patologi klinik 1 feses

16
Nama : M. Fahmi Ibnu Tsaqif NIM : G1A114114 Laporan Praktikum Patologi Klinik Pemeriksaan Feses BAB 1 PENDAHULUAN Fases adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (traktus digestivus). Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen. Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsur dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

Upload: muhammadfahmiibnutsaqif

Post on 22-Dec-2015

348 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

Prktikum PK feses

TRANSCRIPT

Page 1: Patologi Klinik 1 Feses

Nama : M. Fahmi Ibnu Tsaqif

NIM : G1A114114

Laporan Praktikum Patologi Klinik Pemeriksaan Feses

BAB 1

PENDAHULUAN

Fases adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (traktus digestivus).

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen.

Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsur dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

Page 2: Patologi Klinik 1 Feses

BAB IIPEMBAHASAN

I. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK

Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, konsistensi, warna, bau, darah, lendir dan parasit.

a. JumlahDalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250 gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan. Bila banyak mengkonsumsi sayur, maka jumlah tinja meningkat.

b. KonsistensiTinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare, konsistensi menjadi sangat lunak atau cair. Sedangkan sebaliknya, tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.

c. WarnaTinja normal kuning kecoklatan. Warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin yang lebih banyak. Selain urobilin, warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan, dan obat yang dimakan. Warna kuning dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak, dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung klorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. 3,4 Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

d. BauIndol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau

Page 3: Patologi Klinik 1 Feses

tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.

e. DarahAdanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian lua rtinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darahterdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.

f. LendirDalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.

g. ParasitDiperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.

II. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.

a. ProtozoaBiasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.

b. Telur cacingTelur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

c. LeukositDalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.

Page 4: Patologi Klinik 1 Feses

Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.

d. EritrositEritrosi hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

e. EpitelDalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitelyang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

f. KristalKristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja LUGOL Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

g. Sisa makananHampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal. Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastisdan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan IIIatau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe.2 Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.

Page 5: Patologi Klinik 1 Feses

BAB III

I. Pemeriksaan Makroskopik

Tujuan : Untuk mengetahui warna, bau, konsistensi, lender, darah, dan parasit

Alat dan Bahan :Alat :

1. Kaca Objek

2. Lidi/ Pengaduk

Bahan :1. Feses

Cara Kerja :1. Siapkan alat dan bahan2. Ambil feses dengan ujung lidi dan letakkan di atas kaca objek3. Amati feses tersebut4. Amati warna, bau, konsistensi, lendir, darah dan parasit

Page 6: Patologi Klinik 1 Feses

Hasil pemeriksaan :1. Warna : Agak kecoklatan2. Bau : Sedap 3. Konsistensi : Lunak dan cair4. Lendir : (-) tidak ada5. Darah : (-) tidak ada6. Parasite : (-) tidak ada

II. Pemeriksaan Mikroskopik

Page 7: Patologi Klinik 1 Feses

Tujuan :Untuk mengetahui protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal dan sisa makanan.

Alat dan Bahan Alat :1. Kaca objek

2. Lidi/pengaduk

3. Deck glass

4. Spritus

Bahan :

Page 8: Patologi Klinik 1 Feses

1. Feses

Reagen :1. Asam asetat

2. Lugol

3. Eosin

Cara Kerja :1. Siapkan alat dan bahan 2. Siapkan 3 reagen / larutan : asam asetat, lugol dan eosin 3. Ambil sedikit fese dengan lidi4. Letakkan diatas kaca objek 5. Tetesi dengan larutan reagen

a. Larutan lugol Feses ditetesi larutan lugol sebanyak 1 tetes Aduk feses dengan lidi/pengaduk sehingga tercampur feses dengan lugol

Page 9: Patologi Klinik 1 Feses

Tutup dengan deck glass Amati preparat dibawah preparat

b. Larutan asam asetat Feses ditetesi larutan asam asetat sebanyak 1 tetes Aduk feses dengan lidi/pengaduk sehingga tercampur feses dengan asam

asetat Tutup dengan deck glass Amati preparat dibawah mikroskop

c. Larutan eosin Feses ditetesi larutan eosin sebanyak 1 tetes Aduk feses dengan lidi/pengaduk sehingga tercampur feses dengan eosin Tutup dengan deck glass Bakar diatas spritus Amati preparat dibawah mikroskop

Setelah diberikan reagen :

Label : Karbohidrat

Label : Protein

Page 10: Patologi Klinik 1 Feses

Label : Lemak

6. Amati feses tersebut

Hasil Pengamatan :

1. Karbohidrat

2. Protein

3. Lemak :

Page 11: Patologi Klinik 1 Feses

4. Telur cacing : Ada5. Eritrosit : tidak ada6. Leukosit : ada7. Epitel : tidak ada 8. Kristal : ada9. Sisa makanan : tidak ada

BAB IV

Page 12: Patologi Klinik 1 Feses

Kesimpulan

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 2 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.

1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan.

2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, Kristal dan sisa makanan.