laporan dk 1 bhl 6 kelompok 12

24
Kasus 1: Pasien dengan Kanker Tumor Dokter: Seorang laki-laki berusia 75 tahun mengalami tumor ganas primer di lobus occipital. Dilema yang terjadi adalah apakah pasien tersebut akan dioperasi atau hanya diberi terapi simptomatis. Karena saya telah menerangkan kepada keluarga pasien bahwa meskipun kami mengoperasi pasien dan memberikannya kemoterapi dan radioterapi paska operasi, tetapi lama hidup pasien tidak akan lebih dari 1 samapai 1,5 tahun, bahkan setelah terapi penuh. Di sisi lain, apabila kami tidak mengoperasi pasien dan memberikan terapi suportif saja, pasien mungkin dapat bertahan hingga 6-9 bulan. Saat ini, jujur, saya sangat bingung apakah akan mengambil keputusan mengoperasi atau memberikan terapi konservatif saja karena pasien bukan merupakan kandidat yang baik untuk operasi. Pasien obesitas dan hipertensi. Saya memberikan keputusan final kepada keluarga. Pertanyaan Dokter memberikan keputusan terapi kepada keluarga tanpa memberikan rekomendasi yang jelas dan tidak melibatkan pasien. Diskusikan dampak etik yang terjadi. Apakah menurut anda proses ini dapat diterima? Mengapa / mengapa tidak?

Upload: ariniunsoed

Post on 02-Aug-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

Kasus 1: Pasien dengan Kanker Tumor

Dokter: Seorang laki-laki berusia 75 tahun mengalami tumor ganas primer di lobus occipital. Dilema yang terjadi adalah

apakah pasien tersebut akan dioperasi atau hanya diberi terapi simptomatis. Karena saya telah menerangkan kepada

keluarga pasien bahwa meskipun kami mengoperasi pasien dan memberikannya kemoterapi dan radioterapi paska operasi,

tetapi lama hidup pasien tidak akan lebih dari 1 samapai 1,5 tahun, bahkan setelah terapi penuh. Di sisi lain, apabila kami

tidak mengoperasi pasien dan memberikan terapi suportif saja, pasien mungkin dapat bertahan hingga 6-9 bulan. Saat ini,

jujur, saya sangat bingung apakah akan mengambil keputusan mengoperasi atau memberikan terapi konservatif saja karena

pasien bukan merupakan kandidat yang baik untuk operasi. Pasien obesitas dan hipertensi. Saya memberikan keputusan

final kepada keluarga.

Pertanyaan

Dokter memberikan keputusan terapi kepada keluarga tanpa memberikan rekomendasi yang jelas dan tidak melibatkan

pasien. Diskusikan dampak etik yang terjadi. Apakah menurut anda proses ini dapat diterima? Mengapa / mengapa tidak?

N

o

Konteks Dilema Etik Self Assesment Verifikasi Reasons

1 Pemberian

informed

consent oleh

keluarga

Dokter bingung

untuk memutuskan

terapi apa yang akan

diberikan karena

Dokter

melibatkan

pasien dalam

pengambilan

Autonomy

Prinsip autonomy ditegakkan

ketika pasien dilibatkan dan

diberikan kesempatan untuk

Pasien ingin

mengetahui

terapi apa

yang akan

Page 2: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

kedua alternatif

terapi tidak dapat

menjamin

kesembuhan.

Dokter memberikan

keputusan pada

keluarga dan pasien

tidak dilibatkan.

keputusan terapi.

Dapat dilakukan

diskusi antara

dokter, pasien,

dan keluarga

pasien. Informed

consent diberikan

setelah pasien

mendapatkan

informasi yang

cukup.

memilih terapi apa yang akan

diberikan kepadanya.

Non-Maleficence

Dengan memberi tahu pasien

mengenai keadaan dan prognosis

penyakitnya akan mencegah harm

psikologis yang dapat timbul bila

pasien dibiarkan tidak

mengetahui penyakitnya.

Beneficence

Walaupun pemberian terapi tidak

dapat membuat pasien sembuh,

tetapi dengan pemberian terapi

kepada pasien maka dapat

memberikan kebaikan pada

pasien untuk meperpanjang lama

hidupnya untuk beberapa bulan.

Justice

Dokter masih menerapkan prinsip

justice karene memberikan

dilakukan

pada dirinya.

Pengambilan

keputusan

dapat secara

pribadi

maupun

diskusi

dengan

keluarga,

tergantung

dengan

keinginan

pasien.

Page 3: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

alternatif solusi yang terbaik

untuk pasien tanpa adanya

diskriminasi terhadap latar

belakang pasien.

Sumpah Dokter

“Saya akan menjalankan tugas

saya dengan cara yang berhormat

dan bermoral tinggi, sesuai

dengan martabat pekerjaan saya;

Kesehatan penderita senantiasa

akan saya utamakan.”

Hak Pasien menurut UU No 29

Tahun 2004 mengenai Praktik

Kesehatan

Pasal 52: Mendapatkan

penjelasan secara lengkap ttg

tindakan medis

Kompetensi Pasien menurut

Permenkes No 290 Tahun 2008

Pasal 1 poin 7: Pasien yang

Page 4: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

kompeten adalah pasien dewasa

atau bukan anak menurut

peraturan perundang-undangan

atau telah/pernah menikah, tidak

terganggu kesadaran fisiknya,

mampu berkomunikasi secara

wajar, tidak mengalami

kemunduran perkembangan

(retardasi) mental dan tidak

mengalami penyakit mental

sehingga mampu membuat

keputusan secara bebas.

Pada kasus, pasien dapat

diperkirakan masih memenuhi

kriteria kompeten untuk

memutuskan terapi yang akan

dijalankan.

Peraturan Informed Consent

menurut Permenkes No 290 tahun

Page 5: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

2008

Pasal 13 ayat 1: Persetujuan

diberikan oleh pasien yang

kompeten atau keluarga terdekat.

Pasal 13 ayat 2: Penilaian

terhadap kompetensi pasien

sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan oleh dokter pada

saat diperlukan persetujuan.

2 Pemberian

informed

consent oleh

keluarga

Dokter bingung

untuk memutuskan

terapi apa yang akan

diberikan karena

kedua alternatif

terapi tidak dapat

menjamin

kesembuhan.

Dokter memberikan

keputusan pada

keluarga dan pasien

Dokter

menyerahkan

pengambilan

keputusan terapi

kepada keluarga.

Informed consent

diberikan

keluarga setelah

mendapatkan

informasi yang

Beneficence

Apabila melihat umur dan

kemungkinan kondisi psikologis

pasien yang dapat memburuk bila

diberitahu mengenai terapi dan

prognosisnya, memberitahukan

kepada keluarga pasien

merupakan jalan terbaik untuk

memutuskan terapi apa yang akan

diberikan.

Pasien tetap

wajib untuk

diberi tahu

mengenai

terapi yang

akan

dilakukan

terhadap

dirinya.

Apabila

hubungan

Page 6: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

tidak dilibatkan. cukup. Justice

Dokter masih menerapkan prinsip

justice karene memberikan

alternatif solusi yang terbaik

untuk pasien tanpa adanya

diskriminasi terhadap latar

belakang pasien.

Kompetensi Pasien

Menurut Permenkes No 290

Tahun 2008 mengenai

Persetujuan Tindakan Medis

Pasal 13 ayat 2: Penilaian

terhadap kompetensi pasien

sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan oleh dokter pada

saat diperlukan persetujuan.

Apabila dokter menilai bahwa

pasien tidak kompeten untuk

memberikan informed consent,

maka memberikan keputusan

dengan

keluarga baik,

asal

dikomunikasi

kan kepada

pasien maka

pengambilan

keputusan

oleh keluarga

tersebut

dianggap

cukup.

Page 7: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

terapi kepada keluarga pasien

merupakan keputusan yang tepat.

Page 8: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

Kasus 2: Membenarkan Pengobatan Berlebihan Seorang Teman Sejawat

Dokter: Beberapa kali kalian bertemu pasien yang telah menemui dokter lain sebelumnya. Dan mereka datang dengan

resep. Kadang sebuah resep yang diberikan kepada pasien berisi banyak obat, yang sebenarnya tidak diperlukan. Seorang

ibu datang dengan anaknya yang telah mendapatkan resep dengan banyak obat yang tidak diperlukan. Sekarang,

pertanyaan muncul: Haruskah saya beritahukan ibu bahwa, “ Jangan berikan obat tersebut, itu akan membahayakan anak

anda” karena bila kalian memberitahunya, maka hubungan personal antara kalian dengan teman sejawat anda dapat tegang.

Tetapi kalian tahu bahwa terlalu banyak obat tidak baik bagi anak oleh karena itu obat-obatan tersebut seharusnya tidak

digunakan. Ini merupakan situasi yang sulit. Saya memberi tahu ibu, “mungkin obat-obatan ini diresepkan ketika dokter

sebelumnya melihat kondisi anak anda pertama kali. Tetapi saya merasa obat-obatan ini tidak perlu diminum lagi. Jadi

anda dapat menghentikan pengobatan ini dan hanya berikan obat yang saya berikan.”

Pertanyaan

1. Diskusikan masalah peresepan obat yang berlebihan, tidak diperlukan, dan berpotensi membahayakan pasien.

Identifikasi factor yang dapat berkontribusi terhadap masalah tersebut. Buatlah daftar semua masalah etik yang terlibat

dan diskusikan bagaimana dokter harus mengatasi masalah-masalah tersebut.

2. Apakah dokter benar dalam melindungi teman sejawatnya seperti pada kasus? Diskusikan konflik etika professional

dengan kewajiban melayani pasien pada kasus seperti di atas.

N Konteks Dilema Etik Self Assesment Verifikasi Reasons

Page 9: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

o

1 Peresepan

berlebihan dan

berpotensi

membahayaka

n pasien.

Dokter bingung

bagaimana memberi

tahu pasien bahwa

resep yang diberi

sebelumnya berisi

banyak obat yang

sebenarnya tidak

dibutuhkan.

Dokter tetap

mengganti resep

sesuai dengan

indikasi medis

pasien dan

mengkomunikasi

kannya dengan

baik tanpa

menjelek-

jelekkan teman

sejawat.

Sumpah Dokter

“Kesehatan penderita senantiasa

akan saya utamakan; Saya akan

memperlakukan teman sejawat

saya sebagaimana saya sendiri

ingin diperlakukan.”

KODEKI

Pasal 7a: Seorang dokter harus,

dalam setiap praktek medisnya,

memberikan pelayanan medis

yang kompetendengan kebebasan

teknis dan moral sepenuhnya,

disertai rasa kasih sayang

(compassion) dan penghormatan

atas martabat manusia

Pasal 7b: Seorang dokter harus

bersikap jujur dalam

berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk

Pasien ingin

mendapatkan

obat yang

tepat dengan

keluhan yang

diderita

sehingga

dapat sembuh.

Pasien juga

mengharapka

n biaya yang

dikeluarkan

tidak

berlebihan.

Page 10: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

mengingatkan sejawatnya yang

dia ketahui memiliki kekurangan

dalam karakter atau kompetensi,

atau yang melakukan penipuan

atau penggelapan, dalam

menangani pasien.

Pasal 14: Setiap dokter

memperlakukan teman

sejawatnya sebagaimana ia

sendiri ingin diperlakukan.

Prinsip Personal Drug yaitu obat

diberikan secara tepat yaitu tepat

orang, tepat dosis, tepat indikasi,

tepat diagnosis, cara dan lama

pemberian, serta tepat pemilihan

obat

UU no. 29 tahun 2004

Pasal 52: tentang hak pasien

• Mendapatkan penjelasan

secara lengkap ttg tindakan

Page 11: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

medis

• Meminta pendapat dokter

lain

• Mendapat pelayanan sesuai

dgn kebutuhan medis

UU no. 29 tahun 2004

Pasal 5-8 tentang hak setiap

orang

• Memperoleh pelayanan

kesehatan yang aman,

bermutu, terjangkau

• Menentukan sendiri

pelayanan kesehatan yang

diperlukan

Pasal 54 ayat 1 Penyelenggaraan

pelayanan kesehatan

dilaksanakan secara

bertanggung jawab, aman,

bermutu, merata dan non

Page 12: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

diskriminatif.

2 Peresepan

berlebihan dan

berpotensi

membahayaka

n pasien.

Dokter bingung

apakah akan

mengganti obat, atau

melindungi teman

sejawat dengan tidak

mengganti obat.

Dokter tetap

mengganti obat

dan melakukan

konsultasi serta

konfirmasi pada

dokter

sebelumnya

tanpa diketahui

pasien.

Sumpah Dokter

“Kesehatan penderita senantiasa

akan saya utamakan; Saya akan

memperlakukan teman sejawat

saya sebagaimana saya sendiri

ingin diperlakukan.”

KODEKI

Pasal 7a: Seorang dokter harus,

dalam setiap praktek medisnya,

memberikan pelayanan medis

yang kompetendengan kebebasan

teknis dan moral sepenuhnya,

disertai rasa kasih sayang

(compassion) dan penghormatan

atas martabat manusia

Pasal 7b: Seorang dokter harus

bersikap jujur dalam

berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk

Pasien ingin

mendapatkan

obat yang

tepat dengan

keluhan yang

diderita

sehingga

dapat sembuh.

Pasien juga

mengharapka

n biaya yang

dikeluarkan

tidak

berlebihan.

Page 13: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

mengingatkan sejawatnya yang

dia ketahui memiliki kekurangan

dalam karakter atau kompetensi,

atau yang melakukan penipuan

atau penggelapan, dalam

menangani pasien.

Pasal 14: Setiap dokter

memperlakukan teman

sejawatnya sebagaimana ia

sendiri ingin diperlakukan.

KODEKI

Pasal 7a: Seorang dokter harus,

dalam setiap praktek medisnya,

memberikan pelayanan medis

yang kompetendengan kebebasan

teknis dan moral sepenuhnya,

disertai rasa kasih sayang

(compassion) dan penghormatan

atas martabat manusia

Pasal 7b: Seorang dokter harus

Page 14: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

bersikap jujur dalam

berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk

mengingatkan sejawatnya yang

dia ketahui memiliki kekurangan

dalam karakter atau kompetensi,

atau yang melakukan penipuan

atau penggelapan, dalam

menangani pasien.

Pasal 14: Setiap dokter

memperlakukan teman

sejawatnya sebagaimana ia

sendiri ingin diperlakukan.

Faktor-faktor yang menyebabkan

peresepan berlebihan.

Penting untuk mengetahui faktor-

faktor yang menyebabkan

peresepan berlebihan agar sebagi

dokter tidak melakukan

kesalahan yang sama. Faktor

Page 15: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

tersebut dapat dilihat dari sisi

dokter, pasien, dan sistem.

Dari sisi dokter, yang dapat

mempengaruhi adalah kurangnya

kompetensi untuk mengetahui

indikasi pemberian obat dan

kemungkinan adanya konflik

kepentingan.

Dari sisi pasien, adanya

keinginan pasien untuk diberi

obat yang sebenarnya tidak

dibutuhkan menjadi salah satu

faktor. Hala tersebut

menimbulkan dilemma karena

terkadang pengobatan yang

diberikan memberikan sugesti

positif bagi pasien.

Dari sisi sistem, kurang

tertatanya sistem rujukan dan

konsultasi menyebabkan

Page 16: Laporan DK 1 BHL 6 Kelompok 12

timbulnya konflik antara dokter

karena ketidaktahuan alasan

pemberian terapi sebelumnya.