lapsus pendek citra

Upload: maheer-joefrie

Post on 05-Oct-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lapsus mata

TRANSCRIPT

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Laporan Kasus PendekKONJUNGTIVITIS VERNAL

Oleh :

Citra Arifina2051210025Pembimbing:

dr. Chairunnisa Ferdiana, Sp.MLAB ILMU KESEHATAN MATA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANGBAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum.(1)Konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis musiman atau konjungtivits musim kemarau, adalah penyakit bilateral yang jarang yang disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penyakit ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal ini karena penyakit ini sering kambuh dan menyerang anak-anak, dengan demikian, memerlukan pengobatan jangka panjang dengan obat yang aman.(2,3)Allergen sulit dilacak, namun pasien konjuntivitis vernalis kadang-kadang menampakan manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas tepung sari rumput. Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada daerah dingin.(2)Konjungtivitis alergi dijumpai paling sering di daerah dengan alergen musiman yang tinggi. Keratokonjungtivitis vernal paling sering di daerah tropis dan panas seperti daerah mediteranian, Timur Tengah, dan Afrika. Keratokonjungtivitis vernal lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan, terutamanya usia muda (4-20 tahun). Biasanya onset pada dekade pertama dan menetap selama 2 dekade. Gejala paling jelas dijumpai sebelum onset pubertas dan kemudian berkurang. Keratokonjungtivitis atopik umumnya lebih banyak pada dewasa muda.4I.2RUMUSAN MASALAH

I.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan konjungtivitis vernal ?

I.3TUJUAN

I.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan konjungtivitis vernal.

I.4MANFAAT

I.4.1Menambah wawasan mengenai penyakit mata khususnya konjungtivitis vernal.

I.4.2Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata

BAB IISTATUS PASIEN

2.1 Identitas PasienNama: An. FUsia: 8 tahun

Jenis kelamin: Laki-lakiAlamat: Wonosari Pendidikan: SDPekerjaan: PelajarStatus Perkawinan: -Suku : JawaNomer RM: 296926Tanggal periksa: 6 Juli 20122.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama: Kedua mata gatal2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Kanjuruhan dengan keluhan mata kanan dan kiri gatal sejak kurang lebih 1 tahun ini, sering kambuh-kambuhan. Jika kambuh mata terasa gatal dan merah, pasien sering mengucek matanya, pasien juga mengatakan mata gatal bertambah parah ketika malam menjelang tidur, dan mata kedua mata terasa ada yang mengganjal, sering mengeluarkan air mata (brebes), namun tidak keluar kotoran maupun terasa lengket. Orang tua pasien juga mengatakan kalau anaknya juga alergi tehadap makanan (ayam, ikan dan telur) , sering mengeluh gatal-gatal pada badan dan juga pada matanya , Selain itu pasien juga mengeluh silau jika terkena sinar matahari. 3. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah menderita penyakit yang sama seperti ini sebelumnya4. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama dengan pasien.5. Riwayat Pengobatan : Selama sakit pasien sempat berobat ke mantri dan diberi obat tetes namun pasien lupa nama obatnya, dan pasien juga menggunakn tetes mata visine, namun sakit yang dirasakan tidak membaik.6. Riwayat Kebiasaan Pasien sering mengkucek-kucek matanya bila terasa gatal. Pasien sering bermain diluar rumah

7. Riwayat Alergi: Alergi makanan (+) Pasien alergi ikan laut, ayam dan telur.2.3 Pemeriksaan1. KesadaranCompos mentis (GCS 456)2. Tanda Vital

Tensi

: (Tidak dilakukan)Nadi

: (Tidak dilakukan)Pernafasan : (Tidak dilakukan)Suhu

: (Tidak dilakukan)2.4 STATUS OFTALMOLOGIS

2.5 DIAGNOSIS

1. Diagnosis Banding : - Konjungtivitis atopik

Konjungtivitis virus2. Diagnosis Kerja : Konjungtivitis vernal2.6 PENATALAKSANAAN

1. Planning Diagnosis : - Pemeriksaan visus- Slit lamp2. Planning Theraphy : - Non medikamentosa ( KIE pasien

Kompres dingin pada daerah mata

Hindari mengucek/ menggosok mata yang gatal

Hindari / kurangi berada diluar ruangan - medikamentosa ODS Tobroson ED 6 dd gtt I ODS C Vernacel ED 6 dd gtt I3 PROGNOSISAd Vitam

: dubia ad bonamAd Functionam : dubia ad bonamAd Sanactionam : dubia ad bonamBAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat kebelakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:

1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posteriordari palpebra).2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaananterior bola mata).3. forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata).Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbarterdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.

Gambar 1. Anatomi konjungtiva3.2 Definisi Konjungtivitis vernalkonjungtivitis vernal adalah inflamasi konjungtiva akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang rekuren, bilateral, interstitial dan self-limiting. Pada Keratokonjungtivitis vernal terjadi perubahan-perubahan akibat dari reaksi alergi. Epitel konjungtiva mengalami hiperplasia dan membuat proyeksi ke dalam jaringan subepitel. Pada lapisan adenoid terdapat infiltrasi oleh eosinophil, sel plasma, limfosit dan histiosit. Juga ditemukan proliferasi lapisan fibrous yang kemudian terjadi perubahan hialin. Selain itu, terdapat juga proliferasi pembuluh darah konjungtiva, peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi. Semua perubahan ini menyebabkan terbentuknya banyak papil pada konjungtiva tarsalis superior.23.3 KlasifikasiTerdapat dua bentuk utama konjngtivitis vernalis (yang dapat berjalan bersamaan), yaitu :

1. Bentuk palpebra ( terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekret yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan kelainan kornea lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan besegi banyak dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler di tengahnya.

2. Bentuk Limbal ( hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenarasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.(1)3.4 EtiologiKonjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.(4)3.5 Patofisiologi Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea. Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cells limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin berkaitan dengan konjungtivalisasi pada penderita keratokonjungtivitis dan di kemudian hari berisiko timbulnya pterigium pada usia muda. Di samping itu, juga terdapat kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami degenerasi.(3) 3.6 Gejala KlinisKonjungtivitis vernal ditandai dengan sensasi panas dan gatal pada mata terutama apabila pasien berada di daerah yang panas. Gejala lain termasuk fotofobia ringan, lakrimasi, sekret kental dapat ditarik seperti benang dan kelopak mata terasa berat.3,5Pada tipe palpebral, terdapat papil-papil besar/raksasa yg tersusun sepertt batu bata (cobble stones appearance). Cobble stones menonjol, tebal dan kasar karena serbukan limfosit, plasma, eosinofil dan akumulasi kolagen & fibrosa. Hal ini dapat menggesek kornea sehingga timbul ulkus kornea.3,5

Gambar 2. konjungtivitis vernalis tipe palpebral.(5)Pada tipe bulbar/limbal terlihat penebalan sekeliling limbus karena massa putih keabuan. Kadang-kadang ada bintik-bintik putih (Horner-Trantas dots), yang terdiri dari sebukan sel limfosit, eosinofil, sel plasma, basofil serta proliferasi jaringan kolagen dan fibrosa yang semakin bertambah.3,5

Gambar 3. konjungtivitis vernalis tipe limbal.(5)Mungkin terdapat kotoran mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Bintik-bintik Tranta adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis selama fase aktif dari penyakit ini.

Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada konjungtiva kecuali jika pasien telah menjalani krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang dapat merusak konjungtiva. (2)3.7 DiagnosaDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.(4)Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula-granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas.(3)3.8 PenatalaksanaanKarena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang.(2)Pilihan pengobatan konjungtivitis vernal berdasarkan luasnya symptom yang muncul dan durasinya, antara lain :1. Tindakan Umum

Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa tindakan tersebut antara lain:

-Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak.

-Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;

-Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari.-Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi allergen;

-Kompres dingin di daerah mata;

-Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen;

-Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut sebagai climato-therapy.

2.

Terapi topikal

-Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.

Steroid topical, penggunaannya efektif pada konjungtivitis vernal, tetapi harus hati-hati karena dapat menyebabkan glaucoma. Pemberian steroid dimulai dengan pemakaian sering (setiap 4 jam) selama 2 hari dan dilanjutkan dengan terapi maintainance 3-4 kali sehari selama 2 minggu. Steroid yang sering dipakai adalah fluorometholon, medrysone, betamethasone, dan dexamethasone. Fluorometholon dan medrysone adalah paling aman antara semua steroid tersebut.

Mast cell stabilizer seperti sodium cromoglycate 2%

Antihistamin topical

Acetyl cysteine 0,5%

Siklosporin topical 1%

3.

Terapi Sistemik

-Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 23 tablet 4 kali sehari selama 12 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah gunakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin.

-Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.4.

Tindakan Bedah

-Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi. (3,6)BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa ODS kunjungtivitis vernal tipe limbal dan penatalaksanaannya adalah dengan pemberian obat tetes mata dan menghindari faktor pencetus.

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.

Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret mukus yang kental dan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang spesifik adalah Trantas dots dan coble stone. Terdapat dua bentuk dari konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebra dan bentuk limbal.Konjungtivitis vernalis pada umumnya tidak mengancam penglihatan, namun dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Penatalaksanaan non medikamentosa dan medikamentosa, memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil sistein, antihistamin, NSAID, steroid, stabilisator sel mast, dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan. 4.2 Saran Pemberian KIE kepada pasien dan keluarga pasien mengenai konjungtivitis vernal dan penanganannya, disarankan kompres dingin di daerah mata, menghindari menggosok-gosok mata dan hindari berada diluar rungan terlalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S., 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 133-134. 2. Garcia-Ferrer FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Konjungtiva. Dalam: Whitcher JP, Riordan-Eva P, editors. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC; 2007. h 97-124.3. Wahid, Dian Ibnu. Konjungtivitis Vernalis.: (Diakses 31 juli 2012)4. Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. Available on: http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.html .(Diakses 07 Agustus 2012)5. American Academy of Ophtalmology. Clinical approach to immune-related disorders of the ecxternal eye in External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 2008. h205-41.6. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Awailable on: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 07 Agustus 2012)7. Optometry. Vernal Keratoconjunctivitis. Available on: http://www.optometry.co.uk/articles/docs/0cd52f986c6c4d460c454802aa7cc5b3_schmid20010223.pdf. (Diakses 07 Agustus 2012)8. Staf Ilmu Penyakit Mata FK UGM, Keratokonjungtivitis Vernalis dalam http://www.tempo.com.id/medika/042002.htm9. Al-Ghozie, M., Handbook of Ophthalmology : A Guide to Medical Examination, FK UMY, Yogyakarta, 2002OD

OS

AV

Tanpa Koreksi

Dengan Koreksi

TIO

Kedudukan

Pergerakan

Palpebra

Konjungtiva

Kornea

Bilik Mata Depan

Iris/Pupil

Lensa

Vitreus

Retina

5/6

-

N/Palpasi

Orthophoria

Normal

Edema (-), hiperemi (-), benjolan (-), ptosis(-), entropion (-), ektropion (-), sikatrik(-), spasme(-), lagoftalmus(-), pseudoptosis(+), xantelasma(-)

Bleeding(-), injeksi(+), hiperemi(+) secret (-), pterigium (-), simblefaron(-)

Jernih(+), abrasi(-), sikatrik(-), keratik presipitat(-), infiltrate(-), ulkus(-), arkus senilis(-)

Kedalaman(N),hifema(-),hipopion(-),flare(-)

Nodul(-),pigment(-),sinekia(-),atrofi(-) / isokor, reflek pupil langsung

Jernih, dislokasi lensa (-), afakia (-), pseudoafakia(-)

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

5/6,6

-

N/Palpasi

Orthophoria

Normal

Edema(-), hiperemi(-), benjolan (-),ptosis(-), entropion(+),ektropion(-),sikatrik(-), spasme(-), lagoftalmus(-), pseudoptosis(+), xantelasma(-)

Bleeding(-),injeksi(+), hiperemi(+), secret (-), pterigium (-), simblefaron(-)

Jernih(+), abrasi(-), sikatrik(-), keratik presipitat(-), infiltrate(-), ulkus(-), arkus senilis(-)

Kedalaman(N),hifema(-),hipopion(-),flare(-)

Nodul(-),pigment(-),sinekia(-),atrofi(-) / isokor, reflek pupil langsung

Jernih, dislokasi lensa (-), afakia (-), pseudoafakia(-)

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

PAGE 12