o rabu 123 45678 17 18 19 20 21 22 23 omei ojun ojul ags...
TRANSCRIPT
o Senin o Se/asa 0 Rabu
9
Pikiran RakyatKamis 0 Jumat 0 Sabtu 0 Minggu
10 11 12 13 14 1524 5 26 27 28 29 30 31
12317 18 19
4567820 21 22 23
OJan OPeb • Mar OApr OMei OJun o Jul 0 Ags 0 Sep OOkt 0Nov 0Des
B-andung Membarhari kemudian, 17Agustus 1945,di Pegangsaan Timur, atas na-ma bangsa Indonesia, BungKarno membacakan teks pro-klamasi kemerdekaan Indonesiadan disiarkan melalui radio keseluruh penjuru nusantara.
Kala itu, episode perang sea-kan mendekati akhir. Geloramassa berujung manis, sema-ngat juang berbuah kerner-dekaan.
Akan tetapi, tentu berbedadengan sekarang. Kala itu, radiomasih menjadi barang mewah,tak semua keluarga memi-likinya. Informasi kemerdekaan,belum semua tahu, termasukBandung, Ibu Kota Priangan,yang sekarang dikenal dengansebutan kota kembang, Ibu Ko-ta Pro i Jawa Barat.
Hari itu, pukul 23.00 WIB,Daidanoho Mr. Kasman Si-ngodimedjo, utusan dari Jakar-ta tiba di Cimahi. Beliau mem-bawa amanat, menyampaikanberita Proklamasi KemerdekaanIndonesia, sekaligus menitipkaninstruksi supaya tentara PETAdi sel ranah Priangan tidakdibu kan. Hal itu dimaksud-kan untuk mempertahankan ke-merdekaan.
Kabar baik tersebut disambutharu. Namun, di luar harapan,ternyata PETA Priangan telahlebih ulu dibubarkan Jepang.
H berlanjut, 18 Agustus1945, aidanoho Arudji Karta-winata mengajak sejumlah pe-juang mengunjungi Bandung.Para pejuang berusaha sebisa-nya, bersama awak media, me-ngumpulkan mantan Peta, Hei-ho, KNIL Bumiputra, maha-siswa dan pelajar, Syusintai,Hizbullah, dan Seinendan.
Sehari setelahnya, asa punberbuah nyata. Di Jalan Pasir-kaliki 41, Bandung, para unda-ngan datang. DaIam pertemuan,dibentuklah Badan KeamananRakyat Priangan di bawahpimpinan Arudji Kartawinata.Begitu juga di pendopo Kabu-paten Bandung, dibentuk BadanKeamanan Rakyat Kota danKabupaten di bawah pimpinanSukanda Bratamanggala.
Tepatnya pada 29 dan 30September 1945, pasukan Seku-tu dan Belanda mendarat di In-donesia. Sebagai antisipasi dan
Oleh WAHm SEPTIAWAN
D'IA bernyanyi sambilmengangguk-ang-gukkan kepaIa, terlihat
asyik. Saya terdiam, dalam hatisaya pikir dia sedang menikmatidan sesekali, barang kaJi taksengaja dia menarik tall gemba-laannya (seperti anak-anak yangsedang memainkan layangan)sehingga dua ekor kambingnyaikut tertarik.
Saya berlaIu dari anak keeilitu. Akan tetapi, pikiran sayamasih bersamanya. Apakah sianak kecil itu tahu tentang mak-na illbalik lagu itu? Atau lebihjauh lagi, apakah dia tahu se-jarah kotanya? Sejarah Priang-an, sekitar 65 tahun silam, yangdikenal dengan sebutan Peristi-wa Bandung Lautan Api.
Di Bandung, kota yang barusembilan tahun saya tempati.Momen itu diperingati setiaptahun dengan banyak cara. Mu-lai dari perayaan bersar-besarandengan sajian berlabel istimewahingga seremonial pembacaanpidato sederhana di gedung-gedung tua. Intinya, sejarahnyadiulang-ulang, diceritakan kem-baJi, sambil berharap semakinbanyak warga yang memahami,untuk kemudian memaknai.
Sebagai pendatang di KotaBandung, kota kesayangan saya.Saya tertarik untuk mengeta-huinya. Bagaimana Bandungbisa membara. Apa pemieunya?
Sebagai mahasiswa jurnalis-tik, akurasi adalah bagian darihidup saya. Saya mencari sum-ber aslinya, sampai akhirnyasaya mendapatkan naskah pida-to Omon Abdurraehman pada23 Maret 1977di Kantor LegiunVeteran Republik Indonesia,Bandung, Jawa Barat. Kebetu-lan, saya berkesempatan mewa-wanearai Tatang Endan (74),pelaku sejarah.
Sumber referensi sayabercerita, 16Agustus 1945, sete-lah menyerahnya balatentaraJepang kepada Seku-tu, terjadi kekoso-ngan kekuasaan diIndone-sia.Se-'~~L- ~~~~
JAUH dari kota,sayup-sayup, sayadengar nyanyianlama. Sambil me-
megang tali, se-orang anak kecilbercelana merah
(seragam anaksekolah dasar nege-ri di Indonesia) ber-
sandar di sebuahpohon tua di DesaCibodas, Kecama-tan Lembang, Ka-bupaten Bandung
Barat. Sambil mem-perhatikan dua ekor
kambing gembala-annua.dia menya-nyi, lagu yang sa-ngat jarang saya
dengar lagi. Halo-halo Bandung
Kllplng Humas (Jnpad 2011
l
strategi, tak sampai seminggu, 5Oktober 1945, Badan Ke-
amanan Rak-yat pun ber-ganti nama,
Iebih gagah men-jadi Tentara ~
R~at. Hal inilah yang ke-mudlan
?IemuncuIkan keIompok pe-juang, seperti Pesindo, BarisanBanteng, Barisan Sabilillah,Barisan Merah Putih, BarisanBambu Runcing, dan lain-lain.Dari hari ke hari, jumlah pe-juang bertambah banyak.Pada 12 Oktober 1945, tentara
Sekutu dan BeIanda memasukiBandung. KeIompok-kelompokpejuang pun naik pitam. Mere-ka menyerbu kamp-kamp Seku-tu. Akan tetapi, tentunya taksampai membabi buta, karenaapalah daya kala itu, persen-jataan kelompok-keIompok pe-juang jauh dari kata cukup.Mereka hanya memiliki bebera-pa pucuk senjata api kuno,golok, dan tentunya bamburuncing. Mereka sekadar men-ciptakan kegaduhan.Meskipun begitu, ternyata itu
~erisihkan Sekutu. Ujung-ujungnya, mereka meminta pi-hak Republik, supaya Bandungdibagi dua, menjadi Bandungutara dan seIatan. Bagian yangdipisahkan reI kereta api. Ba-gian utara untuk Sekutu, danbagian seIatan untuk pribumi.Namun, kesepakatan itu tak
berjalan mulus. Keadaan itu~e~buat perselisihan tak dapatdihmdarkan. Terjadi pertem-puran antara keIompok pejuangdan sekutu selama tiga hari tigamalam. Korban pun beIjatuhan.
Pe!selisihan pun menjadiperrucu munculnya ultimatumSekutu, Mereka mendesak pe-merintah pusat untuk me-ngosongkan Kota Bandung daripasukan bersenjata dengan ra-diussejauh 11 kilometer. Ulti-matum yang ditanggapi be-ragam oleh masyarakat, pejabat,pun pej,;,ang. Sampai akhirnya,muncul ide menggunakan taktikbumi hangus, seperti yang di-lakukan Rusia ketika Napoleonmenyerbu Kota Moskow.Sambil mengusap kaca
matanya yang berembun karenabuih air mata, Tatang Endan,yang saat itu berumur 18 tahun,mengatakan alasan mengapaBandung dibumihanguskan."Sebetulnya, dalarn.hati kecil-nya, orang Bandung pasti tidakmenghendaki kejadian itu. Akantetapi, setelah itu menjadi ke-sepakatan dengan pemerintahpusat, tidak ada jalan lain dari-pada menaatinya. Bagaimanapun Bandung mernpakan se-suatu yang mereka cintai. Jaditidak mungkin dilepaskan begi~. tu saja, lebih-Iebih lagi untukdikuasai oleh musuh."Rencana disusun sedemikian
matang, strategi pembumi-hangusan juga diagendakan,
dimuIai tepat pukul24.00 WIB,. yaknidengan peledakan
• dinamit terbesar,sekaligus sebagaitanda awal pem-bakaran.Jelang pembakar-
an, semua warga di-minta mengosong-
.".::-- •• ' •••• ¥ •••••••• , kan Bandung utara.Mereka berhondong-
hondong, berlarian, mem-bawa apa adanya. "Ada yang ke~elatan, menuju Ciparay, Ma-Jalaya, Soreang, Banjaran. Ada
yang ke timur, menuju Ran-caekek dan Cicalengka.Ada jugayang ke Barat, menuju Cililin,G.unung Halu dan sebagainya,"ujar Tatang.Para pejuang yang bertugas
mel~ukan pembakaran punmulai bergerak ke sejumlahtitik. Malam itu terasa lama ba-gi masyarakat, pun bagi pejuangyang bersiap melakukan pem-bakaran. Gemurnh kaki ma-syarakat yang keluar dari Ban-dung sejak siang dan sore hari,pada malam itu mulai redup,namun, gerimis masih mene-mani. Jam masih jauh daripukul iz malam.Sebelum sampai pada waktu
yang ditentukan, pembakaranpertama sudah dilakukan. Tin-dakan kurang disiplin ini,memaksa Komandan Resimen8 segera ~eng?mandokan pe-Iedakan dinamit. Meskipun se-b~gian masih dalam tahap per-siapan, mereka mempercepatlangkah, dan turnt melakukanpembakaran.M~grasi .pengungsi diiringi
tangis bayi, kepanikan warga,rasa takut dan kebingunganbercampur tak terbahasakan.Namun, yang pasti, Bandungtelah terbakar. Walau, tentu taksemuanya terbakar. "Ada ba-ngunan yang tidak berhasil se-ratus persen terbakar, macamP~, kantor pos, terns gedungbioskop Varia," tutur Tatang.Meskipun begitus nyanyian
Halo-halo Bandung mengge-ma. Berirama dengan kobaranapi yang terus membara. Peris-tiwa yang akhirnya dikenaldengan sebutan Bandung Lau-tan Api.~bu~ sejarah yang semoga
saja masih tertanam, tersimpanerat dalam sanubari semuawarga. Sebagai bahan renung-an, sebagai penjelas identitaskotanya, dan sebagai pemicuuntuk terns berkarya, bersama-sama membangun dan menja-gakotanya.
Penulis, mahasiswa Juru-san Ilmu Jurnalistik, FakultasIlmu Komunikasi UniversitasPadjadjaran ..