makalah syaraf
DESCRIPTION
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama: Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor stomatic) maupun internal (reseptor viseral). Antivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan mendulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi. Output motorik. Input dari otak dan mendulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar, yang disebut sebagai efektor.TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan
internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus
seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau
kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh
sistem saraf dalam tiga cara utama: Input sensorik. Sistem saraf menerima
sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal
(reseptor stomatic) maupun internal (reseptor viseral). Antivitas integratif.
Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di
sepanjang saraf sampai ke otak dan mendulla spinalis, yang kemudian akan
menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap
informasi bisa terjadi. Output motorik. Input dari otak dan mendulla spinalis
memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar, yang disebut sebagai
efektor.
Gerak refleks adalah gerak yang tanpa disadari dan berlangsung sangat
cepat. Bersin, batuk, menguap, kaget adalah salah satu dari gerakan refleks.
Gerak refleks terjadi begitu saja tanpa melalui proses pada otak terlebih
dahulu. Gerakan ini terjadi pada bagian tubuh yang terlibat, sehingga bagian
tubuh tersebut bergerak secara otomatis (Campbell, 2004).
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pada tubuh terjadi jauh
lebih cepat dari gerak sadar (Setiadi, 2007).
Gerak refleks dapat diakibatkan karena adanya nyeri, sedangkan rasa nyeri
pasti mengakibatkan terjadinya gerak refleks. Rasa nyeri ini bisa diberikan
obat untuk meringankan rasa nyeri.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara mekanisme nyeri dan gerak refleks
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sistem saraf
2. Mengetahui mekanisme nyeri
3. Mengetahui gerak refleks
1.4 Hipotesa
Adanya hubungan antara mekanisme nyeri dan gerak refleks
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saraf
Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak diluar sistem
saraf pusat.
Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh (Setiadi,
2007).
Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal
dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas
terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi
suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama
(Sloane, 2003) :
1. Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui
reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatik) maupun
internal (reseptor viseral).
2. Aktivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi implus listrik
yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis,
yang kemudian akan menginterprestasi dan mengintergrasi stimulus,
sehingga respons terhadap informasi bisa terjadi.
3. Output motorik. Impuls dari otak dan mendulla spinalis memperoleh
respons yang sesuai dengan otot dan kelenjar tubuh, yang disebut sebagai
efektor.
2.1.1 Organisasi Struktural Sistem Saraf
1. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak dan mendulla spinalis yang dilindungi tulang
kranium dan kanal vertebral.
2. Sistem saraf perifer
4
Meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri
dari saraf kranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan
mendulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional,
sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.
a. Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor
sensorik ke sistem saraf pusat.
b. Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari sistem saraf
pusat ke otot dan kelenjar. Sistem eferen dari sistem saraf perifer
memiliki dua subdivisi.
(1) Divisi somatik (volunter) berkaitan dengan perubahan
lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik
volunter pada otot rangka.
(2) Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respons
involunter pada otot polos, otot jantung, dan kelenjar dengan
cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur.
(a) Saraf simpatis
(b) Saraf Parasimpatis
2.1.2 Sel-sel pada Sistem Saraf
Gambar 2.1 Struktur neuron
5
Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri ari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
1. Badan sel, atau perikarion, suatu neuron mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut:
a. Satu nukleus tunggal, nukleolus yang menonjol, dan organel lain
seperti kompleks Golgi dan mitokondria, tetapi nukleus ini tidak
memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
b. Badan nissl
c. Neurifibril
2. Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan
pendek, serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
Permukaan dendrit penuh dengan spina dendrit yang dikhususkan
untuk berhubungan dengan neuron lain.
3. Akson adalah suatu prosesus tunggal, menghantar impuls menjauhi
badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar), atau ke
badan sel neuron yang menjadi asal akson. Semua akson dalam
sistem saraf perifer dibungkus oleh lapisan schwann, disebut juga
neurilema, yang dihasilka sel-sel schwann. Akson besar, memiliki
lapisan dalam yang disebut mielin, suatu kompleks lipoprotein yang
dibentuk oleh membran plasma sel-sel schwann. Mielin berfungsi
sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran impuls saraf.
Nodus ranvier menunjukkan celah antara sel-sel schwann yang
berdekatan. Celah ini merupakan tempat pada akson dimana mielin
dan lapisan schwann terputus, sehingga hanya melapisi sebagian
akson. Akson dalam sistem saraf pusat tidak memiliki lapisan
neurilema.
2.2 Impuls Saraf
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga
6
dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf.
Contoh rangsangan adalah sebagai berikut:
1. Perubahan dari dingin menjadi panas
2. Perubhana dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan
3. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung
4. Suatu benda yang menarik perhatian
5. Suara bising
6. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan
menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan
tersebut adalah gerak saar atau geak biasa. Gerakan sadar adalah gerak
yang karena disengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan
ini disampaikan melalui jalan yang panjang.
Gambar 2.2 Alur Gerak sadar
2.2.1 Potensial Aksi
Potensial aksi adalah suatu peristiwa yang terjadi antara neuron dalam
rangka untuk mengirim pesan dari otak ke bagian-bagian tubuh yang
berbeda, baik untuk tindakan sadar atau tak sadar.
Komponen dari potensial aksi antara lain :
1. Ion Na+ merupakan ion yang bermuatan positif. Ion Na+ berada
dibagian luar sel dari sistem saraf. Hanya sedikit ion Na+ yang berada
di dalam sel. Perbedaan jumlah ini membuat perbedaan gradien
konsentrasi dan dapat menyebabkan ion Na melewati membran. Ion
Na+ membantu dalam potensial aksi ketika penghantaran sel saraf.
7
2. Ion K+ merupakan ion yang bermuatan positif,kebanyakan ion K+
berada di dalam sel. Pada keadaan tertentu ion K+ ini akan keluar sel
sehingga akan mengurangi muatan positif di dalam sel.
3. Kanal Na+ ini berfungsi dalam meneruskan potensial aksi dengan
membuka jika terjadi depolarisasi membran. Pembukaan kanal ion ini
menyebabkan ion Na+ dapat masuk melintasi membran dan
menyebabkan depolarisasi.
4. Kanal K+ ini berperan sebagai kekuatan penstabil (stabilizing force).
Beberapa fungsinya antara lain repolarisasi setelah terjadinya
potensial aksi dan mengatur potensial istirahat (resting potensial).
Neuron berada di dalam otak dan sistem saraf.neuron berkomunikasi
dengan neuron yang lain melalui potensial aksi yang mana adalah sebuah
impuls dari aktifitas listrik. Neuron ini membantu kita untuk berfikir,
bergerak, dan melakukan sesuatu.Neuron bagian dalam lebih negatif
daripada bagian luar. Sejak kebanyakan ion K+ keluar daripada Na+ yang
masuk, maka neuron bagian dalam akan lebih negatif daripada bagian luar
yang biasa disebut dengan potensial elektrik atau potensial membran.
Muatan intrasel kurang lebih -70 mv. Sedangkan muatan ekstrasel adalah 0
mv. Muatan negatif yang terdapat pada intrasel ketika sel dalam keadaan
istirahat ini disebut dengan resting potensial atau potensial istirahat.
Pada saat kenegativan berkurang,ini biasa disebut dengan depolarisasi.
Depolarisasi ini disebabkan berkurangnya perbedaan polaritas membran
sel antara intra dan ekstra sel. Suatu sel harus menjaga keseimbangan ion
Na+ dan ion K+ di kompartemen luar dan dalam sel. Jika kanal ion Na+
membuka dan menyebabkan ion Na+ masuk ke dalam sel, maka gradien
konsentrasi Na+ di luar dan di dalam sel berkurang. Karena ion Na+
bermuatan positif, maka dia akan menambah muatan positif di dalam
kompartemen intrasel, sehingga perbedaan polaritas menjadi berkurang
dan menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi ini penting dalam penerusan
potensial aksi sepanjang sel saraf karena depolarisasi dapat menyebabkan
8
pembukaan kanal ion Na+ lainnya yang bertanggung jawab terhadap
penerusan impuls saraf di sepanjang akson.
Pada saat keadaan neuron perbedaan negatifnya tinggi, ini biasa disebut
dengan hiperpolarisasi. Secara normal, kanal ion K+ selanjutnya akan
membuka dan menyebabkan kembalinya polaritas atau repolarisasi. Tetapi
jika kanal K+ membuka secara berlebihan, maka ion K+ akan keluar dan
menyebabkan kompartemen di dalam sel semakin negatif,sehingga
perbedaan polaritas meningkat. Meningkatnya perbedaan polaritas ini
disebut hiperpolarisasi membran. Hiperpolarisasi juga dapat terjadi jika
kanal Cl- di permukaan sel membuka. Ion Cl- yang bermuatan negatif
akan masuk ke dalam sel menyebabkan muatan di dalam sel menjadi lebih
negatif dan meningkatkan perbedaan potensial membran antara ekstrasel
dan intrasel.Jika depolarisasi menyebabkan penerusan potensial aksi
sepanjang sel saraf, maka hiperpolarisasi menyebabkan penghambatan
penerusan potensial aksi tersebut sehingga menghasilkan efek-efek
depresi sistem saraf pusat.
Gradien konsentrasi di dalam neuron bisa dijaga salah satunya dengan
pompa Na+/K+ ATPase dengan melibatkan kanal ion K+ dengan Na+.
Jika ion K+ masuk ke kanal,ia akan melintasi membran menuju ke bagian
ekstrasel. Sedangkan jika Na+ masuk kanal, ia akan melintas masuk
menuju kompartemen intrasel. Pergerakan ion keluar dari dan masuk ke
sel itu disebut dengan leaking. Peristiwa leaking yang berlebihan akan
menyebabkan gangguan terhadap homeostasis sel, karena harus ada
mekanisme untuk mengembalikan ion-ion yang berpindah tadi ke tempat
semula. Pengembalian ini menggunakan pompa Na+/K+ ATPase. Pompa
ini akan memompa 3 ion Na+ keluar dan 2 ion K+ masuk,sehingga akan
kembali pada keseimbangan semula dimana muatan intrasel lebih negatif
dapat dicapai kembali ( Ikawati, 2008).
9
2.2.2 Mekanisme Hantaran Saraf
1. Setelah menirima stimulus rangasangan akan diubah menjadi aktifitas
listrik yang dinamakan impuls yang akan di jalarkan sepanjang serabut
saraf sensoris.
2. Arus listrik menjalar ke area membran, hal ini menyebabkan kanal ion
Natrium membuka dan mengakibatkan depolarisasi menjalar disepanjang
saraf.
3. Dengan cara ini impuls saraf ditransmisi dari neuron satu ke neuron lain
dalam sistem saraf menggunakan penghubung sinapsis (Sloane, 2003).
2.3 Refleks
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu ysng menjalar
pada rute yang disebut lengkung refleks. Sebagian proses tubuh involunte
(misalnya, denyut jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengatur
suhu) dan respons otomatis (misalnya, sentakan akibat suatu stimulus nyeri
atau sentakan pada lutut) merupakan kerja refleks.
Semua lengkung (jalur) refleks terdiri dari komponen yang sama. Reseptor
adalah ujung distal dendrit yang menerima stimulus. Jalur aferen melintas
sepanjang sebuah neuron sensorik ke otak atau mendulla spinalis. Bagian
pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu sistem
saraf pusat. Impuls dapat ditransmisi, diulang rutenya, atau dihabat pada
bagian ini. Jalur eferen melintas disepanjang akson neuron motorik sampai
ke efektor, yang akan merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi
yang khas. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau
kelenjar yang merespons.
2.3.1 Mekanisme Gerak Refleks
Reseptor berespon terhadap stimulus (rangsangan), yaitu berupa fisika
atau kimia di lingkungan reseptor yang dapat dideteksi, sebagai respon
terhadap rangsangan tersebut, reseptor membentuk potensial aksi yang
dipancarkan oleh jalur aferen ke pusat integrasi untuk diolah. Biasanya
sebagai pusat integrasi adalah SSP. Korda spinalis dan batang otak
10
bertanggungjawab untuk mengintegrasikan refleks-refleks dasar,
sementara pusat-pusat otak yang lebih tinggi biasanya mengolah reflek
yang di dapat. Pusat integrasi mengolah semua informasi yang datang
dari reseptor serta dari masukan lain, kemudian mengambil keputusan
mengenai respon yang sesuai. Instruksi dari pusat integrasi di salurkan
melalui jalur eferen ke efektor suatu otot atau kelenjar untuk
melaksanakan respon yang diinginkan (Sloane, 2003).
Impuls → reseptor → neuron sensorik → neuron konektor pada system
saraf pusat (otak/ sumsum tulang belakang) → neuron motorik →
efektor.
2.4 Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Perifer
2.4.1 Sistem Saraf Pusat
2.4.1.1 Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena
merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf
sentral yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium) yang
dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak adalah suatu alat tubuh
yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua alat
tubuh.
Otak dilindungi oleh:
Kulit kepala dan rambut
Tulang tengkorak dan columna vertebral
Meningen (selaput otak)
11
Gambar 2.4.1 Pelindung Otak
Bagian dari otak secara garis besar terdiri dari:
a. Cerebral Hermisphere (cerebrum: otak besar)
b. Diencephalon
c. Brain stem (batang otak)
d. Cerebellum (otak kecil)
Gambar 2.4.2 Bagian Otak
a. Hemisfer cerebral (cerebum: otak besar)
Berpasangan (kanan dan kiri) bagian atas dari otak yang mengisi
lebih dari setengah masa otak. Permukaannya berasal dari bagian
yang menonjol (gyri) dan lekukan (sulci).
Cerebrum dibagi dalam 4 lobus, yaitu:
12
- Lobus frontalis, menstimulus pergerakan otot yang
bertanggung jawa untuk roses berpikir.
- Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang
merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan sedikit menerima
perubahan temperatur.
- Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima
sensasi dari mata.
- Lobus temporalis, mengandung area auditori yang menerima
sensasi dari telinga.
Area khusus otak besar adalah:
- Somatic sensory area yang menerima impuls dari reseptor
sensori tubuh.
- Primary motor area yang mengirim impuls ke otot skeletal.
- Broca’s area yang terlibat dlam kemampuan bicara.
b. Cerebelum (otak kecil)
Terletak dalam fosa cranial posterior dibawah tentorium
cerebelum bagian posterior dari pons varoli dan mendulla
oblongata. Cerebelum mempunyai dua hemisfer yang
dihubungkan oleh fermis. Fungsi cerebelum mengembalikan tonus
otot diluar kesadaran yang merupakan suatu mekanisme saraf yang
berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian.
c. Vertikel otak
Yaitu beberapa rongga yang saling berhubungan didalam otak dan
berisi cairan serebrospinalis. Fungsi dari cairan serebrospinalis
adalah:
- Sebagai buffer.
- Melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari goncangan
dan trauma.
- Menghantarkan makanan kesistem saraf pusat.
13
2.4.1.2 Medulla Spinalis
Korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna vertebra yang
memanjang dari mendula batang otak sampai ke area vertebra lumbal
pertama disebut medulla spinalis.
Disubut juga sumsum tulang belakang, yang terlindung di dalam
tulan belakang dan berfungsi untuk mengadakan komunikasi antara
otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam:
- Gerak refleks
- Berisi pusat pengontrolan yag penting
- Heart rate control atau denyut jantung
- Pengatur tekanan darah
- Breathing/pernafasan
- Swallowing/menelan
- Vomitting/muntah
Fungsi medulla spinalis:
1. Mendulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks
dalam tubuh.
2. Bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus
asenden dan desenden.
2.4.2 Sistem Saraf Perifer
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan
mendulla spinalis. Sistem ini juga mencakup saraf kranial yang berasal
dari otak; saraf spinal, yang berasal dari mendulla spinalis; dan ganglia
serta reseptor sensorik yang berhubungan.
2.4.2.1 Saraf kranial
Duabelas pasang saraf kranial (cranial nerve [CN]) yang muncul
dari berbagai bagian batang otak. Beberapa saraf kranial hanya
tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari
serabut sensorik dan serabut motorik. Klasifikasi saraf ini meliputi:
14
1. Saraf olfaktori (CN I) adalah saraf sensorik.
2. Saraf optik (CN II) adalah saraf sensorik.
3. Saraf okulomotorik (CN III) adalah saraf gabungan, tetapi
sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
4. Saraf troklear (CN IV) adalahh saraf gabungan, tetapi sebagian
besar terdiri dari saraf motorik dan merupakan saraf terkecil
dalam saraf kranial.
5. Saraf trigeminal (CN V) saraf kranial, terbesar, merupakan
saraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari saraf sensorik.
6. Saraf abdusen (CN VI) merupakan saraf gabungan , tetapi
sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
7. Saraf fasial (VII) adalah saraf gabungan.
8. Saraf vestibulokoklear (CN VIII) hanya terdiri dari saraf
sensorik dan memiliki dua devisi.
9. Saraf glosofaringeal (CN IX) adalah saraf gabungan.
10. Saraf vagus (CN X) adalah saraf gabungan.
11. Saraf aksesori spinal (CN XI) adalah saraf gabungan, tetapi
sebagian besar terdiri dari serabut motorik.
12. Saraf hipoglosal (CN XII) termasuk saraf gabungan, tetapi
sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
2.4.2.2 Saraf spinal
Tigapuluh satu pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks
dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks
dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal.
Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik),
membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan
meninggalkan korda melalui neuron eferen.
Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna
vertebra tempat munculnya saraf tersebut.
a. Saraf serviks: 8 pasang, C1 sampai C8.
b. Saraf toraks: 12 pasang. T1 sampai T12.
15
c. Saraf lumbal: 5 pasang. L1 sampai L5.
d. Saraf sakral: 5 pasang. S1 sampai S5.
e. Saraf koksiks: 1 pasang.
2.5 Nyeri
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan
maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan codera spesifik, jika
kerusakan tidak lama terjadi dan penyakit sistemuk, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut didefinisikan sebagai
nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga enam bulan (Brunner &
Suddarth, 1996).
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
satu priode waktu. Nyeri kronis tidak mempunyai yang ditetapkan dan sering
sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis sering
didefiniskan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih
(Brunner & Suddarth, 1996 dikutip dari Smeltzer 2001).
2.5.1 Jenis-jenis Nyeri
Nyeri Akut terjadi setelah trauma ringan, bedah dan inflamasi dan
berlangsung untuk waktu yang singkat misalnya sakit kepal, sakit gigi,
tertusuk jarum. Nyeri Akut biasanya akan menghilnag dengan
sendirinya tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali.
Nyeri Kronik berlangsung lebih lama dari pada nyeri akut biasanya
berlangsung lebih dari 6 bulan misalnya luka bakar yang parah dan
kanker
16
Nyeri superfisialis adalah nyeri yang dapat dirasakan diseluruh
permukaan tubuh atau kulit kena benda tajam.
Nyeri Psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik
biasanya di pengaruhi mental,emosional dan faktor perilaku misalnya
sakit pada perut (Tjay, 2002).
2.5.2 Mekanisme Nyeri
1. Proses Transduksi
Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada
ujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik
kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima
ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh
(reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni).
Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau
trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana
prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-
reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti
histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini
dikenal sebagai sensitisasi perifer.
2. Proses Transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses
transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla
spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum
diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke
traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa
rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta
berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi.
Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps
interneuron dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin.
17
3. Proses Modulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat
(medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri
yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis merupakan proses
ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen (enkefalin,
endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada
kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu
dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk
analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri
sangat subjektif pada setiap orang.
4. Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,
transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu
proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan
terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari sensorik
2.5.3 Obat Anti Nyeri
Analgesik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi
atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri
adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang
berhubungan dengan gangguan / kerusakan jaringan. Rasa nyeri dapat
debagai isyarat adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan,
infeksi jasad renik, atau kejang otot (Chaerun W. 2005).
Berdasarkan kerja farmakologinya, analgetika dibagi menjadi:
a. Analgetika perifer (non-narkotik): yaitu obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral
b. Analgetik narkotik: untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fractura
dan kanker.
18
a. Analgetika Perifer
Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan
saraf pusat yang terdiri dari obat-obatan yang tidak bersifat narkotik.
Semua analgesic perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik, yaitu
menurunkan suhu badan pada saat demam (Murniati dkk, 2009).
Obat-obat analgesik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis
prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam
tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia
terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan
enzim cyclooxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim
COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau radang pun
reda.
Efek analgesic golongan ini serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan
dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan
mekanisme efek sentral. Fenasetin karena toksisitasnya terhadap hati
dan ginjal saat ini sudah dilarang penggunaanya.
Efek samping parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis
besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
b. Analgetika Narkotik
Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
yang hebat, seperti pada fraktura dan kanker.
Di dalam tubuh manusia, pada frekuensi pensinyalan normal, sinyal
rasa nyeri yang dibawa oleh neurotransmitter dikeluarkan dari
presinaptik dan sinyal tersebut ditransmisikan di seluruh celah
sinaptik. Namun, ketika neuron atau sel saraf tersebut berada dibawah
pengaruh atau kontrol opioid, maka penerusan tranduksi sinyal nyeri
menjadi terhambat/hilang. Hal ini terjadi karena analgetik opioid dan
endogen opioid mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat,
dengan titik kerja yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP). Dengan
timbulnya mekanisme penghambatan nyeri oleh opioid ini, sel di
19
dalam tubuh membangun suatu mekanisme pertahanan terhadap
penghambatan tersebut dengan cara membangun kembali kekuatan
dari transmisi sinyal nyeri itu
Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang
nyeri yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan
umum (mengurangi kesadaran), mempunyai efek samping
menimbulkan rasa nyaman (euphoria). Hampir semua perasaan tidak
nyaman dapat dihilangkan oleh analgesik narkotik kecuali sensasi
kulit (Murniati dkk, 2009)
Harus hati-hati menggunakan analgesik ini karena mempunyai risiko
besar terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan
penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk penggunaan
insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark
jantung, kolik batu empedu/batu ginjal). Tanpa indikasi kuat, tidak
dibenarkan penggunaannya, Disamping untuk mengatasi nyeri hebat,
penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena
dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya
digunakan sebagai premediksi dalam pembedahan karena dapat
memperkuat anestesi umum sehingga mengurangi timbulnya
kesadaran selama anestesi (Murniati dkk, 2009).
Menurut Murniati dkk (2009), penggolongan analgesik – narkotik :
Alkaloid alam : morfin, codein
Derivat semi sintesis : heroin
Devirat sintetik : metadon, fentanil
Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, pentazocin
1. Morfin
Indikasi : Analgesik selama dan setelah pembedahan
Kontra indikasi : Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit
perut akut, peningkatan tekanan otakatau cedera kepala.
20
Efek samping :Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada
over dosis menimbulkan keracunan dan dapat
menyebabkan kematian.
2. Fentanil
Indikasi : Nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Kontra indikasi :Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, oenyakit
perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala
Efek samping : Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi
pada over dosis, menimbulkan keracunan dan dapat
menyebabkan kematian
3. Tramadol HCL
Indikasi : Nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi : Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, oenyakit
perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala
Efek samping : Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi
pada over dosis, menimbulkan keracunan dan dapat
menyebabkan kematian
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin, dan
bersifat analgesik. Khusus digunakan pada kasus over dosis atau intoksikasi
obat-obat analgetik narkotik (Murniati dkk, 2009).
21
BAB III
KONSEP MAPPING
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh
tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun
dalam.
Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan
melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen
tubuh yang terlibat dalam grak iniBaik itu disadari maupun tidak disadari.
Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh
maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat
sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Dan dalam
melakukan gerak tubuh kita melakukan banyak koordinasi dengan
perangkat tubuh yang lain. Hal ini menunjukkan suatu kerja sama yang
siergis.
Penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar,
namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks.
Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke
saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian
hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai
perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Refleks adalah respon otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar
pada rute yang disebut lengkung refleks. Mekanisme gerak refleks yang
terjadi yakni dimulai dari adanya stimulus dari luar misalnya karena benda
tajam tau benda panas, setelah itu reseptor akan menerima stimulus yang
berada di ujung distal dendrit. Kemudian reseptor meneruskan ke neuron
sensorik sampai ke medulla spinalis. Medulla spinalis atau bagian pusat
adalah sisi sinaps yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP, impuls
dapat ditransmisi, diulang rutenya, atau dihambat. Selanjutnya medulla
spinalis akan meneruskannya ke neuron motoris yang akan merespon impuls
23
eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas. Yang terakhir yakni efektor
atau sasaran, efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos,
atau kelenjar yang merespon.
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan
jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus
noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini
berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus
dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem
nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang
membatu perbaikan jaringan yang rusak.
Nyeri berkaitan dengan perasaan tidak menyenangkan. Nyeri merupakan
sensasi yang sangat rumit karena jika nyeri berkepanjangan dan jaringan
rusak, jalur-jalur non reseptor serta mengalami fasilitasi dan reorganisasi.
Peran obat anti nyeri atau analgesik pada nyeri yaitu untuk mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan. Berdasarkan farmakologinya dibagi menjadi 2,
yaitu: Analgenik perifer (non-narkotika) ini cenderung mampu
menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pasa
susunan sistem saraf pusat bahkan hingga efek menurunkan tingkat
kesadaran. Tidak mengakibatkan ketergantungan. Efek samping; kerusakan
lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.
Penggunaan analgenik dalam dosis tinggi dan lama sangat tidak dianjurkan.
Anagenik narkotik merupakan obat yang memiliki sifat opium atau morfin.
Obat jenis ini khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat.
Contoh:kanker. Jenis obat ini mengakibatkan ketergantungan karena efek
nyaman yang dirasakan setelah mengkomsumsi obat jenis ini.
24
BAB V
KESIMPULAN
Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak diluar
sistem saraf pusat.
Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk
menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi
kegiatan tubuh (Setiadi, 2007).
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan mendulla spinalis yang dilindungi
tulang kranium dan kanal vertebral. Sistem saraf perifer meliputi seluruh
jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf kranial dan saraf
spinal yang menghubungkan otak dan mendulla spinalis dengan reseptor
dan efektor.
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu ysng menjalar
pada rute yang disebut lengkung refleks.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan. Jenis nyeri ada 4 macam yaitu: nyeri akut,
nyeri kronik, nyeri superfisialis, nyeri psikogenik.
Mekanisme nyeri ada 4, yaitu: proses transduksi, proses transmisi, proses
modulasi, prespsi.
Obat anti nyerii berdasarkan farmakologinya terbagi menjadi 2, yaitu:
Analgenik perifer (non-narkotik) dan Analgenik narkotika. Dimana obat
jenis analgenik perifer tidak menyebabkan ketergantungan dan hanya untuk
nyeri yang tidak parah sedangkan analgenik narkotika untuk menghalau rasa
nyeri hebat, contoh: kanker. Menyebabkan ketergantungan karna efek
nyaman setalah mengkomsumsi obat jenis ini.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/04/sistem-saraf-pada-manusia.html
diaskes pada tanggal 09-04-2014
http://slemgaul.wordpress.com/2010/11/29/sel-saraf/ diaskes pada tanggal 09-
04-2014
http://systembiosaraf.wordpress.com/2010/04/11/impuls/ diaskes pada
tanggal 09-04-2014
Campbell, N.A,; Reece,J.B,; Mitchell, L.G. 2004. Biologi 3. Diterjemahkan
oleh W.Manalu (ed.5). Jakarta: Erlangga
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ethel, Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31992/4/Chapter%20II.pdf
diaskes pada tanggal 08-04-2014
Chaerun, W. 2005. Buku Obat-Obatan Penting untuk Pelayan Kefarmasian.
Yogyakarta: farsigama.
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 22. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa perawat. Jakarta:
EGC.