laporan pkl taksonomi vertebrata
TRANSCRIPT
Tugas Kelompok
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANGAN
TAKSONOMI VERTEBRATA DI LIPI
(Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Taksonomi Vertebrata)
Disusun oleh:
Berti Anina Sulistina (1211060197)
Darwisah (1211060200)
Cikra Pawana (1211060199)
Erma Indriyana (1211060086)
Fitri Mulyana (1211060062)
Helen Ariska (1211060195)
Irawansyah (1211060179)
Luq-luq In Tatimmah (1211060141)
Muslimatun (1211060078)
M. Dwi Kurniawan H (1211060193)
Sinta Damayanti (1211060114)
Siti Khusnul K (1211060045)
Syarifah Setianingrum (1211060121)
Winda Kurniati (1211060052)
Wiwit Nurhasanah (1211060033)
Kelas / Smt : Biologi B / IV
Dosen pembimbing : Gres Mareta, M.Si
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) adalah Lembaga Pemerintah
Non Kementerian Republik Indonesia yang dikoordinasikan oleh Kementerian
Negara Riset dan Teknologi. Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) merupakan
salah satu Balai Penelitian dan Pengembangan Zoologi (Balitbang Zoologi) yang
bernaung di bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI.
Sejak berganti nama menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Zoologi
pada tahun 1987, lembaga di bawah naungan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ini, mengembangkan kegiatannya
tidak sebatas sebagai museum yang berkecimpung di bidang taksonomi, tapi juga
melakukan penelitian dan pengembangan di bidang ekologi dan fisiologi fauna.
Saat ini, dalam usianya yang lebih dari satu abad, MZB telah berhasil menjadi
museum fauna terbesar di Asia Tenggara. Mutu spesimen yang tersimpan
berstandar internasional.
Taksonomi Vertebrata adalah ilmu membahas tentang hewan-hewan yang
memiliki tulang belakang, yang dibagi dalam beberapa super kelas yaitu, pisces,
amphibi, reptil, aves dan mamalia. Oleh karena itu, kami melakukan pengamatan
langsung yang berupa herbarium basah maupun kering ke Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk lebih memahami lagi anggota hewan
vertebrata.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kuliah lapangan yang dilakukan di LIPI yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui berbagai koleksi herbarium basah ataupun kering yang
ada di LIPI.
2. Untuk mengetahui teknik pembuatan herbarium basah yang benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Museum Zoologicum Bogeriense
Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) memulai kegiatannya sejak berdiri
di Bogor pada tahun 1894 merupakan bagian dari Lands Plantentuin. Pada awal
didirikannya, MZB berfungsi sebagai Laboratorium Zoologi yang memberi wadah
penelitian yang berkaitan dengan binatang hama dan penyakit pada tanaman
dengan nilai ekonomi tinggi untuk meningkatkan pendapatan pemerintah Belanda
saat itu.
Dr. J. C. Koningsberger, seorang ahli zoologi pertanian yang tidak dapat
dipisahkan dari sejarah MZB. Koningsberger memulai pekerjaannya pada bulan
Agustus 1894 di Bogor yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi MZB.
Bersama-sama dengan Dr. M. Treub, Koningsberger melanjutkan usaha untuk
menambah koleksi fauna sebagaimana layaknya koleksi sebuah museum sejarah
alam di Bidang Zoologi. Obsesi Koningsberger dapat terwujud dengan selesainya
pembangunan gedung museum seluas 402 m2 pada bulan Agustus 1901 yang
digunakan sebagai pameran koleksi fauna yang telah dikumpulkannya. Museum
tersebut kemudian diberi nama Landbouw Zoologisch Museum. Sepanjang
perkembangannya, balai ini telah beberapa kali mengalami pergantian nama.
Perluasan lingkup kerja museum terjadi pada tahun 1986 melalui Surat Keputusan
Presiden No. 1 Tahun 1986, yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Ketua
LIPI No. 23/Kep/D.5/87 Tahun 1987, maka MZB dikukuhkan menjadi Balai
Penelitian dan Pengembangan Zoologi (Balitbang Zoologi) yang bernaung di
bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI (Puslitbang Biologi-
LIPI).
Sejak berdirinya sampai dengan tahun 1997, Bidang Zoologi menempati
gedung bersejarah di dalam Kebun Raya Bogor, yang secara ilmiah merupakan
kebun raya terkenal di dunia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan agar kegiatan penelitian dapat ditampung, maka Bidang Zoologi pindah dan
menempati gedung baru di Pusat Ilmu Pengetahuan Cibinong (Cibinong Science
Centre). Gedung yang diberi nama Widyasatwaloka ini dibangun dengan bantuan
dana dari Pemerintah Jepang pada tahun 1997. Sedangkan fasilitas penyimpanan
koleksi diadakan dengan bantuan dana GEF/Word Bank dalam rangka
peningkatan kualitas dan pengelolaan koleksi ilmiah spesimen bertaraf
internasional. Demikian juga laboratorium genetika, biologi reproduksi dan nutrisi
yang saat ini sudah berstandar dunia. Fasilitas baru ini meningkatkan
perkembangan lebih lanjut dari Bidang Zoologi. Jumlah spesimen yang dikoleksi
untuk menunjang kegiatan penelitian biosistematika, ekologi dan fisiologi
meningkat pesat. Bidang Zoologi bertekad untuk menjadi lembaga pelopor yang
mampu memberikan informasi ilmiah tentang fauna Indonesia.
2.2 Klasifiksi Vertebrata
1. Aves
Aves merupakan hewan bersayap, berkaki dua, berdarah panas dan
bertelur. Tulang burung ringan dan berongga di berbagai ruas untuk mengurangi
densitas dan beratnya. Semua burung memiliki paruh, yang berbeda hanyalah
bentuk dan ukuran paruhnya. Kebanyakan burung memiliki bulu kecuali sedikit
yang tidak memiliki bulu. Aves termasuk dalam kelompok hewan vertebrata yang
besar dan terdapat di seluruh dunia, dari daerah gurun sampai di kutub utara, juga
di hutan hujan Amazon, dan Greenland.
Ada lebih dari 8,600 spesies burung yang telah diidentifikasi yang dibagi
menjadi 27 order. Selain itu, ada banyak subspesies yang jika dihitung beserta
dengan spesies yang diketahui mengandung lebih 3200 jenis.
Aves diyakini merupakan evolusi dari reptil, seperti dinosaurus, yang
hidup sekitar 180 juta tahun lampau. Burung berubah dan kehilangan gigi dan ciri
reptilia yang lain, saat mengalami proses evolusi yang memakan waktu jutaan
tahun. Pada waktu yang sama, bulu tumbuh pada ekornya dan sayapnya. Adapun
ciri-ciri aves adalah seperti berikut:
1. Badan ditutupi oleh bulu.
2. Memiliki paruh yang tidak bergigi dan dua sayap.
3. Memiliki sisik pada kakinya.
4. Bertelur dan telurnya dilindungi oleh cangkang keras.
5. Bernafas melalui paru-paru. Juga terdapat punid-pundi udara atau kantung
udara
6. Berdarah panas.
Meskipun kebanyakan aves bisa terbang ada beberapa spesies yang tidak
mampu terbang seperti burung unta, rea, emu, Kiwi dan penguin yang tidak bisa
terbang. Semua burung memiliki sayap meskipun pada burung yang tidak dapat
terbang, meskipun kecil dan tidak berguna. Burung adalah oviparous yaitu
bertelur. Biasanya burung betina akan mengeram telur, terkadang kedua pasangan
akan bergilir, dan dalam beberapa spesies burung hanya burung jantan akan
mengeramkan telur tersebut. Ada juga spesies burung yang bertelur dalam sarang
burung lain untuk dierami oleh keluarga angkat burung.
Aves mempunyai bagian tubuh berupa ekor, badan, leher, dan kepala. Ciri
yang paling terlihat adalah adanya bulu yang menutupi seluruh tubuhnya. Bulu-
bulu tersebut, selain untuk terbang, juga berfungsi untuk menghangatkan
tubuhnya. Ada tiga jenis bulu yang dimiliki oleh burung, antara lain, plumae,
yaitu bulu yang langsung menempel pada batang bulu, plumulae, yaitu cabang
dari plumae, dan filoplumae, yaitu plumulae. helaian bulu yang paling halus yang
merupakan cabang dari Burung mempunyai sayap untuk terbang, bernapas
dengan paru-paru, mempunyai pundi-pundi udara yang berfungsi untuk
menyimpan udara pada waktu terbang, berdarah panas, dan mempunyai suhu yang
tetap.
2. Reptil
Reptil adalah salah satu jenis vertebrata atau hewan yang memiliki tulang
belakang berdarah dingin dan memiliki sisik di sekujur tubuhnya. Reptil termasuk
tetrapoda, yaitu hewan yang memilikli empat kaki. Pada umumnya reptil
berkembang biak dengan cara bertelur, yang mana telurnya akan diselubungi oleh
membran amniotik. Keberadaan reptil sangatlah banyak di jumpai, semua benua
pasti terdapat reptil kecuali benua atlantik. Adapun ciri-ciri hewan reptil yaitu
sebagai berikut:
1) Reptil memiliki tulang belakang. Mereka adalah vertebrata.
2) Reptil ditutupi oleh sisik.
3) Reptil bernapas dengan paru-paru.
4) Kebanyakan reptil bertelur. Beberapa reptil, seperti ular boa, melahirkan
hidup muda.
5) Hampir semua reptil berdarah dingin. Salah satu pengecualian adalah penyu
belimbing, yang dapat mengatur suhu tubuhnya untuk beberapa derajat.
Reptile dapat di kelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Ordo Crocodilia (contohnya ialah buaya, garhial, caiman, dan alligator):
jumlahnya sekitar 23 spesies
2. Ordo Sphenodontia (contohnya ialah tuatara Selandia Baru): jumlahnya
sekitar 2 spesies
3. Ordo Squamata (contohnya ialah kadal, ular dan amphisbaenia (“worm-
lizards”)): jumlahnya sekitar 7.900 spesies
4. Ordo Testudinata (contohnya ialah kura-kura, penyu, dan terrapin):
jumlahnya sekitar 300 spesies
3. Pisces
Pisces atau ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)
yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok
vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di
seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang
hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi
ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag),
ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari),
dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Berdasarkan bahan penyusun rangkanya Pisces dibagi menajdi 2 golongan:
1. Ikan berangka tulang rawan (Chondrichthyes), contoh : ikan hiu, ikan pari,
ikan cucut.
2. Ikan berangka tulang sejati (Osteichthyes), contoh : ikan kakap, ikan mas,
ikan tongkol, ikan bandeng
Ciri-ciri umum dari ikan yaitu sebagai berikut :
1) Hidup di dalam air.
2) Mempunyai sisik yang berlendir.
3) Mempunyai sirip untuk bergerak.
4) Bernafas melalui insang.
5) Membiak secara bertelur.
4. Amphibi
Amfibi adalah jenis hewan vertebrata yang pada umumnya hidup di dua
alam, yaitu darat dan air. Biasanya amfibi akan bertelur di dalam air, atau sering
juga menempatkan telurnya di tempat yang memiliki tingkar kelembaban yang
tinggi. Setelah menetas larva atau berudu akan hidup di dalam air atau tempat
yang basah dan bernafas menggunakan dengan insang. Selanjutnya berudu
tersebut akan mengalami metamorfosis dan nantinya akan menjadi hewan dewasa
yang hidup di daratan dan bernafas menggunakan paru-paru. Adapun ciri-ciri
hewan Amfibi adalah sebagai berikut:
1) Amfibi memiliki tulang belakang. Mereka adalah vertebrata.
2) Amfibi adalah hewan berdarah dingin. Mereka tidak bisa mengatur suhu
tubuh mereka sendiri.
3) Amfibi menghabiskan setidaknya sebagian dari kehidupan mereka di air
dan di darat.
4) Amfibi tidak memiliki sisik dan kulit mereka permeabel (molekul dan gas
dapat melewati).
5) Amfibi memiliki insang untuk setidaknya bagian dari kehidupan mereka.
Beberapa spesies telah insang hanya sebagai larva, sementara yang lain
dapat memiliki insang sepanjang hidup mereka.
6) Kebanyakan amfibi mengalami metamorfosis.
5. Mamalia
Mamalia adalah hewan vertebrata yang memiliki Glandula Mamae atau
kelenjar susu yang tubuhnya tertutu dengan rambut. Mamalia secara lambat laun
berevolusi dari Reptilia (Otyloseuris yaitu Therapsida) yang merupakan nenek
Moyang dari Mamalia pada akhir zaman Trissic dan permulaan dari Jurassic.
Kelompok fauna ini menempatkan ukuran badan yang sangat besar. Salah satu
jenis dari mamalia ini muncul terakhir yang dikenal dengan Homo Sapiens=
Manusia. Mamalia hidup di darat dan ada yng hidup di air tawar maupun air laut.
Jenis mamalia ada yang Karnivora, Herbivora, Omnivora. Modifikasi bentuk
dalam niche yang khusus di dalam Ekosistem merupakan adaptasi struktur, juga
dialami oleh manusia. Modifikasi bentuk dan nice di dalam ekosistem yang
merupakan adaptasi struktur, juga dialami oleh manusia.
Ciri-ciri hewan Mamalia adalah sebagai berikut:
Secara umum dapat dibedakan atas kepala, leher, batang tubuh, ekor dan
anggota gerak 2 pasang (anggota gerak depan dan belakang), pada manusia
ini disebut sepasang tangan (Superior) dan sepasang kaki (Inferior)
Kelenjar susu terdapat di dada, perut dan ketiak yang mengeluarkan susu
sesudah melahirkan Kelenjar ini merupakan deruvatif dari kelenjar keringat,
juga memiliki kelenjar-kelenjar lain.
Semua mamalia memiliki rambut, setidaknya pada satu siklus hidupnya.
Bukan bulu misalnya pada ikan paus hanya beberapa helai rambut
ditenggorokan yang akan hilang setelah Dewasa.
Jalan tegak, dimana tungkai ada di bawah tubuh, berpadunya tulang di
gelang bahu (pada Reptilia ini tidak terjadi).
Tulang memanjang dengan adanya lapisan Epifisis.
Homoithermus ,berdarah panas .suhu umumnya dipertahankan sekitar 360.
Ruas tulang leher ada 7 ruas dan hanya paka KUkang dan ikan duyung
keadan nya lain.
Bernafas hanya dengan paru-paru ,Larynx mempunyai pita suara.
Rongga dada dan perut telah terpisah oleh Diafragma= Sekat rongga badan
Mempunyai 2 Condylil (Tonjolan ganda di belakang kepala). Ruas pertama
tulang leher disebut ATLAS berbentuk Cincin.
Rahang bawah dibentuk oleh satu tulang tunggal.
Tiga tulang pendengaran.
Langit langit Scundair yang bertulang.
Gigi Marginal dengan rongga gigi, Heterodontia, diphyyodontis (2 generasi
gigi).
Mempunyai otak yang besar pada Primata otak kecil (Cerebelummnya
berkembang dengan baik) Mempunya 12 Nervi Crenialis.
Pembuahan di dalm tubuh, melahirkan anak yang hidup (Vivipar),
mempunyai placenta tetapi masih ada yang bertelur ( Ordo Monotremata).
Mempunyai Vesica Urinaria (Kantong air seni).
Mamalia dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu :
a. Kelompok Prototheria
Berkembangbiak dengan cara bertelur. Embrio berkembang di dalam telur
dengan menggunakan kuning telur sebagai sumber makanannya. Setelah
menetas hewan ini akan menghisap susu dari rambut induknya, karena induk
ini tidak memiliki puting susu.
b. Kelompok Metatheria
Melahirkan anaknya saat embrio masih pada tahap awal sehingga masa
kehamilannya singkat. Anak dalam tahap embrio tersebut dapat merangkak
masuk ke dalam kantung induknya yang disebut marsupium. Di dalam
marsupium embrio menyusu pada puting susu dan mengalami perkembangan
selanjutnya.
c. Kelompok Eutheria
Melahirkan anaknya yang telah menyelesaikan perkembangan embrioniknya di
dalam rahim (uterus). Embrio memperoleh nutrisi dari induknya melalui
plasenta sehingga kelompok hewan ini disebut mammalia berplasenta. Berikut
ini adalah kelompok utama mamalia eutheria:
Insectivora adalah kelompok mamalia pemakan serangga.
Chiroptera adalah kelompok mammalia yang memiliki selaput kulit
membentang dari kaki depan, badan, dan kaki belakang. Contoh kelelawar.
Lagomorpha mencakup mammalia yang memiliki gigi seri seperti pahat,
misalnya kelinci. Kaki belakang hewan ini lebih panjang daripada kaki
depan.
Perissodactyla mencakup mammalia berkuku pada jari yang berjumlah
ganjil pada kakinya. Hewan ini merupakan pemakan tumbuhan atau
herbivora. Contohnya: kuda (Equus caballus).
Artiodactyla mencakup mammalia berkuku pada jari yang berjumlah
genap masing-masing kakinya. Contoh adalah domba (Ovis aries).
Sirenia adalah mamalia 10ammalian akuatik yang memiliki tungkai depan
mirip sirip. Sirenia merupakan 10ammalian bertubuh besar tidak
berambut. Rambut kasar hanya terdapat di bibirnya. Contoh duyung atau
dugong (Dugong dugong).
Proboscidea memiliki tubuh besar berotot serta belalai berotot. Hewan
yang termasuk kelompok ini adalah gajah sumatera (Elephas maximus).
Cetacea hidup di laut dengan tubuh berbentuk ikan, kaki depan mirip
dayung dan tidak ada kaki belakang. Tubuhnya tidak berambut dan
memiliki lapisan tebal lemak sebagai insulasi. Contoh Lumba-lumba
hidung botol (Tursiops aduncus).
Carnivora adalah kelompok mamalia yang memiliki gigi dan kuku yang
tajam dan runcing untuk menangkap dan memakan mangsanya. Kelompok
ini disebut juga pemakan daging. Contoh : Kucing (Felis silvestris).
Rodentia memiliki gigi seri seperti pahat.Gigi serinya berjumlah sepasang
di atas dan sepasang di bawah. Gigi seri tidak berakar sehingga tumbuh
terus-menerus. Contoh: berang-berang.
Primata memiliki ibu jari yang dapat disentuhkan ke jari lain, mata
menghadap ke depan, dan otak berkembang baik. Contoh: beruk (Macaca
sp.).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Kuliah Lapangan (PKL) dengan mengunjungi LIPI
dilaksanakan pada hari kamis, 08 mei 2014 (08.00 s/d selsai) di gedung
Widyasatwaloka, Pusat Ilmu Pengetahuan Cibinong (Cibinong Science
Centre).
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kunjungan ini yaitu alat
tulis, kamera, dan koleksi satwa yang berupa herbarium basah maupun kering
yang berada di gedung Widyasatwaloka Pusat Ilmu Pengetahuan Cibinong
(Cibinong Science Centre).
3.3 Cara Kerja
Dalam kunjungan di gedung Widyasatwaloka Pusat Ilmu Pengetahuan
Cibinong (Cibinong Science Centre) dilakukan pengamatan dan penelitian
dengan cara melihat langsung herbarium yang tersedia dan wawancara dengan
petugas yang bertugas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. MAMALIA
1. Banteng (Bos javanicus)
Klasifikasi
Regnum : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos javanicus
Deskripsi :
Hewan ini mempunyai bentuk dan ukuran mirip sapi, dengan panjang
tubuh 108-200 cm, tinggi pundak 130-170 cm. Berat tubuhnya dapat mencapai
900 kg. Beberapa ciri yang membedakan dengan sapi lokal yaitu antara lain warna
kulit dan rambut banteng betina selalu coklat kemerahan dan jantan berwarna
hitam. Baik jantan maupun betina, kulit dan rambut di bagian kaki bawah
berwarna putih. Banteng jantan mempunyai tanduk yang selalu menghadap ke
arah atas atau sedikit condong ke depan, sedangkan betina hampir semua tumbuh
kea rah belakang.
Musim kawin banteng dari lokasi yang berbeda selalu berlainan. Anak
yang dilahirkan selalu 1 ekor. Anak banteng menjadi dewasa setelah berumur 2-3
tahun. Selama musim penghujan satwa ini memakan rebung, dedaunan dan pada
musim kemarau menyukai merumput di padang rumput atau hutan terbuka. Satwa
iniTersebar di Pulau Jawa.
2. Kangguru ( Macropus rufus )
Klasifiksi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Marsupialia
Familia : Macropodidae
Genus : Macropus
Spesies : Macropus rufus
Deskripsi :
Kangguru mempunyai kepala yang kecil, berbulu, dan bermoncong. Kaki
belakang kangguru ukuranya lebih besar dari kaki depan. Kaki ini digunakan
untuk melompat dan menyelamatkan diri dari musuh. Adapun kaki depanya
digunakan untuk menarik daun atau menggali tanah saat mencari air. Ekor
kangguru kuat dan berotot.
3. Kucing Hutan (Felis bengalensis)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia;
Filum : Chordata;
Kelas : Mamalia
Ordo : Carnivora;
Famili : Felidae
Genus : Felis
Spesies : Felis bengalensis
Deskripsi
Kucing Hutan berukuran sama seperti kucing rumahan, Bulu tubuhnya
halus dan pendek Warnanya khas, yaitu kuning kecoklatan dengan belang-belang
hitam di bagian kepala sampai tengkuk selebihnya bertotol-totol hitam. Pola
warna ini sama sekali tidak terdapat pada kucing-kucing liar lainnya. Bagian
bawah perut putih dengan totol-totol coklat tua. Ekornya panjang, lebih dari
setengah panjang badannya. Kucing hutan selalu tampak berkeliaran, sendirian
atau berpasangan jantan dan betina.
Habitat Kucing Hutan ialah hutan dan kawasan bertetumbuhan di dekat
perkampungan. Kucing ini mempergunakan sarang yang dibuatnya di gua-gua
yang kecil atau di liang-liang batu. Pada siang hari kucing ini tidur di sarang ini,
baru pada malam hari keluar mencari mangsa. Mangsanya berupa binatang-
binatang kecil apa saja, seperti burung, kelelawar, tikus, ular, kadal dan juga
kancil. Ketangkasannya memanjat pohon dan kemahirannya berenang sangat
membantu di dalam perburuannya mencari mangsa. Kucing hutan sering
melompat dari atas pohon untuk menerkam mangsa di atas tanah. Penyebarannya
luas, mulai dari Lembag Amur di Rusia sampai ke Cina, India dan Asia Tenggara.
Di Indonesia, kucing ini ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan.
4. Landak Jawa (Hystrix javanica)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Hystricidae
Genus : Hystrix
Spesies : Hystrix javanica
Deskripsi :
Landak jawa adalah hewan endemik dari Indonesia. Landak Jawa banyak
ditemukan di hutan, dataran rendah, kaki bukit, dan area pertanian. Pakan landak
Jawa dapat berupa rumput, daun, ranting, akar, buah-buahan, sayur-sayuran
bahkan landak juga dapat mengunyah tanduk rusa untuk memenuhi kebutuhan
mineral dalam tubuhnya. Ciri-ciri fisik yang khas pada landak Jawa adalah
tubuhnya yang diselimuti rambut halus (seperti rambut pada mamalia lain),
rambut peraba, dan duri. Rambut halus dan duri terdapat di seluruh bagian tubuh
landak, kecuali pada bagian hidung, mulut, daun telinga, dan telapak kaki. Fungsi
dari rambut halus adalah sebagai pelindung dari cuaca panas maupun dingin,
membantu mengatur proses homeostatis tubuh, dan sebagai reseptor sensoris.
Rambut peraba berwarna hitam dan putih terdapat di bawah hidung dan di sekitar
pipi landak. Rambut peraba merupakan rambut khusus yang tumbuh dari folikel
hipodermis. Folikel-folikel tersebut dikelilingi oleh saraf yang responsif terhadap
rangsangan mekanik seperti sentuhan atau gerakan.
Pada bagian kepala, tubuh dan ekor ditutupi oleh duri yang tebal dan kaku
yang panjangnya dapat mencapai 20 cm. Duri tersebut berwarna kecoklatan atau
kehitaman, seringkali terdapat band putih pada duri landak. Setiap duri yang ada
pada tubuh landak tertanam di dalam kulit. Duri melekat pada otot yang berfungsi
sebagai penarik duri tersebut ke atas (penegang) ketika ada ancaman yang
mendekat.
Landak mampu menghempaskan duri-duri pertahanannya ke tubuh
predator ketika predator mendekati landak. Duri-duri pertahanan tersebut dapat
terlepas dan menancap pada tubuh predator. Duri-duri yang hilang tersebut akan
diganti dengan duri-duri yang baru. Duri-duri baru ini akan tetap berada atau
tertanam di dalam kulit sampai tumbuh sempurna. Pertumbuhan duri baru akan
sama dengan proses pertumbuhan rambut pada umumnya.
5. Owa jawa (Hilobates moloch)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Hylobatidae
Genus : Hilobates
Spesies : Hilobates moloch
Deskripsi :
Owa jawa adalah hewan diurnal dan arboreal, sepenuhnya hidup di atas
tajuk pepohonan. Terutama memakan buah-buahan, daun dan bunga-bungaan,
kelompok kecil owa jawa menjelajahi kanopi hutan dengan cara memanjat dan
berayun dari satu pohon ke lain pohon dengan mengandalkan kelincahan dan
kekuatan lengannya. Berat tubuhnya rata-rata mencapai 8 kg.
Kelompok ini akan berupaya mempertahankan teritorinya, biasanya luasnya
mencapai 17 hektare, dari kehadiran kelompok lain. Pagi-pagi sekali, dan juga di
waktu-waktu tertentu di siang dan sore hari, owa betina akan memperdengarkan
suaranya untuk mengumumkan wilayah teritorial keluarganya. Dari suara yang
bersahut-sahutan antar kelompok, dan terdengar hingga jarak yang jauh ini, para
peneliti dapat memperkirakan jumlah kelompok owa yang ada, dan selanjutnya
menduga jumlah individunya.
Spesies ini hanya didapati di bagian barat Pulau Jawa, yakni di hutan-hutan
dataran rendah dan hutan pegunungan bawah. Penyebaran paling timur adalah di
wilayah Gunung Slamet serta di jajaran Pegunungan Dieng sebelah barat di
wilayah Pekalongan.
6. Kucing (Felis silvestris)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Karnivora
Famili : Felidae
Genus : Felis
Spesies : Felis silvestris
Deskripsi :
Kucing peliharaan atau kucing rumah adalah salah satu predator terhebat
di dunia. Kucing dianggap sebagai "karnivora yang sempurna" dengan gigi dan
saluran pencernaan yang khusus. Gigi premolar dan molar pertama membentuk
sepasang taring di setiap sisi mulut yang bekerja efektif seperti gunting untuk
merobek daging. Meskipun ciri ini juga terdapat pada famili Canidae atau anjing,
tapi ciri ini berkembang lebih baik pada kucing. Tidak seperti karnivora lain,
kucing hampir tidak makan apapun yang mengandung tumbuhan. Beruang dan
anjing kadang memakan buah, akar, atau madu sebagai suplemen jika ada
sementara kucing hanya memakan daging, biasanya buruan segar. Umumnya
semua daun telinga kucing tegak. Tidak seperti pada anjing, kucing dengan telinga
terlipat amat jarang ditemukan
B. PISCES
1. Ikan Pari (Trygon sephen)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Chondrichthyes
Ordo : Rajida
Famili : Myliobatidae
Genus : Trygon
Spesies : Trygon sephen
Deskripsi :
Bentuk umum ikan pari adalah pipih dengan ekor yang panjang, pada
bagian dorsalnya terdapat mata yang berdekatan dengan spiracle sebagai alat
indera, pinna pectoralis pada kedua sisi paling sudut dari tubuhnya, pinna pelvic
yang berdekatan dengan ekor, dan clasper yang berfungsi untuk memeluk ikan
betina saat proses perkawinan.
Ikan pari dapat ditemukan di laut. Ikan ini pada umumnya berenang
disekitar dasar laut dengan mulut terbuka untuk mencari makanan disekitarnya
2. Ikan Raja Laut (Letameria menadoensis)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata Bateson
Class : Osteichthyes
Ordo : Actinistia
Family : Latimeriidae
Genus : Latimeria
Species : Latimeria
menadoensis
Deskripsi :
Ikan raja laut adalah salah satu dari dua spesies hidup coelacanth, sejenis
ikan purba, yang masih ada hingga kini. Habitat ikan coelacanth Indonesia berada
di sekitar perairan Laut Sulawesi, terutama di sekitar Pulau Manado Tua, perairan
Malalayang, Teluk Manado, dan di perairan Talise, Minahasa Utara. Habitat ikan
coelacanth berada pada kedalamanan lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal
18 derajat Celsius.
Secara fisik, sekilas fosil hidup tampak seperti ikan kerapu macan.
Loreng-loreng gelap bergigi tajam. Coelacanth Indonesia secara sekilas sangat
mirip coelacanth Samudra Hindia Barat (Komoro), akan tetapi warna coelacanth
Indonesia berwarna kecokelatan, sementara coelacanth Komoro berwarna
kebiruan. Keunikan paling nyata ikan ini adalah keberadaan sepasang sirip dada,
sirip perut, satu sirip anal (bagian belakang bawah), dan satu sirip punggung yang
tidak menyatu dengan tubuh, tetapi menjulur, bercuping, dan berdaging seperti
tungkai. Untuk tetap pada posisinya, coelacanth menggerakkan sirip perut dan
sirip dadanya seperti dayung. Gerakan maju datang dari sirip anal dan sirip
punggung belakang. Rahang atas coelacanth dapat bergerak membuka seperti
rahang bawah. Dengan kemampuan itu, coelacanth, ikan karnivora, dapat
memangsa ikan yang lebih besar. Coelacanth menetaskan telurnya di dalam perut,
bukan di luar tubuhnya.
3. Ikan sidat (Anguilla sp.)
Klasfikasi
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Anguilliformes
Famili : Anguillidae
Genus : Anguilla
Species : Anguilla sp.
Deskripsi :
Tubuh ikan sidat berbentuk bulat memanjang, sekilas mirip dengan belut
yang biasa dijumpai di areal persawahan. Salah satu karakter tubuh sidat yang
membedakannya dari belut adalah keberadaan sirip dada yang relatif kecil dan
terletak tepat di belakang kepala sehingga mirip seperti daun telinga sehingga
dinamakan pula belut bertelinga. Bentuk tubuh yang memanjang seperti ular
memudahkan bagi sidat untuk berenang diantara celah-celah sempit dan lubang di
dasar perairan.
Panjang tubuh ikan sidat bervariasi tergantung jenisnya yaitu antara 50-
125 cm. Ketiga siripnya yang meliputi sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor
menyatu. Selain itu terdapat sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit pada
sisi lateral. Perbedaan diantara jenis ikan sidat dapat dilihat antara lain dari
perbandingan antara panjang preanal (sebelum sirip dubur) dan predorsal
(sebelum sirip punggung), struktur gigi pada rahang atas, bentuk kepala dan
jumlah tulang belakang.
4. Ikan Koi (Cyprinus carpio)
Kalsifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Ostariophsy
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Deskripsi:
Ikan koi memiliki sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip
perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat penting
bagi mereka untuk berpindah tempat. Untuk bisa berfungsi sebagai alat bergerak,
sirip ini terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip. Yang dimaksud
dengan jari-jari keras adalah jari-jari sirip yang kaku dan patah jika di-
bengkokkan. Sebaliknya jari-jari lunak akan lentur dan tidak patah jika
dibengkokkan, dan letaknya selalu di belakang jari-jari keras. Sirip dada dan sirip
ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari
keras dan 20 jari-jari lunak, sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak
9 buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
Ikan koi juga mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa
sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya. Pada sisi badannya, dari
pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang
berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang
ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.
Badan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama
terletak di luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam di-sebut
endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir
(mucus) pada permukaan badan ikan. Cairan ini melindungi per-mukaan badan
atau menahan parasit yang menye-rang koi. Berbeda dengan lapisan epidermis,
lapisan endodermis terdiri atas serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik
dan urat-urat darah terdapat pada daerah ini. Sisik koi mempunyai pertumbuhan
yang unik. Pada sisik akan tergambar garis-garis yang bisa di-jadikan patokan
untuk mengira-ngira umur koi.
5. Ikan Bawal (Colossoma macropomum)
Klasifikasi:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Famili : Characidae
Genus : Colossoma
Species : Colossoma macropomum
Deskripsi:
Dari arah samping, tubuh ikan bawal tampak membulat (oval) dengan
perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal, bawal
memiliki bentuk tubuh pipih (compressed) dengan perbandingan antara tinggi dan
lebar tubuh 4:1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak
cepat seperti ikan lele atau grass carp, tetapi lambat seperti ikan gurame dan
tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, di mana setengah bagian sisik
belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap,
sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada ikan bawal dewasa, bagian tepi
sirip perut, sirip anus dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah.
Kepala ikan bawal berukuran kecil yang terletak di ujung kepala tetapi
agak sedikit ke atas. Bawal memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip
dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan
sebuah jari-jari tegak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainnya lemah.
Sirip punggung pada ikan bawal terletak agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut
dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-
jarinya lemah tetapi berbentuk cagak
C. AVES
1. Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Aves
Ordo :Galliformes
FamilI :Megapodiidae
Genus :Macrocephalon
Spesies :
Macrocephalon maleo
Deskripsi :
Maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang
sekitar 55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal
Macrocephalon. Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata
berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu
sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk
atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya betina
berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.
2. Burung Rangkong ( Rhyticeros cassidix )
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Coraciformes
Family : Bucerotidae
Genus : Rhyticeros
Spesies :
Rhyticeros cassidix
Deskripsi
Postur badan burung ini terlihat gagah, terutama pada burung jantan.
Burung jantannya mempunyai casque besar di atas hidungnya dan berwarna
merah. Paruhnya besar dan berwarna kuning gading. Bulu dan chesnut lehernya
berwarna biru. Bulu badannya berwarna hitam, sedangkan bulu ekornya brwarna
putih. Penampilan burung jantan dengan paruh yang besar dan bulunya yang
berwarna warni memang sangat mempesona. Postur dan warna bulu burung betina
kurang menarik bila dibandingkan dengan burung jantan.
Burung ini termasuk jenis binatang omnivora sebab makanannya berupa
binatang-binatang kecil, burung, dan buah-buahan serta biji-bijian. Kadal, katak,
burung-burung kecil juga telur-telur yang menetas merupakan makanan yang
disukainya. Secara umum burung Rangkong atau Enggang mempunyai ciri khas
berupa paruh yang sangat besar menyerupai tanduk. Umumnya warna bulu
Rangkong didominasi oleh warna hitam (bagian badan) dan putih pada bagian
ekor. Sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bervariasi.
Ciri khas burung rangkong lainnya adalah suara dari kepakan sayap dan
suara “calling”, seperti yang dipunyai Rangkong Gading (Buceros vigil) dengan
“calling” seperti orang tertawa terbahak-bahak dan dapat terdengar hingga radius
3 Km. Burung Rangkong tersebar mulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia
Tenggara, New Guinea dan Kepulauan Solomon Sebagian besar hidup di hutan
hujan tropis. Makanan Rangkong terutama buah-buahan dan sesekali binatang
kecil seperti kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.
3. Burung Penghisap Madu ( Nectarinia jugularis)
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Nectariniidae
Genus : Nectarinia
Spesies : Nectarinia jugularis
Deskripsi
Burung-madu sriganti memiliki tubuh berukuran kecil (10 cm),
mempunyai paruh lancip dan panjang, berdarah panas, dan membiak dengan cara
bertelur. Burung jantan memiliki tubuh bagian bawah kuning terang. Dagu dan
dada hitam-ungu metalik. Punggung hijau zaitun. Sedangkan burung betina tubuh
bagian bawah kuning. Tanpa warna hitam pada dagu dan dada. Alis biasanya
kuning muda. Iris coklat tua, paruh hitam, kaki hitam. Sarang berbentuk kantung,
dari rumput terjalin dengan kapas alang-alang, pada dahan yang rendah. Telur
berwarna keputih-putihan, berbintik abu-abu putih, jumlah 2 butir. Berbiak
sepanjang tahun.
4. Burung Hantu (Otus magicus)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Strigiformes
Famili : Strigidae
Genus : Otus
Spesis : Otus magicus
Deskripsi
Berukuran panjang 45 cm, berwarna coklat kekuningan, dengan berkas telinga
mencolok. Bulu tubuh di bagian atas coklat, bergaris-garis hitam, yang dibatasi
warna kuning tua. Warna bulu di bagian bawah kuning merah bata dengan garis-
garis berwarna hitam tebal. Mata berwarna kuning terang, paruh abu-abu, kaki
warna kuning. Bulu burung hantu tebal, lembut, ekor pendek. Kepala berbentuk
bulat berukuran besar. Mata juga berukuran besar mengarah ke depan, paruhnya
berkait dan cakarnya amat tajam. Burung hantu pada waktu malam sering kita
dengar suaranya yang terus menerus, tak henti-henti yang disuarakan dari
persembunyiannya, kadang terdengar pekikan saat terbang.
Perilaku : Burung hantu mencari pakan pada malam hari, selain itu burung hantu
amat ketat mempertahankan teritorinya. Burung hantu tidak mampu memutar bola
matanya, oleh karena itu burung hantu akan memutar kepalanya saat mengikuti
benda yang bergerak termasuk mangsanya. Kadang burung hantu mampu
memutar kepalanya sampai 270 derajat. Cara komukasi yakni dengan suaranya
yang serak.
Reproduksi : Jumlah telur burung hantu yaitu 1-4 butir yang diletakkan di dalam
sarangnya, dierami selama 4-5 minggu. Telur dierami oleh burung hantu yang
betina, pakan disediakan oleh burung hantu yang jantan.
Pakan : Burung hantu di habitat alamainya memakan serangga, udang, ikan, katak,
reptilia, dan tikus.
Habitat : Burung hantu pada malam hari lebih menyukai di daerah terbuka di luar
hutan, perkebunan, pekarangan, sawah atau pinggiran sungai. Sebarannya di Asia
Tenggara, Kalimantan, Nias, Jawa dan Bali.
5. Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Falconiformes
Famili : Accipitridae
Genus : Nisaetus
Spesis : Nisaetus bartelsi
Deskripsi
Burung Elang merupakan salah satu hewan berdarah panas, memiliki sayap serta
tubuh yang diselubungi bulu pelepah. Sebagai burung, burung elang berkembang
biak dengan langkah bertelur dan memiliki cangkang yang keras didalam sarang
yang dibuatnya. Ia melindungi anaknya hingga dapat terbang.
Elang adalah hewan pemangsa atau predator. Makanan utamanya hewan mamalia
kecil layaknya tikus, tupai, kadal, ikan serta ayam, juga beberapa jenis serangga
bergantung ukuran tubuhnya. Ada beberapa elang yang menangkap ikan di daerah
berair (sungai, rawa-rawa) sebagai makanan utama mereka. Umumnya elang
tersebut tinggal di lokasi perairan. Paruh elang tidak bergigi namun melengkung
serta kuat untuk mengoyak-oyak daging dari mangsanya. Burung ini juga
memiliki sepasang kaki yang kuat serta kuku yang tajam serta melengkung untuk
mencengkeram mangsa dan burung elang memiliki daya penglihatan yang tajam,
ketajaman daya penglihatan tersebut sangatlah berguna dalam memburu mangsa
dari jarak yang tidak bisa terkira juahnya.
D. REPTIL
1. Buaya
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies :
Crocodylus novaeguineae
Deskripsi :
Panjang tubuhnya sampai sekitar 3,35 m pada yang jantan, sedangkan
yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya ini memiliki sisik-sisik yang relatif
lebih besar daripada buaya lainnya apabila disandingkan. Di bagian belakang
kepala terdapat 4–7 sisik lebar (post-occipital scutes) yang tersusun berderet
melintang, terpisah agak jauh di kanan-kiri garis tengah tengkuk. Sisik-sisik besar
di punggungnya (dorsal scutes) tersusun dalam 8–11 lajur dan 11–18 deret dari
depan ke belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 23–28 deret (rata-rata 25
deret) dari depan ke belakang.
Reptil yang umumnya nokturnal ini menghuni di perairan air tawar, di
sungai-sungai, rawa dan danau. Meskipun diketahui toleran terhadap air asin,
buaya ini jarang-jarang dijumpai di perairan payau, dan tak pernah ditemui di
tempat di mana terdapat buaya muara. Anak buaya yang baru menetas berukuran
antara 26–32 cm panjangnya. Buaya betina menunggui sarang dan anak-anaknya
hingga dapat mencari makanannya sendiri
2. Biawak (Veranus sp.)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus sp.
Deskripsi:
Hewan ini memiliki kulit dengan sisik yang tebal dan berwarna hitam pada
bagian dorsal dilengkapi dengan corak bulatan atau garis kuning. Sementara kulit
bagian ventral juga dilengkapi sisik yang tebal dengan warna kuning.
Kulit biawak berfungsi untuk penyerapan cahaya matahari di siang hari
dimana radiasi matahari diserap pada kulit daerah dorsal. Sekitar 85% digunakan
sebagai energi dan 15% sisanya dia pantulkan kembali pada kulit daerah os
sacrum sebagai emisi untuk mempertahankan suhu di kulitnya. Ini merupakan
kontrol fisiologis dari biawak air untuk mengatur suhu tubuhnya.
Biawak mempunyai mata dan kelopak mata serta bentuk kepala lonjong
dilengkapi dengan rahang yang kuat serta lidah yang panjang dan bercabang dua.
Hewan ini memiliki kaki yang kokoh serta kuku yang tajam yang biasanya
digunakan hewan ini untuk memanjat pohon , menggali sarang di bawah tanah
dan untuk mempertahankan diri. Biawak juga dilengkapi dengan ekor yang
panjang dan sangat kuat dan kokoh dimana biasanya digunakan untuk memecut
dalam rangka mempertahankan diri dari serangan juga untuk mendukung
pergerakan ketika berenang dalam air.
3. Ular Derik (Crotalus cerastes)
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Family : Viperidae
Genus : Crotalus
Spesies : Crotalus cerastes
Deskripsi:
Ciri umum ular derik yaitu ia mempunyai gemericik diujung ekornya.
Gunanya ialah untuk menakut-nakuti musuh. Selain itu pula, terdapat gigi yang
kuat antar kedua rahangnya. Ular derik bertelur dan beranak (ovovivipar), Ular
derik muda tidak bergantung dan sudah mandiri sejak lahir. Ular derik yang baru
lahir deriknya belum dapat berfungsi, setelah ganti kulit yang pertama baru
deriknya dapat berfungsi.
4. Ular Weling ( Bungarus candidus)
Klasifikasi:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Elapidae
Genus : Bungarus
Spesies : Bungarus candidus
Deskripsi:
Ular weling memiliki bentuk kepala oval, dengan panjang tubuh dewasa
sekitar 80 – 160 cm, warna kulitnya loreng hitam putih cerah dengan ukuran yang
tidak seragam melingkar membentuk cincin, badan berpenampang bulat, bagian
bawah putih polos, kelihatan mencolok di malam hari.
Ular weling memakan berupa mamalia kecil misalnya kadal, katak, tikus.
Hewan ini termasuk hewan Nocturnal (aktif pada malam hari), tidak agresif di
siang hari, cenderung menghindar jika diganggu atau menyembunyikan kepalanya
di bawah badannya dengan melingkar, sensitif dengan cahaya dan akan berusaha
mendekti.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data pengamatan yang telah di dapatkan dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari lima kelas hewan vertebrata hanya di lakukan pengamatan pada empat
kelas yaitu aves, reptile, mamalia dan pisces dengan cara melihat langsung
awetan dan wawancara dengan petugas.
2. Dari kelas aves di lakukan pengamatan pada burung maleo, burung rangkong
dan burung penghisap madu. Di lakukan pengamatan pada bulu, paruh, sayap,
kaki dan ekornya dengan herbarium kering.
3. Pada kelas reptile terdapat awetan basah dan kering yaitu buaya, ular derik dan
ular weling. Pengamatannya dilihat dari morfologi nya.
4. Pada kelas mamalia ditemukan banyak awetan baik berupa herbarium basah
ataupun kering, dengan memperlihatkan karakteristik khusus mamalia yaitu
memiliki kelenjar susu.
5. Pada kelas pisces didapatkan banyak jenis ikan yaitu terdiri dari ordo
chondrichtyes dan osteichthyes.
5.2 Kritik dan Saran
1. Kritik
Dalam PKL ini, ketika kami sudah terjun ke lapangan waktu yang
diberikan untuk mengamati objek terlalu cepat dan pengamatan yang kita lakukan
kurang cermat, sehingga hasil yang didapatkan kurang optimal.
2. Saran
Sebaiknya waktu untuk pengamatan lebih diperpanjang agar pengamatan
objek bisa maksimal.Untuk PKL SHV tahun depan sebaiknya di tempat atau
objek yang lainnya agar tidak monoton seperti halnya tradisi saja dari tahun ke
tahun.
DAFTAR ISI
Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat.1994.Zoologi Dasar.Yogyakarta.Erlangga
Campbell Reece-Michell.2003.Biologi edisi ke lima jilid 2. Jakarta.Erlangga
http://www.biologi.lipi.go.id/bio_bidang/zoo_indonesia/lab_herpet.php (di akses
pada tgl 1 juni 2014)