ld50 dan lc50
TRANSCRIPT
LD50 dan LC50
Toksik atau dalam bahasa yang umum adalah beracun, sementara toksikologi
adalah studi mengenai efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia terhadap
organisme hidup. Klasifikasi bahan toksik dapat dilakukan dengan berbagai cara
tergantung dari minat dan tujuan pengelompokkannya. Sebagai contoh
pengklasifikasian dapat dilakukan berdasarkan:
Organ targetnya : Hati, Ginjal, Sistem hermatopotik, dll.
Penggunaanya: Pestisida, Pelarut, Aditif, dll.
Sumbernya: Toksik tumbuhan dan binatang.
Efeknya: Kanker, Mutasi, Kerusakkan hati, dll.
Fisiknya: Gas, Debu, Cair, Aerosol.
Sifatnya: Mudah meledak, Korosif, Iritasi, dll
Kandungan kimianya: Amina aromatik, Hydrokarbon, Halogen, dll.
Efek toksik dalam sistem biologis tidak akan terjadi jika bahan kimia tersebut
tidak mencapai tempat yang sesuai didalam tubuh pada konsentrasi dan lama
waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Terjadi tidaknya
respons toksik tergantung pada sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut, situasi
paparan, dan kerentanan sistem biologis dari subjek. Oleh karena itu untuk
mengetahui karakteristik lengkap tentang bahaya potensial dan toksisitas dari
suatu bahan kimia tertentu, maka perlu diketahui tidak hanya efek-efek dan dosis
yang diperlukan untuk mengahsilkan efek tersebut, tetapi juga informasi
mengenai sifat bahan kimianya sendiri, pemaparannya, dan subjeknya. Faktor
utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi
pemaparan terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk (route of entry)
kedalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Ada 3 jalur utama bahan toksik masuk kedalam tubuh manusia yaitu melalui
saluran pencernaan atau makanan (gastro intestinal), jalur pernapasan (inhalasi)
dan melalui kulit (topikal). Bahan toksik masuk kedalam saluran pencernaan
umunya melalui makanan atau minuman dan kemudian diserap didalam lambung.
Bahan toksik yang masuk melalui saluran pernapasan menuju paru-paru akan
diserap oleh alveoli paru-paru. Pada umumnya kulit lebih impermeabel dan
karenanya merupakan barier (penghalang) yang baik bagi bahan toksik masuk
kedalam tubuh. Namun beberapa bahan kimia dapat diserap oleh kulit dalam
jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan efek sistemik. Suatu zat kimia
dapat diserap lewat folikel rambut atau lewat sel-sel kelenjar keringat. Setelah
bahan toksik tersebut diserap dan masuk kedalam darah, kemudian didistribusikan
keseluruh tubuh dengan cepat. Namun demikian sebagian bahan toksik dapat
dikeluarkan oleh mekanisme tubuh secara alami melalui urine, empedu dan paru-
paru. Dan sebagian lagi bisa mengalam biotransformasi dan bioaktivasi. Yang
lebih berbahaya adalah jika terjadi proses bioaktivasi dimana bahan toksik diubah
menjadi bahan yang lebih toksik oleh metabolisme tubuh.
Karakteristik pemaparan dan spectrum efek secara bersamaan membentuk
hubungan korelasi yang dikenal sebagai hubungan dosis-respons. Respons timbul
karena adanya bahan kimia yang diberikan dan respons berhubungan dengan
dosis. Dalam penggunaan dosis-respon harus ada metode kuantitatif untuk
mengukur secara tepat toksisitas dari suatu bahan kimia. Dosis-respons
dinyatakan dengan suatu indek Lethal Dosis (LD50) dan Lethal Concentration
(LC50). LD50 adalah dosis tunggal dari suatu zat yang secara statistik diharapkan
dapat menyebabkan kematian sebanyak 50% dari binatang percobaan selama 14
hari paparan. Sebagai contoh LD50 dari Acrylamid adalah 124 ppm, artinya pada
konsentrasi 124 ppm 50% dari binatang percobaan mati selama masa percobaan
14 hari. Secara lebih spesifik OSHA mendefiniskan LD50 dan LC50 sebagai
berikut:
LD50 means lethal dose expressed in mg/kg body mass, which is likely to
cause death within 14 days for 50% of the tested animals,administrated by
mouth or bare skin.
LC50 means the lethal concentration expressed in mg/L or mL/m3, which
is likely to cause death within 14 days for 50% of the tested animals,
administrated by inhalation of dusts or mists or vapour.
Efek dari keracunan bisa bersifat akut dan kronik. Efek akut adalah efek yang
segera muncul pada saat terpapar atau terkena bahan toksit, dan akan hilang
setelah paparan bahan kimia beracun tersebut dihilangkan. Contoh bahan kimia
yang dapat menimbulkan efek akut adalah Ammonia, apabila terhirup uap
ammonia maka sekita kita akan merasa mual dan pusing, akan tetapi pada
konsentrasi tinggi dapat merusak paru-paru. Bahan kimia yang bersifat kronik
misalnya adalah asbestos, paparan terhadap debu asbes tidak segera menyebabkan
kerusakan pada paru-paru, akan tetapi apabila terpapar dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan kanker paru-paru. Karbon monoksida (CO) dapat
mengakibatkan efek akut dan kronis, apabila terhirup gas CO maka kepala akan
pusing dan terasa mual, namun dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kerusakkan pada paru-paru. Efek toksik juga bisa bersifat reversible atau
ireversibel. Efek reversible artinya efek yang dapat hilang dengan sendirinya.
Efek irreversible adalah efek yang akan menetap atau bertambah. Efek irreversible
diantaranya adalah karsinoma, mutasi, kerusakan syaraf dan sirosis hati. Efek
reversible terjadi apabila terpapar dengan konsentrasi yang rendah atau jangka
waktu tidak lama, efek ireversibel bisa terjadi apabila terpapar dengan konsentrasi
yang tinggi dan waktu yang lama.
Untuk menghindari agar tidak keracunan adalah dengan tidak menggunakan
bahan beracun atau tidak kontak dengan bahan beracun. Namun dalam dunia
industri tentu saja hal itu sulit dilakukan, karena kita memerlukan bahan-bahan
kimia didalam proses produksi sehari-hari, artinya hampir setiap hari kita bergelut
dengan bahan kimia yang sebagian besar beracun. Dalam situasi seperti ini,
dimana kita tidak bisa menghindari menggunakan bahan-bahan kimia beracun,
maka yang harus kita lakukan adalah:
1. Mengenal bahan kimia yang kita gunakan dengan baik. Kenalilah sifat-
sifat kimia terutama sifat toksik dari bahan yang kita gunakan sehingga
kita tahu efek yang dapat ditimbulkannya.
2. Mengetahui cara penanganan dan penggunaanya secara baik untuk
menghindari paparan yang tidak perlu.
3. Usahakan seminimal mungkin untuk kontak atau terpapar terhadap bahan
kimia beracun tersebut. Hati-hati jika pada bahan kimia cair yang mudah
menguap, jangan berasumsi bahwa semua cairan tidak mengguap, salah
satu indikator bahwa bahan kimia cair menguap adalah adanya bau yang
ditimbulkan, namun tidak semua uap kimia berbau.
4. Gunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat dalam menangani bahan
kimia beracun. Jika bekerja dengan bahan kimia cair maka gunakan safety
glove yang sesuai dan safety glases jika diperlukan. Jika bekerja dengan
bahan kimia berupa gas atau uap maka gunakan respirator yang dapat
melindungi dari uap atau gas kimia.
5. Kenali cara penanganan jika terjadi tumpahan atau kebocoran bahan kimia
beracun tersebut.
6. Pelajari tindakan pertolongan pertama (first aids) jika terjadi kecelakaan
keracunan pada saat bekerja.
7. Konsultasikan kesehatan anda dengan Dokter jika ada gejala-gejala
keracunan yang anda rasakan.