makalah i mpk agama islam

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miss World merupakan ajang kecantikan yang dewasa ini semakin digandrungi oleh para wanita tetapi diragukan kehalalannya dalam islam. Wanita- wanita tersebut berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar wanita tercantik. Masyarakat dengan sadar namun sedikit apatis dalam menanggapi kontes kecantikan tersebut. Memang terdapat pro-kontra di dalam ajang kontes kecantikan ini namun dari segi islam semua yang terkandung dalam kontes kecantikan tersebut lebih baik dijauhkan meskipun ada kebaikan- kebaikan pula yang terkandung di dalamnya. Nilai kebaikan yang terkandung dalam kontes kecantikan tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari tanpa harus mengikuti ajang tersebut. Baik Miss World maupun Miss World Muslimah, sama-sama merupakan ajang yang berusaha menampilkan kecantikan dan berlenggak-lenggok penuh gaya dan genit bahkan berbusana yang jauh dari nilai islam. Masyarakat yang menilai pro atau setuju terhadap adanya ajang ini beranggapan bahwa kontes kecantikan ini memiliki sisi positif untuk negara padahal tanpa disadari larangan-larangan untuk wanita dilanggar 1

Upload: sari-rahmawati

Post on 30-Dec-2015

90 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Makalah I MPK Agama Islam

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Miss World merupakan ajang kecantikan yang dewasa ini semakin

digandrungi oleh para wanita tetapi diragukan kehalalannya dalam islam.

Wanita-wanita tersebut berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar wanita

tercantik. Masyarakat dengan sadar namun sedikit apatis dalam menanggapi

kontes kecantikan tersebut. Memang terdapat pro-kontra di dalam ajang

kontes kecantikan ini namun dari segi islam semua yang terkandung dalam

kontes kecantikan tersebut lebih baik dijauhkan meskipun ada kebaikan-

kebaikan pula yang terkandung di dalamnya. Nilai kebaikan yang terkandung

dalam kontes kecantikan tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari tanpa harus mengikuti ajang tersebut.

Baik Miss World maupun Miss World Muslimah, sama-sama

merupakan ajang yang berusaha menampilkan kecantikan dan berlenggak-

lenggok penuh gaya dan genit bahkan berbusana yang jauh dari nilai islam.

Masyarakat yang menilai pro atau setuju terhadap adanya ajang ini

beranggapan bahwa kontes kecantikan ini memiliki sisi positif untuk negara

padahal tanpa disadari larangan-larangan untuk wanita dilanggar dalam ajang

ini. Namun masyarakat menganggap hal-hal tersebut adalah biasa dan bukan

merupakan sebuah pelanggaran.

Oleh karena itu, pandangan bahwa nilai yang terkandung pada setiap

kontes kecantikan harus diluruskan agar tidak terdapat sesat pikir dalam

menanggapi kontes kecantikan ini. Kemudian sikap apatis masyarakat yang

telah menyadari bahwa perbuatan tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

keislaman harus diubah karena kontribusi aktifnya masyarakat dalam

menyadari hal tersebut dapat berperan dalam membantu mengubah pandangan

masyarakat ke arah yang sesuai dengan nilai-nilai islam.

1

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah terselenggaranya Miss World dan Miss World

Muslimah?

2. Bagaimana kaitan kontes kecantikan dengan agama Islam, budaya, seni,

filsafat dan ilmu pengetahuan?

3. Apakah ajang kontes kecantikan sesuai dengan nilai dan norma agama

Islam?

4. Bagaimana pandangan islam terhadap seni yang terkandung dalam Ajang

Miss World Muslimah?

5. Apakah dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari

penyelenggaraan kontes kecantikan?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah berdasarkan pemicu berupa artikel yang

berjudul “Miss World vs Miss World Muslimah, Mana yang Halal?”, tujuan

penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui sejarah adanya Miss World dan Miss World Muslimah

2. Mengetahui kaitan kontes kecantikan dengan agama Islam, budaya, seni,

filsafat dan ilmu pengetahuan

3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kontes kecantikan

4. Mengetahui persepsi Islam tentang adanya kontes kecantikan

1.4 Manfaat Penulisan

1. Memahami kaidah Islam yang tepat dalam berpakaian

2. Menerapkan nilai-nilai positif yang didapat dari sebuah kontes kecantikan

3. Memilah-milah mana yang baik dan buruk bagi kehidupan

4. Meminimalisasi dampak negatif yang mungkin timbul dari sebuah kontes

kecantikan

2

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun berdasarkan sistematika berikut :

a. Judul

b. Penulis

c. Abstrak

d. Kata kunci

e. Pendahuluan

f. Pembahasan

g. Kesimpulan dan saran

h. Daftar pustaka

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kontes Kecantikan

Kontes kecantikan merupakan kompetisi yang berfokus pada fisik

keindahan kontestan, meskipun kontes seperti itu sering menggabungkan

kepribadian, bakat, dan jawaban atas pertanyaan juri sebagai kriteria penilaian.

Ungkapan ini hampir selalu mengacu hanya untuk kontes untuk wanita dan anak

perempuan. Sedangkan untuk pria atau anak laki-laki sering disebut man body

contest. Pemenang kontes kecantikan disebut ratu kecantikan. Kontes kecantikan

didasarkan pada kecantikan, make up yang sesuai, gaya rambut, keindahan gaun,

model baju renang, dan wawancara pribadi. Pemenang dari kontes kecantikan

akan diberi penghargaan berupa gelar, tiara atau mahkota, ikat pinggang, obligasi

tabungan, dan hadiah uang tunai.

2.2 Sejarah Miss World dan Miss World Muslimah

Miss World adalah kontes kecantikan internasional yang diprakarsai

oleh Eric Morley pada tahun 1951 dan pertama kali diadakan di Inggris. Setelah

kematian Eric Morley pada tahun 2000, istrinya, Julia Morley, menggantikannya

sebagai ketua. Bersama rivalnya Miss Universe dan Miss Earth, kontes ini

menjadi salah satu yang dikenal oleh masyarakat umum. Pemenang menghabiskan

waktu setahun berkeliling dunia sebagai wakil dari Miss World Organization dan

berbagai acaranya.

Jika Miss World mengusung 3B (Beauty, Brain and Behaviour) maka

Miss World Muslimah adalah 3S (Shalihah, Smart and Stylish). Jika diperhatikan

dan dicermati lebih jauh, maka akan didapati banyak kesamaan dalam kedua

kontes ini selain dari Brain dengan Smart dan Beauty dengan Stylish. Pendirinya

adalah Eka Shanty. Tujuannya adalah agar yang terpilih menjadi duta

kemanusiaan.

4

2.3 Pandangan Islam dan Budaya Tentang Kontes Kecantikan

Dari segi agama, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang keras perbuatan

tabarruj yakni, menampakkan kecantikan dan perhiasan ketika berada di luar

rumah bagi kaum perempuan dan menyerupakannya dengan perbuatan wanita di

jaman Jahiliyah. Allah Azza wa Jalla berfirman:

�ول�ى األ� �ة ي �ج�اهل ال ج� �ر� �ب ت ج�ن� �ر� �ب ت و�ال� �ن� ك �وت �ي ب في ن� و�ق�ر�

“Dan hendaklah kalian (wahai istri-istri Nabi) menetap di rumah-rumah kalian

dan janganlah kalian bertabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan

bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu” [al-

Ahzaab:33].

Dari segi budaya atau kebudayaan dapat dipahami sebagai usaha dan hasil

usaha-usaha manusia menyelesaikan kehendaknya untuk hidup dengan alam yang

ada di kelilingnya. Menurut Buya Hamka, semua manusia yang berakal-budi

adalah berbudaya, sebab budaya adalah hasil akal budi yang dipengaruhi ruang

dan waktu, serta masyarakat yang mengelilinginya. Maka bagi Islam, kebudayaan

haruslah diterangi oleh iman. “Maka adalah iman sebagai pemberi cahaya bagi

akal budi dan daya-upaya dalam hidup, hendaklah

menjadi amalnya yang saleh!”, terang Buya Hamka dan sejarah telah mencatat,

baik di dunia dan di Indonesia, cahaya Islam telah menerangi berbagai aspek

kebudayaan. Islamlah yang memberi kita budaya yang lebih beradab. Islamlah

yang memberikan pakaian keindahan yakni, memakaikan pakaian dan

menutupkan aurat bagi orang-orang yang sebelumnya telanjang.

Ketika dalam masyarakat telah dipahami bahwa kebudayaan terdiri dari

tiga hal, pengetahuan, filsafat dan seni, maka hal-hal itu perlu diterangi cahaya

Iman. Buya Hamka kembali mengingatkan, “Islam mengajarkan bahwasannya di

dalam mencari ilmu pengetahuan, atau filsafat, atau seni, satu hal perlu diingat.

Yaitu betapa nilainya bagi jiwa. ” Kemudian beliau melanjutkan, “…Disamping

mencari yang benar dan mengelakkan yang salah, atau mencari yang baik dan

menjauhi yang jahat, haruslah diperhatikan yang manfaat dan yang mudharat itu.”

5

2.4 Pandangan Islam terhadap Seni dari Miss World Muslimah

Kata seni seringkali dirangkai dengan kata lain, umpama budaya yang

menjadi seni budaya. Pengertian seni sebenarnya rancu, karena seni yang benar

merupakan bagian dari budaya. Hingga kini belum ada lembaga yang mengkaji

sebuah kajian seni komprehensif, ataupun apresiatif, padahal seni apresiatif telah

banyak dijadikan dasar seni di masyarakat, seperti kritik seni yang mengkaji

perkembangan seni Islam dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat

muslim.

Berdasarkan dalil aqliyah (rasional) bahwa Al-qur’an sendiri mengandung

nilai seni yang amat tinggi. Mungkin hal ini pula yang dijadikan alasan dalam

pengadaan ajang Miss Muslimah dari tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya

cantik, ajang Miss Muslimah ini mengharuskan para pesertanya yang dari enam

negara, seperti Indonesia, Malaysia, Iran, Bangladesh, Nigeria serta Brunei

Darusaalaam, menjunjung tinggi 3S, yaitu Shalihah, Smart, dan Stylish, dimana

para peserta pun diwajibkan mengenakan berhijab. Dengan kata lain, para peserta

disini mempersembahkan kepada para muslimah di Indonesia dan beberapa

negara yang ikut dalam ajang ini yang telah memakai hijab di usia remaja dan

berkomitmen menjadikan Al-qur’an dan Hadist sebagai pedoman hidup utama

serta mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan .

Dari sisi seni itulah Islam atau masyarakat Islam di Indonesia dan

beberapa masyarakat lainnya menyetujui dan mendukung terselenggaranya ajang

ini. Menurut juru bicara Miss Muslimah 2013, Muhammad Reza, bahwa ajang ini

tidak untuk mengeksplotasi kaum wanita, tetapi dimaksudkan untuk melihat

talenta serta keahlian yang ada pada kaum muslimah. Konteks seni dengan tetap

berjalur dalam pandangan islam, membuat paradigma yang meyakinkan dan

terbaik. Dengan memberlakukan atau seperti mewajibkan para pesertanya untuk

mencintai Al-qur’an, menjadikan unsur terpenting dalam pemberlakuan adanya

seni dalam ajang ini, selain tampak luar yang dinilai dengan tertutup aurat dan

berhijab.

6

Dengan terselenggaranya acara ini juga menjadikan bukti seni yang

semakin berkembang di Indonesia dan mancanegara yang sesuai dengan jalur

Islam. Tanpa harus mengeksploitasi kebebasan muslimah dalam berbusana, ajang

ini diperuntukkan pula sebagai wadah dakwah yang baik dengan dilaksanakannya

di bereberapa negara, dan Indonesia yang telah ketigakalinya. Hingga saat ini

telah banyak seniman muslim yang meyakini pula bahwa dengan berkembangnya

Islam ini dalam bidang seni, juga sangat membantu perkembangan di bidang

teknologi dan kemajuan informasi untuk Indonesia di dunia. Dan dengan

memperkenalkan Indonesia dengan seni dalam islamnya pada dunia dengan ajang

yang lebih besar ini.

2.5 Perkembangan Hijab sebagai Identitas Islam

Di dalam Islam, tata cara berpakaian khususnya untuk wanita diatur

dengan sedemikian rupa. Wanita diwajibkan berpakaian menutupi semua auratnya

yang meliputi seluruh badan kecuali telapak tangan dan wajah. Dengan jumlah

penduduk muslim terbesar, tak heran jika pangsa pasar Indonesia sangat menarik

bagi produsen mode dari luar. Jadilah negara ini sebagai sasaran mode dari luar.

Dikenal dengan negara timur, tata cara berpakaian warga Indonesia tentu

mempunyai norma-norma tersendiri yang tidak sebebas dibandingkan negara-

negara barat. Sayang, derasnya arus budaya luar yang masuk membuat warga

Indonesia kehilangan identitas. Tapi itu dulu. Kini hijab justru menjadi tren baru.

Ya, dengan memadukan cara berpakaian yang tetap tren dan stylish, jilbab sudah

menjadi gaya berpakaian yang baru. Tak heran, jika komunitas hijabers banyak

bermunculan. Kumpulan para wanita berjilbab ini kerap melakukan pertemuan

untuk sekadar bertukar pikiran tentang fashion hijab dan tren terbaru. Hijab

bahkan menjadi komoditas bisnis terbaru.

Dengan menggunakan pendekatan yang lebih moderat, para pecinta jilbab

yang tergabung dalam komunitas hijabers tersebut sepertinya menemukan cara

dakwah atau mengajak muslimah berjilbab dengan gaya baru. Tak heran, jika

beberapa tahun ini, semakin banyak saja muslimah yang memenuhi kewajibannya

untuk menutup aurat dengan memakai jilbab. Apalagi, beberapa lembaga, institusi

7

(kecuali polisi) atau perusahaan tertentu, tidak lagi menjadikan jilbab sebagai

penghalang untuk menapak karier. 

ه )رواه  ل%% ر' ف�اع �ج%%� ل� أ ه� مث%%� ر' ف�ل%%� ي%%� م�ن� د�ل� ع�ل�ى خ�مسلم(

“Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya

pahala seperti orang yang melaksanakannya” (HR. Muslim)

2.6 Syarat-syarat Berhijab yang Sesuai dengan Nilai-nilai Islam

Al Hijab berasal dari kata hajaban yang berarti menutupi. Menurut bahasa

berarti ma’nu, yaitu mencegah, misalnya mencegah diri dari penglihatan orang

lain. Dalam kitab Al Ta’rifat dijelaskan bahwa Al Hijab adalah segala sesuatu

yang terhalang dari pencarian kita. Menurut Al Zabidy dalam kitabnya Taj

al-‘Urus bahwa Al Hijab adalah segala sesuatu yang menghalangi antara kedua

belah pihak.

Berikut ini syarat-syarat berhijab yang sesuai dengan apa yang telah digariskan

oleh Al Qur’an dan Sunnah:

1. Menutupi seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan.

Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya : “Hai Nabi, Katakanlah

kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang

mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh

mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,

karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab:59)

2. Pakaian yang dikenakan bukan dari kain yang tipis dan tembus

pandang. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda,

“Pada akhir ummatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian

tetapi telanjang. Diatas kepala mereka seperti terdapat punuk unta.

Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum yang terkutuk” 

(HR. Ahmad 2/223. Menurut Al-Haitsami rijal Ahmad adalah rijal shahih)

8

3. Longgar dan tidak ketat sehingga dapat menampakkan lekuk tubuh.

4. Tidak diberi wewangian atau parfum.

“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum

laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina”

(HR.An-Nasai II:38,Abu dawud II:92, At-Tirmidzi IV:17, At-Tirmidzi

menyatakan hasan shahih)

5. Tidak tasyabbuh (menyamai) pakaian orang kafir.

Tasyabbuh sudah jelas dilarang oleh Rasulullah, baik itu dilakukan oleh

muslim ataupun muslimah. Sebagai contoh, pakaian yang memamerkan

aurat.

Allah Ta’ala menyatakan:

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah

dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang

menentang Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Mujadilah: 22)

2.7 Keterkaitan Kontes Kecantikan dengan Islam, Budaya, Filsafat dan

IPTEK

Pakaian peserta Miss Muslimah memang tertutup dan berjilbab, berbeda

dengan Miss World yang terlalu mengumbar aurat karena mengenakan pakaian

yang sangat terbuka. Akan tetapi, dalam ajang ini para wanita bersolek dan

berlenggak-lenggok diatas panggung sehingga menarik perhatian lelaki untuk

memperhatikannya. Hal ini biasa disebut dengan tabarruj, yaitu menampakkan

perhiasan dan keindahannya kepada mata-mat orang yang bukan muhrim.

Meskipun pada ajang Miss Muslimah sudah menutup aurat, tetapi mereka masih

berlenggak-lenggok dan terkadang jilbab mereka dikalungkan atau dililitkan di

leher tidak menjulur menutupi dada maka hijab mereka belum syar’i. padahal,

dikatakan dalam Al-Qur’an Surah An-Nuur: 31 bahwa wanita hendaklah

menutupkan kain kudung ke dadanya. Ibnu Abu Najih meriwayatkan dari

Mujahid, “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang

9

Jahiliyah yang dahulu….” Dia (Mujahid) berkata, “Wanita dahulu berjalan-jalan

di hadapan kaum (laki-laki). Itulah tabarruj Jahiliyah.”

Ajang dalam kontes kecantikan ini bertentangan dengan budaya Islam

karena nilai-nilai yang dikembangkan tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Kontes ini merupakan bentuk Westernisasi dan eksploitasi wanita karena wanita

seperti dijadikan alat promosi industri rating media, alat kosmetik dan fashion.

Pada ajang Miss Muslimah dikatakan bahwa penilaian yang dilakukan

berdasarkan kesolehan dan kecerdasannya. Padahal, dalam ajang ini hanya

disyaratkan tiga hal, yaitu mengenakan hijab dalam keseharian dan mampu

membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an serta pandangan mereka tentang Islam dan

dunia modern. Kesolehan seseorang tidak dapat diukur hanya dengan tiga cakupan

tersebut karena masih banyak hal yang mencerminkan kesolehan, seperti

bagaimana akidah dan akhlak orang tersebut, dan sebagainya.

Pada awalnya, kontes kecantikan merupakan kontes yang diadakan di luar

negeri. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan iptek, Indonesia juga ikut

menggelar kontes ini. Kontes ini sebenarnya tidak sesuai dengan budaya

Indonesia yang mayorits penduduknya beragama Islam. Sebaiknya, sebagai umat

Islam harus berpandai-pandai dalam menerima budya luar jngan hanya sekedar

mengadopsi. Umat Islam perlu memfilter budaya-budaya luar yang diterimanya.

Islam itu universal dan fleksibel sehinngga tidak ada anjuran bagi umat Islam

tidak boleh mempelajari iptek. Sebaliknya, umat Islam perlu mempelajari iptek

dengan memfilter informasi yang diperoleh sesuai dengan syari’at Islam. Anjuran

untuk mempelajri iptek sesuai dengan Al-Qur’an Surah Yunus: 101 yang artinya.

“Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah

bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang member peringtan bagi

orang-orang yang tidak beriman”.

10

2.8 Ketidaksesuaian Antara Nilai-nilai dan Kontes Kecantikan Wanita

dengan Nilai dan Norma Agama Islam

2.8.1 Kontes Kecantikan Hasil dari Filsafat Manusia

Kontes kecantikan merupakan ajang perlombaan untuk para wanita

dalam hal kecantikan yang mereka punya. Dalam hal ini akan dibahas

kontes kecantikan yang meliputi Miss World dan Miss World Muslimah.

Ajang Miss World pertama kali diadakan sebagai perkembangan

pemikiran manusia. Pada saat itu orang berpikir bagaimana caranya untuk

mempromosikan produk baju renang yang baru dikeluarkan sehingga

mereka mengadakan festival baju bikini. Kemudian dari festival tersebut

mereka berpikir lagi bagaimana caranya mencapai cakupan promosi yang

lebih luas lagi dan terjaga kelestariannya.

Oleh karena itu, kontes Miss World menjadi kontes yang diadakan

setiap tahun. Kontes ini merancang program yang dinamakan “Beauty

with a Purpose” dengan mengutamakan tiga aspek yaitu brain, beauty dan

behaviour, sehingga banyak negara tertarik untuk bergabung hingga saat

ini.

Sedangkan awal diadakannya Miss World Muslimah yaitu karena

melihat ajang Miss World yang dilihat dapat mengekspresikan kreasi dan

mengembangkan pengetahuan, kecantikan dan kebudayaan. Muslimah

tidak mungkin untuk mengikuti ajang ekstrem seperti Miss World yang

berlenggak-lenggok memakai bikini. Namun mereka juga ingin

membuktikan bahwa muslimah juga dapat tampil stylish dengan

menonjolkan sisi spiritualisme dan ke arah yang positif dari pandangan

islam. Oleh karena itu diadakan kontes Miss World Muslimah agar para

muslimah dapat tampil memperkenalkan serta membuktikan bahwa

mereka juga mempunyai keahlian dalam berpenampilan yang modis tapi

tetap islami.

11

2.8.2 Nilai-nilai yang terkandung dalam Kontes Kecantikan

Kontes kecantikan seperti Miss World dan Miss World Muslimah

diadakan karena adanya alasan-alasan yang mendasarinya, alasan tersebut

juga menjadi nilai yang ingin disampaikan kepada masyarakat atau juga

menjadi ciri yang menggambarkan kontes kecantikan tersebut. Kontes

kecantikan memiliki nilai-nilai sebagai berikut.

a. Memperkenalkan budaya dan pariwisata negara tuan rumah

Kontes kecantikan baik Miss World maupun Miss World Muslimah

diikuti oleh Negara-negara di dunia. Setiap tahunnya, tempat

diadakannya ajang ini berbeda-beda. Ketika misalnya Indonesia

menjadi tuan rumah, maka otomatis seluruh peserta kontes akan

diperkenalkan oleh kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga dunia

luar mengetahui adanya keragaman budaya dan ketertarikan untuk

mengunjungi tempat wisata yang sangat indah yang telah

diperkenalkan kepada para peserta.

b. Mengembangkan dan mengekspresikan seni dan kreasi peserta

Setiap menampilkan dirinya di atas catwalk, peserta kontes kecantikan

memakai pakaian atau busana dengan nilai estetika yang tinggi. Pada

Miss World Muslimah pun demikian, kerudung yang dikenakan dihias

sedemikian rupa dengan gaya hijab yang stylish dan modern.

c. Ajang pengembangan dan pemacu peningkatan wawasan (ilmu

pengetahuan)

Dalam kontes Miss World dikemukakan tiga aspek yaitu brain, beauty

dan behaviour. Jadi selain menonjolkan kecantikan mereka juga

dituntut untuk pintar dan memiliki wawasan yang luas tentang bidang

apapun. Hal ini ditujukan agar wanita-wanita yang ingin mengikuti

kontes ini terpacu memperluas keahliannya dalam ilmu pengetahuan.

Selain penilaian di atas catwalk peserta juga dinilai berdasarkan

jawaban-jawaban yang berkualitas yang diberikan oleh juri. Selain itu,

dalam Miss World Muslimah dibutuhkan kemampuan dan wawasan

12

pemahaman Al-Quran dan islam serta pembacaan ayat suci Al-Quran

yang menjadi ukuran tingkat kesholehaan wanita.

d. Pengumpulan dana untuk amal

e. Tampil dengan menonjolkan kecantikan wanita dengan berlenggak-

lenggok di atas catwalk.

2.8.3 Nilai dan Norma Agama Islam yang Kontradiksi dengan Kontes

Kecantikan

Agama Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi

kehormatan wanita apabila wanita tersebut tunduk dan patuh terhadap

norma yang terkandung di dalamnya. Kontes kecantikan memang

memberikan kesempatan kepada wanita untuk berprestasi dan

mengembangkan serta membuktikan potensi yang ada di dalam dirinya.

Namun, norma yang terkandung dalam agama islam jelas tidak sejalan

dengan nilai yang dikandung dalam kontes kecantikan. Hal itu

dikarenakan oleh:

a. Kontes kecantikan merupakan ajang pamer aurat

Telah jelas bahwa dalam kontes kecantikan, wanita-wanita

berlomba-lomba menunjukkan kecantikannya agar memperoleh

kemenangan. Namun hal ini tidak sesuai dengan surat An-Nur ayat 31

yang berbunyi “Dan Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman

hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara

kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,

kecuali yang biasa tampak darinya. Dan hendaklah mereka

menutupkan kerudung ke dadanya.” Tidak terkecuali pada Miss

World Muslimah yang sama-sama menampakkan kecantikan.

Selain itu jilbab yang dikenakan tidak sesuai dengan syariat

islam akibat dihias sedemikian dengan tatanan hijab modern dan

stylish hingga tidak menutup dada. Di dalam surat Al-Ahzab ayat 59

yang berbunyi “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh

tubuh mereka”. Di dalam surat Al-A’raf ayat 26 pun dinyatakan “Hai

13

anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian

untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.” Karena

Allah telah menurunkan pakaian yang pantas digunakan maka wajib

bagi umat islam untuk menutup auratnya. Menutup aurat adalah wajib

sedangkan kegiatan kontes kecantikan bukanlah penyebab orang boleh

memperlihatkan auratnya.

b. Kontes kecantikan adalah ajang pamer kecantikan (tabarruj)

Dalam kontes kecantikan sudah tentu yang ditampakkan

adalah kecantikan wanita. Padahal Allah telah melarang dalam

firman-Nya surat An-Nur ayat 60 “...tidaklah dosa atas mereka

menanggalkan pakaian mereka tanpa bermaksud untuk menampakkan

perhiasannya (tabarruj)”. Allah SWT telah memberikan kecantikan

pada setiap wanita bukan untuk dipamerkan karena begitu

berharganya perhiasan itu sehingga hanya mahramnya saja yang

pantas melihat.

Dalam surat An-nur ayat 31 “Dan janganlah mereka

(perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar

diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan”. Membentakkan kaki

maksudnya yaitu berlenggak-lenggok. Setiap kontes kecantikan pasti

menuntut pesertanya untuk berjalan di atas catwalk sambil

melenggak-lenggokan tubuhnya di depan penonton yang sangat

banyak. Tindakan seperti itu termasuk tabarruj yaitu wanita yang

berjalan berlenggak-lenggok penuh gaya dan genit, wanita yang

memakai wewangian, memakai pakaian dari batu permata dan

memakai kerudung tapi tidak menutupi dada atau anting-antingnya

dan kalungnya terlihat (Kitab Zaad Al Masiir).

Akibat dari perbuatan tabarruj itu seperti yang terdapat dalam

hadits “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku tidak pernah

melihatnya sebelumnya. Wanita yang telanjang, berpakaian tipis dan

berlenggak-lenggok dan kepalanya digelungkan seperti punuk unta.

Mereka tidak akan masuk surga dan mencium baunya”.

14

c. Pengatasnamaan Seni yang Salah

Untuk berkarya seni tidak perlu dengan menggunakan pakaian

yang menurut kebanyakan orang sebagai pakaian yang bernilai seni.

Corak dan model pakaian yang dipakai oleh wanita dalam kontes

kecantikan memungkinkan lekuk tubuh wanita dapat terlihat. Selain

itu, desainnya yang terkadang mencolok mengindikasikan wanita

tersebut berpakaian secara berlebih-lebihan. Padahal dalam firman-

Nya Allah SWT telah melarang kita untuk berlebih-lebihan dalam

segala hal. “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan.” (Al-A’raf : 31).

Agama islam juga memperhatikan estetika dalam berpakaian

disesuaikan dengan etika dan syariat. Pakaian yang sangat berestetika

tetapi ketat atau tidak sesuai dengan etika maupun syariat, tidaklah

dianjurkan untuk digunakan. Selain itu masih banyak media yang dapat

digunakan untuk menuangkan kreativitas dalam hal seni yaitu seperti

lukisan. Sebagai warga Negara kita bisa mengembangkan budaya bangsa

dan memperkenalkan budaya dan pariwisata ke dunia luar dengan cara

yang baik. Selagi masih ada jalan yang Allah ridhai mengapa kita harus

mengambil jalan yang Allah murkai.

Kecantikan dan kecerdasan merupakan anugerah yang Allah

berikan dan bukanlah sesuatu yang mesti diumbar kepada orang-orang.

Hal itu akan dapat menyebabkan penyakit hati dimiliki oleh orang tersebut

dan orang lain. Seperti adanya sifat riya, sombong dan iri. Kontes

kecantikan semacam itu membuat wanita terklasifikasikan berdasarkan

kecantikan dan berarti tingkatan wanita yang paling rendah adalah yang

paling tidak cantik. Padahal kecantikan merupakan sesuatu yang relatif

dan tidak hanya dilihat dari fisik.

2.9 Ketidaksesuaian Budaya Islam terhadap Kontes Kecantikan

2.9.1 Pengertian Budaya Islam

Budaya Islam adalah budaya yang mutlak berasal dari ajaran Islam,

dicetuskan dan dilakukan oleh umat Islam, serta sesuatu yang dihasilkan umat

15

Islam baik dalam bentuk konkret maupun abstrak, yang secara prinsip bersumber

pada ajaran Islam. Misalnya model baju penutup aurat, bersekolah, hidup bersih,

dan sebagainya.

2.9.2 Kontes Miss World dalam Pertimbangan Syariat Islam

Kontes kecantikan yang banyak menimbulkan pro dan kontra dari

masyarakat memang selalu menjadi perbincangan hangat dari berbagai kalangan.

Kontes ini banyak sekali yang bertentangan dan tidak sesuia dengan dengan

budaya Islam. Berikut ini ketidaksesuaian budaya Islam terhadap kontes

kecantikan.

a. Bertentangan Dengan Perintah Untuk Memelihara Pandangan (Ghadldl

al-Bashar)

Perhelatan Miss World bertentangan dengan firman Allah swt yang

mewajibkan kaum Mukmin dan Mukminat untuk memelihara

pandangannya.  Allah swt berfirman:

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menjaga

pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah

lebih suci bagi mereka.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang

mereka perbuat.” [QS An-Nuur (24):30]

Atas dasar itu, laki-laki dan wanita Mukmin wajib menjaga

pandangannya satu dengan yang lain. Akan tetapi ajang Miss World justru

menjadikan semua perbuatan yang dilarang oleh Islam sebagai sebuah

event yang wajib ditonton dan dipertontonkan; mulai dari pamer  aurat,

menonjolkan kecantikan (tabarruj), eksploitasi seksualitas, serta perbuatan-

perbuatan haram lainnya.

b. Bertentangan Dengan Perintah Menutup Aurat

16

Perintah menutup aurat disebutkan dalam al-Quran dan Sunnah. 

Seorang Mukmin dan Mukminat wajib menutup auratnya, serta dilarang

melihat aurat orang lain, kecuali ada dalil yang mengkhususkan.  Di

dalam Al-Quran, Allah swt berfirman: Kewajiban menutup aurat telah

disitir di dalam al-Quran.   Allah swt berfirman:

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu

pakaian untuk menutupi auratmu, dan pakaian indah untuk

perhiasan.”[QS Al A'raaf (7):26]

Adapun dalil-dalil sunnah yang menunjukkan kewajiban menutup aurat

bagi laki dan wanita adalah sebagai berikut;

Imam Muslim, Abu Dawud, dan Turmudziy meriwayatkan sebuah

hadits yang menuturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda;

ج�ل� الر� �ظ�ر� �ن ي ال� ق�ال� �م� ل و�س� �ه �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه الل س�ول� ر� �ن� أ

�ف�ضي ي و�ال� �ة أ �م�ر� ال ة ع�و�ر� ل�ى إ �ة� أ �م�ر� ال و�ال� ج�ل الر� ة ع�و�ر� ل�ى إ

ل�ى إ �ة� أ �م�ر� ال �ف�ضي ت و�ال� و�احد' �و�ب' ث في ج�ل الر� ل�ى إ ج�ل� الر�

د �و�اح ال �و�ب الث في �ة أ �م�ر� ال

“Sesungguhnya, Rasulullah saw bersabda, “Janganlah seorang laki-

laki melihat aurat laki-laki lain, dan janganlah seorang wanita melihat

aurat wanita lain.  Janganlah seorang laki-laki tidur dengan laki-laki

yang lain dalam satu selimut; dan janganlah seorang wanita tidur

dengan wanita lain dalam satu selimut.”[HR. Imam Muslim, Abu

Dawud, dan Turmudziy]

17

c. Bertentangan Dengan Larangan Tabarruj (Menampakkan Kecantikan di

Depan Umum)

Larangan tabarruj ditetapkan Allah swt di dalam surat al-Nuur ayat 60. 

Allah swt berfirman:

“Perempuan-perempuan tua yang telah berhenti haidl dan kehamilan

yang tidak ingin menikah lagi, tidaklah dosa atas mereka

menanggalkan pakaian mereka tanpa bermaksud menampakkan

perhiasannya (tabarruj).”[TQS Al Nuur (24):60]

Jika wanita tua dilarang untuk tabarruj, lebih-lebih lagi wanita yang

belum tua dan masih mempunyai keinginan untuk menikah.

Imam Ibnu Mandzur, dalam Lisaan al-’Arab menyatakan, “Wa al-

tabarruj : idzhaar al-mar`ah ziinatahaa wa mahaasinahaa li al-rijaal

(tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan anggota tubuh untuk

menaruh perhiasan kepada laki-laki non mahram.”

d. Bertentangan dengan Perintah untuk Berbusana Islami Bagi Wanita,

yakni Kerudung dan Jilbab

Dalam kaitannya dengan busana dan cara berbusana, Islam telah

menetapkan busana khusus yang wajib dikenakan wanita Muslimat,

ketika keluar dari kehidupan khusus (rumah).  Busana yang wajib

dikenakan seorang Muslim ketika keluar rumah adalah khimar

(kerudung) dan jilbab (pakaian luas yang dikenakan di atas pakaian

sehari-hari).  Perintah menggunakan khimar dan jilbab disebut di dalam

al-Quran.  Perintah menggunakan khimar disebut dalam firman Allah

swt:

18

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya..”[QS

An-Nuur (24):31]

e. Bertentangan dengan Larangan Tasyabbuh (Meniru-niru) Dengan

Orang Kafir

Miss World, baik dari sisi asasnya, sejarah kemunculannya,

serta rangkaian kegiatannya merupakan gagasan orang-orang kafir yang

telah menjadi sebuah tradisi.  Seorang Muslim dan Muslimat dilarang

tasyabbuh dengan orang kafir, dalam urusan seperti ini.   Keterlibatan

serta keikutsertaan seorang Muslimat dalam ajang ini jelas-jelas

termasuk dalam aktivitas tasyabbuh dengan orang kafir.  Padahal, Islam

jelas-jelas melarang tasyabbuh dengan orang kafir.  Di dalam al-Quran,

Allah swt berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada

Mohammad) “Raa’ina”, tetapi katakan: “Undzurna”, dan

“dengarlah”.  Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih.”[TQS

Al Baqarah (2):104]

f. Miss World Membawa Nilai dan Pesan Yang Bertentangan dengan

Islam

Ajang Miss World sarat dengan ide dan nilai yang bertentangan

dengan Islam, yakni kebebasan (liberalism), feminism, industrialisasi

kecantikan, serta revolusi gaya hidup dan cara pandang terhadap

kehidupan.  Persepsi-persepsi mulia yang ditanamkan dalam

masyarakat Islam, seperti ‘iffah dan memelihara kehormatan wanita,

telah diluluhlantakkan oleh “sesuatu yang dibawa oleh Miss World dan

ajang-ajang kecantikan lainnya.  Melalui Miss World pula, barat

19

berhasil mengubah cara pandang kaum Muslim, terutama Muslimah

terhadap kecantikan, wanita ideal, dan lain sebagainya.

2.10 Dampak Kontes Kecantikan pada Kehidupan Manusia

Di zaman yang telah berkembang ini, semua terasa sangat berbeda dari

zaman yang sebelumnya. Banyak erubahan yang terjadi di segal aaspek. Salah

satu dari wujud perubahan tersebut adalah adanya emansipasi wanita. Emansipasi

wanita menjadikan wanita lebih percaya diri untuk tampil dan berkarya di depan

umum. Kontes kecantikan pun dibuat sebagai salah saru ajang bagi wanita untuk

mnunjukkan kebolehan dan kemolekannya. Aspek yang dinilai paling utama

sudah tentu kecantikan dan keindahan tubuh. Sementara kecerdasan dan softskill

dianggap sebagai nilai plus dari seorang kontestan ajang pencarian ratu tercantik

ini.

Ajang kontes kecantikan ini amat populer di kalangan masyarakat.

Rasanya tak lengkap jika belum berpartisipasi melihat acara ini. Disadari atau

tidak, sebenarnya acara ini telah memengaruhi pola piker yang dimiliki

masayarkat. Sehingga prinsip yang sebelumnya dipegang oleh suatu kelompok

masayarkaat atau individu bisa saja berubah. Hal ini merupakan salah satu

dampak yang ditimbulkan oleh karena adanya sebuah kontes kecantikan.

Dampak-dampak lain yang akan muncul pada kehidupan sehari-hari ialah:

a. Mitos kecantikan yang menyesatkan

Kontes kecantikan membuat masyarakat menilai kecantikan hanya

berdasar kecantikan fisik saja. Standar penilaian dari sebuah kecantikan

bersumber pada pemenang dari kontees kecantikan yang notebene

memiliki kecantikan fisik, tetapi belum tentu kecantikan hati. Hal ini

menjadikan masyarakat yang khususnya wanita berlomba-lommba

mendapatkan kecantikan tersebut misalnya dengan operasi plastik. Padahal

telah jelas larangan yang dikemukakan Allah melalui sabda Rasulullah,

yakni : “Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang meminta

20

untuk ditatokan, yang mencukur (menipiskan) alis dan yang meminta

dicukur, yang mengikir gigi supaya terlihat cantik dan merubah ciptaan

Allah” (HR. Muslim)

b. Merusak tatanan sosial dan rumah tangga

Demi mengikuti sebuah kontes kecantikan, seseorang rela untuk melepas

kerudung atau jilbabnya. Kejadian ini jelas telah melanggar tatanan sosial

yang telah mengakar pada suatu masyarakat. Apalagi kasus ini terjadi pada

wakil Putri Indonesia dari Nanggroe Aceh Darussalam yang terkenal

dengan budaya Islamnya.

c. Tercemar budaya barat

Kontes kecantikan modern pertama kali digelar di Amerika pada tahun

1854 yang kemudian berkembang di Inggris pada tahun 1951. Atas dasar

tersebut telah jelas bahwa kontes kecantikan merupakan budaya barat yang

sama sekali berbeda dengan budaya islam. Budaya barat lebih

mengagungkan kebebasan dan mengabaikan nilai-nilai agama. Oleh

karena itu, hal-hal seperti itu sudah sepatutnya tidak diikuti.

d. Memunculkan perilaku konsumtif

Untuk bergaya ala seorang putri kecantikan, banyak orang rela membeli

kosmetik atau hal-hal yang dipercaya dapat mempercantik diri. Selain itu,

spa atau kegiatan memanjakan diri pun merupakan salah satu perilaku

konsumtif karena tanpa hal tersebut pun tidak membawa dampak yang

serius. Perilaku konsumtif ini pun sering merujuk pada kehidupan glamour

yang tidak disukai oleh Allah seperti firmanNya yang berbunyi: “

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalahsaudara-saudara syaitan dan

syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya” (QS. Al-Isra’ : 27)

e. Penafsiran seni yang salah

Banyak asumsi-asumsi bahwa seni adalah kecantikan. Memang benar

kecantikan itu datangnya dari Allah. Tetapi sebagai umat muslim,

mahakarya sang Pencipta ini seharusnya dijaga dan tidak diumbar ke

khalayak. Asumsi bahwa seni haruslah dapat dinikmati orang banyak

21

agaknya salah untuk kasus ini. Seni adalah keindahan, dan keindahan

tersebut hanyalah pinjaman dari Allah. Oleh karena itu, janganlah sekali-

kali memamerkannya karena suatu saat hal tersebut akan kembali

padaNya.

Ternyata begitu banyak dampak yang bisa terjadi pada kehidupan akibat

dari sebuah kontes kecantikan. Dampak yang timbul kebanyakan adalah dampak

negative yang dapat merusak moral umat khususnya umat islam. Berusaha untuk

tidak termasuk dalam golongan yang dibenci Allah adalah pagar yang dapat

melindungi iman sebagai seorang manusia. Selalu mengingat Allah adalah kunci

agar dapat terhindar dari kegiatan sia-sia yang akhirnya tidak membawa manfaat

bagi diri sendiri maupun orang lain.

22

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan berkembangnya media dan teknologi di era globalisasi ini,

baiknya kita sebagai manusia yang berakal dapat menggunakannya dalam hal

kebaikan yang sesuai syari’at islam. Dakwah sebagai sesuatu yang penting dalam

penyebaran agama islam, dapat disesuaikan dengan zamannya. Layakya zaman

kenabian, dakwah yang secara bertahap dari sembunyi-sembunyi hingga terang-

terangan, pada zaman era globalisasi ini dakwah dapat melalui media serta

teknologi yang lebih canggih lagi.

Ajang Miss Muslimah World ini merupakan bentuk perkembangan media

dakwah yang diperuntukkan agar para muslimah baik anak, remaja maupun

dewasa mulai memahami betapa wajib dan pentingnya berhijab dalam islam dan

mencintai agama islam dengan mengamalkan kewajiban seperti membaca ayat

suci Al-qur’an. Dengan tetap berpedoman pada syariat islam, pasti akan muncul

pro-kontra terhadap ajang ini, meskipun begitu pandangan dan penilaian yang

berbeda tersebut akan menjadi hal yang perlu diperbaiki dalam ajang Miss

Muslimah World ini.

3.2 Saran

Setiap yang ditampilkan dalam ajang ini tetap memiliki sisi kelebihan dan

kekurangannya, ambillah setiap kelebihan yang diterima misalnya dalam

kewajiban setiap peserta untuk mampu membaca dan memahami ayat suci Al-

qur’an, dan jadikan hal yang peru dipelajari lagi dari kekurangan dalam ajang

Miss Muslimah World ini, semisal masih kurang syar’inya hijab yang digunakan

beberapa para peserta yang masih berlebihan.

23

DAFTAR PUSTAKA

http://www.arrahmah.com/rubrik/miss-world-budaya-buya-

hamka.html#sthash.TBC1HmmF.dpuf

Al-Faruqi, dan Ismail, P. (1999). Tauhid: Esensi dan Ekspresi Estetika Islam.

Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Hadi, P. (2013). Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni dalam Islam.

www.slideshare.net. Diakses pada tanggal 10 November 2013.

Falahudin, I. (2012). Kebudayaan Arab, Kebudayaan Islam dan Kebudayaan

Islami. http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=850.

Diakses pada tanggal 10 November 2013.

Ramadhan, S. (2012). Meluruskan kembali makna hijab. http://www.suara-

islam.com/read/index/5194/Meluruskan-Kembali-Makna-Hijab. Diakses

pada tanggal 6 November 2013.

Ramadhan, S. (2013). Kontes Miss World dalam Timbangan Syariat Islam.

Error! Hyperlink reference not valid.. Diakses pada tanggal 10

November 2013.

Wahhab, A. (1985). Azzam, Filsafat, dan Puisi Iqbal. www.bbc.co.uk. Diakses

pada tanggal 10 November 2013 pukul 13.10 WIB.

24