kunjungan studi dan observasi

31

Upload: hilman-dermawan

Post on 22-Jul-2016

256 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Perjalanan empat orang mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah UNY ke Kabupaten Tegal

TRANSCRIPT

Page 1: Kunjungan Studi dan Observasi
Page 2: Kunjungan Studi dan Observasi

25 Maret 2015, pukul 13.22 WIB,

Sekelompok mahasiswa duduk melingkar di taman Pasca Sarjana. Rapat!

Kata yang mereka gunakan untuk pertemuan tersebut. Ya! Walaupun

kami teman sekelas kami jarang nongkrong bareng (sibuk dengan urusan

masing-masing). Kata itu juga dipilih agar lebih terkesan WAH. Rapat

sore itu membahas tugas observasi/kunjungan studi lembaga PLS di

luar kota, di luar provinsi Yogyakata. Pertama mendengar tugas ini,

bayangan pertama yang terlintas di pikiran adalah liburan. Jadi tidak

heran saat sang ketua kelas menanyakan dan meminta alamat tempat

observasi, teman-teman menjawab; Bandung, Jakartah, Bali, Lombok,

Malang, WOW sekali bukan? tapi kenyataannya di Tegal, Magelang,

Sragen, .......dll (bukannya primodialisme dsb.), semacam perbandingan

180 derajat.

Kembali ke rapat. Kami memilih Tegal sebagai kota yang akan kami

kunjungi. Alasan utamanya adalah Tegal merupakan kota kelahiran dan

tumbuh berkembangnya Hilman. Iya, karena rumahnya Hilman di Tegal

jadi kami tidak usah pusing memikirkan tempat untuk tidur. Hilman

yang asli Tegal juga membuat kami yakin dan tenang, karena ada

seseorang yang tahu medan dan seluk-beluk kota Tegal. Hal yang

Page 3: Kunjungan Studi dan Observasi

dibahas kemudian lembaga PLS macam apa yang akan kami observasi?

Usulan yang muncul adalah LPK Komputer dan Kursus Musik, dan

langsung diterima dengan suara absolute (karena kalian tahu jawaban

yang paling aman: terserah), oke tinggal meminta izin pihak lembaga

dan menunggu konfirmasi. Hal selanjutnya yang dibahas adalah, dengan

menggunakan transportasi apa kami dari Yogyakarta ke Tegal? Karen

kami menganut paham Demokratis, jadi kami berembug dan masing-

masing kepala mengeluarkan pendapat.

Adam mengusulkan motor

Hilman mengusulkan bus

Latif mengusulkan kereta, dan

Nurman mengusulkan pesawat

Pilihan jatuh dengan menggunakan motor, alasannya yaitu pertama,

lebih logis dan murah dibandingkan dengan yang lain (pesawat? behh...),

kedua karena kami adalah cowok sejati, Rider man! Udah seperti itu.

Karena kami dikejar waktu (semuanya sibuk), maka rapat pun disudahi.

Kesalahan kami adalah tidak mengantisipasi jikalau kami tidak

mendapat izin dari tempat yang kami pilih tadi.

Page 4: Kunjungan Studi dan Observasi

4 April 2015, Pukul 18.30

(Hilman)

Setelah selesai latihan paduan suara di Student Center, bergegas aku

pacu kuda besiku menuju kosan tercinta. Seperti biasa sih kalau udah

sampai kosan rebahan dulu dikasur sambil buka-buka media sosial cek

BBM, Twitter, Path, Facebook, Instagram. Nah, disaat aku buka

instagram akun @tegalhits memposting foto, difoto tersebut

memperlihatkan sekelompok pemuda yang sedang sibuk menata buku.

Seketika aku penasaran dan kukepoin akun @tamanbaca3surau, di akun

tersebut ternyata terdapat CP (Contact Person) dari TBM Tiga Surau.

“Alhamdulillah Engkau mudahkan kami Ya Allah” batinku. Tepat waktu

itu juga kuhubungi langsung melalui Whatsapp (biar kekinian). Setelah

10 Menit pesanku terbaca dan dibalas oleh Pemilik nomer tersebut

yang akhirnya kami diperbolehkan mengunjungi TBM Tiga Surau. Itu

sedikit kisahnya, nah alasan saya memilih TBM Tiga Surau untuk

tempat observasi salah satunya yaitu semua pengurusnya adalah

pemuda. Saya pikir jarang sekali pemuda yang mau melakukan hal

positif semacam itu. Untuk membaca saja hanya beberapa persen,

pemuda sekarang sih lebih suka membaca status di media sosial

Page 5: Kunjungan Studi dan Observasi

ketimbang membaca buku (Ya macam saya inilah). Jadi, ini membuat

motivasi bagi pemuda yang lainnya kalau kita bisa melakukan hal poitif

apapun mulai dari yang kecil. Seperti TBM Tiga Surau ini yang awal

mulanya dari nongkrong dan mengumpulkan buku-buku seadanya.

11 April 2015, pukul 08.45 WIB, Karangmalang, blok C 19A hari Sabtu,

tempat berkumpul sebelum keberangkatan.

Nurman sudah stand by di tempat (iya lah kosannya), Adam orang

pertama yang sampai. Disusul Latif 10 menit kemudian (telat) dan

Hilman, jangan ditanya lagi. Rencana semula berangkat tepat pukul

09.00 pun mundur menjadi 10.00, karena suatu hal dan lain-lain.

Ditandai dengan foto diatas motor dan diiringi doa bersama, perjalanan

dari Yogyakarta ke Tegal pun resmi dimulai. Berangkat!

Perjalanan ke kota Tegal memakan waktu 6 jam. Alhamdulillah selama

perjalanan lancar tanpa suatu halangan. Saking lancarnya sampai bosan,

duduk manis dimotor selama 6 jam dengan ruang gerak terbatas adalah

suatu ujian tersendiri untuk kami. Dari karokean sampai bermain rubik

dicoba untuk mengusir kebosanan. Melihat pemandangan? Yah kalian

bisa tahu apa apa yang ditemui sepanjang jalan Pantura. Tapi yang

terpenting kami selamat sehat wal’afiat. Kuncinya yaitu pengertian, jika

Page 6: Kunjungan Studi dan Observasi

penggendara merasa lelah langsung diganti oleh pebonceng. Memasuki

kawasan dimana kendaraan berplat nopol “G” kami disambut hujan.

Batalah rencana beroto ria di landmark “Selamat Datang di Kota

Tegal”. Hujan sepanjang perjalanan menuju rumah Hilman membuat

pakaian basah (walaupun pakai mantel) dan kedinginan. Terimakasih

untuk Mamanya Hilman yang langsung menyambut kami dengan teh

hangat dan kue dorayaki ala Tegal.

Pukul 19.00,

di kamar Hilman kami persiapan untuk besok melakukan observasi,

merancang daftar pertanyaan wawancara, ceking surat ijin, plakat

sebagai kenang-kenangan dan mengkonfirmasi ke TBM Tiga Surau.

Sejauh ini semuanya berjalan sesuia rencana.

1 jam kemudian,

waktunya mengistirahatkan tubuh yang lelah ini, tubuh yang jelas jelas

bukan milik kami, begitupun hati dan otak. Namun kami terkadang

menyombongkan apa apa yang sesungguhnya milik Mu, Maha Segala.

selamat malam.

Esok paginya kami berangkat jam 09.00 karena janji dengan mas.... di

jam itu. Perjalanan ke TBM Tiga Surau sendiri memakan waktu kurang

Page 7: Kunjungan Studi dan Observasi

lebih 1 jam dari rumah Hilman karena letaknya jauh, di dekat daerah

wisata Guci. Selain melakukan observasi tentunya kami juga

merencanakan sekalian holiday ke Guci, “sambil menyelam minum air”

kata Adam. Kami sempatkan untuk sarapan dengan menu khas Tegal

yaitu kupat ponggol. Mencarinya tidak mudah, terbayang oleh kami

kupat ponggol yang sebagai makanan khas Tegal dijual di warung makan.

Namun, yang kami temui tidak demikian. Hilman sebagai warga Tegal

mengajak kami makan di piggir jalan, depan toko (yang masih tutup),

dengan kondisi yang seadanya si Ibu menggelar jualannya. Rasa dari

kupat ponggol sendidir bagi kami lidah orang bukan Tegal “njelehi” kata

Nurman.

Sesampainya disana di desa Tuwel, tempat dimana TBM Tiga Surau

berada kami kesulitan untuk menemukan menemukannya. Kami sempat

bertanya ke beberapa warga tentang TBM Tiga Surau dan dimana

alamatnya.

Merasa miris karena warga yang masih dalam satu lingkup wilayah

dengan TBM tidak mengenal apalagi mengerti apa itu TBM. Mungkin

kondisi seperti ini juga terjadi di tempat lain dimana kawan

seperjuangan juga melakukan observasi yang sama. Untuk itulah

Page 8: Kunjungan Studi dan Observasi

seharusnya kita sebagai mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah yang

menjadikan masyarakat sebagai bidang garapan, harus lebih kritis akan

kondisi masyarakat. Sekaligus lebih memperkenalkan apa itu Pendidikan

Luar Sekolah pada umumnya dan pentingnya pendidikan pada khususnya.

Kami juga sadar bahwa tugas observasi ini tidak ringan, selain

membawa harga diri kami juga mengemban nama sebuah lembaga

Pendidikan yang sudah terkenal seluruh Indonesia, tidak lain tidak

bukan adalah kampus kita tercinta ini, UNY.

Tentunya kami tidak menyerah untuk mencari, setengah desa mungkin

kami jelajahi. Dan akhirnya, berbekal sedikit informasi dari ibu-ibu

yang memiliki senyum ramah kami menemukan TBM Tiga Surau.

Bangunan yang sekaligus mushola (tempat ibadah umat muslim selain

masjid) berdiri menjulang di pinggir jalan. Dikatakan menjulang tinggi

karenan memang topografi wilayahnya yang pegunungan, walaupun tidak

teramat luas dan besar, sehingga saat hendak masuk kami harus

melewati beberapa anak tangga yang membuat orang “gendut” harus

menarik nafas panjang.

Rencana yang sedari pagi tadi berjalan mulus, sedikit terusik karena

kami menemukan ruangan yang dijadikan TBM sedang ramai riuh oleh

Page 9: Kunjungan Studi dan Observasi

ibu-ibu pengajian. Sesampainya disana kami langsung mengirimkan

kabar pada mas Ozik bahwa kami sudah sampai, namun jawaban dari

pesan otomatis “nanti saya telepon balik, saya sedang makan”. Oke kami

orangnya cukup sabar untuk mengunggu. 10 menit pertama menunggu

kami masih asyik mengobrol berbagai hal. 10 menit kemudian perlahan

obrolan pun terasa garing, lawakan yang Nurman lontarkan nggak lucu

sama sekali, sumpah!. 5 menit kemudian yang terdengar adalah suara

cacing dalam perut yang tidak kalah merdu dari suara nyanyian Hilman.

Menunggu selama 25 menit dengan kondisi lapar dan seseorang yang

kita tunggu sedang huam.., huuham dengan biji keringat di dahi karena

kepedesan menyantap sambal beserta segala macam lalapan dan ikan

asin hasil dari laut Tegal, adalah ujian yang tingkat kesabarannya sama

dengan “menguras kolam renang olimpic dengan gayung ditangan” itu

perumpamaan yang dikatakan Latif.

Itu hanya imajinasi kami teman, karena efek kelaparan.

Beruntung lima menit kemudian mas Ozik menelfon dan mengabarkan

kami akan segera menuju TBM. Akhirnya pertemuan yang direncanakan

pun terlaksana. Mas Ozik, selaku ketua TBM bersama salah satu

pengurus sebut saja mas Egi segera mengajak kami menuju rumah salah

Page 10: Kunjungan Studi dan Observasi

satu peserta perkumpulan ibu-ibu pengajian (karena TBM-nya masih

dipakai oleh ibu-ibu pengajian) yang sekaligus menjadi ketua dari bank

pengolahan sampah. Namun karena kami tidak bertemu dengan ibunya

langsung jadi kami kurang memiliki informasi tentang itu.

Duduklah enam manusia yang belum saling kenal berhadapan. Dibuka

dengan perkenalan, mas Ozik dan mas Egi memperkenalkan diri,

kemudian dari pihak kami, Adam, Nurman, Hilman, dan Latif bergantian.

Mulailah mas Ozik dan mas Egi menceritakan latar belakang berdirinya

TBM Tiga Surau. TBM Tiga Surau berdiri atas inisiatif dari

perkumpulan nongkrong dari pemuda-pemuda masyarakat desa. Mas

Ozik menegaskan kata “perkumpulan nongkrong” karena memang benar

wacana/ide awal pembuatan TBM muncul saat mereka sedang

nongkrong santai seperti biasanya. Atas dasar rasa prihatin kepada

anak-anak yang kekurangan bahan bacaan (hanya perpustakaan sekolah)

dan mereka yang bermain tidak jelas. Tujunan lainnya yaitu untuk

membentengi masyarakat dari pengaruh negatif dengan adanya obyek

wisata GUCI. Wisatawan dari segala macam daerah dengan kepribadian

beragam tak jarang membawa siat negatif, yang membuat GUCI

memiliki citra negati pula (pengakuan mas Egi sendiri). Selain itu mas

Egi menambahkan bahwa mereka termotivasi untuk menunjukan kepada

Page 11: Kunjungan Studi dan Observasi

masyarakat sekitar bahwa anak nongkrong juga dapat melakukan

sesuau yang positif yang bermanfaat untuk masyarakat. Dari rundingan

ringan itulah disepakati dibuatnya Taman Bacaan Masyarakat.

Permsalahannya yang mereka hadapi kemudian adalah dimana TBM itu

didirikan. Karena modal yang terbatas dan atas ide dari salah satu

pemuda, maka diputuskan keberadaan TBM untuk sementara meminjam

sebagian tempat mushola. Semula mushola dibagi menjadi dua, lantai

bawah sebagai tempat sholat perempuan dan lantai atas untuk laki-laki.

Namun akhirnya lantai bawah semuanya digunakan untuk keperluan

TBM, walaupun terkadang ibu-ibu pengajian menggunakannya. Seperti

hal umumnya yang terjadi saat kita berniat berbuat baik, ada saja

pihak yang tidak menghargai usaha kita atau bahkan meremehkannya.

Begitu juga yang dialami oleh mas Ozik dan kawan-kawannya saat ide

membuat TBM disampaikan kepada tetua setempat. Dengan keyakinan

yang kuat dan usaha yang pantang menyerah untuk membuka pandangan

tetua akan pentingnya keberadaan TBM, akhirnya mereka berhasil

mendapatkan restu dari para tetua dan dierbolehkan menggunakan

sebagian temat dari mushola. Jadilah dengan modal yang sedanya

namun dengan niat yang bulat berdirilah TBM Tiga Surau pada tahun

2012. TBM Tiga Surau ini 100% swadaya msyarakat, yang berarti

Page 12: Kunjungan Studi dan Observasi

segala kebutuhan biaya operasional TBM bersumber dari pengelola dan

masyarakat. Untuk itulah walaupun sampai sekarang TBM tetap

berjalan namun disana sini masih terdapat kekurangan. Salah satunya

tentang bangunan dan keberadaan TBM. Saat kami menanyakan apakah

menginginkan bangunan TBM sendiri, mereka dengan pasti mengiyakan

dan sedang mengusahakan Pembngunan gedung TBM. Kemudian kami

lanjut menanyakan apakah pemerintah (dalam hal ini perangkat desa)

sudah pernah memberikan bantuan. Dengan cepat mereka menjawab

tidak, semua ini murni dari kami dan masyarkat yang peduli. Kenapa bisa

demikian, apakah TBM tidak pernah meminta atau pemerintah yang

kurang peka? Iya, kami tidak meminta, biarkanlah mereka sadar

sendiri. Jujur kami malas berurusan dengan birokrasi yang berbelit.

Jikapun usaha kami berhasil (dalam arti mereka meminta dan

pemerintah memberikan bantuan) kami takut apa yang telah kami

usahakan sejauh ini diambil alih oleh pemerintah. Mereka ikut camur,

yang malah membuat kami merasa sudah tidak memiliki TBM ini lagi

sehingga kami sudah tidak totalitas dalam mengelolanya.

Ngomongin politik dan, pusing!

Page 13: Kunjungan Studi dan Observasi

Di satu sisi kami mendukung dan sangat terinspirasikan semangat para

pengelola TBM Tiga Surau. Dengan totalitas mereka meluangkan

tenaga, waktu, tidak jarang juga mengeluarkan uang sendiri hanya

untuk TBM, “ini juga misi kemanusiaan mas, mencerdaskan anak-anak

desa kami, penerus bangsa, kami bahagia ketika melihat anak-anak

tertawa karena buku yang mereka baca. Itu bentuk kepuasan kami atas

apa yang telah kami perjuangkan” ucap mas Ozik. Super sekali bukan?

PLS banget bukan?

Namun disisi lain kami juga bingung, lalu apa yang dilakukan

pemerintah? Disaat gembar-gembor wajib pendidikan 12 tahun

diperbincangkan, mereka seolah menganggap angin lalu pendidikan yang

sederhana. Pendidikan yang dibuat oleh masyarakat dengan tujuan

untuk masyarakat, seolah dinomor duakan. Bukankah dalam suatu

sistem pembangunan, dimana masyarakat sebagai objek

pembangunannya harus dilibatkan aktif untuk turut serta, dalam hal ini

pembangunan dalam pendidikan.

Untuk menarik dan memperkenalkan TBM kepada masyarakat,

khususnya anak anak, pengelola membuat pamflet pengumuman dan

menyebarkannya disekitaran desa. Nama TBM Tiga Surau terinsirasi

Page 14: Kunjungan Studi dan Observasi

dari terdaatnya tiga surau (mushola) di satu RW yang rutin

mengadakan perkumulan dzikir/pengajian. Koleksi awal yaitu dari

pengumulan buku-buku milik pribdi, kemudian ada kenalan mas Ozik di

luar kota yang mempunyai banyak koleksi buku dan bersedia

menyumbangkannya. Untuk saat ini TBM Tiga Surau sudah memiliki

koleksi buku sebanyak 1500 buah, baik novel, komik, buku cerita,

pelajaran dll. Sebagian besar berasal dari sumbangan banyak orang.

Untuk saat ini TBM masih tetap membuka donatur bagi siapa saja yang

ingin menyumbangkan segala macam jenis buku dapat menghubungi mas

Ozik lewat Facebook TBM Tiga Surau ataupun Instagram. Diakuinya

peran media sosial sangat besar dalam usaha memperbanyak koleksi

buku di TBM.

Dalam hal manajemen pendataan peminjaman dan pengembalian buku

TBM Tiga Surau sudah teratur. Guna memudahkan pendataan buku,

peminjam diharuskan sudah terdatar dan memiliki KTA, 1 orang

maksimal meminjam 3 buku, waktu penembalian maksimal 1 minggu. Jika

peminjaman melebihi waktu yang ditentukan peminjam dikenakan denda

uang sebesar Rp500/hari.

Page 15: Kunjungan Studi dan Observasi

TBM Tiga Surau buka setiap hari Minggu pagi dan Jum’at sore. Kami

sudah merencanakan datang pada saat TBM buka, agar sekaligus dapat

melihat anak-anak. Sial bagi kami, rencana tersebut gagal. Mas Ozik

tidak mengabarkan pada kami bahwa hari Minggu ini tempat TBM

digunakan oleh ibu-ibu pengajian. Jadi saat datang kesana, kami tidak

menemui anak-anak yang membaca buku. Sedikit kecewa kami rasakan.

TBM Tiga Surau juga mempunyai program lain untuk anak-anak, seperti

lomba menggambar dan mewarnai yang rutin setiap tahun, menonton

bersama film bermuatan pesan moral dan pendidikan, dan belajar

bersama setiap malam Jum’at.

Senin, 12 April 2015

Setelah kemarin kami mengunjungi TBM Tiga Surau, hari ini kami sudah

memiliki janji dengan pengurus PKBM Sumber Ilmu, tempat kedua kami

melakukan observasi.

Kami berangkat dari rumah Hilman pada pukul 08.00 WIB, dengan

perkiraan kami sampai PKBM pada pukul 09.00 WIB. Sama seperti hari

sebelumnya, kami menyempatkan diri untuk sarapan ditengah

perjalanan. Setelah hampir kebingungan mencari tempat untuk sarapan,

Page 16: Kunjungan Studi dan Observasi

kami memutuskan untuk memilih tempat makan di “Sambel Layah” yang

ada di Tegal. Karena alamat PKBM berada satu Jalan dengan tempat

kami makan, kami memperkirakan tidak berapa lama lagi kami akan

sampai di PKBM. Tetapi perkiraan meleset, kami bingung mencari

alamat PKBM, akhirnya setelah mondar mandir “menyetrika” jalan

tersebut, kami memutuskan untuk bertanya kepada salah satu warga di

sepanjang jalan tersebut. tidak seperti hari sebelumnya, kami

beruntung karena warga yang kami tanyai mengetahui alamat pasti

PKBM Sumber Ilmu. Ternyata alamat PKBM Sumber Ilmu telah kami

lewati, dan kami harus putar arah untuk sampai di PKBM Sumber Ilmu.

Dan akhirnya kami sampai di PKBM Sumber Ilmu yang beralamat di

Jalan Raya Utara, Adiwerna, Kab. Tegal.

Sesampainya di PKBM Sumber Ilmu, kami terkejut karena bangunan

PKBM Sumber Ilmu tidak seperti bangunan PKBM yang ada di Jogja.

Sampai di PKBM kami disambut oleh Bapak-bapak yang awalnya

mengaku sebagai Sekretaris di PKBM dan setalah kami mengamati

susunan pengurus disana ternyata benar, beliau merupakan Sekertaris

di PKBM Sumber Ilmu. Hhehehehe …

Page 17: Kunjungan Studi dan Observasi

Disana kami diberitahu oleh beliau (Bapak Sekretaris) bahwa beliau

diutus oleh Kepala PKBM untuk menerima kami dalam rangka observasi.

Bapak Kepala PKBM sendiri berhalangan bisa menemui kami karena

sedang mengurus persiapan Ujian Nasional tingkat SMA sederajat.

Sebelum melakukan observasi kami disambut bak Raja, kami satu per

satu ditanyai mau makan dam minum apa, bebas.. dan kamipun disuguhi

makanan dan minuman yang sangat familiar disekitar kita, teh dan roti.

Dan observasi kami pun dimulai, kami semua entah mengapa berubah

menjadi orang yang pelupa, semua daftar pertanyaan yang sudah kami

persiapkan lupa semua, alhasil kami hanya sedikit berbincang-bincang

dan lebih banyak jalan-jalan memgamati apa yang ada di PKBM Sumber

Ilmu.

PKBM Sumber Ilmu … ya PKBM Sumber Ilmu yang menjadi salah satu

percontohan PKBM yang ada di Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2007,

PKBM ini menjadi juara umum PKBM terbaik di Indonesia. PKBM

Sumber Ilmu sendiri berdiri sejak tahun 1998 dan sejak awal berdiri

PKBM Sumber Ilmu tidak langsung beralamat di Jalan Raya Adiwerna,

tetapi awalnya beralamat di desa Harjosari terus selang 5 th pindah ke

jalan raya Adiwerna. Menurut bapak Ahmad awal berdiri PKBM hanya

Page 18: Kunjungan Studi dan Observasi

memiliki program Keterampilan saja, dan terus berkembang. Untuk

sekarang ini program-program yang ada di PKBM ada banyak, antara

lain: Kejar Paket A, B, dan C, keaksaraan Fungsional, PAUD,

Keterampilan, TBM, dan lain-lain. Macam-macam keterampilan yang ada

disana antara lain: katerempilan Las, bengkel, KBU (jual bakso, tahu

aci), dan lain-lain. Jumlah tutor sendiri sekarang ada 38 orang.

Pada PKBM Sumber Ilmu untuk program kejar paket, paket A dan B

warga belajar tidak dipungut biaya sepeser pun alias Gratis dalam

menempuh program pembelajaran, karena menurut pak …..(sekretaris)

program kejar paket A dan B disubsidi oleh pemerintah. Sedang untuk

program kear paket C dikenakan biaya umtuk pendaftaran sebesar Rp.

30.000 dan SPP sebesar Rp. 30.000/bulan.

Setelah sekian lama kami berbincang-bincang dengan beliau, kami

memutuskan untuk melihat-lihat apa yang ada di PKBM Sumber Ilmu,

yang dahulu menjadi PKBM terbaik se-Indonesia dan sampai sebagai

PKBM percontohan di Propinsi, sebenarnya kami sempat bertanya-

tanya, apa yang membuat PKBM Sumber Ilmu menadi PKBM terbaik dan

percontohan di Indonesia???????

Page 19: Kunjungan Studi dan Observasi

Itu adalah pertanyaan yang mudah tetapi tidak bisa dijawab oleh

beliau ..(sekretaris).

Disana kami melihat-lihat apa yang ada di PKBM, mulai dari Taman Baca

Masyarakat, PAUD, Warung makan, ruang keterampilan, dan lain-lain..

Karena kami kurang persiapan dan dari pihak PKBM juga tidak begitu

menguasai “seluk beluk” PKBM, beliau membaritahukan kepada kami

bahwa malam nanti akan ada kegiatan keterampilan Las, sebagai

pengganti kegiatan belajar mengajar, karena sedang ada Ujian

Nasional. Dan beliau juga bilang ke kami bahwa bapak Kepala PKBM

akan ada pada malam nanti..

Dengan muka kecewa kami pun pulang dari PKBM, dan berjanji malam

nanti akan datang untuk melihat-lihat kegiatan serta berbncang-

bincang langsung dengan Kepala PKBM..

Sekitar pukul 12.00 kami pulang dari PKBM Sumber Ilmu. Ditengah

cuaca Tegal yang terik dan Panas, Hilman bilang kepada kami semua,

mengajak kami untuk menikmati salah satu sajian minuman yang seger

dan juga salah satu minuman khas Tegal, Es Sagwan. Karena kami

semua, kecuali Hilman, belum pernah minum Es Sagwan kami pun

Page 20: Kunjungan Studi dan Observasi

bergegas menuju salah satu tempat yang menjual Es Sagwan. Kami pun

menikmati sajian Es Sagwan yang kami pesan,, segerrrr

Setelah itu kami kembali pulang kerumah Hilman dan beristirahat

untuk persiapan malam nanti melakukan observasi lagi di PKBM Sumber

Ilmu.

Tepat pada pukul 19.00 WIB kami berangkat lagi dari rumah Hilman

menuju PKBM Sumber Ilmu. Selang 45 menit kami sampai PKBM dan

disana sudah mulai ada persiapan untuk keterampilan las. Sampai di

PKBM kami disambut oleh bapak-bapak yang sedang mempersiapkan

peralatan las dan hanya memakai kaos dan pakaian seadanya, dan kami

juga berbincang-bincang dengan warga belajar yang waktu itu ada di

PKBM. Setelah menunggu sekian lama kami dipersilahkan masuk untuk

menemui Kepala PKBM, dan yang membuat kami semua kaget dan

tercengang adalah sang Kepala PKBM adalah bapak-bapak yang tadi

kami temui, bapak yang sedang mempersiapkan peralatan las dan hanya

memakai kaos dan pakaian seadanya, ya beliau adalah bapak Aris

Nasrullah, Kepala PKBM Sumber Ilmu.

Kami pun dipersilahkan memasuki ruang kerja Kepala PKBM untuk

berbincang-bincang. Dan diawali dengan permintaan maaf pak Aris

Page 21: Kunjungan Studi dan Observasi

kepada kami Karena tadi pagi tidak bisa menemui kami dan hanya bisa

diwakilkan oleh sekretaris PKBM karena beliau sedang malakukan

persiapai Ujian Nasional Paket C. setelah itu kami mulai bertanya yang

tadi pagi belum sempat di jawab. Mulai terkait PKBM, warga belajar,

tutor, dan lain-lain kami tanyakan kepada beliau.

Perbincangan kami pun dimulai dengan canda tawa dengan diawali dari

perkenalan diri kami kepada Pak Aris, setelah itu beliau juga

memperkenalkan diri dan mulai bercerita bagaimana beliau bisa menadi

Kepala di PKBM Sumber Ilmu tersebut. malam itu dari berbagai

pertanyaan yan tadi siang belum terjawab mulai terjawab sedikit demi

sedikit.. saat kami mulai bertanya mengapa dahulu PKBM ini bisa

menjadi “Juara Umum” PKBM di Indonesia, beliau juga sedikit bingung

karena beliau pada saat itu belum ada di PKBM jadi tidak bisa

menjawab dengan sempurna,

Dengan sedikit kata beliau memberitahukan, yang dengan singkat belau

mengucap Karena semua program-program yang

ada di PKBM Sumber Ilmu pada saat itu dapat berjalan semua dengan

output yang membanggakan..

Page 22: Kunjungan Studi dan Observasi

Itu menjadi jawaban beliau atas rasa penasaran kami akan PKBM

tersebut,, ya memang kurang memuaskan tapi sudah sedikit membantu

kami

Setelah berbincang-bincang dengan Kepala PKBM kami diajak pak Aris

untuk melihat proses pengelasan yang ternyata baru pertama kali di

adakan di PKBM Sumber Ilmu. Disana sudah ada warga belajar yang

ikut membantu persiapan, diantara warga belajar yang ada disana, ada

warga belajar yang sebenarnya sedikit tidak cocok akan dunia

pengelasan, yaa ada seorang Perempuan yang ikut dalam proses

pengelasan tersebut,,

Tidak lama kemudian keterampilan las pun dimulai…

Disela-sela keterampilan, Hilman sempat berbincang-bincang kepada

Perempuan tersebut. Perempuan tersebut bernama Tika, gadis yang

umurnya tidak jauh beda dengan kami. Tika adalah salah satu warga

belajar di PKBM Sumber Ilmu, dia mempunyai semangat belajar yang

tinggi. Terbukti dia sudah hampir 6 tahun berada diPKBM, sekarang

sedang menempuh Kejar Paket C. Sempat kami tanya alasan sekolah di

PKBM, selain faktor ekonomi masalahnya dulu di sekolah yang membuat

dia berada di PKBM sekarang. Namun, walaupun hasil drop out dari

Page 23: Kunjungan Studi dan Observasi

sekolahnya dulu Tika masih mempunyai semangat belajar yang tinggi.

Bahkan dia ingin melanjutkan ke perkuliahan. Sempat juga bertanya

tanya tentang UNY kampus kami, walaupun awalnya tidak tau yang dia

tau hanyalah kampus sebelah. Kami sedikit memberi pencerahan

tentang dunia perkuliahan mulai dari biayanya, waktu perkuliahan,

sampai kelulusannya, tak lupa sih memberi sedikit motivasi juga agar

dia makin mantap untuk melanjutkan kuliah. Tika ini orangnya asik

walaupun kami sempat nahan ketawa akibat logat dia yang medhok.

Pukul 21.30 WIB

Setelah sekian lama kami di PKBM, kami akhirnya memutuskan untuk

pamit pulang, sebelum kami pulang kami sempatkan diri untuk

memberikan kenang-kenangan kepada PKBM Sumber Ilmu berupa

plakat dan kami juga sempat berfoto bersama dengan pengalola PKBM

Sumber Ilmu.

Page 24: Kunjungan Studi dan Observasi
Page 25: Kunjungan Studi dan Observasi
Page 26: Kunjungan Studi dan Observasi
Page 27: Kunjungan Studi dan Observasi
Page 28: Kunjungan Studi dan Observasi
Page 29: Kunjungan Studi dan Observasi
Page 30: Kunjungan Studi dan Observasi
Page 31: Kunjungan Studi dan Observasi