paper 01 andi
DESCRIPTION
Paper from Story - Hess - Segmenting customer-brand relationsTRANSCRIPT
Segmenting customer-brand relations: beyond the personal relationship metaphor
Latar belakang
Hubungan personal sering dikiaskan sebagai interaksi dan ikatan yang terbentuk antara pelanggan
dengan merek untuk menerangkan perilaku konsumen dengan lebih baik. Kepuasan merupakan
penduga perilaku loyal yang kurang tepat. Berbagai studi juga menunjukkan bahwa kepuasan tidak
sama dengan loyalitas, serta loyalitas kini tidak menjadi penduga dari loyalitas konsumen di masa
depan.
Hubungan (relationship) memberikan pengertian yang lebih baik dibandingkan model perilaku
konvensional. Riset yang sudah ada tentang loyalitas dapat dikelompokkan ke dalam tiga
pendekatan kepada loyalitas berdasarkan metode untuk mendefinisikan dan mengukur.
1. Purchase (primary) loyalty behavior.
Contohnya adalah: frekuensi pembelian, volume pembelian, share dan retensi. Hal ini relatif lebih
mudah untuk diukur dan diterjemahkan ke dalam penjualan dan keuntungan, tapi biasanya bukan
merupakan penduga yang handal untuk perilaku di masa yang akan datang.
2. Non-purchase (secondary) loyalty behavior.
Contohnya adalah: referal (rujukan), endorsement (pengesahan), advocacy (anjuran), dan
penunjukan langsung kepada merek tertentu, lebih sulit untuk diukur dan efeknya terhadap
keuntungan dan penjualan lebih tidak langsung.
3. Attitudinal measurement.
Pendekatan ini lebih sulit untuk diukur. Oliver (1999) menyarankan untuk mengadaptasi model
loyalitas tripartite yang menghubungkan: beliefs (kepercayaan), feelings (perasaan) dan
intentions (niat) terhadap merek yang mendorong adanya pembelian.
Untuk memahami primary dan secondary loyalty behavior dan membentuk strategi yang dapat
mendukung perilaku tersebut, kita harus mengembangkan pengertian dan mengukur seluruh
komponen yang ada.
Loyalitas dan kepuasan, matarantai yang putus
Pertanyaan utama adalah: apakah
kepuasan dan loyalitas itu tidak
berhubungan atau adakah faktor-faktor lain
yang mempengaruhi hubungan keduanya?
Di dalam Trust Based Commitment Model
(figure 1), kepuasan terutama mengarah
pada hubungan fungsional antara
pelanggan dan merek, tapi kepuasan juga memberi kontribusi bagi kepercayaan (trust). Jika merek
berkembang sesuai harapan pelanggan, kepercayaan berkembang menjadi hubungan personal.
Kombinasi hubungan personal dan fungsional adalah hubungan berkomitment (committed
relationship). Pelanggan ini merupakan bagian dari pelanggan yang puas, serta punya
kecenderungan untuk terus menunjukkan perilaku loyalitas terhadap merek.
1
Trust-based commitment mendukung paling tidak dua dimensi dari perilaku loyal: (1) behavioral
loyalty – yang biasanya diukur di pasar dan (2) attitudinal loyalty – yaitu kepercayaan, perasaan, dan
niat terhadap merek.
Tapi behavioral loyalty ataupun satisfaction (kepuasan) dapat secara memadai menerangkan atau
memprediksi perilaku konsumen. Hal itu bisa terjadi karena para peneliti tidak dapat mendefiniskan
loyalitas secara tepat atau para peneliti salah pada saat melakukan pengukuran atas pelanggan loyal.
Aplikasi: segmentasi dan perilaku
Dari sekian banyak cara untuk mengatur segmentasi pelanggan berdasarkan hubungan
(relationship), Trust-based Commitment (TBC) merupakan model dapat memberikan pendekatan
multidimensi. Model TBC mengukur dua dimensi:
1. Dimensi fungsional: fokus pada kepuasan dan kegunaan dasar dari konsumsi. Secara fungsional
bagi konsumen ketika kebutuhan terpenuhi dan produk/jasa memenuhi harapan konsumen.
2. Hubungan personal:merupakan hasil dari kepercayaan dan perasaan konsumen yang lebih dari
sekedar pemenuhan kebutuhan dan fungis barang/jasa. Konsumen dapat mengkaitkan merek
dengan konsep-diri mereka dan memperoleh kepuasan
dari pengalaman berhubungan dengan merek.
Untuk kepentingan riset ini, kedua dimensi tersebut akan
dibagi ke dalam dua level, yang menghasilkan empat
segmen (figure 2).
1. Segmen 1. Konsumen yang nilainya rendah pada
functional dan relational connection, dan memiliki
hubungan secara transaksional saja.
2. Segmen 2. Konsumen yang ada di segment Functional,
memiliki true relationship dengan merek, sebagian besar
karena kepuasan. Nilai, kenyamanan, kinerja dan
attribute fungsional lainnya mempengaruhi perilaku di segmen ini. Walaupun lebih tidak price-
sensitif dibandingkan segmen 1, tapi mereka besar kemungkinan berpindah merek jika nilai
merek sangat turun dibandingkan harga.
3. Segmen 3, terletak di kanan bawah, merupakan Personal Relationship. Konsumen ini dimotivasi
oleh faktor attitudinal, yang terkait dengan personnal connections. Komponen diantaranya adalah:
kepercayaan atas motif merek, peran merek dalam self-definition, dan pentingnya hubungan
(relationship). Konsumen ini tidak terlalu sensitif, tapi tidak punya hubungan fungsional kuat
dengan merek. Cenderung pindah ke merek yang menawarkan nilai jauh lebih tinggi.
4. Segmen 4, yaitu Committed Customer, memiliki keduanya: hubungan fungsional dan personal
dengan merek. Konsumen ini memiliki loyalitas secara behavior dan secara attitude kepada
merek. Konsumen ini lebih cenderung untuk menunjukkan perilaku loyal dalam waktu yang lebih
lama. Perilaku loyal dibentuk dari koneksi personal dan fungsional.
2
Penelitian empiris atas segmentasi hubungan
Untuk menguji kekuatan dari segmentasi konsumen berdasarkan hubungan mereka dengan merek,
konsumen diberikan beberapa pertanyaan silang tentang merek dan dilakukan pengukuran atas
perilaku mereka terhada merek tersebut.
Perilaku yang dipilih mewakili:
1. Primary loyalty behavior: kemauan untuk membayar lebih atas merek, jumlah uang yang
dibelanjakan untuk merek dalam 7 hari terakhir, berapa jumlah pembelian, dan jumlah kunjungan
ke toko untuk merek itu selama 7 hari terakhir
2. Secondary loyalty behavior: merekomendasikan merek, kemauan untuk keluar dari jalur dan
membeli merek tersebut, dan kemauan untuk membeli barang bermerek itu dari internet.
Responden dibagi ke dalam empat segmen hubungan (relationship segments): (1) Tidak ada
hubungan, (2) Fungsional, (3) Personal dan (4) Komitmen. Pembagian berdasarkan atas jawaban
responden tersebut atas pertanyaan yang dirancang untuk membedakan antara hubungan personal
dan fungsional, dan setelah itu mengidentifikasi responden mana saja yang punya hubungan
commited dan kuat dengan merek. Tabel di bawah ini menunjukkan contoh pertanyaan personal dan
fungsional
Peneliti membuat empat hipotesis alternatif
tentang hubungan dasar antara perilaku dan
jenis hubungan.
1. H1: konsumen yang tidak memilki baik
hubungan personal dan fungsional dengan
merek akan menunjukkan perilaku loyal
yang lebih sedikit dibandingkan konsumen
yang memiliki hubungan personal, fungsional dan committed.
Konsumen di sini bersifat transaksional semata dan diharapkan hanya menunjukkan sedikit
perilaku loyal.
2. H2: Konsumen di hubungan committed melakukan lebih banyak perilaku loyal dibanding
konsumen yang ada pada hubungan personal atau fungsional.
Konsumen yang memiliki hubungan committed puas dengan merek, mempunyai hubungan
fungsional dengan merek, dan secara personal terhubung dengan merek. Diharapkan mereka
lebih menunjukkan perilaku loyal daripada konsumen yang hanya memiliki hubungan fungsional
atau personal.
3. H3: Konsumen yang memiliki hubungan personal dengan merek akan mau membayar lebih untuk
barang merek itu dibanding konsumen yang memiliki hubungan fungsional.
Hal ini didasari teori bahwa konsumen yang membeli berdasarkan fungsi biasanya melakukan
pertimbangan antara kegunaan dan harga, jadi mereka tidak mau untuk membayar lebih jika nilai
utilitas barang tersebut lebih kecil dari harganya.
4. H4: Konsumen yang memiliki hubungan personal dengan merek akan mengeluarkan uang lebih
banyak bagi merek pada periode tertentu dibandingkan dengan konsumen yang memiliki
hubungan fungsional.
Didasari pemikiran yang sama dengan point no. 4.
3
Personal Fungsional
Saya memiliki hubungan
emosional
Saya memiliki hubungan
personal
Saya memilki kesetiaan
(loyalty)
Merek memiliki banyak
variasi produk
Merek memiliki produk yang
saya cari
Merek memenuhi kebutuha
dasar saya
Tabel 1. Contoh ukuran personal dan fungsional