laporan praktikum fisiologi kurare

6
ALAT DAN BAHAN : 1. Pelat kaca + papan fiksasi + beberapa jarum pentul 2. Waskom besar yang berisi air. 3. 3 ekor katak + penusuk katak+benang 4. Stimulator induksi + elektroda perangsang 5. 3 buah Gelas arloji 6. Semprit 2 cc + jarumnya 7. Larutan Ringer 8. Larutan tubo-kurain (dicairkan 1 :1 dalam ringer) 9. Larutan Prostigmin (dicairkan 1 :1 dalam Ringer) 10. Larutan tubo-kurain 1% (dari ampul) I. KERJA STEADY-STATE a. TUJUAN Untuk mengetahui reaksi seekor katak terhadap berbagai rangsang sebelum dan sesudah penyuntikan kurare. b. CARA KERJA 1. Ambillah seekor katak dan letakkan diplat kaca. Perhatikan kegiatan katak tersebut (aktif/ pasif). 2. Telentangkan katak tersebut beberapa kali dan perhatikan reaksinya (kembali/tidak kembali keposisi semula). 3. Masukkan katak ke dalam baskom yang berisi air dan perhatikan reaksinya (dapat berenang atau tidak).

Upload: lucy-besitimur

Post on 18-Feb-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kurare

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Fisiologi KURARE

ALAT DAN BAHAN :

1. Pelat kaca + papan fiksasi + beberapa jarum pentul

2. Waskom besar yang berisi air.

3. 3 ekor katak + penusuk katak+benang

4. Stimulator induksi + elektroda perangsang

5. 3 buah Gelas arloji

6. Semprit 2 cc + jarumnya

7. Larutan Ringer

8. Larutan tubo-kurain (dicairkan 1 :1 dalam ringer)

9. Larutan Prostigmin (dicairkan 1 :1 dalam Ringer)

10. Larutan tubo-kurain 1% (dari ampul)

I. KERJA STEADY-STATE

a. TUJUAN

Untuk mengetahui reaksi seekor katak terhadap berbagai rangsang sebelum dan

sesudah penyuntikan kurare.

b. CARA KERJA

1. Ambillah seekor katak dan letakkan diplat kaca. Perhatikan kegiatan katak

tersebut (aktif/ pasif).

2. Telentangkan katak tersebut beberapa kali dan perhatikan reaksinya

(kembali/tidak kembali keposisi semula).

3. Masukkan katak ke dalam baskom yang berisi air dan perhatikan reaksinya (dapat

berenang atau tidak).

4. Keluarkan katak dari air dan selidikilah refleks-refleks nosiseptif dengan cara

sebagai berikut :

1. Katak dipegang sedemikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya

tergantung bebas.

2. Rangsanglah dengan menjepit salah satu telapak kaki dengan pinset

3. Tetapkan waktu dengan reaksinya.

Page 2: Laporan Praktikum Fisiologi KURARE

4. Suntikan 0,5 cc larutan tubokularin 1:1 ke dalam kantung limfe

iliakal (disebelah os coccygis,di bawah kulit).Dalam waktu 15- 20

menit setalah penyuntikan tersebut ulanglah percobaan 1- 4 di atas

tadi dan perhatikan pelbagai perbedaan sikap reaksinya.

C. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

5. Sebelum katak disuntikkan kurare, katak memiliki gerak yang aktif saat

diletakkan diatas plat kaca. Frekuensi pernafasannya adalah 51 kali per menit.

6. Kemudian kami mencoba untuk menelentangkan katak tetapi katak kembali

keposisi semula dan menjadi aktif seperti biasa.

7. Lalu kami memasukkan katak ke dalam Waskom yang berisi airkembali, dan

katak menimbulkan reaksi yaitu berenang dengan aktif.

8. kemudian kami mengeluarkan katak tersebut dari air dan kemudian memegang

katak sehingga kaki belakang dari katak dapat tergantung bebas. Lalu kami coba

menjepit salah satu kaki kata dengan pinset, hasilnya katak tersebut berespon dalam

waktu kurang dari 6 detik.

9. Setelah mengamati aktifitas dari katak sebelum disuntikkan kurare, kami

kemudian melanjutkan percobaan dengan menyuntikan 0,5 cc larutan tubokurarin 1:1

kedalam kantung limfe iliakal.

10. Setelah kurang lebih 20 menit, frekuensi pernafasan katak berubahmenjadi lebih

lambat yaitu 34 kali pernafasan dalam 1 menit.

11. Lalu kami mencoba menelentangkan katak dan hasilnya adalah katakbutuh waktu

yang lama untuk kembali keposisi semula dan bahkan tidak kembali ke posisi

semula,begitu juga saat kami mencoba untuk memasukkan katak ke Waskom untuk

berenang tetapi katak berenang dengan sangat lambat dan tidak bergerak aktif lagi.

12. Sebelum pernafasannya berhenti, kami segera menyuntikkan 0,5 cc larutan

atropine 0,01 % dan 1 cc larutan prostigmin ke dalam kantong limfe iliakal dari katak

tersebut secara berturut-turut. Hasilnya, katak tersebut perlahan-lahan menunjukkan

penambahan frekuensi pernafasan walaupun hanya sedikit.

Page 3: Laporan Praktikum Fisiologi KURARE

Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa kurare yang sifatnya menghambat kerja otot berkerja

secara antagonis dengan larutan prostigmin dan atropine. Kurare mempersulit kerja otot karena

katak sulit berespon saat kurare disuntikan, sedangkan ketika disuntikan progtismin dan atropine

katak mulai pulih dari pengaruh kurare tersebut dan menjadi sedikit lebih aktif.

Landasan teori

Curare adalah nama umum untuk racun panah yang masuk dari Amerika Selatan. Tiga

jenis utama curare adalah:

1. tubocurare (juga dikenal sebagai tabung atau curare bambu, karena kemasan ke dalam

tabung bambu kosong; racun utama adalah D-tubocurarine). Ini adalah mono-

kuartener alkaloid, yang isoquinoline derivatif.

2. calebas curare (juga disebut "labu curare" oleh klasifikasi Inggris lebih tua, yang

dikemas ke dalam labu kosong; racun utama alloferine dan toxiferine)

3. pot curare (dikemas dalam pot terra cotta, racun utama adalah protocurarine,

protocurine, dan protocuridine).

Dari ketiga jenis, beberapa rumus milik curare calebas yang paling beracun,

relatif terhadap nilai-nilai LD50 mereka.

Curare di gunakan di masyarakat Amerika Selatan. Mangsa ditembak oleh panah

atau sumpitanyang sudah dicelupkan ke dalam curare,yang menyebabkan sesak

napas karena ketidakmampuan otot pernafasan korban untuk kontraksi. curare berasal

dari Kata wurari, dari bahasa Carib dari Indian Macusi Guyana.

Pada 1596, Sir Walter Raleigh menyinggung racun panah di bukunta yang berjudul

“Discovery of the Large, Rich, and Beautiful Empire of Guiana”(yang berhubungan

dengan perjalanannya di Trinidad dan Guayana), meskipun mungkin bahwa

racunyang ia menggambarkan tidak curare. pada tahun 1780, Abbe Felix Fontana

menemukan bahwa curare bertindak pada otot voluntary.1

Pengaruh kurare bila ditinjau secara fisiologisnya dapat dijelaskan lebih terperinci. Kurare

merupakan sebuah bahan inhibin terhadap reseptor motor end plate. Pada keadaan normal,

Page 4: Laporan Praktikum Fisiologi KURARE

impuls berupa listrik akan diteruskan sampai ke dalam sinaps, di sinaps ini terdapat banyak

sekali neurotransimitter yang berkumpul di bagian sinapsnya. Potensial aksi yang samapi pada

sinaps akan mengalami transformasi energy dari energy listrik menjadi energy kimia. Dengan

adanya potensial aksi di sinaps ini maka enzim asetilkolin esterase akan memecahkan vesikel

pada neurotransmitter sehingga neurotransmitter ini akan keluar dan pergi menuju sasarannya.

Pada otot reseptor dari neuro transmitter ini berupa motor end plate. Motor endplate ini hanya

akan menerima ransangan berupa asetilkolin. Maka dari itu neurotransmitter yang ada pada

sinaps otot adalah asetil kolin.2

Daftar pustaka

1. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Edisi ke 7. Jakarta: EGC; 2002.h. 140.

2. Isnaeni W. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Caninius; 2007.h.76.