olein dan stearin

Upload: nakita-eka-putri

Post on 16-Oct-2015

592 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    1/16

    3

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 OLEIN SAWIT

    Tanaman kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak dari bagian buah yang berbeda.

    CPO (crudepalm oil) merupakan jenis minyak sawit yang dihasilkan dari bagain sabut buah

    (mesokarp). Sementara itu, dari bagian inti buah dapat juga diperoleh PKO (palm kernel oil).

    Kedua jenis minyak ini sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan (Ketaren 1996). Pengolahan

    minyak sawit secara lebih lanjut mampu menghasilkan berbagai jenis produk yang bernilai

    tambah. Gambar 1 berikut ini menjelaskan neraca massa pengolahan kelapa sawit berdasarkan

    data yang dihimpun oleh Tim Peneliti Surfactant and Bioenergy Research Center IPB (2009).

    Gambar 1. Neraca massa pengolahan kelapa sawit

    2.1.1 Pemurnian Minyak Sawit

    Olein sawit merupakan salah satu fraksi cair dari pengolahan CPO. Tahap pengolahan

    CPO menjadi minyak olein disebut sebagai proses pemurnian minyak. Berlusconi (2010)

    menyebutkan tahapan pengolahan minyak sawit adalah proses dry degumming and bleaching,

    deodorisasi, dan winterisasi. Karena melalui tahap tersebut, olein sering disebut sebagai RBDPO

    (Refined Bleached Deodorized Palm Olein). Proses pemurnian minyak sawit adalah sebagai

    berikut:

    2.1.1.1 Proses Dry Degumming dan Bleaching

    Pada proses pemurnian minyak di skala industri, biasanya proses degumming dan

    bleaching dilakukan sekaligus untuk mengefisienkan proses. Proses dry degumming bertujuan

    untuk menghilangkan komponen fosfolipid yang terdiri dari phospatida, protein, residu,

    Tandan Kosong33,95 %

    Biji (Nut)

    12,38%

    Sabut (Mesocarp)

    53,67%

    Serat

    8,89%

    CPO

    24,32%Air20,37%

    Brondolan Buah Sawit

    66,05%

    Tandan Buah Segar (TBS)

    100%

    Cangkang

    6,68%

    Kernel

    5,7%

    Stearin

    4,37%

    PFAD

    0,98%Olein18,97%

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    2/16

    4

    karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak. Suhu yang digunakan saat

    minyak mengalami proses degumming adalah 85C. Pada proses degumming ini ditambahkan

    asam phosphat untuk mengikat gum dalam minyak. Jumlah asam phosphat yang digunakan pada

    umumnya sekitar 0,5-2 kg untuk laju alir sekitar 3 ton/jam minyak sawit.

    Proses bleachingmerupakan tahap lanjutan dari proses degummingatau sering disebutproses pemucatan minyak. Degummed oil melalui tahap bleaching untuk memisahkan pigmen

    yang terkandung dalam minyak menggunakan bahan aktif sehingga warna minyak menjadi lebih

    cerah. Komponen tambahan dalam proses ini adalah bleaching earth. Bleaching earth tersusun

    atas beberapa senyawa yaitu SiO2, Al2O3, air terikat, ion kalsium, magnesium oksida, dan besi

    oksida. Jumlah bleaching earthyang ditambahkan adalah sekitar 0,3-1,2% dari laju alir minyak

    yang diproses. Minyak kemudian disaring menggunakan filter guna memisahkan asam phosphat

    yang sudah mengikat gum dan bleaching earthyang sudah mengikat pigmen minyak. Filter yang

    digunakan dalam penyaringan adalah menggunakan filter khusus bertekanan yaitupressure leaves

    filtersatau banyak disebut sebagai Niagara Filter dalam dunia industri. Suhu minyak diatur cukup

    tinggi yaitu 150

    o

    2.1.1.2 Proses Deodorisasi

    C agar mampu menurunkan viskositas minyak dan proses dipercepat denganpemberian tekanan sebesar 6 bar agar proses penyaringan berjalan sempurna.

    Deodorisasi merupakan teknik pengurangan komponen volatile dalam minyak yang

    menyebabkan minyak berbau serta bermanfaat dalam menghilangkan material pengotor minyak

    yang mampu dihilangkan dengan pemanasan suhu tinggi. Kondisi proses deodorisasi biasanya

    menggunakan suhu 220-260o

    2.1.1.3 Proses Winterisasi

    C dalam kondisi vakum sekitar 2 milibar. Proses deodorisasi terjadi

    dalam double wall packed column. Minyak masuk melalui bagian atas deodorizer dan mengalami

    kontak dengan beberapa traydeodorizersehingga minyak terhambur dan bagian volatileminyak

    menguap yang kemudian ditangkap oleh vapour scrubber. Material yang menguap ini disebut

    juga sebagai PFAD (palm fatty acid distillate). Minyak dari hasil deodorisasi ini merupakan

    RBD Palm Oil. RBD Palm Oil ini memiliki kandungan utama stearin dan olein.

    Proses winterisasi merupakan proses tahap akhir untuk memisahkan komponen

    minyak berdasarkan titik beku. Melalui proses ini dihasilkan dua jenis minyak yaitu olein dan

    stearin. Olein merupakan fase cair minyak sawit dalam suhu ruang, sementara stearin berbentuk

    padat dalam suhu ruang. Proses ini disebut sebagai wet fractionation karena memisahkan

    komponen minyak dengan teknik pendinginan. Proses winterisasi ini terjadi dalam filter press.

    Minyak dilewatkan dalam filter press secara horizontal. Saat melewati filter ini, stearin akan

    terperangkap dalam kantong-kantong filter karena bentuknya yang padat saat pendinginan,

    sementara olein menembus kantong filter yangpermeabelterhadap olein.

    Hasil dari pemurnian minyak sawit ini dihasilkan dua material komponen yang sangat

    berguna di masyarakat. Olein dan stearin banyak digunakan dalam berbagai industri. Olein

    merupakan komponen edible yang disebut sebagai minyak goreng untuk kebutuhan memasak.

    Sementara stearin banyak digunakan untuk pembuatan shortening dan margarin. Indonesia

    memiliki kapasitas ekspor produk olein dan sterain yang cukup besar setiap tahunnya. Kondisi ini

    didukung dengan berlimpahnya tanaman sawit dan produksi CPO yang meningkat setiap

    tahunnya. Data kapasitas produksi olein dan stearin dalam negeri menurut data BPS (2010) dapat

    dilihat pada Tabel 1.

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    3/16

    5

    Tabel 1. Kapasitas produksi olein dan stearin dalam negeri

    Tahun

    Olein Stearin

    Volume

    (Ton)

    Pertumbuhan

    (%)

    Volume

    (Ton)

    Pertumbuhan

    (%)

    2005 45.268 1.173.033

    2006 3.528.583 7.695 1.386.438 18

    2007 3.692.092 5 936.135 -32

    2008 3.831.411 4 1,121,388 20

    2009 4.107.638 7 1.554304 39

    Sumber : BPS (2010)

    Setiap tahunnya, produksi olein dan stearin meningkat yang didukung oleh

    penguasaan terhadap teknologi pemurnian minyak sawit. Tahap pemurnian ini sebenarnya tahap

    awal dalam pengolahan minyak sawit karena pada dasarnya minyak sawit mampu diturunkan

    menjadi berbagai produk lanjutan dengan nilai tambah lebih.

    2.1.2 Komponen Olein

    Olein sawit merupakan trigliserida yang pada dasarnya merupakan triester dari

    gliserol dan tiga asam lemak. Seperti sebagian besar minyak nabati dan lemak hewan lainnya,

    komponen utama dari olein adalah trigliserida atau disebut juga triasigliserol (triacyglycerol)

    (Knothe et al. 2004). Selain trigliserida, dalam olein juga terdapat komponen yang merupakan

    hasil hidrolisis trigliserida yaitu monogliserida (memiliki satu asam lemak), digliserida (memiliki

    dua rantai asam lemak), dan free fatty acid (asam lemak bebas yang tidak terikat dalam ester

    gliserol). Setiap molekut trigliserida ini tersusun dari berbagai jenis asam lemak dengan panjang

    rantai yang berbeda-beda (Mittelbach dan Remschmidt 2006). Gambar 2 merupakan contoh

    molekul trigliserida dengan 3 asam lemak oleat.

    Gambar 2. Contoh struktur molekul trigliserida

    (a) Gugus gliserol

    (b) Gugus asam lemak

    Panjang rantai dan letak ikatan rangkap menentukan sifat fisik baik asam lemak

    maupun trigliserida itu sendiri. Distribusi asam lemak jenuh (ikatan tunggal) dan asam lemak

    tidak jenuh (ikatan rangkap) dalam gliserol dalam minyak nabati tidak terjadi secara acak, namun

    ditentukan oleh enzim lipase selama proses biosintesis pada jaringan tanaman sawit (Mittelbach

    dan Remschmidt 2006).

    O

    H2COC(CH2)7CH=CH(CH2)7CH3(asam oleat)

    CHOC(CH2)7CH=CH(CH2)7CH3(asam oleat)

    OH2COC(CH2)7CH=CH(CH2)7CH3(asam oleat)

    O

    (b)(a)

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    4/16

    6

    Setiap asam lemak memiliki sifat spesifik meski memiliki jumlah karbon yang sama.

    Ada tidaknya ikatan rangkap sangat berpengaruh terhadap sifat asam lemak tersebut. Gambar 3

    adalah beberapa molekul asam lemak penyusun trigliserida minyak (Cole dan Thomson 2001).

    (a) (b) (c)

    Gambar 3. Molekul asam lemak(a) Asam stearat C

    (b) Asam oleat C

    18:0

    (c) Asam linoleat C

    18:1

    Ketiga asam lemak diatas memiliki jumlah atom karbon yang sama yaitu 18 atom. Hal

    yang membedakan adalah ketidakjenuhan dilihat dari ada tidaknya ikatan rangkap. Asam stearat

    tidak memiliki ikatan rangkap dan disebut sebagai molekul asam lemak jenuh. Berbeda dengan

    asam lemak stearat, asam lemak oleat memiliki 1 ikatan rangkap cis dan asam linoleat memiliki 2

    ikatan rangkap cis. Ikatan ini mempengaruhi struktur dan titik beku. Ketaren (1996),

    menyebutkan bahwa panjang rantai dan kejenuhan molekul minyak dan lemak mempengaruhi

    sifat fisiko kimia secara keseluruhan meliputi densitas, bilangan iod, bilangan penyabunan,bilangan asam, titik didih, titik nyala, titik beku, dan sifat yang lainnya.

    18:2

    Kandungan asam lemak berbeda-beda pada setiap jenis minyak. Komposisi asam

    lemak akan mempengaruhi sifat fisiko kimia minyak dan dapat menentukan penggunaan minyak

    tersebut secara spesifik. Tabel 2 menunjukan komposisi asam lemak yang terdapat dalam

    beberapa jenis produk minyak sawit.

    Tabel 2. Komposisi asam lemak produk minyak sawit

    Asam LemakJenis Bahan

    CPO PKOa

    Olein Stearinc

    PFADc

    Laurat (C12:0

    < 1,2) 40 52 0,1 0,5 0,1 0,6 0,1 0,3

    Miristat (C14:0 0,5 5,9) 14 18 0,9 1,4 1,1 1,9 0,9 1,5

    Palmitat (C16:0 32 59) 7 9 37,9 41,7 47,2 73,8 42,9 51,0

    Palmitoleat (C16:1 < 0,6) 0,1 1 0,1 0,4 0,05 0,2 -

    Stearat (C18:0 1,5 8) 1 3 4,0 4,8 4,4 5,6 4,1 4,9

    Oleat (C18:1 27 52) 11 19 40,7 43,9 15,6 37,0 32,8-39,8

    Linoleat (C18:2 5 14) 0,5 2 10,4 13,4 3,2 9,8 8,6-11,3

    Linolenat (C18:3 < 1,5) 0,1 0,6 0,1 0,6

    Arakidat (C20:0 ) 0,2 0,5 0,1 0,6

    Sumber : a)Godin dan Spensley (1971) dalamSalunkhe et al.(1992)b) Swern (1979)

    c)

    Basiron (1996)d)Hui (1996)

    1 ikatan

    rangkap cis2 ikatan

    rangkap cis

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    5/16

    7

    2.2 METIL ESTER

    Metil ester atau umum dikenal sebagai biodiesel merupakan salah satu produk bahan

    bakar alternatif. Biodiesel dapat dihasilkan dari berbagai jenis minyak nabati seperti minyak

    sawit, minyak kelapa, minyak jarak, minyak kedelai dan minyak nabati lainnya. Berdasarkanmolekul penyusunnya, biodiesel sering juga disebut sebagai FAME (fatty acid metil ester).

    Biodiesel memiliki beberapa aspek keunggulan jika dibandingan dengan petrodieselatau bahan

    bakar solar. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Mampu dihasilkan dari sumber daya lokal yang dapat diperbaharui sehingga dapatmengurangi ketergantungan dan tetap menghemat penggunaan solar.

    2. Memiliki sifat dapat terdegradasi.3. Mengurangi emisi gas buang (selain gas nitrogen oksida, NOx4. Memiliki angka titik nyala yang tinggi sehingga lebih aman dalam penanganan dan

    penyimpanan.

    )

    Bahan bakar berupa metil ester digunakan untuk mesin diesel dengan sistem kerjayang disebut compression-ignition engine. Pada sistem diesel ini, hanya udara yang masuk dalam

    ruang silinder saat kondisi intake. Selanjutnya udara dikompresi yang mengakibatkan besarnya

    tekanan dan tingginya suhu dalam ruang silinder. Pada saat itu juga diinjeksikan bahan bakar

    yang langsung terurai menjadi kabut. Pada kondisi ini, campuran udara dan bahan bakar

    menyebabkan pembakaran dalam ruang bakar karena suhu dan tekan yang tinggi. Proses ini

    disebutself-ignitionatau autoignition(Gerpen et al. 1996).

    Keunggulan-keunggulan tersebut mendukung penggunaan biodiesel sebagai pengganti

    bahan bakar solar. Selain itu, alasan utama penggunaan biodiesel ini karena memiliki angka

    viskositas kinematik yang mendekati angka viskositas kinematik bahan bakar solar (Knothe et al.

    2004). Menurut data dari Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia, kapasitas produksi biodieselnasional meningkat setiap tahunnya seperti yang terlihat dalam Tabel 3.

    Tabel 3. Kapasitas produksi biodiesel nasional

    No TahunKapasitas Produksi Industri Biodiesel

    (juta kiloliter/tahun)

    1. 2008 1,8

    2. 2009 2,9

    3. 2010 3,9

    4. 2011* 4,4

    * Perkiraan

    Sumber : APROBI (2011)

    2.2.1 Komponen Metil Ester

    Metil ester yang menyusun biodiesel terdiri atas beragam panjang rantai karbon atau

    umum dikenal sebagai fatty acid methyl ester. Kandungan FAME menggambarkan komposisi

    FAME dalam biodiesel yang merupakan hasil dari konversi asam lemak dalam bahan baku.

    Biodiesel dengan kandungan metil ester jenuh yang lebih banyak akan berbeda biodiesel yang

    tidak jenuh. Sifat ini yang menjadi dasar untuk dilakukan pemisahan FAME agar mendapatkan

    biodiesel dengan kemurnian rantai tertentu dan dapat digunakan pada aplikasi tertentu secara

    maksimal. Tabel 4 berikut menunjukan perbedaan sifat FAME yang telah dimurnikan.

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    6/16

    8

    Tabel 4. Angka setana, viskositas kinematik, energi pembakaran dan titik beku FAME

    ParameterKomponen FAME

    C C14:0 C16:0 C18:0 C18:1 C18:2 18:3

    Angka Setana 73,5

    a)

    74,3 75,7 55,0 42,2 22,7Viskositas Kinematik 40

    oC(mm

    2/s) 3,24

    b) 4,32 5,56 4,45 3,64 3,27

    Energi Pembakaran (MJ/kg) 38,3c)

    39,6 40,3 38,9 38,7 39,9

    Titik Beku (oC) 19

    d) 30 39 -20 -35 -46

    Sumber :a)Liew et al. (1992)

    b)Norris dan Terry (1945)c) Drake and Spies (1935)d) Bonhorst et al. (1948)e)Wheeler dan Riemenschneirder (1939)f)Treibs (1942)

    Pada Tabel 4 di atas terlihat bahwa setiap panjang rantai tertentu dari FAME akan

    memiliki sifat dan menghasilkan kinerja yang berbeda. Karakteristik biodiesel menjadi parameter

    kualitas mutu biodiesel. Setiap negara mempunyai standar tertentu dalam perdagangan biodiesel.

    Pada umumnya, standar ini adalah bentuk penyesuaian terhadap lingkungan negara tujuan

    pembeli dan menyeragamkan mutu biodiesel. Negara empat musim di Eropa mengharapkan

    biodiesel dengan titik beku rendah agar tidak mengganggu kinerja mesin. Tabel 5 merupakan

    standar metil ester untuk bahan bakar.

    Tabel 5. Standar metil ester untuk bahan bakar

    Spesifikasi SNI ASTM D6751a)

    EN 14214a)

    b)

    Angka setana min 51 min 47 min 51

    Viskositas kinematik 40 C (mm 2,3-6,0/s) 1,96,0 3,55,0

    Cloud point (titik awan) maks. 18 dilaporkanStabilitas oksidasi pada 110 C(jam); Rancimat test

    min 3 min 6

    Sumber : a) SNI 04-7182-2006 (BSN 2006)b)

    Knothe (2008)

    2.2.2 Sifat Umum Metil Ester

    Metil ester banyak digunakan sebagai bahan bakar pengganti untuk petrodieselatau

    bahan bakar solar. Setiap sumber minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku biodiesel

    akan menghasilkan biodiesel dengan sifat yang spesifik. Hal ini diakibatkan karena kandungan

    asam lemak yang beragam dalam setiap sumber minyak nabati. Oleh karenanya, dalam

    perdagangan biodiesel dunia ditetapkan standar sifat biodiesel yang dilihat dari parameter

    tertentu. Berikut adalah beberapa parameter yang digunakan dalam standar biodiesel.

    2.2.2.1 Densitas

    Densitas merupakan salah satu sifat fisik biodiesel yang menunjukkan perbandingan

    berat biodiesel dalam volume tertentu. Densitas ini biasanya dinyatakan dalam kg/m3atau g/cm

    3.

    Pada umumnya suhu yang digunakan untuk pengukuran densitas ini adalah 25oC. Namun, untuk

    lemak atau bahan dengan titik cair yang tinggi dapat pula digunakan suhu 40oC atau 60

    o

    Pada umumnya biodiesel memiliki nilai densitas yang lebih besar dibandingkan solar.

    Standar untuk densitas FAME adalah (860900 kg/m

    C

    (Ketaren 1996).

    3pada 15

    oC). Sedangkan standar densitas

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    7/16

    9

    solar Eropa EN 590 yaitu (820845 kg/m3 pada 15

    o

    Tabel 6. Nilai densitas FAME

    C). Perbedaan ini berakibat pada nilai

    pemanasan dan konsumsi bahan bakar dalam ruang bakar yang volumetrik. Nilai dari densitas

    FAME sangat ditentukan pula oleh kemurnian komponen metil ester tertentu dalam biodiesel

    (Gerpen 1996). Di sisi lain, densitas meningkat dengan panjangnya rantai dan banyaknya ikatan

    rangkap (Worgetter et al. 1998). Tabel 6 menjelaskan densitas komponan FAME dengan panjangrantai tertentu.

    No Komponen FAME Suhu Pengukuran (o

    Density (kg/mC)3)

    1. Metil ester laurat (C12:0 15) 873a

    2. Metil ester miristat (C14:0 20) 867

    3.

    b)

    Metil ester palmitat (C16:0 20) 884

    4.

    c)

    Metil ester stearat (C18:0 38) 852

    5.

    d)

    Metil ester oleat (C18:1 20) 874

    6.

    e

    Metil ester linoleat (C18:2 15) 894

    7. Metil ester linolenat (C18:3 15) 904

    Sumber :

    f)a)Liew et al. (1992)

    b)Norris dan Terry (1945)c) Drake and Spies (1935)d) Bonhorst et al. (1948)e)Wheeler dan Riemenschneirder (1939)f)Treibs (1942)

    2.2.2.2 Bilangan Iod

    Angka iod menunjukan ukuran total material tidak jenuh dalam biodiesel meliputi

    material mono-, di-, tri-, danpolyunsaturated.Dalam standar Eropa, nilai ini digambarkan dengan

    banyaknya gram iod yang digunakan untuk menjenuhkan 100 gram sampel. Menurut Mittelbachdan Remschmidt (2006), bilangan iod untuk biodiesel standar Eropa dibatasi pada angka 120(gram I2

    2.2.2.3 Bilangan Penyabunan

    /100 gram). Tingginya nilai ketidakjenuhan material biodiesel berdampak pada

    penurunan stabilitas oksidasi. Terlalu banyak ikatan tidak jenuh dalam biodiesel juga berpengaruh

    negatif pada operasi kerja mesin (Schafer et al. 1998). Nilai iod berkorelasi dengan viskositas

    dan cetane number (angka setana) dimana jika terjadi penurunan angka viskositas dan angka

    setana maka terjadi peningkatan nilai ketidakjenuhan atau tingginya nilai bilangan iod (Worgetter

    et al.1998)

    Bilangan penyabunan menjaadi parameter untuk melihat banyaknya material yang

    mampu dikonversi menjadi sabun. Bilangan penyabunan ini menggambarkan jumlah milligram

    KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram material minyak atau biodiesel. Dalam

    pengujian penyabunan, material lemak atau biodiesel akan bereaksi dengan larutan KOH dalam

    alkohol yang mampu membentuk sabun kalium. Bilangan penyabunan ini biasanya dipengaruhi

    oleh berat molekul bahan. Contoh uji penyabunan yang memiliki berat molekul lebih rendah akan

    memiliki nilai penyabunan yang tinggi (Ketaren 1996).

    2.2.2.4 Nilai Asam

    Nilai asam atau angka netralisasi menunjukan ukuran keasaman dan benyaknya asam

    lemak bebas dalam material minyak dan biodiesel. Nilai ini menggambarkan KOH yang

    dibutuhkan untuk menetralkan 1 gram FAME. Nilai asam biodiesel dipengaruhi oleh banyak

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    8/16

    10

    faktor. Faktor nyata yang berpengaruh terhadap nilai asam adalah bahan baku (feedstock) yang

    digunakan untuk pembuatan biodiesel. Faktor lain yang berpengaruh adalah penggunaan katalis

    selama proses produksi yang sangat reaktif terhadap pembentukan asam lemak bebas. Nilai asam

    biodiesel terbagi menjadi beberapa parameter yaitu kadar FFA dan nilai bilangan asam. Nilai ini

    dapat dihitung dalam satu pengujian sekaligus (Cvengros 1998).

    2.2.3 Teknologi Produksi Biodiesel

    Metil Ester (biodiesel) dapat dihasilkan dengan beberapa teknik, baik menggunakan

    konversi enzimatik maupun proses kimiawi. Pada proses biologi digunakan enzim lipase untuk

    menghasilkan biodiesel. Produksi biodiesel dengan enzim lipase disebut sebagai lipase-catalyzed

    transesterification (Mittelbach 1990). Secara kimiawi, produksi biodiesel bisa dilakukan dengan

    esterifikasi-transesterifikasi kimiawi (dua tahap) dan poses transesterifikasi langsung (satu tahap).

    Proses dua tahap dilakukan untuk minyak nabati dengan kadar FFA tinggi. Sementara itu, tahap

    transesterifikasi langsung digunakan jika kandungan FFA kurang dari 2% (Nimcevic et al. 2000).

    Transformasi kimia trigliserida menjadi biodiesel melibatkan transesterifikasi spesies

    gliserida dengan alkohol membentuk alkil ester. Transesterifikasi berfungsi untuk menggantikan

    gugus alkohol gliserol dengan alkohol sederhana seperti metanol atau etanol dan menggunakan

    katalis seperti sodium metilat, NaOH atau KOH. Penggunaan metanol banyak dipilih karena

    harganya yang lebih murah (Lotero et al. 2004;Meher et al. 2005).

    Pada produksi biodiesel dengan bacthing system, reaksi transesterifikasi mampu

    mengkonversi minyak hingga 80 94% dalam waktu 30120 menit. Noureddini et al. (1998)memperoleh hasil 98% biodiesel dalam dengan waktu proses 1 jam. Meher et al.( 2004)

    menyebutkan bahwa proses transesterifikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor tergantung kondisi

    reaksinya. Beberapa faktor penentu tersebut adalah kandungan asam lemak bebas dan kadar airminyak, jenis katalis dan konsentrasinya, perbandingan molar antara alkohol dengan minyak dan

    jenis alkoholnya, suhu dan lamanya reaksi, intensitas pencampuran dan penggunaan cosolvent

    organik. Berikut skema diagram produksi biodiesel menurut Mittelbach dan Koncar (1994).

    Gambar 4. Skemaplantproduksi biodiesel

    Unit produksi biodiesel ini mampu menghasilkan biodiesel secara efisien karena

    mampu memanfaatkan kembali bahan yang berlebih dalam proses. Selain itu, unit ini mampu

    memanfaatkan produk samping proses untuk bahan penyubur atau pupuk.

    Trans-Esterifikasi 1

    Trans-Esterifikasi 2

    Pengambilan

    Metanol

    Neutralisasi,Dekomposisi

    Sabun

    Pengambilan

    Metanol

    Esterifikasi

    Metil ester

    kasar

    PemisahanPadatan

    Gliserol

    H2SO4

    H3PO4

    Pencampuran

    Minyak

    KOH CH3OH

    Gliserol

    kasar

    Pupuk

    Pengambilan

    FFA

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    9/16

    11

    2.2.3 Mekanisme Proses Transesterifikasi

    Pada proses traneseterifikasi, satu mol trigliserida bereaksi dengan tiga mol metanol

    yang akan menghasilkan 1 mol gliserol dan 3 mol FAME. Proses ini berjalan secara reversible

    dimana molekul trigliserida dikonvesi menjadi digliserida, monogliserida dan gliserol sertaterbentuk tiga metil ester. Tahapan tranesterifikasi adalah sebagai berikut:

    1. Pemutusan rantai asam lemak R12. Pemutusan rantai asam lemak R

    dan membentuk satu molekul metil ester

    2

    3. Pemutusan rantai asam lemak Rdan membentuk dua molekul metil ester

    3

    Pada pada produksi biodiesel, biasanya metanol ditambahkan secara berlebih agar

    kinetika reaksi berjalan lebih cepat menuju titik keimbangan. Saat reaksi berjalan, penurunan

    jumlah trigliseriga akan diimbangi dengan peningkatan jumlah metil ester yang terbentuk

    (Bradshaw 1941). Prinsip reaksi kimia dalam proses transesterifikasi terlihat pada Gambar 5,

    Gambar 6, dan Gambar 7 berikut.

    dan membentuk tiga molekul metil ester

    Gambar 5. Pemutusan rantai R1

    (Knothe 2008)

    dan membentuk satu molekul metil ester

    Gambar 6. Pemutusan dan pengantian gugus R2

    Gambar 5. Pemutusan dan pengantian gugus R

    asam lemak

    3

    asam lemak

    Gambar 6. Pemutusan rantai R2

    (Knothe 2008)

    dan membentuk dua molekul metil ester

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    10/16

    12

    Gambar 7. Pemutusan rantai R3

    (Knothe 2008)

    dan membentuk tiga molekul metil ester dan gliserol

    2.3 TEKNOLOGI FRAKSINASI

    Teknologi fraksinasi merupakan salah satu teknik dalam pemisahan komponen

    melalui perbedaan titik didih. Teknologi Fraksinasi juga umum dikenal dengan istilah distilasi.

    Distilasi pada suhu rendah memiliki keuntungan yaitu mencegah pembentukan produk polimer,

    mencegah kerusakan produk, menghasilkan rendemen yang tinggi, menghasilkan produk dengan

    kemurnian yang tinggi dan dapat diaplikasikan pada kapasitas yang besar (Lee et al. 2004).

    Tujuan utama dari proses fraksinasi adalah mendapatkan suatu kompenen dengan sifat

    tertentu yang diinginkan. Biodiesel memiliki beragam kandungan FAME yang merupakan hasil

    konversi dari sumber minyak yang digunakan. Oleh karenanya perlu dilakukan pemisahan fraksi

    metil ester karena setiap panjang rantai metil ester memiliki sifat yang berbeda. Pemisahan utama

    pada proses fraksinasi adalah memisahkan komponen jenuh dan tidak jenuh. Selain itu juga

    diharapkan mampu memproduksi biodiesel dengan titik awan (cloud point) yang rendah agar tidak

    mengganggu kinerja mesin untuk aplikasi di negara empat musim. Proses distilasi biodiesel secara

    umum memiliki beberapa manfaat diantaranya untuk:

    1. Menciptakan produk yang memiliki komponen homogen2. Memenuhi perbedaan kebutuhan pasar terhadap produk biodiesel dengan kemurnian tertentu3. Mengurangi kandungan kontaminan dalam biodiesel teruma komponen sulfur4. Memenuhi standar ASTM (SRS Engineering 2011).

    Pemisahan fraksi metil ester dapat dilakukan dengan teknik fraksinasi sehingga

    menghasilkan kemurnian komponen metil ester dengan panjang rantai karbon tertentu. Proses

    fraksinasi harus memperhatikan beberapa faktor seperti kondisi tekanan udara, suhu proses dan

    waktu kontak dengan panas. Desain alat distilasi harus memungkinkan kondisi vakum dimana

    tidak terdapat udara dalam sistem, waktu kontak yang sangat singkat, memiliki sirkulasi yang

    efektif untuk mencapai efektifitas pindah masa antara uap dan kondensat, serta penggunaan steam

    yang ekonomis (Gervajio 2005).

    Lee et al. (2004) menyebutkan bahwa alat fraksinasi ada yang memiliki beberapa

    kolom. Unit fraksinasi tersebut diantaranya ada yang memiliki dua kolom, unit fraksinasi satu

    kolom dengan dinding terpisah, dan unit fraksinasi satu kolom dilengkapi dengan bilah-bilah. Unit

    fraksinasi dengan bilah-bilah ini memiliki keistimewaan karena sangat ideal apabila digunakan

    untuk meningkatkan kapasitas produksi, sangat efisien, dan biaya perawatannya relatif rendah.

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    11/16

    13

    Badget dan Lurgi mengembangkan dua peralatan distilasi yang paling banyak

    digunakan di industri. Peralatan ini mampu memisahkan asam lemak dalam kondisi tekanan

    vakum yang maksimal yaitu 1,2 kPa dan suhu 200o

    Proses fraksinasi akan menghasilkan beberapa produk sesuai dengan pengaturan suhu

    alat fraksinasi. Unit fraksinasi minimal mampu menghasilkan dua jenis produk yaitu biodiesel

    hasil dan biodiesel sisa. Biodisel sisa fraksinasi merupakan material yang tersisa dalam reaktor

    distilasi dan pada umumnya memiliki titik didih yang lebih tinggi. Warna produk ini adalah

    kecokelatan karena pengaruh pemanasan dalam suhu yang tinggi dan waktu proses yang lama.

    Sementara biodiesel hasil merupakan material yang terdistilasi atau menguap pada pengaturan

    suhu dalam reaktor. Material ini memiliki titik didih yang sesuai yang lebih rendah dan merupakan

    molekul dengan bobot ringan. Biodiesel hasil berwarna jernih dan memiliki kemurnian yang tinggi(SRS Engineering 2011). Gambar 8 berikut adalah biodiesal fraksinasi SRS Corporation, sebuah

    perusahaan engineeringUSA.

    C. Asam lemak dari hasil distilasi alat ini

    berwarna putih dan bebas dari pengotor. Komponen dasar penyusun unit fraksinasi ini antara lain

    terdiri atas daerator, pemanas, kolom fraksinasi, sistem pendingin, dan sumber vakum. Peralatandistilasi Lurgi memiliki tingkat efisiensi yang paling tinggi, waktu muat yang fleksibel, memiliki

    sistem pendingin yang baik, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama (Gervajio 2005).

    (a) (b)

    Gambar 8. Metil ester fraksinasi

    (a) Biodiesel sisa

    (b) Biodiesel hasil

    2.4 FRACTIONAL DISTI LL ATION SYSTEM

    Sistem pendistilasi fraksi atau fractional distilation systemmerupakan fasilitas untuk

    mendukung teknologi fraksinasi dalam memurnikan suatu senyawa tertentu. Beberapa perusahaan

    telah mengembangkan sistem ini. Terdapat beberapa perusahaan yang mengembangkan sistem ini

    diantaranya Lurgi (Jerman), SRS Engineering Corporation (USA), dan Pope Scientific Inc

    (USA). Setiap desain sistem fraksinasi dari perusahaan tersebut memiliki kelebihan dan

    kekurangannya masing-masing.

    Sistem fraksinasi yang dikembangkan Lurgi memiliki beberapa kelebihan. Berikut

    adalah kelebihan dari sitem fraksinasi yang dikembangkan.

    1. Memiliki dampak termal terhadap produk yang kecil sehingga menjaga kualitas2. Desain alat mempu menghasilkan produk dengan kualitas yang baik3. Mampu mengoptimalkan recoveryenergi atau panas dari alat fraksinasi tersebut4. Memiliki beberapa kolom sehingga mampu menghasilkan lebih dari dua fraksi5. Menggunakanpacking columnyang efisien dan tingkat penurunan teakanan yang kecil.

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    12/16

    14

    Unit sistem fraksinasi Lurgi mampu mendistilasi berbagai komponen seperti fatty acid

    methyl ester, fatty acid, fatty alcohol, dan produk organik lainnya yang hanya dapat dipisahkan

    melalui perbedaan titik didih rantai karbonnya. Hasil proses distilasi ini merupakan komponen

    tunggal dari produk awal yang merupakan campuran berbagai komponen. Pada uji coba dalam

    pemisahan komponen asam lemak laurat (C12

    ) dari minyak inti sawit, alat fraksinasi ini mampumenghasilkan tingkat kemurnian 99,5%. Unit fraksinasi Lurgi memiliki beberapa kolom, produk

    hasil frakisinasi pada kolom pertama akan keluar dari bagian atas kolom (fraksi 1). Sementara

    produk yang keluar dari bagian bawah kolom dimasukan kembali sebagai umpan untuk kolom

    kedua. Keluaran produk hasil fraksinasi dari bagian atas kolom kedua disebut fraksi 2 (Lurgi

    2010). Secara detail skema unit fraksinasi Lurgi dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.

    Gambar 9. Skema unit fraksinasi Lurgi

    SRSEngineering Corpmengembangan berbagai teknologi dalam meningkatkan nilai

    tambah biodiesel. Salah satu peningkatan nilai tambah yang dimiliki adalah SRS alat distilasi

    untuk memurnikan produk biodiesel. Unit ini mampu memisahkan komponen biodiesel menjadi

    fraksi biodiesel hasil dan biodiesel sisa. Produk distilasi ini memiliki keunggulan dalam

    menjawab kekurangan biodiesel dengan suhu cloud point yang rendah sehingga dapat

    diaplikasikan di negara bermusim dingin (SRS Engineering 2011).

    Pope Scienticif Inctelah mengembangkan alat fraksinasi yang diberi nama fractional

    column distillation. Terdapat dua sistem distilasi yang dikembangkan yaitu continouosmodedan

    batch mode. Unit fraksinasi ini didesain dengan ukuran menengah untuk memfasilitasi

    penggunaan berkapasitas sedang dan mengatasi perbedaan kapasitas penggunaan di laboratorium

    dan di industri. Kapasitas alat fraksinasi ini adalah antara 1-100 gallons/jam dan sangat cocok

    untuk digunakan di skala menengah. Alat fraksinasi ini digunakan dalam pemisahan bahan kimia,

    penggunaan untuk farmasi, makanan, kosmetik dan penggunaan yang lainnya. Material yang

    digunakan adalah stainless steel316 L, menggunakan packing columnPro Park, dan memiliki

    diameter kolom 2-12 inchi. Berikut adalah gambar dua tipe alat fraksinasi yang dikembangkan

    oleh Pope Scientific Inc(Pope Scientific 2005).

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    13/16

    15

    (a) (b)

    Gambar 10.Fractional column distillation

    (a) Continouos mode

    (b)Bacth mode

    Kedua tipe alat fraksinasi Pope Scientificmemiliki beberapa komponen penting untuk

    mendukung kinerja proses fraksinasi yang baik. Beberapa komponen tersebut dijelaskan sebagai

    berikut.

    2.4.1 Boi l ing Vessel

    Boiling vesselmerupakan unit penampung material atau bahan yang akan difraksinasi.

    Unit ini dilengkapi dengan kran masuk dan keluaran bahan. Selain itu, dilengkapi juga dengan

    gelas transparan untuk mengetahui ketinggian bahan, dilengkapi dengan sensor untuk mengetahui

    temperature, dan dilengkapi dengan pengukur tekanan. Spesifikasi detail Pope boiling vessel

    adalah sebagai berikut:

    1. Boiling vesselterbuat dari material kuatstainless steel316 L2. Memiliki ukuran volume 9200 gallon (diameter 936 inchi)3. Desain sederhana dengan 4 kaki penyangga4. Terdapat sambungan penghubung kolom (flangeANSI ukuran 150 lb)

    Gambar 11 merupakan boiling vessel yang dikembangkan oleh Pope untuk distilasi

    fraksi. Unit ini memiliki empat kaki penyangga dan berbentuk tabung silinder serta memiliki kran

    untuk pembuangan.

    Gambar 11.Boiling vessel

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    14/16

    16

    2.4.2 Packing Column

    Saat ini banyak terdapat di pasar berbagai jenis packing column. Pope memiliki

    berbagai jenispacking yang dipakai untuk alat fraksinasi. Jenis-jenispackingtersebut diantaranya

    adalah tipesadles, ring, dan knitted packing. Standarpacking yang direkomendasikan adalah ProPark

    yang disusun acak. Spesifikasi detailpacking Pro Park

    1. Packingterbuat dari materialstainless steel316adalah sebagai berikut:

    2. Memiliki ukuran 0,24 x 0,24 inchi dan ketebalan lembaran 0,003 inchi serta terdapat lubangyang menonjol 1,024 per inchi

    3. Densitas untuk 290.000 unitpackingadalah 21 lb/ ft2

    4. Berbentuk setengah silinder dan melengkung3

    5. Packing ini memperkecil terjadinya penurunan tekanan dalam distilasi vakum6. Efisiensipackingmeningkat seiring peningkatan vakum.

    Gambar 12 merupakan kolom fraksinasi dengan variasi packingyang dikembangkan

    oleh Pope Scientific Inc.

    Gambar 12.Packing column

    2.4.3 Condensor

    Kondensor merupakan unit pendingin untuk merubah fase material yang sudah

    teruapkan. Pada kondensor terjadi pindah panas antara fase uap bahan yang memiliki suhu tinggi

    dengan air pendingin dengan suhu rendah. Berikut adalah spesifikasi kondensor Pope Scientific:

    1. Unit kondensor terbuat dari materialstainless steel3162. Gulungan pipa dapat dilepaskan untuk keperluan pembersihan dan perbaikan3. Efisiensi tinggi dengan desain 2-4 jalur tabung berbentuk U4. Desain khusus dengan kekuatan tekanan 150 psi5. Dihubungkan denganflange column150 lb ANSI dan terdapat vantuntuk vakum6. Luas area kondensor optimal dengan tingkat penurunan tekanan yang kecil

    Gambar 13 merupakan penampakan tipe kondensor Pope Scientific Inc sebagai unit

    pengubah fase material.

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    15/16

    17

    Gambar 13. Tampilan kondensor

    2.4.4 Refl ux Section

    Reflux section berfungsi untuk mengatur distribusi material agar kembali masuk

    menuju columndan boiling vessel. Refluk bermanfaat untuk menjaga kemurnian produk. Unit ini

    memiliki 3 kran ekternal, terbuat dari material stainless steeldan teflonyang tahan panas. Unit

    refluk langsung dikendalikan oleh sistem kontrol. Unit refluk terlihat pada Gambar 14.

    (a) (b)

    Gambar 14.Reflux section

    (a) Ilustrasi refluk(b) Unit refluk

    2.4.5 L iquid Pump

    Pompa yang digunakan pada alat fraksinansi Pope adalah untuk memompa hasil

    distilasi. Pompa yang dianjurkan untuk alat fraksinasi adalah gear pump. Pompa dihubungkan

    dengan sistem kontrol untuk memudahkan penggunaannya. Pada aliran pompa dipasang flow

    meteruntuk mengetahui laju alir.

    2.4.6 Receiver Vessel

    Unit receiver vessel digunakan untuk menampung produk hasil distilasi. Tangki ini

    terbuat dari material stainless steel 316 L.Tangki Pope Scientific telah tersertifikasi oleh ASMI

    untuk kondisi vakum sampai dengan 100 psi dan 400 F (standar volume 27,4 gallon). Tangki

    dilengkapi kran untuk pengeluaran produk.

    2.4.7 Control System

    Sistem kontrol digunakan untuk mengatur kinerja alat agar proses distilasi berjalan

    dengan baik. Pada umumnya digunakan PLC untuk menjalankan alat fraksinasi. Pada alat

    fraksinasi tipe bacth, digunakan mikroprosesor Model 300 Bacth Distillation Controller. Sistem

    kontrol ini mampu menjaga proses distilasi dari awal sampai akhir proses.

  • 5/26/2018 Olein Dan Stearin

    16/16

    18

    2.5 METIL ESTER PALMITAT (C16

    Perbedaan panjang rantai karbon metil ester dan ada tidaknya ikatan rangkap dalam

    metil ester berpengaruh pada penggunaan metil ester. Pengelompokan metil ester secara umum

    terbagi menjadi dua yaitu metil ester jenuh dan metil ester tidak jenuh. Metil ester jenuh adalahmetil ester dengan ikatan tunggal. Pada biodiesel olein sawit beberapa kelompok metil ester jenuh

    yaitu metil ester laurat (C

    )

    12:0), metil ester miristat (C14:0), metil ester palmitat (C16:0), metil ester

    stearat (C18:0), dan metil ester arachidat (C20:0). Sementara itu kelompok metil ester tidak jenuh

    adalah metil ester dengan ikatan rangkap yang terdiri dari metil ester palmitoleat (C16:1), metil

    ester olet (C18:1), metil ester linoleat (C18:2), dan metil ester linolenat (C 18:3). Laporan dari

    Laboratorium Energi Terbaharukan Colorado, kelompok metil ester jenuh dalam biodiesel (C14:0,

    C16:0, C18:0)berpengaruh signifikan pada peningkatan nilai titik awan, angka setana, penurunan

    emisi NOx, dan memiliki stabilitas baik sebagai bahan bakar. Sedangkan kelompok metil ester

    tidak jenuh (C18:1, C18:2, C18:3) memiliki sifat menurunkan titik awan, angka setana, meningkatkan

    NOx,

    Demirbas (2003) menyebutkan bahwa biodiesel minyak sawit memiliki kandungan

    senyawa ikatan jenuh (palmitat) dan senyawa ikatan tidak jenuh (oleat) yang tinggi. Pemisahan

    dua kompenen ini dapat digunakan untuk perbaikan biodiesel dalam aplikasi yang lebih luas.

    Fraksi yang dapat diperoleh dari biodiesel olein adalah fraksi metil ester palmitat dan fraksi metil

    ester oleat. Pemisahan komponen metil ester melalui teknik fraksinasi membutuhkan informasi

    titik didih metil ester spesifik yang ingin dipisahkan dan diupayakan agar proses fraksinasi

    dilakukan dengan tekanan vakum. Tabel 7 berikut adalah karakteristik metil ester palmitat dan

    metil ester oleat.

    dan menurunkan stabilitas (Gerpen 2004).

    Tabel 7. Karakteristik metil ester palmitat dan metil ester oleat

    Nama SistematikNama Trivial

    RumusMolekul

    Berat Molekul(g/mol)

    Titik Beku(

    oTitik Didih

    (C)oC)

    (*

    )

    Hexadecanoic

    Palmitat (C16:0C

    )16H32O 270,462 30,5 416,5

    (996)

    cis-9-Octadecenoic

    Oleat (C18:1C

    )18H34O 296,492 -20 218,5

    (27)

    (*)

    Sumber : Rey et al. (1993), Roth dan Kormann (200), dan Knothe (2002)

    Kondisi tekanan (milibar) saat titik didih diukur

    Aplikasi metil ester palmitat dan oleat sangat beragam dalam dunia industri dilihat

    dari sifat kedua senyawa biodiesel tersebut. Metil ester palmitat (C 16:0) merupakan metil ester

    yang baik sebagai bahan bahan baku surfaktan. Komponen ini sangat baik apabila diaplikasikan

    untuk surfaktan methyl ester sulfonate(MES) melalui proses sulfonasi dengan gas SO3. Surfaktan

    yang dihasilkan dari metil ester palmitat memiliki karakteristik yang baik bila dibandingkan

    surfaktan sejenis lainnya. Menurut Matheson (1996), Surfaktan MES memperlihatkan

    karakteristik dispersi yang baik, memberikan tingkat detergensi terbaik terutama pada air dengan

    tingkat kesadahan yang tinggi dan tidak adanya fosfat, serta bersifat mudah didegradasi. Selain

    sebagai bahan pencuci dan pembersih, pemanfaatan surfaktan di industri sangat luas, misalnya

    sebagai bahan pembusaan dan emulsifier, digunakan di industri kosmetik, farmasi dan untuk

    bahan sanitasi di industri pangan (Hui 1996).