laporan kasus skin graft
DESCRIPTION
afweafwaTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
SPLIT THICKNES SKIN GRAFT
Disusun oleh :
Wastri Gusniyani Manik
I11110052
STASE BEDAH RS BHAYANGKARA ANTON SOEDJARWO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
0
A. PENYAJIAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. Alas Kusuma
Status : Belum Menikah
Tanggal pemeriksaan : 6 April 2015
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama : Luka terbuka pada tangan kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
- 2 bulan lalu SMRS, pasien mengalami kecelakaan kerja saat ingin
service mesin ditempat kerjanya. Pingsan (-). Dan dioperasi. 2
minggu setelah operasi pertama pasien menjalankan operasi kedua
untuk melepaskan kulit mati. Tanggal 11 maret pasien kembali
menjalani operasi ke tiga untuk penanaman kulit yang pertama. 7
april pasien berencana akan menjalani operasi penanaman kulit
yang kedua. Nyeri pada luka (-), demam (-), mual (-), muntah (-),
BAB dan BAK dalam batas normal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Hipertensi dan Diabetes
disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita
penyakit serupa
3. Pemeriksaan Fisik
Kesan umum : baik
Kesadaran : kompos mentis
1
Tanda-tanda Vital:
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/mnt, reguler, isi cukup
Napas : 24 x/mnt
Suhu: 36,5 0C
CRT <2”
Kepala:
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Telinga: sekret (-),
Hidung: deviasi septum (-), massa (-/-), sekret (-)
rongga mulut: lidah kotor (-), tonsil T1/T1, mukosa faring tidak
hiperemis.
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-),
Paru:
inspeksi: statis normochest, dimanis gerakan simetris.
palpasi: fremitus taktil simetris kiri dan kanan
Perkusi: sonor di seluruh lapang paru
auskultasi: vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung
inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
palpasi: iktus kordis teraba di SIC V linea midclavikula sinistra
perkusi: jantung dalam batas normal
auskultasi: SI,II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi: distensi (-), datar, asites (-), massa (-)
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi: timpani disemua kuadran
Palpasi: Soepel, nyeri tekan (-) di perut bagian kanan, hepar dan
lien tidak teraba, VU tidak teraba penuh.
Punggung : Deformitas (-), nyeri ketok CVA (-/-)
2
Ekstremitas: a.r brachii dextra
L: open wound (+), jaringan granulasi (+), pus (-), darah (-)
F: edem (+), CRT < 2s
M: ROM aktif pasif terbatas
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium ( 6 April 2015)
Hb : 12,2 gr%
Leukosit : 9.900 /mm3
Eritrosit : 4,03 juta
Trombosit : 420.000 / mm3
HT : 36 VOL%
BT : 2’30 Menit
CT : 4’30 Menit
5. Resume
Perempuan, 36 tahun datang dengan luka terbuka di tangan kanan
akibat kecelakaan kerja 2 bulan yang lalu. BAB dan BAK normal, tidak
ada demam. Pasien pernah menjalani tiga kali operasi untuk menanam
kulit. Riwayat HT disangkal, DM disangkal, Asma dan alergi (-).
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
80 x/menit, nafas 24 x/menit dan suhu 36,5oC. Hasil pemeriksaan fisik at
region brachii dextra ditemukan open wound dengan jaringan granulasi,
tidak terdapat pus dan darah, terdapat edem serta ROM aktif pasif bebas.
6. Diagnosis Kerja
Open wound healing
7. Tatalaksana
Split Thickness Skin Graft (STSG)
Ceftriakson 1 x 2 gr sebagai profilaksis
3
8. Analisis Kasus
Perempuan, 36 tahun, datang dengan keluhan utama yakni luka
terbuka di tangan kanannya akibat kecelakaan kerja yang dialaminya 2
bulan yang lalu. Hal pertama yang dilihat adalah apakah luka tersebut
dapat sembuh secara primer, karena indikasi penggunaan skin graft adalah
luka terbuka yang tidak dapat sembuh secara primer, luka terbuka tersebut
apakah mempunyai permukaan luka dengan vaskularisasi yang cukup
seperti otot, fasia, dermis, perikondrium, periosteum, peritoneum, pleura
dan jaringan granulasi karena pada luka yang kurang suplai pembuluh
darah sulit untuk menghidupkan skin graft, misalnya tulang, tulang rawan,
tendon, saraf, maka tidak dapat dilakukan teknik skin graft. Dari
pemeriksaan fisik, pada luka terbuka tersebut dapat sembuh secara primer
tetapi membutuhkan waktu yang lama serta vaskularisasi yang cukup
dengan otot sebagai permukaan lukanya.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien berupa split thickness skin
graft (STSG) karena STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang
luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG dan pertimbangan kosmetik
tidak menjadi pertimbangan utama serta lokasi luka yang terletak pada
daerah tangan. Teknik STSG memiliki keuntungan berupa take yang lebih
besar, dapat dipakai untuk defek yang luas, donor dapat diambil dari
daerah tubuh mana saja, daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi
walaupun terkadang teknik ini juga menimbulkan kerugian berupa
kecendrungan kontraksi lebih besar, perubahan warna, permukaan kulit
mengkilat dan secara estetika kurang baik. Pada pasien ini donor diambil
dari tubuh pasien sendiri yaitu regio femoralis.
B. LANDASAN TEORI
1. Definisi Skin Graft
Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan
pemindahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal
4
(donor) tanpa disertai vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk
menutupi suatu defek.
2. Anatomi kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan
membatasi dari lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ
essensial dan vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara
individu. Kelembutan kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan
elastisitasnya. Luas kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua
persegi. Tebalnya antara satu setengah sampai lima millimeter, tergantung
dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan gizi. Fungsi utama kulit
yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan sensori, termoregulasi,
pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk ekspresi emosi.
Anatomi kulit
Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan
epidermis, lapisan dermis serta lapisan subkutis.
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel
squamos yang terdiri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak
memiliki pembuluh darah, sehingga mendapatkannya melalui difusi dari
5
dasar dermis, menuju ke membrane basalis yang memisahkan epidermis
dan dermis.
Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling luar,
terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya
berubah menjadi keratin (zat tanduk)
Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini tampak
jelas pada telapak tangan dan kaki.
Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang
kasar yang terdiri atas keratohialin.
Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri
atas dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh
jaringan elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut
sebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars
retikularis.
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak.
3. Pembagian skin graft
1. Autograft
Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama).
Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan
pasien memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan donor.
6
2. Allograft
Graft berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari
tubuh yang lain).
3. Xenograft
Berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies (binatang).
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila
ditolak oleh sistem kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari
harus diganti dengan autograft. Berdasarkan ketebalannya, skin graft dibagi
atas :
1. Split Thickness Skin Graft (STSG)
Skin graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis.
Terbagi atas tiga yaitu:
a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,008-0,012 mm,
terdiri dari epidermis dan ¼ bagian lapisan dermis.
b. Intermedict (medium) Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit
0,012-0,018 mm, terdiri dari epidermis dan ½ bagian dermis.
c. Thick Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,018-0,030 mm,
terdiri dari epidermis dan ¾ bagian dermis.
2. Full Thickness Skin Graft (FTSG)
Skin Graft yang terdiri dari epidermis dan seluruh bagian dermis.
Split thickness skin graft (STSG)
STSG merupakan tindakan definitive sebagai penutup defek yang
permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu
tindakan yang defenitif. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengontrol serta
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan menutup struktur vital
tubuh.
STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG
digunakan pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika
ukuran defek terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG. Penggunaan
7
lainnya untuk menutup ulkus kulit yang kronik yang tidak sembuh-sembuh
serta menutup daerah luka akibat luka bakar yang bertujuan untuk
mengurangi tubuh kehilangan cairan. Kontraindikasi penggunaan STSG
yaitu tidak digunakan jika dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti
daerah wajah atau leher.
A. Keuntungan dari STSG yaitu :
a. Kemungkinan take lebih besar
b. Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas
c. Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja
d. Daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi
B. Kerugian dari STSG yaitu :
a. Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar
b. Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna
c. Permukaan kulit mengkilat
d. Secara estetik kurang baik
C. Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu :
a. Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih bertahan lama
b. Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan
kembali dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari.
D. Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu :
a. Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar
b. Kurang menyamai tekstur kulit asli
E. Keuntungan Thick STSG yaitu :
a. Lebih sedikit terjadi kontraksi, lebih tahan terhadap trauma
b. Lebih menyamai seperti kulit normal
F. Kerugian dati Thick STSG yaitu :
a. Vaskularisasi lebih sedikit
b. Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh sampai
delapan belas hari
Untuk mengambil STSG dari tempat donor dilakukan dengan menggunakan:
Pisau/Blade : Semua pisau yang tajam, tipis dan rata
8
Pisau khusus : Ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata
(Humby, Braithwaite, Bodenham, Watson )
Dermatome : Dermatome tangan, dermatome listrik dan tekanan udara
Full thickness skin graft (FTSG)
FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki
kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan
kontraksi lebih kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi
jumlah dan ukuran donor sangat terbatas. Daerah donor FTSG meliputi
kepala dan leher, retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari
daerah abdomen atau paha.
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan
disebelahnya tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya
memiliki lesi premaligna atau maligna dan menghalangi penggunaan flap.
Lokasi yang sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak
mata, kantus medial, konka dan jari.
Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :
a. Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil
b. Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil
c. Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil
d. Secara estetik lebih baik dari STSG
Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :
a. Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG
b. Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas
c. Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas
sehingga tidak dapat ditutup primer’
d. Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu
Teknik mengerjakan FTSG yaitu pertama-tama dibuat patron dari defek
yang ada dari kasa kemudian dibuat desain pada daerah donor. Kemudian
dilakukan penyuntikan NaCl 0,9% atau lidokain dicampur adrenalin
1:200.000. Kemudian dilakukan insisi sesuai desain sampai sedalam
9
epidermis. Dilakukan pemisahan dermis dengan subkutis, keadaan kulit
dalam keadaan tegang. Setelah kulit didapat dilakukan pembuangan jaringan
lemak yang ikut terangkat.
4. Indikasi
Indikasi skin graft
1. Luka yang luas
2. Luka bakar
3. Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
4. Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss
5. Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi
Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat
ditutup secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak
kulit yang hilang seperti pada fracture terbuka pada tungkai bawah.
5. Fase penyembuhan skin graft secara fisiologis
Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu :
1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft)
Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui
penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler,
sehingga STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih
besar karena cairan plasma yang diserap lebih efektif.
2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu,
dan reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses
revaskularisasi skin graft sebagai berikut:
a. Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah
resipen (autoinokulasi)
b. Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran
endothelial graft.
c. Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft.
10
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil skin graft
Yang beresiko mengalami komplikasi selama operasi skin graft
diantaranya :
a. Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir
b. Merokok
c. Penderita penyakit kronis
d. Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot
7. Faktor – faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan skin graft
Faktor yang menyebabkan kegagalan skin graft
a Hematoma
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah
hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi
kecil multiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat
dan juga untuk memperluas kulit.
b Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft
bergeser dan revaskularisasi tidak terjadi.
c Infeksi
d Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :
- Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel
- Skin graft terbalik
- Skin graft terlalu tebal
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi
maka umumnya tidak akan ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft
dapat berhasil.
Faktor-faktor keberhasilan skin graft
Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan
take dari graft tersebut. Take dari graft tergantung dari :
1. Vaskularisasi yang adekuat
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah
resipien untuk dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada
11
daerah resipien yang kaya akan pembuluh darah mempunyai kemungkinan
untuk take yang lebih besar. Aliran darah dari daerah resipien ke graft
kemudian akan melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga
akhirnya terbentuk bridging pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu,
hal-hal yang menghalangi aliran darah ke graft seperti jaringan granulasi
harus disingkirkan terlebih dahulu.
2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari
daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang
baik antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus
diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya
kumpulan cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft
dengan resipiennya.
Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi
yang baik yaitu dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian
dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft untuk
menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang terlalu
longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat
terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan
yang terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yang kemudian akan
merusak graft itu sendiri.
Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari
resipiennya, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang
take dari skin graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft.
Perdarahan yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan
berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi
dilanjutkan, harus dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang
mungkin terjadi. Bila dicurigai akan adanya seroma, hematoma atau
pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan
12
skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera di
evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas seroma,
hematoma atau bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan
pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian pembalut dilakukan tiap
hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak ada lagi di
bawah skin graft.
Imobilisasi yang baik
Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan
menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga mengalami
terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk menjaga agar tidak terjadi
pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan spalk untuk
daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari
gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah
kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah,
imobilisasi dapat dilakukan dengan balutan tie over.
3. Tidak adanya infeksi
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi
luka. Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka
dan mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 /
gram jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang
dilakukan pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan
selalu gagal. Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai
faktor infeksi yang menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak
tinggi disertai adanya bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara
hari ke-2 dan hari ke-4 pasca bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang
semakin bertambah akan lebih menyokong adanya infeksi pada daerah
operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat terapi
imunosupresan lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan infeksi
dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan memberikan antbiotik yang
sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak graft.
13
8. Perawatan skin graft pada donor dan resipen
a. Daerah resipen
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan
dengan baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan
dibuka hari ke-5 untuk mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang
fiksasi/jahitan dicabut.
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana
skin graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit
ditempat baru. Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan
pada penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut
elastic sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan.
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit
sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila
terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan
mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take
dari skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan
dengan hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau
tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi
dengan melakukan insisi kecil pada skin graft tepat diatas
14
seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan
pembalutan lagi. Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari
sampai seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi dibawah skin graft.
Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam
pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft
tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama
pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau
kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah.
b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses
epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi.
Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split
thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin graft 10 –
14 hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau
lebih. Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata
14 hari. Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti
bagian luarnya saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan
kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila
balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat
terpisah/terlepas spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai
dapat terlepas sendiri karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan
balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini merusak proses
epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah lama.
15
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan
biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau
bila diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah kontrol dapat
langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin graft yang tidak dapat
ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft,
perawatannya seperti perawatan luka split thickness graft.
9. Komplikasi
Komplikasi dari penggunaan skin graft yaitu :
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Hematoma atau seroma
d. Kontraktur
e. Penyembuhan yang tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi
16
DAFTAR PUSTAKA
Cohen M (ed): Mastery of Plastic and Reconstructive Surgery. Boston, Little, Brown,
1994
David C. Sabiston, Jr., M. D. Buku Ajar Bedah (Essentials of Surgery) Vol I. Editor :
dr. Jonathan Oswari. EGC. 1995
Ellis H, Calne SR, Watson C. 2010. General Surgery Lecture Notes, 12th Edition.
John Wiley & Sons Ltd.
Fitzpatrica. Dermatology in general medicine, edisi VII volume 1 & 2. Edition Klaus
wolff, et all.
Kahan, S. dan Raves, J.J., 2011. Master Plan Ilmu Bedah. Binarupa Aksara.
Tangerang.
McCarthy JG (ed): Plastic Surgery. Philadelphia, W.B. Saunders, 1990
Miller T. Basic Principles of Surgery. In Plastic Surgery Volume I. Editors : William
C. Grabb, James W. Smith. 1988
17