nbm laporan final
DESCRIPTION
Neraca Bahan MakananTRANSCRIPT
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
1
1.1. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,
ketahanan pangan menghendaki terpenuhinya pangan dengan ketersediaan
yang cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah diperoleh, aman
dikonsumsi dan harga terjangkau. Dengan demikian, kita menghendaki
adanya penyediaan pangan yang cukup setiap saat yang dipenuhi sebesar
mungkin dari produksi dalam negeri dan kekurangannya dipenuhi dengan
impor.
Sistem pangan di suatu daerah mencakup ketersediaan pangan dan
cadangan pangan di dalam daerah tersebut, distribusi dan perdagangan
pangan serta konsumsi pangan oleh penduduk setempat. Semuanya
merupakan suatu sistem yang saling berkaitan untuk mewujudkan ketahanan
pangan yang baik.
Dalam rangka pembangunan pangan, data/informasi tetang situasi
ketersediaan pangan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan evaluasi dan perencanaan pangan. Salah satu metode dalam
menyajikan data/informasi tersebut berupa Tabel Neraca Bahan Makanan
(NBM).
BAB I. PENDAHULUAN
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
2
Berkenaan dengan hal tersebut, adanya Neraca Bahan Makanan
(NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) Kabupaten Bangka dapat
memberikan gambaran tentang situasi ketersediaan pangan bagi penduduk
di wilayah Kabupaten Bangka yang selanjutnya dapat dijadikan bahan acuan
dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan pangan di
Kabupaten Bangka.
1.2. PENGERTIAN
Neraca Bahan Makanan merupakan tabel yang memberikan
gambaran tentang situasi ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk
suatu wilayah (negara/provinsi/kabupaten) dalam suatu kurun waktu tertentu.
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
1.3.1. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) Kabupaten
Bangka adalah:
a. Untuk mengetahui gambaran penyediaan berbagai jenis bahan makanan
di Kabupaten Bangka
b. Untuk mengetahui gambaran penggunaan berbagai jenis bahan makanan
di Kabupaten Bangka
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
3
c. Untuk mengetahui gambaran ketersediaan energi, protein dan lemak per
kapita berbagai jenis bahan makanan di Kabupaten Bangka.
d. Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standart) pangan untuk
memenuhi kebutuhan gizi penduduk.
1.3.2. MANFAAT
Manfaat dari Neraca Bahan Makanan Kabupaten Bangka adalah:
a. Sebagai bahan untuk mengevaluasi ketersediaan dan penggunaan
pangan di Kabupaten Bangka.
b. Sebagai bahan acuan dalam perencanaan produksi dan penyediaan
pangan di Kabupaten Bangka.
c. Sebagai bahan acuan dalam penetapan dan pemantapan kebijakan
pangan dan gizi di Kabupaten Bangka.
d. Untuk menilai ketersediaan pangan.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
4
2.1. KONSEP DAN DEFINISI
Neraca Bahan Makanan (NBM) merupakan penyajian data dalam
bentuk tabel yang mampu menggambarkan situasi dan kondisi ketersediaan
pangan untuk konsumsi penduduk disuatu wilayah tertentu. NBM menyajikan
angka rata-rata jumlah pangan yang tersedia di tingkat pedagang eceran
atau rumah tangga konsumen untuk konsumsi penduduk perkapita
(kg/kap/thn atau gr/kap/hari atau zat gizi tertentu /kap/hari).
Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan parameter sederhana yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan penyediaan pangan, dengan tingkat
diversifikasi/keanekaragaman pangan dan menilai mutu gizi pangan.
Informasi tersebut dicantumkan dalam 19 (sembilan belas) kolom,
yang diuraikan sebagai berikut:
Kolom 1 (Kelompok/Jenis Bahan Makanan)
Bahan makanan yang dicantumkan dalam kolom ini adalah semua
jenis bahan makanan baik nabati maupun hewani yang lazim/umum tersedia
untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan tersebut dikelompokkan
jenisnya dan diikuti prosesnya dari produksi sampai dengan dapat dipasarkan
BAB II. METODOLOGI
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
5
atau dikonsumsi dalam bentuk lain yang berbeda sama sekali setelah melalui
proses pengolahan. Adapun pengelompokkan bahan makanan tersebut
disajikan sebagai berikut:
1. Padi-padian
Padi-padian adalah kelompok komoditas yang terdiri dari gandum, padi,
jagung dan sorgum (cantel) serta produksi turunannya
2. Makanan Berpati
Makanan berpati adalah bahan makanan yang mengandung pati yang
berasal dari akar/umbi dan lain-lain bagian tanaman yang merupakan
bahan pokok lainnya. Yang termasuk dalam kelompok komoditas ini
adalah ubi kayu, ubi jalar, dan sagu, serta produksi turunannya seperti
gaplek dan tapioka yang merupakan produksi turunan ubi kayu. Kelompok
komoditas makanan berpati ini merupakan jenis bahan makanan mudah
rusak jika disimpan dalam jangka waktu cukup lama sebelum melalui
proses pengolahan.
3. Gula
Gula adalah kelompok komoditas yang terdiri atas gula pasir dan gula
merah (gula mangkok, gula aren, gula semut dan lain-lain) baik
merupakan hasil olahan pabrik maupun rumah tangga.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
6
4. Buah/Biji Berminyak
Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan makanan yang mengandung
minyak dan berasal dari buah dan biji-bijian. Komoditas yang termasuk
dalam kelompok ini adalah kacang hijau, kelapa, kacang tanah, kacang
kedelai, kacang mete, kemiri, kacang bogor dan lain-lain yang sejenis.
Sebagian dari komoditas ini khususnya kelapa, diolah menjadi kopra yang
selanjutnya dijadikan minyak goreng, sehingga produk turunannya
tercantum dalam kelompok minyak dan lemak.
5. Buah-buahan
Buah-buahan adalah sumber vitamin dan mineral dari bagian tanaman
yang berupa buah. Umumnya merupakan produksi tanaman tahunan yang
biasa dapat dikonsumsi tanpa dimasak.
6. Sayuran
Sayuran adalah sumber vitamin dan mineral yang dikonsumsi dari bagian
tanaman yang berupa daun, bunga, buah, batang atau umbi. Tanaman
tersebut pada umumnya berumur kurang dari satu tahun.
7. Daging
Daging adalah bagian dari hewan yang sengaja disembelih atau dibunuh
dan lazim dimakan manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara
lain dari pendinginan.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
7
8. Telur
Telur yang dimaksud adalah telur unggas, yaitu telur ayam buras, telur
ayam ras dan telur itik.
9. Susu
Susu adalah cairan yang diperoleh dengan cara perahan yang benar,
terus menerus dengan tidak dikurangi sesuatu dan/atau dari sapi dan
kambing ternak perah sehat dengan ditambahkan kedalamnya sesuatu
bahan lain.
10. Ikan
Ikan adalah komoditas yang berupa binatang air dan biota perairan
lainnya. Yang dimaksud komoditas ikan disini adalah yang berasal dari
kegiatan penangkapan di laut maupun di perairan umum (waduk, sungai
dan rawa) dan hasil dari kegiatan budidaya (tambak, kolam, keramba, dan
sawah) yang dapat diolah menjadi bahan makanan yang lazim/umum
dikonsumsi masyarakat. Mulai tahun 1999, kelompok ikan yang semula
hanya dibagi dua sub kelompok yaitu ikan laut dan ikan air tawar, dirinci
menjadi 17 jenis ikan.
11. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak adalah kelompok bahan makanan yang berasal dari
nabati, seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak kacang tanah, minyak
kedelai, dan minyak jagung, serta yang berasal dari hewani yaitu minyak
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
8
ikan. Sedangkan lemak umumnya berasal dari hewani seperti lemak sapi,
lemak kerbau, lemak kambing/domba, lemak babi dan lain-lain.
Kolom 2 dan 3 (Produksi)
Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan
makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian (tanaman pangan,
peternakan, perikanan dan perkebunan) yang belum mengalami proses
pengolahan. Produksi dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :
a) Masukan (input)
Masukan adalah produksi yang masih dalam bentuk asli maupun dalam
bentuk hasil olahan yang akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut.
b) Keluaran (output)
Keluaran adalah produksi dari hasil keseluruhan atau sebagai hasil
turunan yang diperoleh dari hasil berproduksi atau hasil utama yang
langsung diperoleh dari kegiatan berproduksi yang belum mengalami
perubahan. Besarnya output sebagai hasil dari input sangat tergantung
pada besarnya derajat ekstraksi dan faktor konversi.
Produksi untuk komoditas tanaman pangan mencakup hasil seluruh
panen, baik yang berasal dari lahan sawah maupun lahan kering serta lahan
lama maupun baru. Sedangkan produksi turunannya diperoleh dengan
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
9
menggunakan faktor konversi dan tingkat ekstraksi dari komoditas yang
bersangkutan.
Produksi daging diperoleh dari jumlah pemotongan resmi (RPH) yang
ada di Kabupaten Bangka. Produksi daging (masukan) dinyatakan dalam
bentuk karkas dari semua jenis ternak, sedangkan keluaran dalam bentuk
daging murni. Khusus untuk jeroan dihitung dari berat karkas masing-masing
jenis, dan langsung dimasukkan ke kolom 3 (keluaran).
Produksi telur dihitung dari seluruh hasil produksi telur, baik dari
perusahaan peternakan maupun peternakan rakyat dan langsung
dimasukkan ke kolom 3 (keluaran).
Produksi susu dihitung dari populasi ternak betina produktif yang
laktasi dikalikan rata-rata produksi ekor per tahun. Produksi minyak nabati
didasarkan pada jumlah yang diolah untuk makanan kecuali minyak sawit
dan inti sawit merupakan produk asli. Sedang produksi untuk lemak hewani
didasarkan pada produksi daging (karkas).
Produksi perikanan adalah semua hasil penangkapan ikan/binatang
air/ biota perairan lainnya yang ditangkap baik dari laut, perairan umum
maupun dari hasil kegiatan budidaya yang dapat diolah menjadi bahan
makanan yang lazim/umum dikonsumsi
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
10
Kolom 4 (Perubahan Stok)
Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh
pemerintah atau swasta yang dimaksudkan sebagai cadangan dan akan
digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Data stok yang digunakan
adalah data stok awal dan akhir tahun
Perubahan stok adalah selisih antara stok akhir tahun dengan stok
awal tahun. Perubahan stok ini hasilnya bisa negatif (-) dan bisa positif (+).
Negatif (-) berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke pasar
sehingga komoditas yang beredar di pasar bertambah. Positif (+) berarti ada
peningkatan stok yang berasal dari komoditas yang beredar di pasar
sehingga komoditas yang beredar di pasar menjadi menurun.
Kolom 5 ( Impor)
Impor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun
yang sudah mengalami pengolahan, yang didatangkan/dimasukkan dari luar
negeri dan dari wilayah daerah administratif lain ke dalam wilayah Kabupaten
Bangka dengan tujuan untuk diperdagangkan, diedarkan atau disimpan.
Kolom 6 (Penyediaan Daerah sebelum Ekspor)
Penyediaan daerah sebelum ekspor adalah sejumlah bahan makanan
yang berasal dari produk (keluaran) dikurangi perubahan stok ditambah
impor.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
11
Kolom 7 (Ekspor)
Ekspor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun
yang telah mengalami pengolahan yang dikeluarkan dari wilayah Kabupaten
Bangka, baik yang langsung keluar wilayah RI maupun yang keluar ke
wilayah administratif lain (perdagangan antar pulau atau antar kabupaten)
Kolom 8 (Penyediaan Daerah)
Penyediaan daerah adalah sejumlah bahan makanan yang berasal
dari produksi (keluaran) ditambah impor, dikurangi perubahan stok dan
ekspor
Kolom 9-14 (Pemakaian Daerah)
Pemakaian daerah adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan
didalam wilayah Kabupaten Bangka untuk pakan, bibit/benih, diolah untuk
industri makanan dan bukan makanan, yang tercecer dan yang tersedia
untuk dimakan oleh penduduk.
a. Pakan
Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan kepada
ternak peliharaan baik ternak besar, ternak kecil, unggas maupun ikan.
b. Bibit/benih
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
12
Bibit/benih adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk
keperluan reproduksi.
c. Diolah untuk Makanan
Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih
mengalami proses pengolahan lebih lanjut melalui industri makanan dan
hasilnya dimanfaatkan untuk makanan manusia dalam bentuk lain.
d. Diolah untuk Bukan Makanan
Diolah untuk Bukan Makanan adalah sejumlah bahan makanan yang
masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut dan dimanfaatkan untuk
kebutuhan industri bukan untuk makanan manusia, termasuk untuk
industri pakan ternak/ikan.
e. Tercecer
Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak,
sehingga tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi secara tidak
sengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi hingga tersedia untuk
konsumen.
f. Bahan Makanan
Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk
dikonsumsi oleh penduduk suatu daerah, pada tingkat pedagang
pengecer dalam suatu kurun waktu tertentu.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
13
Kolom 15-19 (Ketersediaan per Kapita)
Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang
tersedia untuk dikonsumsi setiap penduduk suatu daerah dalam suatu kurun
waktu tertentu, baik dalam bentuk natural maupun bentuk unsur gizinya.
Unsur gizi utama tersebut adalah sebagai berikut:
a. Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat yang berasal
dari berbagai jenis bahan makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh
tubuh untuk kegiatan tubuh seluruhnya.
b. Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur N, yang
sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta penggantian jaringan-
jaringan yang rusak.
c. Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh
sebagai tempat penyimpanan energi, protein dan vitamin.
d. Vitamin merupakan salah satu unsur zat makanan yang sangat diperlukan
tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
e. Mineral merupakan zat makanan yang diperlukan manusia agar memiliki
kesehatan dan pertumbuhan yang baik.
f. Untuk mengetahui nilai gizi masing-masing jenis bahan makanan
tersebut, maka angka ketersediaan pangan untuk konsumsi per kapita per
hari harus dikalikan dengan kandungan kalori, protein dan lemak per
satuan berat masing-masing jenis bahan makanan.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
14
2.2. JENIS DAN SUMBER DATA
Beberapa data yang harus disediakan dalam penyusunan NBM adalah
menyangkut data ketersediaan bahan makanan di daerah, pemakaian dalam
daerah, data penduduk, besaran dan angka konversi, serta komposisi gizi
bahan makanan.
Ketersediaan Bahan Makanan di Daerah
Ketersediaan bahan makanan di daerah meliputi data produksi,
perubahan stok, impor dan ekspor. Data produksi bahan makanan seperti
Kelompok padi-padian, makanan berpati, gula, buah biji berminyak, buah-
buahan, sayuran, daging, dan telur diperoleh dari Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Bangka. Untuk data produksi kelompok ikan
diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka. Data
perubahan stok untuk komoditi beras diperoleh dari Perum Badan Urusan
Logistik (BULOG) Sub Divre Wilayah II Bangka.
Ada beberapa data yang diperoleh dari hasil pemantauan tim
penyusun NBM di lapangan. Pemantauan dilakukan dengan menggunakan
sampel pedagang besar berbagai kelompok jenis pangan.
Khusus untuk komoditi sayuran dan buah-buahan, tim penyusun NBM
melakukan pemantauan keluar masuk barang di 3 (tiga) daerah sentra
sayuran dan buah-buahan di Kabupaten Bangka, yaitu di Kecamatan
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
15
Sungailiat, Merawang dan Mendo Barat. Didaerah tersebut merupakan sentra
sayuran Kabupaten Bangka, namun sebagian hasil produksinya dijual ke
wilayah lain (pasar Pangkalpinang dan Bangka Barat). Pemantauan
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan menanyakan langsung ke
beberapa pedagang pengumpul yang membeli hasil produksi di daerah
tersebut.
Tidak dapat dipungkiri bahwa di wilayah Kabupaten Bangka banyak
terdapat pintu keluar/masuk barang mengingat antara wilayah administratif
Kabupaten Bangka dengan wilayah administratif lainnya dibatasi oleh
perbatasan darat, sehingga masih sangat memungkinkan terjadinya
keluar/masuk barang dari berbagai titik dan sangat sulit untuk dilakukan
pemantauan, sehingga data impor/ekspor yang tersedia sangat terbatas.
Pemakaian Dalam Daerah
Pemakaian dalam daerah meliputi pemakaian untuk pakan, bibit/benih,
diolah untuk makanan, diolah untuk bukan makanan, yang tercecer dan untuk
bahan makanan penduduk. Untuk bibit yang digunakan oleh petani di
Kabupaten Bangka, untuk jenis padi sawah 30 Kg/Ha, padi ladang 30Kg/Ha
dan jagung 30Kg/Ha. Data tersebut diperoleh dari Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Bangka.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
16
Data Penduduk
Data penduduk yang digunakan adalah data penduduk pertengahan
tahun 2009 yang bersumber dari BPS dan Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bangka. Data penduduk tersebut termasuk penduduk asing
yang bermukim di Kabupaten Bangka minimal selama enam bulan.
Besaran dan Angka Konversi
Besaran dan angka konversi yang digunakan adalah besaran dan
angka konversi yang ditetapkan oleh tim NBM Nasional.
Komposisi Gizi Bahan Makanan
Komposisi gizi bahan makanan yang digunakan adalah yang
bersumber dari buku Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), publikasi
Departemen Kesehatan dan dari sumber lain yang resmi yaitu Food
Composition Table for Use in East Asia dan ood Composition Table for
International Use publikasi FAO. Komposisi gizi tersebut adalah besarnya
nilai kandungan gizi dari bagian yang dapat dimakan.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
17
2.3. METODE PENGHITUNGAN
2.3.a. Neraca Bahan Makanan (NBM)
Penghitungan NBM didasarkan pada penyediaan dalam daerah.
Penyediaan dalam daerah untuk masing-masing jenis bahan makanan
diperoleh dari produksi (keluaran) ditambah impor (pemasukan dari luar
daerah) dikurangi perubahan stok dan ekspor (ke luar daerah).
Dari penyediaan dalam daerah, kemudian dihitung rincian pemakaian
dalam daerah dengan menggunakan faktor konversi (untuk pakan,
bibit/benih, diolah untuk bahan makanan dan bahan baku industri bukan
makanan, yang tercecer dan sebagai bahan makanan penduduk di
Kabupaten Bangka). Untuk penghitungan ketersediaan kalori, protein dan
lemak per kapita digunakan faktor konversi dan data penduduk pertengahan
tahun (middle year population).
Penulisan angka pada tabel NBM mulai dari kolom (2) sampai dengan
kolom (14), dan kolom (17) adalah dalam bilangan bulat, sedangkan untuk
kolom (15), kolom (16), kolom (18) dan kolom (19) dalam bilangan pecahan
dua desimal.
2.3.b. Pola Pangan Harapan (PPH)
Dari hasil Analisis neraca bahan makanan (NBM) akan didapatkan
hasil analisis pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, adapun langkah
perhitungan PPH adalah sebagai berikut:
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
18
1. Pengelompokan pangan
2. Konversi jenis dan satuan pangan
3. Menghitung ketersediaan/konsumsi energi menurut kelompok pangan.
4. Menghitung total energi
5. Menghitung kontribusi energi dari setiap kelompok pangan.
6. Mencantumkan bobot setiap kelompok pangan
7. Menghitung skor AKG (Angka Kecukupan Gizi)
8. Menetapkan skor PPH setiap kelompok pangan
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
19
3.1. SITUASI KETERSEDIAAN PANGAN DAN GIZI
Situasi ketersediaan energi Kabupaten Bangka tahun 2009 sebesar
2.292,91 kkalori/kapita/hari, ini menggambarkan bahwa tingkat ketersediaan
energi sudah melebihi Angka Kecukupan energi (AKE) 2.200
kkalori/kapita/hari, dengan kisaran 104,22%. Pada (tabel a) Penyediaan
energi tertinggi terjadi pada jenis bahan makanan padi-padian yaitu 1.327,54
Kkal/kap/hari dan komoditi yang lainnya relatif kecil dengan kisaran 0
219,83 Kkal/kap/hari. Penyediaan energi pada tahun 2009 sedikit ada
peningkatan.
Tabel a. Ketersediaan Energi untuk konsumsi perkapita/hari Tahun 2008 2009
Jenis
Bahan Makanan
Tahun 2008 Tahun 2009
Ketersediaan
(Kkal/Kap/hari)
Tingkat
Ketersediaan (%)
Ketersediaan
(Kkal/Kap/hari)
Tingkat
Ketersediaan (%)
Padi-padian 1.332,04 59,60 1.327,54 57,90
Makanan berpati 135,88 6,08 139,32 6,08
Gula 170,65 7,64 171,81 7,49
Buah biji berminyak 83,44 3,73 89,80 3,92
Buah-buahan 63,30 2,83 65,14 2,84
Sayuran 47,47 2,12 46,20 2,01
Daging 43,19 1,93 56,40 2,46
Telur 21,59 0,97 29,68 1,29
Susu - 0,00 7,25 0,32
Ikan 136,69 6,12 139,94 6,10
Minyak/Lemak 200,78 8,98 219,83 9,59
TOTAL 2.235,04 100,00 2.292,91 100,00
BAB III. ULASAN NERACA BAHAN MAKANAN (NBM)
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
20
Sebaliknya tingkat ketersediaan protein pada tahun 2009 sebesar
75,06 gram/kapita/hari, sedikit ada peningkatan di banding tahun 2008 (tabel
b), ini juga menunjukkan bahwa ketersediaan protein Kabupaten Bangka
tahun 2008 dan 2009 sudah melebihi Angka Kecukupan Protein (AKP) yaitu
sebesar 57 gram/kapita/hari. Ketersediaan protein tersebut tak terlepas dari
peranan besar dari jenis bahan makanan dari ikan setelah padi-padian.
Tabel b. Ketersediaan Protein Untuk Konsumsi perkapita/hari Tahun 2008 dan 2009
Jenis
Bahan Makanan
Protein 2008 Protein 2009
Ketersediaan
(gr/Kap/Hr)
Tingkat
Ketersediaan (%)
Ketersediaan
(gr/Kap/Hr)
Tingkat
Ketersediaan (%)
Padi-padian 33,02 45,55 32,91 43,84
Makanan berpati 0,54 0,74 0,54 0,72
Gula 0,06 0,08 0,06 0,08
Buah biji berminyak 6,60 9,10 7,13 9,50
Buah-buahan 0,80 1,10 0,82 1,09
Sayuran 2,63 3,63 2,52 3,36
Daging 2,70 3,72 3,58 4,77
Telur 1,64 2,26 2,20 2,93
Susu - 0,00 0,38 0,51
Ikan 24,49 33,78 24,89 33,16
Minyak/Lemak 0,01 0,01 0,03 0,04
TOTAL 72,49 100,00 75,06 100,00
Pada tingkat ketersediaan lemak untuk konsumsi perkapita/hari pada
tahun 2009 sebesar 46,65 gram/kapita/hari, sedikit ada peningkatan di
banding tahun 2008 (tabel c). Ketersediaan lemak tersebut sebagian besar
dipasok dari bahan makanan berupa minyak goreng.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
21
Tabel c. Ketersediaan Lemak Untuk Konsumsi perkapita/hari Tahun 2008 dan 2009
Jenis Bahan
Makanan
Lemak 2008 Lemak 2009
Ketersediaan
(gr/Kap/Hari)
Ketersediaan
(gr/Kap/Hr)
Tingkat
Ketersediaan (%)
Tingkat
Ketersediaan (%)
Padi-padian 5,20 12,40 5,18 11,10
Makanan berpati 0,20 0,48 0,21 0,45
Gula 0,19 0,45 0,21 0,45
Buah biji berminyak 4,76 11,35 5,14 11,02
Buah-buahan 0,32 0,76 0,33 0,71
Sayuran 0,81 1,93 0,77 1,64
Daging 3,51 8,37 4,56 9,76
Telur 1,56 3,72 2,18 4,67
Susu - 0,00 0,42 0,90
Ikan 3,10 7,39 3,26 6,98
Minyak/Lemak 22,28 53,14 24,41 52,32
TOTAL 41,93 100,00 46,65 100,00
Total ketersediaan energi, protein dan lemak untuk dikonsumsi penduduk
Kabupaten Bangka tahun 2008 dan 2009 dapat dilihat pada tabel d.
Tabel d. Komposisi Ketersediaan Zat Gizi Kabupaten Bangka Tahun 2008 dan 2009
No. Uraian 2008 2009
1.
2.
3.
Total Ketersediaan Energi ( kalori/kapita/hari) Ketersediaan Protein( Gram/Kap/Hari)
Proporsi Protein nabati(%)
Proporsi Protein hewani(%) Ketersediaan Lemak ( Gram/Kap/Hari)
Proporsi Lemak nabati(%)
Proporsi Lemak hewani(%)
2.235,04
60,23 39,77
79,16 20,84
2.292,91
58,64 41,36
76,63 23,37
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
22
Ketersediaan pangan untuk Kabupaten Bangka diperoleh dari produksi
sendiri dan kekurangannya diimpor ( dipasok dari luar daerah). Seperti
terlihat dalam tabel e. Bahwa situasi pengadaan pangan yang berasal dari
produksi dalam daerah sebagian besar tergantung pada produk pangan
import (luar daerah). Namun beberapa komoditas pangan juga di eksport
termasuk buah-buahan, sayuran, daging (daging ayam ras) dan ikan. Satu-
satunya komoditas yang diproduksi dalam volume cukup besar di Kabupaten
Bangka adalah ikan.
Tabel e. Produksi, Ekspor, Impor dan Rasio Ketergantungan Impor
Jenis Pangan Tahun 2009
Jenis Bahan
Makanan
Produksi *) Import Eksport Rasio Ketergantungan
(Ton) (Ton) (Ton) Import (%)
Padi-padian 3.562 33.596 55 943
Makanan berpati 3.776 4,324 0 0,11
Gula 43 4,375 0 10
Buah biji berminyak 1.572 2.104 0 134
Buah-buahan 3.620 10.897 69 301
Sayuran 8.025 6.050 509 75
Daging 1.805 330 113 18
Telur 1.975 950 1.000 48
Susu 0 1.100 0 0
Ikan 19.933 639 1.523 3
Minyak/Lemak 302 2.015 19.191 667
Keterangan : *) Belum dikurangi penggunaan ( pakan, bibit, tercecer ).
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
23
Ketahanan pangan di Kabupaten Bangka secara makro, apabila diukur
berdasarkan tingkat ketersediaan pangan relatif cukup (tabel a).
Kemampuan penyediaan pangan di Kabupaten Bangka dilihat dari
produksi beberapa kelompok pangan cukup bervariasi, ketersediaan dipasar
juga berada dalam jumlah yang cukup, meskipun beberapa kelompok pangan
seperti padi-padian (tepung gandum, beras), Buah biji berminyak, buah-
buahan, sayuran, gula pasir, susu, telur (ayam ras) dan minyak (minyak
goreng) persentase impor cukup tinggi.
Ditinjau dari sisi keanekaragaman pangan maka ketersediaan padi-
padian sudah melebihi norma gizi/ Pola Pangan Harapan (PPH) yang
dianjurkan 50%. Namun kontribusi beberapa kelompok pangan perlu
ditingkatkan, seperti pangan hewani, buah/biji berminyak, sayur dan buah.
3.2. IKHTISAR NBM TAHUN 2009
Ketersediaan pangan perkapita mengindikasikan rata-rata peluang
individu untuk memperoleh bahan pangan. Total ketersediaan energi untuk
dikonsumsi penduduk Kabupaten Bangka tahun 2009 mencapai 2.292,91
Kkalori/kapita/hari (104,22 % dari Angka Kecukupan Energi ditingkat
ketersediaan sebesar 2.200 Kkalori, hasil Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi Tahun 2004). Namun demikian peranan nabati sangat dominan
mencapai 89,63% (2.055,22 Kkalori kapita/hari) dan hanya 10,37 % yang
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
24
berasal dari pangan hewani. Seiring dengan itu, total ketersediaan protein
juga melebihi anjuran, sebesar 75,06 gram/kapita/hari (131,68 % dari Angka
Kecukupan Protein di tingkat ketersediaan 57 gram/kapita/hari), sedangkan
lemak ketersediaannya sebesar 46,65 gram/kapita/hari.
Situasi ketersediaan pangan dan zat gizi secara rinci seperti diuraikan
berikut ini :
1. Kelompok Padi-Padian
Ketersediaan pangan Kabupaten Bangka dipasok dari produksi
daerah, stok dan net impor. Kelompok padi-padian pada tahun 2009
mensuplai zat gizi perkapita sebesar 1.327,54 Kkalori/hari, dan 33,91 gram
protein serta 5,18 gram lemak. Proporsi energi dan Protein dari padi-padian
terhadap total ketersediaannya masing-masing 57,90%, dan protein 43,84%.
dalam kelompok ini, komoditas beras adalah pemasok zat gizi terbesar yaitu
1.179,52 Kkalori/kapita/hari (51,44% dari total ketersediaan energi), 28,92
gram protein, dan 4,55 gram lemak dengan volume ketersediaan perkapita
sebesar 118,60 kg beras/tahun yang berasal dari produksi dalam negeri
sebesar 3.055 ton setara beras dan 29.300 ton berasal dari import.
Kontribusi komoditas lain seperti jagung sebesar 23,72
kalori/kapita/hari (1,03% dari total ketersediaan energi), protein 0,65
gram/kapita/hari dan lemak 0,26 gram/kapita/hari dengan volume
ketersediaan sebesar 4,71 kg/kapita/tahun. Jumlah tersebut dari produksi
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
25
dalam negeri sebesar 507 ton. Sedangkan tepung gandum mensuplai 124,30
Kkalori/kapita/hari 3,36 gram protein dan 0,37 gram lemak atau setara 13,62
kg/kapita/tahun, semua penyediaan berasal dari impor.
Tabel f. Ketersediaan Zat Gizi Perkapita untuk Kelompok Padi- Padian
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Tepung gandum 124,30 3,36 0,37
Gabah/Beras 1.179,52 28,92 4,55
Jagung pipilan 21,49 0,56 0,24
Jagung basah 2,23 0,07 0,02
Jumlah 1.327,54 32,91 5,18
2. Kelompok Makanan Berpati
Pasokan energi perkapita per hari yang berasal dari kelompok
makanan Berpati tahun 2009 sebesar 139,32 Kkalori (6,07 % dari total
ketersediaan), protein 0,54 gram dan lemak 0,21gram. Kontribusi terbesar
dari ubi kayu 46,41 Kkalori/kapita/hari dan 0,30 gram protein/kapita/hari
dengan jumlah ketersediaan dari makanan berpati 30,73 kg/kapita/tahun
yang berasal dari produksi sebesar 3,776 ton dan rasio ketergantungan
impor 0,11 %.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
26
Tabel g. Ketersediaan Zat Gizi Perkapita untuk Kelompok Makanan Berpati
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Ubi Jalar 13,37 0,13 0,04
Ubi Kayu 46,41 0,30 0,09
Sagu/Tepung Sagu 79,54 0,11 0,08
Jumlah 139,32 0,54 0,21
3. Kelompok Gula
Ketersediaan gula di Kabupaten Bangka pada tahun 2009 sebanyak
4.400 ton. Ketersediaan gula pasir seluruhnya di pasok impor (luar daerah)
sedangkan gula merah sebagian besar didatangkan dari luar daerah.
Ketersediaan gula pasir yang siap untuk dikonsumsi penduduk sebanyak
3.857 ton. Produksi gula merah di Kabupaten Bangka sebanyak 43 ton dan
sebanyak 500 ton dipasok dari luar daerah. Adapun ketersediaan zat gizi
kelompok makanan gula seperti pada tabel berikut :
Tabel h. Ketersediaan Zat Gizi Perkapita untuk Kelompok Makanan Gula
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Gula Pasir 150,11 0,00 0,00
Gula merah 21,69 0,06 0,21
Jumlah 171,81 0,06 0,21
Ketersediaan energi gula pasir untuk konsumsi perkapita cukup tinggi,
yaitu sebanyak 150,11 kalori/hari/kapita. Namun untuk zat gizi lain, yaitu
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
27
protein dan lemak hampir tidak ada. Sedangkan pada gula merah,
ketersediaan energi sebesar 21,69 Kkalori/hari, protein 0,06 gr/hari dan
lemak 0,21 gr/hari.
4. Kelompok Buah Biji Berminyak
Komoditas yang termasuk dalam kelompok ini adalah kacang tanah,
kedelai, kacang hijau dan kelapa. Total energi yang disumbangkan dari
kelompok ini pada tahun 2009 sebesar 89,80 Kkalori/kapita/hari atau 3,92 %
dari total ketersediaan. Suplai protein 7,13 gram/kapita/hari atau sebesar
9,50 % dari total ketersediaan.
Ketersediaan zat gizi perkapita/hari didominasi oleh komoditas kedelai
sebesar 40,89 kalori, 4,034 gram protein, kacang tanah 34,52 kalori dengan
1,93 gram protein dan kacang hijau 14, 38 kalori, 0,87 gram
protein/kapita/hari. Masing-masing dengan volume ketersediaan perkapita
pertahun 3,92 kg kedelai, 2,79 kg kacang tanah dan 1,56 kg kacang hijau.
Namun ketiga komoditas ini sebagian besar dari impor, dimana produksi
kacang tanah lepas kulit sebesar 145 ton, impor 600 ton, kedelai seluruhnya
1.050 ton dari impor dan kacang hijau 425 ton dari impor.
Kedelai biasanya dikonsumsi masyarakat Kabupaten Bangka dalam
bentuk olahannya seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai dan tauco.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
28
Produksi kelapa di Kabupaten Bangka dalam bentuk kelapa berkulit
sebanyak 4.147 ton. Dari jumlah tersebut kemudian diolah menjadi kopra
sebanyak 432 ton. Kopra tersebut kemudian diolah menjadi minyak goreng.
Ketersediaan energi, protein dan lemak untuk konsumsi perkapita jenis
bahan makanan kelompok buah/biji berminyak dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel i. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak untuk konsumsi Perkapita Kelompok Makanan Buah/Biji Berminyak
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Kacang Tanah 34,52 1,93 3,27
Kedelai 40,89 4,34 1,79
Kacang Hijau 14,38 0,87 0,08
Kelapa 0,00 0,00 0,00
Jumlah 89,80 7,13 5,14
5. Kelompok Buah-Buahan
Buah-buahan sebagai sumber vitamin mensuplai energi sebesar 65,14
kalori/kap/hari (2,84 % dari total ketersediaan). Pasokan terbesar berasal dari
komoditas pisang sebesar 29,46 kalori/kapita/hari atau sebesar 14,98
kg/kapita/tahun dan jeruk sebesar 10,79 kalori/kapita/hari atau sebesar 12,61
kg/kapita/tahun.
Produksi buah-buahan di Kabupaten Bangka pada tahun 2009
sebanyak 3.620 ton dan impor dari luar daerah sebanyak 10.897 ton. Impor
yang banyak dari komoditi pisang, jeruk dan mangga.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
29
Tabel j. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak untuk konsumsi Perkapita Kelompok Buah-buahan
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Alpokat 0,51 0.01 0.04
Jeruk 10,79 0.20 0.05
Duku 1,48 0.02 0.00
Durian 1,15 0.02 0.03
Jambu 0,24 0.00 0.00
Mangga 5,15 0,06 0.02
Nanas 0,04 0.00 0.00
Pepaya 1,26 0.01 0.00
Pisang 29,46 0.32 0.10
Rambutan 3,69 0.05 0.01
Salak 0,93 0.01 0.00
Sawo 0,40 0.00 0.00
Lainnya 10,06 012 0,08
Jumlah 65,14 0,82 0,33
6. Kelompok Sayur-Sayuran
Sama halnya dengan buah-buahan, peranan sayuran dalam
penyediaan energi juga masih rendah yaitu 2,01% dari total ketersediaan
energi atau 46,20 kalori/kapita/hari pada tahun 2009. Ketersediaan energi
buah-buahan ini di dominasi oleh komoditi cabe sebanyak 15,27
kalori/kapita/hari atau sebesar 6,37 kg/kapita/tahun dan kentang sebanyak
5,25 kalori/kapita/hari atau sebesar 3,68 kg/kapita/tahun.
Produksi berbagai jenis sayur-sayuran di Kabupaten Bangka sebanyak
8.025 ton. Selain produk lokal, beberapa jenis sayuran yang tidak diproduksi
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
30
di dalam daerah diimpor dari daerah luar seperti bawang merah, bawang
putih, kentang, kol, wortel, tomat, labu siam, lobak dan bawang daun. Total
sayuran impor yang masuk ke dalam Kabupaten Bangka sebanyak 6.050 ton.
Ada juga sayuran yang di ekspor ke luar Kabupaten Bangka selama tahun
2009 sebanyak 509 ton yang didominasi oleh sayuran cabe, timun, sawi dan
kangkung.
Tabel k. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak untuk konsumsi Perkapita Kelompok Sayuran
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Bawang Merah 3,16 0,12 0.02
Ketimun 0,65 0,02 0.02
Kacang Merah 0,00 0.00 0.00
Kacang Panjang 2,89 0.29 0.05
Kentang 5,25 0,18 0,02
Kol 1,74 0,10 0,01
Tomat 1,31 0.07 0.03
Wortel 2,47 0,07 0,04
Cabe 15,27 0,70 0,36
Terong 2,49 0,10 0,08
Petsai/sawi 0,73 0,07 0,02
Bawang Daun 0,08 0,00 0,00
Kangkung 2,06 0,25 0,05
Lobak 0,14 0,01 0,00
Labu Siam 0,17 0,01 0,00
Buncis 1,05 0,07 0,01
Bayam 0,20 0,01 0,01
Bawang putih 3,77 0,18 0,01
Sayuran lainnya 2,76 0,28 0,05
Jumlah 46,20 2,52 0,77
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
31
7. Kelompok Daging
Ketersediaan energi dari pangan hewani berasal dari daging, telur,
susu dan ikan. Daging merupakan pemasok energi kedua terbesar setelah
ikan. Pada tahun 2009 sebesar 56,40 kalori /kapita/hari (2,46 % dari total
ketersediaan energi) dan protein sebesar 3,58 gram/kapita/hari ( 4,77 % dari
total ketersediaan protein).
Kelompok pangan ini didominasi oleh ketersediaan daging ayam ras
sebesar 24,53 kalori/kapita/hari atau 2,96 kg/kapita/tahun, diikuti oleh daging
babi sebesar 13,83 kalori/kapita/hari atau 1,21 kg/kapita/tahun dan daging
sapi sebesar 19,75 kalori/kapita/hari atau sebesar 1,72 kg/kapita/tahun.
Sedangkan suplai protein perkapita perhari masing-masing 1,48 gram, 0.43
gram dan 0,89 gram. Untuk daging kerbau, domba dan kuda hampir tidak
ada karena tidak ada produksi didaerah maupun impor. Sedangkan untuk
penyediaan daging kambing relatif kecil karena dikonsumsi oleh masyarakat
pada hari-hari tertentu saja. Demikian pula penyediaan daging itik masih
relatif kecil, hal ini dipengaruhi oleh kultur masyarakat. Penyediaan daging
sapi sebagian besar pasokan dari luar daerah berupa sapi hidup, didaerah
lebih banyak usaha penggemukan. Sedangkan untuk daging ayam ras selain
dipenuhi produksi ada juga di datangkan dari luar daerah (impor), namun
juga ada yang diekspor.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
32
Tabel l. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak untuk konsumsi Perkapita Kelompok Daging
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Daging Sapi 9,75 0,89 0,66
Daging Kerbau 0,12 0,03 0,00
Daging Kambing 0,12 0,01 0,01
Daging Domba 0,00 0,00 0,00
Daging Kuda 0,00 0,00 0,00
Daging Babi 13,83 0,43 1,33
Daging Ayam Buras 3,91 0,24 0,32
Daging Ayam Ras 24,53 1,48 2,03
Daging Itik 0,06 0,00 0,01
Jeroan Semua Jenis 4,06 0,50 0,20
Jumlah 56,40 3,58 4,56
8. Kelompok Telur
Kelompok telur sebagai pangan hewani yang murah dan mudah
dijangkau pada tahun 2009 memasok energi sebesar 29,68 kalori/kapita/hari
( 1,29 % dari total ketersediaan), protein 2,20 gram/kapita/hari dan lemak
2,18 gram/kapita/hari. Dari jumlah tersebut 13,47 kalori berasal dari telur
ayam ras dengan volumen sebesar 3,67 kg/kapita/tahun.
Produksi telur di Kabupaten Bangka sebanyak 1.975 ton yang terdiri
dari telur ayam buras (ayam kampung) dan itik. Ketersediaan telur ayam ras
seluruhnya di Kabupaten Bangka dipasok dari luar daerah sebanyak 950 ton.
Sehingga ketersediaan telur untuk dikonsumsi penduduk sebanyak 7,08
Kg/kapita/tahun.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
33
Tabel m. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak untuk konsumsi Perkapita Kelompok Telur
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Telur Ayam Buras 4,09 0,27 0,32
Telur Ayam Ras 13,77 1,11 0,97
Telur Itik 11,82 0,82 0,89
Jumlah 29,68 2,20 2,18
9. Kelompok Susu
Di Kabupaten Bangka tidak ada produksi dan impor susu segar.
Namun ketersediaan susu di pasaran Kabupaten Bangka ada berupa susu
bubuk dan susu kaleng (kental manis) dengan jumlah impor sebesar 1.100
ton tahun 2009, dengan besar kontribusi energi 7,25 kalori/kapita/hari, protein
0,38 gram/kapita/hari dan lemak sebesar 0,42 gram/kapita/hari.
10. Kelompok Ikan
Salah satu sektor andalan Kabupaten Bangka adalah sektor
perikanan. Ikan tersebut terdiri dari ikan tangkapan (laut, sungai) dan ikan
budidaya. Total ketersediaan ikan siap dikonsumsi masyarakat di Kabupaten
Bangka pada tahun 2009 sebanyak 19.049 ton yang terdiri dari produksi
19.933 ton dan impor 639 ton. Namun ada juga ikan yang diekspor yaitu
sebesar 1.523 ton, lebih besar dari impor. Produksi ikan tertinggi adalah ikan
lainnya, tuna,/tongkol, tenggiri dan lemuru.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
34
Tahun 2009, total suplai energi per kapita produk perikanan sebesar
139,94 Kalori/hari (6,10% dari total ketersediaan energi) protein 24,89
gram/hari (33,16% dari ketersediaan protein) dan lemak 3,26 gram/hari
(6,99% dari ketersediaan lemak), dengan volume ketersediaan bahan
makanan berupa ikan sebesar 63,08 kg/tahun.
Ketersediaan energi, protein dan lemak didominasi dari ikan lainnya,
lemuru, tuna/tongkol, kembung, tenggiri dan kakap.
Tabel n. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak untuk konsumsi
Perkapita Kelompok Ikan
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Tuna/Cakalang/Tongkol 13,75 2,88 0,17
Kakap 3,94 0,86 0,03
Cucut 0,94 0,18 0,00
Bawal 2,72 0,41 0,11
Teri 0,00 0,00 0,00
Lemuru 14,93 2,67 0,40
Kembung 4,95 0,87 0,04
Tenggiri 4,70 0,84 0,13
Bandeng 0,00 0,00 0,00
Belanak 0,00 0,00 0,00
Mujair 0,00 0,00 0,00
Ikan Mas 0,00 0,00 0,00
Udang 0,43 0,10 0,00
Kepiting/rajungan 1,14 0,14 0,00
Kerang Darah 0,00 0,00 0,00
Cumi-cumi&sotong 3,01 0,65 0,03
Lainnya 89,44 15,30 2,35
Jumlah 139,94 24,89 3,26
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
35
11. Kelompok Minyak/Lemak
Kelompok ini terdiri dari minyak/lemak nabati dan hewani, tahun 2009
kontribusinya terhadap ketersediaan energi perkapita sebesar 219,83
kalori/hari (9,59% dari total ketersediaan energi). Minyak nabati mendominasi
ketersediaan tersebut yaitu 215,41 Kalori/kapita/hari, dan 89,01%
diantaranya berasal dari minyak goreng sawit (191,74 kalori/kapita/hari).
Sementara lemak hewani berasal dari produk daging yang
ketersediaanya pada tahun 2009 sekitar 4,42 Kalori/kapita/hari, berasal dari
lemak babi 71,27% (dari total lemak hewani), lemak sapi 2760% (dari total
lemak hewani).
Tabel o. Ketersediaan Energi, Protein dan Lemak untuk konsumsi Perkapita Kelompok Minyak dan Lemak
Komoditas
Ketersediaan Zat Gizi Perkapita
Energi
(kkal/hari)
Protein
(gr/hari)
Lemak
(gr/hari)
Minyak Goreng Kopra 23,68 0,03 2,67
Minyak Goreng Sawit 191,74 0,00 21,26
Lemak Sapi 1,22 0,00 0,13
Lemak Kerbau 0,04 0,00 0,00
Lemak Kambing 0,02 0,00 0,00
Lemak Babi 3,15 0,00 0,35
Jumlah 219,83 0,03 24,41
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
36
C. ULASAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN
Salah satu parameter sederhana untuk menilai keberhasilan
penyediaan pangan, tingkat diversifikasi/keanekaragaman pangan dan mutu
gizi pangan adalah dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH).
Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan
skor pangan (dietary score). Semakin tinggi skor mutu pangan, menunjukkan
situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan
mutunya.
Tujuan utama penyusunan PPH ketersediaan adalah untuk membuat
suatu rekomendasi pola kansumsi pangan yang dianjurkan yang terdiri dari
kombinasi anekaragaman pangan untuk memenuhi keseimbangan gizi
(nutritional balance), sesuai cita rasa (palatability), daya cerna (digestability),
daya terima masyarakat (acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli
masyarakat (affortability).
Adapun kegunaan PPH adalah untuk menilai ketersediaan dan
konsumsi pangan dalam jumlah dan komposisi/keragaman pangan serta
untuk perencanaan ketersediaan serta konsumsi pangan. Analisis PPH
Ketersediaan ini diperoleh dari hasil analisa NBM.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
37
Tabel p. Situasi Ketersediaan Pangan Berdasarkan PPH di Kabupaten Bangka Tahun 2008 dan 2009 Situasi PPH Tahun 2008
No Kelompok Pangan Energi
(kkal/kap/hari) %
Aktual %
AKE*) Bobot
Skor AKE
Skor maks
Skor PPH
1. Padi-padian 1.332 59,6 60,5 0,5 30,2 25,0 25
2. Umbi-umbian 141 6,3 6,4 0,5 3,2 2,5 2,5
3 Pangan Hewani 201 9,0 9,2 2,0 18,3 24,0 18,3
4. Minyak dan lemak 201 9,0 9,1 0,5 4,6 5,0 4,6
5. Buah/Biji Berminyak 1 0,1 0,1 0,5 0,0 1,0 0,0
6. Kacang-kacangan 82 3,7 3,7 2,0 7,5 10,0 7,5
7. Gula 171 7,6 7,8 0,5 3,9 2,5 2,5
8. Sayur dan Buah 105 4,7 4,8 5,0 23,9 30,0 23,9
9. Lain-lain 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL 2.293 100,0 104,2 95,8 100,0 84,3
Situasi PPH Tahun 2009
No Kelompok Pangan Energi
(kkal/kap/hari) %
Aktual %
AKE*) Bobot
Skor AKE
Skor maks
Skor PPH
1. Padi-padian 1.328 57,9 60,3 0,5 30,2 25,0 25
2. Umbi-umbian 145 6,3 6,6 0,5 3,3 2,5 2,5
3 Pangan Hewani 233 10,2 10,6 2,0 21,2 24,0 21,2
4. Minyak dan lemak 220 9,6 10 0,5 5,0 5,0 5
5. Buah/Biji Berminyak 0,0 0,0 0,0 0,5 0,0 1,0 0,0
6. Kacang-kacangan 90 3,9 4,1 2,0 8,2 10,0 8,2
7. Gula 172 7,5 7,8 0,5 3,9 2,5 2,5
8. Sayur dan Buah 106 4,6 4,8 5,0 24,1 30,0 24,1
9. Lain-lain 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
TOTAL 2.293 100,0 104,2 95,8 100,0 88,5
Keterangan :
*) Angka Kecukupan Energi (AKE) = 2.200 kkal/kap/hari.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
38
Berdasarkan tabel a di atas, diketahui bahwa jumlah ketersediaan
kalori di Kabupaten Bangka pada tahun 2009 sebesar 2.292,91
Kkalori/kapita/hari kemudian di bulatkan menjadi 2.293 Kkalori/kapita/hari.
Bila dibandingkan dengan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(WNPG) tahun 2004 bahwa angka kecukupan rata-rata pada tingkat
ketersediaan energi bagi masyarakat di Indonesia sebanyak 2.200
Kkalori/kapita/hari, maka persentase tingkat ketersediaan energi di
Kabupaten Bangka sebesar 104,2% (surplus). Berdasarkan klasifikasi
Tingkat Kecukupan Energi menurut Departemen Kesehatan Tahun 1996,
dapat dikategorikan bahwa Kondisi Ketersediaan energi Kabupaten
Bangka pada tahun 2009 termasuk dalam klasifikasi surplus/diatas AKG
atau tahan pangan.
Untuk mengetahui apakah ketersediaan pangan di Kabupaten Bangka
tersebut telah memenuhi kaidah Pola Pangan Harapan, dapat di ketahui dari
skor PPH. Dari analisa PPH pada (tabel p), dapat diketahui bahwa tingkat
keragaman ketersediaan pangan di Kabupaten Bangka sebesar 88,5 dari
total skor maksimum 100. Dengan demikian, komposisi keragaman
ketersediaan pangan di Kabupaten Bangka telah memenuhi sebesar
88,5 persen dari Pola Pangan Harapan yang telah ditetapkan. Bila
dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, maka PPH situasi PPH tahun 2009
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
39
ada penigkatan sebesar 4,2, berarti komposisi keragaman ketersediaan
pangan pada tahun 2009 semakin baik.
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
40
1. Penyediaan bahan makanan di Kabupaten Bangka tahun 2009 secara
keseluruhan sebagian diproduksi sendiri sebesar 39% dan dipasok dari
luar daerah (import) sebesar 61%.
2. Ketersediaan energi untuk konsumsi penduduk di Kabupaten
Bangka Tahun 2009 sebesar 2.292,91 Kkalori perkapita perhari,
ketersediaan protein 75,06 gram perkapita perhari dan lemak 46,65 gram
perkapita perhari.
3. Ketersediaan energi di Kabupaten Bangka pada tahun 2009 sebesar
2.293 Kkal/kap/hari, berarti di atas angka rata-rata ketersediaan energi
berdasarkan hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII
Tahun 2004 sebesar 2.200 Kkal/kapita/hari yaitu surplus 93 Kkalori
perkapita perhari.
4. Ketersediaan protein di Kabupaten Bangka Tahun 2009 di atas angka
rata-rata ketersediaan protein berdasarkan hasil WNPG VIII tahun 2004
sebesar 57 gram perkapita perhari yaitu surplus 18,06 gram perkapita
perhari.
BAB IV. KESIMPULAN
-
Neraca Bahan Makanan Kab.Bangka Tahun 2009
41
5. Kondisi keragaman pangan Kabupaten Bangka pada tahun 2009
berdasarkan analisa PPH beberapa kelompok pangan termasuk dalam
klasifikasi surplus antara lain: padi-padian, umbi-umbian, minyak dan
lemak dan gula. Adapun yang termasuk kualifikasi kurang adalah: pangan
hewani, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, sayur dan buah.
6. Komposisi keragaman ketersediaan pangan di Kabupaten Bangka telah
memenuhi sebesar 88,5% dari Pola Pangan Harapan (PPH) yang telah
ditetapkan. Hal ini perlu ditingkatkan dengan mengkonsumsi pangan yang
beragam seperti pangan hewani, buah/biji berminyak, kacang-kacangan,
sayuran dan buah-buahan.