laporan kasus skin graft

27
LAPORAN KASUS SPLIT THICKNES SKIN GRAFT Disusun oleh : Wastri Gusniyani Manik I11110052 STASE BEDAH RS BHAYANGKARA ANTON SOEDJARWO FAKULTAS KEDOKTERAN 0

Upload: andari

Post on 24-Jan-2016

61 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

afweafwa

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Skin Graft

LAPORAN KASUS

SPLIT THICKNES SKIN GRAFT

Disusun oleh :

Wastri Gusniyani Manik

I11110052

STASE BEDAH RS BHAYANGKARA ANTON SOEDJARWO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2015

0

Page 2: Laporan Kasus Skin Graft

A. PENYAJIAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. R

Usia : 36 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Komp. Alas Kusuma

Status : Belum Menikah

Tanggal pemeriksaan : 6 April 2015

2. Anamnesis

a. Keluhan Utama : Luka terbuka pada tangan kanan

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

- 2 bulan lalu SMRS, pasien mengalami kecelakaan kerja saat ingin

service mesin ditempat kerjanya. Pingsan (-). Dan dioperasi. 2

minggu setelah operasi pertama pasien menjalankan operasi kedua

untuk melepaskan kulit mati. Tanggal 11 maret pasien kembali

menjalani operasi ke tiga untuk penanaman kulit yang pertama. 7

april pasien berencana akan menjalani operasi penanaman kulit

yang kedua. Nyeri pada luka (-), demam (-), mual (-), muntah (-),

BAB dan BAK dalam batas normal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Hipertensi dan Diabetes

disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita

penyakit serupa

3. Pemeriksaan Fisik

Kesan umum : baik

Kesadaran : kompos mentis

1

Page 3: Laporan Kasus Skin Graft

Tanda-tanda Vital:

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/mnt, reguler, isi cukup

Napas : 24 x/mnt

Suhu: 36,5 0C

CRT <2”

Kepala:

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

Telinga: sekret (-),

Hidung: deviasi septum (-), massa (-/-), sekret (-)

rongga mulut: lidah kotor (-), tonsil T1/T1, mukosa faring tidak

hiperemis.

Leher : deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-),

Paru:

inspeksi: statis normochest, dimanis gerakan simetris.

palpasi: fremitus taktil simetris kiri dan kanan

Perkusi: sonor di seluruh lapang paru

auskultasi: vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

Jantung

inspeksi: iktus kordis tidak terlihat

palpasi: iktus kordis teraba di SIC V linea midclavikula sinistra

perkusi: jantung dalam batas normal

auskultasi: SI,II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:

Inspeksi: distensi (-), datar, asites (-), massa (-)

Auskultasi: BU (+) normal

Perkusi: timpani disemua kuadran

Palpasi: Soepel, nyeri tekan (-) di perut bagian kanan, hepar dan

lien tidak teraba, VU tidak teraba penuh.

Punggung : Deformitas (-), nyeri ketok CVA (-/-)

2

Page 4: Laporan Kasus Skin Graft

Ekstremitas: a.r brachii dextra

L: open wound (+), jaringan granulasi (+), pus (-), darah (-)

F: edem (+), CRT < 2s

M: ROM aktif pasif terbatas

4. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium ( 6 April 2015)

Hb : 12,2 gr%

Leukosit : 9.900 /mm3

Eritrosit : 4,03 juta

Trombosit : 420.000 / mm3

HT : 36 VOL%

BT : 2’30 Menit

CT : 4’30 Menit

5. Resume

Perempuan, 36 tahun datang dengan luka terbuka di tangan kanan

akibat kecelakaan kerja 2 bulan yang lalu. BAB dan BAK normal, tidak

ada demam. Pasien pernah menjalani tiga kali operasi untuk menanam

kulit. Riwayat HT disangkal, DM disangkal, Asma dan alergi (-).

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi

80 x/menit, nafas 24 x/menit dan suhu 36,5oC. Hasil pemeriksaan fisik at

region brachii dextra ditemukan open wound dengan jaringan granulasi,

tidak terdapat pus dan darah, terdapat edem serta ROM aktif pasif bebas.

6. Diagnosis Kerja

Open wound healing

7. Tatalaksana

Split Thickness Skin Graft (STSG)

Ceftriakson 1 x 2 gr sebagai profilaksis

3

Page 5: Laporan Kasus Skin Graft

8. Analisis Kasus

Perempuan, 36 tahun, datang dengan keluhan utama yakni luka

terbuka di tangan kanannya akibat kecelakaan kerja yang dialaminya 2

bulan yang lalu. Hal pertama yang dilihat adalah apakah luka tersebut

dapat sembuh secara primer, karena indikasi penggunaan skin graft adalah

luka terbuka yang tidak dapat sembuh secara primer, luka terbuka tersebut

apakah mempunyai permukaan luka dengan vaskularisasi yang cukup

seperti otot, fasia, dermis, perikondrium, periosteum, peritoneum, pleura

dan jaringan granulasi karena pada luka yang kurang suplai pembuluh

darah sulit untuk menghidupkan skin graft, misalnya tulang, tulang rawan,

tendon, saraf, maka tidak dapat dilakukan teknik skin graft. Dari

pemeriksaan fisik, pada luka terbuka tersebut dapat sembuh secara primer

tetapi membutuhkan waktu yang lama serta vaskularisasi yang cukup

dengan otot sebagai permukaan lukanya.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien berupa split thickness skin

graft (STSG) karena STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang

luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG dan pertimbangan kosmetik

tidak menjadi pertimbangan utama serta lokasi luka yang terletak pada

daerah tangan. Teknik STSG memiliki keuntungan berupa take yang lebih

besar, dapat dipakai untuk defek yang luas, donor dapat diambil dari

daerah tubuh mana saja, daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi

walaupun terkadang teknik ini juga menimbulkan kerugian berupa

kecendrungan kontraksi lebih besar, perubahan warna, permukaan kulit

mengkilat dan secara estetika kurang baik. Pada pasien ini donor diambil

dari tubuh pasien sendiri yaitu regio femoralis.

B. LANDASAN TEORI

1. Definisi Skin Graft

Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan

pemindahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal

4

Page 6: Laporan Kasus Skin Graft

(donor) tanpa disertai vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk

menutupi suatu defek.

2. Anatomi kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan

membatasi dari lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ

essensial dan vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara

individu. Kelembutan kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan

elastisitasnya. Luas kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua

persegi. Tebalnya antara satu setengah sampai lima millimeter, tergantung

dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan gizi. Fungsi utama kulit

yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan sensori, termoregulasi,

pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk ekspresi emosi.

Anatomi kulit

Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan

epidermis, lapisan dermis serta lapisan subkutis.

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel

squamos yang terdiri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak

memiliki pembuluh darah, sehingga mendapatkannya melalui difusi dari

5

Page 7: Laporan Kasus Skin Graft

dasar dermis, menuju ke membrane basalis yang memisahkan epidermis

dan dermis.

Stratum Korneum

Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling luar,

terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya

berubah menjadi keratin (zat tanduk)

Stratum Lusidum

Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti dengan

protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini tampak

jelas pada telapak tangan dan kaki.

Stratum granulosum

Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang

kasar yang terdiri atas keratohialin.

Stratum basalis

Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri

atas dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.

2. Dermis

Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh

jaringan elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut

sebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars

retikularis.

3. Subkutis

Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak.

3. Pembagian skin graft

1. Autograft

Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama).

Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan

pasien memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan donor.

6

Page 8: Laporan Kasus Skin Graft

2. Allograft

Graft berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari

tubuh yang lain).

3. Xenograft

Berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies (binatang).

Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila

ditolak oleh sistem kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari

harus diganti dengan autograft. Berdasarkan ketebalannya, skin graft dibagi

atas :

1. Split Thickness Skin Graft (STSG)

Skin graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis.

Terbagi atas tiga yaitu:

a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit  0,008-0,012 mm,

terdiri dari epidermis dan ¼ bagian lapisan dermis.        

b. Intermedict (medium) Split  Thickness Skin Graft, ketebalan kulit

0,012-0,018 mm, terdiri dari epidermis dan ½ bagian dermis.

c. Thick Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,018-0,030 mm,

terdiri dari epidermis dan ¾ bagian dermis.

2. Full Thickness Skin Graft (FTSG)

Skin Graft yang terdiri dari epidermis dan seluruh bagian dermis.

Split thickness skin graft (STSG)

STSG merupakan tindakan definitive sebagai penutup defek yang

permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu

tindakan yang defenitif. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengontrol serta

mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan menutup struktur vital

tubuh.

STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG

digunakan pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika

ukuran defek terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG. Penggunaan

7

Page 9: Laporan Kasus Skin Graft

lainnya untuk menutup ulkus kulit yang kronik yang tidak sembuh-sembuh

serta menutup daerah luka akibat luka bakar yang bertujuan untuk

mengurangi tubuh kehilangan cairan. Kontraindikasi penggunaan STSG

yaitu tidak digunakan jika dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti

daerah wajah atau leher.

A.   Keuntungan  dari STSG yaitu :

a. Kemungkinan take lebih besar

b. Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas

c. Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja

d. Daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi

B.   Kerugian dari STSG yaitu :

a. Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar

b. Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna

c. Permukaan kulit mengkilat

d. Secara estetik kurang baik

C.  Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu :

a. Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih bertahan lama

b. Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan

kembali dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari.

D.  Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu :

a. Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar

b. Kurang menyamai tekstur kulit asli

E.   Keuntungan Thick STSG yaitu :

a. Lebih sedikit terjadi kontraksi, lebih tahan terhadap trauma

b. Lebih menyamai seperti kulit normal

F.   Kerugian dati Thick STSG yaitu :

a. Vaskularisasi lebih sedikit

b. Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh sampai

delapan belas hari

Untuk mengambil STSG dari tempat donor dilakukan dengan menggunakan:

Pisau/Blade : Semua pisau yang tajam, tipis dan rata

8

Page 10: Laporan Kasus Skin Graft

Pisau khusus : Ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata

(Humby, Braithwaite, Bodenham, Watson )

Dermatome : Dermatome tangan, dermatome listrik dan tekanan udara

Full thickness skin graft (FTSG)

FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki

kerusakan pada kulit wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan

kontraksi lebih kecil, resistensi terhadap trauma lebih besar. Akan tetapi

jumlah dan ukuran donor sangat terbatas. Daerah donor FTSG meliputi

kepala dan leher, retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari

daerah abdomen atau paha.

Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan

disebelahnya tidak bebas, juga digunakan jika jaringan disebelahnya

memiliki lesi premaligna atau maligna dan menghalangi penggunaan flap.

Lokasi yang sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak

mata, kantus medial, konka dan jari.

Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :

a. Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil

b. Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil

c. Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil

d. Secara estetik lebih baik dari STSG

Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :

a. Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG

b. Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas

c. Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas

sehingga tidak dapat ditutup primer’

d. Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu

Teknik mengerjakan FTSG yaitu pertama-tama dibuat patron dari defek

yang ada dari kasa kemudian dibuat desain pada daerah donor. Kemudian

dilakukan penyuntikan NaCl 0,9% atau lidokain dicampur adrenalin

1:200.000. Kemudian dilakukan insisi sesuai desain sampai sedalam

9

Page 11: Laporan Kasus Skin Graft

epidermis. Dilakukan pemisahan dermis dengan subkutis, keadaan kulit

dalam keadaan tegang. Setelah kulit didapat dilakukan pembuangan jaringan

lemak yang ikut terangkat.

4. Indikasi

Indikasi skin graft

1.      Luka yang luas

2.      Luka bakar

3.      Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan

4.      Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss

5.      Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi

Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat

ditutup secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak

kulit yang hilang seperti pada fracture terbuka pada tungkai bawah.

5. Fase penyembuhan skin graft secara fisiologis

Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu :

1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft)

Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui

penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler,

sehingga STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih

besar karena cairan plasma yang diserap lebih efektif.

2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)

Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu,

dan reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses

revaskularisasi skin graft sebagai berikut:

a. Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah

resipen (autoinokulasi)

b. Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran

endothelial graft.

c. Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft.

10

Page 12: Laporan Kasus Skin Graft

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil skin graft

Yang beresiko mengalami komplikasi selama operasi skin graft

diantaranya :

a. Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir

b. Merokok

c. Penderita penyakit kronis

d. Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot

7. Faktor – faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan skin graft

Faktor yang menyebabkan kegagalan skin graft

a Hematoma

Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah

hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi

kecil multiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat

dan juga untuk memperluas kulit.

b Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft

bergeser dan revaskularisasi tidak terjadi.

c Infeksi

d Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :

-  Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel

-  Skin graft terbalik

-  Skin graft terlalu tebal

Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi

maka umumnya tidak akan ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft

dapat berhasil.

Faktor-faktor keberhasilan skin graft

Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan

take dari graft tersebut. Take dari graft tergantung dari :

1. Vaskularisasi yang adekuat

Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah

resipien untuk dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada

11

Page 13: Laporan Kasus Skin Graft

daerah resipien yang kaya akan pembuluh darah mempunyai kemungkinan

untuk take yang lebih besar. Aliran darah dari daerah resipien ke graft

kemudian akan melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga

akhirnya terbentuk bridging pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu,

hal-hal yang menghalangi aliran darah ke graft seperti jaringan granulasi

harus disingkirkan terlebih dahulu.

2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien

Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari

daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang

baik antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus

diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya

kumpulan cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft

dengan resipiennya.

Tekanan yang adekuat

Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi

yang baik yaitu dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian

dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft untuk

menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang terlalu

longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat

terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan

yang terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yang kemudian akan

merusak graft itu sendiri.

Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien

Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari

resipiennya, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang

take dari skin graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft.

Perdarahan yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan

berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi

dilanjutkan, harus dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang

mungkin terjadi. Bila dicurigai akan adanya seroma, hematoma atau

pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan

12

Page 14: Laporan Kasus Skin Graft

skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera di

evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas seroma,

hematoma atau bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan

pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian pembalut dilakukan tiap

hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak ada lagi di

bawah skin graft.

Imobilisasi yang baik

Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan

menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga mengalami

terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk menjaga agar tidak terjadi

pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan spalk untuk

daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari

gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah

kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah,

imobilisasi dapat dilakukan dengan balutan tie over.

3.  Tidak adanya infeksi

Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi

luka. Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka

dan mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 /

gram jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang

dilakukan pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan

selalu gagal. Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai

faktor infeksi yang menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak

tinggi disertai adanya bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara

hari ke-2 dan hari ke-4 pasca bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang

semakin bertambah akan lebih menyokong adanya infeksi pada daerah

operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat terapi

imunosupresan lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan infeksi

dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan memberikan antbiotik yang

sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak graft.

13

Page 15: Laporan Kasus Skin Graft

8. Perawatan skin graft pada donor dan resipen

a. Daerah resipen

Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan

dengan baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan

dibuka hari ke-5 untuk mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang

fiksasi/jahitan dicabut.

Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana

skin graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit

ditempat baru. Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan

pada penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut

elastic sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan.

Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit

sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila

terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan

mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take

dari skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan

dengan hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau

tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi

dengan melakukan insisi kecil pada skin graft tepat diatas

14

Page 16: Laporan Kasus Skin Graft

seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan

pembalutan lagi. Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari

sampai seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi dibawah skin graft.

Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam

pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft

tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama

pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau

kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah.

b. Daerah donor

Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses

epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi.

Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split

thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin graft 10 –

14 hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau

lebih. Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata

14 hari. Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti

bagian luarnya saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan

kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila

balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat

terpisah/terlepas spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai

dapat terlepas sendiri karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan

balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini merusak proses

epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah lama.

15

Page 17: Laporan Kasus Skin Graft

Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan

biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau

bila diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah kontrol dapat

langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin graft yang tidak dapat

ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft,

perawatannya seperti perawatan luka split thickness graft.  

9. Komplikasi

Komplikasi dari penggunaan skin graft yaitu :

a. Perdarahan

b. Infeksi

c. Hematoma atau seroma

d. Kontraktur

e. Penyembuhan yang tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi

16

Page 18: Laporan Kasus Skin Graft

DAFTAR PUSTAKA

Cohen M (ed): Mastery of Plastic and Reconstructive Surgery. Boston, Little, Brown,

1994

David C. Sabiston, Jr., M. D. Buku Ajar Bedah (Essentials of Surgery) Vol I. Editor :

dr. Jonathan Oswari. EGC. 1995

Ellis H, Calne SR, Watson C. 2010. General Surgery Lecture Notes, 12th Edition.

John Wiley & Sons Ltd.

Fitzpatrica. Dermatology in general medicine, edisi VII volume 1 & 2. Edition Klaus

wolff, et all.

Kahan, S. dan Raves, J.J., 2011. Master Plan Ilmu Bedah. Binarupa Aksara.

Tangerang.

McCarthy JG (ed): Plastic Surgery. Philadelphia, W.B. Saunders, 1990

Miller T. Basic Principles of Surgery. In Plastic Surgery Volume I. Editors : William

C. Grabb, James W. Smith. 1988

17