lingkungan fisik

25
Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik” Kelompok 8R 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam sebuah operasi kerja diperlukan penyeleksian operator kerja yang memenuhi syarat sehat fisik dan psikologis serta memiliki skill yang menunjang, tetapi tanpa adanya lingkungan fisik kerja yang baik maka akan timbul berbagai masalah dalam operasi kerja. Manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan, dalam arti segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri (intern), dapat juga dari pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia. (Wignjosoebroto, 1995, hal. 83) 2.1 Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Yang Mempengaruhi Kerja 2.1.1 Temperatur Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya. Menurut penyelidikan, berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut ini : + 49 o C :Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan fisik dan mental. + 30 o C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.

Upload: rian

Post on 11-Jun-2015

6.874 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam sebuah operasi kerja diperlukan penyeleksian operator kerja yang

memenuhi syarat sehat fisik dan psikologis serta memiliki skill yang menunjang,

tetapi tanpa adanya lingkungan fisik kerja yang baik maka akan timbul berbagai

masalah dalam operasi kerja.

Manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan,

dalam arti segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-

faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri (intern), dapat juga dari pengaruh

luar (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan

kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti

temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran

mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh

secara signifikan terhadap hasil kerja manusia.

(Wignjosoebroto, 1995, hal. 83)

2.1 Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Yang Mempengaruhi Kerja

2.1.1 Temperatur

Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal

sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20%

untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa

menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi,

radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang

membebaninya.

Menurut penyelidikan, berbagai tingkat temperatur akan memberikan

pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut ini :

+ 49 oC :Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh

diatas kemampuan fisik dan mental.

+ 30 oC : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan

cenderung untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul

kelelahan fisik.

Page 2: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

4

+ 24 oC : Kondisi optimum.

+ 10 oC : Kekakuan fisik yang ekstrem mulai muncul.

Dari hasil penyelidikan didapatkan bahwa produktivitas manusia akan

mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 – 27 derajat

Celcius.

(Wignjosoebroto,1995,hal.84)

2.1.2 Kelembaban

Kelembaban adalah banyaknya kadar air yang terkandung di dalam udara

(dinyatakan dalam %). Kelembaban sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh

temperatur udara. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban

tinggi akan mengakibatkan penguapan panas dari tubuh secara besar-besaran

(karena sistem penguapan). Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut

jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan

oksigen.

(Wignjosoebroto,1995,hal.84)

2.1.3 Siklus udara (ventilation)

Udara disekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03%

karbondioksida, dan 0,9% campuran gas-gas lain. Kotornya udara disekitar kita

dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan.

Sirkulasi udara akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih. Agar

sirkulasi terjaga dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang

cukup (lewat jendela), dapat juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan

kebutuhan akan oksigen yang cukup.

(Wignjosoebroto,1995,hal.85)

2.1.4 Pencahayaan (Lighting)

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat

objek secara jelas, cepat dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kurangnya

pencahayaan akan mengakibatkan mata operator/pekerja menjadi cepat lelah

karena mata akan berusaha untuk melihat jelas dengan membuka lebar-lebar.

Kelelahan mata akan mengakibatkan kelelahan mental dan kerusakan mata.

Kemampuan mata untuk melihat objek secara jelas dipengaruhi oleh ukuran

objek, derajat kekontrasan antara objek dengan sekelilingnya, luminansi

Page 3: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

5

(brightness), serta lamanya waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk

menghindari silau (glare) karena peletakan sumber cahaya yang kurang tepat,

sebaiknya sumber cahaya diletakkan sedemikian rupa sehingga cahaya mengenai

objek yang akan dilihat terlebih dahulu yang kemudian dipantulkan oleh objek

tersebut ke mata kita.

(Wignjosoebroto,1995,hal.85)

Kesilauan dapat ditimbulkan oleh tiga hal, yaitu:

1. Kesilauan Langsung

Terjadi akibat mata menerima cahaya secara langsung, tempat cahaya

terjadi dari penempatan lampu yang tidak tepat.

2. Kesilauan Tak Langsung

Terjadi akibat cahaya yang dipantulkan oleh bahan atau alat yang

mengkilat permukaan

3. Kesilauan Kontras

Terjadi akibat intensitas yang dipantulkan pada objek terlalu besar dari

intensitas latar belakang. Arah sinar sumber cahaya yang cukup

jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara baik.

Sinar-sinar dari berbagai arah akan meniadakan gangguan bayangan.

Pada umumnya intensitas penerangan dalam tempat kerja dapat diatur

menurut tabel dibawah ini :

Tabel 2.1. Pedoman Intensitas Penerangan

Jenis pekerjaan

Illuminansi

Kasar 100-200 lux

Sedang 200-500 lux

Halus 500-100 lux

Sangat halus 1000-2000 lux

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat

objek secara jelas, cepat dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kurangnya

pencahayaan akan mengakibatkan mata operator/pekerja menjadi cepat lelah

karena mata akan berusaha untuk melihat jelas dengan membuka lebar-lebar.

Kelelahan mata akan mengakibatkan kelelahan mental dan kerusakan mata.

Page 4: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

6

Pencahayaan buatan umumnya menggunakan energi listrik yang disebut juga

penerangan listrik.

Pencahayaan buatan harus memiliki syarat sebagai berikut :

a. Penerangan listrik harus sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh

tenaga kerja dengan intensitas yang cukup.

b. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan perubahan suhu udara yang

berlebihan pada tempat kerja.

c. Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas

yang tepat, menyebar merata tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak

menimbulkan bayangan yang mengganggu.

(Zulmiar, 1999)

2.1.5 Kebisingan (noise)

Salah satu bentuk polusi adalah kebisingan (noise) yang tidak dikehendaki

oleh telinga kita. Kebisingan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang dapat

mengganggu ketenangan kerja. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang

dapat menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :

Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama dapat menyebabkan ketulian

(deafness)

Intensitas –biasanya diukur dengan satuan decibel (dB), menunjukkan

besarnya arus energi per satuan luar.

Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai

ke telinga kita per detiknya.

Bising memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Bising yang kadangkala dan tak terduga akan lebih mengganggu dari pada

bising yang kontinu.

b. Sumber nada tinggi lebih mengganggu dari pada nada rendah.

c. Tugas yang menuntut konsentrasi mental terus-menerus akan lebih mudah

diganggu bising dari pada tugas lainnya.

d. Kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih mudah terpengaruh bising dari

pada pekerjaan rutin.

(Wignjosoebroto, 1995,hal.85-86)

Tabel 2.2 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya

Page 5: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

7

Kondisi suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi 120 Halilintar

Menulikan 110 Meriam 100 Mesin uap Jalan Hiruk Pikuk

Sangat Hiruk Pikuk 90 Perusahaan sangat gaduh 80 Pluit polisi Kantor gaduh

Kuat 70 Jalan pada umumnya Radio 60 Perusahaan Rumah gaduh

Sedang 50 Kantor pada umumnya Percakapan kuat 40 Radio perlahan Rumah tenang

Tenang 30 Kantor pribadi Auditorium 20 Percakapan 10 Suara dedaunan

Sangat Tenang Berbisik-bisik Batas Dengar Terendah 0

Efek kebisingan yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang

berdasarkan hasil penelitian di Amerika (penelitian NASA 1989) adalah :

a. Bila intensitas kebisingan terus meningkat, maka peningkatan yang

ditimbulkan tersebut dapat mempengaruhi pada perbaikan dalam kinerja.

Apabila melebihi intensitas tertentu maka akan menurunkan kinerja.

b. Kebisingan yang datang tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat menyebabkan

sebuah respon mengejutkan yang mengganggu konsentrasi dan

performance kerja fisik.

c. Kebisingan yang terjadi secara periodik maupun terus menerus dapat

menggangu dalam pekerjaan rumit.

d. Efek psikologis antara lain kegelisah, keadaan tak berdaya dan pengaruh

lain yang merugikan kinerja.

( Suyono, Meningkatkan Produktifitas Dengan Ergonomi)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya kebisingan merupakan

suara yang menggaggu atau suara yang tidak dikehendaki oleh yang

mendengarnya. Bising atau tidaknya suatu suara tidak hanya ditentukan oleh keras

Page 6: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

8

atau lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan oleh selera atau persepsi

seseorang terhadap sumber bunyi tersebut.

2.1.6 Bau-bauan

Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat

mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air

conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk

menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.

(Wignjosoebroto, 1995,P.86)

2.1.7 Getaran Mekanis

Getaran mekanis merupakan getaran–getaran yang ditimbulkan oleh

peralatan mekanis yang sebagian dari getaran tersebut sampai ke tubuh dan dapat

menimbulkan akibat–akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya

getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu

berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami

dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan

menimbulkan gangguan. Gangguan–gangguan tersebut diantaranya,

mempengaruhi konsentrasi kerja, mempercepat kelelahan, gangguan pada anggota

tubuh.

(Sritomo Wignjosoebroto,1995,hal 87)

2.2 QUASA TEST

Quasa merupakan penyedia solusi untuk mendukung pelayanan terhadap

pelanggan. Kegunaan pemakaian perangkat Quasa antara lain :

Perusahaan dapat mengurus pemeliharaan berbagai tipe aset (seperti

:kendaraan, software, peralatan) yang mereka miliki atau akan mereka jual, dan

mengikuti aktivitas yang berhubungan dengan aset-aset tersebut.

Dapat digunakan oleh bagaian penyedia pelayanan untuk memperbaiki

kecakapan, mengatur aktivitas para staf, dan juga meningkatkan hubungan baik

dengan para pelanggan.

(www.quasasoft.com)

Page 7: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

9

Quasa test adalah suatu metode QUASA, yakni pengukuran yang

menggabungkan pertanyaan objektif (tes bersifat benar/salah) dan penilaian

subjektif atas kepercayaan dari setiap tes yang dijawab.

Dalam praktikum kali ini kita menggunakan metode quasa test, karena

dengan metode ini, kita bisa menampilkan atau mengetahui seberapa besar kinerja

seorang pekerja dalam kondisi tertentu (yang dimaksud disini adalah sesuai

lingkungan fisik kerja, baik dari temperaturnya, pencahayaannya, kebisingannya,

ataupun yang lain). Kita dapat mengetahuinya dari hasil perolehan angka yang

dicapai setelah menyelesaikan beberapa pertanyaan yang diberikan.

Dalam metode ini, kita menggunakan software quasa test, dimana terdapat

dua tool yang kita pakai. Yang satu server, dan yang satu adalah client. Dalam tool

server ini, kita bisa mulai registry, serta memilih tipe pertanyaan yang tersedia.

Serta dalam tool ini juga kita bisa mengetahui hasil akhir perolehan angka yang

kita capai. Sedangkan tool client dipakai untuk menjawab beberapa pertanyaan

yang diberikan.

(www.google/TI_ITB/satwikalulu-13400092.co.id)

2.3. ANOVA

Anova adalah suatu teknis statistik yang secara kuantitatif menentukan

kontribusi variasi total, yang dibentuk dari setiap faktor derau dan faktor kendali.

Anova digunakan sebagai metode statistik untuk menginterprestasikan data-data

hasil percobaan.

Anova merupakan teknik perhitungan yang memungkinkan secara

kuantitatif mengestimasikan kontribusi dari setiap faktor pada semua pengukuran

respon. Anova yang digunakan pada desain parameter membantu

mengidentifikasikan kontribusi faktor sehingga akurasi perkiraan model dapat

ditentukan.

(www.google/TI_USU/Rekayasa_kualitas.co.id)

Page 8: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

10

BAB III

PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran pada variabel-

variabel lingkungan fisik kerja, dengan berbagai kondisi lingkungan kerja yang

meliputi kombinasi pada :

Temperatur : 25°, 30°

Pemakaian Lampu : 100, 200, dan 500 watt

Letak Lampu : atas

Kebisingan (mesin amplas) : mesin dihidupkan / tidak

3.1 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Temperatur

Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang seperti ini, maka:

- Diperlukan pencahayaan sebesar 200 Watt

- Sejuk : Dengan menghidupkan AC sebesar 25° di dalam ruangan

- Panas : Dengan menghidupkan AC sebesar 30° di dalam ruangan

Tabel 3.1 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari temperatur

Pengamatan ke- kondisi : pencahayaan normal, tidak bising

sejuk panas temperatur score temperatur score

1 25 24 30 21 2 25 24 30 25 3 25 28 29 24

rata-rata 25 25.33 29.67 23.33

3.2 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Kebisingan

Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang seperti ini, maka:

- Diperlukan pencahayaan sebesar 200 Watt

- Menghidupkan AC sebesar 25° di dalam ruangan

- Bising : Dengan menyalakan mesin di dalam ruangan ( mesin amplas)

Page 9: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

11

Tabel 3.2 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari kebisingan

pengamatan ke kondisi : pencahayaan normal, sejuk

bising tidak bising kebisingan score kebisingan score

1 84 22 55 24 2 85 22 54 24 3 84 23 53 28

rata-rata 84.33 22.33 54 25.33

3.3 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Pencahayaan

Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang seperti ini, maka:

- Menyalakan AC 25° di dalam ruangan

- Pencahayaan redup : Menyalakan lampu sebesar 100 Watt

Pencahayaan normal : Menyalakan lampu sebesar 200 Watt

Pencahayaan silau : Menyalakan lampu sebesar 500 Watt

Tabel 3.3 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari pencahayaan

pengamatan ke kondisi : tidak bising, sejuk

pencahayan redup pencahayaan normal pencahayaan silau pencahayaan score pencahayaan score pencahayaan score

1 19 24 204 24 559 24 2 19 28 205 24 560 29 3 19 25 204 28 561 29

rata-rata 19 25.67 204.33 25.33 560 27.33

3.4 Perbandingan Score Berdasarkan Kondisi Lingkungan Fisik

Membandingkan score pada kondisi lingkungan fisik pencahayaan silau,

panas, dan bising dengan kondisi lingkungan fisik pencahayaan normal, sejuk,

dan tidak bising.

Tabel 3.4 Tabel perbandingan score berdasarkan kondisi lingkungan fisik

Pengamatan ke- kondisi : silau, panas,

dan bising Kondisi : normal, sejuk,

tidak bising

1 19 24 2 21 24 3 22 28

Rata-rata 20.67 25.33

BAB IV

Page 10: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

12

PENGOLAHAN DATA

Setelah melakukan praktikum, maka data yang didapat diolah, untuk

mengetahui nilai yang diperoleh operator dalam menjalankan Quasa Test

berdasarkan perbedaan pada kondisi :

4.1 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Temperatur

Data analisis ANOVA :

Parameter temperatur, dengan kondisi pencahayaan normal 200 watt, dan tidak

bising.

Tabel 4.1 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari temperatur

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance Sejuk 3 75 25 0 Panas 3 89 29.66667 0.333333 ANOVA Source of Variation SS df MS F P-value F crit Between Groups 32.66667 1 32.66667 196 0.000151 7.708647 Within Groups 0.666667 4 0.166667 Total 33.33333 5

Count adalah jumlah pengambilan data, yaitu masing-masing 3 data

masukan untuk temperatur sejuk dan panas.

Sum adalah jumlah data masukan, yaitu 75 untuk temperatur sejuk dan 89

untuk temperatur panas.

Average adalah rata-rata dari data masukan yaitu 25 untuk kondisi

temperatur sejuk dan 29.667 untuk temperatur panas.

Variance adalah variansi dari nilai operator. Pada kondisi sejuk variansi nilai

operator adalah 0 dan pada kondisi panas variansi nilainya 0.33 .

Nilai SS yang didapat between groups adalah 32.667, sedangkan nilai SS

within grops sebesar 0.667. Dan total keduanya adalah 33.333.

Nilai Df yang didapat between groups adalah 1, sedangkan nilai Df within

grops sebesar 4, maka totalnya adalah 5.

Page 11: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

13

Nilai MS yang didapat between groups adalah 32.667, sedangkan nilai MS

within grops sebesar 0.1667.

Fhitung sebesar 196.

P-Value yang didapat sebesar 0.000151.

Ftabel sebesar 7.708647.

4.2 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Kebisingan

Data analisis ANOVA :

Parameter Kebisingan, dengan kondisi pencahayaan normal, sejuk.

Tabel 4.2 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari kebisingan

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance Bising 3 253 84.33333 0.333333 tidak bising 3 162 54 1 ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 1380.167 1 1380.167 2070.25 1.4E-06 7.708647 Within Groups 2.666667 4 0.666667 Total 1382.833 5

Count adalah jumlah pengambilan data, yaitu masing-masing 3 data

masukan untuk bising dan tidak bising.

Sum adalah jumlah data masukan, yaitu 253 untuk keadaan bising dan 162

untuk tidak bising.

Average adalah rata-rata dari data masukan yaitu 84.33 untuk keadaan

bising dan 54 untuk tidak bising.

Variance adalah variansi dari nilai operator. Pada kondisi bising variansi nilai

operator adalah 0.333 dan pada kondisi tidak bising variansi nilainya 1.

Nilai SS yang didapat between groups adalah 1380.167, sedangkan nilai SS

within grops sebesar 2.667. Dan total keduanya adalah 1382.833.

Nilai Df yang didapat between groups adalah 1, sedangkan nilai Df within

grops sebesar 4, maka totalnya adalah 5.

Page 12: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

14

Nilai MS yang didapat between groups adalah 1380.167, sedangkan nilai MS

within grops sebesar 0.667.

Fhitung sebesar 2070.25.

P-Value yang didapat sebesar 1.4 x 10-6.

Ftabel sebesar 7.708647.

4.3 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Pencahayaan

Data analisis ANOVA :

Parameter Pencahayaan (normal,silau,& redup), dengan kondisi tidak bising,

dan sejuk.

Tabel 4.3 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari pencahayaan

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance Redup 3 57 19 0 normal 3 613 204.3333 0.333333 Silau 3 1680 560 1 ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 453528.2 2 226764.1 510219.3 2.03E-

16 5.143253 Within Groups 2.666667 6 0.444444 Total 453530.9 8

Count adalah jumlah pengambilan data, yaitu masing-masing 3 data

masukan untuk cahaya normal dan silau.

Sum adalah jumlah data masukan, yaitu 57 untuk cahaya redup, 613 untuk

kondisi normal dan 1680 untuk kondisi silau.

Average adalah rata-rata dari data masukan yaitu 19 untuk kondisi cahaya

redup, 204.33 untuk kondisi normal dan 560 untuk kondisi silau.

Variance adalah variansi dari nilai operator. Pada kondisi cahaya redup nilai

operator adalah 0, pada kondisi normal nilainya 0.3333 dan pada kondisi

silau variansi nilainya 1.

Page 13: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

15

Nilai SS yang didapat between groups adalah 453528.2, sedangkan nilai SS

within grops sebesar 2.666667. Dan total keduanya adalah 453530.9.

Nilai Df yang didapat between groups adalah 2, sedangkan nilai Df within

grops sebesar 6, maka totalnya adalah 8.

Nilai MS yang didapat between groups adalah 226764.1, sedangkan nilai MS

within grops sebesar 0.444444.

Fhitung sebesar 510219.3.

P-Value yang didapat sebesar 2.03 x 10-16.

Ftabel sebesar 5.143253.

4.4 Perbandingan Score Berdasarkan Kondisi Lingkungan Fisik

Data analisis ANOVA :

Membandingkan score pada kondisi lingkungan fisik pencahayaan silau, panas,

dan bising dengan kondisi lingkungan fisik pencahayaan normal, sejuk, dan

tidak bising.

Tabel 4.4 Hasil Anova berdasarkan kondisi lingkungan fisik

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance silau, panas, dan bising 3 62 20.66667 2.333333 normal, sejuk, tidak bising 3 76 25.33333 5.333333 ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit Between Groups 32.66667 1 32.66667 8.521739 0.043278 7.708647 Within Groups 15.33333 4 3.833333 Total 48 5

Count adalah jumlah pengambilan data, yaitu masing-masing 3 data

masukan untuk kondisi silau, panas, bising dan kondisi normal, sejuk, tidak

bising.

Sum adalah jumlah data masukan, yaitu 62 untuk kondisi silau, panas,

bising dan 76 untuk kondisi normal, sejuk, tidak bising.

Page 14: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

16

Average adalah rata-rata dari data masukan yaitu 20.66667 untuk kondisi

kondisi silau, panas, bising dan 25.33333 untuk kondisi normal, sejuk, tidak

bising.

Variance adalah variansi dari nilai operator. Pada kondisi kondisi silau,

panas, bising variansi nilai operator adalah 2.333333 dan pada kondisi

normal, sejuk, tidak bising variansi nilainya 5.333333.

Nilai SS yang didapat between groups adalah 32.66667, sedangkan nilai SS

within grops sebesar 15.33333. Dan total keduanya adalah 48.

Nilai Df yang didapat between groups adalah 1, sedangkan nilai Df within

grops sebesar 4, maka totalnya adalah 5.

Nilai MS yang didapat between groups adalah 32.66667, sedangkan nilai MS

within grops sebesar 3.833333.

Fhitung sebesar 8.521739.

P-Value yang didapat sebesar 0.043278.

Ftabel sebesar 7.708647.

BAB V

ANALISA

Page 15: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

17

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kami melakukan analisa

dengan membandingkan unsur-unsur yang mempengaruhi lingkungan fisik kerja

menggunakan Anova: Single Factor, yaitu antara lain temperatur / suhu ruangan,

tingkat kebisingan, dan pencahayaan. Perbandingan nilai yang diperoleh operator

dalam test dengan pengaturan pada kondisi variabel :

5.1 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Temperatur

Temperatur ruangan sangat berpengaruh terhadap kerja operator. Pada

dasarnya, tubuh manusia mengubah energi kimia menjadi energi mekanis dan

panas. Tubuh menggunakan panas untuk menjaga temperatur inti /utama tubuh

agar tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada

sekeliling diluar tubuh. Maka ada pertukaran yang tetap dari panas tubuh dan

sekelilingnya.

Bila temperatur ruangan kerja terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka dapat

menimbulkan ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan

fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia. Kondisi panas yang

berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan

meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja.

Sebaliknya, kondisi dingin yang berlebihan akan mengakibatkan rasa malas

sehingga akan mengurangi kewaspadaan dan konsentrasi, terutama berhubungan

dengan pekerjaan yang menuntut kesiapan mental.

Data yang diperoleh dari hasil praktikum adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari temperatur

Pengamatan ke- kondisi : pencahayaan normal, tidak bising

sejuk panas temperatur score temperatur score

1 25 24 30 21 2 25 24 30 25 3 25 28 29 24

rata-rata 25 25.33 29.67 23.33 Berdasarkan data di atas, tampak bahwa nilai paling tinggi adalah pada

temperatur ruangan 25oC. Hal ini sesuai dengan ketentuan bahwa temperatur yang

nyaman bagi manusia untuk bekerja adalah pada temperatur sekitar 24oC.

Selain itu, urutan percobaan juga mempengaruhi. Karena percobaan dengan

kondisi sejuk dilakukan pertama kali, maka pada saat operator mengerjakan test

pada suhu yang tinggi (29-30oC) timbul rasa tidak nyaman di dalam ruangan.

Karena pada temperatur yang 30oC dapat menyebabkan turunnya aktivitas mental

Page 16: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

18

dan daya tanggap, sehingga operator banyak melakukan kesalahan dalam

pekerjaan.

Tabel 5.2 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari temperatur

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance Sejuk 3 75 25 0 Panas 3 89 29.66667 0.333333 ANOVA Source of Variation SS df MS F P-value F crit Between Groups 32.66667 1 32.66667 196 0.000151 7.708647 Within Groups 0.666667 4 0.166667 Total 33.33333 5

Analisa Anova

1. Ho: µ1 = µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik kerja tidak

berbeda secara signifikan

2. H1: µ1 ≠ µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik berbeda secara

signifikan

3. = 0.05

4. Jika F hitung < F tabel ; maka terima Ho

Jika F hitung > F tabel ; maka tolak Ho

5. F hitung : 196

F tabel : 7.708647

F hitung > F tabel, maka Ho ditolak

6. Jika Probabilitas (P-Value) > , maka terima Ho

Jika Probabilitas (P-Value) < , maka tolak Ho

7. P-Value = 0.000151

P-Value < , maka Ho ditolak

Dari analisa diatas didapat F hitung yang lebih besar dari F tabel dan P-

Value lebih kecil dari , sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai test yang

diperoleh berbeda secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat,

Page 17: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

19

yaitu bahwa temperatur berpengaruh secara signifikan terhadap kerja operator saat

menyelesaikan pekerjaannya.

5.2 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Kebisingan

Tingkat kebisingan juga memiliki pengaruh terhadap kerja operator.

Kebisingan adalah segala macam bunyi-bunyian yang dapat mengganggu

konsentrasi kerja operator. Selain mengganggu konsentrasi, kebisingan yang

kontinu dapat menyebabkan gangguan pada ketenangan kerja, alat pendengaran,

dan dapat pula menimbulkan kesalahan komunikasi.

Data yang diperoleh dari praktikum adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari kebisingan

pengamatan ke kondisi : pencahayaan normal, sejuk

bising tidak bising kebisingan score kebisingan score

1 84 22 55 24 2 85 22 54 24 3 84 23 53 28

rata-rata 84.33 22.33 54 25.33

Dari hasil praktikum terlihat bahwa nilai tertinggi diperoleh ketika operator

berada dalam ruangan yang tidak bising dengan intensitas kebisingan sekitar 54

dB. Kondisi ini seperti kondisi kebisingan kantor pada umumnya (50 dB).

Sedangkan nilai operator dalam keadaan bising dengan intensitas kebisingan

sekitar 84.33 dB lebih tinggi dan terpaut jauh dengan nilai operator dalam keadaan

tidak bising. Hal ini dakarenakan pada kondisi ini sangatlah tidak nyaman karena

hampir mirip dengan kondisi perusahaan yang sangat gaduh (90 dB).

Tabel 5.4 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari kebisingan

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance bising 3 253 84.33333 0.333333 tidak bising 3 162 54 1 ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 1380.167 1 1380.167 2070.25 1.4E-06 7.708647 Within Groups 2.666667 4 0.666667

Page 18: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

20

Total 1382.833 5

Analisa Anova

1. Ho: µ1 = µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik kerja tidak

berbeda secara signifikan

2. H1: µ1 ≠ µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik berbeda secara

signifikan

3. = 0.05

4. Jika F hitung < F tabel ; maka terima Ho

Jika F hitung > F tabel ; maka tolak Ho

5. F hitung : 2070.25

F tabel : 7.708647

F hitung > F tabel, maka Ho ditolak

6. Jika Probabilitas (P-Value) > , maka terima Ho

Jika Probabilitas (P-Value) < , maka tolak Ho

7. P-Value = 1,4 x 10-6

P-Value < , maka Ho ditolak

Dari analisa diatas didapat F hitung yang lebih besar dari F tabel dan P-

Value lebih kecil dari , sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai test yang

diperoleh berbeda secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat,

yaitu bahwa tingkat kebisingan berpengaruh secara signifikan terhadap kerja

operator saat menyelesaikan pekerjaannya.

5.3 Data Pengamatan Pada Kondisi Fisik Ditinjau Dari Pencahayaan

Pencahayaan (letak lampu dan dayanya) sangat mempengaruhi kemampuan

visual operator untuk dapat melihat benda-benda secara jelas. Suatu ratio kontras

yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tetapi variasi yang berlebihan dari

luminansi dapat menimbulkan masalah. Bila cahaya utama terlalu terang, mata

akan mengalami kesulitan untuk melihat dengan cermat karena silau.

Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 5.5 Tabel pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari pencahayaan

pengamatan ke kondisi : tidak bising, sejuk

pencahayan redup pencahayaan normal pencahayaan silau pencahayaan score pencahayaan score pencahayaan score

1 19 24 204 24 559 24

Page 19: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

21

2 19 28 205 24 560 29 3 19 25 204 28 561 29

rata-rata 19 25.67 204.33 25.33 560 27.33 Dari tabel dapat terlihat bahwa nilai tertinggi didapat operator dalam kondisi

lingkungan kerja dengan pencahayaan silau dengan intensitas berkisar diatas 560

lux. Dengan demikian, berarti dapat dikatakan bahwa operator merasa paling

nyaman di dalam ruangan yang silau. Hal ini sesuai dengan ketentuan bahwa

intensitas penerangan telah sesuai untuk pekerjaan sedang (200-500 lux). Dalam

kenyataannya, pada saat melakukan praktikum dengan pencahayaan silau,

keadaan ruangan pada saat itu tidak benar-benar silau karena masih ada cahaya

yang keluar menuju ruangan di belakang. Dari ketiga kondisi pencahayaan tesebut

tidak ditemukan hasil test yang berbeda secara signifikan.

Tabel 5.6 Hasil Anova pengamatan lingkungan kerja ditinjau dari pencahayaan

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance Redup 3 57 19 0 normal 3 613 204.3333 0.333333 Silau 3 1680 560 1 ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 453528.2 2 226764.1 510219.3 2.03E-

16 5.143253 Within Groups 2.666667 6 0.444444 Total 453530.9 8

Analisa Anova

1. Ho: µ1 = µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik kerja tidak

berbeda secara signifikan

2. H1: µ1 ≠ µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik berbeda secara

signifikan

3. = 0.05

4. Jika F hitung < F tabel ; maka terima Ho

Jika F hitung > F tabel ; maka tolak Ho

5. F hitung : 510219.3

F tabel : 5.143253

F hitung > F tabel, maka Ho ditolak

Page 20: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

22

6. Jika Probabilitas (P-Value) > , maka terima Ho

Jika Probabilitas (P-Value) < , maka tolak Ho

7. P-Value = 2.03 x 10-16

P-Value < , maka Ho ditolak

Dari analisa diatas didapat F hitung yang lebih besar dari F tabel dan P-

Value lebih kecil dari , sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai test yang

diperoleh berbeda secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat,

yaitu bahwa pencahayaan berpengaruh secara signifikan terhadap kerja operator

saat menyelesaikan pekerjaannya.

5.4 Perbandingan Score Berdasarkan Kondisi Lingkungan Fisik

Tabel 5.7 Tabel perbandingan Score berdasarkan kondisi Lingkungan Fisik

Pengamatan ke- kondisi : silau, panas,

dan bising Kondisi : silau, sejuk,

tidak bising

1 19 24 2 21 29 3 22 29

Rata-rata 20.67 27.33

Nilai tertinggi ada pada saat kondisi ruangan yang pencahayaannya silau

(560 lux), sejuk (25oC), tidak bising (54 dB). Hal ini disebabkan karena operator

merasa nyaman berada dalam ruangan dengan kondisi baik dengan pencahayaan

silau (>500 lux), temperatur optimum (24oC), dan intensitas kebisingan sedang (50

dB). Tetapi setelah dilakukan percobaan dengan ruangan yang silau, panas, bising,

ternyata nilai yang diperoleh operator terpaut jauh. Hal ini bisa dikarenakan

percobaan dengan kondisi pencahayaan silau, sejuk, tidak bising merupakan

kondisi kerja yang paling ideal dan nyaman sehingga performans kerja yang

didapat menjadi maksimal. Namun pada umumnya pencahayaan yang normal

menghasilkan performa yang maksimal, tetapi pada praktikum ini cahaya yang

silaulah yang menghasilkan performa yang terbesar, hal ini mungkin terjadi karena

cahaya sekitar lebih tinggi daripada cahaya pada layar operator, sehingga operator

lebih nyaman untuk bekerja.

Tabel 5.8 Hasil Anova untuk perbandingan Score berdasarkan kondisi Lingkungan

Fisik

Anova: Single Factor SUMMARY

Page 21: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

23

Groups Count Sum Average Variance silau, panas, dan bising 3 62 20.66667 2.333333 normal, sejuk, tidak bising 3 76 25.33333 5.333333 ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit Between Groups 32.66667 1 32.66667 8.521739 0.043278 7.708647 Within Groups 15.33333 4 3.833333 Total 48 5

Analisa Anova

1. Ho: µ1 = µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik kerja tidak

berbeda secara signifikan

2. H1: µ1 ≠ µ2 : nilai operator pada lingkungan fisik berbeda secara

signifikan

3. = 0.05

4. Jika F hitung < F tabel ; maka terima Ho

Jika F hitung > F tabel ; maka tolak Ho

5. F hitung : 8.521739

F tabel : 7.708647

F hitung > F tabel, maka Ho ditolak

6. Jika Probabilitas (P-Value) > , maka terima Ho

Jika Probabilitas (P-Value) < , maka tolak Ho

7. P-Value = 0.043278

P-Value < , maka Ho ditolak

Dari analisa diatas didapat F hitung yang lebih besar dari F tabel dan P-

Value lebih kecil dari , sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai test yang

diperoleh berbeda secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapat,

yaitu bahwa pencahayaan, temperatur, serta kebisingan berpengaruh secara

signifikan terhadap kerja operator saat menyelesaikan pekerjaannya.

Page 22: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

24

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Page 23: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

25

Kemampuan kerja operator dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri (intern), dapat juga berupa pengaruh

dari luar (ekstern). Faktor yang berasal dari luar (lingkungan fisik kerja) antara lain

adalah :

Temperatur/suhu ruangan

Dari hasil praktikum, tampak bahwa operator mendapat nilai tertinggi pada

temperatur ruangan 25-26 oC. Hal ini sesuai dengan ketentuan bahwa temperatur

yang nyaman bagi manusia untuk bekerja adalah pada temperatur sekitar 24-27 oC. Selain itu, urutan percobaan juga mempengaruhi. Karena percobaan dengan

kondisi sejuk dilakukan pertama kali, maka operator pada saat melakukan test

pada suhu yang tinggi menimbulkan rasa tidak nyaman di dalam ruangan.

Kebisingan (noise)

Nilai tertinggi ada pada saat kondisi ruangan tidak bising. Nilai yang

diperoleh dalam keadaan bising jauh lebih rendah. Hali ini menunjukkan bahwa

operator sangat terpengaruh dengan suara yang bising yang menurunkan

konsentrasi kerjanya.

Tingkat Pencahayaan (Lighting)

Nilai tertinggi ada pada saat kondisi pencahayaan silau. Pada kenyataannya

saat praktikum, keadaan penerangan tidaklah bebar-benar silau, sehingga operator

merasa nyaman dalam melihat monitor komputer. Sedangkan pada pencahayaan

normal dan redup, operator mendapat nilai yang lebih rendah. Namun selisih nilai

yang diperoleh operator antara pencahayaan normal dan redup maupun silau tidak

terpaut jauh. Karena bagi operator perbedaan kondisi dari cahaya normal ke silau

maupun ke redup tidak terlalu terasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai tidak

berbeda secara signifikan.

6.2 Saran

1. Sebaiknya alat-alat pengukuran diperiksa terlebih dahulu sebelum

praktikum, agar pengukuran lebih akurat.

Page 24: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

26

2. Sebaiknya saat operator bekerja, anggota kelompok yang lain tidak

mengganggu suasana di ruangan itu sehingga operator bisa bekerja dengan

fokus.

3. Seharusnya game lebih bervariasi agar operator tidak bosan dan jenuh.

4. Sebaiknya operator berkonsentrasi pada komputer.

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: lingkungan fisik

Laporan Praktikum PSK dan Ergonomi Modul 2B ”Lingkungan Fisik”

Kelompok 8R

27

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 1.

Institut Teknologi Sepuluh November : Surabaya.

Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya,

Jakarta : 2000.

www.google/TI_ITB/satwikalulu-13400092.co.id

www.quasasoft.com

www.google/TI_USU/Rekayasa_kualitas.co.id