no: ta.tl. 13140063/1108/pp/2017 laporan tugas akhir...

138
No: TA.TL. 13140063/1108/PP/2017 LAPORAN TUGAS AKHIR PENGOLAHAN AIR MINUM MENGGUNAKAN KOMBINASI TEKNOLOGI OZON DAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI STUDI KASUS : WADUK PENDIDIKAN DIPONEGORO, SEMARANG Disusun Oleh : CHYNTYA SYAFRIL 21080113140063 DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017

Upload: lynhu

Post on 19-Aug-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

No: TA.TL. 13140063/1108/PP/2017

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGOLAHAN AIR MINUM MENGGUNAKAN KOMBINASI

TEKNOLOGI OZON DAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI

STUDI KASUS : WADUK PENDIDIKAN DIPONEGORO, SEMARANG

Disusun Oleh :

CHYNTYA SYAFRIL

21080113140063

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

iii

HALAMAN PENGESAHAN

iv

HALAMAN PENGESAHAN

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

vii

viii

KATA PENGANTAR

ix

ABSTRAK

Waduk Pendidikan Diponegoro berpotensi sebagai pensuplai air bersih, namun

hingga saat ini belum ada instalasi pengolahan air waduk disekitarnya. Pengolahan air

waduk saat ini masih menggunakan teknologi konvensional yang membutuhkan lahan

besar. Sehingga perlu teknologi alternatif lain seperti teknologi membran. Teknologi

membran memiliki banyak keunggulan seperti compact, modular dan mudah dioperasikan.

Sayangnya, efisiensi kinerja membran dibatasi terjadinya fouling. Fouling adalah

penumpukan kontaminan di permukaan membran yang dapat menghambat proses jalannya

filtrasi. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk minimasi fouling yaitu dengan penerapan

pengolahan pendahuluan, seperti dengan teknologi ozon. Teknologi ozon dinilai mampu

mengurangi bobot molekul, sehingga beban filtrasi membran terkurangi. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kinerja teknologi ozon dan membran ultrafiltrasi dalam

menyisihkan parameter Warna, Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen

Demand (BOD), Total Suspended Solid (TSS) serta Kekeruhan. Penelitian ini mengkaji

pengaruh waktu kontak ozon (0, 5, 10, 15, 30) menit, perbedaan konsentrasi umpan dan

perbedaan jenis air umpan. Potassium Hexachloro Platinate (K2PtCl6) sebagai model zat

warna, Aluminium Silikat Hidrat (Al2O3.2SiO4.2H2O) sebagai model padatan terlarut, dan

Pottasium Hydrogen Pthtalate (C8H5KO4) sebagai model zat organik. Zat warna, padatan

terlarut dan zat organik dilarutkan ke dalam air suling. Kemudian, larutan umpan

dikontakan dengan ozon lalu dipompa melewati membran ultrafiltrasi. Hasil menunjukkan

bahwa waktu kontak ozon optimum pada menit ke 15. Hal ini dibuktikan dengan nilai fluks

dan penurunan pengolahan. Pada hasil pengujian variasi konsentrasi, umpan dengan

konsentrasi terendah menunjukkan penurunan tertinggi. Sedangkan, pada pengujian

perbedaan jenis air, umpan air asli memberikan hasil penurunan fluks tertinggi dan

penurunan terendah. Hal ini menunjukkan terbentuknya cake layer pada permukaan

membran. Penurunan tertinggi pada waktu kontak 15 menit dihasilkan untuk TSS tersisih

100%, warna tersisih sebanyak 95,31%, COD tersisih sebanyak 99,89%, BOD tersisih

sebanyak 99,89% dan Kekeruhan tersisih sebanyak 99,42%.

Kata Kunci : Air Permukaan, Membran Ultrafiltrasi, Ozonasi, Warna, COD, BOD, TSS,

Kekeruhan

x

ABSTRACT

Diponegoro’s education water reservoir has the potential being one of the source

of clean water but unfortunately there is no water treatment plant that use the potential of

this reservoir. Reservoir water treatment plant is currently using a conventional technology

that requires huge infrastructures and resources. Therefore, it has to be others advanced

technology that will save more spaces and resources such as membrane technology.

Membrane technology has many advantages such as for its compact, modular, and easy to

operate. Unfortunately, membrane performance efficiency is limited to fouling. Fouling is

the cumulation of contaminants on membrane surfaces that can inhibit the process of

filtration. In this research, fouling can be minimized by applying preliminary processing,

such as using ozone technology. This technology is capable of reducing the molecular

weight and as a result this technology can reduce the membrane filtration work load. This

study aims to analyze the performance of ozone technology and ultrafiltration membrane

to put aside parameter of Color, Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen

Demand (BOD), Total Suspended Solid (TSS), and Turbidity. Tthis study examined the

effect of ozone contact time (0, 5, 10, 15, 30) minute, difference of feed concentration, and

different types of water feed. Potassium Hexachloro Platinate (K2PtCl6) as a dye model,

Alumunium Silicate Hydrate (Al2O3.2SiO4.2H2O) as a soluble solid model, and Potassium

Hydrogen Pthalate (C8H5KO4) as a model of organic. Color, dissolved solids and organic

substance dissolved into distilled water. Then, the feeding solution was being contacted

with ozone (0, 5, 10, 15, 30) minutes and then pumped through the UF membrane. The

results showed that the optimum ozone contact time at minute 15. This is being proven by

the value of flux and rejection processing. In the test of concentration variation, the feed

with the lowest concentration showed the highest rejection. Meanwhile, on testing the

difference of water type, the original water feed gives the result of the decrease of the

highest flux and the lowest rejection. This showed the formation of cake layer on the

membrane surface. The highest rejection at 15 minute contact time was generated for TSS

as much as 100% marginalized, 95.31% left aside, 99.89% leftover COD, 99.89% leftover

BOD and 99.42% Opacity turbidity.

Keywords : Surface Water, Ultrafiltration Membrane, Ozonation, Color, COD, BOD, TSS,

Turbidity

xi

DAFTAR ISTILAH

Absorbansi : Banyaknya cahaya atau energi yang diserap oleh partikel-partikel

dalam larutan

Adsorpsi : Peristiwa menempelnya molekul, ion maupun atom pada

permukaan. Proses ini menghasilkan lapisan tipis absorbat (zat

yang dijerap pada permukaan adsorben (zat yang menjerap)

Absorpsi : Proses masuknya zat cair pada zat padat atau zat cair lain

Air permukaan : Semua sumber air yang berada di atas permukaan

Bobot molekul : Jumlah bobot dari atom-atom yang ditunjukkan dalam rumusnya.

Berat Molekul : berat suatu molekul dalam satuan massa atom. Berat molekul

dapat dihitung dengan menjumlahkan berat seluruh atom yang

menyusunnya. Biasa disebut Molecular Weight Cut Off (MWCO)

Cake layer : Lapisan fouling yang terjadi apabila diameter molekul

kontaminan yang dilewatkan pada membran lebih besar

dibandingkan diameter pori membran yang digunakan

Cross flow : Pola aliran melalui modul membran dimana fluida pada hulu

membran (larutan umpan) bergerak sejajar dengan permukaan

membran dan cairan di sisi lain membran (permeat) bergerak

menjauhi membran.

Fluks : Jumlah volume permeat yang menembus satuan luas membran

dalam waktu tertentu dengan adanya gaya dorong tekanan

Foulant : Kontaminan yang mengakibatkan fouling

Fouling : Deposisi padatan tersuspensi atau padatan terlarut (dapat berupa

makromolekul, koloid, partikel sangat halus) pada permukaan

membran, pada mulut atau di dalam pori-pori membran yang

mengakibatkan penurunan kinerja membran.

Hidrofilik : Hidrofilik Digunakan untuk menerangkan molekul atau gugus

molekul yang tertarik pada air dan pelarut polar lain

Hidrofobik : Hidrofobik digunakan untuk menerangkan molekul atau gugus

molekul yang tidak tertarik pada air.

Kompaksi : Bertujuan untuk mengurangi heterogenitas pori membran

Makromolekul : Molekul yang sangat besar

Membran : Lapisan tipis diantara dua fasa yang bersifat selektif

(semipermeable) dan berfungsi mengatur perpindahan komponen

pada dua kompartemen yang berdekatan tersebut.

Membran asimetrik : Membran yang memiliki struktur Polri berbeda sepanjang

ketebalan membran. Pada bagian atas dan bawah membran

mempunyai ukuran pori yang berbeda

Modul membran : Unit terkecil dimana membran dikemas dan utama dari instalasi

membran. Modul ini terdiri dari membran, rumah membran,

sistem pemipaan dan aksesoris lainnya

xii

Molekul : Sekelompok atom paling sedikit dua yang saling berikatan

dengan sangat kuat atau kovalen Dalam susunan tertentu dan

bermuatan Netral serta cukup stabil

Molecular weight

cut off (MWCO)

: Massa molekul suatu makromolekul yang di penurunan sekurang-

kurangnya 90% oleh membran. Digunakan untuk

mengkarakterisasi membran ultrafiltrasi.

Normalitas Fluks

Spesifik (Jw/Jo)

: Untuk mengetahui heterogenitas dan ketahanan membran.

Dihitung dengan cara merasiokan jumlah volume permeate

spesifik yang dihasilkan dalam proses filtrasi membran terhadap

nilai fluks membran

Panjang gelombang : Sebuah jarak antara satuan berulang dari sebuah pola gelombang

Partikel : Komponen yang tersuspensi dalam pelarut utama atau fase

kontinyu. Partikel dapat mencakup koloid, sel-sel sel fragmen,

virus, spora, endapan anorganik, debu, dan lain-lain

Permeabilitas : Suatu ukuran kecepatan dari suatu konstituen menembus

membran dihitung dengan cara nilai fluks dibagi dengan gaya

dorong yang diberikan

Permeat (filtrat,

produk)

: Komponen utama yang dapat melewati membran

Polarisasi

konsentrasi

: Fenomena akumulasi padatan tersuspensi atau padatan terlarut

pada permukaan membran sebagai akibat selektivitas membran

Prinsip Sieving

Mechanism

: Prinsip pemisahan dari proses membran dengan gaya dorong

tekanan

Recovery : Rasio laju alir volumetrik permeat dan laju alir volumetrik umpan

Rentetat/

konsentrat

: Aliran yang tidak melewati membran( ditolak oleh membran) dan

meninggalkan modul membran

Rock-fill dams : Bendungan yang tersusun dari bongkahan-bongkahan batu yang

saling mengunci dengan inti yang kedap air

Selektivitas : Ukuran kemampuan membran untuk menahan atau melewatkan

suatu senyawa tertentu

Trans Membrane

Pressure (TMP)

: Perbedaan tekanan Absolut dari sisi umpan

Tingkat penurunan : Kemampuan membran menyisihkan kontaminan

Ultrafiltrasi : Asas pemisahan suatu komponen dari larutannya menggunakan

membran dengan gaya dorong adalah beda tekanan. Ukuran pori

berkisar 2 sampai 100 nm. Biasanya digunakan untuk pemisahan

makromolekul

xiii

DAFTAR SINGKATAN

A : Absorbansi

BPS : Badan Pusat Statistik

BOD : Biochemical Oxygen Demand

COD : Chemical Oxygen Demand

eV : elektronvolt

J : Fluks

Jw/Jo : Nilai normalitas fluks

Kaolin : Aluminium Silikat Hidrat (Al2O3.2SiO4.2H2O)

kDa : Kilodalton

KHP : Pottasium Hydrogen Pthtalate (C8H5KO4)

KOK : kebutuhan oksigen kimiawi

kV : Kilovolt

Larutan induk : Potassium Hexachloro Platinate (K2PtCl6)

warna

Mer-C : Membrane Research Center

Mg/L : Miligram/Liter

MWCO : Molecular Weight Cut Off

nm : Nanometer

NTU : Nephelometer Turbidity unit

O2 : Oksigen

O3 : Ozon

PSf : Polysulfone

R : Rejeksi / Penurunan

TCU : Total Colour Unit atau satuan warna Platina-Cobalt

TDS : Total Dissolved Solid atau Total zat padat terlarut

Tg : Temperatur transisi gelas

TSS : Total Suspended Solid atau Total padatan tersuspensi

TMP : Trans Membrane Pressure

UF : Ultrafiltrasi

UNDIP : Universitas Diponegoro

UV-Vis : Ultraviolet Visual

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

ABSTRACT .............................................................................................................. x

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ I-1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ I-4 1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................... I-5

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................... I-5 1.5 Rumusan Tujuan ..................................................................................... I-5 1.6 Rumusan Manfaat ................................................................................... I-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Waduk ................................................................................................... II-1

2.1.1. Karakteristik Air Waduk ....................................................................... II-1

2.1.2. Parameter Air Waduk ........................................................................... II-1

2.2. Karakteristik Air Minum....................................................................... II-3 2.3. Teknologi Ozon .................................................................................... II-5 2.3.1. Ozon ...................................................................................................... II-5 2.3.2. Mekanisme Pembentukan Ozon ........................................................... II-5 2.4. Teknologi Membran.............................................................................. II-8

2.4.1. Teknologi Membran Ultrafiltrasi .......................................................... II-9 2.4.2. Membran Polysulfone (PSf) ............................................................... II-10 2.4.3. Karakteristisasi Membran ................................................................... II-12 2.5. Spektrofotometri UV-VIS ................................................................... II-17 2.6. Penelitian yang Relevan ...................................................................... II-17

2.7. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................... II-18

2.8. Hipotesis Penelitian ............................................................................ II-19

xv

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian Secara Operasional .................................................... III-1 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. III-2 3.3. Metode Penelitian ................................................................................ III-3

3.3.1. Metode Pengumpulan Data .................................................................. III-3 3.3.2. Prosedur dan Cara Kerja ...................................................................... III-5 3.3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel........................................................ III-5 3.3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... III-8 3.3.2.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................... III-9

3.3.2.4. Penarikan Kesimpulan ............................................................... III-15 3.4. Diagram Alir Penelitian ..................................................................... III-15

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Air Waduk Pendidikan Diponegoro ............................... IV-1 4.2. Pengaruh waktu kontak ozon terhadap parameter warna, COD, BOD,

TSS, dan kekeruhan pada teknologi ozon ...................................................... IV-3

4.3. Pengaruh waktu kontak ozon terhadap parameter Warna, COD, BOD,

TSS, dan Kekeruhan pada kombinasi Teknologi Ozon dan UF .................... IV-5

4.4. Pengaruh konsentrasi umpan terhadap kinerja proses integrasi Ozon dan

UF ............................................................................................................ IV-10

4.5. Pengaruh jenis umpan terhadap kinerja proses integrasi Ozon dan UF ......

............................................................................................................ IV-13

4.6. Menganalisis Total Coliform pada air Waduk Pendidikan Diponegoro .....

............................................................................................................ IV-17

4.7. Scanning Electron Microscopy (SEM) .............................................. IV-18 BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN ..................................................................................... V-1

5.2. SARAN ................................................................................................. V-2 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xiii

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Persyaratan Kualitas Air Minum........................................................ II-4

Tabel 2. 2 Spesifikasi Membran Polysulfone (PSf) .......................................... II-12

Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu ........................................................................ II-17

Tabel 3. 1 Tujuan Operasional Penelitian .......................................................... III-1

Tabel 3. 2 Metode Uji Pendahuluan ................................................................... III-3

Tabel 4. 1 Karakteristik Air Baku Waduk Pendidikan Diponegoro .................. IV-2

Tabel 4. 2 Konsentrasi Larutan Sebelum dan Setelah Kontak dengan Ozon ..... IV-4

Tabel 4. 3 Hasil Uji dan Tingkat Penurunan Permeat ........................................ IV-7

Tabel 4. 4 Tingkat Penurunan Umpan dengan Variasi Konsentrasi ................ IV-12

Tabel 4. 5 Tingkat Penurunan Umpan dengan Variasi Jenis Air Umpan ........ IV-16

Tabel 4. 6 Uji Total Koliform Pada Air Waduk............................................... IV-18

Tabel 4. 7 Ilustrasi terjadinya fouling .............................................................. IV-21

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Mekanisme Pembentukan Ozon ..................................................... II-6

Gambar 2. 2 Diagram Pembentukan Ozon Metode Korona (kiri) dan Metode UV

(kanan)................................................................................................................. II-6

Gambar 2. 3 Mekanisme Penghancuran Sel Bakteri Oleh Ozon ........................ II-7

Gambar 2. 4 Skema Proses Pemisahan Membran ............................................... II-8

Gambar 2. 5 Mekanisme Aliran Cross Flow .................................................... II-10

Gambar 2. 6 Skema Cara Kerja SEM ............................................................... II-14

Gambar 2. 7 Skema Cara Kerja FTIR ............................................................... II-15

Gambar 2. 8 Mekanisme Terjadinya Fouling .................................................. II-16

Gambar 2. 9 Kerangka Pikir Penelitian............................................................. II-19

Gambar 3. 1 Lokasi Waduk Pendidikan Diponegoro ........................................ III-2

Gambar 3. 2 Rangkaian alat kombinasi ozon dan membrane ............................ III-7

Gambar 3. 3 Diagram Alir Penelitian .............................................................. III-16

Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas Fluks Spesifik dengan Variasi Waktu Kontak

Ozon ................................................................................................................... IV-6

Gambar 4. 2 Perbandingan Hasil Uji Normalitas Fluks Air Waduk Sintetis .... IV-9

Gambar 4. 3 Nilai Normalisasi Fluks Spesifik dengan Pebedaan Konsentrasi ........

.......................................................................................................................... IV-11

Gambar 4. 4 Profil Fluks dengan Variasi Jenis Air Baku ................................ IV-14

Gambar 4. 5 Perbandingan Hasil Uji Normalitas Fluks Air Waduk Asli ....... IV-15

Gambar 4. 6 Hasil Analisa SEM Membran Ultrafiltrasi PSf 25 kDa dengan

perbesaran 10.000x a) Membran UF baru b) Membran hasil olah air waduk

sintetis tanpa kontak ozon (c) Membran hasil olah air waduk sintetis kontak ozon

15 menit (d) Membran hasil olah air waduk asli kontak ozon 15 menit .......... IV-19

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Lampiran 1. Contoh perhitungan Fluks ternormalisasi

Lampiran 2. Hasil Uji Karakteristik Air Baku Waduk Pendidikan Diponegoro

Lampiran 3. Hasil Uji Parameter Mikrobiologi pada Air Waduk Pendidikan oleh

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 4. Hasil Uji Parameter Fluorida dan Sianida pada Air Waduk

Pendidikan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 5. Hasil Uji Parameter Total Coliform pada Air Waduk Pendidikan oleh

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 6. Dokumentasi, Gambar Alat dan Bahan

Lampiran 7. Perhitungan Running

LAMPIRAN B

Lampiran 1. Form TA-01: Form Kelayakan Mengajukan Tugas Akhir

Lampiran 2. Form TA-02: Form Persetujuan Judul dan Permohonan Pembimbing

Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing Tugas Akhir

Lampiran 4. Surat Ijin Sampling

Lampiran 5. Daftar Hadir Seminar

Lampiran 6. Lembar Asistensi

Lampiran 7. Form TA-03: Form Persetujuan Seminar Proposal Tugas Akhir

Lampiran 8. Surat Tugas Seminar Proposal Tugas Akhir

Lampiran 9. Lembar Revisi Seminar Proposal

Lampiran 10. Lembar Asistensi

Lampiran 11. Form TA-04: Form Persetujuan Seminar Hasil Tugas Akhir

Lampiran 12. Surat Tugas Seminar Hasil

Lampiran 13. Form TA-05: Form Persetujuan Sidang Tugas Akhir

Lampiran 14. Form TA-06: Form Kelayakan Sidang Tugas Akhir

Lampiran 15. Transkrip Nilai

Lampiran 16. Surat Tugas Sidang Tugas Akhir

Lampiran 17. Lembar Revisi Sidang

Lampiran 18. Surat Permohonan Perpanjangan Tugas Akhir

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Semarang khususnya di wilayah Tembalang dan Banyumanik,

merupakan wilayah dengan tingkat pertumbuhan pemukiman, pedagangan/jasa dan

industri yang sangat pesat dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

Berdasarkan data statistik profil kependudukan Kota Semarang, wilayah Kecamatan

Tembalang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 3,69% dan Kecamatan

Banyumanik sebesar 0,84% per Tahun (BPS, 2016). Peningkatan penduduk

meningkatkan kebutuhan air bersih. Di sisi lain, kualitas air bersih dari tahun ke tahun

selalu menurun akibat kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci yang akan

menghasilkan limbah domestik dengan karakteristik tententu. Menurut The Economist

World Figures in Pocket 2016, pencapaian 100 persen akses air bersih baru diraih

negara Singapura dan Korea. Indonesia, hanya 84,9% penduduk yang mempunyai

akses terhadap air bersih (Hartono, 2016). Peningkatan konsentrasi pencemar air dapat

meningkatkan kehidupan organisme perairan, menurunkan derajat kesehatan

masyarakat dan penurunan kualitas perairan sehingga tidak sesuai dengan

peruntukkannya.

Waduk Pendidikan Diponegoro terletak dalam wilayah Kecamatan Tembalang

yang sekitarnya ditempati pemukiman dan kampus Universitas Diponegoro (UNDIP),

dengan sumber air dari Sungai Krengseng dan air hujan. Luas Daerah Tangkapan air

dari Waduk Pendidikan Diponegoro adalah 10,24 Km2 dan tipe Bendungan adalah

urugan batu inti kedap (rockfilldam). Waduk ini memiliki tinggi bendung 35 m dengan

volume tampungan pada muka air normal adalah 478.240 m3 (Ajie,2011). Manfaat

Waduk Pendidikan Diponegoro adalah untuk konservasi sumber daya air, pengisian

air tanah, waduk sarana pendidikan, rekreasi serta untuk konservasi lingkungan.

(Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Ajie (2011), menguji beberapa parameter air

pada aliran sungai (Sungai Krengseng) ke Waduk Pendidikan Diponegoro terdiri dari

parameter Suhu, TSS, warna, kekeruhan, pH, Flourida, Nitrit, Arsen, Sianida,

I-2

Khromium, Tembaga, Besi, Timbal, Mangan, Seng, Sulfat, Sulfida, Total Coliform,

BOD dan COD. Dimana hasil parameter kekeruhan, total coliform, BOD dan COD

masih melebihi baku mutu air minum dari Permenkes No. 492 Tahun 2010. Sedangkan

uji kualitas air oleh Departemen Pekerjaan Umum pada Tahun 2008 didapat parameter

kekeruhan, BOD dan COD yang melebihi baku mutu air kelas I PP No. 82 Tahun 2001.

Dampak yang ditimbulkan dari tingginya konsentrasi pencemar BOD, COD,

kekeruhan dan TSS dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di

perairan, yang dapat mengakibatkan kematian organisme akuatik (Huang, 2009).

Pengolahan air baku waduk dilakukan agar air tersebut dapat memenuhi

standar sebagai air minum. Faktor kualitas air baku sangat menentukan efisiensi

pengolahan (Hartono, 2016). Faktor-faktor kualitas air minum meliputi parameter

fisik, parameter kimiawi serta parameter biologis. Dikarenakan hal tersebut, air

memerlukan pengolahan agar layak sesuai kualitas air minum dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Penelitian terdahulu dalam pengolahan air minum dengan teknologi

konvensional memerlukan beberapa tahap pengolahan. Pengolahan yang telah

direncanakan dalam penelitian Ajie pada Tahun 2011 terdiri dari aerasi, pra-klorinasi,

koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Namun, pengolahan dengan

teknologi konvensional memiliki kelemahan yaitu membutuhkan luas lahan besar,

waktu yang lama dan biaya yang besar (Gao W et al, 2011).

Dengan adanya permasalahan diatas, diperlukan suatu teknologi agar didapat

sistem pengolahan air yang lebih efisien, oleh karena itu Teknologi Membran menjadi

pilihan karena menggunakan lahan yang kecil, tidak menggunakan bahan kimia dan

pengoperasian yang mudah (Gao W et al, 2011). Penggunaan teknologi membran

ultrafiltrasi menjadi salah satu alternatif sistem pengolahan air minum yang efektif.

Teknologi ini menggunakan metode pemisahan berdasarkan perbedaan ukuran (size

exclusion) (Baker, 2004). Penelitian oleh Wenten pada Tahun 2004 menyatakan

membran ultrafiltrasi (UF) memungkinkan diproduksinya air berkualitas tinggi (bebas

mikroba dan padatan tersuspensi). Dengan segala kelebihannya, pemanfaatan

I-3

teknologi membran ultrafiltrasi pada akhirnya diharapkan dapat memberikan

keuntungan baik dari segi ekonomi, teknik, maupun lingkungan. Disebabkan hal

tersebut, pengolahan air bersih menggunakan teknologi membran ultrafiltrasi menjadi

pilihan yang baik untuk mengolah air minum. Namun, efisiensi kinerja membran

dibatasi terjadinya fouling, yaitu deposisi padatan tersuspensi atau padatan terlarut

pada permukaan membran (Susanto,2011). Fouling menyebabkan operasi terhenti

sementara, sehingga secara berkala harus dilakukan backwash, hal ini dapat

memperpendek umur membran dan menaikan biaya operasional (Gutman,2010).

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk masalah ini dapat ditemukan dalam

literatur yaitu melakukan optimalisasi kondisi operasi dan atau penerapan pengolahan

pendahuluan (Huang et al, 2009). Diketahui kondisi operasi sangat mempengaruhi

kinerja membran karena dengan kombinasi variabel temperatur, tekanan dan laju alir

yang tepat dapat menurunkan peningkatan Treshold Transmembreane Pressure

(TMP) dan konsumsi energi (Rojas et al, 2016). Meskipun demikian, ketika kombinasi

kondisi operasi terbaik diterapkan, kelayakan proses dipertanyakan karena pemulihan

serapan (permeate recovery) berkurang juga. Akibatnya, pemilihan pengolahan

pendahuluan menjadi lebih realitis. Beberapa penelitian telah banyak

mengkombinasikan membran ultrafiltrasi dengan pengolahan pendahuluan seperti

dengan ozonasi, koagulasi, adsorpsi, dan pre-filtrasi. (Rojas et al, 2016).

Pengolahan pendahuluan dengan teknologi ozon dapat digunakan untuk proses

menghilangkan warna, inaktivasi bakteri dan menguraikan senyawa organik. Ozon

adalah oksidan kuat dan telah digunakan sebagai desinfektan dalam pengolahan air

selama lebih dari 100 tahun. Teknologi ozon menguraikan bakteri dengan cara

merusak dinding sel bakteri sekaligus membunuh bakterinya (Beltran, 2004).

Keunggulan dari teknologi ozon adalah tidak menimbulkan efek negatif karena

langsung dapat berubah menjadi oksigen (Suslow, 2004). Oleh karena itu, pengolahan

pendahuluan dengan teknologi ozon menjadi pilihan yang efisien dalam menyisihkan

senyawa organik dari air baku waduk.

Perlunya teknologi tepat guna dalam pengolahan air Waduk Pendidikan

Diponegoro menjadi sumber air minum. Bedasarkan hasil uji pendahuluan bahwa

kandungan TSS, BOD, COD, kekeruhan dan warna yang melebihi baku mutu air

I-4

minum. Maka dari itu, pengolahan air baku sintetis yang disesuaikan dengan

karakteristik air Waduk Pendidikan Diponegoro menggunakan kombinasi teknologi

ozon dan membran ultrafiltrasi dengan menggunakan variasi waktu kontak ozon (0, 5,

10, 15, 30) menit, variasi konsentrasi umpan (konsentrasi tinggi dan konsentrasi

rendah) dan variasi jenis air umpan (larutan air waduk sintetis dengan akuades, larutan

sintetis dengan air keran dan air asli). Dalam pengolahan air ini dilakukan

pengontrolan kondisi operasi pada pH 6-8 dan tekanan operasi 1 bar. Setelah diolah,

akan diuji konsentrasi permeat tiap parameter, penyederhanaan data fluks kedalam

grafik dan perhitungan tingkat penurunannya. Diharapkan kombinasi teknologi ozon

dan membran ultrafiltrasi dapat menyisihkan kandungan parameter wajib sama

baiknya dengan menyisihkan kandungan pencemar lainnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi permasalahan yang akan

dijadikan dasar penelitian, permasalahan tersebut antara lain:

1. Air baku Waduk Pendidikan Diponegoro berpotensi dijadikan air minum tetapi

memiliki kualitas jauh di atas baku mutu baik dari parameter Warna, Kekeruhan,

BOD, dan COD.

2. Pengolahan air minum dengan teknologi konvensional membutuhkan luas lahan

besar, waktu yang lama, dan biaya yang besar sehingga dinilai kurang efektif

diterapkan.

3. Teknologi membran ultrafiltrasi (UF) merupakan teknologi yang memungkinkan

untuk memproduksi air berkualitas tinggi (bebas mikroba dan padatan

tersuspensi) serta memberikan keuntungan baik dari segi ekonomi, teknik,

maupun lingkungan.

4. Efisiensi kinerja membran dibatasi dengan terbentuknya fouling sehingga

dibutuhkan proses pretreatment untuk menurunkan pembentukan fouling tersebut.

5. Teknologi ozon dinilai dapat digunakan sebagai proses pretreatment membran

karena merupakan oksidan yang kuat, dapat menghilangkan warna, inaktivasi

bakteri, menguraikan senyawa organik, serta tidak menimbulkan efek negatif

karena langsung dapat berubah menjadi oksigen

I-5

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah mengetahui karakteristik air

baku Waduk Pendidikan Diponegoro saat ini dan mengetahui efektifitas pengolahan

menggunakan kombinasi teknologi ozon dan membran ultrafiltrasi.

1.4 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat dari penelitian ini dapat diuraikan dengan

pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apa sajakah parameter air baku Waduk Pendidikan Diponegoro yang belum

memenuhi parameter wajib baku mutu air minum sesuai dengan Permenkes No.

492/MENKES/PER/IV/2010?

2. Bagaimana kinerja teknologi ozon sehingga dapat menghasilkan air dengan

kualitas air minum sesuai dengan Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010?

3. Bagaimana kinerja pengolahan air permukaan menjadi air minum dengan

kombinasi teknologi ozon dan membran ultrafiltrasi dari nilai fluks dan tingkat

penurunannya?

1.5 Rumusan Tujuan

Dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan tujuan dari

penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis karakteristik air Waduk Pendidikan Diponegoro

2. Menganalisis pengaruh waktu kontak ozon terhadap parameter Warna, COD,

BOD, TSS, Kekeruhan pada Teknologi Ozon

3. Menganalisis pengaruh waktu kontak ozon terhadap parameter Warna, COD,

BOD, TSS, Kekeruhan pada kombinasi Teknologi Ozon dan UF

4. Menganalisis pengaruh konsentrasi umpan terhadap kinerja proses integrasi

Ozon dan UF

5. Menganalisis pengaruh jenis air umpan terhadap kinerja proses integrasi Ozon

dan UF

6. Menganalisis Total Coliform pada air Waduk Pendidikan Diponegoro

7. Menganalisis morfologi membran baik sebelum dan setelah digunakan untuk

filtrasi serta dengan kontak ozon atau tanpa kontak ozon

I-6

1.6 Rumusan Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sistem pengolahan air

minum dengan menggunakan teknologi membran.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Memberikan masukan pengetahuan bagi lembaga pendidikan mengenai

pengolahan air minum dengan menggunakan teknologi membran.

3. Bagi pemerintah

Dapat menjadi rekomendasi alternatif pengolahan air minum dengan teknologi

yang jauh lebih modern, yaitu menggunakan teknologi membran.

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Waduk

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI

Nomor 27 Tahun 2015 tentang bendungan di pasal 1 menyebutkan bahwa waduk

merupakan wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.

Dimana bendungan adalah bangunan berupa urugan tanah, urugan batu dan beton,

yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun

untuk menahan dan menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.

2.1.1. Karakteristik Air Waduk

Waduk Pendidikan Diponegoro memiliki fungsi sebagai waduk tadah hujan,

tampungan air limbah domestik karena berlokasi di sekitar permukiman. Sehingga

air waduk masuk dalam karakteristik air limbah domestik yang bersifat basa, namun

air limbah yang sudah lama atau membusuk akan bersifat asam karena kandungan

bahan organiknya telah mengalami proses dekomposisi yang dapat menimbulkan

bau. Parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah domestik yaitu

kandungan zat padat (total suspended solid), kandungan organik (BOD, COD),

kandungan zat anorganik (misalnya P, Pb, Cd, Mg), kandungan gas (misalnya O2,

N, CO2), kandungan bakteri seperti Total coliform, e.coli, pH, warna dan suhu.

Bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen terutama terdiri dari bahan-bahan

organik dan beberapa bahan anorganik. Pertumbuhan mikroorganisme terutama

bakteri diakibatkan tingginya kandungan organik dalam limbah, baik yang berasal

dari bahan nabati maupun hewani (Zanacic, 2016).

2.1.2. Parameter Air Waduk

1. Total Coliform

Total Coliform adalah golongan bakteri yang merupakan campuran antara

bakteri fekal dan bakteri non fekal. Prinsip penentuan angka bakteri coliform adalah

II-2

bahwa adanya pertumbuhan bakteri coliform yang ditandai dengan terbentuknya

gas pada tabung Durham, setelah diinkubasikan pada media yang sesuai (Harmita

dalam Bambang, 2014). Total coliform pada sampel air minum mengindikasikan

air tercemar oleh bakteri patogen yang menyebabkan diare. (Suriawiria dalam Afif,

2015)

2. Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi (KOK)

adalah jumlah (mg) oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasikan zat organik

dalam keadaan asam dan panas dengan menggunakan oksidator kuat, K2Cr2O7

selama 2 jam pada suhu 150OC. sehingga segala macam bahan organik, baik yang

mudah terurai maupun yang kompleks, akan teroksidasi (SNI 06-6989.15,2004).

3. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk beberap

reaksi biokimia yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi

sel. Sehingga Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan konsumsi (mg)

oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat organik secara biokimiawi dalam

1 liter air selama inkubasi 5 x 24 jam pada suhu 20OC, konsumsi oksigen dapat

diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan

setelah inkubasi. (SNI 6989.72, 2009).

4. Warna

Warna pada air dapat disebabkan karena adanya bahan organik dan bahan

anorganik, karena keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam (misalnya besi

dan mangan). Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan,

keberadaan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau

kehitaman.Warna dibedakan menjadi warna sejati dan warna semu. Warna organik

terlarut disebut warna sejati, sedangkan air mengandung kekeruhan atau bahan

tersuspensi maka warna tersebut dikatakan warna semu (Laksono, 2012).

5. Kekeruhan

Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya koloid, zat organik, lumpur

dan benda terapung yang tidak mengendap. Tingkat kekeruhan air diketahui melalui

II-3

pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter. Untuk standar air bersih

ditetapkan oleh Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, yaitu kekeruhan

yang dianjurkan maksimum 5 NTU.

6. Total Padatan Tersuspensi (TSS)

Total padatan tersuspensi adalah bahan tersuspensi (diameter >1 mikrometer)

yang tertahan pada saringan berdiameter pori 0,45 mikrometer. Zat padat

tersuspensi adalah semua zat padat (Pasir, lumpur, tanah liat) atau partikel di dalam

air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton,

bakteri, fungi ataupun komponen mati (abiotik) seperti partikel-partikel anorganik.

Pengamatan terhadap sebaran TSS sering dilakukan untuk mengetahui kualitas air

di suatu perairan, karena nilai TSS tinggi menunjukkan tingginya tingkat

pencemaran dan menghambat penetrasi cahaya masuk kedalam air sehingga

mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis dari biota air (Wenten, 2004)

2.2. Karakteristik Air Minum

Karakteristik air minum adalah standar air yang harus memenuhi standar

kualitas air minum ditetapkan dengan pertimbangan bahwa air minum mempunyai

peranan penting dalam mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan

Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010, Kualitas air minum harus memenuhi

persyaratan kualitas fisik, kimia, mikrobiologis.

Secara Fisik air minum harus tidak berwarna, bening dan jernih untuk

alasan estetika dan kesehatan. Secara Kimia berdasarkan standar kualitas air

minum terdapat ± 70 parameter yang diperbolehkan ada dalam air minum. Unsur-

unsur tersebut tidak dikehendaki kehadirannya dalam air minum dengan

pertimbangan merupakan zat kimia yang bersifat racun. Secara Mikrobiologis

kandungan bakteri coli dan total coliform dalam air minum harus nol. Parameter

mikrobiologis menunjukkan keberadaan bakteri e coli maupun bakteri coliform

bersifat patogen dan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan apabila

dikonsumsi (Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010). Berikut ini akan

dijelaskan baku mutu air minum pada Tabel 2.1.

II-4

Tabel 2. 1

Persyaratan Kualitas Air Minum

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang

diperbolehkan 1

Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1) E.Coli Jumlah per 100

ml sampel 0

2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100

ml sampel 0

b. Kimia an-organik

1) Arsen mg/l 0,01

2) Fluorida mg/l 1,5

3) Total Kromium mg/l 0,05

4) Kadmium mg/l 0,003

5) Nitrit (Sebagai NO2-) mg/l 3

6) Nitrat (Sebagai NO3-) mg/l 50

7) Sianida mg/l 0,07

8) Selenium mg/l 0,01 2

Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

1) Bau Tidak berbau

2) Warna TCU 15

3) Total zat padat terlarut mg/l 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak berasa

6) Suhu °C suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1) Aluminium mg/l 0,2

2) Besi mg/l 0,3

3) Kesadahan mg/l 500

4) Khlorida mg/l 250

5) Mangan mg/l 0,4

6) pH 6,5-8,5

7) Seng mg/l 3

8) Sulfat mg/l 250

9) Tembaga mg/l 2

10) Amonia mg/l 1,5

Sumber: Lampiran Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010

II-5

2.3. Teknologi Ozon

2.3.1. Ozon

Ozon merupakan disinfektan dan oksidan yang kuat yang terdiri dari tiga

molekul oksigen, biasanya digunakan oleh industri untuk proses menghilangkan

warna, menghilangkan bau, membunuh bakteri, serta menguraikan senyawa

organik. Hal ini dapat terjadi karena adanya ion-ion radikal hasil degradasi ozon

dalam air. Konsentrasi ozon pada rentang 0,3 mg/L sampai dengan 1,0 mg/L dapat

digunakan untuk membunuh E.coli, Vibrio, Salmonella, Pseudomonas dan

Staphylococcus serta dapat digunakan untuk membunuh virus. Teknologi ozon

menguraikan bakteri dengan cara merusak dinding sel bakteri sekaligus membunuh

bakterinya (Beltran, 2004).

Ozon merupakan gas yang berbai pedas, tajam, tidak enak seperti bahan

pemutih klor. Di dalam air ozon dapat teroksidasi, reaksi oksidasi akan terjadi

ketika di air memiliki kandungan zat besi atau mangan yang terlarut di dalam air.

Sehingga akan bereaksi dengan ozon membentuk oksida besi atau oksida mangan

yang tidak larut di dalam air, sehingga warna air berubah menjadi kecoklatan atau

kadang-kadang terbentuk endapan yang berwarna coklat kehitaman (Said,2007).

2.3.2. Mekanisme Pembentukan Ozon

Untuk menghasilkan ozon, molekul oksigen diatomik pertama-tama harus

dipecah. Oksigen radikal bebas yang dihasilkan bebas bereaksi dengan oksigen

diatomik lainnya untuk membentuk molekul ozon triatomik. Namun, untuk

memecahkan ikatan O-O, dibutuhkan banyak energi (Kogelschatz, 1988). Sehingga

ada dua metode yang dapat digunakan yaitu metode UV dan metode pelepasan

korona. Pada proses disinfeksi, molekul ozon akan hancur dan menjadi oksigen

kembali (Goncalves, 2009). Hal ini ditunjukkan pada reaksi dan gambar 2.1 berikut

ini.

O2 + hv O + O

O + O2 O3

O3 + hv O + O2 (2-1)

II-6

Gambar 2. 1

Mekanisme Pembentukan Ozon

Sumber : Onken, 2013

Metode UV didasarkan pada konversi oksigen pada molekul ozon dengan

lampu sinar ultraviolet. Ozon terbentuk setelah periode tertentu, terdegradasi secara

spontan dalam oksigen (Ozone Solution, 2007). Keuntungan mekanisme pembuatan

ozon dengan metode UV diantaranya adalah konstruksi yang sederhana, biaya yang

lebih rendah dari metode pembuatan ozon dengan korona, tidak dipengaruhi

kelembaban, tidak ada produk sampingan seperti metode korona masih

menghasilkan oksigen dalam produksinya. Metode Korona dilakukan dengan

melewatkan gas oksigen (O2) pada daerah yang dikenai tegangan tinggi. Ada dua

elektroda, salah satunya adalah elektroda tegangan tinggi dan elektroda tegangan

rendah. Ketika elektron memiliki energi kinetik yang cukup (sekitar 6-7 eV) (Guzel,

2004) yang ditunjukkan seperti ditunjukkan Gambar 2.2

Gambar 2. 2

Diagram Pembentukan Ozon Metode Korona (kiri) dan Metode UV

(kanan)

Sumber : www.ozonesolutions.com, 2012

II-7

2.3.3. Mekanisme Disinfeksi Menggunakan Ozon

Mekanisme penghancuran dinding sel bakteri oleh ozon dijelaskan pada

gambar 2.3.

Gambar 2. 3

Mekanisme Penghancuran Sel Bakteri Oleh Ozon

Sumber: Leusink, 2010

Keterangan:

1. Komputer menangkap gambar sel bakteri

2. Molekul ozon mendekati dinding sel bakteri penetrasi

3. Penetrasi dan pembentukan lubang pada dinding sel bakteri oleh ozon

4. Efek ozon pada dinding sel dan terdekomposisi mengakibatkan sel tidak

aktif kembali

5. Sel bakteri setelah berkontak dengan sedikit molekul ozon

6. Penghancuran sel oleh ozon, menghancurkan dinding sel dan RNA dari

bakteri atau virus mengakibatkan kematian sel

Dalam media cair, ozon menghasilkan radikal bebas yang menginaktivasi

mikroorganisme berupa hidrogen peroksidan (HO2) dan hidroksil (OH-). HO2 dan

OH- radikal adalah senyawa oksidan yang dapat mengoksidasi senyawa organik

dan bakteri. Ozon mempengaruhi permeabilitas, aktivitas enzim dan DNA dari sel

bakteri (Kogelschatz, 1988). Residu guanine dan thymine merupakan sasaran dari

ozon. Pengolahan ozon menyebabkan konversi circular plasmid DNA tertutup

(ccDNA) e. coli menjadi circular DNA terbuka (ocDNA) (Said, 2007). Secara

umum diyakini bahwa bakteri hancur karena oksidasi protoplasma yang

menyebabkan disintegrasi dinding sel (lisis) (Kogelschatz, 1988). Kombinasi

teknologi ozon pada membran dapat meningkatkan kemampuan permeabilitas

membran dan meningkatkan kualitas permeat. Dimana terjadi penguraian bakteri

II-8

sehingga terjadi penurunan fouling dan peningkatan kualitas permeat yang akan

ditunjukkan peningkatan permeabilitas atau fluks (Zhang et al, 2013).

Laju alir ozon, waktu kontak ozon, kemurnian air dan pH air sangat

mempengaruhi laju pelarutan ozon. PH air keran mengandung bahan organik yang

mengkonsumsi ozon, sehingga laju pelarutannya menurun. Adanya mineral dalam

air juga dapat mengkatalisis komposisi ozon. Oleh karena itu, kelarutan ozon

meningkat saat kemurnian air meningkat (Khadre, 2001). Senyawa ozon akan

terlarut didalam air setelah 15 menit dari waktu ozonisasi. Reaksi akan berlangsung

cepat selama ozonisasi berlangsung, hal ini akan mempercepat proses degradasi

kontaminan (Beltran, 2004).

2.4.Teknologi Membran

Membran merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat selektif

(semipermeable) yang menghalangi unsur-unsur dengan ukuran tertentu untuk

melewatinya disebut dengan prinsip mekanisme pengayakan (Scott et al, 1992).

Aliran masuk yang akan melewati membran disebut sebagai umpan (feed). Aliran

yang melewati membran semipermiabel disebut dengan produk (permeate).

Sedangkan, larutan yang mengandung komponen material tertahan disebut sebagai

konsentrat (retentate).

Gambar 2. 4

Skema Proses Pemisahan Membran

Sumber: www.uni-heidelberg.de

Keunggulan pengolahan teknologi membran dibandingkan dengan

pengolahan secara konvensional antara lain tidak membutuhkan bahan kimia

tambahan (aditif), konsumsi energi yang rendah, beroperasi isotermal pada

II-9

terperatur kamar. Proses pemisahan pada membran merupakan perpindahan materi

secara selektif yang disebabkan oleh gaya dorong yang berhubungan dengan

parameter penentu antara 2 media yang dipisahkan seperti perbedaan potensial

listrik (∆E), gradien tekanan (∆P), gradien konsentrasi (∆C) dan gradien temperatur

(∆T) (Mulder, 1996).

Untuk memisahkan partikel polutan air minum dari larutannya sering

digunakan Membran Ultrafiltrasi dan Mikrofiltrasi. Mekanisme pemisahan

(mekanisme pengayakan) berlangsung di permukaan membran (surface filtration)

dan di dalam membran (depth filtration). Filtrasi permukaan terjadi jika permukaan

memiliki pori-pori yang lebih kecil dibandingkan dengan ukuran partikel yang akan

dipisahkan, sehingga partikel akan menumpuk dan terakumulasi pada permukaan

membran (surface filtration). Filtrasi permukaan memiliki struktur permukaan

mikropori yang lebih halus dan struktur lapisan penyangga yang lebih terbuka

disebut sifat anisotropik dimana sangat sering terjadi dalam proses membran

ultrafiltrasi. Sedangkan, Depth Filtration terjadi jika pori-pori membran pada

bagian interior mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan ukuran partikel

(penyempiran ukuran pori) dan permukaan membran mempunyai ukuran pori yang

relatif besar. Struktur pori yang serupa atau isotropik berlaku pada depth filter

dimana memiliki rata-rata diameter pori sebesar 10 kali diameter partikel terkecil

yang mampu melewati membran yang lebih banyak terjadi pada mikrofiltrasi

(Susanto, 2011).

2.4.1. Teknologi Membran Ultrafiltrasi

Teknologi membran Ultrafiltrasi (UF) merupakan proses pemisahan

menggunakan gaya dorong beda tekanan sangat dipengaruhi oleh ukuran dan

distribusi pori membran dengan ukuran pori 0,05µm-1nm, beroperasi pada tekanan

1-10 bar, berbentuk asimetris yang bertujuan untuk meningkatkan selektivitas dan

produktivitas (Susanto,2011). Membran ultrafiltrasi digunakan untuk

menghilangkan zat terlarut dengan bobot molekul tinggi, koloid-koloid halus,

II-10

mikroba, serta makromolekul terlarut seperti protein dan polisakarida (Malleviale,

1996).

Prinsip kinerja dari membran ultrafiltrasi adalah mekanisme pengayakan

dan charge exclusion. Dimana terjadi perbedaan antara ukuran pori dan partikel

pada umpan sehingga partikel tersisihkan dalam mekanisme pengayakan.

Sedangkan terjadi pernyisihan berdasar muatan yang dipengaruhi oleh konsentrasi

ion dalam larutan disebut charge exclusion (Susanto,2011). Keunggulan membran

ultrafiltrasi dibandingkan dengan pengolahan secara konvensional dalam

pengolahan air minum antara lain yaitu memerlukan energi yang lebih rendah untuk

operasi dan pemeliharaan, desain dan konstruksi untuk sistem dengan skala kecil,

modular (lapisan-lapisan yang jumlah dan kapasitasnya dapat disesuaikan dengan

kebutuhan) sehingga mudah di scale up dan tidak butuh kondisi ekstrim (temperatur

dan pH) (Wenten, 1996).

Dalam aplikasinya menggunakan aliran cross flow. Dimana aliran cross

flow ultrafiltrasi memiliki aliran umpan yang bergerak sejajar dengan permukaan

membran dan permeat keluar tegak lurus dengan arah aliran umpan. Aliran secara

cross flow dapat memfasilitasi perputaran kembali konsentrat dalam umpan dan

mencampurkan kembali sebagai umpan baru, seperti pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 5

Mekanisme Aliran Cross Flow sumber: microelectronics.com, 2012

2.4.2. Membran Polysulfone (PSf)

Polysulfone (PSf) cenderung bersifat hidrofobuk sehingga permeabilitasnya

dalam air tidak terlalu baik yang menyebabkan membran ini mudah berpotensi

terjadinya fouling akibat absorbsi foulant yang menutupi permukaan membran

II-11

(Rahmawati,2013). Dimana PSf merupakan salah satu jenis polimer yang banyak

digunakan dalam teknologi membran karena memiliki kestabilan kimia dan termal

yang cukup baik (Susanto,2011). Karakteristik-karakteristik yang dimiliki dari jenis

membran PSf menurut Susanto (2011) adalah sebagai berikut :

a. Hidrofilisitas

PSf memiliki sifat hidrofobik, ditandai dengan adanya gugus aromatik dalam

struktur kimia polimernya. Sifat hidrofobik yang dimiliki membran

menyebabkan membran dapat berinteraksi lebih kuar dengan komponen-

komponen dalam umpan selain dengan air

b. Stabilitas kimia PSf relatif baik terhadap hidrokarbon alifatik, hidrokarbon

terhalogenasi, alkohol dan asam

c. Stabilitas termal

PSf mempunyai stabilitas termal yang tinggi sehingga dapat dioperasikan

secara kontinu dibawah 100oC

d. Toleransi pH

Membran PSf mempunya toleransi pH yang luas dan dapat dioperasikan pada

kisaran pH 2-13

e. Daya lekat PSf termasuk kategori yang baik dan mudah dibuat menjadi

membran dengan berbagai konfigurasi geometri

f. PSf dapat dibuat menjadi membran dengan fluks yang cukup tinggi

g. Ketahanan terhadap klorin

PSf memiliki ketahanan yang relatif bagus terhadap klorin sehingga dapat

meminimalisir kerusakan polimer ataupun kerusakan pori membran

II-12

Tabel 2. 2

Spesifikasi Membran Polysulfone (PSf)

Karakteristik Polysulfone (PSf)

Struktur Polimer

Nama Produk Danish Separation System GR 60 PP

MWCO 20 kDa

pH 1-13

Tekanan 1-10 bar

Temperatur 0-75oC

Sumber : Alva Laval, 2015

2.4.3. Karakteristisasi Membran

1. Permeabilitas

Permeabilitas merupakan ukuran kecepatan dari suatu spesi atau konstituen

menembus membran. Secara kuantitas disebut Fluks atau koefisien permeabilitas,

dimana jumlah volume permeat yang menembus satuan luas membran dalam

waktu tertentu dengan adanya gaya dorong dalam hal ini berupa tekanan.

Dirumuskan seperti 2-2 (Mulder, 1996)

𝐽 =𝑉

𝐴 ×𝑡 (2-2)

Keterangan:

J = Fluks (L/m2.jam)

V = Volume permeat (mL)

A = Luas permukaan membran (m2)

t = Waktu (Jam)

Berdasarkan persamaan 2-2, nilai J (fluks) berbanding terbalik dengan nilai t

(waktu operasi) sehingga ketika terjadi peningkatan waktu filtrasi maka fluks atau

kecepatan filtrasi membran akan mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan

grafik pengaruh waktu operasi terhadap penurunan relatif fluks (Mulder ,1996).

II-13

𝑃𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐽

𝑃𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 (2-3)

Keterangan :

J = Fluks permeate (L/m2.jam)

P = Tekanan Operasi (Kg/cm2)

2. Selektivitas

Selektivitas dalam suatu membran adalah ukuran kemampuan membran untuk

menahan suatu senyawa tertentu. Parameter yang digunakan untuk mengetahui

selektivitas membran adalah koefisien penurunan (R). Koefisien penurunan adalah

fraksi konsentrasi zat terlarut yang tidak menembus membran dan dirumuskan

sebagai:

𝑅 = 1 − 𝐶𝑝

𝐶𝑓 × 100% (2-4)

Dengan:

R = Koefisien penurunan (%)

Cp = Konsentrasi zat terlarut dalam permeat

Cf = Konsentrasi zat terlarut dalam umpan (Mulder,1996)

3. Scanning Electron Microscope (SEM)

Scanning Electron Microscope (SEM) adalah salah satu teknik berbasis

mikroskop elektron untuk melihat morfologi dan struktur membran secara visual

(permukaan dan penampang melintang). Batasan resolusi dari SEM berkisar 0,01

µm (10 nm). Dengan perkembangan teknologi, nilai resolusi dapat ditingkatkan

mencapai 5 nm. SEM juga dapat mengetahui distribusi pori, geometri pori, ukuran

pori dan porositas pada permukaan (Susanto, 2011).

Prinsip kerja SEM dimulai dengan berkas elektron primer dengan energi

kinetik 1-25 kV mengenai sampel membran. Setelah mengenai membran elektron

tersebut direfleksikan atau dipancarkan. Elektron yang direfleksikan ini disebut

dengan elektron sekunder yang akan muncul dan menentukan image yang teramati

pada layar micrograph pada alat SEM (Mulder, 1996).

II-14

Gambar 2. 6

Skema Cara Kerja SEM

Sumber: Mulder,1996

4. Fourier Transform Infrared (FTIR)

Analisis FTIR merupakan salah satu jenis karakterisasi yang digunakan untuk

mendeteksi adanya suatu gugus fungsi pada membran. Spektroskopi FTIR

merupakan spektroskopi inframerah yang dilengkapi dengan transformasi Fourier

untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya. Spektrum inframerah tersebut

dihasilkan dari pentrasmisian cahaya yang melewati sampel. Spektrum inframerah

yang diperoleh kemudian diplot sebagai intensitas fungsi energi, panjang

gelombang (µm) atau bilangan gelombang (cm-1). Analisis gugus fungsi suatu

sampel dilakukan dengan membandingkan pita absorbsi yang terbentuk pada

spektrum infra merah menggunakan tabel korelasi dan menggunakan spektrum

senyawa pembanding yang sudah diketahui (Anam et al., 2007).

Karakteristik penyerapan panjang gelombang menurut Tahid, 1994

diantaranya adalah:

a. Spesifik untuk atom yang termasuk dalam ikatan tertentu (CH, CO, CN ..)

b. Tergantung pada sifat ikatan (single, double, triple bound) antara dua atom,

misalnya C - O dan C = O adalah hal yang berbeda.

c. Tergantung pada ikatan yang ada di seluruh Kompleks (misalnya untuk

getaran C = O terletak di Kisaran 1700- 1600 cm-1, termasuk juga kelompok

fungsional yaitu asam karboksilat, keton, aldehida dan Amida).

II-15

Gambar 2. 7

Skema Cara Kerja FTIR

Sumber: Publikasi ITB

5. Normalitas Fluks Spesifik (J/Jo)

Normalitas fluks spesifik adalah suatu fungsi untuk menghitung jumlah

volume permeate spesifik yang dihasilkan dalam proses filtrasi membran dengan

cara merasiokan terhadap nilai fluks membran (US EPA,2006) yang dirumuskan

𝐽𝑠𝑡𝑑 = 𝐽𝑠𝑚

𝐽𝑠𝑚0 (2-5)

Keterangan:

Jstd = Normalitas fluks spesifik

Jsm = Fluks membran spesifik dengan larutan umpan (L/m2.jam)

Jsm0 = Fluks membran baru spesifik dengan umpan air destilasi

(L/m2.jam)

6. Fouling

Fouling merupakan interaksi spesifik antara membran dengan komponen umpan

sehingga menurunkan fluks. Karakteristik fouling diantaranya adalah hidrophobicity,

hidrophilicity, dan distribusi berat molekular. Karakteristik yang paling berpengaruh

terhadap fouling adalah hidrophilicity (Chen et al, 2007). Selain itu fouling

menyebabkan peningkatkan biaya operasi dan berisiko mengganti membran. Fouling

ditandai dengan kenaikan Trans Menbran Pressure (TMP) yang diukur dengan

Pressure gauge (Nghiem et al, 2005). Berikut adalah mekanisme terbentuknya

fouling pada membran:

1. Pore Narrowing, pengurangan ukuran pori membran terjadi ketika zat terlarut

atau partikel teradsorpsi pada permukaan membran yang mengakibatkan

II-16

penyempitan pori membran dan dalam waktu panjang dapat menyumbat pori

membran (d < dp).

2. Pore Blocking, Penyumbatan pori membran yang diakibatkan Zat terlarut

atau partikel menutup permukaan membran sehingga tidak ada celah untuk

cairan masuk melewati pori membran. (d = dp)

3. Deposit, terbentuk lapisan pada permukaan membran karena partikel-partikel

terdeposisi (cake resistance)

4. Lapisan Gel, terjadi polarisasi konsentrasi yang membentuk lapisan gel diatas

permukaan membran. (d > dp)

Gambar 2. 8

Mekanisme Terjadinya Fouling

Sumber : Radjenovic, 2008

Beberapa cara untuk mengurangi terjadinya fouling menurut Susanto (2011):

a. Pre-treatment

Pre-treatment yaitu pengolahan pendahuluan yang membantu mengurangi

kekeruhan atau padatan tersuspensi, mengurangi kecenderungan terbentuknya

kerak dan menghilangkan zat organik lainnya.

b. Memodifikasi membran

Memodifikasi membran ditujukan untuk menghindari peristiwa adsorpsi

yang tidak diinginkan pada permukaan membran. Dua pendekatan untuk

memodifikasi membran yaitu pemberian muatan dan hidrofilisasi membran.

c. Pembersihan membran

Metode pembersihan membran menurut Susanto (2011):

1) Pembersihan secara fisik

2) Pembersihan secara hidrofilik termasuk didalamnya adalah back-

flushing, penekanan, pengurangan tekanan dan merubah arah aliran

3) Pembersihan secara kimia

d < dp d = dp

II-17

Bahan kimia yang dapat digunakan antara lain asam kuat (H3PO4), asam

lemah (asam sitrat), desinfektan (H2O2) dan lain-lain. Konsentrasi bahan

kimia dan waktu pencucian sangat penting dalam menangani fouling

2.5. Spektrofotometri UV-VIS

Spektrofotometri UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur

serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektromagnetik dengan

molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah UV-Vis. Daerah spektrum

secara garis besarnya dibagi dalam (Susanti,2010):

1. Daerah ultraviolet jauh : 100 nm – 190 nm

2. Daerah ultraviolet dekat : 190 nm – 380 nm

3. Daerah cahaya tampak : 380 nm -780 nm

Prinsip dari spektrofotometri UV-Vis adalah mengukur jumlah cahaya yang

diabsorbsi atau ditransmisikan oleh molekul-molekul di dalam larutan. Ketika

panjang gelombang cahaya ditransmisikan melalui larutan, sebagian energi cahaya

tersebut akan diserap (diabsorbsi). Besarnya kemampuan molekul-molekul zat

terlarut untuk mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu dikenal

dengan istilah absorbansi (A) yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut

dan panjang berkas cahaya yang dilalui ke suatu point dimana presentase jumlah

cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi diukur dengan phototube

(Susanti,2010). Persamaan konsentrasi yang digunakan apabila sampel terukur :

𝑋 =𝑌−𝑏

𝑎 (2-6)

Keterangan,

Y = absorbansi a = konstanta

X = konsentrasi b = kemiringan/slope

2.6. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dari penelitian-penelitian terdahulu dirangkum

dalam Tabel 2.3.

Tabel 2. 3

Penelitian Terdahulu

II-18

No Nama

Peneliti Tahun Judul Hasil

1

Fátima

Rojas-

Serrano

2016

Comparative study of

in-line coagulation

and/or ozonization

pre-treatment for

drinking-water

production with

spiral-wound

ultrafiltration

membranes

Dari studi didapatkan performance membran

ultrafiltrasi berpotensial dalam mengolah air

menjadi air minum. Tetapi membran sebaiknya

dikombinasi dengan pretrreatment.

Pretreatment seperti ozonisasi atau koagulasi-

flokulasi menyajikan performance yang lebih

baik dan dapat mengimprovisasi hasil. Efisiensi

dari proses kombinasi ini dipengaruhi oleh

ketersediaan ozon terlarut dan akses ozon ke

permukaan membran.

2

Xiaojiang

Fan

2014

Performance of an

integrated process

combining ozonation

with ceramic

membrane ultra-

filtration for

advanced treatment

of drinking water

Proses pengolahan hybrid dengan kombinasi

koagulasi, ozonisasi, dan membran ultrafiltrasi

menyatakan bahwa kombinasi tersebut dapat

menghasilkan kualitas air terbaik sekalipun

adanya mikro polutan pada air. Variasi

kontaminan dapat disisihkan secara efektif.

Integrasi ozonisasi dan membran dapat

menyisihkan berbagai kontaminan. Penyisihan

kontaminan meningkat seiring peningkatan

dosis ozon, sehingga terjadi peningkatan

kualitas air.

3

Xiaoxiang

Cheng

2016

Effects of pre-

ozonation on the

ultrafiltration of

different NOM

fractions

Efek ozonisasi pada fluks membran dan kualitas

air diselidiki dalam pretreatment ozon.

Pengaruh ozonisasi pada fluks membran

bergantung pada kualitas umpan serta dosis

ozon. Penurunan ketahanan terhadap residu

disebabkan oleh peningkatan ukuran partikel

dan peningkatan ketahanan fouling disebabkan

oleh karakteristik mikroba pada air baku.

Ozonisasi mampu menurunkan jumlah mikroba

dengan mengubah bentuk struktur komunitas

mikroba yang berpotensi meningkatkan

kemungkinan fouling.

4 J.C.

Mierzwa 2008

Direct drinking water

treatment by spiral

wound UF

production from

surface water

Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi

proses ozon dan membran (UF) cocok untuk

pengolahan air permukaan dibandingkan

dengan filtrasi konvensional. Dihasilkan

pengolahan air dengan fouling yang rendah.

Proses ini mengolah air baku yang berasal dari

sungai menjadi air yang sesuai dengan

peraturan air minum di Brazil.

2.7. Kerangka Pikir Penelitian

Air Waduk Pendidikan Diponegoro

Pencarian penelitian terdahulu

Uji karakterisasi air

(uji pendahuluan)

II-19

Gambar 2. 9

Kerangka Pikir Penelitian

2.8. Hipotesis Penelitian

Membran ultrafiltrasi digunakan untuk menghilangkan zat terlarut dengan

bobot molekul tinggi, koloid-koloid halus, mikroba, serta makromolekul terlarut

seperti protein dan polisakarida (Malleviale, 1996). Maka disusun hipotesis

penelitian berjudul “Pengolahan Air Minum Menggunakan Teknologi Ozon dan

Membran Ultrafiltrasi; Studi Kasus: Waduk Diponegoro Semarang” adalah

kombinasi ozon dan teknologi membran mampu menyisihkan parameter fisika,

kimia dan mikrobiologi pada parameter wajib yang masih melebihi baku mutu air

minum dari air Waduk Diponegoro.

III-1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian Secara Operasional

Tujuan penelitian ini digunakan untuk mempermudah penyampaian tujuan

penelitian. Tujuan operasional ini menjelaskan secara lengkap tujuan penelitian dan

membimbing langkah selajutnya. Tujuan operasional dari penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1

Tujuan Operasional Penelitian

Tujuan Operasional

Menganalisis Karakteristik air Waduk Pendidikan Diponegoro

Menganalisis Pengaruh waktu kontak ozon terhadap parameter Warna, COD,

BOD, TSS, Kekeruhan pada Teknologi Ozon

Menganalisis Pengaruh waktu kontak ozon terhadap parameter Warna, COD,

BOD, TSS, Kekeruhan pada kombinasi Teknologi Ozon dan UF

Menganalisis Pengaruh konsentrasi umpan terhadap kinerja proses integrasi

ozon dan UF

Menganalisis Pengaruh jenis air umpan terhadap kinerja proses integrasi ozon

dan UF

Menganalisis total coliform pada air waduk

Menganalisis morfologi membran baik sebelum dan setelah digunakan untuk

filtrasi serta dengan kontak ozon atau tanpa kontak ozon

Variabel

Penelitian

Variabel Bebas Variasi waktu kontak injeksi ozon (0, 5, 10, 15

menit) Variabel Terikat Konsentrasi permeat hasil pengolahan Variabel

Kontrol Tekanan ozon (1 atm) dan flowrate ozon (1 L/menit)

Jenis Data yang Digunakan Data Primer dan Data Sekunder

Metode Pengujian dan analisa di reaktor ozon, Laboratorium

serta Studi Pustaka

Sumber Data Pengujian dan analisa di reaktor ozon, Laboratorium

serta Literatur Jurnal, Tugas Akhir, Buku, dll

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel bebas

III-2

pada penelitian ini adalah variasi waktu kontak ozon masing-masing (0, 5, 10,

15 menit).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah

konsentrasi permeat pada hasil pengolahan teknologi ozon dan membran

ultrafiltrasi.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang digunakan sebagai kontrol, dimana

parameter ini harus dikontrol agar sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah Suhu yang digunakan untuk

membran ultrafiltrasi adalah (25-27)oC (Zhao et al, 2011), pH (6-8), tekanan (1

bar), Waktu kontak ozon 15 menit (Beltran, 2004) dan flowrate ozon (1

L/menit) (Kyu-Earn et al, 2006). serta untuk jenis membran yang digunakan

adalah membran ultrafiltrasi.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan, yaitu bulan Maret–

Juni 2017. Penelitian dilakukan di 3 lokasi berbeda yang dibagi atas pengambilan

sampel di Waduk Pendidikan Diponegoro, uji menggunakan teknologi ozon dan

membran di Laboratorium Membrane Research Center UPT Laboratorium

Terpadu, Sedangkan lokasi uji kualitas air dan pembuatan air baku sintetis di

Laboratorium Lingkungan Kampus Teknik Lingkungan Undip Semarang Jalan

Prof. H. Soedarto SH, Tembalang.

Gambar 3. 1

Lokasi Waduk Pendidikan Diponegoro

Sumber: Google earth, 2017

III-3

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data-data primer yang dibutuhkan yaitu data hasil analisis laboratorium untuk

karakteristik sampel air waduk, data observasi pada proses pengolahan air, data

dokumentasi penelitian. Data observasi diketahui dengan pengamatan langsung

terhadap proses pengolahan untuk mengetahui penurunan konsentrasi polutan

dalam air. Sedangkan data dokumentasi diambil dari metode pengamatan dengan

cara mendokumentasikan penelitian dari awal hingga akhir sebagai bukti

penelitian. Data uji pendahuluan telah didapatkan dan diujikan sesuai dengan SNI

6989 Tahun 2009 dengan judul Air dan Air limbah. Metode uji pendahuluan

dijelaskan dalam tabel 3.2.

Tabel 3. 2

Metode Uji Pendahuluan

No. Parameter Acuan Metode Uji

1. Total

Kromium

SNI

6989.17:2009

Metode ini untuk menentukan kandungan krom total dengan

alat spektrofotometer serapan atom-nyala (SSA) untuk

konsentrasi 0,2 -10mg/l dengan panjang gelombang 357,9

nm

2. Cadmium SNI

6989.16:2009

Metode ini untuk menentukan kandungan logam cadmium

dengan alat spektrofotometer serapan atom-nyala (SSA)

untuk konsentrasi 0,05-2 mg/l dengan panjang gelombang

228,9 nm

3. Nitrit SNI 06-6989.11-

2004

Metode ini menggunakan indikator larutan sulfanilamida dan

larutan NEDA kemudian di spektrofotometri

4. Nitrat SNI

06.2480:1991

Metode ini menggunakan indikator HCl 1M kemudian

larutan di spektrofotometri pada panjang gelombang 410nm

5. Warna SNI 6989.80-

2011

Cara uji dilakukan dengan spektrofotometri (pengukuran true

colors) berdasarkan Hukum Beers

6. Kekeruhan SNI 06-6989.25-

2005

SNI 06-6989.25-2005 Cara uji ini dilakukan dengan alat

turbidimeter

III-4

No. Parameter Acuan Metode Uji

7. Besi SNI

6989.4:2009

Metode ini digunakan untuk penentuan logam besi (Fe) total

dan terlarut dalam air dan air limbah secara spektrofotometri

serapan atom-nyala (SSA) pada kisaran kadar Fe 0,3 mg/L

sampai dengan 10 mg/L dengan panjang gelombang 248,3

nm.

8. Kesadahan SNI 06-6989.12-

2004

Metode ini menggunakan indikator pH 10, KCN 10%, EBT

dan larutan EDTA 1/28 N

9. Khlorida SNI

6989.19:2009

Metode pegujian kadar khlorida didalam air menggunakan

indikator HNO3pekat, K2CrO4, ZnO dan larutan AgNO3

Kemudian dihitung dengan perhitungan kurva kalibrasi

10. Mangan SNI

6989.5:2009

Cara uji kandungan logam mangan dalam air menggunakan

spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA) untuk

konsentrasi 0,1 – 10 mg/l mangan degan panjang gelombang

279,5 nm

11. pH SNI 06-6989.11-

2004 Cara menguji derajat keasaman (pH) mengunakan pHmeter

12. Seng SNI

6989.7:2009

Metode uji parameter logam seng (Zn) menggunakan

spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA) pada kisaran

kadar Zn 0,05 – 2,0 mg/l dengan panjang gelombang 213,9

nm

13. Sulfat SNI 6989.20:

2009

Cara uji parameter Sulfat dilakukan dengan indikator larutan

salt acid dan kristal BaCl2 Kemudian di turbidimetri dengan

tebal kuvet 2,5 – 10 cm untuk kadar sulfat sebanyak 1-40

mg/l

14. Tembaga SNI

6989.6:2009

Metode uji kandungan logam tembaga (Cu) dalam air sampel

dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom-nyala

(SSA) pada kirasan kadar Cu 0,2-10 mg/l dengan panjang

gelombang 324,7 nm

15. Ammonia SNI 19-7119.1-

2005

Cara uji ammonia menggunakan indikator larutan nessler dan

garam seignette kemudian larutan uji di spektrofotometri

dengan panjang gelombang 420nm

III-5

No. Parameter Acuan Metode Uji

16. COD SNI 6989.2:

2009

zat organik melalui tes COD ini dalam keadaan asam dalam

1 liter air dalam keadaan asam dengan menggunakan

oksidator K2Cr2O7 selama 2 jam pada suhu 150OC.

17. BOD SNI 6989.72:

2009

Pengujian dilakukan untuk mengetahui mg oksigen yang

dibutuhkan untuk menguraikan zat organik secara

biokimiawi dalam 1 liter air selama pengeraman 5 x 24 jam

pada suhu 20OC.

18. TSS SNI 06-6989.27:

2005

Cara uji TSS dengan menyaring sampel pada kertas saring

kemudian wadah kertas saring dan kertas saring dioven pada

suhu 105oC dan kemudian diukut beratnya

2. Data Sekunder

Data-data sekunder yang dibutuhkan yaitu literatur-literatur berupa buku

pedoman, baku mutu Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum, PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, data nilai Fluks dan Penurunan,

laporan Tugas Akhir terdahulu, dan jurnal–jurnal penelitian terdahulu.

3.3.2. Prosedur dan Cara Kerja

3.3.2.1. Teknik Pengambilan Sampel

A. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan adalah:

Alat :

1. Satu Unit Alat filtrasi ozon

2. pH meter (Merck, Germany)

3. TDS meter dari HM Digital USA

4. Water Grab Sampling

5. Flowmeter (Alat pengukur debit air)

6. Jerigen

7. Kertas saring dengan diameter 0,45 mikron

8. Botol kaca untuk pengujian parameter mikrobiologi

III-6

9. Peralatan gelas laboratorium untuk uji laboratorium

10. Neraca analitik

11. Magnetic Stirer (IKA WERKE, China) sebagai pengaduk Larutan

12. Oven, Desikator, COD reaktor, BOD inkubator, Turbidimeter tipe Mircro

TPW2000

13. Spektrofotometer (Genesys 10S UV-Vis, Thermo Scientific USA) dengan

ketelitian 0,001 untuk alat analisis kualitas air

14. Scanning Electron Microscopy / SEM (JOEL tipe JSM-6701F,Jepang)

15. Fourier Transform-Infrared Spectroscopy/ FTIR (Perkin Elmer Spectrum

Version 10.4.00, United Kingdom)

Bahan :

1. Larutan Air Baku sintetis:

- Pottasium Hydrogen Pthtalate atau KHP (C8H5KO4) (Merck,

Germany) untuk parameter COD dan BOD

- Potassium Hexachloro Platinate atau larutan induk warna (K2PtCl6)

(Merck, Germany) untuk membuat parameter Warna

- Aluminium Silikat Hidrat atau Kaolin (Al2O3.2SiO4.2H2O) (Merck,

Germany) untuk parameter TSS dan kekeruhan

2. Aquadest dari Laboratorium Mer-C (Membrane Research Center)

3. Gas Ozon

4. Modul Membran Ultrafiltrasi GR 60 PP Polysulfone 25 kDa (Danish

Separation System, AS)

5. Membran Mikrofiltrasi TM 200 DuraPES Membrana untuk pembersihan

unit alat filtrasi membran dan ozon

B. Rangkaian Alat

Rangkaian alat yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya digambarkan pada Gambar 3.2. Munggaran (2015)

III-7

Gambar 3. 2

Rangkaian alat kombinasi ozon dan membrane

(a) wadah umpan, (b) pompa membran, (c) pressure gate, (d) modul

membran, (e) penampung permeat, (f) compressor, (g) ozon

generator, (h) ozon flow meter.

Sumber : Mungaran, 2015

Keterangan pompa membran:

Pompa DENG YUAN–Diaphragm dengan spesifikasi

a. Nominal Flow Rate : 0,6 LPM

b. Max Inlete Pressure : 80 PSfi

c. Voltage : 24 VDC

C. Metode Pengambilan Sampel

Sampling air permukaan diambil pada Waduk Pendidikan Diponegoro,

Semarang. Berikut adalah langkah pengambilan air baku berdasarkan SNI

6989.57:2008 tentang Metoda Pengambilan Contoh Air Permukaan:

1. Menentukan lokasi sampling dan menyiapkan seluruh peralatan untuk

sampling air permukaan

2. Seluruh alat dikalibrasi terlebih dahulu

3. Bersihkan alat penampung air (Jerigen) dengan air permukaan sebanyak tiga

kali dan membersihkan mulut jerigen agar air sampel terhindar dari

kontaminan

4. Mengambil air permukaan sebanyak 5 L dengan water grab sampling dan

hindarkan terjadinya turbulensi serta gelembung udara selama pengambilan

5. Memasukkan air sesuai wadah peruntukan analisis (botol kaca dan jerigen)

III-8

6. Melakukan segera pengujian suhu, kekeruhan dan pH yang dapat berubah

secara cepat dan tidak dapat diawetkan dengan alat TDS meter dan pH meter

7. Melakukan pendataan koordinat titik pengambilan air

8. Pengaweran untuk sampel secara fisika dilakukan dengan pendingiann pada

suhu 4oC atau dengan menambahkan es batu pada cooling box sedangkan

pengawetan secara kimia dilakukan dengan penambahan H2SO4 pekat (untuk

COD) kedalam jerigen sampai pH<2

9. Contoh air siap untuk dianalisis.

3.3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah teknik pengumpulan data penelitian dengan melakukan

Prosedur pengujian fluks membran ultrafiltrasi dengan kombinasi ozon. Ozone

dihasilkan dari oksigen yang dialirkan pada lampu ultraviolet yang dikombinasikan

dengan Electronic Ballasts for UV lamPSf seri PW 5-425-40 produksi X-Troy.

1. Mencetak membran menggunakan alat pencetak membran diameter 4,2 cm.

2. Merendam membran yang sudah dicetak dalam akuades selama 30 menit untuk

menghilangkan kontaminan yang menempel pada permukaan membran.

3. Menyalakan Ozon generator dengan menarik tuas ozon, setelah ozon terisi

penuh, mematikannya

4. Melakukan kompaksi membran menggunakan unit membran selama 30 menit

dengan tekanan 1,5 bar yang bertujuan untuk menstabilkan struktur pori

membran dengan akuades.

5. Menginjeksikan ozon pada wadah umpan sesuai variasi waktu kontak yang

diinginkan dengan cara menggeser tuas berwarna merah dan mengatur flowrate

ozonnya, kemudian mematikannya

6. Menurunkan tekanan ke tekanan operasi (UF = 1,5 bar) untuk melakukan

pengukuran fluks awal (Jo) menggunakan umpan akuades pada menit ke-10

dengan cara menampung permeat pada wadah kosong yang sudah diketahui

bobotnya selama 2 menit. Setelah selesai, alat dimatikan dan akuades diganti

dengan umpan yang akan diuji

III-9

7. Memasukkan sampel uji ke wadah umpan, tutup dengan rapat. Kemudian

sambungkan saluran ozon kedalam wadah umpan

8. Menyalakan kompresor ozonizer, kemudian mengatur flowrate sebesar 1,0

L/menit selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit dalam waktu yang berbeda-

beda terhadap variasi umpan.

9. Mematikan flowrate matter, Melakukan filtrasi dengan cara mengalirkan

larutan sampel selama 3 jam.

10. Pengujian fluks (J) dilakukan dengan menampung dan menimbang permeat

setiap 10 menit sekali dengan menggunakan wadah yang sudah diketahui bobot

kosongnya selama 1-2 menit.

11. Membuat grafik profil fluks ternormalisasi (J/Jo) terhadap waktu untuk

mengetahui fenomena perubahan fluks yang terjadi selama filtrasi.

12. Melakukan uji kualitas air parameter tertentu dari permeat akhir yang

diperoleh.

3.3.2.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

A. Teknik Pengolahan Data

1. Teknik Pengujian Kualitas Air

1) Warna

Pengujian Warna secara spektrofotometri sesuai dengan SNI 6989.80:2011.

Berikut adalah langkah-langkah pengujian warna:

a. Menganalisa contoh uji dilakukan sebelum 24 jam, bila tidak contoh uji

disimpan pada suhu 4oC ± 2oC selama maksimal 48 jam

b. Mengkondisikan contoh uji sampai suhu kamar

c. Mengatur pH contoh uji hingga 7 dengan menambahkan HCL atau NaOH

d. Mencuci kertas saring berpori 0,45 µm dan penyaring dengan melewatkan

sekurang-kurangnya 50 mL air bebas mineral

e. Menyaring contoh uji, buang 25 mL filtrat pertamanya, tampung kira-kira 50

mL filtrat selanjutnya

f. Contoh uji siap diukur dengan alat spektrofotometri dengan serapan 465 nm

III-10

g. Mencatat hasil, plotkan terhadap unit Pt-Co dan buat kurva kalibrasi serta

tentukan persamaan garis lurusnya

h. Cara menghitung parameter warna

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑂𝐷 =𝑌 (𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖)−𝑏

𝑎 (3-1)

Keterangan,

a = titik potong garis regresi dengan sumbu Y pada kurva kalibrasi

b = kemiringan/slope pada kurva kalibrasi

i. Melakukan hal yang sama untuk pengujian duplo

2) COD

Pengujian COD sesuai dengan SNI 06-6989.3-2004 ‘Cara Uji Kebutuhan

Oksigen Kimiawi (KOK) dengan Refluks Tertutup secara Spektrofotometri’.

Berikut adalah langkah-langkah pengujian COD :

a. Menyaring sampel dengan kertas saring 0,45 mikron

b. Memipet 2,5 ml sampel ke dalam tabung reaksi

c. Menambahkan 1,5 ml larutan low digestion solution COD dan 3,5 ml larutan

pereaksi H2SO4 ke dalam tabung reaksi

d. Menutup tabung dan mengocok perlahan hingga homogen

e. Memasukkan tabung ke dalam COD reaktor yang diatur pada suhu 105oC

selama 2 jam

f. Mendinginkan tabung reaksi pada beker glass yang diberi air suling. Jika perlu,

saat pendinginan tutup rabung dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas

g. Menunggu suspensi mengendap dan memastikan bagian yang akna diukur

benar-benar jernih

h. Mengukur sampel pada panjang gelombang yang telah ditentukan yaitu 420

nm untuk konsentrasi COD<90 mg/L

i. Melakukan hal yang sama untuk pengujian duplo

j. Menghitung kadar COD menggunakan kurva kalibrasi

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑂𝐷 =𝑌 (𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖)−𝑏

𝑎 (3-2)

Keterangan,

a = titik potong garis regresi dengan sumbu Y pada kurva kalibrasi

III-11

b = kemiringan/slope pada kurva kalibrasi

3) BOD

a. Menyiapkan 2 buah botol DO, tandai masing-masing botol dengan notasi

A1,A2

b. Memasukkan larutan contoh uji ke dalam masing-masing botol DO, sampai

meluap, kemudian tutup masing-masing botol secara hati-hati untuk

menghindari terbentuknya gelembung udara

c. Melakukan pengocokan beberapa kali, kemudian tambahkan air bebas mineral

pada sekitar mulut botol DO yang telah ditutup

d. Menyimpan botol A2 kedalam lemari inkubator 20oC ± 1oC selama 5 hari

e. Melakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol A1

dengan metoda titrasi secara iodometri (modifikasi Azida) sesuai SNI 06-

6989.14-2004. Hasil pengukuran merupakan nilai oksigen terlarut nol hari

(A1). Pengukuran oksigen terlarut pada nol hari harus dilakukan paling lama

30 menit setelah pengenceran

f. Mengulangi poin e untuk botol A2 yang telah diinkubasi 5 hari±6 jam. Hasil

pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari (A2)

g. Melakukan pengerjaan butir 1 sampai f untuk penetapan blanko dengan

menggunakan larutan pengencer tanpa contoh uji. Hasil pengukuran yang

diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (B1) dan nilai oksigen

terlarut 5 hari (B2)

(3-3)

Keterangan:

BOD5 = Nilai BOD5 contoh uji (mg/L)

A1 = Kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi (0 hari, mg/L)

A2 = Kadar oksigen terlarut contoh uji setelah inkubasi (5 hari, mg/L)

B1 = Kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari, mg/L)

B2 = Kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi (5 hari, mg/L)

VB = Volume suspensi mikroba (mL) dalam botol DO blanko

III-12

Vc = Volume suspensi mikroba dalam botol contoh uji (mL)

P = Perbandingan volume contoh uji (V1) per volume total (V2)

4) TSS

Pengujian TSS sesuai dengan SNI 06-6989.3-2004 ‘Air dan Air Limbah Bagian

3: Cara Uji Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid, TSS) secara

gravimetri’. Berikut adalah langkah-langkah pengujian TSS :

a. Melakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan

sedikit air suling

b. Mengaduk contok uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh

uji yang lebih homogen

c. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan

pengaduk magenik

d. Cuci kertas saring dengan 3x10 mL air suling, biarkan kering sempurna dan

lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh

penyaringan sempurna.

e. Pindahkan kertas aring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan pindahkan

ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan cawan

Gooch pindahkan cawan dari rangkaian alatnya

f. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103oC sampai

dengan 105oC, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan

timbang.

g. Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator dan lakukan

penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat

lebih kecil dari 4% terhadap penumbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5

mg dan melakukan hal yang sama untuk pengujian duplo

h. Menghitung dengan rumus berikut:

(3-4)

Keterangan :

A = Berat kertas saring + residu kering (mg)

B = Berat kertas saring (mg)

III-13

5) Kekeruhan

Cara uji ini dilakukan dengan alat turbidimeter sesuai dengan SNI 06-6989.25-

2005 menggunakan Turbidimeter MircroTPW2000. Prinsip pengujian yaitu dengan

mengukur kekeruhan dalam air berdasarkan pengukuran intensitas cahaya yang

dipendarkan oleh zat-zat tersuspensi dalam air. Berikut langkah-langkah pengujian

Kekeruhan :

a. Memasukkan sampel air sebanyak 10 ml ke dalam kuvet, kemudian ditutup

b. Menekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan alat

c. Memasukkan kuvet ke holder (tempat kuvet pada alat)

d. Menekan tanda enter pada alat dan pembacaan dapat dilihat pada layar(NTU).

2. Teknik Analisis Data

a) Volume Permeat

Berat permeat didapat dari bobot wadah yang terisi sampel diselisih dengan

bobot wadah kosong, kemudian dikalikan dengan massa jenis air (𝝆 𝒂𝒊𝒓=1000

gr/L)

b) Luas Membran

Bentuk membran yang digunakan adalah lingkaran, oleh karena itu untuk

menghitung luasannya dengan mengalikan pi dengan jari-jari lingkaran kuadrat

(𝐴 = 𝜋𝑟2)

c) Permeabilitas

Fluks atau koefisien permeabilitas, dimana jumlah volume permeat yang

menembus satuan luas membran dalam waktu tertentu dengan adanya gaya

dorong dalam hal ini berupa tekanan. Dirumuskan seperti 3-5 (Mulder, 1996)

𝐽 =𝑉

𝐴 ×𝑡 (3-5)

Keterangan:

J = Fluks (L/m2.jam)

V = Volume permeat (mL)

A = Luas permukaan membran (m2)

t = Waktu (Jam)

III-14

Permeabilitas merupakan ukuran kecepatan dari suatu spesi atau konstituen

menembus membran. Seperti pada rumus 3-6

𝑃𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐽

𝑃𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 (3-6)

Keterangan :

J = Fluks permeate (L/m2.jam)

P = Tekanan Operasi (Kg/cm2)

d) Selektivitas

Selektivitas dalam suatu membran adalah ukuran kemampuan membran

untuk menahan suatu senyawa tertentu dirumuskan seperti 3-7

𝑅 = 1 − 𝐶𝑝

𝐶𝑓 × 100% (3-7)

Dengan:

R = Koefisien penurunan (%)

Cp = Konsentrasi zat terlarut dalam permeat

Cf = Konsentrasi zat terlarut dalam umpan

e) Scanning Electron Microscope (SEM)

Scanning Electron Microscope (SEM) adalah salah satu teknik berbasis

mikroskop elektron untuk melihat morfologi dan struktur membran.

f) Fourier Transform Infrared (FTIR)

Analisis FTIR merupakan salah satu jenis karakterisasi yang digunakan

untuk mendeteksi adanya suatu gugus fungsi pada membran.

B. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dan hadil analisis tersebut

dimasukan ke dalam kesimpulan penelitian. Bertujuan untuk menyusun dan

menganalisis data yang sudah diperoleh dari data penelitian. Tahap analisis data ini

terdiri dari tiga tahapan yaitu :

1. Persiapan

Persiapan yang dimaksud adalah berupa kegiatan pengecekan kelengkapan data

yang dibutuhkan.

2. Tabulasi

III-15

Pada tahap ini dilakukan pemindahan yang telah terkumpul kedalam software

baik microsoft excel maupun microsoft word, kemudian memastikan semua data

telah terisi dengan benar sampai bentuk penyajian data berupa angka, tabel dan

grafik/gambar.

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental dengan pendekatan

penelitian yang diterapkan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini

berdasarkan karena hasil dari penelitian ini yang merupakan hasil dari

pengukuran sehingga data yang dihasilkan berupa angka-angka.

3.3.2.4.Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan adalah pembuktian terhadap hipotesis dengan hasil penelitian

yang ada di Bab 1. Terdiri dari pengaruh kontak ozon terhadap hasil penelitian, nilai

fluks, nilai presentase penurunan, pengaruh dari besar kecilnya konsentrasi umpan,

serta pengaruh jenis air terhadap hasil penelitian.

3.4.Diagram Alir Penelitian

III-16

Gambar 3. 3

Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Bahan :

1. Air baku Waduk Pendidikan

Diponegoro

2. Akuades

Persiapan Perizinan

Persiapan Alat :

1. Unit Filtrasi Teknolgi Ozon dan

Membran Ultrafiltrasi

2. FTIR, SEM, Spektrofotometer

3. Jerigen

4. Flowmeter (alat pengukur debit air)

5. TDS meter, pH meter

6. Water Grab Sampling

Penelitian dilakukan dengan air waduk sintetis dengan alat unit filtrasi ozon

dan membran ultrafiltrasi.

Analisis data dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Studi

Literatur

Tahap

Persiapan

Tahap

Pelaksanaan

Analisis data

Persiapan

Variabel Kontrol

1. Suhu (25-27o C)

2. pH (6-8)

3. Tekanan

4. Flowrate Ozon

Variabe Terikat

(Variabel Uji)

1. Kadar Parameter Fisika

2. Kadar Parameter Kimia

3. Kadar Parameter

Mikroorganisme

Variabel Bebas

1. Waktu kontak ozon

Pelaksanaan Penelitian

IV-1

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Air Waduk Pendidikan Diponegoro

Uji karakteristik air dilakukan untuk mengetahui konsentrasi parameter

yang ada pada air baku Waduk Pendidikan Diponegoro Semarang. Sampel air

diambil pada musim hujan dengan penimbangan 3 hari sebelumnya tidak terjadi

hujan yang dilaksanakan pada 7 maret 2017. Karakteristik air baku ini akan

dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan air baku waduk sintetis. Karakteristik air

baku waduk dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun

2010 tentang baku mutu air minum dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

2001 ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Bedasarkan hasil uji karakteristik air baku Waduk Pendidikan Diponegoro

diketahui terdapat parameter-parameter yang belum memenuhi standar baku mutu

air minum, diantaranya adalah Total coli, Fecal coli, Ammonia, BOD, Warna,

COD, TSS dan Kekeruhan. Parameter TSS dan kekeruhan cenderung tinggi

dikarenakan pengambilan sampel dilakukan pada musim hujan, mengakibatkan

aliran air dari Sungai Krengseng mengandung limbah domestik, sampah, pasir,

kerikil maupun run off dari air hujan disekitar Sungai Krengseng. Sedangkan warna

dan COD pada uji kualitas air juga belum memenuhi baku mutu dapat disebabkan

oleh adanya bahan-bahan tersuspensi atau dapat juga diakibatkan oleh adanya

bahan-bahan organik terlarut (Sutrisno, 2002). Kualitas air baku Waduk Pendidikan

Diponegoro masih jauh dari standar air bersih sehingga diperlukan pengolahan agar

dapat dimanfaatkan untuk air bersih maupun air minum.

IV-2

Tabel 4. 1

Karakteristik Air Baku Waduk Pendidikan Diponegoro

NO PARAMETER SATUAN KONSENTRASI BAKU

MUTU INLET TENGAH OUTLET 1

MIKROBIOLOGI *

E Coli Jumlah per

100 ml sampel 46300 24300 40100 0

Total Koliform Jumlah per

100 ml sampel 62300 24500 45700 0

2

KIMIA ANORGANIK * Arsen mg/l - - - 0,01 Fluorida mg/l 0,21 - - 1,5 Total Kromium mg/l 0 0 0 0,05 Kadmium mg/l 0 0 0 0,003 Nitrit mg/l 0,368 0,207 0,311 3 Nitrat mg/l 21,365 11,925 23,135 50 Sianida mg/l 0,001 - - 0,07 Selenium mg/l - - - 0,01

3

FISIK * Bau Tidak berbau Warna TCU 16,895 28,695 32,629 15 TDS mg/l 172 166 179 500 Kekeruhan NTU 221,2 151,81 186,77 5 Rasa Tidak berasa

Suhu °C 29,4 28,9 29 Suhu udara ± 3

4

KIMIAWI * Aluminium mg/l 0 0 0 0,2 Besi mg/l 0 0 0 0,3 Kesadahan mg/l 250 196,429 271,429 500 Khlorida mg/l 0 0 0 250 Mangan mg/l 0 0 0 0,4 pH 7,76 7,81 7,64 6.5-8.5 Seng mg/l 0 0 0 3 Sulfat mg/l 1,201 0,915 0,621 250 Tembaga mg/l 0,132 0,126 0,112 2 Ammonia mg/l 1,878 1,883 1,623 1,5

5 Parameter Tambahan **

COD mg/l 39,384 22,26 42,85 10

BOD mg/l 15,29 9, 73 20,45 2

TSS mg/l 296,7 222,14 281,1 50

Keterangan

Baku mutu berdasarkan:

*) Permenkes 492 Tahun 2010

**) PP No 82 Tahun 2001

Warna Biru = Parameter yang melebihi baku mutu

IV-3

Konsentrasi pada karakterisasi air selanjutnya digunakan sebagai acuan

dalam pembuatan air waduk sintetis. Dimana penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui penurunan pengolahan dari teknologi ozon dan membran ultrafiltrasi

25 KDa dengan menggunakan umpan air waduk sintetis atau buatan masing-masing

parameter. Parameter yang digunakan hanya parameter dengan konsentrasi tinggi

yaitu parameter Warna, COD, BOD, TSS dan Kekeruhan. Tujuan dari penggunaan

air waduk sintetis adalah untuk menghindari terbentuk atau masuknya pengotor lain

yang dapat mempengaruhi kinerja dari membran. Air baku sintetis dibuat

menggunakan 0,85 g kaolin dilarutkan dalam 1 L air akuades untuk mewakili

konsentrasi TSS 300 mg/L dan kekeruhan 221 NTU, kemudian dibuat parameter

COD sintetis 1000 mg/L sesuai SNI 6989.2:2009 tentang cara uji COD dalam air

dengan melarutkan 0,425 g Kalium Hidrogen Phtalate (KHP) dalam 1 L air

akuades, selanjutnya dibuat parameter warna sintetis sesuai SNI 6989.80-2011

dengan melarutkan 0,064 g larutan induk warna dalam 1 L air akuades yang

mewakili nilai 32,63 unit Pt-co.

4.2. Pengaruh waktu kontak ozon terhadap parameter warna, COD,

BOD, TSS, dan kekeruhan pada teknologi ozon

Pengolahan pendahuluan dengan teknologi ozon dapat menyisihkan

sebagian besar polutan, diantaranya dapat digunakan untuk proses menghilangkan

warna, bau, dan menguraikan senyawa organik (Beltran, 2004) sehingga dinilai

dapat mengurangi nilai fouling yang terjadi. Penelitian ini dilakukan analisis waktu

kontak ozon yang efektif untuk mepenurunan kontaminan menggunakan variasi

waktu kontak ozon 0 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 30 menit dengan

flowrate 1 L/menit tiap waktu kontaknya. Tabel hasil uji dapat dilihat pada Tabel

4.2.

IV-4

Tabel 4. 2

Konsentrasi Larutan Sebelum dan Setelah Kontak dengan Ozon

Parameter Waktu Kontak

Ozon Konsentrasi Umpan (mg/l)

% penurunan Baku Mutu

(mg/l) Tunggal Awal Ozon

Warna

5 menit

32,63

33,42 28,70 14,13

15 TCU 10 menit 34,60 27,12 21,60 15 menit 32,24 24,76 23,18 30 menit 33,02 25,94 21,44

COD

5 menit

42,85

41,02 11,79 71,26

10 mg/L 10 menit 42,00 11,51 72,60 15 menit 42,56 8,70 79,57 30 menit 42,42 10,10 76,19

BOD

5 menit

20,45

21,93 12,31 43,87

2 mg/L 10 menit 22,16 10,47 52,75 15 menit 20,77 9,19 55,75 30 menit 21,11 10,12 52,06

TSS

5 menit

296,7

315 287 8,89

50 mg/L 10 menit 292,5 261 10,77 15 menit 297 253,5 14,65 30 menit 307 238 22,48

Kekeruhan

5 menit

221,2

220,4 191,6 13,07

5 NTU 10 menit 233 201,3 13,61 15 menit 221,7 187,25 15,54 30 menit 217 180,5 16,82

Keterangan :

- konsentrasi umpan tunggal adalah konsentrasi larutan per parameter tunggal sebelum dicampur

dengan larutan parameter lainnya

- Konsentrasi umpan awal adalah konsentrasi larutan umpan setelah dicampur apa dengan larutan

parameter lainnya

- Konsentrasi umpan ozon adalah konsentrasi larutan setelah dikontakkan dengan ozon

Waktu kontak ozon optimum untuk menyisihkan polutan terlihat dari

tingkat persen penurunannya, dimana parameter COD menunjukkan waktu kontak

ozon optimum yaitu kontak ozon 15 menit dengan penurunan sebesar 79,57%,

72,60% pada waktu kontak 10 menit, 71,26% pada waktu kontak 5 menit dan

76,19% pada waktu kontak 30 menit. Sama halnya pada parameter Warna dan BOD

menunjukkan waktu kontak ozon optimum terjadi pada menit ke-15. Berbeda

dengan parameter TSS dan Kekeruhan, dimana ozon tidak memiliki banyak

pengaruh karena polutan merupakan zat padatan.

Tabel 4.2 menunjukkan teknologi ozon cukup signifikan dalam menurunkan

COD dan BOD dengan nilai penurunan antara 50-70%. Tetapi teknologi ozon

kurang signifikan untuk menurunkan warna, kekeruhan, TSS terbukti dengan nilai

IV-5

persen penurunan masih di bawah 20%. Dimana semakin tinggi waktu kontak ozon

semakin meningkatkan nilai penurunan semua parameter baik COD, BOD, warna,

kekeruhan, dan TSS. Namun, tingginya kontak ozon (30 menit) justru menurunkan

penurunan dari hampir sebagian parameter kecuali TSS dan kekeruhan. Dapat

disimpulkan bahwa lamanya waktu kontak ozon tidak selamanya meningkatkan

penurunan parameter-parameter tersebut tetapi terdapat waktu kontak ozon

optimum di mana nilai penurunan maksimal dihasilkan. Hal ini terjadi karena

ozonasi langsung dan ozonasi tidak langsung bekerja efektif pada waktu kontak 15

menit. Dibuktikan dengan penelitian Beltran (2004) bahwa senyawa ozon akan

terlarut didalam air setelah 15 menit dari waktu ozonisasi, sehingga reaksi akan

berlangsung cepat selama ozonisasi berlangsung, hal ini akan mempercepat proses

degradasi kontaminan.

4.3. Pengaruh waktu kontak ozon terhadap parameter Warna, COD,

BOD, TSS, dan Kekeruhan pada kombinasi Teknologi Ozon dan UF

Perilaku ozon dalam mendegradasi bahan organik dipengaruhi oleh pH.

Pada pH rendah ozon akan bereaksi secara eksklusif dengan senyawa yang

memiliki gugus spesifik melalui reaksi selektif seperti elektrofilik, nukleofilik atau

reaksi tambahan dipolar (ozonasi langsung). Sedangkan pada kondisi normal, Ozon

akan terdekomposisi menghasilkan radikal OH yang merupakan oksidator kuat dan

bereaksi dengan senyawa organik dan anorganik pada air (ozonasi tidak langsung).

Ozonasi langsung dan tidak langsung terjadi pada pH 4-9 (Beltran, 2004), dimana

dalam penelitian ini pH dikontrol pada besaran 6-8 agar terjadi pemecahan

senyawa-senyawa organik menjadi lebih sederhana dengan kondisi optimum.

Penelitian dilanjutkan dengan filtrasi air baku sintetis dengan membran ultrafiltrasi

polysulfone (PSf) 25 kDa. Polimer Polysulfone yang digunakan memiliki

ketahanannya terhadap panas hingga 75oC, pH antara 1-13, tekanan 1-10 bar,

memiliki sifat hidrofobik dan kekuatan mekaniknya yang baik (Osada et al, 1992).

Pengujian diawali dengan uji kompaksi yaitu dengan melewatkan air bebas

mineral (akuades) sebagai umpan selama 30 menit menggunakan tekanan yang

lebih tinggi dari tekanan operasi. Uji kompaksi bertujuan untuk menguji ketahanan

IV-6

membran. Kemudian menghitung nilai fluks awal (Jo) dengan menampung permeat

selama 2 menit. Kemudian dilakukan filtrasi pada tekanan operasi 1 bar selama 180

menit dengan penampungan permeat setiap 10 menit sekali dengan waktu tampung

2 menit(Jw), hal ini bertujuan mengetahui kualitas permeat, tingkat penurunan dan

melihat kecendrungan penurunan nilai fluks.

Pada penelitian ini, air baku sintetis dengan pH 6-8 dilewatkan membran

ultrafiltrasi polysulfone (PSf) 25 kDa dengan tekanan 1 bar. pH dikontrol pada

besaran 6-8 agar terjadi pemecahan senyawa-senyawa organik menjadi lebih

sederhana dengan kondisi optimum sebagaimana disampaikan oleh Beltran (2004)

bahwa ozonasi langsung dan tidak langsung terjadi pada pH 4-9. Gambar 4.1

menunjukkan hasil uji normalitas fluks dengan waktu filtrasi pada berbagai variasi

waktu kontak.

Gambar 4. 1

Hasil Uji Normalitas Fluks Spesifik dengan Variasi Waktu Kontak Ozon

Nilai normalitas fluks spesifik (Jw/Jo) merupakan perbandingan fluks awal

(Jo) dengan fluks setelah dilakukan filtrasi (Jw). Pada gambar 4.1., Normalitas fluks

(Jw/Jo) yang dihasilkan semakin lama semakin menurun, sehingga terprediksi

bahwa heterogenitas pori membran berkurang dan ada zat yang tertahan oleh

membran (rentetate) yang ditunjukan dengan besaran nilai normalitas fluks

spesifik. Penurunan Jw/Jo secara signifikan terjadi pada waktu filtrasi 10 menit

pertama, 0,8208 pada waktu kontak ozon 5 menit, meningkat menjadi 0,8495 pada

0,4

0,6

0,8

1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

Jw

/ J

o

Waktu (menit)

5 menit 10 menit 15 menit 30 menit

pH = 6-8, P = 1 bar

IV-7

waktu kontak ozon 10 menit, meningkat signifikan menjadi 0,8853 pada waktu

kontak ozon 15 menit, dan menurun menjadi 0,842 pada waktu kontak ozon 30

menit. Trend ini secara keseluruhan hampir sama sampai 180 menit waktu filtrasi

di mana semakin tinggi waktu kontak ozon maka semakin meningkat Jw/Jo kecuali

pada waktu kontak paling tinggi 30 menit. Hal ini menandakan bahwa waktu kontak

ozon optimum dalam meningkatkan Jw/Jo adalah 15 menit. Reaktivitas senyawa

ozon dapat memecah molekul menjadi lebih sederhana (Suslow, 2004). Hal ini

menyebabkan ozon memecah molekul kontaminan menjadi lebih kecil, menjadikan

aliran crossflow lebih mudah menyapu deposit di atas permukaan membran

sehingga air dapat menetrasi lewat membran dan nilai fluks meningkat.

Permeat hasil uji pengolahan diujikan ke laboratorium Teknik Lingkungan

UNDIP untuk mengetahui tingkat penurunan dari setiap parameter dan konsentrasi

permeatnya. Pengujian dilakukan secara duplo agar didapat hasil yang sesuai.

Berikut adalah hasil uji dan tingkat penurunan permeat masing-masing parameter

pada tabel 4.3

Tabel 4. 3

Hasil Uji dan Tingkat Penurunan Permeat

Parameter Waktu

Kontak Ozon Konsentrasi Umpan (mg/l)

%Penurunan Baku Mutu Ozon UF+Ozon

Warna

5 menit 28,70 1,95 93,21

15 TCU 10 menit 27,12 1,56 94,26 15 menit 24,76 1,16 95,31 30 menit 25,94 1,57 93,96

COD

5 menit 11,79 0,97 91,78

10 mg/L 10 menit 11,51 0,69 94,03 15 menit 8,70 0,27 96,94 30 menit 10,10 0,83 91,80

BOD

5 menit 12,31 0,11 99,11

2 mg/L 10 menit 10,47 0,04 99,62 15 menit 9,19 0,01 99,89 30 menit 10,12 0,02 99,80

TSS

5 menit 287 0 100

50 mg/L 10 menit 261 0 100 15 menit 253,5 0 100 30 menit 238 0 100

Kekeruhan

5 menit 191,6 1,84 99,04

5 NTU 10 menit 201,3 1,22 99,39

15 menit 187,25 1,08 99,42

30 menit 180,5 1,8 99,00

IV-8

Bedasarkan tabel 4.3 Diatas, terlihat konsentrasi setiap pencemar

mengalami peningkatan penurunan dalam menyisihkan umpan air waduk sintetis

Waduk Pendidikan Diponegoro. Presentase penurunan pada waktu kontak ozon 5-

15 menit cenderung meningkat sehingga didapat tingkat penurunan tertinggi dari

pengolahan dengan waktu kontak 15 menit yaitu parameter warna 95,31%, COD

96,94%, BOD 99,89%, TSS 100% dan Kekeruhan sebesar 99,42%. Terbukti pada

waktu kontak ozon 30 menit menunjukkan penurunan tingkat penurunan yang

menunjukkan bahwa waktu kontak ozon tidak berbanding lurus terhadap tingkat

penurunan pengolahan (Beltran, 2004).

Selain itu data-data tersebut menunjukkan tingkat penurunan pada larutan

air waktu kontak ozon 15 menit lebih besar dibandingkan dengan tingkat penurunan

pada waktu kontak 10 menit ataupun 5 menit. Hal ini dikarenakan tingkat

penurunan nilai fluks air waduk sintetis yang lebih tinggi disebabkan oleh

perbedaan ukuran pori umpan. Senyawa TSS cenderung memiliki tingkat

penurunan 100%, dimana larutan air TSS dan kekeruhan yang dibuat dari serbuk

kaolin cenderung hidrofobik. Dimana bobot molekul TSS berkisar 200 mikrometer

sehingga mengakibatkan kontaminan tertahan diatas permukaan membran. Berbeda

dengan parameter COD, memiliki kisaran bobot molekul sebesar >200 kDa yang

mengakibatkan pori terblokir dan absorbsi kedalam permukaan membran sehingga

mengakibatkan penyumbatan pori dan meningkatkan retensi (Szymanka, 2014).

Selain itu, senyawa ozon yang telah membantu memecah molekul polutan besar

menjadi lebih kecil membuat parameter COD telah tersisih hingga 70% sehingga

zat organik lebih mudah disisihkan oleh membran ultrafiltrasi PSf 25 kDa. Dapat

ditarik kesimpulan bahwa profil fluks kontak ozon 15 menit mengakibatkan tingkat

penurunan yang lebih besar.

Fluks cenderung menurun dapat dikarenakan beberapa alasan yaitu zat

terlarut teradsorbsi di permukaan membran, zat terlarut tertahan dalam pori-pori

dan atau zat terlarut secara mekanis tertahan di permukaan membran (Osada et al,

1992). Dengan adanya penurunan fluks, diketahui perlunya ada perlakuan cuci

balik atau backwash untuk mengembalikan kondisi membran sehinggal optimal

kembali.

IV-9

Gambar 4. 2

Perbandingan Hasil Uji Normalitas Fluks Air Waduk Sintetis

Bedasarkan hasil pengujian pada Gambar 4.2 didapat tingkat penurunan tiap

parameter terus meningkat seiring penambahan kontak ozon hingga 15 menit.

Sedangkan untuk parameter COD dan BOD di waktu kontak ozon selama 30 menit

menurun. Hal ini menunjukkan bahwa waktu kontak ozon tidak mempengaruhi

tingkat penurunan kontaminan. Parameter COD memiliki tingkat penurunan yang

paling efektif, dapat menyisihkan hingga 79,57% COD pada waktu kontak ozon 15

menit. Pada parameter BOD terjadi penyisihan 55,75%. Selain itu filtrasi dengan

membran ultrafiltrasi PSf 25 kDa memberikan tingkat penurunan yang tinggi pula

pada parameter TSS, warna dan kekeruhan. TSS memiliki tingkat penurunan

tertinggi pada filtrasi dengan membran yaitu 100% diikuti dengan kekeruhan yang

tersisih sebanyak 99,00% dan warna 95,31%. Untuk parameter TSS terjadi

penyisihan optimal pada waktu kontak ozon 30 menit, hal ini disebabkan oleh

mengendapnya serbuk kaolin selama waktu kontak ozon sebelum dilakukan filtrasi

membran. Dapat disimpulkan tingkat penurunan dalam pengolahan membran

memiliki waktu kontak ozon optimal pada 15 menit.

Pada pengolahan, zat terlarut melewati membran kurang mudah daripada

pelarut (akuades), sehingga fluks cenderung menurun. Hal ini dapat dikarenakan

beberapa alasan yaitu (1) zat terlarut teradsorbsi di permukaan membran dan pori-

pori (adsorpsi primer); (2) zat terlarut tertahan dalam pori-pori (pemblokiran); (3)

zat terlarut secara mekanis tertahan di permukaan membran (Osada et al, 1992).

Adsorpsi dan pemblokiran primer terjadi ketika partikel terlarut memiliki jari-jari

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

Jw/J

o

Waktu (Menit)

Waktu Kontak 15 menit

Tanpa kontak ozon

pH = 6-8, P = 1 bar

IV-10

konstan dan terserap di dalam pori-pori di membran. Sedangkan sieving terjadi

karena ukuran molekul dan ukuran pori yang berbeda secara signifikan, yang dapat

diatasi dengan aliran crossflow ataupun dengan pengolahan pendahuluan seperti

dalam penelitian ini dilakukan pengolahan pendahuluan menggunakan teknologi

ozon (Osada et al, 1992).

Trans Membran Pressure (TMP) pada penelitian ini dibatasi yaitu tidak

boleh lebih dari 1 bar. Akan tetapi TMP memegang peranan yang penting bagi laju

permeat pada proses filtrasi. Semakin tinggi TMP membran, maka semakin tinggi

pula fluks membran, namun hal ini memungkinkan rusaknya membran akibat

terkoyak dari tekanan yang tinggi. Sehingga pada penelitian ini diatur sebesar 1 bar

agar berfungsi optimal. Selain itu TMP juga dapat digunakan untuk mengetahui

apakah membran masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak dalam mengolah air

(Osada et al, 1992).

4.4. Pengaruh konsentrasi umpan terhadap kinerja proses integrasi Ozon

dan UF

Pengujian menggunakan air waduk sintetis menggunakan membran

ultrafiltrasi PSF 25 kDa dengan nilai konsentrasi umpan yang terdiri dari parameter

warna sebesar 32,63 mg/L, COD sebesar 43 mg/L, BOD sebesar 20,45 mg/L, TSS

sebesar 296,7 mg/L dan kekeruhan sebesar 221,2 NTU pada kondisi pengujian

tekanan 1 bar dan flowrate 1 L/menit menghasilkan waktu kontak ozon optimal 15

menit yang ditunjukkan besaran nilai normalitas fluks spesifik. Dengan

diketahuinya waktu kontak ozon optimal, akan diketahui konsentrasi umpan

mempengaruhi efektifitas dari pengolahan. Sehingga dalam penelitian ini diuji

perbandingan konsentrasi COD dari 43 mg/L menjadi 150 mg/L dan konsentrasi

TSS dari 296,7 mg/L menjadi 404 mg/L.

Konsentrasi umpan yang lebih besar menyebabkan besaran fouling yang

lebih tinggi (Baker, 2004). Dimana penurunan profil fluks ternormalisasi (Jw/Jo)

pada 10 menit pertama dengan konsentrasi umpan COD sebesar 152,39 mg/L dan

TSS sebesar 404 mg/L terjadi penurunan sebesar 0,2136 lebih besar dibandingkan

pengujian awal dengan konsentrasi COD sebesar 43 mg/L dan TSS sebesar 296,7

IV-11

mg/L didapat penurunan 0,1147. Perbandingan nilai normalitas fluks spesifik dapat

dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4. 3

Nilai Normalisasi Fluks Spesifik dengan Pebedaan Konsentrasi

Keterangan:

- Air Umpan 1: Konsentrasi COD 42,56 mg/l, TSS 297 mg/l

- Air Umpan 2: Konsentrasi COD 152,39 mg/l, TSS 404 mg/l

Pada pengolahan, zat terlarut (umpan) melewati membran lebih sulit daripada

pelarut (akuades) ditunjukkan dengan nilai fluks yang cenderung menurun. Hal ini

terjadi karena ketika konsentrasi dalam larutan meningkat, viskositas dan

densitasnya juga meningkat. Perubahan sifat fisik ini tentu saja akan mempengaruhi

nilai fluks absolut sesuai dengan model perpindahan massa, namun konsentrasi

umpan yang lebih tinggi juga akan memperburuk fouling (Cheryan, 1986). Cara

yang paling efektif untuk meminimalkan pengotoran akan tergantung pada sifat

proses terjadinya fouling. Pada penelitian ini telah dilakukan pretreating ozonisasi,

hal ini adalah cara yang paling efektif untuk meminimalkan kondisi terbentuknya

fouling dari interaksi zat terlarut dengan membran. Dalam media cair, ozon

menghasilkan radikal bebas yang menginaktivasi mikroorganisme berupa hidrogen

peroksidan (HO2) dan hidroksil (OH-). HO2 dan OH- radikal adalah senyawa

oksidan yang dapat mengoksidasi senyawa organik dan bakteri (Kogelschatz,

1988). Reaksi pendegradasian akan berlangsung cepat selama ozonisasi

berlangsung, hal ini akan mempercepat proses degradasi kontaminan (Beltran,

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

Jw/J

o

Waktu (menit)

Air Umpan 2

Air Umpan 1

pH = 6-8, P = 1

bar

IV-12

2004). Penurunan nilai fluks dapat diatasi dengan pengontrolan kondisi operasi

seperti suhu, kecepatan dan tekanan umpan (Cheryan, 1986). Dimana penelitian ini

telah menggunakan sistem aliran crossflow, mengatur suhu sesuai suhu ruang yang

berkisar pada 25-27oC, flowrate ozon 1 L/menit dan tekanan operasi yang diatur

sebesar 1 bar.

Setelah dilakukan pengujian dengan membran dan ozon, selanjutnya

permeat diujikan untuk mengetahui besaran penurunan dari pengolahan dengan

membran ultrafiltrasi PSf 25 kDa dan pengolahan pendahuluan dengan ozon. Hasil

tingkat penurunan ditunjukkan pada tabel 4.4

Tabel 4. 4

Tingkat Penurunan Umpan dengan Variasi Konsentrasi

Parameter Keterangan Konsentrasi (mg/l) Penurunan (%)

Baku Mutu Umpan 1 Umpan 2 Umpan 1 Umpan 2

Warna

Umpan 32,24 31,84

15 TCU Ozon 24,76 24,76 23,18 22,23

Permeat 1,16 1,56 95,31 93,72

COD

Umpan 42,56 152,40

10 mg/L

Ozon 8,70 32,53 79,57 78,65

Permeat 0,27 1,71 96,94 94,74

BOD

Umpan 20,77 31,10

2 mg/L

Ozon 9,19 14,92 55,75 52,03

Permeat 0,01 0,02 99,89 99,87

TSS

Umpan 297,00 404,00

50 mg/L Ozon 253,50 368,00 14,65 8,91

Permeat 0,00 0,00 100,00 100,00

Kekeruhan

Umpan 221,70 219,00

5 NTU Ozon 187,25 188,00 15,54 14,16

Permeat 1,08 1,20 99,42 99,36

Keterangan:

- Air Umpan 1: Konsentrasi COD 42,56 mg/l, TSS 297 mg/l

- Air Umpan 2: Konsentrasi COD 152,39 mg/l, TSS 404 mg/l

IV-13

Berdasarkan Tabel 4.4, terjadi penyisihan tiap parameter yang ditunjukkan

peningkatan tingkat penurunan/rejeksi secara signifikan. Ozon secara signifikan

meningkatkan persen penurunan/rejeksi baik pada konsentrasi tinggi dan rendah.

Konsentrasi tinggi persen penurunan/rejeksi menurun dibanding konsentrasi rendah

terutama pada parameter warna dan COD. Beda konsentrasi tidak memberikan

pengaruh signifikan pada persen penurunan/rejeksi BOD, TSS dan Kekeruhan.

Besar tingkat penurunan pada umpan yang memiliki konsentrasi tinggi cenderung

lebih rendah dapat disebabkan oleh terjadinya fouling ditunjukkan dengan

kontaminan terakumulasi dan membentuk suatu lapisan (cake layer) diatas

permukaan membran (Baker, 2004).

Tingkat penurunan yang menurun dapat disebabkan terjadinya fouling.

Fouling membentuk suatu lapisan didekat permukaan membran yang disebut

polarisasi konsentrasi. Polarisasi konsentrasi pada membran menyebabkan

penurunan fluks secara terus menerus. Fluks permeat juga akan menurun seiring

pertambahan waktu dikarenakan semakin lama waktu operasi membran ultrafiltrasi,

semakin tinggi nilai fouling yang terjadi pada membran. Mekanisme terjadinya

fouling pada permukaan membran terjadi secara deposisi ataupun absorbsi. Fouling

ini semakin lama akan semakin meningkat sehingga menurunkan jumlah permeat

(Mulder,1996).

4.5. Pengaruh jenis umpan terhadap kinerja proses integrasi Ozon dan

UF

Penelitian ini menggunakan tiga jenis umpan, hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui apakah pelarut umpan mempengaruhi jumlah fluks dan

mengetahui besaran fluks terbaik. Air umpan yang pertama digunakan larutan air

waduk sintetis dengan pelarut air akuades dari Laboratorium Membran Research

Center, air umpan yang kedua air waduk sintetis yang dilarutkan menggunakan air

keran dari Laboratorium UPT lantai 4 Universitas Diponegoro dan dilakukan

pengujian dengan umpan air baku asli dari Waduk Pendidikan Diponegoro.

Pengambilan sampel air Waduk Pendidikan Diponegoro dilakukan pada tanggal 11

Juli 2017 dengan pertimbangan tidak terjadi hujan selama 3 hari berturut-turut.

IV-14

Tidak ada perlakuan pendahuluan pada air umpan akuades maupun air umpan

keran, tetapi air baku asli dilakukan perlakuan pendahuluan yairu penyaringan

dengan kertas saring 0,45 mikron. Hal ini bertujuan untuk menyisihkan partikel

berukuran besar dan pengotor-pengotor lainnya yang berpotensi merusak alat

filtrasi membran. Besaran nilai profil fluks dapat dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4. 4

Profil Fluks dengan Variasi Jenis Air Baku

Dapat diketahui dari gambar 4.4. bahwa nilai selisih profil fluks pada 10

menit pertama air umpan air asli dari Waduk Pendidikan Diponegoro memiliki nilai

terbesar dibanding air umpan lainnya sebesar 16,25 L/m2.jam, diikuti oleh air keran

sebesar 8,88 L/m2.jam dan air akuades sebesar 6,93 L/m2.jam. Penurunan nilai fluks

dipengaruhi oleh interaksi umpan dan membran yang cenderung terjadinya fouling

(Nghiem, 2005). Perubahan karakteristik umpan akan berubah saat difiltrasi dengan

membran, menjadikan bobot molekul akan menjadi lebih kecil dikarenakan kontak

ozon yang dapat mengubah sifat kontaminan.

Pengolahan air asli Waduk Pendidikan Diponegoro tanpa pretreatment ozon

memiliki nilai normalitas fluks yang lebih rendah daripada pengolahan air waduk

sintetis dengan pretreatment ozon selama 15 menit. Penurunan nilai normalitas

fluks pada pengolahan tanpa ozon cukup signifikan yaitu sebesar 0,652 sedangkan

nilai normalitas fluks dengan pengolahan ozon dapat mencapai 0,856. Dengan

0

10

20

30

40

50

60

70

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

Flu

ks

(L/M

2.J

AM

)

Waktu (menit)

Air Waduk Air Keran

pH = 6-8, P = 1

bar

IV-15

demikian pretreatment ozon pada pengolahan air dinilai efektif dalam mengurangi

jumlah fouling yang terjadi pada membran.

Gambar 4. 5

Perbandingan Hasil Uji Normalitas Fluks Air Waduk Asli

Fenomena penurunan fluks dalam satu tahap atau lebih, biasanya

berlangsung cepat dalam beberapa menit pertama diikuti oleh penurunan fluks yang

lebih bertahap pada membran yang disebabkan fouling atau polarisasi konsentrasi.

Fouling membentuk lapisan gel dan cake di permukaan membran disebabkan oleh

polarisasi konsentrasi. Lapisan polarisasi konsentrasi adalah bagian dari lapisan

batas dimana zat terlarut dipertahankan menumpuk. Lapisan gel adalah bagian dari

lapisan polarisasi konsentrasi dimana makromolekul seharusnya tertahan pada

permukaan membran. Lapisan terlarut akhir yang harus dibedakan adalah material

yang diendapkan atau diserap dan cake layer pada membran. Lapisan ini dapat

mengurangi permeabilitas membran. Polarisasi konsentrasi menghasilkan

peningkatan konsentrasi zat terlarut di permukaan membran, juga menurunkan

fluks karena resistensi hidrodinamik yang meningkat atau karena tekanan 15ubmicr

yang lebih tinggi sehingga menurunkan gaya penggerak. Namun efek polarisasi

konsentrasi harus diminimalisir, karena pengaruhnya dapat dikurangi dengan

menurunkan tekanan transmembran atau menurunkan konsentrasi umpan (Cheryan,

1986).

Setelah dilakukan pengujian dengan membran dan ozon, selanjutnya

permeat diujikan untuk mengetahui besaran penurunan dari pengolahan dengan

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

Jw

/Jo

Waktu (menit)

Tanpa OzonDengan Ozon

pH = 6-8, P = 1

bar

IV-16

membran ultrafiltrasi PSf 25 kDa dan pengolahan pendahuluan dengan ozon. Hasil

tingkat penurunan ditunjukkan pada tabel 4.5

Tabel 4. 5

Tingkat Penurunan Umpan dengan Variasi Jenis Air Umpan

Parameter Keterangan

Konsentrasi (mg/l) Penurunan (%)

Baku

Mutu

Ozon 15 menit Tanpa

Ozon Ozon 15 menit

Tanpa

Ozon

Akuades Air

Keran Air Waduk Akuades

Air

Keran Air Waduk

Warna

Umpan 32,2 33 38,5 39,1 15

TCU Ozon 24,8 25,9 33,4 - 23,2 21,4 13,3 -

Permeat 1,2 1,7 2,3 3,3 95,3 93,4 93 91,7

COD

Umpan 42,6 43,8 45,2 48,1 10

mg/L Ozon 8,7 9 14,5 - 79,6 79,5 68 - Permeat 0,3 0,4 1,4 6,7 96,9 95,5 90,4 86,0

BOD

Umpan 20,8 24,7 29,7 31,0 2 mg/L Ozon 9,2 11,6 17 - 55,8 53,1 42,8 -

Permeat 0 0,0 0,2 1 99,9 99,9 99 96,9

TSS

Umpan 297 302 308 310,2 50

mg/L Ozon 253,5 266 284 - 14,6 11,9 7,8 - Permeat 0 0 0 0 100 100 100 100

Kekeruhan

Umpan 221,7 223 230 233,0 5 NTU Ozon 187,3 190 200,4 - 15,5 14,8 12,9 -

Permeat 1,1 1,3 2,8 3,9 99,4 99,3 98,6 98,3

Dari Tabel 4.5 dapat diketahui tingkat penurunan tertinggi yang terjadi pada

umpan air akuades diikuti oleh umpan air keran dan air baku asli. Dari hasil

pengujian didapat tingkat penurunan umpan air waduk sintetis yang dilarutkan

dengan air keran didapat hasil uji parameter warna adalah 93,4%, COD 95,47%,

BOD 99,8%, TSS 100% dan Kekeruhan sebesar 99,29%. Sedangkan hasil

pengujian umpan air waduk asli didapat besar tingkat penurunan warna 92,9%,

COD 90,38%, BOD 98,95%, TSS 100% dan Kekeruhan sebesar 98,59%. Umpan

air waduk sintetis yang dilarutkan dengan air akuades menampilkan hasil tingkat

penurunan terbaik karena kualitas air akuades laboratorium membrane research

center selalu dikontrol oleh laboran sehingga terjamin kemurniannya yang

IV-17

menampilkan tingkat penurunan warna sebesar 95,31%, COD 96,94%, BOD

99,89%, TSS 100% dan Kekeruhan 99,42%. Sedangkan pengolahan air waduk

tanpa pretreatment ozon memberikan hasil penurunan terendah dibanding lainnya

yaitu % penurunan parameter Warna sebesar 91,67%, COD hanya tersisih sebesar

85,99%, BOD hanya 96,94%, TSS 100% dan Kekeruhan hanya mencapai 98,31%.

Dengan diketahuinya penurunan, diketahui pengolahan air dengan pretreatment

ozon dan membran ultrafiltrasi 25kDa memberikan hasil yang baik dan memenuhi

baku mutu air minum Permenkes 492 Tahun 2010.

Besar tingkat penurunan air dipengaruhi oleh banyak sedikitnya pengotor

yang terdapat pada air umpan. Dimana kondisi air baku asli Waduk Pendidikan

Diponegoro bersumber dari air buangan pemukiman, kampus UNDIP Tembalang

serta runoff dari Sungai Krengseng sehingga memiliki berbagai macam pengotor

lainnya. Sedangkan pada air umpan keran laboratorium UPT UNDIP dapat

diketahui air berasal dari air tanah yang berpotensi mengandung mineral tanah dan

terurainya senyawa-senyawa dalam perpipaan karena kurangnya pemeliharaan.

Efek pengotoran ditandai oleh penurunan fluks dan % penurunan pengolahan dari

terjadinya fouling. Fouling membran disebabkan oleh deposisi dan akumulasi

partikel submicron pada permukaan membran dan atau kristalisasi dan presipitasi

zat terlarut yang lebih kecil di permukaan dan di dalam pori-pori membran itu

sendiri (Cheryan, 1986).

4.6. Menganalisis Total Coliform pada air Waduk Pendidikan Diponegoro

Pada pengujian air asli Waduk Pendidikan Diponegoro dilakukan juga

pengujian parameter Total Koliform oleh Badan Pengujian dan Laboratorium

Lingkungan Hidup Jawa Tengah. Pada Tabel 4.7 didapatkan hasil konsentrasi

umpan awal pada total koliform 1 yang diambil pada pagi hari tanggal 13 Juli 2017

sebesar 600 Jml/100 ml, setelah diberikan perlakuan ozon menjadi 100 Jumlah

Total Koliform/100 ml sehingga memberikan persen penurunan sebesar 83,3% dan

setelah dilakukan kombinasi pengolahan ozon + membran UF didapat penurunan

100%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ozon merupakan pretreatment yang

baik untuk menyisihkan parameter organik khususnya total koliform (Said, 2007).

IV-18

Namun disisi lain pada pengolahan langsung menggunakan membran dari air asli

Waduk Pendidikan Diponegoro disebut sebagai Total Koliform 2. Sampel diambil

pada pagi hari tanggal 16 agustus 2017 didapat konsentrasi umpan sebesar 6300

Jumlah Total Koliform/100 ml sampel. Kemudian setelah dilakukan pengolahan

dengan teknologi membran ultrafiltrasi didapat penurunan 100%, hal ini

menunjukkan pengolahan dengan membran mampu menyisihkan parameter total

koliform dengan optimal.

Tabel 4. 6

Uji Total Koliform Pada Air Waduk

Parameter Keterangan Kosentrasi (Jumlah/100ml sampel) %Penurunan

Total Koliform 1

Umpan 600

Ozon 100 83,33

Ozon+UF 0 100

Total Koliform 2 Umpan 6300

Membran UF 0 100

4.7. Scanning Electron Microscopy (SEM)

Analisa SEM ini bertujuan untuk mengetahui struktur morfologi membran

sebelum dan sesudah pengolahan. Gambar 4.9 menunjukkan hasil analisa SEM

tanpa perlakuan, pengolahan air waduk sintetis tanpa kontak ozon, pengolahan air

waduk sintetis kontak ozon 15 menit dan hasil SEM dari pengolahan air asli kontak

ozon 15 menit. Dari gambar tersebut terlihat perbedaan pada membran sebelum dan

sesudah digunakan yang menandakan adanya fouling yang berasal umpan air

waduk sintetis Waduk Pendidikan Diponegoro. Dalam penelitian ini, digunakan

membran ultrafiltrasi PSf 25 kDa yang memiliki struktur asimetris sehingga dapat

mengalirkan permeat melalui lapisan selektif yang sangat tipis, dengan kestabilitan

mekanis dan struktur berpori (Susanto, 2011). Morfologi membran ini ditunjukkan

seperti yang digambarkan pada Gambar 4.6.

IV-19

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4. 6

Hasil Analisa SEM Membran Ultrafiltrasi PSf 25 kDa dengan perbesaran

10.000x a) Membran UF baru b) Membran hasil olah air waduk

sintetis tanpa kontak ozon (c) Membran hasil olah air waduk sintetis

kontak ozon 15 menit (d) Membran hasil olah air waduk asli kontak

ozon 15 menit

Gambar 4.6 (a) menunjukkan morfoligi dari membran ultrafiltrasi tanpa

perlakuan terlihat bahwa penampang permukaan sangat bersih karena tidak adanya

kontaminan sama sekali dipermukaan membran. Sedangkan Gambar 4.6 (b) hasil

morfologi membran air waduk sintetis tanpa kontak ozon, menunjukkan

penampang permukaan dengan struktur yang tidak beraturan seperti jamur. Struktur

seperti jamur yang besar menunjukkan tingkat porositas, penurunan dan

permeabilitasnya. Pembentukan struktur ini dipengaruhi oleh ada dan tidaknya

injeksi ozon pada umpan. Pada morfologi tanpa kontak ozon Gambar 4.6 (b)

IV-20

menunjukkan kontaminan berbentuk jamur yang berukuran lebih besar dibanding

membran dengan kontak ozon 15 menit Gambar 4.6 (c). Hal ini disebabkan ukuran

molekul masih sesuai dengan aslinya sehingga membentuk kontaminan jamur yang

besar. Selain itu, membran dengan kontak ozon hanya menunjukkan sedikit struktur

jamur karena telah terjadi penyederhanaan bobot molekul bakteri dan kontaminan

oleh senyawa ozon. Selain itu, Gambar 4.6 (d) adalah hasil morfologi permukaan

membran dengan umpan air asli Waduk Pendidikan Diponegoro waktu kontak ozon

15 menit, terlihat bahwa gambar penampang permukaan menunjukkan lapisan kulit

terpadat dibandingkan membran dengan air waduk sintetis. Ini menunjukkan

kompleksnya kontaminan yang terdapat pada air asli Waduk Pendidikan

Diponegoro. Hal ini menjadikan proses filtrasi terhambat akibat terbentuknya cake

layer pada permukaan membran. Cake layer terjadi jika diameter kontaminan pada

umpan lebih besar dari diameter pori membran. Sehingga kontaminan jatuh secara

pore plugging yaitu penyumbatan pori membran yang diakibatkan zat terlarut atau

partikel yang menutupi permukaan membran sehingga tidak ada celah untuk cairan

masuk melewati pori membran (Susanto, 2011). Diketahui bahwa ukuran diameter

kaolin pada parameter TSS dan Kekeruhan adalah 350 nm dimana 100 kDa ~ 10

nm (Jermann et al., 2009) sedangkan ukuran membran ultrafiltrasi adalah 25 kDa.

Ukuran senyawa lebih besar dari pori membran akan tertahan dan ukuran senyawa

yang lebih kecil dari pori membran akan lolos. Hal ini menyebabkan kaolin tertahan

pada permukaan membran ultrafiltrasi 25 kDa. Ilustrasi terjadinya fouling

ditunjukkan pada Tabel 4.7

Dengan membandingkan gambar di atas terlihat adanya perbedaan antara hasil

SEM membran sebelum filtrasi, membran setelah filtrasi dengan kontak ozon, tanpa

kontak ozon dan SEM membran dengan umpan air asli. Bedasarkan hasil grafik

fluks dan presentasi penurunan dari larutan umpan yang diperkuat dengan bukti

hasil SEM, perilaku fouling yang disebabkan pada warna, COD, BOD, TSS dan

Kekeruhan dalam perlakuan berbeda. Dapat diketahui bahwa dengan kontak ozon

membuat kontaminan lebih sederhana, nilai Fluks diketahui semakin rendah ketika

terjadi umpan yang lebih kompleks, namun nilai penurunan semakin efektif ketika

digunakan waktu kontak ozon optimum (15 menit) dengan air umpan sintetis.

IV-21

Sehingga diketahui kontak ozon 15 menit mempengaruhi pengolahan dalam

pengolahan air waduk sintetis dan air asli Waduk Pendidikan Diponegoro.

Tabel 4. 7

Ilustrasi terjadinya fouling

Keterangan Ilustrasi F R

Membran

Tanpa

Perlakuan

- -

Umpan Air

waduk sintetis

dengan Kontak

Ozon 15 Menit

Umpan Air

Waduk dengan

Kontak Ozon

15 Menit

Umpan Air

waduk sintetis

Tanpa Kontak

Ozon

Keterangan :

F= Fluks

R= Persen Rejeksi / Penurunan konsentrasi

Perumpamaan Warna =

Perumpamaan COD dan BOD =

Perumpamaan TSS dan Kekeruhan =

Perumpamaan Total Koliform =

Perumpamaan Kontaminan lain =

V-1

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Hasil uji pendahuluan karakteristik air baku Waduk Pendidikan Diponegoro

memliki beberapa parameter yamg belum memenuhi baku mutu sesuai Permenkes

Nomor 492 Tahun 2010 dan PP Nomor 82 Tahun 2001, Parameter tersebut

diantaranya adalah E Coli, Total Coliform, Warna, Kekeruhan, Ammonia, COD,

BOD dan TSS.

Pretreatment ozon memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil

pengolahan. Ozon dapat menginaktivasi organisme dan menyederhanakan bobot

molekul, sehingga dapat membantu kinerja membran saat filtrasi. Hal tersebut

ditunjukkan pada hasil pengolahan dengan injeksi ozon, diketahui waktu kontak

ozon optimum pada kontak ozon 15 menit, memberikan nilai fluks yang lebih tinggi

dan fouling yang lebih rendah.

Kombinasi pengolahan teknologi ozon dan membran ultrafiltrasi memberikan

hasil uji kualitas air sama baiknya dengan kualitas air minum, sesuai dengan

Permenkes Nomot 492 Tahun 2010 dan PP Nomor 82 Tahun 2001. Hal tersebut

ditunjukkan oleh persen penurunan pada kombinasi pengolahan teknologi ozon dan

membran ultrafiltrasi mencapai efisiensi lebih dari 95%.

Ozon secara signifikan meningkatkan persen penurunan/rejeksi baik pada

konsentrasi tinggi dan rendah. Konsentrasi tinggi persen penurunan/rejeksi

menurun dibanding konsentrasi rendah terutama pada parameter warna dan COD.

Beda konsentrasi tidak memberikan pengaruh signifikan pada persen

penurunan/rejeksi BOD, TSS dan Kekeruhan.

Besar tingkat penurunan/rejeksi kontaminan air dipengaruhi oleh banyak

sedikitnya pengotor yang terdapat pada air umpan. Dimana kondisi air Waduk

Pendidikan Diponegoro memiliki berbagai macam pengotor lainnya. Pada air keran

laboratorium UPT UNDIP diketahui berasal dari air tanah yang berpotensi

mengandung mineral tanah dan terurainya senyawa-senyawa dalam perpipaan.

V-2

Sedangkan air akuades berasal dari laboratorium Mer-C yang selalu dikontrol

kualitasnya oleh laboran sehingga terjamin kemurniannya. Dapat disimpulkan

bahwa tingkat penurunan tertinggi yang terjadi pada umpan air akuades diikuti oleh

umpan air keran dan air baku asli.

Pada pengujian air asli Waduk Pendidikan Diponegoro dilakukan juga

pengujian parameter Total Koliform. Hasil penelitian menunjukkan pengolahan

dengan injeksi ozon memberikan persen penurunan/rejeksi sebesar 83,3% dan

setelah dilakukan kombinasi pengolahan ozon + membran UF didapat penurunan

100%. Namun saat dikaji pengolahan langsung dengan membran, total koliform

juga memberikan persen penurunan/rejeksi sebesar 100%. Dapat disimpulkan

bahwa ozon dan membran sama-sama efektif dalam menyisihkan parameter Total

Koliform

Perbedaan antara hasil SEM membran sebelum filtrasi, membran setelah filtrasi

dengan kontak ozon, tanpa kontak ozon dan SEM membran dengan umpan air asli.

Dapat diketahui bahwa dengan kontak ozon membuat kontaminan lebih sederhana,

nilai Fluks diketahui semakin rendah ketika terjadi umpan yang lebih kompleks,

namun nilai penurunan semakin efektif ketika digunakan waktu kontak ozon

optimum (15 menit) dengan air umpan sintetis. Sehingga diketahui kontak ozon 15

menit mempengaruhi pengolahan dalam pengolahan air waduk sintetis dan air asli

Waduk Pendidikan Diponegoro.

5.2. SARAN

Pada aplikasi Teknologi ozon dengan Membran Ultrafiltrasi 25 kDa sebagai

pengolahan air waduk, memerlukan penelitian atau perancangan lebih lanjut untuk

menghasilkan instalasi pengolahan air minum menggunakan kombinasi Teknologi

ozon dan membran ultrafiltrasi.

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Afif, Fathoni., Erly, Endrinaldi. 2015. Indikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air

Minum Isi Ulnag yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan

Padang Selatan. Padang: FK UNAND.

Ajie, Bayu. 2011. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Kampus

Universitas Diponegoro Tembalang. Semarang: UNDIP.

Alva Laval. 2015. Flat Sheet Membranes: Alfa Laval Ultrafiltration Membranes –

PP Series: Alva Laval Corporate

Anam, C., Sirojudin., Firdausi, K.S. 2007. Analisis Gugus Fungsi pada Sampel Uji,

Bensin, dan Spiritus menggunakan Metode Spektroskopi FTIR. Jurnal Berkala

Fisika Vol.10, No.1 Hal 79-85 ISSN :1410-9662. Semarang : MIPA Universitas

Diponegoro.

Apridiyanti, Eka. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor

Kabupaten Malang Jawa Timur. Semarang: MIL UNDIP

Baker, Richard W. 2004. Membrane Technology and Applications: 2nd Edition.

California: John Wiley and Sond, Ltd

Bambang, Adrian G., Fatimawali., Kojong, Novel S. 2014 Analisis Cemarang

Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia Colu Pada Air Isi Ulang dari

Depot di Kota Manado. Farmasi: UNSRAT

Beltran, J Fernando. 2004. Ozone Reaction Kinetics for Water and Wastewater

Systems. Washington D.C: Lewis Publishers: CRC Press

Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2016. Statistik Daerah Kecamatan

Tembalang. Semarang: Badan Pusat Statistik Kota Semarang

Chen, Y., Dong. B.Z., Gao, N.Y., Fan, J.C. 2007. “Effect Of Coagulation

Pretreatment on Fouling of an Ultrafiltration Membrane”. China: Journal of

Environmental Sciences, Elsevier

Cheng, Xiaoxiang., Heng Liang, An Ding, Fangshu Qu, Senlin Shao, Bin Liu, Hui

Wang, Daoji Wu, Guibai Li. 2016. Effects of pre-ozonation on the

xiv

ultrafiltration of different NOM fractions. China: Harbin Institute of

Technology, Elsevier

Cheryan, Munir. 1986. Ultrafiltration Handbook. Pennsylvania, U.S.A: Technomic

Publishing Company, Inc.

Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Studi dan Detail Desain Waduk Diponegoro.

Semarang: PT. Jasapatria Gunatama

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air. Yogyakarta: Kanisius.

Fan, Xiaojiang., Yi Tao, Lingyun Wang, Xihui Xhang, Ying Lei, Zhuo Wang,

Hiroshi Noguchi. 2014. Performance of an integrated process combining

ozonation with ceramic membrane ultra-filtration for advanced treatment of

drinking water. China: Tsinghua University, Elsevier

Gao W., H Liang, J. Ma, M. Han, Z.L. Chen, Z.S Han, G B. Li. 2011. Membrane

fouling control in ultrafiltration technology for drinking water production: a

review, Desalination 272 1-8. Elsevier.

Gutman, I. Sutzkover, D. Hasson, R. Semiat. 2010. Humic Substances Fouling in

Ultrafiltration Processes, Desalination 261 218-231. Elsevier

Guzel-Seydim, Z. B. et al. 2004. Use of ozone in the food industry. Lebensm.-Wiss.

u.-Technol.

Goncalves, Ales Augusto. 2009. Ozone-an Emerging Technology For Seafood

Industry. Brazil. Scielo

Hartono, Prof.Dr.Ir. Djoko M dan Handojo. 2016. Emgimeering Weekly:Mengelola

Air Bersih dan Sumber Air Baku untuk Air Minum. Jakarta: Persatuan Insyinyur

Indonesia.

Harmita dan Radji M. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Edisi 3. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Huang, K. Schwab, J.G. Jacangelo. 2009. Pretreatment for low pressure

membranes in water treatment: a review, Environ. Sci. Technol. Virginia: ACS

Publications

Jermann, D. Pronk, W. Boller, M. Dan Schafer, A.I. 2009. The Role of NOM

Fouling on The Rentention of Estradiol and Ibuprofen During UF for Drinking

xv

Water Production. Journal of Membrane Science 329 75-84. Switzerland:

Elsevier

Khadre MA, Yousef AE, Kim JG. 2001. Microbiological aspects of ozone

applications in food: a review. Journal of Food Science. Vol. 66 (9) : 1242 –

1252

Kyu-Earn, J. And K. J.-W. Kangb. 2006. Killing Effect of Ozone on House Dust

Mites, The Major Indoor Allergen of Allergic Disease. Journal of Science and

Engineering 28 halaman 191-196.

Kogelschatz,U., Eliasson, B., Hirth, M. 1988. Ozone Generation From Oxygen and

Air: Discharge Physics and Reaction Mechanisms. USA. Asea Brown Boveri

Laksono, Sucipta. 2012. Pengolahan Biologis Limbah Batik Dengan Media

Biofolter. Depok: UI

Leusink, GJ. 2010. Retention Of Antioxidant Capacity OF Vacuum Microwave

Dried. Wiley

Malleviale, Joel. 1996. Water Treatment Membran Processes, AWWA, Lyonnaise

des Eaux, Water Research Commision of South Africa. NY: Mc Graw Hill.

Mierzwa, J.C., I. Hespanhol, M.C.C. da Silva, L.D.B. Rodrigues, C.F. Giorgi. 2008.

Direct Drinking Water Treatment by Spiral-Wound Ultrafiltration Membranes.

Brazil: Inoversity of Sao Paulo, Elsevier

Mulder M.. 1996. Basic Principles of Membrane Technology. Netherland: Kluwer

Academic Publishers.

Nghiem, L.D., Oschmann, N., Schafer, A.I. 2005. Greywater Recycling by direct

Ultrafiltration Understanding Fouling. Australia: University of Wollongong

Onken, Erika Hanley. 2013. Ozone: A New Water Management Paradigm.

Schaumburg: Pharmaceutical Manufacturing

Osada, Yoshishito dan Nakagawa, Tsutomu. 1992. Handbook: Membrane Science

and Technology. 270 Madison Avenue, New York 10016 USA: Marcel Dekker

Inc

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI nomor 27 Tahun

2015 pasal 1 tentang bendungan

xvi

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas

Air Minum

Radjenovic,J. Matosic,M. Mijatovic, I. Petrovic, M. 2008. Membrane Bioreactor

(MBR) as an Advanced Wastewater Treatment Technology. Emerging

Contaminans from Industrial and Municipal Waste. The Handbook od

Environmental Chemistry. Berlin.

Rahmawati, Istiqomah. 2013. Dampak Variasi Perlakuan Termal Terhadap

Karakteristik Membran Polisulfon Termodifikasi Secara Photografting.

Universitas Jember

Rakness, K.L., 2005. Ozone in Drinking Water Treatment: Process Design,

Operation, and Optimization. American Water Works Association, Denver

Rojas-Serrano, F, J.I. Perez, Gomez, M.A. Comparative study of in-line

coagulation and/or ozonization ptr-tratment for drinking water production

with spiral wound ultrafiltration membranes. Spain. Elsevier

Said, Nusa Idaman. 2007. Disinfeksi untuk Proses Pengolahan Air Minum. Pusat

Teknologi Lingkungan BPPT

Scott.K and Hughes. R.1992.Industrial membran Separation Technology.Blackie

Academic and Professional. Glasgow

Suriawiria U. 2008. Mikrobiologi air dan dasar-dasar pengolahan buangan secara

biologis. Bandung: Alumni ITB.

Susanto, Heru. 2011. Teknologi Membran. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro

Susanti, Sanny. 2010. Penetapan Kadar Formaldehid pada Tahu yang Dijual Di

pasar Ciputat dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis Disertai Kolorimetri

Menggunakan Pereaksi Nash. Jakarta: Universitas Isla Negeri Syarif

Hisayatullah

Sutrisno, T dan E. Suciastuti. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta:

Rineka Cipta

xvii

Suslow, T. V. 2004. Ozone Applications for Postharest Disinfection of Edible

Horticultural Crops: ANR Publication.

Szymanka K., A.I. Zouboulis, D. Zamboulis. 2014. Hybrid Ozonation-

Microfiltration System for The Treatment of Surface Water using a Ceramic

Membrane. University of Thessaloniki Greece: Separation and Pirofocation

Technology elsevier

Tahid. 1994. Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier No II Th VIII,

Bandung : Warta Kimia Analitis

Tchobanoglous, George., Burton, Franklin L., Stensel, H. David. 2003. Wastewater

Engineering : Treatment and Reuse.4rd ed. New York : McGraw Hill Book

Company.

US-EPA. 2006. Optimization of Membrane Treatment for Direct and Clarified

Water Filtration. Washington D.C.: AWAA research Foundation

Wenten, I. G. 1996. Membrane Technology for Industry and Environmental

Protection, UNESCO, Center for Membrane Science and Technology.

Bandung :Institut Teknologi Bandung.

Wenten, I G. 2004. Teknologi Membran dalam Pengolahan Air dan Limbah

Industri. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

www.googleearth.com diakses pada 29 April 2017 pukul 08.45

www.microelectronics.com diakses pada 20 Maret 2017 pukul 20.18

www. keywordsuggest.org diakses pada 4 Agustus 2017 pukul 21.21

www.uni-heidelberg.de diakses pada 20 Juli Tahun 2017 pukul 09.10

www.ozonesolutions.com diakses pada 30 Juli Tahun 2017 pukul 06.15

Zhang, Xihui., Jianning Guo, Lingyun Wang, Jiangyong Hu, Jia Zhu. 2013. Insitu

ozonation to control ceramic membrane fouling in drinking water treatment.

Elsevier

Zanacic, Enisa., Starvrinides, John., Mc Martin, Dena W. 2016. Field Analysis of

Potable water quality and ozone efficiency in ozone assisted biological filtration

systems for surface reatment. Water Research 397-407, Canada: Elsevier

xviii

LAMPIRAN A

xix

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Permeabilitas dan Nilai Normalitas Fluks

Membran (Larutan Sintetis)

Berat wadah kosong = 1,36gr

Berat wadah+sampel = 4,54gr

Berat permeat = Berat wadah akhir – berat wadah awal

= 4,54 – 1,36 gr = 3,18gr

Volume permeat (Vp) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟

𝝆 𝑎𝑖𝑟 (𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 1000 gr/L)

= 3,18𝑔𝑟

1000𝑔𝑟

𝑳

= 0,0032 Liter

Luas Permukaan (A) = 𝜋𝑟2 (permukaan membran berbentuk lingkaran)

Dmembran = 4,2 cm = 0,042 m

rmembran = 𝐷

2 =

0,042 𝑚

𝟐 = 0,021 m

Luas Permukaan (A) = 3,14 x 0,0212 = 0,0014 m2

Fluks = 𝑉

𝑨 𝒙 𝒕

Fluks umpan akuades yang dihasilkan selama 10 menit pertama pengolahan

Fluks (J) = 0,0032 𝐿

0,0014 m2 𝒙(2

60)𝑥 1 𝑗𝑎𝑚

= 68,8938 L/m2.jam

Permeabilitas = 𝐽

𝑷𝒐𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊

= 68,8939 L/m2.jam

1 𝐾𝑔

𝑐𝑚2

= 68,8939 𝐿

𝑚2. 𝑗𝑎𝑚.

𝑘𝑔

𝑐𝑚2

Nilai Normalitas Fluks (J/Jo) = 68,8939 L/m2.jam

68,8939 L/m2.jam = 1

xx

Lampiran 2. Hasil Uji Karakteristik Air Baku Waduk Pendidikan Diponegoro

NO PARAMETER SATUAN KONSENTRASI BAKU

MUTU INLET TENGAH OUTLET

1

MIKROBIOLOGI *

E Coli Jumlah per

100 ml sampel 46300 24300 40100 0

Total Koliform Jumlah per

100 ml sampel 62300 24500 45700 0

2

KIMIA ANORGANIK *

Arsen mg/l - - - 0,01

Fluorida mg/l 0,21 - - 1,5 Total Kromium mg/l 0 0 0 0,05

Kadmium mg/l 0 0 0 0,003

Nitrit mg/l 0,368 0,207 0,311 3

Nitrat mg/l 21,365 11,925 23,135 50 Sianida mg/l 0,001 - - 0,07

Selenium mg/l - - - 0,01

3

FISIK *

Bau Tidak berbau Warna TCU 16,895 28,695 32,629 15

TDS mg/l 172 166 179 500

Kekeruhan NTU 221,2 151,81 186,77 5

Rasa Tidak berasa

Suhu °C 29,4 28,9 29 Suhu udara ± 3

4

KIMIAWI *

Aluminium mg/l 0 0 0 0,2 Besi mg/l 0 0 0 0,3

Kesadahan mg/l 250 196,429 271,429 500

Khlorida mg/l 0 0 0 250

Mangan mg/l 0 0 0 0,4 pH 7,76 7,81 7,64 6.5-8.5

Seng mg/l 0 0 0 3

Sulfat mg/l 1,201 0,915 0,621 250

Tembaga mg/l 0,132 0,126 0,112 2 Ammonia mg/l 1,878 1,883 1,623 1,5

5 Parameter Tambahan **

COD mg/l 39,384 22,26 42,85 10

BOD mg/l 15,29 9, 73 20,45 2 TSS mg/l 296,7 222,14 281,1 50

xxi

Lampiran 3. Hasil Uji Parameter Mikrobiologi pada Air Waduk Pendidikan

oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah

xxii

23

Lampiran 4. Hasil Uji Parameter Fluorida dan Sianida pada Air Waduk Pendidikan oleh

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah

24

25

Lampiran 5. Hasil Uji Parameter Total Coliform kondisi Running pada Air Waduk

Pendidikan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah

26

27

28

29

Lampiran 6. Dokumentasi, Gambar Alat dan Bahan

Umpan Air Asli Membran setelah

pengolahan

Perbandingan Umpan sebelum pengolahan, setelah

kontak ozon dan setelah diolah Ozon+UF (Kiri-

kanan)

Hasil Membran MF untuk pembersihan alat Pengeringan botol uji

kualitas air

Reagen yang

digunakan

Unit alat filtrasi

Ozon+membran Ozon generator

Alat filtrasi membran

30

Neraca Analitik COD Reaktor BOD Inkubator Spektrofotometer

Turbidimeter pH meter Magnetic Stirrer Oven

BOD Inkubator Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) Desikator

31

HASIL DATA RUNNING WADUK PENDIDIKAN DIPONEGORO

Uji Fluks Membran UF (P=1atm, t kontak ozon= 5menit)

No.

Waktu Bobot

Wadah

Kosong

Bobot

Wadah +

sampel

Berat

Permeat Volume

Permeat A J

Permeab

ilitas J/Jo

(menit) (gr) (gr) (gr) (L) (m2) (L/m2.ja

m)

(L/m2.ja

m.Kg/c

m2)

Jo 0 1,36 4,54 3,18 0,0032 0,0014 68,8938 68,8938 1,0000

1 10 1,36 3,97 2,61 0,0026 0,0014 56,5449 56,5449 0,8208

2 20 1,36 3,92 2,56 0,0026 0,0014 55,4617 55,4617 0,8050

3 30 1,36 3,72 2,36 0,0024 0,0014 51,1287 51,1287 0,7421

4 40 1,36 3,77 2,41 0,0024 0,0014 52,2120 52,2120 0,7579

5 50 1,36 3,67 2,31 0,0023 0,0014 50,0455 50,0455 0,7264

6 60 1,36 3,71 2,35 0,0024 0,0014 50,9121 50,9121 0,7390

7 70 1,36 3,56 2,2 0,0022 0,0014 47,6624 47,6624 0,6918

8 80 1,36 3,54 2,18 0,0022 0,0014 47,2291 47,2291 0,6855

9 90 1,36 3,53 2,17 0,0022 0,0014 47,0124 47,0124 0,6824

10 100 1,36 3,52 2,16 0,0022 0,0014 46,7958 46,7958 0,6792

11 110 1,36 3,54 2,18 0,0022 0,0014 47,2291 47,2291 0,6855

12 120 1,36 3,54 2,18 0,0022 0,0014 47,2291 47,2291 0,6855

13 130 1,36 3,46 2,1 0,0021 0,0014 45,4959 45,4959 0,6604

14 140 1,36 3,54 2,18 0,0022 0,0014 47,2291 47,2291 0,6855

15 150 1,36 3,38 2,02 0,0020 0,0014 43,7627 43,7627 0,6352

16 160 1,36 3,36 2 0,0020 0,0014 43,3294 43,3294 0,6289

17 170 1,36 3,36 2 0,0020 0,0014 43,3294 43,3294 0,6289

18 180 1,36 3,24 1,88 0,0019 0,0014 40,7297 40,7297 0,5912

32

Uji Fluks Membran UF (P=1atm, t kontak ozon=10menit)

No.

Waktu Bobot Wadah Kosong

Bobot Wadah + sampel

Berat Permeat

Volume Permeat

A J Permeabili

tas J/Jo

(menit) (gr) (gr) (gr) (L) (m2) (L/m2.jam) (L/m2.jam.

Kg/cm2)

Jo 0 1,36 4,35 2,99 0,00299 0,00138 64,77750 64,77750 1,00000

1 10 1,36 3,9 2,54 0,00254 0,00138 55,02838 55,02838 0,84950

2 20 1,36 3,82 2,46 0,00246 0,00138 53,29520 53,29520 0,82274

3 30 1,36 3,75 2,39 0,00239 0,00138 51,77867 51,77867 0,79933

4 40 1,36 3,66 2,3 0,00230 0,00138 49,82885 49,82885 0,76923

5 50 1,36 3,57 2,21 0,00221 0,00138 47,87902 47,87902 0,73913

6 60 1,36 3,56 2,2 0,00220 0,00138 47,66238 47,66238 0,73579

7 70 1,36 3,54 2,18 0,00218 0,00138 47,22908 47,22908 0,72910

8 80 1,36 3,5 2,14 0,00214 0,00138 46,36249 46,36249 0,71572

9 90 1,36 3,49 2,13 0,00213 0,00138 46,14585 46,14585 0,71237

10 100 1,36 3,53 2,17 0,00217 0,00138 47,01244 47,01244 0,72575

11 110 1,36 3,49 2,13 0,00213 0,00138 46,14585 46,14585 0,71237

12 120 1,36 3,47 2,11 0,00211 0,00138 45,71255 45,71255 0,70569

13 130 1,36 3,36 2 0,00200 0,00138 43,32943 43,32943 0,66890

14 140 1,36 3,37 2,01 0,00201 0,00138 43,54608 43,54608 0,67224

15 150 1,36 3,33 1,97 0,00197 0,00138 42,67949 42,67949 0,65886

16 160 1,36 3,19 1,83 0,00183 0,00138 39,64643 39,64643 0,61204

17 170 1,36 3,18 1,82 0,00182 0,00138 39,42978 39,42978 0,60870

18 180 1,36 3,12 1,76 0,00176 0,00138 38,12990 38,12990 0,58863

33

Uji Fluks Membran UF (P=1atm, t kontak ozon=15menit)

No.

Waktu Bobot Wadah Kosong

Bobot Wadah + sampel

Berat Permeat

Volume Permeat

A J Permeabilitas J/Jo

(menit) (gr) (gr) (gr) (L) (m2) (L/m2.jam) (L/m2.jam.Kg/c

m2)

Jo 0 1,36 4,15 2,79 0,00279 0,00138 60,44456 60,44456 1,00000

1 10 1,36 3,83 2,47 0,00247 0,00138 53,51185 53,51185 0,88530

2 20 1,36 3,69 2,33 0,00233 0,00138 50,47879 50,47879 0,83513

3 30 1,36 3,71 2,35 0,00235 0,00138 50,91208 50,91208 0,84229

4 40 1,36 3,62 2,26 0,00226 0,00138 48,96226 48,96226 0,81004

5 50 1,36 3,56 2,2 0,00220 0,00138 47,66238 47,66238 0,78853

6 60 1,36 3,54 2,18 0,00218 0,00138 47,22908 47,22908 0,78136

7 70 1,36 3,58 2,22 0,00222 0,00138 48,09567 48,09567 0,79570

8 80 1,36 3,52 2,16 0,00216 0,00138 46,79579 46,79579 0,77419

9 90 1,36 3,49 2,13 0,00213 0,00138 46,14585 46,14585 0,76344

10 100 1,36 3,41 2,05 0,00205 0,00138 44,41267 44,41267 0,73477

11 110 1,36 3,48 2,12 0,00212 0,00138 45,92920 45,92920 0,75986

12 120 1,36 3,53 2,17 0,00217 0,00138 47,01244 47,01244 0,77778

13 130 1,36 3,5 2,14 0,00214 0,00138 46,36249 46,36249 0,76703

14 140 1,36 3,4 2,04 0,00204 0,00138 44,19602 44,19602 0,73118

15 150 1,36 3,37 2,01 0,00201 0,00138 43,54608 43,54608 0,72043

16 160 1,36 3,4 2,04 0,00204 0,00138 44,19602 44,19602 0,73118

17 170 1,36 3,38 2,02 0,00202 0,00138 43,76273 43,76273 0,72401

18 180 1,36 3,31 1,95 0,00195 0,00138 42,24620 42,24620 0,69892

34

Uji Fluks Membran UF dengan akuades (P=1atm, t kontak ozon=30menit)

No.

Waktu Bobot Wadah Kosong

Bobot Wadah + sampel

Berat Permeat

Volume Permeat

A J Permeabilitas J/Jo

(menit) (gr) (gr) (gr) (L) (m2) (L/m2.jam) (L/m2.jam.Kg/

cm2)

Jo 0 1,33 4,44 3,11 0,003 0,001 67,377 67,377 1,000

1 10 1,33 3,95 2,62 0,003 0,001 56,762 56,762 0,842

2 20 1,33 3,7 2,37 0,002 0,001 51,345 51,345 0,762

3 30 1,33 3,78 2,45 0,002 0,001 53,079 53,079 0,788

4 40 1,33 3,86 2,53 0,003 0,001 54,812 54,812 0,814

5 50 1,33 3,74 2,41 0,002 0,001 52,212 52,212 0,775

6 60 1,33 3,51 2,18 0,002 0,001 47,229 47,229 0,701

7 70 1,33 3,54 2,21 0,002 0,001 47,879 47,879 0,711

8 80 1,33 3,42 2,09 0,002 0,001 45,279 45,279 0,672

9 90 1,33 3,44 2,11 0,002 0,001 45,713 45,713 0,678

10 100 1,33 3,33 2 0,002 0,001 43,329 43,329 0,643

11 110 1,33 3,45 2,12 0,002 0,001 45,929 45,929 0,682

12 120 1,33 3,48 2,15 0,002 0,001 46,579 46,579 0,691

13 130 1,33 3,53 2,2 0,002 0,001 47,662 47,662 0,707

14 140 1,33 3,51 2,18 0,002 0,001 47,229 47,229 0,701

15 150 1,33 3,45 2,12 0,002 0,001 45,929 45,929 0,682

16 160 1,33 3,53 2,2 0,002 0,001 47,662 47,662 0,707

17 170 1,33 3,42 2,09 0,002 0,001 45,279 45,279 0,672

18 180 1,33 3,29 1,96 0,002 0,001 42,463 42,463 0,630

35

No. Waktu

Bobot

Wadah

Kosong

Bobot Wadah

+ sampel

Berat

Permeat

Volume

PermeatA J Permeabilitas J/Jo

(menit) (gr) (gr) (gr) (L) (m2) (L/m2.jam)(L/m2.jam.Kg/

cm2)

Jo 0 1.33 3.77 2.44 0.002 0.001 52.862 52.862 1.000

1 10 1.33 3.2 1.87 0.002 0.001 40.513 40.513 0.766

2 20 1.33 3.13 1.8 0.002 0.001 38.996 38.996 0.738

3 30 1.33 3.03 1.7 0.002 0.001 36.830 36.830 0.697

4 40 1.33 3.06 1.73 0.002 0.001 37.480 37.480 0.709

5 50 1.33 3.11 1.78 0.002 0.001 38.563 38.563 0.730

6 60 1.33 3.12 1.79 0.002 0.001 38.780 38.780 0.734

7 70 1.33 3.09 1.76 0.002 0.001 38.130 38.130 0.721

8 80 1.33 2.91 1.58 0.002 0.001 34.230 34.230 0.648

9 90 1.33 3 1.67 0.002 0.001 36.180 36.180 0.684

10 100 1.33 3.03 1.7 0.002 0.001 36.830 36.830 0.697

11 110 1.33 3.01 1.68 0.002 0.001 36.397 36.397 0.689

12 120 1.33 3.03 1.7 0.002 0.001 36.830 36.830 0.697

13 130 1.33 2.93 1.6 0.002 0.001 34.664 34.664 0.656

14 140 1.33 2.91 1.58 0.002 0.001 34.230 34.230 0.648

15 150 1.33 2.88 1.55 0.002 0.001 33.580 33.580 0.635

16 160 1.33 2.85 1.52 0.002 0.001 32.930 32.930 0.623

17 170 1.33 2.79 1.46 0.001 0.001 31.630 31.630 0.598

18 180 1.33 2.75 1.42 0.001 0.001 30.764 30.764 0.582

Uji Fluks Membran UF dengan akuades TANPA OZON (P=1atm)

36

Uji Fluks Membran UF dengan TAP water (P=1atm, t kontak ozon=15menit)

No. Waktu Bobot Wadah Kosong

Bobot Wadah

+ sampel

Berat Permeat

Volume Permeat

A J Permeabilitas J/Jo

(menit) (gr) (gr) (gr) (L) (m2) (L/m2.jam) (L/m2.jam.Kg/cm2)

Jo 0 1.36 4.21 2.85 0.003 0.001 61.744 61.744 1.000

1 10 1.36 3.8 2.44 0.002 0.001 52.862 52.862 0.856

2 20 1.36 3.73 2.37 0.002 0.001 51.345 51.345 0.832

3 30 1.36 3.66 2.3 0.002 0.001 49.829 49.829 0.807

4 40 1.36 3.71 2.35 0.002 0.001 50.912 50.912 0.825

5 50 1.36 3.63 2.27 0.002 0.001 49.179 49.179 0.796

6 60 1.36 3.61 2.25 0.002 0.001 48.746 48.746 0.789

7 70 1.36 3.5 2.14 0.002 0.001 46.362 46.362 0.751

8 80 1.36 3.54 2.18 0.002 0.001 47.229 47.229 0.765

9 90 1.36 3.52 2.16 0.002 0.001 46.796 46.796 0.758

10 100 1.36 3.43 2.07 0.002 0.001 44.846 44.846 0.726

11 110 1.36 3.39 2.03 0.002 0.001 43.979 43.979 0.712

12 120 1.36 3.41 2.05 0.002 0.001 44.413 44.413 0.719

13 130 1.36 3.35 1.99 0.002 0.001 43.113 43.113 0.698

14 140 1.36 3.43 2.07 0.002 0.001 44.846 44.846 0.726

15 150 1.36 3.46 2.1 0.002 0.001 45.496 45.496 0.737

16 160 1.36 3.48 2.12 0.002 0.001 45.929 45.929 0.744

17 170 1.36 3.44 2.08 0.002 0.001 45.063 45.063 0.730

18 180 1.36 3.3 1.94 0.002 0.001 42.030 42.030 0.681

37

Waktu

Bobot

Wadah

Kosong

Bobot

Wadah +

sampel

Berat

Permeat

Volume

PermeatA J

Permeabilit

asJ/Jo

(menit) (gr) (gr) (gr) (L) (m2) (L/m2.jam)(L/m2.jam.K

g/cm2)

Jo 0 1.33 4.02 2.69 0.00269 0.001385 58.2780883 58.2780883 1

1 10 1.33 3.27 1.94 0.00194 0.001385 42.0295507 42.0295507 0.72119

2 20 1.33 3.3 1.97 0.00197 0.001385 42.6794922 42.6794922 0.732342

3 30 1.33 3.25 1.92 0.00192 0.001385 41.5962563 41.5962563 0.713755

4 40 1.33 3.13 1.8 0.0018 0.001385 38.9964903 38.9964903 0.669145

5 50 1.33 3.01 1.68 0.00168 0.001385 36.3967243 36.3967243 0.624535

6 60 1.33 3.12 1.79 0.00179 0.001385 38.7798431 38.7798431 0.665428

7 70 1.33 3.17 1.84 0.00184 0.001385 39.863079 39.863079 0.684015

8 80 1.33 3.2 1.87 0.00187 0.001385 40.5130205 40.5130205 0.695167

9 90 1.33 3.14 1.81 0.00181 0.001385 39.2131375 39.2131375 0.672862

10 100 1.33 3.09 1.76 0.00176 0.001385 38.1299016 38.1299016 0.654275

11 110 1.33 3.1 1.77 0.00177 0.001385 38.3465488 38.3465488 0.657993

12 120 1.33 3.14 1.81 0.00181 0.001385 39.2131375 39.2131375 0.672862

13 130 1.33 3.06 1.73 0.00173 0.001385 37.4799601 37.4799601 0.643123

14 140 1.33 3.11 1.78 0.00178 0.001385 38.563196 38.563196 0.66171

15 150 1.33 2.95 1.62 0.00162 0.001385 35.0968413 35.0968413 0.60223

16 160 1.33 2.96 1.63 0.00163 0.001385 35.3134885 35.3134885 0.605948

17 170 1.33 2.86 1.53 0.00153 0.001385 33.1470168 33.1470168 0.568773

18 180 1.33 2.83 1.5 0.0015 0.001385 32.4970753 32.4970753 0.557621

No.

Uji Fluks Membran UF dengan umpan air asli (P=1atm, t kontak ozon= 15 menit) (pH= 7,72 dan suhu=26,5oC)

38

Waktu

Bobot

Wadah

Kosong

Bobot

Wadah +

sampel

Berat

Permeat

Volume

PermeatA J

Permeabilit

asJ/Jo

(menit) (gr) (gr) (gr) (L) (m2) (L/m2.jam)(L/m2.jam.K

g/cm2)

Jo 0 1.33 4.42 3.09 0.00309 0.001385 66.943975 66.943975 1

1 10 1.33 3.76 2.43 0.00243 0.001385 52.6452619 52.6452619 0.786408

2 20 1.33 3.71 2.38 0.00238 0.001385 51.5620261 51.5620261 0.770227

3 30 1.33 3.55 2.22 0.00222 0.001385 48.0956714 48.0956714 0.718447

4 40 1.33 3.59 2.26 0.00226 0.001385 48.9622601 48.9622601 0.731392

5 50 1.33 3.53 2.2 0.0022 0.001385 47.6623771 47.6623771 0.711974

6 60 1.33 3.59 2.26 0.00226 0.001385 48.9622601 48.9622601 0.731392

7 70 1.33 3.64 2.31 0.00231 0.001385 50.0454959 50.0454959 0.747573

8 80 1.33 3.45 2.12 0.00212 0.001385 45.9291997 45.9291997 0.686084

9 90 1.33 3.5 2.17 0.00217 0.001385 47.0124355 47.0124355 0.702265

10 100 1.33 3.46 2.13 0.00213 0.001385 46.1458469 46.1458469 0.68932

11 110 1.33 3.61 2.28 0.00228 0.001385 49.3955544 49.3955544 0.737864

12 120 1.33 3.37 2.04 0.00204 0.001385 44.1960224 44.1960224 0.660194

13 130 1.33 3.45 2.12 0.00212 0.001385 45.9291997 45.9291997 0.686084

14 140 1.33 3.32 1.99 0.00199 0.001385 43.1127865 43.1127865 0.644013

15 150 1.33 3.4 2.07 0.00207 0.001385 44.8459639 44.8459639 0.669903

16 160 1.33 3.35 2.02 0.00202 0.001385 43.762728 43.762728 0.653722

17 170 1.33 3.31 1.98 0.00198 0.001385 42.8961393 42.8961393 0.640777

18 180 1.33 3.2 1.87 0.00187 0.001385 40.5130205 40.5130205 0.605178

Uji Fluks Membran UF dengan akuades (P=1atm, t kontak ozon= 15 menit) (COD= 150 ppm, TSS= 400)

No.

39

Waktu

Bobot

Wadah

Kosong

Bobot

Wadah +

sampel

Berat

Permeat

Volume

PermeatA J

Permeabilit

asJ/Jo

(menit) (gr) (gr) (gr) (L) (m2) (L/m2.jam)(L/m2.jam.K

g/cm2)

Jo 0 1.33 4.06 2.73 0.003 0.001 59.145 59.145 1.000

1 10 1.33 3.11 1.78 0.002 0.001 38.563 38.563 0.652

2 20 1.33 3.13 1.8 0.002 0.001 38.996 38.996 0.659

3 30 1.33 3.16 1.83 0.002 0.001 39.646 39.646 0.670

4 40 1.33 2.95 1.62 0.002 0.001 35.097 35.097 0.593

5 50 1.33 2.91 1.58 0.002 0.001 34.230 34.230 0.579

6 60 1.33 2.97 1.64 0.002 0.001 35.530 35.530 0.601

7 70 1.33 3 1.67 0.002 0.001 36.180 36.180 0.612

8 80 1.33 2.89 1.56 0.002 0.001 33.797 33.797 0.571

9 90 1.33 2.92 1.59 0.002 0.001 34.447 34.447 0.582

10 100 1.33 2.77 1.44 0.001 0.001 31.197 31.197 0.527

11 110 1.33 2.83 1.5 0.002 0.001 32.497 32.497 0.549

12 120 1.33 2.74 1.41 0.001 0.001 30.547 30.547 0.516

13 130 1.33 2.79 1.46 0.001 0.001 31.630 31.630 0.535

14 140 1.33 2.63 1.3 0.001 0.001 28.164 28.164 0.476

15 150 1.33 2.68 1.35 0.001 0.001 29.247 29.247 0.495

16 160 1.33 2.69 1.36 0.001 0.001 29.464 29.464 0.498

17 170 1.33 2.63 1.3 0.001 0.001 28.164 28.164 0.476

18 180 1.33 2.58 1.25 0.001 0.001 27.081 27.081 0.458

Uji Fluks Membran UF dengan umpan air asli TANPA OZON (P=1atm) (pH= 7,82 dan suhu=27oC)

No.

xl

Tingkat penurunan

Parameter Keterangan

Absorbansi Konsentrasi (ppm) Penurunan (%)

0 menit 5 menit

10 menit

15 menit 30 menit

Lar Sendiri

5 menit

10 menit

15 menit

30 menit

5 menit

10 menit

15 menit

30 menit

WARNA Umpan 0,009 0,0092 0,00950 0,00890 0,00910 32,63 33,42 34,60 32,24 33,02 Ozon 0,008 0,00760 0,00700 0,00730 28,70 27,12 24,76 25,94 14,13 21,60 23,18 21,44

Permeat 0,0012 0,00110 0,00100 0,00110 1,95 1,56 1,16 1,57 93,21 94,26 95,31 93,96

COD Umpan 0,0707 0,07200 0,0713 0,07090 0,07100 42,85 41,02 42,00 42,56 42,42 Ozon 0,09280 0,093 0,095 0,09400 11,79 11,51 8,70 10,10 71,26 72,60 79,57 76,19

Permeat 0,10050 0,10070 0,10100 0,10060 0,97 0,69 0,27 0,83 91,78 94,03 96,94 91,80

BOD Umpan

20,45 21,93 22,16 20,77 21,11 Ozon 12,31 10,47 9,19 10,12 43,87 52,75 55,75 52,06

Permeat 0,11 0,04 0,01 0,02 99,11 99,62 99,89 99,80

TSS Umpan 296,7 315 292,5 297 307 Ozon 287 261 253,5 238 8,89 10,77 14,65 22,48

Permeat 0 0 0 0 100,00 100,00 100,00 100,00

Kekeruhan Umpan 221,2 220,4 233 221,7 217 Ozon 191,6 201,3 187,25 180,5 13,07 13,61 15,54 16,82

Permeat 1,84 1,22 1,08 1,8 99,04 99,39 99,42 99,00

xli

LAMPIRAN B

xlii

Lampiran 1. Form TA-01

xliii

Lampiran 2. Form TA-02

xliv

Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing TA

197505291998021001

xlv

xlvi

Lampiran 4. Surat Ijin Sampling

xlvii

Lampiran 5. Daftar Hadir Seminar

xlviii

Chyntya Syafril / 21080113140063

xlix

l

Lampiran 6. Lembar Asistensi

li

lii

Lampiran 7. Form TA-03

liii

Lampiran 8. Surat Tugas Seminar Proposal Tugas Akhir

liv

Lampiran 9. Lembar Revisi Seminar Proposal

lv

Lampiran 10. Lembar Asistensi

lvi

lvii

Lampiran 11. Form TA-04: Form Persetujuan Seminar Hasil TA

lviii

Lampiran 12. Surat Tugas Seminar Hasil

lix

Lampiran 13. Form TA-05: Form Persetujuan Sidang TA

lx

Lampiran 14. Form TA-06: Form Kelayakan Sidang TA

lxi

Lampiran 15. Transkrip Nilai

lxii

Lampiran 16. Surat Tugas Sidang Tugas Akhir

lxiii

Lampiran 17. Lembar Revisi Sidang

lxiv

lxv

lxvi

lxvii

Lampiran 18. Surat Permohonan Perpanjangan Tugas Akhir

lxviii