jarak berganda duncan 5%, pengaruh penggunaan berbagai bahan pengasam terhadap

    kemuluran keju Mozzarella

    JNT 5% = JND 5% x rKTgalat

    JNT 5% = JND 5% x 41893,0

    JNT 5% = JND 5% x 0,2176

    Selingan 2 3 4

    JND 5% 3,08 3,23 3,33

    JNT 5% 0,670 0,703 0,725

    Perlakuan Rataan (%) Notasi P3P4P1P2

    0,73171,14701,20171,5292

    aa ba bb

  • Lampiran 9. Data Kadar Air, Hasil Analisis Ragam dan Uji Jarak Berganda Duncan

    KADAR AIRADAR AIR

    AI R ADA AR AI DAR A RAI R ADAR IR Perla kuan

    lakuan uan n kuan rlakuan

    akuan lakuan

    an

    uan

    P1P2P3P4150,948,93

    48,6349,31197

    ,77249,8249,104

    8,81

    47,42195,

    15349,4448,9947,6748,75194

    ,85450,149,03

  • = 4,2572

    SK db JK KT F hitf Tab 5%

    F Tab 1%

    Perlakuan 3 5,9962 1,9987 5,6340* 3,49 5,95

    Galat 12 4,2572 0,3548 Total 15 10,2534

    Keterangan : * Terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan (p

  • Lampiran 10. Data Elastisitas, Hasil Analisis Ragam dan Uji Jarak Berganda Duncan

    ELASTISITASSTISITAS

    ITA S STI ISITA S Perl akuan uan uan

    lakua n lakua nP1 P2 P3 4 1 79,22

    53,63 6,219 6,7 243 ,246, 669,9

    6,1195

    ,8

    347,456,85

    8,254,9217,3

    47150,764,847,1233,6Total240,8181,82

    46,5174,3843,4

    Fk = pn

    Yijji

    = 44(843,4)2

    =44457,

  • =7225,44574

    4174,3 5,462 181,8 8,240 2222 +++

    =1086,885

    Jkgalat = Jktotal - Jkperlakuan

    = 2895,8175 1086,9325

    = 1808,885

    SK db JK KT F hitf Tab 5%

    F Tab 1%

    Perlakuan 3

    1086,9325

    362,3108 2,4035 3,49 5,95

    Galat 12 1808,885150,740

    4

    Total 152895,817

    5 Keterangan : Tidak terdapat perbedaan di antara perlakuan (p>0.05)

    Uji jarak berganda duncan 5%, pengaruh penggunaan berbagai bahan pengasam terhadap

    Elastisitas keju Mozzarella

    JNT 5% = JND 5% x rKTgalat

    JNT 5% = JND 5% x 4150,7404

    JNT 5% = JND 5% x 6,1388

    Selingan 2 3 4

    JND 5% 3,08 3,23 3,33

    JNT 5% 18,908 19,828 20,442

    Perlakuan Rataan Notasi P4P2P1P3

    43,57545,45060,20061 625

    aaaa

  • Lampiran 11. Contoh lembar pemilihan urutan (ranking) pentingnya peranan variabel terhadap mutu keju Mozzarella

    Pemilihan Urutan (Ranking) Pentingnya Peranan VariabelTerhadap Mutu Produk

    Produk : Keju Mozzarella

    Responden : ..........................

    Saudara diminta untuk mengemukakan pendapat tentang urutan (ranking)

    pentingnya peranan kelima variabel berikut terhadap mutu produk, dengan

    mencantumkan nilai 1 5 mulai dari kurang penting sampai yang terpenting.

    Atas partisipasi Saudara diucapkan terimakasih.

    Variabel Ranking Rendemen

    Kadar air Elastisitas

    Daya leleh Kemuluran

    .................

    .................

    .................

    .................

    .................

  • CATATAN:

    1 Berhubung ada 5 variabel, rankingnya adalah 1-5, dari yang peranannya kurang

    penting sampai terpenting.

    2 Nomor ranking untuk variabel yang diteliti tidak boleh ada yang sama.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Keju merupakan produk hasil fermentasi susu yang banyak dikonsumsi sebagian

    masyarakat dunia. Diperkirakan ada lebih dari 3000 jenis keju di seluruh dunia, antara

    lain keju Cottage, keju Edamer, keju Gouda, keju Cheedar, keju Camembert, dan keju

    Mozzarella. Keju Mozzarella merupakan keju yang berasal dari Italia yang berbentuk

    semikeras dan tidak mengalami pematangan sehingga termasuk dalam kelompok keju

    segar (Anonim, 2006a). Keju Mozzarella termasuk kelompok keju pasta fillata yaitu

    keju yang proses pembuatannya dengan pemanasan dan dimulurkan pada suhu 75-85 oC.

    Ciri-ciri keju Mozzarella adalah mulur, berserabut dan lunak (Willman and Willman,

    1993).

    Tahapan dalam pembuatan keju diantaranya adalah persiapan susu segar yang

    akan dipakai, pasteurisasi, penambahan enzim untuk pembentukan curd (koagulan),

    pemotongan curd, pemasakan curd dan pengurangan whey. Proses lanjutan

    pada pembuatan keju sangat tergantung pada jenis keju yang akan dihasilkan. Koagulasi

    susu dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah pH, suhu, ketersediaan ion kalsium

    dan kualitas susu itu sendiri. Penggunaan kultur starter bakteri dapat mengakibatkan

    terbentuknya asam laktat sehingga terjadi penurunan pH dan koagulasi susu menjadi

    lebih cepat (Widodo, 2003).

    Pengasaman susu dapat dilakukan tanpa menggunakan kultur starter bakteri,

    tetapi dengan pengasaman langsung atau biasa disebut direct

  • acidification. Pengasaman langsung dapat dilakukan dengan menggunakan asam-asam

    organik, antara lain asam laktat, asam asetat, dan asam sitrat atau acidogen (biasanya

    glukono -lakton) (Fox, Guinee, Logan and McSweeney, 2000). Pengasaman langsung

    bertujuan untuk mempercepat proses pembuatan keju, karena keasaman yang

    dikehendaki langsung tercapai segera setelah penambahan asam tanpa harus menunggu

    kerja kultur starter bakteri untuk membentuk asam laktat (Kalab, 2004).

    Penggunaan berbagai bahan pengasam ini diduga dapat memberikan pengaruh

    yang berbeda terhadap kualitas keju Mozzarella yang dihasilkan. Penggunaan asam

    sitrat, asam asetat, asam sodium sulfat, dan jus jeruk nipis sebagai bahan pengasam

    diharapkan dapat mempercepat proses pemeraman dan meningkatkan kualitas keju

    Mozzarella yang dihasilkan, karena sifat keasamannya diharapkan dapat membantu

    mempercepat kerja enzim renin dalam membentuk curd pada pembuatan keju

    Mozzarella.

    Asam sitrat merupakan suatu acidulan, yaitu senyawa kimia yang bersifat asam

    yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan dengan berbagai tujuan yang dapat

    bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang

    tidak disukai (Winarno, 1992). Asam sitrat juga berfungsi sebagai pengawet pada keju

    dan sirup, serta meningkatkan rasa asam pada berbagai pengolahan makanan.

    Asam asetat biasa digunakan untuk membuat keju pasta fillata seperti keju

    Mozzarella (Anonim, 2005). Asam asetat merupakan asam organik yang bagus untuk

    memberikan cita rasa asam serta mempunyai bau yang tajam.

    Asam sodium sulfat merupakan asam penghidrolisa cepat yang biasa digunakan

    dalam pembuatan minuman dan jelli. Asam sodium sulfat juga dapat digunakan dalam

    pembuatan keju dengan metode pengasaman langsung, akan tetapi pengaruhnya dalam

  • pembuatan keju Mozzarella belum diketahui. Sedangkan jeruk nipis

    merupakan tanaman dengan kandungan asam sitrat yang tinggi, sehingga dapat

    digunakan dalam pembuatan keju dengan pengasaman langsung

    Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini dikaji tentang penggunaan

    asam sitrat, asam asetat, asam sodium sulfat, dan jus jeruk nipis dalam pembuatan keju,

    untuk menghasilkan keju Mozzarella yang berkualitas tinggi ditinjau dari rendemen, daya

    leleh, kemuluran,kadar air, dan elastisitas.

    1.2. Rumusan Masalah

    Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan berbagai bahan pengasam

    terhadap rendemen, daya leleh, kemuluran,kadar air, dan elastisitas keju Mozzarella serta

    bahan pengasam manakah yang memberikan hasil paling baik?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan perlakuan terbaik

    dari penggunaan asam sitrat, asam asetat, asam sodium sulfat, dan jus jeruk nipis dalam

    pembuatan keju Mozzarella ditinjau dari rendemen, daya leleh, kemuluran, kadar air, dan

    elastisitas.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya untuk

    memproduksi keju dengan waktu yang lebih cepat melalui proses pembuatan keju dengan

    menggunakan asam sitrat, asam asetat, asam sodium sulfat, dan jus jeruk nipis serta

    untuk mengetahui bahan pengasam yang paling baik digunakan dalam produksi keju

    Mozzarella. Selain itu juga sebagai bahan informasi bagi mahasiswa untuk

  • mengembangkan ilmunya.

    1.5. Kerangka Pikir

    Keju dibuat dengan menggunakan kultur starter yang dapat memfermentasi

    laktosa menjadi asam laktat. Akan tetapi proses pembuatan keju dengan menggunakan

    starter ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Pengasaman susu dapat dibuat tanpa

    menggunakan starter, tetapi dengan pengasaman langsung dengan menggunakan asam-

    asam organik.

    Penggunaan asam organik dalam pembuatan keju Mozzarella atau yang biasa

    disebut dengan pengasaman langsung (direct acidification) dapat menyingkat waktu

    pembuatan, karena keasaman yang dikehendaki langsung tercapai segera setelah asam

    ditambahkan tanpa harus menunggu kerja kultur starter bakteri untuk memfermentasi

    laktosa menjadi asam laktat.

    Alternatif yang bisa dilakukan agar waktu pembuatan keju lebih singkat yaitu

    dengan menggunakan asam organik yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia,

    diantaranya ialah asam sitrat, asam asetat, asam sodium sulfat dan jus jeruk nipis. Oleh

    karena itu dalam penelitian ini akan digunakan asam-asam tersebut sebagai bahan

    pengasam dalam pembuatan keju Mozzarella.

    1.6. Hipotesis

    Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan asam

    sitrat, asam asetat, asam sodium sulfat, dan jus jeruk nipis dalam pembuatan keju

    Mozzarella.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Keju

    Keju merupakan bahan pangan yang banyak mengandung zat gizi antara lain

    protein (12,70-23,06 %) dan lemak (20,4-33,53 %) dari berat basah (wet basis)

    selain itu keju yang dibuat dari susu penuh (whole milk) mengandung berbagai mineral

    dan bermacam-macam vitamin terutama vitamin A, sedangkan vitamin C akan rusak

    selama pengolahan (Soeparno, 1992). Kandungan gizi dalam 100 gram keju seperti

    tertera pada Tabel 1.

    Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram keju.

    Kandungan JumlahEnergi 392 KkalProtein 23,7 gramKalsium 0,87 gramPhospor 0,61 gramVitamin A 1740 IUVitamin D 13 IUVitamin B 0,0015 mgRiboflavin 0,50 mg

    Sumber : Spreer (1998)

    Keju dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan konsistensinya,

    yaitu keju segar, keju lunak, keju iris dan keju keras. Keju segar merupakan keju yang

    tidak mengalami proses pematangan diantaranya Cottage, Ricotta, Mascarpone,

    Philadelphia dan Mozzarella. Cita rasa keju segar biasanya netral dan tidak begitu asin,

    berbentuk seperti krim, serta tidak begitu awet (Anonim, 2006a).

  • 2.2. Keju Mozzarella

    Keju Mozzarella merupakan keju yang berasal dari Italia dengan tekstur

    semikeras dan tidak mengalami pematangan sehingga termasuk dalam kelompok keju

    segar. Keju Mozzarella sering digunakan dalam pembuatan pizza karena sifatnya yang

    mulur dan lunak (Anonim, 2006a).

    Keju Mozzarella mempunyai sifat elastis, teksturnya berserabut karena dalam

    salah satu tahapan pembuatannya curd yang telah terbentuk direndam dalam bak yang

    berisi air panas dan dilakukan penekanan hingga lunak. Keju Mozzarella adalah keju

    lunak yang proses pembuatannya tidak dimatangkan (Willman and Willman, 1993).

    Karakteristik keju Mozzarella antara lain warnanya yang putih kekuningan agak

    lembut, merupakan keju lunak dengan aroma yang lembut dan umumnya dibuat dari susu

    sapi. Keju Mozzarella meleleh dengan baik ketika diiris atau diparut, dan sering disebut

    sebagai The Pizza Cheese. Mozzarella adalah keju lembut yang enak dan sering

    dicetak menjadi beberapa bentuk (Anonymous, 2005a). Komponen keju Mozzarella

    secara umum tertera pada Tabel 2.

    Tabel 2. Komponen per 100 gram keju Mozzarella

    Komponen JumlahKadar Air 49,8 grProtein 25,1 grLemak 21,0 grKolesterol 0,065 grEnergi 289 Kkal

    Sumber : Fox et al. (2000).

    Ada dua cara dalam pembuatan keju Mozzarella yaitu pengasaman langsung pada

  • susu menjadi bentuk curd atau dengan metode kultur starter atau rennet. Pada kedua

    metode ini, susu mentah dipasteurisasi dan kemudian dikoagulasi menjadi bentuk curd.

    Setelah curd mencapai pH 5,2, curd dipotong menjadi ukuran-ukuran kecil dan dicampur

    dengan air panas kemudian ditarik atau diputar sampai terbentuk keju yang panjang.

    Proses penarikan curd ini merupakan ciri khas dari keju pasta fillata seperti Mozzarella,

    Scamorza dan Provolone. Ketika curd telah mencapai kelembutan dan elastisitas yang

    tepat, maka curd dibentuk dan direndam dalam air dingin untuk mempertahankan bentuk

    tersebut. Tahap terakhir adalah penggaraman dan pengemasan. Proses pembuatan keju ini

    cukup pendek, biasanya kurang dari 8 jam mulai dari pasteurisasi sampai produk akhir

    (Lambert, 2005).

    2.3. Koagulasi Protein

    2.3.1. Koagulasi oleh Enzim

    Penambahan enzim proteolitik bertujuan untuk menggumpalkan kasein dan

    menyebabkan struktur kasein lebih kompak. Renin merupakan substansi yang digunakan

    untuk mengkoagulasikan susu, mampu bekerja pada protein kasein susu, memisahkan

    antara curd (padatan) dan whey (larutan) (Carrol, 2002).

    Pembentukan curd dalam pembuatan keju berlangsung dalam 2 tahap: tahap

    pertama berlangsung reaksi enzimatis yaitu setelah pH susu diturunkan sampai pada titik

    isoelektriknya maka kasein akan terpresipitasi menjadi parakaseinat. Tahap kedua terjadi

    reaksi non-enzimatis, yaitu parakasein digumpalkan oleh proses pemanasan dengan

    adanya ion kalsium dalam susu (Idris, 1995).

    Kalsium fosfokaseinat tidak dapat diendapkan dengan ion kalsium secara alami,

    sehingga agar mengendap senyawa tersebut harus dibuat peka atau sensitif terhadap ion

  • kalsium. Adanya kerja enzim renin akan merusak dispersi koloidal kalsium fosfokaseinat

    dan terbentuk gel. Penggumpalan disebabkan adanya ion kalsium, sehingga terjadi

    endapan kalsium kaseinat. Renin mempengaruhi konfigurasi dari kalsium insensitive -

    kasein menjadi lebih sensitif terhadap ion-ion kalsium. Renin mampu

    mengubah kasein menjadi para-kasein, kemudian bereaksi dengan ion kalsium

    membentuk gel atau gumpalan (Winarno, 1983).

    Menurut Muchtadi, Palupi, dan Astawan (1992) mekanisme penggumpalan

    protein susu adalah sebagai berikut: alfa-kasein dan beta-kasein berikatan dengan ion

    kalsium membentuk misel kasein yang stabil sedangkan kappa-kasein tidak membentuk

    kompleks dengan ion kalsium. Kappa-kasein adalah protein yang berperan dalam

    pembentukan keju, peranan kappa-kasein terletak pada kemampuannya menstabilkan

    alfa-1-kasein terhadap koagulasi. Kappa-kasein dapat dipotong-potong oleh enzim renin

    menghasilkan para kappa-kasein yang tidak larut dan glikopeptida yang larut. Bagian

    kappa-kasein yang terpotong ini tidak mampu lagi untuk menstabilkan alfa-kasein dan

    dengan adanya ion kalsium serta dengan pemanasan, para kappa-kasein akan

    terdenaturasi membentuk curd.

    2.3.2. Koagulasi oleh Asam

    Produksi asam sangat diperlukan dalam pembuatan keju untuk membantu

    pembentukan curd, mencegah tumbuhnya bakteri pembusuk serta menentukan

    karakteristik keju (Willman and Willman, 1993). Produksi asam ini dapat berasal dari

    kultur bakteri starter, antara lain Lactococcus lactis, Lactococcus cremoris dan

    Lactococcus lactis subsp diacetylactis. Starter yang ditambahkan ini akan

    memetabolisme laktosa menjadi asam laktat. Terbentuknya asam laktat berakibat pada

  • penurunan pH dan akan menyebabkan koagulasi kasein. Bakteri starter dengan enzim

    yang dihasilkannya mampu membentuk komponen aromatik dan flavor, sehingga

    penambahan kultur bakteri tergantung pada produk akhir yang akan dihasilkan (Widodo,

    2003).

    Selain dengan penambahan starter, pengasaman susu juga dapat dilakukan

    dengan metode pangasaman langsung seperti dinyatakan Lambert (2005) bahwa

    pembuatan keju Mozzarella dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pangasaman

    langsung pada susu menjadi bentuk curd atau dengan metode kultur starter dan rennet.

    Secara kimia dan fisik pengendapan pada susu terjadi bila telah tercapai titik

    isoelektrik pada protein, yaitu muatan pada permukaan protein sama dengan

    nol. Protein pada susu mengandung muatan negatif, sehingga dalam larutan protein

    tersebut akan berbentuk suspensi. Molekul asam laktat yang terbentuk selama fermentasi

    bermuatan positif sehingga bila terjadi persinggungan antara kedua bahan tersebut maka

    akan terjadi proses netralisasi yang menyebabkan protein mengendap (Rahman, Fardiaz,

    Rahayu, Suliantri, dan Nurwitri, 1992).

    Joshi, Muthukumarappan, and Dave (2004) menyebutkan bahwa dengan

    penambahan asam (H+) ke dalam susu, pH susu akan turun dan ionisasi akan berkurang.

    Ketika terlalu banyak asam yang ditambahkan akan terjadi penetralan muatan misel (pada

    pH isoelektrik 4,6) dan sifat hidrasi akan berkurang secara signifikan, sehingga

    terbentuklah penggumpalan. Reaksi ini sangat tergantung pada temperatur, pada

    temperatur yang lebih tinggi gumpalan akan terbentuk pada pH yang tinggi pula (lebih

    sedikit jumlah asam yang diperlukan).

    2.4. Pengasaman Langsung

  • Keju dibuat dengan menggunakan kultur starter yang dapat memfermentasi

    laktosa menjadi asam laktat. Akan tetapi proses pembuatan keju dengan menggunakan

    starter ini membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu pengasaman susu

    dibuat tanpa menggunakan starter, tetapi dengan pengasaman langsung menggunakan

    asam-asam organik. Asam- asam yang dapat digunakan antara lain asam laktat, asam

    sitrat atau asam asetat (Fox et al., 2000).

    Pembuatan keju Mozzarella dengan metode pengasaman langsung, pengasaman

    dapat dicapai dengan penambahan asam organik yang termasuk food grade. pH susu

    biasanya diatur sampai pH 5,6 terlebih dahulu untuk penambahan rennet dan tidak ada

    perubahan pada pH selama pemrosesan curd, seperti halnya pada pembuatan keju

    Mozzarella secara tradisional dengan menggunakan kultur starter. Setelah pengeluaran

    whey, curd dengan pH 5,6 siap untuk dilakukan stretching ( Fox et al., 2000).

    Keuntungan dari pengasaman langsung antara lain; cepatnya waktu koagulasi,

    meningkatnya daya ikat air, tepatnya pengontrolan pH, tidak membutuhkan

    pemeraman, meningkatkan nilai ekonomis serta pengurangan biaya pemakaian starter

    (Anonymous, 1999). Kemampuan mengikat air dari curd Mozzarella dengan pengasaman

    langsung (pH 5,6) lebih tinggi daripada curd Mozzarella yang dihasilkan secara

    tradisional selama 3 minggu pertama pemeraman (Fox et al., 2000). Kekurangan dari

    keju Mozzarella dengan pengasaman langsung, yaitu perbedaan flavor jika dibandingkan

    dengan keju Mozzarella yang menggunakan kultur starter (Anonymous, 1999).

    2.5. Asam Sitrat

    Asam sitrat merupakan senyawa intermedier dari asam organik yang berbentuk

    kristal atau serbuk putih. Asam sitrat ini mudah larut dalam air, spiritus dan ethanol, tidak

  • berbau, rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang

    selanjutnya terbakar sampai menjadi arang (Anonim, 2005 ). Asam sitrat mempunyai

    rumus kimia C6H8O7, dengan bobot molekul 192,13, titik leleh pada suhu 426 K (153oC)

    dan temperatur penguraian termal pada 448 K (175oC). Bila mengenai kulit dan mata

    mempunyai dampak yang akut, yaitu iritasi dan tanpa dampak yang kronis

    (Anonim, 2006b).

    Asam sitrat merupakan suatu acidulan, yaitu senyawa kimia yang bersifat asam

    yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan dengan berbagai tujuan. Acidulan

    dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak

    disukai (Winarno, 1992).

    Asam sitrat berfungsi sebagai pengawet pada keju dan sirup, meningkatkan rasa

    asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan makanan (Anonim, 2005),

    serta digunakan untuk mengendalikan pH larutan karena sifatnya sebagai larutan

    penyangga (Anonim, 2006b). Asam sitrat dapat menurunkan pH medium sehingga dapat

    menurunkan kecepatan pencoklatan enzimatis, dimana pH dapat menghambat reaksi

    Maillard yang cocok pada kondisi alkalis (Trenggono dan Sutardi, 1990).

    2.6. Asam Asetat

    Asam asetat dikenal juga dengan nama asam ethanoat dengan rumus molekul

    C2H4O2, merupakan asam organik yang bagus untuk memberikan citarasa asam serta

    mempunyai bau yang tajam. Asam asetat dengan konsentrasi yang tinggi mempunyai

    sifat yang korosif, menyebabkan kerusakan permanen pada mata, iritasi kulit dan iritasi

    pada membran mukosa (Anonymous, 2006a).

    Asam asetat secara luas digunakan untuk membuat keju pasta fillata seperti keju

  • Mozzarella. Asam asetat digunakan oleh pembuat keju Italia untuk membuat keju

    Mozzarella segar di rumah (skala rumah tangga) (Anonymous, 2005b).

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penambahan asam asetat glasial

    secara langsung pada pembuatan keju Mozzarella sebanyak 1,82 ml/kg susu dilakukan

    sampai mencapai pH 5,8 (Metzger, Barbano, Rudan and Kindstedt, 2000). Mc Mohan

    (2002) menambahkan bahwa pengasaman langsung pada Mozzarella dengan asam asetat

    dapat dilakukan sampai pH 5,8 atau 5,4.

    2.7. Asam Sodium Sulfat

    Asam sodium sulfat dikenal juga dengan sodium bisulfat dan mempunyai nama

    sistematis sodium hidrogen sulfat dengan rumus molekul NaHSO4. Asam

    sodium sulfat berbentuk serbuk putih, tidak berbau, mempunyai titik lebur 58,5 oC

    (monohidrat), >315 oC (anhydrous), dalam perdagangan kebanyakan bersifat monohidrat.

    Larutan 1M asam sodium sulfat mempunyai pH sebesar 1,4 (Anonymous, 2006b).

    Valdez, Alvarez, Chism, and Herper (2004) menyatakan bahwa asam sodium

    sulfat merupakan asam penghidrolisa cepat yang biasa digunakan dalam pembuatan

    minuman dan jelli. Penambahan NaHSO4 dalam pengasaman langsung pembuatan keju

    pada suhu 4 oC pada susu skim pasteurisasi hingga mencapai pH 5,2

    menghasilkan endapan dan terbentuk ikatan gel, sedangkan penambahan pada suhu 28,3

    oC hingga mencapai pH 4,6 akan meningkatkan presipitat dan sineresis yang signifikan

    tanpa terbentuk ikatan gel. Hidrolisa NaHSO4 dipercepat oleh pH rendah dan panas.

    Penggunaan NaHSO4 saja untuk menghasilkan formasi gel tidak cukup, perlu adanya

    penambahan rennet atau CaCl2.

    2.8. Jeruk Nipis

  • Jeruk nipis adalah salah satu tanaman yang termasuk anggota suku Rutaceae

    dengan nama ilmiah Citrus aurantifolia. Tanaman jeruk nipis berbentuk pohon kecil

    berbatang banyak dengan tinggi mencapai 4 meter. Batangnya berukuran kecil dan

    langsing, pada dahan terdapat duri-duri tajam yang panjangnya 0,3-1,2 cm. Buah jeruk

    nipis berbentuk bola berwarna hijau ketika masih muda dan berubah menjadi kuning tua.

    Buah jeruk nipis berdiameter 3,5-5 cm dengan tebal kulit buah 0,2-0,5 cm.

    Daging buah berwarna kuning kehijauan (Sarwono, 1986).

    Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan tanaman asli India Utara, Burma dan

    Malaysia Utara. Penggunaan jeruk ini tidak terbatas pada bidang makanan saja melainkan

    juga dapat digunakan sebagai minuman dan beberapa jenis jeruk ini dapat digunakan di

    dalam bidang kesehatan (Verheij and Coronel, 1991).

    Fox (1991) menyatakan bahwa jeruk nipis mengandung banyak asam organik.

    Asam sitrat dan asam malat merupakan asam organik yang menempati komposisi

    terbesar dalam jeruk nipis. Ashurst (1995) juga menyatakan bahwa asam sitrat

    merupakan komponen terbesar dalam jeruk nipis, yaitu sebesar 7-7,5 %.

    Komposisi kimia jeruk nipis dapat dilihat dalam Tabel 3.

    Tabel 3. komposisi kimia jeruk nipis (per 100 gram)

    Komposisi KadarAir 91 grProtein 0,5 grLemak 2,4 grKarbohidrat 5,9 grSerat 0,3 grVitamin A 17 IUVitamin C 46 mgEnergi 150 kJ per 100 gr

    Sumber: Verheij and Coronel (1991)

  • 2.9. Kualitas Keju Mozzarella

    2.9.1. Rendemen

    Rendemen keju didefinisikan sebagai berat keju per satuan volume setelah keju

    dipindahkan dari larutan garam dan dinyatakan dalam satuan g/100 ml (Shakeel-Ur-

    rehman, Farkye and Yim, 2003). Gaman dan Sherington (1994), menyatakan bahwa

    rendemen keju dipengaruhi oleh komponen curd, yaitu persen lemak, bahan kering tanpa

    lemak, garam dan air. Nilai rendemen keju Mozzarella yang dihasilkan kira-kira sebesar

    10 %.

    Metzger et al. (2000), dalam penelitian pengaruh pengasaman awal pada susu

    terhadap komposisi dan rendemen keju Mozzarella rendah lemak, menghitung rendemen

    dengan cara membagi bobot keju dengan bobot susu yang digunakan, kemudian

    dikalikan dengan 100 dan disebut dengan rendemen aktual (actual cheese yield).

    2.9.2. Daya Leleh

    Komponen yang mempengaruhi kualitas keju Mozzarella adalah adanya sifat

    daya leleh (keju menjadi cair). Selama proses pemanasan keju akan mengalami

    kehilangan energi saat keju menjadi cair (Joshi et al., 2004).

    Daya leleh didefinisikan sebagai pergerakan (secara pelan-pelan) keju atau

    penyebaran keju ketika pemanasan (Muthukumarappan et al., 1999). Sedangkan menurut

    Tunick et al. (1993), mendefinisikan daya leleh sebagai panjang pengembangan (secara

    pelan-pelan) keju ketika pemanasan dengan suhu 232 oC.

    Beberapa metode telah diusulkan untuk mengukur daya leleh keju, tetapi

    Schreiber test adalah metode yang paling sering digunakan

  • (Kosikowski dan Mistry, 1999). Tunick et al. (1993), menyatakan bahwa uji Schreiber

    dapat dilakukan dengan mengukur pengembangan keju yang ditempatkan pada tabung

    silindris dengan diameter 18 mm dan dengan tebal keju 5 mm, kemudian dimasukkan

    oven pada suhu 232 oC selama 5 menit. Daya leleh bernilai 1,0

    menunjukkan tidak ada pengembangan, bernilai 2,0 menunjukkan pengembangan

    menjadi 10 mm, bernilai 3,0 menunjukkan pengembangan menjadi 15 mm.

    Daya leleh dapat diukur dengan menggunakan UV Meltmeter. Caranya adalah

    dengan membuat preparat berdiameter 30 mm dan tinggi 8 mm, kemudian diukur

    perubahan tingginya (Kuo and Gunasekaran, 2003).

    Hasil penelitian Tunick et al. (1993) menunjukkan keju Mozzarella rendah lemak

    mempunyai daya leleh 0,9 dan keju Mozzarella dengan lemak yang tinggi mempunyai

    daya leleh sebesar 3,2.

    2.9.3. Kemuluran

    Salah satu karakteristik penting keju Mozzarella adalah adanya kekuatan ikatan

    yang menunjukkan kapasitas untaian rantai fibril. Metode yang biasa digunakan pada

    pabrik dan industri pizza adalah dengan fork test, dengan cara keju dipanggang di atas

    pizza dan diuji seberapa jauh akan terjadi peregangan (Fife, Mc Mahon and Oberg,

    2002).

    Kemuluran diukur dengan menggunakan suatu benda yang letaknya horizontal

    berporos tunggal yang cara kerjanya dengan meregangkan (menambah luas

    permukaan keju) pada kecepatan 20 mm/min. Kerja alat tersebut dibantu dengan air atau

    rendaman minyak yang digunakan untuk merendam dan/memanaskan benda untuk

  • mempertahankan suhu keju selama pemuluran. Suhu yang digunakan untuk proses

    peregangan berkisar antara 30-40 C. Kemuluran diukur berdasarkan pemanjangan benda

    sebelum benda tersebut putus dan kekuatan maksimum yang diperlukan keju untuk

    memulur (Joshi et al., 2003).

    Kemuluran keju Mozzarella dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur

    tekstur (Instron Model 1130, Instron Corp., Canton, MA) dengan kapasitas 100 N.

    Preparat keju dibentuk dengan ukuran 38 mm x 20 mmx 6 mm, kemudian ditempatkan di

    alat tersebut dan dipanaskan pada suhu 55 oC. Selanjutnya preparat keju tersebut ditarik

    secara horizontal dengan alat tersebut secara otomatis yang telah diatur kecepatannya

    pada 21,2 mm/detik. Tekanan yang digunakan untuk menarik keju itulah yang dicatat

    sebagai data. Kebalikan dari tekanan maksimum itulah yang digunakan sebagai indikator

    kemuluran keju, makin tinggi angka yang diperoleh makin baik pula kemuluran keju

    yang diukur (Kuo and Gunasekaran, 2003).

    2.9.4. Kadar Air

    Air merupakan komponen terbesar dalam bahan pangan. Kadar air sangat

    berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan, karena kandungan dalam

    suatu bahan akan menentukan tekstur produk, selain itu air juga merupakan media

    kegiatan mikroorganisme dan substrat dari kegiatan enzimatik yang berjalan pada bahan

    tersebut (Susanto dan Yunianta, 1987). Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan cara

    mengeringkan bahan ke dalam oven pada suhu 105-110 oC selama 3 jam atau sampai

    mencapai berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah

    banyaknya air yang diuapkan (Winarno,1992).

    Kadar air adalah air yang terkandung dalam 100 gram bahan dalam keadaan

  • basah ataupun bobot yang terkandung tiap 100 gram bahan kering (Buckle et al., 1992).

    Kosikowski (1994), menyatakan bahwa Jenis keju digolongkan berdasarkan jumlah air

    yang terkandung, yaitu keju sangat lunak (55-80 %), lunak (4555 %), keras (3445 %)

    dan sangat keras (1334 %).

    Kadar air merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan tekstur keju,

    kadar air yang semakin meningkat akan menyebabkan teksturnya juga semakin lunak

    (Caric, 1992). Kadar air dalam keju merupakan faktor penting dalam stabilitas, daya

    simpan dan irisan, potongan dan produk akhir keju yang lebih baik (United States Patent

    and Trademark Office, No.0044; 2005).

    2.9.5. Elastisitas

    Elastisitas merupakan perbandingan gaya kedua dengan gaya tekan pertama pada

    pengepresan sampel (Soeparno, 1992). Sedangkan menurut Fox et al. (2000),

    elastisitas merupakan kemampuan gel untuk kembali dengan cepat pada dimensi dan

    bentuk aslinya atau semula, setelah dilakukan pengepresan atau penekanan.

    Kuo, Wang, and Gunasekaran (2000) berpendapat bahwa penurunan kandungan

    lemak dapat menyebabkan peningkatan kandungan protein, sehingga elastisitas keju

    meningkat.

  • BAB III

    MATERI DAN METODE

    3.1. Lokasi penelitian

    Pengambilan data penelitian dimulai tanggal 22 Januari sampai dengan 3

    Februari 2007 dan dilaksanakan di 4 tempat yaitu :

    1. Laboratorium Rekayasa dan Pengolahan Hasil Ternak Program Studi Teknologi Hasil

    Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang untuk pembuatan dan

    penghitungan rendemen,

  • 2. Laboratorium Fisiko-Kimia Hasil Ternak Program Studi Teknologi Hasil Ternak

    Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang untuk melakukan pengujian kadar

    air,

    3. Laboratorium Sentral Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya untuk

    pengujian daya leleh,

    4. Laboratorium Rekayasa Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada

    Yogyakarta, untuk melakukan pengujian kemuluran dan elastisitas.

    3.2. Materi penelitian

    Bahan dan alat yang digunakan adalah

    1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu segar, asam sitrat, asam

    asetat, asam sodium sulfat, jus jeruk nipis, enzim renin Mucor miehei,

    2. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah : peralatan pembuatan keju

    Mozzarella: kompor gas, bak pengolah keju, panci (panci besar, panci sedang dan

    panci kecil), pengaduk, sarung tangan, termometer, pipet ukur, pisau, stop watch,

    timbangan, gelas ukur, buret, beaker glass dan sendok besar; Peralatan uji daya leleh

    antara lain: plat aluminium, tanur, gelas ukur, jangka sorong; Peralatan uji kadar air:

    timbangan analitik, cawan, oven; Peralatan uji kemuluran dan elastisitas: penangas

    air, Universal Testing Instrument merk Lloyd dan pisau.

    3.3. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan

    Acak Lengkap dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4

    kali.

  • 3.4. Perlakuan

    Perlakuan pada penelitian ini, adalah:

    Perlakuan I (P1) : penambahan asam sitrat sebesar 0.35 %,

    Perlakuan II (P2) : penambahan asam asetat sebesar 0.6 %,

    Perlakuan III (P3) : penambahan asam sodium sulfat sebesar 0.1 %

    Perlakuan IV (P4) : penambahan jus jeruk nipis sebesar 1,9 %

    Besarnya konsentrasi penambahan asam berdasarkan pada perlakuan terbaik pada

    penelitian pendahuluan dengan pH setelah penambahan asam sebesar 5,8.

    3.5. Prosedur Penelitian

    3.5.1. Pembutan keju Mozarella

    Pembuatan keju untuk penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian

    seperti pada Gambar 1.

    Susu

    Bahan pengasam dan Enzim renin

  • Curd

    Keju Mozzarella

    Analisis :- Rendemen- Daya leleh

    - Kemuluran - Kadar air - Elastisitas

    Gambar 1. Diagram alir pembuatan keju Mozarella (Carroll, 2002) yang dimodifikasi

    3.5.2. Pengujian Variabel

    Variabel yang diuji yaitu :

    a. Pengujian rendemen mengikuti prosedur Shakeel-Ur-Rehman et al. (2003) seperti

    tertera pada Lampiran 1,

    b. Pengujian daya leleh mengikuti prosedur Tunick et al. (1993) seperti tertera pada

    Lampiran 2,

    c. Pengujian kemuluran mengikuti prosedur Kuo and Gunasekaran (2003) seperti tertera

    pada Lampiran 3,

  • d. Pengujian kadar air mengikuti prosedur Sudarmadji dkk. (1999) seperti tertera pada

    Lampiran 4,

    e. Pengujian elastisitas mengikuti prosedur Carballo et al. (1996) seperti tertera pada

    Lampiran 5.

    3.5.3. Analisis data

    Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan

    dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Yitnosumarto, 1993).

    3.6. Batasan istilah

    Keju Mozzarella : Keju lunak yang sering kali digunakan sebagai lapisan atas pizza,

    mempunyai sifat elastis, teksturnya berserabut, selain itu juga

    mempunyai karakteristik citarasanya tidak tajam (mild) dan

    biasanya dikomsumsi dalam keadaan segar.

    Rendemen : Bobot keju yang diperoleh dari setiap bak pengolahan keju

    setelah dipindahkan dari larutan garam dibagi dengan bobot susu

    yang digunakan kali 100 %.

    Daya leleh : Panjang keju (pelelehan) ketika pemanasan pada suhu 232 oC

    selama 5 menit kemudian didinginkan pada suhu ruang dan diukur

    perpanjangannya.

    Kemuluran : Kebalikan dari nilai tekanan maksimum yang diperlukan keju

    Mozzarella untuk peregangan setelah dipanaskan pada suhu 55 oC

    diatas penangas air selama 3 menit.

    Elastisitas : Perbandingan gaya kedua dengan gaya tekan pertama pada

  • pengepresan sampel.

    Kadar air : Air yang hilang selama proses pengovenan dibagi bobot sampel.

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap Rendemen Keju Mozzarella

    Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan bahan pengasam

    yang berbeda dalam pembuatan keju Mozzarella memberikan perbedaan pengaruh yang

    nyata (P

  • dalam Lampiran 6.

    Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) menunjukkan bahwa penggunaan

    bahan pengasam yang berbeda dalam pembuatan keju Mozzarella memberikan perbedaan

    pengaruh yang nyata (P

  • Lampert (1975) menyatakan bahwa pembentukan curd dalam pembuatan keju

    berlangsung dalam 2 tahap, yaitu tahap pertama reaksi yang berlangsung secara

    enzimatik dan tahap kedua secara non enzimatik. Menurut Kosikowski (1982) perubahan

    -kasein menjadi para -kasein dan glikoprotein terjadi pada tahap pertama, sedangkan

    pada tahap kedua para -kasein dengan adanya ion Ca2+ dalam susu akan membentuk

    gumpalan dikalsium para -kaseinat.

    Enzim renin Mucor miehei mempunyai pH optimum 5,8-6,0 dan suhu optimum

    sebesar 35 - 40 oC (Rose, 1980). Dalam hal ini pH dan suhu optimum enzim renin Mucor

    miehei telah tercapai pada tiap perlakuan penambahan asam, sehingga tahap pertama

    pembentukan curd yang berlangsung secara enzimatis dapat berjalan optimal pada tiap

    perlakuan. Perbedaan rendemen yang dihasilkan disebabkan oleh adanya perbedaan

    pembentukan curd pada tahap kedua yang berlangsung secara non-enzimatis yang lebih

    banyak dipengaruhi oleh suhu dan kandungan ion kalsium dalam susu.

    Berdasarkan data pada Tabel 4, rendemen terbesar dihasilkan pada P3

    (penggunaan asam sodium sulfat), dan yang terkecil pada P2 (penggunaan asam asetat).

    Menurut Valdez et al. (2004), Asam sodium sulfat (NaHSO4) merupakan asam

    penghidrolisis cepat yang dapat menghasilkan endapan dan ikatan gel yang kuat dalam

    pengasaman langsung pada pembuatan keju, sehingga rendemen yang dihasilkan

    cenderung lebih besar. Selain itu diduga penggunaan asam sodium sulfat dapat

    menyebabkan kandungan kalsium pada susu lebih tinggi daripada dengan penggunaan

    asam-asam lainnya sehingga rendemen yang dihasilkan lebih besar. Shah and

    Bhaskaracharya (2002) menyatakan bahwa tingginya kandungan kalsium sejalan dengan

    tingginya kekuatan curd. Fox et al. (2000) juga menyatakan bahwa keasaman susu baik

    yang dihasilkan oleh biakan bakteri starter maupun pengasaman langsung, dapat

  • mempengaruhi aktivitas bahan penggumpal selama penggumpalan, dan mempengaruhi

    kekuatan curd, sehingga dapat mempengaruhi rendemen keju.

    Aktivitas koagulasi enzim renin mampu menyatukan partikel-partikel kasein lebih

    banyak dan membentuk rantai kelompok yang terus berkembang menjadi jaringan tiga

    dimensi hingga terbentuklah gel. Gel yang terbentuk memiliki ikatan yang kuat karena

    interaksi hidrofobik dari bagian kasein yang reaktif. Tersedianya zat kapur yang ada

    dalam susu atau yang sengaja ditambahkan melalui pengasaman langsung dalam

    penelitian ini mampu meningkatkan ikatan antar kasein. Kuatnya ikatan antar kasein

    mampu menahan dan mengikat lebih banyak bahan kering dalam keju, sehingga

    dihasilkan rendemen yang lebih tinggi.

    Perlakuan P3 (penggunaan asam sodium sulfat) menghasilkan rendemen yang

    besar dengan kadar air terendah, hal ini berarti bahan kering yang termampatkan dalam

    curd lebih banyak daripada yang terlarut dalam whey.

    Metzger et al. (2000) dalam penelitian pengaruh pengasaman awal pada susu

    terhadap komposisi dan rendemen keju Mozzarella rendah lemak, dihasilkan rendemen

    keju berkisar antara 6,91 % sampai dengan 7,34 %. Rendemen keju Mozzarella yang

    dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 9,83 % sampai dengan 11,33 % dengan

    perbedaan rendemen dari terkecil sampai yang terbesar, sehingga rendemen yang

    dihasilkan dalam penelitian ini cenderung lebih besar dibandingkan penelitian Metzger et

    al. (2000).

    4.2 Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap daya Leleh Keju Mozzarella

    Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengasam yang

  • berbeda dalam pembuatan keju Mozzarella memberikan perbedaan pengaruh yang sangat

    nyata (P

  • langsung dengan menggunakan asam sitrat diduga dapat menghasilkan keju dengan

    kandungan kalsium yang rendah, sehingga kalsium yang tersedia untuk cross-linking

    antar kasein menjadi lebih sedikit dan ikatan antara polimer kasein juga turun, yang

    menyebabkan emulsifikasi lemak dalam keju menjadi lebih tinggi, sehingga daya leleh

    yang dihasilkan juga tinggi. Rudan et al. (1999) melaporkan bahwa kandungan kalsium

    dari keju Mozzarella meningkat seiring dengan penurunan kandungan lemak. Metzger et

    al. (2000) dalam penelitian pengaruh pengasaman awal pada susu terhadap komposisi

    dan rendemen keju Mozzarella rendah lemak melaporkan bahwa pengasaman awal

    menggunakan asam sitrat pada pH 5,8 menyebabkan penurunan kandungan kalsium pada

    keju dan peningkatan kandungan kalsium dalam whey yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan pengasaman awal menggunakan asam asetat pada pH yang sama. Sejalan dengan

    penurunan kalsium dalam keju, keju menjadi lebih lembut dan daya leleh yang dihasilkan

    juga lebih tinggi.

    Rataan daya leleh keju Mozzarella yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar

    antara 3,95 sampai dengan 6,07 dengan perbedaan daya leleh dari terkecil sampai yang

    terbesar. Tunick et al. (1993) menyatakan bahwa keju Mozzarela dengan kadar lemak

    rendah dan kadar lemak tinggi, daya leleh terendah adalah 0,9 dan tertinggi adalah 3,2.

    Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil daya leleh keju Mozzarella yang lebih tinggi,

    kondisi ini disebabkan karena pembuatan keju Mozzarella dengan pengasaman langsung

    akan menyebabkan lemak yang terikat dalam curd semakin banyak, sehingga semakin

    banyak lemak yang terikat dalam curd maka daya leleh keju Mozzarella semakin tinggi,

    seperti yang dikemukakan oleh Dave et al. (2003), bahwa keju Mozzarella yang dibuat

    dengan pengasaman langsung mempunyai daya leleh yang lebih tinggi dengan makin

    meningkatnya kadar lemak.

  • Peleburan keju mencerminkan kemampuan partikel keju untuk meleleh ketika

    dipanaskan, sehingga globula lemak mempunyai peran memutus rantai protein. Pada saat

    pelelehan globula-globula lemak yang menyebar akan bersatu kembali dan berperan

    untuk memutus rantai protein, sehingga membuat keju mampu meleleh lebih cepat

    (Tunick et al., 1993).

    4.3 Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap Kemuluran Keju Mozzarella

    Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengasam yang

    berbeda dalam pembuatan keju Mozzarella tidak memberikan perbedaan pengaruh yang

    nyata (P>0,05) terhadap kemuluran yang dihasilkan. Data dan analisis statistika

    selengkapnya disajikan dalam Lampiran 8. Rataan kemuluran keju Mozzarella berkisar

    antara 0,732-1,529 dan disajikan pada Tabel 6.

    Tabel 6. Rataan kemuluran keju Mozzarella pada masing-masing perlakuan

    Perlakuan RataanP1 1,20abP2 1,53bP3 0,73aP4 1,15ab

    Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang nyata terhadap kemuluran keju Mozzarella (P

  • diduga disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan kalsium antar perlakuan sehingga

    kemuluran yang dihasilkan cenderung berbeda.

    Perlakuan dengan menggunakan asam sodium sulfat (P3) menghasilkan

    kemuluran yang paling rendah. Hal ini diduga disebabkan karena pengasaman langsung

    dengan menggunakan asam sodium sulfat menghasilkan keju dengan kandungan kalsium

    yang tinggi, sehingga cross-linking antar kasein juga menjadi lebih tinggi, yang

    menyebabkan lemak yang terikat dalam keju lebih rendah dan dihasilkan kemuluran yang

    rendah pula. Hasil pengamatan visual di laboratorium pada saat penelitian menunjukkan

    keju Mozzarella pada perlakuan P3 mempunyai kekerasan yang lebih tinggi

    dibandingkan perlakuan lainnya, sehingga dalam pengujian gaya yang diperlukan untuk

    peregangan semakin besar dan menyebabkan nilai kemuluran semakin rendah. Rudan et

    al. (1999) melaporkan bahwa kandungan kalsium dari keju Mozzarella meningkat seiring

    dengan penurunan kandungan lemak. Metzger et al. (2000) juga berpendapat bahwa

    penurunan kandungan kalsium akan menurunkan kekerasan dari keju sehingga keju

    menjadi lebih lembut dan lebih mudah mulur serta dapat meningkatkan nilai functional

    properties pada keju Mozzarella rendah lemak.

    Hasil penelitian dalam pembuatan keju Mozzarella dengan menggunakan

    berbagai bahan pengasam didapatkan data nilai rata-rata kemuluran berkisar antara 0,73

    sampai dengan 1,53. Hasil penelitian Kuo and Gunasekaran (2003) kemuluran keju

    Mozzarella pasta filata berkisar antara 0,5-1,2 1/N. Sehingga dalam penelitian ini

    didapatkan kemuluran yang lebih tinggi dibandingkan penelitian Kuo and Gunasekaran

    (2003).

    4.4 Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap Kadar Air Keju Mozzarella

  • Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengasam yang

    berbeda dalam pembuatan keju Mozzarella memberikan perbedaan pengaruh yang nyata

    (P

  • lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya, sehingga kemampuan mengikat air dalam

    curd menjadi lebih tinggi, dan dihasilkan kadar air yang tinggi pula. Metzger et al.

    (2000) dalam penelitian pengaruh pengasaman awal pada susu terhadap komposisi dan

    rendemen keju Mozzarella rendah lemak melaporkan bahwa pengasaman awal

    menggunakan asam sitrat pada pH 5,8 menyebabkan penurunan kandungan kalsium pada

    keju dan peningkatan kandungan kalsium dalam whey yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan pengasaman awal menggunakan asam asetat pada pH yang sama, sehingga

    cenderung meningkatkan kadar protein serta kadar air keju.

    Perlakuan penggunaan asam sodium sulfat menghasilkan rata-rata kadar air yang

    terendah, hal ini diduga dikarenakan pengasaman dengan asam sodium sulfat

    menghasilkan keju dengan kekuatan gel koagulum yang kuat. Gel koagulum yang kuat

    menghasilkan tekstur curd yang keras. Kondisi ini menyebabkan air lebih banyak yang

    terperas keluar dari curd bersama whey. Semakin banyak air yang keluar menyebabkan

    penurunan kadar air dari keju yang dihasilkan.

    Penggunaan berbagai bahan pengasam dalam penelitian ini dapat meningkatkan

    daya serap air sehingga kadar air yang dihasilkan akan relatif tinggi, dengan kadar air

    yang tinggi akan dapat mempengaruhi daya simpan keju. Semakin tinggi kadar air yang

    ada di dalam keju maka daya simpan keju akan semakin pendek (Fox et al., 2000).

    Shakeel et al. (2003) menyatakan bahwa keju Mozzarella mempunyai kadar air

    45-52 %. Pada penelitian ini didapatkan data rataan kadar air berkisar antara 48,52 %

    sampai dengan 50,06 %, sehingga telah memenuhi range kadar air keju Mozzarella dan

    dapat dimasukkan dalam golongan keju lunak, sesuai dengan Kosikowski (1994) yang

    menyatakan bahwa keju lunak mempunyai kadar air 45-55 %.

  • 4.5 Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Pengasam Terhadap Elastisitas Keju Mozzarella

    Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan bahan pengasam yang

    berbeda dalam pembuatan keju Mozzarella tidak memberikan perbedaan pengaruh yang

    nyata (P>0,05) terhadap elastisitas. Data dan analisis statistika selengkapnya disajikan

    dalam Lampiran 10.

    Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) menunjukkan bahwa penggunaan

    bahan pengasam yang berbeda tidak memberikan perbedaan pengaruh yang nyata (P>

    0,05) terhadap elastisitas yang dihasilkan antar perlakuan. Rataan elastisitas keju

    Mozzarella berkisar antara 43,57-61,62 dan disajikan pada Tabel 8.

    Tabel 8. Rataan elastisitas keju Mozzarella pada masing-masing perlakuan

    Perlakuan RataanP1 60,20aP2 45,45aP3 61,62aP4 43,57a

    Keterangan: Superskrip yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan pengaruh yang nyata terhadap elastisitas keju Mozzarella (P>0,05).

    Berdasarkan Tabel 8, elastisitas tertinggi diperoleh pada P3 (penggunaan asam

    sodium sulfat), dan yang terendah pada P4 (penggunaan jus jeruk nipis). Elastisitas yang

    tidak berbeda secara statistik disebabkan oleh data yang beragam dalam perbedaan

    ulangan dalam satu perlakuan.

    Penggunaan asam sodium sulfat menghasilkan elastisitas yang tertinggi, hal ini

    disebabkan karena perlakuan dengan penggunaan asam sodium sulfat menghasilkan

    kadar air yang cenderung lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya, sehingga tekstur

  • yang dihasilkan lebih keras dan menyebabkan keju yang dihasilkan cenderung

    mempunyai kemampuan yang tinggi untuk kembali ke bentuk semula setelah dilakukan

    penekanan.

    Elastisitas keju Mozzarella dipengaruhi oleh kadar air dan kadar lemak yang

    terkandung didalamnya. Semakin tinggi kadar air, maka elastisitas yang dihasilkan akan

    semakin rendah, seperti yang dikemukakan oleh Gaman dan Sherington (1994), bahwa

    kadar air yang terlalu tinggi akan menghasilkan body keju yang terlalu lembek

    sehingga tidak elastis lagi.

    Elastisitas keju Mozzzarella juga dipengaruhi oleh kadar lemak keju. Kuo et al.

    (2000) berpendapat bahwa penurunan lemak dapat meningkatkan kandungan protein,

    yang dapat menyebabkan peningkatan elastisitas keju. Perlakuan P3 menggunakan asam

    sodium sulfat diduga dapat menghasilkan keju dengan kandungan kalsium yang tinggi,

    sehingga lemak yang terikat dalam keju cenderung lebih rendah. Hal ini menyebabkan

    elastisitas dari keju Mozzarella dengan menggunakan bahan pengasam asam sodium

    sulfat lebih tinggi daripada perlakuan lainnya.

    4.6. Pemilihan Alternatif Perlakuan Terbaik

    Pemilihan perlakuan terbaik dihitung berdasarkan modifikasi metode deGarmo

    (Susrini, 2005) dan disajikan dalam Lampiran 11. Berdasarkan hasil penghitungan dapat

    diketahui bahwa penggunaan asam sitrat merupakan perlakuan terbaik dengan nilai

    rendemen 10,19 %; daya leleh 6,07; kemuluran 1,20; kadar air 50,06 %; dan elastisitas

    60,20. Hal ini dimungkinkan karena pengasaman langsung dengan menggunakan asam

    sitrat menghasilkan keju dengan kandungan kalsium yang lebih rendah, sehingga dapat

    menghasilkan keju yang berkualitas tinggi ditinjau dari rendemen, daya leleh, kemuluran,

  • kadar air, dan elastisitas keju Mozzarella.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

    1. Penggunaan berbagai bahan pengasam dalam pembuatan keju Mozzarella tidak

    memberikan perbedaan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap elastisitas, tetapi

    memberikan perbedaan pengaruh yang nyata (P

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2004. Pembuatan Keju Mozzarella. http://www.sedap-sekejap.com /artikel/2000/edisi5/files/ulas.htm.

    ---------, 2005. Pengawetan dan Bahan Kimia I. http://www.tabloidnova. com/articles.asp?id=10801.

    ---------, 2006a. Keju. http://jalankenangan.net/karya/keju.html. diakses tanggal 25 Februari 2006.

    ---------, 2006b. Asam Sitrat. http://id.wikipedia.org/wiki/asamsitrat.html.

    Anonymous. 1999. Improving Mozzarella Manufacture And Quality-Part I. http://www.dairyinfo.com. Diakses tanggal 29 April 2006.

    --------------, 2005a. Cheese Characteristics and Uses. http://www. Recipegoldmine.com/kitchatr/kitchart 41.html. Diakses tanggal 8 November 2006.

    --------------, 2005b. Production List of Food Additive.http://www.bornet. com/English/food_add.htm.

    --------------, 2006a. Acetic Acid. http://en.wikipedia.org/wiki/aceticacid.html

    --------------, 2006b. Sodium Bisulfate. http://en.wikipedia.org/wiki/ sodiumbisulfate.html.

    Ashurst, P. R. 1995. Production and Packaging of Non Carbonated Fruit Juices and Fruit Beverages. Blacklie Academic and Profesional. London.

    Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet and N. Wotton. 1992. Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

    Carballo, J., Fernandez, G. P., Barreto, M., Solas, T., and Colmenero, F. J., 1996. Morphology and Texture of Bologna Sausage as Related to Content of fat, Starch

  • and Egg White. J. Food Sci., 61 : 652 655.

    Caric, M. 1992. Processed Cheese. In Hui, Y. H. 1992, Encyclopedia of Food Science and Technology Vol. 3-A. Wiley Interscience Publication Jonh Whiley and Son. New York.

    Carroll, R. 2002. Home Cheese Making : Recipes for 75 Homemade Cheeses. Storey Publishing. LLC.

    Cunnif, P. 1999. Official Method of Analysis of AOAC International. AOAC International Suite 500 481 North Frederick Avenue Gaithersburg, Maryland USA 16ed. 5th Revision Volume II.

    Dave, R. I., D. J. McMahon., C. J. Oberg and J. R. Broadbent. 2003. Influence of Coagulant Level on Proteolysis and Functionality of Mozzarella Cheese made Using Direct Acidification. J. Dairy Sci. 86:114-126.

    Fife, R. L., D. J. McMahon and C. J. Oberg. 2002. Test for Measuring the Stretchability of Melted Cheese. J. Dairy Sci. December 1, 2002; 85(12): 3539 3545.

    Fox, P. F. 1991. Food Enzymology. Elsevier Science Publisher. New York.

    Fox, P. F., P. L. H. McSweeney, P. Guinee Timothy, and M. Cogan Timothy. 2000. Fundamentals of Cheese Science. An Aspen Publication. Gaithersburg.

    Gaman, P. M. dan Sherington. 1994. Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh M. Gardjito, S. Naruki, A. Murdiati, dan Sardjono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

    Idris, S. 1995. Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Penerbit Fajar. Malang.

    Joshi, N., K. Muthukumarappan and R. I. Dave. 2004. Effect of Calsium on Mikrostrukture and Meltability of part Skim Mozzarella Cheese. J. Dairy Sci. July 1, 2004; 87(7): 1975 - 1985.

    Kalab, M. 2004. Cheese: Development of Stucture. Food Under the Microscope. http://anka.livstek.lth.se:2080/microscopy/f-cheese.htm.

    Kosikowski, F. 1982. Cheese and Fermented Milk Foods. Second Edition. F.V. Kosikoeski and Associates. New York.

    Kosikowski, F. V. and V. V. Mistry. 1999. Cheese and Fermented Milk Foods Vol. II: Procedures and Analysis. F. V. Kosikowski, L.L.C., Westport, CT.

    Kuo, M. I.., Y. C. Wang and S. Gunasekaran. 2000. Viscoelasticity index for Cheese Meltability Evaluation. J. Dairy Sci. 83:412-417.

  • Kuo, M. I. and S. Gunasekaran. 2003. Effect of Frozen Storage on Physical Properties of Pasta Filata and Nonpasta Filata Mozzarella Cheeses. J. Dairy Sci. 86:1108-1117.

    Lambert. 2005. Mozzarella Cheese. http://www.sallsy-place.com/food/ single-articles/mozz.htm.

    Lampert, R. M. 1975. Modern Dairy Product. Chemical Publishing Company, Inc. New York.

    Mc Mohan, D. J. 2002. Microstructure and Ultrastructure of Non Fat Mozzarella Cheese Made Using Direct Accidification. Departement Nutrition and Food Science. Weber State University. Odgem. http://www.ift.org/pdfs/crfsfs/crfsfs2 ndp 0139-0162 ms 20020702

    Metzger, L. E., D. M. Barbano, M. A. Rudan and P. S. Kindstedt. 2000. Effect of Milk Preacidification on Low Fat Mozzarella Cheese: I. Composition and Yield. J. Dairy Sci. 83:648-658.

    Muchtadi, D., Palupi S. R dan Astawan, M. 1992. Enzim dalam Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

    Muthukumarappan, K., Y. C. Wang and S. Gunasekaran. 1999. Estimating Softening Point of Cheeses. J. Dairy Sci. 82:22802286.

    Rahman, A. S., Fardiaz, W. P., Rahayu, Suliantri dan C. C. Nurwitri. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

    Rose, A. H. 1980. Microbial Enzymes and Bioconversions. Academic Press. Bath, England.

    Rudan, M. A., D. M. Barbano., J. J. Yun., and P. S. Kindstedt.1999. Effect of Fat Reduction on Chemical Composition, Proteolysis, Functionality, and Yield of Mozzarella Cheese. J. Dairy Sci. 82:661-672.

    Sardinas, J. I., 1972. Mikrobial Rennet. J. Applied Microbial. 15;39-66

    Sarwono, B. 1986. Jeruk Nipis dan Pemanfaatannya. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Shah, N. P. and R. K. Bhaskaracharya. 2002. Texture and Melt Characteristics of Low Fat Mozzarella Cheese Made Using Preacidified Milk. Annual Meeting and Food Expo. Anaheim, California.

    Shakeel-Ur-Rehman., N. Y. Farkye and B. Yim. 2003. Use of Dry Milk Protein Concentrate in Pizza Cheese Manufactured by Culture or Direct Acidification. J. Dairy Sci. 86(12): 3841 3848.

    Soeparno. 1992. Prinsip Kimia dan Teknologi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan

  • Gizi. UGM. Yogyakarta.

    Sudarmadji., B. Haryono dan Suhardi. 1999. Prosedur Analisa untuk Bahan Pangan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

    Susanto, T., dan Yunianta. 1987. Teknologi bahan Makanan. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.

    Susrini. 2005. Index Efektifitas Edisi Ketiga. Program Studi THT Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

    Spreer, E., 1998. Milk and Dairy Product Technology. Marcel Dekker Inc. New York.

    Trenggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknik Pasca Panen. PAU Pangan dan Gizi. UGM. Yogyakarta.

    Tunick, M. H., E. L. Malin, P. W. Smith, J. J. Shieh, B. C. Sullivan, K. L. Mackey and V. H. Holsinger. 1993. Proteolysis and Rheology of Low Fat and Full Fat Mozzarella Cheeses Prepared from Homogenized Milk. J. Dairy Sci. 76:36213628.

    United States Patent 6475538. 2005. Process for Mozzarella Cheese. Free Patents Online. USA.

    Valdez, M. C., V. B. Alvarez, G. W. Chism, and W. J. Harper. 2004. Effect of Sodium Acid Sulfate Direct Acidification on Skim Milk. IFT Annual Meeting. Las Vegas.

    Verheij, E. W. M and R. E. Coronel. 1991. Edible Fruits and Nuts. Pudoc Wageningen. Netherland.

    Widodo, 2003. Bioteknologi Industri Susu. Edisi I. Catatan I. Lacteria Press. Yokyakarta.

    Willman, C. and N. Willman. 1993. Home Cheese Making. The Australian Dairy Corporation. Malbourne.

    Winarno, F. G., 1983. Enzim Pangan. Gramedia. Jakarta.

    ------------------, 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Tama. Jakarta.

    Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Rancangan, Analisis dan Interpretasinya. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Batu pada tanggal 30 Mei 1985 sebagai putri kedua dari tiga

    bersaudara dari Bapak Zainudin dan Ibu Sri Pariyah.

    Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar

    Negeri Sisir 3 Batu selesai pada tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1

    Batu selesai pada tahun 2000, Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Batu selesai pada

    tahun 2003. Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan

    Program Studi Teknologi Hasil Ternak Universitas Brawijaya Malang melalui jalur

    SPMB.

    Selama menjadi mahasiswa organisasi yang pernah diikuti penulis adalah

    HIMATENA (Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Ternak) dengan menjabat sebagai

    anggota Bidang Kewirausahaan Periode 2004-2005, dan anggota Bidang Kerjasama dan

    Studi Eksternal periode 2005-2007, serta aktif menjadi asisten praktikum Biologi Dasar

    dan Mikrobiologi Umum.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

    rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    laporan skripsi dengan judul Kualitas Keju Mozzarella dengan penggunaan Berbagai

    Bahan Pengasam.

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-

    tulusnya kepada:

    1. Ayah, Ibu, kakak dan adik yang telah memberikan semangat dan doa,

    2. Bapak Ir. Imam Thohari, MP selaku dosen pembimbing utama yang telah

    memberikan arahan, bimbingan, dan saran hingga selesainya laporan ini,

    3. Bapak Dr. Ir. Purwadi, MS selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

    memberikan bimbingan, dan petunjuk selama pelaksanaan penelitian hingga

    selesainya laporan ini,

    4. Ibu Dr. Ir. Lilik Eka Radiati, MS selaku ketua Program Studi Teknologi Hasil Ternak

    Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,

    5. Ibu Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas

    Brawijaya,

    6. Ney2, Budi atas bantuan, dukungan, kerja sama dan doa selama ini,

    7. Mbak Lilik dan mas Huda selaku laboran Milk Pilot plant atas bantuan dan fasilitas

    yang diberikan,

    8. Semua teman-teman angkatan 2003 yang telah memberikan dukungan, semangat,

  • bantuan tenaga dan ilmu selama ini,

    9. Semua temen-teman angkatan 2001, 2002, 2004 untuk semua bantuan doa, ilmu dan

    semangat hingga selesainya laporan ini,

    10. Mbak Ina01 atas bantuannya selama ini,

    11. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan ini.

    Menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi dan pengalaman, penulis

    mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk lebih memperbaiki

    laporan ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis ataupun bagi

    pihak yang membutuhkan.

    Malang, April 2007

    Penulis,

    Abstrak dan Ringkasan.docCOVER.DOCdaptar isi.docLampiran.doclaporan.docRIWAYAT HIDUP dan Pengantar.doc