makalah prak biokimia fix susu uht

21
PROPOSAL PENELITIAN Menentukan Kadar Gula, Protein dan Lemak dalam Susu UHT Disusun Oleh : Nusaibah Askariyah (111096000001) Dea Justina (1111096000025) Achmad Latiful Qolby (1111096000031) Fitri Fajriani (1111096000039) PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Upload: dea-justina

Post on 29-Dec-2015

177 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

eedefeffe

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

PROPOSAL PENELITIAN

Menentukan Kadar Gula, Protein dan Lemak dalam Susu UHT

Disusun Oleh :

Nusaibah Askariyah (111096000001)

Dea Justina (1111096000025)

Achmad Latiful Qolby (1111096000031)

Fitri Fajriani (1111096000039)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 2: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Menentukan Kadar Gula,

Protein dan Lemak dalam Susu UHT. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah

satu tugas Penelitian pada mata kuliah Praktikum Biokimia II.

Dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak

bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Keluarga tercinta yang telah membantu penulis dengan Do’a dan

dukungan dalam berbagai hal.

2. Ibu Nur Ernita, S.Si dan Ibu Nurlela, S.Si selaku Dosen Pembimbing

sekaligus Dosen pada mata kuliah Praktikum Biokimia II.

3. Asisten Laboratorium yang senatiasa mendampingi penelitian ini.

4. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan,

masukan, kritikan dan saran-saran.

Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal

ibadah bagi keluarga, bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang

lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya.

Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai

sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya dibidang

Biokimia.

Ciputat, Desember 2013

Page 3: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

Penulis

Page 4: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu

mamalia dan manusia. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka

dapat mencerna makanan padat. Manusia mengambil susu dari hewan yang

memiliki kelenjar susu, seperti sapi, kuda dan domba (wikipedia).

Susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu hewan mamalia betina sebagai

sumber gizi bagi anaknya. Kebutuhan gizi pada setiap hewan mamalia betina

bervariasi sehingga kandungan susu yang dihasilkan juga tidak sama pada hewan

mamalia yang berbeda (potter, 1976). Menurut Winarno (1993), susu adalah

cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mamae (ambing) pada binatang

mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya.

Kandungan air didalam susu tinggi sekali yaitu sekitar 87,5 %. Meskipun

kandungan gulanya juga cukup tinggi yaitu sekitar 5% tetapi rasanya tidak manis.

Daya kemanisannya hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa). Kandungan

laktosa bersama garam bertanggungjawab terhadap rasa susu yang spesifik

(winarno, 1993).

Pada penelitian ini susu yang akan dianalisa kadar karbohidrat, lemak dan

protein nya adalah susu olahan. Susu olahan yang digunakan adalah susu UHT.

Susu UHT adalah produk susu cair yang diperoleh dari susu segar atau susu

rekonstitusi atau susu rekombinasi yang disterilkan pada suhu tidak kurang dari

135oC selama 2 detik dan dikemas segera dalam kemasan yang steril dan aseptis.

Susu jenis ini kadar lemak susunya tidak kurang dari 3% dan total padatan bukan

lemak tidak kurang dari 8%.

Ultra high temperature atau lebih dikenal UHT adalah metode pengawetan

minuman, kebanyakan digunakan pada susu. Ini adalah sebuah alternatif untuk

pasteurisasi. Susu terlebih dahulu dipanaskan selama 2-3 detik di suhu 135 sampai

150° C dan segera didinginkan sampai 4-5° C . Waktu pemanasan yang singkat

Page 5: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan

warna, aroma da rasa yang relatif tidak berubah seperti aslinya. Semua kuman

atau mikroorganisme termasuk bakteri patogen (patogen) dihancurkan oleh suhu

ultra tinggi. Susu ini dapat disimpan setidaknya enam minggu (Wikipedia)

Pemilihan susu UHT dalam analisa ini karena dalam susu termasuk susu

UHT mengandung kadar karbohidrat, lemak dan protein yang telah tertera pada

kemasan sehingga dengan begitu penentuan kadar yang tertera dapat di

bandingkan dengan kadar pada uji penelitian dan kadar Standar Nasional

Indonesia terhadap produk susu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapakah persentase kadar protein yang terdapat pada susu UHT ?

2. Berapakah persentase kadar lemak yang terdapat pada susu UHT ?

3. Apakah ada atau tidak kandungan karbohidrat dalam susu UHT ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein, kadar lemak dan

ada tidaknya kandungan karbohidrat dalam susu UHT yang akan diuji. Hasil uji

terhadap susu UHT dibandingkan dengan SNI produk susu dan komposisi yang

tertera. Sehingga dari ketiga sumber dapat diketahui ketepatan kandungan dari

ketiga kadar tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat :

1. Mengetahui persentase kadar protein dalam susu UHT

2. Mengetahui persentase kadar lemak dalam susu UHT

3. Mengetahui ada tidaknya kandungan karbohidrat dalam susu UHT

Page 6: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu UHT

Susu UHT (Ultra High Temperature) merupakan susu yang diproses dengan

panas tinggi dalam waktu singkat (135-145o C) selama 2-5 detik (Amanatidis,

2002). Sistem UHT sendiri merupakan salah satu cara pengolahan yang

berlangsung secara kontinyu dengan pemanasan yang tinggi dan dalam waktu

singkat serta diikuti dengan pendinginan secara cepat untuk menghasilkan produk

yang steril secara komersial (Von Bockelmann, 1998). Pemanasan dengan suhu

tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme (baik pembusuk

maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk

mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma, dan

rasa yang relatif tidak berubah seperti susu segarnya (Astawan, 2005).

Menurut SNI (1998) susu UHT tawar harus mengandung minimal 2,7 %

protein (b/b), 3,0 % lemak (b/b) dan 8 % bahan kering tanpa lemak (b/b). Standar

minimal protein pada susu UHT tawar (2,7 %) mendekati standar minimal protein

pada susu segar (2,8 %). Bahkan standar lemak susu UHT tawar sama dengan

standar minimal lemak pada susu segar, yaitu 3,0 %. Hal ini menunjukan susu

UHT tawar memiiliki karakteristik yang sangat dekat dengan susu segar.

2.2 Kandungan Zat Gizi

Zat gizi adalah substansi pangan yang memberikan energi, diperlukan

untuk pertumbuhan, perkembangan dan atau pemeliharaan kesehatan, serta bila

terjadi kekurangan maka dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia

sehingga terjadi perubahan fisiologi tubuh (BPOM, 2004). Suatu pangan dapat

dikatakan bergizi apabila mengandung lebih dari tiga macam zat gizi yang

masing-masing dalam jumlah lebih dari 10% Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Suatu pangan dapat disebut mempunyai komposisi zat gizi yang seimbang apabila

pangan tersebut memberikan kontribusi kalori dari karbohidrat 50% sampai

dengan 60%, lemak 20% sampai dengan 30%, dan protein 10% sampai dengan

Page 7: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

15%. Sedangakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) itu sendiri merupakan suatu

kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur,

jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan

yang optimal.

Susu sebagai salah satu pangan bergizi, memiliki beberapa komponen zat

gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti lemak, protein dan karbohidrat.

a. Lemak

Lemak terdapat di dalam susu dalam bentuk jutaan bola kecil yang

bergaris tengah antara 1 – 20 mikron dengan rata-rata garis tengah 3 mikron

(Buckle et al, 2009). Biasanya terdapat sekitar 1000 x 106 butiran lemak

dalam setiap ml susu. Butiran inilah yang menyebabkan susu mudah

menyerap flavor asing. Menurut Buckle et al (2009), kerusakan yang dapat

terjadi pada lemak susu merupakan sebab dari berbagai perkembangan flavor

yang menyimpang dalam produk-produk susu, seperti:

1. Ketengikan, yang disebabkan karena hidrolisa dan gliserida dan pelepasan

asam lemak seperti butirat dan kaproat, yang mempunyai bau yang keras,

khas dan tidak menyenangkan. Ketengikan terutama ditimbulkan oleh

enzim lipase yang terdapat secara alami di dalam susu.

2. Tallowiness yang disebabkan karena oksidasi asam lemak tak jenuh.

3. Flavor teroksidasi yang disebabkan karena oksidasi fosfolipid.

4. Amis/ bau seperti ikan yang disebabkan karena oksidasi dan reaksi

hidrolisa.

Lemak susu berkontribusi terhadap 48% total kalori pada susu. Lemak susu

mengandung sekitar 66 % lemak jenuh, 30 % lemak tak jenuh rantai tunggal,

serta 4 % lemak tak jenuh rantai banyak (Chandan, 1997). Komponen mikro

dari lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol, tokoferol (vitamin E),

karoten, vitamin A, serta vitamin D. susu mengandung kira-kira 0.3 %

fosfolipid terutama lesitin, sphingomielin dan sepalin. Pada waktu susu

dipisahkan menjadi skim milk dan krim, sekitar 70 % fosfolipid terdapat pada

krim. Fosfolipid dapat dengan cepat teroksidasi di dalam udara dan akibatnya

ikut menyebabkan penyimpangan cita rasa susu (Buckle et al, 2009).

Page 8: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

b. Protein

Protein adalah sumber-sumber asam amino yang mengandung unsur C, H,

O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.  Protein adalah

makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam amino yang

dihubungkan oleh ikatan peptida, berbobot molekul tinggi dari 5000 sampai

berjuta-juta. Ditinjau dari strukturnya, protein dibagi dalam dua golongan

besar, yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Protein

sederhana adalah protein yang hanya terdiri dari molekul-molekul asam

amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri dari protein

dan gugus bukan protein. 

Secara garis besar, protein susu terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu

kasein dan protein whey. Kasein merupakan protein utama susu yang

jumlahnya mencapai 80 % dari total protein susu sapi. Kasein dapat

diendapkan oleh asam dan enzim rennin. Homogenisasi yang biasa dilakukan

dalam pengolahan susu menyebabkan sebagian dari partikel-partikel kasein

menyatu dengan butiran lemak.

2.3 Analisis Kandungan Gula Pereduksi

Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi

yang disebabkan oleh adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa

yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti

Cu (II). Ciri-ciri yang dimiliki gula peereduksi umumnya mempunyai struktur

hemiasetal atau hemiketal dan adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam

molekul karbohidrat D.

Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff

Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut :

R-CHO + 2 Cu2 + → R-COOH + Cu2O

2 Cu2+ + 4 I- → Cu2I2 + I2

2 S2O32- + I2 → S4O6

2- + 2 I-

Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.

Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2

yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip

Page 9: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2

yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri

adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.

2.4 Analisis Kadar Protein

Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam

metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk

sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi

menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu,

kompleks phosphomolibdat phosphotungstat (phosphormolybdotungstate),

menghasilkan heteropoly molybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik

(rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif

yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan

yang bisa dibaca di antara 500 - 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan.

Akan muncul puncak kecil di sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk

menentukan protein dengan konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar disekitar

750 nm yang dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dengan

konsentrasi rendah. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan

residu tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry adalah lebih

sensitif (100 kali) daripada metode Biuret (Sudarmaji, 1996). Untuk mengetahui

banyaknya protein dalam larutan, terlebih dahulu dibuat kurva standar yang

melukiskan hubungan antara konsentrasi dan optical dencity (OD).

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi

difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer dapat mengukur serapan di

daerah tampak, UV (200-380 nm) maupun IR (> 750 nm).  Monokromator pada

spektrofotometer menggunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya lebih baik

sedangkan detektor menggunakan tabung penggandaan foton atau fototube.

Komponen utama dari spektrofotometer, yaitu sumber cahaya, pengatur

intensitas, monokromator, kuvet, detektor, penguat (amplifier), dan indikator.

Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual

Page 10: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh

suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu

perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu (Anwar, 1992).

Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan

metode Lowry ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat,

deterjen, gliserol, Tricine, EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril,

disulfida, fenolat, asam urat, guanin, xanthine, magnesium, dan kalsium.

Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan menghilangkan interferens

tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk mengkoreksi

absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat

dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan

pengendapan protein (Kristiani, 2010).

2.5 Analisis Kadar Kasein

Kasein berasal dari bahasa latin yaitu Caseine yang berasal dari kata caesus

yaitu keju. Kasein adalah zat yang digunakan sebagai stabilisator emulisi air susu.

Kasein merupakan proteida fosfor yang dijumpai dalam endapan koloida air susu.

Kadar protein yang terdapat dalam susu berkisar antara 2,8 persen sampai 4,0

persen. Protein yang terdapat dalam susu terdiri dari sebagian besar kasein,

sampai mencapai sekitar 80 %. Oleh karena itu kasein sering disebut sebagai

protein susu. Menurut Adnan (1984), kasein di dalam susu merupakan partikel

yang besar. Di dalamnya tidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan

mengandung juga zat-zat anorganik seperti kalsium, phosphor, dan magnesium.

Kasein yang merupakan partikel yang besar dan senyawa yang kompleks tersebut

dinamakan juga kasein misel (casein micell). Kasein misel tersebut besarnya tidak

seragam, berkisar antara 30 – 300 mµ. Kasein juga mengandung sulfur (S) yang

terdapat pada metionin (0,69%) dan sistin (0,09%). Dalam keadaan murni, kasein

berwarna putih seperti salju, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang khas.

Selanjutnya Buda dkk. (1980) menjelaskan, bahwa kasein dapat diendapkan oleh

asam, enzim rennet dan alkohol.

Page 11: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu Pelaksanaan : 3 minggu (minggu pertama sampai pertengahan bulan

Desember 2013)

Tempat Pelaksanaan : Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas berupa : tabung

reaksi, gelas Beckker, labu ukur, gelas Erlemeyer, gelas ukur, piper tetes, pipet

ukur. Alat instrumen berupa : spektrofotometer UV-VIS, sentrifuge dan vortex.

Hotplat, mikro pipet, kertas saring, corong bucher, pendingin tegak, buret dan

mortar

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel susu UHT, H2SO4 4

N, Alkohol 70%, Na2S2O3 0,1%, Amilum 1%, Larutan Luff Schoorl, KI 30%,

asam asetat 1 N, asam asetat 0,5 N, NaOH 0,1%, kalium natrium tartrat, Na2CO3

2%, CuSO4, 1%,

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Uji Kadar Gula Dalam Susu

Ekstraksi Gula Pereduksi

Ditimbang sampel susu UHT sebanyak 10 gram, kemudian dihancurkan

dengan mortar. Selanjutnya dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ekstraksi

dan tambahkan 75 mL alkohol 70%. Dididihkan suspensi dalam labu ekstraksi

selama 1 jam kemudian disentrifuge atau disaring . Ditepatkan volume filtrat

Page 12: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

hingga 100mL dalam labu ukur 100mL. larutan tersebut merupakan larutan

ekstrak gula yang siap dianalisis/ditetapkan kadarnya.

Penetapan Kadar Gula Pereduksi

Dimasukkan 25 mL larutan luff-schoorl dan 10 mL larutan ekstrak gula

pereduksi ke dalam labu erlenmeyer 250 mL lalu ditambahkan air hingga volume

total 50 mL. Selanjutnya campuran dipanaskan dengan menggunakan pendingin

tegak hingga mendidih dan diteruskan selama 10 menit lagi. Setelah pemanasan

selesai, didinginkan campuran dengan menggunakan es. Di tambahkan kedalam

campuran 10mL larutan KI 30% & 25mL H2SO4 4N. Lalu dititrasi dengan

Na2S2O3 0.1 N dan indikator amilum 1ml sampai warna biru hilang. Dicatat

volume titran (V1, mL) dan dilakukan titrasi blanko (sama seperti untuk ekstrak

gula pereduksi tetapi tanpa penambahan ekstrak. Dicatat volume blanko (V2, mL).

dihitung kadar gula pereduksi dengan persamaan rumus

% gula pereduksi =

3.3.2 Uji kadar protein dengan metode Lowry

Mula-mula disiapkan larutan protein standar (BSA) dan protein sampel dalam

tabung reaksi yang bersih dan kering dengan volum total protein + air = 1 ml

Penambahan (mL) No tabung reaksi

1 2 3 4 5 6

Standar BSA

(200µg/mL)

- 0.2 0.4 0.6 0.8 -

Sampel protein - - - - - X

H2O 1 0.8 0.6 0.4 0.2 (1-x)

Setelah itu diaduk hingga merata, lalu ditambahkan dengan 5 mL larutan biuret

yang telah disiapkan kedalam masing-masing tabung. Kemudian diinkubasi

Page 13: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

selama 10 menit pada suhu kamar. Digunakan stopwatch ketika menambahkan

larutan biuret pada masing-masing tabung. Setelah itu ditambahkan 0.5 mL

reagen Folin-Ciocalteu kedalam masing-masing tabung. Lalu dikocok dengan

vorteks. Kemudian diinkubasi selama 30 menit dalam suhu kamar. Selanjutnya

dibaca absorbansi pada panjang gelombang 700 nm dengan spektrofotometri UV-

VIS. Dibuat kurva standar BSA dan tentukan konsentrasi protein dari sampel.

3.3.3 Pemisahan Kasein

20 mL sampel dimasukkan kedalam beacker glass, lalu dipanaskan

dipenanggas air pada suhu 40 oC. Kemudian ditambahkan 1.5 mL asam asetat 1 N

dan diaduk sampai homogen dan didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya

ditambahakna 4.5 mL asam asetat 0.25 N diaduk dan didiamkan selama 1 jam.

Setelah itu disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan aquades, kemudian

kertas saring dan endapan dimasukkan kedalam beacker glass dan ditambahakan

dengan aquades sebanyak 20 mL, NaOH 0.1 M sebanyak 4 mL. Setelah itu,

dipanaskan diatas penangas air dengan suhu 40 oC hingga larut. Kemudian

didinginkan dan diteteskan dengan PP. Setelah terbentuk warna merah muda

ditambahkan 4 mL formaldehid 40 % ditandai dengan warna merah muda yang

menghilang. Selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna

merah muda kembali.

Page 14: Makalah Prak Biokimia Fix Susu UHT

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional – Bsn. Jakarta : Gedung Manggala Wanabakti Blok

IV Lt. 3-4Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270Telp: 021- 574

7043; Faks: 021- 5747045; e-mail : [email protected]

Hermanto, Sandra,M.Si dan Nur Ernita,S.Si. 2013. SOP Pedoman Praktikum

Biokimia II. Jakarta : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hermanto, Sandra. 2008. Diktat Perkuliahan Biokimia II. Jakarta : Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mawadda, Nur. 2010. Skripsi: Pengaruh Cara Pengolahan Terhadap Kadar

Protein dan Kolestrol pada Berbagai Jenis Telur. Yogyakarta : Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.