modalitas rasa.doc

33
BAB I KAJIAN PUSTAKA Dasar Teori Cita rasa merujuk pada stimulasi bintil pengecap, reseptor yang ada pada lidah. Ketika kita membicarakan tentang cita rasa makanan, umumnya yang kita maksud adalah rasa makanan. Indra lain dalam konteks terpisah, tetapi akson pengecapan dan penciuman bersatu pada sebuah sel di sebuah area yang disebut korteks endopiriform (Fu, Sugai, Yoshimura, dan Onoda, 2004). Adanya penggabungan tersebutlah yang memungkinkan pengecapan dan penciuman menyatukan pengaruhnya dalam hal pemilihan makanan. Reseptor cita rasa bukanlah neuron sejati, tetapi merupakan sel-sel kulit yang termodifikasi. Sama seperti neuron, reseptor cita rasa memiliki membran yang dapat tereksitasi dan melepaskan neurotransmitter untuk mengeksitasi neuron. Neuron tersebutlah yang akan mengantarkan informasi ke otak. Seperti layaknya sel kulit, reseptor cita rasa secara bertahap terkikis dan tergantikan, tiap reseptor bertahan selama 10 hingga 14 hari (Kinnamon, 1987). Reseptor cita rasa mamalia berada di dalam bintil pengecap yang terletak di papilla (papillae), suatu struktur yang ada di permukaan lidah. Tiap papilla mengandung nol hingga 10 atau bahkan lebih bintil pengecap (Arvidson dan Friberg, 1980), dan dalam tiap Page | 1

Upload: citra-ayu

Post on 09-Dec-2014

244 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

modalitas rasa

TRANSCRIPT

Page 1: modalitas rasa.doc

BAB I

KAJIAN PUSTAKA

Dasar Teori

Cita rasa merujuk pada stimulasi bintil pengecap, reseptor yang ada pada

lidah. Ketika kita membicarakan tentang cita rasa makanan, umumnya yang kita

maksud adalah rasa makanan. Indra lain dalam konteks terpisah, tetapi akson

pengecapan dan penciuman bersatu pada sebuah sel di sebuah area yang disebut

korteks endopiriform (Fu, Sugai, Yoshimura, dan Onoda, 2004). Adanya

penggabungan tersebutlah yang memungkinkan pengecapan dan penciuman

menyatukan pengaruhnya dalam hal pemilihan makanan. Reseptor cita rasa

bukanlah neuron sejati, tetapi merupakan sel-sel kulit yang termodifikasi. Sama

seperti neuron, reseptor cita rasa memiliki membran yang dapat tereksitasi dan

melepaskan neurotransmitter untuk mengeksitasi neuron. Neuron tersebutlah

yang akan mengantarkan informasi ke otak. Seperti layaknya sel kulit, reseptor

cita rasa secara bertahap terkikis dan tergantikan, tiap reseptor bertahan selama 10

hingga 14 hari (Kinnamon, 1987). Reseptor cita rasa mamalia berada di dalam

bintil pengecap yang terletak di papilla (papillae), suatu struktur yang ada di

permukaan lidah. Tiap papilla mengandung nol hingga 10 atau bahkan lebih bintil

pengecap (Arvidson dan Friberg, 1980), dan dalam tiap bintil pengecap terdapat

sekitar 50 sel reseptor. Pada manusia dewasa, sebagian besar bintil pengecap

terletak pada sepanjang sisi luar tepian lidah, pada bagian tengah hanya terdapat

sedikit bintil pengecap atau tidak sama sekali (Kalat, 2010).

Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun

indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur

makanan seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan

keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf

nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah

bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan

keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan

substansi nutrisi tertentu (Diah Savitri, 1997). Indera pengecap kurang lebih

terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi, beberapa di antaranya disebut sel

Page | 1

Page 2: modalitas rasa.doc

sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel pengecap terus menerus

digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel disekitarnya, sehingga beberapa

diantaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah

bagian tengah indera dan akan segera terurai dan larut (Guyton, 1997). Sensasi

rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di ujung sel

pengecap (taste buds) yang terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Sel

pengecap tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi.

Proses ini bergantung pada pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut

dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap. (Sunariani et al., 2007).

Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh reseptor

kimia (chemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap lingkungan luar adalah

berupa tunas pengecap yang terdapat pada lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan,

zat itu harus larut dalam kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup

rasa atau tunas pengecap. Kuncup rasa kebanyakan terdapat pada permukaan

lidah. Ada juga beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di belakang

mulut dan lengkung langit-langit. Kemoreseptor ini dapat dibedakan menjadi

empat macam sensasi utama, yaitu rasa manis, rasa asam, rasa asin dan rasa pahit.

Dengan menggunakan larutan sukrosa, asam hidrokalat, NaCl dan kinina sulfat

encer, seorang dapat mengetahui keempat rasa sensasi utama tersebut yang

masing-masing ada di daerah khusus pada lidah. Akan tetapi, memetakan

percobaan semacam ini pun menunjukkan adanya daerah rasa yang sangat

tumpang tindih dan sangat bervariasi pada setiap orang (Pratiwi et al., 2006).

Daerah sensasi rasa manis terletak di bagian depan, rasa asin di bagian tepi, rasa

asam di bagian kedua sisi lidah dan rasa pahit di bagian tengah belakang lidah.

Pada lidah terdapat tiga papil pengecap, yaitu:

a)      Papil bentuk benang, merupakan papil peraba dan tersebar di seluruh

permukaan lidah

b)      Papil seperti huruf V, tersusun dalam lengkungan yang dilingkari oleh suatu

saluran pada daerah dekat pangkal lidah

c)      Papil berbentuk palu, terdapat pada daerah tepi-tepi lidah.

Walaupun sejak dulu kita mengetahui bahwa manusia memiliki paling

tidak empat jenis rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya reseptor rasa

Page | 2

Page 3: modalitas rasa.doc

kelima, yaitu rasa cita rasa glutamat seperti yang ditemukan pada monosodium

glutamate (MSG). Para peneliti bahkan telah menemukan bahwa sebuah cita rasa

reseptor otak untuk neurotransmitter glutamate (Chaudari, Landin, dan Roper,

2000). Cita rasa glutamate menyerupai cita rasa kaldu ayam tanpa garam. Bahasa

Inggris tidak memiliki kata yang tepat untuk mewakili rasa tersebut, tetapi bahasa

Jepang meilikinya. Oleh sebab itu, peneliti berbahsa Inggris telah mengdaptasi

sebuah kata dalam bahasa Jepang, yaitu umami. Para peneliti telah menemukan

cita rasa lemak sebagai cita rasa yang keenam (Laugerette et al., 2005). Selain

fakta bahwa tiap-tiap zat kimia mengeksitasi reseptor yang berbeda, zat-zat kimia

tersebut juga menghasilkan ritme yang berbeda pula (Kalat, 2010).

Penelitian menyebutkan bahwa adanya variasi yang diwariskan dalam

kemampuan rasa. Pemahaman tentang rasa pahit semakin berkembang dengan

informasi gabungan dari penemuan dan studi TAS2R gen resptor rasa, yang masih

memiliki hubungan genetik dan studi kloning posisional, terutama pada

kemampuan untuk mencicipi phenylthiocarbamide (PTC). Rasa manis dan

umami, yang dimediasi oleh reseptor TAS1R, menjadi baik ditandai pada tingkat

genetik molekular. Rasa asin dan asam masih belum mampu dikarakteriskan hal

genetik. Masih diperlukan pengembangan penilitian untuk menentukan

karakteristik gen tersebut (Kim et al., 2004).

Mekanisme kerja reseptor cita rasa asin sangatlah sederhana. Reseptor

mendeteksi adanya natrium dan struktur reseptor tersebut hanya mebuka kanal-

kanal ion natrium supaya dapat melintasi membran. Semakin tinggi konsentrasi

natrium pada lidah, maka semakin besar juga respon yang dihasilkan oleh

reseptor. Zati kimia seperti amilorida dapat menghalangi ion sodium yang akan

melintasi membran, sehingga mengurangi intensitas rasa asin. Cara kerja asam

sedikit berbeda. Ketika asam berkaitan dengan reseptor, maka asam akan menutup

kanal ion ion kalium sehingga mencegah keluarnya ion kalium dari neuron.

Hasilnya adalah peningkatan muatan positif di dalam neuron yang menyebabkan

depolarisasi membran (Shirley dan Persaud, 1990). Secara kimiawi cita rasa

manis, pahit dan umami memiliki kemiripan (He et al., 2004). Apabila ada sebuah

molekul yang berikatan dengan salah satu reseptor cita rasa tersebut, maka hal

Page | 3

Page 4: modalitas rasa.doc

tersebut akan mengaktivasi protein G yang melepaskan penyampai pesan dalam

neuron (Kalat, 2010).

Page | 4

Page 5: modalitas rasa.doc

BAB II

HASIL PERCOBAAN

2.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah

No Bentuk Ukuran Keterangan

1 Elips Kecil 1 cm Bisa merasakan

2 Kotak 0,5 cm Bisa merasakan

3 Segitiga 0,8 cm Bisa merasakan

4 Kotak 0,5 cm Bisa merasakan

5 Kotak 0,5 cm Bisa merasakan

6 Elips Kecil 1 cm Bisa merasakan

7 ElipsBesar 2 cm Bisa merasakan

2.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

No Bagian Jarak 1 ml Jarak 2 ml

1 Ujung Lidah Bisa Bisa

2 Samping Lidah Bisa Tidak Bisa

3 1/2 Antero Posterior Bisa Tidak Bisa

4 Dorsal Tidak Bisa Tidak Bisa

5 Palatum Bisa Tidak Bisa

6 Mukosa Bisa Tidak Bisa

7 Gusi Tidak Bisa Bisa

8 Bibir Atas Bisa Tidak Bisa

9 Bibir Bawah Bisa Tidak Bisa

Page | 5

Page 6: modalitas rasa.doc

10 Dahi Bisa Tidak Bisa

11 Hidung Tidak Bisa Bisa

12 Cuping Telinga Bisa Tidak Bisa

13 Pipi Kiri-Kanan Tidak Bisa Bisa

14 Dagu Tidak Bisa Bisa

15 Leher Bisa Tidak Bisa

2.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Bagian 5o C 80o C

Ujung lidah √ √

Samping lidah √ √

½ anterior-posterior √ √

Dorsal - √

Palatum √ √

Mukosa √ √

Gusi √ √

Bibir atas √ √

Bibir bawah √ √

Dahi √ √

Hidung √ √

Cuping telinga √ √

Pipi kiri dan kanan √ √

Dagu √ √

Leher √ √Page | 6

Page 7: modalitas rasa.doc

2.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah

No Objek Ujung Lidah Tepi/samping Pangkal Lidah

1 Air garam Asin ++ Asin + Asin

2 Air gula Manis ++ Manis Manis

3 Cuka Asam Asam ++ Asam

4 Kina Pahit Pahit Pahit ++

5 Air masako Umami ++ Umami + umami

2.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

2.5.1 Rangsangan Tekanan

Daerah Yang dirasakan Kedalaman

Bagian lidah ke-1 Sakit/nyeri 3 mm

Bagian lidah ke-2 Sakit/nyeri 5 mm

Bagian lidah ke-3 Sakit/nyeri 4 mm

Bagian lidah ke-4 Sakit/nyeri 3 mm

Bagian lidah ke-5 Sakit/nyeri 4 mm

Bagian lidah ke-6 Sakit/nyeri 4 mm

Bagian lidah ke-7 Sakit/nyeri 5 mm

Bagian lidah ke-8 Sakit/nyeri 5 mm

Mukosa pipi kanan Sakit/nyeri 6 mm

Page | 7

Page 8: modalitas rasa.doc

Gusi anterior Sakit/nyeri 1 mm

Pipi kanan Sakit/nyeri 6 mm

Bibir atas Sakit/nyeri 2 mm

Dahi Sakit/nyeri 1 mm

Leher Sakit/nyeri 3 mm

2.5.2 Rangsangan Panas

Daerah 60o 70o 80o 90o

1 4.00 1.26 1.04 0.73

2 2.00 1.50 1.12 0.70

3 2.00 1.33 1.30 0.90

4 2.36 1.21 2.29 0.65

5 1.30 1.26 1.22 1.13

6 1.38 0.80 0.65 1.20

7 1.82 1.32 1.60 1.10

8 1.36 1.21 0.89 1.03

Mukosa pipi kanan 2.6 0.8 0.7 0.51

Gusi anterior 1.6 0.1 0.3 0.42

Pipi kanan 0.8 0.7 0.2 0.21

Bibir atas 0.5 0.2 0.1 0.1

Dahi 0.3 0.4 0.3 0.3Page | 8

Page 9: modalitas rasa.doc

Leher 0.9 0.4 0.4 0.33

2.5.3 Rangsangan Dingin

Daerah 0o 5o 10o 20o

1 5 detik 7 detik 7 detik 11 detik

2 7 detik 9 detik 10 detik 17 detik

3 11 detik 12 detik 13 detik 13 detik

4 5 detik 6 detik 6 detik 11 detik

5 19 detik 20 detik 23 detik 22 detik

6 13 detik 14 detik 14 detik 18 detik

7 22 detik 24 detik 28 detik 25 detik

8 12 detik 13 detik 14 detik 12 detik

2.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi2.6.1 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin

NoGigi yang

DitesChlor - ethyl Keterangan

1.Insisive Pertama

Merasakan dingin Gigi insisive lebih

sensitive terhadap rangsang suhu2.

Molar 1 Bawah

Merasa dingin

Page | 9

Page 10: modalitas rasa.doc

2.6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas

No Gigi yang

Dites

Respon Air

Panas

Respon Air

Suhu Kamar

Respon

Gutap Perca

Keterangan

1. Insisive

Pertama

Terasa Ngilu

(sensitive)

Tidak terasa

ngilu

Agak ngilu,

lengket dan

lentur

Gigi

insisive

lebih

sensitive

terhadap

rangsang

suhu

rangsang

terhadap

2. Molar 1

Bawah

Tidak terasa

ngilu (tidak

sensitive)

Tidak terasa

ngilu

Terasa

lengket

No Gigi yang Dites

Respon Air Panas

Respon Air Suhu Kamar

Respon Gutap Perca

Keterangan

1. Insisive Pertama

Terasa Ngilu (sensitive)

Tidak terasa ngilu

Agak ngilu, lengket dan lentur

Gigi insisive lebih sensitive terhadap rangsang suhu

2. Molar 1 Bawah

Tidak terasa ngilu (tidak sensitive)

Tidak terasa ngilu

Terasa lengket

2.6.3 Test Vitalitas Gigi dengan Tekan

Gigi yang ditest Perlakukan Keterangan

Incisive pertama Ditekan dengan kaca

mulut

Pada saat ditekan dengan kaca

mulut, gigi terasa agak ngilu

Molar pertama

bawah kanan

Ditekan dengan kaca

mulut

Pada saat ditekan dengan kaca

mulut, gigi tidak terasa ngilu

Page | 10

Page 11: modalitas rasa.doc

2.6.4 Test Perkusi Gigi dan Palpasi

No Yang dites Perlakuan Keterangan

1 Insisive

Pertama

Tes palpasi dan perkusi

gigi

Gigi 31,41terasa dengan adanya

rangsang perkusi

Gigi 11,21 tidak terlalu terasa.

2 Gingiva Tes palpasi dan perkusi

gingiva

Gingiva RB yang diberi perlakuan

lebih terasa, daripada gingiva RA.

PERTANYAAN

1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap

pengenalan bentuk benda?

Bagian mulut yaitu lidah

2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitiv mengenali

jarak antara dua titik? Jelaskan mengapa?

dorsum lidah, karena dorsum lidah terdapat pada tengah lidah dan dapat

mengakibatkan timbulnya gaging refleks. Letak dorsum lidah

mempengaruhi sensitivitas dalam rongga mulut. Semakin kedaerah bagian

dalam rongga mulut sensitivitas akan semakin tinggi. Sedangkan pada

daerah wajah daerah yang sensitiv adalah telinga dan leher diakibatkan

oleh persarafan yang terdapat pada telinga dan leher.

3. Bagian lidah yang lebih sensitive terhadap suhu adalah, jelaskan

mengapa!

Dorsum lidah. Hal ini dikarenakan karena kontur dari dorsum lidah yang

berlipat dan banyak papil sehingga lebih sensitive, selain itu bagian

dorsum lidah juga banyak dilalui persarafan.

4. Bagian lidah yang lebih sensitive terhadap nyeri adalah, jelaskan

mengapa!

Page | 11

Page 12: modalitas rasa.doc

Dorsum lidah. Hal ini dikarenakan karena kontur dari dorsum lidah yang

berlipat dan banyak papil sehingga lebih sensitive, selain itu bagian

dorsum lidah juga banyak dilalui persarafan.

5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?

Percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami peroleh.

6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin,

pahit, asam, dan umami?

Rasa manis dapat dirasakan di lidah bagian ujung, rasa asin di lidah bagian

tepi depan, asam di lidah bagian tepi belakang, dan pahit di lidah bagian

pangkal. Sedangkan rasa umami merupakan kombinasi dari berbagai rasa

manis, asin, asam, dan pahit. Oleh karena itu, rasa umami dapat dirasakan

pada semua bagian lidah

7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?

Test vitalitas gigi perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan atau status

kesehatan gigi tersebut. Sejauh mana tingkat kesehatan gigi dan sejauh

mana kerusakan gigi apabila memang atau telau terjadi gangguan maupun

kerusakan pada gigi. Dengan dilakukannya test vitalitas gigi ini, kita

sebagai calon dokter gigi dapat belajar tentang bagaimana untuk melihat

vitalitas gigi tersebut, yang mana berguna untuk menegakkan diagnosa

pada pasien nantinya.

8. Untuk apa test perkusi dan palpasi?

Test perkusi dan palpasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi

gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik. Test perkusi berfungsi untuk

mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi periapikal pada

gigi, biasanya pasien akan merasakan sakit atau tidaknya dan ada atau

tidaknya sensasi ngilu pada saat dilakukan test perkusi. Bila positif sakit,

maka memang adanya kelainan pada jaringan di sekitarnya. Sementara itu,

test palpasi berfungsi untuk mengecek ada atau tidaknya oedema /

pembengkakan, fluktuasi / pergerakan jaringan, ada atau tidaknya kelainan

periapikal, dan juga limfa denopati.

Page | 12

Page 13: modalitas rasa.doc

BAB III

PEMBAHASAN

3.2.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area

Wajah

Pada saat melakukan percobaan ini, orang coba tidak

diperkenankan mengetahui bentuk permen yang akan dicobakan. Untuk

itu, mata orang coba harus ditutup. Setelah mata orang coba ditutup

ambil salah satu permen dan masukkan ke dalam mulut di atas lidah

orang coba menggunakan pinset, letakkan perlahan dan jangan

menyentuh lidah. Kemudian orang coba diminta untuk menyebutkan

bentuk dan ukuran benda yang telah dimasukkan ke dalam mulut.

Hasil percobaan menunjukkan beberapa bentuk dimulai dari bentuk

elips kecil dengan ukuran 1cm, dilanjutkan dengan bentuk kotak dengan

ukuran 0,5 cm, bentuk segitiga dengan ukuran 0,8 cm, bentuk kotak

dengan ukuran 0,5 cm, bentuk kotak dengan ukuran 0,5 cm, bentuk elips

kecil dengan ukuran 1 cm, dan bentuk elips besar dengan ukuran 2 cm.

Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya orang coba

bisa merasakan dan mampu mengenali bentuk serta ukuran pada benda

yang telah dimasukkan ke dalam mulut orang coba.

3.2.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

Pada saat melakukan percobaan ini, orang coba tidak

diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata

orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda dengan

orang coba pada percobaan sebelumnya. Orang coba dengan kelamin

perempuan ditutup matanya, kemudian ambil jangka ukur dengan jarak 1

mm, diletakkan pada lidah bagian ujung depan, samping kiri dan kanan,

dorsal / atas, ½ antero posterior, dan posterior lidah. Jangka ukur tersebut

Page | 13

Page 14: modalitas rasa.doc

diletakkan diatas lidah orang coba secara perlahan-lahan. Kemudian

orang coba disuruh menyebutkan titik yang dapat dirasakan.

Pada percobaan kelompok kami didapatkan hasil dapat mengenali

tekanan jangka pada bagian tertentu dengan jarak tertentu, pada ujung

lidah orang coba dapat mengenali tekanan dengan jarak 1mm dan 2mm,

pada daerah samping lidah orang coba dapat mengenali tekanan pada

jarak 1mm dan tidak dapat membedakan tekanan pada jarak 2mm.

Pada ½ antero posterior lidah orang coba dapat mengenali tekanan

pada jarak 1mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm.

Pada bagian dorsal lidah orang coba tidak dapat mengenali tekanan pada

jarak 1mm dan 2mm. Pada daerah palatum orang coba dapat mengenali

tekanan pada jarak 1mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak

2mm. Pada daerah mukosa orang coba dapat mengenali tekanan pada

jarak 1mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 2 mm. Pada

gusi orang coba tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 1mm dan

dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm.

Pada bibir atas orang coba dapat mengenali tekanan pada jarak 1

mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada bibir

bawah orang coba dapat mengenali tekanan pada jarak 1mm dan tidak

dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada daerah dahi orang coba

dapat mengenali tekanan denhan jarak 1mm dan tidak dapat mengenali

tekanan pada jarak 2mm. Pada hidung orang coba tidak dapat mengenali

tekanan pada jarak 1mm dan dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm.

Pada daerah cuping telinga orang coba dapat mengenali tekanan pada

jarak 1mm dan tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada

daerah pipi kiri-kanan orang coba tidak dapat mengenali tekanan pada

jarak 1mm dan dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada daerah

dagu orang coba tidak dapat mengenali tekanan pada jarak 1mm dan

dapat mengenali tekanan pada jarak 2mm. Pada daerah leher orang coba

dapat mengenali tekanan pada jarak 1mm dan tidak dapat mengenali

tekanan pada jarak 2mm. Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan

Page | 14

Page 15: modalitas rasa.doc

kurang pekanya orang coba terhadap rangsangan sehingga tidak dapat

mengenali tekanan jangka.

3.2.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Pada saat melakukan percobaan ini, orang coba tidak

diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata

orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda dengan

orang coba pada percobaan sebelumnya. Orang coba dengan kelamin

perempuan ditutup matanya, sediakan air dengan suhu 5o CDAN 80oC

diletakkan pada bagian-bagian yang telah ditentukan. Kemudian orang

coba disuruh menjelaskan apakah mampu mengenali suhu air yang

diberikan.

Pada ujung lidah, samping lidah, ½ anterior-posterior orang coba

dapat mengenali air dengan suhu dingin dan panas. Namun pada daerah

dorsal, orang coba hanya mampu merasakan air dengan suhu panas.

Untuk air dinginnya orang coba tidak merasakan bahwa air itu dingin.

Orang coba mengekspresikan sensasi dingin tersebut dengan suhu yang

normal. Pada daerah palatum, mukosa, gusi, bibir atas dan bawah, dahi,

hidung, cuping telinga, pipi kiri dan kanan, dagu, dan leher orang coba

dapat mengenali semua air dengan suhu panas dan dingin dengan benar.

3.3.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah

Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan terhadap persepsi

rasa manis, asam, asin, pahit, dan umami pada bebearap bagian lidah,

yaitu ujung lidah, lateral lidah, dan pangkal lidah. Bahan yang diujikan

adalah air garam, air gula, cuka, kina, dan monosodium glutamate

(MSG).

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa lidah menimbulkan reaksi

rasa yang berbeda-beda sesuai dengan tabel hasil percobaan. Ujung lidah

dapat menerima semua modalitas terutama manis dan asin. Tepi lidah

dapat menerima modalitas asin dan rasa asam. Pangkal lidah hanya dapat

Page | 15

Page 16: modalitas rasa.doc

menerima modalitas pahit. Rasa asam disebabkan oleh asam dan

intensitas dari sensasi rasa, hampir sebanding dengan logaritma dari

konsentrasi ion hidrogen, yaitu makin asam suatu asam, maka makin kuat

sensasi yang terbentuk. Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang

terionisasi. Kualitas rasanya berbeda – beda antara garam yang satu

dengan yang lain. Karena garam-garam juga membentuk sensasi rasa

yang lain. Kaitan dari garam terutama berperan membentuk rasa asin

tetapi anionnya juga ikut berperan walaupun lebih kecil. Rasa manis

tidak di bentuk oleh satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa

tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa manis mencakup gula,

gikol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa

protein kecil, asam sulforat, asam halogenasi, dan garam anorganik dari

timah. Rasa pahit seperti rasa manis, tidak hanya dibentuk oleh satu

substansi kimia, tapi juga beberapa substansi yang hampir seluruhnya

adalah substansi organik mencakup bitrigen, alkoloid, juibib, kafein,

strinki, dan nikotin.

Dalam keadaan kering, lidah tidak dapat merasakan apa yang

diletakkan diatasnya, termasuk gula, garam, maupun zat lainnya. Lidah

baru merasakan zat tersebut bila terdapat cairan liur dan zat itu larut

dalam air liur tersebut. Kepekaan manusia untuk membedakan intensutas

ras relatif besar, hal ini tergantung pada faktor individual, nilai ambang,

dan konsentrasi substrat yang diberikan.

3.2.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

3.2.5.1 Rangsangan Tekanan

Percobaan yang dilakukan kali ini adalah menguji area

yang sensitif terhadap rangsangan tekanan yang dilakukan pada

daerah lidah yang dibagi menjadi 8 daerah, mukosa pipi kanan,

gusi anterior, bibir atas, pipi kanan, dahi, dan juga leher.

Penekanan yang dilakukan pada beberapa bagian tersebut yaitu

dengan menggunakan sonde besar. Dan berdasarkan hasil

praktikum yang didapatkan, orang coba merasakan area yang

Page | 16

Page 17: modalitas rasa.doc

lebih sensitif terhadap tekanan adalah pada bagian bibir atas.

Karena bibir merupakan salah satu area yang memiliki banyak

korpuscle paccini yang merupakan suatu reseptor terhadap

adanya rangsangan tekanan. Sehingga ia akan dapat dengan

cepat menangkap adanya rangsangan tekanan dan selanjutnya

merasakan nyeri. Sementara itu, bagian yang menghasilkan

kedalaman tekanan yang paling sedikit adalah bagian dahi dan

bagian gusi anterior. Hal ini bisa terjadi karena dahi adalah

bagian frontal dari kepala kita yang terbentuk dari tulang

tengkorak yang sangat keras dan kuat, sehingga apabila bagian

dahi ditekan maka kedalaman tidak akan terlalu terlihat. Begitu

pula dengan gusi, karena gusi adalah bagian mukosa mulut yang

menutupi proceccus alveolar rahang dan mengelilingi leher gigi,

sehingga apabila bagian gusi anterior dilakukan penakanan tidak

akan begitu tampak munculnya kedalaman akibat tekanan yang

dilakukan.

3.2.5.2 Rangsangan Panas

Pada percobaan 3.3.5.B, hasil percobaan dilakukan dengan

mengamati lama waktu timbulnya nyeri pada daerah-daerah

lidah, mukosa pipi kanan, gingiva anterior, pipi kanan, bibir atas

dan dahi. Untuk merangsang timbulnya respon nyeri dilakuan

dengan rangsangan termis yaitu dengan menguunakan

rangsangan panas. Rangsangan panas tersebut didapatkan

dengan cara merendam sonde besar pada air yang telah

dipanaskan dengan suhu , , , dan . Setelah itu,

sonde tersebut diletakkan pada beberapa bagian lidah, jaringan

rongga mulut, dan juga area wajah seperti yang telah

diinstruksikan pada buku petunjuk praktikum.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan perbedaan

sensitivitas pada masing-masing bagian. Urutan sensitivitas dari

Page | 17

Page 18: modalitas rasa.doc

yang terbesar ke terkecil adalah bibir atas, pipi kanan, dahi,

leher, gusi anterior, mukosa pipi kanan, lidah bagian 4, 2, 1, 3,

8, 7, 5 , dan 6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah yang

paling cepat untuk timbulnya rasa nyeri adalah pada daerah bibir

atas. Hal ini menunjukkan bahwa bibir atas merupakan salah

satu daerah yang paling peka terhadap rangsangan.

Selain mengamati daerah yang paling sensitif terhadap

rangsangan, didapatkan pula hasil bahwa semakin tinggi suhu

dari rangsangan, maka respon nyeri akan semakin cepat timbul.

Hal ini disebabkan karena suhu tinggi dapat mempercepat kerja

syaraf untuk menyampaikan rangsangan menuju sistem saraf

pusat.

3.2.5.3 Rangsangan Dingin

Pemeriksaan rangsang dingin yang dilakukan pada suhu 0,

5, 10, 20 derajat diperoleh hasil dengan urutan yang paling

sensitive adalah dorsum lidah, ujung lidah, saping kanan,

samping kiri, 2/3 posterior kiri, 1/3 anterior kiri, 1/3 anterior

kanan, 2/3 posterior kanan. Hal ini dikarenakan karena kontur

dari dorsum lidah yang berlipat dan banyak papil sehingga lebih

sensitive, selain itu bagian dorsum lidah juga banyak dilalui

persarafan.

3.2.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi

3.2.6.1 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin

Pemeriksaan vitalitas gigi yang kami lakukan terdiri dari 4

macam, yaitu test vitalitas gigi dengan suhu dingin, test vitalitas

gigi dengan suhu panas. Test vitalitas gigi dengan suhu dingin

dilakukan pada gigi insisive pertama bawah dan molar pertama

bawah. Pada gigi incisive pertama bawah setelah diberi Chlor-

ethyl tidak terasa ngilu dan dingin. Hasil menunjukkan bahwa

gigi insisiv subjek dalam status vital. Sedangkan pada gigi molar

Page | 18

Page 19: modalitas rasa.doc

pertama bawah setelah diberi Chlor-ethyl tidak menimbulkan

ngilu dan terasa dingin. Hal ini menunjukkan bahwa rangsangan

dari Chlor-ethyl berhenti sehingga tidak terjadi ngilu dan

merupakan pertanda bahwa gigi masih vital.

3.2.6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas

Dari data hasil percobaan yang didapat, diketahui bahwa

tes vitalitas gigi terhadap suhu panas dapat menentukan

ketahanan gigi. Gigi insisivus lebih sensitive terhadap

rangsangan suhu panas daripada gigi molar. Hal ini disebabkan

lapisan enamel dari gigi insisive lebih tipis daripada lapisan

enamel dari gigi molar, sehingga rangsangan lebih mudah

masuk ke tubuli dentin, dan kemudian dilanjutkan ke pulpa,

yang merupakan tempat persarafan gigi berada. Sedangkan

untuk rangsangan termis ditanggapi oleh reseptor ruffini.

3.2.6.3 Test Vitalitas Gigi dengan Tekan

Pada percobaan kali ini, dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui vitalitas gigi dengan rangsangan tekan, pada

percobaan kali ini, kelompok kami menggunakan orang coba

dengan jenis kelamin perempuan, dan didapatkan hasil pada gigi

insisive pertama setelah ditekan dengan kaca mulut gigi orang

coba terasa agak ngilu, sedangkan pada gigi molar bawah kanan,

saat ditekan dengan kaca mulut, gigi orang coba tidak terasa

ngilu. Dari data percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa gigi

insisive pertama lebih sensitive terhadap rangsangan tekan

dibandingkan dengan gigi molar pertama bawah kanan.

3.2.6.4 Test Perkusi Gigi dan Palpasi

Pada percobaan tes gigi menggunakan palpasi, didapatkan

hasil bahwa gigi 31 dan 41 lebih peka terhadap rangsangan

berupa palpasi daripada gigi 11 dan 21. Ini dikarenakan lapisan

Page | 19

Page 20: modalitas rasa.doc

enamel pada gigi 11 dan 21 lebih tipis daripada lapidan enamel

pada gigi 31 dan 41, sehingga rangsangan lebih mudah

diteruskan melewati tubuli dentin menuju ke pulpa yang berisi

saraf. Begitu pula dengan gingiva, yang memiliki mekanisme

aliran impuls hampir sama seperti kulit, yang memiliki sensor

terhadap rangsangan tekanan. Sedangkan persarafan gigi dan

gingiva ini terdapat saraf yang peka terhadap rangsangan

tekanan adalah reseptor paccini.

Page | 20

Page 21: modalitas rasa.doc

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah.

Waktu sensasi yang diperlukan oleh reseptor mengenali dan menanggapi

rangsangan akan diteruskan ke otak. Sel-sel reseptor untuk pengecapan

adalah sel-sel epithelium yang telah termodifikasi yang diorganisasikan

menjadi kuncup pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian permukaan

lidah dan mulut. Dari setiap makanan dan minuman yang dikenali oleh

lidah , otak akan mengintegrasikan input yang berbeda dari kuncup

pengecapan dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks. Reseptor rasa

manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan

bagian lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah, reseptor

rasa pahit terletak di pangkal / dorsal lidah dan reseptor rasa umami

terletak pada ujung lidah.

Page | 21

Page 22: modalitas rasa.doc

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. F., 2003, Fisiologi Kedokteran, penerbit Buku Kedokteran

EGC:Jakarta

Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran

EGC : Jakarta

Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga:

Jakarta.

Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia:

Jakarta

Page | 22