laporan elektif ikm - nuklear adiwena (07711204f
DESCRIPTION
elektifTRANSCRIPT
LAPORAN PROGRAM ELEKTIF
“Peranan Dan Efektifitas Media Konseling (Flipchart) Terhadap Peningkatan
Daya Tangkap Konseli Dalam Pemahaman Mengenai Konsep Pedoman Umum
Gizi Seimbang Di Puskesmas Sragen”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Disusun Oleh:
Nuklear Adiwena
07711204
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013
Peranan dan Efektifitas Media Konseling (flipchart) Terhadap
Peningkatan Daya Tangkap Konseli Dalam Pemahaman Mengenai
Konsep Pedoman Umum Gizi Seimbang di Puskesmas Sragen
Nuklear Adiwena1 Nur Wulandari 2
Abstrac
Aim : to see and review the effectiveness of counseling by using the media
presentation
Methods: This paper addendums mini research with qualitative observational
methods to approach interpersonal depth interviews and questionnaires
Results: The results of in-depth interviews showed that counselors have
difficulty in disseminating information without media presentation, while the results of
the questionnaire to the respondent (the counselee) showed that the use of media
presentation improve reception information to the counselee.
Conclusion: The use of flipchart as a media presentation in nutrition counseling
facilitate the provision and receipt of information regarding the relevant matter
Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang masih
menghadapi permasalahan serius
mengenai gizi. Dalam permasalahan
tersebut terdapat 2 hal utama yang harus
dihadapi, yaitu gizi kurang (termasuk
stunting) dan gizi berlebih (termasuk
obesitas). Tidak hanya berhenti pada kedua
hal tersebut, permasalahan gizi mulai
merebak dan meluas berkaitan dengan
meningkatnya permasalahan penyakit
tidak menular (PTM) dan penyakit
menular (PM).
Hal ini jelas berkaitan dengan
permasalahan gizi itu sendiri, munculnya
PM salah satunya diakibatkan karena
imunitas tubuh yang kurang baik dan
imunitas itu sendiri dipengaruhi secara
langsung oleh asupan gizi.
1 Dokter Muda Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
2 Dokter Puskesmas Sragen
Sedangkan berkaitan dengan PTM,
seperti penyakit jantung koroner, kanker,
diabetes, dan penyakit-penyakit lain akibat
gangguan metabolik lebih dipengaruhi
pada pola makan makanan yang tidak
sehat. Terlebih lagi kondisi ini diperburuk
oleh keadaan terkait perilaku individu
yang tidak sehat, antara lain makan
makanan yang tidak sehat, merokok,
alkoholisme, serta menghirup udara
berpolusi.
Hal ini telah dibicarakan lebih luas
dalam berbagai penelitian di dunia salah
satunya adalah dalam Sidang Kesehatan
Dunia pada tahun 2004 oleh WHO, telah
mengesahkan Global Strategy on Diet,
Physical Activity and Health sebagai
tindak lanjut Laporan Kesehatan Dunia
tahun 2002 yang telah menjelaskan dengan
rinci dan detail mengenai hubungan antara
pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik
dengan kejadian Penyakit Tidak Menular.
Di indonesia sendiri pemerintah telah
mencanangkan Strategi Nasional
Penerapan Pola Konsumsi Makanan Sehat
dan Aktifitas Fisik untuk mencegah PTM
sebagai tindak lanjut dari gerakan global
tersebut.
Lebih jauh dalam kerangka kerja
WHO dijabarkan bahwa kedua faktor
risiko ini dikenal sebagai faktor risiko
umum ‘common risk factor’ bersama
dengan konsumsi alkohol, merokok, umur
dan faktor genetik. Faktor risiko umum ini
jika tidak dicegah dapat memicu timbulnya
faktor risiko lain yang lebih berbahaya
antara yaitu hipertensi, kadar lemak darah
tinggi, kadar gula darah tinggi, serta
kegemukan dan obesitas. Logikanya
apabila faktor-faktor risiko ini dapat
diketahui lebih dini, maka tindakan
intervensi yang tepat dapat dilakukan
sehingga PTM dapat dicegah atau paling
tidak mengurangi komplikasi penyakit.
Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data
Riskesdas 2007, ternyata sebanyak 93.6
persen masyarakat Indonesia kurang
mengkonsumsi sayur dan buah. Penelitian
ini juga mengemukakan bahwa 48.2 persen
penduduk Indonesia yang berusia lebih
dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas
fisik. Persentase faktor risiko ini hampir
sama pada kelompok penduduk kaya
maupun kelompok penduduk miskin.
Pendekatan terpadu untuk merubah
perilaku masyarakat agar mengkonsumsi
makanan beragam, bergizi seimbang dan
aman disertai aktivitas fisik yang cukup
dan teratur akan memberikan dampak
sangat bermakna bagi penurunan beban
PTM di masa mendatang. Bukti ilmiah
saat ini menjelaskan bahwa kebiasaan
makan sehat dan peningkatan aktivitas
fisik dapat mengurangi risiko diabetes
sebanyak 58 persen, risiko tekanan darah
tinggi sebanyak 66 persen, risiko serangan
jantung serta stroke sebanyak 40-60
persen, dan mengurangi sepertiga dari
semua penyakit kanker.
Begitu halnya pula dalam mengatasi
perihal penyakit menular (PM), asumsinya
dengan makan makanan yang sehat dan
bergizi tentu saja akan terhidar dari
berbagai penyakit menular atau paling
tidak meningkatkan sistem kekebalan
tubuh sehingga tidak gampang terserang
penyakit, mengingat negara indonesia
merupakan negara tropis yang memiliki
banyak sekali varian-varian bakteri dan
virus sebagai agen infeksi PM.
Dalam uraian diatas menjadi penting
untuk melakukan intervensi berupa
pendekatan terpadu untuk merubah
perilaku masyarakat agar mengkonsumsi
makanan sehat yang beragam, bergizi,
seimbang dan disertai pelaksanaan
aktivitas fisik yang cukup dan teratur serta
meninggalkan pola hidup yang tidak sehat
seperti merokok dan alkoholisme.
Intervensi tersebut secara nyata adalah
tindakan konseling gizi, sebagai sarana
pendekatan terpadu tersebut. Man to man
approach (konseling individu) atau man to
mass approach (penyuluhan) manjadi
tindakan yang efektif dan efisien dalam
implementasi dari Strategi nasional
Indonesia mengenai pola konsumsi sehat
dan aktifitas fisik
Namun dalam penerapannya, tindakan
konseling banyak menemui permasalahan.
Permasalahan tersebut berkaitan dengan 2
unsur utama tindakan konseling, yakni
konselor (pemberi konseling) dan konseli
(klien/pasien). Masalah yang berkaitan
dengan konselor berakitan dengan jumlah
pelaksana konselor gizi itu sendiri dan
kemampuan konseling masing-masing
konselor yang berbeda-beda, sedangkan
berkaitan dengan konseli adalah tingkat
pendidikan yang berbeda dan kurangnya
antusiasme dalam memahami topik yang
disampaikan.
Oleh karena itu perlu dlakukan sebuah
metode khusus yang dapat mengatasi
kedua hal itu bersamaan, baik
permasalahan konselor maupun konseli itu
sendiri. Salah satu solusinya adalah Media
presentasi yang baik, jelas, menarik namun
sederhana dan mudah dibawa kemana saja,
yakni dengan media flip chart atau
counsellor cards.
Tulisan ini akan sekaligus mengamati
dan menelaah secara kualitatif mengenai
efektifitas media presentasi flip chart
terhadap tingkat kepahaman para konseli
kaitannya dengan materi gizi seimbang.
Metode dan Subyek
Desain Penelitian. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang
bersumber pada data primer dari sudut
pandang partisipan yang dalam hal ini
adalah konselor dan konseli. Pendekatan
yang digunakan mengarah pada
pendekatan induktif yang holistik untuk
menemukan fakta-fakta lapangan
mengenai kendala dan hambatan serta
fenomena lapangan yang terjadi di dalam
pelaksanaan konseling itu sendiri.
Subyek. Subyek penelitian atau partisipan
adalah para konselor yang merupakan ahli
gizi diinstansi terkait dan para pelaksana
konseling yang terdiri atas berbagai
disiplin ilmu dalam lingkup puskesmas
Sragen, yang kedua adalah konseli yakni
para klien atau pasien yang akan diedukasi
bekaitan dengan permasalahan gizi
Materi Konseling. Materi konseling
merujuk pada materi dasar mengenai gizi
dan sumber-sumber gizi dan pedoman dari
pemerintah Republik Indonesia dalam hal
ini adalah departemen kesehatan sebagai
pelaksana pusat yang telah mencanangkan
pedoman-pedoman mengenai gizi
seimbang yang telah tertuang pada
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
yang dikeluarkan pada tahun 1995. PUGS
yang dimaksud dijabarkan dalam 13 pesan
dasar, antara lain :
1. Makanlah Aneka Ragam Makanan
2. Makanlah Makanan untuk
Memenuhi Kecukupan Energi
3. Makanlah Makanan Sumber
Karbohidrat, Setengah dari
Kebutuhan Energi
4. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak
sampai Seperempat dari Kecukupan
Energi
5. Gunakan Garam Beryodium
6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
7. Berikan ASI Saja pada Bayi sampai
Berumur 4 Bulan
8. Biasakan Makan Pagi
9. Minum Air Bersih, Aman, dan
Cukup Jumlahnya
10. Lakukan Kegiatan Fisik dan
Olahraga Secara Teratur
11. Hindari Minuman Beralkohol
12. Makanlah Makanan yang Aman bagi
Kesehatan
13. Bacalah Label pada Makanan yang
Dikemas
Pengumpulan Data. Dilakukan dengan 2
cara yaitu observasi pelaksanaan konseling
dan metode depth interview kepada 2
orang konselor di Puskesmas Sragen dan
konseli. Wawancara dengan konseli
dengan menggunakan paduan kuisioner
yang telah disiapkan sebelumnya kepada 4
orang konseli gizi.
Pengumpulang data dilakukan selama
6 hari dari tanggal 27 Mei 2013 – 1 Juni
2013 di Puskesmas Sragen.
Uji Validitas Kuesioner. Tidak dilakukan
pengujian validitas dan reabilitas kuesioner
secara statistik hanya berdasarkan
pendapat 2 orang ahli yang telah ditunjuk
sebelumnya, dikarenakan keterbatasan
waktu penelitian.
Analisis Data. Dalam analisis data primer
tersebut menggunakan model Colaizzi
(1978, dalam Streubert & Carpenter,
2003).
Langkah-langkah analisis data
kualitatif dari Colaizzi adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan fenomena yang
diteliti.
2. Mengumpulkan deskripsi
fenomena melalui pendapat atau
pernyataan partisipan.
3. Membaca seluruh deskripsi
fenomena yang telah disampaikan
oleh semua partisipan.
4. Membaca kembali transkrip hasil
wawancara dan mengutip
pernyataan-pernyataan yang
bermakna dari semua partisipan.
5. Menguraikan arti yang ada dalam
pernyataan-pernyataan signifikan.
6. Mengorganisir kumpulan-
kumpulan makna yang terumuskan
ke dalam kelompok tema.
7. Menuliskan deskripsi yang
lengkap.
8. Menemui partisipan untuk
melakukan validasi deskripsi hasil
analisis.
9. Menggabungkan data hasil validasi
ke dalam deskripsi hasil analisis.
Hasil
Depth interview. Pelaksanaan wawancara
secara mendalam dilakukan terutama
kepada para konselor yang mengadakan
konseling kepada pasein. Terhadap 2 orang
konselor didapatkan beberapa kendala dan
hambatan dalam pelaksanaan konseling itu
sendiri, antara lain :
1. Konselor kesulitan dalam
mengemukakan gambaran rinci
mengenai materi yang disampaikan.
2. Konselor kesulitan dalam
menyampaikan istilah-istilah dan
materi medis berkaitan dengan gizi
agar mudah dipahami oleh pasien.
3. Konselor merasa khawatir atas
perbedaan persepsi antara materi
yang disampaikan dengan
pemahaman pasien.
4. Terdapat perbedaan persepsi dan
penyampaian materi yang dilakukan
oleh konselor satu dengan yang lain.
5. Penyampaian materi terkadang
dirasa tidak runut, dan sistematis
serta dirasa terdapat beberapa hal
yang terlewat untuk disampaikan.
Kuesioner. Pelaksanaan dan pengisian
kuesioner dilakukan terutama kepada para
pasien atau konseli setelah mengikuti
konseling oleh petugas, sebanyak 4 orang
yang datang dievaluasi dengan diberikan
kuesioner dengan metode direct person to
person yang artinya pemahaman isi
kuesioner langsung disampaikan dan
ditanyakan kepada para responden oleh
peneliti.
Terhadap 4 responden tersebut dibagi
menjadi 2 kelompok, yang pertama
kelompok konseling tanpa intervensi
berupa media presentasi flipchart dan
kelompok kedua dilakukan konseling
dengan media presentasi flipchart. Setelah
dilakukan konseling dengan 2 metode
tersebut kemudian peneliti megajukan
pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang
bertujuan untuk meneliti dan mengamati
keadaan pasien setelah melakukan
konseling dengan petugas.
Dari pengisian kuesioner tersebut
didapatkan data yang dipaparkan dalam
tebel sebagai berikut :
Tabel 1. Kuiesioner Sederhana Tingkat Kepahaman Pasien Konseling Tanpa Flipchart
No Item Pertanyaan Poin Jawaban
Ya Cukup Tidak
1. Tahukah anda tujuan dari konseling? 2
2. Apakah anda mengerti secara keseluruhan materi yang
disampaikan?
1 1
3. Bagaimana cara penyampaian pemateri menurut anda? 2
4. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerima
materi yang diberikan?
2
5. Dapatkah anda menyebutkan kembali poin-poin penting
dalam materi
1 1
Tabel 2. Kuesioner Sederhana Mengenai Tingkat Kepahaman Konseling Dengan Flipchart
No Item Pertanyaan Poin Jawaban
(koresponden)
Ya Cukup Tidak
1. Tahukah anda tujuan dari konseling? 2
2. Apakah anda mengerti secara keseluruhan materi yang
disampaikan?
1 1
3. Bagaimana cara penyampaian pemateri menurut anda? 1 1
4. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerima materi
yang diberikan?
2
5. Dapatkah anda menyebutkan kembali poin-poin penting
dalam materi
1 1
Dari data diatas kemudian
ditabulasikan secara sederhana, dengan
cara skoring. Dimana untuk setiap jawaban
Ya memperoleh poin 3, jawaban cukup
memperoleh poin 2, dan jawaban tidak
memperoleh skor poin 1.
Skoring dilakukan pada masing-
masing responden, kemudian dijumlahkan
dengan nilai skor apabila <10 maka
dianggap kurang, dan bila skor >10 maka
dianggap baik, dengan nilai maksimal
adala 15 dan nilai minimal 5.
Penentuan skoring yang demikian
dimaksudkan untuk memudahkan dalam
pembacaan data sehingga proses analisis
dapat semakin mudah dan sederhana,
sehingga dapat diamati dan dianalisis
sesuai nilai skoringnya. Dari data tersebut
diatas kemudian disajikan dalam bentuk
chart dan diperoleh data sebagai berikut :
Gambar 1. Konseling Tanpa FlipChart
Gambar 2. Konseling dengan FlipChart
Skoring Kuesioner. Dari total 4
responden, terbagi menjadi dua kelompok.
Yang pertama kelompok konseling tanpa
flipchart dan yang kedua kelompok
konseling dengan Flipchart.
Dari hasil analisis pada kelompok pertama
(tanpa flipchart), didpatkan dari 2
responden, responden 1 mendapatkan skor
9 dari penjumlahan skor masing-masing
item pertanyaan, dan responden kedua
memperoleh skor yang sama yakni 9 poin.
Apabila diintepretasikan maka diperoleh
hasil bahwa kedua responden (1 dan 2)
mendapatkan poin masing-masing 9 poin
yang berarti nilai tersebut dibawah poin 10
yang berarti tingkat kepahamannya
dikategorikan kurang.
Sedangkan dari analisis kelompok kedua
(dengan flipchart) didapatkan pada
responden 3 dengan total skor 13 poin dan
reponden 4 dengan total skor 12 poin.
Artinya bahwa amsing-masing responden
memiliki skor > 10 yang bermakna bahwa
tingkat kepahaman responden setelah
konseling dengan flipchart dalam kategori
baik.
Diskusi
Dalam mini riset yang telah
dilakukan kami menemukan 5 hambatan
utama dalam pelaksanaan konseling tanpa
flipchart. Dari kelima hal tersebut dapat
ditarik sebuah garis besar permasalahan
yang ada yaitu kendala komunikasi katif
antara konselor dan konseli, dimana
perbedaan tingkat pengetahuan menjadi
dasar utamanya. Konseling sendiri
merupakan proses pemberian informasi
objektif dan lengkap, dengan panduan
keterampilan interpersonal, yang bertujuan
untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi dan menentukan jalan keluar atau
upaya untuk mengatasi masalah tersebut
(Sulastri, 2009).
Hal ini pun dibuktikan dengan
penerimaan informasi saat konseling yang
kurang mengena kepada konseli, yang
diperoleh dari hasil kuisioner diatas. Yang
mana menunjukkan secara nyata bahwa
pendekatan menggunakan media
presentasi (flipchart) lebih efektif dan
meningkatkan pemahaman dan
penyampaian materi. Hal serupa
diungkapkan para konselor, menanggapi
perihal penggunaan flipchart. Meskipun
beberapa materi yang dipaparkan terdapat
sedikit kekurangan, namun secara umum
penggunaan flipchart melebihi ekspektasi
harapan para konselor yang merasa puas
dapat menyampaikan informasi yang jelas
kepada konseli.
Konseling merupakan hubungan
man to man approach, atau pendekatan
interpersonal sehingga komunikasi antara
konselor dan konseling haruslah terjalin
efektif agar penerimaan informasi dapat
berjalan baik. berbagai macam kendala
dalam komunikasi adalah permasalahan
persepsi dan visi, terutama pada
komunikasi audio saja.
Tentu saja apabila maksud yang
disampaikan berbeda dengan persepsi yag
ditangkap akan menimbulkan kerancuan
dan salah paham sehingga konseling tidak
dapat memenuhi tujuan utamanya yaitu
untuk membantu pemberian informasi, dan
akhirnya maksud dan tujuan konselor tidak
dapat tersampaikan dengan baik.
Konseling sangat erat kaitannya
dengan metode pembelajaran manusia
yang pada dasarnya terdiri dari 3 hal,
audio, visual, dan psikomotor atau
perpaduan dari ketiganya. Konseling
sendiri dasarnya adalah pembelajaran
secara audio, karena penyaluran informasi
terjalin karena dialog interaktif antara
konselor dan konseli, namun pada
perkembangannya tentu saja tidak dapat
mengandalkan hanya pada metode audio
saja. Perbedaan tingkat pendidikan,
perbedaan daya tangkap, serta perbedaan
dalam membentuk persepsi masing-masing
manusia berbeda-beda, baik itu konselor
sendiri maupun konseli.
Antar konselor pun dapat memiliki
persepsi dan pemahaman yang berbeda
dikarenakan hal yang sama pula. Sehingga
perlu dilakukan standarisasi materi dan
pemateri itu sendiri. Namun dalam
perjalannya setelah standar materi
(pedoman) terbentuk, muncul
permasalahan mengenai metode
penyampaian informasi konselor satu dan
yang lain yang berbeda-beda, kemampuan
dalam public speaking yang berbeda tentu
saja dapat menimbulkan miss perception
dikalangan konseli.
Sehingga perlu metode media
presentasi yang baku dan terstandar yang
dapat digunakan konselor dan dapat
dipahami oleh konseli.
Salah satunya adalah dengan
menggunakan flipchart. Yang merupakan
rangkuman dari pedoman-pedoman atau
materi-materi baku yang disusun
sedemikan rupa hingga mempermudah
pemahaman dan penyamapaian materi.
Tentu saja ini merupakan langkah
penggabungan antara pembelajaran
metode audio-visual.
Dengan demikian dimaksudkan
dengan adanya media presentasi ini arus
informasi yang disampaikan oleh konselor
akan menjadi sama dengan penerimaan
konseli, lebih lagi penggunaan media ini
akan mempermudah konselor
menyampaikan materi secara baik,
sistematis dan menghilangkan
kemungkinan adanya miss information
(informasi yang terlewat), dengan harapan
persepsi yang diberikan akan sama dengan
persepsi yang diterima dan persepsi
masing-masing konselor akan sama
sehingga tujuan konseling akan dapat
tercapai sepenuhnya.
Kesimpulan
Konseling merupakan pendekatan
interpersonal yang diunakan untuk
menyampaikan informasi yang lengkap
dan akurat serta bertujuan untuk
mempengaruhi kliennya sehingga dapat
mengikuti sesuai informasi yang diberikan.
Dengan menggunakan media presentasi
flipchart pada konseling ternyata
mempermudah arus pertukaran informasi
dari konselor kepada konseli. Sehingga
proses konseling menjadi lebih dinamis,
satu persepsi, akurat dan lengkap.
Referensi
Budiyanto, 2002. Dasar-dasar ilmu gizi
Universitas Muhammadiyah Malang
Edisi Revisi
Ine Indrati Sigit. 2013. Gaya Baru
Konseling Gizi Yang Efektif. diunduh
dari http://gizi.depkes.go.id/gaya-
baru-konseling-gizi-yang-efektif
diakses pada tanggal 29 Mei 2013.
Cokroaminoto. 2013. Langkah analisis
data kualitatif. Diunduh di
http://www.menulisproposalpenelitia
n.com/2013/03/langkah-analisis-
data-kualitatl.html diakses pada
tanggal 28 Mei 2013.
Hariyanto. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif. Dapat diunduh di
http://belajarpsikologi.com/metode-
penelitian-kualitatif/, diakses pada
28 Mei 2013.
Notoatmodjo S. 2005. Promosi Kesehatan
Teori dan Apliksi. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmojo S. 2003.Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Suherman. 2012. Konsep Dasar Konseling.
Dapat diunduh di
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.
_PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBI
NGAN/195903311986031-
SUHERMAN/
KONSELING_(KONSEP_DASAR)
_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf
diakses pada 29 Mei 2013.
Strategi Nasional Penerapan Pola Makan
Sehat dan Aktifitas fisik. Dapat
diunduh di http://gizi.depkes.go.id/
diakses pada 28 Mei 2013
Soeharjo, 1992. Perencanaan Pangan Dan
Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.
Tarwojo S. 1998. Dasar-Dasar Gizi
Kuliner. Jakarta : PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Jadwal Kegiatan Elektif IKM 27 Mei – 1 juni 2013
“Peranan dan Efektifitas Media Konseling (flipchart) Terhadap Peningkatan Daya
Tangkap Konseli Dalam Pemahaman Mengenai Konsep Pedoman Umum Gizi
Seimbang”
Hari Tanggal Waktu Jenis Kegiatan
27 Mei 2013 08.00-10.30 WIB Pemagangan di Program gizi Puskesmas
11.00-12.00 WIB Observasi konseling
28 Mei 2013 08.00-10.00 Pemagangan di Program gizi Puskesmas
10.00-12.00 Wawancara depth interview dengan PJ
Program dan konselor
29 Mei 2013 08.00-10.00 Pemagangan di Program gizi Puskesmas
10.00-12.00 Wawancara dengan respoden
30 Mei 2013 08.00-12.00 Pemagangan di Program gizi Puskesmas
dan try out flip chart sementara.
Wawancara dengan responden
31 Mei 2013 08.00-12.00 Pemagangan di Program gizi Puskesmas
dan try out flip chart sementara.
Konsultasi dengan pembimbing dan revisi
flipchart sementara
1 Juni 2013 08.00-12.00 Sosialisasi flipchart dan aplikasi
Lampiran
Gambar 1. Uji Coba Flipchart pada Pasien
Gambar 2. Penyerahan Media Flipchart Kepada Pihak Puskesmas