optimasi produksi m inyak cengkeh berdasarkan …
TRANSCRIPT
i
OPTIMASI PRODUKSI MINYAK CENGKEH
BERDASARKAN KERAPATAN BAHAN DAN LAMA PENYULINGAN
The Optimization of Clove Oil Production Based On the Density of Material
and Time of Distillation
KAHARUDDIN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
ii
OPTIMASI PRODUKSI MINYAK CENGKEH
BERDASARKAN KERAPATAN BAHAN DAN LAMA PENYULINGAN
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Teknik Agroindustri
Disusun dan diajukan oleh
KAHARUDDIN
kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
iii
iv
v
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaiakan tesis ini.
Tesis ini merupakan upaya kecil saya atas amanah sebagai hamba Allah
SWT. yang senantiasa berikhtiar demi mencapai predikat sebaik-baik
hamba karena banyak bermanfaat bagi sesama.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Mursalim
dan Dr. Suhardi, STP., MP. sebagai tim penasehat atas waktu yang
diluangkan untuk membimbing dan memberi motivasi. Ucapan terima
kasih juga juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Salengke, M.Sc.,
Dr. Ir. Machmud Achmad, M.P. dan Dr. Ir. Rindam Latief, M.S. sebagai tim
penguji atas arahan dan kritikan sehingga tesis ini tetap berada pada
koridor ilmiah selayaknya bagi suatu penelitian. Ucapan terima kasih juga
saya sampaikan kepada H. Lacinding sebagai pemilik industri minyak
cengkeh Gapoktan Reso Pammase atas masukannya sehingga
melahirkan gagasan untuk melakukan penelitian
Akhirnya, segala kesalahan dalam tesis ini, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab saya. Semoga tesis ini dapat memberi sebesar-besarnya
menfaat dalam penerapannya, amin.
Makassar, 24 Juli 2017
Kaharuddin
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 3 C. Tujuan Penelitian .............................................................. 3 D. Kegunaan Penelitian .......................................................... 4 E. Defenisi dan Istilah ........................................................ 4
F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5 A. Minyak Atsiri ..................................................................... 5 B. Gagang Cengkeh .............................................................. 7 C. Destilasi Uap Langsung ........................................................ 9 D. Kerapatan Bahan .............................................................. 11 E. Lama Penyulingan ............................................................ 14 F. Optimasi Produksi Minyak Cengkeh ................................. 17 G. Kerangka Pikir ................................................................ 21 H. Hipotesis ......................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN .......................................................... 22 A. Rancangan Penelitian ...................................................... 22 B. Lokasi dan Waktu .............................................................. 24 C. Alat dan Bahan ................................................................... 25 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 26 E. Analisa Data ....................................................................... 27 F. Diagram Alir Penelitian ...................................................... 28
ix
G. Prosedur Kerja ................................................................... 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 42 A. Penelitian Pendahuluan .................................................... 42 B. Penelitian Utama .............................................................. 42 C. Hasil Analisis Ragam (ANOVA) ....................................... 48 D. Hasil Optimasi ………………………………………….. ........ 51 E. Model Pendugaan Kondisi Optimum Respon terhadap
Rendemen Minyak Cengkeh ................................................... 53 F. Hasil Validasi ................................................................... 53 G. Analisa Pendapatan dan Biaya ......................................... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 56 A. Kesimpulan ....................................................................... 56 B. Saran ................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 57
LAMPIRAN ................................................................................... 61
x
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 2 3
1. Komposisi Kimia Gagang Cengkeh …………………………….. 8
2. Hasil Perhitungan Berat Bahan Berdasarkan Kerapatan Bahan ……………………………………………………………..
31
3. CCD Penelitian Utama …………………………………………. 37
4. Hasil Perhitungan Berat Bahan Berdasarkan Kerapatan Bahan …………………………………………………………….
38
5. Kombinasi Perlakuan Penyulingan Penelitian Utama ………. 39
6. Perkiraan Kerapatan Bahan ………………………………… 42
7. Perkiraan Lama Penyulingan ………………………………... 43
8. Hasil Perhitungan Rendemen dan Massa Jenis Minyak Cengkeh …….……………………………………………………...
47
9. Batasan Perhitungan Optimasi Respon terhadap Rendemen ………………………………………………………..
49
10. Hasil Validasi Respon terhadap Rendemen ………………... 53
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Skema Destilasi Uap Langsung……………………………...... 11
2. Diagram Alir Penelitian Pendahuluan ………………………. 28
3. Diagram Alir Penelitian Utama ………………………………. 29
4. Grafik Permukaan Respon Rendemen Minyak Cengkeh .. 52
5. Kontur Plot Permukaan Respon terhadap Rendemen Minyak Cengkeh …………………………………………..
52
6. Grafik Pendapatan dan Biaya Selama Penyulingan ……….. 55
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Pemilihan Model Regresi Respon terhadap Rendemen Minyak Cengkeh … …………………………………………….
61
2. Analisa Simpangan dari Model (lack of fit) Respon terhadap Rendemen Minyak Cengkeh …………………………………..
61
3. ANOVA Respon terhadap Rendemen ……………………… 61
4. Ringkasan Statistik dari Model Respon terhadap Rendemen ……………………………………………………. .
62
5. Pemilihan Model Regresi Respon terhadap Massa Jenis Minyak Cengkeh ………………………………………………
62
6. Analisa Simpangan dari Model (lack of fit) Respon terhadap Massa Jenis Minyak Cengkeh …………………..
62
7. ANOVA Respon terhadap Massa Jenis …….……………… 63
8. Ringkasan Statistik dari Model Respon terhadap Massa Jenis Minyak Cengkeh ……………………………………..
63
9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian …………………………… 64
1
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang
dibutuhkan pada berbagai industri seperti industri kosmetik (Dreger and
Wielgus, 2013), obat-obatan (Anita et al., 2015), makanan dan minuman
(Grush et al., 2004), dan aditif bahan bakar minyak (Kadarohman et al.,
2012). Minyak cengkeh lebih banyak digunakan sebagai antioksidan, anti
mikroba, antiviral, dan sitotoksik (Souza and Oliveira, 2014), dimana
komponen yang paling dominan (87,52-96,65%) adalah eugenol
(Razafimamonjison et al., 2014; Jirovets et al., 2016).
Minyak cengkeh diproduksi melalui proses destilasi bunga, gagang,
dan daun cengkeh (Euginia aromatica). Proses destilasinya dapat
dilakukan dengan cara destilasi air (hydro-destilation) atau destilasi uap
(steam-destilation) (Safruddin et al., 2015). Sebagai produk hasil destilasi,
rendemen minyak cengkeh dipengaruhi oleh kerapatan bahan dan lama
penyulingan dikarenakan semakin tinggi kerapatan bahan, maka potensi
sumber minyak yang dapat terdestilasi juga semakin banyak. Begitupun
juga dengan lama penyulingan, semakin lama waktu penyulingannya juga
berpotensi mengeluarkan minyak yang lebih banyak dari dalam bahan.
Kerapatan bahan dan lama penyulingan merupaka variabel penting yang
dapat bersinergi untuk mendapatkan rendemen yang optimal (Perdana et
al., 2015: Habibi et al., 2013).
2
Proses penyulingan minyak cengkeh dengan bahan baku gagang
pada industri Gapoktan Reso Pammase selalu mengupayakan operasi
penyulingan pada beban maksimum ketel dengan beranggapan bahwa
demi menekan biaya operasional tenaga kerja penyulingan, dengan tidak
memperhitungkan kerugian yang ditimbulkan karena tidak optimumnya
porositas kerapatan bahan di dalam ketel. Hal ini mengakibatkan
rendahnya rendemen minyak cengkeh yang diperoleh, sehingga kelebihan
beban operasi dari ketel tidak akan meningkatkan rendemen, tetapi hanya
merupakan pemborosan bahan. Bahan yang banyak menyebabkan
kerapatan bahan semakin tinggi sehingga uap akan sulit menjangkau
keseluruhan permukaan bahan. Bahan yang permukaannya tidak
terjangkau oleh uap tidak akan mengalami proses destilasi, sehingga
bahan ini menjadi bahan yang tidak berkontribusi dalam perolehan minyak
cengkeh.
Lama penyulingannya pada industri Gapoktan Reso Pammase juga
selalu berdasarkan pada lama penyulingan dengan beban maksimum
yaitu sembilan jam sejak destilat pertama keluar dari kondensor. Lama
penyulingan ini dapat merupakan lama penyulingan yang tidak optimal
dengan memperhatikan bahwa jika beban optimal dapat diperoleh maka
waktu penyulingan optimal juga dapat diperoleh. Perpaduan antara
kerapatan bahan dan lama penyulingan pada titik optimumnya dapat
memberikan rendemen minyak cengkeh yang tinggi dan memenuhi
persyaratan massa jenisnya.
3
Penelitian mengkaji berdasarkan permasalahan yang telah
diuraikan di atas, sehingga dibuat pengaturan kerapatan bahan dan lama
penyulingan dengan menggunakan gagang cengkeh sebagai bahan baku.
Hasil penelitian diharapkan akan diperoleh keadaan optimal respon
terhadap rendemen dan massa jenis minyak cengkeh yang diakibatkan
oleh variabel kerapatan bahan dan lama penyulingan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian adalah :
1. Berapa rendemen minyak cengkeh yang optimal.
2. Berapa massa jenis minyak cengkeh yang optimal.
3. Berapa kerapatan bahan dan lama penyulingan yang
mengoptimalkan rendemen minyak cengkeh.
4. Berapa kerapatan bahan dan lama penyulingan yang
mengoptimalkan massa jenis minyak cengkeh
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah :
1. Menentukan rendemen (%) minyak cengkeh yang optimal.
2. Menentukan massa jenis (g/ml) minyak cengkeh yang optimal.
3. Menentukan kerapatan bahan (g/l) dan lama penyulingan
(jam) yang mengoptimalkan rendemen minyak cengkeh.
4. Menentukan kerapatan bahan (g/l) dan lama penyulingan
(jam) yang mengoptimalkan massa jenis minyak cengkeh.
4
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah sebagai bahan informasi bagi pelaku
usaha industri minyak cengkeh khususnya yang menggunakan gagang
cengkeh sebagai bahan baku, sehingga dapat diperoleh rendemen dan
massa jenis yang optimal berdasarkan kerapatan bahan dan lama
penyulingan.
E. Defenisi dan Istilah
Defenisi dan istilah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Destilat adalah campuran air dan minyak yang keluar dari
kondensor.
2. Kondensor adalah bagian dari alat destilasi yang berfungsi
untuk mengubah fase uap menjadi fase cair.
3. Ketel adalah bagian dari alat destilasi yang berfungsi sebagai
tempat bahan dan tempat air suling
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Proses produksi minyak cengkeh
2. Perhitungan rendemen dan massa jenis minyak cengkeh.
3. Analisa rendemen dan massa jenis berdasarkan RSM
4. Penentuan kerapatan bahan dan lama penyulingan yang
memberikan respon terhadap rendemen dan massa jenis
yang optimal.
5
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
A. Minyak Atsiri
Minyak atsiri biasa juga disebut minyak terbang (volatile oil) atau
minyak eteris (essential oil) dengan sifat-sifat (Hambali et al., 2011):
- berbau wangi sesuai aroma tanaman penghasilnya,
- mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
dekomposisi,
- mempunyai rasa getir (pungent taste),
- umumnya larut dalam pelarut organik (alkohol, eter, petroleum,
dan benzene),
- tidak larut dalam air.
Sifat tidak larut dalam air memberikan kemudahan untuk melakukan
pemisahan antara air dan minyak pada proses penyulingan, sehingga
pada penelitian digunakan pemisahan dengan membuang air yang berada
di bagian atas pada destilat, kemudian minyaknya diambil dan disaring.
Minyak atsiri semakin banyak digunakan sebagai bahan terapi
karena terdapat komponen aroma. Senyawa tersebut berinteraksi dengan
sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfaktori,
kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak di bawah
kesetimbangan korteks serebri (Muchtaridi, 2005). Peranan minyak atsiri
yang semakin luas pada dunia kesehatan sejalan dengan pertumbuhan
populasi manusia, menjadikan minyak atsiri sebagai komoditi penting.
6
Minyak atsiri merupakan zat aditif organik (bioaditif) yang berfungsi
untuk memperkaya kandungan oksigen dalam bahan bakar sehingga
meningkatkan pembakaran di dalam mesin. Hal ini disebabkan karena
komponen penyusunnya banyak mengandung atom oksigen. Selain itu,
struktur ruang senyawa penyusun minyak atsiri, ada yang dalam bentuk
siklis dan rantai terbuka diharapkan dapat menurunkan kekuatan ikatan
antar molekul penyusun bahan bakar solar, sehingga proses pembakaran
akan lebih efektif (Kadarohman, 2008). Penggunaan minyak atsiri sebagai
aditif pada bahan bakar, memperlihatkan diversifikasi penggunaan minyak
atsir semakin luas. Semakin luasnya penggunaan minyak atsiri berkorelasi
positif terhadap semakin luasnya potensi ekonomi yang dapat diperoleh.
Potensi ekonomi yang semakin luas mempersyaratkan pentingnya
mengembangkan teknik-teknik produksi yang lebih efisien, terutama teknik
produksi yang mengoptimalkan rendemen.
Minyak atsiri diproduksi oleh tumbuhan sebagai cara alami untuk
melakukan perlindungan diri sehingga terbentuk minyak atsiri. Ada empat
molekul yang secara umum merupakan bagian dari hasil metabolisme
yaitu protein, karbohidrat, asam nukleat, dan lemak. Hasil metabolisme
menyebabkan minyak atsiri merupakan turunan dari salah satu hasil
metabolisme molekul tersebut. Selain itu, dalam metabolisme juga
dihasilkan sebagian kecil molekul terpen, asam sikimat, poliketida, dan
alkaloid, dan yang paling banyak adalah terpen dan asam sikimat (Baser
and Buchbauer, 2010).
7
Rendemen dan mutu minyak cengkeh dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu (Anonim, 2010):
1. Asal tanaman
2. Varietas
3. Mutu bahan
4. Metode penyulingan
5. Penanganan minyak yang dihasilkan
Dengan demikian kerapatan bahan dan lama penyulingan merupakan
faktor-faktor yang berpengaruh dan berhubungan dengan metode
penyulingan, sehingga penting untuk menemukan keadaan optimalnya
dengan menempatkan kerapatan bahan dan lama penyulingan sebagai
variabel-variabel bebas dan rendemen sebagai variabel terikat.
B. Gagang Cengkeh
Gagang cengkeh merupakan bagian tanaman yang menempel
pada bunga cengkeh sebagai pegangan bunga. Letaknya yang menempel
pada bunga cengkeh menyebabkan kadar eugenol yang dikandung oleh
minyak gagang (clove stalk oil) relatif lebih besar dari pada minyak daun
(clove leaf oil) (Anonima, 2016). Selain itu, keadaan penanganan gagang
cengkeh di tingkat petani, dimana gagang cengkeh lebih diperhatikan
dibanding daun cengkeh. Gagang cengkeh biasanya dijemur dan
dimasukkan ke dalam rumah, sedangkan daun cengkeh dibiarkan
berserakan di bawah pohon dan ketika sudah kering, kemudian dikumpul.
8
Gagang cengkeh mengandung beberapa komponen kimia
sebagaimana Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Gagang Cengkeh
Komponen Kandungan (%)
Air 8,7 - 10,2
Abu 6,9 - 9,0
Minyak Atsiri 5,0 - 6,0
Fixed Oil dan Resin 3,5 - 4,0
Protein 5,8 - 6,0
Serat Kasar 13,0 - 19,0
Tanin Sekitar 10,0
Sumber: Ketaren (1985)
Penyulingan minyak gagang cengkeh dengan bobot bahan antara
50-60 kg dengan metode uap langsung dengan alat terbuat dari stainless
steel, pernah dilakukan dan menghasilkan rendemen 5–6% dengan kadar
eugenol 90-98%. Makin lama waktu penyulingan, makin rendah kadar
eugenol dari minyak yang dihasilkan. Selain itu penyulingan 680 kg
gagang cengkeh yang dilakukan di Zanzibar dengan menggunakan cara
uap langsung yang alatnya terbuat dari stainlees steel selama 16 jam,
menghasilkan minyak yang jernih hampir seperti air dengan rendemen
5-7%. Selama masa penyimpanan, minyak dapat berubah menjadi kuning,
kadang-kadang menjadi keunguan (Nurjannah, 2004). Dengan demikian
pengaturan kerapatan bahan dan lama penyulingan pada proses destilasi
dengan bahan gagang cengkeh menghasilkan minyak cengkeh yang
optimal dan memenuhi persyaratan massa jenis.
9
C. Destilasi Uap Langsung
Bagian utama dari alat destilasi uap langsung (dikukus) yaitu
tungku api, ketel penyuling, kondensor (pendingin), dan
penampung/pemisah minyak. Cara ini dimana bahan diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlobang dan bahan kering berada pada jarak
tertentu di atas permukaan air. Ketel suling diisi air sampai permukaan air
berada tidak jauh dari saringan. Ciri khas metode ini adalah uap selalu
dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas, serta bahan yang
disuling hanya berhubungan dengan uap, dan tidak dengan air panas
(Anonimb, 2016).
Destilasi dengan metode uap langsung memiliki kelemahan yaitu
kecepatan penyulingannya yang rendah. Dalam destilasi sederhana,
uapnya diambil dan dikondensasi, biasanya destilat yang keluar dari
kondensor merupakan komposisi yang lebih banyak mengandung
komponen komponen lain dibandingkan cairan semula. Siklus pendidihan
dan kondensasi dapat diulang secara berurutan. Pengulangan pada
destilasi dapat lebih memurnikan minyak yang dihasilkan (Anonimc, 2016).
Destilasi dengan metode uap langsung, saat ini menjadi populer
dikalangan usaha kecil. Destilasi dimana jumlah bahan yang masih
sedikit, biasanya ketel dihubungkan langsung dengan api, sedangkan
dengan bahan yang lebih banyak biasanya menggunakan mantel uap.
Metode ini pada prinsipnya adalah bahan olahan diletakkan di atas rak-rak
atau saringan berlubang. Ketel diisi air hingga tidak berada jauh di bawah
10
saringan. Pemanasan bahan dilakukan oleh uap jenuh yang basah dan
bertekanan rendah. Keuntungan alat ini adalah uap selalu dalam keadan
panas jenuh dan tidak terlalu panas, serta bahan tidak berhubungan
langsung dengan air panas, sehingga menempatkan alat ini lebih unggul
dibandingkan alat dengan metode destilasi uap tidak langsung. Alat jenis
ini juga menggunakan bahan bakar yang lebih sedikit. Kelemahan metode
ini adalah proses penyulingannya lebih lama tetapi pada beberapa
keadaan, tekanan uap yang rendah akan menghasilkan minyak atsiri yang
berkualitas baik (Sumarni et al., 2008).
Metode destilasi uap langsung, dalam prakteknya bahan tersebut
dimasukkan ke dalam ketel penyuling, kemudian ditambahkan sejumlah
air dan dididihkan. Dengan pemanasan oleh air dan uap, minyak atsiri
akan dibebaskan dari kelenjar minyak dalam jaringan tanaman. Alat
penyuling, akan berisi dua macam cairan, yaitu air panas dan minyak atsiri
yang tidak saling melarutkan atau hanya sebagian kecil saja melarut
secara perlahan-lahan. Cairan dalam alat penyuling dididihkan sehingga
campuran uap terdiri dari uap air dan uap minyak. Campuran uap tersebut
mengalir melalui pipa menuju ke kondensor sehingga uap tersebut
dicairkan kembali dengan sistem pendinginan dari luar, yaitu biasanya
dengan air dingin. Dari kondensor, kondensat tersebut ditampung dalam
tabung pemisah (receiver), dan dalam tabung tersebut minyak atsiri akan
terpisah dari air (Rusli dan Ketaren, 2011). Skema destilasi uap langsung
sebagaimana Gambar 1.
11
Gambar 1. Skema Destilasi Uap Langsung.
D. Kerapatan Bahan
Destilasi yang dilakukan pada daun cengkeh menunjukkan bahwa
daun cengkeh tanpa cacahan, proses destilasinya berlangsung lambat
karena volume daun lebih banyak yang memenuhi tangki. Volume daun
yang memenuhi tangki menyebabkan uap tidak sempurna ke luar ke
kondensor, sedangkan untuk cacahan halus volume daun tidak memenuhi
tangki sehingga uap dapat dengan mudah keluar (Perdana et al., 2015).
Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa kerapatan bahan dapat
berpengaruh terhadap perolehan minyak cengkeh, sehingga dapat
dijadikan faktor yang baik untuk dilakukan penelitian.
Kerapatan bahan untuk penyulingan daun cengkeh adalah 75 g/l.
Kerapatan ini memperlihatkan keadaan yang baik untuk memperoleh
rendemen daun cengkeh sekitar 2-3% (Perdana et al., 2015). Kerapatan
bahan ini, dapat menjadi perbandingan yang rasional antara bahan daun
12
cengkeh dan bahan gagang cengkeh untuk memperoleh kerapatan yang
baik dalam perolehan minyak cengkeh. Dengan demikian dapat diatur
kerapatan bahan untuk penyulingan dengan bahan gagang cengkeh pada
kerapatan yang lebih tinggi. Kerapatan yang lebih tinggi dengan
pertimbangan bahwa gagang cengkeh lebih mudah ditingkatkan
kerapatannya karena gagang cengkeh lebih mudah patah menjadi ukuran
yang lebih kecil dibandingkan dengan daun cengkeh.
Kerapatan bahan yang umumnya digunakan untuk bahan yang
berupa akar-akaran adalah 223 g/l (Tanasale, 2012). Keadaan ini
memberikan gambaran bahwa material gagang cengkeh yang bentuk
fisiknya mendekati bentuk fisik akar wangi, memungkinkan dilakukan
penelitian dengan kerapatan yang mendekati kerapatan akar-akaran.
Pelaku industri yaitu Gapoktan Reso Pammase yang dipimpin oleh
H. Lacinding melakukan penyulingan pada kapasitas ketel sekitar 1.200–
1.400 kg. Dimensi ketel dengan diameter 180 cm dan tinggi 160 cm,
sehingga diperhitungkan bahwa kerapatan bahan di dalam ketel adalah
294,9–344,06 g/l. Kerapatan bahan pada industri tidak memperhatikan
kerapatan yang dapat mengoptimalkan rendemen minyak cengkeh.
Penyulingan diupayakan pada kerapatan bahan yang maksimum untuk
meringankan biaya tenaga kerja. Keadaan pada industri memberikan
gambaran terjadinya penggunaan bahan baku yang tidak efisien. Dengan
demikian penting untuk dilakukan penelitian dengan variabel kerapatan
bahan. sebagai upaya untuk menerapkan operasi yang efisien
13
Bahan daun sirih dengan ukuran rajangan yang berukuran besar
akan sulit ditembus oleh uap air dan juga menyebabkan jarak ruang antar
bahan lebih besar sehinggga sebagian uap air akan melalui jalur tesebut.
Hal ini yang menyebabkan rata-rata rendemen minyak sirih yang
dihasilkan dari ukuran rajangan 3,1-4,0 cm dan 4,5-5,0 cm relatif lebih
kecil (Novalny, 2006). Dengan demikian bahwa ukuran bahan yang juga
berdampak pada kerapatan bahan di dalam ketel, menyebabkan
perbedaan rendemen minyak sirih yang dihasilkan. Kepadatan bahan
yang berbeda-beda juga dapat diterapkan pada penyulingan dengan
bahan baku gagang cengkeh, sehingga diharapkan dapat diperoleh
respon terhadap rendemen dan massa jenis yang optimal.
Penyulingan minyak atsiri dengan bahan baku kayu manis, yang
telah digiling halus -10+20 mesh pada berbagai kerapatan yaitu: 34,41;
68,82; dan 137,6 g/l, memperlihatkan perolehan minyak atsiri semakin
menurun dengan meningkatnya kerapatan bahan. Rendemen minyak
yang dihasilkan berturut-turut yaitu: 0,46; 0,18; dan 0,13% (Inggrid dan
Djojosubroto, 2008). Keadaan ini memperlihatkan adanya pengaruh
kerapatan bahan yang dapat diterapkan pada penyulingan dengan bahan
gagang cengkeh. Penelitian ini dibuat pengaturan kerapatan bahan yang
lebih padat dari pada bahan kulit kayu manis dengan memperhatikan
bahwa potongan-potongan gagang cengkeh lebih kecil dari pada
potongan kulit kayu manis. Potongan gagang cengkeh yang lebih kecil
menyebakan kerapatan bahan baku gagang cengkeh akan lebih padat.
14
Semakin tinggi massa bahan di dalam ketel menyebabkan uap yang
dapat masuk semakin kecil uap. Hal ini disebakan jarak ditempuh yang
dubutuhkan oleh uap semakin besar. Selain itu tumpukan bahan yang
padat menyebakan hambatan yang dialami oleh uap juga semakin besar.
Keadaan ini dapat memunculkan adanya jalur uap (rat holes) yang dapat
menyebabkan terjadinya kehilangan uap, sehingga uap yang melalui
bahan tidak dapat mengikat minyak dari jaringan-jaringan kantung minyak
pada bahan (Fathoni, et al., 2015). Dengan demikian massa bahan di
dalam ketel, merupakan faktor yang penting untuk memperoleh rendemen
minyak cengkeh yang optimal.
E. Lama Penyulingan
Waktu penyulingan yang semakin lama menyebabkan semakin
meningkatnya minyak yang dapat dihasilkan. Hal ini disebabkan karena
panas yang diterima semakin banyak dan proses difusi semakin
meningkat, sehingga proses penyulingan semakin dipercepat (Perdana et
al., 2015). Dengan demikian, lama penyulingan merupakan salah satu
variabel penting untuk ditemukan titik optimalnya.
Lama penyulingan daun nilam yang menghasilkan rendemen yang
tinggi yaitu antara 0,84-3,631% adalah 6-8 jam (Syauqiah et al., 2008).
Dengan melihat bahwa material daun nilam lebih tipis dibanding gagang
cengkeh, maka memungkinkan untuk melakukan penelitian dengan
variabel lama penyulingan dengan waktu yang lebih lama apabila
menggunakan bahan gagang cengkeh. Waktu penyulingan yang lebih
15
lama pada penyulingan gagang cengkeh memberikan potensi rendemen
minyak yang lebih tinggi. Dengan diperolehnya rendemen minyak yang
tinggi, maka dapat diperoleh lama penyulingan dengan respon terhadap
rendemen yang optimal.
Kondisi rendemen optimal sekitar 3,77% untuk penyulingan daun
nilam diperoleh pada temperatur penyulingan 135 oC dengan waktu 6 jam,
dan tekanan penyulingan 1,5 bar (Harunsyah, 2012). Keadaan ini menjadi
salah satu acuan pada penyulingan minyak cengkeh dengan
mempertahankan temperatur pada kisaran suhu 108 oC sampai dengan
162 oC, sehingga penting untuk mengetahui performa alat destilasi.
Lama penyulingan daun cengkeh sekitar 5-7 jam pada tekanan 0,5
bar, menghasilkan minyak cengkeh dengan densitas yang memenuhi
standar SNI yaitu sebesar 1,030-1,032 g/ml (Nuryoto et al., 2011).
Material gagang cengkeh yang lebih tebal dibandingkan daun cengkeh,
kemungkinan memerlukan waktu yang lebih lama.
Penyulingan gagang cengkeh pada industri berdasarkan keterangan
dari pelaku usaha Gapoktan Reso Pammase di Desa Komba Kecamatan
Larompong Kabupaten Luwu atas nama H. Lacinding, bahwa dengan
kapasitas ketel sekitar 1.200–1.400 kg, dibutuhkan lama penyulingan
sekitar 9 jam terhitung sejak kondensat menetes. Berdasarkan keadaan
ini sangat memungkinkan untuk menggunakan lama penyulingan dengan
kisaran waktu 9 jam, yang diharapkan merupakan area penelitian lama
penyulingan yang memperoleh respon terhadap rendemen yang optimal.
16
Waktu optimal untuk proses destilasi daun cengkeh dengan
menggunakan metode destilasi uap tidak langsung adalah selama 6 jam
terhitung destilat pertama ke luar dari kondensor. Selain itu juga,
memperlihatkan bahwa laju ekstraksi minyak pada permulaan penyulingan
berlangsung cepat dan banyak, dan secara bertahap semakin berkurang
sampai kira-kira 2/3 minyak telah tersuling (Habibi et al., 2013). Dengan
demikian bahwa dengan menggunakan destilasi uap langsung
sebagaimana pada penelitian ini, maka potensi penggunaan waktu
menjadi lebih lama.
Kondisi operasi penyulingan minyak cengkeh dengan bahan baku
daun cengkeh pada UKM Jalan Laut yang berada di Jalan Laut Desa Sido
Asri Kecamatan Sumber Manjing Wetan Kabupaten Malang adalah
dengan kapasitas ketel 300 kg bahan baku, dengan lama penyulingannya
adalah 7 jam menghasilkan minyak dengan rendemen 3,0-4,3% (Affifah et
al., 2016). Dengan demikian, bahan baku gagang cengkeh yang lebih
keras struktur selnya akan dibutuhkan waktu yang lebih lama pada proses
penyulingannya.
Komponen yang diukur pada dunia komersil minyak cengkeh
adalah massa jenis, dikarenakan terpenuhinya standar mutu massa jenis
berbanding lurus dengan terpenuhinya kandungan eugenol. Kadar
eugenol yang meningkat menyebabkan massa jenis minyak juga semakin
tinggi karena eugenol merupakan fraksi berat dalam minyak cengkeh
(Nurhasanah et al., 2002).
17
F. Optimasi Produksi Minyak Cengkeh
Upaya dan keuntungan yang dipraktekkan dalam berbagai situasi
dapat digambarkan sebagai sebuah fungsi optimasi. Fungsi optimasi
dalam penggunaan sumber daya merupakan fungsi yang meminimalkan
atau memaksimumkan (Rao, 2009). Dengan demikian salah satu upaya
optimasi produksi adalah memaksimumkan perolehan minyak cengkeh,
dan meminimalkan penggunaan bahan baku dan bahan bakar pada
penerapannya dalam industri.
Optimasi selalu menemukan pilihan-pilihan terbaik pada keadaan
terbatasnya sumber daya seperti misalnya bahan baku, tenaga kerja, dan
sarana fisik lainnya. Keterbatasan ini dibuat sebagai fungsi pembatas
sehingga dapat dihitung dengan pendekatan matematika yang melibatkan
beberapa variabel (Iqbal, 2013). Penelitian ini memberikan pembatasan
pada kerapatan bahan dan lama penyulingan sebagai bagian yang
kemungkinannya mempengaruhi rendemen minyak cengkeh. Jika
memperhatiakan pelaksanaannya pada industri, dimana kedua variabel ini
merupakan kesatuan fungsi biaya yaitu kerapatan bahan berhubungan
dengan biaya bahan baku, dan lama penyulingan berhubungan dengan
biaya bahan bakar.
Karakteristik hubungan antara variabel-variabel bebas dan respon
selalu menjadi penting untuk diidentifikasi. Identifikasi ini dimaksudkan
untuk memudahkan pengambilan keputusan jika terjadi perubahan
ketersediaan sumber daya dalam penerapannya pada industri.
18
Eksperimen dengan menggunakan RSM bertujuan (Rahmawaty dan
Sutanto, 2011):
a. Mencari fungsi respon sebagai model yang menunjukkan
hubungan antara variable-variabel bebas dan respon.
b. Menentukan nilai stasioner yaitu nilai dari variable bebas yang
menghasilkan respon yang optimal.
Dengan demikian dengan menggunakan metode ini, dapat ditemukan
kerapatan bahan dan lama penyulingan yang memberikan respon
terhadap rendemen yang optimal, dan massa jenis yang sesuai dengan
mutu perdagangannya yaitu massa jenis > 1,0300 g/ml pada suhu 25 oC.
Penelitian yang menggunakan RSM jika diasumsikan hanya
dipengaruhi oleh dua variabel, maka model matematika orde satu yang
dibangun sebagaimana Persamaan 1 :
Y=β0 + β1X1 + β2X2 + ε, ………………………………………….. . (1)
Dengan β0, β1, β2 adalah konstanta yang akan ditentukan dan X1 dan X2
berturut-turut menyatakan variabel yang mempengaruhi respon. Metode
ini merupakan suatu teknik untuk menganalisis permasalahan respon
yang dipengaruhi oleh beberapa variabel-variabel bebas dengan tujuan
mendapatkan nilai optimum respon. Jika model demikian tidak cocok,
yang ditandai dengan terdapatnya lengkungan dalam sistem, maka
analisis dilanjutkan dengan model respon orde II yang dapat dituliskan
pada Persamaan 2 (Marwan, 2010):
𝑌 = 𝛽0 + 𝛽𝑖𝑋𝑖𝑛𝑖=1 + 𝛽𝑖𝑖𝑋𝑖2𝑛
𝑖=1+ 𝛽𝑖𝑗𝑋𝑖𝑋𝑗 + 𝜀𝑗𝑖 ………….... (2)
19
Dengan demikian pada penelitian dengan menggunakan dua variabel
yaitu kerapatan bahan dan lama penyulingan, sudah memiliki prosedur
yang sesuai pada penggunaan RSM.
Tahapan dalam metode permukaan respon secara garis besar terdiri
dari beberapa tahapan yaitu (Nurhayati dan Salimy, 2008):
1. Mencari fungsi aproksimasi yang menyatakan hubungan antara
variabel respon dengan variabel-variabel bebas.
2. Mengestimasi parameter-parameter dari fungsi aproksimasi yang
diperoleh dengan metode kuadrat terkecil.
3. Dilakukan analisis pengepasan permukaan. Karakteristik
permukaan respon digunakan untuk menentukan apakah jenis titik
stationernya maksimum, minimum, atau titik pelana.
Dengan demikian titik optimum diperoleh tidak harus berupa satu titik,
melainkan dapat juga tersebar pada beberapa titik, sehingga biasanya
diperlukan faktor penunjang yang lain untuk membuat keputusan dalam
penentuan titik optimalnya. Faktor-faktor penunjang yang lain ini biasanya
melalui pertimbangan yang rasional pada suatu operasi industri misalnya
perbandingan biaya dan perbandingan penggunaan waktu, sehingga
ditemukan titik operasi yang lebih menguntungkan.
CCD merupakan salah satu prosedur RSM dengan pengelompokan
data penelitian yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah
faktorial, kedua berupa aksial, dan ketiga berupa nilai tengah (Myers, et
al., 2016). Pengulangan pada nilai tengah merupakan ciri-ciri dari CCD.
20
Pengulangan pada nilai tengah dimaksudkan untuk memperoleh
simpangan dari model (lack of fit). Simpangan dari model menunjukkan
akurasi model yang diperoleh (Gasperz, 1995).
CCD melakukan tiga jenis pengujian yaitu uji faktorial, uji aksial, dan
uji nilai tengah (Montgomery, 2001). Nilai tengah digunakan untuk
mendeteksi kelengkungan dalam respon. Nilai tengah berkontribusi
terhadap perkiraan koefisien kuadratik. Nilai aksial juga digunakan untuk
memperkirakan koefisien kuadratik, sedangkan nilai faktorial terutama
digunakan untuk memperkirakan koefisien linear dan interaksi dua arah.
Setiap variabel penelitian harus ditunjukkan pada lima level, sesuai kode:
-α, -1, 0, 1, α. Pengaturan ini memastikan varian konstan pada titik-titik
yang berjarak sama dari titik pusat, sehingga memberikan ketepatan
perkiraan respons yang sama ke segala arah.(Dutka, et al., 2015).
CCD merupakan prosedur yang menata variabelnya terdiri dari
bagian faktorial , bagian axial, dan nilai tengah. Bagian faktorial digunakan
untuk melihat bentuk linear variabel. Bagian aksial memberikan tambahan
tingkatan variabel untuk tujuan estimasi kuadratik. Bagian nilai tengah
digunakan untuk mengestimasi kesalahan titik optimal, dan juga
berkontribusi pada pembentukan model kuadratik. Nilai tengah dapat
dipilih melalui eksperimen. CCD dapat digunakan untuk daerah observasi
desain kubus dimana tingkat faktornya berada dalam nilai kode -1 sampai
+1. (Khuri, 2005). Dengan demikian penataan variabel pada penelitian ini
juga membagi pada tiga bagian sebagaimana penataan tersebut.
21
G. Kerangka Pikir
Kerapatan bahan berpengaruh terhadap daya jangkau uap panas
untuk menyentuh seluruh permukaan bahan, sedangkan lama
penyulingan berpengaruh terhadap waktu kontak antara uap dan bahan
yang diperlukan untuk mengeluarkan minyak dari dalam sel bahan
tanaman. Operasi penyulingan dengan tidak memperhatikan kedua faktor,
menyebabkan terjadinya pemborosan bahan baku dan bahan bakar.
Dengan demikian, penting untuk dilakuan penelitian terhadap kerapatan
bahan dan lama penyulingan.
H. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah diduga respon terhadap rendemen dan
massa jenis minyak cengkeh dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas
yaitu kerapatan bahan dan lama penyulingan, sehingga hipotesis yang
dibangun adalah:
1. Kerapatan Bahan dan Lama Penyulingan terhadap Rendemen Minyak Cengkeh.
H0 : tidak terdapat titik optimal respon terhadap rendemen.
H1 : terdapat titik optimal respon terhadap rendemen.
2. Kerapatan Bahan dan Lama Penyulingan terhadap Massa Jenis Minyak Cengkeh
H0 : tidak terdapat titik optimal respon terhadap massa
jenis.
H1 : terdapat titik optimal respon terhadap massa jenis
22
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Sistem destilasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem
destilasi uap langsung. Penelitian menggunakan RSM dengan prosedur
CCD pada dua variabel yaitu kerapatan bahan dan lama penyulingan.
Sesuai dengan CCD dua variabel maka pengulangan dilakukan pada titik
tengah (X=0) sebanyak lima kali untuk mendapatkan analisa simpangan
dari model (Gasperz, 1995). Tahapan untuk menentukan level dari
masing-masing variabel dalam percobaan dijelaskan sebagai berikut:
1. Ditentukan rancangan faktorial 22 (pengaruh dari dua variabel)
dan ditetapkan level-level yang akan diteliti sebagai berikut:
a. Variabel kerapatan bahan (D) dengan level:
- kerapatan bahan 300 g/l (berat/volume ruang bahan ketel),
(Kode X1 = -1)
- kerapatan bahan 400 g/l (berat/volume ruang bahan ketel),
(Kode X1 = 1)
b. Variabel lama penyulingan (T) dengan level:
- lama penyulingan 6 jam, (Kode X2 = -1)
- lama penyulingan 10 jam, (Kode X2 =1)
Setelah ditetapkan level-level variabel bebas yang sesuai dengan
rancangan faktorial 22, maka ditetapkan level-level variabel bebas
yang sesuai dengan titik pusat X1 = 0 dan X2 = 0. Hubungan
23
antara nilai nyata dan nilai kode variabel-variabel bebas dapat
diketahui dengan menggunakan Persamaan 3 :
Xi = …………………………………………… (3)
Dimana : Xi = nilai kode variabel bebas Xi = nilai nyata variabel bebas Xi = nilai tengah nilai nyata variabel bebas ΔXi = interval nilai nyata variabel bebas i = 1, 2
Pada variabel kerapatan bahan diketahui levelnya berturut-turut
adalah 300 (X1=-1), 350 (X1=0), d 400 (X1=1) g/l (berat/volume
ruang bahan ketel). Jarak antara level variabel adalah 50 g/l
sehingga hubungan antara nilai kode dan nilai nyata variabel X1
dapat dinyatakan:
X1=X1−350
50 ; X1=50 X1+350 ….................................. (4)
Pada variabel lama penyulingan diketahui levelnya berturut-turut
yaitu 6 jam (X2= -1), 8 jam (X2 = 0), dan 10 jam (X2=1), jarak
antara level variabel adalah 2 jam, sehingga hubungan antara
nilai kode dan nilai nyata variabel X2 dapat dinyatakan sebagai
berikut:
X2=X2−8
2 ; X2=2X2 + 8 ..................................... (5)
2. Ditentukan level-level variabel yang bersesuaian dengan nilai -α =
-1,414 dan α = 1,414 dengan perhitungan melalui hubungan nilai
kode dan nilai nyata variabel X1 dan X2 menggunakan persamaan
Xi - Xi
ΔXi
24
(3) dan (4). Dari persamaan (3) diketahui bahwa : untuk X1=-
1,414, maka D = 50(-1,414) + 350 = 279 g/l, untuk X1 = 1,414,
maka D = 50(1,414) + 350 = 421 g/l Dari persamaan (4) diketahui
bahwa : untuk X2 = -1,414, maka maka T = 2(-1,414) + 8 = 5,17,
untuk X2 = 1,414, maka T = 2(1,414) + 8 = 10,82 jam.
3. Dilakukan penelitian pendahuluan:
a. Perkiraan Kerapatan Bahan dengan Perlakuan :
Perkiraan kerapatan bahan dilakukan dengan variasi: 279;
300; 350; 400; dan 421 g/l yang disuling selama 8 jam.
b. Perkiraan Lama Penyulingan dengan Perlakuan :
Perkiraan lama penyulingan dilakukan dengan variasi
5,17; 6,00; 8,00; 10,00; dan 10,82 jam yang disuling pada
kerapatan bahan terbaik yang diperoleh dari hasil penyulingan
perkiraan kerapatan bahan.
4. Dilakukan Penelitian Utama:
Penelitian utama dilakukan dengan mengkombinasikan
perlakuan-perlakuan pada perkiraan kerapatan bahan dan lama
penyulingan, dan pengulangan kombinasi pada nilai tengah.
B. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di lokasi penyulingan yaitu kabupaten Luwu dan
Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, dari bulan Pebruari-Juni 2017.
25
C. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Alat Destilasi
2. Stop Watch
3. Termometer WIPRO
4. Tabung ukur 15 ml
5. Termometer air raksa
6. Pipet volume
7. Timbangan Digital Kitchen Scale Re-Bread
8. Timbangan Nhon Hoa
9. Timbangan Analitik Sartorius TE2145
10. Digital Grain Moisture Meter
Spesifikasi alat destilasi sebagai berikut :
1. Kapasitas Ketel : 2 - 3 kg
2. Dimensi Ketel : Diameter 24 cm dan tinggi 29 cm
yang terdiri atas ruang bahan 16 cm
dan ruang air 11 cm.
3. Bahan pembuatan ketel : Stainless steel
4. Ketebalan Plat : 1 mm
5. Kondensor : drum dengan pipa stainless steel
6. Panjang pipa kondensor : 14,5 meter
7. Bahan bakar : gas
26
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Gagang cengkeh.
2. Air.
Diskripsi gagang cengkeh.
Gagang cengkeh yang digunakan bersumber dari varietas
Zanzibar yang tumbuh pada jenis tanah pedsolik merah dengan
ketinggian 150 – 200 dpl, dengan kontur pegunungan. Umur pohon
cengkeh adalah sekitar tiga puluh tahun. Gagang cengkeh dipanen
pada Juli 2016, kemudian dikeringkan dan disimpan pada wadah
karung plastik. Gagang cengkeh didestilasi pada Maret 2017 sehingga
telah tersimpan selama delapan bulan. Kadar air pada masa akhir
penyimpanan, sebelum dilakukan penyulingan adalah rata-rata 14,43%
basis basah (wb).
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan
penyulingan pada suhu 100 oC, untuk memperoleh minyak cengkeh.
Minyak cengkeh yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengukuran
langsung terhadap rendemen dan massa jenis. Rendemen minyak
cengkeh diperoleh dengan cara membandingkan antara berat minyak
yang diperoleh dengan berat awal bahan, yang kemudian dikalikan
dengan seratus. Massa jenis minyak cengkeh diperoleh dengan cara
membandingkan antara berat minyak dengan volume minyak.
27
E. Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan dua tahap yaitu:
1. Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara memilih
masing-masing kerapatan bahan dan lama penyulingan yang
memberikan respon terhadap rendemen yang baik dan
menghasilkan massa jenis yang baik untuk dijadikan nilai tengah
pada penelitian utama selanjutnya. Penelitian pendahuluan
memberikan kepastian bahwa nilai tengah yang dirancang untuk
penelitiah utama, telah memenuhi kriteria sebagai nilai terbaik,
sehingga dapat diperkirakan bahwa nilai tengah ini akan
membantu dalam membentuk lengkungan untuk memudahkan
proses optimasi.
2. Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan untuk memperoleh kondisi
optimum variabel kerapatan bahan dan lama penyulingan yang
menghasilkan rendemen minyak cengkeh dan memenuhi
persyaratan mutu massa jenisnya. Jika nilai tengah yang
dirancang merupakan nilai terbaik berdasarkan penelitian
pendahuluan maka rancangan awal sudah tidak mengalamai
perubahan lagi. Metode yang digunakan adalah RSM dengan
prosedur CCD menggunakan software Design Expert 10 versi
percobaan.
28
F. Diagram Alir Penelitian
A) Penelitian Pendahuluan
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Pendahuluan.
29
B) Penelitian Utama
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian Utama.
30
G. Prosedur Kerja
A) Penelitian Pendahuluan
Prosedur kerja penelitian pendahuluan sebagai berikut:
1. Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat dan bahan dimaksudkan untuk
mempersiapkan kelayakan alat destilasi, ketersediaan gagang
cengkeh, serta pengukuran kadar air gagang cengkeh
sebanyak empat sampel representasi. Persiapan
dimaksudkan agar proses penelitian dapat memperkecil
terjadinya bias karena perbedaan keadaan gagang cengkeh.
2. Sortasi Bahan Penelitian Pendahuluan Bagian A
Sortasi dilakukan untuk memisahkan gagang cengkeh
dari ranting-ranting pohon dan daun cengkeh. Dengan tingkat
kemurnian gagang cengkeh yang sama yang akan disuling,
dapat meminimalkan terjadinya pengaruh lain selain dari
pengaruh kerapatan bahan dan lama penyulingan.
3. Penimbangan Bahan Penelitian Pendahuluan Bagian A
Penimbangan bahan merupakan pengaturan berat
bahan sesuai perlakuan. Bahan dipersiapkan dengan
perhitungan sebagaimana Persamaan 6.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙. …...(6)
31
Volume ruang bahan ketel sebesar 7,2 l diperoleh dari
Persamaan 7.
V =π x r2 x t
1000 ……………………………………… (7)
Dimana:
V = volume ruang bahan ketel (l),
π = 3,14,
r = panjang jari-jari lingkaran ketel (cm),
t = tinggi ruang bahan ketel (cm)
Hasil perhitungan sebagaimana Tabel 2:
Tabel 2. Hasil Perhitungan Berat Bahan Berdasarkan Kerapatan Bahan
No Kerapatan Bahan (g/l) Berat Bahan (g)
1 279 2.008
2 300 2.160
3 350 2.520
4 400 2.880
5 421 3.031
4. Penyulingan Penelitian Pendahuluan Bagian A
Melakukan penyulingan dengan mengkombinasikan
antara masing-masing berat bahan sebagaimana pada
Tabel 2, dengan nilai tengah (X=0) variabel lama penyulingan
yang dikonstankan. Berat bahan dimaksud adalah 2.008,
2.160; 2.520; 2.880; dan 3.031 g, dengan lama penyulingan 8
jam. Dengan kombinasi ini akan diperoleh bahwa nilai tengah
kerapatan bahan yang dirancang merupakan nilai terbaik.
32
Penyulingan pendahuluan Bagian A dilakukan dengan
prosedur:
1. Memasukkan gagang cengkeh seberat 2.008 g ke
dalam ketel.
2. Memasukkan air ke dalam ketel.
3. Menutup ketel dengan rapat dengan mengencangkan
tuas penindih pada penutup.
4. Memeriksa ketersediaan air di dalam kondensor.
5. Menyalakan kompor untuk pengukusan.
6. Mengamati keluarnya destilat.
7. Melakukan awal perhitungan perlakuan lama
penyulingan pada saat destilat mulai keluar dari
kondensor.
8. Melakukan penampungan destilat.
9. Menambahkan air ke dalam ketel setiap dua jam lama
destilasi.
10. Mematikan kompor jika sudah sampai 8 jam sejak
keluarnya destilat.
11. Mendiamkan destilat selama 12 jam.
12. Memisahkan destilat menjadi bagian air dan minyak.
Prosedur seperti ini selanjutnya dilakukan pada level
variabel berikutnya yaitu berat bahan 2.260; 2.520,
2,880; dan 3.031 g, dan lama penyulingan tetap 8 jam.
33
5. Perhitungan Rendemen dan Massa Jenis Penelitian Pendahuluan Bagian A
Perhitungan rendemen Bagian A dilakukan dengan
menimbang bagian minyak yang dihasilkan dari pemisahan
destilat. Perhitungan dilakukan dengan prosedur:
1. Menimbang minyak yang telah dipisahkan.
2. Melakukan perhitungan rendemen menggunakan
Persamaan 8.
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 (%) =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑔)𝑥100 …….. (8)
3. Memasukkan minyak ke dalam refrigerator sampai
menunjukkan suhu minyak 25 oC.
4. Menimbang tabung ukur yang berfungsi sebagai
piknometer.
5. Memasukkan minyak ke dalam tabung ukur sebanyak
15 ml.
6. Tabung ukur yang berisi minyak di timbang.
7. Perhitungan Massa jenis dengan Persamaan 9:
𝑀𝐽 (𝑔
𝑚𝑙) =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 +𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑔 −(𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑔 )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑚𝑙 )…… (9)
Keterangan.: MJ = Massa Jenis
6. Analisa Data Penelitian Pendahuluan Bagian A
Analisa data penelitian pendahuluan bagian A
merupakan analisa untuk melihat nilai rendemen terbaik dan
massa jenis terbaik dar minyak cengkeh yang dihasilkan.
34
Rendemen terbaik yang diperoleh dari variabel kerapatan
bahan untuk dijadikan sebagai nilai tengah dalam mengatur
penelitian utama sesuai dengan Persamaan 4. Analisa data
penelitian pendahuluan bagian A menghasilkan bahwa
kerapatan bahan terbaik adalah 350 g/l.
7. Sortasi Bahan Penelitian Pendahuluan Bagian B.
Sortasi dilakukan untuk memisahkan gagang cengkeh
dari ranting-ranting pohon dan daun cengkeh. Dengan tingkat
kemurnian gagang cengkeh yang sama yang akan disuling,
dapat meminimalkan terjadinya pengaruh lain selain dari
pengaruh kerapatan bahan dan lama penyulingan.
8. Penimbangan Bahan Penelitian Pendahuluan Bagian B
Penimbangan bahan dilakukan berdasarkan kerapatan
bahan terbaik pada penelitian pendahuluan bagian A, yaitu
kerapatan bahan 350 g/l atau setara dengan 2.520 g.
9. Penyulingan Penelitian Pendahuluan Bagian B
Melakukan penyulingan dengan mengkombinasikan
antara masing-masing variabel lama penyulingan, dengan nilai
tengah (X=0) pada variabel kerapatan bahan. Lama
penyulingan dimaksud adalah 5,17; 6,0; 8,0; 10,0; dan
10,82 jam, yang dikombinasikan dengan kerapatan bahan
350 g/l. Dengan kombinasi ini akan diperoleh bahwa nilai
tengah lama penyulingan yang dirancang adalah nilai terbaik.
35
10. Perhitungan Rendemen dan Massa Jenis Penelitian Pendahuluan Bagian B
Perhitungan rendemen dan massa jenis penelitian
pandahuluan bagian B dilakukan dengan menimbang minyak
yang dihasilkan dari pemisahan destilat. Perhitungan dan
pengukuran ini dilakukan dengan prosedur:
1. Menimbang minyak yang telah dipisahkan.
2. Melakukan perhitungan rendemen menggunakan
Persamaan 8.
3. Memasukkan minyak ke dalam refrigerator sampai
menunjukkan suhu minyak 25 oC.
4. Menimbang tabung ukur yang berfungsi sebagai
piknometer.
5. Memasukkan minyak ke dalam tabung ukur sebanyak
15 ml.
6. Tabung ukur yang berisi minyak di timbang.
7. Perhitungan massa jenis dengan Persamaan 9.
11. Analisa Data Penelitian Pendahuluan Bagian B
Analisa data penelitian pendahuluan bagian B
merupakan analisa untuk melihat nilai rendemen dan massa
jenis terbaik yang diperoleh dari variabel lama penyulingan
untuk dijadikan sebagai nilai tengah pada penelitian utama.
Analisa data penelitian pendahuluan bagian B menghasilkan
bahwa lama penyulingan terbaik adalah 8 jam.
36
B) Penelitian Utama
Prosedur kerja pada penelitian utama sebagai berikut :
1. Pengambilan Nilai Terbaik Penelitian Pendahuluan
Nilai terbaik dari penelitian pendahuluan akan dugunakan
sebagai nilai tengah pada penelitian utama. Penggunaan untuk
memastikan bahwa penelitian utama akan memiliki titik optimal.
2. Analisa Nilai Tengah
Analisa nilai tengah dimaksudkan untuk melihat bahwa
apakah nilai terbaik yang diperoleh pada penelitian pendahuluan,
sesuai dengan nilai rancangan awal penelitian utama. Jika sudah
sesuai, selanjutnya level-level yang lain, dijadikan nilai rancangan
perlakuan pada penelitian utama. Tetapi jika tidak sesuai maka
dilakukan perhitungan ulang sebagaimana Persamaan 4 dan 5.
Perhitungan ulang juga berarti menata kembali level-level variabel
akibat bergesernya nilai tengah.
3. Perhitungan Level-level Variabel Bebas
Perhitungan ini dimaksudkan untuk menghitung kembali level-
level variabel bebas jika nilai tengah variabel tersebut tidak sesuai,
sebagaimana poin 1. Penelitian memperlihatkan bahwa nilai tengah
yang diperoleh telah sesuai dengan rancangan awal penelitian,
sehingga level-level variabel yang telah dirancang pada penelitian
pendahuluan, selanjutnya digunakan juga pada penelitian utama.
37
Rancangan penelitian utama akan dibuat dengan prosedur CCD
sebagaimana Tabel 3.
Tabel 3. CCD Penelitian Utama
No
Nilai Kode variabel bebas Nilai nyata variabel bebas
X1 X2 Kerapatan bahan (g/l)
Lama Penyulingan
(jam)
1 -1 -1 300 6
2 -1 -1 400 6
3 -1 -1 300 10
4 -1 -1 400 10
5 -1,414 0 279 8
6 1,414 0 421 8
7 0 -1,414 350 5,17
8 0 1,414 350 10,82
9 0 0 350 8
10 0 0 350 8
11 0 0 350 8
12 0 0 350 8
13 0 0 350 8
4. Sortasi Bahan
Sortasi dilakukan untuk memisahkan gagang cengkeh dari
ranting-ranting pohon dan daun cengkeh. Dengan tingkat
kemurnian gagang cengkeh yang sama yang akan disuling, dapat
meminimalkan terjadinya pengaruh lain selain dari pengaruh
kerapatan bahan dan lama penyulingan. Sortasi bahan merupakan
tahapan yang penting pada penelitian untuk menjamin bahan baku
tidak memiliki karakter khusus untuk berpengaruh pada sampel-
sampel penelitian.
38
5. Penimbangan Bahan
Penimbangan bahan penelitian utama merupakan pengaturan
berat bahan sesuai kerapatan bahan pada Tabel 3. Dengan volume
ruang bahan pada ketel sebesar 7,2 liter, maka dipersiapkan bahan
berdasarkan Persamaan 7. Hasil perhitungan diperoleh berat
bahan sebagaimana Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Berat Bahan Berdasarkan Kerapatan Bahan
No Kerapatan Bahan (g/l)
Berat Bahan (g)
1 300 2.160
2 400 2.880
3 300 2.160
4 400 2.880
5 279 2.008
6 421 3.031
7 350 2.520
8 350 2.520
9 350 2.520
10 350 2.520
11 350 2.520
12 350 2.520
13 350 2.520
6. Penyulingan
Penyulingan penelitian utama bertujuan memperoleh level-
level variabel yang memberikan titik optimum respon terhadap
rendemen yang disebabkan variabel kerapatan bahan dan lama
39
penyulingan. Penyulingan penelitian utama merupakan kombinasi
antara variabel karapatan bahan yang sudah dikonversi menjadi
berat bahan pada Tabel 4, dan lama penyulingan sebagaimana
pada Tabel 3. Kombinasi variabel diperoleh perlakuan
sebagaimana pada Tabel 5.
Tabel 5. Kombinasi Perlakuan Penyulingan Penelitian Utama
No Berat Bahan (g) Lama Penyulingan (jam)
1 2.160 6
2 2.880 6
3 2.160 10
4 2.880 10
5 2.008 8
6 3.031 8
7 2.520 5,17
8 2.520 10,82
9 2.520 8
10 2.520 8
11 2.520 8
12 2.520 8
13 2.520 8
Penyulingan penelitian utama dilakukan dengan prosedur
dibawah ini:
1. Memasukkan gagang cengkeh seberat 2.160 g ke dalam
ketel.
2. Memasukkan air ke dalam ketel.
40
3. Menutup ketel dengan rapat dengan mengencangkan tuas
penindih pada penutup.
4. Memeriksa ketersediaan air di dalam kondensor.
5. Menyalakan kompor untuk pengukusan.
6. Mengamati keluarnya destilat.
7. Melakukan awal perhitungan perlakuan lama penyulingan
pada saat destilat mulai keluar dari kondensor.
8. Melakukan penampungan destilat.
9. Menambahkan air ke dalam ketel setiap dua jam lama
destilasi.
10. Mematikan kompor jika sudah sampai 6 jam sejak
keluarnya destilat.
11. Mendiamkan destilat selama 12 jam.
12. Memisahkan destilat sehingga menjadi 2 jenis yaitu bagian
air dan bagian minyak.
Prosedur ini selanjutnya dilakukan pada level variabel
berikutnya sebagaimana kombinasi perlakuan pada Tabel 7.
7. Perhitungan Rendemen dan Massa Jenis
Perhitungan rendemen penelitian utama dilakukan dengan
menimbang bagian minyak yang dihasilkan dari pemisahan destilat.
Perhitungan dan pengukuran dilakukan dengan prosedur:
1. Menimbang minyak yang telah dipisahkan dari air.
41
2. Melakukan perhitungan rendemen menggunakan
Persamaan 7.
3. Memasukkan minyak ke dalam refrigerator sampai
menunjukkan suhu minyak 25 oC.
4. Menimbang tabung ukur yang berfungsi sebagai
piknometer.
5. Memasukkan minyak ke dalam tabung ukur sebanyak 15
ml.
6. Tabung ukur yang berisi minyak di timbang.
7. Dilakukan perhitungan massa jenis sesuai Persamaan 8.
Prosedur ini selanjutnya dilakukan pada level variabel
berikutnya sebagaimana kombinasi perlakuan pada Tabel 7.
8. Analisa Data RSM dengan prosedur CCD
Analisa data RSM dengan prosesur CCD pada penelitian ini
merupakan analisa yang memperlihatkan kesesuai model regresi
antara variabel kerapatan bahan dan lama penyulingan terhadap
rendemen dan massa jenis minyak cengkeh. Analisa ini pada
awalnya menganalisa simpangan dari model (lack of fit) sehingga
dapat ditemukan model regresi yang sesuai. Setelah diperoleh
model regresi yang sesuai, maka selanjutnya mengidentifikasi
apakah kerapatan bahan dan lama penyulingan mewakili model
respon terhadap rendemen dan massa jenis. Selanjutnya jika
mewakili, dilakukan optimasi untuk memperoleh titik stasioner.
42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian Pendahuluan
a) Penelitian pendahuluan Bagian A
Penelitian pendahuluan bagian A yang dimaksud adalah
melakukan penyulingan dengan mengkombinasikan antara level-level
variabel kerapatan bahan yaitu 279, 300, 350, 400, dan 421 g/l
dengan lama penyulingan yang dikonstankan pada 8 jam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kerapatan bahan terbaik adalah 350
g/l. Kerapatan bahan terbaik selanjutnya akan dijadikan nilai tengah
pada pengaturan penelitian utama dengan prosedur CCD.
Keberhasilan penelitian pendahuluan menemukan nilai tengan
menjadi sangat penting, karena nilai tengah yang baik adalah nilai
tengah yang menggambarkan bahwa kisaran nilai optimum setelah
dilakukan optimasi nantinya akan berada kisaran nilai tengah tersebut.
Perkiraan kerapatan bahan sebagaimana Tabel 6.
Tabel 6. Perkiraan Kerapatan Bahan
No Kerapatan Bahan (g/l) Rendemen (%) Massa Jenis (g/ml)
1 279 3,27 1,0503
2 300 3,58 1,0415
3 350 4,10 1,0494
4 400 3,96 1,0512
5 421 2,36 1,0484
43
b) Penelitian Pendahuluan Bagian B
Penelitian pendahuluan bagian B yang dimaksud adalah
melakukan penyulingan dengan mengkombinasikan antara level-level
variabel lama penyulingan yaitu 5,17; 6; 8; 10; dan 10,82 jam dengan
kerapatan bahan yang dikonstankan pada 350 g/l. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lama penyulingan terbaik adalah 8 jam. Lama
penyulingan terbaik selanjutnya akan dijadikan nilai tengah pada
pengaturan penelitian utama dengan prosedur CCD. Keberhasilan
penelitian pendahuluan dalam memperoleh nilai tengan menjadi
sangat penting, karena nilai tengah yang baik adalah nilai tengah yang
menggambarkan bahwa kisaran nilai optimum setelah dilakukan
optimasi dengan menggunakan software nantinya akan berada
kisaran nilai tengah tersebut. Dengan demikian setelah melakukan
penelitian pendahuluan, maka telah dapat diperkirakan bahwa nilai
optimal variabel lama penyulingan akan ditemukan pada kisaran lama
penyulingan 8 jam.. .Perkiraan lama penyulingan dari penelitian
pendahuluan sebagaimana Tabel 7.
Tabel 7. Perkiraan Lama Penyulingan
No Lama Penyulingan (jam) Rendemen (%) Massa Jenis (g/ml)
1 5,17 3,35 1,0386
2 6 3,35 1,0443
3 8 3,52 1,0373
4 10 3,48 1,0363
5 10,82 3,56 1,0364
44
B. Penelitian Utama
Hasil penelitian utama memperlihatkan rendemen yang diperoleh
secara berturut-turut dari kerapatan bahan terendah (279 g/l), menengah
(350 g/l), sampai yang tertinggi (421 g/l) adalah: 3,49; 3,92; dan 3,46%.
Pengaruh kerapatan bahan terhadap rendemen berbanding lurus sampai
pada titik jenuh. Keadaan ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya
bahwa kerapatan bahan berbanding lurus dengan minyak (Djafar et al.,
2010; Sumarni et al., 2008). Hal ini disebabkan bahan baku yang terlalu
banyak di dalam ketel menyebabkan uap kesulitan menembus rongga
bahan sehingga menyebabkan terbentuknya jalur uap (rat holes). Dengan
terbentuknya jalur ini, uap hanya berlalu dengan tidak mengikat minyak
dari kantung-kantung minyak pada bahan (Fathoni et al., 2015). Selain itu,
pada penelitian ini semua perlakuan mengalami keadaan dimana bahan
basah pada bagian bawah ketel, tetapi pengaruh bahan basah tersebut
memberikan respon yang berbeda pada kerapatan bahan yang berbeda.
Hal ini disebabkan karena pada proses penyulingan dengan kerapatan
bahan yang tinggi, air yang membasahi bahan, menyebabkan partikel
bahan yang berukuran kecil menempel satu dengan yang lainnya
membentuk gumpalan. Keadaan ini menyebakan uap akan lebih mudah
melewati jalur antar gumpalan dibandingkan melewati jalur dengan
menembus gumpalan yang mempersulit terjadinya destilasi pada bahan.
Saat kejadian ini, uap yang keluar adalah uap yang tidak membawa
minyak (Inggrid dan Djojosubroto, 2008; Tanasale, 2012).
45
Rendemen yang diperoleh secara berturut-turut dari lama
penyulingan terendah (5,17 jam), menengah (8 jam), dan tertinggi (10,82
jam) adalah: 2,85; 4,16; dan 3,80%. Pengaruh lama penyulingan terhadap
rendemen berbanding lurus sampai pada titik jenuh. Keadaan ini tidak
sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa lama penyulingan
berbanding lurus dengan rendemen minyak (Harunsyah, 2012; Perdana et
al., 2015; Syauqiah et al., 2008). Hal ini disebakan pada lama
penyulingan tertentu, minyak di dalam bahan telah habis sehingga profil
rendemen menjadi horizontal (Habibi et al,. 2013). Pada akhirnya minyak
yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya operasional yang
ditimbulkan oleh bertambahnya lama penyulingan.
Massa jenis yang diperoleh secara berturut-turut dari kerapatan
bahan terendah (279 g/l), menengah (350 g/l), dan tertinggi (421 g/l)
adalah: 1,0449; 1,0462; dan 1,0505 g/ml. Kerapatan bahan berbanding
lurus dengan massa jenis minyak. Hal ini disebabkan kerapatan bahan
merupakan representasi dari tersedianya komponen-komponen minyak
dengan berat molekul yang besar, yang dapat dilarutkan dari dalam bahan
(Irawan, 2010; Novalny, 2006). Semakin banyak komponen minyak
dengan berat molekul besar yang terlarut pada minyak cengkeh
menyebabkan massa jenis semakin meningkat. Perbedaan terhadap
respon terhadap massa jenis bukan perbedaan yang nyata, sebagaimana
hasil analisa model yang memperlihatkan bahwa variabel kerapatan
bahan tidak mewakili model pada respon terhadap massa jenis.
46
Massa jenis yang diperoleh secara berturut-turut dari lama
penyulingan terendah (5,17 jam), menengah (8 jam), dan tertinggi (10,82
jam) adalah: 1,0517; 1,0462; dan 1,0401 g/ml. Lama penyulingan
berbanding terbalik dengan massa jenis minyak yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan lama penyulingan memiliki titik jenuh, dan jika telah melewati
titik jenuh, maka pengaruhnya sudah tidak berarti lagi. Pada awal
penyulingan yaitu sekitar dua jam penyulingan berlangsung, komponen
dengan berat molekul rendah akan larut, selanjutnya setelah dua jam
diikuti oleh kelarutan komponen dengan berat molekul yang lebih tinggi
(Nuryoto et al., 2011). Pada saat komponen-komponen dengan berat
molekul yang tinggi sudah larut, maka profil massa jenis menjadi
horizontal. Penelitian ini menggunakan waktu terendah 5,17 jam yang
berarti telah melewati masa peningkatan massa jenis, sehingga
penambahan waktu berikutnya menyebabkan profil massa jenis menjadi
horizontal dan cenderung turun. Perbedaan respon terhadap massa jenis
bukan perbedaan yang nyata, sebagaimana hasil analisa model yang
memperlihatkan bahwa variabel lama penyulingan tidak mewakili model
pada respon terhadap massa jenis.
Massa jenis tertinggi pada penelitian ini dihasilkan dari perlakuan
lama penyulingan 5,17 jam, sementara massa jenis terendah dihasilkan
dari perlakuan lama penyulingan selama 10 jam. Meskipun secara umum
diketahui bahwa semakin lama waktu penyulingan maka semakin lama
pula proses destilasi berlangsung sehingga hasil senyawa eugenol juga
47
semakin tinggi dan akhirnya memberikan massa jenis semakin tinggi.
Namun demikian, pada kenyataannya perlakuan lama penyulingan 5,17
jam menghasilkan massa jenis yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan
dengan lama penyulingan selama 10,82 jam. Hal ini menunjukkan bahwa
lama penyulingan 5,12 jam sudah cukup untuk mengeluarkan keseluruhan
senyawa eugenol dari dalam bahan, karena jika keseluruhan senyawa
eugenol yang merupakan fraksi berat dalam minyak cengkeh telah keluar
dari bahan bersama uap, maka profil massa jenis minyak cengkeh akan
menjadi horizontal karena tidak terjadi lagi penambahan fraksi berat
(Irawan, 2010). Hasil penelitian utama sebagaimana Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Rendemen dan Massa Jenis Minyak Cengkeh
No Variabel-variabel bebas Respon
Kerapatan Bahan (g/l)
Lama Penyulingan (jam)
Rendemen (%)
Massa Jenis (g/ml)
1 300 6 3,61 1,0421
2 400 6 3,57 1,0407
3 300 10 3,84 1,0343
4 400 10 3,61 1,0468
5 279 8 3,49 1,0449
6 421 8 3,46 1,0505
7 350 5,17 2,85 1,0517
8 350 10,82 3,80 1,0401
9 350 8 4,35 1,0384
10 350 8 3,98 1,0567
11 350 8 3,87 1,0416
12 350 8 4,32 1,0449
13 350 8 4,26 1,0495
48
C. Hasil Analisis Ragam (ANOVA)
Pemilihan model regresi respon terhadap rendemen sebagaimana
Lampiran 1 yang disimbolkan dengan kata suggested, memperlihatkan
bahwa model yang disarankan adalah model kuadratik. Analisa lack of fit
sebagaimana Lampiran 2 memperlihatkan bahwa model kuadratik
memiliki simpangan yang tidak nyata dengan nilai p-value = 0,2544
dimana lebih besar dari 0,05. Simpangan yang tidak nyata menunjukkan
bahwa model regresi kuadratik merupakan model regresi yang telah
sesuai dengan pola penyebaran data. Hasil ANOVA sebagaimana
Lampiran 3 memperlihatkan bahwa nilai p-value model = 0,0336 dimana
lebih kecil dari 0,05 yang berarti variabel bebas mewakili model. Hal ini
menunjukkan bahwa kerapatan bahan dan lama penyulingan telah
mewakili model pada respon terhadap rendemen pada tingkat keyakinan
95%. Gambaran model menunjukkan diterimanya hipotesis H1: terdapat
titik optimal respon terhadap rendemen, dan ditolaknya hipotesis H0: tidak
terdapat titik optimal respon terhadap rendemen. Model memperlihatkan
derajat korelasi sangat kuat sebagaimana Lampiran 4, yang ditunjukkan
nilai R-Squared = 0,7702 yang berarti perubahan yang terjadi pada respon
terhadap rendemen 77,02% dapat dijelaskan oleh perubahan yang terjadi
pada kerapatan bahan dan lama penyulingan. Secara ringkas analisa
menunjukkan adanya model regresi kuadratik yang sesuai, model yang
memperlihatkan terdapatnya titik optimum, dan derajat korelasi yang kuat.
Hal ini disebabkan semakin lama waktu penyulingan, maka semakin lama
49
pula waktu kontak antara uap dan bahan sehingga semakin banyak
minyak yang dapat dikeluarkan dari dalam bahan (Harunsyah, 2012),
tetapi lama penyulingan memiliki titik jenuh sehingga setelah lama
penyulingan optimalnya rendemen tidak meningkat lagi dan cenderung
menurun. Hal lain bahwa kerapatan bahan yang merupakan representasi
dari banyaknya bahan pada ruang bahan pada ketel, meningkatkan
ketersediaan minyak di dalam bahan (Sumarni, et al. 2008), tetapi
kerapatan bahan memiliki titik jenuh, sehingga setelah titik optimalnya
rendemen tidak meningkat lagi dan cenderung mengalami penurunan.
Pemilihan model regresi respon terhadap massa jenis
sebagaimana Lampiran 5 yang disimbolkan dengan kata suggested,
memperlihatkan bahwa model yang sesuai adalah model linear 2FI (Two
Factors Interaction). Analisa lack of fit sebagaimana Lampiran 6
memperlihatkan bahwa model 2FI memiliki simpangan yang tidak nyata
dengan nilai p-value = 0,7956 dimana lebih besar dari 0,05. Simpangan
yang tidak nyata menunjukkan bahwa model regresi linear 2FI merupakan
model regresi yang telah sesuai dengan pola penyebaran data. Hasil
ANOVA sebagaimana lampiran 7 memperlihatkan bahwa nilai p-value
model = 0,3460 dimana lebih besar dari 0,05, yang berarti variabel bebas
tidak mewakili model. Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan bahan dan
lama penyulingan tidak mewakili model terhadap respon terhadap massa
jenis pada tingkat keyakinan 95%. Gambaran model menunjukkan
diterimanya hipotesis H0: tidak terdapat titik optimal respon terhadap
50
massa jenis, dan ditolaknya hipotesis H1: terdapat titik optimal respon
terhadap massa jenis. Model memperlihatkan derajat korelasi yang cukup
berarti sebagaimana Lampiran 8, yang ditunjukkan nilai R-Squared =
0,2953 yang berarti perbedaan yang terjadi pada respon terhadap massa
jenis 29,53% dapat dijelaskan oleh perubahan yang terjadi pada
kerapatan bahan dan lama penyulingan. Secara ringkas analisa
menunjukkan adanya model regresi linear 2FI yang sesuai, model yang
memperlihatkan tidak ada titik optimum, dan derajat korelasi yang cukup
berarti. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kerapatan bahan dan lama
penyulingan hanya memberikan proporsi yang sangat kecil terhadap
massa jenis minyak cengkeh, banyak variabel-variabel lain yang
kemungkinan lebih berpengaruh misalnya mutu asal tanaman dan mutu
bahan baku (Anonim, 2010) Keadaan dimana Kerapatan bahan dan lama
penyulingan tidak mewakili model, sehingga respon terhadap massa jenis
menjadi tidak penting untuk melihat grafik optimasi dan model pendugaan
kondisi optimal. Namun demikian, dengan melihat bahwa keseluruhan
sampel telah memenuhi persyaratan massa jenis yaitu lebih besar sama
dengan 1,030 g/ml, maka pemenuhan persyaratan massa jenis mengikuti
massa jenis yang dihasilkan oleh kondisi optimum respon terhadap
rendemen. Dengan demikian secara bersamaan minyak yang dihasilkan
oleh respon terhadap rendemen yang optimal, sekaligus dapat
memberikan respon terhadap massa jenis sesuai persyaratan, yang juga
berarti pemenuhan rendemen dan massa jenis optimal terjadi bersamaan.
51
D. Hasil Optimasi
Operasi penyulingan mengupayakan untuk mengoptimalkan
rendemen, sehingga pengaturan pada software adalah rendemen diatur
pada posisi maksimum, sedangkan kerapatan bahan dan lama
penyulingan diatur pada posisi dalam kisaran (in range) Pengaturan ini
difokuskan pada bagaimana mendapatkan rendemen minyak cengkeh
yang optimum dengan membatasi kerapatan bahan dan lama penyulingan
yang berada pada kisaran wilayah observasi. Optimasi hanya dilakukan
pada respon terhadap rendemen, dikarenakan respon terhadap massa
jenis memperlihatkan bahwa kerapatan bahan dan lama penyulingan tidak
mewakili model. Optimasi respon terhadap rendemen dilakukan dengan
batasan sebagaimana Tabel 9.
Tabel 9. Batasan Perhitungan Optimasi Respon terhadap Rendemen
Nama Tujuan Batas Bawah
Batas Atas
Kerapatan Bahan (g/l) Dalam kisaran 279 421
Lama Penyulingan (jam) Dalam kisaran 5,17 10,82
Rendemen (%) Maksimum 2,85 4,35
Hasil optimasi respon terhadap rendemen adalah 4,18% diperoleh
dari kerapatan bahan 345,18 g/l dan lama penyulingan 8,58 jam. Nilai
negatif X12 dan X2
2 pada model pendugaan memperlihatkan bahwa
karakteristik permukaan respon berupa parabola menghadap ke bawah
dengan titik stasioner berupa titik maksimum Grafik dan countour
sebagaimana Gambar 4 dan 5.
52
Gambar 4. Grafik Permukaan Respon tehadap Rendemen Minyak Cengkeh.
Gambar 5. Kontur Plot Permukaan Respon terhadap Rendemen Minyak Cengkeh.
Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualRendemen (%)
Design points above predicted valueDesign points below predicted value4,35
2,85
X1 = A: Kerapatan BahanX2 = B: Lama Penyulingan
5,17
6,58
8,00
9,41
10,82
279,00
307,40
335,80
364,20
392,60
421,00
2,5
3
3,5
4
4,5
Re
nd
em
en
(%
)
KB (g/l)LP (jam)
4,187494,18749
Design-Expert® SoftwareFactor Coding: ActualRendemen (%)
Design Points4,35
2,85
X1 = A: Kerapatan BahanX2 = B: Lama Penyulingan
279,00 307,40 335,80 364,20 392,60 421,00
5,17
6,58
8,00
9,41
10,82Rendemen (%)
Kerapatan Bahan (g/l)
La
ma
Pe
nyu
ling
an
(ja
m)
3 3
3,5
3,5
3,5
4
5
Prediction 4,18749
Keterangan : LP= Lama Penyulingan
KB=Kerapatan Bahan
53
E. Model Pendugaan Kondisi Optimal Respon terhadap Rendemen Minyak Cengkeh.
Kondisi optimal rendemen minyak cengkeh dapat diduga dengan
model persamaan orde II yaitu :
Y = -16,85550 + 0,080334X1 + 1,67159X2 - 4,75000*10-4X1X2 -
1,10450*10-4X12 - 0,087781X2
2 …………………………… (10)
F. Hasil Validasi
Validasi merupakan upaya pengujian hasil optimasi dengan cara
melakukan penyulingan ulang.berdasarkan kerapatan bahan dan lama
penyulingan yang optimal. Metode yang digunakan adalah metode
persentase yaitu dengan membandingkan antara rendemen yang
diperoleh dari hasil optimasi berdasarkan software dengan hasil nyata
yang diperoleh pada penyulingan di lapangan Hasil validasi
memperlihatkan bahwa rendemen hasil nyata lebih tinggi 0,47%
dibandingkan hasil optimasi. Hal ini masih memenuhi kewajaran karena
prediksi terendah 3,91% dan prediksi tertinggi 4,45%, sehingga hasil
nyata masih pada rentang angka prediksi. Hasil validasi respon terhadap
rendemen sebagaimana Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Validasi Respon terhadap Rendemen
Kriteria Nilai Rendemen (%)
Prediksi terendah 3,91
Hasil optimasi 4,18
Prediksi tertinggi 4,45
Hasil nyata 4,20
54
G. Analisa Pendapatan dan Biaya
Analisa pendapatan dan biaya dimaksudkan untuk memberikan
gambaran keuntungan jika lama penyulingan terus berlangsung.
Pendapatan dan biaya didasarkan pada biaya penyulingan yang
digunakan pada penelitian. Rincian analisa sebagai berikut :
a) Rincian Biaya
1. Biaya bahan bakar gas 3 kg dipakai selama 18 jam,
sehingga biaya perjam adalah Rp. 1.111.
2. Biaya bahan baku dengan kerapatan bahan optimum
345,18 g/l dan volume ruang bahan ketel 7,2 l, sehingga
jumlah bahan 2.485 g. Harga bahan baku Rp. 3.500/kg atau
Rp. 3,5/g.
3. Biaya tenaga kerja Rp.5/g.
4. Biaya penyusutan, Rp. 41/jam.
Rekapitulasi Biaya :
Rekapitulasi biaya dihitung berdasarkan lama penyulingan
terendah, menengah, dan tertinggi. Perhitungan yang digunakan
adalah ((Biaya gas/jam x lama penyulingan)+(Biaya Bahan
baku)+(Biaya Tenaga Kerja) + (Biaya Penyusutan)).
Lama Penyulingan 5,17 jam : (Rp.1.111/jam x 5,17
jam)+Rp.8.697+Rp.354+Rp.211 = Rp.15.055
Lama Penyulingan 8 jam : (Rp.1.111/jam x 8
jam)+Rp.8.697+Rp.516+Rp.328) = Rp.18.429
Lama Penyulingan 10,82 jam : (Rp.1.111/jam x 10,82
jam)+Rp.8.697+Rp.472+Rp.443) = Rp.21.190
b) Pendapatan
Perhitungan yang digunakan adalah :(Jumlah bahan x rendemen
minyak cengkeh x Harga minyak cengkeh).
55
Lama penyulingan 5,17 jam : (2.485 g x 0,0285 x
Rp.190/gr) =Rp 13.456.
Lama penyulingan 8 jam : (2.485 g x 0,0416 x Rp.190/gr)
=Rp 19.641.
Lama penyulingan 10,82 jam : (2.485 g x 0,0380 x
Rp.190/gr) =Rp 17.941.
Analisa pendapatan dan biaya memperlihatkan bahwa meskipun semakin
lama waktu penyulingan juga semakin meningkatkan pendapatan, tetapi
pada titik tertentu peningkatan biaya semakin mengurangi keuntungan.
Pada titik dimulai terjadinya pengurangan keuntungan maka sebaiknya
penyulingan dihentikan, sehingga keuntungan dapat diperoleh pada nilai
optimal.
Gambar 6. Grapik Pendapatan dan Biaya selama Penyulingan
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
5.17 8 10.82
Pen
dap
atan
dan
Bia
ya (
Rp
)
Lama Penyulingan (jam)
Pendapatan
Biaya
56
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian adalah:
1. Respon optimal untuk rendemen minyak cengkeh adalah 4,18%
diperoleh dari kerapatan bahan 345,18 g/l dan lama penyulingan
8,58 jam, dengan prediksi sebesar 4,14% dan hasil validasi
sebesar 4,20%.
2. Respon terhadap massa jenis minyak cengkeh tidak diperoleh
titik optimal, sehingga penerapannya mengikuti respon optimal
terhadap rendemen.
3. Penambahan waktu penyulingan setelah lama penyulingan
optimal, akan mengurangi keuntungan.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian pengaruh masa simpan gagang
cengkeh dalam mengoptimalkan rendemen minyak cengkeh. Hal ini
memperhatikan bahwa potensi rendemen yang diperoleh adalah pada
kisaran 3–5%, tetapi pada kenyataannya, tidak ada satupun perlakuan
yang mendapatkan rendemen sebesar 5%. Diduga keadaan ini disebakan
bahan baku gagang cengkeh sebagian minyak atsirinya telah menguap
pada masa penyimpanan yaitu selama 7 bulan.
57
DAFTAR PUSTAKA Affifah, F.N., Luthfi, M. dan Kadarisman, D., 2016. Studi Fasilitas
Penyulingan Minyak Daun Cengkeh (Sysigium aromaticum L.) : Studi Kasus UKM di Malang. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 4(1): 24-25.
Anita, D., Avtar, S. and Ritu, M., 2015. Antioxidants of Clove (Syzygium aromaticum) Prevent Metal Induced Oxidative Damage of Biomolecules. International Research Journal of Pharmacy, 6(4):273-274.
Anonim, 2010. Faktor-faktor Penyulingan.. http//www:eckhochems.blogspot.com/2010/04/isolasi-eugenol-dari-bunga-cengkeh.html.
Anonima, 2016. Minyak Gagang Cengkeh. http://ano.web.id/minyak-atsiri-cengkeh/. Diakses 28 April 2017
Anonimb, 2016. Pengolahan Daun Nilam. http://disbun.jatimprov.go.id/pustaka/phocadownload/buku%20pengo
lahan%20nilam.pdf. Diakses 10 Desember 2016.
Anonimc, 2016. Jenis-jenis Destilasi dan Prosesnya. http://karyatulisilmiah.com/jenis-jenis-destilasi-dan-prosesnya/. Diakses 10 Desember 2016.
Baser, K.H.C. dan Buchbauer, K., 2010. Handbook of essential oils : scince, technology, and applications. CRC Press Taylor & Francis Group. Boca Raton; p.980.
Djafar F. M., Dani S. dan Asri G., 2010. Pengaruh Ukuran Partikel, SF Rasio, dan Waktu Proses terhadap Rendemen pada Hidrodistilasi Minyak Jahe. Jurnal Hasil Penelitian Industri, 23(2):51-52.
Dreger, M. and Wielgus, C., 2013. Application of Essential Oils as Natural Cosmetic Preservatives. Herba Polonica Journal, 59(4):147-148.
Dutka, M., Ditaranto, M. and Lovas, T., 2015. Application of a Central Compisite Design for The Study of NOx Emission Performance of a Low NOx Burner. Energies Jornal, 8(10):3609-3610
Fathoni, R.A.A.A., Susilo, B. dan Luthfi M., 2015. Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan Minyak Nilam Kasamben-Blitar). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 3(2):190-191.
Gasperz, V., 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan, edisi 2. Tarsito. Bandung,:p.719.
58
Grush, J., Noakes, D.L.G. and Moccia, R.D., 2004. The Efficacy of Clove Oil As An Anesthetic for The Zebrafish, Danio Reiro (Hamilton). Zebrafish Journal, 1(1):46-47.
Habibi, W., Haq, A. Z., Prihartini P. dan Mahfud, 2013. Perbandingan Metode Steam Destillation dengan Microwave terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu Minyak Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum). Jurnal Teknik Pomits,.2(2):236-238.
Hambali, E., Said, E.G., Sunarti dan Suparno, O., 2011. Bahan Pengajaran Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Agroindustri. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Harunsyah, 2012. Peningkatan Rendemen dan Mutu Minyak Nilam Aceh dalam Rangka Merebut Peluang Internasional. Penelitian Strategis Nasional Tahun Anggaran 2012. Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh:5-6.
Inggrid, H. M. dan Djojosubroto, H., 2008. Destilasi Uap Minyak Atsiri dari Kulit dan Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmanii). Journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/download:7-9.
Irawan, T.A.B., 2010. Tesis Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan Destilasi pada berbagai Komposisi Pelarut. Universitas Diponegoro, Semarang.
Iqbal, K., 2013. Fundamental Engineering Optimization Methods. Bookboon.com:168..
Jirovets, L., Buchbauer, G., Stoilova, I., Stoyanova, A., Krastanov, A. and Schmidt, E., 2006. Chemical Composition and Antioxidant Properties of Clove Leaf Essential Oil. Jornal Agriculture Food Chemistri, 54(17): 1-2.
Kadarohman, A., 2008. Eksplorasi Minyak Atsiri sebagai Bioaditif Bahan Bakar Solar. Program Studi Kimia FPMIPA UPI Bandung.
Kadarohman, A., Hernani, Rohman, I., Kusrini, R. and Astuti, R., M., 2012. Combustion Characteristics of Diesel Fuel on One Cylinder Diesel Engine Using Clove Oil, Eugenol, and Eugenyl Acetate as Fuel Bio-Additives. Journal homepage:www.elsevier.com/locate/fuel, ISSN 0016-2361, 98:74-70.
Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.
Khuri, A., I., 2005. Response Surface Methodology and Related Topics. Word Scientific Punlishing Co. Pte. Ltd. 5 Toh Tuck Link, Singapura, p. 472.
Marwan, 2010. Optimasi dengan Metode Dakian Tercuram. Jurnal Mat Stat, 10(1):.35-36.
59
Montgomery, D., C., 2001. Design and Analysis Experiments, 5th edition. John Wiley & Sons, Inc: Hoboken, NJ, USA; p.286.
Muchtaridi, 2005. Penelitian Pengembangan Minyak Atsiri sebagai Aromaterapi dan petensinya sebagai Produk Sediaan Farmasi. J. Tek. Ind. Pert, 17(3): 80-81.
Myers, R.R., Montgomery, D.C. and Cook, C.,M.,A., 2016. Response Surface Methodology:Process and Product Optimmization Using Designed Expriments -4th ed. Wiley Series in probability and statistics. p. 855.
Novalny, D., 2006. Pengaruh Ukuran Rajangan Daun dan Lama Penyulingan terhadap Rendemen dan Karakteristik Minyak Sirih. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Nurhasanah, S., Murdawati, E., dan Herudiyanto, M., 2002. Pemisahan Eugenol dari Minyak Cengkeh dengan Cara Distilasi Fraksinasi. Jurusan Teknologi Industri Pangan, Unpad, 11-12.
Nurhayati dan Salimy, D., H., 2008. Metode Permukaan Respon dan Aplikasinya pada Optimasi Eksperimen Kimia. Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir:373-374.
Nurjannah, N., 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Jurnal Perspektif, 3 (2): 61-62.
Nuryoto, Jayanuddin, dan Hartono, R., 2011. Karakterisasi Minyak Atsiri dari Limbah Daun Cengkeh. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”, Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia:2-3.
Perdana, L.,R., Luthfi, M. dan Hendrawan, Y., 2015. Uji Performansi Unit Penyulingan Uap Daun Cengkeh Skala Laboratorium dengan Pretreatment Pencacahan Daun. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 3(3):297-300.
Rahmawaty, F., Sutanto, H.T., 2011. Penerapan Metode Permukaan Respon untuk Optimalisasi Proses Sealing pada Pengemasan Produk Makanan Jelly. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
Rao, S. S., 2009. Engineering Optimization: Theory and Practice,fourth edition. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey:813.
Razafimamonjison, G., Jahiel, M., Duclos, T., Ramanoelina, P., Fawbus, F. and Danthu, P., 2014. Bud, Leaf and Stem Essential Oil Composition of Clove (Syzigium aromaticum L.) from Indonesia, Madagascar and Zanzibar. Int. J. Basic Appl. Sci, 3(3):2-3.
60
Rusli, M. S. dan Ketaren, S., 2011. Standar Peralatan untuk Penyulingan Minyak Atsiri. http://ktnkruengbubon.blogspot.co.id/2011/06/standar-peralatan-untuk-penyulingan.html. Diakses tanggal 12 Desember 2016.
Safruddin, I., Maimulyanti A. dan Prihadi, A,.R., 2015. Effect of Crushing of Clove bud (Zyzygium aromaticum) and distillation Rate on Main Constituents of The Essential Oil. American Journal of Essential Oils and Natural Products, 2(3):12-13.
Souza, C.,R.,F. and Oliveira, W., P., 2014. Clove (Syzygium aromaticum): A Precious Spice. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 4(2):91-92.
Sumarni., Aji N.B. dan Solekan., 2008. Pengaruh Volume Air dan Berat Bahan pada Penyulingan Minyak Atsiri. Jurnal Teknologi Vol.1 No.1, 2008:85-87.
Syauqiah, I., Mirwan, A., Sulaiman, A. dan Nurandini, D., 2008. Analisis Pengaruh Lama Penyulingan dan Komposisi Bahan Baku terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Nilam. Jurnal Info Teknik, 9(1):26-27.
Tanasale, M.L.P., 2012. Aplikasi Perlakuan Bahan Baku dan Penyulingan Air-Uap terhadap Rendemen dan Sifat Organoleptik Minyak Atsiri. Jurnal Ekosains, ISSN : 2337-5329, 01(01):37-39
61
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pemilihan Model Regresi Respon terhadap Rendemen Minyak Cengkeh
Response 1 Rendemen Transform: None
*** WARNING: The Cubic Model and higher are Aliased! ***
Summary (detailed tables shown below)
Source Sequential Lack of Fit Adjusted Predicted
p-value p-value R-Squared R-Squared
Linear 0,4068 0,0622 -0,0025 -0,3737
2FI 0,8321 0,0475 -0,1080 -0,5714
Quadratic 0,0111 0,2554 0,6061 -0,1250 Suggested
Cubic 0,3821 0,1684 0,6247 -3,2814 Aliased
Lampiran 2. Analisa Simpangan dari Model (lack of fit) Respon terhadap Rendemen Minyak Cengkeh.
Lack of Fit Tests
Source Sum of
Squares Df
Mean
Square
F
Value
p-value
Prob > F
Linear 1,53 6 0,25 5,41 0,0622
2FI 1,52 5 0,30 6,45 0,0475
Quadratic 0,28 3 0,094 2,01 0,2554 Suggested
Cubic 0,13 1 0,13 2,82 0,1684 Aliased
Pure Error 0,19 4 0,047
"Lack of Fit Tests": Want the selected model to have insignificant lack-of-fit.
Lampiran 3. ANOVA Respon terhadap Rendemen
ANOVA for Response Surface Quadratic model
Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]
Source Sum of
Df Mean F p-value
Squares Square Value Prob > F
Model 1,58 5 0,32 4,69 0,0336 Significant
Residual 0,47 7 0,067
Lack of Fit 0,28 3 0,094 2,01 0,2554 not significant
Pure Error 0,19 4 0,047
Cor Total 2,05 12
62
Lampiran 4. Ringkasan Statistik dari Model Respon terhadap Rendemen Minyak Cengkeh
Model Summary Statistics
Source Std.
R-Squared Adjusted Predicted
PRESS Dev. R-Squared R-Squared
Linear 0,41 0,1646 -0,0025 -0,3737 2,82
2FI 0,44 0,1690 -0,1080 -0,5714 3,22
Quadratic 0,26 0,7702 0,6061 -0,1250 2,31 Suggested
Cubic 0,25 0,8436 0,6247 -3,2814 8,78 Aliased
Lampiran 5. Pemilihan Model Regresi Respon terhadap Massa Jenis Minyak Cengkeh
Response 1 Massa Jenis Transform: None
*** WARNING: The Cubic Model and higher are Aliased! ***
Summary (detailed tables shown below)
Source Sequential Lack of Fit Adjusted Predicted
p-value p-value R-Squared R-Squared
Linear 0,3503 0,7647 0,0271 -0,3014
2FI 0,2744 0,7956 0,0604 -0,6030 Suggested
Quadratic 0,7986 0,6351 -0,1329 -1,2040
Cubic 0,7813 0,3138 -0,4369 -9,2384 Aliased
Lampiran 6. Analisa Simpangan dari Model (lack of fit) Respon terhadap Massa Jenis Minyak Cengkeh
Lack of Fit Tests
Source Sum of
df Mean F p-value
Squares Square Value Prob > F
Linear 1,644E-004 6 2,741E-005 0,54 0,7647
2FI 1,161E-004 5 2,323E-005 0,45 0,7956 Suggested
Quadratic 9,615E-005 3 3,205E-005 0,63 0,6351
Cubic 6,786E-005 1 6,786E-005 1,33 0,3138 Aliased
Pure Error 2,048E-004 4 5,121E-005
"Lack of Fit Tests": Want the selected model to have insignificant lack-of-fit.
63
Lampiran 7. ANOVA Respon terhadap Massa Jenis
ANOVA for Response Surface 2FI model
Analysis of variance table [Partial sum of squares - Type III]
Source Sum of
Df Mean F p-value
Squares Square Value Prob > F
Model 1,345E-004 3 4,483E-005 1,26 0,3460 not significant
Residual 3,210E-004 9 3,566E-005
Lack of Fit 1,161E-004 5 2,323E-005 0,45 0,7956 not significant
Pure Error 2,048E-004 4 5,121E-005
Cor Total 4,555E-004 12
Lampiran 8. Ringkasan Statistik dari Model Respon terhadap Massa Jenis Minyak Cengkeh
Model Summary Statistics
Source Std.
R-Squared Adjusted Predicted
PRESS Dev. R-Squared R-Squared
Linear 6,077E-003 0,1892 0,0271 -0,3014 5,927E-004
2FI 5,972E-003 0,2953 0,0604 -0,6030 7,301E-004 Suggested
Quadratic 6,557E-003 0,3392 -0,1329 -1,2040 1,004E-003
Cubic 7,385E-003 0,4013 -0,4369 -9,2384 4,663E-003 Aliased
64
Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
1. Persiapan Alat Penyulingan
2. Persiapan Bahan Baku (Gagang Cengkeh)
65
3. Pengukuran Kadar Air Gagang Cengkeh
4. Penimbangan Bahan Penelitian Sesuai Perlakuan
66
5. Pemasukan Bahan ke dalam Ketel
6. Pemasangan Batas Atas Ruang Bahan Ketel
67
7. Pengisian Air pada Ketel
8. Pengisian Air pada Kondensor
68
9. Pemberian Tanda Besaran Api Kompor Pemasakan
10. Indikator Suhu di dalam Ketel
69
11. Indikator Tekanan di dalam Ketel
12. Destilat Pertama Keluar Tanda
Dimulainya Perhitungan Lama Penyulingan
70
13. Penambahan Air di dalam Ketel
14. Penampungan Destilat
71
15. Pemisahan Minyak Cengkeh dengan Air Menggunakan Kain Saring
16. Penimbangan Minyak Cengkeh
72
17. Menurunkan Suhu Minyak Cengkeh menjadi 25 0C, untuk Pengukuran Massa Jenis
18. Pengukuran Suhu Minyak Cengkeh
73
19. Penimbangan Minyak Cengkeh pada Volume 15 ml, menggunakan timbangan Analitik
untuk memperoleh Massa Jenis
20. Minyak Cengkeh Sampel