laporan dk 1 bhl 6 kelompok 12
TRANSCRIPT
Kasus 1: Pasien dengan Kanker Tumor
Dokter: Seorang laki-laki berusia 75 tahun mengalami tumor ganas primer di lobus occipital. Dilema yang terjadi adalah
apakah pasien tersebut akan dioperasi atau hanya diberi terapi simptomatis. Karena saya telah menerangkan kepada
keluarga pasien bahwa meskipun kami mengoperasi pasien dan memberikannya kemoterapi dan radioterapi paska operasi,
tetapi lama hidup pasien tidak akan lebih dari 1 samapai 1,5 tahun, bahkan setelah terapi penuh. Di sisi lain, apabila kami
tidak mengoperasi pasien dan memberikan terapi suportif saja, pasien mungkin dapat bertahan hingga 6-9 bulan. Saat ini,
jujur, saya sangat bingung apakah akan mengambil keputusan mengoperasi atau memberikan terapi konservatif saja karena
pasien bukan merupakan kandidat yang baik untuk operasi. Pasien obesitas dan hipertensi. Saya memberikan keputusan
final kepada keluarga.
Pertanyaan
Dokter memberikan keputusan terapi kepada keluarga tanpa memberikan rekomendasi yang jelas dan tidak melibatkan
pasien. Diskusikan dampak etik yang terjadi. Apakah menurut anda proses ini dapat diterima? Mengapa / mengapa tidak?
N
o
Konteks Dilema Etik Self Assesment Verifikasi Reasons
1 Pemberian
informed
consent oleh
keluarga
Dokter bingung
untuk memutuskan
terapi apa yang akan
diberikan karena
Dokter
melibatkan
pasien dalam
pengambilan
Autonomy
Prinsip autonomy ditegakkan
ketika pasien dilibatkan dan
diberikan kesempatan untuk
Pasien ingin
mengetahui
terapi apa
yang akan
kedua alternatif
terapi tidak dapat
menjamin
kesembuhan.
Dokter memberikan
keputusan pada
keluarga dan pasien
tidak dilibatkan.
keputusan terapi.
Dapat dilakukan
diskusi antara
dokter, pasien,
dan keluarga
pasien. Informed
consent diberikan
setelah pasien
mendapatkan
informasi yang
cukup.
memilih terapi apa yang akan
diberikan kepadanya.
Non-Maleficence
Dengan memberi tahu pasien
mengenai keadaan dan prognosis
penyakitnya akan mencegah harm
psikologis yang dapat timbul bila
pasien dibiarkan tidak
mengetahui penyakitnya.
Beneficence
Walaupun pemberian terapi tidak
dapat membuat pasien sembuh,
tetapi dengan pemberian terapi
kepada pasien maka dapat
memberikan kebaikan pada
pasien untuk meperpanjang lama
hidupnya untuk beberapa bulan.
Justice
Dokter masih menerapkan prinsip
justice karene memberikan
dilakukan
pada dirinya.
Pengambilan
keputusan
dapat secara
pribadi
maupun
diskusi
dengan
keluarga,
tergantung
dengan
keinginan
pasien.
alternatif solusi yang terbaik
untuk pasien tanpa adanya
diskriminasi terhadap latar
belakang pasien.
Sumpah Dokter
“Saya akan menjalankan tugas
saya dengan cara yang berhormat
dan bermoral tinggi, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya;
Kesehatan penderita senantiasa
akan saya utamakan.”
Hak Pasien menurut UU No 29
Tahun 2004 mengenai Praktik
Kesehatan
Pasal 52: Mendapatkan
penjelasan secara lengkap ttg
tindakan medis
Kompetensi Pasien menurut
Permenkes No 290 Tahun 2008
Pasal 1 poin 7: Pasien yang
kompeten adalah pasien dewasa
atau bukan anak menurut
peraturan perundang-undangan
atau telah/pernah menikah, tidak
terganggu kesadaran fisiknya,
mampu berkomunikasi secara
wajar, tidak mengalami
kemunduran perkembangan
(retardasi) mental dan tidak
mengalami penyakit mental
sehingga mampu membuat
keputusan secara bebas.
Pada kasus, pasien dapat
diperkirakan masih memenuhi
kriteria kompeten untuk
memutuskan terapi yang akan
dijalankan.
Peraturan Informed Consent
menurut Permenkes No 290 tahun
2008
Pasal 13 ayat 1: Persetujuan
diberikan oleh pasien yang
kompeten atau keluarga terdekat.
Pasal 13 ayat 2: Penilaian
terhadap kompetensi pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh dokter pada
saat diperlukan persetujuan.
2 Pemberian
informed
consent oleh
keluarga
Dokter bingung
untuk memutuskan
terapi apa yang akan
diberikan karena
kedua alternatif
terapi tidak dapat
menjamin
kesembuhan.
Dokter memberikan
keputusan pada
keluarga dan pasien
Dokter
menyerahkan
pengambilan
keputusan terapi
kepada keluarga.
Informed consent
diberikan
keluarga setelah
mendapatkan
informasi yang
Beneficence
Apabila melihat umur dan
kemungkinan kondisi psikologis
pasien yang dapat memburuk bila
diberitahu mengenai terapi dan
prognosisnya, memberitahukan
kepada keluarga pasien
merupakan jalan terbaik untuk
memutuskan terapi apa yang akan
diberikan.
Pasien tetap
wajib untuk
diberi tahu
mengenai
terapi yang
akan
dilakukan
terhadap
dirinya.
Apabila
hubungan
tidak dilibatkan. cukup. Justice
Dokter masih menerapkan prinsip
justice karene memberikan
alternatif solusi yang terbaik
untuk pasien tanpa adanya
diskriminasi terhadap latar
belakang pasien.
Kompetensi Pasien
Menurut Permenkes No 290
Tahun 2008 mengenai
Persetujuan Tindakan Medis
Pasal 13 ayat 2: Penilaian
terhadap kompetensi pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh dokter pada
saat diperlukan persetujuan.
Apabila dokter menilai bahwa
pasien tidak kompeten untuk
memberikan informed consent,
maka memberikan keputusan
dengan
keluarga baik,
asal
dikomunikasi
kan kepada
pasien maka
pengambilan
keputusan
oleh keluarga
tersebut
dianggap
cukup.
terapi kepada keluarga pasien
merupakan keputusan yang tepat.
Kasus 2: Membenarkan Pengobatan Berlebihan Seorang Teman Sejawat
Dokter: Beberapa kali kalian bertemu pasien yang telah menemui dokter lain sebelumnya. Dan mereka datang dengan
resep. Kadang sebuah resep yang diberikan kepada pasien berisi banyak obat, yang sebenarnya tidak diperlukan. Seorang
ibu datang dengan anaknya yang telah mendapatkan resep dengan banyak obat yang tidak diperlukan. Sekarang,
pertanyaan muncul: Haruskah saya beritahukan ibu bahwa, “ Jangan berikan obat tersebut, itu akan membahayakan anak
anda” karena bila kalian memberitahunya, maka hubungan personal antara kalian dengan teman sejawat anda dapat tegang.
Tetapi kalian tahu bahwa terlalu banyak obat tidak baik bagi anak oleh karena itu obat-obatan tersebut seharusnya tidak
digunakan. Ini merupakan situasi yang sulit. Saya memberi tahu ibu, “mungkin obat-obatan ini diresepkan ketika dokter
sebelumnya melihat kondisi anak anda pertama kali. Tetapi saya merasa obat-obatan ini tidak perlu diminum lagi. Jadi
anda dapat menghentikan pengobatan ini dan hanya berikan obat yang saya berikan.”
Pertanyaan
1. Diskusikan masalah peresepan obat yang berlebihan, tidak diperlukan, dan berpotensi membahayakan pasien.
Identifikasi factor yang dapat berkontribusi terhadap masalah tersebut. Buatlah daftar semua masalah etik yang terlibat
dan diskusikan bagaimana dokter harus mengatasi masalah-masalah tersebut.
2. Apakah dokter benar dalam melindungi teman sejawatnya seperti pada kasus? Diskusikan konflik etika professional
dengan kewajiban melayani pasien pada kasus seperti di atas.
N Konteks Dilema Etik Self Assesment Verifikasi Reasons
o
1 Peresepan
berlebihan dan
berpotensi
membahayaka
n pasien.
Dokter bingung
bagaimana memberi
tahu pasien bahwa
resep yang diberi
sebelumnya berisi
banyak obat yang
sebenarnya tidak
dibutuhkan.
Dokter tetap
mengganti resep
sesuai dengan
indikasi medis
pasien dan
mengkomunikasi
kannya dengan
baik tanpa
menjelek-
jelekkan teman
sejawat.
Sumpah Dokter
“Kesehatan penderita senantiasa
akan saya utamakan; Saya akan
memperlakukan teman sejawat
saya sebagaimana saya sendiri
ingin diperlakukan.”
KODEKI
Pasal 7a: Seorang dokter harus,
dalam setiap praktek medisnya,
memberikan pelayanan medis
yang kompetendengan kebebasan
teknis dan moral sepenuhnya,
disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia
Pasal 7b: Seorang dokter harus
bersikap jujur dalam
berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk
Pasien ingin
mendapatkan
obat yang
tepat dengan
keluhan yang
diderita
sehingga
dapat sembuh.
Pasien juga
mengharapka
n biaya yang
dikeluarkan
tidak
berlebihan.
mengingatkan sejawatnya yang
dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi,
atau yang melakukan penipuan
atau penggelapan, dalam
menangani pasien.
Pasal 14: Setiap dokter
memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Prinsip Personal Drug yaitu obat
diberikan secara tepat yaitu tepat
orang, tepat dosis, tepat indikasi,
tepat diagnosis, cara dan lama
pemberian, serta tepat pemilihan
obat
UU no. 29 tahun 2004
Pasal 52: tentang hak pasien
• Mendapatkan penjelasan
secara lengkap ttg tindakan
medis
• Meminta pendapat dokter
lain
• Mendapat pelayanan sesuai
dgn kebutuhan medis
UU no. 29 tahun 2004
Pasal 5-8 tentang hak setiap
orang
• Memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman,
bermutu, terjangkau
• Menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang
diperlukan
Pasal 54 ayat 1 Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara
bertanggung jawab, aman,
bermutu, merata dan non
diskriminatif.
2 Peresepan
berlebihan dan
berpotensi
membahayaka
n pasien.
Dokter bingung
apakah akan
mengganti obat, atau
melindungi teman
sejawat dengan tidak
mengganti obat.
Dokter tetap
mengganti obat
dan melakukan
konsultasi serta
konfirmasi pada
dokter
sebelumnya
tanpa diketahui
pasien.
Sumpah Dokter
“Kesehatan penderita senantiasa
akan saya utamakan; Saya akan
memperlakukan teman sejawat
saya sebagaimana saya sendiri
ingin diperlakukan.”
KODEKI
Pasal 7a: Seorang dokter harus,
dalam setiap praktek medisnya,
memberikan pelayanan medis
yang kompetendengan kebebasan
teknis dan moral sepenuhnya,
disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia
Pasal 7b: Seorang dokter harus
bersikap jujur dalam
berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk
Pasien ingin
mendapatkan
obat yang
tepat dengan
keluhan yang
diderita
sehingga
dapat sembuh.
Pasien juga
mengharapka
n biaya yang
dikeluarkan
tidak
berlebihan.
mengingatkan sejawatnya yang
dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi,
atau yang melakukan penipuan
atau penggelapan, dalam
menangani pasien.
Pasal 14: Setiap dokter
memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
KODEKI
Pasal 7a: Seorang dokter harus,
dalam setiap praktek medisnya,
memberikan pelayanan medis
yang kompetendengan kebebasan
teknis dan moral sepenuhnya,
disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia
Pasal 7b: Seorang dokter harus
bersikap jujur dalam
berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk
mengingatkan sejawatnya yang
dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi,
atau yang melakukan penipuan
atau penggelapan, dalam
menangani pasien.
Pasal 14: Setiap dokter
memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Faktor-faktor yang menyebabkan
peresepan berlebihan.
Penting untuk mengetahui faktor-
faktor yang menyebabkan
peresepan berlebihan agar sebagi
dokter tidak melakukan
kesalahan yang sama. Faktor
tersebut dapat dilihat dari sisi
dokter, pasien, dan sistem.
Dari sisi dokter, yang dapat
mempengaruhi adalah kurangnya
kompetensi untuk mengetahui
indikasi pemberian obat dan
kemungkinan adanya konflik
kepentingan.
Dari sisi pasien, adanya
keinginan pasien untuk diberi
obat yang sebenarnya tidak
dibutuhkan menjadi salah satu
faktor. Hala tersebut
menimbulkan dilemma karena
terkadang pengobatan yang
diberikan memberikan sugesti
positif bagi pasien.
Dari sisi sistem, kurang
tertatanya sistem rujukan dan
konsultasi menyebabkan
timbulnya konflik antara dokter
karena ketidaktahuan alasan
pemberian terapi sebelumnya.