metode dakwah kh. mahrus amin di...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

METODE DAKWAH KH. MAHRUS AMIN
DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH ULUJAMI
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Mochammad Zia Ulhaq
NIM: 109051000164
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/ 2013 M




i
ABSTRAK
Nama : Mochammad Zia Ulhaq
Judul : METODE DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI PONDOK
PESANTREN DARUNNAJAH ULUJAMI JAKARTA SELATAN
Dakwah Islamiyah merupakan kewajiban yang harus dijalankan setiap
umat Islam, dakwah pada hakikatnya adalah ajaran atau seruan kepada umat
manusia untuk menuju kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat sesuai dengan
pedoman Al-Qur’an dan Hadist. Aktivitas dakwah akan berjalan dengan baik
apabila para da’i atau da’iyah memenuhi semua unsur-unsur dakwah baik dari
subjek dakwah, maupun objek dakwahnya seiring dengan perkembangan zaman
dan masyarakat atau mad’u yang heterogen. Maka seorang da’i harus pandai-
pandai memilih metode yang baik dan tepat untuk digunakan dalam penyampaian
dakwahnya, salah satunya KH. Mahrus Amin sebagai pendiri dan pimpinan di
Pondok Pesantren Darunnajah.
Berdasarkan peryataan di atas timbullah pertanyaan a. Bagaimana metode
dakwah yang dilakukan KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah ? b.
Apa hambatan dalam Metode Dakwah KH. Mahrus Amin serta bagaimana
solusinya ?
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Dengan
menggunakan metodologi deskriptif analisis yaitu bahwa data dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara mendalam dengan narasumber dan dokumentasi yang akan
menghasilkan penafsiran penulis.
KH. Mahrus Amin adalah da’i dan ulama yang cukup berpengaruh di
jakarta. Dalam metode pembinaan dakwah, beliau menggunakan bentuk dakwah
bil Lisan melalui metode ceramah, metode halaqoh, metode tanya jawab. bentuk
dakwah bil Hal dalam berbagai bidang diantaranya : bidang keagamaan dan
pendidikan, bidang kesejahteraan, bidang perdagangan. bentuk dakwah bil Qalam
menggunakan media tulisan seperti menulis buku.
Penulis menganalisis Metode Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok
Pesantren melalui pengamatan dan penelitian bahwa kesimpulannya dengan
keilmuan keagamaan yang tinggi, istiqomah dan contoh amal perbuatan beliau
menerapkan metode dakwahnya dengan baik.

ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmirrahim
Alhamdulillah wa Syukurillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan
atas semua nikmat dan karunia yang Allah SWT berikan selama ini, yang tidak
henti-hentinya memberikan kekuatan yang luar biasa disaat penulis merasakan
lelah, jenuh menghadapi semua kesulitan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga
skripsi yang berjudul Metode Dakwah K.H Mahrus Amin di Pondok Pesantren
Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan telah selesai disusun.
Sholawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada Rasulullah
Nabi Besar Muhammad SAW yang dengan limpahan syafa’atnya menuntun
umatnya kejalan kebaikan, yaitu jalan yang diridhoi Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, karena
sesungguhnya tanpa kehendak-Nya segala sesuatu tidak mungkin terjadi. Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Betapapun hebatnya manusia, tak ada yang bisa melakukan segala sesuatunya
sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Untuk itu perkenankanlah penulis secara
khusus dengan rasa hormat dan bangga menyampaikan ucapan terima kasih yang
mendalam kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra MA, selaku Pembantu Dekan Akademik,
Drs. H. Mahmud Djalal MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi

iii
Umum dan Drs. Study Rizal LK. MA, selaku Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi
3. Bapak Drs. Jumroni, MSi, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam
4. Ibu Umi Musyarrafah MA, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam
5. Ibu Dra. Hj. Musfiroh Nurlaili MA, Dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, dan juga
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan arahan dan
bimbingan disela-sela kesibukan beliau. Serta telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini. Dan dalam pengurusan
nilai-nilai kuliah.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak
ternilai harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus.
Dan tak lupa kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, juga para staff perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang
telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di
kampus ini.
7. Ayahanda sekaligus guru K.H Mahrus Amin selaku objek yang penulis
teliti, penulis mengucapkan banyak terima kasih telah diizinkan untuk
meneliti serta waktu, fikiran, pengalaman, tenaga, ilmu yang beliau
luangkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

iv
Semoga beliau selalu diberi kekuatan sehingga ilmu beliau terus menerus
dapat di syiarkan dan senantiasa di lindungi Allah SWT.
8. Seluruh keluarga besar Nawawi (Alm) dan saniin (Alm), ayah tercinta H.
Achmad Zaeni dan bunda tercinta Hj. Nurlaela yang dengan pengorbanan
dan doa beliau dengan kasih sayangnya tak kenal lelah dalam mendidik,
memberikan semangat dan membesarkan anak-anaknya sehingga kami
menjadi orang yang berpendidikan, motivasi, do’a dan seluruh
pengorbanan beliau yang tidak terhingga baik berupa moril maupun
materil. Jasa kalian tak dapat dibalas dengan apapun. Terima kasih ya
Ayah, terima kasih bunda.
9. Untuk semua saudara-saudariku tercinta, Mochammad Billy Adam,
Ananda Ayu Islami, paling terakhir Anindia Aulia Tajriani. Terus
berjuang dan semoga kalian terus menerus didekatkan dengan cita-cita
kalian dan selalu diberkahi dan diridhoi di dunia maupun akhirat Amin.
10. Teman-temanku seperjuangan alumni Darunnajah angkatan 32, dan orang-
orang yang aku sayangi semua yang kucinta baik dari kampus UIN
maupun dari luar, lian Martini, Denny Sarwani, Ihya Ulumudin, Ahmad
Nizar Hakim, Adam Pamungkas, Rully Chandra, Abdurrahman Shaleh,
Cholif Amin, Supriadi, dan semua rekan KKN Jaroose, yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih semuanya. Semoga
jalan hidup yang kita jalani selalu diberi petunjuk oleh Allah SWT amin,
semoga tali silaturrahim kita semua tetap terjaga amin.

v
Akhir kata, hanya do’a dan harapan yang dapat penulis panjatkan, semoga
semua kebaikan kalian, senantiasa Allah SWT balas dengan limpahan yang
berlipat ganda disertai keberkahan oleh-Nya. Amin, Amin yaa Rabbal ‘Alamiiin,,
Jakarta, October 2013
Mochammad Zia Ulhaq

v
ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode ........................................................................................ 14
B. Dakwah ........................................................................................ 15
1. Pengertian Dakwah ................................................................ 15
2. Unsur-Unsur Dakwah ............................................................ 17
3. Metode Dakwah .................................................................... 20
4. Bentuk-Bentuk Dakwah ........................................................ 29
5. Tujuan Dakwah ...................................................................... 33
6. Manfaat Dakwah .................................................................... 36

vi
BAB III PROFIL KH. MAHRUS AMIN DAN GAMBARAN UMUM PONDOK
PESANTREN DARUNNAJAH ULUJAMI JAKARTA SELATAN
A. Profil KH. Mahrus Amin ............................................................. 38
1. Riwayat Hidup ....................................................................... 38
2. Latar Belakang Pendidikan .................................................... 42
B. Aktivitas KH. Mahrus Amin ........................................................ 46
1. Aktivitas ................................................................................. 46
2. Karya-Karya KH. Mahrus Amin ............................................ 48
C. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah ........................ 48
1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Darunnajah ..................... 48
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darunnajah ........................ 53
3. Program Unggulan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Metode Dakwah KH. Mahrus amin di Pondok Pesantren Darunnajah
Ulujami Jakarta Selatan ............................................................... 57
B. Hambatan-hambatan Yang dialami Serta Solusinya ................... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 75
B. Saran ............................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 78
LAMPIRAN

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam agama dakwah, yaitu agama yang menegaskan umatnya untuk
menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat
bagi seluruh alam. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan untuk manusia, bilamana ajaran islam yang mencakup segenap
aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh.1
Islam juga merupakan ajaran Allah yang sempurna dan diturunkan untuk
mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Akan tetapi, kesempurnaan ajaran
Islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran yang baik tidak
disampaikan kepada manusia. Lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktivitas yang
sangat penting dalam keseluruhan ajaran Islam. Dengan dakwah, Islam dapat
diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia dari generasi kegenerasi
berikutnya. Sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi manusia yang
mengamalkan Islam dan selanjutnya Islam akan lenyap dari permukaan bumi.2
Dakwah sangatlah penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena
tanpanya manusia akan sesat. Berarti hidupnya menjadi tidak teratur dan kualitas
kemanusiaanya merosot. Tanpa adanya manusia akan kehilangan akhlak,
nuraninya tertutup, menjadi egois, rakus, liar, binal, kehilangan moral, akan saling
1 Abdur Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang 1993),
Cet ke-3, h.1
2 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Prenada Media 2004), Cet Ke-1, h.55

2
menindas, saling memakan dan saling memeras. Tanpa ada dakwah atau karena
lemahnya dakwah maka manusia akan melakukan kerusakan dimana-mana.
Sumber daya alam akan dipergunakan semaunya yang pada gilirannya akan
terjadi kerusakan dan kebangkrutan dimana-mana.3
Dakwah adalah kewajiban seorang muslim untuk menyampaikan apa yang
diterima dari rasulullah SAW : “Ballighu „anni walau ayat.” Inilah yang
membuat kegiatan atau aktivitas dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa
saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai islam itu
sebabnya suatu aktivitas dakwah harus berangkat dari kesadaran diri “ibda‟
binafsik” atau pun perorangan dengan kemampuan yang bisa mengembangkan
suatu aktivitas dakwah.
Maka dari itu agama islam selalu mendorong umatnya untuk selalu aktif
melakukan kegiatan dakwah, baik yang dilakukan secara perorangan ataupun
kelompok. Oleh karena itu kemajuan dan kemunduran umat islam sangat erat
dilakukan untuk kegiatan dakwah yang dilakukan pemeluknya. Usaha yang
dilakukan untuk menyebarluaskan islam, begitu pula untuk merealisasi ajaran
islam ditengah-tengah kehidupan manusia adalah merupakan usaha dakwah yang
dalam keadaan dan di manapun harus dilaksanakan oleh umat islam. Dalam hal
ini baik teori maupun praktek telah ada dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW
yang telah diperintahkan oleh Allah.
3 Nawari Ismail, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta : PT Bulan
Bintang 2004), Ed Ke-2, h.xiv

3
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 104 :
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Pedoman atau ajaran-ajaran pokok untuk dijadikan patokan bagaimana
seharusnya cara-cara melaksanakan dakwah, yakni harus dilakukan dengan
metode dan pendekatan yang bersifat persuasif penuh dengan hikmah dengan cara
pengajaran yang baik, serat tidak dibenarkan adanya cara yang bersifat memaksa.
Oleh karena itu, dalam penyampaian dakwah seorang da’i memerlukan disiplin
keilmuan dan metode dalam penyampaian. Sedangkan dakwah dalam arti yang
luas adalah kewajiban yang harus dipikul oleh setiap muslim dan muslimah. Tidak
boleh seorang muslim dan muslimah menghindar darinya.
Dalam dakwah, faktor yang dapat menyebabkan berhasil atau tidak
seorang da’i dalam mempengaruhi mad’u. Meskipun keberhasilan dakwah tidak
hanya ditentukan oleh faktor da’i sendiri, akan tetapi da’i memegang peranan
penting dalam menentukan keberhasilan seorang da’i dalam berdakwah seorang
da’i dalam berdakwah harus memenuhi beberapa kemungkinan, yaitu :
1. Karena pesan dakwah yang disampaikan oleh seorang da’i memang relevan
dengan kebutuhan masyarakat merupakan keniscayaan yang tidak mungkin
ditolak mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.

4
2. Penampilan/pesona seorang da’i memiliki daya tarik personal yang
menyebabkan masyarakat mudah menerima pesan dakwahnya, walaupun
kualitas dakwahnya sederhana.
3. Kondisi psikologi masyarakat yang sedang haus siraman rohani dan mereka
terlanjur memiliki persepsi yang positif kepada seorang da’i tersebut, sehingga
pesan dakwah yang sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh
masyarakat dengan penafsiran yang jelas.
4. Sebuah kemasan yang menarik masyarakat yang semula acuh tak acuh
terhadap agama dan juga terhadap da’i setalah melihat kemasan lain misalnya :
kesenian, stimuli, ataupun program pengembangan masyarakat maka paket
dakwah menjadi stimuli yang menggelitik persepsi masyarakat dan akhirnya
mereka pun merespon secara positif.4
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang terakhir diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW, guna memberikan pedoman hidup kepada umat manusia
sepanjang masa. Al-qur’an memberikan pedoman hidup dalam bidang Aqidah,
Ibadah, Akhlaq, dan Mu’amalah dunia dan pembinaan masyarakat dan
pengelolahan dunia yang menjalin para penganutnya untuk memeperoleh
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat, Al-Qur’an juga
memberikan petunjuk hidup kepada umat manusia untuk menjalin hidup di dunia
secara tepat, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk ciptaannya Allah
yang akhirnya akan kembali kepadanya untuk memetik hasil perbuatan yang baik
dan perbuatan yang buruk.
4 Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Sahid Tuhu Leley (ed), Al-Qur‟an dan tantangan
Modernisasi, (Yogyakarta: Sipres, 1990) cet.ke-1, h.2.

5
Firman Allah SWT :
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(An-Nahl : 125)
Kata ud‟u yang diterjemahkan denga ajakan adalah fi‟il amr, menurut
aturan ushul fiqh, setiap fi‟il amr menjadi perintah wajib yang harus dipatuhi atau
lain-lainnya. Jadi melakukan dakwah Islamiyah itu adalah wajib, karena tidak ada
dalam hal ini dalil-dalil lain yang memalingkan kepada sunah atau ibadah (boleh
dikerjakan atau boleh tidak)
Wajib itu ada dua jenis, yakni wajib aini dan wajib kifa‟i wajib aini
maksudnya setiap orang Islam dewasa tidak ada uzur wajib mengerjakan, baik
laki-laki maupun perempuan, setiap sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan
dan lainnya. Sedangkan wajib kifa‟i artinya harus ada seseorang didalam satu
tempat atau kelompok yang mengerjakannya, agar mereka lepas dari perintah itu.
Kalau tidak mereka berdosa semuanya seperti sholat janazah, menyuruh berbuat
baik (ma’ruf), melarang berbuat jahat (melarang munkar) dan lain-lainnya. Adapu
jenis wajib yang dimaksud didalam dakwah islamiyah ini pada asalnya adalah
wajib kifa‟i tetapi harus diingat tentang pertanggungan jawabannya.5
Islam selalu berusaha untuk membuka bagi segenap manusia pintu
pengetahuan selebar-lebarnya sebelum islam mengajak mereka menjadi kaum
5 Muhammad Nuh Sayid. Dakwah Fardiyah pendekatan personal dalam dakwah, Solo :
Era Intermedia, 1996. Hal 4

6
beriman sehingga, mereka akan menjadi mukmin dengan penuh kesadaran.6
Kegiatan dakwah pada intinya bertujuan agar manusia mendapatkan kebahagiaan,
baik di dunia maupun akhirat.
KH. Mahrus Amin terlihat secara lebih jelas merupakan salah satu bagian
dakwah, menyebarkan seruan Islam dan meneruskan perjuangan Nabi dalam
membangun Islam yang Rahmatan Lil Alamin, dan beliau adalah sosok seseorang
yang telah membangun lembaga pendidikan modern di Jakarta dengan sistem
yang berbeda, dan turut membangun kualitas manusia indonesia agar menjadi
berguna bagi lingkungan sekitar.
Pertama, gagasan KH. Mahrus Amin tentang kemodernan pondok
pesantren yang mana di dalamnya santri putra dan putri digabung dalam satu
lingkungan tetapi hanya berbeda kawasan saja dan termasuk Pondok Pesantren
ternama di jakarta.
Kedua, KH. Mahrus Amin beliau seorang Alim Ulama yang non material,
yang memiliki sosok yang unik, istiqomah, dan jiwa yang sederhana, beliau
memiliki keinginan untuk mendirikan dan mengelola 1001 Pondok Pesantren
yang sudah lebih dari 5 Pondok Pesantren yg dipimpin dan dikelola, diantaranya
Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta, Darunnajah Cipining Bogor,
Darunnajah Al Mansur di Serang Banten, Darunnajah 4 Tsuraya Padarincang
Banten, Darunnajah An-Nahl Pandeglang, Banten.
Ketiga, perjalanan tiga puluh tujuh tahun Darunnajah yang dibangun diatas
dasar kekuatan pemikiran dan kerja keras yang disertai istiqomah dan perjuangan
6 Muhammad Husain Fadhullah, Methodologi Dakwah al-qur‟an : Jakarta : Penerbit
Lentera 1997. Hal.143.

7
yang tak kenal lelah oleh KH. Mahrus Amin dalam mengembangkan agar dapat
menjadi wadah dalam berdakwah.
Berpijak dari uraian diatas peneliti ingin mengadakan penelitian dengan
judul “ Metode Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah
Ulujami Jakarta Selatan ”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada uraian latar belakang di atas dapat dipahami batasan masalah
hanya pada metode dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren
Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan saja.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan
masalahnya sebagai berikut :
1. Apa saja metode dakwah yang diterapkan KH. Mahrus Amin di Pondok
Pesantren Darunnajah ?
2. Apa saja hambatan yang di hadapi dalam penerapan metode dakwah
KH. Mahrus Amin serta cara menanggulanginya ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana metode dakwah
yang diterapkan KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami,
serta mengetahui hambatan dan cara penaggulangannya.

8
Manfaat Penelitian :
1. Segi Akademis
Kajian tentang metode dakwah KH Mahrus Amin, belum pernah diteliti,
oleh karena itu kajian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang
menarik dan dapat memberikan motivasi bagi para mahasiswa dan
pengembang dakwah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini siap memberikan wawasan dan pemahaman bagi pembaca,
dan praktisi dakwah, tentang dakwah Islam.
3. Manfaat Penulis
Menambah khazanah ilmu pengetahuan yang tidak didapatkan di bangku
kuliah, hal ini sebagai landasan motifasi bagi penulis sendiri.
D. Metedologi Penelitian
Agar dapat membahas dan merumuskan masalah penelitian dengan baik,
maka penulis akan mengambil metode penelitian dengan langkah-langkah sebagai
berikut ini :
1. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif deskriptif, yaitu suatu metedologi penelitian yang
dihasilkan dari sebuah data yang di kumpulkan berupa kata-kata, gambar dan
suatu penelitian bersifat alamiah dengan mendatangi langsung tempat
penelitian. Seperti yang dikemukakan Oleh Bodgan dan Taylor

9
mendefinisikan bahwa metedologi penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.7
Tujuan adanya metode ini adalah agar dapat menggambarkan suatu
keadaan serta dapat mengambil manfaat dari penelitian yang sebenarnya
berdasarkan hasil tes wawancara dengan narasumbernya. Untuk itu guna
mempermudah menyelesaikan skripsi ini langkah-langkah metedologi yang
disusun oleh penulis ini sebagai berikut:
a. Subjek Penelitian
KH. Mahrus Amin (Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah)
b. Objek Penelitian
Metode dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah
Ulujami Jakarta Selatan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami
Jakarta Selatan. Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian skripsi
ini terhitung dari tanggal 2 Februari 2013 sampai 15 September 2013.
Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, tehnik pengumpulan data
yang akan dilaksanakan adalah melalui beberapa data yaitu :
7 Lexy. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
1989), cet ke-1 h.4

10
a. Observasi, adalah kemampuan seseorang langsung datang dan
mengamati dan melihat secara langsung. Metode ini dilakukan dengan
cara melakukan penelitian langsung ke objeknya. Dalam observasi ini
penulis akan meneliti tentang aktifitas kegiatan di Pondok Pesantren
Darunnajah.
b. Wawancara, adalah bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang
bertujuan memperoleh informasi, dalam wawancara pertanyaan dan
jawaban diberikan secara verbal, biasanya dilakukan dengan berhadapan
dan bisa dilakukan satu orang atau lebih.8 Peneliti mewawancarai dengan
pihak yang bersangkutan, untuk mengetahui gambaran umum tentang
pesantren dan mengetahui aktivitas-aktivitas apa saja yang ada di Pondok
Pesantren Darunnajah.
c. Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan
tentang apa yang diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data melalui : foto, buku-buku, dan bahan-bahan
lainnya.
3. Kriteria Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan tekhnik pemeriksaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik keabsahan pemeriksaan
keabsahan data ketekunan / keajengan pengamatan dimana peneliti
hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian
8 Nasution. S, Metode Research, Jakarta : PT Bumi Akrasa, 2011, Hal.106

11
menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan
tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah
dipahami dengan cara yang biasa.9
4. Tekhnik Analisa Data
Dari data yang di kumpulkan, kemudian dianalisis dan di
interpretasikan, adapun metode yang digunakan dalam menganalisis data
dengan menggunakan metode analisis deskriptif maksudnya, cara melaporkan
data dengan menerangkan dan memberikan gambaran mengenai data yang
terkumpul secara apa adanya dan kemudian data dapat disimpulkan.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan
penelitian lebih jauh dan kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah, maka
langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya ilmiah
yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Adapun
maksud dari penelitian ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang penulis
teliti berbeda dengan yang diteliti sebelumnya.
Setelah penulis mengadakan kajian pustaka, penulis akhirnya menemukan
beberapa skripsi yang memiliki judul yang hampir sama dengan yang akan
penulis teliti. Skripsi tersebut antara lain adalah skripsi karya Hanafi Tahun 1998
yang berjudul “ Peranan Pondok Pesantren Darunnajah Dalam Pengkaderan
Dai”
9 Lexy. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Hal 330.

12
Fokus terhadap penelitian pada skripsi karya Hanafi memfokuskan pada
peran dari Pondok Pesantren Darunnajah untuk menjadikan santri-santri sebagai
kader dai, Sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu pada
“Metode Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami
Jakarta Selatan ”.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penyusunan karya ilmiah atau skripsi ini penulis
membagi kedalam lima bab, yakni :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Berisikan tentang landasan teoritis, pada bab ini menguraikan
mengenai, pengertian metode, ruang lingkup dakwah, unsur-unsur
dakwah, metode dakwah, tujuan dakwah, dan manfaat dakwah.
BAB III Profil KH. Mahrus Amin, dan Pondok Pesantren Darunnajah
meliputi profil KH. Mahrus Amin, terdiri dari riwat hidup,
pendidikan aktivitas serta karya-karyanya di bidang dakwah. Dan
sejarah beririnya Pon-pes Darunnajah, visi dan misi Pon-pes
Darunnajah.

13
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini akan menganalisis tentang metode dakwah yang
diterapkan KH. Mahrus Amin, di Pondok Pesantren Darunnajah
Ulujami Jakarta Selatan. Serta hambatan metode dakwah dan cara
penanggulangannya
BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran-saran. Daftar pustaka, dan
lampiran.
.

14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode
1. Pengertian Metode
Dari segi bahasa metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari
dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian
kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Sumber lain yang menyebutkan bahwa metode berasal
dari bahasa Jerman “methodica”, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa
Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, yang dalam bahasa
Arab disebut thariq.1
Pengertian yang lain metode adalah “Cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang dikehendaki atau ditentukan.2
Dalam pengertian harfiahnya, “Metode adalah jalan yang harus
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi pengertian hakiki dari
metode adalah segala sarana yang digunakan untuk tujuan yang diinginkan
baik sarana tersebut secara fisik maupun non fisik. Sedangkan menurut arif
burhan, metode adalah menunjukkan pada proses, prinsip serta prosedur yang
1 Wardi Bahtiar, Metedologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet. ke-1,
hal 59. 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet.ke-1, edisi Tiga, h.740.

15
digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas permasalahan
tersebut.3
Dari berbagai pengertian tentang metode di atas, maka dapat penulis
pahami bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam
melaksanakan proses bimbingan agar tercapai tujuan yang diharapkan.
2. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” berarti : panggilan, seruan atau
ajakan, bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab masdar. Sedangkan
bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti memanggil, menyeru atau mengajak.
Orang yang berdakwah biasa disebut Da’i dan orang yang menerima dakwah
atau orang yang didakwahi di sebut dengan Mad’u.
Banyak ahli ilmu dakwah memberikan definisi dakwah yang berbeda-
beda hal ini terkait dari sudut mana mereka memberikan pendangannya tentang
dakwah. Untuk lebih jelasnya penulis akan kemukakan beberapa definisi
menurut para ahli diantaranya :
a. Menurut Syaikh Ali Makhfudz, yang dikutip Samsul Munir Amin, dakwah
adalah memotivasi manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti petunjik,
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran agar mereka
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.4
3 Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1992), h.17.
4 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2009), cet ke-1, h.3

16
b. Menurut Prof. Dr. Hamka yang dikutip wahidin Saputra, dakwah adalah
seruan penggilan untuk suatu pendirian yang dasarnya berkonotasi positif
dengan subtansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma‟ruf
nahi mungkar.5
c. Menurut M. Quraish Shihab dakwah adalah “seruan ajakan kepada
keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan
sempurna baik terhadap pribadi maupun pada masyarakat. Perwujudan
dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dan
tingkah laku saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas, apalagi pada
masa sekarang ia harus berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran islam
secara lebih menyeluruh.6
Dalam proses upaya mengubah sesuatu kepada situasi lain yang baik
sesuai ajaran agama islam ataupun proses mengajak manusia ke jalan Allah,
mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Maka dari proses tersebut
dibutuhkan adanya unsur-unsur dakwah atau komponen-komponen yang terdiri
dari macam macam dakwah, subjek dakwah, materi dakwah, media dan objek
dakwah.
Menurut Sayyid Quthub yang dikutip oleh Ilyas Ismail, dakwah
berpusat pada dua hal pokok. Pertama, memperkenalkan kepada manusia
kepada tuhan mereka yang sebenar-benarnya, yaitu Allah SWT membimbing
mereka agar menyembah hanya kepada-Nya. Dengan perkataan lain, tujuan
dakwah yang terpenting, adalah ma’rifat Allah dan Tauhid Allah.
5 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2011),
Cet ke-1, h.1 6 M. Qurash Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,1998), cet. Ke-6, h.194

17
Kedua, dakwah menghendaki agar manusia menjadi Islam, yaitu sikap
berserah diri serta tunduk dan patuh kepada Allah dan merupakan ajaran inti
dari setiap agama yang benar. Semua Nabi, dari Nabi Ibrahim a.s hingga Nabi
Muhammad Saw yang membawa misi yang sama, yaitu al-Islam.7
Setelah mengetahui berbagai makna dakwah menurut bahasa, maka
penulis menarik kesimpulan bahwasanya dakwah sebagai suatu kegiatan untuk
mengajak manusia kejalan yang benar dan kejalan yang lurus sesuai dengan
perintah Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat
manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia dan akhirat.
2. Unsur-Unsur Dakwah
Adapun unsur-unsur dakwah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Da‟i
Dia adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok atau
lewat organisasi/ lembaga. Secara umum kata da‟i ini sering disebut
dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam),
namum sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena
masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan
ajaran islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib (orang yang
berkhotbah), dan sebagainya. Siapa saja yang menyatakan sebagai
pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang da‟i, dan harus
dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh. Demikian, wajib
7 Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah
Harakah, h.140-142

18
baginya untuk mengetahui kandungan dakwah baik sisi akidah, syariah,
maupun dari akhlak.8
b. Mad‟u
Mad‟u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia
penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
manusia yang beragama maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia
secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah
bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam,
sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah
bertujuan meningkatkan kulitas iman, islam, dan ihsan.
Menurut Muhammad Abduh yang dikutip oleh M. Munir, mad‟u
itu menjadi tiga golongan, yaitu, pertama golongan cerdik yang cinta
kebenaran, dapat berfikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap
persoalan. Kedua golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum
dapat berfikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi. Ketiga, mereka yang senang membahas
sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak dapat
membahasnya secara mendalam.9 Ketiga, manusia sebagai makhluk yang
bertuhan akan menampilkan sikap, tingkah laku serta apresiasinya untuk
menemukan Sang Maha Pencipta.
Apabila seseorang juru dakwah telah mampu mengenali tipologi
objek dakwah akan mengalami sebuah keberhasilan dengan baik. Dengan
demikian studi analisis akan keberadaan objek dakwah adalah satu hal
8 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Prenada Media, 2006)
hal.22 9 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, hal.23-24

19
yang sangat penting untuk dikaji lebih dalam lagi sehingga menemukan
langkah-langkah dan strategi didalam berdakwah.
a. Pesan dakwah
Pada dasarnya pesan dakwah tergantung kepada tujuan yang akan
dicapai, yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-hadits. Kedua pedoman ini
merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat global. Untuk
memahaminya dibutuhkan orang-orang tertentu yang memiliki keahlian,
khususnya dalam penguasaan bahasa Arab serta ilmu-ilmu lainnya demi
keberhasilan pesan yang akan disampaikan dalam berdakwah.
Materi yang akan di sampaikan hendaknya di pilih secara cermat
yang di sesuaikan dengan situasi dan juga kondisi serta konteks dimana
objek itu berada. Sehingga dakwah itu pun benar-benar dapat bersentuhan
dengan konfleksitas dan problematika masyarakat sebagai sasaran objek
dakwah.
Ketika pengembangan dunia mulai bergeser ke arah penguasaan
ilmu pengetahuan modern serta berbagai teknologi, maka materi-materi
dakwah harus mampu menjawab perkembangan tersebut. Quraish
Shihab,10
mengemukakan. Bahwasanya materi dakwah harus menitik
beratkan kepada hubungan antara ilmu dan ajaran islam. Materi dakwah
harus diarahkan kepada tiga hal penting, yaitu mewujudkan satu kesatuan
pendorong terhadap setiap pribadi dan juga masyrakat guna untuk
meninggalkan amal usaha serta memelihara satu tingkat etika dalam
melaksanakan tugas sehari-hari.
10
Quraish Sihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan 1997), h.200

20
b. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan atau menyalurkan materi dakwah.11
Dewasa ini, jenis-jenis
media atau sarana dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain radio,
televisi, video, rekaman, surat kabar, tabloid, majalah dan bahkan jaringan
informasi melalui komputer internet.
Media dakwah merupakan sarana untuk menyampaikan pesan
agama dengan mendayagunakan alat-alat temuan teknologi modern yang
ada pada zaman ini. Dengan begitu banyaknya media dakwah yang
tersedia, maka seorang da‟i memilih salah satu dari beberapa media saja
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai sehingga apa yang menjadi
tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan efesien.
Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media
dakwah ini dapat berupa barang, orang, tempat, kondisi tertentu.
3. Metode Dakwah
Adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da‟i untuk
menyampaikan materi dakwah.12
Atau kumpulan kegiatan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Sehingga metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang
dilakukan oleh seorang da‟i kepada mad‟u yang telah diatur melaui proses
pemikiran untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.
11
Wardi Bachtiar, Metedologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet 1.
Hal.33 12
Zainuddin MZ, Rahasia Keberhasilan Dakwah, (Surabaya: Ampel Suci 1994), h.123

21
Dari segi etimologi Kamus Bahasa Indonesia13
“metode” berasal dari
dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).14
Dengan demikian
kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal
dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa
Yunani “metode” berasal dari kata methodos artinya jalam yang dalam bahasa
Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses
pemikiran untuk mencapai suatu maksud.
Sedangkan secara terminologi “metode” adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan
dengan hasil yang efektif dan esien. Efektif artinya antara biaya, tenaga, dan
waktu dapat seimbang. Sedangkan efesien atau sesuatu yang berkenaan dengan
pencapaian suatu hasil. Jadi “metode dakwah” adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai suatu tujuan dakwah yang
efektif dan efesien.15
Mengenai metode dakwah ini, Amir Ihsan Islahi menegaskan tentang
metode yang digunakan oleh para Rasulullah Saw bahwa :
“Metode-metode para rasul adalah metode yang paling modern dan
maju pada zamannya, dan senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan
perubahan situasi, kondisi serta kemajuan budaya. Ini merupakan bukti bahwa
memaksakan suatu metode tertentu saja tidaklah di benarkan. Sebaliknya para
da‟i haruslah menggunakan metode-metode yang sedang menjadi mode di
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka,2002) 14
Arifin Muhammad, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Akrasa, 1991), h.61. 15
Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: PT. Ikhlas, 1983),
h.21

22
zaman mereka sendiri agar dan kemampuan mereka bisa lebih manfaat dan
membuahkan hasil.16
Keterangan di atas menunjukan bahwa metode dakwah tidak baku dan
tidak statis. Dakwah islam memiliki metode yang fleksibel dan tidak sedikit
jumlahnya. Bagi seorang da‟i mengetahui yang baik itu sangat diperlukan
karena dengan mengetahui metode-metode seseorang dapat mennetukan
strategi dakwah yang akan digunakan dalam menyampaikan dakwah kepada
masyarakat dengan kondisi tertentu sehingga materi yang disampaikan dapat
dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara global metode dakwah ada tiga yaitu : Hikmah, Mauizhah
Hasanah dan Mujadalah Billati hiya Ahsan. Ketiga metode tersebut banyak
digunakan oleh para nabi dan rasul, sahabat dan tabi‟in serta para ulama-ulama
terdahulu dan sekarang, karena metode tersebut bersumber dari Al-Qur‟an
surat al-Nahl : 125:
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS
: al: Nahl : 125)
16
Amir Ihsab Islahi, Serba-serbi Dakwah, Ahli Bahasa Hakim Lukman, (Bandung:
Pustaka, 1989), h.56

23
a. Al Hikmah (kebijaksanaan)
Said bin Wakif Al-Qahthani memberikan perincian tentang
pengertian hikmah, yang dituangkannya dalam kitab Al-Hikmah wa Fid
Da’wah Ilallah Ta’ala, antara lain :
Al-Hikmah menurut bahasa (lughawi) berarti, adil, ilmu, sabar,
kenabian, Alqur‟an, dan injil. Ia juga berarti memperbaiki (membuat
sesuatu menjadi baik dan sesuai), dan terhindar dari kerusakan, juga
diartikan sebagai ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan
ilmu yang utama pula, atau berarti al-haq (kebenaran) yang didapat
melalui ilmu dan akal, serta pengetahuan atau ma’rifat. Al-Hikmah
menurut Istilah terjadi perbedaan penafsiran di antara para ulama, antara
lain:
1. Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan.
2. Mengetahui yang benar dan mengamalkannya, jadi terhadap unsur ilmu
dan amal di antaranya.
3. Wara‟ dalam agama Allah.
4. Meletakkan sesuatu pada tempatnya.
5. Menjawab dengan tegas dan tepat segala permasalahan yang diajukan
kepadanya.17
Hikmah dalam bahasa arab berarti kebijaksanaan, pandai, adil
lemah lembut, kenabian, sesuatu yang mencegah kejahilan dan kerusakan,
keilmuan, dan pemaaf. Perkataan hikmah sering kali di terjemahkan dalam
pengertian bijaksana. Yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga
17
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta :
Sinar Grafika Offset, 2008) hal.240-241

24
pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan atas
kemauannya sendiri, tidak ada paksaan, konflik, maupun rasa ketakutan.18
Prof. DR. Toha Umar, M.A yang dikutip oleh Wahidin Saputra,
menyatakan bahwa hikmah berarti meletakan sesuatu pada tempatnya
dengan berfikir, berusaha menyusun mengatur dengan cara yang sesuai
keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.19
Jadi perkataan hikmah (kebijaksanaan) itu bukan saja ucapan
mulut, melainkan termasuk juga tindakan, perbuatan, dan keyakinan, serta
peletakan sesuatu pada tempatnya.
Dalam dunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses tidaknya
dakwah. Dalam menghadapi mad‟u yang beragam tingkat pendidikan,
strata sosial, dan latar belakang budaya, para da‟i memerlukan hikmah,
sehingga ajaran islam mampu memasuki ruang hati para mad‟u dengan
tepat. Oleh karena itu para da‟i dituntut untuk mampu mengerti dan
memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide
yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyejukkan kalbunya.
Dengan demikian, maka dakwah bil-hikmah ini bisa diartikan
sebagai kemampuan seorang da‟i dalam melaksanakan tugas dakwahnya,
yang menyajikannya dengan berbagai strategi dan pendekatan jitu, efektif,
dan efesien karena keluasan pengetahuan dan banyaknya pengalaman
tentang dakwah. Mengetahui benar tentang waktu, tempat, dan keadaan
manusia sehingga ia dapat memilih metode yang tepat untuk
18
Hamka, Tafsir Al-azhar, (Jakarta : Pustaka PanjiMas, 1983), h. 321 19
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hal.245

25
menyampaikan materi dakwahnya, serta menempatkan segala sesuatu pada
tempatnya masing-masing.20
b. Mau‟iddzatul Hasanah
Terminologi mau’idzah hasanah dalam perpektif dakwah populer
bahkan dalam acara keagamaan seperti maulid Nabi dan Isra Mi‟raj. Istilah
mau‟izah hasanah mendapat tempat khusus dengan sebutan ”acara yang
ditunggu-tunggu” yang merupakan inti dari sekian banyak acara yang
berlangsung.
Menurut bahasa, mau’izah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu
mau’izah dan hasanah. Kata mau’izah berasal dari kata wa’adzan-ya’idzu-
wa’dzan idzatan yang artinya pengajaran, nasehat.21
Sedangkan hasanah
merupakan mufrad dari hasanatan yaitu kebaikan. Adapun pengertian kata
hasanah (baik) adalah lawan kata sayiah (buruk), kata mauizhah terkadang
bersifat baik dan terkadang baruk sesuai dengan apa yang dinasihatkan
manusia dan diperintahkan serta sesuai dengan cara (gaya bahasa) si
pemberi nasihat.22
Ungkapan dan lafalnya adalah lembut serta sesuai dengan keadaan.
Karena itu, mauizhah hasanah harus dengan ungkapan yang lembut dan
sesuai kondisi (keadaan).23
Mau’izah hasanah dapat diartikan sebagai
ungkapan yang mengandung nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-
ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.
20
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, hal.241 21
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta : PT. Hidayah Karya Agung, 1989),
h.502 22
Syekh Muhammad Abu Al-Fatah Al-Bayanuniy, Ilmu Dakwah Prinsip dan Kode Etik,
(Jakarta : Akademika Pressindo, 2010), hal. 327-328 23
Syekh Muhammad Abu Al-Fatah Al-Bayanuniy, Ilmu Dakwah Prinsip dan Kode Etik,
hal.331

26
c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Menurut bahasa, mujadalah berasal dari asal kata jaadalah-
mujaadalatan-jidaalan yang artinya berbantah, berdebat, mereka bertukar
pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak
melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat
yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.24
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-
Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar
lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi
dan bukti yang kuat. Antara satu dan lainnya saling menghargai dan
menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, dan
mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran
tersebut.25
Apabila ada suatu perbantahan antara da‟i dan mad„u, yang disebut
polemik, maka dapat diluruskan dengan bantahan yang bersumber dari Al-
Qur‟an dan As-Sunnah dengan penyampaian yang baik. Sehingga mad‟u
tersebut dapat menerimanya. Tujuan berdebat bukan untuk bertengkar dan
menyakiti hati lawan, tapi untuk meluruskan aqidah yang melenceng dari
aturan-aturan agama.
Ada beberapa bentuk metode dakwah praktis sebagaimana dikemukakan oleh
Asmuni Syukir, adalah sebagai berikut : 26
24
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, hal.89 25
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hal.225 26
Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, hal.104

27
a. Metode Ceramah (rektorika dakwah)
Ceramah adalah suatu teknik dengan metode dakwah yang banyak
diwarnai oleh ciri karakteristik bicara seseorang dai/ mubaligh pada suatu
aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifatpropaganda, kampanye,
berpidato (retorika), khutbah, sambutan, mengajar, dan sebagainya.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan
cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu
masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh/ da‟i sebagai
penjawabnya.
c. Debat (mujadalah)
Mujadalah selain sebagai dasanama (sinonim) dari istilah dakwah,
dapat juga sebagai salah satu metode dakwah. Debat sebagai metode
dakwah pada dasarnya mencari kemenangan dalam arti menunjukkan
kebenaran dan kehebatan Islam. Dengan kata lain debat adalah
mempertahankan pendapat ideologinya agar pendapat dan ideologinya itu
diakui kebenarannya oleh musuh (orang lain).

28
d. Percakapan Antar Pribadi (Percakapan Bebas)
Percakapan antar pribadi atau individual conference adalah
percakapan bebas antara seorang da‟i atau mubaligh dengan individu-
individu sebagai sasaran dakwah. Percakapan pribadi bertujuan untuk
menggunakan kesempatan yang baik di dalam percakapan atau mengobrol
(ngomong bebas) untuk aktivitas dakwah.
e. Metode Demonstrasi
Berdakwah dengan memperihatkan suatu contoh, baik berupa
benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan bahwa
seorang da‟i yang bersangkutan menggunakan metode demostrasi. Artinya
suatu metode dakwah, dimana seorang da‟i memperlihatkan suatu atau
mementaskan suatu terhadap sasaran, dalam rangka mencapai tujuan
dakwah yang ia inginkan.
f. Metode Dakwah Rasulullah
Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Seorang da‟i internasional,
pembawa agama Islam dari Allah untuk seluruh alam. Beliau di dalam
membawa missi agamanya menggunakan berbagai macam metode antara
lain : dakwah di bawah tanah, dakwah secara terang-terangan, polotik,
pemerintah, surat-menyurat, dan peperangan
g. Pendidikan dan Pengajaran Agama
Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode
dakwah, sebab dalam definisi dakwah telah disebutkan bahwa dakwah

29
dapat diartikan dua sifat, yakni bersifat pembinaan (melestarikan dan
membina agar tetap beriman)
h. Mengunjungi Rumah (Silaturahmi/Home Visit)
Metode dakwah yang dirasa efektif juga untuk dilaksanakan dalam
rangka mengembangkan maupun membina umat Islam ialah metode
dakwah dengan mengunjungi rumah objek dakwah atau disebut dengan
metode silaturahmi atau home visit
4. Bentuk-Bentuk Dakwah
Dakwah Islam itu dapat dikategorikan dalam tiga macam, yaitu sebagai berikut
a. Dakwah bil Lisan :
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an dengan tegas mengenai hal ini
dengan menitik beratkan kepada Ahsan Kaulan (ucapan yang baik) dan
Uswatun Hasanah (perbuatan baik) :
Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri ? ( Al-
Fushilat : 33).27
Makna yang terkandung dari ayat di atas, yaitu Allah SWT
memerintahkan kepada segenap orang beriman agar berkata dengan
27
Moh. Rifai dan Abdul Ghoni, Alqur’an dan Terjemahan ( Semarang : CV. Wicaksana),
h.433.

30
perkataan yang baik dan mengerjakan amal sholeh. Adapun yang
dimaksud dengan dakwah bi lisan adalah memanggil, menyeru ke jalan
Tuhan untuk kebahagiaan hidup akhirat, tentunya dengan menggunakan
bahasa sesuai dengan mad‟u dalam berdakwah.28
“Sebuah ajakan dakwah dengan menggunakan lisan, antara lain :
mengingat orang lain jika berbuat salah, baik dalam beribadah maupun
perbuatan. Dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari yang disertai
dengan misi agama, yaitu agama Allah dan agama Islam. Menyajikan
materi dakwah didepan umum. Isi dari materi dakwah tidak terlalu banyak,
akan tetapi dapat menarik perhatian khalayak”.29
Dakwah bil lisan antara lain :
1. Qaulan Ma’ruf ialah dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari
yang disertai dengan misi agama, yaitu islam.
2. Mudzakarah ialah mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik
dalam lidah maupun dalam perbuatan.
3. Nasihatuddin ialah nasehat kepada orang yang telah dilanda problem
kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik.
4. Majlis Ta‟lim dengan menggunakan buku-buku, kitab dan berakhir
dengan dialog atau tanya jawab.
5. Mujadalah ialah perdebatan dengan argumentasi serta alasan dan
diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik kesimpulan.30
28
Mustofa Mansur, Teladan di Medan Dakwah, ( Solo : Era Intermedia, 2000 ), h.42. 29
Rafudin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Stategi Dakwah, ( Jakarta : Pustaka Setia,
1997), h.58. 30
Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah,
(Jakarta : Gema Insani Press, 1998), h.49.

31
Dalam penjelasan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan
tentang dakwah bil lisan yaitu bahwasanya kegiatan ini bersifat verbal
dalam ilmu komunikasi yaitu pesan yang dikirimkan seseorang kepada
satu atau lebih dari satu penerima pesan dengan menggunakan kata-kata
atau lisan bukan dengan tulisan.
b. Dakwah bil Haal
Dakwah yang menggunakan metode bil hal merupakan suatu
metode dengan menggunakan kerja nyata, jika melihat segi kejiwaan
manusia sebagai individu sudah banyak yang terpengaruh terhadap Taklid
(ikut-ikutan) baik yang berbentuk positif maupun negatif, karena Islam
sangatlah memberikan perhatian terhadap pemeliharaan kerukunan dan
ketentraman masyarakat, yaitu dengan meneladani sifat-sifat Rasulullah.
Allah telah menyampaikan dalam firmannya kepada umat islam
untuk selalu meneladani rasulullah.
Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Azhab :
21).31
Dakwah bil haal dilakukan oleh Rasulullah, terbukti bahwa ketika
pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan nabi Muhammad adalah
31
Moh. Rifa‟i dan Rosihin Abdul Ghoni, Alqur’an dan Terjemahan (Semarang : CV.
Wicaksana), h.379

32
membangun Mesjid Quba, mempersatukan kaum Ansar dan Muhajirin.
Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh Nabi yang bisa
dikatakan sebagai dakwah bil haal.32
Dalam kegiatan dakwah bil haal tidak
terlepas dari lima prinsip yang utama, kelima prinsip tersebut menurut
Husein As-Segaf adalah :
1. Dakwah bil Haal harus menghubungkan ajaran islam dengan kondisi
sosial budaya atau masyarakat tertentu.
2. Dakwah bil Haal bersifat pemecahan masalah yang dihadapi umat
dalam suatu wilayah tertentu.
3. Dakwah bil Haal harus mampu mendorong dan menggerakkan
kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah dalam
masyarakat misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi
dan lain sebagainya.
4. Dakwah bil haal harus mampu membangkitkan swadaya masyarakat,
agar mereka dapat membangun dirinya, sekaligus dapat memberikan
manfaat masyarakat sekitar.
5. Dakwah bil Haal mampu mendorong semangat kerja keras dan
kebersamaan dalam rangka meningkatkan hubungan kerja sama yang
harmonis dan produktif terutama untuk saling memenuhi
kebutuhannya.33
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan dakwah bil Haal adalah
prilaku atau perbuatan seseorang terhadap kondisi yang kurang baik
32
Samsul Munir Amin, Rekontruksi Dakwah Islam, (Jakarta : Sinar Grafika Offset,
2008), h. 11 33
Husein As-segaf, Pembangunan dan Dakwah bil Haal, (Jakarta : Mimbar Ulama), no
159, april 1991, h.51

33
menjadi lebih baik lagi. Contoh : memberikan bantuan-bantuan kepada
fakir-miskin, anak-anak yatim yang memang membutuhkan pendidikan.
a. Dakwah bil Qalam
Adalah dakwah dengan menggunakan keterampilan berupa artikel
atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau surat kabar,
brosur, bulletin, buku dan sebagainya. Dakwah seperti ini dapat
dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta jangkauannya luas,
disamping itu masyarakat atau kelompok dapat mempelajarinya serta
memahaminya sendiri.34
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwasanya Dakwah bil
Qolam adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan, dan dakwah ini
memerlukan keahlian dalam bidang menulis, perangkaian kata-kata
sehingga penerima dakwah tersebut akan tertarik untuk membacanya.
Dalam dakwah bil Qalam ini diperlukan kepandaian khusus dalam hal
menulis, yang kemudian di sebarluaskan melalui media cetak (printed
publication). Bentuk tulisan dakwah bil qalam antara lain artikel
keislaman, tanya jawab hukum islam, rubrik dakwah, rubrik pendidikan
agama, kolom keislaman, cerita religius, cerpen riligius, dan lain-lain.35
5. Tujuan Dakwah (Maqashid al-Dakwah)
Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah yang
mempunyai peran penting sama seperti unsur-unsur dakwah. Seperti subtansi
34
Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi : Pendidikan dan Dakwah,
(Jakarta : Gema Insani Press, 1998), h.49 35
Samsul Munir Amin, Rekontruksi Dakwah Islam, (Jakarta : Sinar Grafika Offset,
2008), h. 11

34
dan objek dakwah, metode dan lain sebagainnya. Tujuan jangka pendek
adalah untuk memberikan pemahaman Islam kepada masyarakat sasaran
dakwah agar supaya terlihat dari sikap dan perbuatan yang tidak sesuai
dengan aqidah Islam. Tujuan jangka panjang adalah untuk mengadakan
perubahan sikap masyarakat dakwah.36
Tujuan dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses,
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi tujuan dakwah adalah mengajak
umat manusia kepada jalan yang benar yang diridhai Allah SWT, agar hidup
bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.37
Sedangkan menurut Didin Hafidhuddin dalam bukunya Dakwah
aktual menerangkan tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku
sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya
dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari baik yang bersangkutan
dengan masalah pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya agar
terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan samawi dan keberkahan
ardhi (Al-A'raf:96) mendapat kebaikan dunia dan akhirat serta terbebas dari
azab neraka (Al-Baqarah:202-202).38
Syekh Ali Mahfudz juga mengatakan, bahwa tujuan dakwah terdiri
dari lima perkara, yaitu :
1. Menyiarkan tuntunan islam, membetulkan aqidah, dan meluruskan amal
perbuatan manusia, tetutama budi pekerti.
2. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang
36
Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), Cet.3.
h.13 37
Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 1996), h.58-62. 38
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta : Gema Insani Press, 1998), h.78.

35
3. Baik membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persatuan di antara
kaum muslimin.
4. Menolak paham atheisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja.
5. Menolak syubhat-syubhat, bid'ah, dan khufarat atau kepercayaan yang
bersumber dari agama dengan mendalami ilmu ushuludin.39
Namun Moh. Ardani menyatakan bahwa tujuan dakwah terdiri dari
tujuan umum (mayor objektive) dan tujuan khusus (minor objektive).40
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia (meliputi
orang mukmin, kafir atau musrik) kepada jalan yang benar yang diridhai
Allah agar dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai
perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam
pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat di ketahui ke mana arahnya,
ataupun jenis kegiatan apa yang hendak di kerjakan, kepada siapa
berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagainnya secara
terperinci.
Di bawah ini akan diuraikan tujuan khusus dakwah sebagai
terjemahan dari tujuan umum dakwah :
1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk
selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah.
39
Hasannudin, Hukum Dakwah, Tinjauan Aspek Hukum dan Berdakwah di Indonesia (
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.33-34. 40
Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fiqh Dakwah, (Jakarta : PT.Mitra Cahaya
Utama, 2006), h.10.

36
2. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada
Allah (memeluk agama Allah)
3. Mendidik dan mengajarkan anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya.41
6. Manfaat Dakwah
1. Mendatangkan pertolongan dan bantuan rabbani dalam perjuangan
melawan kebatilan dan jahiliyah.
2. Menggugah dan membangunkan manusia dari tidur panjangnya menuju
kebangkitan hakiki yang agung bersama islam.
3. Menegakkan hijrah kepada orang-orang yang terus menerus berbuat
salah dan dosa.
4. Membentuk opini umum yang benar dan selamat. Oponi umum inilah
yang mempunyai peran besar di dalam menjaga dan memelihara adab,
akhlak, dan hak-hak umat serta membentuk kepribadian dalam
kehidupan bermasyarakat.
5. Dakwah akan membuat baiknya perilaku dan istiqomah.
6. Dengan dakwah kita akan memperoleh keberuntungan berupa jannah
dan keridhaan Allah di akhirat.
7. Dengan dakwah kita akan terleps dari siksa di dunia dan akhirat.
8. Dakwah adalah jalan menuju wihdatul ummah, karena dakwah.
41
Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fiqh Dakwah, h.10.

37
9. berusaha menanamkan nilai-nilai ukhuwah, kebersamaan ta‟awun
dalam kebaikan taqwa serta rasa saling memperhatikan antara kaum
muslimin.42
42
Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah Pendekatan Personal dalam Dakwah,
(Solo. Era Intermedia, 1996), Cet. Ke-1, h. 33-42.

38
BAB III
PROFIL KH. MAHRUS AMIN DAN GAMBARAN UMUM PONDOK
PESANTREN DARUNNAJAH ULUJAMI JAKARTA SELATAN
A. Profil KH. Mahrus Amin
1. Riwayat hidup
KH. Mahrus Amin lahir 14 febuari 1940 di desa Kalibuntu, Ciledug,
(sekarang desa Kalimukti kecamatan pebadilan) Kabupaten Cirebon saat
perang Dunia Kedua baru saja berkobar di Eropa. Tempat ini adalah desa kecil
di tepi Kali Cilosari (Kali Cisanggarung), Perbatasan Jawa Barat dan Jawa
Tengah.1
Ayah bernama, Casim Amin di kemudian hari dikenal juga sebagai
Jasim Amin, Ahmad atau Amin adalah warga asli Kalimukti. Ayah beliau
adalah keturunan Wirasuta, salah satu anak cucu Syarief Hidayatullah, tokoh
Islam di Jawa Barat pada masa lalu.
Sedangkah ibu, bernama Hj. Jamilah, berasal dari Losari Cirebon, cucu
dari Kyai Idris, seorang ulama pemimpin pondok pesantren Lumpur di Desa
Lumpur, Losari, Brebes. Bersama Kyai Ismail yang dikenal sebagai ahli
hikmah dan juga saudara Kiai Idris, keduanya adalah ulama yang berpengaruh
di kawasan Losari.
KH. Mahrus Amin lahir dari keluarga ulama. Meski ayah beliau bukan
ulama, ayah beliau saat muda pernah belajar dan menjadi murid Kiai Mahrus
Ali Gedongan Dari Gedongan. Kiai Mahrus Ali adalah idola bagi ayah KH.
1 KH. Mahrus Amin, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta : Grup Dana Jakarta,
2008), h. 3-4

39
Mahrus Amin, ayah beliau pernah bercita-cita untuk memiliki anak laki-laki
yang diberi nama Mahrus. Harapannya bisa menjadi orang yang bermanfaat
kelak seperti Kiai Mahrus Ali Gedongan.2
Awal tahun 1940-an, kekhawatiran terhadap “bahaya kuning”, istilah
untuk menyebut ambisi militerisme Jepang di Pasifik saat itu, sangat terasa di
pentas politik Tanah Air. Meski hidup di masa penjajahan, keluarga cukup
beruntung karena orang tua masih beliau (KH. Mahrus) masih mampu
menompang kehidupan keluarga meskipun dengan kondisi yang amat
sederhana. Orang tua beliau memiliki usaha persewaan delman, sesuatu yang
secara ekonomi cukup bernilai di tengah sulitnya keadaan setelah krisis
ekonomi pada tahun 1930-an.
Walau begitu, ketika akhirnya Jepang benar-benar berkuasa setelah
mengalahkan Belanda yang sudah bercokol 350 tahun kesulitan lebih terasa.
Adalah kebanyakan orang saat ini sulit mendapatkan pangan dan sandang.
Dalam ingatan masa kecil beliau, masih terasa tidak enaknya memakai baju
yang diselipi kutu-kutu busuk. Beliau baru bisa mengerti begitu kejamnya
Jepang memperlakukan bangsa jajahannya. Gatal-gatal yang beliau rasakan itu
tidak seberapa dibandingkan dengan penderitaan masyarakat pada saat itu
akibatnya penjajahan dan penindasan Jepang.3
Masa revolusi kemerdekaan lebih membekas dalam benak beliau pada
usia 8 tahun, beliau terpaksa berhenti sekolah karena agresi militer Belanda.
Beliau dibawa orang tuanya hidup di pengungsian berpindah-pindah tempat
tinggal, masuk-keluar di hutan, bergaul dengan pejuang,
2 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013)
3 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013)

40
Lihat mayat korban pasukan musuh, bahkan menjadi mata-mata bagi
pasukan Republik. Ayah beliau bergabung dengan laskar Hizbullah yang tentu
saya membuatnya menjadi sasaran pencarian militer Belanda.
Berkali-kali beliau ia disuruh menghitung korban di pihak rakyat dan
pejuang dan membaur di tengah-tengah masyarakat. Bersama teman-teman
sepermainan, ia bebas menyusup ke wilayah manapun tanpa diperiksa tentara
Belanda. Setelah Belanda ditarik mundur, beliau pulang ke Kalibuntu. Kedua
orang tuanya memasukkan ia ke Madrasah Ibtidaiyah di Losari, Brebes.4
Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Modern
Gontor, ia menjadi mubaligh dan pendidik kemampuan berbicara depan umum
adalah hal mutlak dimiliknya. Dakwah dengan berceramah atau berpidato bisa
menggapai massa dalam jumlah banyak dan menarik perhatian publik. Tak
salah bila orang-orang besar dikenal pula sebagai orator (ahli pidato) ulung.
Sebut saja Presiden pertama RI Soekarno, Mohammad Natsir, yang ia kagumi.
Tanggal 2 Februari 1961 alumnus KMI Gontor ini mulai menetap di Jakarta
KH. Mahrus Amin punya pengalaman mengikuti lomba pidato, tahun
1962, masjid Al Azhar Kebayoran Baru yang dipimpin oleh Buya Hamka
mengadakan lomba pidato untuk pemuda-pemuda se-DKI Jakarta. Beliau
menjadi juara pertama dari 40 peserta, pada tahun 1981 beliau ditunjuk
Departemen Agama menjadi ketua kelompok terbang untuk memenuhi
panggilan Allah ke Tanah Suci. Yang beranggotakan 450 jamaah haji asal DKI
4 KH. Mahrus Amin, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, hal 5-6

41
Jakarta. Berbekal pengalaman haji dan menguasi bahasa arab dan memimpin
pesantren, tawaran itupun ia sanggupi. 5
Pada tanggal 1965, KH. Mahrus Amin menikah dengan Umi Suniati
Manaf dan mempunyai 4 orang anak dan 14 cucu diantarnya :
1. Ema Maziah
2. Nana Rusdiana
3. Nadiah
4. Ahmad Nazi
14 orang cucu diantanya :
1. Nabila Sari 7. Fawad 13. Soraya Aulia
2. Nur Isma 8. Sabina 14. M. Alief.6
3. Ahmad Azhar 9. Rumaisa
4. Anis Rosida 10. Husain
5. Akmal 11. Hasan
6. Salsabila 12. Safanida.
Pada tahun 1985 ia pernah mengalami yang ia sebut-sebut sebagai “Isra
Mi‟raj” kecil yaitu perjalanan ke 7 negara dalam rentang waktu 1,5 bulan, ia
memulai perjalanan mengarungi negara-negara di Asia, Amerika, Eropa,
Afrika, dan kembali lagi ke Indonesia. Hanya dengan bekal tiket seharga 2,5
juta pada waktu itu, belum biaya akomodasi, akan tetapi dengan pertolongan
Allah selalu memberikan kemudahan bagi orang-orang yang dikehendakinya.
Karena memang tak lepas dari aktivitas dakwahnya melaui pondok pesantren
yang pada awalnya hanya mengasuh 3 orang santri dan saat ini sudah membina
5 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013)
6 Umi Suniati, Wawancara Pribadi, (Jakarta selatan, 2 Juni 2013)

42
banyak pesantren di Indonesia ini yang tergabung dalam Pesantren Nusantara
dan Darunnajah Group. Sampai-sampai ia mengagas ide untuk membuat
pesantren di setiap perbatasan Indonesia.
Saat ini Pesantren binaan KH. Mahrus Amin mencapai 41 pesantren di
seluruh indonesia. beliau penggagas pendirian 1000 Pesantren Nusantara.
Lelaki berusia 70 tahun ini menggagas pendirian 1000 Pesantren Nusantara
dengan Gerakan Nasional, Cinta Wakaf Zakat, Infaq, dan Shadaqoh.7
Beliau juga menjadi Pendiri dan Ketua I Yayasan Qolbun Salim
Jakarta. Dan menjadi Anggota Dewan Penasehat Majelis Ulama DKI Jakarta.
Dan juga Ketua I DPP Forum Islamic Center Indonesia. Ia juga mendapat
kehormatan dari kwartir nasional gerakan pramuka berupa penghargaan
lencana melati yang disematkan oleh bapak presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono. Penghargaan tersebut diraih bukanlah semata-mata karena
pemberian dari Kwarnas (kwartir Nasional).8
Akan tetapi karena perjuangan beliau dalam mengembangkan
kepramukaan di lingkungan pesantren, berkat jasa KH Mahrus Amin
terciptalah gagasan seragam pramuka putri yang menutup aurat sehingga dapat
diterima dimasyarakat, sampai saat ini seragam tersebut dipertahankan dan
menjadi seragam resmi pramuka putri di Indonesia.
2. Latar Belakang Pendidikan
Melanjutkan pendidikan KH Mahrus Amin yang terbengkalai selama
setahun karena perang. Sekolah Rakyat Islam Losari Brebes (6 tahun), 1954
7 Harir Rijal Pendamping KH. Mahrus Amin, (Jakarta, 6 Juni 2013)
8 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013)

43
Saat revolusi berkecambuk, ia sudah duduk di bangku kelas 3 Sekolah Rakyat
Islam (SRI) di Kalimukti. Perang membuat perekonomian keluarganya
ambruk dan harus memulai lagi dari nol. Usaha delman pun tidak lagi ada,
karena sudah direlakan untuk keperluan mengangkut senjata logistik para
pejuang saat revolusi fisik.
Dalam kondisi serba kekurangan setelah perang, beliau harus rela
berjalan kaki sejauh 7 kilometer untuk berangkat sekolah melintasi perbatasan
Jawa Barat-Jawa Tengah. Saat itu, berjalan kaki sedemikian jauh adalah hal
biasa karen banyak teman-temanya yang rumahnya lebih jauh dan harus
bertolak sejak fajar menyingsing untuk tiba di sekolah. Nasib anak-anak yang
sekolahnya demikian jauh dan harus berjalan kaki untuk menempuhnya.
Madrasah tempat beliau belajar sudah menerapkan sistem klasikal
(kelas) dengan menggabungkan pelajaran umum dan pelajaran agama. Beliau
termasuk beruntung belajar di sini. Pengajarnya adalah alumni dari perguruan
tinggi Mesir dan mengadopsi sistem pendidikan di negara itu. Tahun 1953,
beliau lulus berniat melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Orang tuanya
mendorong agar ia besekolah lagi meneruskan tradisi keluarga menjadi guru
dan panutan bagi masyarakat.
Sekolah Guru Bantu (SGB) adalah tujuan beliau berikutnya. Sekolah
ini mempersiapkan siswanya menjadi guru pemula. Jenjang berikutnya dari
SGB adalah SGA (Sekolah Guru Atas). Artinya dengan bekal ijaza SLTA
pun, seseorang bisa menjadi guru, tetapi pada masa Orde Baru, sekolah ini
dihapus.

44
Rupaya nasib tidak berpihak pada beliau, usaha masuk SGB tidak
berhasil. Atas saran kedua orang tua dan guru-guru madrasah beliau, di
sarankan untuk mendaftar ke Pondok Modern Gontor di Ponogoro.
Ia tidak sendirian ke sana ada 7 teman dari sekolah beliau yang
mendaftar. Di kemudian hari, hanya beliau yang menyelesaikan jenjang KMI
(Kuliyatul Mualimin Al Islamiah) selama 6 tahun 1954/ 1961. KMI adalah
sistem pendidikan di gontor yang menggabungkan tingkat tsanawiah dan
aliyah ( setingkat SLTP & SLTA) dalam satu paket.
Tugas lain yang beliau jalani sebagai santri adalah memberi kursus
Aljabar kepada putra Kiai Ahmad Sahal yang bernama Hasan. Sedangkan
dari Kiai Imam Zarkasyi saya dipercaya untuk membantunya menyelesaikan
tugas-tugas administrasi. Salah satunya mengisi formulir bantuan dari
Depertemen Sosial saat itu. Beliau juga aktif dalam organisasi santri, beliau
pernah menjadi pengurus santri konsulat Jawa Barat.
Namun dari semua hal tersebut. Kegiatan kepanduan (saat ini
pramuka) paling beliau minati bekal pengalaman mengikuti organisasi
kepanduan Hizbul Waton saat masih belajar di Sekolah Rakyat di cirebon,
membuat beliau tidak ragu masuk Pandu Islam (Gerakan Gontor saat itu).
Dan kegiatan kepramukaan ini beliau lanjutkan sampai saat ini.
Tradisi penngajaran di Gontor terkenal yang sangat ketat mendidik
santri. Tak heran untuk angkatan sebelum beliau, dari 400 santri hanya 60
orang yang lulus kelas 6 KMI. Sejak kelas 2, para santri wajib berkomunikasi
dengan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab di lingkungan pesantren. Walau

45
demikian, para santri diberikan kebebasan untuk memilih minat dan
mengebangkan bakatnya.
Santri diarahkan menjadi orang yang merdeka. Mereka tidak
diharuskan menjadi pengasuh pesantren atau guru agama. Dan beliau juga
dididik agar disiplin dan taat pada aturan. Dan gembelengan para kiai, ustad
dan kehidupan pesantren yang mengajarkan keiklasan, petasaan senasib
seperjuangan menumbuhkan keakraban dan persaudaraan yang kuat di antara
para santri. Dan Beliau juga pernah berjalan dari madiun sampai cirebon
untuk mencari pengalaman dan mendatangi organisasi-organisasi massa
seperti NU, Masyumi, dan lain-lain di kota-kota yang beliau singgahi.9
Pada tanggal 1 april 1961 beliau lulus dari Pondok Modern Gontor
bergabung sebagai pengajar di raudhatul Athfal Petukangan, beliau diberi
kepercayaan untuk segala urusan pendidikan di lembaga yang kemudian
menjadi balai pendidikan Darunnajah pada 1 Agustus 1961. Dan belaiu juga
sempat ikut menyantri bersama Jamaah Tabligh selama 44 hari yang
berdakwah dengan berpindah-pindah. Setelah beliau aktif mengajar di
yayasan darunnajah beliau juga sambil meneruskan pendidikan di IAIN
Jakarta yang sekarang UIN Jakarta di Fakultas Dakwah Jurusan Ushuludin
tepatnya pada tahun 1962 – 1972. Dan sempat menjadi asisten dosen, Prof.
Dr. Toha Umar Yahya. Pada akhirnya pada tahun 1979 ia menjadi dosen tetap
di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.10
Tahun 1989 memulai mengembangkan Pesantren di berbagai Daerah,
tahun 2008 mendirikan SABELANA ( santri bela agama dan negara) untuk
9 KH. Mahrus Amin, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, hal. 7-12
10 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013)

46
pesantren-pesantren di Indonesia, 2009 ia menggagas Pesantren Nusantara di
daerah-daerah tertinggal di perbatasan NKRI.11
B. Aktivitas KH. Mahrus Amin
a. Aktivitas
Aktivitas suatu kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki 73 tahun ini, ia
adalah suami sekaligus ayah dan da‟i yang aktif dalam semua perannya.
Dalam setiap perannya ia tidak pernah melupakan kewajibannya.Sejak masa
kecil ia sudah banyak melakukan hal-hal yang membawanya ke arah yang
lebih baik, diantaranya : belajar, mengajar, berpidato, mengkaji dan
mendalami kitab-kitab, bahkan aktif dalam organisasi.
Ia termasuk seorang da‟i yang gemar membina pesantren, sudah
banyak pesantren yang ia bina karena memang cita-citanya mendirikan 1000
pesantren di seluruh indonesia. Da‟i yang bijaksana ini, tidak pernah merasa
lelah untuk melakukan semua aktifitasnya. Selalu berprasangka baik terhadap
orang . Aktivitas beliau saat ini diantaranya :
1. Pendiri dan Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Group, meliputi
pesantren yang beliau bina yaitu : Darunnajah II Cipining bogor,
Darunnajah III Al-Mansyur Serang, Darunnajah IV Tsurayya Padarincang
Banten, Darunnajah V An-Nahl Cikesik Pandeglang, DarunnajahVI An-
Nakhil Muko-muko Bengkulu, Darunnajah VII Jaziratunnajah Nunukan
Kalimantan Timur, Darunnajah VIII Annur Cidokom Gunung Sindur
11
Dok Pribadi KH. Mahrus Amin.

47
Bogor, Darunnajah IX Al-Hasanah Pamulang Tanggerang, Darunnajah XI
Al-Barokah, Seluma Bengkulu.
2. Anggota Dewan Penasehat Majlis Ulama DKI Jakarta dan
3. Ketua I DPP Forum Islamic Center Indonesia.
4. Ketua I DPP GUPPI (Gerakan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam)
5. Ketua umum BKsPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia)
6. Ketua MSKP3I (Majelis Silaturahmi Kyai Pengasuh Pondok Pesantren
Indonesia.
7. Ketua I Yayasan QOLBUN SALIM di Istiqlal Jakarta.12
KH Mahrus Amin aktif mengisi pengajian-pengajian, diantaranya
pengajian ibu-ibu dari masyarakat ulujami dan sekitarnya pada senin siang
hari dan pengajian untuk wali santri pada senin pagi hari, dan juga pengajian
para guru pada hari kamis dan pengurus pembina pondok pesantren
dilaksanakan setiap hari ba‟da subuh, yang dinamakan dengan majelis fajar.13
Akan tetapi setiap beliau mengisi pengajian, ceramah, kepada
mad‟unya beliau jarang menggunakan kitab-kitab kuning, hanya sesekali saja,
yang ia gunakan kitab Riyadushalihin. Beliau sering memberikan pengajian
dan ceramah, kepada mad‟unya dengan memaparkan pengalaman-
pengalamannya pribadinya mengingatkan sesama muslim, dan nasehat-
nasehat yang berkaitan kehidupan sehari hari.14
12
Dok Pribadi, KH. Mahrus Amin 13
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013) 14
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 6 Juni 2013)

48
b. Karya-karya KH. Mahrus Amin
Sampai saat ini ada beberapa karya tulis beliau, walaupun buku
tersebut diterbitkan belum untuk umum, hanya untuk kalangan santri dan
alumni. Buku-bukunya yaitu yang berjudul :
1. Dakwah Melalui Pondok Pesantren (tahun terbit, 2008)
2. Pembinaan Kader Bangsa dan Umat Melalui Pendidikan Gerakan Pramuka
Santri. (tahun terbit, 2011)
3. Kyai Enterpreneur (tahun terbit, 2010)
4. Panduan Pekan Perkenalan Khutbatul „Arsy (tahun terbit, 2004)
5. Panduan Ibadah Amaliah (tahun terbit, 2003)
C. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah
a. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Darunnajah
Periode Cikal Bakal (1942-1960)
Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah
Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Semuanya berawal pada
1958 indonesia terpilih sebagai tuan rumah pesta olahraga Asian Games IV.
Pemerintah berencana membangun arena olahraga untuk pelaksanaan Asian
Games IV, Tahun 1959 tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perluasan
komplek Perkampungan Olah Raga Sea Games, yang sekarang dikenal
dengan komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka
diusahakanlah tanah di Ulujami. Tahun 1960, didirikan Yayasan
Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI), dengan tujuan agar di atas tanah

49
tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal
bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.15
Periode Rintisan (1961-1973)
Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah
enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh H.
Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta.
Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Ust. Mahrus Amin,
alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari
1961. Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum
bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama
beberapa tokoh masyarakat, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1 Agustus
1961.16
KH. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah Darunnajah
dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964 membuka
Tsanawiyah dan TK Darunnajah. Tahun 1970 ada usaha memindahkan
pesantren ke Petukangan, tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis
pesantren pernah pula dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari
Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972
menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu
dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul. Para periode ini,
meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-
15
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013) 16
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013)

50
usaha tersebut, Yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di
Ulujami dari berbagai rongrongan banyak pihak, antara lain BTI PKI saat itu.
Periode Pembinaan dan Penataan (1974-1987)
Setelah tidak berhasil mendirikan pesantren di Petukangan usaha
pendirian pesantren kembali diarahkan ke Ulujami, Pada tanggal 1 April
1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah di
Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri, sementara
Tsanawiyah Petukangan dipindah ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru
pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Petukangan dibuka kembali dan
secara berangsur.
Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim
saja, kecuali anak Ulujami yang boleh pulang pergi. Bangunan yang pertama
didirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa lokal
asrama. Meskipun bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master
plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, dan
pada periode ini didirikan beberapa lokal kelas bantuan dari Gubernur DKI
Jakarta Ali Sadikin. Seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja
bakti. Pada periode inilah ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan
sunnah-sunnahnya. diantranya :
1. Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal waktu
sholat.
2. Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.

51
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk
Lembaga Ilmu Al-Qur‟an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan Inggris
dan Lembaga Da‟wah dan Pengembangan Masyarakat (LDPM).
4. Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa selama
belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.
Usai pembangunan Asrama dan pembangunan berbagai fasilitas di
Pondok Pesantren Darunnajah terus dilakukan, salah satu fasilitas yang
dibangun pada 1980-an adalah Mesjid Darunnajah. Pembangunan fasilitas ini
memakan waktu 1 tahun baru bisa digunakan untuk berbagai aktivitas ibadah,
dan pendidikan bahkan pengurus-pengurus OSIS SMU di kawasan Jakarta
jika ada kegiatan pesantren kilat menggunakan mesjid Darunnajah. Total
daya tampung mesjid Darunnajah bisa memuat sampai 3000 orang.
Periode Pengembangan (1987-1993)
Ibarat pohon pisang manfaatnya tidak dirasakan maksimal bila
tumbuh hanya disatu lokasi saja. Tunas-tunas pohon pisang yang
bermunculan disekitar induknya, bila dipisahkan dan ditanam kembali di
tempat lain akan tumbuh menjadi pohon-pohon pisang baru sehingga
bermanfaat bagi lingkungan sekelilingnya. Darunnajah mulai melebarkan
misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, dengan falsafat pohon
pisang yang KH Mahrus Amin terapkan pada yayasan untuk mengembangkan
Darunnajah. pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita
membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat

52
memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan.
Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41.
Periode Dewan Nazir (1994-sekarang)
Ada satu kecenderungan dalam kelangsungan hidup pesantren di
indonesia begitu pengasuhnya meninggal dunia. Sering terdengar pesantren
membubarkan barisan dari cita-cita perintisnya sepeninngalan wakif, pendiri
atau kyai pengasuhnya. Hal tersebut bertolak belakang dengan pengalaman
Universitas Al Azhar cairo, mesir yang berdiri sejak zaman Dinasti Fatimiyah
lebih dari 1000 tahun lalu. Hingga sekarang Universitas Al Azhar masih
tegak berdiri dan memancarkan dakwah islam ke penjuru dunia. Perjalanan
sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah menuntut peraturan
kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan
pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga Universitas
Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya,
Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan
selama ini, berusaha merapihkan dan meremajakan pengurus yayasan.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di Ulujami
Jakarta K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, K.H. Mahrus Amin, dan H.
Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan
untuk wakaf tanah di Cipining Bogor seluas 70 haktare, mengikrarkan wakaf
kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di
Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994. Dalam acara tersebut wakif
menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah

53
piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir
dan Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh
masyarakat dan ormas di Indonesia.17
b. Visi Misi
Visi Misi didirikannya Pondok Pesantren Darunnajah adalah :
Visi : Menciptakan kader ummat yang bertafaqquh fiddin, untuk menjadi
kader pemimpin umat bangsa dan mendidik kader-kader ummat dan bangsa
yang bertafaqah fiddin, para ulama, zuama‟, dan agniya, menjadi
cendekiawan muslim yang bertaqwa, berakhlaq mulia, berpengetahuan luas,
jasmani yang sehat, terampil dan ulet.
Misi : Mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlaq mulia,
berpengatahuan luas, sehat dan kuat, terampil dan ulet, mandiri, mampu
bersaing, kritis, problem solver, jujur, komunikatif dan berjiwa juang.
Merintis dan mempelopori berdirinya Pondok Pesantren di seluruh Indonesia
sebagai lembaga social keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan dan
dakwah.
17
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013)

54
D. Program Pembelajaran Unggulan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami
Jakarta Selatan
a. Program Muhadoroh
Muhadoroh adalah belajar berbicara di depan audiens atau orang
banyak dan juga berpidato, program ini adalah pembelajaran yang di gunakan
sebagian besar pendidikan formal dan non formal Islam dan juga pondok
pesantren untuk melatih siswa dan santrinya agar terbiasa berbicara di depan
umum, karena itu modal santri untuk nantinya terjun di masyarakat untuk
berdakwah, itu juga yang beliau pelajari sewaktu dipesantren dan itu
diterapkan di Pondok Pesantren Darunnajah.18
Program ini dilaksanakan
setiap kamis pada istrirahat sekolah sampai waktu dzuhur, kamis malam dan
hari minggu ba‟da shalat dzuhur, program ini sudah sangat baik untuk
menghasilkan santri agar terbiasa berbicara di depan banyak orang, selain itu
juga untuk hasil prestasi dalam lomba berpidato, perwakilan Pondok
Pesantren Darunnajah Khususnya selalu mendapat juara pada lomba pidato
yang di selenggarakan di luar lingkungan pesantren. Dan banyak juga hasil
dari didikan muhadoroh ini menghasilkan alumni yang menjadi juru
dakwah.19
18
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi (16 Juni 2013) 19
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Juni 2013)

55
b. Program Sabelana
Program Sabelana ini adalah untuk santri-santri aliyah, sabelana
adalah pembelajaran tentang kemandirian, kedisiplinan, dan pendalam
tentang cinta agama dan negara. Karena singakatan sabelana sendiri adalah
“santri bela agama dan negara”. Sabelana bertujuan agar santri cinta kepada
agama dan negaranya, karena menurut KH. Mahrus Amin, kemerdekaan
indonesia ini tidak lepas dari peran kiai dan santri, maka dari itu santri di
pondok pesantren Darunnajah ini didik untuk cinta agama dan negara didalam
lingkaran sabelana.20
c. Program Pembelajaran Kitab-Kitab Kuning
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam traditional, telah
mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya kitab-kitab karangan madzhab
Syafi‟iyah. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa arab tanpa syakal atau
sering disebut kitab Gundul. Kitab kuning ini adalah salah satu metode yang
secara formal diajarkan dalam komunitas pesantren sallaf di Indonesia. Dan
di Pondok Pesantren Darunnajah ini menggabungkan antara konsep pondok
pesantren modern dan traditional maka dari itu tetap mempelajari kitab-kitab
kuning. Kitab-kitab pedoman yang di pelajari santri Pondok Pesantren
Darunnajah diantaranya :
1.Tafsir Jalalain 6. Fathul Qarib
2. Riyadhussalihin 7. Fiqhul Wadih
3.Bulugul Maram 8. Jawahirul Kalamiyah
20 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Juni 2013)

56
4. Mustalahalahul Hadist 9. Arba‟in Nawawi
5. Nasahihul Ibad 10.Al-bayan fu ushul fiqh

57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Metode Dakwah KH. Mahrus Amin Di Pondok Pesantren Darunnajah
Ulujami Jakarta Selatan
Dakwah dalam pandangan KH. Mahrus Amin dakwah sebagai suatu
kegiatan untuk mengajak manusia kejalan yang benar dan kejalan yang lurus
sesuai dengan perintah Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia dan
akhirat. Banyak macam-macam dakwah itu, dakwah bil Hal, dakwah bil Lisan,
dakwah bil Qalam, Sesuai dengan tuntunan agama, hidup harus bermanfaat untuk
orang lain, dan hidup ini harus banyak mengambil pelajaran yang bermanfaat. Di
dalam hidup itu bagaimana mengamalkan ilmu. Dan KH. Amin berdakwah bil
Hal dakwah dengan perbuatan, dengan banyak mengamalkan ilmunya melalui
Pondok Pesantren khususnya di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami.1
Menurut KH. Mahrus Amin dakwah itu mengajak atau menyeru pihak lain
kepada sesuatu yang dikehendaki da‟i, maka da‟i sendiri harus terlebih dahulu
menundukkan dirinya itu seperti apa, karena mustahil orang lain akan mengikuti
apa yang seorang da‟i inginkan kalau da‟inya sendiri tidak mempunyai karakter.
Semua itu dapat diwujudkan apabila dapat menyatukan kata hatinya dengan
ungkapan lisan, dan ungkapan lisan diwujudkan dengan amal dan perbuatan.
1 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013)

58
1. Landasan Dakwah KH. Mahrus Amin
Dalam menyampaikan metode dakwah, KH. Mahrus Amin
mempunyai sembilan landasan dakwah, antara lain :
a. Syukur, setiap manusia harus menyadari bahwa semua kenikmatan di
dunia ini berasal dari Allah, untuk itu senantiasa untuk selalu bersyukur
kepada Allah SWT, namun sayangnya orang yang bersyukur itu sangat
sedikit jumlahnya di sisi Allah, karena barang siapa yang bersukur maka
nikmat akan di tambah oleh sang khalik.
b. Istiqomah, yaitu seorang dai itu berdakwah untuk islam, untuk itu harus
memiliki sikap istiqomah, yang merupakan sinergi dari tiga sikap hidup
konsisten, konsekuen, kontinyu. Konsisten artinya teguh pendirian
memperjuangkan dan mempertahankan kebenaran, tidak mudah goyah
dan berubah. Kontinyu, artinya berbuat secara terus menerus tanpa putus
asa dan pantang menyerah, kepada mereka yang istiqomah ini Allah
menjanjikan kemenangan di dunia.
c. Husnudzhon, berperasangka baik terhadap siapa saja yang datang yang di
hadapi, tetap ada kehati-hatian akan tetapi yakin, jika sudah melakukan
kebaikan maka dalam prakteknya pasti akan mendapatkan pertolongan,
itu yang disebut ma‟unah yaitu pertolongan dari Allah.
d. Yakin, yaitu percaya sepenuh hati bahwa janji allah dalam Al-Qur‟an dan
sabda nabi itu benar akan terjadi, untuk itu terus tumbuhkan sikap yakin
dalam menjalani kehidupan yang dilandasi dengan keimanan.

59
e. Amanah, dalam hidup apa yang Allah berikan semua kepada makhluknya
yang ada saat ini, itu adalah titipan semata yang harus di jaga, untuk itu
sebagai manusia harus sadar akan kehidupan yang sementara titipan yang
ada itu harus dijadikan amanah dari Allah SWT untuk berjalan kepada
jalan yang di ridhoi Allah, sebaliknya khianat, adalah belenggu bagi
mereka yang melakukannya.
f. Sabar, yaitu kemampuan menahan nafsu dari yang merugikan diri atau
orang lain, dengan terus berusaha keras, tak kenal lelah dan tidak putus
asa dalam melakukan hal-hal yang baik.
g. Ikhlas, yaitu dengan membersihkan hati dari sikap riya dan sun‟ah atau
kepentingan diri dari duniawi, seluruh aktivitas hidupnya diarahkan
untuk mencari ridho allah SWT, ikhlas ini adalah kekuatan yang paling
hebat yang harus ditanamkan dalam diri seseorang, karena sikap ikhlas
ini mendapat kekuatan dari allah, untuk melaksanakan aktivitas dakwah.
h. Kerja keras, dalam hidup berusaha adalah kunci untuk melakukan hal
yang maksimal dengan bekerja keras, yakin hasil pasti mengikuti bagi
siapa saja yang bekerja keras, yang dilandasi dengan tawakal kepada
Allah SWT.
i. Do’a, adalah kunci dan senjata umat muslim, do‟a itu membuat semua
aktivitas yang dikerjakan itu menjadi mudah, sebagaimana dulu para nabi
berjuang untuk islam, itu di iringi dengan do‟a untuk memenangkan
perang terhadap orang kaifir. Dan yakin Allah mendengarkan do‟a yang
dipanjatkan.

60
Dengan demikian metode dakwah KH. Mahrus Amin dapat di bagi
menjadi 2 jenis, yaitu metode dakwah berdasarkan pendekatan pada mad‟u dan
metode dakwah berdasarkan aktivitas.
1. Metode Dakwah Berdasarkan Pendekatan Pada mad‟u
a. Metode Al Hikmah (kebijaksanaan)
Metode dakwah yang diajarkan KH. Mahrus Amin adalah dakwah
harus sesuai dengan objeknya, dakwah kepada orang berpendidikan tinggi
itu harus dengan al Hikmah, yaitu mampu menyajikan ajaran agama
dengan pendekatan yang rasional. Dalam dakwah beliau tidak
menyampaikan suatu materi pada sasaran dakwah tapi melainkan beliau
juga mempunyai jati diri yang begitu rendah hati untuk menyampaikan
suatu materi atau ceramah, sifat beliau bukan saja rendah hati melainkan
beliau mempunyai sosok kepribadian yang sangat bersahaja tegar
berwibawa, apa adanya dan bijaksana terhadap santri dan lingkungan
sekitarnya.2 bukan hanya di lingkungan pesantren tetapi di lingkungan luar
pesantren, jika memberikan ceramah beliau sangat berhati-hati tidak
pernah memaksakan kehendak, akan tetapi dengan pembawaanya yang
berwibawa, bersahabat, ramah, itu yang menjadikan orang lain segan dan
tertarik terhadap beliau. Dan ketika mengajak mad‟u untuk berbuat baik,
beliau mengajak dengan secara perlahan dan lemah lembut tidak memaksa
dan selalu memberikan contoh yang baik terlebih dahulu terhadap
mad‟unya, agar mad‟unya bisa melihat dan menerapkannya. Itu semua di
kembalikan pada mad‟u dengan pilihan tersebut.
2 Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah,
Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 3 september 2013)

61
b. Metode Mau‟idzhatil Hasanah (nasihat yang baik)
Beliau menerapkan metode ini pada saat mengisi ceramah dan di
sisipkan dengan nasihat-nasihat dan juga Dalam penyampaian dakwah
KH. Mahrus Amin banyak disukai oleh mad‟unya karena beliau selalu
memberikan contoh yang baik yang sesuai dengan materi yang
disampaikan yaitu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari permasalahan
fiqh dan berkaitan dengan ketakwaan kepada Allah. Dan sasaran dakwah
terhadap orang-orang yang awam, beliau menerapkan metode al
Mau’idzhatul Hasanah, yaitu dengan pembelajaran yang baik, dengan
keteladan dan percontohan, tentang kehidupan dan keseharian yang
islami.3 Dan beliau juga suka memberikan pengertian yang mudah dan
masuk akal dan secara perlahan dengan kata-katanya yang sangat
bijaksana dengan pembawaan yang santai mudah diterima, sasaran dakwah
pun merasa tersirami hatinya, sehingga para santri, atau orang sekitar yang
sering beliau ajak berbicara berkaitan tentang kehidupan beragama,
banyak yang berubah dan menyadari menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Diantara metode-metode yang KH. Mahrus terapkan metode ini yang
sering digunakan oleh beliau kepada para santri ataupun para jamaah,
selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik.
c. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan (berdiskusi)
Dakwah kepada orang yang berpendidikan menengah beliau
menggunakan metode mujadalah yakni menyampaikan informasi dengan
disertai argumen yang jelas dan baik dari yang dimiliki oleh objek dakwah
3 Fahmi Santriwan Darunnajah, Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 6 Juni 2013)

62
Dakwah yang sering dilakukan KH. Mahrus Amin tidak hanya berbicara di
atas mimbar saja, akan tetapi beliau melibatkan mad‟u dengan memberi
kesempatan untuk bertanya atas materi dakwah yang mungkin kurang
dipahami tanya jawab ini biasanya sering dilakukan setelah beliau
mengakhiri ceramahnya, ataupun di akhir wejangannya beliau selalu
mempersilahkan mad‟unya untuk menanyakan atau bertukar pikiran
tentang hal-hal yang belum jelas, dengan adanya forum diskusi ini, KH.
Mahrus Amin merasa bertukar pikiran, ia tidak memposisikan dirinya
menjadi yang paling benar.
Hanya saja apa yang disampaikan memang tidak lepas dari Al-
Qur‟an dan As-sunah. Jadi, apabila ada beberapa mad‟u yang kurang
memahami atas isi ceramahnya, maka harus menjelaskan dengan kata-kata
yang mudah di mengerti. Bila perlu beliau menjelaskan dengan contoh dan
cerita-cerita yang menarik. Metode dakwah dalam bentuk ini biasanya
dilakukan juga oleh KH. Mahrus Amin didalam majelis fajar yang dimana
dilaksanakan setiap hari ba‟da subuh itu dilakukan antara beliau dengan
para pengurus dan pengajar di Pondok Pesantren, beliau selalu istiqomah
untuk mengadakan mejelis ini.4
Di dalam majelis fajar beliau memberi tausiah dan membahas suatu
permasalahan yang berkaitan dengan pesantren serta bertukar pikiran
tentang agama islam. Musyawarah seperti ini dilakukan di Masjid Pusaka,
dimana Masjid Pusaka itu merupakan bangunan bersejarah di Pondok
Pesantren Darunnajah.
4 Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah,
Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 3 september 2013)

63
Jadi metode dakwah KH. Mahrus Amin disamping melakukan
upaya-upaya melakukan ceramah. Beliau juga melakukan tindakan terjun
langsung kelapangan dan menyempatkan berkumpul dengan masyarakat
dalam menyampaikan misi dakwahnya.
2. Metode dakwah berdasarkan bentuk-bentuk aktivitasnya terdiri dari tiga, yaitu
bentuk dakwah bil Lisan, bil Hal, dan bil Qolam.
a. Bentuk Dakwah bil Lisan
Metode yang digunakan dalam aktivitas dakwah melalui perkataan
atau komunikasi langsung dengan ma‟dunya. KH. Mahrus Amin sering
menggunakan metode bil Lisan (ceramah) kepada santri atau jamaah
pengajian, karena dengan menggunakan metode bil lisan bisa
menyampaikan informasi atau pesan dakwahnya melalui perkataan
“tabligh” atau berkomunikasi langsung dengan mad‟unya.
Dalam Al-Qur‟an dengan tegas mengenai hal ini dengan menitik
beratkan kepada kata: ahsan kaulan (ucapan yang baik) dan uswatun
hasanah (perbuatan yang baik)
Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri ? ( Al-
Fushilat : 33).

64
Dakwah yang diungkapkan dalam ayat tersebut tidak hanya dakwah
berdimensi ucapan atau lisan tetapi dakwah dengan perbuatan yang baik
seperti yang dicontohkan oleh rasulullah SAW. Yang dimaksud dakwah bil
lisan memanggil, menyeru ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan hidup dunia
dan akhirat, tentunya dengan menggunakan bahasa sesuai keadaan mad‟u
dalam berdakwah. Dan metode dakwah KH. Mahrus Amin yang berkaitan
dengan dakwah bil Lisan antara lain :
1) Metode Ceramah
Beliau selalu mengadakan ceramah agama, 3 kali dalam seminggu
pada hari Senin, Rabu, dan Jum‟at ba‟da shalat shubuh yang bertempat di
Masjid jami Darunnajah yang membahas tentang :
a) Fiqh
Pembinaan pengetahuan dalam bidang Ilmu Fiqh ini mengenai ibadah
sehari-hari, muamalat, syariat, dimana dalam pemberian materi ini
pembimbing berpegang taguh pada Al-Qur‟an dan Hadist, dalam materi
Fiqh ini juga diatur tentang hubungan manusia. Di Pesantren Darunnajah
diajarkan bagaimana merealisasikan itu semua dalam kehidupan sehari-
hari, materi fiqh ini diberikan oleh KH. Mahrus Amin. Buku atau kitab
yang dipakai untuk rujukan adalah Ushul Fiqh, Fiqh Sunah, dan lain-
lain.5
5 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013)

65
b) Motivasi
Dalam materi ini, KH. Mahrus Amin memberikan motivasi-motivasi
bertujuan agar santri-santri semangat dalam belajar dan mendekatkan diri
kepada Allah, supaya kelak menjadi yang sukses menjadi generasi
penerus bangsa.6 Yang mempunyai semangat beragama dan semangat
berprestasi, dapat menjaga diri, serata mempunyai jiwa kepemimpinan.
Beliau memberikan motivasi yang diselaraskan dengan perkembangan
zaman saat ini.
c) Majelis Taklim
Mengadakan Majelis Taklim dan doa Wisata Rohani untuk sarana
berbagi ilmu-ilmu agama kepada jamaah ibu-ibu dari lingkungan ulujami
Pada hari senin pukul 10.00 sampai dengan pukul 12.00 yang di
selenggarakan di rumah KH Mahrus Amin. Tema yang beliau bahas
bersama ibu-ibu itu berkaitan dengan masalah keseharian dalam ibadah,
sesekali beliau menceritakan pengalaman-pengalamannya kepada para
jamaah.
2) Metode Halaqoh atau Membaca Al-Qur’an bersama
Metode halaqoh yaitu biasanya beliau membacakan ayat Al-
Qur‟an, sementara santri mendengarkan, lalu membaca bersama. Jadi
dalam metode ini beliau membaca Al-Qur‟an terlebih dahulu kemudian
para santri menirukan apa yang dibaca kyai.
6 Fahmi Santriwan Darunnajah, Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 6 Juni 2013)

66
Dengan diaplikasikannya metode ini diharapkan agar mad‟u yang
kurang dalam membaca dapat menirukan apa yang dibaca da‟i terutama
dalam membaca dapat menirukan apa yang dibaca da‟i terutama dalam
membaca huruf hijaiyah, makhroj huruf, dan panjang pendek bacaan, dan
hukum tajwid.
Meskipun mad‟u umumnya sudah bisa membaca al-Qur‟an, tetapi
akan lebih baik mengulas kembali agar lebih fasih. Metode ini juga
diselingi dengan metode ceramah. Jadi setelah da'i membaca dan mad‟u
menirukan apa yang akan dibaca da‟i kemudian dilanjutkan dengan
penjelasan tafsir tentang ayat yang beliau baca dan uraian yang sedang
dibahas disampaikan da‟i dengan ceramah biasanya disajikan dalam
metode halaqoh ini adalah tafsir dan hadits. Dalam metode halaqoh ini,
KH. Mahrus Amin menyempatkan waktu khusus seminggu sekali yaitu
pada hari kamis jam 16.00-17.00 WIB di Masjid Pondok Pesantren
Darunnajah.
3) Metode Tanya Jawab
Metode ini adalah metode pelengkap dari metode ceramah dan
biasanya dibawakan ketika setelah selesai memberikan beliau selesai
memberikan ceramah. Dan biasanya diberikan waktu oleh beliau untuk
bertanya, bilamana ada materi yang diberikan terdapat ketidakpahaman
mad‟u yang mendengarkan. Dengan adanya metode sudah dapat
dikatakan berkomunikasi efektif dan lebih akrab.

67
Metode ini di maksudkan untuk melayani masyarakat atau santri
yang sedang mendengarkan ceramah beliau paham dengan ceramah atau
kultum yang dibawakan beliau. Sebab dengan bertanya berarti orang ini
mengerti dan dapat mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban
pertanyaan sangat diperlukan kejelasan dan pembahasan sedalam-
dalamnya metode ini sering juga dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan
malaikat Jibril AS.
Dalam metode ini biasanya mad‟u suka bertanya mengenai
sesuatu. Masalah yang belum dimengerti ketika seorang da‟i menjelaskan
materi, dan yang menjawab pertanyaan mad‟u adalah da‟i yang
menyampaikan materi tersebut. Metode Tanya jawab ini diaplikasikan
untuk melayani kebutuhan jama‟ah atau mad‟u dan menjelaskan tentang
hal-hal yang berkenaan dengan materi yang sedang dibahas, juga untuk
mengurangi kesalahpahaman jama‟ah.
Metode ini menjadi sangat cocok karena sebagai pendalaman
metode dalam kegiatan pengajian. Dalam kegiatan yang sedemikian rupa
terjalin hubungan yang erat antara seorang da‟i dan mad‟unya, mengenai
permasalahan agama.
Metode ini bersumber dari Q.S.An-Nahl: 125 yakni mujadalah bil
lati hiya ahsan. Metode ini harus diterapkan secara baik dan tidak saling
menjatuhkan. Karena metode ini sangat merangsang daya pikir seorang
mad‟u.
Kelebihan Metode Tanya Jawab KH. Mahrus Amin diantaranya :

68
1) Dapat dipergunakan sebagai komunikasi dua arah (interaksi antara
da‟i dan mad‟u).
2) Bila tanya jawab sebagai selingan ceramah, maka audiens atau
forum dapat hidup (aktif).
3) Timbulnya perbedaan pendapat terjawab antara audiens.
4) Membuat audiens (objek dakwah) lebih aktif dan bersungguh-
sungguh hidup (aktif).
5) Meningkatkan martabat dan harga diri da‟i jika semua pertanyaan
dapat dijawab dengan baik.
Kekurangan Metode Tanya jawab yang digunakan KH. Mahrus Amin
diantaranya :
1) Biasanya seorang da‟i mempunyai penilaian kepada seorang mad‟u
apabila jawaban da‟i kurang jelas atau mengena maka akan terjadi
pemikiran yang meremehkan da‟i.
2) Biasanya seorang mad'u sulit untuk mengerti atau menyimpulkan
seluruh isi materi pembicaraan seorang da‟i.
3) Bila diantara dan mad‟u terdapat perbedaan pendapat maka akan
memakan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan
permasalahannya.
Oleh karena itu dibutuhkan penguasaan materi yang sangat
mendalam agar seorang da‟i bisa menjawab persoalan yang ditanyakan
audiens atau mad‟u. Semua ini akan menjadi tantangan seorang da‟i.
b. Bentuk Dakwah bil Hal

69
Menurut KH. Mahrus Amin, dakwah bil Hal adalah metode dakwah
yang menggambarkan secara langsung dan nyata apakah perbuatan
seseorang da‟i sesuai dengan perkataannya atau tidak. Metode bil Hal
merupakan bentuk perbuatan nyata dari seseorang da‟i. Artinya, ketika da‟i
mengajak mad‟u untuk berbuat baik. Ketika seorang da‟i menyeru untuk
banyak-banyak bersedekah untuk shalat, maka ia harus terlebih dahulu
melaksanakannya, dari sekian banyak metode dakwah KH. Mahrus Amin,
beliau lebih banyak menggunakan metode bil Hal, beliau setiap berbicara
tentang kebaikan diantara shalat, sedekah, menyantuni anak yatim, beliau
selalu mengaplikasikanya langsung.
Agar para mad‟u khususnya santri dapat melihat langsung
pengamalan dan beliaupun mempertanggung jawabkan perkataannya, itu
yang membuat beliau sosok yang di segani. Karena memang beliau seorang
guru yang sedikit berbicara akan tetapi cepat dalam bertindak dalam
melaksanakan kebaikan, beliau selalu yakin setiap melakukan kebaikan
pertolongan allah selalu ada.7 Singkatnya dakwah bil Hal merupakan bukti
pengaplikasian ajaran islam sesuai dengan apa yang seorang da‟i katakan
pada saat berdakwah. Dalam metode dakwah bil Hal ini KH. Mahrus Amin
menerapkannya dalam berbagai hal, diantaranya sebagai berikut:
1) Dalam bidang Keagamaan dan Pendidikan
a) Mendirikan Majelis Taklim untuk para ibu-ibu sekitar Ulujami
7 Harir Rijal Pendamping KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 6 Juni
2013)

70
b) Mendirikan Yayasan Ashabunnajah fungsinya untuk memberikan
bea siswa untuk para orang yang secara finansial kurang mampu
akan tetapi berprestasi yang ada di luar daerah Jakarta. Seperti, dari
daerah Papua, Maluku, Aceh, bengkulu tujuan beliau agar kelak
setelah lulus nanti menjadi bermanfaat di daerahnya masing-
masing.8
c) Mendirikan ma‟had ali untuk para lulusan yang berprestasi dari
pondok pesantren binaan KH. Mahrus Amin, akan tetapi kurang
mampu secara finansial. Dan dana yang dipakai untuk bea siswa
para kader itu dari para dermawan dan pendapatan pondok
pesantren. Ini bisa membantu biaya kuliah para kader tersbebut di
STAIDA (Sekolah Tinggi Agama Islam Darunnajah)
d) Kyai Membiasakan para santri untuk Qiyamul Lail Pondok
Pesantren Darunnajah membiasakan para santrinya bangun pada
malam hari sampai menjelang waktu shubuh, untuk bermunajat dan
mendekatkan diri kepada Allah.9.
e) Memerintahkan dan mengajak para santri untuk melaksanakan
shalat dhua dan berdoa Bersama. KH. Mahrus Amin membiasakan
para santrinya juga untuk melakukan shalat dhua bersama-sama di
masjid ketika istrirahat sekolah tiba pada pukul 09.30 pagi hari.10
para santri langsung menuju masjid dan melaksanakan shalat dhua
8 Harir Rijal Pendamping KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 6 Juni
2013)
9 Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah,
Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 3 september 2013) 10
Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah,
Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 3 september 2013)

71
setelah itu berdoa bersama-sama yang di pimpin oleh KH. Mahrus
Amin.
f) Mengadakan Wisata Rohani (Rihlah Ubudiyah). Dalam
pelaksanaan wisata ini, kegiatan wajib santri aliyah yang KH.
Mahrus memantau dan memberi pembimbing untuk mengajak para
santri berwisata mengunjungi pesantren-pesantren di sekitar pulau
jawa selama 3 hari, yang bertujuan agar mengetahui kehidupan,
perbedaan, cara belajar mengajar dari pesantren kepesantren, dan
setelah wisata rohani selesai, para santri di wajibkan membuat
sebuah laporan tentang perjalanan kerohaniannya.11
2) Dalam bidang pemberdayaan Ekonomi Umat
Dakwah di Pondok Pesantren bukan hanya dalam
bidang keagamaan saja, namun juga di bidang lain seperti contoh
berikut ini:
a) Bidang Perdagangan
Dalam bidang perdagangan, Pondok Pesantren Darunnajah
mendirikan koperasi Darunnajah. Usaha ini dikelola oleh para ustadz
yang dibantu oleh para karyawan. Koperasi ini menjual berbagai
macam keperluan santri juga masyarakat sekitar Pondok Pesantren
Darunnajah. Mulai dari kebutuhan sembilan bahan pokok, alat tulis
dan kantor, sampai produk kerajinan dari hasil karya para santri,
ataupun Ustadz. Dimana masyarakat juga ikut berpartisipasi dengan
cara menjadi pemasok makanan seperti, roti, snack, minuman, untuk
11
Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah,
Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 3 september 2013)

72
para santri itu dilakukan sampai saat ini, jadi dengan adanya koperasi
Darunnajah masyarakat pun ikut terbantu secara ekonomi.
b) Bidang Sosial dan Kesejahteraan
Mengelola zakat fitrah atau zakat mal untuk para mustahik
atau orang yang berhak menerima zakat. zakat adalah sebagai harta
kekayaan yang di ambil dari milik seseorang yang punya dan
diberikan sesuai dengan ketentuannya kepada yang berhak. Aktivitas
dakwah KH. Mahrus Amin dalam bidang sosial dan kesejahteraan di
Pondok Pesantren Darunnajah kepedulian beliau terhadap masyarakat
yang berada disekitar pesantren. Mengelola dan Menyalurkan zakat
fitrah atau zakat mal kepada para mustahik atau orang-orang yang
berhak menerima zakat. Beliau turut serta menyalurkan zakat secara
langsung kepada yang berhak menerimanya, terutama fakir miskin,
anak yatim, ibu-ibu jompo yang berada dilingkungan sekitar Pondok
Pesantren Darunnajah.
c. Bentuk Dakwah bil Qalam
Metode ini adalah metode dakwah melalui tulisan. Baginya menulis
adalah kegiatan yang efektif bagi mereka yang senang berbagi ilmu dan
pelajaran melalui tulisan. Melaui metode ini, KH. Mahrus Amin menulis
sebuah buku tentang riwayat hidupnya yang tidak lepas dari pendidikan dan
suasana pesantren. Karena menurut beliau setiap ada kesempatan untuk
berdakwah melaui apa saja, itu akan beliau lakukan demi untuk bermanfaat

73
untuk orang lain. Sampai saat ini ada beberapa karya tulis beliau, walaupun
buku tersebut diterbitkan belum untuk umum, hanya untuk kalangan santri
dan alumni. Buku-bukunya yaitu yang berjudul :
1. Dakwah Melalui Pondok Pesantren (tahun terbit, 2008)
2. Pembinaan Kader Bangsa dan Umat Melalui Pendidikan Gerakan
Pramuka Santri. (tahun terbit, 2011)
3. Kyai Enterpreneur (tahun terbit, 2010)
4. Panduan Pekan Perkenalan Khutbatul „Arsy (tahun terbit, 2004)
5. Panduan Ibadah Amaliah ( tahun terbit 2003)
Karena dalam perkembangan seperti sekarang ini dakwah harus
menyesuaikan situasi dan kondisi karena memang dunia semakin berubah
ke arah yang lebih maju. Untuk itulah keberhasilan dakwah ditentukan oleh
da‟i atau da‟iyyah itu sendiri. Keberhasilan dan kesuksesan yang di raih
sekarang ini tidak ia dapat dengan mudah. Justru keberhasilan itu datang
karena ketekunan dan istiqamah dalam beramal, selalu berusaha dan
mempunyai tekad yang kuat untuk membagun kader-kader islam yang cinta
agama dan negara.
B. Hambatan-hambatan Yang dihadapi Serta Solusinya
Hambatan-hambatan yang dialami KH. Mahrus Amin diantaranya:
1. Tingkat pemahaman mad‟u yang berbeda-beda.
2. Dalam menyampaikan dakwahnya beliau mengalami komunikasi yang
kurang terjalin dengan baik. Biasanya sering kali ditemui mad‟u yang
tidak memperhatikan atau tidak menyimak.

74
3. Biasanya seorang mad‟u sulit untuk mengerti atau menyimpulkan seluruh
isi materi pembicaraan seorang da‟i.
4. Sulit untuk mengetahui pemahaman audien terhadap materi yang
disampaikan.12
Solusi yang diterapkan KH. Mahrus Amin
1. Penyampaian materi disampaikan dengan baik, audiens/mad‟u akan dapat
mempelajari kandungan serta menghayati materi yang telah diceramahkan.
2. Mensiasati isi pesan yang disampaikan beliau dengan Cerita-cerita
inspiratif yang pas sehingga mad'u tidak merasa bosan.
3. Untuk mad‟u yang kurang memahami biasanya dibuka tanya jawab.
4. Menjelaskan isi materi yang kurang dipahami dengan cara mempraktekkan
materi yang disampaikan sehingga mad‟u merasa jelas.
5. Penyampaian materi dibawakan dengan gaya bahasa yang sopan, santun,
dan lemah lembut.13
Maka dari itu seorang penceramah harus mempunyai siasat metode
tersendiri agar pesan risalah yang diberikan dapat dipahami para jamaah dan
pesan yang dikemas pun harus mudah dipahami dan diterima. Sudah tentunya
hambatan dalam memberikan pesan sering terjadi. Yang terpenting memberikan
solusi atau jalan keluarnya.
12
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, (Jakarta Selatan, 16 Mei 2013) 13
Harir Rijal Pendamping KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi (Jakarta Selatan, 6
Juni 2013)

75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kemudian dilakukan analisa,
maka hasil uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya tentang metode
dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
maka dapat di simpulkan bahwa Metode Dakwah Yang diterapkan antara lain :
1. Metode Dakwah Berdasarkan Pendekatan Pada Mad’u
a. Metode Al Hikmah (kebijaksanaan)
yaitu mampu menyajikan penyampaian ajaran agama dengan pendekatan
yang rasional. Dengan pembawaan yang bijaksana, mengajak mad’u untuk
berbuat baik, tidak memaksa dan selalu memberikan contoh yang baik
terlebih dahulu terhadap mad’unya, agar mad’unya bisa melihat dan
menerapkannya.
b. Metode Mau’idzhatil Hasanah (nasihat yang baik)
yaitu dengan pembelajaran yang baik, dengan keteladan dan nasihat-
nasihat baik dan percontohan, tentang kehidupan dan keseharian yang
islami.
c. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan (berdiskusi)
Metode berdiskusi atau tanya jawab yang dilakukan setelah beliau
mengakhiri ceramahnya, dan mempersilahkan mad’unya untuk
menanyakan atau bertukar pikiran tentang hal-hal yang belum jelas.

76
2. Metode dakwah berdasarkan bentuk-bentuk aktivitasnya terdiri dari tiga
metode, yaitu metode dakwah bil Lisan, bil Hal, dan bil Qolam.
a. Metode Dakwah bil Lisan
KH. Mahrus Amin menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab,
metode halaqoh atau membaca Al-Qur’an bersama.
b. Metode Dakwah bil Hal
KH. Mahrus Amin mengaplikasikannya dalam berbagai bidang
diantaranya adalah : bidang keagamaan dan pendidikan, bidang layanan
sosial kemasyarakatan.
c. Metode Dakwah bil Qalam
KH. Mahrus Amin menggunakan media tulisan seperti menulis buku
agar bermanfaat untuk orang banyak.
3. Hambatan-hambatan yang dialami KH. Mahrus Amin diantaranya: Tingkat
pemahaman mad’u yang berbeda-beda. Dalam menyampaikan dakwahnya
beliau mengalami komunikasi yang kurang terjalin dengan baik. Biasanya
sering kali ditemui mad’u yang tidak memperhatikan atau tidak menyimak.
Biasanya seorang mad’u sulit untuk mengerti atau menyimpulkan seluruh isi
materi pembicaraan seorang da’i sulit untuk mengetahui pemahaman audiens
terhadap materi yang disampaikan. Untuk menangani hal itu KH. Mahrus
Amin mempunyai solusi diantaranya : Penyampaian materi disampaikan
dengan baik, audiens/mad’u akan dapat mempelajari kandungan serta
menghayati materi yang telah diceramahkan. Mensiasati isi pesan yang
disampaikan beliau dengan Cerita-cerita inspiratif yang pas sehingga mad'u
tidak merasa bosan. Untuk mad’u yang kurang memahami biasanya dibuka

77
tanya jawab. Menjelaskan isi materi yang kurang dipahami dengan cara
mempraktekkan materi yang disampaikan sehingga mad’u merasa jelas.
Penyampaian materi dibawakan dengan gaya bahasa yang sopan, santun, dan
lemah lembut.
A. Saran
Peneliti mengemukakan beberapa saran yang berhubungan dengan metode dakde
dakwah KH. Mahrus Amin, diantarnya :
1. Terus semangat dalam berdakwah untuk kemajuan umat dan bangsa. beliau
adalah da’i sekaligus pendidik yang kredibilitasnya sudah tidak diragukan
lagi dalam dunia dakwah.
2. Sosok KH. Mahrus Amin yang merupakan (uswah) keluarga dan santri, maka
lebih baik jika kesibukan beliau di luar pesantren dikurangi dan fokusnya
mengurus untuk kemajuan para santri di Pondok Pesantren Darunnajah.
3. Di umur KH. Mahrus Amin yang sudah tidak muda lagi, agar menjaga
kondisi dan kesehatan. Agar bisa terus mendidik santri-santri di Darunnajah.
4. Terus berjuang untuk memajukan umat dan Kader umat islam dan juga
konsep-konsep dan program-program yang belum terlaksana oleh KH.
Mahrus Amin agar secepatnya diwujudkan, hal ini demi kemajuan dakwah
yang beliau bangun.

78
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, Rekontruksi Dakwah Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2008.
Amin, Mahrus, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, Jakarta: Grup Dana Jakarta,
2008.
Aziz, Moh Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta : Prenada Media 2004.
Al-Fatah, Muhammad Abu Al-Bayanuni, Ilmu Dakwah Prinsip Dan Kode Etik,
Jakarta : Akademika Presindo, 2010.
Ardani, Moh, Memahami Permasalahan Fiqh Dakwah, Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2006.
Arif, Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional, 1992.
Bahtiar, Wardi, Metedologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.
Bahri, Fathul An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i,
Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008.
Hasanuddin, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 1996.
Hasanuddin, Hukum Dakwah, Tinjauan Aspek Hukum dan Berdakwah di
Indonesia, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Hamka, TafsirAl-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
Husain, Fadhullah Muhammad, Methologi Dakwah Al-Qur’an, Jakarta: Penerbit
Lentera, 1997.
Husein, As-segaf, Pembangunan dan DakwahBil-Haal, Jakarta: Mimbar Ulama,
1991.
Islahi, Amir Ihsab, Serba-serbi Dakwah, Bandung: Pustaka, 1989.

79
Shaleh, Abdur Rasyad , Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang,
1993.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Mansur, Mustofa, Teladan di Medan Dakwah, Solo: Era Intermedia, 2000.
Muhammad, Arifin, IlmuPendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Moleong, J Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif ,Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1989.
Nawari, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Jakarta: PT Bulan
Bintang, 2004.
Nuh, Sayid Muhammad, Dakwah Fardiyah Pendekatan Personal dalam Dakwah,
Solo. Era Intermedia. 1969.
Rifa’i, Moh, Al-Qur’an dan Terjemahan, Semangat : CV. Wicaksana.
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
2011.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qu’an, Bandung : Mizan, 1998.
Syakir, Asmuni, Dasar-Dasar Stategi Dakwah Islam, Surabaya : PT. Ikhlas, 1983.
Shaleh, Abdul Rosyad, Manajemen Dakwah, Jakarta : Bulan Bintang, 1993.
Singaribun, Masri, Metode Penelitian Survey, Jakarta ; LP3S, 1989.
Syafi’i, Ma’arif Ahmad, Al-Qur’an dan Tantangan Modernisasi, Yogyakarta :
Sipres, 1990.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia : PT. Hidayah Karya Agung, 1989.
Ziemek, Manfed, Pesantren Perubahan Sosial, Jakarta : P3M, 1986.



Wawancara dengan : KH. Mahrus Amin (Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah Jakarta)
Tanggal : 16 Mei 2013 dan 16 Juni 2013
Tempat : Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan
1. Bagaimana sekilas riwayat hidup pak Kyai ?
Saya lahir 14 febuari 1940 didesa Kalibuntu, Ciledug, ( sekarang desa
Kalimukti kecamatan pebadilan) Kabupaten Cirebon saat perang Dunia
Kedua baru saja berkobar di Eropa. Tempat ini adalah desa kecil di tepi
Kali Cilosari (Kali Cisanggarung), Perbatasan Jawa Barat dan Jawa
Tengah. Ayah bernama, Casim Amin di kemudian hari dikenal juga
sebagai Jasim Amin, Ahmad atau Amin adalah warga asli Kalimukti.
Ayah saya keturunan Wirasuta, salah satu anak cucu Syarief Hidayatullah,
tokoh Islam di Jawa Barat waktu dulu. Sedangkah ibu, bernama Hj.
Jamilah, berasal dari Losari Cirebon, cucu dari Kiai Idris, seorang ulama
pemimpin pondok pesantren Lumpur di Desa Lumpur, Losari, Brebes.
Bareng Kyai Ismail yang dikenal sebagai ahli hikmah dan juga saudara
Kiai Idris, keduanya adalah ulama yang berpengaruh di kawasan Losari.
Saya lahir dari keluarga ulama dan dari lingkungan pesantren. Meski ayah
saya bukan ulama, ayah saya saat muda pernah belajar dan menjadi murid
Kiai Mahrus Ali Gedongan Dari Gedongan. Kiai Mahrus Ali adalah idola
bagi ayah KH. Mahrus Amin, ayah saya pernah bercita-cita untuk
memiliki anak laki-laki yang diberi nama Mahrus. Harapannya bisa
menjadi orang yang bermanfaat kelak seperti Kiai Mahrus Ali Gedongan.
Terus saya Melanjutkan pendidikan yang terbengkalai selama setahun

karena perang. Sekolah Rakyat Islam Losari Brebes (6 tahun), 1954 Saat
revolusi berkecambuk, saya sudah duduk di bangku kelas 3 Sekolah
Rakyat Islam (SRI) di Kalimukti.
Saya juaga Sekolah Guru Bantu (SGB). Sekolah ini mempersiapkan
siswanya menjadi guru pemula. Jenjang berikutnya dari SGB adalah SGA
(Sekolah Guru Atas). Artinya dengan bekal ijaza SLTA pun, seseorang
bisa menjadi guru, tetapi pada masa Orde Baru, sekolah ini dihapus.
Rupaya nasib itu tidak berpihak pada saya, usaha masuk SGB tidak
berhasil. Atas saran kedua orang tua dan guru-guru madrasah , saya di
sarankan untuk mendaftar ke Pondok Modern Gontor di Ponogoro. saya
tidak sendirian ke sana ada 7 teman saya dari sekola yang mendaftar. Di
kemudian hari, hanya saya saja yang menyelesaikan jenjang KMI
(Kuliyatul Mualimin Al Islamiah) selama 6 tahun 1954/ 1961. KMI adalah
sistem pendidikan di gontor yang menggabungkan tingkat tsanawiah dan
aliyah ( setingkat SLTP & SLTA) dalam satu paket. Pada tanggal 1 april
1961 lulus dari Pondok Modern Gontor bergabung sebagai pengajar di
raudhatul Athfal Petukangan, saya diberi kepercayaan untuk segala urusan
pendidikan di lembaga yang kemudian menjadi balai pendidikan
Darunnajah pada 1 Agustus 1961. Dan saya juga sempat ikut menyantri
bersama Jamaah Tabligh selama 44 hari yang berdakwah dengan
berpindah-pindah. Setelah saya aktif mengajar di yayasan darunnajah saya
juga sambil meneruskan pendidikan di IAIN Jakarta yang sekarang UIN
Jakarta di Fakultas Dakwah Jurusan Ushuludin Ilmu Tafsir tepatnya pada

tahun 1962 – 1972. Dan sempat menjadi asisten dosen, Prof. Dr. Toha
Umar Yahya.
2. Menurut pak kyai apa aktivitas dakwah itu ?
Dakwah sebagai suatu kegiatan untuk mengajak manusia kejalan yang
benar dan kejalan yang lurus sesuai dengan perintah Allah SWT untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia baik dalam
kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Banyak macam-macam dakwah
itu, dakwah bil-Hal, dakwah bil-Lisan, dakwah bil-Qalam, itu pun saya
terapkan didalam kehidupan saya, dakwah bil-Hal dakwah dengan sesuatu
atau perbuatan saya terapkan dengan saya yang senang dalam membina
pondok pesantren, dakwah bil-Lisan dengan, ceramah petuah dan nasehat
yang saya berikan kepada santri, guru, dan keluarga saya, dakwah bil-
Qalam, ada sedikit buku yang saya tulis tujuan saya agar sedikit bisa
bermanfaat pengalaman-pegalaman saya untuk orang-orang yang
membacanya. Dalam berdakwah harus dilandasi dengan sikap yang ikhlas,
sabar, kerja keras, istiqamah, yakin Allah bersama kita yang berjalan di
jalan yang benar. Dan doa kunci dari segalanya.
3. Prestasi apa yang pernah pak kyai raih ?
adapun prestasi yang saya raih nanti bisa liat di dokumen saya tertulis,
penghargaan dari pemerintah RI diantaranya :
Penyelamat lingkungan pada tahun 1986 ( dari DKI Jakarta)
Kader lingkungan ( dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup )
Penghargaan Lencana Melati ( dari Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka tahun 2007)

Penghargaan Tokoh Revalitas Gerakan Pramuka Pondok Pesantren
( dari kementrian Agama RI tahun 2009)
Penghargaan atas Penguatan kelembagaan. Peningkatan Mutu Tata
Kelola dan Peningkatan Kualitas SDM di Pondok Pesantren ( dari
kementrian menteri agama 02 Januari 2011)
Penghargaan bintang Rimba Perak Pengakap/Kepanduan dari
kerajaan Malasia (2012)
4. Pak kyai apa maksud dari kegiatan sabelana (santri bela agama dan
negara ) ?
Sabelana ini salah satu usaha dulu beliau masih anak-anak terdidik untuk
membela agama dan negara, apalagi dulu sewaktu memperebutkan
kemerdekaan yang terlibat langsung adalah para santri-santri dan kyai,
sehingga ada baiknya menurut saya untuk meneruskan tradisi mendidik
anak-anak kita khusnya santri-santri agar cinta terhadap negara dan
agamanya, dan itu saya terapkan di pondok pesantren darunnajah ini,
dengan adanya pelatihan-pelatihan dan pendalaman-pendalaman agama
dan kenegaraan di waktu waktu tertentu seminggu 2 kali, agar kelak santri
menjadi pahlawan bagi NKRI ini.
5. Metode dakwah apa yang pak kyai terapkan di pondok pesantren
darunnajah ?
Berbicara tentang metode dakwah, di pondok pesantren darunnajah beliau
terapkan 3 metode dakwah, dengan hikmah, mauidzah al-hasanah, dan
wajadiluhum billati hiya ahsan. Damai dengan bijak menghargai toleransi
siapa saja yang datang, ke pondok pesantren kita sambut kita hargai. Kita

tunjukan bahwa kita umat islam berakhlak mulia dan memberikan contoh
yang lebih penting yaitu keteladanan, dengan lemah lembut apa yang kita
lakukan itu untuk perdamaian dan kesatuan.
6. Apa faktor pendukung dan penghambat selama pak kyai membina
dan mengajar pondok pesantren Darunnajah ?
Faktor pendukung menurut saya selama ini, sebagian guru-guru yang
mengajar di pondok ini adalah alumni jebolan dari darunnajah dan pondok
modern Gontor, dan guru-guru yang memang sudah sangat berpengalaman
dan tahu cara mendidik santri-santri dengan cara yang sesuai dengan
metode yang ada di Darunnajah. Sehingga menurut saya tidak banyak
masalah hanya terus di arahkan saja, agar terus menjadi lebih baik. paling
ada hambatan pas pengajian ataupun kultum bersama santri ataupun
jamaah pengajian hambatan ketika saya Tingkat pemahaman mad’u yang
berbeda-beda, dan Biasanya sering kali ditemui santri yang tidak
memperhatikan atau tidak menyimak. Kadang-kadang jamaah susah buat
mengerti atau menyimpulkan seluruh isi materi pembicaraan saya. Tapi itu
kembali lagi setiap dai harus punya siasat dan metode dalam menghadapi
mad’u
7. Apa tujuan pak kyai banyak membina pondok pesantren khususnya
pondok pesantren Darunnajah ini?
Sesuai dengan tuntunan agama, hidup itu harus bermanfaat untuk orang
lain, hidup ini harus banyak mengambil pelajaran yang bermanfaat. Dan
dalam hidup itu bagaimana mengamalkan ilmu seperti menyalurkan air
dari sumber airnya, menanam pohon-pohon, senang berwakaf,

membangun mesjid dan sarana ibadah itukan pahala yang terus mengalir.
Dan agar kita hidup sebelum mati ini punya anak yang mampu mendoakan
kita.
8. Apa perbedaan pondok pesantren darunnajah dengan pondok
pesantren lainnya ?
saya kira setiap pesantren menerapkan sistem yang berbeda-beda, dan
pendidikan darunnajah itu diakui secara nasional bisa diakui diknas,
dikbud, dan melalui kementrian agama.
Interview Narasumber
Mochammad Zia Ulhaq KH. Mahrus Amin

Wawancara dengan : Umi Suniati (Istri KH. Mahrus Amin)
Tanggal :16 Mei 2013
Tempat : Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan
1. Apa kesibukan KH. Mahrus Amin yang umi ketahui di Darunnajah dan di
luar Darunnajah ?
Apabila di tanya kesibukan pak kyai adalah yaa terus berdakwah, sama kegiatan
pak kyai itu dari pesantren ke pesantren, karena emang pa kyai itu sangat banyak
membina pesantren, yang di daerah jakarta, tanggerang, jawa. Dari saya baru
menikah sampai saat ini ya itu kegiatannya beradakwah dan berdakwah.
KH.Mahrus Amin kesibukan nya saat ini di Darunnajah sebagai pimpinan dan
sebagai pengontrol, aktivitas-aktivitas santri, seminggu sekali pa kyai memberikan
ceramah untuk santri-santri, dan pa kyai memberi pengajian juga buat ibu-ibu
sekitar ulujami.
2. Kapan Umi bertemu dan menikah dengan Pak Kyai Mahrus Amin?
Umi menikah dengan Pak Kyai pada Bulan Agustus 1965, tetapi di meriahkannya
pada tanggal 01 Oktober 1965. Pertemuan Umi dengan Pak Kyai terjadi di rumah
Umi sendiri di daerah palmerah, umi juga sedikit tidak ingat, tapi yang penting umi
bertemu dengan beliau itu posisinya pa kyai sedang bekerja sama dengan ayah umi
membangun Darunnajah, karena Pak Kyai Mahrus Amin sendiri adalah salah
seorang sahabat dari ayah Umi .
3. Bagaimana sosok Pak Kyai Mahrus Amin dimata seorang Umi?
Pak Kyai Mahrus Amin dari dulu sampai saat ini yang Umi ketahui kehidupannya
adalah mengembangkan pesantren, dari pesantren ke pesantren. Beliau itu Beliau
itu mempunyai tauladan yang baik terutama untuk istrinya, anaknya, dan cucu-

cucunya, kerja keras, rendah hati, dan selalu bersikap baik kepada semua orang dan
tamu yang datang, dan bakat beliau yang paling menonjol adalah berdakwah, dan
terus berdakwah melalui Pondok Pesantren. Umi kenal pak kyai saja karena emang
beliau lagi sibuk mengurus pesantren. Beliau itu ingin terus Mengamalkan ilmu-
ilmunya dan menjadikan dirinya berguna untuk orang lain.
4. Menurut umi Atas apa yang membuat pa kyai itu masih semangat
berdakwah khususnya di Pondok Pesantren Darunnajah ini ?
Dari dulu beliau itu semangat terus kalau berdakwah, pokoknya yang berkaitan
untuk kemajuan umat beliau semangat dan terus berjuang, tapi menurut umi pak
kyai semangat sampai sekarang itu tidak lepas dari pendidikan sewaktu kecil di
lingkungan keluarganya yang memang lingkungan pesantren.terus pak kyai juga di
didik di Pondok Pesantren Gontor mungkin itu yang membuat pak kyai terdidik
menjadi seperti sekarang ini.
5. Apa pesan Umi untuk Pak Kyai Mahrus Amin?
Terus berjuang dalam berdakwah, tapi saat ini melihat Pak Kyai sudah menginjak
umur 70 tahun. Umi ingin beliau sudah harus banyak beristirahat dan meluangkan
waktunya dirumah saja, menjaga kesehatan dan menjaga anak dan cucu-cucunya
Serta terus membina, mengajarkan anak dan cucunya agar bisa membina dan
mengembangkan Pondok Pesantren seperti beliau.
interview Narasumber
Mochammad Zia Ulhaq Hj. Suniati

Wawancara dengan : Ust Harir Rijal Taljani (pendamping KH. Mahrus
Amin dan ketua majelis hikmah Pondok Indah)
Tanggal :6 Juni 2013
Tempat : Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan
1. Bagaimana sosok pak kyai di mata ustad ?
Yang saya liat dari seorang kyai dan guru saya, beliau itu orang tidak
membeda-bedakan bertemu dan berbica kepada siapa di sambut dengan
prilaku dan bahasa yang sama, penghormatan beliau dari muridnya ya kita
kita ini, sampai tingkatan menteri bahkan presiden sekalipun sama dari
berbicara, cara memperlakukan sama dihadapan beliau jadi tidak ada
perbedaan apalagi dalam status sosial, maka dari itu beliau guru dan
teladan bagi kami murid-muridnya.
2. Apa yang ustad ketahui dari diri seorang pak kyai dalam berdakwah?
Yang saya tahu dari diri seorang guru saya, dalam menjalankan aktivitas
dakwahnya beliau mempunyai landasan dakwah yang sering beliau
sebutkan dalam ceramahnya kepada murid-muridnya ada 8 landasan
dakwah beliau
1. Syukur kepada allah, kerena menurut belaiu setiap manusia harus
menyadari bahwa semua kenikmatan di dunia ini berasal dari
Allah, untuk itu senantiasa untuk selalu bersyukur kepada allah
SWT
2. istiqomah, yaitu seorang sikap istiqomah, yang merupakan sinergi
dari tiga sikap hidup konsisten, konsekuen, kontiyu. Konsisten
artinya teguh pendirian memperjuangkan dan memepertahankan

3. Husnudzhon, berperasangka baik terhadap siapa saja yang datang
yang dihadapi,tetap ada kehati-hatian akan tetapi yakin, jika sudah
melakukan kebaikan maka dalam prakteknya pasti akan
mendapatkan pertolongan, itu yang disebut ma’unah yaitu
pertolongan dari Allah.
4. Yakin, yaitu percaya sepenuh hati bahwa janji allah dalam Al-
Qur’an dan sabda nabi itu benar akan terjadi, untuk itu terus
tumbuhkan sikap yakin dalam menjalani kehidupan yang dilandasi
dengan keimanan.
5. Amanah, dalam hidup apa yang Allah berikan semua kepada
makhluknya yang ada saat ini, itu adalah titipan semata yang harus
di jaga,
6. Sabar, yaitu kemampuan manahan nafsu dari yang merugikan diri
atau orang lain, dengan terus berusaha keras
7. Ikhlas, yaitu dengan membersihkan hati dari sikap riya dan sun’ah
atau kepentingan diri dari duniawi,
8. Kerja keras, dalam hidup berusaha adalah kunci untuk melakukan
hal yang maksimal dengan bekerja keras, yakin hasil pasti
mengikuti bagi siapa saja yang bekerja keras, yang dilandasi
dengan tawakal kepada Allah Swt.
9. Doa, adalah kunci dan senjata umat muslim, doa itu membuat
semua aktivitas beliau dipermudah oleh Allah Swt, Itu yang saya
ketahui dari diri seorang KH. Mahrus Amin. pemikiran-pemikiran
tentang kemajuan umat itu selalu terlintas dalam benaknya, banyak

hal yang udah beliau dirikan di darunnajah ini selain diantaranya
sabelana, ashabunnajah itu bea siswa untuk santri dari luar daerah
yang punya prestasi, dan juga ma’had ali itu untuk lulusan yang
dari pesantren cabang yang cerdas tapi minim biaya, itu terpikirkan
oleh beliau. Beliau bertujuan untuk agar oarang-orang yang beliau
didik itu bermanfaat ketika kembali ke daerah asalnya, hanya itu
yang beliau inginkan dan mengabdikan untuk orang banyak.
3. Metode apa yang diterapkan pak kyai di Pondok Pesantren
Darunnajah yang ustad ketahui ?
Metode dakwah yang diterapkan beliau itu menurut saya dakwah bil-Hal
dengan tindakan yang kongkrit yang jelas, terutama dari pesantren ke
pesantren, tapi kalau berbicara bapak pesantren di Indonesia ya beliaulah
bapak pesantren di Indonesia boleh dikatakan seperti itu. Bahkan di dalam
sebuah situs internet itu tersebut juga julukan beliau itu bapak seribu
pesantren, bahkan niat beliau mendirikan seribu pesantren dan bahkan
yang terpenting adalah gagasan beliau yang paling mulia, dan tidak
terpikirkan oleh orang lain adalah untuk membatasi NKRI dengan cara
adalah mendirikan pesantren-pesantren di perbatasan itu konsep beliau.
Beliau menginginkan di setiap perbatasan NKRI itu ada pesantren-
pesantren yang menurut beliau yang pertama, sebagai benteng iman, dan
juga sebagai benteng NKRI.

4. Menurut ustad apa faktor pendukung dan faktor penghambat pak
kyai selama berdakwah di pesantren Darunnajah ?
Kalau bicara Darunnajah dengan pak kyai ya itu tidak akan terpisahkan
dimana pun KH. Mahrus Amin berada Darunnajah sudah melekat didalam
dirinya, dan bagi orang-orang yang sadar akan sejarah bisa dikatakan
tanpa beliau Darunnajah tidak akan berdiri. Bagaimana beliau kerja keras
perjuangannya, ketika mendirikan Darunnajah banyak di musuhi oleh
orang sekitar bahkan beliau sempat bercerita, dahulu beliau dengan umi
Mahrus sempat menjual ternak ayamnya hanya untuk membayar gaji-gaji
untuk guru-guru yang mengajar dan faktor pendukungnya menurut saya
beliau adalah seseorang yang mukhlis, kerja keras orang yang husnudzon
terhadap siapa saja, itu mungkin menurut saya yang mendukung dakwah
beliau. Dan faktor penghambatnya menurut saya beliau itu memiliki hati
seluas samudera jadi apa yang kata orang hambatan bagi beliau itu bukan
hambatan, yang penting prinsip beliau setahu saya “jika ini perbuatan baik
maka terus maju berusaha” itu yang saya ketahui, bahkan tidak sedikit
beliau mendapat gagasan tetapi finansial tidak mendukung bagi beliau
bukan hambatan, yang penting jalan jalan dan nanti dalam prakteknya
pasti akan mendapatkan pertolongan, itu yang disebut ma’unah yaitu
pertolongan dari Allah. Yang penting kita mau bergerak kerja keras
permasalahan dana penting namun tidak dijadikan kendala, jadi tidak ada

hambatan bagi beliau walaupun kita-kita menganggapnya hambatan,
kenapa tidak ada hambatan ? karena beliau itu sosok ulama yang benar-
benar mukhlis, berjuang untuk umat dan mempunyai hati selapang
samudera.
5. Pelajaran apa yang bisa ustad ambil dari sosok pak kyai ?
Pelajaran yang saya bisa ambil yang pertama, ketika kita sudah yakin
jikalau ini perbuatan baik maka bergerak dan bergerak jangan ditunda-
tunda lagi, yang kedua adalah positive thingking karena sifat beliau itu
selalu berprasangka baik kepada siapapun tetapi bukan berarti kehati-
hatian tidak ada, tapi berprasangka baik kehati-hatian tetap ada pada diri
kita.
Interview Narasumber
Mochammad Zia Ulhaq H. Harir Rizal Taljani

Wawancara dengan : Ust. Kholif Amin (Murid KH. Mahrus dan Pengurus
Pondok Pesantren Darunnajah)
Tanggal : 3 september 2013
1. Apa yang ustad ketahui tetang aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin
meliputi dakwah bil-Hal ?
Jadi dakwah ustad Mahrus meliputi mungkin kalo shalat shubuh
berjamaah dan taklim pagi atau mungkin bisa majelis fajar bersama para
ustad dan pengurus pondok pesantren, setelah itu mungkin sering juga
beliau mengerjakan shlat dhua berjamaah setelah istarahat sekolah, dan
qiyamul lail bersama-sama santri, dan mengadakan rapat minguuan
bersama guru-guru pesantren.
2. Menurut ustad apa efek dakwah KH. Mahrus amin terhadap
masyarakat sekitar ?
Menurut saya efek ke masyarakat sekitar, masyarakat banyak mengalami
perubahan dari sisi keagaan, buktinya masyarakat banyak yang datang
jikalau ustad mahrus mengadakan pengajian, taklim ataupun perayaan
hari besar islam dan acara keagamaan lainya di Pondok Pesantren
Darunnajah, selain itu banyak manfaat yang di dapat tidak hanya di
masyarakat ulujami tapi bahkan dari seluruh lapisan masyarakat
lingkungan jakarta bahkan luar jakarta terbukti dengan banyak para wali
santri memasukan anaknya ke pondok pesantren darunnajah untuk sebagai
bekal dan benteng melewati kerasnya hidup.

3. Yang ustad ketahui ada berapa keseluruhan santri di Pondok
Pesantren Darunnajah saat ini ?
Jumlah santri tahun ini jumlah keseluruhannya 2490 untuk santriwan 1211
dan untuk santriwati 1279.
4. Bagaimana sosok ustad Mahrus di mata antum sebagai muridnya ?
Sosok ustad Mahrus di mata saya beliau itu selalu istiqomah tetap
berpegang teguh dan tak kenal lelah untuk demi membangun pesantren
karena beliau juga mempunyai cita-cita untuk membangun 1000 pesantren
di seluruh Nusantra ini dan beliau selalu mengejar cita-cita tersebut demi
terwujudnya 1000 pesantren di Nusantara. Beliau sosok yang berwibawa
tegar apa adanya serta mempunyai sifat berprasangka baik kepada seluruh
santrinya.
5. Apa pesan ustad untuk pa kyai ?
Saya berpesan untuk pa kyai agar beliau selalu menjaga kesehatan dan
kebugaran dan jangan pernah lelah untuk mewujudkan 1000 seluruh
pesantren di wilayah nusantara agar kehidupan agama islam tetap terjaga
dan tersebar demi dakwah islamiah.
Interview Narasumber
Mochammad Zia Ulhaq Kholif Amin

Wawancara dengan : Fahmi Ketua OSDN (Organisasi Santri Darunnajah)
Santriwan Kelas 6 Darunnajah.
Pada Tanggal : 6 Juni 2013
1. Menurut kamu bagaimanakah sosok ustad Mahrus di mata kamu
sebagai santri ?
Menurut pandangan saya yang mewakili diantara santri, ustad mahrus itu
alhamdulilah selalu memberikan selalu motivasi kepada anak-anaknya
(santri), ustad mahrus itu menginginkan anak-anaknya (santri), agar menjadi
anak yang sukses bagi umat negara dan sesama. Dan ustadmahrus selalu
mendukung apa saja kegiatan ekstakulikuler dari bidang olahraga atau yang
lainnya, mendukung untuk mengikuti lomba di luar pesantren, ustad mahrus
ingin para santrinya berkarya wlaupun sebentar sedikit akan tetapi bermakna.
2. Apa yang paling ustad mahrus suka dari kegiatan di darunnajah ?
Kegiatan yang paling di suka yaitu khutbah atau muhadoroh dan itu yang
memang ustad mahrus selalu tekankan agar santri mengikuti kegiatan itu
walau cuman sebentar tapi dengan niat untuk bisa berbicara untuk menyiarkan
agama.
3. Kenapa anda memilih pondok pesantren darunnajah Tidak pondok
pesantren yang lain ?
Karena terutama saya melihat pondok pesantren darunnajah itu dari bidang
ekstrakulikulernya segi bahasanya kepemimpinananya itu ada, dan sebelu

saya tau darunnajah memang orang tua saya juga lulusan darunnajah dan saya
yang menuruskannya.
4. Metode dakwah yang diterapkan kyai kepada santri-santrinya yang
kamu tau seperti apa ?
Ustad mahrus selalu setiap pagi mengingatkan, jangan pernah untuk bosan
shalat, berdzikir, bershalawat, khusunya shlat, dan beliau juga sori tauladan
bagi santri.
5. Apa yang kamu bisa ambil pelajaran dari sosok ustad mahrus ?
Menurut saya yang saya bisa ambil selalu tidak putus untuk berdakwah
menyiarkan agama islam beliau beribadah yang kuat.
6. Aktivitas di darunnajah apa faktor pendukung dan penghambatnya ?
Kalau faktor pendukung aktivitas di darunnajah semua aktivitas
ekstrakulikuler di darunnajah didukung oleh asatid apa itu krativitas semua
didukung, kalau penghambatnya selalu kurang efektif apabila ada perlombaan
diluar pesantren jika sedang ujian selalu terhambat karena perizinan.
Interview Narasumber
Mochammad Zia Ulhaq Fahmi



KH. Mahrus Amin sedang menghadiri Acara Forum Islamic Center
KH. Mahrus Amin sedang memberikan motivasi kepada santriwan aliyah

Penulis bersama Ust. Kholif Amin
Wawancara dengan santriwan Pondok Pesantren Darunnajah

Penulis foto bersama KH. Mahrus Amin Pimpinan dan PendiriPondok Pesantren
Darunnajah Ulujami
Penulis foto bersama Ust. H. Harir Rizal Taljani pendamping KH. Mahrus Amin

KH. Mahrus Amin ketika memberikan khutbah perpisahan untuk santriwan kelas 6
Aliyah

Hasil Karya Buku-buku KH. Mahrus Amin