lap fix sken b kel b11
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
TUTORIAL REPORT
BLOCK 18
SCENARIO B
GROUP 11
Instructor : dr. Syarif Husin
Tiara Fortuna 04101401001
Anisa Karamina Wardani 04101401003
Lina Damayanti 04101401011
Sarah Veranicha Silaen 04101401012
Sintia Eka Aprilia 04101401028
Ayu Aliyah 04101401030
Putri Natasha Kinski 04101401064
Nadila Ayu Putri 04101401100
Vina Novin Phenomie 04101401111
Venny Soentanto 04101401121
Pervinder Singh 04101401133
Dhatchayiny Chelvam 04101401135
MEDICAL FACULTY OF SRIWIJAYA UNIVERSITY
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya tim penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario B Blok 18 sebagai tugas kompetensi kelompok ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh
karena itu sumbangan pemikiran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan guna perbaikan
dimasa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, tim penyusun banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT.
2. Kedua orang tua yang memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. Syarif Husin selaku tutor kelompok 11
4. Teman-teman sejawat dan seperjuangan.
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua
orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat tidak hanya untuk penulis
tetapi juga untuk orang lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Palembang, 24 April 2013
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ 1
Daftar Isi..................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..........................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................
3
3
BAB II Pembahasan
2.1 Data Praktikum........................................................................
2.2 Skenario...................................................................................
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah.............................................................
II. Identifikasi Masalah........................................................
III. Analisis Masalah..............................................................
IV. Hipotesis..........................................................................
V. Kerangka Konsep.............................................................
VI. Keterbatasan Pengetahuan dan Learning Issues...............
VII. Sintesis..............................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................
4
5
5
5
6
14
15
16
17
33
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Blok “Siklus Hidup” adalah blok 18 pada Semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang
diberikan mengenai anak ketiga Ny. Dahlia, 36 tahun, seorang bayi perempuan yang dilahirkan secara
normal, menangis spontan dengan APGAR Score 6 pada menit ke-1 dan 9 pada menit ke-5 dirujuk oleh
bidan ke RSMH karena tiga jam setelah dilahirkan menjadi hipoaktif dan bernapas merintih. Riwayat
kehamilan Ny. Dahlia full term, dua hari lalu PROM dan terdapat cairan hijau yang berbau. Data
pemeriksaan fisik telah didapatkan dan dilampirkan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran
diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Praktikum
Tutorial 2
Tutor : dr. Syarif Husin
Moderator : Pervinder Singh
Sekretaris Meja : Nadila Ayu Putri
Sekretaris Papan : Sintia Eka Aprilia
Waktu : Senin, 22 April 2013
Rabu, 24 April 2013
Peraturan tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat dengan
cara mengacungkan tangan terlebih dahulu dan apabila telah
dipersilahkan oleh moderator.
3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses
tutorial berlangsung.
4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.
4
I. SKENARIO B BLOK 18 B12
Mrs Dahlia, a 36 years old woman had delivered her third child, a female newborn baby at a private
midwife clinic. The baby was born with normal delivery and cried spontaneously, Apgar score was 6 for
1st minute and 9 for 5th minute. At 3 hours of age, the baby became hypoactive and there was grunting, then
the baby was referred to Mohammad Hoesin Palembang. Mother’s history was taken from the midwife.
She told that Mrs. Dahlia’s pregnancy was full term. The mother had premature rupture of membrane 2
days ago and had bad smell green liquor.
Physical examination
Body weight was 3000 gram, body length was 49 cm, head circumference was 34 cm. The baby was
hypoactive, tachypnoe, and there was no sucking reflex. Respiratory rate was 78 bpm, with chest
indrawing, heart rate was 140 bpm, temperature was 38°C. The breath sound was normal. Other physical
examinations were normal.
I. Klarifikasi Istilah
NO. Istilah-Istilah Klarifikasi
1. Cried Spontaneously Menangis spontan
2. Apgar Score Penilaian yang dilakukan pada bayi pada menit pertama dan
kelima kelahiran mencakup : Apperance , Pulse, Grimace,
Activity, Respiration.
3. Hypoactive Penurunan abnormal dari aktifitas motorik dan kognitif
4. Grunting Pernafasan yg abnormal pendek dan dalam dan terdengar suara
merintih pada saat eksalasi.
5. Full Term Pregnancy Kehamilan cukup bulan ( 37minggu-42minggu)
6. Premature Ruptured of
Membrane
disingkat PROM, kondisi dimana percahnya dari membrane
kantong amnion dan korion sebelum onset persalinan.
7. Bad Smell Green Liquor Cairan amnion yang berbau dan berwarna hijau.
8. Tachypnoe Pernafasan abnormal cepat dan dangkal dengan frekuensi >
5
60x/menit.
9. No sucking reflex Tidak ada reflex menggerakkan, menghisap yang tidak disadari
pada daerah sekitar mulut bayi baru lahir sebagai respon
terhadap rangsangan, dengan cara menyentuhkan jari disekitar
bibir.
10. Chest Indrawing Retraksi dinding dada
II. Identifikasi Masalah
1. Bayi perempuan ( anak ketiga ibu dahlia,36thn) lahir normal dan menangis spontan. Apgar
score menit 1 = 6 dan menit 5 = 9.
2. 3 jam setelah kelahiran bayi menjadi hipoaktif dan timbul grunting.
3. Riwayatpersalinan :
- Kehamilan cukup bulan
- 2 hari yg lalu mengalami PROM dan air ketuban yang berwarna hijau dan berbau.
4. Hasil pemeriksaan fisik :Bayi hipoaktif, takipneu, retraksi dinding dada, no sucking reflex,
RR : 78 bpm, suhu : 38 C
III. Analisis Masalah
1. a. Bagaimana fisiologi pernapasan bayi sesaat setelah dilahirkan?
Alveoli paru janin ketika berada didalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi
mengambil nafas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru akan di absorpsi oleh
jaringan paru. Pada nafas kedua dan berikutnya, udara yg memasuki alveoli bertambah banyak dan
cairan paru akan terus diabsorpsi sehingga seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen.
Selanjutnya terjadi ekspansi paru. Ekspansi paru dan tekanan oksigen alveoli akan menyebabkan
penurunan resistensi vascular paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran
intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah dan diikuti penutupan duktus arteriosus. Pada saat
oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru
menjadi kemerahan.
Nb : Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan
6
jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Jantung Dan Sirkulasi Darah
Masa fetus: vena umbilikalis hati, serambi kiri bilik kiri aorta seluruh tubuh. Bilik
kanan sebagian ke paru, sebagian ke duktus arteriosus aorta seluruh tubuh
Baru lahir: paru berkembang tekanan arteri dalam paru menurun tekanan jantung kiri >
tekanan jantung kanan menutup foramen ovale. Tekanan dalam paru turun+tekanan dalam aorta
desenden naik+rangsangan biokimia (Pa O2 yang naik) duktus arteriousus berobliterasi
b. Bagaimana cara penilaian dan intepretasi apgar score?
Kriteria 0 1 2Activity (tonus otot)
Lumpuh Fleksi tungkai atas dan bawah
Gerakan aktif
Pulse (denyut jantung)
Tidak ada < 100x/min > 100x/min
Grimace (refleks iritabilitas)
Tidak ada respon Meringis Bersin atau batuk, menjauh saat
7
saluran napas distimulasi
Appearance (warna kulit)
Biru - abu-abu atau pucat di seluruh tubuh
Badan merah, kaki dan tangan biru
Seluruh tubuh dan anggota gerak merah
Respiration (pernapasan)
Tidak bernapas Menangis lemah; terdengar seperti merengek atau mendengkur; Lambat, ireguler
Baik, menangis kuat
*Penilaian pada satu menit pertama: total nilai 7 - 10 : bayi dalam kondisi baik (bugar)total nilai 4-6 : bayi mengalami sesak nafas total nilai < 4 : bayi asfiksia perinatal
c. Bagaimana hubungan apgar score dengan (kondisi kehamilan ibu) ?
Apgar Score pada kasus :
Menit ke-1 : 6 , menandakan bayi mengalami sesak napas, kemungkinan disebabkan
oleh aspirasi mekonium yang bisa mengakibatkan bronkopneumonia pada neonatal.
Menit ke-5 : 9, normal, menandakan telah terjadi keberhasilan resusitasi yang
dilakukan pada bayi.
Pada kasus ini, berdasarkan usia kehamilan, bayi ibu Dahlia tergolong bayi cukup bulan (
Appropriate for Gestational Age ). Pada bayi cukup bulan, tidak memiliki kecenderungan untuk
mengalami penyulit seperti yang dialami oleh bayi kurang bulan seperti ketidakstabilan suhu,
kesulitan pernafasan, kelainan gastrointestinal dan nutrisi, imaturitas hati, ginjal, imunologis,
kelainan neurologis, kelainan kardiovaskular, kelainan hematologis, kelainan metabolisme.
Sehingga dalam kasus ini usia bayi ini tidak berhubungan dengan gangguan nafas dan infeksi yg
dialami.
Sedangkan, berat badan bayi 3000gr temasuk Bayi Berat Lahir Cukup (>2500 -4000 gr), sehingga
bisa menyingkirkan diagnosis gangguan nafas dan infeksi karena penyebab BBLR (Berat Bayi
Lahir Rendah).
d.Bagaimana hubungan usia ibu, status paritas dengan kondisi bayinya sekarang?
Usia optimal untuk melahirkan adalah 20-35 tahun. Pada kasus ini, usia Ibu Dahlia adalah
36 tahun yang termasuk kehamilan di usia ekstrem. Kehamilan pada usia ini sangat beresiko baik
pada ibu maupun bayinya. Resiko tersebut bisa berupa timbulnya penyakit kronik seperti
hipertensi dan diabetes mellitus yang menyertai kehamilan, rentan terjadi abnormalitas kromosom
pada bayi, meningkatkan resiko terjadinya BBLR dan penyakit penyerta lain yang mempersulit
8
proses persalinan. Apabila dikaitkan dengan kasus, usia merupakan faktor resiko untuk kejadian
ketuban pecah sebelum waktunya.
Lalu, status paritas ibu yang multipara, telah melahirkan anak ketiga, juga merupakan
faktor resiko terjadinya ketuban pecah sebelum waktunya.
2. a. Apa yang menyebabkan bayi hipoaktif dan grunting?
Keaktifan neonatus dilihat dari posisi dan gerakan tungkai dan lengan. Pada neonatus yang
sehat, posisi ekstremitas adalah dalam keadaan fleksi sedang gerakan tungkai dan lengannya
aktif dan simetris. Etiologi bayi yang menjadi hipoaktif antara lain depresi SSP, suplai
oksigen yang berkurang, infeksi hipermetabolisme.
Grunting atau merintih merupakan tanda dari respiratory distress pada bayi baru lahir
biasanya terjadi bersamaan dengan nasal flaring dan retraksi intercostal atau subcostal. Suara
yang keluar terjadi karena tertutupnya glotis selama ekspirasi yang dapat meningkatkan
tekanan akhir ekspirasi pada paru (end-expiratory pressure) sebagai usaha meningkatkan
oksigenasi pada bayi. Jadi grunting terjadi ketika bayi mengalami gangguan nafas.
b. Bagaimana mekanisme hipoaktif dan grunting?
9
Usia tinggi ekstrim, 36 tahun
Selaput ketuban rentan pecah
PROMAscending Infection
Cairan amnion hijau dan berbau
Terhirup oleh bayiReaksi radang dan konsolidasi di paru
Obstruksi sal napas ↓ Perfusi O2 (terutama perifer
tubuh : otot)↓ Tonus otot Hipoaktif
Grunting
Multiparitas (kehamilan ke-3)
c. Mengapa bayi menjadi hipoaktif dan grunting setelah 3 jam kelahiran sedangkan
apgar score pada menit ke 5 = 9?
Hipoaktif dan grunting merupakan gejala klinis yang muncul akibat infeksi saluran
pernapasan. Timbulnya gejala tersebut memerlukan tahapan proses yang berlangsung selama
beberapa jam setelah dilahirkan. Hal inilah yang menyebabkan gejala seperti hipoaktif dan
grunting tidak langsung muncul saat lahir dan apgar score terhitung normal pada menit ke-5.
3. a. Apa etiologi ketuban pecah dini?
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya atau robeknya selaput ketuban
sebelum persalinan dan biasanya pada pembukaan kurang dari 3 cm atau setelah satu jam pecah
ketuban tidak diikuti tanda persalinan. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari
18 jam sebelum waktunya melahirkan.
Penyebab:
Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
Servik yang inkompetensia
Kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan,
curetage).
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus)
misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor
predisposisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
Keadaan sosial ekonomi
Faktor lain
Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan
termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
10
Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Pada kasus ini, ketuban pecah sebelum waktunya dapat mengakibatkan pneumonia pada neonatus.
Pneumonia yang terjadi melalui plasenta atau pada masa perinatal sering dinamakan pneumonia
bawaan dan sering berhubungan dengan ketuban pecah lama, chorioamnionitis, partus lama,
kelahiran prematur, atau gawat janin.
b. Apa dampak ketuban pecah sebelum waktunya dengan keadaan janin
intrauterine?
Peningkatan morbiditas dan mortalitas janin dalam rahim
Partus kering
Septikemia
Pneumonia
Omfalitis
Komplikasi selama persalinan dan kelahiran yaitu resiko resusitasi
Terbukanya hubungan intra uterin dengan ekstra uterin yang menyebabkan infeksi intra partum
IUFD
Tali pusat menumbung
Prematuritas
Insidens sepsis pada ibu dengan lama ketuban pecah kurang 12 jam adalah 2,7% sedangkan
ketuban pecah lebih 12 jam adalah 5,2%, kasus sepsis paling ditemukan pada persalinan setelah 18
jam ketuban pecah.
c. Apa karakteristik cairan amnion normal?
pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc.
keadaan jernih agak keruh
steril
bau khas, agak manis dan amis
terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama
albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
sirkulasi sekitar 500 cc/jam
d. Apa interpretasi air ketuban berwarna hijau dan berbau?
11
Air ketuban yang bau menandakan bahwa air ketuban telah terinfeksi bakteri, dan
warnanya yang hijau menandakan bahwa air ketuban telah tercampur dengan mekonium.
e. Apa etiologi air ketuban berwarna hijau dan berbau?
Air ketuban berwarna hijau dan keruh terjadi apabila disertai oleh infeksi. Infeksi cairan
ketuban (korioamnionitis) dapat disebabkan oleh:
Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang
intraamnion dengan dunia luar.
Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi
melalui dinding uterus,selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion.
Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui
plasenta (sirkulasi fetomaternal).
Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.
Air ketuban bercampur mekonium, sehingga berwarna hijau :
Infeksi dan kuman yang sering ditemukan adalah Streptococcus, Staphylococcus (gram
positif), E.coli (gram negatif), Bacteroides, Peptococcus (anaerob).
f. Apa efek air ketuban berwarna hijau dan berbau terhadap kondisi bayi?
Efek nya adalah bayi mengalami infeksi yang berujung pada bronkopneumonia, karena
terjadi aspirasi air ketuban yang mengandung bakteri dan tercampur mekonium.Hal ini dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan ibu.
4. a. Apa intepretasi dan mekanisme bayi hipoaktif, takipneu, retraksi dinding dada, no
sucking reflex, RR : 78bpm, suhu : 38?
Hipoaktif
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan.
Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas adalah dalam keadaan flexi, gerakan
tungkai dan lengan aktif dan simetris.
Bila asimetris pikirkan kelumpuhan atau patah tulang
12
Bila diam saja pikirkan depresi sumsum tulang belakang atau akibat obat atau bayi tidur
nyenyak
Pada kasus ini, karena kurangnya suplai O2 ke jaringan otot karena adanya obstruksi jalan nafas
yang disebabkan oleh bronkopneumonia dan karena adanya sepsis sehingga metabolisme tubuh
meningkat, cadangan energi terpakai terus, kedua hal tersebutlah yang menyebabkan bayi Ny.
Dahlia menjadi hipoaktif
Takipneu, RR :78bpm, suhu 38C
Normalnya laju pernapasan pada neonates adalah 30-60 x/menit (rata-rata 35 x/menit
waktu tidur)
Pada kasus, terjadi obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh bronkopneumonia dan terjadi sepsis
yang menyyebabkan pengeluaran interleukin dan sitokin yang akan menyebabkan suhu nenonatus
tinggi, kenaikan 1°C suhu akan menambah 10 frekuensi heart rate, jika HR meningkat maka RR
juga akan meningkat sebagai kompensasi.
No sucking reflex
Refleks rooting: menyentuhkan ujung jari ke arah sudut mulut pasien pasien menengok ke
arah rangsangan berusaha memasukkan ujung jari.
Sucking refleks: kalau ujung jari dimasukkan ±3 cm ke dalam mulut akan dihisap
Refleks rooting dan sucking refleks saraf V, VII, XII
Pada kasus tidak ada refleks ini, bisa jadi karena bayi lemas kekurangan oksigen dan cadangan
energi yang terus menipis, dan bisa jadi karena adanya gangguan saraf V, VII dan XII yang
disebabkan oleh sepsis
(+) chest indrawing
13
Bentuk dada neonatus adalah seperti tong
Pada respirasi normal, dinding dada bergerak bersama dengan dinding perut
Apabila terjadi gangguan pernapasan terlihat pernapasan yang paradoksal dan retraksi pada
inspirasi
Pada kasus ini terjadi karena bayi Ny. Dahlia sangat kekurangan O2
5. Apa DD dari kasus ini?
Diagnosis
Banding
Pneumonia Meconium Aspiration
Syndrome
(MAS)
Sepsis Neonatarum
Faktor Risiko Ketuban pecah
sebelum waktunya
Pada neonatus :
streptococcus grup
B, Respiratory
Sincytial Virus
Respon imun yang
belum berkembang
Infeksi ibu
Bayi aterm /
postterm
Ketuban pecah
sebelum waktunya
Perdarahan
Infeksi pada ibu
Infeksi bakteri
Manifestasi
Klinis
Takipnea yang
meningkat
>60x/menit
( <2bulan)
demam
kejang demam
dyspneu
gelisah
Takipnea yang
menetap
beberapa hari &
minggu
Tampak lesu, denyut
jantung lambat, suhu
tubuh naik turun
Gangguan pernapasan
Kejang
Jaundice
Muntah
Diare
Perut kembung
Sianosis +/- ++ ++
Grunting + + Bayi tiba-tiba sesak
14
Retraksi
dinding dada
+ + Thorax asimetris
Sucking
reflex
- - -
Gambaran
Rontgen
Terdapat infiltrat
dan konsolidasi
paru
Terdapat bercak
infiltrat yang
kasar atau
berkabut
6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan apa pemeriksaan penunjang yg diperlukan?
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik sesuai Kasus :
Ibu:
Ketuban pecah dini 3 hari sebelum persalinan dan cairan ketuban berbau busuk → resiko infeksi
intrauterin karena ketuban pecah > 18 jam dan berbau busuk merupakan factor risiko terjadinya
infeksi intrauterin.
Bayi:
a. Takipneu : kesulitan bernafas akibat terjadinya infeksi pernapasan.
b. Full term : bayi cukup bulan; minggu 37 - 42 kehamilan
c. BB lahir : 3500 gram; normal = 2500 - 4000 g bayi diklasifikasikan sebagai bayi baru
lahir cukup bulan dan sesuai dengan masa kehamilan.
d. Hipoaktif
e. Refleks menghisap (-)
f. Retraksi interkostal, merintih, takipnea → dengan menggunakan Downe’s score, dapat diketahui
bayi ini mengalami distress pernafasan.
g. APGAR score menit 1 = 6 → asfiksia ringan
h. APGAR score menit 5 = 9 → normal
Diagnosis Bronkopneumonia dapat dilakukan dengan :
1. Anamnesis
Demam 39-40o
Pernapasan cepat dan dangkal
15
tanda- tanda sepsis neonatorum.
Sianosis
Gelisah
Pernapasan cuping hidung
Batuk, setelah beberapa hari (batuk kering kemudian menjadi produktif)
2. Pemeriksaan fisik
Pernafasan cuping hidung(+), sianosis, retraksi suprasternal, interkostal, otot
epigastrik.
Suara pernafasan vesikuler menurun disertai ronki basah nyaring halus sampai
sedang.
3. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis : biasanya biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri
(akut). Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus
atau mycoplasma.
Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
Peningkatan LED, tanda infeksi.
4. Pemeriksaan penunjang
Kultur dahak : dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain
kultur dahak, biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat
swab).
Foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu
atau beberapa lobus.
Diagnosis untuk suspek Sepsis :
FIRS/SIRS (Fetal inflammatory response syndrome/ Sindroma respon inflamasi janin).
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan : laju napas > 60 x/menit atau <30 x/menit atau apnea
dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi oksigen, suhu tubuh tidak stabil (< 360C atau > 37,50C),
waktu pengisian kapiler > 3 detik, hitung leukosit < 4.000 x 109/L atau > 34.000 x 109/L.
Terduga/Suspek Sepsis
Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai gejala klinis infeksi.
Terbukti/Proven Sepsis
Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai bakteremia/kultur darah positif.
16
7. Apa diagnosis kerja pada kasus ini?
Jadi, setelah melalui proses anamnesis, pemeriksaan fisik yang telah didapatkan, maka
bayi Ibu Dahlia di diagnosis mengalami respiratory distress et causa suspect broncopneumonia dan
sepsis neonatorum.
8. Bagaimana epidemiologi ( prevalensi) dari kasus ini?
Epidemiologi Pneumonia :
Pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita anak - anak di seluruh dunia yang
secara fundamental berbeda dengan pneumonia pada dewasa. Di RSU Dr Soetomo Surabaya,
jumlah kasus pneumonia meningkat dari tahun-ke tahun. Pada tahun 2003 dirawat sebanyak 190
pasien. Tahun 2004 dirawat sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak pada anak usia kurang
dari 1 tahun (69%). Pada tahun 2005, anak berumur kurang dari 5 tahun yang dirawat sebanyak
547 kasus dengan jumlah terbanyak pada umur pada umur 1-12 bulan sebanyak 337 orang. Kasus
pneumonia di negara berkembang tidak hanya lebih sering didapatkan tetapi juga lebih berat dan
banyak menimbulkan kematian pada anak. Insiden puncak pada umur 1-5 tahun dan menurun
dengan bertambahnya usia anak. Mortalitas diakibatkan oleh bakteremia oleh karena
Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcusaureus, tetapi di negara berkembang juga
berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses perawatan.
Epidemiologi sepsis :
Angka kejadian sepsis di negara yang sedang berkembang masih cukup tinggi (1,8-18/1000)
dibanding dengan negara maju (1-5 pasien / 1000 kelahiran). Pada bayi laki-laki resiko sepsis 2
kali lebih besar dari bayi perempuan. Kejadian sepsis juga meningkat pada BKB dan BBLR. Pada
bayi berat badan lahir amat rendah (<1000 g) kejadian sepsis terjadi pada 26 perseribu kelahiran,
sedangkan bayi dengan berat badan lahir 1000-2000 g angka kejadiannya 8-9 perseribu kelahiran.
Resiko kematian BBLR dengan sepsis lebih tinggi daripada bayi cukup bulan.
9. Apa Etiologi dan Faktor resiko pada kasus ini?
Etiologi Pneumonia
Bakteri yang potensial pathogen diantaranya:
- Streptococcus B
17
- E.Colli
- Streptococcus anaerob
- Spesies bakteroides
Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides
Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
Aspirasi benda asing.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna.
Faktor resiko
Riwayat kelahiran :
Persalinan lama
Persalinan dengan tindakan
Ketuban pecah dini
Air ketuban bau dan kental
Riwayat kehamilan
Infeksi TORCH
Ibu menderita eklampsia
Ibu mempunyai penyakit bawaan
Sepsis Neonatorum
Etiologi : Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti
bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
Faktor resiko :
Early onset sepsis:
› Group B Streptococcus infection selama kehamilan
› Preterm delivery
› Rupture of membranes (placenta tissue)yang terjadi lebih lama dari 24 jam
› Infeksi jaringan plasenta dan cairan amnion (chorioamnionitis)
› Pemerikasaan vagina yang sering selama kehamilan
Late-onset neonatal sepsis
› Peralatan rumah sakit yang terkontaminasi
› Paparan obat obatan beresiko resistensi antibiotic
› Kateter pada pembuluh darah dalam waktu lama
› Dirawat di rumah sakit dalam waktu yang panjang
18
Ketuban pecah 2 hari yang lalu
penyebab terjadinya infeksi asenden
Cairan amnion yang keluar dari selaput ketuban terinfeksi oleh kuman (khususnya bakteri) yang terdapat pada traktus urogenital ibu (misalnya vagina , serviks, dan organ lainnya).
Keadaan pH vagina yang normalnya asam bertolak belakang dengan keadaan cairan amnion yang bersifat alkalis berkembangnya flora normal vagina yang berubah menjadi agen
Cairan ketuban terinfeksi dan mikroorganisme masuk ke dalam saluran nafas janin dan menginfeksi alveoli dan bronki
Terjadi peradangan &konsolidasi jar.paru (bronkopneumoni)bronkopneumonia
Ggn SSP
LetargiReflex hisap burukMenangis lemah kadang-kadang terdengar high pitch cryIrritableKejang
Ggn Kardiovaskular
HipotensiPucat SianosisDinginClummy skin
Ggn Respirasi
TakipneaApneaMerintih Retraksi
Ggn. GI tract
MuntahDiareDistensi abdomenIntoleransi minumWaktu pengosongan lambung yang memanjang
Ggnhematologi
PerdarahanIkterus
septisemia
selanjutnya akan terlihat ggn f(x) organ
tdk ada refleks hisap
nutrisi tdk tercukupi
energi terus dipakai utk bernafas
produksi leukosit meningkat
meningkatkan metabolisme tubuh
penurunan metabolisme terutama sel-sel otot
hipoaktif
10. Bagaimana Patogenesis pada kasus ini?
19
11. Apa Manifestasi klinis dari kasus ini?
Manifestasi klinis pada bayi baru lahir yang menderita pneumonia :
Takipnea
Merintih/grunting
Retraksi
Hipoksemia
Demam. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang
karena demam yang tinggi.
Sianosis di sekitar hidung dan mulut
Anak sangat gelisah
Dispnue
pernafasan cepat dan dangkal pernafasan cuping hidung
Manifestasi klinis pada bayi baru lahir yang menderita Sepsis Neonatorum :
a. Gejala umum : bayi tampak lemah, merintih, keadaan umum memburuk, Suhu tubuh tidak
stabil (< 35,5° C atau > 37,5° C), Laju nadi > 180 x/menit atau < 100 x/menit, Laju nafas
> 60 x/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen,apnea ataulaju nafas < 30x/menit
b. Gejala susunan saraf pusat : letargi, iritable, tremor, hiporefleksi, hipotoni, kejang, apnea
c. Gejala saluran pernapasan : dispnea, takipnea, apnea, sianosis
d. Gejala hematologi : peteki, purpura, perdarahan lain, ikterus, splenomegali
e. Gejala kardiovaskuler : pucat, sianosis, takikardi, hipotensi, edema
Laboratorium : Leukositosis, Leukopenia, Netrofil muda > 10%, Trombositopenia <
100.000 x 109/L), CRP > 10 mg/dl atau 2 SD dari normal
12. Bagaimana tatalaksana dan tindakan preventif pada kasus ini?
a. Terapi Suportif
Pertahankan suhu tubuh bayi tetap stabil bayi di incubator
Beri Vitamin K1 0,5 mg IM
ASI melalui NGT ( Parenteral feeding ) jika respiratory distress sudah
teratasi
Terapi Oksigen intranasal 1-2 liter/menit bila sianosis
20
Terapi Nutrisi, cairan IVDF dekstrose 7,5 % atau 10% 500cc dalam NaCl
15% dengan jumlah yang sesuai
b. Terapi Simptomatif dengan sendirinya mengalami perbaikan setelah
diterapi suportif & kausatif nya.
c. Terapi Kausatif
Pada kasus ini, diberikan terlebih dahulu antibiotik spektrum luas, karena
belum diketahui secara pasti mikroorganisme penyebab infeksi nya.
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari IV dalam 3-4 dosis
Gentamisin 2,5 mg/kgBB/18 jam IV bila BB > 2000 gram
2,5 mg/kgBB/24 jam IV bila BB < 2000 gram
Bila umur > 7 hari berikan tiap 12-18 jam
Lama pemberian antara 7 – 10 hari
Bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, ganti antibiotika dengan ceftazidime
dosis 50mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
Durasi pemberian antibiotik:
Antibiotika untuk sepsis neonatal:
21
Protokol Penatalaksanaan Sepsis Neonatal
13. Apa komplikasi pada kasus ini?
Pneumonia : Empyema, pleuritis, abses paru, bronkiektasis, otitis media akut
Sepsis neonatorum : Meningitis, hydrocephalus, periventricular leukomalacia.
Syok
Kematian
22
14. Apa prognosis pada kasus ini?
Pneumonia : dubia at bonam. Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %.
Sepsis neonatorum : Baik jika terdiagnosis dan terapi lebih dini. Kerusakan neurologis dapar
terjadi 15-30 % dari bayi yang mengalami septic meningitis.
Pada kasus ini, prognosisnya adalah dubia, tergantung dari keefektifan
penanganannya. Namun, bila dilihat dari gejala klinisnya yang dicurigai adanya sepsis, maka
prognosisnya cenderung ke arah buruk. Pada sepsis neonatorum kasus mortalitas pada negara
berkembang adalah 12-68%. Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari waktu
timbulnya penyakit, penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya penyakit, dan tempat
perawatannya. Risiko terjadinya gejala sisa yang besar pada neonatus seperti risiko kerusakan
otak karena meningitis, syok sepsis, dan hipoksemia. Serta kerusakan organ, yaitu paru-paru,
hati, anggota gerak ekstremitas, dan sendi.
15.Apa KDU pada kasus ini?
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta
merujuk ke spesialis yang relevan.
a. Pneumonia : 3A ( bukan kasus gawat darurat)
b. Sepsis neonatorum : 3B ( kasus gawat darurat)
Bayi dapat segera dirujuk jika si bayi memerlukan cardiopulmonary support dan nutrisi
parenteral.
Hipotesis :
Bayi Ibu dahlia lahir spontan dengan riwayat KPSW ,mengalami respiratory distress et causa infeksi
saluran nafas.
23
KERANGKA KONSEP
24
Prolonged Ruptured of Membrane (PROM)
Ascending Infection
Inhalated
Respiratory Distress Neonates Sepsis
Tachycardia, tachypnue, grunting, chest retraction, fever, hypoactive, no sucking reflex
Predisposition factor ( age, maternal history, etc)