overview of strategic management theory
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS MANAJEMEN STRATEGIK
Dosen : Prof. Dr. Agus Rahayu H. MSI.
Kajian Teori Manajemen Strategis
Management, Strategic Management Theories and the Linkage
with Organizational competitive Advantage from the Resource-Based View
(Raduan, C. R, Jegak, U, Haslinda, A, Alimin, I. I)
Maret 13, 2014
Oleh :
Arif Partono Prasetio - 1303193
Universitas Pendidikan Indonesia
Program Doktor Ilmu Manajemen
2014
Arif Partono - 1303193
1
Management, Strategic Management Theories and the Linkage with Organizational Competitive Advantage from the Resource-Based View
Pengantar
Sasaran utama dari kegiatan suatu perusahaan adalah memperoleh keunggulan
bersaing dan meningkatkan kinerja perusahaannya. Keunggulan bersaing merupakan suatu
konsep yang sering menjadi bahan kajia di berbagai riset manajemen strategis. Agar dapat
bersaing dan bertahan, perusahaan lokal, nasional, maupun internasional tidak hanya harus
bagus dalam bidangnya saja tetapi juga harus bisa mampu berjuang untuk masa depan.
Untuk memperoleh keunggulan bersaing yang bertahan lama bukan pekerjaan mudah.
Apalagi jika tidak didukung adanya strategi yang jelas dan bisa dijalankan. Keunggulan
bersaing merupakan hasil dari banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah efisiensi
operasional, merger, akuisisi, diversifikasi, komposisi tim manajemen puncak, struktur
organisasi, HRM, kondisi sosial politik, ketaatan akan tatanan sosial, ekspansi, dan
adapatasi serta fenomena industri yang terjadi (Ma, 1999a, 1999b; Flint and Van Fleet,
2005; King, 2007b).
Konsep keunggulan bersaing sudah ada sejak perusahaan besar seperti Sony, Intel,
dan Toyota berhasil mendapatkannya melalui praktek dan pendekatan manajemen strategis.
Masalah yang muncul dari konsep keunggulan bersaing adalah pengetahuan yang
mendasari keunggulan bersaing dalam manajemen dan bisnis. Oleh karena itu dilakukan
kajian literatur mengenai evolusi teori manajemen, teori manajemen strategis, dan
hubungannya dengan keunggulan bersaing, ditinjau dari sudut pandang resources based.
The Evolution of Management Theory
Teori manajemen memberikan kerangka konseptual sederhana untuk mengelola
pengetahuan dan sekaligus memberikan panduan bagi tindakan yang diperlukan untuk
membantu organisasi mencapai sasaran. Perkembangan industri masa lalu telah
memberikan dasar sistem organisasi dan budaya. Di samping itu, manajemen ilmiah juga
bisa menjadi titik awal untuk memulai menganalisis aspek manajerial dari suatu organisasi
dan memperbaiki penerapannya dalam kondisi nyata (Cole, 2004; DuBrin, 2006).
Sesuai dengan teori modern lainnya, teori manajemen ilmiah juga rentan terhadap
kritik dan sudah berkembang menyesuaikan diri dengan kebutuhan organisasi dan
lingkungan. Ini merupakan faktor penting, bisa menerima dan beradaptasi dengan
Arif Partono - 1303193
2
kebutuhan lingkungan, tanpa meninggalkan keyakinan dasar dari konsep atau gagasan yang
dianggap benar.
Berdasarkan konsepsi Sheldrake (2003), Cole (2004) and DuBrin (2006),
digambarkan Diagram Teori Manajemen yang mencoba menjelaskan evolusi teori
manajemen dari tahun 1900 hingga 2000.
Perkembangan dan kemajuan teori manajemen nampak memperlihatkan dinamika
teori manajemen itu sendiri; responsif dan adaptif dengan kebutuhan internal dan eksternal
perusahaan. Diagram di atas memperlihatkan beberapa pendekatan ilmu manajemen;
Arif Partono - 1303193
3
Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik terdiri dari manajemen ilmiah dan administrasi manajemen.
manajemen ilmiah adalah penerapan metode ilmiah untuk meningkatkan produktivtas
karyawan, dikembangkan oleh Taylor, Gantt and Frank & Lillian Gilbreth. Administrasi
manajemen membahas penggunaan prinsip manajemen dalam mengelola organisasi,
dikembangkan oleh Fayol and Weber.
Pendekatan Sumberdaya Manusia
Pendekatan sumberdaya manusia (SDM) menekankan pada penerapan aspek
psikologis manusia dalam mengelola organisasi, misalnya mengelola karyawan dengan cara
memahami kebutuhan psikologisnya. Salah satu pendekatan model ini adalah kajian
Hawthorne studies mengenai fenomena dimana orang akan berperilaku berbeda dalam
merespon perhatian, Teori X dan Y dari McGregor (yang mengasumsikan sifat manusia
terkait pekerjaan dan tanggung jawab), dan hirarki kebutuhan dari Maslow. Teori SDM dan
perilaku organisasi banyak diprakarsai dari pendekatan ini.
Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan ini adalah perspektif manajemen yang menekankan pada pemanfaatan
sekumpulan metode dalam pengambilan keputusan, dengan didasarkan pada metode ilmiah.
Pendekatan ini sering dikenal dengan istilah manajemen ilmiah atau riset operasi yang
mengadopsi alat kuantitatif termasuk statistik, pemrograman linier, pohon keputusan,
analisis jaringan. Beberapa penerapannya antara lain dalam pengendalian persediaan dan
kualitas.
Pendekatan Sistem
Organisasi dilihat sebagai suatu sistem atau suatu kesatuan dari berbagai bagian yang
saling terhubung. Beberapa teori yang dihasilkan dari sudut pandang ini adalah SDM dan
perilaku organisasi (termasuk teori organisasi), teori keunggulan bersaing resources-based
view (RBV), teori keunggulan bersaing dan keunggulan kolaboratif dari manajemen
strategis, (termasuk perspektif organisasi industrial), dan teori kompetensi serta inovasi.
Sudut pandang sistem ini penting karena keterkaitan dan interaksi sumberdaya internal,
kapabilitas dan sistem menjelaskan dinamika dan sifat adaptasi dari organisasi dengan
lingkungan.
Arif Partono - 1303193
4
Pendekatan Kontingensi
Pendekatan ini berpendapat bahwa tidak ada satu cara yang tepat dan terbaik untuk
mengelola karyawan atau pekerjaan dan berlaku untuk setiap situasi. Manajer harus
mempelajari situasi yang berbeda sebelum memutuskan suatu tindakan. Teori manajemen
yang dihasilkan dari pandangan ini adalah teori keunggulan bersaing dan keunggulan
kolaboratif dari manajemen strategis, (termasuk perspektif organisasi industrial), dan teori
kompetensi serta inovasi. Hal ini disebabkan karena lingkungan dan kebutuhan serta
struktur organisasi ang berbeda mempengaruhi organisasi, di samping itu juga adanya
perbedaan dalam sumberdaya serta kemampuan.
Pendekatan Teknologi Informasi
Pendekatan ini berasal dari dampak teknologi informasi dan internet terhadap
organisasi, serta karyawannya. Teori manajemen yang bersumber dari pendekatan ini
adalah teori manajemen pengetahuan (KM), supply chain management (teori logistik,
distribusi, persediaan), dan teori keunggulan bersaing dan keunggulan kolaboratif dari
manajemen strategis, (termasuk perspektif organisasi industrial).
Tinjauan Terhadap Teori Manajemen Strategis
Manajemen strategis merupakan proses dan pendekatan untuk menentukan sasaran
organisasi, mengembangkan kebijakan dan rencana untuk mencapau sasaran tersebut, dan
mengalokasikan sumberdaya serta mengimplementasikan kebijakan dan rencana tadi.
Manajemen strategis merupakan kombinasi dari perumusan strategi, penerapan dan
evaluasi (David, 2005; Haim Hilman Abdullah, 2005; Mohd Khairuddin Hashim, 2005;
Zainal Abidin Mohamed, 2005).
Teori manajemen strategis banyak berasal dari sudut pandang pendekatan sistem,
kontingensi, dan teknologi informasi. Dengan latar belakang tersebut, sejalan dengan David
(2005) dan Mohd Khairuddin Hashim (2005), maka teori manajemen strategis yang banyak
digunakan adalah profit-maximizing dan competition-based theory, resource-based theory,
survival-based theory, human resource-based theory, agency theory dan contingency theory.
Teori optimalisasi laba dan persaingan, yang didasarkan pada gagasan bahwa
tujuan utama organisasi bisnis adalah memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan
mengembangkan keunggulan bersaing terhadap pesaingnya di pasar yang dimasuki.
Perspektif organisasi industrial menjadi dasar bagi teori ini karena memandang posisi
organisasi di pasar eksterna sebagai suatu faktor penting untuk mencapai dan
Arif Partono - 1303193
5
mempertahankan keunggulan bersaing. Perspektif tradisional organisasi industrial
memberikan suatu model sistematis untuk menilai persaiangan dalam suatu industri (Porter,
1981).
Resource-based theory yang bersumber dari prinsip bahwa sumberdaya utama
perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing berada di dalam lingkungan internal
mereka. Keunggulan bersaing ditentukan oleh keunikan dan kemampuan sumberdaya
internal yang dimiliki (Barney, 1995). RBV memprediksikan bahwa jenis sumberdaya
tertentu yang dimiliki dan dikelola oleh perusahaan memiliki potensi untu menghasilkan
keunggulan bersaing (Ainuddin et al., 2007).
Survival-based theory memusatkan perhatian pada konsep bahwa organisasi harus
senantiasa beradaptasi denga lingkungan persaingannya agar bisa berhasil. Berbeda dengan
teori human resource-based yang menekankan pada pentingnya elemen SDM dalam
pengembangan strategi perusahaan. Lebihlanjut, teori agensi, menegaskan pentingnya
hubungan antara pemegang saham atau pemilik perusahaan dengan agen atau manajer
dalam mencapai keberhasilan perusahaan. Teori kontingensi menyajikan gagasan bahwa
tidak ada satu cara terbaik di dalam mengelola organisasi. Oleh karenanya organisasi harus
mengembangkan strategi manajerial berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Selama proses perumusan, penerapan, dan evaluasi teori-teori manajemen strategis
tersebut dapat diterapkan sebagai alat untuk membantu proses pengambilan keputusan.
Keterhubungan teori-teori tersebut digambarkan pada gambar berikut (Strategic
Management Theories (adapted from David, 2005; Mohd Khairuddin Hashim, 2005);
Arif Partono - 1303193
6
Kajian kali ini akan difokuskan pada atribut internal perusahaan (sumberdaya,
kemampuan, dan sistem) dalam perannya untuk membangun keunggulan bersaing.
Keunggulan Bersaing – Resources-Based View
Sekali lagi ditegaskan bahwa pencapaian keunggulan bersaing merupakan inti dari
kajian dalam manajemen strategis (Burden and Proctor, 2000; Fahy, 2000; Ma, 2000, 2004;
Barney, 2001a, 2001b, 2007; Lin, 2003; Fahy, Farrelly and Quester, 2004; Cousins, 2005;
Porter and Kramer, 2006; Liao and Hu, 2007). Pemahaman terhadap sumberdaya yang
dapat menjadi keunggulan bersaing telah menjadi kajian utama dalam studi manajemen
strategis. (Porter, 1985, 1991; Barney, 1991; Peteraf, 1993; Ma, 1999a, 1999b, 2004; Flint
and Van Fleet, 2005; King, 2007b).
Teori RBV menekankan bahwa dalam manajemen strategis sumberdaya utama dan
pendorong munculnya keunggulan bersaing serta mampu membentuk kinerja yang superior
dikaitkan dengan hal-hal yang sangat berharga dan sulit/mahal untuk diduplikasi (Barney,
1986, 1991, 2001a; Conner, 1991; Mills, Platts and Bourne, 2003; Peteraf and Bergen,
2003). Hal ini dibangun dengan asumsi bahwa sumberdaya strategis terdistribusi merata di
antara perusahaan dan bahwa perbedaan masing-masing bersifat stabil. Terdapat 4 indikator
utama yang mengindikasikan sumberdaya yang bisa menjadi keunggulan bersaing;
bernilai, jarang ada, sulit ditiru, dan tidak bisa tergantikan. Barney (1991) menyatakan
bahwa sumberdaya perusahaan mencakup semua aset, proses di dalam organisasi,
informasi, dan pengetahuan yang dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan untuk
Arif Partono - 1303193
7
mendukung strategi yang dijalankan.
Perusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing jika mampu menerapkan strategi
yang bisa menciptakan nilai yang mudah ditiru atau dimiliki oleh pesaing. Sedangkan
keunggulan bersaing yang tahan lama adalah nilai yang sulit ditiru atau dimiliki pesaing
sehingga manfaat dari strategi tersebut tidak bisa diduplikasi (Barney, 1991).
Istilah keunggulan bersaing paling banyak digunakan dalam manajemen strategis,
akan tetapi belum ada definisi yang benar-benar tepat. Ma (2000) menyajikan tiga observasi
mengenai keunggulan bersaing;
- keunggulan bersaing tidak berarti kinerja yang baik
- keunggulan bersaing sebagai suatu istilah hubungan
- keunggulan bersaing sebagai suatu konteks
Kemudian, Ma (2000) juga menganalisis tiga pola hubungan antara keunggulan
bersaing dengan kinerja perusahaan;
- keunggulan bersaing mengarah pada kinerja yang baik
- keunggulan bersaing tanpa kinerja yang baik
- kinerja yang baik tanpa keunggulan bersaing
Beberapa contoh sumber keunggulan bersaing adalah kepemilikan aset, akses ke
pasokan dan distribusi, pengetahuan, kompetensi, dan kemampuan operasional bisnis.
Perusahaan harus secara aktif dan kreatif mengeksplorasi sumberdaya yang dimiliki dan
mencegah pesaing untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut.
Memahami keunggulan bersaing merupakan hal penting bagi manajer yang
bertanggung jawab untuk keberlangsungan perusahaan. Ma memperkenalkan istilah
Arif Partono - 1303193
8
SELECT yang merupakan singkatan anatomi dalam keunggulan bersaing yang mudah
digunakan; substance (isi atau konten), expression, locale, effect (pengaruh), cause, dan
time span (waktu).
Teori RBV menjadi teori populer di bidang manajemen strategis. Istilah ini awalnya
dikemukakan oleh Wernerfelt pada tahun 1984 (Fahy, 2000) dan telah mendapat
penghargaan karena kontribusinya yang besar (Zajac, 1995; cited in Fahy, 2000). Fahy
(2000) mengatakan bahwa kontribusi terbesar dari RBV adalah sebagai teori keunggulan
bersaing yang sederhana dan sangat mendasar.
RBV diawali dengn asumsi bahwa hasil yang ingin dihasilkan dari upaya manajerial
dalam perusahaan adalah memiliki keunggulan bersaing (SCA – sustainable competitive
advantage). Pencapaian SCA membuat perusahaan memperoleh tingkat pengembalian di
Arif Partono - 1303193
9
atas rata-rata. RBV berpendapat bahwa kunci untuk mencapai keunggulan bersaing tersebut
adalah dengan memiliki sumberdaya utama (bernilai, sulit diduplikasi). RBV menekankan
pada pilihan strategis; mendorong perusahaan untuk mengidentifikasi, mengembangkan,
dan menggunakan sumberdaya kunci untuk memaksimalkan tingkat pengembalian (Fahy,
2000).
Porter (1991) menyatakan adanya 4 atribut yang mempengaruhi keunggulan bersaing
suatu perusahaan; kondisi faktor, kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, serta
strategi, struktur, dan persaingan yang dihadapi. Sedangkan O’Shaughnessy (1996) setuju
denan Porter tetapi menambahkan dua hal lain yaitu faktor budaya dan sejarah.
Mazzarol dan Soutar (1999) membahas struktur, strategi, dan keunggulan bersaing
dengan menyajikan model yang penting untuk menetapkan dan memelihara keunggulan
bersaing bagi lembaga pendidikan di pasar internasional. Kajian lain oleh Burden dan
Proctor (2000) mengenai pelatihan dan keunggulan bersaing menemukan ahwa pemenuhan
kebutuhan pelanggan dengan tepat waktu, dan senantiasa demikian merupakan cara utama
untuk memperoleh keunggulan bersaing, dan pelatihan adalah cara yang dapat digunakan
untuk mewujudkan hal itu.
Riset yang dilakukan oleh Gupta dan McDaniel (2002) di bidang manajemen
pengetahuan dan keunggulan bersaing menunjukkan hubungan penting antara manajemen
pengetahuan dan pengembangan keunggulan bersaing. Variabel yang digunakan antara lain;
efektivitas organisasi, efisiensi, core competency, biaya, pembentukan pengetahuan,
penyebaran, dan penggunaan. Goh (2004) juga mengidentifikasi bahwa manajemen
pengetahuan telah muncul sebagai sumber keunggulan bersaing.
Lin (2003) berpendapat bahwa transfer teknologi juga menjadi sumbr keunggulan
bersaing bagi perusahaan di negara sedang berkembang yang memiliki keterbatasan
sumberdaya R & D. variabel dalam transfer teknologi adalah technological learning
performance, organizational intelligence, spesifikasi perusahaan, kompleksitas,
kematangan, kualifikasi karyawan, dan inovasi.
Fahy, Farrelly and Quester (2004) juga menemukan meningkatnya peran sponsorship
dalam bauran pemasaran yang bisa mengarah pada pertimbangan bahwa hal tersebut dapat
dianggap sebagai kegiatan yang menghasilkan keunggulan bersaing.
Ma (2004) melanjutkan kerangka integratif mengenai determinan keunggulan dalam
persaingan global di antaranya creation & innovation, persaingan, cooperation dan co-
Arif Partono - 1303193
10
option. Sedangkan De Pablos (2006) menyatakan bahwa keunggulan bersaing perusahaan
transnational berada pada kemampuannya untuk mengidentifikasi dan mentransfer
pengetahuan strategis ke wilayah lain.
Cousins (2005) melakukan studi mengenai fokus sstrategi dan keunggulan bersaing
dan menemukan bahwa perusahaan yang memiliki keunggulan di bidang biaya akan
bersifat pasif dan suportif, sedangkan perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing
dalam hal diferensiasi akan melihatnya sebagai strategi yang membedakan. Variabel diukur
menggunakan istilah pengembangan bisnis, pangsa pasar, membangun hubungan,
diferensiasi, dan kolaborasi.
Peneliti yang mengkaji keunggulan bersaing menuurt Ma (2000), harus
memvalidasikan pertanyaan yang akan digunakan dan desain penelitiannya, kemudian
memutuskan variabel dependen dan independen yang akan digunakan. Apakah variabel
keunggulan bersaing dan kinerja keuangan sejajar? Sehingga harus ada variabel lain yang
mempengaruhi hasilnya? Atau keduanya merupakan konsep yang berbeda, yang dinyatakan
melalui pernyataan bahwa kinerja keuangan tergantung pada keunggulan bersaing. Fahy
(2000) menyatakan bahwa dinamika perkembangan sumberdaya akan menjadi hal utama
dalam perkembangan teori RBV.
Kritik Terhadap Teori RVB
Meski banyak digunakan, akan tetapi teori RBV memiliki banyak kelemahan yang
diidentifikasi oleh beberapa peneliti.
- Kontribusi sebagian besar hanya pada konseptual bukan empiris Fahy (2000),
akibatnya banyak prinsip dasarnya yang masih harus divalidasi
- Relevansinya masih diperdebatkan Barney (2001a) dan Priem serta Butler (2001a,
2001b)
- Ketersediaan sumberdaya dianggap sebagai hal yang umum, sehingga proses untuk
mendapatkan sumberdaya diabaikan. Analisis ini penting karena banyak faktor yang
terlibat dalam pembentukan sumberdaya tadi (Dierickx and Cool, 1989; cited in Fahy,
2000).
- RBV banyak mengandung paradox, hal yag bertentangan dan ambigu. Salah satu
contoh adalah ketika suatu sumberdaya bisa diukur, maka sumberdaya tersebut
kemungkinan tidak bisa digunakan dalam jangka waktu lama.
- Perlu kajian yang tidak sekedar menganalisis atribut dari sumberdaya perusahaan,
Arif Partono - 1303193
11
misalnya membahas hubungan antara sumberdaya dengan variabel lain dalam
menciptakan keunggulan bersaing (Armstrong dan Shimizu, 2007).
- Perlu dilakukan kajian mengenai hubungan antara sumberdaya organisasi, kapabilitas,
sistem, keunggulan bersaing, dan kinerja sehingga bisa memperkaya dan mendukung
teori RBV.
Kesimpulan dan pandangan penulis
Jika dilihat dari pembahasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa teori mengenao
manajemen strategis berasal dari teori manajemen dasar. Teori manajemen telah mengalami
evolusi dan telah disesuaikan dengan tuntutan eksternal serta kebutuhan internal. Teori
mengenai manajemen strategis membahas bagaimana suatu perusahaan dapat memperoleh
keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing merupakan konsep yang relatif, artinya
keunggulan saat ini bisa saja tergeser dan bukan menjadi keunggulan lagi. Oleh karena itu,
sasaran perusahaan adalah menciptakan keunggulan bersaing dan mempertahankan agar
keunggulan tersebut masih berlaku untuk jangka waktu yang panjang.
Beberapa kali disebutkan bahwa ada 4 hal yang dapat menjadi ukuran apakah
sumberdaya tersebut berpotensi membangun keunggulan bersaing bagi perusahaan.
Pertama adalah keunikan nilai yang ditawarkan, kedua adalah jarang atau sulit
diperoleh/dibuat, kemudian, sulit digantikan dengan sempurna oleh yang lain, dan terakhir
adalah sulit ditiru.
Keunggulan bersaing ini bisa dilihat dari perspektif organisasi industrial (di dasarkan
pada kondisi lingkungan eksternal) yang melihat posisi organisasi di dalam pasar
eksternal/industri. Cara lainnya adalah dengan menganalisis RBV, sumberdaya yang ada
dalam lingkungan internal.
Penelitian kali ini memfokuskan pada pendekatan keunggulan bersaing yang
bersumber dari kondisi internal perusahaan. Beberapa penulis mengemukakan bahwa
sumberdaya internal seperti SDM, program promosi dan pemasaran, teknologi informasi,
pengetahuan yang dimiliki, kemampuan perusahaan dalam mengelola pengetahuan
tersebut, sistem, praktek bisnis, dan aset dapat dioptimalkan untu mencapai keunggulan
bersaing. Pendekatan ini dikenal dengan teori RBV. Analisis terhadap RBV suatu
perusahaan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan tersebut dalam
menghadapi persaingan di industrinya.
Meski telah memberikan kontribusi dalam hal penjelasan konseptual mengenai
Arif Partono - 1303193
12
keunggulan bersaing masih terdapat kritik mengenai pendekatannya yang lebih mengarah
pada konseptual saja. Di samping itu RBV hanya membahas atribut dari sumberdaya dan
belum mengkaji hubungan antara sumberdaya tersebut dengan variabel lain. Atau
bagaimana sumberdaya tersebut diperoleh juga belum mendapat kajian yang memadai.
Meski memiliki berbagai kekurangan, RBV telah dan bisa menjadi landasan bagi
organisasi untu merencanakan dan menjalankan strateginya dengan cara menganalisis
kondisi sumberdaya internalnya dan kapabilitas dari sumberdaya tersebut untuk
menciptakan keunggulan bersaing (Kristandl dan Bontis, 2007; Sheehan dan Foss, 2007).
Berbagai ilmu yang melatar belakang terbentuknya RBV menjadikan teori ini semakin kaya
dan memudahkan kita untuk memahami sifat dan determinan dari SCA (sustanable
competitive advantage). Di samping itu RBV juga bisa membantu menjelaskan mengapa
sumberdaya tertentu lebih menghasilkan keunggulan dari yang lain serta mengapa ketidak
seimbangan sumberdaya selalu ada di dalam persaingan terbuka.
Mengakhiri pembahasan dan kesimpulan kali ini penulis menyajikan pandangan dari
Fahy (2000), bahwa elemen dasar dari RBV adalah; (i) keunggulan bersaing jangka panjang
dan kinerja superior; (ii) karakteristik dan jenis sumber keunggulan bersaing; dan (iii)
pilihan strategis oleh manajemen.