laporan tonisitas ilham
DESCRIPTION
Farmasi fisika 1TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang
dipisahkan oleh membrane semipermeable. Tekanan osmosis sendiri disini adalah
tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan osmotik antara
suatu larutan dan pelarut murninya yang dipisahkan oleh suatu membran yang
dapat ditembus hanya oleh pelarut tersebut.
Tekanan osmosa cairan tubuh, darah, air mata, cairan lumbal sama dengan
tekanan osmosa larutan Natrium Klorida 0,9%. Penyuntikan atau pemasukan
larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan.
Pada percobaan ini akan diamati bagaimana proses osmosis yang terjadi
pada kentang yang dimasukkan dalam tiga jenis larutan, yaitu larutan hipertonis
(dekstrosa 15%), hipotonis (dekstrosa 3%), dan isotonis (NaCl 0,9%).
Dalam bidang farmasi, tekanan osmosis sangat penting untuk diketahui,
misalnya dalam pembuatan cairan suntik. Kita harus mengetahui apakah cairan
tersebut bersifat hipertonis, hipotonis atau isotonis, karena larutan-larutan famasi
yang diperuntukan bagi membrane-membran tubuh sensitif harus mempunyai
tekanan osmotik yang sama dengan tubuh.
B. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
menentukan jumlah bahan pengisotonis yang ditambahkan unuk membuat larutan
pengisotonis dan menentukan osmosis baik itu hipertonis, hipotonis dan isotonis
terhadap kentang.
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengamati peristiwa osmosis
2. Menghitung jumlah bahan pengisotonis yang ditambahkan untuk membuat
larutan isotonis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Sifat koligatif terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan.
Sifat koligatif larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan uap, penurunan
titik beku, dan kenaikan titik didih (Martin, 1990).
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira–
kira larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang
ada. Jadi sifat-sifat tersebut ialah penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik yang disebut sifat koligatif larutan.
Kegunaan praktis sifat-sifat koligatif banyak dan beragam, juga penelitian sifat-
sifat koligatifmemainkan peranan penting dalam metode penetapan bobot molekul
dan pengembangan teori larutan (Gennaro, 1990).
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya zat terlarut
dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini
disebut sifat koligatif sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama,
dengan kata lain, semua sifat tersebut bergantung pada banyaknya partikel zat
yang ada. Sifat koligatif larutan ialah penurunan titik uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik (Chang, 2004).
Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan
kesetimbangan osmotik antara suatu larutan dan pelarut murninya yang
dipisahkan oleh suatu membran yang dapat ditembus hanya oleh pelarut tersebut.
Dengan kata lain, tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk
menghentikan osmosis, yaitu gerakan molekul pelarut melewati membran
semipermeabel ke larutan yang lebih pekat (Chang, 2004).
Hukum Rovalt merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang
disebut sifat koligatif (dan bahasa latin colligare “mengumpul bersama”) sebab
sifat-sifat itu bergantung pada efek kolektif jumlah partikel zat terlarut, bukan
pada sifat partikel yang terlibat, keempat sifat itu ialah: penurunan tekanan uap
larutan relatif terhadap tekanan uap murni, peningkatan titik didih, penurunan titik
beku dan gejala tekanan osmostik (Gibson, 2004).
Sifat koligatif larutan dibedakan antara dua bagian, yaitu sifat koligatif
nonelektrolit dan elektrolit. Bila konsetrasi zat terlarut sama, sifat koligatif larutan
elektrolit mempunyai harga lebih besar dari pada sifat koligatif nonelektrolit.
Perbandingan antara harga sifat koligatif larutan yang diharapkan suatu larutan
nonelektrolit pada konsentrasi yang sama disebut faktor Vann Hoff dan
dinyatakan dengan lambang harga i (William, 2003).
Ada dua teori yang menjelaskan peristiwa osmosis yaitu (Yazid, 2006):
1. Teori Tekanan Uap
Menurut teori ini larutan encer memiliki tekanan uap lebih besar
daripada larutan yang lebih pekat. Bila kedua macam larutan ini
dipisahkan dengan selaput semipermiabel akan terjadi perpindahan secara
bertahap molekul-molekul pelarut dari larutan yang akan memiliki tekanan
uap besar (encer) kelarutan yang tekanan uapnya rendah (pekat).
Perpindahan ini akan berhenti setelah tercapai kesetimbangan, yaitu bila
tekanan uap kedua larutan telah sama.
2. Teori Kinetika Molekul
Teori ini menjelaskan bahwa setiap molekul suatu larutan maupun
gas, diatas suhu absolut 00C selalu dalam keadaan bergerak. Energi gas
molekul kimia tersebut dinyatakan sebagai potensial kimia. Didalam
sistem larutan, molekul air bergerak oleh adanya potensial kimia air
(potensial air) dan semua zat terlarut bergerak oleh adanya potensial kimia
zat terlarut. Pada larutan yang sangat encer, energi gerak atau potensial
airnya dianggap paling besar sedangkan larutan yang pekat potensial
airnya rendah. Hal ini disebabkan dalam larutan pekat molekul air banyak
berikatan dengan zat terlarut sehingga sedikit yang dapat bergerak. Dengan
demikian osmosis pada dasarnya merupakan difusi dari daerah yang
memiliki potensial air lebih tinggi ke daerah yang potensial airnya rendah
melalui selaput semipermiabel. Difusi ini akan berhenti setelah tercapai
keadaan setimbang dimana potensial air kedua larutan telah sama.
Bukan hanya melalui teori peristiwa osmosis dapat terjadi, tetapi juga
osmosis dapat terjadi atau berlangsung dalam aspek biologi seperti (Yazid, 2006) :
1. Osmosis pada sel tumbuhan
Sel-sel tumbuhan selain dibangun oleh dinding sel yang bersifat
permeabel juga dibangun oleh membrane sel dari lemak dan protein.
Membran sel ini tidak sekedar bersifat semipermiabel tetapi selektif
permeabel yaitu, molekul zat tertentu saja yang dapat menembus
sedangkan molekul zat tidak dapat menembuswalaupun berukuran lebih
kecil.
Pada tumbuhan,osmosis terjadi melalui bulu-bulu akar dan sel-sel
akar. Sel-sel bulu akar mempunyai konsentrasi lebih tinggi dibandingkan
larutan yang berada diluar sel (dalam tanah), sehingga air akan masuk ke
sel akar untuk kemudian di edarkan keseluruh bagian jaringan tanaman
sampai sel daun. Osmosis berlangsung dari sel ke sel berikutnya dengan
arah dan besar tekanan yang sesuai konsentrasinya. Larutan berkonsentrasi
tinggi (hipertonik), memiliki tekanan osmotic lebih tinggi. Begitu pula
larutan yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) memiliki tekanan osmotic
rendah. Jika dua larutan memilik i tekanan osmotik sama (konsentrasi
sama), maka dinamakan isotonik.
Apabila sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang hipertonok
terhadap isi sel, maka air akan keluar dari isi sel sehingga plasma akan
menyusut. Jika hal ini berlanggsung terus-menerus plasma akan terlepas
dari dinding sel. Peristiwa ini dinamakan plasmolisis. Bila sel yang telah
mengalami plasmolisa dimasukkan kedalam larutan hipotonik, maka air
akan masuk kembali kedalam sel sehingga menjadi mengembang.
Kecepatan osmosis dipengaruhi oleh beberapa factor seperti perbedaan
konsentrasi, suhu, tekanan, dan permeabilitas membrane.
2. Osmosis Pada Darah
Darah terdiri dari dua komponen pokok, yaitu plasma darah dan
sel-sel darah. Plasma darah termasuk dalam kesatuan ekstraselluer yang
mengandung berbagai zat anorganik dan organik seperti garam, gula, dan
protein. Dalam plasma juga terdapat sel-sel darah merah dan sel-sel darah
putih yang diselubungi membrane semipermeabel.
Salah satu fraksi protein paling besar dalam plasma adalah albumin
serum. Zat ini berperan dalam menjaga tekanan osmotikdarah. Dari hasil
percobaan di peroleh bahwa plasma mempunyai tekanan osmotic 7,65
ATM pada suhu 370C. Plasma biasanya isotonik atau sedikit hipotonik
dengan sel darah sehingga osmosis dapat terjadi.
B. Uraian Bahan
1. Dekstrosa (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 300)
Nama Resmi : DEXTROSUM
Nama Lain : Dextrosum, glukosa
RM/BM : C6H12O6/180,16
Pemerian :
Kelarutan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
2. NaCl (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 403)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk
granul putih, tidak berbau; rasa manis.
Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol.
Dekstrosa 3% sebagai larutan hipotonis dan dekstrosa
15% sebagai larutan hipertonis.
Nama Lain : Natrium klorida
RM/BM : NaCl/32,04
Pemerian :
Kelarutan :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Hemodialisis
Kegunaan : Sebagai larutan isotonis
C. Uraian Sampel
1. Kentang (www.plantamor.com)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk
hablur putih; rasa asin.
Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam
air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam
etanol.
D. Prosedur Kerja
1. Menghitung jumlah bahan pengisotonis yang digunakan (Anonim, 2014).
a. Hitunglah banyak dekstrosa yang digunakan agar isotonis dengan cairan
tubuh, jika akan dibuat larutan dekstrosa sebanyak 100 ml? (gunakan
ketiga metode perhitungan)
b. Tentukan tonisitas dari 100 ml larutan glukosa 30%!
c. Buat larutan dibawah ini:
- Larutan NaCl fisiologis
- Larutan dekstrosa isotonis
- Larutan Glukosa 30%
2. Pengamatan terhadap larutan yang isotonis, hipertonis, dan hipotonis
(Anonim, 2014).
a. Bersihkan kentang dari kulitnya. Potong kentang dengan ukuran 2x1 cm
sebanyak 3 potong. Usahakan beratnya sama.
b. Masukkan kentang ke dalam larutan NaCl fisiologis, larutan glukosa 30%
dan aquades. Biarkan selama 30 menit.
c. Keluarkan dari larutan kemudian letakkan diatas tissue, kemudian
timbang, lalu amati.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas kimia 100
ml, pinset, pisau, stopwatch, talenan, dan timbangan analitik.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah dekstrosa 3%,
dekstrosa 15%, kentang, dan NaCl 0,9%.
C. Cara Kerja
Pengamatan terhadap larutan yang isotonis, hipertonis, dan hipotonis:
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan kentang dari kulitnya, dan dipotong kentang dengan ukuran
2x1 cm sebanyak 3 potong dengan berat yang kira-kira sama.
3. Ditimbang kentang, dan dicatat.
4. Dimasukkan kentang kedalam larutan NaCl 0,9 %, dekstrosa 3 %, dan
dekstrosa 15 %. Dibiarkan selama 30 menit.
5. Dikeluarkan dari larutan, kemudian diletakkan diatas tissue, kemudian di
trimbang dan diamati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
Tabel menghitung bahan pengisotonis
Larutan (100 ml) Banyaknya zat (g)
NaCl 0,9% (1000 ml) 9 gram
Dekstrosa 3% (250 ml) 7,5 gram
Dekstrosa 15% (250 ml) 37,5 gram
Tabel pengamatan kentang terhadap larutan
Kelompok Berat kentang (gram)
Sebelum Sesudah
Isotonis Hipotonis Hipertonis Isotonis Hipotonis Hipertonis
1 2,069 1,872 1,935 2,046 1,936 1,672
2 1,968 1,862 1,952 1,831 1,879 1,557
3 1,341 1,180 1,412 1,429 1,233 1,149
4 0,499 0,653 0,696 0,464 0,683 0,506
5 2,206 2,427 2,452 2,177 2,475 2,027
Keadaan Tetap Mengembang Mengkerut Tetap Mengembang Mengkerut
2. Perhitungan
Menghitung bahan pengisotonis
NaCl 0,9% dalam 1000 ml
NaCl 0,9% =
0,9 gram100 ml
x 1000 ml=9 gram
Dekstrosa 3% dalam 250 ml
Dekstrosa 3% =
3 gram100 ml
x 250 ml=7,5 gram
Dekstrosa 15% dalam 250 ml
Dekstrosa 15% =
15 gram100 ml
x 250 ml=37,5 gram
B. Pembahasan
Salah satu sifat koligatif larutan adalah tekanan osmotik. Tekanan osmotik
adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesetimbangan osmotik
antara suatu larutan dan pelarut murninya yang dipisahkan oleh suatu membran
yang dapat ditembus hanya oleh pelarut tersebut. Osmosis adalah perpindahan
molekul air melalui selaput semipermiabel dari bagian yang berkonsentrasi rendah
ke bagian yang berkonsentrasi tinggi.
Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang
dipisahkan oleh membran semipermeabel. Membran semipermeabel adalah
selaput berpori yang hanya dapat dilewati partikel zat pelarut tetapi tidak dapat
dilewati partikel zat terlarut.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati proses osmotis, dimana
sampel yang akan digunakan adalah kentang yang akan diamati bagaimana proses
osmotisnya pada larutan hipertonis (dekstrosa 15%), hipotonis (dekstrosa 3%),
dan isotonis (NaCl 0,9%).
Dalam praktikum ini, kentang yang merupakan sampel dibersihkan dan
dipotong terlebih dahulu dengan ukuran 2x1 cm menjadi 3 bagian yang memiliki
berat yang hampir sama. Kentang dijadikan sampel dalam praktikum ini karena
kentang dapat menyerap cairan dengan baik dan dapat diamati dengan mudah
proses osmosis yang terjadi.
Setelah dibersihkan, kentang ditimbang dan dimasukkan pada larutan
hipertonis (dekstrosa 15%), hipotonis (dekstrosa 3%), dan isotonis (NaCl 0,9%)
kemudian didiamkan selama 30 menit. Setelah itu, kentang dikeluakan dari
larutan dan ditimbang kembali.
Pada kentang pertama yang dimasukkan pada larutan hipertonis (dekstrosa
15%), kentang mengalami penurunan berat. Berat kentang sebelum dimasukkan
ke dalam larutan hipertonis adalah 1,952 g dan setelah dimasukkan ke dalam
larutan hipertonis adalah 1,557 g. Selain itu, kentang juga menjadi lunak dan
mengkerut. Hal ini terjadi karena larutan dekstrosa 15% memiliki konsentrasi
lebih tinggi dari pada sel kentang. Sehingga kentang mengeluarkan cairan dari
dalam selnya untuk menyeimbangkan dirinya. Peristiwa ini dinamakan hipertonis.
Pada kentang kedua yang dimasukkan pada larutan hipotonis (dekstrosa
3%), kentang mengalami kenaikan berat. Berat kentang sebelum dimasukkan ke
dalam larutan hipotonis adalah 1,862 g dan setelah dimasukkan ke dalam larutan
hipotonis adalah 1,879 g. Selain itu, kentang juga menjadi keras dan
mengembang. Hal ini terjadi karena larutan dekstrosa 3% memiliki konsentrasi
lebih rendah dari pada sel kentang. Sehingga sel kentang menyerap larutan
dekstrosa 3% untuk menyeimbangkan dirinya. Peristiwa ini dinamakan hipotonis.
Kentang yang dicelupkan pada larutan isotonis (NaCl 0,9 %) mengalami
penurunan berat namun tidak secara signifikan , berat kentang sebelum
dimasukkan adalah 1,968 g setelah di celupkan pada Nacl bobot kentang sedikit
berkurang namun hanya sedikit saja yaitu 1,831 g, keadaan kentang setelah
direndam dengan larutan NaCl 0,9% tidak mengalami perubahan bentuk, hal
tersebut terjadi karena konsentrasi cairan di luar dan di dalam sel kentang sama
sehingga cairan yang ada di dalam kentang tidak perlu menyeimbangkan diri
dengan keadaan di luar, hal ini disebut dengan isotonis.
Dalam bidang farmasi suatu larutan harus besifat isotonis karena larutan –
larutan farmasi yang diperuntukan bagi membran – membran tubuh sensitif
harus mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan tubuh. Dimana berdasarkan
hal tersebut larutan yang isotonis tidak akan menyebabkan suatu jaringan
membengkak atau berkonstraksi bila mereka berkontak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
Kelompok 1 :
Kentang sebelum direndam dalam larutan
Isotonis : 2,069
Hipotonis : 1,872
Hipertonis : 1,935
Kentang setelah direndam dalam larutan
Isotonis : 2,046
Hipotonis : 1,936
Hipertonis : 1,672
Kelompok 2 :
Kentang sebelum direndam dalam larutan
Isotonis : 1,968
Hipotonis : 1,862
Hipertonis : 1,952
Kentang setelah direndam dalam larutan
Isotonis : 1,831
Hipotonis : 1,879
Hipertonis : 1,557
Kelompok 3 :
Kentang sebelum direndam dalam larutan
Isotonis : 1,341
Hipotonis : 1,180
Hipertonis : 1,412
Kentang setelah direndam dalam larutan
Isotonis : 1,429
Hipotonis : 1,233
Hipertonis : 1,1495
Kelompok 4 :
Kentang sebelum direndam dalam larutan
Isotonis : 0,499
Hipotonis : 0,653
Hipertonis : 0,696
Kentang setelah direndam dalam larutan
Isotonis : 0,464
Hipotonis : 0,683
Hipertonis : 0,506
Kelompok 5 :
Kentang sebelum direndam dalam larutan
Isotonis : 2,206
Hipotonis : 2,427
Hipertonis : 2,452
Kentang setelah direndam dalam larutan
Isotonis : 2,177
Hipotonis : 2,475
Hipertonis : 2,027
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan agar serius dalam melakukan praktikum
sehingga kesalahan-kesalahan dalam pengambilan data dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1. Universitas Muslim Indonesia: Makassar.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Ditjen POM. l979. Farmakope Indonesia, Edisi III.Depkes RI:Jakarta.
Gennaro A, 1990. Remington Pharmaceutical Sciens Edisi 18th. Edition mark publishing company. USA.
Gibson, M., 2004. Pharmaceutical Preformulation And Formulation. CRC Press. USA.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=1397 (diakses tanggal 11 April 2014, pukul 23.43 WITA)
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika, jilid I Edisi III. UI-Press: Jakarta.
Williams, L.D., 2003, Chemistry Demystified , McGraw Hill, New York
Yazid, Estian. 2006. Kimia Fisika Untuk Paramedis.Penerbit Andi : Yogyakarta
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
Bersihkan kentang dari kulitnya
Potong kentang dengan ukuran ± 2x1 cm sebanyak 3 potong
Masukkan dalam larutan NaCl 0,9%, dextrosa 15% dan dextrosa 3%
Biarkan selama 30 menit
Keluarkan dan letakkan di atas tissue
Ditimbang
Diamati
B. Gambar