lbp baru

66
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Low Back Pain (nyeri pinggang belakang) sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70 – 85 % dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15 – 45 %, dengan point prevalensi rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia < 45 tahun, urutan ke – 2 untuk penyebab paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke – 5 penyebab perawatan di rumah sakit, dan penyebab paling sering untuk tindakan operasi. 1 Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang, hal ini menunjukan seringnya gejala ini dijumpai pada sebagian besar penderita. Sakit pinggang merupakan keluhan banyak penderita yang berkunjung ke dokter. Yang dimaksud dengan istilah sakit pinggang bawah ialah nyeri, pegal linu, ngilu, atau tidak enak didaerah lumbal berikut sacrum. Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah Low Back Pain (LBP). 1 Penyebab LBP bermacam-macam dan multifaktorial; banyak yang ringan, namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Mengingat tingginya angka kejadian LBP, maka tidaklah bijaksana untuk melakukan pemeriksaan laboratorium yang mendalam secara rutin pada tiap penderita. Hal ini akan memakan waktu yang lama, dengan Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 1

Upload: nur-diana-el-yusufi

Post on 02-Feb-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lm.mm;

TRANSCRIPT

Page 1: LBP BARU

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Low Back Pain (nyeri pinggang belakang) sering dijumpai dalam praktek sehari-hari,

terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70 – 85 % dari seluruh populasi pernah

mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15 – 45 %,

dengan point prevalensi rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab

paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia < 45 tahun, urutan ke – 2

untuk penyebab paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke – 5 penyebab perawatan di

rumah sakit, dan penyebab paling sering untuk tindakan operasi.1

Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang, hal ini menunjukan

seringnya gejala ini dijumpai pada sebagian besar  penderita. Sakit pinggang merupakan

keluhan banyak penderita yang berkunjung ke dokter. Yang dimaksud dengan istilah sakit

pinggang bawah ialah nyeri, pegal linu, ngilu, atau tidak enak didaerah lumbal berikut

sacrum. Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah Low Back Pain (LBP).1

Penyebab LBP bermacam-macam dan multifaktorial; banyak yang ringan, namun ada

juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Mengingat tingginya

angka kejadian LBP, maka tidaklah bijaksana untuk melakukan pemeriksaan laboratorium

yang mendalam secara rutin pada tiap penderita. Hal ini akan memakan waktu yang lama,

dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama dan dibantu oleh

pemeriksaan laboratorium yang terarah, maka penyebab LBP dapat ditegakan pada sebagian

terbesar penderita.1

Untuk lebih mendalami tentang low back pain, sejenak perlu diketahui dahulu fungsi

dari tulang belakang. Tulang belakang merupakan daerah penyokong terbanyak dalam

fungsi tubuh. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yang merupakan satu kesatuan fungsi dan

bekerja bersama-sama melakukan tugas-tugas seperti: memperhatikan posisi tegak tubuh,

menyangga berat badan, fungsi pergerakan tubuh, pelindung jaringan tubuh.

Pada saat berdiri, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyangga berat badan,

sedangkan pada saat jongkok atau memutar, tulang belakang memiliki fungsi sebagai

penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang belakang

inilah yang seringkali menyebabkan masalah.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 1

Page 2: LBP BARU

Sebagian besar penderita Low Back Pain mengalami hernia nucleus pulposus (HNP)

dimana terjadi penekanan saraf spinal pada foramen intervertebrale sehingga menimbulkan

rasa nyeri segmental serta kelumpuhan partial dari otot yang diurus segmen tersebut.4

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 2

Page 3: LBP BARU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI & FISIOLOGI

Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah, diantara ruas-

ruas tersebut dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram sehingga tulang

belakang dapat tegak dan membungkuk, disebelah depan dan belakangnya terdapat

kumpulan serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang. Tulang

belakang terdiri dari 30 tulang yang terdiri atas :

Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil, rendah dan

berbentuk segi empat dengan lubang ruasnya besar. Foramen vertebra berbentuk

segitiga dan besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang saraf yang disebut foramen

transversalis yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis. Pada ujung prosesus

tansversus terdapat 2 buah tonjolan yaitu tuberculum anterius dan tuberculum

posterius yang dipisahkan oleh suatu alur yaitu sulcus spinalis tempat berjalannya

nervus spinalis. Prosesus spinosusnya pendek dan bercabang dua. Ruas pertama

disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua disebut

prosesus odontoit (aksis) yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan

kekanan.

Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya

panjang dan melengkung. Facies articularis superior menghadap ke belakang dan

lateral dan facies articularis inferior menghadap ke depan dan medial.

Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar dan kuat, bersifat

pasif. Prosesus spinosusnya besar dan pendek. Facies prosesus artikularis superior

menghadap ke medial dan facies articularis inferiornya menghadap ke lateral.

Bagian ruas kelima agak menonjol disebut promontorium.

Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas, ruas-ruasnya menjadi satu sehingga berbentuk

baji, yang cekung di anterior. Batas inferior yang sempit berartikulasi dengan

kedua os coxae, membentuk artikulatio sacroiliaca.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 3

Page 4: LBP BARU

Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan membentuk sebuah

tulang segitiga kecil, yang berartikulasi pada basisnya pada ujung bawah sacrum.

Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan sacrum.

Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :

Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada di

antaranya.

Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas

lamina, pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis,

ligamentum-ligamentum supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum,

serta kapsul sendi.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 4

Page 5: LBP BARU

Korpus

Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang mempunyai

beberapa facies (dataran) yaitu : facies anterior berbentuk konvek dari arah

samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Facies superior berbentuk konkaf

pada lumbal 4-5.

Arcus

Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada korpus menuju

dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada tonjolan ke arah lateral

yang disebut procesus spinosus.

Foramen vertebra

Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus bila dilihat

dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk suatu saluran yang

disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh medula spinalis.

Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan stabilisasi

aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :

ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus dan

anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi.

Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada bagian

posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini berfungsi untuk

mengontrol gerakan fleksi.

ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi

melindungi medulla spinalis dari posterior.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 5

Page 6: LBP BARU

ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi

mengontrol gerakan fleksi.5,6

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena

adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Bila dilihat

dari samping, pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah

servikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan vertebra maupun masing-masing tulang

vertebra berikut diskus intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur yang

elastis, melainkan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan

gerakan bergesek antar korpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada

vertebra servikal adalah yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerakan yang

sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuk toraks, sedangkan vertebra

lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke

bawah lingkup geraknya makin kecil.7,8

Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra

yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi

sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan

korpus vertebra yang berdekatan.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 6

Page 7: LBP BARU

Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis

terdapat discus intervertebralis. Discus-discus ini membentuk sendi fobrokartilago

yang lentur antara dua vertebra. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan

dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis. Discus intervertebralis

menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal sampai lumbal atau

sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut (shock

absorber). Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:

Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang

konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan

menyerupai gulungan per (coiled spring)

Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus

Daerah transisi.

Nucleus pulposus

Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus

ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel

tulang rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan

pembuluh-pembuluh kapiler.

Vertebral endplate

Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra, membentuk batas

atas dan bawah dari diskus.

Diskus intervertabralis berfungsi secara hidrodinamik. Tekanan pada nucleus

disebarkan ke semua arah, hal inilah yang menjaga tetap terpisahnya vertebral end

plates. Serabut-serabut annulus fibrosus mempunyai kemampuan cukup untuk

bergerak fleksi dan ekstensi sehingga memungkinkan perubahan bentuk dari nukleus

pulposus. Fleksibilitas dari annulus fibrosus dimungkinkan oleh karena adanya (1)

kelenturan, (2) kemampuan memanjang dan (3) adanya lubrikasi atau pelumasan dari

lembaran-lemabaran annulus.9

Nucleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan

(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai

sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan

menahan tekanan atau beban.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 7

Page 8: LBP BARU

Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nukleus pulposus

adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri adalah :

Ligamentum longitudinal anterior

Ligamentum longitudinal posterior

Corpus vertebrae dan periosteumnya

Ligamentum supraspinosum

Fasia dan otot

Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical yang

terbentang dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital

magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri

dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :

8 pasang saraf servical.

15 pasang saraf thorakal.

5 pasang saraf lumbal.

5 pasang saraf sacral.

1 pasang saraf cogsigeal.

Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu

substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi

kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan

kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia

alba mengandung saraf myelin (akson).

Sumsum tulang belakang berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa

saraf yang menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh.

Semakin tinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang

diakibatkan. Misal, jika kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat

berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh pada

kedua sisi mulai dari leher ke bawah dan tidak terdapat sensasi di bawah leher.

Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral mengakibatkan sedikit kehilangan

fungsi.8

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 8

Page 9: LBP BARU

II.2 DEFINISI

Low back pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat

menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa

diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu daerah lumbal atau

lumbo-sakral dan serng disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.2

Nyeri punggung bawah termasuk salah satu gangguan muskuloskeletal yang

diaktibatkan aktifitas tubuh yang kurang baik.2

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 9

Page 10: LBP BARU

Nyeri punggung bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri , yaitu :

a. Nyeri punggung lokal

Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri

ini berasal dari bagian seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertevra,

sendi, dan ligamen

b. Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti dengan parestesis dan dirasakan pada dermatom

yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang dapat disertai hilangnya

perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses

desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis

c. Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada

dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat

dirasakan lebih superficial

d. Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau dalam

ruangan panggul dapat dirasakan didaerah pinggang

e. Nyeri daerah iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha.

Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri

iliaka komunis

f. Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajardan tidak sesuai dengan distribusi syaraf dan

dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.6

II.3 EPIDEMIOLOGI

Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada

semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang dapat dilihat

dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri pinggang menjadi

penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering kedua kunjungan

kedokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan pembedahan.

Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri pinggang

menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi.6

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 10

Page 11: LBP BARU

Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara keseluruhan,

LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49 %). Pada negara maju

prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80 %. Pada buruh di Amerika,

kelelahan LBP meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-1981.6

II.4 FAKTOR RESIKO

Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis,

merokok sigaret, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-

ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor

psikososial. Pada laki-laki resiko nyeri pinggang meningkat sampai usia 50 tahun

kemudian menurun, tetapi pada wanita tetap terus meningkat. Peningkatan insiden

pada wanita lebih 50 tahun kemungkinan berkaitan dengan osteoporosis.

II.5 ETIOLOGI

2.5.1. Organ yang mendasari

Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi

beberapa jenis, yaitu : 15,16

a) LBP Viserogenik

Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah pelvis,

serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat dengan

aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik

yang mengalami neri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri,

sedang penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam

posisi tertentu untuk menghilangkan nyerinya.

b) LBP vaskulogenik

Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung

atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat

menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan

mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan

iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya:

membungkuk, mengangkat benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 11

Page 12: LBP BARU

sepanjang kolumna vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai

iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.

c) LBP neurogenik

o Neoplasma:

Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sesibilitas

dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur

sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila

penderita berjalan.

o Araknoiditis:

Pada keadaan ini terjadi perlengketan – perlengketan. Nyeri timbul

bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut

o Stenosis kanalis spinalis:

Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus

intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis

timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan

nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.

d) LBP spondilogenik

o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis

yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di

artikulatio sacroiliaka.

e) LBP psikogenik

o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau

campuran keduanya.

f) LBP osteogenik

o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis

tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun

spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang

timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu

sisi, metabolik misalnya osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria,

hipofosfatemia familial.

g) LBP diskogenik

o Spondilosis

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 12

Page 13: LBP BARU

Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, sehingga

jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit,

penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi

persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya

osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang

mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena

gangguan pada radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik

(paresis, fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila

tekanan LCS dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan

(percobaan valsava) atau dengan menekan kedua venajugularis

(percobaan Naffziger).

o Hernia nucleus pulposus (HNP):

Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian

menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.

Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada

umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya

mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih banyak

dialami oleh laki – laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul

yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar

lesi dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme

otot – otot tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya

lordosis lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan

paraparesis flaksid, parestesia dan retensi urin. HNP lateral

kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5. pada HNP lateral L5-S1

rasa nyeri terdapat dipunggung bawah, ditengah – tengah antara kedua

bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi

jari V kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP

lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung

bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di

dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks

patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks

yang terkena, menurun. Pada tes lasegue akan dirasakan nyeri di

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 13

Page 14: LBP BARU

sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan

memberikan hasil positif.

o Spondilitis ankilosa:

Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas,

ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku dipunggung bawah

waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto

roentgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas – ruas bamboo

sehingga disebut bamboo spine.

h) LBP miogenik

o Ketegangan otot

sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang sama akan

memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa

nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang

berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap tulang, serta regangan

pada kapsula.

o Spasme otot atau kejang otot

Disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana jaringan otot

sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang

pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai

dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri

sekaligus menambah kontraksi.

o Defisiensi otot

Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang

berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi.

o Otot yang hipersensitif

Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan menimbulkan

rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.

2.5.2. Berdasarkan mekanisme patologiknya dapat dibedakan menjadi:

a) Trauma10,17,18

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain. Pada

orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas

dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 14

Page 15: LBP BARU

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan

kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan

terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot

cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun

pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak

mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Menurut Soeharso (1978), secara

patologis anatomis, pada Low Back Pain yang disebabkan karena trauma, dapat

ditemukan beberapa keadaan, seperti:

o Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca

Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada

os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan

saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan

pergerakan kaki pada hip joint terbatas.

o Perubahan pada sendi Lumba Sacral

Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum,

dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat

menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan

dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

b) Infeksi10

Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh

bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis

ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta

kelemahan.

Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis

rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.

Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa

atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra

dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan

menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan (stiffness) dan kelainan ini bersifat

progresif.

c) Neoplasma10

Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat

mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 15

Page 16: LBP BARU

tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada

tumor ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma

osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor

ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra.

Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat

menyebabkan nyeri pinggang. Meningioma adalah tumor intradural dan

ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan

gejala yang besar seperti kelumpuhan.

d) Low Back Pain karena Perubahan Jaringan10,18

Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada

tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada

daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan

anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang

disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:

o Osteoartritis (Spondylosis Deformans)

Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga

menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada

otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang

vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti

saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga

ke pinggang.

o Penyakit Fibrositis

Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai

dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri

memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.

e) Kongenital17

Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang

penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah

adalah :

o Spondilolisis dan spondilolistesis

Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae  

( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri.

Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 16

Page 17: LBP BARU

depan. Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam

kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif )

sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri

pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan

bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.

Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul

nyeri radikuler.

o Spina Bifida

Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit

yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada

tersembunyi suatu spina bifida okulta.

Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di

daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu

tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum. Keadaan ini akan

menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita dirasakan

sebagai nyeri pinggang.

o Stenosis kanalis vertebralis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah

ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita

berumur 35 tahun. Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si

penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti

jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita

lantas jalan sambil membungkuk.

o Spondylosis lumbal

Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus

intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.

o Spondylitis

Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini

merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama

mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai

akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang

belakang.

f) Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat17,18

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 17

Page 18: LBP BARU

Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat

mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi

pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum

dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk

dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya. Kehamilan dan

obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat

pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang

belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.

II.6 PATOFISIOLOGI

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus

menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut

sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah

factor dan intensitas yang dirasakan berbeda diantara tiap individu. Reseptor nyeri

(nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus

yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia,

mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat

memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system

assenden harus diaktifkan. 7

Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi

yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang

bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan.

Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan

iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan

terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi

primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan

dua kemungkinan.

Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya

nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan

sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya

karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada

kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 18

Page 19: LBP BARU

dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang

sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar

pemeriksaan Laseque.7

II.7 FAKTOR RISIKO

Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :

2.7.1 Usia

Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada umur

berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10

tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag

lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan

pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade

kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga

umur sekitar 55 tahun.

2.7.2. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang

sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat

mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini

lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses

menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan

hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

2.7.3. Faktor Indeks Massa Tubuh

Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang

lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga

dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

Tinggi Badan

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 19

Page 20: LBP BARU

Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban

anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.

2.7.4. Pekerjaan

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat,

sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta

penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar

yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat

lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.

2.7.5. Aktivitas atau Olahraga

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak

disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan

seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah

dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa

duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang

mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis.

Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka.

Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur

yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya

lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk

mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat

setelah jongkok terlebih dahulu.

2.7.6. Faktor Risiko Lain

kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis

degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang

berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam

waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran,

mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan

kehamilan.

Merokok dikatakan dapat meningkatkan resiko terjadinya nyeri pinggang bawah pada

usia muda dengan odds ratio 2,4 95% CI 1,3-6,0.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 20

Page 21: LBP BARU

II.8 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis LBP berbeda-beda tergantung etiologinya masing-masing.

Seperti beberapa contoh berikut :7

a. LBP Akibat Sikap yang Salah

Sering dirasakan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan tidak

enak namun lokasi tidak jelas. Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot

parasternal agak spastik di daerah lumbal, namun motalitas tulang belakang

bagian lumbal masih sempurna, walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat

menimbulkan perasaan tidak enak. Lordosis yang menonjol. Tidak ditemukan

gangguan sensitibilitas, motorik, dan reflek pada tendon. Foto rontgen

lumbosakaral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.

b. Herniasi Diskus Lumbal

Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak

enak, sering intermitten walau kadang onsetnya mendadak dan berat.diperberat

oleh aktivitas serta mengedan, batuk, dan bersin. Menghilang bila berbaring pada

sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit sering difleksikan. Sering

terdapat spasme refleks otot-otot para vertebra yang menyebabkan nyeri sehingga

membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh. Setelah periode tertentu

timbul skiatik atau iskialgia.

c. LBP pada Spondilosis

Spondilo berasal dari bahasa yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis

lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi belakang dengan cirri khas

bertambahnya degenerasi diskus intervertebralis yang diikuti perubahan pada

tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang

(osteofit) yang terutama di aspek anterior, lateral dan kadang-kadang posterior

dari tepi superior dan inferior vertebra sentralis (corpus).3

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa spondilosis terjadi karena adanya proses

degenerative. Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko spondilosis

lumbalis adalah :3

1. Kebiasaan postur yang buruk stres

2. Stress mekanik akibat gerakan mengangka, membawa atau memindahkan

barang

3. Herediter

- Patofisiologi3

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 21

Page 22: LBP BARU

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:

a.    Annulus fibrosus  menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan

muncul retak pada berbagai sisi.

b.   Nucleus pulposus kehilangan cairan

c.    Tinggi diskus berkurang

d.   Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan

dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.

Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya

lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang

menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi

dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya crush

fracture.

Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama

pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter

dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan ini

menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis.

Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan

pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-

sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan

mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.

- Manifestasi klinis

Yang muncul berupa neurogenik claudication yang mencakup nyeri pinggang,

nyeri tungkai serta rasa kebas dan kelemahan motorik pada ekstrimitas bawah

yang dapat diperburuk saat berdiri dan berjalan dan diperingan saat duduk atau

tidur telentang. Karakteristik dari spondiloss lumbal adalah nyeri dan kekakuan

gerak pada pagi hari.10

Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protusi diskus,

walau biasanya kurang menonjol pada spondilisis. Dapat muncul distesia tanpa

nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena. Dapat disertai kelumpuhan otot

dan gangguan refleks. Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari

korpus vertebra yang menekan medulla spinalis. Kauda ekuina dapat terkena

kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal lumbal.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 22

Page 23: LBP BARU

d. LBP pada Spondilolistesis

Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke

depan.

Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri

radikuler.

e. LBP pada Spondilitis Tuberkulosa

Terdapat gejala klasik Tuberkulosa seperti penurunan berat badan, keringat

malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol. Pada lokasi

infeksi sering ditemukan nyeri vertebra atau lokal dan menghilang bila istirahat.

Gejala dan tanda kompresi radiks atau medulla spinalis terjadi pada 20% kasus

(akibat abses dingin). Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps

vertebra dan kifosis). Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut,

diikuti paraparesis yang lambat laun makin memberat, spasitas, klonus,

hiperefleksia dan refleks Babinski bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri

ketok tulang vertebra. Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis

yang muncul terutama gangguan motorik.

f. LBP Pada Spondilitis Ankilopoetika

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 23

Page 24: LBP BARU

Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun. Tidak hilang dengan istirahatdan tidak

diperberat oleh gerakan. Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di

sendi sakrolumbal dan seluruh tulang belakang lumbal. Laju endap darah

meninggal. Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa.4

II.9 PEMERIKSAAN

Untuk menentukan LBP saat anamnesis tanyakan lokasi nyeri, karakteristik

nyeri, frekuensi dan durasi, kapan timbul, hal-hal yang memengaruhi nyeri baik

memperberat maupun memperingan serta progresivitas. 5

II.10 PEMERIKSAAN FISIK

Yang dilakukan pertama kali ketika melakukan pemeriksaan fisik adalah

memeriksa tanda vital. Pemeriksaan tanda vital meliputi pemeriksaan tekanandarah,

suhu, frekuensi denyut nadi dan respirasi.

Inspeksi 1

Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang menyebabkan

nyeri. Gerakan-gerakan tersebut adalah :

1. Keterbatasan gerak pada salah satu sisi.

2. Ekstensi ke belakang seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada

stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan arthritislumbal, karena gerkan ini

akan menyebabkan penyempitanforamen sehingga menyebabkan suatu kompresi

pada saraf spinal.

3. Fleksi ke depan akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada

hernia nukleus pulposus. Nyeri tersebut disebabkan oleh adanyaketegangan pada

saraf yang terinflamasi di atas suatu diskus protusio sehingga meninggikan

tekanan pada saraf spinal.

  Pada saat posisi berdiri observasi bentuk badan, postur secara umum,

deformitas, panjang tungkai, pelvic obliquity. Lakukan tes pada kemampuan

berjalan pada tumit dan ujung jari. Menggerakkan tulang belakang secara aktif,

baik fleksi, ekstensi, bending ke lateral, serta rotasi. Tentukan lokasi dan arah

penjalalaran nyeri. 5

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 24

Page 25: LBP BARU

Saat tidur terlentang observasi postur, ukur panjang tungkai, lakukan tes

terhadap seluruh gerakan sendi paha, gerakan pasif tulang belakang, fleksi

maupun rotasi, Straight Leg Raising Test Parick, Gaenslen, Thomas. Palpasi

abdomen, peiksa pulsus arteri perifer, dengarkan bising.5

Saat tengkurap periksa area ginjal untuk melihat nyeri saat palpasi.

Periksa kemampuan ekstensi tungkai dan tulang belakang.

Periksa reflex sensibilitas luas gerak sendi dan kekuatan otot, ukur lingkar

tungkai untuk mendeteksi artrofi, periksa area urogenital serta pelvis bila

diperlukan.5

Palpasi dan perkusi

Palpasi harus dilakukan dengan hati-hati agar pasien merasa nyaman dan tidak

kesakitan. Pada palpasi terlebih dahulu diraba pada daerah yang sekitarnya paling

ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke daerah yang terasa paling nyeri. Harus

dicari pula refleks patologis seperti babinski,terutama bila ada hiperefleksia yang

menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).1

Tes provokasi nyeri

1. Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5

atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih

dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dilakukan ekstensi lutut

dan gerakan iniakan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis

(tesyang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaanfleksi. Pada tanda

laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin besar

kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.9

2. Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukandengan cara yang

sama, namun bila tungkai yang tidak nyeridiangkat akan menimbulkan suatu respons

yang positif padatungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu

hernia nukleus pulposus.9

3. Tanda Patrick dilakukan dengan cara tungkai dalam posisi fleksi disendi lutut

sementara tumit diletakkan di atas lutut tungkai yangsatunya lagi. Kemudian lutut

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 25

Page 26: LBP BARU

tungkai yang difleksikan tadi ditekanke bawah. Apabila ada kelainan di sendi panggul

maka penderitaakan merasakan nyeri di sendi panggul tadi.

4. Tanda kontra Patrick dilakukan dengan cara tungkai dalam posisifleksi di sendi lutut

dan sendi panggul. Kemudian lutut didorong kemedial. Bila di sendi sakroiliaka ada

kelainan maka disitu akan terasa nyeri.9

5. Gaenslen, Thomas test. 5

Laseque, kernig sign, pattrick

II.11 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan X-ray, terhadap vertebra thoracolumbal anteroposterior, lateral

dan oblique dextra dan sinistra, sendi pelvis sacroilliaca maupun paha. Pada kasus ini,

dilakukan juga pemeriksaan X-ray lateral saat gerkana fleksi dan ekstensi.

Laboratorium, dilakukan pemeriksaan Ca serum dan Posphor, Alkali phospatase, laju

endap darah, hitung jenis, urinalisis untuk mendukung diagnostik.5

Adapun pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain :

1. Foto polos lumbosakral dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique sangat

membantu untu melihat keabnormalan pada tulang.

2. Mielografi merupakan tindakan invasive. Digunakan untuk penyakit yang

berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor dan abses.

3. CT Scan merupakan metode yang terbaik untuk mengevaluasi adanya penekanan

tulang dan terlihat juga struktur lainnya, antara lain ukuran dan bentuk kanalis

spinalis, recessus lateralis, facet joint, lamina dan juga morfologi diskus

intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum clavum juga.

4. MRI memberikan gambaran lebih jelas daripada CT scan

5. elektromiogaphy / nerve conduction study digunakan untuk pemeriksaan saraf

pada lengan dan kaki, EMG dapat kerusakan sarafmemberikan informasi tentang :

a. adanya kerusakan pada saraf

b. lama terjadinya kerusakan saraf (akut dan kronik)

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 26

Page 27: LBP BARU

c. lokasi terjadinya kerusakan saraf

d. tingkat keparahan dari kerusakan saraf

e. memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf

II.12 KOMPLIKASI

Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita

nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu

memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh

normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit. Bila

pergeseran vertebra semakin progresif, foramen neural akan semakin dekat dan

menyebabkan penekanan pada saraf, hal ini akan membutuhkan dekompresi.

II.13 PENATALAKSANAAN

a.    Penatalaksanaan Medis

Terdiri dari pengobatan konservatif dan pembedahan. Pada pengobatan

konservatif, terdiri dari analgesik dan memakai korset lumbal yang mana dengan

mengurangi lordosis lumbalis dapat memperbaiki gejala dan meningkatkan jarak saat

berjalan. Percobaan dalam 3 bulan direkomendasikan sebagai bentuk pengobatan awal

kecuali terdapat defisit motorik atau defisit neurologis yang progresif. 4

Terapi pembedahan diindikasikan jika terapi konservatif gagal dan adanya

gejala-gejala permanen khususnya defisit motorik.  Pembedahan tidak dianjurkan

pada keadaan tanpa komplikasi. Terapi pembedahan tergantung pada tanda dan gejala

klinis, dan sebagian karena pendekatan yang berbeda terhadap stenosis spinalis

lumbalis, tiga kelompok prosedur operasi yang dapat dilakukan anatara lain: Operasi

dekompresi, Kombinasi dekompresi dan stabilisasi dari segmen gerak yang tidak

stabil, dan Operasi stabilisasi segmen gerak yang tidak stabil.4

b. Tindakan fisioterapi

Tujuan tindakan fisioterapi antara lain :4

1. jangka panjang : mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional

berjalan pasien

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 27

Page 28: LBP BARU

2. jangka pendek :

mengurangi nyeri

mengurangi spasme m. piriformis dan gastrok

mengurangi kontraktur m. hamstring

melepaskan jepitan pada n. spinalis

Program intervensi fisioterapi hanya dapat direncanakan setelah melakukan

assessment tersebut. Adapun treatment yang bias digunakan dalam kondisi ini,

adalah sebagai berikut:4

1)      Heat , heat pad dapat menolong untuk meredakan nyeri yang terjadi pada saat

penguluran otot yang spasme.

2)      Ultrasound, sangat berguna untuk mengobati thickening yang terjadi pada

otot erector spinae dan quadratus lumborum dan pada ligamen (sacrotuberus dan

saroiliac)

3)      Corsets, bisa digunakan pada nyeri akut

4)      Relaxation, dalam bermacam-macam posisi dan juga pada saat istirahat,

maupun bekerja. Dengan memperhatikan posisi yang nyaman dan support.

5)      Posture education, deformitas pada postur membutuhkan latihan pada

keseluruhan alignment tubuh.

6)      Mobilizations, digunakan untuk stiffness pada segment lumbar spine,

sacroiliac joint dan hip joint.

7)      Soft tissue technique, pasif stretching pada struktur yang ketat sangat

diperlukan, friction dan kneading penting untuk mengembalikan mobilitas

supraspinous ligament, quadratus lumborum, erector spinae dan glutei.

8)      Traction, traksi osilasi untuk mengurangi tekanan pada akar saraf tetapi harus

dipastikan bahwa otot paravertebral telah rileks dan telah terulur.

9)      Hydrotherapy, untuk relaksasi total dan mengurangi spasme otot. Biasanya

berguna bagi pasien yang takut untuk menggerakkan spine setelah nyeri yang

hebat.

10)  Movement, hold relax bisa diterapkan untuk memperoleh gerakan fleksi.

Bersamaan dengan mobilitas, pasien melakukan latihan penguatan untuk otot

lumbar dan otot hip. 

11) Advice , Tidur diatas kasur yang keras dapat menolong pasien yang memiliki

masalah sakit punggung dan saat bangun, kecuali pada pasien yang nyeri nya

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 28

Page 29: LBP BARU

bertambah parah pada gerakan ekstensi. Jika pasien biasanya tidur dalam keadaan

miring, sebaiknya menggunakan kasur yang lembut.

Selain itu, tindakan fisioterapi yang dapat dilakukan antara lain short wave

diathermy dan William flexion exercise.

1. Short Wave Diathermy

Diathermy merupakan aplikasi energy elektromagnetik dengan frekuensi

tinggi yang terutama digunakan untuk membangkitkan panas dalam jaringan

lunak. Diathermy juga dapat digunakan untuk menghasilkan efek-efek nontermal.

Diathermy yang digunakan sebagai modalitas terapi terdiri atas SWD dan

microwave diathermy.

SWD adalah modalitas terapi yang menghasilkan energy elektromagnetik

dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. FCC telah menetapkan 3 frekuensi yang

digunakan pada SWD, yaitu :

a. Frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter, frekuensi ini

paling sering digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan.

b. Frekuensi 13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter

Efek terapi yang ditimbulkan antara lain :

1. Perubahan panas / temperature

a. Meningkatkan metabolism sel-sel sekitar 13% setiap kenaikan 10 C

b. Meningkatkan vasomotion sphincter sehingga timbul homeostatik local

dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.

2. Reaksi general

Mengaktifkan sistem termoregulator di hipotalamus yang mengakibatkan

kenaikan temperature darah untuk mempertahankan temperature tubuh secara

general.

3. Jaringan ikat

Meningkatkan elastisitas jaringa ikat secara lebih baik seperti jaringan kolagen

kulit, tendon, ligament dan kapsulsendi akibat menurunnya viskositas matriks

jaringan.

4. Otot

1. Meningkatkan elastisitas jaringan ikat

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 29

Page 30: LBP BARU

2. Menurunnya tonus otot melalui normalisasi nosisensorik kecuali hipertoni

akibat emosional dan kerusakan sistem saraf pusat

5. Saraf

1. Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf

2. Meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsang.

2.William flexion exercise

Adalah program latihan yang terdiri dari 7 macam gerakan yang

menonjolkan pada penuruan lordosis lumbal (terjadi flexi lumbal). William

flexion exercise menjadi dasar dalam menejemen nyeri pinggang bawah selama

beberapa tahun untuk mengobati beberapa problem nyeri pinggang bawah

berdasar temuan diagnosis. 7

Metode ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dan memberikan stabilsasi

lower trunk melalui perkembangan secara aktif pada otot abdominal, gluteus

maksimus dan hamstring sehingga terjadi peningkatan fleksibilitas pada grup otot

fleksor hip dan lower back (sacrospinal), selain itu latihan ini berguna untuk

mengembalikan keseimbangan kerja antara grup otot postural fleksor dan

ekstensor.7

1. Latihan I (pelvic tilting)

     Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi & kaki datar diatas

bed/lantai. Datarkan punggung bawah melawan bed tanpa kedua tungkai

mendorong ke bawah. Kemudian pertahankan 5 – 10 detik.

2. Latihan II (single knee to chest)

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 30

Page 31: LBP BARU

     Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi & kaki datar di atas

bed/lantai. Secara perlahan tarik knee kanan kearah shoulder & pertahankan 5 –

10 detik. Kemudian diulangi untuk knee kiri dan pertahankan 5 - 10 detik.

3. Latihan III (double knee to chest)

   Mulai dengan latihan sebelumnya (latihan II) dengan posisi pasien yang

sama. Tarik knee kanan ke dada kemudian knee kiri ke dada dan pertahankan

kedua knee selama 5 – 10 detik. Dapat diikuti dengan fleksi kepala/leher (relatif)

kemudian turunkan secara perlahan-lahan salah satu tungkai kemudian diikuti

dengan tungkai lainnya.

4. Latihan IV (partial sit-up)

      Lakukan pelvic tilting seperti pada latihan I. Sementara mempertahankan posisi

ini angkat secara perlahan kepala dan shoulder dari bed/lantai, serta pertahankan

selama 5 detik. Kemudian kembali secara perlahan ke posisi awal.

5. Latihan V (hamstring stretch)

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 31

Page 32: LBP BARU

     Mulai dengan posisi long sitting dan kedua knee ekstensi penuh. Secara

perlahan fleksikan trunk ke depan dengan menjaga kedua knee tetap ekstensi.

Kemudian kedua lengan menjangkau sejauh mungkin diatas kedua tungkai sampai

mencapai jari-jari kaki.

6. Latihan VI (hip fleksor stretch)

     Letakkan satu kaki didepan dengan fleksi knee dan satu kaki dibelakang

dengan knee dipertahankan lurus. Fleksikan trunk ke depan sampai knee kontak

dengan lipatan axilla (ketiak). Ulangi dengan kaki yang lain.

7. Latihan VII (squat)

      Berdiri dengan posisi kedua kaki paralel dan kedua shoulder disamping badan.

Usahakan pertahankan trunk tetap tegak dengan kedua mata fokus ke depan & kedua

kaki datar diatas lantai. Kemudian secara perlahan turunkan badan sampai terjadi

fleksi kedua knee.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 32

Page 33: LBP BARU

II.14 PENCEGAHAN

Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa cepat

proses degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka ada beberapa hal yang dapat

dilakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya spondylosis. Antara lain :

1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya berlari. Pilih jenis

olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan peregangan dan kelenturan.

2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan otot,

kelenturan, dan jangkauan gerak.

3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu lama.

Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerja di depan

komputer, ataupun mengemudi.

4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu pada satu kaki

bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat barang berat lebih baik

tekuk tungkai dan tetap tegak.

5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu mencegah

terjadinya cedera bila ada trauma.

6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya spondylosis.4

 

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 33

Page 34: LBP BARU

BAB III

LAPORAN KASUS

Rekam Medik Pasien Neurologi

POLIKLINIK REHABILITASI MEDIK

FK. UWK SURABAYA/ RSUD DR. R SOSODORO DJATIKOESOEMO

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama pasien : Tn. CR

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 32 tahun

Alamat : Talun-Sumberejo, Bojonegoro

Suku : Jawa

Agama : Islam

Status marital : Menikah

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 34

Page 35: LBP BARU

Poli : Rehabilitasi Medik

Pekerjaan : Guru SMP

Tanggal pemeriksaan : 12-10-2015

II. ANAMNESIS

(Autoanamnesa)

Keluhan utama : nyeri punggung bawah

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengeluh nyeri punggung bagian bawah sejak + 3 minggu yang lalu.

Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri tidak menjalar dan tidak terasa panas,

hanya di tempat itu saja. Nyeri kumat-kumatan, nyeri dirasa semakin memberat saat

beraktifitas terutama saat membungkuk, berubah posisi dan saat bersin/batuk, nyeri

dirasakan berkurang jika dibuat berbaring.

Riwayat penyakit dahulu

Pernah merasakan keluhan yang sama seperti ini + 2 tahun yang lalu, namun tidak

diobati tapi dirasakan sembuh sendiri. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus

disangkal. Tidak ada riwayat jatuh.

Riwayat pengobatan

Sempat berobat ke dokter umum dan diberi obat Ibuprofen 3x200 mg, Neurodex

1x1. Tidak ada riwayat alergi obat. Nyeri hanya sedikit berkurang. Tidak pernah dipijat.

Riwayat keluarga

Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini, ada riwayat hipertensi (ayah), diabetes

mellitus disangkal.

Riwayat sosial

Pasien bekerja sebagai guru SMP, jarak rumah dan tempat kerja ditempuh + 1,5

jam dengan mengendarai sepeda motor dengan kondisi jalan yang rusak dan tidak rata.

III. STATUS INTERNA SINGKAT

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 35

Page 36: LBP BARU

A. Keadaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4V5M6

Tensi : 130/90 mmHg

Nadi : 74 x/menit reguler

RR : 17 x/menit

Suhu : 36,4°C

B. Kepala dan Leher

Kepala : a / i / c / d : - / - / - / -

Leher : Pembesaran Tyroid & KGB : - /-

C. Thorax dan Abdomen

Paru-paru : Vesikuler +/+, Rhonki - / - , Wheezing - / -

Jantung : Suara S1S2 tunggal regular, murmur -, gallop -

Abdomen : Soefl, Nyeri tekan - , Bising Usus + (Normal)

Hepar & Lien : Tidak ada pembesaran

D. Ekstrimitas

Ekstremitas : Akral hangat kering merah, Edema (-), CRT < 2 detik

Bagian

Tubuh

Gerakan Sendi Kekuatan Otot

GerakanLuas Gerak

SendiKekuatan Otot MMT

Leher Flexi Penuh Flexor 5

Extensi Penuh Extensor 5

Flexi Lateral Penuh Flexor Lateral 5/5

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 36

Page 37: LBP BARU

Rotasi Penuh Rotator 5/5

Batang

Tubuh

Flexi Penuh Flexor 5

Extensi Penuh Extensor 5

Flexi Lateral Penuh Flexor Lateral 5/5

Rotasi Penuh Rotator 5/5

Bahu

Flexi` Penuh/Penuh Flexor 5/5

Extensi Penuh/Penuh Extensor 5/5

Abduksi Penuh/Penuh Abduktor 5/5

Adduksi Penuh/Penuh Adduktor 5/5

Rotasi Internal Penuh/Penuh Rotator Internal 5/5

Rotasi External Penuh/Penuh Rotator External 5/5

Siku

Flexi Penuh/Penuh Flexor 5/5

Extensi Penuh/Penuh Extensor 5/5

Pronasi Penuh/Penuh Pronator 5/5

Supinasi Penuh/Penuh Supinator 5/5

Pergelangan

Tangan

Flexi Penuh/Penuh Flexor 5/5

Extensi Penuh/Penuh Extensor 5/5

Deviasi Radial Penuh/Penuh Deviator Radial 5/5

Deviasi Ulnar Penuh/Penuh Deviator Ulnar 5/5

Jari-Jari

Tangan

Flexi Penuh/Penuh Flexor 5/5

Extensi Penuh/Penuh Extensor 5/5

Abduksi Penuh/Penuh Abduktor 5/5

Adduksi Penuh/Penuh Adduktor 5/5

Bagian

Tubuh

Gerakan Sendi Kekuatan Otot

GerakanLuas Gerak

SendiKekuatan Otot MMT

Panggul Flexi Penuh Flexor 5

Extensi Penuh Extensor 5

Abduksi Penuh/Penuh Abduktor 5

Adduksi Penuh/Penuh Adduktor 5

Rotasi Internal Penuh/Penuh Rotator Internal 5/5

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 37

Page 38: LBP BARU

Rotasi External Penuh/Penuh Rotator External 5/5

LututFlexi Penuh/Penuh Flexor 5/5

Extensi Penuh/Penuh Extensor 5/5

Pergelangan

Kaki

Extensi Penuh/Penuh Extensor 5/5

Dorso flexi Penuh/Penuh Dorso Flexor 5/5

Plantar Flexi Penuh/Penuh Plantar Flexor 5/5

Eversi Penuh/Penuh Evertor 5/5

Inversi Penuh/Penuh Invertor 5/5

IV. PEMERIKSAAN KHUSUS

A. Meningeal sign

Kaku Kuduk : -

Brudzinski I,II,III,IV : -

Laseque : - / -

Kernig : - / -

B. Saraf Cranialis

Nervus I (n.olfaktorius) : tidak dilakukan

Nervus II (n.optikus) :

Kanan Kiri

Visus normal normal

Yojana penglihatan normal normal

Reflek pupil normal normal

Melihat warna normal normal

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 38

Page 39: LBP BARU

Funduskopi tidak dilakukan tidak dilakukan

Nervus III, IV, VI (n.okulomotorius, n.troklearis, n.abdusen)

Kanan Kiri

Kedudukan bola mata sentral sentral

Pergerakan bola mata

Ke nasal normal normal

Ke temporal atas normal normal

Ke bawah normal normal

Ke atas normal normal

Ke temporal bawah normal normal

Eksopthalmus : tidak ditemukan

Ptosis (celah mata) : tidak ditemukan

Pupil : Kanan Kiri

Bentuk bulat bulat

Lebar 3 mm 3 mm

Perbedaan lebar tidak ada tidak ada

Reflek cahaya langsung (+) (+)

Reflek cahaya konsensual tidak dilakukan

Nervus V (n. Trigeminus )

Kanan Kiri

Cabang motorik

Otot maseter + +

Otot temporal + +

Otot pterygoideus + +

Cabang sensorik

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 39

Page 40: LBP BARU

I opthalmica + +

II maxilla + +

III mandibulla + +

Nervus VII (n. Fasialis)

Waktu Diam

Kerutan dahi : simetris kanan kiri

Tinggi alis : simetris kanan kiri

Sudut mata : simetris kanan kiri

Lipatan nasolabial : simetris kanan kiri

Waktu Bergerak

Mengerutkan dahi : simetris kanan kiri

Mengangkat alis : simetris kanan kiri

Menutup mata : simetris kanan kiri

Mecucu : simetris kanan kiri

Memperlihatkan gigi : simetris kanan kiri

Sensorik : tidak dilakukan

Nervus VIII (n. Vestibulo-kokhlearis)

Vestibularis

Romberg : dbn

Pronator drip : dbn

Tandem walking : dbn

Kokhlearis

Test rinne : tidak dilakukan

Test weber : tidak dilakukan

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 40

Page 41: LBP BARU

Test swabach : tidak dilakukan

Nervus IX dan X (n. Glosofaringeal dan n. Vagus)

Motorik

Suara : normal

Menelan : normal

Disartria : -

Sensorik

Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan

Reflek muntah / Gag reflek : tidak dilakukan

Reflek palatum molle : tidak dilakukan

Nervus XI (n. Aksesorius )

Kanan Kiri

Angkat bahu : simetris kanan kiri simetris kanan kiri

Memalingkan kepala : simetris kanan kiri simetris kanan kiri

Nervus XII (n. Hipoglosus )

Kedudukan lidah

Waktu istirahat : ditengah

Waktu gerak : ditengah

Atrofi : -

Fasikulasi : -

C. Refleks Fisiologis

BPR : + / +

TPR : + /+

KPR : + /+

APR : + /+

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 41

Page 42: LBP BARU

D. Refleks Patologis

Babinski : - / -

Chaddock : - / -

Openheim : - / -

Gordon : - / -

Gonda : - / -

Scaffer : - / -

Rosolimo : - / -

Mendel bechterew : - / -

Hoffman/ tromner : - / -

E. Test Khusus

Laseque : - / -

Thomas test : - / -

Pattrick : - / -

Kontrapattrick : - / -

Gaeslen test : - / -

Pelvic rock test : - / -

F. Status lokalis

Nyeri tekan : - / + setinggi L4 – L5

Tenderness : - / -

Spasme paralumbal : - / -

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto lumbosacral AP/Lateral

1. Alignment baik

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 42

Page 43: LBP BARU

2. Trabekulasi tulang normal

3. Korpus dan pedicle normal

4. Subcondral bone mayer normal

5. End Plate superior dan inferior normal

6. Spatium intervertebralis normal

7. Sudut Ferguson 370, line of weight bearing jatuh tepat di promontorium

Kesimpulan : Vertebrae Lumbo-Sakral tampak normal

VI. ASSESMENT

Diagnosa klinis : LBP

Diagnosa topis : Vertebra L4, l5

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 43

Page 44: LBP BARU

Diagnosa etiologi : Suspek HNP

VII.PLANNING

Medikamentosa :

Tablet meloxicam 15mg 1 x 1

Tablet neurodex 2 x 1

Tablet ranitidin 1 x 1

Tablet Eperison HCL 3 x 1

Nonmedikamentosa :

Fisioterapi

TENS

MWD

Back corsetes

William Flexion Exercise

VIII. EDUKASI

1. Melakukan senam Willian Flexion Exercise satu hari 2 kali dilakukan 5-6 x tiap

gerakan.

2. Memberitahu cara bangun dari tempat tidur dengan cara fleksi tungkai kemudian

miringkan badan dahulu lalu menurunkan kedua kaki, kemudian duduk dan turun

dari tempat tidur.

3. Mengurangi aktifitas membungkuk, tidak boleh jongkok, mengangkat benda berat,

tidak boleh lari, duduk dibawah, saat sholat sebaiknya menggunakan kursi.

4. Mengurangi perjalanan jauh menggunakan sepeda motor.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 44

Page 45: LBP BARU

5. Menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan MRI untuk mendapatkan hasil

diagnosa yang lebih jelas.

IX. PROGNOSIS

Umunya baik , tergantung kepatuhan pasien dan keteraturan pasien menjalankan

fisioterapi dan menghindari aktivitas yang tidak boleh dilakukan.

X. RESUME

Pasien Tn. CR, 32 tahun. Seorang guru SMP, mengendarai sepeda motor ke tempat

dengan jarak tempuh + 1,5 jam dengan kondisi jalanan yang rusak dan tidak rata.

Riwayat pasien sekarang datang ke Poli Rehabilitasi Medik adalah karena pasien

mengeluh nyeri punggung bagian bawah sejak + 3 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan

seperti tertusuk-tusuk, nyeri tidak menjalar dan tidak terasa panas, hanya di tempat itu

saja. Nyeri kumat-kumatan, nyeri dirasa semakin memberat saat beraktifitas terutama

saat membungkuk, berubah posisi dan saat bersin/batuk, nyeri dirasakan berkurang jika

dibuat berbaring.

Didapatkan pemeriksaan neurologis: Lasseque -/-, Kerniq -/-, Patrick -/-, Kontra-

Patrick -/-, status lokalis ditemukan nyeri tekan setinggi L4-L5.

Pemeriksaan penunjang: foto lumbo-sacral AP lateral tidak ditemukan adanya

kelainan, pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan tambahan MRI untuk

mendapatkan hasil diagnosa yang lebih jelas.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 45

Page 46: LBP BARU

DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM, Tjokronegoro A, Junada A. Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta. 

Fakultas . Kedokteran Universitas Indonesia. 1983

2. Maher, Salmond and Pellino. 2002. Low Back Pain Syndrome. Philadhelpia : FA

Davis Company

3. Middleton, Kimberly. 2009. Lumbar Spondylosis : clinical presentation and treatment

approaches. Vol 2 : 94-104

4. Nursamsu, Handono Kalim. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang.

Malang. Lab./SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya. 2004

Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2002

5. Panitia medik farmasi dan terapi RSU Dr Soetomo. 2008. Pedoman diagnosis dan

terapi. Surabaya : Pembina utama madya

6. Purba JS, Rumawas AM. 2006. Nyeri Punggung Bawah: Studi epidemologi,

patofisiologi dan penanggulangan. Berkala Neurosains ; 7:85-93

7. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. Dalam : Nyeri Neuropatik,

patofisiologi dan penatalaksanaan. Editor : Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS,

Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167

8. Snell S. Richard. 1997. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Bagian 3.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

9. Sidharta, P. 2008. Neurologi klinis dalam praktek umum. Ed 6. Jakarta : Dian Rakyat

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 46

Page 47: LBP BARU

10. Suhadi, Irwan. 2006. Gambaran klinis dan radiologi kasus low back pain di Rumah

Sakit Imanuel Bandung periode 2002-2005. Karya tulis ilmiah universitas Maranatha.

11. Chou R, Qaseem A, Snow V, et al. Diagnosis and treatment of low back pain: a joint

clinical practice guideline from the american college of physicians and the american

pain society. Ann Intern Med 2007; 147: 478-491.

12. .Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2009.

Case Report Rehabilitasi Medik Botha, Daniel, Diana 47