makalah komunikasi massa

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Komunikasi Massa berawal dari Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1946 di gedung Perguruan Tinggi Hunter New York Amerika Serikat. Agenda sidang organisasi terbesar di dunia itu adalah membahas kelangsungan keamanan dunia paska Perang Dunia II. Dari sidang itulah Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa di perkenalkan. Ribuan pengamat politik, pers dan masyarakat biasa dapat menyaksikan sidang penting itu melalui Televisi dari luar gedung yang di jaga ketat oleh aparat keamanan Amerika. Sejak saat itu, Televisi mulai berkembang ke seluruh penjuru dunia. Amerika Serikat merupakan Negara pertama yang mengembangkan teknologi Televisi secara besar-besaran. Bahkan pada tahun 2003 di Negara

Upload: ayu-kirana-dewi

Post on 02-Dec-2015

434 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Komunikasi Massa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Komunikasi Massa berawal dari Sidang Dewan Keamanan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1946 di gedung Perguruan Tinggi

Hunter New York Amerika Serikat. Agenda sidang organisasi terbesar di dunia itu

adalah membahas kelangsungan keamanan dunia paska Perang Dunia II. Dari

sidang itulah Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa di perkenalkan.

Ribuan pengamat politik, pers dan masyarakat biasa dapat menyaksikan sidang

penting itu melalui Televisi dari luar gedung yang di jaga ketat oleh aparat

keamanan Amerika.

Sejak saat itu, Televisi mulai berkembang ke seluruh penjuru dunia.

Amerika Serikat merupakan Negara pertama yang mengembangkan teknologi

Televisi secara besar-besaran. Bahkan pada tahun 2003 di Negara tersebut, tidak

kurang 750 stasiun siaran Televisi telah di dirikan. Jumlah ini pasti lebih di tahun

2007. Dewasa ini Televisi telah menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat.

Hampir di seluruh rumah-rumah penduduk baik di Indonesia maupun di Negara

lainnya, telah terdapat Televisi. Ini menunjukkan televisi telah menjadi salah satu

kebutuhan hidup manusia.

Page 2: Makalah Komunikasi Massa

Sedangkan di Indonesia sendiri, Televisi baru di perkenalkan pada tahun

1962. Sebagaimana pola komunikasi lainnya, komunikasi massa dari waktu ke

waktu terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Perubahan ini dapat di lihat

dari jumlah stasiun televisi dan program siaran yang di tawarkan ke publik.

Dahulu pada awalnya, Indonesia hanya memiliki satu stasiun Televisi, saat itu

hanya Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang memancarkan siaran. Untuk

Indonesia, paska di cabutnya SIUPP (Surat Izin Penerbitan Pers) tahun 1998,

negeri ini telah memiliki sepuluh stasiun siaran televisi baik swasta dan

pemerintah.

Kemajuan teknologi komunikasi massa secara visual juga di tampakkan

dengan semakin menariknya tayangan yang di sajikan. Bukan itu saja, program

siarannya pun kini semakin bervariasi. Dari siaran komedi sampai siaran

pariwisata. Dari siaran pendidikan sampai siaran hiburan dan dari siaran yang

mengandung nilai humor sampai ke siaran yang mengandung kekerasa. Semuanya

di rangkum oleh televisi kita saat ini.

Semakin banyaknya stasiun Televisi yang bermunculan di Indonesia maka

seharusnya semakin maju pula negeri ini. Hal ini di karenakan, menurut R. Mar’at

dari Universitas Padjadjaran Bandung, acara televisi pada umumnya

mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan rasa penasaran para penonton.

Kemampuan media Televisi untuk “membius” penontonnya tidak dapat di

ragukan. Secara psikologi, jika ada seseorang yang terharu, menangis atau bahkan

menjerit saat menonton salah satu program televisi yang di siarkan adalah hal

yang wajar.

Page 3: Makalah Komunikasi Massa

Persaingan antar stasiun televisi sendiri di Indonesia semakin ketat. Semua

stasiun Televisi berlomba-lomba untuk membuat program unggulan yang sedang

di minati oleh masyarakat. Tujuannya, agar para pemasang iklan juga

mengiklankan produk mereka di stasiun televisi tersebut. Stasiun Televisi jika

tidak memiliki penonton, alamat station tersebut tidak akan mendapatkan iklan.

Akibatnya, tidak akan ada pemasukan perusahaan. Bahkan tidak jarang, jika telah

mengalami penurunan jumlah pemasang iklan, perusahaan Televisi akan meniru

program yang di tayangkan oleh salah satu Televisi yang sedang naik daun. Inilah

wajah pertelevisian di Indonesia. Kantong perusahaan menjadi nomor satu.

Sedangkan program siaran dan efeknya menjadi samar dengan tujuan awal dari

perusahaan Televisi di negeri ini. Secara umum semua Televisi di negeri ini

bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini juga terdapat dalam

batang tubuh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Namun, fakta berbicara lain. Untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya

sebagaimana prinsip ekonomi, perusahaan Televisi mulai melupakan tujuan

utamanya. Tayangan kekerasan mulai marak di siarkan di Indonesia. Seluruh

stasiun Televisi memiliki program acara jenis ini. Misalnya, program siaran

PATROLI di Indosiar, Silet di RCTI dan lain sebagainya. Meningkatnya angka

kriminalitas dewasa ini cendrung di tuding televisilah sebagai biangkeroknya.

Mungkin kita masih ingat sebuah SMU di Colorado Amerika Serikat dibanjiri

darah 25 siswanya. Mereka tewas dibantai dua siswa yang berulah seperti Rambo.

Dengan wajah dingin tanpa balas kasihan, mereka memberondong temannya

sendiri dengan timah panas. Kejadian ini sungguh menggem-parkan dan banyak

Page 4: Makalah Komunikasi Massa

pakar yang menuding tayangan kekerasan di televisi atau komputer (game dan

internet) sebagai biangkerok tindak kekerasan yang terjadi di kalangan anak.

Kasus lainnya adalah pengakuan produser PATROLI Indosiar, Indira Purnama

Hadi. Indira bertutur, suatu hari dirinya mewawancarai pelaku pencurian

kendaraan bermotor di Sleman, Yogyakarta. Usia pelaku kriminal itu masih

sangat muda, sekitar 17 tahun. Dalam sehari pria ini bisa mencuri satu sampai dua

kendaraan bermotor. Lalu, si pelaku tindak pencurian ini mengaku, untuk mencuri

dia mengikuti jejak dari tayangan Patroli Indosiar.

B. Tujuan Penulisan

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka tujuan yang di

hasilkan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis dan Mendeskripsikan peranan komunikasi massa dalam

prubahan social dan budaya masyarakat.

2. Mendeskripsikan, menganalisis dan memberi solusi dari efek tayangan

kekerasan yang di siarkan oleh stasiun televisi di Indonesia saat ini.

Page 5: Makalah Komunikasi Massa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Massa

A.1. Pengertian

Setiap manusia pada hakikatnya sangat membutuhkan komunikasi. Hal ini

di karenakan, manusia memiliki sifat untuk saling berhubungan antara satu

dengan yang lain. Jika tidak menggunakan komunikasi antar sesamanya, maka

manusia itu akan terisolasi dari dunia yang semakin canggih dan modern ini. Para

pakar komunikasi menyebutkan, kebutuhan manusia untuk berkomunikasi di

dasari atas dua kebutuhan, yaitu, kebutuhan untuk melangsungkan hidup dan

kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan

teori dasar biologi.

Harold D. Lasswell salah seorang peletak dasar Ilmu Komunikasi

menyebutkan tiga hal, mengapa manusia perlu berkomunikasi, yaitu sebagai

berikut:

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi,

manusia dapat mengetahui hal-hal yang dapat di manfaatkan, di pelihara dan

di menghindar dari hal-hal yang mengancam alam sekitarnya.

2. Upaya manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Proses

kelanjutan hidup masyarakat pada dasarnya, tergantung masyarakat itu sendiri.

Bagaimana komunitas-komunitas masyarakat di suatu daerah tertentu

beradaptasi dengan lingkungannya.

Page 6: Makalah Komunikasi Massa

3. Upaya untuk mentranspormasi warisan sosial. Suatu masyarakat yang

ingin melangsungkan hidupnya, maka akan melakukan upaya transpormasi

sosial terhadap generasi penerusnya. Misalnya, bagaimana seorang Ayah

mengajarkan tatakrama terhadap anaknya.

Secara sederhana, Onong Uchjana Efendi menyebutkan komunikasi adalah

suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui

media tertentu. Sementara itu, sebagai salah satu cabang ilmu sosial, Ilmu

Komunikasi juga terbagi ke dalam beberapa kajian ilmu lagi. Pembagian ini

mengingat keterbatasan manusia untuk menguasai seluruh bidang ilmu.

Komunikasi juga mengklasifikasikan diri kedalam Komunikasi Massa,

Komunikasi Politik, Komunikasi Antar Budaya dan lain sebagainya.

Komunikasi Massa sendiri menurut Tan dan Wright, merupakan salah satu bentuk

yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan

komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh

(terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Secara sederhana,

komunikasi massa adalah pesan yang di komunikasikan melalui media massa

kepada khalayak dalam jumlah besar.

Dari definisi di atas, dapat di simpulkan, bahwa komunikasi massa harus di

menggunakan media massa. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci di

rumuskan oleh Gerber (1967). Menurutnya, komunikasi massa adalah produksi

dan distribusi yang berlandaskan pada lembaga dan berkelanjutan serta di

sampaikan secara luas.

Page 7: Makalah Komunikasi Massa

A.2. Ciri-ciri Utama Komunikasi Massa

Ciri utama komunikasi massa terletak pada beberapa hal sebagai berikut:

Sifat pesanya terbuka dengan khalayak yang berfariatif, baik dari segi usia,

agam, suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan.

Sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses

secara mekanik.

Pesan komunikasinya berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya

lambat dan sangat terbatas.

Sifat penyebaran pesan melalui media masa berlangsung cepat, serempak

dan luas.

A.3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa awalnya di cetuskan oleh Laswell pada tahun

1948. Tokoh ilmu Komunikasi yang mendalami Komunikasi Politik ini

menyebutkan, fungsi komunikasi massa secara umum adalah untuk pengawasan

lingkungan hidup, pertalian dan transmisi warisan sosial.

Wright (1960) menyebutkan fungsi komunikasi massa berguna untuk

menghibur. Mandelson berpendapat lain, dia menyebutkan fungsi komunikasi

massa dalam hal untuk menghibur akan berpengaruh terhadap trasmisi budaya dan

menjauhkan kerapuhan masyarakat. Media massa memiliki nilai edukasi sebagai

salah satu fungsinya.

Dari dasar ide dan gagasan para ahli di atas, serangkaian fungsi komunikasi massa

untuk masyarakat terdiri sebagai berikut:

Page 8: Makalah Komunikasi Massa

1. Informasi

Fungsi informasi terdiri dari sebagai berikut:

- Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam

amsyarakat dan dunia.

- Menunjukkan hubungan kekuasaan

- Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.

2. Korelasi

Fungsi korelasi terdiri dari sebagai berikut:

- Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna dan informasi

- Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan

- Melakukan sosialisasi

- Mengkoordinasikan beberapa kegiatan

- Membentuk kesepakatan

- Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif

3. Kesinambungan

Diantaranya terdiri dari:

- Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan

kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru\

- Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai

4. Hiburan

Diantaranya terdiri dari:

- Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi

- Meredakan ketegangan sosial

Page 9: Makalah Komunikasi Massa

5. Mobilisasi

Diantaranya terdiri dari:

- Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik,

perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam

bidang agama.

B. Teori Komunikasi Massa

Efek komunikasi massa telah lama di perbincangkan dalam khasanah

kajian Ilmu Komunikasi. Bahkan, efek ini di kaji secara ilmiah oleh para pemikir

atau ilmuan komunikasi. Salah satunya yang membahas tentang efek media adalah

wilbur Schraam. Schraam mencetuskan teori Jarum Hipodermik (hypodermic

needle theory) dalam istilah indonesia teori ini di kenal dengan teori peluru atau

teori tolak peluru. Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang

sangat perkasa dan komunikan di anggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Pesan-

pesan komunikasi massa yang di sampaikan kepada khalayak yang heterogen

dapat di terima secara langsung tanpa memiliki filter sama sekali. Artinya,

komunikan sangat terbius oleh suntikan pesan yang di sampaikan media massa.

Suntikan pesan ini masuk ke dalam saraf dan otak serta melakukan tindakan

sesuai dengan pesan komunikasi massa tersebut. Pendapatn Schramm di dukung

oleh Paul Lazarzfeld dan Raymond Bauer.

Teori lain yang berbicara tentang efek media massa terhadap publik atau

khayaknya adalah teori agenda setting (teori penataan agenda). Teori milik Mc.

Combs dan D.L. Shaw menyebutkan jika media memberikan tekanan pada suatu

Page 10: Makalah Komunikasi Massa

peristiwa, maka media tersebut akan mempengaruhi khalayak untuk

menganggapnya penting. Jika melihat argumen yang di kemukakan oleh dua

pakar komunikasi ini maka, media cendrung membuat agenda tayangannya

terhadap publik. Ini yang kemudian di kenal sebagai istilah manajemen media

massa. Manajemen media massa sendiri terdiri dari bagaimana mengatur program

siaran, proses membuat program tersebut dan lain sebagainya. Media di Indonesia

tampaknya memang menganut teori yang satu ini. Dimana dalam kasus Tayangan

Kekerasan semua media memiliki tayangan jenis ini dengan nama yang berbeda.

Bukan hanya tayangan kekerasan berita yang di tampilkan seperti Patroli, Sergap,

Sidik dan lain sebagainya. Namun, tayangan kekerasan lainnya seperti Smack

Down dan tayangan sinetron berbau kekerasan turut mendapat tempat di hati

publik. Sinetron yang termasuk dalam tayangan kekerasan adalah Sinetron Anak

Ajaib yang di perankan oleh Joshua.

Menyangkut terhadap perubahan budaya, media juga berperan penting.

Sudah menjadi rahasia umum, media memiliki kemampuan yang luar biasa untuk

merubah, menciptakan atau bahkan menghilangkan budaya. Budaya yang telah

berkembang di tengah komunitas tertentu secara perlahan akibat terjangan media

akan hilang dengan sendirinya. Ini yang tengah terjadi di Indonesia. Teori yang

membahas masalah ini yaitu Teori Norma Budaya (cultural norms theory). Dalam

teori yang di perkenalkan oleh Melvin DeFleur ini menyebutkan media massa

melalui program tertentu dapat menguatkan budaya atau bahkan sebaliknya media

massa menciptakan budaya baru dengan caranya sendiri. Penekanan media pada

program siaran tertentu akan membuat masyarakat menganggap penting dan

Page 11: Makalah Komunikasi Massa

mengikuti tindakan-tindakan seperti yang di tampilkan di media tersebut. Contoh

yang terjadi di Indonesia adalah kasus Ny. Lia Marfiandi. Ibu muda ini terkejut

saat melihat anaknya yang berusia delapan tahun memecahkan piring dan gelas

secara tiba-tiba. Bahkan, sang anak tidak merajuk atau lain sebagainya. Sang anak

ini mengaku melihat tampilan Joshua dalam sinetron Anak Ajaib. Sehingga, dia

melakukan pemecahan piring, gelas dan pas bunga sambil tertawa terbahak-bahak.

C. Budaya

Budaya berasal dari kata budhi atau dalam bahasa sanksekerta buddayah

yang berarti budi atau akal. Sedangkan kebudayaan (culture) yang berarti

mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan terutama dalam

pengertian ini mengolah tanah atau bertani. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan

berarti keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh

tatakelakuan yang harus di dapatnya dengan belajardan yang semuanya tersusun

dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan Sidi Gazalba menyebutkan kebudayaan adalah cara berpikir

dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan

manusia yang membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang atau suatu waktu.

Pakar antropologi lainnya R. Linton dalam buku the cultural background of

personality menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku

dan perbuatan manusia, yang unsur-unsur pembentukannya dididukung serta di

teruskan oleh anggota masyarakat tertentu. Hal yang paling mudah di pahami

tentang definisi kebudayaan di cetuskan oleh Melville J. Herkovits. Antropolog

Page 12: Makalah Komunikasi Massa

Amerika mendefinisikan kebudayaan adalah bagian dari lingkungan buatan

manusia. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya dan

kebudayaan di tafsirkan dengan arti pikiran atau akal.

Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan kebudayaan adalah keseluruhan

sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya

dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Untuk

lebih jelas, dapat di rinci sebagai berikut:

1. Bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang di lakukan dan di

hasilkan manusia. Karena itu meliputi :

a. Kebudayaan material (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-

benda ciptaan manusia, seperti alat-alat perlengkapan hidup.

b. Kebudayaan non material (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang

tidak dapat di lihat dan di raba sperti religi, bahsa dan ilmu pengetahuan.

2. Bahwa kebudayaan itu tidak di wariskan secara generatif (biologis),

melainkan hanya mungkin di peroleh dengan cara belajar.

3. Bahwa kebudayaan itu di peroleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Tanpa masyarakat akan sulit bagi manusia untuk membentuk kebudayaan.

Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara

individual maupun masyarakat, dapat mempertahankan kebudayaannya.

Page 13: Makalah Komunikasi Massa

D. Pembahasan Masalah

D.1. Hubungan Media Massa dan Masyarakat

Hubungan media massa dengan masyarakat telah di bahas dengan berbagai

pendekatan yang berbeda. Pertama, hubungan tersebut merupakan bagian dari

sejarah perkembangan setiap media massa dalam masyarakat sendiri. Pola

hubungan tersebut merupakan hasil refleksi sejarah yang di perkirakan turut

berperan dalam perkembangan sejarah itu tersendiri. Terlepas dari adanya

persamaan dari beberapa institusi media pada semua masyarakat, pada awalnya

media juga menerapkan kegiatan dan konvensi sebagaimana yang diterapkan oleh

institutasi nasional lainnya. Hal itu tampak dalam isi media. Mediapun memenuhi

harapan khalayaknya. Media mencerminkan, menyajikan dan kadangkala

berperan serta secara aktif untuk memenuhi kepentingan nasional yang di

tentukan oleh para aktor dan isntitusi lain yang lebih kuat.

Kedua, gambaran media sebagai institusi mediasi, yang menghubungkan

para anggota masyarakat biasa dengan peristiwa dunia yang sulit di jangkau oleh

penguasa, merupakan ide yang mengandung konsep hubungan yang terjadi

setidak-tidaknya karena adanya arus informasi yang berkesinambungan. Ketiga,

sebagai suatu institusi yang di perlukan bagi kesinambungan sistem sosial

masyarakat industri (informasi) modern yang berskala besar. Hubungan lainnya,

dapat di lihat dari sisi normatif. Dalam sisi normatif ini di sebutkan harapan

masyarakat terhadap media dan peran yang seharusnya di mainkan oleh media.

Hal ini di karenakan, dalam fungsi media telah di sebutkan media massa berperan

Page 14: Makalah Komunikasi Massa

untuk membuat rasa nyaman terhdap publik atau komunikannya. Jika, masyarakat

mulai tidak suka terhadap tayangan yang di tampilkan oleh televisi maka televisi

tersebut dengan sendirinya akan mengalami “miskin” pendapatan. Pendapatan

televisi terbesar di peroleh dari iklan. Para pemasang iklan akan melihat rating

tayangan tertentu jika memasang iklan di televisi tersebut. Sebut saja misalnya,

sebuah perusahaan akan mengiklankan produknya di salah satu stasiun televisi.

Jika rating program yang di tayangkan sangat sedikit penontonnya, maka si

pemilik perusahaan akan memilih program lain atau stasiun televisi lainnya yang

memiliki penonton dengan jumlah besar.

D.2. Efek Tayangan Kekerasan Terhadap Masyarakat

Sebagaimana telah di singgung di atas, komunikasi massa merupakan

proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan media massa sebagai saluran penyampaiannya. Maraknya tayangan

kekerasan di televisi dewasa ini seperti SERGAP di RCTI, PATROLI di Indosiar

dan SIDIK di TPI merupakan fenomena baru dalam tayangan televisi di

Indonesia. Dalam format tayangannya, program siaran berbau kekerasan tersebut

mewabah ke stasiun televisi lainnya. Bahkan TPI yang mengusung misi sebagai

televisi pendidikan juga turut membuat format tayangan ini. Awalnya menurut

Indira Hadi Purnama pemimpin redaksi Patroli Indosiar tujuan program Patroli

milik statsiun televisinya untuk menghilangkan jenuh masyarakat (komunikan).

Kejenuhan masyarakat selama ini yang selalu di sodorkan dengan berita-berita

Page 15: Makalah Komunikasi Massa

politik ini yang di sebut Indira sebagai proses pembaharuan program tayangan dan

mencuri pasar media.

Banyaknya televisi yang menayangkan berita-berita politik membuat

masyarakat jenuh dan akhirnya secara tidak langsung berharap agar stasiuntelevisi

kreative dan melahirkan program siaran yang baru. Maka, Indira memilih untuk

membuat tayangan Patroli dengan mengedepankan berita-berota kriminal.

Tayangan ini sendiri di liput secara langsung oleh wartawan stasiun televisi

tersebut. Hubungan antara aparat kepolisian dan wartawan yang di tempatkan

dalam desk berita kriminal sejauh ini sangat harmonis. Setiap kali akan

melakukan penangkapan, polisi akan memberitahukan kepada wartawan. Dalam

tayangannya, seorang tersangka atau pelaku tindak kriminal di buru oleh Polisi.

Jika si pelaku melarikan diri, Polisi akan mengejar dan menembak pelaku

tersebut. Seluruh proses penggerebekan, pengejaran dan penembakan pelaku

kriminal ini di rekam oleh kamera wartawan yang mengikuti proses penangkapan

tersebut. Bahkan, dalam gambar yang di tampilkan, tidak jarang bercak darah

bekas penembakan terlihat jelas oleh masyarakat sebagai penonton setia tayangan

tersebut. Secara etik jurnalistik, memperlihatkan tayangan langsung seperti ini

dengan bercak darah dan kekerasan yang terjadi merupakan sebuah pelanggaran.

Hal ini tertuang dalam Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia (KEWI) Pasal

12 yang menyebutkan, Jurnalis tidak menyajikan berita yang mengumbar

kecabulan, kekejaman, kekerasan fisik dan seksual. Namun, pada kenyataannya,

tayangan jenis ini semakin berkembang di Indonesia. Sedikitnya delapan program

televisi bertema kriminalitas, dengan berbagai nama program, ditayangkan setiap

Page 16: Makalah Komunikasi Massa

hari oleh stasiun-stasiun televisi di Indonesia, dengan durasi sedikitnya 30 menit

hingga 1 jam. Ini belum termasuk berita-berita kriminalitas dalam program liputan

umum. Dilihat dari jam tayangnya, sebagian besar program kriminalitas

menempati jam-jam prime time, yaitu rentang waktu di mana jumlah penonton

televisi mencapai puncaknya. Bukan hanya itu, tayangan kekerasan lainnya seperti

Smack Down di LatiVi juga merupakan salah satu bentuk tayangan kekerasan

yang di tampilkan oleh media massa di Indonesia. Tayangan Smack Down sendiri

awalnya tahun 2000 telah di siarkan oleh stasiun televisi TPI.

Kenyataan ini dikuatkan dengan laporan rating program televisi yang

memperlihatkan bahwa tayangan bertema kriminalitas, di samping infotainment

dan tayangan bertema klenik-supranatural, menjadi primadona dengan menempati

ranking-ranking teratas program yang paling banyak ditonton khalayak.

Mencermati fenomena ini, jelas bahwa kondisi industri pertelevisian di Indonesia

sendiri telah menyuburkan situasi yang memungkinkan masyarakat diterpa

informasi kriminalitas tanpa henti. Sehingga memperbesar kemungkinan

berlakunya efek media pada masyarakat. Pengakuan seorang Pelaku Pencurian

Kendaraan bermotor di SelamanYigyakakarta kepada Indira Pemimpin Redaksi

Patroli Indosiar menyebutkan dirinya menggunakan motiv operandi yang di

siarkan oleh Patroli menjadi sebuah kenyataan yang tidak dapat di bantahkan oleh

siapapun. Kenyataan ini lah yang membuat risau masyarakat di seluruh Indonesia

terhadap tayangan kekerasan tersebut.

Berharap bahwa pihak media mau berbaik hati mengurangi tayangan

bertema kekerasan di televisi sama saja dengan menggantang asap di atas

Page 17: Makalah Komunikasi Massa

perapian. Stasiun televisi jelas tidak mau merugi. Investasi yang mahal harus

dikembalikan secepatnya, keuntungan yang diperoleh pun harus berlipat ganda.

Bagaimana dengan instrumen hukum?. Kontroversi seputar RUU Penyiaran jelas

memperlihatkan bahwa dalam pemakaian ruang publik pun, media massa tidak

mau diatur. Apalagi dalam pembatasan isi siaran, yang kerap dimaknai secara

sepihak sebagai pembatasan kebebasan pers.

Televisi sudah merasa cukup menjalankan produksi pemberitaan dan

informasi (bertema kriminalitas) sesuai dengan kaidah teknis objektivitas berita,

tanpa mau repot-repot memikirkan dampak etis pemberitaannya. Kalau ada yang

sampai terpengaruh, media massa tidak akan pernah mau disalahkan. Salahkan

saja penontonnya, kenapa mau saja menonton, dan kenapa bisa sampai

terpengaruh. Pihak media merasa sudah cukup bertindak etis dengan memasang

logo PG (Parental Guide, dengan bimbingan orang tua) bertuliskan pembatasan

usia penonton pada acara-acara "keras".

Padahal, pada kenyataannya, cara itu sungguh mustahil untuk mengontrol

pembatasan usia penonton. Menilik realitas semacam itu, penonton sendirilah kini

yang harus mewajibkan diri untuk mengkritisi tayangan televisi, sehingga tidak

terseret arus dominan realitas televisi (berikut gaya hidupnya). Tak ada salahnya,

dan tidak ada ruginya berpuasa dari tontonan televisi yang tidak mencerdaskan.

Indonesia juga perlu memiliki mediawatch sebanyak-banyaknya.

Mediawatch yang tidak saja mengontrol fungsi-fungsi media dan mengadvokasi

kepentingan publik. Tetapi juga mendidik masyarakat untuk mengonsumsi televisi

secara cerdas dan kritis. Masyarakat penyiaran Indonesia kini baru sebatas

Page 18: Makalah Komunikasi Massa

organisasi yang terdiri dari elite-elite media dan akademisi pemerhati media. Di

masa depan, organisasi ini perlu didesentralisasi sampai ke tingkat lokal.

Kiprahnya juga perlu diperluas sampai ke tingkat akar rumput dengan melibatkan

partisipasi masyarakat secara menyeluruh. Dalam kerangka sistem kapitalisme

global industri media massa saat ini, di mana materi menjadi penentu segalanya,

hanya penonton selaku konsumenlah yang punya kekuatan untuk memaksa

stasiun televisi menayangkan informasi-informasi kriminalitas (atau informasi apa

pun) secara etis, dan lebih mencerdaskan penonton.

D.3. Efek Tayangan Televisi Terhadap Anak-anak

Tayangan kekerasan juga berpengaruh terhadap pola prilaku anak.

beberapa efek yang di timbulkan oleh tayangan ini di antaranya sebagai berikut:

a. Jadi Agresor dan Tak Pedulian

Di Indonesia belum ada penelitian mengenai pengaruh tayangan kekerasan

terhadap perilaku anak. Ini tentu membuat semakin sulit untuk mengatakan bahwa

tayangan televisi berpengaruh terhadap perilaku anak. Sementara, meski masih

simpang siur, peneliti di luar sudah menyimpulkan ada korelasi - untuk tidak

menyebut penyebab - antara tayangan kekerasan dengan perilaku anak. Sebuah

survai pernah dilakukan Christian Science Monitor (CSM) tahun 1996 terhadap

1.209 orang tua yang memiliki anak umur 2 - 17 tahun. Terhadap pertanyaan

seberapa jauh kekerasan di TV mempengaruhi anak, 56% responden menjawab

amat mempengaruhi. Sisanya, 26% mempengaruhi, 5% cukup mempengaruhi,

dan 11% tidak mempengaruhi.

Page 19: Makalah Komunikasi Massa

Hasil penelitian Dr. Brandon Centerwall dari Universitas Washington

memperkuat survai itu. Ia mencari hubungan statistik antara meningkatnya tingkat

kejahatan yang berbentuk kekerasan dengan masuknya TV di tiga negara

(Kanada, Amerika, dan Afrika Selatan). Fokus penelitian adalah orang kulit putih.

Hasilnya, di Kanada dan Amerika tingkat pembunuhan di antara penduduk kulit

putih naik hampir 100%. Dalam kurun waktu yang sama, kepemilikan TV

meningkat dengan perbandingan yang sejajar. Di Afrika Selatan, siaran TV baru

diizinkan tahun 1975. Penelitian Centerwall dari 1975 - 1983 menunjukkan,

tingkat pembunuhan di antara kulit putih meningkat 130%. Padahal antara 1945 -

1974, tingkat pembunuhan justru menurun (Kompas, 20-3-1995).

Centerwall kemudian menjelaskan, TV tidak langsung berdampak pada

orang-orang dewasa pelaku pembunuhan, tetapi pengaruhnya sedikit demi sedikit

tertanam pada si pelaku sejak mereka masih anak-anak. Dengan begitu ada tiga

tahap kekerasan yang terekam dalam penelitian: awalnya meningkatnya kekerasan

di antara anak-anak, beberapa tahun kemudian meningkatnya kekerasan di antara

remaja, dan pada tahun-tahun akhir penelitian di mana taraf kejahatan meningkat

secara berarti yakni kejahatan pembunuhan oleh orang dewasa.

Penemuan ini sejalan dengan hasil penelitian Lembaga Kesehatan Mental

Nasional Amerika yang dilakukan dalam skala besar selama sepuluh tahun.

"Kekerasan dalam program televisi menimbulkan perilaku agresif pada anak-anak

dan remaja yang menonton program tersebut," demikian simpulnya. Sedangkan

Page 20: Makalah Komunikasi Massa

Ron Solby dari Universitas Harvard secara terinci menjelaskan, ada empat macam

dampak kekerasan dalam televisi terhadap perkembangan kepribadian anak.

Pertama, dampak agresor di mana sifat jahat dari anak semakin meningkat; kedua,

dampak korban di mana anak menjadi penakut dan semakin sulit mempercayai

orang lain; ketiga, dampak pemerhati, di sini anak menjadi makin kurang peduli

terhadap kesulitan orang lain; keempat, dampak nafsu dengan meningkatnya

keinginan anak untuk melihat atau melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap

persoalan.

b. Nonton untuk pelarian

Tapi, benarkah agresivitas anak-anak terjadi hanya karena tayangan

kekerasan di layar kaca? "Pada dasarnya setiap manusia itu mempunyai sifat

agresif sejak lahir," ungkap Fawzia. Sifat ini berguna dalam bertahan hidup.

Tanpa agresivitas, anak tidak akan bereaksi jika mendapat rangsangan yang

mengancamnya. Tetapi, tanpa pengarahan yang baik, sifat itu bisa merusak.

Ada yang melihat, proses dari sekadar tontonan sampai menjadi perilaku

perlu waktu yang cukup panjang. Namun, yang merepotkan bila tontonan

kekerasan jadi suguhan sehari-hari, sehingga menjadi hal yang biasa, apalagi

lingkungan sekitar juga mendukung.

Menurut psikolog dari Universitas Stanford, Albert Bandura, respons

agresif bukan turunan, tetapi terbentuk dari pengalaman. Ada permainan yang

Page 21: Makalah Komunikasi Massa

dapat memicu agresi. "Orang belajar tidak menyukai dan menyerang tipe individu

tertentu melalui pengalaman atau pertemuan langsung yang tidak menyenangkan."

Hasil survai berikut bisa memberikan gambaran. Rata-rata orang Amerika

menonton TV selama 25 - 30 jam per minggu. Dalam penelitian yang melibatkan

100.000 orang sebagai subjek disimpulkan, ada bukti kuat hubungan antara

perilaku agresif dan melihat tayangan TV yang bermuatan kekerasan dalam waktu

lama (ekstensif).

Banyak anak begitu betah menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV.

"Menurut mereka, televisi adalah cara terbaik untuk menyingkirkan perasaan

tertekan, atau untuk mencoba lari dari perasaan itu," kata Mark I Singer, guru

besar di Mandel School of Applied Social Sciences yang meneliti 2.244 anak

sekolah yang berumur 8 - 14 tahun di Northeast Ohio, AS.

Padahal, penelitian menunjukkan, menonton TV berjam-jam secara pasif

justru meningkatkan level trauma kejiwaan. "Kegiatan nonton TV berjam-jam

tidak menghilangkan rasa tertekan, tapi membuatnya makin parah," tambah

Singer.

Rupanya, ada hubungan antara pilihan program dengan tingkat kemarahan

atau agresi. "Anak laki-laki atau perempuan yang memilih program TV dengan

banyak aksi dan perkelahian - atau program kekerasan tinggi, memiliki nilai

Page 22: Makalah Komunikasi Massa

kemarahan yang tinggi dibandingkan anak lainnya. Mereka juga dilaporkan lebih

banyak menyerang anak lain," ujar Singer.

Yang menarik, ada hubungan nyata antara kebiasaan menonton TV dengan

tingkatan pengawasan orang tua. Pengawasan itu berupa pengenalan orang tua

akan teman-teman sang anak, di mana mereka berada sepanjang hari. Selain itu,

apakah orang tua juga menetapkan dan menjalankan peraturan pembatasan waktu

bermain di luar rumah atau nonton TV.

Anak yang tidak diawasi dengan ketat akan menonton TV lebih banyak

dibandingkan anak-anak yang lain. Kelompok ini lebih banyak menonton program

aksi dan perkelahian atau video musik. "Sebanyak 58% anak perempuan yang

kurang diawasi, lebih memilih program TV berbau kekerasan atau video musik,"

ungkap Singer.

Singer juga melaporkan, hampir separuh kelompok anak perempuan

dengan tingkat kemarahan tinggi punya pikiran untuk bunuh diri. Sedangkan pada

kelompok anak laki-laki tipe yang sama merasa takut akan ada orang yang

membunuh mereka.

Apalagi menurut Aletha Huston, Ph.D. dari University of Kansas, "Anak-

anak yang menonton kekerasan di TV lebih mudah dan lebih sering memukul

teman-temannya, tak mematuhi aturan kelas, membiarkan tugasnya tidak selesai,

Page 23: Makalah Komunikasi Massa

dan lebih tidak sabar dibandingkan dengan anak yang tidak menonton kekerasan

di TV."

Toh tidak semua pihak setuju dengan pendapat bahwa kekerasan di TV

berakibat langsung pada perilaku. Satu kajian oleh para ahli ilmu jiwa Inggris

menyebutkan, tak ada kaitan langsung antara kekerasan di TV dengan perilaku

anak.

Namun, ada syarat yang harus dipenuhi. "Tak ada yang lebih baik daripada

keluarga yang hangat, sekolah yang bermutu, dan masyarakat yang peduli," tutur

ahli perilaku Tony Charlton, yang memimpin kajian itu. "Kalau tiga aspek itu

terpenuhi, tak ada masalah dengan kekerasan yang ditonton."

Film laga harus pula dilihat dari aspek positifnya, yaitu bahwa anak

membutuhkan figur pahlawan, jagoan, dan heroisme. Di sinilah peran orang tua

untuk mengajaknya menarik garis perbedaan antara dunia nyata dan film. Seperti

yang dikatakan Madeline Levine, Ph.D., psikolog di Marin County, Kalifornia,

"Pada umur sembilan tahun anak baru bisa membedakan antara kenyataan dan

fantasi."

d. Waktu Ideal Untuk Anak-Anak Menonton TV

Kapan dan berapa lama anak boleh menonton TV, semua itu tergantung

pada cara sebuah keluarga menghabiskan waktu mereka bersama. Bisa saja di

waktu santai sehabis makan malam bersama, atau justru sore hari.

Page 24: Makalah Komunikasi Massa

Anak yang sudah bersekolah harus dibatasi, misalnya hanya boleh

menonton setelah mengerjakan semua PR. Berapa jam? Menurut Jane Murphy

dan Karen Tucker - produser acara TV anak-anak dan penulis - sebaiknya tidak

lebih dari dua jam sehari, itu termasuk main komputer dan video game. Untuk

anak yang belum bersekolah atau sering ditinggal orang tuanya di rumah, porsinya

mungkin bisa sedikit lebih banyak.

Memberikan batasan apa, kapan, dan seberapa banyak menonton acara TV

juga akan mengajarkan pada anak bahwa mereka harus memilih (acara yang

paling digemari), menghargai waktu dan pilihan, serta menjaga keseimbangan

kebutuhan mereka.

Agar sasaran tercapai, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak

diperlukan. Sayangnya, unsur pengawasan ini yang sering jadi titik lemah orang

tua yang sibuk dengan pekerjaan sehari-hari di kantor. "Untuk itu, orang tua

memang dituntut untuk cerewet. Tidak apa-apa agak cerewet, demi kebaikan

anak-anak," ujar Fawzia.

Kekerasan memang sulit dipisahkan dari industri hiburan. Sama sulitnya

jika harus mencari siapa yang harus disalahkan terhadap masuknya tayangan

kekerasan dalam industri hiburan. Kita akan terjebak dalam lingkaran setan antara

produser, pengelola TV, sutradara, pengiklan, maupun penonton sendiri.

Page 25: Makalah Komunikasi Massa

Sementara menangkap setannya lebih sulit, tindakan yang bisa kita lakukan adalah

meminimalkan pengaruh tersebut, khususnya terhadap anak-anak. Kuncinya,

mulai dari lingkungan keluarga.

Page 26: Makalah Komunikasi Massa

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan di atas, maka dapat di simpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tayangan berbau kekerasan yang marak di stasiun televisi di Indonesia saat

ini berpengaruh dalam merubah pola perilaku dan budaya masyarakat Indonesia.

Perubahan prilaku ini berlangsung dari hari ke hari, sehingga di khawatirkan akan

terjadi pergeseran moral di kalangan masyarakat Indonesia.

2. Tayangan kekerasan di Indonesia semakin hari semakin marak. Hal ini di

karenakan, televisi Indonesia belum mampu mendesain program yang lebih

memiliki nilai-nilai edukatif.

3. Televisi Indonesia belum menggunakan manajemen media dengan

menyesuaikan jam tayang program kekerasan tersebut.

B. Saran

Dari hasil pembahasan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Stasiun televisi Indonesia harus menyesuaikan jam tayang untuk program

tayangan kekerasan ini

2. Harus adanya mediawatc yang mengontrol tayangan kekerasan di Indonesia.

Lembaga ini tentunya bekerjasama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

Pusat. KPI harus lebih ketat mengawasi program siaran di seluruh stasiun televisi

Indonesia.

Page 27: Makalah Komunikasi Massa

Daftar Pustaka.

Ardianto, Elvinaro dan Komala Erdiyana, 2004. Lukiati. Komunikasi Massa

Suatu Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media.

Cangara, Hafied.2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Rajawali Pers.

Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Mitra Pelajar.

Indira Astuti, Santi. 7 Februari 2004.Kekerasan kriminalitas di Televisi. Opini.

Pikiran Rakyat.

Jamaluddin, Jajang dkk. 2005. Panduan Hukum Untuk Jurnalis. Jakarta. AJI

Jakarta.

Manan, Abdul. 2006. Profile AJI. Jakarta. AJI Indonesia.

McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga.

Sopian, Agus dkk. 2005. Ontologi Liputan Mendalam dan Menarik Jurnalisme

Sastrawi. Jakarta. Pantau.

Page 28: Makalah Komunikasi Massa

“TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI”

KOMUNIKASI MASSA

DALAM MASYARAKAT

Disusun Oleh :

Arief kurnia s

NIM : P 27220008 081

D.IV- Keperawatan / Tingkat I

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2009

Page 29: Makalah Komunikasi Massa

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka telah tersusun sebuah makalah

tentang komunikasi massa ”Komunikasi Massa dalam Masyarakat”. Makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas untuk mengikuti ujian akhir semester. Harapan

penulis adalah agar makalah ini berguna khususnya bagi mahasiswa Politeknik

Kesehatan Surakarta dan untuk siapa saja yang ingin mengetahui lebih lanjut

tentang komunikasi massa ”Komunikasi Massa dalam Masyarakat”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini, semoga bantuan Bapak / Ibu /

Saudara dapat semakin meningkatkan manfaat dari penyusunan makalah ini.

Namun demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini di waktu

yang akan datang.

Akhir kata Penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan

informasi yang bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, April 2009

Penulis