laporan praktikum geografi tanah kelompok 1
TRANSCRIPT
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Geografi Tanah
yang dibina oleh Bapak Dwiyono Hari Utomo
Oleh:
Kelompok 1:
1. Yuni Purwanti : 109821417308
2. Eriska Alvia Pertwi : 109821417309
3. Ahmad Fadllila : 109821417312
4. Frenky Dwi Ari P : 109821417315
5. Dian Ratnasari : 109821422714
6. Widya Astuti : 109821422726
7. Dwi Sulastri W : 109821422732
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
MEI 2011
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah lapisan terluar dari kontine yang relatif tak padu sebagai akibat
pelapukan batuan induk di bawah kondisi iklim dan topografi tertentu yang mempunyai
sifat dan cirri tertentu serta merupakan akibat kehidupan flora dan fauna yang
persebarannya mengikuti zone-zone geografi. Bidang ilmu geografi yang mempelajari
tentang tanah disebut dengan geografi tanah, yaitu ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan
ciri-ciri tanah pada berbagai daerah tertentu dalam konteks keruangan.
Untuk mengetahui karakteristik tanah secara umum serta penyebarannya di
permukaan bumi, maka perlu dipelajari pembentukan tanah, morfologi, klasifikasi, dan
pemetaan. Tanah dapat terbentuk bila memenuhi syarat, yaitu tersedianya bahan induk
dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tanah. Bahan induk tanah adalah
bahan utama dapat terbentuknya tanah, serta penentu kandungan tanah yang terbentuk.
Sedangkan faktor pembentuk tanah adalah agen atau daya atau keduanya atau salah satu
yang telah dan sedang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Ada lima faktor yang
mempengaruhi terbentuknya tanah, yaitu iklim, organisme, bahan asal, topografi, dan
waktu. Dimana dari kelima faktor tersebut faktor iklim yang paling dominan, sehingga
pembentukan tanah sering dinamakan weathering.
Proses pembentukan tanah didahului oleh penghancuran dan pelapukan dan
diteruskan dengan perkembangan profil tanah. Pelapukan dibedakan atas pelapukan fisik
(disintegrasi) dan pelapukan kimia (dekomposisi). Dimana keduanya saling
mempengaruhi terhadap proses pembentukan tanah. Hasil proses pembentukan tanah
dicerminkan dalam morfologi profil tanah yang bersangkutan. Morfologi tanah adalah
corak, sifat, dan karakteristik profil tanah. Profil tanah adalah penampang tegak tanah
yang dibuat sedalam kurang lebih 1,5 m atau sampai bahan induk. Semua corak, sifat,
dan karakteristik yang harus diamati dari profil tanah adalah meliputi sifat fisik, kimia,
dan biologi dan sifat lain seperti padas, air tanah, glei, bahan organik, keadaan batuan,
dan kerikil.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
Tanah memiliki banyak sifat fisik. Dalam pratikum ini akan dilakukan beberapa
percobaan mengenai sifat fisik tanah, diantaranya: pengenalan warna, konsistensi,
tekstur, berat jenis, berat volume, porositas, kadar air, daya kapiler, perkolasi,
kemampuan menggenggam air, besar pH, kadar bahan organik dan kadar kapur.
Pratikum ini dibagi kedalam 4 sesi penelitian, yaitu pratikum I meneliti: pengenalan
warna, konsistensi dan tekstur tanah, pratikum 2 meneliti: berat jenis, berat volume,
porositas dan kadar air, pratikum 3 meneliti: daya kapiler, perkolasi, dan kemampuan
menggenggam air, pratikum 4 meneliti: pH, kadar bahan organik dan kadar kapur.
Sampel tanah dalam pratikum ini berasal dari tanah di beberapa daerah di Jawa Timur,
yaitu sampel tanah dari daerah Kabupaten Nganjuk, Pasuruan, Blitar, Trenggalek,
Lamongan, dan Kabupaten Lumajang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa warna dan tentukan konsistensi dan tekstur tanah pada tiap-tiap sampel!
2. Hitung berat jenis, berat volume, porositas dan kadar air tanah pada tiap-tiap sampel!
3. Hitung daya kapiler, perkolasi, dan kemampuan menggenggam air tanah pada tiap-
tiap sampel!
4. Hitung pH, kadar bahan organik dan kadar kapur tanah pada tiap-tiap sampel!
C. Tujuan Pratikum
1. Menentukan warna, tentukan konsistensi dan tekstur tanah pada tiap-tiap sampel.
(Pratikum I)
2. Menentukan berat jenis, berat volume, porositas dan kadar air tanah pada tiap-tiap
sampel. (Pratikum II)
3. Menentukan daya kapiler, perkolasi, dan kemampuan menggenggam air tanah pada
tiap-tiap sampel. (Pratikum III)
4. Menentukan pH, kadar bahan organik dan kadar kapur tanah pada tiap-tiap sampel.
(Pratikum IV)
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
PRATIKUM I
Pengenalan Warna, Konsistensi
dan Tekstur Tanah
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengenalan Warna
Warna tanah adalah salah satu sifat morfologi tanah yang nudah diamati. Warna
tanah dapat menetukan sifat-sifat lain dari tanah. Misal, tanah yang warnanya hitam
menunjukan tanah tersebut memilki kandungan bahan organik yang tinggi, tanah yang
warnanya merah menunjukan tanah tersebut memilki kandungan unsur besi yang tinggi.
Warna coklat kekunigan sampai merah merupakan penciri horizon B dan C. Warna putih
atau kelabu tua diatas horizon B merupakan penciri horizon E atau A2.
Warna tanah tersusun atas tiga variabel, yakni Hue, Value, dan Chroma. Warna
tanah pada umumnya tergolong dalam dasar warna merah (R), kuning (Y) dan kombinasi
merah-kuning (YR). Ada 10 macam Hue, yaitu: 2,5 R, 5 R, 7,5 R, 10 R, 2,5 YR, 5 YR,
7,5 YR, 10 YR, 2,5 Y, 5 Y, 7,5 Y, 10 Y. Value menyatakan derajad kegelapan tanah
berkisar 0-10 berderet kebawah. Chroma menyatakan intensitas warna berkisar 0-12.
Berderet kesamping.
Dari ketiga variabel tersebut dikombinasikan kedalam buku standar penentuan
warna tanah “Munsell Soil Colour Chart”. Tercetak beberapa lembar diman tiap
lembarnya terdapat derajat Hue, Value dan Chroma. Buku inilah yang digunakan untuk
menetukan warna tanah yang standar
B. Konsistensi Tanah
Konsistensi adalah resistansi tanah terhadap kepecahan yang ditentukan oleh sifat-
sifat kohesif dan adhesif seluruh massa tanah. Jika struktur berkaitan dengan bentuk,
ukuran dan kebedaan agregat tanah alami, konsistensi berkaitan dengan kekuatan dan
gaya antar partikel. Konsistensi itu penting untuk proses pembajakan (Soenartono, 1978).
Konsistensi tanah adalah daya tahan atau ketahanan terhadap pengaruh dari luar
yang akan mengubah keadaan tanah. Terdapat dua kekuatan yang berperan dalam
konsistensi ini, yaitu gaya kohesi atau gaya tarik-menarik antara molekul sejenis dan
gaya tegangan permukaan atau adhesi. Dari kedua gaya tersebut terdapat beberapa faktor
yang turut bekerja, yaitu kandungan bahan organik, oksida dan hidroksida Fe, Al dan
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
kalsium karbonat (Sarief, 1985). Konsistensi tanah merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan keadaan fisik tanah dengan kandungan air yang berbeda-beda
seperti yang diperlihatkan oleh reaksi tanah atas tekanan-tekanan mekanik. Konsistensi
tanah dipandang sebagai kombinasi sifat yang dipengaruhi oleh kekuatan mengikat
antara butir-butir tanah.
Metode Pengukuran Konsistensi
Metode pengukuran konsistensi tanah ada 2 yaitu : Secara Kualitatif adalah metode
pengukuran konsistensi tanah secara kualitatif yaitu penentuan ketahanan massa tanah
terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah. Secara
Kuantitatif adalah metode pengukuran konsistensi tanah secara kuantitatif sering
diistilahkan dengan angka Atterberg
Istilah yang dipakai untuk menggambarkan konsistensi tanah adalah lepas,
gembur, tegar, halus, kuat, palstis, dan lekat. Penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan
di lapang maupun di laboratorium. Hanya sayangnya, penetapan konsistensi di lapang
masih sangat kasar. Sebagai patokan biasanya digunakan 3 tingkat kelembaban, yaitu:
konsistensi dalam keadaan basah, konsistensi dalam keadaan lembab dan konsistensi
dalam keadaan kering.
C. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menyatakan derajat kehalusan atau kekasaran massa tanah. Seperti
kita ketahui bahwa penyusun anorganik tanah terdiri dari bahan-bahan mineral. Bahan-
bahan mineral ini terdiri dari brbagai partikel tanah dengan berbagai ukuran serta
senyawa-senyawa anorganik lainnya.dalam tekstur yang terpenting adalah komponen-
komponen partikel tanah. Partikel tanah dengan ukuran tertentu disebut fraksi tanah.
Dikenal 3 macam fraksi tanah yaitu: liat (< 2 um), debu (2 – 50 um), dan pasir (50 –
2000 um). Dengan demikiantekstur dapat didefinisikan sebagai perbandingan relatif
jumlah fraksi pasir, debu, dan liat dalam massa tanah. Dalam tanah terdapat
perbandingan ketiga fraksi tersebut. Dikenal 12 macam tekstur dari kasar sampai halus,
yaitu: pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu,
lempung liat berpasir, lempung berliat, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu,
dan liat.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB III
DESKRIPSI PRATIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Pratikum Pengenalan Warna Tanah
Alat Bahan
1. Buku “Munsell Soil Colour Chart” 1.Sampel tanah masing-masing daerah
2. Pratikum Menetukan Konsistensi Tanah
Alat Bahan
1. Gelas wadah air 1.Air secukupnya
2.Sampel tanah kering, lembab dan basah tiap-
tiap daerah masing-masing 5 gr
3. Pratikum Menetukan Tekstur Tanah
Alat Bahan
- 1. Sampel tanah tiap-tiap daerah
masing-masing secukupnya
B. Cara Kerja
1. Pratikum Pengenalan Warna Tanah
1.Siapkan sampel tanah, secukupnya kira-kira segumpal kecil
2. bandingkan warna tanah tersebut dengan buku “Munsell Soil Colour Chart”
3. Catat satuan Hue, Value dan Chroma
4. Tentukan simbol warnanya
5. Ulangi langkah-langkah diatas untuk sampel tanah lainnya
2. Pratikum Menetukan Konsistensi Tanah
1. Siapkan sampel tanah, masing-masing sampel tanah kering, lembab dan basah
secukupnya.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
2. Ambil tanah dan pelintir dengan kedua jari
3. Rasakan dan cocokan perubahan wujud tanah dengan tabel/diagram mengenai
konsistensi
4. Ulangi langkah-langkah diatas untuk tanah lembab dan basah
5. Ulangi langkah-langkah diatas untuk setiap sampel tanah masing-masing daerah
3. Pratikum Menetukan Tekstur Tanah
1. Siapkan sampel tanah, masing-masing secukupnya.
2. Ambil tanah dan gulung dengan kedua telapak tangan
3. Rasakan dan cocokan perubahan wujud tanah tersebut dengan tabel/diagram
mengenai konsistensi
4. Ulangi langkah-langkah diatas untuk setiap sampel tanah masing-masing daerah
C. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pratikum Warna tanah, konsistensi dan tekstur
Nama tanah
Hal
Blitar
(Frenky)
Nganjuk
(Yuni)
Trenggalek
(Dian)
Pasuruan
(Eriska)
Lamongan
(Widya)
Lumajang
(Tyas)
Warna Tanah 10YR2/2 7,5YR3/3 7,4YR3/3 7,5YR2,5/1 10YR3/2 5YR1/3
Konsistensi
kering
- - - - - -
Konsistensi
Lembab
Gembur Gembur Gembur Gembur Lepas Gembur
Konsisitensi
basah
Agak
melekat
Lekat Lekat Agak
melekat
Tidak
Plastis
Lekat
Tekstur Lempung
berpasir
Pasir
berlempung
Lempung
berliat
Lempung Pasir Liat
D. Pembahasan
Tanah dari beberapa daerah tersebut merupakan salah satu contoh tanah di
Indonesia, tanah tersebut memiliki tingkatan warna pada buku “ Munsell Soil Colour
Chart” antara 5 YR sampai 10 YR, berarti tanah memiliki warna yellow-red (merah
kekuningan). Kandungan besi yang mempengaruhi warna merah kekuningan tersebut.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
Konsistensi tanah saat lembab adalah gembur untuk tanah daerah Kabupaten
Nganjuk, Blitar, Trenggalek, Pasuruan dan Kabupaten Lumajang. Sedangkan tanah dari
Kabupaten Lamongan konsistensinya adalah lepas karena tanah tersebut berbutir pasir.
Sedangkan konsistensi tanah saat basah adalah agak melekat untuk tanah daerah
Kabupaten Blitar dan Kabupaten Pasuruan, lekat untuk tanah dari daerah Kabupaten
Nganjuk, Trenggalek dan Kabupaten Lumajang. Sedangkan tanah dari Kabupaten
Lamongan konsistensinya adalah tidak plastis karena tanah tersebut berbutir pasir.
Untuk tekstur tanah adalah lempung berpasir (tanah Kabupaten Blitar), pasir
berlempung (tanah Kabupaten Nganjuk), lempung berliat (tanah Kabupaten Trenggalek),
lempung (tanah Kabupaten Pasuruan), pasir (tanah Kabupaten Lamongan )dan liat (tanah
Kabupaten Lumajang).
Terdapat pengaruh antara warna tanah, konsistensi dan tekstur tanah. Rata-rata
tanah tersebut berupa tanah liat sehingga warna dan konsistensinya hampir beragam
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
PRATIKUM II
Berat Jenis, Berat Volume, Porositas
dan Kadar Air
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Berat Jenis
Berat jenis tanah adalah berat tanah dalam satuan volume padatan tanah
(gram/cm3). Berat tanah diambil dari berat mutlak (kering oven) tanah, sehingga volume
padatan tanah didapat menurut hukum Archimedes, yaitu merupakan volume air sesudah
tanah dimasukkan ke dalam air. Tanah mineral mempunyai berat jenis antara 2,60-1,70
g/cm3 dan setiap penambahan 1% bahan organik akan menurunkan berat jenis 0,02
g/cm3. Tekstur dan struktur tanah tidak mempengaruhi berat jenis.
Perhitungan:
1. Berat labu ukur = A gram
2. Berat total = B gram
3. Berat tanah = B-A gram = X gram
4. Volume tanah-sisa air dalam gelas ukur = D ml = D cm3
Jadi:
B. Berat Volume
Pada prinsipnya berat volume tanah adalah berat kering suatu unit volume tanah
dalam keadaan utuh. Berat kering merupakan berat padatan tanah dalam kondisi kering
mutlak (kering oven), tetapi volume tanah merupakan volume tanah termasuk ruang
porinya. Volume tanah dan porinya (contoh tanah utuh) dapat dicari dengan
menggunakan alat tertentu yang mudah ditentukan volumenya, seperti menggunakan
tabung “coper ring” atau ring sampel. Berat kering mutlak dibagi volume total
didapatkan berat volume. Berat volume yang berasal dari ring sampel yang sama akan
lebih kecil daripada berat jenisnya. Pada tanah berpasir berat voleme mencapai 1,6
gr/cm3, sedangkan tanah berliat berat volume mencapai 1,1 gr/cm
3.
Berat volume tanah ditentukan oleh jumlah ruang pori (porositas) dan padatan
tanah, semakin besar porositasnya semakin kecil berat volumenya. Berat volume tanah
BJ tanah= X = E gram/cm3
D
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
dan porositasnya dapat berubah dan beragam bergantung keadaan struktur tanahnya,
sehingga penentuan berat volume tanah dilakukan dengan contoh tanah utuh.
Granulasi tanah sangat mempengaruhi besarnya porositas tanah, sehingga berat
volume menjadi rendah, yaitu dengan cara penambahan bahan organik (dicampur aduk).
Tanah lapisan atas yang kaya bahan organik mempunyai berat volume lebih rendah
daripada tanah lapisan bawah yang miskin bahan organik
Pengukuran Berat volume:
C. Porositas
Porositas tanah merupakan indeks volumew pori relatif, yaitu perbandingan antara
volume pori (makro dan mikro) dengan volume total (makro, mikro dan padatan). Oleh
sebab itu sampel tanah berasal dari ring sampel atau sampel tanah utuh. Nilai porositas
berkisar antara 30-60%. Tanah bertekstur halus akan mempunyai porositas lebih tinggi
daripada tanah bertekstur kasar. Tetapi bukan berarti tanah bertekstur halus lebih sarang,
sebab yang menentukan kesarangan adalah pori (pori makro) yang dimiliki oleh tanah
bertekstur kasar.
Pengukuran Porositas tanah:
D. Kadar Air
Sampel tanah yang diambil langsung dari lapangan mempunyai kadar air atau
kelembaban yang bervariasi. Kadar air ini mempengaruhi berat yanah basah, dan kadar
air ini perlu diketahui terlebih dahulu sebelum menentukan berat jenis dan berat volume.
Oleh sebab itu penimbangan tanah basah perlu dilakukan terlebih dahulu. Kadar air dapat
dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Perbandingan berat air dengan berat tanah basah, dapat diketahui melalui
penimbangan tanah basah (dalam ring sampel) kemudian di oven pada suhu + 1050
C selama 2 hari sehingga tanah kering mutlak. Selisih berat tanah basah dengan
berat tanah kering merupakan berat air, sehingga perbandingannya dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Porositas = 100% - {berat volume X 100% }
Berat jenis
Berat Kering Tanah (R gram) = ..... gram/cm3
Volume tanah (S cm3)
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
2. Perbandingan berat air dengan berat tanah kering (gravimetric water content) ,
dapat diketahui seperti point (1) di atas, tetapi perbandingannya adalah berat tanah
kering, sehingga didapatkan hasil yang lebih besar daripada point (1). Perbandingan
berat air dengan bewrat tanah kering dapat dinyatakan sebagai berikut:
3. Perbandingan volume air dengan volume tanah (volumetric water content), dapat
diperoleh melalui pengukuran volume tanah total pada sampel ring, dan penentuan
berat air sebagaimana point (1). Volume air dapat diperoleh melalui perkalian berat
air (gr) dengan berat volume (gr/cm3). Berat volume air sama dengan satu, maka
volume air sama dengan berat air. Perbandingan tersebut dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Kadar Air = berat air (gr) X 100%
berat tanah basah
Kadar Air = berat air (gr) X 100%
berat tanah kering
Kadar Air = Volume air (cm3) X 100%
Volume total (cm3)
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB III
DESKRIPSI PRATIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Pratikum Menentukan Berat Jenis Tanah
Alat
1. Labu ukur 100 ml
2. Timbangan
3. Oven
4. Gelas ukur 100 ml
5. Pipet
Bahan
1. Tanah kering masing-masing
daerah (hasil oven)
2. Air panas
2. Pratikum Menentukan Berat Volume Tanah, Porositas Tanah dan Kadar Air
Tanah
Alat
1. Coper ring atau ring sampel
(paralon)
2. Timbangan
3. Oven
Bahan
3. Tanah kering masing-masing
daerah (hasil oven)
B. Cara Kerja
1. Pratikum Menentukan Berat Jenis Tanah
1. Menimbang labu ukur 100 ml (A gram)
2. Mengisi labu ukur dengan tanah halus kering oven (berasal dari ring sampel),
timbang berat totalnya (B gram)
3. Menambahkan air panas dari gelas ukur 100 ml ke dalam labu ukur sampai
menunjukkan tanda batas 100 ml (bila tinggi larutan tanah masih dibawah tanda
batas), kemudian kocok pelan-pelan.
4. Mengukur sisa air di dalam gelas ukur, yang menunjukkan volume padatan tanah.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
2. Pratikum Menentukan Berat Volume Tanah, Porositas Tanah dan Kadar Air
Tanah
1. Menimabang tabung cover ring (X gram)
2. Mengambil contoh tanah utuh dengan coper ring di lokasi lapangan
3. Menimbang tanah dan tabungnya (Y gram)
4. Berat tanah basah = Y-X = P gram
5. Memasukkan tanah beserta tabungnya kedalam oven, selama 2 hari dalam suhu
1050 C.
6. Menimbang tanah kering oven beserta tabungnya (Q gram)
7. Berat tanah kering = Q-X = R gram
8. Menghitung volume tanah = volume cover ring = πr2t = S cm
3
9. Hitung berat jenis volume tanah dengan rumus
10. Hitung berat jenis porositas tanah dengan rumus
11. Hitung berat jenis kadar air tanah dengan rumus
C. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pratikum Berat Jenis Tanah, Berat Volume Tanah dan Porositas Tanah
No Nama tanah
Hal
Blitar
(Frenky)
Nganjuk
(Yuni)
Trenggalek
(Dian)
Pasuruan
(Eriska)
Lamongan
(Widya)
Lumajang
(Tyas)
1 Berat Labu Ukur 127 127 127 127 127 127
2 Berat Total 143 145,9 141,1 142,2 151,9 145,9
3 Berat Tanah
(X)=B.tot-B.labu
16 18,9 14,1 24,9 19,5
4 Volume Padatan 5 7 5 10 7
5 Berat jenis Tanah
(gr/cm3)
3,2 2,7 2,82 2,49 2,78
6 Berat Paralon 15,4 15,3 15,2 14,1 18 13,9
7 Berat
tanah+paralon
30,4 34,4 29,2 32,1 43,2 33,4
8 Berat tanah kering
(R)=(berat
tanah+paralon)-
berat paralon
15 19,1 14 18 25,2 19,05
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
9 Volume tanah (S)=
πr2t
12,06 12,45 10,05 20,08 13,06
10 Berat volume
(Bvol)= R/S
(gr/cm3)
1,24 1,53 1,39 1,25 1,49
11 Porositas = 100% –
( x100%)
51,13% 43,34% 50,6% 49,61% 46%
D. Pembahasan
Untuk pratikum mengenai berat jenis tanah, berat volume tanah dan porositas
tanah ini menggunakan sampel yang masih sama dengan sampel pada pratikum
sebelumnya. Hasil dari pratikum kali ini untuk hasil berat jenis tanah, berat volume
tanah dan porositas tanah berturut-turut adalah 3,2 gr/cm3; 1,24 gr/cm
3; 51,13% (tanah
Kabupaten Blitar), 2,7 gr/cm3; 1,53 gr/cm
3; 43% (tanah Kabupaten Nganjuk), 2,28
gr/cm3; 1,39 gr/cm
3; 50% (tanah Kabupaten Trenggalek), (tanah Kabupaten Pasuruan),
2,49 gr/cm3; 1,25 gr/cm
3; 49,61% (tanah Kabupaten Lamongan ) dan 2,78 gr/cm
3; 1,49
gr/cm3; 46% (tanah Kabupaten Lumajang).
Hasil dari nilai-nilai berat jenis tanah, berat volume tanah dan porositas tanah
tersebut apabila dibandingkan dengan pembanding tanah pasir adalah 2,67 gr/cm3; 1,59
gr/cm3; 40,45% maka memilki berat jenis lebih besar, berat volume lebih kecil dan
porositas lebih besar. Hal ini dipengaruhi karen beberapa faktor yang membedakan sifat
tanah pasir dan tanah beberapa sampel-sampel tersebut.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
PRATIKUM III
Daya Kapiler, Perkolasi, dan Kemampuan
Menggenggam Air
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Daya Kapiler
Pada suatu masa tanah terdapat pori-pori makro dan pori-pori mikro, pori-pori
tanah tersebut sebagai pipa-pipa kapiler yang dapat menarik air secara vertical dari
bawah. Komposisi pori-pori tanah dipengaruhi oleh tekstur tanahnya, semakin banyak
pori-pori mikronya akan semakin besar daya kapilernya, sehingga pada tekstur liat
mempunyai daya kapiler yang lebih besar dari pada tanah yang bertekstur pasir. Daya
kapiler bukan hanya ditentukan dari kecepatan air bergerak dalam pori-pori tanah, tetapi
juga dari jumlah air yang mampu diangkat ditarik, sampai pada kondisi stasioner.
B. Perkolasi dan Kemampuan Menggenggam Air
Air yang terus meresap ke dalam tanah. Kemudian meninggalkan daerah perakaran
disebut sebagai air perkolasi. Air tersebut berasal dari air hujan ataupun dari air irigasi.
Kecepatan air yang merembes di dalam suatu massa tanah tak jenuh dipengaruhi oleh
tekstur dan struktur tanahnya. Secara langsung akan berpengaruh terhadap kebutuhan air
untuk tanaman, sebab tanah menjadi lebih cepat atau menjadi lembih lambat keringnya.
Oleh sebab itu perlu diketahui pula kemampuan genggam tanah terhadap air.
Air yang meresap dalam tanah dan kemudian diikat oleh tanah untuk mengisi pori-
porinya, jumlah air yang dapat diikat (digenggam) oleh tanah disebut sebagai daya atau
kemampuan mengenggam air. Jumlah air yang digenggam tersebut dapat diketahui
dengan mengukur air yang disiramkan, kemudian dikurangi dengan jumlah air yang
merembes.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB III
DESKRIPSI PRATIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Pratikum Menentukan Daya Kapiler Tanah
Alat Bahan
1. Statif
2. Pipa gelas
3. Penggaris
4. Gelas ukur
5. Penggerus
6. Kapas
7. Sendok
8. Lem dan kertas
1. Tanah kering oven masing-masing
daerah
2. Air
2. Pratikum Menentukan Perkolasi dan Kemampuan Menggenggam Air Tanah
Alat Bahan
1. Pipa paralon kecil diameter kurang
lebih 1 cm, dengan panjang 7 cm
2. Statif
3. Kapas atau tisu
4. Pipet
5. Gelas ukur 100 ml dan 200 ml
6. Tanah kering oven
1. Tanah kering (oven) masing-
masing daerah
2. Air
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
B. Cara Kerja
1. Pratikum Menentukan Daya Kapiler Tanah
1. Siapkan statif
2. Sumbat salah satu lubang pipa gelas dengan kapas tebal
3. Isi pipa glas dengan tanah kering oven (digerus) setinggi 20 cm (beri tanda
dengan kertas)
4. Letakkan gelas ukur lurus dibawah pemegang
5. Pasanglah pipa gelas lurus dengan ujung yang tersumbat masuk kedalam gelas
ukur (2mm) diatas dasar gelas
6. Memasukkan air kedalam gelas ukur sebanyak 50 ml
7. Mengamati pergerakan air didalam pipa gelas, menghitung kecepatannya sampai
pada kondisi stationer, dan mencatat sisa air (ml) pada gelas ukur
2. Pratikum Menentukan Perkolasi dan Kemampuan Menggenggam Air Tanah
1. Menyumbat salah satu ujung pipa paralon dengan kapas setebal 2cm.
2. Memegang pipa paralon dengan statif, ujung yang tersumbat berada di bawah.
3. Memasukkan tanah yang sudah digerus kedalam pipa paralon
4. Meletakkan gelas ukur 100 ml di bawah pipa paralon, usahakan pipa paralon
berada di tengah-tengah gelas ukur.
5. Memasukkan air ke dalam pipa paralon yang berasal dari gelas ukur 200 ml,
sampai ada air yang menggenang di atas tanah (bila air masih kurang,
menambahkan air, tetapi mencatat volumenya), dan mencatat pula waktunya.
6. Memperhatikan air yang menetes pada gelas ukur 100 ml, biarkan sampai berhenti
menetes , dan mencacat waktunya
7. Mencatat besar volume tetesannya dan volume air yang dimasukkan ke dalam pipa
paralon.
8. Menghitung volume air yang digenggam tanah dengan cara mengurangkan volume
air yang dimasukkan ke dalam pipa paralon dengan volume air rembesan atau
perkolasi.
9. Membandingkan dengan sampel tanah lainnya, termasuk tentang selang waktu
antara waktu air di masukan dengan waktu air pertama kali menetes. Dan juga
dengan waktu air berhenti menetes.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
C. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pratikum Menetukan Daya Kapiler Tanah
Nama tanah
Hal
Blitar
(Frenky)
Nganjuk
(Yuni)
Trenggalek
(Dian)
Pasuruan
(Eriska)
Lamongan
(Widya)
Lumajang
(Tyas)
Volume (mm) 6 9 8 8 7 9
Waktu (s) 447 1256 215 4741 384 625
Daya Kapiler
Tanah 0,0134 0,0072 0,037 0,017 0,0018 0,0144
Tabel Hasil Pratikum Menetukan Perkolasi Tanah
Nama Tanah
Hal
Blitar
(Frenky)
Nganjuk
(Yuni)
Trenggalek
(Dian)
Pasuruan
(Eriska)
Lamongan
(Widya)
Lumajang
(Tyas)
Volume Tanah
Basah
6 5,5 5 7 8 73
Waktu Tetes
Pertama (s)
3353 3527 1273 4123 1798 3505
Perkolasi 0,0018 0,0015 0,004 0,0017 0,004 0,021
Tabel Hasil Pratikum Menetukan Daya Genggam Air Tanah
Nama Tanah
Hal
Blitar
(Frenky)
Nganjuk
(Yuni)
Trenggalek
(Dian)
Pasuruan
(Eriska)
Lamongan
(Widya)
Lumajang
(Tyas)
Volume Air
Yang Tersisa
(Ml)
194 194,5 195 193 192 127
Volume
Tanah Basah
6 5,5 5 7 8 73
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
Tabel Hasil Pratikum Menetukan Daya Genggam Air Tanah
Nama Tanah
Hal
Blitar
(Frenky)
Nganjuk
(Yuni)
Trenggalek
(Dian)
Pasuruan
(Eriska)
Lamongan
(Widya)
Lumajang
(Tyas)
Daya
Genggam Air
(%)
32,33 35,36 39 27,57 24 17,39
D. Pembahasan
Untuk pratikum mengenai berat kapiler tanah, perkolasi tanah dan daya genggam
air tanah ini menggunakan sampel yang masih sama dengan sampel pada pratikum
sebelumnya. Hasil dari pratikum kali ini untuk hasil mengenai berat kapiler tanah,
perkolasi tanah dan daya genggam air tanah berturut-turut adalah 0,0134; 0,0018;
32,33% (tanah Kabupaten Blitar), 0,0072; 0,0015; 35,36% (tanah Kabupaten Nganjuk),
0,037; 0,004; 39% (tanah Kabupaten Trenggalek), 0,0017; 0,0017; 27,57% (tanah
Kabupaten Pasuruan), 0,018; 0,004; 24% (tanah Kabupaten Lamongan ) dan 0,0144;
0,0021; 17,39% (tanah Kabupaten Lumajang).
Hasil dari nilai-nilai berat kapiler tanah, perkolasi tanah dan daya genggam air
tanah tersebut apabila dibandingkan dengan pembanding tanah pasir maka memilki daya
kapiler dan daya genggam air yang lebih besar namun memiliki perkolasi lebih kecil dari
pasir. Hal ini dipengaruhi karena beberapa faktor yang membedakan sifat tanah pasir dan
tanah beberapa sampel-sampel tersebut. Salah satunya pori-pori tanah pasir lebih besar
dan sedikit, sehingga kecepatan air berjalan keatas (daya kapiler) sangat rendah
sebaliknya kemampuan air berjalan kebawah (perkolasi) lebih besar.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
PRATIKUM IV
pH, Kadar Bahan Organik
dan Kadar Kapur
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. pH Tanah
pH adalah negatif logaritma aktifitas ion hidrogen dalam tanah. Ion hidrogen
merupakan sumber yang menyebabkan kemassaman suatu tanah. Semakin banyak ion
hidrogen dalam tanah, semakin massam pula sifat tanah. Tanah seperti itu dikatakan
mempunyai pH rendah. Nilai pH berkisar antara 0 – 14. Suatu larutan dikatakan netral
apabila memiliki nilai pH = 7. Nilai pH >7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa.
Sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. Perlunya pengukuran pH dalam tanah
yaitu:
Mengetahui kesuburan tanah secara kimia.
Mengetahui indikator, sesuatu telah terjadi pada tanah atau mengetahui sejarah
pembentukan tanah tersebut
B. Kadar Bahan Organik
Bahan organik mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan
hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati. Bahan organik tanah lebih mengacu
pada bahan (sisa jaringan tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan atau
dekomposisi baik sebagian atau seluruhnya.
Bahan organik tanah berada pada kondisi yang dinamik sebagai akibat adanya
mikroorganisme tanah yang memanfaatkannya sebagai sumber energi dan karbon.
Kandungannya pun sangat beragam, berkisar antara 0,5% - 5,0% pada tanah-tanah
mineral atau bahkan sampai 100% pada tanah organik. Faktor yang mempengaruhi
kandungan bahan organik tanah antara lain adalah iklim, vegetasi, topografi, waktu,
bahan induk, dan pola tanam. Ciri dan kandungan bahan organik tanah merupakan ciri
penting suatu tanah karena bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat kimia
maupun sifat fisika tanah.
C. Kadar Kapur
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium
tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan
berasosiasi dengan karbonat.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan kandungan kapur
dari lapisan tanah atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan
oleh adanya proses pelindihan kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan
pada lapisan bawahnya. Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh
batuan induk, iklim dan tipe vegetasi yang ada di suatu lokasi.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB III
DESKRIPSI PRATIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Pratikum Menentukan pH Tanah
Alat Bahan
1. Botol kocok
2. Gelas ukur 50 ml
3. pH meter (kertas lakmus)
1. Tanah kering oven masing-masing
daerah
2. Air Aquades
2. Pratikum Menentukan Kadar Bahan Organik Pada Tanah
Alat Bahan
1. Penggerus
2. Pipet
3. Papan datar
1. Tanah kering oven masing-masing
daerah
2. Larutan H2 O2 10%
1. Pratikum Menentukan Kadar Kapur Pada Tanah
Alat Bahan
1. Penggerus
2. Pipet
3. Papan datar
1. Tanah kering oven masing-masing
daerah
2. Larutan HCl
B. Cara Kerja
1. Pratikum Menentukan pH Tanah
1. Siapkan gelas piala 100 ml dan tambahkan larutan aquades 50 ml pada gelas
2. Mengambil 5 gram tanah
3. Haluskan tanah dengan penggerus dan masukkan ke dalam gelas piala 100 ml.
4. Kocok gelas sampai 15 menit kemudian istirahatkan 5 menit
5. Kocok kembali gelas sampai 15 menit kemudian istirahatkan 5 menit atau sampai
tanah mulai terendapkan dan larutan aquades mulai bening
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
6. Ukur pHnya dengan cara mencelupkan kertas Lakmus
7. Amati perubahan kertas dan cocokan dengan diagram pada kertas lakmus
2. Pratikum Menentukan Kadar Bahan Organik Pada Tanah
1. Mengambil sebongkah tanah, kira-kira 5 gram.
2. Meratakan tanah pada alas dataran
3. Menetesi tanah dengan kamikala H2O2 10 %.
4. Mengamati pembuihan pada tanah.
5. Mencatat perbandingan banyaknya buih antar sampel.
3. Pratikum Menentukan Kadar Kapur Pada Tanah
1. Mengambil sebongkah tanah, kira-kira 5 gram.
2. Meratakan tanah pada alas dataran
3. Menetesi tanah dengan kamikalia HCl
4. Mengamati percikan dan suara desis pada tanah yang ditetesi.
C. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pratikum Menetukan pH Tanah, Kadar Bahan Organik dan Kadar Kapur Tanah
Nama tanah
Hal
Blitar
(Frenky)
Nganjuk
(Yuni)
Trenggalek
(Dian)
Pasuruan
(Eriska)
Lamongan
(Widya)
Lumajang
(Tyas)
pH 5 5 5 8 7 7
Kandungan
Bahan Organik
Banyak
(Berbuih
banyak)
Banyak
(Berbuih
banyak)
Banyak
(Berbuih
banyak)
Banyak
(Berbuih
banyak)
Sedikit
(Berbuih
sedikit)
Banyak
(Berbuih
banyak)
Kandungan
Kapur
Tidak
berbuih
Tidak
berbuih
Tidak
berbuih
Tidak
berbuih
Berbuih Tidak
berbuih
D. Pembahasan
Tanah-tanah sampel tersebut berasal dari tanah di Indonesia, sehingga kisaran nilai
pH adalah 5-7. Tanah tersebut adalah tanah intermediet dengan kecenderungan asam.
Hal ini dipengaruhi oleh keberadaan Gunung-gunung api di Indonesia yang
mempengaruhi keasaman tanah-tanah di Indonesia
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
Untuk kandungan bahan organik semua tanah-tanah yang menjadi sampel tersebut
mengandung bahan organik dengan kandungan yang banyak dengan melihat dari reaksi
yang ditimbulkan setelah masing-masing sampel di tetesi larutan H2O2 10 %. Hanya
sampel dari Kabupaten Lamongan yang mengandung bahan organik yang sedikit. Hal ini
dikarenakan tanah dari Kabupaten Lamongan tersebut adalah tanah pasir.
Untuk kandungan kapur semua tanah-tanah yang menjadi sampel tersebut tidak
mengandung bahan kapur dengan dengan melihat dari reaksi yang ditimbulkan setelah
masing-masing sampel di tetesi larutan HCl. Hanya sampel dari Kabupaten Lamongan
yang mengandung bahan kapur yang sedikit. Hal ini dikarenakan tanah dari Kabupaten
Lamongan tersebut terdapat pada pegunungan kapur di Lamongan.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
HASIL PRATIKUM TANAH PASIR
Hasil Praktikum Berat Jenis, Berat volume dan Porositas Tanah Pasir
Massa Pasir 159,8 gram
Tinggi 7 cm
Volume : t 22
Berat kering = 53,1 gram – 18 gram
= 35,1 gram
Berat Volume = 35,1/22
= 1,59 gram/cm3
Berat Pipa 125,1 gram
X = 158,8 gram – 125,1 gram
= 34,7 gram
Tingg Air Panas Awal 100 ml
Tinggi Air Panas Akhir 87 ml
Air yang ditambahkan 26 ml
D = (26 + 87) – 100
= 13
Berat Jenis (X/D) = 34,7 / 13
= 2, 67
Porositas = 100% - (1,59/2,67 x 100%)
= 100% - 59,55%
= 40,45 %
Praktikum Daya Kapiler, Perkolasi, dan daya genggam Air Tanah Pasir
Berat tanah kedua 13,7 gram
Tinggi Awal 4,5 cm
Tinggi Akhir 4,5 cm
Waktu 00.00’.40”
Sisa air 31 ml
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
MENJAWAB PERTANYAAN
PERTANYAAN UNTUK LAPORAN PRATIKUM I
(Pengenalan Warna, Konsistensi dan Tekstur Tanah )
A. Pratikum Menentukan Warna Tanah
1. Mengapa warna tanah (permukaan) berbeda-beda pada tiap sampel tanah yang anda
amati? Berikan alasan anda!
Jawab:
Tanah-tanah yang menjadi sampel tersebut memilki perbedaan yang sedikit,
karena kisaran warnanya adalah 5 YR-10 YR berarti warna tanah pada masing-
masing adalah cenderung merah kekuning-kuningan. Namun sebenarnya penyebab
perbedaan warna permukaan tanah pada umumnya adalah:
Perbedaan kadar bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik,
warna tanah makin gelap. Warna tanah dilapisan bawah yang kandungan
bahan organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan
dan bentuk senyawa besi (Fe).
Di daerah yang mempunyai sistem drainase (serapan air) buruk, warnah
tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat di dalam tanah berbentuk
Fe2+.
Bahan organik memberi warna kelabu, kelabu tua atau coklat tua pada tanah
kecuali bila bahan dasarnya tertentu sperti oksida dan besi atau penimbunan
garam memodifikasi warna. Akan tetapi banyak tanah tropika dengan
kandungan oksida (hematit) yang tiggi berwarna merah, bahkan dengan
sejumlah besar bahan organik (Nurhayati, 1986).
2. Mengapa warna tanah berbeda untuk tiap sampel tanah pada kedalaman yang sama!
Jawab:
Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah yang
dapat dijumpai pada tiap kedalaman yang berbeda-beda tiap sampel-sampel tanah.
Warna tanah dilapisan bawah yang kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak
dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah yang
mempunyai sistem drainase (serapan air) buruk, warnah tanahnya abu-abu karena ion
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
besi yang terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+. Bahan organik memberi warna
kelabu, kelabu tua atau coklat tua pada tanah kecuali bila bahan dasarnya tertentu
sperti oksida dan besi atau penimbunan garam memodifikasi warna. Oleh karena pada
kedalaman yang sama kandungan Fe pada masing-masing sampel tanah berbeda maka
warna tanahnyapun juga berbeda.
3. Mengapa warna tanah cenderung menjadi terang pucat warnanya dengan meningkatnya
kedalaman tanah!
Jawab:
Semakin dalam kedalaman tanah kandungan bahan organiknya semakin
rendah. Sehingga semakin dalam kedalaman tanah warna tanah semakin terang pucat,
karena pengaruh kandungan bahan organik semakin berkurang. Tanah bagian bawah
memiliki paling sedikit bahan organik sehingga berwarna kelabu muda. Bila drainase
agak baik, air dan suhu menguntungkan untuk peristiwa kimia, besi (Fe) dalam tanah
teroksidasi sehingga menjadi senyawa yang berwarna merah dan kuning (Foth D,
1998)
B. Pratikum Menentukan Konsistensi Tanah
1. Bandingkan konsistensi tanah pada keadaan basah dan lembab (apabila konsistensi hanya
ada yang basah dan lembab) dan dengan konsistensi kering (apabila terdapat konsistensi
kering)!
Jawab:
1. Konsistensi Basah
a. Tingkat Kelekatan yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-
butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
- Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau
benda lain.
- Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau
benda lain.
- Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
- Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau
benda lain.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
b. Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan,
ini dibagi 4 kategori berikut:
- Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
- Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah
kurang dari 1 cm.
- Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1
cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
- Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih
dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
2. Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori
sebagai berikut:
a. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir
tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
b. Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur
bila diremas.
c. Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas
dapat menghancurkan gumpalan tanah.
d. Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat
meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
e. Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya
tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan
tanah tersebut.
f. Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak
hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas
tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan
tanah tersebut.
2. Mengapa tekstur liat memiliki konsistensi yang sangat lekat?
Jawab:
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
Tanah liat merupakan jenis tanah yang memiliki presentasi pasir yang sangat
rendah bahkan tidak ada sama sekali. Tanah liat memiliki konsistensi yang ekstra
teguh, dapat dibentuk bulatan atau gulungan dan membutuh kan tekanan yang besar
atau kuat untuk memecahnya. Pita yang terbentuk pada tanah liat memliki panjang
diatas 1.0 cm. Tanah liat berwarna merah kekuningan dan memiliki derajat pelapukan
yang tinggi, hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Lingga
(2009) bahwa tanah yang berwarna merah menunjukkan tingkat pelapukan yang
sudah lanju. Tingkat perubahan tekstur tanahnya juga sudah lanjut ke arah tekstur
halus.
Warna tanah liat yaitu coklat kekuningan, hal ini sesuai dengan hasil
praktikum yang menunjukkan bahwa warna tanah liat berwarna coklat kekuningan
setelah diamati. Hal ini sesuai dengan pendapat (Lingga, 2009) bahwa pada tanah liat
memiliki konsistensi yang ekstra teguh dengan warna coklat kekuningan. Konsistensi
tanah liat teguh,karena apabila digenggam mudah terbentuk dan tidak mudah lepas.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Lingga, 2009) yang menyatakan bahwa untuk
memecah bulatan atau gulungan yang dibentuk dari tanah liat membutuhkan tekanan
yang kuat untuk menghancurkannya.
3. Mengapa kandungan air berpengaruh terhadap konsistensi?
Jawab:
Konsistensi merupakan ungkapan mekanik daya ikat antar partikel yang
berkaitan dengan tingkat dan macam kohesi dan adhesi. Ini berarti konsistensi oleh
kadar air tanah. Faktor-faktor lain yang berpengaruh adalah bahan-bahan penyemen
agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Kohesi diwujudkan
oleh tarikan molekuler yang terdapat pada tanah yang berpermukaan jenis besar,
partikel-partikel tanah terletak dengan permukaan terluasnya saling berhadapan dan
partikel-partikel berada dekat satu dengan yang lain. Kohesi paling besar terdapat
dalam tanah kering dan menurun tajam dengan masuknya air di sela-sela partikel
tanah. Adhesi diwujudkan oleh tegangan permukaan yang timbul pada antar muka
antara air dan udara dalam pori-pori tanah. Besarnya adhesi ditentukan oleh tegangan
permukaan tiap satuan bidang singgung dan luas bidang singgung. Pada kadar air
terbatas, tegangan permukaan pada tiap satuan bidang singgung tinggi (meniskus air
sangat cekung), akan tetapi luas bidang singgung sempit, maka kekuatan adhesi kecil.
Kenaikan kadar air memperluas bidang singgung dan hanya menurunkan sedikit
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
tegangan permukaan tiap satuan bidang singgung, maka kekuatan adhesi meningkat.
Kenaikan kadar air lebih lanjut meningkatkan luas bidang singgung dan menurunkan
secara tajam tegangan permukaan tiap satuan bidang singgung (kecepatan meniskus
air sangat berkurang). Akibatnya kekuatan adhesi hilang dan tanah berubah menjadi
lumpur
4. Apa hubungan konsistensi dengan pengelolaan tanah?
Jawab:
Konsistensi adalah kerentanan tanah untuk mengalami perubahan. Sehingga
setiap lahan memerlukan penanganan-penangan khusus, misal lahan yang tanahnya
berpasir memiliki konsistensi kecil maka penganan lahannya juga harus lebih serius
untuk mendapatkan hasil yang maksimum
C. Pratikum Menentukan Tekstur Tanah
1. Mengapa tekstur tanah berbeda-beda pada tiap sampel tanah yang anda amati? Berikan
alasan anda!
Jawab:
Tekstur merupakan perbandingan komposisi partikel-partikel pasir, debu dan liat
pada tanah. Misalakan suatu daerah adalah daerah sungai atau DAS suatu sungai pastinya
daerah tersebut memliki komposisi pasir yang banyak pada tanahnya, maka tekstur
tanahnya adalah berpasir. Sehingga hal yang mempengaruhi perbedaan tekstur tersebut
adalah komposisi pasir, debu dan liat pada masin-masing sampel tanah. Dimana
komposisi tersebut dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya asal daerah tanah tersebut.
KONSITENSI
ADESI
KOHESI
PENGELOLAAN
LAHAN
CARA-CARA:
Mencangkul
Membajak
MOLEKUL-
MOLEKUL TANAH
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
2. Jelaskan hubungan antara tekstur tanah dengan konsistensi!
Jawab:
Jika komposisi pasir berlebih maka tekstur tanah adalah pasir, sehingga memliki
konsisteni yang lepas menurut ketentuan konsistensi. Hal tersebut dikarenakan pasir
memiliki ikatan antar molekul yang kecil karena berbutir-butir dengan pori-pori besar.
Sebaliknya apabila tanah bertekstur liat akan memilki konsistensi lekat karena ikatan
antar molekulnya kuat dan memilki pori-pori yang kecil namun banyak.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
PERTANYAAN UNTUK LAPORAN PRATIKUM II dan III
(Berat Jenis, Berat Volume, Porositas, Kadar Air, Daya Kapiler,
Perkolasi, dan Kemampuan Menggenggam Air)
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan Berat Volume, Berat Jenis dan Porositas
dari masing-masing tanah kelompok anda!
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan berat volume, berat jenis dan
porositas adalah:
Berat tanah: Semakin besar berat tanah sampel maka berat jenis tanah sampel
juga semakin besar
Volume tanah: Semakin besar volume tanah sampel maka berat jenis tanah
sampel akan semakin kecil
Tekstur tanah: tanah sampel yang bertekstur halus (liat) akan mempunyai
porositas lebih tinggi dan berat volume lebih rendah, sedangkan tanah sampel
bertekstur kasar (pasir) akan mempunyai porositas lebih kecil dan berat volume
lebih besar.
Struktur tanah: berat volume dan porositas tanah sampel dapat berubah
tergantung dari keadaan struktur tanah sampel
Granulasi: Granulasi dapat memperbesar porositas tanah sampel, sehingga berat
volume tanah sampel akan semakin kecil.
Kandungan bahan organik: semakin banyak bahan organik pada tanah sampel
maka berat volume tanah sampel akan semakin kecil dan porositas tanah sampel
semakin besar
Berat jenis tanah dipengaruhi oleh berat tanah sampel dan volume tanah sampel
Berat volume tanah dan porositas dipengaruhi oleh tekstur, struktur, granulasi,
dan kandungan bahan organik tanah sampel
Semakin besar berat volume tanah sampel maka akan semakin kecil porositas dan
sebaliknya
Berat Volume = 1/ Porositas
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
2. Mengapa kapilaritas (kecepatan air naik melewati pori-pori tanah) berbeda untuk
masing-masing sampel tanah kelompok anda!
Jawab:
Perbedaan besar kapilaritas pada masing-masing sampel tanah adalah:
Tekstur tanah: pada tekstur tanah liat akan memiliki kapilaritas lebih besar
daripada tanah sampel yang bertekstur pasir. Hal ini disebabkan karena
tekstur liat memiliki jumlah pori-pori mikro yang lebih banyak. Sehingga
daya tarik air secara vertikal oleh pori-pori mikro semakin besar.
Tekstur Lempung
berpasir
Pasir
berlempung
Lempung
berliat
Lempung Pasir Liat
Daya Kapiler
Tanah 0,0134 0,0072 0,037 0,017 0,0018 0,0144
Dari hasil pratikum terlihat besar daya kapiler secara berurutan dalah tanah sampel
yang bertekstur: Pasir < Pasir Berlempung < Lempung Berpasir < Lempung <
Liat < Lempung Berliat
3. Mengapa air yang tersedot berbeda untuk masing-masing sampel tanah kelompok anda!
Jawab:
Faktor yang mempengaruhi jumlah air yang tersedot adalah besar daya kapiler
tana. Semakin besar daya kapiler semakin besar jumlah air yang tersedot oleh tanah. Dan
besar daya kapiler tergantung dari tekstur tanah seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Dari hasil pratikum terlihat yang paling banyak jumlah air yang tersedot adalah tanah
yang bertkstur lempung berliat. Karena tanah sampel yang bertekstur lempung berliat
memilki daya kapiler paling besar.
4. Mengapa jumlah air yang dapat digenggam oleh tanah berbeda-beda?
Jawab:
Faktor yang mempengaruhi daya genggam tanah sampel sama dengan daya
kapiler, yaitu tekstur dan struktur tanah sampel. Dan daya kapiler mempengaruhi daya
genggam tanah sampel. Semakin besar daya kapiler maka daya genggam tanah juga
semakin besar
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah memilki banyak sifat fisik, diantaranya tekstur,warna, konsistensi, berat
jenis, berat volume, porositas, kadar air, daya kapiler, perkolasi, kemampuan
menggenggam air, pH, kadar bahan organik dan kadar kapur. Kesemua sifat tersebut
saling berpengaruh. Dan sifat tersebut saling membentuk sifat-sifat khas yang dimliki
tanah dimana hal tersebut nantinya akan bersinergi satu sama lain oleh faktor luar seperti
iklim, topografi, vegetasi, dan waktu.
B. Saran
Dengan praktikum ini dapat mengetahui sifat fisik, diantaranya tekstur,warna,
konsistensi, berat jenis, berat volume, porositas, kadar air, daya kapiler, perkolasi,
kemampuan menggenggam air, pH, kadar bahan organik dan kadar kapur pada
tanah sesuai dengan daerah masing-masing. Sehingga dapat dimanfaatkan berbagai
pihak untuk keperluan yang lebih lanjut dalam pengelolaan lahan.
Khususnya bagi para petani, demi mendapatkan hasil pengolahan lahan yang
maksimal maka sebelum mengelola lahan harus memperhatikan sifat-sifat fisik
tanah. Sehingga petani akan tahu bagaimana memperlakukan tanah dilahannya
agar didapatkan hasil panen yang maksimal.
Laporan Hasil Pratikum Geografi Tanah
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Balai Penelitian Teh & Kina. Bandung.
Utomo, Dwiyono Hari. 2010. Geografi Tanah. FIS UM. Malang: Universitas Negeri
Malang
Utomo, Dwiyono Hari. 2001.Petunjuk Pratikum Geografi Tanah di Laboratorium. FMIPA
UM. Malang: Universitas Negeri Malang
(online), http://zabrah98.multiply.com/journal/item/16/FAKTOR_PEMBENTUK_TANAH,
(diakses tanggal 5 Mei 2011)