lepto spiros i 1

21
Leptospirosis Pendahuluan Leptospirosis merupakan sebuah istilah untuk penyakit yang disebabkan oleh semua leptospira tanpa memandang serotipe tertentu. Leptospirosis ini terjadi pada berbagai binatang pejamu baik binatang liar maupun peliharaan. Kelangsungan hidup leptospira juga ditentukan oleh berbagai faktor, seperti pH urin pejamu, pH tanah atau air di daerah tersebut, dan juga oleh perubahan suhu. Dengan adanya binatang yang terinfeksi di mana-mana, leptospirosis pada manusia dapat terjadi pada semua kelompok umur, pada semua musim, dan pada kedua jenis kelamin. Tetapi penyakit ini merupakan penyakit yang terutama menyerang anak- anak belasan tahun dan dewasa muda, terutama pada laki-laki. 1

Upload: angelina-makin

Post on 09-Jul-2016

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Lepto Spiros i 1

Leptospirosis

Pendahuluan

Leptospirosis merupakan sebuah istilah untuk penyakit yang disebabkan oleh semua

leptospira tanpa memandang serotipe tertentu. Leptospirosis ini terjadi pada berbagai

binatang pejamu baik binatang liar maupun peliharaan. Kelangsungan hidup leptospira juga

ditentukan oleh berbagai faktor, seperti pH urin pejamu, pH tanah atau air di daerah tersebut,

dan juga oleh perubahan suhu.

Dengan adanya binatang yang terinfeksi di mana-mana, leptospirosis pada manusia

dapat terjadi pada semua kelompok umur, pada semua musim, dan pada kedua jenis kelamin.

Tetapi penyakit ini merupakan penyakit yang terutama menyerang anak-anak belasan tahun

dan dewasa muda, terutama pada laki-laki. Penyakit ini juga dapat menyerang manusia baik

di pedesaan maupun di perkotaan.

Jika sudah terinfeksi, maka seorang akan mengalami suatu perubahan dalam

tubuhnya, yang merupakan pengaruh awal dari infeksi leptospira ini. Harus segera dilakukan

pemeriksaan agar mendapat pengobatan yang baik untuk penyakit ini.

Anamnesis

1

Page 2: Lepto Spiros i 1

Merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien / keluarganya / orang

yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan petunjuk- petunjuk

verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.

Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang

bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan

lingkungan pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan

dokter pasien yang profesional dan optimal.

Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:

1. Identitas pasien

2. Riwayat penyakit sekarang

3. Riwayat penyakit dahulu

4. Riwayat kesehatan keluarga

5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya

Tahap pelaksanaan anamnesis

Persiapan anamnetor–pasien

Pembukaan

Tahap wawancara

Penutup

Pemeriksaan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk lebih mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh pasien.

Pemeriksaan dibagi menjadi beberapa macam:

1. Pemeriksaan fisik, mencakup pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan

juga palpasi pada hepar.

2. Pemeriksaan laboratorium.1

Bahan hemolitik dapat ditunjukkan pada biakan leptospira patogen. Hemolisis pada

leptospira tampak aktif secara in vivo. Pada pasien ikterik, dapat terjadi anemia berat

dan paling khas disebabkan oleh hemolisis intravaskuler. Anemia karena leptospirosis

jarang dijumpai pada pasien tanpa ikterik. Dapat dijumpai trombositopenia yang

cukup menyebabkan perdarahan (kurang dari 30.000 trombosit per mikroliter).

2

Page 3: Lepto Spiros i 1

Kelainan hematologik lainnya adalah peningkatan laju endap darah pada lebih dari

separu pasien (biasanya kurang dari 50 mm/jam).

Urinalisis selama fase leptospiremi menunjukkan proteinuria ringan, silinder, dan

peningkatan unsur-unsur sel. Pada infeksi tanpa ikterik, kelainan ini cepat menghilang

setelah minggu pertama. Proteinuria dan kelaina sedimen urin biasanya tidak disertai

dengan peningkatan nitrogen urea darah. karena bentuk penyakit tanpa ikterik sering

kali tidak terdiagnosis, perkiraan kekerapan terjadinya azotemia dan ikterik mungkin

tinggi. Azotemia dilaporkan pada sekitar seperempat pasien. Tiga perempat dari

pasien ini mempunyai kadar nitrogen urea darah kurang dari 36 mmol/L (100mg/dL).

Azotemia biasanya disertai dengan ikterik. Kadar bilirubin serum dapat mencapai

1110 µmol/L (65mg/dL). Selama fase awal, separuh pasien mengalami kenaikan

kadar keratin fosfokinase (CK) serum, dengan angka rata-rata lima kali lipat kadar

normal. Peningkatan seperti ini tidak dijumpai pada hepatitis viral dan peningkatan

ringan transaminase dengan peningkatan pasti keratin fosfokinase lebih mengarah

pada ke leptospirosis daripada hepatitis viral.

Diagnosis

Differential Diagnosis

1. Malaria

Malaria merupakan penyakit protozoa yang ditulakan melalui gigitan nyamuk

anopheles. Resistensi parasit malaria terhadap pengobatan menyebabkan peningkatan

permasalahan di sebagian besar daerah malaria. Malaria sekarang ini tetap menjadi

beban utama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan tropis dan merupakan ancaman

bahaya untuk para pelancong.1

Gambar 1. Nyamuk Anopheles

3

Page 4: Lepto Spiros i 1

http://www.google.co.id/imgres?

q=anopheles&num=10&hl=id&biw=1022&bih=539&tbm=isch&tbnid=F6NSct2FLQ

-

- Etiologi1

Ada 4 spesies dari genus Plasmodium yang menimbulkan infeksi pada manusia,

yaitu P.vivax, P.ovale, P.malariae, dan P. falciparum. Hampir semua kematian

akibat penyakit malaria disebabkan oleh P. falciparum.

- Epidemiologi1

Penyakit malaria terdapat pada sebagian besar kawasan tropis di dunia. Faktor

penentu epidemiologi yang penting adalah keadaan imunologi serta genetik

populasi, spesies parasit, serta nyamuk dalam komunitas yang berisiko, tingkat

turunnya hujan, tenperatur, distribusi tempat berkembangbiaknya nyamuk,

penggunaan obat antimalaria, dan penerapan tindakan pengendalian lainnya yang

dapat menurunkan penularan.

- Patologi dan gambaran klinis umum

Masa tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam

badan hospes sampai timbul gejala demam, biasanya berlangsung 8-37 hari,

tergantung pada spesies parasit (terpendek untuk P.falciparum dan terpanjang

untuk P.malariae), beratnya infeksi dan pengobatan sebelumnya atau derajat

imunitas hospes.2 Gejala pertama tidak spesifik dan serupa dengan gejala penyakit

virus ringan, yaitu keluhan tidak enak badan, nyeri kepala, mudah lelah, rasa tidak

enak pada abdomen, dan pegal-pegal pada otot yang kemudian diikuti oleh panas

serta menggigil.1 Demam harus dibedakan dengan demam pada penyakit lain

seperti typhoid fever, dengue fever, infeksi saluran napas akut, hepatitis dan lain-

lain.2

- Pencegahan1

Pada sebagian besar daerah pedesaan yang beriklim tropis, pembasmian malaria

tidak mungkin dilakukan karena langkanya sumber-sumber (dana,

sarana,manusia) yang ada dan belum lengkapnya pemahaman mengenai sifat

biologis serta epidemiologis infeksi dan penyakit malaria. Cara praktis yang jika

memungkinkan dapat dilaksanakan adalah dengan mengurung penyakit tersebut

melalui pemakaian insektisida secara bijaksana untuk mematikan vector nyamuk

dan pemberian kemoprofilaksis pada kelompok berisiko tinggi (perempuan hamil,

4

Page 5: Lepto Spiros i 1

pelancong yang tidak memiliki kekebalan, anggota ABRI, serta pekerja pada

proyek ekonomi yang dijadikan prioritas.

- Prognosis2

Plasmodium vivax

Prognosis malaria vivax biasanya baik, tidak menyebaban kematian. Bila

tidak diberi pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau

lebih.

Plasmodium malariae

Tanpa pengobatan, malaria malariae dapat berlangsung sangat lama dan

rekurens pernah tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi.

Plasmodium ovale

Malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa

pengobatan.

Plasmodium falciparum

Penderita malaria falciparum berat prognosisnya buruk, sedangkan

penderita malaria falciparum tanpa komplikasi prognosisnya cukup baik

bila dilakukan pengobatan dengan segera dan dilakukan observasi hasil

pengobatan.

- Penanganan1

Pasien yang tinggal pada daerah endemis malaria atau berasal dari daerah tersebut

dan mengalami demam harus menjalani pemeriksaan sediaan apus darah tebal

serta tipis yang harus dilakukan dengan segera untuk memastikan diagnosis serta

mengenali spesies parasit penyebab infeksi. Di daerah endemis, infeksi malaria

tanpa komplikasi dapat diobati secara rawat jalan. Pasien penyakit malaria yang

berat atau pasien yang tidak mampu meminum obatnya harus mendapatkan

pengobatan antimalaria secara parenteral.

- Komplikasi1

Gagal ginjal akut

Edema paru akut

Hipoglikemia

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Dengue adalah infeksi yang ditularkan oleh nyamuk yang ditandai oleh demam, sakit

otot dan sendi, limfadenopati, dan ruam, dan disebabkan oleh flavivirus.3

5

Page 6: Lepto Spiros i 1

Keempat serotipe virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DHF,

dengue hemorrhagic fever) dan sindroma syok dengue (DSS, dengue shock

syndrome).1

- Diagnosis1

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kriteria untuk diagnosis DHF:

demam-timbulnya tiba-tiba, tinggi, terus-menerus, dan berkahir selama 2-7 hari;

manifestasi perdarahan dan manifestasi lain seperti petekie, purpura, ekimosis,

epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena; pembesaran hepar,

trombositopenia, 100.000 sel per mikroliter; hemokonsentrasi, peningkatan

hematokrit 20%. Kriteria DSS adalah nadi lemah, cepat, dan penyempitan tekanan

darah.

- Epidemiologi3

A.aegypti adalah nyamuk domestik, terdapat dalam semak atau hutan dan

mungkin berperan dalam mempertahankan infeksi di antara monyet.

Pada masyarakat perkotaan, epidemi dengue bersifat eksplosif dan menyerang

banyak penduduk. Penyakit ini sering timbul selama musim hujan, ketika vector

nyamuk A. aegypti terdapat dalam jumlah banyak. Tempat perkembangbiakan

nyamuk di daerah tropika atau semitropika adalah genangan air buatan di sekitar

tempat tinggal manusia atau lubang-lubang pohon atau tumbuhan yang dekat

dengan tempat tinggal manusia.

- Patogenesis dan patologi3

Terdapat viremia pada saat timbulnya demam dan dapat menetap selama 3 hari.

Lesi histopatologik ini berada dalam pembuluh darah kecil disertai

pembengkakkan endotel, edema perivaskuler, dan infiltrasi dengan sel-sel

mononuklir.

- Prognosis1

Mortalitas bervariasi dari 1 sampai 23%. Kematian paling sering terjadi pada bayi

di bawah usia 1 tahun.

- Pencegahan1

Saat ini pengendalian vector merupakan satu-satunya metode yag ada untuk

mencegah demam berdarah.

6

Page 7: Lepto Spiros i 1

Gambar 2. A. aegypti

http://www.google.co.id/imgres?

q=aedes+aegypti+mosquito&start=48&num=10&hl=id&biw=1022&bih=539&tb

m=isch&tbnid=3PDoJlm517-

3. Filariasis

Cacing filaria merupakan nematoda yang hidup di dalam jaringan subkutan dan

sistem limfatik. Ada empat spesies yang merupakan penyebab sebagian besar infeksi

filaria yang serius, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Onchoreca volvulus,

dan Loa-loa. Infeksi biasanya hanya terjadi setelah seseorang mengalami pajanan

yang lama dan berulang dengan larva yang infektif.1

- Epidemiologi1

W.bancrofti adalah parasit filarial pada manusia yang paling tersebar luas.

Manusia merupakan pejamu tunggal dari parasit ini. Bentuk microfilaria yang

bersifat periodic nokturna sangat jarang ditemukan dalam darah perifer pada siang

hari dan jumlahnya meningkat pada malam hari. W. bancrofti bersifat periodik

nokturna. Vektor alami adalah nyamuk Culex fatigans di daerah kumuh dan

nyamuk Anopheles atau Aedes di daerah pedalaman.

- Patologi1

Perubahan patologik yang utama terjadi akibat kerusakan inflamatorik pada

system limfatik yang disebabkan oleh cacing dewasa dan bukan oleh mikrofilaria.

Cacing dewasa hidup dalam saluran limfatik aferen atau sinus-sinus kelenjar limfe

dan menyebabkan dilatasi limfatik serta penebalan dinding pembuluhnya.

- Pencegahan1

7

Page 8: Lepto Spiros i 1

Upaya untuk menghindari gigitan nyamuk biasanya tidak dapat diterapkan bagi

penduduk yang tinggal di daerah endemik, namun individu yang berkunjung ke

daerah tersebut harus menggunakan obat pengusir nyamuk dan kelambu.

4. Demam Tifoid

Demam tifoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fagosit

mononuklear. Beberapa spesies yang menyebabkan demam tifoid: S. typhi, S.

paratyphi A dan paratyphi B, serta kadang-kadang S. typhimurium.1

- Epidemiologi

Penyebab yang terdekat mungkin air atau makanan yang terkontaminasi oleh karir

manusia. Karir menahun umunya berusia 50 tahun, lebih sering pada perempuan,

dan sering menderita batu empedu. S. typhi berdiam dalam empedu, bahkan di

bagian dalam batu, dan secara intermiten mencapai lumen usus dan diekskresikan

ke feses, sehingga mengontaminasi air atau makanan.1

- Patogenesis dan Gejala Klinik

Setelah tertelan, S. typhi melintasi sawar lambung mencapai usus halus. Kuman

ditelan oleh fagosit mononuklear lalu bertahan hidup dan memperbanyak diri

dalam sel sehingga menimbulkan penyakit.1

Setelah masa inkubasi 10-14 hari, timbul demam, lemah, sakit kepala, konstipasi,

bradikardia, dan mialgia. Demam sangat tinggi dan limpa serta hati membesar.

Jumlah sel darah putih normal atau rendah, sebelum masa antibiotika komplikasi

utama demam tifoid adalah perdarahan usus dan perforasi.3

- Pencegahan dan pengendalian1

Pengalaman sedunia menunjukkan bahwa perbaikan sanitasi lingkungan, termasuk

pembuangan limbah dan pemasokan air akan menurunkan insiden demam tifoid

dengan tajam. Jika pendekatan ini belum dimungkinkan, dan bagi para pelancong,

imunisasi telah digunakan.

- Prognosis1

Terapi demam tifoid yang cocok, terutama jika pasien perlu dirawat secara medis

pada stadium dini, sangat berhasil. Angka kematian harus di bawah 1% dan hanya

sedikit penyulit yang terjadi.

5. Riketsia

8

Page 9: Lepto Spiros i 1

Riketsia adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan

ditularkan ke manusia melalui artropoda.3

- Patogenesis1

Penyakit riketsia berkembang setelah infeksi melalui kulit atau saluran napas.

Agen penyebab dari kelompok tifus dan demam spotted (bercak) masuk ke dalam

tubuh melalui gigitan vector artropoda yang terinfeksi.

- Patologi1

Perubahan mendasar pada kelompok penyakit demam tifus dan demam bercak

adalah perubahan vaskuler, disertai lesi yang tersebar luas pada parenkim organ

sekitarnya. Yang paling sering terjadi adalah pada kulit, otot, jantung, paru, dan

otak.

- Perawatan pendukung1

Sering membalik-balik pasien akan mengurangi tekanan dari bagian tulang yang

menonjol dan juga mencegah terjadinya pneumonia aspirasi. Perawatan mulut

yang benar, dengan sering mengusap rongga mulut, dapat mencegah terjadinya

parotitis dan gingivitis. Mengisap sari buah lemon atau menggunakan gliserin atau

minyak mineral juga sangat menolong. Biasanya makanan dapat diterima dengan

baik oleh penderita penyakit riketsia, dan diet harian harus mencakup 1 sampai 2

gram protein per kilogram berat badan normal. Jika diperlukan, pemberian

transfuse sel darah merah secara lambat juga sangat membantu. Dialisis

diperlukan jika terdapat bukti nyata adanya gagal ginjal akut.

6. Hepatitis A

Serangan hepatitis tipe A biasa terjadi di dalam keluarga dan panti perawatan,

perkemahan musim panas, dan terutama di antara tentara. Cara penularan yang paling

mungkin dalam keadaan ini adalah melalui tinja-mulut dan melalui kontak pribadi

yang erat. Pembawa virus dalam usus mungkin tidak ada. Penyakit klinis sering

terdapat pada anak-anak dan orang dewasa muda, dengan angka tertinggi antara umur

15 dan 30 tahun.1

Ledakan epidemik hepatitis tipe A yang tiba-tiba biasanya diakibatkan kontaminasi

tinja pada satu sumber (misalnya air minum, makanan, atau susu). Konsumsi kerang

mentah atau kerang yang tidak dimasak dengan benar dan berasal dari perairan yang

tercemar air buangan dapat menyebabkan berjangkitnya hepatitis.1

9

Page 10: Lepto Spiros i 1

Sumber infeksi lain juga adalah primata, bukan manusia, biasanya adalah simpanse.

Hewan ini menularkan infeksi hepatitis kepada orang-orang yang berhubungan erat

dengannya. HAV jarang ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi atau

melalui darah yang tercemar virus.1

Working Diagnosis

Leptospirosis merupakan istilah untuk penyakit yang disebabkan oleh semua

leptospira tanpa memandang serotipe tertentu.1

- Etiologi

Leptospirosis adalah infeksi menyeluruh manusia dan binatang yang disebabkan

oleh spiroheta genus Leptospira. Leptospira pathogen termasuk satu spesies,

Leptospira interrogans, yang berisi sekitar 200 serovar terpisah.4

- Epidemiologi

Leptospirosis diperkirakan merupakan zoonosis yang paling luas tersebar di dunia.

Penyakit ini terjadi pada berbagai binatang pejamu baik binatang liar maupun

peliharaan, termasuk vertebra poikilotermik.1 Tikus merupakan sumber utama

infeksi dan reservoir binatang lain yang penting adalah anjing, kucing, ternak, dan

binatang liar.4 Infeksi binatang bervariasi dan jika terinfeksi, binatang akan

mengeksresi spiroketa dalam urin selama masa yang lama.4

Kelangsungan hidup leptospira patogen dalam alam ditentukan oleh berbagai

faktor seperti pH urin pejamu, pH tanah atau air, dan perubahan suhu. Leptospira

dalam sebagian besar bekas urin pada tanah tetap infeksius selama 6-48 jam. Urin

yang asam akan membatasi kelangsungan hidup leptospira.1

Sebagian kasus manusia di seluruh dunia akibat dari pemajanan pekerjaan

terhadap air atau tanah yang dikontaminasi tikus. Kelompok pekerjaan dengan

insiden leptospirosis tinggi adalah pekerja pertanian, orang-orang yang hidup dan

bekerja pada lingkungan yang bayak tikus, individu yang terlibat pada peternakan

hewan atau dokter hewan, dan pekerja laboratorium.4 Kelompok lainnya juga

adalah pada orang-orang yang berenang atau merendam sebagian tubuh dalam air

yang tercemar.1

- Patogenesis dan Gambaran Klinik

10

Page 11: Lepto Spiros i 1

Infeksi pada manusia biasanya terjadi lewat air minum atau makan makanan yang

terkontaminasi oleh leptospira.3 Leptospira juga bisa masuk pada manusia melalui

kulit basah dan lebih disukai yang tergores atau melalui membrana mukosa,tetapi

hal ini jarang terjadi.3,4 Setelah masa inkubasi 1-2 minggu, muncul demam yang

waktu timbulnya bervariasi, dan selama masa ini spiroketa terdapat dalam aliran

darah. Kemudian organisme menetap dalam organ parenkimatosa (terutama hati

dan ginjal), yang menimbulkan perdarahan dan nekrosis jaringan dan

mengakibatkan disfungsi organ tersebut (ikterus, perdarahan, reensi nitrogen).

Penyakit ini bersifat bifasik, yaitu di mana setelah penyembuhan awal, timbul fase

kedua yang ditandai dengan peningkatan titer antibody IgM. Gejalanya seperti

meningitis aseptic, dengan sakit kepala dan leher yang hebat, leher kaku, dan

pleositosis dalam cairan serebrospinal. Dapat pula terjadi nefritis dan hepatitis,

lesi-lesi kulit, otot maupun mata. Serangan ginjal pada banyak spesies hewan

bersifat kronik dan mengakibatkan pengeluaran sejumlah besar leptospira dalam

air kemih dan hal ini mungkin sumber utama kontaminasi dan infeksi pada

manusia. Air kemih manusia juga dapat mengandung spiroketa pada minggu

kedua atau ketiga masa sakit. Antobodi aglutinasi, ikatan komplemen, dan lisis

timbul selama masa infeksi.3

- Gambaran Laboratorium1

Jumlah leukosit bervariasi dari leukopeni sampai peningkatan ringan pada pasien

tanpa ikterik. Pada pasien ikterik, leukositosis dengan jumlah 70.000 sel

permikroliter dapat terjadi. Bahan hemolitik ditunjukkan pada biakan leptospira

patogen. Berlawanan dengan berbagai hemolisin yang berasal dari bakteri yang

tidak bersifat hemolitik secara in vivo, hemolisin pada leptospira tampaknya aktif

secara in vivo. Pada pasien ikterik dapat terjadi anemia berat paling khas

disebabkan oleh hemolisis intravaskuler. Mekanisme lain terjadinya anemia

adalah azotemia dan kehilangan darah sekunder karena perdarahan. Dapat

dijumpai trombositopenia yang cukup menyebabkan perdarahan (kurang dari

30.000 trombosit per mikroliter). Kelainan hematologic lainnya adalah

peningkatan laju endap darah pada lebih dari separuh pasien (biasanya kurang dari

50mm/jam). Uranilisis selama fase leptospiremi menunjukkan proteinuria ringan,

silinder, dan peningkatan unsur-unsur sel. Pada infeksi tanpa ikterik, kelainan ini

cepat menghilang setelah minggu pertama. Proteinuria dan kelainan sedimen urin

biasanya tidk disertai dengan peningkatan nitrogen urea darah. Azotemia

11

Page 12: Lepto Spiros i 1

dilaporkan pada sekitar seperempat pasien. Tiga perempat dari pasien ini

mempunyai kadar nitrogen urea darah kurang dari 36 mmol/L (100 mg/dL).

Azotemia biasanya disertai dengan ikterik. Kadar bilirubin serum dapat mencapai

1110 µmol/L (65 mg/dL). Selama fase awal, separuh pasien mengalami kenaikan

kadar keratin fosfokinase (CK) serum, dengan angka rata-rata lima kali lipat kadar

normal.

- Diagnosis1

Diagnosis kerja yang paling umum dari pasien leptospirosis adalah meningitis,

hepatitis, nefritis, demam dengan sebab tidak diketahui (FUO), influenza,

sindroma Kawasaki, sindroma syok toksik, dan penyakit Legionnaire. Leptospira

dapat diisolasi cukup cepat selama fase awal dari darah dan cairan serebrospinal

atau selama fase kedua dari urin. Leptospira mungkin dikeluarkan dalam urin

sampai selama 11 bulan setelah awitan penyakit dan dapat menetap meskipun

diberi terapi antimikroba. Darah lengkap sebaiknya segera disuntikan ke dalam

tabung berisi medium setengah padat, seperti media Fletcher atau EMJH. Jika

media biakan tidak tersedia, leptospira dilaporkan tetap dapat hidup sampai 11

hari dalam darah yang ditambahkan antikoagulan. Metode serologic dapat

digunakan selama fase kedua, antibodi muncul mulai hari keenam sampai hari

kedua belas perjalanan penyakit.

- Prognosis1

Prognosis tergantung pada virulensi organisme dan keadaan umum pasien. Angka

kematian pada kasus-kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat bervariasi setiap

tahun. Umur pejamu merupakan fakor yang paling bermakna dalam hubungannya

dengan peningkatan kematian. Keganasan leptospira yang menginfeksi

berhubungan baik dengan perkembangan ikterik. Penyebab kematian biasanya

sekunder akibat perdarahan (terutama pada saluran makanan) atau gagal ginjal.

- Imunitas3

Terbentuk imunitas serovar spesifik yang kuat setelah infeksi, tetapi dapat terjadi

reinfeksi dengan serovar yang berbeda.

- Terapi

Bermacam obat antimikroba, seperti penisilin, streptomisin, senyawa yang

menyerupai tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, dan siprofloksasin, efektif

secara in vitro dan pada infeksi leptospira eksperimental.1

12

Page 13: Lepto Spiros i 1

Antimikroba merupakan obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang

merugikan manusia, dan antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu

mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis

lain.5

Dalam 4-6 jam setelah dimulai pemberian penisilin G, dapat terjadi reaksi tipe

Jarisch-Herxheimer yang menunjukkan aktivitas antileptospira. Pemberian

doksisiklin jika diberikan 4 hari setelah awitan gejala, secara bermakan dapat

memperpendek lama demam dan sebagian besar gejala lainnya serta menurunkan

kekerapan leptospiuria pada pasien sakit ringan.1

- Pencegahan dan Pengendalian

Leptospirosis pada hakikatnya adalah infeksi pada hewan, infeksi pada manusia

hanya kebetulan akibat kontak dengan air atau zat lain yang terkontaminasi

dengan tinja hewan. Leptospira dapat tetap hidup dalam air yang tergenang selama

beberapa minggu. Pengendalian terdiri atas pencegahan terhadap air yang

kemungkinan besar terkontaminasi dan mengurangi kontaminasi dari hewan

pengerat. Doksisiklin 200 mg diberikan melalui mulut seminggu sekali pada

waktu terjadi kontakyang hebat. Dapat dilakukan vaksinasi distemper-hepatis-

leptospirosis terhadap anjing.3

Kesimpulan

Leptospira merupakan suatu infeksi pada hewan, yang sesewaktu juga akan

menginfeksi manusia. Hal ini bisa terjadi jika manusia terkontaminasi dari benda-benda yang

sudah terkontaminasi sebelumnya.

Manusia yang sudah terkontaminasi akan mengalami perubahan dalam tubuhnya,

yang merupakan gejala-gejala khas dari pengaruh infeksi leptospirosis ini. Gejala-gejala yang

timbul bisa berupa menggigil berulang, suhu tubuh meningkat tinggi, sakit kepala, dan

mialgia berat berkelanjutan. Akibatnya bila tidak diberi pengobatan adalah munculnya tanda

fisik yang khas seperti penutupan konjungtiva, bisa juga diertai dengan fotofobia. Temuan

lain juga tetapi jarang seperti infeksi faring, perdarahan kulit dan ruam kulit.

Pengendalian dan pencegahan leptospira sekarang ini dengan tidak melakukan kontak

langsung dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi. Bagi para pekerja kebun, bisa

13

Page 14: Lepto Spiros i 1

memakai pelindung kaki dan tangan selama berkerja, dan mengawasi semua kegaiatan anak

di luar rumah serta diberikan vaksinasi bagi kelompok-kelompok rentan.

Daftar pustaka

1. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Prinsip-prinsip ilmu penyakit

dalam. Edisi 13 (2). Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012.h.836, 1001-11, 755-8,

833-6

2. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku ajar parasitologi kedokteran.

Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.h.195, 204-22

3. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC; 2002.h.509-10, 245, 332, 465, 322-4

4. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15 (2). Jakarta: Buku

Kedokteran EGC; 2000.h.1055

5. Gunawan SG. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.h.585

14