laporan akhir tahun penelitian produk terapan

95
i LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN MINI LABORATORIUM IPAL SEBAGAI PROTOTIPE PADA PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM KIMIA SEBAGAI UPAYA PADA PELESTARIAN LINGKUNGAN Tahun ke - 1 dari rencana 3 tahun Dr. Nuniek Herdyastuti, M.Si (NIDN 0010117004) Prof. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si (NIDN 0029127002) Rusmini, M.Si (NIDN 0012067905) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA NOPEMBER – 2017

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

i

LAPORAN AKHIR TAHUN

PENELITIAN PRODUK TERAPAN

MINI LABORATORIUM IPAL SEBAGAI PROTOTIPE PADAPENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM KIMIA SEBAGAI

UPAYA PADA PELESTARIAN LINGKUNGAN

Tahun ke - 1 dari rencana 3 tahun

Dr. Nuniek Herdyastuti, M.Si (NIDN 0010117004)Prof. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si (NIDN 0029127002)

Rusmini, M.Si (NIDN 0012067905)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYANOPEMBER – 2017

Page 2: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

ii

Page 3: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

iii

MINI LABORATORIUM IPAL SEBAGAI PROTOTIPE PADAPENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM KIMIA SEBAGAI

UPAYA PADA PELESTARIAN LINGKUNGAN

Ringkasan

Oleh :

Nuniek Herdyastuti, Rusmini dan Sari Edi Cahyaningrum

Laboratorium disebutkan sebagai salah satu sumber penghasil limbah baik padat, gasatau cair. Limbah organik atau anorganik dengan konsentrasi dan kualitas tertentu dapatberdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga perludilakukan penanganan terhadap limbah. Intensitas kegiatan laboratorium di Jurusan Kimiasangat tinggi baik untuk kegiatan praktikum maupun penelitian bagi mahasiswa dan dosen.Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi, distribusi serta jumlah buangan limbahorganik dan anorganik hasil kegiatan praktikum. Analisis senyawa organik dan anorganikdilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer serapan atom dan voltameter. Hasilidentifikasi buangan logam menunjukkan bahwa terdapat logam berat seperti Cu, Pb, Co, Cr,Fe, Cd, Mg, dan Ag yang terdistribusi hampir di seluruh laboratorium kecuali Hg yang hanyaditemukan di laboratorium Kimia anorganik. Adapun buangan organik yang ditemukanadalah fenol di laboratorium kimia fisika serta asetaldehid, metanol, butanol, fenilhidrazindan asetaldehid di laboratorium kimia organik. Jumlah logam tertingi yang ditemukan adalahCu yaitu sekitar 35 g/L atau hampir 83 % dari jumlah total logam yang terbuang setiap kalipraktikum.

Berdasarkan hasil identifikasi dan distribusi serta analisis jumlah logam dan nonlogam hasil pembuangan di laboratorium maka perlu dilakukan penampungan sertapengolahan lebih lanjut. Diharapkan dari penelitian ini Penelitian ini mempunyai kontribusidengan memberikan masukan kepada pimpinan di FMIPA maupun Unesa tentangpenggunaan laboratorium.

Kata kunci : laboratorium kimia, limbah, limbah organik, dan logam berat

Page 4: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

iv

PRAKATA

Dengan mengucap syukur kehadlirat Allah s.w.t, atas segala Rahmad dan Kemurahan-Nya

penulis dapat menyeleaikan penelitian dengan laporan akhir yang berjudul “Mini

laboratorium IPAL sebagai prototipe pada pengolahan limbah laboratorium kimia

sebagai upaya pada pelestarian lingkungan”.Penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu

pada tahap pertama (Tahun – 1) telah dilakukan identifikasi, distribusi serta analisis jumlah

buangan logam dan non logam hasil kegiatan laboratorium.Pada tahap kedua (Tahun – 2)

dilakukan pengolahan terhadap buangan laboratorium dengan menggunakan adsorben serta

melakukan optimasi pada pengolahan skala laboratorium. Pada Tahun ke 3 akan dilakukan

aplikasi pengolahan limbah di lapangan dan menguji kualitas air hasil pembuangan limbah

terhadap kehidupan biota yang ada disekitarnya.

Penelitian ini memperoleh dana dari Proyek Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia Direktorat Pembinaan Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kementerian

Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun Anggaran 2017 melalui program penelitian

Produk Terapan. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada : Ketua DRPM, Rektor

UNESA, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian UNESA, Ketua Jurusan Kimia UNESA,

serta laboran Kimia yang telah membantu penelitian ini. Harapan kami semoga penelitian ini

dapat membawa manfaat bagi peneliti sendiri khususnya dan dapat memberikan informasi

bagi rekan-rekan peneliti serta instansi.

Surabaya, Nopember 2017

Peneliti

Page 5: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

v

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL iLEMBAR PENGESAHAN .................................................... iiRINGKASAN .................................................... iiiPRAKATA .................................................... ivDAFTAR ISI .................................................... vDAFTAR TABEL .................................................... viDAFTAR GAMBAR .................................................... viiDAFTAR LAMPIRAN .................................................... viiiBAB I PENDAHULUAN .................................................... 11.1 Latar Belakang .................................................... 11.2 Rumusan Masalah .................................................... 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 42.1 Pengertian limbah laboratorium .................................................... 42.2 Macam-macam limbah laboratorium .................................................... 42.3 Cemaran logam berbahaya .................................................... 62.4 Cara pengolahan limbah laboratorium .................................................... 212.5 Langkah-langkah mengurangi limbah

laboratorium .................................................... 27BAB III TUJUAN DAN MANFAATPENELITIAN .................................................... 30BAB IV METODE PENELITIANBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN5.1 Identifikasi limbah di laboratorium5.2 Senyawa logam-logam berat sisapembuangan kegiatan praktikum5.3 Senyawa non logam sisa pembuangankegiatan praktikum5.4 Akibat yang ditimbulkan daripembuangan laboratoriumBAB VI RENCANA TAHAPANSELANJUTNYA

....................................................

....................................................

....................................................

....................................................

....................................................

....................................................

....................................................

313534

36

47

50

54BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................... 55DAFTAR PUSTAKA .................................................... 56LAMPIRAN .................................................... 58

Page 6: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

vi

DAFTAR TABELTabel Halaman

2.1 Sifat-sifat timbal (Pb) ............................................ 85.15.25.35.4

Hasil analisis logam CuHasil analisis logam PbHasil analisis logam AgSenyawa non logam hasil pembuangan dilaboratorium kimia

............................................

............................................

............................................

............................................

373840

48

Page 7: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman2.1 Logam timbal ............................................ 7

2.2

2.32.42.52.62.7

Proses masuknya logam berat ke lingkunganlautDiagram aktivated sludgePrinsip kerja sequential batch reactorDiagram proses control stabilizationDiagram UASBPrototipe pengolahan limbah

............................................

............................................

............................................

............................................

............................................

............................................

132424252526

4.1 Kerangka Operasional Penelitian ............................................ 325.1 Hasil analisis pembuangan logam Cu di

laboratorium kimia ............................................ 375.2 Hasil analisis pembuangan logam Pb di

laboratorium kimia ............................................ 395.3 Hasil analisis pembuangan logam Ag di

laboratorium kimia ............................................ 415.4 Hasil analisis pembuangan logam Fe di

laboratorium kimia ............................................ 415.5

5.6

5.7

Hasil analisis pembuangan logam Cd dilaboratorium kimiaHasil analisis pembuangan logam Cr dilaboratorium kimiaHasil analisis pembuangan logam Co dilaboratorium kimia

............................................

............................................

............................................

42

43

445.8 Hasil analisis pembuangan logam Mg di

laboratorium kimia ............................................ 465.9 Hasil analisis pembuangan logam Hg di

laboratorium kimia ............................................ 475.10 Kurva standar logam Hg yang ditentukan

dengan voltameter ............................................ 485.11 Hasil analisis pembuangan fenol di

laboratorium kimia............................................ 49

5.12 Hasil analisis pembuangan metanol danbutanol di laboratorium kimia

............................................ 50

5.13 Hasil analisis pembuangan fenilhidrasin danasetaldehid di laboratorium kimia

............................................ 50

5.14 Distribusi buangan logam berat dari kegiatandi laboratorium

............................................ 52

Page 8: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Pembuatan kurva standar logam .................................................. 582

3

4

5

6

Perhitungan jumlah logam dari sampelpembuangan di laboratoriumKurva standar non logam denganvoltameterArtikel Publikasi dan sertifikat diSeminar Nasional Kimia (UNY, 14Oktober 2017)Artikel Publikasi di jurnalInternasional (JMES, under review)Lembar pembahasan seminar hasil

..................................................

..................................................

..................................................

..................................................

..................................................

64

68

72

8086

Page 9: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jurusan Kimia merupakan salah satu jurusan yang ada di Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya. Hampir semua jurusan Kimia yang

ada dimanapun selalu identik dengan keberadaan laboratorium didalamnya. Hal ini

dikarenakan beberapa mata kuliah Kimia tidak dapat hanya dijelaskan secara teoritis

tetapi harus dilakukan secara praktis di dalam laboratorium. Selain itu pada kegiatan

praktek di laboratorium dapat memberikan keterampilan motorik dan memberikan nilai

lebih bagi lulusan Kimia. Untuk menunjang kegiatan praktek di laboratorium tersebut

Jurusan Kimia FMIPA – UNESA menyediakan sembilan laboratorium, yaitu :

laboratorium Kimia Dasar, Kimia Sekolah, Kimia Fisika, Kimia Analitik, Anorganik,

Komputasi, Organik, Biokimia dan Instrumen.

Laboratorium disebutkan salah satu sumber penghasil limbah baik padat, gas atau

cair. Limbah merupakan buangan bahan kimia yang telah dipakai, bahan baku kedaluarsa,

atau produk proses di laboratorium seperti sisa spesimen. Limbah organik atau anorganik

dengan konsentrasi dan kualitas tertentu dapat berdampak negatif terhadap lingkungan

terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.

Intensitas kegiatan laboratorium di Jurusan Kimia sangat tinggi baik untuk

kegiatan praktikum maupun penelitian bagi mahasiswa maupun dosen. Selama ini

pembuangan sisa kegiatan praktikum belum dilakukan dengan sebagaimana mestinya

dikarenakan Jurusan Kimia belum mempunyai tempat pembuangan apalagi sistem

pengolahan limbah laboratorium. Hal ini kemungkinan tidak hanya terjadi di Jurusan

kimia tetapi juga di jurusan lainnya yang sangat rentan dengan pembuangan limbah

laboratorium. Laboratorium Jurusan Kimia yang terletak di lantai dua sampai empat

selalu membuang sisa kegiatan praktikum di pembuangan air yang kemudian turun dari

lantai ke lantai dan akan terakumulasi di pembuangan air tanpa melalui treatment apapun.

Salah satu yang cukup mengkhawatirkan adalah saluran air pembuangan pada tiap lantai

tersebut terbuat dari bahan PVC yang tentunya tidak akan tahan apabila setiap saat harus

berinteraksi dengan zat-zat kimia. Hal ini sangat membahayakan keberadaan dan

keberlangsungan baik pada gedung maupun lingkungan yang ada disekitarnya. Limbah

laboratorium yang berupa bahan organik dan anorganik dapat menghasilkan buangan

yang cukup membahayakan. Beberapa reagen yang digunakan banyak yang bersifat asam

Page 10: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

2

seperti asam sulfat, asam nitrat, asam klorida dan lainnya yang tentunya dapat

menyebabkan limbah tersebut mempunya pH asam. Pada laboratorium anorganik dan

analitik diduga banyak menggunakan logam-logam berat yang cukup berbahaya.

Laboratorium organik begitu banyak menggunakan pelarut yang beracun dan berbahaya,

demikian halnya dengan kimia fisika yang juga menggunakan larutan fenol dalam salah

satu judul percobaannya. Reagen ataupun logam-logam berat yang digunakan tersebut

apabila terakumulasi maka dapat membahayakan lingkungan di sekitar Jurusan Kimia

seperti tanah, air dan tanaman. Tanah yang ada disekitar Jurusan Kimia selama ini

merupakan lahan terbuka yang ditanami dengan beraneka tanaman hias atau tanaman

yang dapat dikonsumsi seperti buah dan sayur. Seperti diketahui bahwa FMIPA telah

mencanangkan diri sebagai kampus konservasi, yang berarti FMIPA sangat peduli dan

berupaya pada perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan dan sumber daya alam.

Menurut Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup,

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar, terencana,

yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya kedalam proses

pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi

sekarang dan di masa yang akan datang.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu dilakukan penanganan terhadap

pengolahan limbah sehingga dapat mengurangi pencemaran serta dapat menjaga

kelestarian lingkungan sekitar. Penelitian pada Tahun – 1 dilakukan untuk mengetahui

analisis cemaran logam dan non logam laboratorium dominan yang berbahaya yang

ditimbulkan dari sisa bungan kegiatan praktikum di laboratorium Jurusan Kimia.

Selanjutnya pada Tahun – 2 akan dilakukan pengolahan hasil pembuangan laboratorium

melalui treatment adsorbsi pada skala laboratorium. Pada Tahun – 3 akan dilakukan

pembuatan limbah di jurusan Kimia dan hasil pengolahannya dapat memanfaatkan untuk

kepentingan biota yang ada di sekitarnya.

1.2 Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah distribusi keberadaan buangan logam dan non logam berbahaya yang

dominan hasil kegiatan praktikum di laboratorium Jurusan Kimia

b. Apa sajakah jenis senyawa logam dan non logam yang dominan akibat buangan

limbah kegiatan praktikum di laboratorium di Jurusan Kimia

c. Berapakah jumlah buangan logam dan non logam berbahaya hasil pembuangan

limbah kegiatan praktikum di laboratorium Jurusan Kimia

Page 11: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

3

Penelitian yang direncanakan dalam waktu tiga tahun dilakukan sebagai upaya untuk

mengatasi permasalahan limbah sebagai hasil samping kegiatan praktikum dan penelitian di

laboratorium kimia FMIPA – UNESA. Penanganan limbah yang dilakukan dengan

memisahkan limbah organik dan anorganik dan dilakukan treatment dengan menggunakan

adsorben diharapkan dapat mengatasi persoalan pembuangan limbah yang ada di

laboratorium Kimia.

Page 12: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian limbah laboratorium

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi

baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah

mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya yang dikenal dengan limbah B3

(bahan beracun dan berbahaya). Limbah Laboratorium adalah buangan yang berasal dari

laboratorium, dalam hal ini khususnya adalah laboratorium kimia. Limbah ini dapat berasal

dari bahan kimia, peralatan untuk pekerjaan laboratorium dan lain-lain. Limbah laboratorium

ini mempunyai resiko berbahaya bagi lingkungan dan mahluk hidup. Bila ditinjau secara

kimiawi,limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.

Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan

karakteristik limbah. Karakteristik limbah dipengaruhi oleh ukuran partikel (mikro),

sifatnya dinamis, penyebarannya luas dan berdampak panjang atau lama. Sedangkan

kualitas limbah dipengaruhi oleh volume limbah, kandungan bahan pencemar dan

frekuensi pembuangan limbah.

Sebagai limbah kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari

laboratorium kimia dikarenakan bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan di

laboratorium kimia. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan

kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Beberapa kriteria berbahaya

dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator

dan reduktor, iritasi bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain.

Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan

bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas

yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.

2.2 Macam-macam limbah laboratorium

Berdasarkan wujudnya limbah dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Limbah padat

Limbah padat adalah hasil buangan laboratorium berupa padatan, lumpur, bubur yang

berasal dari sisa kegiatan laboratorium.

Page 13: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

5

2. Limbah cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Jenis-

jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada:

a.Sifat Fisika dan Sifat Agregat

Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat diukur dengan

menggunakan metoda Titrimetrik

b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA

c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol

d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)

e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN

Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3BO3) dengan metoda Titrimetrik

f. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

3. Limbah gas

Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang

mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida,

ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.

Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-

lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan

manusia akan menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan

menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas.

Ada pula limbah yang disebut dengan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau

beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak

atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Yang termasuk

limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan

lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan

penanganan dan pengolahan khusus. Macam-macam limbah B3 diantaranya adalah : (1)

Limbah mudah meledak, (2) limbah mudah terbakar, (3) limbah reaktif, (4) limbah beracun,

(5) limbah penyebab infeksi dan (6) limbah yang bersifat korosif

Page 14: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

6

2.3 Cemaran Logam Berbahaya

A. Perak

Logam perak (Ag) mempunyai sifat yang mengkilap, sangat mudah dibentuk dan

ditempa, memiliki daya hantar listrik dan panas yang tinggi, serta tahan terhadap korosi.

Oleh karena itu, logam perak banyak digunakan secara luas sebagai bahan konduktor

listrik dan panas, serta sebagai perhiasan. Selain itu logam perak juga bersifat fotosensitif

(peka terhadap cahaya) sehingga sering dipakai sebagai bahan dalam proses fotografi,

baik fotografi hitam putih maupun proses radiologi rumah sakit. Dalam proses fotografi

unsur Ag sebagai garam AgBr diemulsikan dalam gelatin yang digunakan pada

pembuatan film. Film dibuat dengan cara melapiskan emulsi tersebut pada plastik atau

kertas sehingga terbentuk kristal AgBr. Film kristal AgBr di dalam kamera jika dikenai

sinar maka akan membentuk gambar. Gambar atau bayangan ini harus diubah menjadi

gambar yang terlihat dengan mencelupkan film ke dalam larutan pengembang. Bagian

film yang tak terkena sinar dapat membentuk bayangan hitam sehingga harus dihilangkan

untuk mendapatkan gambar yang bagus. Agar dalam proses penghilangan ini tidak

melarutkan AgBr yang telah membentuk bayangan, maka bayangan tersebut harus diikat

terlebih dahulu menjadi gambar yang permanen (fixed) dengan cara melekatkan Ag pada

film melalui proses fixing. Fixing merupakan tahapan dalam proses fotografi dimana

perak akan dipindahkan dari film ke dalam larutan pencuci yaitu larutan Na2S2O3 yang

terbentuk sebagai kompleks [Ag(S2O3)23-]. Senyawa kompleks tersebut akan terbuang

bersama air pencucian menjadi air limbah (Shereve, 1967). Limbah yang mengandung

perak sangat berbahaya bila langsung dibuang ke lingkungan. Perak selain termasuk

logam berat, juga merupakan logam beracun yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan manusia. Urutan toksisitas Ag adalah sebagai berikut : Hg2+ > Cd2+ > Ag+ >

Ni2+ > Pb2+ > As3+ > Cr2+ > Sn2+ > Zn2+ (Darmono, 2001). Pencemaran lingkungan oleh

ion Ag(I) menyebabkannya masuk ke dalam rantai makanan, kemudian apabila manusia

mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi ion Ag(I) maka akan terjadi

akumulasi Ag dalam tubuh. Akumulasi perak pada tubuh manusia dapat mengakibatkan

pigmentis yang disebut Argyria. Mengingat bahaya yang ditimbulkanya maka batas

maksimum untuk perak yang diperbolehkan dalam air limbah sangat kecil. Berdasarkan

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.45 tahun

2006 tentang baku mutu TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Prosedure) pencemar

dalam limbah untuk penentuan karakteristik sifat racun, kandungan perak (Ag) yang

diperbolehkan sebesar 5,0 mg/L (Anonim,2006). Mengingat rendahnya batas tersebut

Page 15: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

7

maka penanganan terhadap limbah perak untuk menghilangkan atau menurunkan

konsentrasi perak harus dilakukan sehingga memenuhi syarat untuk dibuang ke

lingkungan. Karena logam perak merupakan logam yang bernilai ekonomis tinggi, maka

pengolahan limbah yang mengandung perak sebaiknya menggunakan metode yang dapat

menghilangkan logam Ag sekaligus dapat mengubahnya menjadi logam perak murni

yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa metode penanganan limbah

perak (Ag) yang telah dikenal antara lain elektrolisis, pengendapan kimia, adsorpsi dan

fotoreduksi. Metode elektrolisis untuk pengambilan perak dari limbah pencuci film

melalui metode pengendapan elektrolitik, menunjukkan hasil yang efektif, praktis, dan

memberikan hasil dengan kemurnian tinggi, tetapi prosesnya relatif mahal. Metode

pengendapan juga cukup efektif, namun memerlukan pereaksi kimia yang mahal, dan

dapat menyebabkan pencemaran lanjutan. Metode penanganan ion Ag yang lain adalah

adsorpsi. Metode ini selain sederhana dan murah juga efektif, tetapi adsorben yang telah

jenuh dengan ion logam dapat menjadi limbah padat yang juga berbahaya.

B. Timbal

Karakteristik dan Sifat Timbal

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut

dengan istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk,

memiliki sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak

timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan

mengkilat dan memiliki bilangan oksidasi +2 (Sunarya, 2007).

Gambar 2.1 Logam Timbal (Pb) (Temple, 2007)

Page 16: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

8

Timbal mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik leleh timbale adalah

1740 C dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati, 2008). Palar (2008)

mengungkapkan bahwa logam Pb pada suhu 500-600 C dapat menguap dan membentuk

oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida (PbO). Beberapa sifat fisika yang dimiliki

timbal ditunjukkan seperti pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Sifat-sifat fisika Timbal (Pb)

Sifat Fisika Timbal Keterangan

Nomor atom 82Densitas (g/cm3) 11,34Titik lebur (C) 327,46Titik didih (C) 1.749Kalor peleburan (kJ/mol) 4,77Kalor penguapan (kJ/mol) 179,5Kapasitas pada 25C (J/mol.K) 26,65Konduktivitas termal pada 300K (W/m K) 35,5Ekspansi termal 25C (µm/ m K) 28,9Kekerasan (skala Brinell=Mpa) 38,6

Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup

karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu

lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981). Pb dapat mencemari udara,

air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Masuknya Pb ke tubuh manusia dapat

melalui makanan dari tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia seperti padi, teh dan

sayur-sayuran. Logam Pb terdapat di perairan baik secara alamiah maupun sebagai

dampak dari aktivitas manusia. Logam ini masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di

udara dengan bantuan air hujan. Selain itu, proses korofikasi dari batuan mineral juga

merupakan salah satu jalur masuknya sumber Pb ke perairan (Palar, 1994). Timbal secara

alami terdapat sebagai timbal sulfida, timbal karbonat, timbal sulfat dan timbal

klorofosfat (Faust & Aly, 1981). Kandungan Pb dari beberapa batuan kerak bumi sangat

beragam. Batuan eruptif seperti granit dan riolit memiliki kandungan Pb kurang lebih 200

ppm. Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk dan

terakumulasi dalam tubuh manusia ataupun hewan, sehingga bahayanya terhadap tubuh

semakin meningkat (Kusnoputranto, 2006). Menurut Underwood dan Shuttle (1999), Pb

Page 17: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

9

biasanya dianggap sebagai racun yang bersifat akumulatif dan akumulasinya tergantung

levelnya. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada ternak jika terdapat pada

jumlah di atas batas ambang. Lebih lanjut Underwood dan Shuttle (1999) mencantumkan

batas ambang untuk ternak unggas dalam pakannya, yaitu: batas ambang normal sebesar

1 – 10 ppm, batas ambang tinggi sebesar 20 – 200 ppm dan batas ambang toksik sebesar

lebih dari 200 ppm. Timbal (Pb) menurut Lu (1995) dapat diserap dari usus dengan

sistem transport aktif. Transport aktif melibatkan carrier untuk memindahkan molekul

melalui membran berdasarkan perbedaan kadar atau jika molekul tersebut merupakan ion.

Pada saat terjadi perbedaan muatan transport, maka terjadi pengikatan dan membutuhkan

energi untuk metabolisme (Rahde, 1991).

Toksisitas Logam Timbal

Berdasarkan toksisitasnya, logam berat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:

1. Hg, Cd, Pb, As, Cu dan Zn yang mempunyai sifat toksik yang tinggi,

2. Cr, Ni dan Co yang mempunyai sifat toksik menengah

3. Mn dan Fe yang mempunyai sifat toksik rendah

(Connel and Miller, 1995)

Toksisitas logam berat sangat dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi

lingkungan. Beberapa kasus kondisi lingkungan tersebut dapat mengubah laju absorbsi

logam dan mengubah kondisi fisiologis yang mengakibatkan berbahayanya pengaruh

logam. Akumulasi logam berat Pb pada tubuh manusia yang terjadi secara terus menerus

dapat mengakibatkan anemia, kemandulan, penyakit ginjal, kerusakan syaraf dan

kematian. Timbal dalam bentuk anorganik dan organik memiliki toksitas yang sama pada

manusia. Misalnya pada bentuk organik seperti tetraetil-timbal dan tetrametiltimbal (TEL

dan TML). Timbal dalam tubuh dapat menghambat aktivitas kerja enzim. Namun yang

paling berbahaya adalah toksitas timbal yang disebabkan oleh gangguan absorbsi kalsium

(Ca). Hal ini menyebabkan terjadinya penarikan deposit timbal dari tulang tersebut

(Darmono, 2001). Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif sehingga

mekanisme toksitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya, yaitu

sebagai berikut :

a) Sistem hemopoeitik: timbal akan mengahambat sistem pembentukan hemoglobin

sehingga menyebabkan anemia

b) Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan enselfalopati dan gejala

gangguan saraf perifer

Page 18: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

10

c) Sistem ginjal : dapat menyebabkan aminoasiduria, fostfaturia, gluksoria, nefropati,

fibrosis dan atrofi glomerular

d) Sistem gastro-intestinal: dapat menyebabkan kolik dan konstipasi

e) Sistem kardiovaskular: menyebabkan peningkatan permeabelitas kapiler

pembuluh darah

f) Sistem reproduksi: dapat menyebabkan kematian janin pada wanita dan

hipospermi dan teratospermia (Darmono, 2001).

g) Di perairan, timbal ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan

timbal cukup rendah sehingga kadar timbal dalam air relatif sedikit. Bahan bakar

yang mengandung timbal juga memberikan kontribusi yang berarti bagi

keberadaan timbal dalam air (Effendi, 2003).

Timbal (Pb) Pada Tanaman

Kerusakan karena pencemaran dapat terjadi karena adanya akumulasi bahan toksik dalam

tubuh tumbuhan, perubahan pH, peningkatan atau penurunan aktivitas enzim, rendahnya

kandungan asam askorbat di daun, tertekannya fotosintesis, peningkatan respirasi,

produksi bahan kering rendah, perubahan permeabilitas, terganggunya keseimbangan air

dan penurunan kesuburannya dalam waktu yang lama. Gangguan metabolisme

berkembang menjadi kerusakan kronis dengan konsekuensi tak beraturan. Tumbuhan

akan berkurang produktivitasnya dan kualitas hasilnya juga rendah (Sitompul dan Guritno,

1995). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencemaran mengakibatkan menurunnya

pertumbuhan dan produksi tanaman serta diikuti dengan gejala yang tampak (visible

symptoms). Kerusakan tanaman karena pencemaran berawal dari tingkat biokimia

(gangguan proses fotosintesis, respirasi, serta biosintesis protein dan lemak), selanjutnya

tingkat ultrastruktural (disorganisasi sel membran), kemudian tingkat sel (dinding sel,

mesofil, pecahnya inti sel) dan diakhiri dengan terlihatnya gejala pada jaringan daun

seperti klorosis dan nekrosis (Malhotra and Khan, 1984 dalam Treshow, 1989).

Menurut Lepp (1981) timbal (Pb), yang diserap oleh tanaman akan memberikan

efek buruk apabila kepekatannya berlebihan. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain

dengan adanya penurunan pertumbuhan dan produktivitas tanaman serta kematian.

Penurunan pertumbuhan dan produktivitas pada banyak kasus menyebabkan tanaman

menjadi kerdil dan klorosis. Kepekaan logam berat pada daun memperlihatkan batas

toksisitas terhadap tanaman yang berbeda-beda. Toksisitas timah hitam menyebabkan

suatu mekanisme yang melibatkan klorofil. Pelepasan timah hitam ke dalam sitoplasma

akan menghambat dua enzim yaitu Asam Delta Amino Levulenat Dehidratase (ALAD)

Page 19: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

11

dan Profobilinogenase yang terlibat dalam biogenesis klorofil. Penelitian Sembiring dan

Sulistyawati (2006), menunjukkan terjadi penurunan kadar klorofil pada daun Swietenia

macrophylla yang terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar Pb. Perubahan kandungan

klorofil akibat meningkatnya konsentrasi Pb terkait dengan rusaknya struktur kloroplas.

Pembentukan struktur kloroplas sangat dipengaruhi oleh nutrisi mineral seperti Mg dan

Fe. Masuknya logam berat secara berlebihan dalam tumbuhan, misalnya logam berat Pb

akan mengurangi asupan Mg dan Fe sehingga menyebabkan perubahan pada volume

dan jumlah kloroplas (Kovacs, 1992).

C. Merkuri

Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta

mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) dapat larut dalam asam sulfat atau asam

nitrit, tetapi tahan terhadap basa. Hg memiliki titik didih 356,6ºC. Hg mudah membentuk

alloy amalgama dengan logam lainnya, seperti emas (Au), perak (Ag), platinum (Pt), dan

tin (Sn). Garam merkuri yang penting antara lain HgC12 yang bersifat sangat toksik.

Hg2C12 digunakan dalam bidang kesehatan, Hg(ONC)2 digunakan sebagai bahan detonator

yang eksplosif, sedangkan HgS digunakan pigmen cat berwarna merah terang dan bahan

antiseptik (Widowati dkk, 2008). Berbagai produk yang mengandung Hg diantaranya

adalah bola lampu, penambal gigi, dan termometer. Hg di gunakan dalam kegiatan

penambang emas, produksi gas klor dan soda kaustik, serta dalam industri pulp, kertas

dan baterai. Merkuri dengan klor, belerang, atau oksigen akan membentuk garam yang

digunakan dalam pembuatan krim pemutih dan krim antiseptik. Logam tersebut digunakan

secara luas untuk mengekstrak emas (Au) dari bijihnya. Ketika Hg dicampur dengan bijih

emas, Hg akan membentuk amalgama dengan emas (Au) dan perak (Ag). Amalgama

tersebut harus dibakar untuk menguapkan merkuri guna menangkap dan memisahkan

butir-butir emas dari butir-butir batuan. Hg bersifat sangat toksik sehingga penggunaan Hg

dalam berbagai industri sebaiknya dikurangi, termasuk dalam industri farmasai, kedokteran

gigi, industri pertanian, industri baterai, dan lampu fluorecence (Widowati et al, 2008).

Merkuri anorganik adalah logam murni yang berbentuk cair pada suhu kamar

25ºC, sehingga mudah menguap. Uap merkuri dapat menimbulkan efek samping yang

sangat merugikan bagi kesehatan. Di antara sesama senyawa merkuri anorganik, uap

logam merkuri (Hg), merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena uap

merkuri tidak terlihat dan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan yang

dilakukan (Palar, 2008). Pada saat terpapar oleh logam merkuri sekitar 80% dari logam

Page 20: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

12

merkuri akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur pernafasan untuk kemudian

ditrasfer ke dalam darah. Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan

oleh enzim hidrogen peroksida katalese sehingga berubah menjadi ion Hg2+. Ion merkuri

ini selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah. Logam ini juga

terserap dan akan menumpuk pada ginjal dan hati. Namun demikian penumpukan yang

terjadi pada organ ginjal dan hati masih dapat dikeluarkan bersama urine dan sebagian

akan menumpuk pada empedu. (Palar, 2008). Contoh senyawa-senyawa merkuri organik

adalah senyawa alkil-merkuri, sekitar 80% dari peristiwa keracunan merkuri bersumber

dari senyawa-senyawa alkil-merkuri. Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak

digunakan terutama di kawasan negara negara sedang berkembang metil merkuri khlorida

(CH3HgCl) dan etil khlorida (C2H5HgCl). Senyawa-senyawa tersebut di gunakan sebagai

pestisida dalam bidang pertanian. Beberapa bentuk senyawa alkil-merkuri lainnya cukup

banyak digunakan sebagai katalis dalam industri kimia. (Palar, 2008). Keracunan yang

bersumber dari senyawa ini adalah melalui pernafasan. Peristiwa keracunan melalui jalur

pernafasan tersebut lebih disebabkan karena senyawa senyawa alkil-merkuri terutama yang

mempunyi rantai pendek sangat mudah menguap. Uap merkuri yang masuk bersama jalur

pernapasan akan mengisi ruang-ruang dari paru-paru dan berikatan dengan darah. Di

samping itu, senyawa organik merkuri lainnya seperti metil merkuri, juga merupakan

penyebab keracunan merkuri yang besar, lebih dari 95% metil merkuri yang masuk ke

dalam tubuh akan ditranportasi dalam sel darah merah utuk diedarkan keseluruh jaringan

tubuh. Sejumlah kecil lainnya terakumulasi dalam plasma protein. Akumulasi paling tinggi

ditemukan pada bagian cortex dan cerellum yaitu merupakan bagian-bagian dari organ

otak. Lebih lanjut hanya sekitar 10% dari merkuri tersebut yang ditemukan dalam sel otak.

(Palar, 2008).

Pencemaran Merkuri (Hg)

Sumber pencemaran Hg yaitu dari kegiatan alam dan industri. Secara almiah,

pencemaran Hg berasal dari kegiatan gunung api atau rembesan air tanah yang melewati

deposit Hg. Keberadaan Hg dari alam dan masuk ke suatu tatanan lingkungan tidak akan

menimbulkan efek (Widowati et, al 2008). Salah satu penyebab pencemaran lingkungan

oleh Hg adalah pembuangan tailing pengolahan emas yang diolah secara amalgamasi, di

mana Hg mengalami perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan,

sehingga sebagian Hg akan membentuk almagam dengan logam-logam (Au, Ag, Pt) dan

sebagian hilang dalam proses (Herman, 2006 dalam Widowati et al, 2008). Tersebarnya

Page 21: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

13

logam berat Hg di tanah, perairan ataupun udara bisa melalui berbagai jalur, seperti

pembuangan limbah industri secara langsung, baik limbah padat maupun limbah cair

yang dibuang ke tanah, udara, dan air. Dapat di lihat pada Gambar. 2.2 proses yang

terjadi bila logam berat masuk ke lingkungan laut (EPA, 1973 Destiany, 2007 dalam

Yuniar, 2009).

Gambar 2.2 Proses masuknya logam berat ke lingkungan laut

Zat Pencemar

Masuk keekosistem laut

Dipekatkan oleh

Proses Biologis

Diserap olehikan

Avertebrata

Diserap olehplankton nabati

Diserap oleh rumputlaut dan tumbuhan

Plankton hewani

Ikan dan mamalia

Page 22: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

14

Menurut Widowati et, al (2008) Logam merkuri (Hg) pada kerak bumi sebesar

0.08 mg/kg banyak tertimbun di daerah penambangan. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan

dalam bentuk unsur merkuri (Hgº), merkuri monovalen (Hg+1), dan bivalen (Hg+2).

Apabila masuk ke dalam perairan, merkuri mudah berikatan dengan klor yang ada dalam

air laut dan membentuk ikatan HgCl. Dalam bentuk tersebut, Hg mudah masuk ke dalam

plankton dan bisa berpindah ke biota laut lain. Merkuri anorganik (HgCl) akan berubah

menjadi merkuri organik metil merkuri (CH3Hg) oleh peran mikroorganisme yang terjadi

pada sedimen di dasar perairan, merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon berbentuk

senyawa organo-merkuri. Senyawa organomerkuri yang paling umum adalah metil

merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan tanah. Mikroorganisme

kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi merkuri dalam ikan meningkat.

Pengaruh merkuri terhadap kesehatan manusia dapat diurai sebagai berikut:

a. Pengaruh terhadap fisiologis.

Pengaruh toksisitas merkuri terutama pada Sistem Saluran Pencernaan (SSP) dan

ginjal terutama akibat merkuri terakumulasi. Jangka waktu, intensitas dan jalur

paparan serta bentuk merkuri sangat berpengaruh terhadap sistem yang dipengaruhi.

Orgam utama yang terkena pada paparan kronik oleh elemen merkuri dan

organomerkuri adalah SSP. Sedangkan garam merkuri akan berpengaruh terhadap

kerusakan ginjal. Keracunan akut oleh elemen merkuri yan terhisap mempunyai efek

terhadap system pernafasan sedang garam merkuri yang tertelan akan berpengaruh

terhadap SSP, efek terhapap sistem cardiovaskuler merupakan efek sekunder.

b. Pengaruh terhadap sistem syaraf.

Merkuri yang berpengaruh terhadap system syaraf merupakan akibat pemajanan uap

elemen merkuri dan metil merkuri karena senyawanya ini mampu menembus blood

brain barrier dan dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible sehingga

mengakibatkan kelumpuhan permanen. Metil merkuri yang masuk ke dalam saluran

pencernaan akan memperlambat SSP yang mungkin tidak dirasakan pada pemajanan

setelah beberapa bulan sebagai gejala pertama sering tidak spesifik seperti malas,

pandangan kabur atau pendengaran hilang (ketulian)

c. Pengaruh terhadap ginjal.

Apabila terjadi akumulasi pada ginjal yang mengakibatkan oleh masuknya garam

inorganik atau phenylmercury SSP akan menyebabkan naiknya permiabilitas epitel

tubulus sehingga akan menurunkan kemampuan fungsi ginjal (disfungsi ginjal).

Pajanan melalui uap merkuri atau garam merkuri melalui saluran pernafasan juga

Page 23: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

15

mengakibatkan kegagalan ginjal karena terjadi proteinuria atau nephrotik sindrom dan

tubular nekrosis akut.

d. Pengaruh terhadap pertumbuhan

Terutama pad bayi dan ibu yang terpajan oleh metil merkuri dari hasil studi

membuktikan ada kaitan yang signifikan bayi yang dilahirkan dari ibu yang makan

gandum yang diberi fungisida, maka bayi yang dilahirkan mengalami gangguan

kerusakan otak yaitu retardasi mental, tuli, penciutan lapangan pandang, microcephaly,

cerebral palsy, ataxia, buta dan gangguan menelan.

D. Kadmium

Logam Kadmium (Cd) merupakan logam yang bernomor atom 48 dan massa

atom 112,41. Logam ini termasuk dalam logam transisi pada periode V dalam tabel

periodik. Logam Cd dikenal sebagai unsur chalcophile, jadi cenderung ditemukan dalam

deposit sulfida (Manahan, 2001). Di perairan umumnya Cd hadir dalam bentuk ion-

ionnya yang terhidrasi, garam-garam klorida, terkomplekskan dengan ligan anorganik

atau membentuk kompleks dengan ligan organik (Weiner,2008).

Pada umumnya di air permukaan, baik Cd terlarut maupun partikulatnya secara

rutin dapat terdeteksi. Koefisien distribusi Cd partikulat/Cd terlarut pada perairan sungai

di dunia berkisar dari 104 sampai 105. Fluks input antropogenik secara global per tahun

jauh melebihi emisi Cd dari sumber alamiahnya seperti kegiatan gunung berapi,

Windborne soil particles, garam-garam dari laut dan partikel biogenik sampai dengan

satu tingkatan magnitude (Csuros and Csuros,2002). Diperkirakan 1.000 ton Cd

dilepaskan per tahun ke atmosfer dari smelters dan pabrik-pabrik yang mengolah Cd.

Pelepasan Cd ke dalam perairan alamiah sebagian besar berasal dari industri galvanik,

sumber lain polusi Cd adalah industri batrei, pupuk dan fungisida yang mengandung Cd

dan Zn juga merupakan sumber potensial polusi kedua logam ini (Allen et al., 1998).

Kadmium (Cd) merupakan logam yang bersifat kronis dan pada manusia

biasanya terakumulasi dalam ginjal. Keracunan Cd dalam waktu yang lama

membahayakan kesehatan paru-paru, tulang, hati, kelenjar reproduksi dan ginjal. Logam

ini juga bersifat neurotoksin yang menimbulkan dampak rusaknya indera penciuman

(Anwar,1996).

Page 24: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

16

E. Tembaga (Cu)

Tembaga yang dilambangkan Cu adalah logam dengan nomor atom 29, massa

atom 63,546, titik lebur 1083 °C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A° dan jari-

jari ion Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi (golongan I B) yang berwarna

kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi makhluk

hidup. Pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan perkembangan industri.

Pencemaran logam berat di lingkungan dikarenakan tingkat keracunannya yang

sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup. Pada konsentrasi yang

sedemikian rendah saja efek ion logam berat dapat berpengaruh langsung hingga

terakumulasi pada rantai makanan. Logam berat dapat mengganggu kehidupan biota

dalam lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia

(Suhendrayatna, 2001). Logam Cu dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan,

apakah itu pada strata perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer). Tembaga

yang masuk ke dalam strata lingkungan dapat datang dari bermacam-macam sumber.

Tetapi sumber–sumber masukan logam Cu ke dalam strata lingkungan yang umum

dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan rumah

tangga dan dari pembakaran serta mobilitas bahan-bahan bakar (Palar, 1994). Logam

Cu yang masuk ke dalam tatanan lingkungan perairan dapat terjadi secara alamiah

maupun sebagai efek samping dari kegiatan manusia. Secara alamiah Cu masuk ke

dalam perairan dari peristiwa erosi, pengikisan batuan ataupun dari atmosfer yang

dibawa turun oleh air hujan. Sedangkan dari aktifitas manusia seperti kegiatan industri,

pertambangan Cu, maupun industri galangan kapal beserta kegiatan di pelabuhan

merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu

dalam perairan (Palar, 1994).

Logam Cu termasuk logam berat essensial, jadi meskipun beracun tetapi

sangat dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil. Toksisitas yang dimiliki Cu baru

akan bekerja bila telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah yang besar

atau melebihi nilai toleransi organisme terkait (Palar, 1994). Connel dan Miller (1995)

menyatakan bahwa Cu merupakan logam essensial yang jika berada dalam

konsentrasi rendah dapat merangsang pertumbuhan organisme sedangkan dalam

konsetrasi yang tinggi dapat 11 menjadi penghambat. Selanjutnya oleh Palar (1994)

dinyatakan bahwa biota perairan sangat peka terhadap kelebihan Cu dalam perairan

sebagai tempat hidupnya. Konsentrasi Cu terlarut yang mencapai 0,01 ppm akan

menyebabkan kematian bagi fitoplankton. Dalam tenggang waktu 96 jam biota yang

Page 25: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

17

tergolong dalam Mollusca akan mengalami kematian bila Cu yang terlarut dalam

badan air berada pada kisaran 0,16 sampai 0,5 ppm. Tembaga adalah logam yang

secara jelas mengalami proses akumulasi dalam tubuh hewan seiring dengan

pertambahan umurnya, dan ginjal merupakan bagian tubuh ikan yang paling banyak

terdapat akumulasi Tembaga. Paparan Tembaga dalam waktu yang lama pada

manusia akan menyebabkan terjadinya akumulasi bahan-bahan kimia dalam tubuh

manusia yang dalam periode waktu tertentu akan menyebabkan munculnya efek yang

merugikan kesehatan penduduk (Widowati, 2008). Gejala yang timbul pada manusia

yang keracunan Cu akut adalah mual, muntah, sakit perut, hemolisis, netrofisis,

kejang, dan akhirnya mati.Pada keracunan kronis, Cu tertimbun dalam hati dan

menyebabkan hemolisis. Hemolisis terjadi karena tertimbunnya H2O2 dalam sel darah

merah sehingga terjadi oksidasi dari lapisan sel yang mengakibatkan sel menjadi

pecah. Defisiensi suhu dapat menyebabkan anemia dan pertumbuhan terhambat

(Darmono, 2005).

F. Kromium (Cr)

Kromium atau dilambangkan Cr merupakan unsur kimia golongan 6 (VIB)

dari tabel periodik. Merupakan logam baja abu-abu yang keras yang mengkilat dan

digunakan dalam paduan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan terhadap

korosi. Kromium ditemukan tahun 1797 oleh kimiawan Perancis Nicolas-Louis

Vauquelin dan diisolasi sebagai logam setahun kemudian; kromium dinamai

berdasarkan senyawa warna-warninya tersebut. Warna hijau zamrud, serpentin, dan

krom mika, warna merah ruby adalah karena terdapatnya sejumlah kecil kromium.

Nama kromium sendiri berasal dari Chromos (bahasa Yunani) yang berarti "warna".

Kromium adalah elemen yang relatif melimpah di kerak bumi; kromium dalam

bentuk logam bebas tidak pernah ditemukan di alam. Kebanyakan bijih terdiri dari

mineral kromit dengan formula ideal FeCr2O4. Kromium merupakan logam putih,

keras, berkilau, rapuh dan sangat tahan terhadap reagen korosif biasa ; resistensi ini

sangat berguna untuk digunakan secara luas sebagai lapisan pelindung. Pada suhu

tinggi kromium bersatu langsung dengan halogen atau dengan sulfur, silikon, boron,

nitrogen karbon atau oksigen. Kromium alami terdiri campuran empat isotop stabil,

yaitu kromium-52 (83,76%), kromium-53 (9,55%), kromium-50 (4,31%) dan

kromium-54 (2,38%). Kromium merupakan logam paramagnetik dan berada dalam

dua bentuk yaitu : tubuh berpusat kubik (alpha) dan heksagonal - padat (beta). Pada

Page 26: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

18

suhu kamar, kromium secara perlahan larut dalam klorida dan asam sulfat encer.

Mempunyai bilangan oksidasi yang umum +6, +3 dan +2 yang sering ditemukan

sebagai ion kromat, Cr2O4- dan dikromat Cr2O72-. Ion-ion tersebut membentuk

serangkaian garam yang penting dalam industri seperti Na2CrO4 atau Na2Cr2O7 yang

digunakan dalam penyamakan kulit, pelapisan permukaan logam atau katalis.

Senyawa kromium lain dengan oksigen yang dapat membentuk kromium oksida atau

oksida kromat, Cr2O3 merupakan bubuk hijau yang digunakan secara luas sebagai

pigmen (Guignet yang hijau), serta ketahanan terhadap reaksi dan panas.

Logam berat kromium (Cr) diketahui berbahaya bagi kesehatan

manusia. Kromium merupakan logam transisi golongan VI B yang dapat memiliki

tingkat valensi yang bervariasi antara -2 dan +6 (Bramandita, 2009). Pada kadar yang

rendah, kromium tergolong logam esensial bagi manusia yang berguna terutama

dalam metabolisme karbohidrat karena bersama-sama dengan insulin menjaga kadar

gula darah. Kekurangan kromium dapat mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak

dan protein serta mengganggu pertumbuhan (Kusnoputranto,1996 dalam Bramandita,

2009). Namun, kromium pada jumlah yang tinggi dapat menyebabkan reaksi alergi,

peradangan, keracunan, kerusakan organ tubuh, penyakit kanker bahkan kematian

(King, 1994 dalam Bramandita, 2009).

Kromium banyak digunakan oleh berbagai macam industri, salah satunya

adalah industri tekstil. Industri tekstil merupakan industri yang mengolah

serat menjadi bahan pakaian dengan kromium sebagai zat pengoksidasi pada proses

penyempurnaan tekstil. Karena itu pula limbah cair dari industri tekstil mengandung

kromium dengan konsentrasi tinggi. Limbah tersebut dapat membahayakan

lingkungan karena kromium, terutama kromium heksavalen merupakan jenis bahan

berbahaya dan beracun (B3) (Wahyuadi, 2004 dalam Bramandita, 2009). Dalam

lingkungan hidup, kromium ditemukan dalam bentuk kromium logam, bivalen,

trivalen dan heksavalen. Kromium logam memilki massa jenis (20 C) sebesar 7,19

g/cm3 , titik leleh sebesar 1875C, titik didih sebesar 2658C dan tergolong logam

yang mengkilap, keras serta tahan karat sehingga sering digunakan sebagai pelindung

logam lain.

Logam kromium larut dalam asam klorida encer atau pekat. Jika tidak

terkena udara, akan terbentuk ion-ion kromium (II) atau kromium bivalen. Kromium

bivalen termasuk senyawa pereduksi kuat. Dengan adanya oksigen dari atmosfer,

Page 27: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

19

kromium sebagian atau seluruhnya menjadi teroksidasi ke dalam trivalen. Dalam

bentuk heksavalen, kromium terdapat sebagai CrO4- dan Cr2O72-, sedangkan bentuk

trivalen terdapat sebagai Cr3+, [Cr(OH)]2+, [Cr(OH)2] + dan [Cr(OH)4] - (Clesceri, et

al., 1998 dalam Bramandita, 2009).

Dalam sistem biologis, kromium trivalen termasuk logam esensial bagi

manusia (Massaro, 1997 dalam Bramandita, 2009). Dalam dosis 20 - 50 µg per 100 g

bobot badan, kromium memiliki fungsi yang baik dalam metabolisme karbohidrat,

metabolisme lipid, sintesis protein dan metabolisme asam nukleat (Mertz, 1987 dalam

Bramandita, 2009). Dalam metabolisme karbohidrat, kromium memiliki fungsi

mempengaruhi kemampuan reseptor insulin dalam berinteraksi dengan insulin

sehingga insulin dapat aktif bekerja mengatur kadar gula darah. Insulin yang aktif

akan meningkatkan pengambilan glukosa yang kemudian terolah menjadi lemak.

Dalam sintesis protein, keberadaan kromium mempengaruhi pembentukan asam

amino glisin, serin dan metionin. Peranan kromium dalam metabolisme asam nukleat

mampu berikatan dengan asam nukleat, dapat melindungi RNA dari denaturasi oleh

panas dan dapat menjaga struktur tertier asam nukleat. Kekurangan kromium trivalen

dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan kerja hormon insulin yang kemudian

dapat menimbulkan penyakit diabetes melitus, hiperglisemia dan glukosoria yang

menyebabkan penurunan bobot badan, kadar asam lemak tinggi, gangguan proses

pernafasan dan kelainan pada metabolisme nitrogen (King, 1994 dalam Bramandita,

2009).

Selain digolongkan sebagai logam esensial, kromium juga digolongkan

dalam kelompok logam berat dengan sifat sangat beracun dan dalam kelompok

senyawa yang karsinogen terhadap manusia. Keracunan oleh kromium menyebabkan

gangguan kesehatan yang tidak dapat pulih dalam waktu singkat.

Dampak Pencemaran Kromium

Kromium termasuk dalam jenis logam berat yang sangat toksik. Sehingga

keberadaan senyawa kromium dilingkungan harus mendapat perhatian yang serius.

Kromium merupakan ion logam yang bersifat racun baik bagi manusia maupun bagi

kehidupan mahluk hidup lainnya (ikan). Studi epidemiologi yang dilakukan oleh

Baetjer, et al. (EPA, 1984) menunjukkan bahwa senyawa Cr (VI) sangat reponsif

terhadap neoplasia saluran pernafasan. Senyawa ini juga dapat menyebabkan kanker

lokal pada organ tubuh tikus dan kelinci yang terpapar senyawa kromium. Senyawa

Page 28: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

20

Cr (VI) dapat menyebabkan terjadinya mutagen yang pada akhirnya berpengaruh

langsung pada asam deoksiribo nukleat (DNA) sehingga sel mahluk hidup akan

berubah (Sukenjah, 2006). Hasil penelitian Jalius (2008) menunjukkan terjadi

perbedaan metabolisme ion Cr3+ dan Cr6+. Perbedaan tersebut tergantung pada jenis

atau spesies hewan yang dimasuki oleh ion-ion logam tersebut. Tingkat keracunan

lebih kuat ion-ion Cr6+ dibandingkan dengan ion-ion Cr3+. Logam Cr yang masuk ke

dalam tubuh akan ikut dalam proses fisiologis atau metabolisme tubuh. Logam Cr

akan berintraksi dengan bermacam-macam unsur biologis yang terdapat dalam tubuh.

Interaksi yang terjadi antara Cr dengan unsur-unsur biologis tubuh, dapat

menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi tertentu yang bekerja dalam proses

metabolisme tubuh. Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul rendah, seperti

yang terdapat dalam sel darah rendah dapat melarutkan Cr dan seterusnya ikut

terbawa ke seluruh tubuh bersama peredaran darah. Senyawa-senyawa ligan penting

yang terdapat dalam tubuh juga mengubah Cr menjadi bentuk yang mudah terdifusi

sehingga dapat masuk ke dalam jaringan. Di antara ligan-ligan tersebut adalah

piropaspat, metionin, serin, glisin, leusin, lisin dan prolin. Terhadap piropospat, logam

Cr mempunyai affinitas yang besar sekali. Affinitas Cr yang besar ini akan menjadi

sangat berbahaya karena piropospat merupakan salah satu faktor biologis yang sangat

penting dalam tubuh. Ion-ion Cr3+ yang masuk ke dalam tubuh akan bereaksi dengan

protein dan secara lambat membentuk suatu ikatan kompleks yang sangat stabil.

Selain itu Cr dapat mengkatalisis suksinat dalam enzim sitokrom reduktase, sehingga

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan beberapa reaksi biokimia lainnya dalam tubuh.

Cr dengan kosentrasi sebesar 0,001 M dapat merangsang perubahan asetat menjadi

CO2, kolesterol dan asam lemak (Palar, 2004 dalam Jalius, 2008). Ion-ion Cr6+ dalam

proses metabolisme tubuh akan menghalangi atau mampu menghambat kerja dari

enzim benzopiren hidroksilase. Penghambatan kerja enzim tersebut dapat

mengakibatkan perubahan kemampuan pertumbuhan sel-sel, sehingga menjadi

tumbuh secara tidak terkontrol yang dikenal sebagai sel-sel kanker (Palar, 2004 dalam

Jalius,2008).

Menurut Sukenjah (2006) kromium dapat menyebabkan gangguan pada

kesehatan manusia baik secara akut maupun secara kronis. Paparan dengan

konsentrasi yang lebih tinggi melalui pernafasan (pada manusia) dapat menyebabkan

gangguan pada hati, ginjal, saluran pencernaan dan sistem kekebalan tubuh. Pada

manusia kromium dapat mengakibatkan gangguan pada sistem reproduksi, gangguan

Page 29: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

21

hamil dan cacat pada bayi. EFA telah menggolongkan kromium (VI) sebagai zat

karsinogenik kelompok A, yaitu kelompok yang paling berpotensi menimbulkan

kanker. Secara umum efek yang pada dapat ditimbulkan oleh paparan kromium

adalah sebagai berikut :

Efek fisiologis

Kromium mempunyai fungsi sebagai pengatur glukosa dalam darah, asupan harian

kromium untuk manusia dewasa berkisar antara 50 sampai 200 µg per hari. Senyawa

kromium bersifat oksidator kuat sehingga apabila terkena paparan kromium dapat

menyebabkan iritasi dan korosi. Organ tubuh yang menjadi sasaran pengaruh

kromium adalah paru-paru, ginjal, hati, kulit dan sistem kekebalan tubuh. Efek

senyawa kromium pada kulit dapat menyebabkan sensitasi dan iritasi pada

kulit bahkan dapat menyebabkan eksim pada kulit. Efek pada sistem pernafasan

disebabkan karena terhirupnya senyawa kromium sehingga mengakibatkan iritasi

saluran pernafasan dan dapat menyebabkan sensitasi pada paru-paru bahkan kanker

paru-paru. Efek pada ginjal, menunjukkan kerusakan pada saluran ginjal yang

terkena paparan kromium sebesar (20 µg/m3). Hal ini setelah dilakukan studi pada

pekerja yang terpapar kromium. Pada paparan yang lebih tinggi dapat mengakibatkan

matinya sel ginjal. Efek pada hati dari paparan senyawa kromium dapat

menyebabkan kerusakan pada hati. Suatu studi menunjukkan bahwa 20% pekerja

yang terkena paparan kromium mengalami kerusakan pada hati dan ginjal. Efek

karsinogenik, telah dilakukan studi epidemiologi yang menunjukkan bahwa pekerja

yang terpapar kromium dalam jangka waktu yang lama mengalami kanker paru-paru.

Efek pada sistem reproduksi menunjukkan data bahwa kromium dapat

mempengaruhi organ reproduksi dan efek tetratogenik (perkembangan tidak normal

dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio) pada hewan.

2.4 Cara pengolahan limbah laboratorium

Setiap limbah mempunyai cara pengolaham tersendiri tergantung dari jenisnya. Berikut

adalah cara pengolahan limbah berdasarkan jenisnya.

A. Pengolahan Limbah Padat

Penimbunan Terbuka

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode

penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Di lahan penimbunan

Page 30: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

22

terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan

yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan

menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat

merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.

Sanitary Landfill

Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan

lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada landfill

yang lebih modern, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik –

lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk

dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk

menghasilkan listrik.

Insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang

disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang

sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang

dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.

B. Pengolahan Limbah Pada Fasa Cair (Water Phase Treatment)

Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut:

Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum

Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan

Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di

dalam penggunaannya sehari-hari

Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan penyakit

Tidak terbuka dan harus tertutup

Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap

Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Pengolahan secara Fisika

Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan

bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap

dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.

2. Pengolahan secara Kimia

Page 31: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

23

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan

partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa

fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang

diperlukan.

3. Pengolahan secara Biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai

pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang

paling murah dan efisien.

Secara garis besar, pengolahan biologi dibedakan menjadi dua yaitu

Proses Pengolahan dengan Pertumbuhan Tersuspensi ( Suspended Growth

Treatment Processes – SGTP )

Pada pengolahan tersuspensi (SGTP), proses dilakukan oleh biomassa (mikroorganisme)

yang tersuspensi dalam limbah cair. Beberapa proses pengolahan tersuspensi adalah

sebagai berikut:

Activated Sludge (Pengolahan Lumpur Aktif)

Pada proses ini memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan polutan, baik dalam

suasana aerobik (dengan aerasi) maupun anaerobik (tanpa aerasi). Activated

Sludgedigunakan pada pengolahan limbah cair domistik dan limbah cair industri yang

memiliki kandungan zat organik yang tinggi (Lancester, 2002). Diagram Activated

Sludge dapat ditunjukkan pada Gambar 2.3. Reaksi penguraian zat organik oleh

mikroorganisme berlangsung pada lumpur aktif dalam tangki aerasi, yang berasal dari

lumpur yang diresirkulasi dari clarifier dan dicampur dengan influen limbah cair yang

disebut mixed liquor suspended solid (MLSS). Udara dialirkan pada tangki aerasi untuk

memberikan oksigen pada proses serabik. Kelemahan proses ini memerlukan lahan

yang luas dan menimbulkan polutan baru. Untuk mengurangi

ActivatedSludgekonvensional dikembangkan Sequential Batch Reactor (SBR) dan

Contact Stabilization System.

Sequential Batch Reactor (SBR)

Merupakan mudifikasi dari proses Activated sludgedengan mengubah aliran (inflow)

dan aerasi kontinu menjadi batch (diskrit). SBR menggabungkan tangki ekualisasi,

tangki aerasi, dan tangki sedimentasi sekunder (clarifier) menjadi satu reaktor. Operasi

SBR dikontrol melalui suatu sistem monitoring dan kontroling yang terdiri atas

komputer, programable logical controlling (PLC), dan alat-alat ukur (DO meter, pH

Page 32: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

24

meter untuk memonitor kondisi operasi. Diagram Activated Sludge dapat ditunjukkan

pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Diagram Activated sludge

Prinsip kerja SBR adalah :

Limbah cair dialirkan kedalam tangki dan diaduk (mixing). Pada tahap ini

berlangsung reaksi anaerobik.

Udara dialirkan kedalam tangki untuk mensuplai oksigen yang diperlukan

dalam proses oksidasi. Pada tahap ini berlangsung reaksi aerobik.

Limbah cair berpisah menjadi dua fase yaitu fase padat (lumpur aktif/actived

sludge) dan fase cair (air jernih/supernatant).

Air jernih dikeluarkan dari tangki dan siklus kerja kembali ke No.1

Gambar 2.4 Prinsip kerja Sequential Batch Reactor

Page 33: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

25

Contact Stabilization System (Nelleman, 2009)

Contact Stabilization Systemmerupakan modifikasi dari proses actived sludge yang

memanfaatkan proses biosorption. Biosorption adalah proses pengikatan polutan oleh

biomassa dalam reaktor. Diagram Contact Stabilization System dapat ditunjukkan pada

Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Diagram proses control stabilization

Upflow Anaerobic Sludge Bed (UASB)

Merupakan teknologi pengolahan yang umumnya digunakan dalam pengolahan limbah

cair secara anaerobik. Pada teknologi ini, limbah cair dialirkan dari bawah ke atas

(upflow). Melalui sludge bed. Proses ini didapatkan air jernih dan gas hasil proses

anaerobik yang dapat dimanfaatkan. UASB digunakan untuk pengolahan limbah cair

industri pengolahan makanan, minuman, pulp dan kertas, tekstil, kimia, dan petrokimia.

Diagram Upflow Anaerobic Sludge Bed dapat ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.6 Diagram UASB

Page 34: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

26

Salah satu bentuk prototipe pada pengolahan limbah yang dapat digunakan juga seperti pada

Gambar 2.7 yaitu dengan penambahan adsorben pada bak pengolahan yang mengandung

limbah kemudian air yang telah dipisahkan dari proses pengolahan tersebut dapat digunakan

untuk kehidupan biota yang ada disekitarnya.

Gambar 2.7 Prototipe pengolahan limbah dengan penambahan adsorben

Mengontrol Emisi Gas Buang

Emisi gas buang dapat dikurangi dengan mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif

yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak

ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari

cerobong.

ADSORBEN

Page 35: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

27

Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam

gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.

Membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat,

sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat.

Dengan pengendap elektrostatik, yaitu menggunakan arus listrik untuk mengionkan

limbah. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif

dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai.

Prinsip Pengolahan limbah B3

Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.

Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan terjadinya pengembangan

volume, pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama penyimpanan.

Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau bocor) dengan

kemasan lain.

Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai bagian

pengelolaan limbah.

2.5 Langkah-langkah mengurangi limbah laboratorium

Langkah-langkah yang dapat diolakukan untuk mengiurangi limbah dari laboratorium adalah

sebagai berikut.

1. Menggunakan bahan kimia seperlunya

2. Melakukan reaksi kimia yang menghasilkan gas-gas beracun di lemari asam

3. Menggunakan alat dengan hati-hati sehingga tidak timbul kerusakan

Pemanfaatan Sampah Organik

a. Makanan Ternak

Di beberapa negara, sampah organik yang berasal dari restoran biasanya dikumpulkan oleh

peternak dan digunakan sebagai makanan binatang ternak, misalnya babi, unggas.

Di Indonesia, sampah organik dari pasar yang berupa sayur-sayuran (kobis, slada air, sawi),

daun pisang, dan sisa makanan biasanya diambil untuk makanan kelinci, kambing, dan juga

ayam atau itik. Hal ini sangat bermanfaat sebab selain mengurangi jumlah sampah juga

mengurangi biaya peternakan. Namun, sampah organik ini harus dibersihkan dan dipilah

Page 36: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

28

terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh ternak. Sebab akan bermasalah jika sampah organik

tadi bercampur dengan sampah-sampah yang mengandung logam-logam berat yang dapat

terakumulasi di dalam tubuh ternak tersebut.

b. Komposting

Pengkomposan merupakan upaya pengolahan sampah, segaligus usaha mendapatkan

bahan-bahan kompos yang sangat menyuburkan tanah. Sistem ini mempunyai prinsip dasar

mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik secara terkontrol menjadi bahan-bahan

anorganik dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme yang berperan

dalam pengolahan ini dapat berupa bakteri, jamur, khamir, juga insekta dan cacing. Agar

pertumbuhan mikroorganisme optimum, maka diperlukan beberapa kondisi, diantaranya

campuran yang seimbang dari berbagai komponen karbon dan nitrogen, suhu, kelembaban

udara (tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering), dan cukup kandungan oksigen (aerasi

baik). Sistem pengkomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

Merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan

Bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu membeli.

Masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang

mahal

Unsur hara dalam pupuk kompos ini bertahan lama jika dibanding dengan pupuk

buatan

c. Biogas

Para petani selalu mencari jalan untuk meningkatkan taraf hidupnya. salah satu cara

peningkatan taraf hidup ialah dengan cara membuat bahan bakar untuk memasak. Dewasa ini

banyak petani membuat bahan bakar biogas berskala kecil di rumah. Biogas adalah gas-gas

yang dapat digunakan sebagai bahan bakar yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah

organik atau campuran dari keduanya. secara garis besar, biogas dapat dibuat dengan cara

mencapur sampah-sampah organik dengan air kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang

kedap udara. Selanjutnya dibiarkan selama kurang lebih 2 (dua) minggu. Sampah yang dibuat

biogas ini mempunyai kelebihan antara lain :

Mengurangi jumlah sampah

Menghemat energi dan merupakan sumber energi yang tidak merusak lingkungan.

Menghemat nyala api bahan bakar biogas ini terang/bersih, tidak berasap seperti arang

kayu atau kayu bakar. Dengan menggunakan biogas, dapur serta makanan tetap bersih

Page 37: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

29

Residu dari biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk kandang

Sampah Anorganik

Sampah anorganik seperti botol, kertas, plastik dan kaleng, sebelum dibuang ke TPA

sebaiknya dipilah terlebih dahulu. Karena dari jenis sampah ini masih ada kemungkinan

untuk dimanfaatkan ulang maupun untuk didaur ulang.

Page 38: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

30

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Melakukan identifikasi distribusi logam dan non logam berbahaya yang dominan pada

kegiatan praktikum di laboratorium Jurusan Kimia

b. Menganalisis jenis senyawa logam dan non logam yang dominan akibat buangan

limbah kegiatan praktikum di laboratorium di Jurusan Kimia

c. Menentukan jumlah buangan logam dan non logam berbahaya hasil pembuangan

limbah kegiatan praktikum di laboratorium Jurusan Kimia

3.2 Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi tentang beberapa jenis buangan logam dan non logam

berbahaya yang ditimbulkan karena pembuangan kegiatan praktikum di laboratorium

b. Memberikan masukan tentang pengelolaan pada proses pembuangan hasil kegiatan di

laboratorium

Page 39: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

31

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah senyawa logam dan non logam hasil pembuangan

kegiatan praktikum

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif

4.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan, yang dilaksanakan dimulai bulan April

sampai bulan Nopember 2017.

4.4 Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di laboratorium Organik, Kimia Fisika, Kimia Analitik,

Kimia Anorganik dan Instrumen Jurusan Kimia, serta laboratorium IPA Terpadu FMIPA

UNESA.

4.5 Kerangka Operasional Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Tahun – 1 dari tiga tahun yang direncanakan, dan

secara garis besar kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 4.1. Tahap pertama

adalah mengidentifikasi jenis buangan logam dan non logam berbahaya pada kegiatan

praktikum dari masing-masing laboratorium. Tahap kedua adalah menentukan metode

pengumpulan sampel dari logam dan non logam hasil pembuangan kegiatan praktikum

pada masing-masing laboratorium. Tahap ketiga adalah menganalisis jumlah buangan

logam dan non logam berbahaya pada kegiatan praktikum dari masing-masing

laboratorium.

Page 40: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

32

Ket : (sudah dilakukan) (belum dilakukan)

Gambar 4.1 Kerangka operasional Penelitian

Lab KA

Kegiatan Praktikum

Tampungan pembuangansisa praktikum

Senyawa logam(Analisis dengan

AAS dan voltameter)

Optimasi pengolahanlimbah skala

laboratorium denganadsorben

Buangan limbah yangbersih dan aman

Pembuatan prototipe pengolahanlimbah skala laboratorium

Data jumlah buanganberbahaya di laboratorium

TAHUNKE-I

TAHUNKE-II

Identifikasi senyawalogam dan non logamberbahaya dari judul

praktikum

Uji kualitas airhasil pengolahan

limbah

Lab KO Lab KAnorg Lab KF Lab Biok

Senyawa non logam(Analisis dengan

voltameter)

TAHUNKE-III

Uji kehidupan biota :ikan dan tanaman

Jenis adsorben Jumlah/massa adsorben pH waktu

Hasil optimasipengolahan limbahskala laboratorium

Aplikasi pengolahanlimbah di lapangan

Page 41: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

33

4.6 Bahan dan Alat

Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Buangan hasil kegiatan praktikum dari laboratorium kimia analitik, kimia fisika, kimia

organik, dankimia anorganik

2. Bahan-bahan kimia yang diperoleh di pasaran komersial dengan kemurnian p.a antara

lain : HNO3, aquademineral, larutan HgNO3, CuSO4, CoCl2, MgNO3, serta larutan

standar Pb, Cr, Ag, Cd.

Alat

Peralatan yang dipergunakan pada penelitian ini disamping peralatan gelas standar,

digunakan pula peralatan khusus seperti : Spektrofotometer serapan atom (Perkin Elmer

AAnalyst 700), HPLC (Hewlet Packard, Series 1050), dan votameter (Metrohm, 797 VA

Computrace).

4.7 Prosedur Penelitian

Pengumpulan sampel

Sampel dari masing-masing laboratorium diperoleh dengan cara menampung sisa

praktikum yang telah selesai digunakan dalam suatu wadah untuk setiap kali kegiatan

praktikum. Sampel yang terkumpul selanjutnya ditambahkan larutan HNO3 pekat dan

disaring sehingga diperoleh filtrat. Filtrat yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan AAS, HPLC, dan voltameter.

Pengukuran sampel dengan Spektrofotometer serapan atom (AAS)

Campuran tersebut dipisahkan dan endapan yang diperoleh kemudian di keringkan

dalam oven suhu 50C dan diuji dengan HPLC.

Pengukuran sampel dengan Voltameter

Penentuan logam merkuri dan sampel non logam dari sisa pembuangan dilakukan

dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan yang akan diuji dan dipastikan

elektroda tercelup dalam larutan. Kemudian pindai (scan) larutan tersebut dari potensial -1

Volt sampai 1 volt sehingga didapatkan voltammogram. Elektroda dicuci dengan aquades dan

dikeringkan. Analisis yang sama dilakukan pada larutan standar HgNO3 yang telah

ditentukan konsentrasinya yaitu : 5, 10, 20, 30, 40, 50 dan 100 ppm ; demikian halnya untuk

Page 42: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

34

standar dari masing-masing sampel non logam yaitu : metanol, butanol, fenilhidrazin,

asetaldehid dan fenol dibuat standar dengan konsentrasi tertentu.

4.8 Analisis Data

Hasil buangan logam dan non logam dari masing-masing laboratorium dianalisis

secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Masing-masing larutan standar yang telah

ditentukan dibuat kurva standar untuk menentukan persamaan garis dari masing-masing

logam. Masing-masing persamaan garis tersebut dapat digunakan untuk menentukan

konsentrasi sampel dari masing-masing logam. Sehingga diperoleh jumlah logam yang

terbuang di masing-masing laboratorium. Konsentrasi senyawa non logam juga ditentukan

berdasarkan kurva standar yang telah ditentukan persamaan regresinya.

Page 43: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

35

BAB V

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa logam dan non logam yang

berada pada sisa buangan limbah kegiatan praktikum di laboratorium kimia FMIPA Unesa.

Beberapa logam yang dianggap berbahaya bagi lingkungan seperti tembaga telah dianalisis

kadarnya dan ditampilkan hasilnya pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.1 ; timbal pada Tabel 5.2

dan Gambar 5.3 ; perak pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.3 ; besi dan kadmium pada Gambar

5.4 ; kromium pada Gambar 5.5 ; kobalt pada Gambar 5.6 ; serta merkuri pada Gambar 5.7

dan 5.8 ; Analisis buangan non logam (organik) ditampilkan pada Gambar 5.9 – 5.11 serta

Tabel 5.3. Berikut ini akan dipaparkan tentang hasil dan pembahasan jumlah buangan logam

dan non logam hasil pembuangan kegiatan praktikum di laboratorium kimia.

5.1 Identifikasi limbah di laboratorium

Laboratorium secara umum merupakan suatu tempat dimana proses percobaan

atau analisis kimia dilakukan yang melibatkan sumber daya manusia, bahan kimia

berbahaya serta hasil samping dari reaksi yang terjadi. Laboratorium menjadi sangat

unik karena semua bahan kimia berbahaya yang ada di dalamnya meskipun kecil namun

mampu menghasilkan limbah yang potensial terhadap kerusakan lingkungan (Turang,

2006).

Laboratorium di Jurusan Kimia sangat tinggi intensitasnya untuk melayani

kegiatan praktikum bagi mahasiswa yang ada di jurusan kimia maupun jurusan lain dan

juga penelitian bagi dosen maupun mahasiswa. Kegiatan praktikum dilakukan setiap

semester untuk semua mata kuliah yang memerlukan praktikum dan melibatkan lebih

dari 150 orang peserta setiap semester. Bahan-bahan yang digunakan sangat banyak dan

beraneka ragam disesuaikan dengan kebutuhan bahan pada masing-masing percobaan.

Untuk menganalisis keberadaan sampel tersebut maka perlu dilakukan pengumpulan

sisa pembuangan kegiatan praktikum tersebut di masing-masing laboratorium. Setiap

kelas yang melakukan praktikum membuang sisa kegiatan praktikum dari semua

percobaan dan ditampung dalam suatu wadah. Setelah dilakukan pengukuran pH

ternyata menunjukkan pH yang bervariasi, yaitu 1 – 12.

Di laboratorium Kimia organik banyak menggunakan beberapa pelarut seperti

n-heksan, kloroform, metanol, butanol, dan lain-lain. Sisa pelarut-pelarut tersebut tidak

dibuang begitu saja akan tetapi diuapkan untuk diambil kembali pelarutnya sehingga hal

Page 44: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

36

tersebut dapat dipastikan tidak menimbulkan limbah. Kegiatan praktikum di

laboratorium kimia analitik dan anorganik banyak sekali menggunakan bahan-bahan

yang mengandung logam dan beberapa diantaranya berbahaya bagi lingkungan seperti

tembaga, kadmium, merkuri, krom, kobalt, perak dan lain-lain. Di laboratorium kimia

fisika ternyata juga ditemukan fenol yang digunakan dalam salah satu judul praktikum

dalam jumlah yang cukup banyak. Ternyata fenol tersebut dibuang begitu saja sebagai

limbah tanpa adanya perlakuan. Di laboratorium kimia dasar tidak menggunakan zat-zat

yang terlalu membahayakan sehingga tidak dilakukan analisis pada laboratorium

tersebut. Demikian halnya dengan laboratorium biokimia baru dapat dilakukan analisis

pada semester genap, dikarenakan praktikum di laboratorium biokimia hanya dilakukan

pada semester genap. Di laboratorium biokimia juga banyak digunakan untuk kegiatan

praktikum dan penelitian yang terkait dengan mikroorganisme. Cemaran

mikroorganisme sebenarnya cukup berbahaya apabila tidak ditangani dengan baik.

Dosen yang terkait telah memeberikan pengarahan bagaimana menangani

mikroorganisme sebelum dibuang dan pada umumnya tidak menggunakan

mikroorganisme yang bersifat patogen sehingga diperkirakan tidk menimbulkan

cemaran yang membahayakan. Di laboratorium instrumen juga menggunakan beberapa

bahan seperti tembaga, krom, timbal dan lain-lain dimana praktikum tersebut sebagian

besar berasal dari laboratorium analitik. Penggunaan laboratorium instrumen justru

sangat banyak digunakan oleh mahasiswa penelitian, akan tetapi karena zat yang

digunakan selalu berubah tergantung penelitian yang dilakukan maka cukup sulit untuk

mengidentifikasinya

Hasil identifikasi pada masing-masing laboratorium hanya dibatasi pada

senyawa logam dan untuk kegiatan praktikum saja yaitu pada laboratoium kimia fisika,

kimia anorganik, kimia organik, kimia analitik dan kimia instrumen.

5.2 Senyawa logam-logam berat sisa pembuangan kegiatan praktikum

Identifikasi cemaran logam pada masing-masing laboratorium dipilih

berdasarkan bahaya yang ditimbulkan dan jumlah yang ditimbulkan. Telah dilakukan

analisis dengan menggunakan spektroskopi serapan atom dan voltametri terhadap

beberapa logam yang terdapat di masing-masing laboratorium, diantaranya adalah :

a. Logam tembaga (Cu)

Tembaga banyak digunakan sebagai bahan pada kegiatan praktikum di

laboratorium kimia analitik, kimia fisik, kimia analitik dan juga kimia organik. Hasil

Page 45: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

37

analisis tembaga ditampilkan pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.1. Perhitungan didasarkan

pada persamaan garis yan diperoleh dari kurva standar pada Lampiran 1dan perhitungan

selengkapnya di Lampiran 2.

Tabel 5.1 Hasil analisis logam Cu

No. Laboratorium Konsentrasi Cu (ppm)

1. Kimia Analitik 1,078

2. Kimia Fisik 0,378

3. Kimia Anorganik 13,589

4. Kimia Organik 7122,533

5. Biokimia 160,56

Gambar 5.1 Hasil analisis pembuangan logam Cu di laboratorium kimia

Pembuangan logam Cu sisa kegiatan praktikum terlihat cukup besar terutama di

laboratorium kimia organik yang mencapai jumlah lebih dari tujuh ribu ppm. Angka

tersebut adalah adalah limbah dari 1 kelas yang melakukan kegiatan praktikum.

Praktikum kimia organik dilaksanakan oleh 5 kelas setiap angkatan, sehingga

diperkirakan lebih dari tigapuluh lima ribu ppm logam tembaga yang terbuang atau

sekitar 35 g/L setiap praktikum. Jumlah tersebut cukup tinggi dikarenakan bahan yang

digunakan banyak sekali menggunakan logam tembaga pada reagennya seperti pada

percobaan penentuan karbohidrat, reaksi aldehid – keton maupun uji protein. Di

Page 46: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

38

laboratorium biokimia dan kimia anorganik jumlah tembaga yang terbuang juga cukup

tinggi masing-masing yaitu 160,6 dan 67,9 ppm setiap praktikum.

Logam Cu termasuk logam berat essensial, jadi meskipun beracun tetapi sangat

dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil. Logam Cu yang masuk ke dalam tatanan

lingkungan perairan dapat terjadi secara alamiah maupun sebagai efek samping dari

kegiatan manusia. Konsentrasi Cu terlarut yang mencapai 0,01 ppm akan menyebabkan

kematian bagi fitoplankton. Menurut Widowati (2008) paparan tembaga dalam waktu

yang lama pada manusia akan menyebabkan terjadinya akumulasi bahan-bahan kimia

dalam tubuh manusia yang dalam periode waktu tertentu akan menyebabkan munculnya

efek yang merugikan kesehatan penduduk. Gejala yang timbul pada manusia yang

keracunan Cu akut adalah mual, muntah, sakit perut, hemolisis, netrofisis, kejang, dan

akhirnya mati. Pada keracunan kronis, Cu yang tertimbun di dalam hati dan

menyebabkan hemolisis dikarenakan tertimbunnya H2O2 dalam sel darah merah

sehingga terjadi oksidasi dari lapisan sel yang mengakibatkan sel menjadi pecah

(Darmono, 2005).

Jumlah buangan tembaga yang terakumulasi tersebut dalam satu semester tentu

akan menyebabkan buangan tembaga yang sangat tinggi. Sehingga hal tersebut dapat

menimbulkan dampak yang membahayakan bagi lingkungan disekitarnya.

b. Logam timbal (Pb)

Penggunaan timbal pada kegiatan praktikum di laboratorium kimia juga cukup

tinggi (Tabel 5.2). Di laboratorium kimia organik senyawa timbal yang dibuang setelah

digunakan pada kegiatan praktikum ternyata cukup tinggi yaitu lebih dari 291 ppm atau

sekitar 1200 ppm untuk 5 kelas setiap semester.

Tabel 5.2 Hasil analisis logam Pb

No. Laboratorium Konsentrasi Pb (ppm)

1. Kimia Analitik 12,333

2. Kimia Fisik 1,333

3. Kimia Organik 291,333

4. Biokimia 1,000

Page 47: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

39

Keberadaan logam Pb jauh lebih banyak digunakan di laboratorium organik

dibandingkan di laboratorium kimia fisik dan analitik. Timbal digunakan sebagai bahan

reagen Pb – asetat pada percobaan uji protein

Gambar 5.2 Hasil analisis pembuangan logam Pb di laboratorium kimia

Timbal merupakan logam yang sangat bercun seperti halnya merkuri dan sering

ditemukan sebagai campuran dengan cairan lain yang bersifat korosif seperti asam

sulfat. Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk

hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka

waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981). Pb dapat

mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Masuknya Pb ke

tubuh manusia dapat melalui makanan dari tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia

seperti padi, teh dan sayur-sayuran. Underwood dan Shuttle (1999) mencantumkan

batas ambang untuk ternak unggas dalam pakannya, yaitu: batas ambang normal

sebesar 1 – 10 ppm, batas ambang tinggi sebesar 20 – 200 ppm dan batas ambang toksik

sebesar lebih dari 200 ppm. Timbal (Pb) menurut Lu (1995) dapat diserap dari usus

dengan sistem transport aktif.

Dari banyaknya efek timbal yang ada, dapat disimpulkan bahwa efek timbal

dibagi ke dalam 3 kelompok, diantaranya : (i) Efek Timbal Pada Reproduksi ;

Paparan timbal berdampak pada reproduksi pria dan juga wanita. Pada jaman dahulu

timbal pernah dipakai untuk menggugurkan kandungan. Wanita hamil yang terpapar

timbal saat kehamilannya, bisa meningkatkan resiko keguguran, bayi lahir prematur,

bayi meninggal di dalam kandungan. Sedangkan dampak terpaparnya timbal pada pria

adalah dapat menurunkan jumlah dari sperma. (ii) Efek Timbal Pada Sistem Saraf

Page 48: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

40

dan Kecerdasan ; Gejala terpaparnya logam timbal ini diantaranya dapat mengurangi

nafsu makan (nafsu makan hilang), pelupa, kelelahan, pusing, depresi, menurunnya

kecepatan dalam reaksi dan konduksi saraf. Sementara menurut penelitian, efek yang

ditimbulkan timbal terhadap anak-anak yaitu dapat menurunkan kecerdasan atau IQ. (iii)

Efek Sistemik ; Timbal di sini dapat memicu peningkatan tekanan darah, anoreksia,

muntah, kram, mual, turunnya berat badan, sakit perut, dan konstipasi.

c. Logam perak (Ag)

Limbah yang mengandung perak sangat berbahaya bila langsung dibuang ke

lingkungan. Perak selain termasuk logam berat, juga merupakan logam beracun yang

dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia. Urutan toksisitas Ag adalah sebagai

berikut : Hg2+ > Cd2+ > Ag+ > Ni2+ > Pb2+ > As3+ > Cr2+ > Sn2+ > Zn2+ (Darmono, 2001).

Keberadaan Ag di laboratorium kimia organik yang dibuang setelah digunakan pada

kegiatan praktikum ternyata cukup tinggi yaitu lebih dari 44 ppm atau lebih dari 220

ppm untuk 5 kelas setiap semester.

Tabel 5.3 Hasil analisis logam Ag

No. Laboratorium Konsentrasi Ag (ppm)

1. Kimia Analitik 2,112

2. Kimia Fisik 0,001

3. Kimia Organik 44,467

4. Biokimia 1,556

Pencemaran lingkungan oleh ion Ag(I) menyebabkannya masuk ke dalam rantai

makanan, kemudian apabila manusia mengkonsumsi makanan yang telah

terkontaminasi ion Ag(I) maka akan terjadi akumulasi Ag dalam tubuh. Akumulasi

perak pada tubuh manusia dapat mengakibatkan pigmentis yang disebut Argyria.

Mengingat bahaya yang ditimbulkanya maka batas maksimum untuk perak yang

diperbolehkan dalam air limbah sangat kecil. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.45 tahun 2006 tentang baku mutu

TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Prosedure) pencemar dalam limbah untuk

Page 49: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

41

penentuan karakteristik sifat racun, kandungan perak (Ag) yang diperbolehkan

sebesar 5,0 mg/L (Anonim, 2006).

Gambar 5.3 Hasil analisis pembuangan logam Ag di laboratorium kimia

d. Logam besi (Fe) dan kadmium (Cd)

Keberadaan logam besi dan kadmium tidak banyak digunakan pada kegiatan

praktikum. Logam besi hanya ditemukan di laboratorium anorganik dan biokimia

(Gambar 5.4) sedangkan logam kadmium ditemukan di laboratorium kimia analitik

dan biokimia (pada Gambar 5.5)

Gambar 5.4 Hasil analisis pembuangan logam Fe di laboratorium kimia

Page 50: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

42

Kadmium (Cd) merupakan logam yang bersifat kronis dan pada manusia

biasanya terakumulasi dalam ginjal. Keracunan Cd dalam waktu yang lama

membahayakan kesehatan paru-paru, tulang, hati, kelenjar reproduksi dan ginjal.

Logam ini juga bersifat neurotoksin yang menimbulkan dampak rusaknya indera

penciuman (Anwar,1996). Standart baku mutu logam berat untuk biota konsumsi

berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 03725/B/SK/1989 adalah 1 ppm.

Gambar 5.5 Hasil analisis pembuangan logam Cd di laboratorium kimia

e. Logam krom (Cr)

Logam kromium juga banyak digunakan sebagai reagen (dalam bentuk

kalium dikromat ataupun kromium (III) klorida) dalam kegiatan praktikum. Logam

tersebut ditemukan pada laboratorium kimia analitik dan anorganik (Gambar 5.6),

khususnya pada praktikum kimia anorganik III dan kimia kualitatif. Logam krom

dalam hal ini K2Cr2O4 banyak digunakan di laboratorium kimia analitik untuk

praktikum analisis kation dan anion pada praktikum DDKA (Dasar-dasar Kimia

analitik). Jumlah krom yang dapat terdeteksi di laboratorium kimia analitik cukup

banyak yaitu sekitar 6,1 ppm sedangkan di laboratorium kimia anorganik hanya

sekitar 0,01 ppm.

Kromium termasuk dalam jenis logam berat yang sangat toksik. Sehingga

keberadaan senyawa kromium dilingkungan harus mendapat perhatian yang serius.

Kromium merupakan ion logam yang bersifat racun baik bagi manusia maupun bagi

kehidupan mahluk hidup lainnya (ikan).

Page 51: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

43

Gambar 5.6 Hasil analisis pembuangan logam kromium di laboratorium kimia

Senyawa Cr (VI) dapat menyebabkan terjadinya mutagen yang pada akhirnya

berpengaruh langsung pada asam deoksiribo nukleat (DNA) sehingga sel mahluk

hidup akan berubah (Sukenjah, 2006). Hasil penelitian Jalius (2008) menunjukkan

terjadi perbedaan metabolisme ion Cr3+ dan Cr6+. Perbedaan tersebut tergantung pada

jenis atau spesies hewan yang dimasuki oleh ion-ion logam tersebut. Tingkat

keracunan lebih kuat ion-ion Cr6+ dibandingkan dengan ion-ion Cr3+. Logam Cr yang

masuk ke dalam tubuh akan ikut dalam proses fisiologis atau metabolisme tubuh.

Logam Cr akan berintraksi dengan bermacam-macam unsur biologis yang terdapat

dalam tubuh. Interaksi yang terjadi antara Cr dengan unsur-unsur biologis tubuh,

dapat menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi tertentu yang bekerja dalam proses

metabolisme tubuh. Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul rendah, seperti

yang terdapat dalam sel darah rendah dapat melarutkan Cr dan seterusnya ikut

terbawa ke seluruh tubuh bersama peredaran darah. Senyawa-senyawa ligan penting

yang terdapat dalam tubuh juga mengubah Cr menjadi bentuk yang mudah terdifusi

sehingga dapat masuk ke dalam jaringan.

Dalam dosis 20 - 50 µg per 100 g bobot badan, kromium memiliki fungsi yang

baik dalam metabolisme karbohidrat, metabolisme lipid, sintesis protein dan

metabolisme asam nukleat (Mertz, 1987 dalam Bramandita, 2009). Hasil studi

menunjukkan bahwa paparan kromium sebesar 20 µg/m3 dapat menyebabkan

keruskan pada ginjal. Pada paparan yang lebih tinggi dapat mengakibatkan matinya

sel ginjal. Berdasarkan kondisi tersebut menunjukkan bahwa kromium termasuk

Page 52: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

44

dalam jenis logam berat yang sangat toksik, sehingga keberadaan senyawa kromium

dilingkungan harus mendapat perhatian yang serius.

f. Logam kobalt (Co)

Logam kobalt ternyata juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi

sebagai buangan kegiatan praktikum di laboratorium kimia anorganik dan analitik

seperti pada Gambar 5.7. Logam kobalt digunakan dalam kegiatan praktikum

penentuan anion dan kation di laboratorium kimia analitik sebagai reagen Co(NO3)2

sedangkan di laboratorium kimia anorganik kobalt digunakan sebagai reagen CoCl2

pada praktikum kimia anorganik III.

Gambar 5.7 Hasil analisis pembuangan logam Co di laboratorium kimia

Menurut Kementrian negara kependudukan dan lingkungan hidup, logam

kobalt digolongkan sebagai logam berat dengan sifat toksik sedang. Logam kobalt

termasuk kedaam logam transisi yang terdapat pada golongan VIII B. Logam kobalt

yan memiliki bilangan oksidasi +2 dan +3 mudah larut ke dalam asam-asam mineral

encer, tetapi pada bilangan oksidasi +2 logam kobalt didapatkan relatif secara stabil

(Cotton dan Wilkinson,1988). Dalam larutan air, logam kobalt dikenal sebagai ion

[Co(H2O)6]2+ dan [Co(H2O)6]3+, akan tetapi kobalt (III) bersifat oksidator dalam

larutan air. Hal ini terjadi kecuali logam kobalt berada pada lingkungan asam, dimana

logam kobalt tersebut dapat terurai dengan cepat karena Co (III) mengoksidasi air

dengan cara membebaskan gas di oksigen. Ketersedian unsur kimia kobalt terdapat

dalam banyak formulasi seperti kertas perak, dan kawat. Keberadaan unsur kobalt di

alam terdapat dalam bentuk senyawa seperti mineral kobalt glans (CoAsS), Linalit

Page 53: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

45

(Co3S4), Smaltit (CoAs2) dan eritrit. Logam kobalt banyak terdapat berikatan dengan

nikel, perak, timbal, tembaga dan biji besi, dimana didapatkan dari hasil samping

produksi. Logam kobalt juga dapat dijumpai pada meteroit. Logam kobalt banyak

digunakan dalam industri sebagai bahan campuran pada pembuatan mesin pesawat,

magnet, alat pemotong atau penggiling, pewarna kaca, keramik dan cat.

Kobalt termasuk kedalam unsur renik yang dibutuhkan dalam pertumbuhan

dan reproduksi pada tumbuhan dan hewan. Bersama dengan ion logam lainnya,

(misalnya tembaga, seng, besi dan magnesium), kobalt dibutuhkan oleh enzim sebagai

koenzim yang berfungsi untuk mengikat molekul substrat (Effendi, 2003). Akan tetapi

ion logam ini dapat menggantikan ion logam tertentu yang berfungsi sebagai kofaktor

dari suatu enzim, sehingga dapat menurunkan fungsi enzim tersebut bagi tubuh

(Darmono, 2001). Batas-batas konsentrasi kobalt yang membahayakan bagi kesehatan

manusia yang telah ditetapkan oleh pemerintah federal sebagai berikut (ATSDR,

2004) : a). EPA (Environmental Protection Agency) menetapkan batas maksimal

konsentrasi kobalt dalam air minum adalah 0,2 mg/L. b). OSHA (The Occupational

Health and Safety Administration) menetapkan batas maksimal bagi pekerja yang

terpapar dengan kobalt secara langsung adalah 0,1 mg/m3 selama 8 jam kerja sehari

dan 40 jam kerja selama 1 minggu. c). The Nuclear Regulatory Commission

menetapkan batas maksimal konsentrasi kobalt radioaktif di ruang kerja adalah

sebesar 7 x 10-8 µCi/mL untuk 60Co .

g. Logam magnesium (Mg)

Keberadaan magnesium sebagai bahan pembuatan reagen yang digunakan

untuk kegiatan praktikum cukup beragam ditemukan pada hampir semua laboratorium

(Gambar 5.8). Magnesium dikatakan sebagai salah satu mineral yang cukup

berlimpah di alam. Di dalam tubuh merupakan salah satu mineral yang diperlukan

untuk mendukung aktivitas enzim dan bekerjasam dengan vitamin serta nutrisi

lainnya untuk membangun fungsi tubuh dengan baik. Magnesium banyak ditemukan

di dalam tulang, yaitu sekitar 50 % serta dalam darah meskipun hanya 1 %. Beberapa

fungsi magnesium adalah dapat membantu mengontrol tekanan darah, membentuk

kolagen, menjaga kesehatan, kekuatan dan kepadatan tulang, menjaga kesehatan otot

serta menurunkan resiko pencernakan.

Magnesium sangat mudah terbakar terutama apabila berbentuk serbuk atau

dalam bentuk strip tipis dan akan bereaksi dengan air menimbulkan ledakan. Dengan

Page 54: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

46

adanya logam lainnya seperti besi, nikel, tembaga dan kobalt sangat mengaktifkan

proses korosi. Magnesium dan logam alkali lainnya bertanggungjawab terhadap

kesadahan air. Kelebihan magnesium dapat menyebabkan muntah dan diare, tetapi

tidak ada bukti toksisitas magnesium secara ilmiah.

Gambar 5.8 Hasil analisis pembuangan logam Mg di laboratorium kimia

h. Logam merkuri (Hg)

Merkuri merupakan logam yang mempunyai urutan toksisitas tertinggi

dibandingkan logam-logam berbahaya yang lainnya. Hasil analisis dengan

menggunakan voltameter menunjukkan bahwa buangan merkuri yang digunakan

dalam kegiatan praktikum adalah cukup tinggi seperti pada Gambar 5.9. Logam

merkuri tersebut hanya digunakan di laboratorium kimia anorganik khususnya pada

praktikum kimia anorganik II. Logam merkuri digunakan sebagai reagen dalam

bentuk raksa (II) klorida dan raksa (I) nitrat. Berdasarkan perhitungan dari kurva

standar (Gambar 5.10) dengan persamaan garis Y = - 7,92.10-5X - 2,96.10-5 dengan

regresi (R) = 0,999 sehingga diperoleh kandungan merkuri yang terbuang sekitar

14,771 ppm (perhitungan selengkapnya di Lampiran 2)

Page 55: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

47

Gambar 5.9 Hasil analisis pembuangan logam Hg di laboratorium kimia

Menurut Widowati dkk (2008) merkuri sangat toksik sehingga penggunaan

Hg dalam industri sebaiknya dikurangi, termasuk dalam industri farmasi, kedokteran

gigi, pembuatan baterei dan pembuatan lampu flouresence. Logam merkuri

dikelompokkan sebagai top six toxic threats bersama dengan timbal, kromium, arsen,

pestisida dan radionuklida (Rouf and Raheim, 2017). Keberadaan logam merkuri yang

terbuang dari hasil kegiatan di laboratorium tersebut cukup besar, yaitu 14,7 ppm.

Menurut SNI 7387 (2009) menyatakan bahwa toksisitas merkuri adalah 0,005 mg/kg

bb sebagai merkuri total atau 0,0016 mg/kg bb sebagai metil merkuri Darmono (2001).

Merkuri merupakan salah satu logam berat yang berbahaya dan dapat terjadi

secara alamiah di lingkungan sebagai hasil dari perombakan mineral di alam melalui

proses iklim dari angin dan air. Merkuri di alam berada dalam bentuk merkuri metalik,

merkuri sulfida, merkuri klorida dan metil merkuri. Berdasarkan data dari Balai besar

sumber daya lahan pertanian menunjukkan bahwa merkuri dapat ditemukan pada ikan

laut atau kerang secara alamiah 0,1 mg/kg dan juga dalam beras 0,20 mg/kg.

Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui penyerapan udara yang

mengandung bau atau uap metalik merkuri atau saat mengkonsumsi pangan yang

tercemar merkuri. Apabila terjadi kontak dengan kulit maka dapat menyebabkan

alergi, dimana reaksinya tergantung dari daya tahan tubuh seseorang.

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0-0.002

-0.001

0.000

0.001

0.002

0.003

Aru

s (

konsentrasi (ppm)

Page 56: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

48

Gambar 5.10 Kurva standar logam Hg yang ditentukan dengan voltameter

1.1 Senyawa non logam sisa pembuangan kegiatan praktikum

Beberapa senyawa non logam yang dapat ditemukan pada limbah hasil kegiatan

praktikum seperti ditampilkan pada Tabel 5.4 yang semuanya dibuang begitu saja tanpa

perlakukan, kecuali n –heksana karena dapat dipisahkan kembali melalui evaporasi. Fenol

ditemukan di laboratorium kimia fisika dalam volume dan konsentrasi cukup tinggi (Gambar

5.11) yaitu 118,9 % (perhitungan selengkapnya di Lampiran 3) setiap kali dilakukan

praktikum per kelompok. Artinya semua fenol yang digunakan pada kegiatan praktikum

semuanya dibuang begitu saja.

Tabel 5.4 Senyawa non logam hasil pembuangan di laboratorium Kimia

No

Jenis limbahorganik

Laboratorium Jumlah Keterangan

1. n-heksana organik - dipisahkan2. metanol organik 16 % dibuang tanpa

treatment3. butanol organik 70,2 dibuang tanpa

treatment4. fenol fisik dan

organik100 % dibuang tanpa

treatment5. Fenilhidrasin organik 17 % dibuang tanpa

treatment6. Asetaldehid organik 20 % dibuang tanpa

treatment

0 20 40 60 80 100

-0.008

-0.007

-0.006

-0.005

-0.004

-0.003

-0.002

-0.001

0.000

Arus

(

Konsentrasi Hg (ppm)

Page 57: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

49

Gambar 5.11 Hasil analisis pembuangan fenol di laboratorium kimia

Fenol diketahui sebagai hidroksibenzen merupakan senyawa organik aromatis yang

berbentuk Kristal, tidak berwarna pada suhu kamar, dan mempunyai sifat hidroskopik dalam

air serta pelarut organik. Fenol mempunyai rantai dasar benzene aromatik yang memiliki satu

atau lebih gugus hidroksil yang menyebabkan fenol menjadi senyawa yang rektif. Fenol

mempunyai sifat toksik, dapat menimbulkan bau tidak sedap, dan korosif terhadap kulit

sehingga menyebabkan iritasi, gangguan kesehatan manusia dan menimbulkan kematian pada

organisme air pada konsentrasi tertentu. Konsentrasi fenol yang tinggi di dalam air (100 –

1000 g/L) dapat menyebabkan bau dan rasa yang tidak enak. Apabila berada di dalam

limbah dapat menyebabkan masalah karsinogen dikarenakan fenol dapat bereaksi dengan klor

membentuk klorofenol yang sifatnya sangat toksik bagi organisme (Dewilda dkk, 2012 dan

Gami et al, 2014).

Metanol dan butanol juga ditemukan dalam jumlah yang cukup tinggi, yaitu masing-

masing 16 dan 70,2 % yang terbuang sebagai limbah di laboratorium Kimia organik (Gambar

5.12). Metanol atau metil alkohol dilaporkan sangat toksik bagi manusia dan primata apabila

tertelan atau terhirup melalui suatu senyawa metabolit. Di dalam tubuh metanol akan

dioksidasi dulu menjadi metanal, asam format dan akhirnya membentuk karbondioksida.

Penumpukan asam format yang tinggi dalam tubuh akibat asupan metanol yang berlebihan

dapat menyebabkan toksisitas berat dan bahkan menyebabkan kematian ( Jahan et al., 2015).

Keracunan metanol dapat menyebabkan komplikasi yang parah seperti disfungsi visual,

gangguan metabolisme, disfungsi neurologis permanen dan kematian (Kumar et al., 2015)

-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0-0.000015

-0.000010

-0.000005

0.000000

0.000005

0.000010

0.000015

Aru

s(A

)

Potensial (V)

Page 58: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

50

Gambar 5.12 Hasil analisis pembuangan butanol (A) dan metanol (B)di laboratorium kimia

Senyawa organik lain bersifat toksik yang ditemukan di laboratorium kimia organik adalah

asetaldehid dan fenilhidrasin. Fenilhidrasin mempunyai rumus molekul C6H8O2 merupakan

kristal berwarna kuning kecoklatan yang larut dalam pelarut organik (alkohol, eter, kloroform,

benzen). Bersifat toksik apabila tertelan ataupun terhirup dalam saluran pernafasan dan

mempunyai nilai LD50 pada 80 – 188 mg/kg berat badan. Menimbulkan iritasi pada kulit dan

mata serta mempengaruhi protein, glutation dan ATP depletion serta menginduksi anemia

karena mempengaruhi haemoglobin dan membran fosfolipid (Shukla et al, 2012). Kadar

fenilhidrasin dan asetaldehid yang telah dianalisis dengan voltameter menunjukkan nilai

masing-masing 17 dan 20 % (Gambar 5.13).

Gambar 5.13 Hasil analisis pembuangan fenilhidrasin dan astaldehid dalambuangan limbah di laboratorium kimia

-3 -2 -1 0 1 2

-0.00015

-0.00010

-0.00005

0.00000

0.00005

0.00010

-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0-0.012

-0.010

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0.000

0.002

0.004

0.006

0.008

Arus (A)

Potensial (V)

A B

-3 -2 -1 0 1 2-0.0015

-0.0010

-0.0005

0.0000

0.0005

0.0010

Potensial (V)

Arus

(A)

Page 59: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

51

Asetaldehid dengan rumus molekul CH3CHO, merupakan cairan yang tidak berwarna,

flammable dan larut di dalam air, baunya sangat menyesakkan dan menyengat tetapi pada

konsentrasi encer mempunyai aroma buah yang enak. Mempunyai batas ambang bau 0,05

ppm atau 0,09 mg/m3. Dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit serta saluran pernafasan.

EPA mengklasifikasikan aldehid dalam kelompok B2 yang mempunyai kemungkinan dapat

menyebabkan kanker (U.S. Environmental Protection Agency, 1999). Cavallaro (2016)

melakukan penelitian bahwa asetaldehid mempunyai peranan penting bagi orang yang

kecanduan etanol. Aktivitas enzim katalase di otak dapat digunakan untuk mengendalikan

atau bahkan menghilangkan asetaldhid yang ada di otak.

5.4 Akibat yang ditimbulkan dari pembuangan laboratorium

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa hasil

kegiatan praktikum ternyata dapat menghasilkan buangan logam maupun non logam yang

cukup tinggi. Cemaran logam berat yang telah diidentifikasi seperti pada Gambar 5.14 sangat

didominasi oleh logam tembaga yang digunakan di laboratorium organik. Keberadaan logam

yang lain juga perlu perhatian khusus dikarenakan konsentrasinya cukup tinggi yaitu sekitar

14 – 305 ppm dan merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Logam-

logam tersebut memang benar-benar merupakan buangan yang langsung ditampung dan

dianalisis. Pada realitamya hasil sisa kegiatan laboratorium tersebut dibuang melalui wastafel

yang selanjutnya akan mengalir melalui pipa pembuangan yang terbuat dari PVC. Hal

tersebut sesunguhnya sangat tidak aman dan cukup membahayakan. Seperti telah disebutkan

diatas bahwa sisa buangan tersebut pH nya berada di daerah asam (pH 1 ) dan basa (pH 12),

hal tersebut dikarenakan pada beberapa laboratorium sangat sering menggunakan larutan

bersifat asam atau basa seperti asam sulfat pekat, asam klorida pekat dan natrium hidroksida

dalam jumlah yang cukup besar. Apabila hal tersebut dilakukan berkali-kali dalam waktu

yang berkelanjutan maka dapat menyebabkan korosi atau merusak pipa-pipa pembuangan.

Selain buangan logam berat juga terdapat buangan non logam seperti amoniak, asam

nitrat, kloroform, heksan, etanol, metanol, butanol dan juga fenol. Buangan non logam

tersebut tidak dapat dipisahkan pada sisa kegiatan praktikum, kecuali heksan yang tidak

bercampur dengan zat-zat lainnya sehingga dapat dievaporator untuk memisahkan heksan

tersebut. Pada praktikum kimia fisika 2 digunakan fenol sekitar 20 mL perkelompok atau

Page 60: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

52

sekitar 1000 mL untuk satu angkatan setiap satu semester yang dibuang langsung tanpa

adanya perlakuan.

Gambar 5.14 Distribusi buangan logam berat dari kegiatan di laboratorium

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat Kristal tak berwarna yang memiliki bau

khas. Keberadaan fenol dapat menjadi sumber pencemaran yang membahayakan kehidupan

manusia maupun hewan air. Jika seseorang terpapar udara yang mengandung fenol, maka

fenol dapat masuk kedalam tubuh melalui kulit dan paru-paru. Fenol dapat mencapai organ di

dalam tubuh dan menyebabkan efek samping yang membahayakan. Efek jangka pendek

adalah iritasi pernafasan, sakit kepala dan mata terbakar. Sedangkan efek kronis paparan

tinggi fenol adalah kelemahan, nyeri otot, anoreksia, penurunan berat badan dan kelelahan.

Kisaran normal fenol di dalam urin individu yang terpapar adalah 0,5 – 80 mg fenol per liter

urin. Belum diketahui apakah fenol dapat menyebabkan kanker pada manusia. Namun suatu

penelitian telah membuktikan bahwa fenol yang diaplikasikan pada kulit tikus beberapa kali

dapat menyebabkan kanker. Senyawa fenol dapat didegradasi dengan menggunakan

mikroorganisme laut Pseudomonas sp, Actinobacter sp dan Bacillus sp (Dewilda, 2012).

Pada saat dilakukan penelusuran ke tempat yang diduga sebagai tempat akhir dari

semua pembuangan di laboratorium dan telah diambil sampel air tersebut ternyata hasilnya

adalah sangat kecil sekali atau bahkan hasilnya nol. Diduga pada tampungan tersebut telah

bercampur dengan sisa pencucian dari wastafel dan pembuangan dari toilet sehingga

Page 61: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

53

konsentrasinya semakin kecil. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Cahyaningrum (2015)

melakukan identifikasi penyebaran logam berat di tanah menunjukkan hasil yang tidak terlalu

signifikan.

Keberadaan limbah laboratorium yang telah dipaparkan diatas perlu dilakukan

penanganan lebih lanjut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

reduksi limbah, yaitu (i) pengurangan jumlah zat kimia yang digunakan dengan resep yang

lebih kecil, (ii) pengurangan jenis B3, yaitu pemilihan prosedur yang sesuai dalam kegiatan

praktikum, serta penelitian dan pelayanan analisis. Cara kedua yang dapat dilakukan adalah

dengan pemanfaatan 3R yaitu re-use atau penggunaan kembali, recovery atau perolehan

kembali, dan recycle atau daur ulang . Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengubah limbah

B3 menjadi produk yang dapat digunakan namun tetap aman bagi lingkungan dan kesehatan.

Page 62: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

54

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Penelitian ini merupakan Tahun - 1 dari 3 tahun dimana telah diperoleh data yang

konkrit tentang distribusi serta jumlah buangan baik logam maupun non logam hasil kegiatan

praktikum. Langkah selanjutnya (Tahun - 2) adalah melakukan :

1. Pengolahan limbah dengan menggunakan adsorben melalui pemilihan jenis

adsorben yang digunakan (alami dan sintetis)

2. Optimasi pengolahan limbah skala laboratorium meliputi parameter pH, jumlah

adsorben yang ditambahkan dan waktu pengolahan, sehingga diperoleh kondisi

optimum

3. Menggunakan prototipe pengolahan limbah seperti Gambar dibawah pada skala

laboratorium untuk mengolah limbah hasil kegiatan praktikum

ADSORBEN

Page 63: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

55

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan pada

tahap ini adalah sebagai berikut :

1. Pembuangan sisa kegiatan praktikum di laboratorium hanya dibuang melalui bak wastafel

yang ada di masing-masing laboratorium. Telah dilakukan metode pengumpulan sampel

di laboratorium terkait dengan pembuangan sisa kegiatan laboratorium melalui

penampungan di dalam suatu wadah tertentu.

2. Telah dilakukan identifikasi terhadap sisa buangan kegiatan laboratorium, diperoleh

beberapa logam berat seperti : tembaga, kobalt, kadmium, kromium, perak, magnesium,

besi, dan merkuri. Beberapa senyawa organik juga ditemukan seperti fenol, metanol,

butanol, astaldehid dan fenilhidrazin sebagai senyawa organik yang berbahaya yang

dibuang tanpa perlakuan. Hanya pelarut organik seperti heksan yang dapat dipisahkan dan

ditampung kembali.

3. Buangan limbah logam dan non logam tersebut cukup besar dan akan terus terakumulasi

setiap pelaksanaan kegiatan praktikum sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan

pencemaran terhadap lingkungan yang ada disekitarnya

7.2 Saran

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka perlu dilakukan perlakuan lebih lanjut

terhadap hasil pembungan di laboratorium sehingga keberadaannya pada saat dibuang tidak

membahayakan bagi lingkungan disekitarnya. Pengolahan limbah disarankan dengan

melakukan perlakuan menggunakan adsorben pada prototipe yang direncanakan.

Page 64: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

56

DAFTAR PUSTAKA

Bramandita, A. 2009. Pengendapan Kromium Heksavalen dengan Serbuk Besi. Skripsi.Bogor: Institut Pertanian Bogor

Brass,G.M. and Strauss, W. 1981. Air pollutioncontrol. Part IV. John Willey &Sons. NewYork

Cavallaro A., Lavanco G., Cannizzaro C., Brancato A., Majo D.D, Giammanco M., MartinesF., Miccichè I., Plescia F. 2016. Acetaldehyde as the first hit of addictive behavior.Journal of Biological Research. Vol. 89 : 61 – 64

Cornell, D.W. and Miller, G.J. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. PenerjemahY.Kastoer. UI Press, Jakarta

Darmono. 2001. Lingkungan hidup dan pencemaran: hubungan dengan toksikologi senyawalogam. UI Press, Jakarta

Dewilda, Y. Afrianita, R. Iman, F.F. 2012. Degradasi senyawa fenol oleh mikroorganismelaut. Jurnal teknik lingkungan UNAND. 9(1) : 59 – 73

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengolahan sumber daya lingkungan perairan.Karnisius. Yogyakarta

Faust,S.P. and Aly, O.M. 1981. Chemistry of natural water. New York : Ann Arbor Science

Gami A.A., Shukor M.Y., Khalil K.A., Dahalan F.A., Khalid A., and Ahmad S.A. 2014.Phenol and Phenolic Compounds Toxicity. Journal of Environmental Microbiology andToxicology , Vol. 2 : 11-23

Gathergood, N., Scammells, P.J., dan Garcia, M.T.2006, Biodegradable Ionic Liquids, PartIII.The First Readily Biodegradable Ionic Liquids.Green Chem.8. pp. 156.

Jahan K., Mahmood D. and Fahim M. 2015 Effects of methanol in blood pressure and heartrat in the rat. Journal of Pharmacy and Bioallied Science. 7(1) : 60 – 64

Jenie,U.A.2011.Green Technology, Green Chemistry: Menuju Mitigasi KerusakanEkosistem”. IPD AIPI dan HKI, Bandung, Jawa Barat.

Kumar P., Gogia A., Kakar A. and Miglani P. 2015. An interesting case of characteristicmethanol toxicity through inhalation exposure. Journal of family medicine andprimary care. 4(3) : 470 – 473

Kusnoputranto, H. 2006. Toksikologi lingkungan, Logam toksik dan berbahaya. FKM - UIPress dan Pusat Penelitian Sumber daya Manusia dan Lingkungan. Jakarta

Lancaster, M. 2002. Green Chemistry: an Introductory Text. Chambridge: The Royal Societyof Chemistry.

Page 65: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

57

Lepp, N.W. 1981. Effect of Heavy Metal Pollution on Plant. Journal of Applications Science.1: 99 – 121.

Lu, Rui. M. Hernandez, A. Montserrat, R.M. Isabelle, and D.C. Baulcombe. 2003. Virus-induced Gene Silencing in Plants. Methods. Journal of Application Science. 30: 296-303

Manahan, S.E. 1992. Enviromental Chemistry. 6th. Ed. Lewis Publisher. USA.

Manahan, S.E. 2006. Green Chemistry and The Ten Commandments of Sustainability. Edisike-2. Columbia: ChemChar Research, Inc.

Nastar. 1998. Green Chemistry: Teory and Practice. Oxford: Oxford University Press.

Nellemann, C., MacDevette, M., Manders, T., Eickhout, B.,Svihus, B., Prins, A.G.,danKaltenborn, B.P. (Eds). 2009. The Environmental Food Crisis – The Environment’sRole in Averting Future Food Crises. A UNEP rapid response assessment.UnitedNations Environment Programme, GRID-Arendal.

Palar. 2008. Pencemaran dan toksikologi logam berat. PT.Rineka Cipta, Jakarta

Priadi, B., Herdianita, N.R., dan Suryantini. 2011. Bumi sebagai Sistem Kimia: Keuntungan,Pemanfaatan, dan Resikonya. IPD AIPI dan HKI, Bandung, Jawa Barat.

Rahde, A.F. 1991. Lead in organic. IPCS INCHEMRaouf A.M.S and Raheim A.R.M. 2017. Removal of Heavy Metals from Industrial Waste

Water by Biomass-Based Materials: A Review. J Pollut Eff Cont . 5(1) : 1-13

Santosa, S.J. 2008. Kimia Hijau sebagai Pilar Utama Pembangunan Lestari. Pidatopengukuhan jabatan guru besar dalam ilmu kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada,D.I. Yogyakarta.

Sitompul, S.M dan Guritno, B. 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta

Shukla P., Yadav N.K., Singh P., Bansode F.W. and Singh R.K. 2012. Phenylhydrazineinduced toxicity: a review on its haematotoxicity. International Journal of Basic andApplied Medical SciencesVol. 2 (2) : 86 – 91

Teshow, M. 1989. Air Pollution and Plant Live. John Wiley & Sons Ltd. New York. pp.113 – 157

U.S. Environmental Protection Agency. 1999. Integrated Risk Information System (IRIS) onAcetaldehyde. National Center for Environmental Assessment, Office of Research andDevelopment, Washington, D.C.

Widowati, dkk. 2008. Efek toksik logam pencegahan dan penanggulangan pencemaran. CV.Andi Offset, Yogyakarta

Widyatmiko, E. S. 2005. Perancangan suatu Industri Kimia. Makalah disajikan padaSeminar Nasional MIPA FMIPA UNY, D.I. Yogyakarta.

Page 66: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

58

LAMPIRAN 1PEMBUATAN KURVA STANDAR LOGAM

1. Kurva standar Cu

2. Kurva standar Fe

No. Konsentrasi Cu (ppm) Absorbansi1. 0,5 0,0642. 1,5 0,1223. 2,0 0,1924. 3,5 0,4935. 5,0 0,598

No. Konsentrasi Fe (ppm) Absorbansi1. 3 0,0352. 5 0,0563. 10 0,1054. 15 0,1495. 20 0,201

Page 67: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

59

3. Kurva standar Cr

No. Konsentrasi Cr (ppm) Absorbansi1. 2 0,1252. 4 0,2713. 8 0,4114. 10 0,5195. 20 1,087

Page 68: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

60

4. Kurva standar Co

5. Kurva standar Cd

No. Konsentrasi Co (ppm) Absorbansi1. 1 0,0262. 3 0,0843. 5 0,1214. 10 0,2355. 12 0,276

No. Konsentrasi Cu (ppm) Absorbansi1. 0,5 0,0582. 1,5 0,1773. 2,0 0,2224. 3,5 0,3845. 5,0 0,590

Page 69: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

61

6. Kurva standar Mg

No. Konsentrasi Mg (ppm) Absorbansi1. 0,1 0,0352. 0,3 0,0533. 0,51 0,0714. 1 0,1195. 2 0,2016. 3 0,268

Page 70: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

62

7. Kurva standar Ag

8. Kurva standar Pb

No. Konsentrasi Ag (ppm) Absorbansi1. 1,5 0,0452. 2,5 0,0753. 4,0 0,1294. 6,0 0,1855. 10,0 0,303

No. Konsentrasi Pb (ppm) Absorbansi1. 5 0,0182. 10 0,0373. 20 0,0684. 30 0,1035. 40 0,146

Page 71: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

63

9. Logam Hg

-0.5

-0.008

-0.004

0.000

Arus

(

konsentrasi (ppm)

B C D E F G H

Page 72: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

64

LAMPIRAN 2PERHITUNGAN JUMLAH LOGAM DARI SAMPEL PEMBUANGAN

LABORATORIUM

1. Logam Cu

2. Logam Fe

No. Laboratorium Absorbansi Rata-rata A Konsentrasi

1 K.anorg 0.202 0.2010 21.6670.2

0.2012 K. Anorg 0.006 0.0060 0.000

0.0060.006

No. Laboratorium Absorbansi Rata-rata A

Konsentrasi Totalsampel

1 K Analitik 0.003

0.002 0.4

1,0780.0020.001

KA 0.0130.0103 0.6780.008

0.012 KF 3 0.001

0.0013 0.3780.0010.002

3 K Anorg 0.3720.3977 13.5890.411

0.414 K org 2.126

2.1260 71.200

7122,533

(100x) 2.1272.125

5 K Org 0.0660.0660 2.5330.066

0.066

Page 73: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

65

3. Logam Cr

4. Logam Co

5. Logam Cd

No. Laboratorium Absorbansi Rata-rata A Konsentrasi

1 KA 0.01 0.0100 0.1210.010.01

2 K A 0.011 0.0110 0.1290.0110.011

No. Laboratorium Absorbansi Rata-rata A Konsentrasi

1 KA 0.336 0.3380 6.0960.3420.336

2 K Anorg 0.023 0.0230 0.0380.0230.023

No. Laboratorium Absorbansi Rata-rata A Konsentrasi

1 KA 1.8 1.8067 81.7121.811.81

2 K Anorg 0.125 0.1257 5.3030.1260.126

Page 74: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

66

6. Logam Mg

No. Laboratorium Absorbansi Rata-rata A Konsentrasi

1 K Analitik 17.1 17.16667212.3045

17.117.3

KA 0.011 0.0153 0.5596710.0180.017

2 KF 3 1.42 1.4200 17.901231.421.42

3 K Anorg 0.001 0.0017 0.3909470.0020.002

7. Logam Pb

No. Laboratorium Absorbansi Rata-rata A Konsentrasi

1 K Analitik 0.014 0.01334.4444

0.0130.013

KA 0.006 0.0237 7.88890.06

0.0052 K Anorg 0.004 0.0040 1.3333

0.0040.004

3 K O karbo 0.81 0.8133271.1111

0.820.81

KO protein0.061 0.0607

20.22220.0610.06

Page 75: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

67

8. Logam Ag

No. Laboratorium Absorbansi Rata-rata A Konsentrasi

1 K Analitik 0.002 0.0026670.555556

0.0030.003

KA 0.007 0.0057 1.5555560.0050.005

2 KF 3 0.001 0.0010 00.0010.001

3 K O sabun 0.001 0.00100

0.0010.001

KO alk fenol0.009 0.0070

20.0060.006

KO ald keton0.129 0.1290

42.666670.1290.129

9. Logam Hg

Persamaan garis : Y = -8.10-5 X - 3.10-5

Sampel = - 0,0012 → X =( -0,0012 + 3.10-5) / -8 . 10-5

= 14,375 ppm

Page 76: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

68

LAMPIRAN 3KURVA STANDAR NON LOGAM DENGAN VOLTAMETER

1. Fenol

-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0-0.00006

-0.00004

-0.00002

0.00000

0.00002

0.00004

0.00006

B C D E F

Page 77: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

69

2. Butanol

-3 -2 -1 0 1 2-0.00004

-0.00003

-0.00002

-0.00001

0.00000

0.00001

0.00002

0.00003

B C D E F

Page 78: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

70

3. Fenilhidrasin Asetaldehid

-3 -2 -1 0 1 2-0.00045

-0.00040

-0.00035

-0.00030

-0.00025

-0.00020

-0.00015

-0.00010

-0.00005

0.00000

0.00005

0.00010

0.00015

0.00020

0.00025

B C D E F

-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0

-0.00030

-0.00025

-0.00020

-0.00015

-0.00010

-0.00005

0.00000

0.00005

0.00010

0.00015

0.00020

0.00025

B C D E F

Page 79: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

71

4. Metanol

-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0-0.00003

-0.00002

-0.00001

0.00000

0.00001

0.00002 1% 5% 10% 15% 20%

Arus (A)

Potensial (V)

Page 80: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

72

LAMPIRAN 4PUBLIKASI DI SEMINAR NASIONAL KIMIA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2017

IDENTIFIKASI LOGAM BERAT HASIL PEMBUANGAN KEGIATAN DILABORATORIUM

IDENTIFIKCATION OF HEAVY METAL DISPOSAL ACTIVITY IN THE LABORATORY

Nuniek Herdyastuti 1*Rusmini 1 dan Sari Edi Cahyaningrum 1

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya (1)[email protected]*

Abstrak

Limbah laboratorium yang berupa bahan organik dan anorganik (logam-logam berat)tersebut apabila terakumulasi maka dapat membahayakan lingkungan di sekitarnya seperti tanah,air dan tanaman. Beberapa logam berat banyak yang dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulusehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk melakukan identifikasi terhadap logam berat hasil pembuangan kegiatan dilaboratorium. Logam berat dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom danvoltameter. Hasil analisis menunjukkan adanya beberapa logam berat seperti Pb, Cu, Ag, Co, Cd,Cr dan Hg. Hasil buangan logam tersebut cukup tinggi yaitu 35 g/L untuk logam Cu, 1200 ppmuntuk logam Pb dan 220 ppm Ag setiap semester. Berdasarkan data yang diperoleh maka perludilakukan penanganan terhadap hasil pembuangan kegiatan di laboratorium

Kata kunci: laboratorium, limbah, logam berat

PENDAHULUAN

Limbah merupakan buangan bahan kimia yang telah dipakai, bahan baku kedaluarsa, atauproduk proses di laboratorium seperti sisa spesimen. Limbah organik atau anorganik dengankonsentrasi dan kualitas tertentu dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagikesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Seperti diketahuibahwa logam-logam seperti kromium, tembaga, timbal, mangan, merkuri, kadmium sangatberbahaya bagi kesehatan manusia dan juga lingkungan karena sifatnya yang toksik (Yazeminand Zeki, 2007; Ong, et al , 2010).

Page 81: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

73

Laboratorium disebutkan salah satu sumber penghasil limbah baik padat, gas atau cair.Limbah laboratorium adalah buangan yang berasal dari laboratorium, dalam hal ini khususnyaadalah laboratorium kimia. Limbah ini dapat berasal dari bahan kimia, peralatan untuk pekerjaanlaboratorium dan lain-lain. Limbah laboratorium ini mempunyai resiko berbahaya bagilingkungan dan mahluk hidup. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimiasenyawa organik dan senyawaanorganik. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan olehlimbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Karakteristik limbah dipengaruhioleh ukuran partikel (mikro), sifatnya dinamis, penyebarannya luas dan berdampak panjang ataulama. Sedangkan kualitas limbah dipengaruhi oleh volume limbah, kandunganlimbah, kandungan bahan pencemar dan frekuensi pembuangan limbah.

Sebagai limbah kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber darilaboratorium kimia dikarenakan bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan di laboratoriumkimia. Pembuangan sejumlah material berbahaya ke lingkungan dapat menyebabkan masalahbagi lingkungan karena keberadaan material tersebut sulit untuk biodegradasi. Dalam jumlahtertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusak rantai makanan yang ada dilingkungan serta membahayakan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnyasehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu(Lakherwal, 2014).Logam berat menjadi isu global bagi lingkungan dan kesehatan manusiadikarenakan sifat toksisitasnya, menyebabkan bioakumulasi dalam tubuh manusia dan rantaimakanan, karsinogenik dan dapat menyebabkan mutasi pada beberapa organisme (Rahman, 2015)

Intensitas kegiatan laboratorium di Jurusan Kimia sangat tinggi baik untuk kegiatanpraktikum maupun penelitian bagi mahasiswa maupun dosen. Selama ini pembuangan sisakegiatan praktikum belum dilakukan dengan sebagaimana mestinya dikarenakan Jurusan Kimiabelum mempunyai tempat pembuangan apalagi sistem pengolahan limbah laboratorium.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif kuantitatif

Target/Subjek Penelitian

Target/subjek penelitian ini adalah limbah hasil kegiatan di laboratorium. Pengambilansampel dilakukan dengan cara mengumpulkan semua limbah kegiatan praktikum di masing-masing laboratorium pada suatu wadah untuk selanjutnya dianalisis

Page 82: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

74

Prosedur

Pengumpulan sampel di laboratorium

Sampel hasil pembuangan kegiatan praktikum di masing-masing laboratoriumditampung dalam suatu wadah untuk satu kali kegiatan. Sampel ditambahkan asam nitrat pekatdan disaring dengan menggunakan kertas saring, diperoleh filtrat yang siap untuk dianalisis

Penentuan logam berat dari masing-masing laboratorium

Filtrat dari sampel masing-masing laboratorium ditentukan kandungan logamnya (Pb,Cu, Ag, Hg, Mg, Cr, Co dan Cd) dengan menggunakan AAS (Perkin Elmer AAnalyst 700)danlogam Hg dengan menggunakan voltameter (Metrohm, 797 VA Computrace). Konsentrasi darimasing-masing logam ditentukan berdasarkan persamaan regresi linier dari kurva standar untukmasing-masing logam.

Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh berupa absorbansi pada AAS selanjutnya dibuat grafik. Untuk voltameterdata yang diperoleh berupa notepad dari kuat arus yang terukur

Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan data yang dituju maka dibuat kurva standar dari masing-masing logam,sehingga diperoleh persamaan garis masing-masing. Sampel yang ditentukan diperolehberdasarkan persamaan regresi linier tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Laboratorium secara umum merupakan suatu tempat dimana proses percobaan atauanalisis kimia dilakukan yang melibatkan sumber daya manusia, bahan kimia berbahaya sertahasil samping dari reaksi yang terjadi. Laboratorium menjadi sangat unik karena semua bahankimia berbahaya yang ada di dalamnya meskipun kecil namun mampu menghasilkan limbahyang potensial terhadap kerusakan lingkungan (Turang, 2006).

Beberapa logam berat yang dianggap berbahaya sebagai buangan kegiatan dilaboratorium telah dianalisis. Logam berat dikatagorikan sebagai unsur yang mempunyai beratatom antara 63,5 – 200,6 yang membahayakan bagi kesehatan dan lingkungan (Lakherwal, 2014).Menurut Ahalya (2003) menyebutkan bahwa yang tergolong dalam logam berat pada buanganlimbah industri adalah timbal, kromium, merkuri, uranium, selenium, seng, arsen, kadmium,perak, emas, dan nikel. Di laboratorium kimia analitik ditemukan beberapa logam berat yangcukup beragam diantaranya adalah Cu, Cr, Co, Cd, Ag, Mg dan Pb. Jumlah logam-logam

Page 83: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

75

tersebut ditemukan dalam konsentrasi yang bervariasi antara 0,25 - 212,87 ppm sepertiditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Jenis buangan logam di laboratorium Kimia analitik

Beberapa buangan logam tersebut dihasilkan dari hasil kegiatan praktikum yang ada dilaboratorium tersebut yang menggunakanreagen dari senyawa-senyawa tersebut dalamkonsentrasi dan jumlah yang cukup tinggi sehingga buangan tersebut masing cukup tinggikonsentrasinya. Hal tersebut juga ditemukan pada beberapa buangan di laboratorium kimiaorganik, anorganik dan kimia fisika seperti pada Gambar 2, 3 dan 4.

Gambar 2. Jenis buangan logam di laboratoriumKimia anorganik

Logam tembaga ditemukan di semua laboratorium dengan jumlah yang beragam dankonsentrasinya sangat tinggi pada laboratorium organik. Tembaga merupakan unsur yang sangatdiperlukan pada metabolisme karbohidrat dan lemak serta menjaga aktivitas jantung dan salurandarah. Menurut WHO konsentrasi maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 1,5mg/L dan pada tubuh orang dewasa mengandung 100 – 150 mg Cu2+. Apabila melebihi darikonsentrasi tersebut akan bersifat toksik bagi tubuh dan menyebabkan gangguan pada kesehatan

Page 84: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

76

seperti mual, sakit kepala, gangguan pernafasan, anemia pendarahan di gastrointestinal, hati,gagal ginjal dan kematian (Ahamed and Begum, 2012)

Gambar 3. Jenis buangan logam di laboratoriumKimia organik

Di laboratorium kimia anorganik juga ditemukan beberapa buangan logam berbahayaseperti Cu, Fe, Cr, Co, Mg, Pb dan Hg (Gambar 2), demikian halnya di laboratorium kimiaorganik (Gambar 3) dengan jumlah yang cukup tinggi. Urutan logam yang mempunyai toksisitastinggi adalah adalah sebagai berikut : Hg2+> Cd2+> Ag+> Ni2+> Pb2+> As3+> Cr2+> Sn2+> Zn2+

(Darmono, 2001).Berdasarkan urutan tersebut maka merkuri mempunyai urutan tertinggitoksisitasnya. Logam merkuri ditemukan di laboratorium kimia anorganik dengan konsentrasi14,8 ppm. Menurut SNI 7387 (2009) menyatakan bahwa toksisitas merkuri adalah 0,005 mg/kgbb sebagai merkuri total atau 0,0016 mg/kg bb sebagai metil merkuri. Merkuri merupakan salahsatu logam yang keberadaannya bersifat toksik pada lingkungan, dimana merkuri dapat masuk kedalam rantai makanan. Apabila konsentrasinya besar maka dapat terakumulasi pada manusia danhewan yang dapat menyebabkan pengaruh yang merugikan pada kesehatan (Silva et al., 2010).Metil merkuri diyakini dapat menghambat aktivitas enzimatik di otak kecil, daerah yangbertanggung jawab pada pertumbuhan syaraf dan pada keadaan kronis dapat menyebabkanretardasi mental. Efek tersebut terlihat secara medis untuk orang dewasa pada konsentrasi 0,2 –0,5 mg/kg di dalam darah atau dibawah 15 – 20 g/kg di rambut. Berdasarkan hal tersebut makaperlu menghilangkan Hg (II) dari limbah air sebelum dibuang ke lingkungan sekitarnya(Kadirvelu et al. , 2004).

Gambar 4. Jenis buangan logam di laboratoriumKimia fisika

Page 85: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

77

Keberadaan perak juga ditemukan cukup tinggi di laboratorium organik. Mengingatbahaya yang ditimbulkanya maka batas maksimum untuk perak yang diperbolehkan dalam airlimbah sangat kecil.Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RepublikIndonesia No.45 tahun 2006 tentang baku mutu TCLP (Toxicity Characteristic LeachingProsedure) pencemar dalam limbah untuk penentuan karakteristik sifat racun, kandungan perak(Ag) yang diperbolehkan sebesar 5,0 mg/L (Anonim, 2006).

Logam timbal atau Pb ditemukan pada hampir semua laboratorium dengan konsentrasi1,3 - 291,3 ppm. Penelitian dari Lou dan Chang (2007) yang terkait dengan pengembanganprosedur untuk penanganan limbah yang banyak mengandung logam berat, menyatakan bahwasepuluh logam seperti Pb, Cd, Cu, Cr, Zn, Ag, Hg, Sn, Mn dan Ni dikatagorikan sebagai logamberat sehingga harus dikurangi keberadaannya. Timbal merupakan salah satu logam berat dengantoksisitas tertinggi yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat karsinogenik,dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu lama dan toksisitasnya tidak berubah(Brass & Strauss, 1981). Keberadaan timbal banyak ditemukan di daerah perairan seperti didaerah Dumai sebesar 1,8 ppm dan di daerah sedimen kawasan industry sebesar 64,2 ppm(Anggraini, 2007). Logam timbal tersebut juga ditemukan pada tanaman seperti pada kangkungmeskipun dalam jumlah dibawah batas normal (Mulyani, 2012).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kegiatan di laboratorium dapat menghasilkan sisa pembuangan limbah beberapa logamberat yang berbahaya dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Limbah tersebut dibuang tanpaperlakuan yang terdistribusi di semua laboratorium. Buangan logam dengan konsentrasi tertinggiyang ditemukan adalah Cu dengan konsentrasi 7123 ppm, Pb 291,3 ppm dan Ag 44,7 ppm

Saran

Perlu dilakukan pengolahan limbah sebelum dibuang dan dilakukan pengurangan konsentrasiserta volume reagen yang digunakan

DAFTAR PUSTAKA

Ahalya N, Ramachandra TV, Kanamadi RD (2003). Biosorption of heavy metals. Res. J. Chem.Environ. 7: 71-78.

Ahamed A.J. and Begum A. S. 2012. Adsorption of copper from aqueous solution using lowcostadsorbent. Archives of Applied Science Research. 4 (3) : 1532-1539

Anonim. 2009. SNI No 7387-2009 Tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam bahanpangan. Badan Standarisasi Nasional. ICS.67.220.20 Jakarta

Page 86: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

78

Brass,G.M. and Strauss, W. 1981. Air pollutioncontrol. Part IV. John Willey &Sons. New YorkDarmono. 2001. Lingkungan hidup dan pencemaran: hubungan dengan toksikologi senyawa

logam. UI Press, JakartaKadirvelu K., Kanmani P., Senthilkumar P., and Subburam V. 2004. Separation ofMercury(II) from Aqueous Solution by Adsorption onto an Activated Carbon Preparedfrom Eichhornia crassipes. Adsorption Science & Technology.Vol. 22 (3) : 207 -221

Lakherwal D. 2014. Adsorption of Heavy Metals : A ReviewInternational. Journal ofEnvironmental Research and Development. Vol 4 : 1. pp. 41-48

Lou J.C. and Chang. C.K. 2007. Completely treating heavy metal laboratory waste liquid by animproved ferrite process. Separation and Purification Technology. 57 : 513 – 518

Mattar B.B.W., Mortha G., Boufi S., Aloui L.E., and Belgacem M.N. (2016). Adsorption ofheavy metal on charcoal from lignin. Cellulose Chem. Technol. 50 701 - 709

Mulyani. S., Triyani I.G.A.L., E.N. Sujana.A. 2012. Identifikasi cemaran logam Pb dan Cd padakangkung yang ditanam di daerah kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 12 (2) : 345-349

Ong S.A, Toorisakaa E., Hirataa M., Hanoa T. 2010. Adsorption and toxicity of heavy metals onactivated sludge. Science Asia. 36 : 2014-209

Rahman M.S and Sathasivam K.V. 2015. Heavy Metal Adsorption onto Kappaphycus sp. FromAqueous Solutions: The Use of Error Functions for Validation of Isotherm and KineticsModels. BioMed Research International. http://dx.doi.org./10.1155/2015/126298

Silva H.S., Ruiz S.V., Granados D.L., and Santángelo J.M. 2010. Adsorpstion of mercury (II)from liquid solutions using modified activated carbons. Materials Research. Vol 13 (2)

Turang Y.Y. 2006. Pengelolaan kimia sisa bahan laboratorium (Studi kasus di laboratoriumPT.Pupuk Kaltim Bontang). Tesis. Program Master Ilmu Lingkungan UniversitasDiponegoro. Semarang

Widowati, dkk. 2008. Efek toksik logam pencegahan dan penanggulangan pencemaran. CV.Andi Offset, Yogyakarta

Yasemin B. and Zeki T. 2007. Removal of heavy metals from aqueous solution by sawdustadsorption. Journal of Environmental Sciences 19 : 160–166

Page 87: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

79

Page 88: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

80

LAMPIRAN 5PUBLIKASI DI JURNAL INTERNASIONAL : JOURNAL OF MATERIAL AND

ENVIROMENTAL SCIENCE (Q4 PADA TAHAP REVIEW)

Identifikcation of Heavy Metal Disposal Activity in The Laboratory

Nuniek Herdyastuti1*, Rusmini 1, Sari Edi Cahyaningrum1

1Department of Chemistry, Universitas Negeri Surabaya, East Java Indonesia.

1. IntroductionWaste is a waste of chemicals that have been used, raw materials expired, or process products in

the laboratory such as the rest of the specimen. Organic or inorganic waste with certain concentrations

and qualities can have a negative impact on the environment, especially for human health, so it needs to

be handled to waste. As it is known that metals such as chromium, copper, lead, manganese, mercury,

cadmium, arsenic are very harmful to human health as well as the environment due to their toxic nature

[1-5].

The laboratory is mentioned as one source of solid waste, gas or liquid waste. Laboratory waste is

discharges derived from the laboratory, in this case particularly the chemical laboratory. This waste may

come from chemicals, equipment for laboratory work and others. This laboratory waste has a dangerous

risk to the environment and living creatures. When reviewed chemically, this waste comprises chemicals

of organic compounds and inorganic compounds. The degree of danger of toxicity caused by the waste

depends on the type and characteristics of the waste. Wastewater characteristics are influenced by particle

size (micro), dynamic nature, wide spread and long or long-term impact. While the quality of waste is

influenced by the volume of waste, waste content, pollutant content and frequency of waste disposal.

AbstractThe laboratory is mentioned as one source of solid waste, gas or liquid waste.Laboratory waste in the form of organic and inorganic materials (heavy metals) ifaccumulated then it can endanger the surrounding environment such as soil, water andplants. Some heavy metals are thrown away without processing in advance so it is fearedto cause environmental pollution. This study Identificated of heavy metal disposalactivities in the laboratory. Heavy metals were analyzed using atomic absorptionspectrophotometers and voltammeters. The results of the analysis show that there aresome heavy metals such as Pb, Cu, Ag, Co, Cd, Cr and Hg. The metal waste product ishigh that is 35 g / L for Cu metal, 1200 ppm for metal Pb and 220 ppm Ag every sixmonth.Based on the data obtained it is necessary to handle the results of disposalactivities in the laboratory

ReceivedRevisedAccepted

KeywordsHeavy metal LaboratoryWaste

[email protected] ;Phone: +628175112310;Fax: +62318298761

Page 89: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

81

As a waste of its presence is quite alarming, especially those sourced from the chemical

laboratory due to toxic and hazardous materials widely used in chemical laboratories. Disposing of some

hazardous material into the environment can cause problems for the environment because the presence of

such materials is difficult for biodegradation. To a certain extent to a certain degree, its presence can

damage the food chain that exists in the environment and endanger the health of even deadly humans or

other lives so that it is necessary to set permissible limits in the environment at any given time [6]. Heavy

metals become a global issue for the environment and human health due to their toxicity, causing

bioaccumulation in the human body and food chain, carcinogenic and can cause mutations in some

organisms [7]. Chromium have been reported to be toxic to animal and human, and it is known to

carcinogenic. Cr (VI) is more toxic, it can diffuse as CrO42- or HCrO4- through cell membranes [8]

The intensity of laboratory activities in the Chemistry Department is very high both for

practicum and research activities for students and lecturers. So far, the disposal of the remainder of

practicum activity has not been done properly because Chemical Department has not had a dumping

waste laboratory system especially.

2. Material and Methods2.1. Heavy metal wasteThe samples of disposal of laboratory activities are accommodated in a container for one time activity.The sample was added concentrated nitric acid (Merck) and filtered by using filter paper, obtained filtrateready to be analyzed.

2.2. Analysis of heavy metal wasteThe filtrate of each laboratory sample determined its metal content Pb, Cu, Ag, Hg, Mg, Cr, Co and Cdusing atomic absorption spectrophotometer (Perkin Elmer AAnalyst 700) and voltameter (Metrohm, 797VA Computrace). The concentrations of each metal are determined by the linear regression equation ofthe standard curves for each metal.

3. Results and discussionThe general of laboratory is a place where experimental processes or chemical analyzes are

conducted involving human resources, hazardous chemicals as well as by-products of reactions. The

laboratory becomes very unique because of all the hazardous chemicals present in it although small but

capable of generating potential waste against environmental damage [9].

Some of the heavy metals considered harmful as waste activity in the laboratory have been

analyzed. Heavy metals are categorized as elements having an atomic weight between 63.5 and 200.6

which are harmful to health and the environment [6]. According to Ahalya (2003) mentions that those

classified as heavy metals in industrial waste disposal are lead, chromium, mercury, uranium, selenium,

Page 90: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

82

zinc, arsenic, cadmium, silver, gold and nickel [10]. In analytical chemistry laboratories found some quite

diverse heavy metals such as Cu, Cr, Co, Cd, Ag, Mg and Pb. The amounts of these metals are found in

concentrations varying from 0.25 to 212.87 ppm as shown in Figure 1.

Figure 1. Type of metal waste in the analytical chemistry laboratory

Some of these metallic exhausts are produced from the laboratory results of the laboratory using

the reagents of the compounds in concentrations and high enough amounts so that the waste is sufficiently

high in concentration. It is also found in some exhausts in organic, inorganic and physical chemistry

laboratories (Figures 2 to 4).

Figure 2. Type of metal waste in the anorganic chemistry laboratory

Page 91: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

83

Figure 3. Type of metal waste in the organic chemistry laboratory

Figure 4. Type of metal waste in the physical chemistry laboratory

Copper metal is found in all laboratories of varying quantities and very high concentrations in organic

laboratories. Copper is an indispensable element in the metabolism of carbohydrates and fats as well as

maintaining the activity of the heart and blood vessels. According to WHO the maximum permissible

concentration in drinking water is 1.5 mg / L and in adult body contains 100 - 150 mg Cu2+. If it exceeds

that concentration it will be toxic to the body and cause disruption to health such as nausea, headache,

respiratory disorders, gastrointestinal bleeding anemia, schizoprenia, insomnia, autism, liver, kidney

failure and death [11-12]

Page 92: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

84

In inorganic chemistry laboratories are also found some harmful metal waste such as Cu, Fe, Cr,

Co, Mg, Pb and Hg (Figure 2), as in organic chemistry laboratories (Figure 3) with a high enough amount.

The order of metals that have high toxicity is as follows: Hg2+> Cd2+> Ag+> Ni2+> Pb2+> As3+> Cr2+>

Sn2+> Zn2+ [13]. Based on the sequence, mercury has the highest order of toxicity. Metallic mercury was

found in an inorganic chemical laboratory with a concentration of 14.8 ppm. According to SNI 7387

(2009) states that mercury toxicity is 0.005 mg / kg as total mercury or 0.0016 mg / kg as methyl mercury

[14]. Mercury is one of the metals whose existence is toxic to the environment, where in mercury can

enter the food chain. When the concentration is large it can accumulate in humans and animals that can

cause adverse health effects [15]. Methyl mercury is believed to inhibit enzymatic activity in the

cerebellum, the area responsible for nerve growth and in chronic conditions can lead to mental retardation.

These effects are seen medically for adults at concentrations of 0.2 - 0.5 mg / kg (w/w) in the blood or

below 15 - 20 g / kg (w/w) in hair. Based on this, it is necessary to remove Hg (II) from waste water

before discharging into the surrounding environment [16].

The presence of silver is also found to be quite high in organic laboratories. In view of the

dangers it poses, the maximum limit for silver allowed in wastewater is very small. Based on the

Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources of the Republic of Indonesia No.45 of 2006

on the TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) standard of pollutants in waste for the

determination of toxic properties , the permitted silver content of 5.0 mg / L.

Metals lead or Pb are found in almost all laboratories with concentrations of 1.3 - 291.3 ppm.

According to Lou and Chang (2007) related to the development of procedures for handling heavy-metal

waste containing, states that ten metals such as Pb, Cd, Cu, Cr, Zn, Ag, Hg, Sn, Mn and Ni are

categorized as heavy metals so it must be reduced its existence [17]. Lead is one of the heavy metals with

the highest toxicity that is very dangerous to living beings because it is carcinogenic, can cause mutations,

decompose in the long term and its toxicity does not change [18]. The presence of such substances leads

to the accumulation of metal ions in various animal and vegetal organism and their transfer to humans

through the food chain. They are not biodegradable, potential toxic and tend to accumulate in living

organism. Consequently various desease have appeared, thus constituting a serious public health problem

[19]. The lead metal is also found in plants such as in kale, although in numbers below normal limits [20].

ConclusionActivities in the laboratory can result in waste disposal of some dangerous heavy metals with high

concentrations. The waste is discharged without the treatment distributed in all laboratories. The highest

concentration of metal waste found was Cu with concentration of 7123 ppm, Pb 291.3 ppm and Ag 44.7

ppm.

Page 93: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

85

References

1. B. Yasemin and T. Zeki ,J. of Environ.Sci. 19 (2007) 160–1662. S.A. Ong, E. Toorisakaa, M. Hirataa, T. Hanoa,Science Asia. 36 (2010) 201-2093. G. Annadurai, R.S. Juang and D.J. Lee, Water Sci. and Technol.. 147 (2002) 185-1904. N. Sangiumsak and P. Punrattanasin, Pol.J.Environ.Stud. 23 (2014) 853 - 8655. A.M.S. Rouf and A.A.R.M. Raheim, J. of Pollut. effect and control. 5 (2017) 1 - 136. D. Lakherwal ,J. of Environ. Res. and Dev.. 4 (2014) 41-487. M.S.Rahmanand Sathasivam K.V ,BioMed. Res. Inter.. (2015)8. Y. Deng, N. Kano, and H. Imaizumi, J. of Chem. (2017) 1 - 89. Y.Y. Turang , Pengelolaan kimia sisa bahan laboratorium (Studi kasus di laboratorium PT. Pupuk

Kaltim Bontang). (2006).10. N. Ahalya, T.V. Ramachandra, R.D. Kanamadi,Res. J. Chem. Environ. 7(2003)71-78.11. A.J. Ahamed and A.S. Begum.Arch. of Appl. Sci. Res.. 4 (2012) 1532-153912. N. Ariffin, M.M.A.B. Abdullah, M.R.R.M.A. Zainol, M.F. Murshed, and R. Banyuadji. MATEC

web.Confr. 97(2017)13. Darmono. Lingkungan hidup dan pencemaran: hubungan dengan toksikologi senyawa logam. (2001)14. Anonymous. SNI No 7387-2009 Tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam bahan

pangan. Badan Standarisasi Nasional. ICS.67.220.20 (2009)15. H.S. Silva, S.V. Ruiz, D.L. Granados, and J.M. Santángelo,Mater. Res. 13 (2010)16. K. Kadirvelu, P. Kanmani, P. Senthilkumar, and V. Subburam, Adsorp. Sci.& Technol.22 (2004) 207 -

22117. J.C. Lou and C.K. Chang,Separ. and Purif. Technol. 57 (2007) 513 – 51818. G.M. Brass and W. Strauss 1981. Air pollutioncontrol. Part IV. (1981)19. B.B.W. Mattar, G. Mortha, S. Boufi, L.E. Aloui, and M.N. Belgacem, Cellulose Chem. Technol. 50

(2016).701 - 70920. S. Mulyani, I.G.A.L. Triyani, E.N.A. Sujana,J. Bumi Lestari. 12 (2012) 345-349

Page 94: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

86

LAMPIRAN 6LEMBAR PEMBAHASAN SEMINAR HASIL

Page 95: LAPORAN AKHIR TAHUN PENELITIAN PRODUK TERAPAN

87