pedoman pelaksanaan program …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/buku... · mudah mudahan...

49
1 PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT Edisi ke 2 IKATAN DOKTER INDONESIA PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA JAKARTA, 2013

Upload: haquynh

Post on 03-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

1

PEDOMAN PELAKSANAAN

PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

(CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

Edisi ke 2

IKATAN DOKTER INDONESIA

PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA

JAKARTA, 2013

Page 2: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

2

KATA PENGANTAR EDISI KE 2

KETUA UMUM PB IDI

(PERIODE 2012-2015)

Puji syukur kepada Tuhan YME bahwa buku Pedoman Pelaksanaan P2KB edisi ke 2 ini telah dapat

diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama sejak kepengurusan IDI periode 2012-2015 dikukuhkan.

Buku pedoman P2KB edisi ke 1 yang terbit pada tahun 2007 memang dirasakan perlu direvisi karena

banyak perkembangan baru baik dalam peraturan, kemajuan ilmu pengetahuan dan tehknologi kedokteran

maupun kebutuhan anggota, agar proses resertifikasi makin dipermudah tanpa mengurangi bobot mutu

dalam rangka registrasi ulang di Konsil Kedokteran Indonesia.

Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi seluruh anggota

IDI baik dokter layanan primer maupun layanan spesialis dapat terlaksana dengan lebih baik dan bermutu.

Diharapkan buku ini dapat menjadi pedoman bagi PDPP dan PDSP dalam menyusun skema P2KB mereka

serta bermanfaat bagi IDI Wilayah dan IDI Cabang dalam pelaksanaan program P2KB.

Penghargaan yang tinggi dan terima kasih saya ucapkan pada tim penyusun buku edisi ke 2 dan semua

pihak terkait yang telah bekerja tanpa mengenal lelah sehingga buku ini dapat diterbitkan. Semoga Tuhan

Yang Maha Kuasa meridhoi Buku Pedoman Pelaksanaan P2KB ini sebagai salah satu instrumen untuk

meningkatkan profesionalisme dokter Indonesia sesuai dengan harkat dan martabat serta kehormatan

profesinya dalam rangka memenuhi harapan kemanusiaan, harapan masyarakat dan harapan bangsa.

Amin.

Jakarta, Juli 2013

Pengurus Besar IDI

Ketua Umum

Dr. Zaenal Abidin,M.H

Page 3: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

3

KATA PENGANTAR EDISI KE 1

KETUA UMUM PB IDI

(PERIODE 2006-2009)

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME, Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan

Keprofesian Berkelanjutan (Pedoman Pelaksanaan P3KB) dapat diselesaikan dengan baik. Apresiasi yang

tinggi diberikan kepada seluruh Pengurus Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan PB

IDI (BP2KB PB IDI) yang telah bekerja keras, meluangkan waktu dan pikirannya yang sangat berharga dalam

proses penerbitan pedoman ini. Merupakan kebanggaan tersendiri, BP2KB PB IDI yang baru dilantik pada

akhir Desember 2006 dapat bekerja cepat dan menyelesaikan produknya tepat sebelum tanggal 29 April

2007. Satu upaya besar karena kurang dari empat bulan pekerjaan besar ini diselesaikan secara bersama-

sama, hanya berlandaskan dedikasi dan komitmen yang kuat serta tidak mengandalkan bantuan dana dari

pihak manapun.

Pedoman ini memang harus diterbitkan sebelum tanggal 29 April 2007. Mengapa ? Karena, pasca 29

April 2007, mulai berlaku satu periode yang mewajibkan dokter untuk mengikuti uji kompetensi apabila

akan melakukan registrasi atau registrasi ulang. Untuk seluruh dokter yang bernaung di dalam IDI, uji

kompetensi untuk registrasi ulang adalah keikutsertaannya di dalam proses Pendidikan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB). Sehingga kebutuhan akan Pedoman Pelaksanaan P2KB ini merupakan amanat para

pengelola organisasi di lingkungan IDI agar seluruh dokter anggota IDI yang akan melakukan registrasi

ulang (setiap 5 tahun) sudah dapat memprogramkan dirinya untuk melaksanakan berbagai kegiatan PKB

yang relevan dengan kompetensi yang dimilikinya.

Pedoman Pelaksanaan P2KB ini merupakan Petunjuk Pelaksanaan dari Pedoman Pendidikan dan

Pelatihan Profesionalisme Kedokteran Berkelanjutan yang telah disahkan pada sidang komisi dan sidang

Muktamar Dokter Indonesia XXVI di Semarang (1 Desember 2006). Pedoman Pelaksanaan P2KB ini

ditetapkan dalam Surat Keputusan Pengurus Besar IDI yang untuk selanjutnya menjadi acuan untuk

pelaksanaan P2KB di lingkungan IDI. Pedoman Pelaksanaan ini, harus ditindak-lanjuti dalam bentuk skema

CPD (Petunjuk Teknis Program P2KB dari suatu PDPP/PDSp di lingkungan IDI).

Keseriusan seluruh elemen organisasi di lingkungan IDI dalam me-manage pendidikan dan pelatihan

kedokteran berkelanjutan pada dasarnya selain untuk memenuhi kebutuhan uji kompetensi anggotanya

sebagai bagian dari upaya menjaga amanat pasal 28 ayat 2 UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran (UUPK). Di dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa penetapan standar pendidikan dan

pelatihan kedokteran berkelanjutan merupakan kewajiban organisasi profesi kedokteran. Di dalam

ketentuan umum UUPK didefinisikan secara jelas bahwa yang dimaksud organisasi profesi untuk dokter

adalah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sedangkan di dalam Pasal 28, ayat 1(khususnya untuk dokter)

disebutkan bahwa setiap dokter yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran

berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi (IDI) dan lembaga lain yang diakreditasi oleh

organisasi profesi (IDI) dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran.

Dengan demikian, sekali lagi, keberadaan berbagai acuan tentang CPD (Pedoman, Pedoman

Pelaksanaan dan Skema CPD) menjadi sangat penting dalam rangka memfasilitasi seluruh dokter anggota

IDI agar tidak bermasalah di kemudian hari terkait dengan proses registrasi ulang yang harus dijalani. Pada

saat bersamaan, dengan ditetapkannya Pedoman Pelaksanaan P2KB ini, IDI secara institusi (dan seluruh

organisasi di lingkungan IDI) telah memenuhi kewajibannya untuk menetapkan standar pendidikan dan

pelatihan kedokteran berkelanjutan sebagaimana yang diamanatkan UUPK.

Akhirnya, marilah kita sama-sama berdoa, semoga Tuhan yang Maha Kuasa meridhoi Pedoman

Pelaksanaan P2KB ini menjadi salah satu instrumen untuk menjadikan dokter Indonesia semakin

Page 4: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

4

profesional sesuai dengan harkat dan martabat serta kehormatan profesinya dalam rangka memenuhi

harapan kemanusiaan, harapan masyarakat dan harapan bangsa. Amin.

Jakarta, Maret 2007

Pengurus Besar IDI

Ketua umum

DR.Dr.Fachmi Idris ,M.Kes

Page 5: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

5

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar Ketua Umum PB.IDI

- Edisi ke 2

- Edisi ke 1

Daftar Isi

TIM PENYUSUN BUKU BP2KB IDI

Edisi Ke 2

Edisi Ke1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang

2. Beberapa prinsip dalam program P2KB

3. Organisasi

BAB II PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH

BAB III PROGRAM P2KB

1. Pembelajaran dalam program P2KB

2. Peserta program P2KB

3. Kegiatan yang bernilai pendidikan profesi

4. Kredit pendidikan

1. Kredit prasyarat

2. Bobot kredit berbagai bentuk kegiatan

5. Perencanaan dan dokumentasi

A. Siklus P2KB

B. Penilaian kompetensi

6. Penyelenggaraan kegiatan P2KB

A. Akreditasi kegiatan P2KB

B. Akreditasi penyelenggara kegiatan P2KB

BAB IV ATURAN PERALIHAN

A. Pendaftaran peserta program P2KB`

B. Sertifikasi ulang

BAB V PENUTUP

REFERENSI

LAMPIRAN

1. Standar Global Continuing Professional Development- WFME

2. Alur P2KB/Resertifikasi dokter pelayanan primer dan spesialis

3. Akreditasi Lembaga Non IDI dan Kegiatan P2KB Eksternal

4. Standar Kompetensi Dokter Indonesia

5. SKP pengabdian profesi

6. Format Surat Etika

Page 6: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

6

TIM PENYUSUN BUKU PEDOMAN

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

IKATAN DOKTER INDONESIA

Edisi ke 2

1. DR.Dr. Aida SD Suriadiredja, SpKK(K) Ketua BP2KB/Ketua Tim

2. Dr. Djoni Darmadjaja, SpB, MARS Wkl.Ketua BP2KB/Wkl. Ketua Tim

3. Dr. Amran A Raga Sekretaris BP2KB

4. Dr. Bambang Tutuko, SpAn.KIC Anggota BP2KB/Anggota Tim

5. DR.Dr. Robert Ganda Sentana, MS Anggota BP2KB/Anggota Tim

6. Dr. Doris Chandrawati Anggota BP2KB/Sekretaris Tim

7. Dr. Mahesa Paranadipa, MH Manager BP2KB/Anggota Tim

8. Prof.Dr. I. Oetama Marsis, SpOG(K) Wkl. Ketua Umum/Anggota Tim

9. Prof.DR. Dr. Rahajuningsih D.S. DSc, FACT, SpPK(K) Anggota Tim

10. Dr. Farid SpAn Anggota Tim

11. Dr. Kuncoro Harimurti, MSc, SpPD Anggota Tim

12. Dr. Dyah A Waluyo Anggota Tim

13. Dr. Melly Sasongko, SpKN Anggota Tim

14. Dr. Hazrul Lutfi, SpTHT Anggota Tim

15. Dr. Dasril Nizam, SpPD Anggota Tim

16. Dr. Nurhidayat Pua Upa, MARS Anggota Tim

17. Dr. Moh.Adib.Khumaidi, SpOT Anggota Tim

Anggota Ex-Officio :

18. Dr. Prasenohadi, PhD, SpP-KIC PDPI

19. Dr. Evelina, Sp.PA IAPI

20. Dr. Syahrial M. Hutahuruk, SpTHT-KL(K) PERHATI-KL

21. Dr. Ida Ayu Made Kshanti, SpPD, K-EMD PAPDI

22. Prof.DR.Dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) IDAI

23. Dr. Djoni Darmadjaja, SpB, MARS IKABI/PABI

24. Dr. Ifran Saleh, SpOT(K) PABOI

25. Dr. Tri Rahayu, SpM(K) PERDAMI

26. Dr. Aziza G. Icksan, SpRad(K) PDSRI

Page 7: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

7

27. Dr. Irsyad Bustamam, SpOG POGI

28. Dr. Sutirto Basuki, SpKK, M.Kes PERDOSKI

29. Dr. Manoefris Kasim, SpJP(K), FIHA PERKI

30. Dr. Ponco Birowo, SpU, PhD IAUI

31. Dr. Andi Ade Wijaya, SpAn(K) PERDATIN

32. Dr. Hanif G. Tobing, SpBS(K) PERSPEBSI

33. Dr. Albert Maramis, SpKJ(K) PDSKJI

34. Dr. Taufik Mesiano, SpS PERDOSSI

35. Dr. Deddy Tedjasukmana, SpKFR(K), MARS PERDOSRI

36. Dr. Elida Sari Siburian, SpBP-RE PERAPI

37. Dr. Budiman Bela, SpMK(K) PAMKI

38. Dr. Ade Firmansyah Sugiharto, SpF PDFI

39. Prof.DR.Dr. Rahajuningsih DS, DSc, FACT, SpPK(K) PDS.PATKLIN

40. Dr. Zunilda Djanun Sadikin, MS, SpFK PERDAFKI

41. Dr. Rachmat Wisnu Hidayat, SpKO PDSKO

42. Dr. Djunadi, MS, SpKP PERDOSPI

43. Dr. Robby Hilman M. SpM, SpKL PERDOKLA

44. Dr. Eko Purnomo, SpKN PKNI

45. Prof.DR.Dr. Retno Wahyuningsih, MS, SpPark PDS.PARKI

46. Dr. Astrid Sulistomo, MPH, SpOK PERDOKI

47. Dr. Erwin Christianto, M.Gizi, SpGK PDGKI

48. Dr. Heru Oentoeng, SpAnd PERSANDI

49. Dr. Angela Giselvania, SpOnk.Rad PORI

50. Dr. Poerwadi, SpB, SpBA PERBANI

51. Dr. Kemas Abdurrohim, MARS, MKes, SpAk PDAI

52. Dr. Trevino Aristarkus Pakasi, MS, PhD PDKI

53. Dr. Abraham Andi Padlan Patarai, M.Kes PDUI

Page 8: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

8

TIM PENYUSUN BUKU PEDOMAN

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

IKATAN DOKTER INDONESIA

Edisi ke 1

1. Prof.DR.Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM Penasihat

2. Dr. Sukman Tulus Putra, SpA(K) Penasihat

3. DR.Dr. Tjahjono D.Gondhowiardjo, SpM(K) Penasihat

4. Prof.Dr. I. Oetama Marsis, SpOG(K) Ketua

5. Dr. Zunilda D. Sadikin, SpFK Wkl. Ketua

6. DR.Dr. Ratna Sitompul, SpM(K) Sekretaris I/PERDAMI &

Kolegium

7. Dr. Rufiany Manichkam Sekretaris II

8. Dr. Dyah A.Waluyo Bendahara

9. Dr.Rohedi Yossi Asmara Anggota

10. DR. Dr.Siti Setiati, SpPD, KGer Anggota

Anggota Ex-Officio:

11. DR.Dr. Aida SD Suriadiredja, SpKK PERDOSKI & Kolegium

12. Prof.Dr. Amin Husni, PAK(K), SpS PERDOSSI & Kolegium

13. Dr. Aziza G. Icksan, SpRad. PDSRI & Kolegium

14. Dr. Budiman Bela, SpMK PAMKI & Kolegium

15. Prof.DR.Dr.Bambang Kartono, SpB, SpBA PERBANI & Kolegium

16. Dr. Bambang Tutuko, SpAn, KIC IDSAI

17. Dr. Djoni Darmadjaja, SpB, MARS IKABI & Kolegium

18. Dr. Dolly R.D. Kaunang, SpJP, SpKP PERDOSPI & Kolegium

19. Dr. Eko Purnomo, SpKN PKNI & Kolegium

20. Dr. Farida Oesman, SpPK Kolegium Patklin

21. Prof.Dr. Harmani Kalim, MPH, SpJP(K) PERKI & Kolegium

22. Dr. Harpini Endang Sardewi, MS, SpOK PERDOKI & Kolegium

23. DR.Dr. Idrus Alwi, SpPD K-KV, FACC PAPDI & Kolegium

24. Dr. Ifran Saleh, SpOT(K) PABOI & Kolegium

25. Dr. Imran Agus Nurali, SpKO PDSKO & Kolegium

26. Dr. Instiaty, SpFK PERDAFKI & Kolegium

Page 9: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

9

27. Dr. Jan Prasetyo, SpKJ(K) PDSKJI & Kolegium

28. DR.Dr.Jenny Bashiruddin, SpTHT-KL PERHATI-KL & Kolegium

29. Prof.DR.Dr. Nukman Moeloek, SpAnd PERSANDI & Kolegium

30. Dr. Noroyono Wibowo, SpOG(K) POGI

31. Dr. Oktavinda Safitry, SpF PDFI & Kolegium

32. Dr. Peni Kusumastuti, SpRM PERDOSRI & Kolegium

33. Dr. Prasenohadi, PhD, SpP PDPI & Kolegium

34. Prof.Dr. Rahayuningsih D.Setiabudy, SpPK PDS.PATKLIN

35. Dr. Rino Pattiata, SpPA IAPI

36. Dr. Sajidi Hadiputro, MSc SpKL PERDOKLA & Kolegium

37. Dr. Saleha Sungkar MS, SpParK PDSParKi &Kolegium

38. Dr. Setyo Widi Nugroho,SpBS PERSPEBSI & Kolegium

39. DR. Dr. Soegiharto Soebijanto, SpOG(K) Kolegium OBGIN

40. Prof.DR.Dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) IDAI & Kolegium

41. Dr. Sugito Wonodirekso, MS, PKK, PHK PDKI & Kolegium

42. Dr. Sylvia E. Nuruth, SpBP PERAPI & Kolegium

43. DR.Dr. Tjakra Wibawa Manuaba,SpB(K)Onk FINACS PABI & Kolegium

44. Dr. Victor Tambunan, MS, SpGK PDGKI & Kolegium

45. Dr. Chaidir A.Mochtar, SpU, PhD IAUI & Kolegium

46. DR. Dr. Retno Wahyuningsih Kolegium PARKI

47. Dr. Yuli Budiningsih, SpF MKEK

48. Dr. Sintak T. Gunawan, MA MKEK

Page 10: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

10

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang dan tujuan P2KB

Ikatan Dokter Indonesia sebagai organisasi profesi kedokteran merupakan salah satu stakeholder

pelayanan kesehatan yang turut bertanggung jawab dalam menjamin terselenggaranya pelayanan

kedokteran yang bermutu. Dalam muktamarnya yang ke-26 IDI telah mengeluarkan Pedoman Pendidikan

dan Pelatihan Profesionalisme Kedokteran Berkelanjutan, dan untuk pelaksanaannya perlu dibuat

Pedoman Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (Program P2KB

atau Continuing Professional Development, CPD) bagi seluruh anggotanya(1) .

Tujuan Program P2KB yang diselenggarakan oleh IDI dan suborganisasinya (PDPP/PDSp) adalah:

1) mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme seorang dokter yang berkualitas, bermoral,

beretika dan disiplin sesuai dengan standar kompetensi global; 2) terjaminnya suatu penyelenggaraan

pelayanan kedokteran yang bermutu melalui upaya sertifikasi dokter. Program P2KB pada dasarnya

merupakan upaya pembinaan (oversight) bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill ), serta sikap (attitude) dokter agar ia senantiasa dapat

menjalankan profesinya dengan baik (2). Program P2KB juga merupakan bagian integral dari mekanisme

pemberian izin praktik (licensure).Penanggung jawab penyelenggaraan program P2KB adalah PB IDI

(BP2KB IDI), melalui pelaksanaan oleh semua perhimpunan dokter spesialis (PDSp) dan kolegiumnya,

perhimpunan dokter pelayanan primer (PDPP) dan kolegiumnya , dan perhimpunan perhimpunan lainnya di

lingkungan IDI.(3,4)

Bagi dokter /dokter spesialis yang tidak melakukan praktik lebih dari 3 tahun dan melakukan

kegiatan yang berhubungan dengan ketrampilan dan pengetahuan dapat melakukan P2KB sesuai kegiatan

yang dilakukan.

Profesi kedokteran sangat beragam bentuk layanannya. Secara garis besar dapat dibedakan atas

bidang profesi yang memberikan layanan bedah dan yang memberikan layanan medik, yang terakhir ini ada

yang melakukan intervensi ada pula yang tidak. Dari sisi kontaknya dengan pasien, profesi kedokteran pun

dibedakan atas yang memberikan layanannya secara langsung dan secara tidak langsung. Oleh karena itu,

dapat dipahami bahwa program pengembangan keprofesian bagi berbagai bidang profesi ini tentu beragam

pula cirinya, walaupun tujuannya sama yaitu untuk menjamin profesionalisme dalam memberikan layanan

yang bermutu. Atas dasar ini perlu ditetapkan pedoman pelaksanaan umum yang akan menjadi acuan

operasional bagi semua perhimpunan di bawah IDI dalam menyusun petunjuk teknis untuk pelaksanaan

program P2KB/CPD-nya masing-masing.

2. Beberapa prinsip dalam P2KB (CPD)

Menjalani P2KB merupakan kewajiban profesi (professional imperative) bagi setiap dokter dan

merupakan prasyarat untuk meningkatkan mutu layanan kedokteran. Berbeda dengan prinsip dalam

pendidikan kedokteran dasar dan pendidikan pasca dokter yang terstruktur, P2KB merupakan kegiatan

belajar mandiri dengan ciri self-directed dan practice-based. Oleh karena itu keberlangsungan program

P2KB sangat bergantung pada motivasi para dokter itu sendiri. Selain untuk mendorong pengembangan

profesionalisme, P2KB bertujuan mempertahankan dan meningkatkan kompetensi seorang dokter, yang

Page 11: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

11

sangat penting untuk memenuhi tuntutan pasien dan tuntutan sistem pelayanan kesehatan, serta menjawab

tantangan kemajuan ilmu kedokteran(5).

Dari sudut pandang dokter, motivasi untuk menjalani P2KB Seharusnya muncul dari tiga dorongan utama:

o Dorongan profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada pasien.

o Dorongan untuk memenuhi kewajiban kepada pemberi kerja (dokter).

o Keinginan untuk memperoleh kepuasan kerja dan mencegah “kejenuhan” (burn out).

Banyak bukti memperlihatkan bahwa suatu P2KB ternyata baru efektif bila didukung oleh (a)

adanya kebutuhan untuk mempelajari suatu tema/topik, (b) cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan itu,

dan (c) adanya kesempatan untuk menerapkan hasil belajar itu. Banyak cara untuk menetapkan kebutuhan

belajar seseorang, mulai dari ujian formal sampai ke cara yang umum dalam kehidupan sehari-hari seperti

penilaian atasan atau teman sekerja, audit medik, bahkan juga perenungan (refleksi) diri. Berdasarkan

learning needs itu seorang dokter hendaknya menyusun sendiri rencana pengembangan dirinya dalam

bentuk RPD (rencana pengembangan diri) atau personal development plan (PDP).

3. Organisasi

Pengorganisasian P2KB dilaksanakan berdasarkan Undang-undang No.29 tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran pasal 28, Anggaran Dasar Pasal 15 dan Anggaran Rumah Tangga Pasal 47 Hasil

Muktamar IDI ke-28 tahun 2012, Surat Keputusan serta Surat Edaran PB IDI tentang pelaksanaan P2KB

dan Resertifikasi.

Struktur pengorganisasian sebagai berikut :

a. Organisasi tingkat pusat

Organisasi tingkat pusat diberi nama Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan

(BP2KB) PB IDI yang beranggotakan pengurus harian dan Ex Officio PDSp pusat.

Kewenangan BP2KB PB IDI antara lain :

a. Mewakili PB IDI untuk melakukan koordinasi dengan pemangku kebijakan terkait pelaksanaan

program P2KB.

b. Melakukan revisi buku program P2KB IDI.

c. Membantu verifikasi terhadap dokter asing yang akan mengadakan kegiatan P2KB.

d. Melakukan akreditasi lembaga non IDI penyelenggara P2KB.

e. Melakukan penilaian dan akreditasi kegiatan P2KB eksternal.

f. Melakukan validasi kegiatan P2KB dokter layanan primer baik dengan mekanisme offline

maupun online.

g. Mengeluarkan rekomendasi penerbitan sertifikat kompetensi dokter layanan primer yang

ditujukan kepada Kolegium Dokter Primer Indonesia.

h. Tim Terapan Kerjasama lembaga pemerintah maupun non pemerintah untuk penjagaan

kompetensi dokter.

i. Membantu pengembangan sistem online terintegrasi terkait P2KB melalui Portal IDI.

b. Organisasi tingkat wilayah

Organisasi tingkat wilayah diberi nama Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan

(BP2KB) IDI Wilayah yang beranggotakan pengurus harian dan ex officio PDSp cabang.

Kewenangan BP2KB IDI wilayah antara lain :

Page 12: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

12

a. Melakukan koordinasi pelaksanaan P2KB di tingkat IDI Cabang.

b. Melakukan akreditasi kegiatan P2KB tingkat lokal.

c. Menerima tembusan pelaporan kegiatan P2KB dari IDI cabang dan PDSp Cabang.

c. Organisasi tingkat cabang

Organisasi tingkat wilayah diberi nama Tim Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan

(TP2KB) IDI Cabang yang hanya beranggotakan pengurus harian.

Kewenangan TP2KB IDI cabang antara lain :

a. Membentuk Tim Verifikasi kegiatan dokter pelayanan primer.

b. Memverifikasi kegiatan P2KB offline dan online.

c. Menyimpan dokumen kegiatan P2KB dokter pelayanan primer.

d. Mengeluarkan status etik anggota dalam rangka resertifikasi.

P2KB meliputi semua kegiatan dokter, formal maupun nonformal, yang dilakukannya untuk

mempertahankan, membaharukan, mengembangkan, dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap profesionalnya sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pasiennya. Karena P2KB merupakan

kegiatan belajar mandiri yang self-directed dan practice-based, maka unsur utamanya adalah pencatatan

untuk tujuan monitoring oleh perhimpunan. Dalam hal ini pemanfaatan teknologi informasi akan sangat

membantu5. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar semua perhimpunan membangun sistem pencatatan

yang web-based walaupun tetap dimungkinkan pencatatan manual. Sistem berinternet ini di masa depan

akan terhubung ke sistem di tingkat IDI.

Kebijakan umum dalam pelaksanaan program P2KB disepakati bersama oleh semua perhimpunan

dan kolegiumnya melalui Badan P2KB IDI, sedangkan implementasi P2KB dilaksanakan oleh perhimpunan

dokter spesialis dan perhimpunan dokter pelayanan pertama di lingkungan IDI yang bertanggung jawab

menyusun kebijakan operasionalnya (petunjuk pelaksanaan teknis) sesuai dengan ciri layanan bidang

profesinya masing-masing.

Petunjuk pelaksanaan teknis suatu skema P2KB hendaknya disusun dengan acuan standar

internasional untuk suatu P2KB, antara lain yang ditetapkan oleh World Federation of Medical Education,

American Medical Association (AMA)/American Council, dan Federation of Royal Colleges of Physicians of

the UK. Acuan tersebut memberikan bakuan dasar bagi semua unsur dalam program P2KB antara lain(5-7):

1. Perumusan misi dan tujuan program

2. Metoda pembelajaran

3. Perencanaan dan dokumentasi

4. Peranan individu dokter dalam implementasi program P2KB

5. Peranan berbagai pihak dalam penyelenggaraan program P2KB

6. Aspek kependidikan dan sumber pendidikan yang dapat digunakan

7. Evaluasi atas metoda dan kompetensi

8. Pengorganisasian program

9. Perbaikan program secara terus menerus

Uraian lebih rinci tentang standar internasional (WFME) ini dapat dilihat dalam Lampiran 1(5)

Page 13: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

13

BAB II

PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH

1. Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelajutan (P2KB) atau program continuing

professional development (CPD) adalah upaya pembinaan (oversight) bersistem bagi profesional, dalam

hal ini dokter yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengembangkan

sikap agar ia senantiasa dapat menjalankan profesinya dengan baik. Program ini wajib diikuti oleh

setiap anggota Perhimpunan Dokter Pelayanan Primer (PDPP)/Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp),

sebagai bagian dari mekanisme pemberian kewenangan dan izin praktik.

2. Skema Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)/CPD adalah program P2KB dari suatu

PDPP/PDSp di lingkungan IDI yang dituangkan dalam suatu dokumen (petunjuk pelaksanaan teknis)

sebagai acuan bagi anggotanya untuk menjalani program tersebut.

3. Stakeholder pelayanan kesehatan/kedokteran adalah semua pihak yang terlibat langsung maupun tak

langsung dalam pelayanan kesehatan/kedokteran, mereka adalah (1) pemberi layanan (provider) baik

sebagai institusi (misalnya RS) maupun sebagai perorangan, (2) pengguna layanan kesehatan baik

pemerintah maupun swasta, (3) institusi pendidikan yang menghasilkan provider, dan (4) Ikatan Dokter

Indonesia tempat perorangan dokter (pemberi layanan) berhimpun.

4. Kegiatan pendidikan dalam konteks Pedoman P2KB ini adalah berbagai kegiatan yang dijalani oleh

seseorang dalam kapasitasnya sebagai dokter, yang memberikan kesempatan baginya untuk

menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan profesionalnya, serta mempertahankan

profesionalismenya.

5. Standar profesi pengertian umumnya adalah kriteria kemampuan (professional knowledge, skill,

attitude) minimal yang harus dikuasai agar dapat menjalankan kegiatan profesionalnya dan

memberikan layanan kepada masyarakat secara mandiri. Dengan demikian pada hakekatnya standar

profesi adalah nilai-nilai profesi kedokteran yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam kegiatan

profesi, yang terdiri atas standar pendidikan, standar kompetensi, etika/moral/profesi, dan standar

pelayanan.

6. Kredit prasyarat (credit requirement) adalah jumlah kredit partisipasi yang harus dikumpulkan oleh

seorang peserta program P2KB dalam suatu kurun waktu tertentu yang menjadi prasyarat untuk

mendapatkan sertifikat kompetensi

7. Satuan Kredit Profesi (SKP) adalah bukti kesertaan dokter/dokter spesialis dalam suatu program P2KB

yang diperoleh dari kegiatan yang bernilai pendidikan profesi. Kredit ini diberikan baik untuk kegiatan

yang bersifat klinis (berhubungan dengan layanan kedokteran langsung maupun tak langsung) maupun

non klinis (mengajar, meneliti, manajemen) dan pengabdian profesi/masyarakat.

8. Verifikasi adalah proses pemeriksaan kesesuaian laporan (log book) beserta dokumen buktinya.

Pemeriksaan dapat dilakukan secara offline (menggunakan hard copy) maupun online (melalui aplikasi

P2KB Online). Verifikasi dilakukan oleh verifikator yang telah ditunjuk oleh IDI Cabang dan atau

Perhimpunan Spesialisnya.

Page 14: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

14

9. Validasi adalah proses pemeriksaan dokumen untuk memastikan keabsahan dokumen serta pihak yang

berwenang mengeluarkan dokumen tersebut. Validasi dilakukan di tingkat pusat.

10. Sertifikasi dan Resertifikasi adalah proses pemberian surat keterangan pengakuan oleh PDPP/PDSp

dan/atau kolegiumnya untuk menyatakan bahwa yang bersangkutan dinilai telah memiliki kemampuan

profesi yang setara dengan standar profesi dan standar kompetensi yang ditetapkan oleh kolegium

bidang profesi yang bersangkutan. Dalam proses ini PDPP/PDSp melalui kolegiumnya mengeluarkan

sertifikat kompetensi yang merupakan syarat mutlak untuk dikeluarkannya STR dan rekomendasi untuk

penerbitan surat izin praktik.

11. Sertifikat Kompetensi adalah surat keterangan yang dikeluarkan bagi seorang dokter oleh PDPP/PDSp

yang bersangkutan melalui kolegiumnya untuk menyatakan bahwa dokter tersebut kompeten dalam

menjalankan praktiknya. Sertifikat ini diperlukan untuk registrasi ulang ke KKI. Sertifikat kompetensi

tersebut dikeluarkan setelah seorang dokter menjalankan rangkaian kegiatan Program P2KB yang

ditetapkan oleh PDPP/PDSp & Kolegiumnya masing-masing.

12. Rekomendasi IDI adalah rekomendasi yang dikeluarkan oleh IDI bagi seorang dokter untuk keperluan

pengurusan izin praktik dan mengatur penyebaran dokter. Rekomendasi ini dikeluarkan hanya bila yang

bersangkutan memiliki sejumlah syarat, salah satunya adalah sertifikat kompetensi. Rekomendasi

dilakukan oleh IDI Cabang dan perhimpunan spesialisnya.

13. Pemberian izin praktik (licensure) adalah suatu proses pemberian izin oleh lembaga yang berwenang

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku kepada seorang dokter untuk dapat menjalankan

profesinya (berpraktik) di suatu sarana pelayanan kesehatan/kedokteran. Izin ini hanya diberikan

kepada dokter yang telah memperoleh STR.

14. Registrasi adalah prosedur pendaftaran seorang dokter pada lembaga yang berwenang mendata tenaga

dokter di Indonesia. Setelah diberlakukannya undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran, lembaga yang berwenang adalah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

15. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh KKI bahwa seorang dokter

telah terdaftar dan memperoleh kewenangan untuk menjalankan profesinya di seluruh indonesia

16. P2KB Online adalah program pencatatan dan pelaporan hingga verifikasi kegiatan melalui aplikasi

berbasis web.

17. Akreditasi adalah proses pengakuan IDI terhadap lembaga penyelenggara, kegiatan P2KB eksternal

dan uji diri artikel ilmiah kedokteran.

Page 15: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

15

BAB III

PROGRAM P2KB IDI

1. Peserta program P2KB

Setiap dokter anggota IDI yang berpraktik berhak memperoleh kesempatan untuk menjalani

program P2KB IDI yang dilaksanakan oleh perhimpunan dokter yang sesuai dengan kompetensinya.

Program ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses resertifikasi. Untuk itu yang bersangkutan

wajib mendaftarkan keikut sertaannya kepada IDI cabang atau perhimpunannya.

Dokter Warga Negara Asing (WNA) yang berpraktik di Indonesia wajib mengikuti P2KB. Sebaliknya

untuk dokter Warga Negara Indonesia (WNI) yang berpraktik atau menempuh pendidikan di luar negeri,

kegiatan tersebut dapat dikonversikan sesuai dengan ketentuan P2KB yang berlaku.

2. Pembelajaran dalam program P2KB

Sebagaimana dinyatakan dalam Standar Global CPD(5), Program P2KB harus disesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing dokter dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Materi pembelajarannya

harus mengandung unsur praktik dan teori yang terpadu karena tujuan akhirnya adalah meningkatkan

pelayanan kedokteran. Oleh karena itu seharusnya program ini dijalankan secara terpadu dan menjadi

bagian dari, pelayanan kedokteran. Idealnya program ini tercermin dalam penetapan anggaran,

pengalokasian sumberdaya, dan perencanaan pelayanan kedokteran.

Berdasarkan kebutuhan pembelajaran seorang dokter hendaknya menyusun sendiri rencana

pengembangan dirinya dalam bentuk RPD (rencana pengembangan diri) atau personal development plan

(PDP).

Setiap dokter dan dokter spesialis wajib memenuhi minimal 3 ranah dari 5 ranah yang tersedia yaitu:

1. Ranah pembelajaran kedokteran dan kesehatan

2. Ranah kerja profesi

3. Ranah pengabdian masyarakat dan pengabdian profesi

4. Ranah publikasi ilmiah atau ilmiah populer

5. Ranah pengembangan ilmu dan pendidikan

Rencana Pengembangan Diri (RPD) hendaknya dibuat dengan mempertimbangkan beberapa hal di bawah

ini :

a. Pekerjaan Sejawat selama ini, khususnya kesalahan, kekurangan, ketidakpuasan yang dapat dirasakan

sendiri sehingga Sejawat merasa perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tertentu.

b. Kondisi kesehatan masyarakat, sehingga Sejawat melihat dan menyadari apa yang dapat Sejawat

lakukan sebagai seorang dokter /dokter spesialis yang bertanggung jawab.

c. Misi pribadi Sejawat dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang.

d. Jadwalkan pencapaian misi Sejawat itu.

e. Tetapkan prioritas dari apa yang ingin Sejawat capai dalam 5 tahun mendatang yang dapat dirinci per

tahunnya.

f. Pertimbangkan karir jangka panjang Sejawat.

Page 16: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

16

Lalu susun daftar kegiatan P2KB Sejawat untuk 1-5 tahun mendatang sesuai dengan prioritas,

timbang betul kepentingan pengetahuan dan keterampilan itu untuk meningkatkan mutu praktik Sejawat.

Tetapkan kapan masing-masing kegiatan P2KB itu akan diambil/dilakukan.

3. Materi P2KB

Materi P2KB ditetapkan oleh PDPP dan PDSp dengan mempertimbangkan kebutuhan pelayanan

kedokteran nasional yang sedapat mungkin didasarkan pada bukti ilmiah dan bukti di lapangan. Materi ini

harus beragam dan cukup lentur sehingga memudahkan para dokter mengembangkan praktiknya. Sangat

dianjurkan agar profesi kedokteran, secara nasional berkonsultasi dengan stakesholders, menetapkan apa

yang diharapkan dari proses belajar sepanjang hayat dan self-learning seorang dalam program P2KB ini.

4. Kegiatan yang dapat diberi SKP dibedakan atas 3 jenis di bawah ini.

1. Kegiatan pendidikan pribadi: kegiatan perorangan yang dilakukan sendiri yang memberikan

tambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi yang bersangkutan.

2. Kegiatan pendidikan internal: kegiatan yang dilakukan bersama teman sekerja dan merupakan

kegiatan terstruktur di tempat kerja yang bersangkutan.

3. Kegiatan pendidikan eksternal: kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok lain di luar

tempat kerja yang bersangkutan, yang dapat berskala lokal, nasional, maupun internasional.

Ditinjau dari sudut keprofesian, kegiatan dalam P2KB ini dibedakan atas 5 ranah:

1. Kegiatan pembelajaran (learning), yaitu kegiatan yang membuat seseorang mempelajari suatu tema

misalnya membaca artikel di jurnal, menelusuri informasi/sesi Evidence Base Medcine (EBM) atau

mengikuti suatu pelatihan.

2. Kegiatan profesi, yaitu kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan kedudukannya sebagai dokter dan

memberinya kesempatan untuk belajar, misalnya menangani pasien, penyajian makalah/instruktur

dalam pelatihan atau kegiatan manajerial di bidang kesehatan.

3. Kegiatan pengabdian masyarakat/profesi yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai pengabdian

kepada masyarakat umum atau masyarakat profesinya, misalnya memberikan penyuluhan kesehatan

langsung atau melalui media (cetak atau elektronik), terlibat dalam penanggulangan bencana, duduk

sebagai anggota suatu pokja (misalnya pokja AIDS) organisasi profesi, duduk sebagai pengurus suatu

perhimpunan organisasi profesi kedokteran, dan atau duduk sebagai panitia pelaksana suatu kegiatan

P2KB organisasi profesi kedokteran (lampiran 5).

4. Kegiatan publikasi ilmiah yaitu kegiatan yang menghasilkan karya tulis yang dipublikasi seperti

menulis buku (dengan nomor ISBN yang dikeluarkan oleh perpustakaan nasional), menerjemahkan

buku di bidang ilmunya (dengan ISBN), dan atau menulis tinjauan pustaka yang dipublikasi di jurnal

(yang terakreditasi).

5. Kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yaitu kegiatan yang berkaitan dengan

pengembangan bidang ilmu yang bersangkutan dan terstruktur misalnya melakukan penelitian di

bidangnya, mendidik/mengajar termasuk membuat ujiannya, menjadi supervisor, atau membimbing di

bidang ilmunya.

Page 17: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

17

Tidak setiap dokter berkesempatan melakukan kelima ranah kegiatan di atas, maka dalam membuat

skema P2KB, hendaknya perhimpunan mempertimbangkan masalah kesempatan ini.

5. Kredit Pendidikan

5. A. Kredit prasyarat

Kredit prasyarat (credit requirement) besarnya sama untuk semua dokter, tetapi nilainya berbeda

bergantung pada ragam layanan yang diberikan oleh berbagai kelompok bidang profesi dokter. Kredit

prasyarat IDI (optimal requirement) adalah 250 SKP IDI yang terbagi secara merata dalam 5 tahun. Pada

setiap kelompok bidang profesi penekanan dan fokus kegiatan dapat berbeda sehingga pembobotan SKP

nya juga dapat berbeda, meskipun demikian setiap dokter harus memenuhi kredit prasyarat.

tabel 1 . Kelompok Layanan Bidang Profesi Kognitif Psikomotor Afektif Nonklinik dari

Kognitif Psikomotor afektif Nonklinik

Kelompok praklinik dengan layanan langsung

Kelompok praklinik dengan layanan tak langsung

Kelompok Bedah

Kelompok medik

a. Dengan intervensi

b. Tanpa Intervensi

60 – 70%

50 – 60%

40 %

60 – 70%

75 – 80%

20 – 35%

10 – 20%

40 %

10 – 20%

0 – 5 %

10%

5 - 10%

10%

10 – 20%

10 %

10%

10%

10%

10%

10%

tabel. 2. Penilaian bobot SKP

Ranah kegiatan Proporsi kegiatan

Kegiatan pembelajaran 20%-30%

Kegiatan profesi 30%-60%

Kegiatan pengabdian masyarakat dan

pengabdian profesi

10% - 20%

Kegiatan Publikasi ilmiah/ilmiah popular 0 % - 40 %

Kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan 0% - 40%

Page 18: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

18

5.B. Bobot kredit berbagai bentuk kegiatan

Penetapan nilai kredit untuk berbagai kegiatan merupakan kewenangan masing-masing

perhimpunan sebab kegiatan dan nilainya khas untuk masing-masing perhimpunan sesuai dengan sifat

layanannya. Untuk kepentingan penetapan nilai kredit partisipasi oleh PDPP/PDSp, layanan bidang profesi

kedokteran dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kelompok Klinik

Bedah.

Medik : a.dengan intervensi.

b.tanpa intervensi.

2. Kelompok Paraklinik

Yang memberikan layanan langsung kepada pasien.

Yang memberikan layanan tidak langsung kepada pasien.

3. Kelompok–kelompok yang lain misalnya kelompok pendidik kesehatan, kelompok manajer

kesehatan, kelompok dokter militer/polisi, kelompok dokter asuransi kesehatan, dan lain-lain.

Nilai kredit untuk berbagai kegiatan hendaknya ditetapkan dengan mempertimbangkan (a)

seberapa pentingnya suatu kompetensi untuk dokter berpraktik, (b) keluasan lingkup kompetensi yang

diperlukan, dan (c) keterjangkauan kegiatan itu (accessability) oleh setiap anggotanya. Yang terakhir ini

sangat penting mengingat luasnya negara kita dan besarnya kesenjangan kondisi di antara berbagai

daerah. Untuk kemudahan konversi nilai kredit itu, dapat digunakan patokan pada Tabel 1 (patokan

ditetapkan dalam %).

Sebelum menyusun suatu skema P2KB, hendaknya masing-masing PDPP dan PDSp terlebih dahulu

menetapkan penempatan kelompok bidang layanannya. Selanjutnya mulai menyusun program P2KB

dengan mengelompokkan kegiatan yang mempunyai nilai pendidikan profesi ke dalam kelompok kognitif,

psikomotor, afektif, dan nonklinik. Setelah itu dilakukan pemberian bobot kredit untuk masing-masing

kegiatan dalam persentase (%), selanjutnya dapat dilakukan konversi untuk mendapatkan nilai kredit dalam

rangka satuan SKP IDI. Pada tahap akhir skema P2KB, masing masing PDPP/PDSp tetap mengacu pada

jenis kegiatan kognitif, psikomotor, afektif, dan non-klinis beserta pembobotan kreditnya.

Secara garis besar ada 3 macam kegiatan pokok seorang dokter :

1.Dokter fungsional : dokter/dokter spesialis yang melakukan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

2.Dokter yang bekerja di bidang pendidikan kesehatan.

3.Dokter yang bekerja di bidang manajemen kesehatan, dokter di kemiliteran /kepolisian, dokter bidang

hukum kesehatan, dokter perusahaan asuransi dan lain-lain. Pada kelompok ini diberikan penilaian bobot

SKP yang berbeda dengan dokter fungsional, karena kegiatan profesi sangat sedikit, sehingga kegiatan

manajemennya dapat dianggap sebagai kegiatan profesi (maksimal 10 SKP pertahun masa kerja

manajerialnya).

Bagi Dokter yang bekerja didaerah terpencil, penilaian kegiatan juga harus dapat dimodifikasi dan

disesuaikan agar yang bersangkutan tetap dapat memenuhi kredit prasyaratnya.

Page 19: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

19

5.C. KEGIATAN P2KB UNTUK DOKTER SPESIALIS KELOMPOK PARAKLINIK

Dokter spesialis paraklinik adalah dokter yang memberikan pelayanan kepada pasien secara tidak

langsung, dapat berupa memberikan ekspertise atau konsultasi berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium (patologi klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik), pemeriksaan radiologi, pemeriksaan

jaringan (patologi anatomi), atau memberikan konsultasi berkaitan dengan obat (farmakologi klinik).

Apabila dokter spesialis yang tergolong paraklinik melayani pasien dengan menjalankan praktik

sesuai bidang keahliannya (kompetensinya) misalnya spesialis Patologi Klinik menjadi penanggung jawab

di laboratorium, spesialis Patologi Anatomi sebagai penanggung jawab laboratorium Patologi Anatomi,

spesialis Radiologi memberikan expertise hasil foto rontgen, maka kegiatan P2KB untuk mencapai SKP

yang disyaratkan juga harus berkaitan dengan bidang keahliannya.

5.D. KEGIATAN P2KB UNTUK PERHIMPUNAN DOKTER SEMINAT

Hasil Muktamar ke 28 thn 2012 menetapkan bahwa :

1 . Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm) tidak bisa memberikan kompetensi

2. Pelatihan ilmiah harus berkerjasama dengan PDPP/PDSp yang mengampu ilmu

3. Target pelatihan jelas (anggota perhimpunan yang bersangkutan)

6. Nilai kredit

Nilai kredit (untuk peserta, penyaji makalah/pembicara, moderator) dari suatu kegiatan P2KB

eksternal dibedakan berdasarkan skala kegiatan yang dapat berskala lokal/ wilayah, nasional, bahkan

internasional. Pemberian nilai kredit selain perhitungan nilai normatif, juga memperhitungkan berbagai

faktor antara lain kedalaman materi topik, kualitas/mutu/kompetensi pembicara /pengajar, lamanya

pelaksanaan proses pendidikan dalam jam, hari, atau minggu. Untuk kemudahan perhitungan ditetapkan

batasan minimal dan maksimal (Tabel 3). Nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri, misalnya

kredit sebagai pembicara di suatu kursus di luar negeri, akan disesuaikan dengan nilai yang berlaku di

Indonesia (Tabel 3), karena nilai dari panitia di luar negeri sudah tentu tidak serasi dengan perhitungan nilai

kredit prasyarat yang berlaku di IDI. Begitu juga lazimnya dalam kesepakatan global (Uni Eropa dan USA),

bahwa walaupun kegiatan ekternal yang dilakukan di forum internasional, ketetapan nilai kredit yang

berlaku dikembalikan pada ketetapan nilai kredit yang ditentukan institusi yang berwenang di negara

masing-masing.

Page 20: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

20

tabel 3. Perhitungan batasan minimal dan maksimal bobot kredit kegiatan pendidikan P2KB

Untuk simposium dan workshop (jangka pendek)

Kegiatan pendidikan P2KB SKALA

Penyelengaraan

LOKAL

Penyelengaraan

NASIONAL

Penyelengaraan

INTERNASIONAL

WAKTU DALAM JAM < 8 8-16 >16 <8 8 - 16 >16 <8 8 - 16 >16

Simposium/

Seminar

(kognitif)

Peserta 2 - 4 8 12 3 – 5 10 15 4 - 6 12 18

Pembicara

permakalah

8 8 8 12 12 12 14 14 14

Moderator

Per sesi

2 2 2 4 4 4 6 6 6

Panitia 1 1 1 2 2 2 3 3 3

Jumlah 13 -

15

19 23 20 –

22

28 33 27-29 35 41

Wet

Workshop /

Wet Course

(psikomotor)

Peserta 6 12 18 8 16 24 10 20 30

Instruktur per

jam

1 1 1 2 2 2 3 3 3

Moderator - - - - - - - - -

Panitia 2 2 2 3 3 3 4 4 4

Jumlah 9 15 21 13 21 29 17 27 37

Skala dalam satuan kredit profesi:

Kegiatan 1 hari maksimal 8 jam, kegiatan terkait manajemen kesehatan bernilai 50% dari nilai di atas.

Dry Workshop nilainya sama dengan nilai simposium.

Kegiatan wet/hands on Workshop yang menghasilkan peningkatan/penambahan kompetensi peserta harus

mendapat pengesahan dari Kolegium terkait. Telah terjadi perubahan tingkat kompetensi yang dapat

dikuasai oleh seorang dokter (layanan primer).

Dengan adanya penetapan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang ditetapkan oleh KKI pada

tahun 2012, maka terjadi peningkatan level kompetensi dokter pada beberapa daftar kemampuan

dibandingkan dengan level kompetensi menurut standar 2007.

Page 21: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

21

tabel 4. Contoh level kompetensi dokter SKDI th 2012

kompetensi Pengertian

Tingkat kemampuan 1 MENGENALI DAN MENJELASKAN

Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik

penyakit,dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan

informasi lebih lanjut mengenai penyakit,selanjutnya menentukan rujukan

yang paling tepat bagi pasien,lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti

sesudah kembali dari rujukan

Tingkat kemampuan 2 MENDIAGNOSIS DAN MERUJUK

Lulusan dokter mampu membuat diagnosa klinik terhadap penyakit

tersebut dan menentukan rujukan paling tepat bagi penanganan pasien

selanjutnya.Lulusan dokter juga menindaklanjuti sesudah kembali dari

rujukan

Tingkat kemampuan 3

Tingkat kemampuan 3A

MENDIAGNOSIS,MELAKUKAN PENATALAKSANAAN AWAL, DAN MERUJUK

BUKAN GAWAT DARURAT

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi

pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter

mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah

kembali dari rujukan

Tingkat kemampuan 3B GAWAT DARURAT

Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi

pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa

atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan

dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan

Tingkat kemampuan 4

Tingkat kemampuan 4A

MENDIAGNOSIS, MELAKUKAN PENATALAKSANAAN SECARA MANDIRI DAN

TUNTAS

Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter

Tingkat kemampuan 4B Profiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai intership dan/atau

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan

Dengan demikian di dalam Daftar Penyakit, level kompetensi seorang dokter yang baru lulus tertinggi

adalah 4A, sehingga merupakan kewajibannya untuk meningkatkan menjadi level 4B.

Sebaiknya dokter layanan primer hanya mengikuti kegiatan ilmiah kedokteran dengan topik yang

disesuaikan dengan rencana pengembangan diri (RPD), dan sesuai dengan level kompetensi yang akan

dicapai.

Penilaian SKP yang diberikan oleh ex officio hanya untuk anggota perhimpunannya sesuai skema

perhimpunan tersebut ( satu kegiatan dapat melibatkan beberapa ex officio).

Nilai SKP dicantumkan dalam sertifikat sesuai jenis peserta (kalau diikuti oleh 2 jenis peserta,

maka akan ditulis masing - masing jenis profesi) .

PDSm harus bekerja sama dengan PDSp terkait

Pada setiap kegiatan yang diselenggarakan harus ada 1 topik etika dan 1 topik patient safety

Page 22: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

22

7. Konversi nilai SKP

Apabila kegiatan ilmiah PDSp (yang bersifat spesialistik) diikuti oleh dokter layanan primer (PDPP)

maka nilai SKP akan dilakukan konversi. Konversi ini akan dilakukan oleh pengurus BP2KB yang akan

memberi rekomendasi SKP untuk kegiatan tsb ( pusat atau wilayah) jadi bukan dilakukan oleh anggota,

karena secara otomatis sudah dicantumkan pada sertifikat peserta yang bersifat final.

TINGKAT KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN KONSTANTA KONVERSI

Tingkat kemampuan 1 0,25

Tingkat kemampuan 2 0,5

Tingkat kemampuan 3

Tingkat kemampuan 3A

Tingkat kemampuan 3B

0,75

0,75

Tingkat kemampuan 4

Tingkat kemampuan 4A

Tingkat kemampuan 4B

1

1

Nilai SKP yang diberikan oleh BP2KB mengacu kepada konversi di atas. Nilai SKP dari kegiatan yang

diselenggarakan di luar negeri akan dikonversi oleh perhimpunan masing-masing.

8. Perencanaan dan Dokumentasi

8.A. Siklus P2KB

Setiap dokter wajib merencanakan sendiri pengembangan dirinya dengan membuat personal development plan (PDP) berdasarkan tuntutan pelayanan dalam praktiknya. PDPP/PDSp hendaknya

membantu anggotanya dalam merencanakan pengembangan diri ini. Siklus P2KB dimulai ketika seseorang

mendaftarkan diri kepada perhimpunannya. Karena P2KB ini terkait dengan mekanisme pemberian izin

praktik, maka setiap dokter yang berpraktik harus merencanakan siklus P2KB nya dengan cermat sehingga

tidak terlambat untuk melakukan registrasi ulang. Sangat dianjurkan agar para dokter meninjau jumlah

kredit pendidikannya setiap tahun. Untuk keperluan ini, pencatatan semua kegiatan dalam buku log yang

berfungsi sebagai database pribadi, akan sangat membantu.

Untuk dokter yang melakukan pelayanan masyarakat diwajibkan untuk memenuhi minimal 3 ranah

yaitu ranah pembelajaran , ranah kerja profesi dan ranah pengabdian masyarakat/pengabdian profesi. Bagi

dokter yang berprofesi sebagai staf pengajar wajib memenuhi 5 ranah yaitu ranah pembelajaran, ranah

pengabdian masyarakat, ranah publikasi ilmiah, ranah pengembangan ilmu dan pendidikan serta ranah

kerja profesi.Dan bagi dokter yang bekerja di bidang manajemen kesehatan dll, juga wajib memenuhi

minimal 3 ranah kegiatan.

Page 23: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

23

Pada akhir setiap siklus P2KB, komisi/seksi/panitia P2KB di setiap perhimpunan akan menilai

dokumen P2KB anggota yang mengikuti program CPD, untuk dihitung kredit pendidikannya. Dokumen bukti

belajar yang perlu dinilai adalah:

Bukti partisipasi dan pencapaian kemampuan dari suatu pelatihan dari lembaga IDI atau non

lembaga IDI yang sudah terakreditasi IDI.

Bukti dari partisipasi CME online dengan printout dari CME yang sudah terakreditasi IDI.

Bukti publikasi, baik publikasi di jurnal ilmiah maupun di majalah popular.

Portofolio untuk kegiatan pendidikan internal seperti presentasi kasus. Portofolio dapat digantikan

dengan printout resume P2KB Online.

Diharapkan setiap perhimpunan serta IDI cabang membuat borang kegiatan untuk mempermudah

dokumentasi P2KB.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama BP2KB akan membangun sistem informasi P2KB berbasis

online sehingga sangat dianjurkan agar setiap PDPP dan PDSp membuat sistem informasi berkomputer

yang terhubung ke sistem informasi BP2KB Pusat/Regional. Rancangan sistem informasi BP2KB dapat

dilihat pada Lampiran 4. Sistem informasi online ini dapat dimanfaatkan untuk memuat :

o database anggota.

o online diary anggota sehingga ia dapat memonitor pencapaian kreditnya (menggantikan

buku log).

o database kegiatan P2KB yang diakui.

o berbagai modul P2KB dengan ujidiri.

o agenda kegiatan eksternal.

o dan lain-lain.

8.B. Penilaian kompetensi

Kompetensi seorang dokter dinilai setiap 5 tahun setelah menjalankan Program P2KB yang

ditetapkan dan disetujui oleh PDPP/PDSp-nya. Penilaian ini dilakukan sendiri oleh setiap dokter dengan

menghitung SKP IDI total yang dimasukkan ke borang kelengkapan P2KB dan diserahkan kepada

komisi/tim P2KB PDPP/PDSp yang bersangkutan berikut dokumen bukti belajar. Kemudian dokumen dan

kredit yang terkumpul ini diverifikasi dan dinilai oleh komisi/tim/P2KB PDPP/PDSp.

9.Prosedur dan Kewenangan Verifikasi

Definisi :

• Dokumen offline adalah dokumen kegiatan dalam bentuk hardcopy.

• Administrator adalah staf yang dipekerjakan oleh IDI Cabang atau perhimpunan dengan fungsi

membantu kinerja pengurus untuk membantu administrasi anggota.

• Verifikasi adalah proses pemeriksaan laporan (Log Book) beserta dokumen buktinya. Pemeriksaan

dapat dilakukan secara offline (menggunakan hard copy) maupun online (melalui aplikasi P2KB

Online). Verifikasi dilakukan oleh verifikator yang telah ditunjuk.

• Validasi adalah proses pemeriksaan dokumen untuk memastikan keaslian dokumen serta pihak

yang berwenang mengeluarkan dokumen tersebut. Validasi dilakukan di tingkat pusat.

Page 24: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

24

• Verifikator adalah pengurus IDI atau pengurus Perhimpunan Spesialis yang ditunjuk secara resmi

melalui surat keputusan ketua IDI cabang atau Ketua Perhimpunan terkait dengan tugas utama

melakukan verifikasi dokumen kegiatan P2KB anggota.

• Validator adalah pengurus PB IDI dan atau staf PB IDI yang telah diberikan kewenangan untuk

melakukan pemeriksaan keaslian berkas P2KB/Resertifikasi.

Ketentuan verifikasi

1. Verifikasi dilakukan oleh verifikator yang telah ditunjuk.

2. Verifikator tidak dapat melakukan verifikasi dokumen P2KB miliknya sendiri. verifikasi harus

dilakukan oleh verfiikator lainnya.

3. Ketentuan jumlah verifikator diserahkan kepada pengaturan IDI Cabang maupun perhimpunan

spesialis cabang masing-masing.

10. Penyelenggaraan Kegiatan P2KB Eksternal

Kegiatan yang memberikan kompetensi hanya boleh diselenggarakan oleh lembaga IDI

(PDPP/PDSp) yang memiliki Kolegium, karena sertifikat kompetensi diterbikan oleh kolegium terkait.

Kegiatan P2KB eksternal dikelompokkan berdasarkan :

1. Tingkat kegiatan ditinjau dari penyelenggara

o Lokal ( penyelenggara pengurus cabang / wilayah ).

o Nasional ( penyelenggara pengurus PB IDI/Perhimpunan).

o Internasional (penyelenggara pengurus PB dan Pengurus Perhimpunan tingkat Dunia ).

Untuk lembaga non IDI yang terakreditasi, penilaian tingkat kegiatan berdasarkan status akreditasi

lembaga non IDI.

2. Berdasarkan peserta kegiatan ;

Dokter pelayanan primer

Dokter spesialis

Jenis peserta kegiatan ini menentukan ex-officio perhimpunan mana yang akan memberi rekomendasi SKP

untuk kegiatan tersebut.

Page 25: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

25

Kegiatan yang diselenggarakan sebuah institusi yang melibatkan dokter dengan berbagai disiplin ilmu

maka digolongkan sebagai kegiatan eksternal.

3. Berdasarkan jenis kegiatan :

o Simposium/Seminar.

o Workshop/Course

- Hands on/wet : menggunakan mahluk hidup atau alat peraga,dilaksanakan di

Fasilitas kesehatan untuk alasan pasien safety.

- Tidak Hands on/dry : tidak menggunakan alat peraga.

10. A. Akreditasi kegiatan P2KB

Dalam hal alih keilmuan dan teknologi kedokteran serta kendali mutu, kegiatan P2KB Eksternal

(terbuka) berupa kursus, pelatihan, workshop, seminar, KONAS, PIT dan sebagainya wajib meminta kredit

kepada IDI, dalam hal ini BP2KB. Untuk itu penyelenggara mengajukan permohonan akreditasi kepada IDI

dengan menyertakan persyaratan yang telah ditetapkan oleh IDI (lampiran 3). Kegiatan yang sifatnya

terintegrasi atau lintas bidang ilmu juga harus mendapatkan pengakuan dan nilai kredit dari BP2KB IDI.

10.B. Akreditasi penyelenggara kegiatan P2KB

Semua stakeholders dalam pelayanan kesehatan/kedokteran merupakan pihak yang terlibat

langsung dengan P2KB sehingga kegiatan P2KB dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak di bawah ini.

a. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan organisasinya maupun perhimpunan suborganisasi IDI

seperti perhimpunan dokter untuk anggota perhimpunannya sendiri atau untuk anggota

perhimpunan lain (lintas bidang atau kegiatan P2KB terintegrasi).

b. Penyedia layanan kesehatan seperti Rumah Sakit , klinik-poliklinik.

c. Pengguna layanan kesehatan seperti perusahaan, asuransi.

d. Institusi pendidikan misalnya fakultas kedokteran atau sekolah tinggi kesehatan.

e. Departemen Kesehatan (Pusdiklat DepKes, Direktorat Pelayanan Medis Spesialis Dep.Kes) dan

departemen lainnya.

Sebagai pelaksana kegiatan, lembaga penyelenggara kegiatan P2KB juga perlu memperoleh kredit

sebagai penyelenggara (accredited). Kredit ini diperoleh dari IDI, dalam hal ini BP2KB, setelah lembaga

tersebut menyerahkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh IDI (Lampiran 3). Lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan kegiatan CME dapat memperoleh kredit sebagai penyelenggara secara otomatis setelah

memenuhi persyaratan khusus. Lembaga yang belum terakreditasi dapat melakukan kerjasama dengan IDI

(dan suborganisasi IDI) sebagai upaya mendapat pengalaman melaksanakan kegiatan ilmiah dalam rangka

mendapatkan akreditasi IDI.

Page 26: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

26

11. Pendanaan

11.A. P2KB / Resertifikasi

Pembiayaan Resertifikasi dibebankan kepada anggota dengan besaran yang ditetapkan dengan ketetapan

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia atas rekomendasi BP2KB PB IDI. Besaran biaya Resertifikasi

dibedakan antara dokter pelayanan primer dan dokter spesialis dengan tetap mengedepankan azas

kemanfaatan.

Biaya Resertifikasi ini dibagi peruntukkannya kepada IDI Cabang, IDI Wilayah, BP2KB/PB IDI, PDSp dan

Kolegium terkait. Pembagian berdasarkan persentase, dan persentase terbesar diperuntukkan bagi IDI

Cabang dan PB IDI.

11.B. Biaya Akreditasi :

Biaya akreditasi dibagi menjadi :

1. Akreditasi Lembaga Non IDI.

2. Akreditasi Kegiatan P2KB Eksternal.

3. Akreditasi Artikel Ilmiah.

Dari biaya akreditasi tersebut terdapat penghargaan bagi tim penilai/exofficio yang terlibat dalam proses

penilaian. Besaran penghargaan tersebut ditetapkan dengan ketetapan PB IDI.

Page 27: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

27

BAB IV

ATURAN PERALIHAN

1. Sosialisasi kebijakan

Buku Pedoman Pelaksanaan P2KB edisi revisi ini menjadi acuan yang sah dari semua kegiatan

P2KB IDI mulai pusat sampai wilayah dan cabang, serta berlaku bagi semua PDPP, PDSP dan PDSm.

Dengan demikian diperlukan sosialisasi keseluruh pihak terkait, agar dapat melakukan adaptasi dan

perubahan terhadap aturan yang telah dibuat selama ini. Diharapkan dalam waktu peralihan yang tidak

terlalu lama semua aturan sudah dapat diadaptasikan dengan Buku Pedoman yang baru ini

2. Pengembangan program oleh perhimpunan

Aturan peralihan dalam upaya melakukan perubahan total itu adalah sebagai berikut:

1. Dalam 6 bulan sejak disahkannya Pedoman Pelaksanaan Program P2KB ini akan dilakukan sosialisasi

program P2KB ini ke seluruh perangkat organisasi IDI di seluruh Indonesia. Dalam masa itu juga akan

dilakukan koordinasi dengan BP2KB Wilayah yang merupakan kepanjangan tangan BP2KB Pusat.

2. Semua PDSp dan PDPP, diharapkan dapat menyesuaikan skema P2KB dengan pedoman baru ini,

merevitalisasi komite/tim P2KB yang beranggotakan unsur perhimpunan dan kolegium serta bertugas

membantu anggotanya melakukan pencatatan kegiatan profesionalnya agar segera dapat melakukan uji-

diri sebagai awal dari resertifikasi.

Page 28: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

28

BAB V

PENUTUP

Pedoman pelaksanaan program P2KB ini pada dasarnya merupakan acuan umum bagi PDSp dan

PDPP dalam menyusun skema P2KB. Kewenangan untuk menetapkan metoda, isi, serta nilai kredit

pendidikan untuk berbagai kegiatan tetap berada di tangan setiap perhimpunan dengan

mempertimbangkan kondisi anggotanya. Skema P2KB PDPP/PDSp hendaknya cukup fleksibel sehingga

tidak menyulitkan anggota yang akan menjalani resertifikasi.

Cara uji diri yang diikuti dengan verifikasi dalam program P2KB ini memang bukan suatu uji kompetensi

yang sebenarnya, karena dalam cara ini belum tercakup evaluasi terhadap aspek sikap (attitude) yang

mencakup juga etika profesi. Namun sebagai langkah awal dalam perubahan total kehidupan profesional

dokter, cara ini dipandang memadai. Bersamaan dengan upaya IDI untuk mempertahankan kualifikasi

anggotanya, sistem pelayanan kesehatan juga mengembangkan mekanisme penjaminan mutu pelayanan,

seperti penerapan audit medik. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa kelak program P2KB ini dapat

lebih disempurnakan sesuai dengan standar dasar yang ditetapkan oleh WFME, dengan melibatkan semua

stakeholders.

Standar global yang ditetapkan oleh WFME mensyaratkan bahwa:

1) P2KB harus dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari pelayanan kedokteran, dan ini tercermin

dalam penetapan anggaran, pengalokasian sumber daya, perencanaan, dan kepentingannya tidak lebih

rendah daripada kepentingan memenuhi tuntutan akan pelayanan;

2) profesi kedokteran secara nasional (dan berkonsultasi dengan stakesholders) harus dapat menjelaskan

apa yang diharapkan dari program P2KB sebagai proses belajar sepanjang hayat, dengan self-learning

sebagai dasar pelaksanaan P2KB.

IDI sebagai organisasi yang mengayomi semua dokter, memandang perlu untuk memberikan advokasi

tentang program P2KB kepada pemerintah dan semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan

(stakeholders), sehingga dimanapun seorang dokter bekerja, ia akan mendapat dukungan untuk

menjalankan kegiatan P2KB. Di sisi lain IDI dan sub-oganisasinya dituntut untuk segera mempersiapkan

perangkat organisasi untuk penyelenggaraan P2KB ini.

Semoga Yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA kepada kita dan membukakan jalan

untuk kita mencapai standar pelayanan kedokteran global. Amin

Ketua Umum PB IDI

Dr.Zaenal Abidin, MH

Page 29: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

29

Referensi

1. Ikatan Dokter Indonesia, 2006. Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Profesionalisme Kedokteran

berkelanjutan.

2. Ann Greiner. Health Professions Education: A Bridge to Quality.IOM, 2003

3. Undang-Undang RI no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. AD/ART IDI 2012

5. World Federation for Medical Education, 2003. Continuing Professional Development of Medical

Doctors: WFME GlobalStandards for Quality Improvement.

6. Federation of Royal Colleges of Physicians of the UK. Continuing Professional Development, 2002

7. American Medical Association. The Continuing Professional Development of Physician - From

Research to Practice, 2003.

Page 30: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

30

Lampiran. 1

Standard Global WFME

Continuing Professional Development (P2KB)

1. Misi dan Tujuan Akhir

1.1 Pernyataan Tentang Misi Dan Tujuan Akhir

Standar dasar

Perhimpunan dokter, bersama dengan pihak yang berwenang dan sarana pelayanan kesehatan, harus

merumuskan misi dan tujuan akhir program P2KB, dan masyarakat perlu tahu tentang misi dan tujuan

itu

1.2 Yang Terlibat Dalam Perumusan Misi Dan Tujuan

Standar dasar:

Misi dan tujuan program P2KB harus dirumuskan oleh semua stakeholder utama.

1.3 Profesionalisme Dan Otonomi

Standar dasar

Program P2KB harus dimaksudkan untuk meningkatkan pengembangan keprofesian dan

pengembangan pribadi dokter.

1.4 Hasil Akhir Program P2KB

Standar dasar:

Para dokter harus menjamin bahwa kegiatan P2KB yang dijalaninya cukup untuknya mempertahankan

dan mengembangkan kompetensi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan

masyarakatnya.

2. Metode Pembelajaran

2.1 Pendekatan Dalam P2KB

Standar dasar:

Program P2KB harus disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing dokter dan dilaksanakan secara

sinambung. Pembelajaran harus mengandung unsur praktik dan teori yang terpadu demi meningkatkan

pelayanan kedokteran

2.2 Metode Ilmiah

Standar dasar:

Materi P2KB, harus didasarkan pada bukti ilmiah dan bukti di lapangan.

2.3 Materi P2KB

Standar dasar:

Materi P2KB harus beragam dan cukup lentur sehingga memudahkan para dokter mengembangkan

praktiknya.

Page 31: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

31

2.4 Proses P2KB

Standar dasar:

Profesi kedokteran, secara nasional dan berkonsultasi dengan stakeholders, harus menjelaskan apa

yang diharapkan dari program P2KB sebagai proses belajar sepanjang hayat dengan self-learning

sebagai dasar pelaksanaan P2KB.

2.5 Hubungan Program P2KB Dan Pelayanan

Standar dasar:

P2KB harus dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari pelayanan kedokteran, dan ini tercermin

dalam penetapan anggaran, pengalokasian sumberdaya, dan perencanaan; dan kepentingannya tidak

lebih rendah daripada kepentingan memenuhi tuntutan akan pelayanan.

2.6. Tata Kelola P2KB

Standar dasar: Dokter harus mengambil tanggung jawab paling besar dalam merencanakan dan

melaksanakan P2KB sesuai dengan kebutuhannya masing-masing

3. Perencanaan dan Dokumentasi

3.1 Dokumentasi Kebutuhan Untuk Kepentingan Perencanaan P2KB

Standar dasar:

Dasar utama dalam perencanaan kegiatan P2KB adalah untuk memenuhi kebutuhan praktik dan

kebutuhan kesehatan masyarakat. Perhimpunan profesi harus menetapkan apa yang dibutuhkan oleh

dokter dan menginformasikannya untuk keperluan perencanaan P2KB.

3.2 Dokumentasi Kegiatan P2KB

Standar dasar:

Harus dibuat sebuah sistem untuk mendata kegiatan P2KB yang diakui. Data ini harus dapat

digunakan sebagai informasi bagi pembelajaran sekaligus menjadi balikan (feedback) tentang

relevansi dan mutu perencanaan P2KB

4. Individu Dokter

4.1 Motivasi

Standar dasar:

Keinginan untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi harus merupakan dorongan yang kuat

bagi dokter untuk mengikuti suatu kegiatan P2KB. Pemilihan kegiatan P2KB harus berdasarkan

pertimbangan akan nilai pendidikannya, mutunya, dan kesesuaiannya dengan kebutuhan

pendidikannya.

4.2 Strategi Pembelajaran

Standar dasar:

Dokter, dibantu oleh organisasi profesinya, secara sistematis harus meningkatkan kemampuannya

untuk merencanakan,melaksanakan, dan mencatat pembelajaran dalam praktiknya untuk memenuhi

kebutuhan belajarnya. Harus dikembangkan alat uji-diri untuk membantu dokter menentukan

kebutuhan belajarnya

4.3 Kondisi Kerja

Standar dasar:

Klinik tempat dokter praktik dan sarana yang mempekerjakan dokter harus menyediakan kesempatan

dan sumberdaya lain bagi dokter menjalani P2KB.

Page 32: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

32

4.4 Pengaruh Dokter Terhadap P2KB

Standar dasar:

Dokter harus diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kebutuhan pembelajarannya dengan

penyedia program P2KB.

5. Penyedia Program P2KB

5.1 Kebijakan Pengakuan

Standar dasar:

Harus ada sistem yang memberikan pengakuan bagi penyedia P2KB dan/atau setiap kegiatan P2KB.

5.2 Kewajiban Penyedia

Standar dasar:

Penyedia aktivitas P2KB harus memenuhi prasyarat mutu pendidikan yang disepakati.

5.3 Umpan balik Kepada Penyedia

Standar dasar:

Umpan balik (feedback) yang membangun harus senantiasa diberikan kepada penyedia P2KB tentang

kinerja dokter dan kebutuhan pembelajaran

5.4 Peranan Fakultas Kedokteran

Standar dasar:

FK harus mengambil peranan utama dalam memperbaiki kualitas P2KB. Melalui kurikulum pendidikan

dasar kedokteran, FK mulai membangkitkan motivasi dan kemampuan untuk menjalani P2KB dengan

mempersiapkan mahasiswanya agar mampu belajar sepanjang hayat.

6. Aspek Kependidikan dan Sumberdaya

6.1 Struktur Pelatihan

Standar dasar:

Kegiatan P2KB harus diselenggarakan dalam format dan suasana yang kondusif untuk belajar efektif

6.2 Fasilitas Fisik Dan Peralatan

Standar dasar:

Untuk menjalani P2KB dokter harus menyediakan waktu dan kesempatan khusus untuk mengevaluasi

praktiknya dan mengkaji lebih dalam dengan memanfaatkan sumber bacaan profesional dan

kesempatan melatih keterampilan.

6.3 Interaksi Dengan Kolega

Standar dasar:

Pengalaman dalam bekerja sama dengan sejawat dan tenaga kesehatan lainnya harus termasuk dalam

program P2KB

6.4 Teknologi Informasi

Standar dasar:

Teknologi informasi dan komunikasi yang sesuai harus merupakan bagian integral dalam proses P2KB

6.5 Aktivitas P2KB Yang Formal

Standar dasar:

Perhimpunan profesi, bekerja sama dengan stakeholders lain, harus mengembangkan berbagai sistem

yang mendorong keikut-sertaan, dan mengakuinya dalam kursus, pertemuan ilmiah, dan aktivitas

Page 33: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

33

resmi lainnya di tingkat lokal, nasional, atau internasional. Dokter harus diberi kesempatan untuk

menghadiri berbagai kegiatan itu.

6.6 Kemahiran di Bidang Pendidikan

Standar dasar:

Perhimpunan profesi harus merumuskan kebijakan dalam pemanfaatan kemahiran kependidikan yang

sesuai dengan perencanaan, implementasi, dan evaluasi program P2KB.

6.7 Pengalaman Dalam Lingkungan Lain Dan Luar Negeri

Standar dasar:

Perhimpunan profesi harus merumuskan kebijakan yang memberi kesempatan bagi dokter untuk

memperoleh pengalaman dari kunjungan ke lingkungan lain di dalam maupun di luar negeri

7. EVALUASI ATAS METODE DAN KEMAMPUAN

7.1 Mekanisme Evaluasi

Standar dasar:

Profesi medis harus membuat mekanisme untuk mengevaluasi aktivitas P2KB dan melakukan

penilaian yang tepat atas hasil pembelajaran.

7.2 Umpan balik Dari Aktifitas P2KB

Standar dasar:

Umpan balik (feedback) dari peserta kegiatan P2KB harus diperoleh secara sistematik, dianalisis, dan

ditindaklanjuti, kemudian stakeholders diberi tahu hasilnya.

7.3 Kegiatan Dirancang Atas Dasar Tampilan Dokter

Standar dasar:

Penyedia program P2KB harus menyusun rencananya berdasarkan informasi yang diperoleh dari dokter

yang menjadi target program.

7.4. Monitoring Dan Pengakuan P2KB

Struktur resmi kegiatan P2KB harus mendapat pengesahan dari perhimpunan profesi yang

berkonsultasi dengan pihak yang berwenang, berdasarkan kriteria yang disepakati.

8. Organisasi

8.1 Kerangka Kerja

Standar dasar:

Kegiatan P2KB harus dilaksanakan sesuai dengan kebijakan organisasi profesI yang bersangkutan,

termasuk pengakuan atas aktivitas dan evaluasinya.

8.2 Kepemimpinan Profesional

Standar dasar:

Perhimpunan profesi harus mengambil tanggung jawab dalam arti memegang kepemimpinan dan

mengorganisasikan kegiatan P2KB

8.3 Pendanaan Dan Alokasi Sumber Daya

Standar dasar:

Pendanaan kegiatan P2KB harus menjadi bagian dalam pembiayaan sistem pelayanan kesehatan.

Kondisi kerja dokter harus memungkinkan mereka memilih dan mengikuti kegiatan P2KB.

Page 34: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

34

8.4 Manajemen

Standar dasar:

Kegiatan P2KB harus dikelola dengan benar dan diberdayakan (resourced).

9. Pembaharuan Terus Menerus

Standar dasar:

Profesi medis harus membangun prosedur untuk meninjau secara berkala dan memperbaharui

struktur, fungsi, dan mutu kegiatan P2KB dan memperbaiki kekurangannya

Page 35: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

35

Lampiran 2

ALUR P2KB/RESERTIFIKASI DOKTER PELAYANAN PRIMER DAN

SPESIALIS

Alur Offline

Keterangan Alur :

1. Bagi dokter pelayanan primer tetap diwajibkan untuk melaporkan seluruh kegiatan P2KB ke IDI

Cabang dimana yang bersangkutan terdaftar untuk diverifikasi. Sedangkan dokter spesialis dapat

langsung melaporkan kegiatan P2KB ke perhimpunan cabangnya.

2. Bagi dokter pelayanan primer, borang kegiatan akan diverifikasi oleh verifikator yang telah ditunjuk

oleh IDI Cabang. Sedangkan borang dokter spesialis akan diverifikasi oleh verifikator perhimpunan

cabangnya untuk diverifikasi lebih lanjut ke perhimpunan pusat (Tim P2KB perhimpunan pusat).

PDSp Cabang diwajibkan memberikan tembusan nama-nama yang telah diverifikasi untuk proses

resertifikasi ke IDI Wilayah (dapat melalui ex-officio).

Page 36: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

36

3. Disarankan pelaporan kegiatan dalam bentuk borang offline dilakukan setahun sekali untuk

mengantisipasi penumpukan berkas verifikasi.

4. Jika telah mendekati masa berakhir sertifikat kompetensi dan STR, seluruh kegiatan selama 5 tahun

harus selesai di verifikasi agar diperoleh hasil akhir verifikasi. Bagi dokter pelayanan primer, hasil

akhir verifikasi akan dirangkum oleh tim P2KB IDI Cabang untuk selanjutnya dikirim ke BP2KB PB

IDI beserta kelengkapan berkas lainnya untuk proses validasi. Bagi dokter spesialis, verifikasi akhir

dilakukan oleh Tim P2KB perhimpunan pusat.

5. Hasil akhir validasi (untuk dokter pelayanan primer) dan verifikasi & validasi (untuk dokter spesialis)

direkomendasikan kepada kolegium terkait untuk proses Resertifikasi. Bagi perhimpunan spesialis

diwajibkan untuk memberikan tembusan hasil verifikasi akhir kepada BP2KB PB IDI. Hasil verifikasi

akhir berupa perolehan kredit semua ranah dari masing-masing anggota.

6. Hasil Re-sertifikasi berupa penerbitan Sertifikat Kompetensi oleh masing-masing kolegium harus

ditembuskan kepada Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) untuk menjadi bank data

Sertifikat Kompetensi di Portal MKKI.

7. Selanjutnya berkas registrasi ulang dapat dikirim ke Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk

diproses lebih lanjut. Untuk kelengkapan Surat Keterangan Status Etik (SKSE) yang diterbitkan oleh

IDI cabang, bagi dokter pelayanan primer dapat langsung memperoleh ketika melakukan proses

resertifikasi, sedangkan untuk dokter spesialis, SKSE dapat diperoleh dalam koordinasi oleh

perhimpunan cabangnya. Dalam kondisi tertentu, mekanisme perolehan SKSE dapat dimodifikasi

oleh IDI Cabang demi kelancaran proses.

8. PB IDI akan memberikan tembusan informasi terkait Resertifikasi anggota kepada IDI Wilayah dan

IDI Cabangnya.

Page 37: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

37

Alur Online

Keterangan Alur :

1. Untuk melaporkan kegiatan P2KB, dokter pelayanan primer maupun dokter spesialis harus

membuka aplikasi online yang disediakan oleh perhimpunannya. Untuk dokter pelayanan primer

dapat mengakses aplikasi melalui website www.idionline.org sedangkan dokter spesialis alamat

aplikasi berdasarkan informasi perhimpunannya masing-masing.

2. Dokumen bukti setiap kegiatan harus sudah dalam bentuk dokumen elektronik yang dapat di

upload ke aplikasi.

3. Laporan kegiatan beserta dokumen buktinya akan diverifikasi secara online oleh verifikator yang

telah diberikan kewenangan melakukan verifikasi secara online.

4. Selanjutnya data hasil verifikasi di tingkat pusat akan di-share ke kolegium terkait untuk penerbitan

sertifikat kompetensi.

5. Bank data sertifikat kompetensi akan secara otomatis terbaharukan dengan mekanisme integrasi

data di Portal Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia yang merupakan bagian dari Portal Ikatan

Dokter Indonesia.

6. Selanjutnya KKI akan mengakses bank data untuk melakukan validasi sertifikat kompetensi.

Page 38: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

38

Alur Semi Online

Keterangan alur :

1. Alur semi online adalah mekanisme yang mengakomodir kendala anggota dalam hal akses jaringan

internet.

2. Pelaporan dengan mekanisme offline tetap dilakukan anggota ke verifikatornya masing-masing.

Selanjutnya hasil verifikasi akan dimasukkan ke dalam aplikasi untuk selanjutnya akan menjadi

dokumen elektronik.

3. Proses di tingkat pusat sama seperti mekanisme alur online.

Page 39: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

39

Lampiran 3

Akreditasi Lembaga Non IDI dan Kegiatan P2KB Eksternal

A. Kegiatan ilmiah yang diakreditasi oleh IDI

Persyaratan pengajuan akreditasi sebagai berikut:

1. Surat permohonan kepada Ketua Umum PB IDI u.p. Ketua BP2KB PB IDI

2. Lampiran :

• TOR Kegiatan

• Jadwal acara

• Susunan panitia

• CV Pembicara & Moderator

3. Untuk kegiatan hands on yang diselenggarakan oleh lembaga non IDI atau PDSm wajib

melampirkan rekomendasi Perhimpunan/Kolegium terkait.

4. IDI Wilayah atau IDI Cabang hanya dapat menyelenggarakan kegiatan yang bersifat tanpa

memberikan kompetensi, kecuali kegiatan diselenggarakan bersama Perhimpunan/Kolegium

terkait.

5. Di dalam setiap penyelengaraan kegiatan seminar/pelatihan P2KB wajib disertakan 1 topik

tentang etika (1/7 dari total sesi pembelajaran) dan 1 topik tentang patient safety.

6. Kompetensi yang akan dicapai dalam kegiatan P2KB, artinya jika kegiatan merupakan kompetensi

spesialis maka peserta kegiatan adalah dokter spesialis.

7. Penyelenggara diwajibkan melaporkan kegiatan setelah kegiatan berakhir.

Pihak yang berhak mengajukan permohonan akreditasi kegiatan P2KB Eksternal adalah lembaga IDI dan

lembaga Non IDI yang terakreditasi IDI.

Lembaga IDI yaitu :

PB IDI : PDPP, PDSp, PDSm

IDI Wilayah

IDI Cabang

B. Lembaga Non IDI yang terakreditasi IDI

Syarat pengajuan sebagai berikut:

1. Surat permohonan kepada Ketua Umum PB IDI

2. Lampiran :

Akta notaris lembaga

Surat keterangan domisili

Susunan kepengurusan/direksi

Rekomendasi minimal 2 perhimpunan

Page 40: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

40

Untuk pengakuan (hasil akreditasi) ini berlaku ketentuan sebagai berikut :

1. Berlaku untuk jangka waktu 1 tahun.

2. Pengakuan bagi penyelenggara dikelompokkan dalam 4 tingkat: A, B, C, dan tidak diakui

3. Pengakuan ini menentukan pemberian kredit P2KB kegiatan yang dilakukannya.

4. Lembaga tertentu yang memenuhi syarat dapat memperoleh pengakuan otomatis yang berarti

kegiatannya otomatis diakui oleh IDI dan mendapatkan kredit P2KB

Penjelasan akreditasi lembaga non IDI:

1. Akreditasi A

a. Lembaga memenuhi syarat administrasi.

b. Berpengalaman melakukan kegiatan CME yang accredited oleh Badan P2KB IDI minimal ≥

15 kali per tahun.

c. Tema dan bentuk kegiatan CME beragam dari berbagai disiplin ilmu kedokteran.

d. Setiap kegiatan yang pernah dilakukan mendapat penilaian baik atau direkomendasikan

oleh PDSp/PDPP yang terkait dengan tema kegiatan.

e. Setiap kegiatan mendapat penilaian baik dari peserta P2KB.

Kewenangan : Dapat mengajukan permohonan akreditasi kegiatan seminar/simposium tingkat Lokal-

Nasional-Internasional.

2. Akreditasi B

a. Lembaga memenuhi syarat administrasi.

b. Berpengalaman melakukan kegiatan CME yang accredited oleh Badan P2KB IDI minimal

10 kali per tahun dari satu atau beragam disiplin ilmu kedokteran.

c. Setiap kegiatan yang telah dilakukan mendapat penilaianyang baik atau direkomendasikan

oleh PDSp/PDPP yang terkait dengan tema kegiatan.

d. Setiap kegiatan mendapat penilaian baik dari peserta.

Kewenangan: dapat mengajukan permohonan akreditasi kegiatan seminar/simposium tingkat Lokal dan

Nasional.

3. Akreditasi C

a. Memenuhi syarat administratif

b. Pernah melakukan kegiatan yang terakreditasi

c. Kegiatan dinilai baik oleh perhimpunan maupun peserta

Kewenangan : Dapat mengajukan permohonan akreditasi kegiatan seminar/simposium tingkat Lokal.

Page 41: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

41

4. Tidak mendapat pengakuan/akreditasi

Bila lembaga yang tidak mendapatkan akreditasi ingin tetap melaksanakan kegiatan P2KB, maka

kegiatan tersebut tidak mendapat kredit P2KB IDI atau panitia pelaksana bekerjasama dengan IDI dan

sub organisasinya (pusat sampai wilayah dan PDSP atau PDPP), sehingga penanggung jawab mutu

kegiatan menjadi tanggung jawab IDI.

5. Akreditasi otomatis diberikan kepada lembaga yang telah 3 tahun berturut-turut mendapat akreditasi A.

C. Pembiayaan

Biaya akreditasi ditentukan berdasarkan ketetapan PB IDI.

Page 42: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

42

Lampiran 4

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA (PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012)

A. AREA KOMPETENSI

Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan

pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi,

landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan (Gambar 2).

Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut:

1. Profesionalitas yang Luhur

2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri

3. Komunikasi Efektif

4. Pengelolaan Informasi

5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

6. Keterampilan Klinis

7. Pengelolaan Masalah Kesehatan

Gambar 2. Pondasi dan Pilar Kompetensi.

B. KOMPONEN KOMPETENSI

Area Profesionalitas yang Luhur

1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa

2. Bermoral, beretika dan disiplin

3. Sadar dan taat hukum

4. Berwawasan sosial budaya

5. Berperilaku profesional

6. Menerapkan mawas diri

7. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat

8. Mengembangkan pengetahuan

9. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga

10. Berkomunikasi dengan mitra kerja

Page 43: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

43

11. Berkomunikasi dengan masyarakat

12. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan

13. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional kesehatan, pasien,

masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan

14. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/

Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara

holistik dan komprehensif.

15. Melakukan prosedur diagnosis

16. Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif

17. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat

18. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan

masyarakat.

19. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

20. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

21. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian masalah

kesehatan.

22. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik yang merupakan prioritas

daerah masing-masing di Indonesia

C. PENJABARAN KOMPETENSI

1. Profesionalitas yang Luhur 1.1. Kompetensi Inti

Mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesuai dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-an,

moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.

1.2. Lulusan Dokter Mampu

1. Berke-Tuhan-an (Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa)

• Bersikap dan berperilaku yang berke-Tuhan-an dalam praktik kedokteran

• Bersikap bahwa yang dilakukan dalam praktik kedokteran merupakan upaya maksimal

2. Bermoral, beretika, dan berdisiplin

• Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral yang luhur dalam praktik kedokteran

• Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kedokteran dan kode etik kedokteran Indonesia

• Mampu mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada pelayanan kesehatan

individu, keluarga dan masyarakat

• Bersikap disiplin dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat

23

3. Sadar dan taat hukum

• Mengidentifikasi masalah hukum dalam pelayanan kedokteran dan memberikan saran cara

pemecahannya

• Menyadari tanggung jawab dokter dalam hukum dan ketertiban masyarakat

• Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlaku

• Membantu penegakkan hukum serta keadilan

4. Berwawasan sosial budaya

• Mengenali sosial-budaya-ekonomi masyarakat yang dilayani

• Menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh agama, usia, gender, etnis, difabilitas, dan

sosial-budaya-ekonomi dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat

• Menghargai dan melindungi kelompok rentan

• Menghargai upaya kesehatan komplementer dan alternatif yang berkembang di masyarakat

multikultur

Page 44: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

44

5. Berperilaku profesional

• Menunjukkan karakter sebagai dokter yang profesional

• Bersikap dan berbudaya menolong

• Mengutamakan keselamatan pasien

• Mampu bekerja sama intra- dan interprofesional dalam tim pelayanan kesehatan demi

keselamatan pasien

• Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dalam kerangka sistem kesehatan nasional dan global

2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri 2.1. Kompetensi Inti

Mampu melakukan praktik kedokteran dengan menyadari keterbatasan, mengatasi masalah personal,

mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan

serta mengembangkan pengetahuan demi keselamatan pasien.

2.2. Lulusan Dokter Mampu

1. Menerapkan mawas diri

• Mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan budaya diri sendiri

• Tanggap terhadap tantangan profesi

• Menyadari keterbatasan kemampuan diri dan merujuk kepada yang lebih mampu

• Menerima dan merespons positif umpan balik dari pihak lain untuk pengembangan diri

2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat

• Menyadari kinerja profesionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan belajar untuk mengatasi

kelemahan

• Berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi

3. Mengembangkan pengetahuan baru

Melakukan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan masalah kesehatan pada individu, keluarga dan

masyarakat serta mendiseminasikan hasilnya

3. Komunikasi Efektif 3.1. Kompetensi Inti

Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien pada semua usia,

anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.

3.2. Lulusan Dokter Mampu

1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya

• Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal

• Berempati secara verbal dan nonverbal

• Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti

• Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan

komprehensif

• Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed consent) dan

melakukan konseling dengan cara yang santun,baik dan benar

• Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual pasien dan keluarga

2. Berkomunikasi dengan mitra kerja (sejawat dan profesi lain)

• Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukan yang baik dan benar

• Membangun komunikasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan

• Memberikan informasi yang sebenarnya dan relevan kepada penegak hukum, perusahaan asuransi

kesehatan, media massa dan pihak lainnya jika diperlukan

Page 45: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

45

• Mempresentasikan informasi ilmiah secara efektif

3. Berkomunikasi dengan masyarakat

• Melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi masalah kesehatan dan

memecahkannya bersama-sama

• Melakukan advokasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah kesehatan individu,

keluarga dan masyarakat.

4. Pengelolaan Informasi 4.1. Kompetensi Inti

Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik kedokteran.

4.2. Lulusan Dokter Mampu

1. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan

• Memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan

• Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi kesehatan untuk dapat belajar sepanjang

hayat

2. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesi kesehatan lain, pasien,

masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan

• Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi untuk diseminasi informasi dalam bidang

kesehatan.

5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 5.1. Kompetensi Inti

Mampu menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan ilmiah ilmu kedokteran dan kesehatan

yang mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.

25

5.2. Lulusan Dokter Mampu

• Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan

Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk mengelola

masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.

• Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu

Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan

dengan promosi kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat

• Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu

Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan

dengan prevensi masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat

• Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu

Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas untuk menentukan

prioritas masalah kesehatan pada individu, keluarga, dan masyarakat

• Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu

Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan

dengan terjadinya masalah kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat

• Menggunakan data klinik dan pemeriksaan penunjang yang rasional untuk menegakkan diagnosis

• Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan masalah kesehatan berdasarkan

etiologi, patogenesis, dan patofisiologi

• Menentukan prognosis penyakit melalui pemahaman prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu

Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran

Pencegahan/Kedokteran Komunitas

Page 46: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

46

• Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu

Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan

dengan rehabilitasi medik dan sosial pada individu, keluarga dan masyarakat

• Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu

Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang berhubungan

dengan kepentingan hukum dan peradilan

• Mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pasien, bukti ilmiah kedokteran, dan keterbatasan

sumber daya dalam pelayanan kesehatan untuk mengambil keputusan

6. Keterampilan Klinis 6.1. Kompetensi Inti

Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dengan menerapkan prinsip

keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain.

6.2. Lulusan Dokter Mampu

1. Melakukan prosedur diagnosis

• Melakukan dan menginterpretasi hasil auto-, allo- dan hetero-anamnesis, pemeriksaan fisik umum

dan khusus sesuai dengan masalah pasien

• Melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang dasar dan mengusulkan pemeriksaan

penunjang lainnya yang rasional

2. Melakukan prosedur penatalaksanaan masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif

• Melakukan edukasi dan konseling

• Melaksanakan promosi kesehatan

• Melakukan tindakan medis preventif

• Melakukan tindakan medis kuratif

• Melakukan tindakan medis rehabilitatif

• Melakukan prosedur proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain

• Melakukan tindakan medis pada kedaruratan klinis dengan menerapkan prinsip keselamatan

pasien

• Melakukan tindakan medis dengan pendekatan medikolegal terhadap masalah

kesehatan/kecederaan yang berhubungan dengan hukum

7. Pengelolaan Masalah Kesehatan 7.1. Kompetensi Inti

Mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif,

holistik, terpadu dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.

7.2. Lulusan Dokter Mampu

1. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat

• Mengidentifikasi kebutuhan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta modifikasi gaya hidup

untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, agama, masyarakat, jenis kelamin, etnis,

dan budaya

• Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di

tingkat individu, keluarga, dan masyarakat

2. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan

masyarakat

• Melakukan pencegahan timbulnya masalah kesehatan

• Melakukan kegiatan penapisan faktor risiko penyakit laten untuk mencegah dan memperlambat

timbulnya penyakit

Page 47: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

47

• Melakukan pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya komplikasi penyakit dan atau

kecacatan

3. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

• Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis

• Menginterpretasi data kesehatan keluarga dalam rangka mengidentifikasi masalah kesehatan

keluarga

• Menginterpretasi data kesehatan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi dan merumuskan

diagnosis komunitas

• Memilih dan menerapkan strategi penatalaksanaan yang paling tepat berdasarkan prinsip kendali

mutu, biaya, dan berbasis bukti

• Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab (lihatDaftar Pokok Bahasan

dan Daftar Penyakit) dengan memperhatikan prinsip keselamatan pasien

• Mengkonsultasikan dan/atau merujuk sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku (lihat

Daftar Penyakit)

• Membuat instruksi medis tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca

• Membuat surat keterangan medis seperti surat keterangan sakit, sehat, kematian, laporan kejadian

luar biasa, laporan medikolegal serta keterangan medis lain sesuai kewenangannya termasuk visum et repertum dan identifikasi jenasah

• Menulis resep obat secara bijak dan rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekwensi

dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan dapat dibaca.

• Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor perkembangan

penatalaksanaan, memperbaiki, dan mengubah terapi dengan tepat

• Menentukan prognosis masalah kesehatan pada individu, keluarga, dan masyarakat

• Melakukan rehabilitasi medik dasar dan rehabilitasi sosial pada individu, keluarga, dan masyarakat

• Menerapkan prinsip-prinsip epidemiologi dan pelayanan kedokteran secara komprehensif, holistik,

dan berkesinambungan dalam mengelola masalah kesehatan

• Melakukan tatalaksana pada keadaan wabah dan bencana mulai dari identifikasi masalah hingga

rehabilitasi komunitas

4. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

• Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah

kesehatan actual yang terjadi serta mengatasinya bersama-sama

• Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk

mengatasi masalah kesehatan

5. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian masalah

kesehatan

• Mengelola sumber daya manusia, keuangan, sarana, dan prasarana secara efektif dan efisien

• Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan

kedokteran keluarga

• Menerapkan manajemen kesehatan dan institusi layanan kesehatan

6. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik yang merupakan prioritas

daerah masing-masing di Indonesia

• Menggambarkan bagaimana pilihan kebijakan dapat memengaruhi program kesehatan masyarakat

dari aspek fiskal, administrasi, hukum, etika, sosial, dan politik.

Page 48: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

48

Lampiran 5: SKP Sebagai Pengabdian Profesi per tahun

No. Kepengurusan Jabatan

Pengurus Inti Pengurus Bidang Anggota Pengurus

1. PB IDI 6 4 2

2. IDI Wilayah 4 3 2

3. IDI Cabang 3 2 2

4. PDPP/PDSp Pusat 5 4 2

5. Kolegium 5 4 2

6. PDPP/PDSp Cabang 4 3 2

7. PDSm 3 2 1

Untuk anggota IDI aktif diberikan penghargaan sebesar 1 SKP per tahun. Dinyatakan anggota IDI aktif jika

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki Kartu Tanda Anggota yang masih aktif daan telah melunasi iuran anggota IDI.

2. Mengikuti Musyawarah Cabang yang diselenggarakan 3 tahun sekali dalam periode kepengurusan

IDI Cabang.

3. Mengikuti 1 rangkaian kegiatan Hari Bakti Dokter Indonesia yang diselenggarakan 1 kali dalam

setahun yang diselenggarakan oleh IDI Cabang/Wilayah/PB IDI/Perhimpunan.

Page 49: PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM …puskespemda.net/wp-content/uploads/2017/02/BUKU... · Mudah mudahan dengan terbitnya buku pedoman P2KB edisi ke 2 ini, kegiatan P2KB bagi ... dirinya

49

Lampiran 6

Contoh format surat keterangan status etik untuk registrasi ulang

SURAT KETERANGAN

STATUS ETIK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Ketua Cabang : (Nama IDI Cabang)

Dengan ini menyatakan bahwa :

Nama : (nama anggota)

NPA IDI :

Saat ini berstatus TIDAK PERNAH/PERNAH/SEDANG *) menjalankan sanksi etik dari Ikatan Dokter

Indonesia.

(dibawah ini diisi jika ada pelanggaran etik)

Adapun pelanggaran etik yang dilakukan adalah ……………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………..…

Sanksi etik dijatuhkan berdasarkan keputusan MKEK Cabang/Wilayah/Pusat *)

Nomor …………………………………………………………………..

Dengan sanksi berupa ………………………………………………………………………………………………………………..

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

………………………………………, ………………………………………………………

(nama tempat/kota) (tanggal bulan tahun surat pernyataan dibuat)

Ketua IDI Cabang ……………………………………….

…………………………………………………………………

(nama lengkap yang membuat pernyataan)

NPA IDI …………………………………………

*) Coret yang tidak perlu