pedoman teknis penanganan opt tanaman perkebunan tahun

94
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2016 PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN OPT TANAMAN PERKEBUNAN TAHUN 2016

Upload: hanhi

Post on 13-Jan-2017

258 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

DUKUNGAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2016

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN OPT

TANAMAN PERKEBUNAN TAHUN 2016

Page 2: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

i

KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis Kegiatan Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Perkebunan tahun 2016 disusun dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang membidangi Perkebunan dan Perangkat Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Sasaran Kegiatan, Tujuan dan Pengertian Umum; Bab II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan memuat tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan dan Spesifikasi Teknis; Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, berisi Ruang Lingkup, Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan, Lokasi, Jenis, Volume, dan Simpul Kritis; Bab IV. Pengadaan Barang; Bab V. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan; Bab VI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; Bab VII. Pembiayaan; serta Bab VIII. Penutup.

Pedoman Teknis ini sebagai acuan Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/Kabupaten/Kota dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang lebih spesifik berdasarkan kondisi daerah setempat.

Page 3: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

ii

Semoga Pedoman Teknis ini dapat memberi manfaat bagi pelaksanaan kegiatan di daerah sesuai dengan target dan sasaran yang direncanakan.

Jakarta, 31 Maret 2016Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS. Nip.195607281986031001

Page 4: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................... i DAFTAR ISI .................................... iii DAFTAR LAMPIRAN .......................... v

I. PENDAHULUAN .......................... 1

A. Latar Belakang ...................... 1 B. Sasaran Nasional ................... 3 C. Tujuan ............................... 4 D. Pengertian Umum.................... 4

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN ..9

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ............................. 9

B. Spesifikasi Teknis .................. 17

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ............. 27

A. Ruang Lingkup ...................... 27 B. Pelaksana dan Penanggung Jawab

Kegiatan ............................. 31 C. Lokasi, Jenis dan Volume ......... 35 D. Simpul Kritis ......................... 38

IV. PENGADAAN BARANG ................... 40

Halaman

Page 5: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

iv

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN ... 41

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan.... 41

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan ……………………………. 42

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ............................. 44

VII. PEMBIAYAAN ............................ 47

VIII. PENUTUP ................................. 48 LAMPIRAN

Page 6: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Spesifikasi Teknis Sex Feromon ............. 49 2. Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon..... 52 3. Spesifikasi Teknis Pengendalian Babi Hutan

...........................................

65 4. Cara Pembuatan dan Aplikasi Bubur

Bordo............................................

66 5. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu

Penggerek......................................

67 6. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu

(Uret)...........................................

68 7. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu

(Tikus)...........................................

68 8. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu

(Babi Hutan)....................................

68 9. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT

Tembakau……..................................

69 10. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT

Kakao………………................................

69 11. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT

Kelapa………………………….......................

70 12. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT

Karet............................................

71 13. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian

OPT Kakao (PBK)………........................

71 14. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian

Uret Tanaman Tebu…….......................

71 15. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian

Penggerek Tanaman Tebu...................

72

Page 7: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

vi

16. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian OPT Karet (JAP)...............................

72

17. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian OPT Nilam......................................

72

18. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Tebu per Hektar.......

73

19. Jenis dan Volume Komponen Pengendali-an OPT Tembakau per Hektar ..............

74

20. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Nilam per Hektar ......

74

21. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT Kakao per Hektar.........................

75

22. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Kelapa per hektar.....

76

23. Jenis dan Volume Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Karet per Hektar ......

79

24. Jenis dan Volume Komponen Demfarm Pengendalian Uret Tebu per Hektar........

80

25. Jenis dan Volume Komponen Demfarm Pengendalian OPT Kakao per Hektar........

81

26. Jenis dan Volume Komponen Demfarm Pengendalian JAP Pada Tanaman Karet per Hektar.......................................

82 27. Form Laporan Persiapan Pelaksanaan

Kegiatan Pengendalian/Demfarm/ Demplot OPT....................................

83 28. Form Laporan Pelaksanaan Kegiatan

Pengendalian/Demfarm/Demplot OPT.......

84 29. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik

Dan Keuangan Kegiatan Pengendalian /Demfarm/Demplot OPT.......................

85 30. Out Line Laporan Akhir ........................ 86

Page 8: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

vii

Page 9: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rata-rata serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada komoditi utama tanaman perkebunan 3-5 tahun terakhir 1,25 juta Ha dari luas areal perkebunan Indonesia sampai dengan tahun 2014 sekitar 22,99 juta ha dan yang diusahakan oleh rakyat sekitar 70% dari total areal perkebunan. Produktivitas baru mencapai 58% dari potensi.

Rendahnya produktivitas dan mutu antara lain disebabkan oleh penggunaan benih unggul yang baru mencapai 40%, rendahnya kualitas penerapan Good Agricultural Practicies (GAP) di tingkat petani dan masih tingginya kehilangan hasil akibat serangan OPT. Kondisi tersebut diperburuk dengan terjadinya cekaman iklim seperti kekeringan, kebakaran lahan dan banjir.

Kerugian akibat serangan OPT pada 16 komoditas perkebunan yaitu kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, kakao, jambu mete, cengkeh, lada, tebu, teh, tembakau, nilam, sagu, kemiri sunan, pala dan kapas pada tahun 2014 berdasarkan data perhitungan taksasi kerugian hasil diperkirakan sekitar Rp.4,84 trilyun.

Jenis OPT utama yang masih menjadi ancaman dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas antara lain: Penggerek Buah Kakao

Page 10: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

2

(PBK), penyakit Vascular Streak Dieback (VSD), dan busuk buah pada kakao; Penggerek Buah pada Kopi (PBKo); penyakit busuk pangkal batang dan jamur pirang pada lada; penyakit Jamur Akar Putih (JAP) dan Kering Alur Sadap (KAS) pada karet; hama Sexava sp., Oryctes sp., Rhyncophorus sp., Brontispa sp., tungau (Aceria guerreronis) dan penyakit busuk pucuk pada kelapa; hama Helopeltis sp., penyakit Jamur Akar Putih (JAP) dan Jamur Akar Coklat (JAC) pada jambu mete; hama ulat api dan penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) pada kelapa sawit; hama uret, tikus, babi hutan, penggerek batang (Chilo sp.) dan penggerek pucuk (Scirphophaga sp.) pada tebu; hama Spodoptera sp. dan penyakit lanas Phytophthora sp. pada tembakau; penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum.), budok (Synchytrium sp.) dan nematoda pada nilam; hama penggerek buah Helicoverpa sp., wereng daun Sundapteryx sp. dan ulat daun Spodoptera sp. pada kapas; hama Helopeltis sp. dan penyakit cacar daun pada teh; hama penggerek batang Nothopeus sp., Jamur Akar Putih/JAP (Rigidophorus lignosus) dan penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh/BPKC (Pseudomonas syzigii) pada cengkeh; hama penggerek batang dan penyakit layu pembuluh pada pala.

Sesuai dengan UU No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan, Peraturan Pemerintah No.6

Page 11: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

3

tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/07.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, bahwa Perlindungan Tanaman dilaksanakan dengan pemantauan, pengamatan, dan pengendalian OPT.

Penanganan OPT masih belum optimal karena peran, kesadaran dan kemampuan masyarakat masih relatif rendah. Untuk meningkatkan efektifitas pengendalian, diperlukan bantuan pengendalian oleh pemerintah sebagai stimulan untuk mendorong peran serta dan kesadaran masyarakat dalam mengendalikan OPT tersebut. Karena terbatasnya anggaran yang dimiliki oleh pemerintah, kegiatan pengendalian OPT dilaksanakan pada pusat-pusat serangan atau areal yang memiliki potensi untuk menjadi sumber serangan.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, pada tahun anggaran 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mengalokasikan dana APBN Tugas Pembantuan (TP) untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman tahunan di 15 provinsi; pengendalian OPT tanaman semusim di 12 provinsi; serta pengendalian OPT tanaman rempah dan penyegar di 9 provinsi.

B. Sasaran Nasional

Sasaran kegiatan penanganan OPT tanaman perkebunan pada tahun 2016 berdasarkan

Page 12: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

4

Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah terkendalinya serangan OPT sehingga dapat mendukung peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan.

C. Tujuan

Tujuan kegiatan penanganan OPT tanaman perkebunan adalah memberikan bantuan pengendalian OPT pada pusat-pusat serangan dan mendorong petani untuk melakukan pengendalian secara mandiri agar serangan OPT terkendali dan tidak meluas pada areal tanaman lainnya.

D. Pengertian Umum

Dalam rangka menyamakan persepsi untuk kegiatan Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan Tanaman Perkebunan, maka perlu disampaikan beberapa pengertian sebagai berikut :

1. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota yang terdaftar di Badan Koordinasi Penyuluhan.

2. Calon Petani/Calon Lokasi (CP/CL) adalah kelompok tani/lokasi yang akan diusulkan

Page 13: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

5

menjadi peserta kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Hamparan tanaman adalah luas pertanaman dengan tingkat homogenitas tanaman yang relatif homogen.

4. Sosialisasi adalah penyampaian/penjelasan lebih rinci tentang kegiatan penanganan OPT perkebunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah setempat dan petani.

5. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman adalah jenis serangga, tumbuhan (gulma), jamur/cendawan, bakteri, nematoda, virus, vertebrata dan jasad renik lainnya yang dapat merusak, mengganggu kehidupan tanaman budidaya sehingga menyebabkan berkurang/hilangnya produksi dan kualitas hasil tanaman perkebunan.

6. Agens Pengendali Hayati (APH) adalah setiap organisme yang meliputi spesies, sub spesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikroplasma serta organisme lainnya dalam semua tahap perkem-bangannya yang dapat digunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluan lainnya.

7. Feromon serangga adalah senyawa yang dihasilkan dari tubuh/badan serangga hama

Page 14: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

6

betina atau sintentis yang digunakan untuk menarik/menangkap serangga hama jantan, sehingga perkawinan gagal terjadi.

8. Predator adalah suatu organisme yang makan organisme lain sebagai mangsa, baik tubuhnya lebih kecil maupun lebih besar dari dirinya.

9. Parasitoid adalah suatu serangga parasitik yang hidup di dalam atau pada serangga inang yang tubuhnya lebih besar dan akhirnya membunuh inangnya.

10. Patogen adalah suatu mikroorganisme yang hidup dan makan (memarasit) pada atau di dalam suatu organisme inang yang lebih besar dan menyebabkan inangnya sakit atau mati.

11. Pestisida Nabati (Pesnab) adalah pestisida yang dibuat dari bagian tumbuhan yang bersifat racun (toxic) untuk menghambat/ membunuh OPT sasaran namun tidak membahayakan lingkungan.

12. Demonstrasi plot (Demplot) pengendalian OPT, yaitu model percontohan pengendalian OPT perkebunan dengan luas areal 1-5 hektar.

13. Demonstrasi farm (Demfarm) yaitu model percontohan pengendalian OPT pada lahan usahatani perkebunan dengan luas areal

Page 15: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

7

lebih dari 5 hektar sampai dengan 25 hektar.

14. Tanaman perangkap adalah jenis tanaman yang digunakan untuk mengalihkan serangan/memerangkap OPT dari tanaman inangnya.

15. Lapon adalah sejenis perangkap babi hutan dalam bentuk jaring jerat yang dipasang pada tempat-tempat yang berpotensi dilewati babi hutan.

16. Pengamatan adalah kegiatan perhitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi dan tingkat serangan OPT dan faktor-faktor iklim yang mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu.

17. Pemantauan adalah kegiatan mengamati dan mengawasi populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor-faktor yang mempe-ngaruhinya secara berkala pada tempat tertentu.

18. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah pengendalian OPT dengan cara menggabungkan berbagai tindakan pengendalian yang kompatibel untuk menjaga agar populasi OPT tetap berada dibawah ambang kerusakan ekonomi dengan memperhatikan hubungan antara dinamika populasi OPT dan lingkungannya.

Page 16: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

8

19. Luas serangan adalah luas tanaman yang mengalami kerusakan akibat gangguan/ serangan OPT yang dinyatakan dalam hektar.

20. Luas pengendalian adalah luas tanaman terserang yang dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian.

21. Sanitasi adalah tindakan membersihkan tanaman atau bagian tanaman terserang OPT, sehingga tidak menjadi sumber serangan.

22. Eradikasi adalah tindakan memusnahkan tanaman atau bagian tanaman terserang OPT, sehingga tidak menjadi sumber serangan.

23. Eksplosi adalah tingkat populasi hama sangat tinggi yang terjadi secara mendadak dan singkat akibat hampir tidak adanya faktor penghambat.

24. Insentif adalah honor yang diberikan kepada petugas pelaksana kegiatan pengendalian OPT dalam melaksanakan pengamatan dan pengendalian OPT serta pembinaan kepada petani di lapangan.

Page 17: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

9

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan umum

Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan.

a. SK Tim Pelaksana Kegiatan

1) Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian.

2) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan Dekon dan TP provinsi untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan, ditetapkan oleh Kepala Dinas yang Membidangi Perkebunan Provinsi.

3) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan untuk TP kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas kabupaten/kota.

b. Rencana kerja

Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan.

Page 18: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

10

c. Juklak, Juknis

Penanggungjawab kegiatan harus menyusun Juklak/Juknis yang mengacu kepada pedoman teknis yang dikeluarkan oleh Ditjen. Perkebunan. Penyusunan Juklak/Juknis untuk kegiatan Dekon dan TP Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana.

d. Koordinasi dan Sosialisasi

Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan.

Sosialisasi dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada petani peserta kegiatan pengendalian dan pihak terkait lainnya.

e. Pelelangan/pengadaan

Pelelangan/pengadaan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelelangan/pengadaan barang dan jasa harus selesai pada bulan Februari 2016. Pengadaan sarana pendukung perlindungan tidak dapat

Page 19: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

11

digabungkan dengan pengadaan sarana produksi lainnya.

f. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung.

g. Laporan

1) Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh penanggung jawab kegiatan.

2) Laporan fisik dan keuangan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai form SIMONEV.

3) Laporan akhir kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2016.

2. Prinsip Pendekatan Teknis

a. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

1) CP/CL

a) Calon petani peserta pengendalian tergabung dalam kelompok tani yang aktif dan terdaftar di Badan Koordinasi Penyuluhan. Calon lokasi pengendalian OPT merupakan hamparan tanaman

Page 20: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

12

dengan tingkat serangan yang masih dapat dikendalikan/dipulihkan.

b) CP/CL untuk kegiatan TP Provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

c) CP/CL untuk kegiatan TP Kabupaten/ Kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.

d) Sosialisasi kepada petani dan pihak terkait lainnya dilakukan sebelum kegiatan pelaksanaan pengendalian.

e) Pengamatan

Pengamatan awal dilakukan sebelum pelaksanaan pengendalian untuk melihat kondisi atau rona awal (produktivitas tanaman, kondisi tanaman dan keadaan OPT, serta teknik pengendalian yang pernah dilakukan) dari kebun yang akan dikendalikan.

Pengamatan akhir dilakukan setelah pelaksanaan pengendalian untuk melihat efektivitas hasil pengendalian.

Pengamatan dilakukan oleh petugas lapangan bersama dengan petani dari setiap kegiatan pengendalian OPT.

Page 21: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

13

Khusus untuk pengendalian OPT dengan menggunakan feromon dilakukan pengamatan untuk mengetahui jumlah tangkapan OPT sasaran.

2) Bahan Pengendali

a) APH dan Pesnab yang digunakan untuk pengendalian OPT telah mendapatkan izin dari Menteri Pertanian. Sedangkan penggunaan APH/Pesnab pada kegiatan demplot/demfarm dapat menggunakan APH/Pesnab yang telah mendapat rekomendasi dari Puslit/Balit/Perti/ Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (Medan/Surabaya/Ambon)/ Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak.

b) Parasitoid, predator dan tanaman antagonis yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari Puslit/Balit/ Perti/Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (Medan /Surabaya/Ambon)/ Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak.

c) Pestisida sintetis dan feromon yang digunakan telah terdaftar dan mendapat ijin dari Menteri Pertanian.

d) Pupuk hayati yang memiliki fungsi dan efektif untuk mengendalikan hama/ penyakit.

Page 22: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

14

3) Waktu pelaksanaan pengendalian dilaksanakan pada kesempatan pertama setelah dilakukan penetapan CP/CL disesuaikan dengan karakter komoditas dan serangan OPT masing-masing.

b. Demfarm Pengendalian OPT

1) Demfarm pengendalian OPT dilaksanakan oleh kelompok, untuk 3 (tiga) komoditi yaitu kakao, karet, dan tebu.

2) Kegiatan bertujuan untuk memberikan contoh kepada petani dalam mengendalikan PBK pada tanaman kakao, JAP pada tanaman karet, dan uret serta penggerek batang/ pucuk pada tanaman tebu.

3) Demfarm dilaksanakan di kebun petani, yang mudah dijangkau dan dapat menjadi etalase/percontohan bagi petani lainnya. Pelaksana kegiatan adalah UPTD Perlindungan Perkebunan di bawah Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi bersama Dinas Kabupaten/Kota.

c. Demplot Pengendalian OPT

Demplot pengendalian OPT dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan, di lahan petani pada 1 (satu) komoditi yaitu nilam.

1) Menerapkan teknologi pengendalian OPT nilam, yaitu dengan memadukan cara biologis, mekanis dan kimiawi.

Page 23: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

15

2) Demplot dilaksanakan di kebun petani, yang mudah dijangkau dan dapat menjadi etalase/percontohan bagi petani lainnya. Pelaksana kegiatan adalah UPTD Perlindungan Perkebunan di bawah Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi bersama Dinas Kabupaten/Kota.

3. Tindak Lanjut

a. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

- Perencanaan kegiatan, jadual kegiatan

- Pembuatan juklak, juknis setiap kegiatan

- Menunjuk penanggungjawab dan pelaksana kegiatan

- Survei lokasi kegiatan

- Koordinasi dengan instansi terkait

- Menindaklanjuti rekomendasi hasil pembinaan

b. Tahap Pasca Kegiatan

1) Pengendalian OPT

a) Kelompok tani yang telah melaksanakan pengendalian OPT diharapkan agar melanjutkan pengendalian secara rutin, mandiri dan menyebarluaskan teknologi pengendalian OPT kepada petani di-sekitarnya.

b) Petani agar melakukan pengamatan kebunnya secara rutin dalam rangka

Page 24: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

16

membangun sistem peringatan dini. Pengendalian OPT agar dilakukan sejak dini berdasarkan pengamatan dan jangan menunggu sampai terjadi eksplosi.

c) Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota agar melakukan pengawalan/pendampingan secara berkelanjutan. Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/ Kabupaten/Kota mengupayakan penyedia-an anggaran untuk pengawalan dan pendampingan kepada petani.

2) Demfarm Pengendalian OPT

Kelompok tani di sekitar lokasi demfarm diharapkan mau mencontoh teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan. Provinsi pelaksana demfarm diharapkan melanjutkan dan mengembangkan hasil demfarm di wilayah binaan. Petugas melakukan pencatatan/evaluasi perkem-bangan demfarm, dan petani melakukan pemeliharaan demfarm.

3) Demplot Pengendalian OPT

Demplot pengendalian OPT dilaksanakan secara multi years (3 tahun). Provinsi pelaksana demplot diharapkan mengem-bangkan hasil demplot di wilayah binaan. Petugas melakukan pencatatan atau evaluasi perkembangan demplot, dan petani melakukan pemeliharaan demplot.

Page 25: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

17

B. Spesifikasi Teknis

1. Kriteria

a. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

Kriteria pengendalian sebagai berikut:

1) Luas pengendalian OPT minimal 25 ha/kelompok tani dengan perhitungan populasi tanaman sesuai standar baku.

2) Calon lokasi merupakan hamparan dengan kondisi tanaman terserang OPT ringan atau masih dapat dipulihkan.

3) Calon petani/kelompok tani peserta pengendalian tergabung dalam kelompok tani yang aktif.

4) Teknologi pengendalian OPT yang digunakan mengacu pada rekomendasi Puslit/Balit/ Perti/BBPPTP (Medan/Surabaya/Ambon)/ BPTP Pontianak atau pedoman pengenalan dan pengendalian OPT yang diterbitkan Direktorat Jenderal Perkebunan.

b. Demfarm Pengendalian OPT

Kriteria demfarm pengendalian OPT sebagai berikut:

1) Demfarm dilaksanakan oleh UPTD Perlindungan Perkebunan pada Dinas provinsi yang membidangi perkebunan, bekerja sama dengan kelompok tani/petani.

Page 26: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

18

2) Demfarm dilaksanakan pada hamparan dengan luas areal lebih dari 5 (lima) hektar sampai dengan 25 hektar.

3) Lokasi demfarm mudah dijangkau dan dekat dengan sumber air. Untuk mendapatkan hasil yang signifikan lokasi untuk tahun ke 2 dan ke 3 tidak berubah.

4) Demfarm berada pada pusat serangan atau daerah penyebaran serangan OPT yaitu: PBK pada kakao, JAP pada karet dan Uret serta penggerek batang/pucuk pada tebu.

c. Demplot Pengendalian OPT

Kriteria demplot pengendalian OPT sebagai berikut:

1) Demplot dilaksanakan oleh UPTD Perlindungan Perkebunan pada Dinas provinsi yang membidangi perkebunan, bekerja sama dengan kelompok tani/petani.

2) Demplot dilaksanakan pada hamparan dengan luas areal 1 (satu) hektar sampai dengan 5 (lima) hektar.

3) Lokasi demplot mudah dijangkau dan dekat dengan sumber air. Untuk mendapatkan hasil yang signifikan lokasi untuk tahun ke 2 dan ke 3 tidak berubah.

4) Demplot berada pada pada pusat serangan atau daerah penyebaran serangan OPT

Page 27: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

19

yaitu: penyakit budok, nematoda, ulat/kutu daun pada nilam.

2. Metode

a. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan

Pengendalian OPT tanaman perkebunan dilaksanakan dalam kelompok tani yang sudah ditetapkan oleh Kepala Dinas provinsi yang membidangi perkebunan. Pengendalian dilaksanakan secara serentak dan massal melalui penerapan PHT terhadap OPT :

1) Penggerek Batang/Pucuk Tebu (Chilo sacchariphagus/Schirpophaga sp.)

Pemasangan sex feromon berbahan aktif octadekenil asetat : 100% untuk penggerek batang dan Hexsadsenal 100% untuk penggerek pucuk.

Pemasangan feromon sebanyak 10 set/ha/aplikasi. Penggantian feromon dilakukan setiap 3 bulan sekali.

2) Uret Tebu (Lepidiota stigma)

Pengambilan, pengumpulan dan pemusnahan uret pada saat pengolahan tanah.

Pemasangan perangkap imago dengan lampu petromak/neon dan atau pemasangan jaring/barrier trap di sekitar pertanaman tebu.

Page 28: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

20

3) Tikus (Rattus sp.)

Penangkapan/pemburuan tikus secara serentak (gropyokan).

Aplikasi umpan/racun tikus berbahan aktif antara lain bromadiolon, brodifakum dan couma-tetralyl.

4) Babi Hutan (Sus sp.) pada Tebu

Pemasangan lapon pada jalur jalan babi hutan.

Pemagaran di sekitar areal kebun.

5) Lanas (Phytophthora sp.) dan Ulat Daun (Spodoptera sp., Heliothis sp.) pada Tembakau

Aplikasi APH Beauveria bassiana, dan atau SL-NPV (tergantung intensitas serangan).

Aplikasi Pestisida nabati berbahan aktif azadirachtin. Aplikasi pestisida nabati diulang bila perlu dengan memperhatikan populasi ulat daun yang dikendalikan.

Aplikasi APH dilakukan 1 minggu setelah aplikasi pestisida nabati.

6) Penggerek Buah pada Kakao/PBK (Conopomorpha cramerella)

Pemangkasan.

Sanitasi.

Panen sering.

Page 29: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

21

Pemasangan attraktan/sex feromon sebanyak 6 set/hektar/aplikasi. Aplikasi feromon diulang dengan interval minimal 4 (empat) bulan.

Sarungisasi

Insektisida yang sudah mendapat izin Menteri Pertanian.

7) Hama Brontispa sp. pada kelapa

Memotong janur dan diturunkan dengan tali, kemudian dikumpulkan dan dimusnahkan untuk membunuh larva dan imago Brontispa sp.

Pelepasan parasitoid pupa Tetrastichus brontispae, sebanyak 25 ekor pupa Brontispa terparasit per hektar.

8) Hama Kumbang Nyiur Oryctes sp. pada Kelapa

Membersihkan kebun atau memusnah-kan semua tempat perkembangbiakan Oryctes sp. seperti sisa tanaman mati, sampah-sampah, tumpukan kotoran ternak, tumpukan serbuk gergaji, dan lainnya; memotong-motong tanaman kelapa yang tumbang/mati kemudian dimusnahkan.

Aplikasi feromon untuk memerangkap imago Oryctes sp. / Rhyncophorus sp.

Page 30: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

22

sebanyak 1 set/ ha. Penggantian feromon dilakukan setiap 3 (tiga) bulan.

9) Hama Sexava sp. pada Kelapa

Sanitasi kebun.

Pelepasan parasitoid telur Leefmansia bicolor sebanyak 25 butir telur terparasit/ha.

10) Hama Tungau (Aceria guerreronis) pada Kelapa

Menurunkan buah-buah terserang dari atas pohon dan mengumpulkan buah-buah kelapa terserang yang berserakan disekitar pohon.

Aplikasi pestisida sistemik berbahan aktif antara lain : dimehipo atau karbosulfan melalui injeksi batang/infus akar.

11) Penyakit Busuk Pucuk (Phytophthora palmivora ) pada tanaman kelapa

Eradikasi tanaman kelapa yang terserang (membongkar dan memusnahkan tanaman yang terserang)

Aplikasi fungisida sistemik berbahan aktif antara lain asam fosfit melalui injeksi batang/infus akar.

Page 31: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

23

12) Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) pada Karet

Eradikasi tanaman terserang (membongkar dan memusnahkan tanaman yang terserang).

Mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman serta melakukan pengendalian gulma.

Aplikasi fungisida dengan bahan aktif antara lain triadimefon, triadimenol, hexaconazol, atau siproconazol dengan dosis 1 lt/hektar.

Aplikasi APH atau pupuk hayati berbahan aktif Trichoderma sp. pada tanaman terserang ringan dan sehat (pencegahan) dan pada bekas tanaman yang dieradikasi.

Aplikasi APH atau pupuk hayati berbahan aktif Trichoderma sp. dilakukan setelah aplikasi fungisida kimia, dengan jarak waktu sekitar 2 bulan. Aplikasi jamur Trichoderma sp. dilakukan bersamaan dengan pemupukan (pupuk organik).

Rincian spesifikasi teknis, cara dan waktu penggunaan APH, dan sex feromon disajikan pada lampiran 1, 2 dan 3.

b. Demfarm Pengendalian OPT

1) Demfarm Pengendalian Hama PBK pada Tanaman Kakao

Page 32: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

24

a) Pemangkasan dan sanitasi.

b) Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik (setara pupuk kandang).

c) Pemasangan sex feromon.

2) Demfarm Pengendalian Hama Uret Pada Tebu

a) Pengambilan, pengumpulan dan pemusnahan uret bersamaan dengan pengolahan tanah.

b) Aplikasi pupuk organik dicampur dengan APH jamur Metarhizium sp./ nematoda enthomopatogen (NEP) sebelum tanam, atau pada saat pembuatan juringan.

c) Pemasangan perangkap (lampu perangkap/trap barrier/jaring pe-rangkap) untuk imago.

3) Demfarm Pengendalian Penggerek Batang/Pucuk Tebu (Chilo sacchariphagus/Schirpophaga sp.)

a) Pemasangan sex feromon berbahan aktif octadekenil asetat : 100% untuk penggerek batang dan Hexsadsenal 100% untuk penggerek pucuk.

b) Pemasangan feromon sebanyak 10 set/ha/aplikasi. Penggantian feromon dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Page 33: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

25

4) Demfarm JAP Karet

a) Eradikasi tanaman terserang (mem-bongkar dan memusnahkan tanaman yang terserang).

b) Mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman serta melakukan pengen-dalian gulma.

c) Aplikasi fungisida berbahan aktif antara lain triadimefon/triadimenol dengan dosis 1 lt/hektar.

d) Aplikasi APH jamur Trichoderma sp. pada tanaman terserang ringan dan sehat (pencegahan) dan pada bekas tanaman yang dieradikasi dengan dosis 15 kg/ha.

e) Aplikasi jamur Trichoderma sp. dilakukan setelah aplikasi fungisida kimia, dengan jarak waktu sekitar 2 bulan. Aplikasi jamur Trichoderma sp. dilakukan bersamaan dengan pemupukan (pupuk organik).

Rincian spesifikasi teknis, cara dan waktu penggunaan APH (golongan jamur dan golongan nematoda), parasitoid dan sex feromon disajikan pada lampiran 1,2 dan 3.

c. Demplot Pengendalian OPT

Demplot Pengendalian OPT Nilam (Budok, Nematoda, Ulat/Kutu Daun dll).

Page 34: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

26

a) Penggunaan pestisida nabati bubuk biji nimba, dosis 5 kg/ha/aplikasi. Aplikasi dilakukan 3 kali dengan interval 2 minggu, di mulai dari tanaman umur 2 minggu.

b) Penggunaan APH Beauveria bassiana dengan dosis 0.5 kg/ha/aplikasi. Aplikasi dilakukan 4 kali dengan interval 2 minggu sekali.

c) Penggunaan bubur bordo dengan dosis 1 kg/ha, diaplikasikan seminggu setelah tanam.

d) Aplikasi pupuk kandang 1500kg/ha/ aplikasi atau bahan organik yang setara.

Rincian cara pembuatan bubur bordo disajikan pada Lampiran 4.

Page 35: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

27

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

1. Pengendalian OPT

a. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan meliputi Tanaman Semusim dan Rempah, Tanaman Tahunan dan Penyegar.

b. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan dilakukan di areal petani pekebun yang tergabung dalam kelompok tani pada komoditas kakao, tebu, tembakau, nilam, kelapa dan karet.

c. Tahapan kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi/ Kabupaten/Kota, penetapan CP/CL, sosialisasi pengendalian OPT, pengadaan bahan dan alat pengendali, pengamatan dan pengendalian, pendampingan serta monitoring/ evaluasi dan pelaporan.

d. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 2 3

1 Input/Masukan - Dana

- SDM

- Data dan informasi

- Teknologi

Page 36: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

28

1 2 3

2 Output/Keluaran Terlaksananya pengendalian OPT tanaman kakao 4.500 ha, tebu 2.424 ha, tembakau 300 ha, kelapa 3.400 ha, dan karet 725 ha

3 Outcome/hasil Menurunnya luas serangan OPT pada tanaman kakao 4.500 ha, tebu 2.424 ha, tembakau 300 ha, kelapa 3.400 ha, dan karet 725 ha

2. Demfarm Pengendalian OPT

a. Demfarm pengendalian OPT pada tanaman kakao, tebu dan karet dilakukan di kebun petani.

b. Tahapan kegiatan demfarm pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, penetapan lokasi demfarm pengendalian, pengadaan sarana produksi klon unggulan lokal yang tahan terhadap OPT dan mempunyai produktivitas tinggi, pupuk, bahan untuk memperbaiki kesuburan tanah, APH dan pompa air), pengamatan dan

Page 37: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

29

pemeliharaan tanaman, pendamping- an serta monitoring/evaluasi dan pelaporan.

c. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana

- SDM

- Data dan informasi

- Teknologi

2 Output/Keluaran Terlaksananya demfarm pengendalian PBK pada kakao 10 ha, uret pada tebu 5 ha, penggerek pada tebu 5 ha, JAP pada karet 50 ha

3 Outcome/hasil - Tersosialisasinya teknologi pengendalian PBK pada kakao 10 ha, uret pada tebu 5 ha, penggerek pada tebu 5 ha, JAP pada karet 50 ha.

- Diperolehnya rekomendasi teknologi pengendalian PBK pada kakao 10 ha, uret pada tebu 5 ha, penggerek pada tebu 5 ha, JAP pada karet 50 ha.

Page 38: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

30

3. Demplot Pengendalian OPT

a. Demplot pengendalian OPT pada tanaman nilam dilakukan di kebun petani.

b. Tahapan kegiatan demplot pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, penetapan lokasi demplot pengendalian, pengadaan sarana produksi klon unggulan lokal yang tahan terhadap OPT dan mempunyai produktivitas tinggi, pupuk, bahan untuk memperbaiki kesuburan tanah, APH dan pompa air, pengamatan dan pemeliharaan tanaman, pendampingan serta monitoring/evaluasi dan pelaporan.

c. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 2 3

1 Input/Masukan - Dana

- SDM

- Data dan informasi

- Teknologi

2 Output/Keluaran Terlaksananya demplot pengendalian pada nilam 40 ha.

Page 39: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

31

1 2 3

3 Outcome/hasil - Tersosialisasinya teknologi pengen-dalian hama OPT pada pada nilam 40 ha.

- Diperolehnya reko-mendasi teknologi pengendalian OPT pada pada nilam 40 ha.

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan

1. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan pengendalian OPT untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan dan untuk TP kabupaten adalah dinas kabupaten yang membidangi perkebunan dan berkoordinasi dengan dinas provinsi. Sedangkan pelaksana dan penanggung jawab kegiatan Demfarm/Demplot pengendalian OPT adalah Dinas Provinsi/Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan.

2. Dinas yang membidangi perkebunan provinsi/kabupaten/kota dalam melaksa-nakan kegiatan agar berkoordinasi dengan BBPPTP (Medan/Surabaya/Ambon)/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.

Page 40: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

32

3. Kewenangan dan tanggung jawab :

a. Direktorat Perlindungan Perkebunan

Menyiapkan Terms of Reference (TOR) dan Pedoman Teknis;

Melakukan bimbingan, pembinaan, monitoring dan evaluasi.

b. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan

Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan pengendalian OPT/ demfarm/demplot pengendalian OPT dan pemberdayaan perangkat perlindungan tingkat provinsi;

Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, BBPPTP Medan/Surabaya/ Ambon/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya;

Membuat Petunjuk Pelaksanaan untuk kegiatan pengendalian OPT/Demfarm/Demplot pengenda-lian OPT perkebunan;

Melakukan verifikasi CP/CL bersama Dinas Kabupaten;

Page 41: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

33

Menetapkan CP/CL kegiatan pengendalian OPT/demfarm/ demplot pengendalian OPT untuk TP Provinsi;

Melakukan pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi, berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan setempat;

Sosialisasi kegiatan pengendalian OPT/demfarm/demplot pengendalian OPT bersama-sama Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan;

Menindaklanjuti rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi Direktorat Perlindungan Perkebunan.

Menyampaikan laporan pelaksa-naan kegiatan pengendalian OPT/demfarm/demplot pengenda-lian OPT ke Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

c. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan

Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan pengendalian OPT untuk TP kabupaten;

Page 42: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

34

Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon), BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), Direktorat Jenderal Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;

Membuat juknis kegiatan pengendalian OPT perkebunan;

Melakukan verifikasi dan penetapan CP/CL;

Melakukan sosialisasi, pembinaan dan monev kegiatan pengendalian OPT perkebunan;

Menyampaikan laporan pelaksa-naan kegiatan pengendalian OPT ke Dinas Provinsi dan Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

d. Kelompok Tani/Petani :

Mengikuti sosialisasi pengendali-an OPT/demfarm/ demplot pengendalian OPT.

Melakukan seluruh tahapan kegiatan pengendalian OPT/ demfarm/demplot pengendalian OPT.

Page 43: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

35

C. Lokasi, Jenis dan Volume

1. Lokasi

a. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan (Tanaman Semusim dan Rempah, dan Tanaman Tahunan dan Penyegar)

1) Pengendalian OPT Tebu

Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman tebu seluas 2424 ha di 10 Provinsi 26 Kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 5, 6, 7, dan 8.

2) Pengendalian OPT Tembakau

Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman tembakau seluas 300 ha di 4 Provinsi 4 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 9 .

3) Pengendalian OPT Kakao

Kegiatan pengendalian OPT pada kakao seluas 4500 ha di 9 provinsi 20 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 10.

4) Pengendalian OPT Kelapa

Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman kelapa seluas 3400 ha di 9 Provinsi 23 Kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 11.

Page 44: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

36

5) Pengendalian OPT Karet

Kegiatan pengendalian OPT pada tanaman karet seluas 725 ha di 6 provinsi 7 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 12.

b. Demfarm Pengendalian OPT Perkebunan

1) Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Kakao (PBK)

Kegiatan demfarm pengendalian OPT kakao seluas 10 ha di Provinsi Bali 1 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 13.

2) Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Tebu (Uret)

Kegiatan demfarm pengendalian OPT tebu seluas 5 ha di Provinsi DIY (Kabupaten Sleman). Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 14.

3) Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Tebu (Penggerek Tanaman)

Kegiatan demfarm pengendalian OPT tebu seluas 5 ha di Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Jepara). Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 15.

Page 45: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

37

4) Demfarm Pengendalian OPT Tanaman Karet (JAP)

Kegiatan demfarm pengendalian OPT karet seluas 50 ha di 4 Provinsi 5 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 16.

c. Demplot Pengendalian OPT Perkebunan

Kegiatan Demplot Pengendalian OPT Nilam seluas 40 Ha di 4 Provinsi 5 kabupaten. Data rincian lokasi disajikan pada Lampiran 17.

2. Jenis dan Volume Kegiatan

a. Komponen biaya kegiatan pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi :

Upah/honor pengendalian, sosialisasi, pengadaan bahan, pengadaan alat, pembinaan, monitoring dan evaluasi serta konsultasi.

b. Komponen biaya kegiatan Demfarm pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi :

Upah/honor pengendalian, sosialisasi, pengadaan bahan, pengadaan alat, pembinaan, monitoring dan evaluasi serta konsultasi.

Page 46: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

38

c. Komponen biaya kegiatan Demplot pengendalian OPT tanaman perkebunan meliputi :

Upah/honor pengendalian, sosialisasi, pengadaan bahan, pengadaan alat, pembinaan, monitoring dan evaluasi serta konsultasi.

Rincian Jenis dan Komponen Pengendalian/demfarm dan demplot OPT tanaman perkebunan disajikan pada Lampiran 18-26.

D. Simpul Kritis

1. Simpul Kritis Pengendalian OPT, Demfarm dan Demplot Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan sebagai berikut :

a. Penetapan SK pelaksana kegiatan terlambat, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu sesuai target. SK pelaksana kegiatan ditetapkan paling lambat seminggu setelah diterimanya Pedoman Teknis.

b. Terlambatnya pengusulan revisi, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak tepat waktu sesuai target. Penelaahan dan usulan revisi agar dilakukan sejak awal setelah diterimanya Pedoman Teknis, paling lambat bulan Februari 2016.

Page 47: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

39

c. Terlambatnya penyusunan juklak dan juknis, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dinas agar segera menyusun juknis/juklak paling lambat dua minggu setelah diterimanya Pedoman Teknis.

d. Penetapan CP/CL tidak akurat sehingga terjadi revisi CP/CL atau tetap dilaksanakan pada CP/CL yang tidak tepat yang mengakibatkan pelaksanaan pengendalian terlambat/ tidak tepat sasaran. Verifikasi penetapan CP/CL dilakukan secara bersama antara dinas provinsi dengan dinas kabupaten sebelum pengusulan kegiatan.

e. Terlambatnya pengadaan bahan dan alat pengendalian akibat proses lelang/pengadaan sehingga aplikasi tidak tepat waktu. Lelang/pengadaan bahan pengendalian dilakukan paling lambat bulan Februari 2016 dan penyediaan bahan pengendalian disesuaikan dengan spesifikasi teknis pelaksanaan aplikasi di lapangan.

Page 48: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

40

IV. PENGADAAN BARANG

Pengadaan barang dan jasa kegiatan Perlindungan Perkebunan untuk dana Tugas Perbantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku. Semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang melalui proses tender, pelaksanaan dan penetapan pemenang harus sudah sesuai dengan usulan rencana yang disampaikan oleh Satker pada awal tahun kegiatan.

Page 49: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

41

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan

Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi dan TP Provinsi/Kabupaten/Kota dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dan BBPPTP (Ambon, Surabaya, Medan)/BPTP Pontianak dan pihak terkait lainnya.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.

Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan

Page 50: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

42

harus mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui pemberian rekomendasi dan pemecahan masalah terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,

Pengawalan dan Pendampingan

Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.

Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pembinaan, pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.

Pendampingan terhadap kelompok tani peserta pengendalian OPT/demfarm/ demplot dilakukan oleh petugas di tingkat lapangan mencakup tahapan persiapan dan pelaksanaan kegiatan.

Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan pengendalian OPT/demfarm/ demplot pengendalian OPT tanaman perkebunan pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.

Page 51: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

43

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan Perlindungan Perkebunan tingkat provinsi.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat kabupaten/kota melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan Perlindungan Perkebunan tingkat kabupaten/kota.

Page 52: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

44

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring

Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan.

Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.

B. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/ penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.

Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi pada wilayah kerja masing-masing.

C. Pelaporan

Setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan. Laporan kegiatan penanganan OPT dibuat oleh pelaksana

Page 53: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

45

kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

1. Jenis Laporan :

a. Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan

1) Persiapan Pelaksanaan Kegiatan

Persiapan meliputi : penetapan tim pelaksana kegiatan; penyusunan juklak/ juknis; penetapan CP/CL; persiapan administrasi; pengadaan alat dan bahan; sosialisasi, dilaporkan setelah persiapan kegiatan selesai dilaksanakan.

2) Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan meliputi pengamatan awal, aplikasi pengendalian, pemantauan, pengamatan akhir, dilaporkan sebanyak 3 kali selama pelaksanaan kegiatan.

b. Laporan Fisik dan Keuangan

1) Laporan Mingguan

Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada

Page 54: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

46

Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu pada hari Jum’at.

2) Laporan Bulanan

Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan fasilitasi pengendalian OPT setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.

3) Laporan Triwulan

Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan fasilitasi pengendalian OPT setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya.

4) Laporan Akhir

Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan pengendalian OPT/demfarm/demplot pengendalian OPT setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail

Page 55: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

47

Format Laporan Perkembangan Persiapan Kegiatan, Fisik dan Keuangan, Pelaksanaan Kegiatan dan Out Line Laporan Akhir seperti pada lampiran 27-30.

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan Penanganan OPT Tanaman Perkebunan didanai dari APBN tahun anggaran 2016.

Page 56: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

48

VIII. PENUTUP

Pelaksanaan pengendalian OPT diharapkan mampu menstimulasi untuk mendorong peran serta dan kesadaran masyarakat dalam mengendalikan OPT, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan gangguan OPT pada tingkat lahan usaha tani secara mandiri, gradual dan berkesinambungan dan pada akhirnya dapat berkontribusi dalam menurunkan tingkat serangan OPT terutama pada pusat-pusat serangan sehingga dapat terkendali dan tidak semakin meluas.

Untuk keberhasilan pelaksanaannya diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.

Page 57: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

49

Lampiran 1. Spesifikasi Teknis Sex Feromon

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Dosis Waktu Simpan OPT Sasaran Keterangan

1. - Sex Feromon khusus untuk hama PBK

- Bahan aktif: hexadecatrienyl, hexadecatrienol

6 perangkap/ ha/tahun 1 set perangkap ter-diri dari 1 unit perangkap dan 2 tabung vial feromon

Satu tahun penyimpanan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung.

PBK (Conopomor-pha cramerella) pada kakao

Diprioritas-kan pada daerah se-rangan penggerek buah kakao.

2. - Sex Feromon khusus hama Penggerek Batang Tebu

- Bahan Aktif : Oktadekenil asetat 100%

10-20 set/ha/ thn. 1 set pe-rangkap terdiri dari 1 unit pe-rangkap dan 4 sachet feromon

Empat bulan pada suhu ka-mar dan tidak terkena sinar matahari langsung

Penggerek batang (Chilo sacharipha-gus) pada tanaman tebu

Diprioritas-kan pada da-erah serang-an penggerek batang tebu

Page 58: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

50

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Dosis Waktu Simpan OPT Sasaran Keterangan

3. - Sex Feromon khusus hama Penggerek pucuk Tebu

- Bahan Aktif : Hexsadsenal 100%

10-20 set/ha/ th.1 set pe-rangkap terdiri dari 1 unit pe-rangkap dan 4 sachet fero-mon

Empat bulan pada suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung

Penggerek pucuk (Scirpophaga nivella) pada tanaman tebu

Diprioritas-kan pada da-erah serang-an penggerek pucuk tebu

4. - Sex Feromon khusus hama Kumbang Nyiur

- Bahan Aktif: etil-4metil oktanoat

1 perangkap/ ha/tahun

Satu tahun penyimpanan pada suhu ka-mar dan tidak terkena sinar matahari langsung.

Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros) pada kelapa

Diprioritas-kan pada da-erah serang-an Oryctes rhinoceros

5. - Sex Feromon khusus hama

1-2 perangkap/ ha/tahun

Satu tahun pe-nyimpanan pada

Kumbang sagu

Diprioritas-kan pada da-

Page 59: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

51

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Dosis Waktu Simpan OPT Sasaran Keterangan

Kumbang Sagu - Bahan aktif: 4–5 metil –5-

nonanol

suhu kamar dan tidak terkena sinar matahari langsung.

(Rhyncho-phorus ferrugineus) pada kelapa

erah serang-an Rhyncho-phorus ferrugineus

Page 60: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

52

Lampiran 2. Cara dan Waktu Aplikasi Sex Feromon

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

1. - Sex Feromon khusus untuk hama PBK

- Bahan aktif : hexadecatrienyl, hexadecatrienol

- Perangkap dilipat berbentuk rumah;

- Tabung feromon digantung pada perangkap;

- Tutup tabung feromon dilubangi dengan menggunakan jarum dan jangan dibuka;

- Lem/perekat di-buka kemudian di- masukkan dalam

- Aplikasi feromon dilakukan 2 kali dalam satu tahun atau menyesuaikan dengan kondisi lapangan.

- Aplikasi feromon dimulai pada saat musim buah. Buah berukuran rata-rata 8 cm dan mulai ada serangan PBK.

- Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasa-ran), sesuai de-ngan pedoman penggunaan.

- Sebelum aplikasi perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan waktu

Page 61: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

53

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

perangkap; - Perangkap

digantung di atas tajuk tanaman de-ngan ketinggian 0,5 m diatas tajuk tertinggi;

- Jalur penempatan perangkap secara diagonal atau zig zag pada pusat-pusat serangan;

- Pengamatan di-lakukan secara berkala maksimal 1 minggu sekali;

- Interval penggan-tian feromon dan perekat/lem paling lambat 4 bulan atau dise-suaikan dengan kondisi lapangan.

- Pemasangan feromon dilakukan pada sore hari.

pemasangan yang tepat.

- Feromon jangan di pasang di bawah tajuk karena ke-biasaan aktivitas kawin imago PBK diatas tajuk tana-man pada malam hari.

- Tutup botol senyawa dan sela-put penutup botol feromon tidak bo-leh dibuka selama pemasangan,

Page 62: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

54

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

- Apabila lem atau perekat sudah tidak berfungsi (misal terkena air hujan atau sudah penuh dengan PBK yang tertangkap) segera diganti de-ngan lem perekat serangga selama feromon masih belum habis.

karena tutup botol sudah dilubangi dengan jarum.

3. - Sex Feromon khusus untuk hama Penggerek Batang Tebu

- Masukkan wadah perangkap pada tiang bambu atau kayu bulat yang

- Umur tanaman + 2 bulan s/d men-jelang panen dan

- Pemasangan fero-

- Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (tepat dosis,

Page 63: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

55

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

- Bahan Aktif : Oktadekenil asetat 100%

telah ditancapkan ditanah setinggi 120 cm;

- Pasang tempat vial rubber pada sisi tengah;

- Masukkan vial rub-ber yang berisi feromon pada wadah perangkap yang terpasang;

- Isi air dan sedikit deterjen pada wa-dah perangkap se-tinggi + 0,5 cm, upayakan selalu

mon dilakukan pada sore hari dan perhatikan arah tiupan angin;

- Vial rubber yang berisi feromon diganti setiap 3 bulan sekali

waktu, cara, lokasi dan sasaran);

- Setelah 3 bulan vial rubber diganti atau ditambah vial rubber baru dengan cara di-tempelkan pada vial rubber lama menggunakan jarum pentul.

Page 64: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

56

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

tersedia air di wadah perangkap

- Perangkap dipa-sang diantara juring, 1 unit perangkap untuk 14 juring;

- Sex Feromon khusus hama Penggerek pucuk Tebu

- Bahan Aktif : Hexsadsenal 100%

- Masukkan wadah perangkap pada tiang bambu atau kayu bulat yang telah ditancapkan ditanah setinggi 120 cm;

- Pasang tempat vial rubber pada

- Umur tanaman 1-4 bulan dan lakukan pengamatan untuk menentukan wak-tu pemasangan yang tepat;

- Pemasangan feromon dilakukan pada sore hari dan

- Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (tepat: dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran);

- Setelah 3 bulan vial rubber diganti

Page 65: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

57

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

sisi tengah; - Masukkan vial

rubber yang berisi feromon pada wa-dah perangkap yang terpasang;

- Isi air dan sedikit deterjen pada wadah perangkap setinggi + 0,5 cm, upayakan selalu tersedia air di wadah perangkap;

- Perangkap dipasang diantara tanaman tebu

perhatikan arah tiupan angin;

- Vial rubber digan-ti setiap 3 bulan sekali

atau ditambah vial rubber baru dengan cara ditempelkan pada vial rubber lama menggunakan jarum pentul.

Page 66: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

58

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

4. - Sex Feromon khusus untuk hama kumbang nyiur

- Bahan Aktif: etil-4 metil

oktanoat

- Siapkan ember plastik berkapasi-tas 12 liter yang akan digunakan sebagai perangkap;

- Buat lubang pada bagian dasar ember sebanyak 5 buah dengan dia-meter 2 mm untuk pembuangan air hujan;

- Tutup ember di-lubangi sebanyak 5 buah lubang

- Aplikasi feromon dilakukan minimal dua kali dalam satu tahun atau menyesuaikan de-ngan kondisi lapangan.

- Interval waktu aplikasi paling lambat 3 bulan.

- Pemasangan feromon dilakukan pada sore hari.

- Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T (Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran), sesuai dengan pedoman penggunaan.

- Sebelum aplikasi perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan waktu pemasangan yang tepat, yaitu pada

Page 67: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

59

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

dengan diameter 55 mm;

- Balik tutup ember yang sudah di lubangi, kemudian gantungkan satu kantong feromon pada bagian te-ngah tutup ember dengan menggu-nakan kawat;

- Tutup ember yang telah digantungi feromon dipasang kan pada ember perangkap;

saat ditemukan ada-nya serangan kumbang pada tanaman kelapa

Page 68: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

60

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

- Ember perangkap digantung pada ti-ang kayu/bambu penyanggah yang berukuran 2-3 m dari permukaan tanah;

- Tiang penyanggah ditancapkan di pinggir kebun pada tempat ter-buka;

- pengumpulan dan pemusnahan kum-bang yang terpe-rangkap dilakukan

Page 69: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

61

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

maksimal setiap satu minggu satu kali;

- Akan lebih efektif jika ember diisi dengan serbuk gergaji/tanah yang dicampur dengan insektisida dengan tujuan agar kumbang yang terperangkap mati.

5. - Sex Feromon khusus untuk hama kumbang

- Siapkan ember plastik berkapasi-tas 18 liter yang

- Aplikasi feromon dilakukan minimal dua kali dalam

- Pemasangan feromon harus memenuhi 5 T

Page 70: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

62

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

sagu - Bahan aktif 4–5

meti –5- nonanol

akan digunakan sebagai perangkap;

- Pada bagian dasar ember untuk pe-rangkap dibuat lubang sebanyak 23 buah dengan diameter 2 mm;

- Seng Plat sebanyak dua buah disatukan dengan bambu yang ujungnya telah dibelah silang sehingga

satu tahun atau menyesuaikan dengan kondisi lapangan.

- Interval waktu aplikasi feromon paling lambat 3 bulan.

- Pemasangan feromon dilakukan pada sore hari.

(Tepat dosis, waktu, cara, lokasi dan sasaran), sesuai dengan pedoman penggunaan.

- Sebelum aplikasi perlu dilakukan pengamatan untuk menentukan wak-tu pemasangan yang tepat, yaitu pada saat ditemu-kan adanya gejala serangan kumbang sagu pada tana-

Page 71: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

63

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

berbentuk kipas baling-baling;

- Seng plat yang telah disatukan dengan bambu di-masukkan ke dalam ember plastik;

- Buat gantungan dari kawat dan pasang pada seng plat baling-baling;

- Gantungkan feromon pada gantungan kawat tersebut;

man kelapa

Page 72: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

64

No Jenis Feromon/

Bahan Aktif Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi/frekuensi

Keterangan

- Ember perangkap digantung pada bambu/kayu pe-nyanggah ber-ukuran ± 1 m;

- Kayu penyanggah tersebut dipasang pada pohon kela-pa dengan keting-gian 2 meter dari permukaan tanah.

Page 73: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

65

Lampiran 3. Spesifikasi Teknis Pengendalian Babi Hutan

No Jenis Alat

Pengendalian Bahan Keterangan

1

Pemasangan lapon pada jalur jalan babi hutan

Lapon terbuat dari kawat baja ber-bentuk spiral

Lapon terbuat dari kawat baja berbentuk spiral, badan babi yang terjerat seluruhnya akan masuk jerat. Moncong dan kaki terkait kawat jerat sehingga tidak dapat lolos atau bergerak. Pemasangan lapon harus di jalur jalan babi yang telah diketahui berdasarkan pengintaian.

2

Pemagaran

pagar bisa meng-gunakan bambu berduri dan bambu haur (Bambosa bambu)

Pemagaran di sekitar areal kebun sebagai pagar hidup yang ditanam rapat. Jenis pohon semak berduri secang (Caesalpinia sapan) dapat pula dimanfaatkan untuk pagar secara bertahap, selain kuat zat durinya bisa menginfeksi

Page 74: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

66

Lampiran 4. Cara Pembuatan dan Aplikasi Bubur Bordo

a. Cara Pembuatan

b. Cara Aplikasi

Disiram ke bagian pangkal batang dan perakaran. Empat minggu setelah penyiraman harus dilakukan pemberian bahan organik.

Page 75: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

67

Lampiran 5. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu Penggerek

No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume

1 Jawa Tengah Grobogan Penggerek 50 Ha

Batang Penggerek 50 Ha

Brebes Penggerek 25 Ha

Kudus Penggerek 30 Ha

Jepara Penggerek 40 Ha

Rembang Penggerek 100 Ha

Blora Penggerek 50 Ha

Sragen Penggerek 150 Ha

2 Jawa Timur mojokerto Penggerek 100 Ha

jombang Penggerek 100 Ha

Lumajang Penggerek 100 Ha

Tulungagung Penggerek 100 Ha

Ngawi Penggerek 100 Ha

Madiun Penggerek 100 Ha

3 Lampung Lampung Utara

Penggerek 100

Ha

4 Sulsel Bone Penggerek 30 Ha

5 Gorontalo Gorontalo Penggerek 50 Ha

Boalemo Penggerek 50 Ha

Page 76: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

68

Lampiran 6. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu (Uret)

No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume

1 DIY Sleman Uret 50 Ha

2 Jawa Timur Lumajang Uret 50 Ha Tulung Agung Uret 100 Ha

Lampiran 7. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu (Tikus)

No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume

1 Jawa Barat Indramayu Tikus 150 Ha

2 Jawa Tengah Tegal Tikus 34 Ha

Brebes Tikus 25 Ha

Pati Tikus 30 Ha

blora Tikus 50 Ha

3 Jawa timur Mojokerto Tikus 100 Ha

Sidoarjo Tikus 150 Ha

Jombang Tikus 150 Ha

4 Sulsel Wajo Tikus 25 Ha

Bone Tikus 30 Ha

takalar Tikus 25 Ha

Lampiran 8. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tebu

(Babi Hutan)

No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume

1 Sulsel wajo Babi Hutan 30 Ha

Page 77: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

69

Lampiran 9. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Tembakau

No Provinsi Kabupaten Volume

1 Jawa tengah Semarang 10 Ha

Grobogan 50 Ha

Boyolali 50 Ha

Sragen 10 Ha

2 Jawa Timur Jember 50 Ha

3 Sulsel Bone 50 Ha

4 Bali Buleleng 30 Ha

5 NTB Lombok Tengah 50 Ha

Lampiran 10. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Penggerek Buah Kakao (PBK)

No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume

Aceh Bireun PBK 50 Ha

Pidie Jaya PBK 100 Ha

2 Sumbar Tanah Datar PBK 50 Ha

3 Sulteng Poso PBK 800 Ha

Banggal PBK 100 Ha

Buol PBK 100 Ha

Parigi Moutong PBK 350 Ha

4 Sulsel Pinrang PBK 250 Ha

Enrekang PBK 300 Ha

5 Bali Badung PBK 50 Ha

Tabanan PBK 50 Ha

6 NTB Lombok Utara PBK 225 Ha

7 Sulbar Polewali Mandar PBK 400 Ha

Mamasa PBK 300 Ha Mamuju Tengah PBK 300 Ha

Page 78: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

70

No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume

8 Sultra Kolaka PBK 300 Ha Bombana PBK 400 Ha Kolaka Utara PBK 200 Ha Kolaka Timur PBK 125 Ha 9 NTT Flores Timur PBK 50 Ha 10 Malut Kep. Sula PBK 100 Ha

Lampiran 11. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Kelapa

No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume

1 Sulut Bolaang Mongondow

Brontispa, sp.

200 Ha

2 Sulteng Poso Brontispa, sp. 150 Ha

Donggala Brontispa, sp. 100 Ha

Tojo Unaa-Una

Brontispa, sp. 150 Ha

3 NTB Sumbawa Barat

Brontispa, sp.

100 Ha

4 Jateng Jepara Oryctes/Rhynchophorus 100 Ha

Rembang Oryctes/Rhynchophorus 300 Ha

Blora Oryctes/Rhynchophorus 200 Ha

Purworejo Oryctes/Rhynchophorus 100 Ha

Kebumen Oryctes/Rhynchophorus 100 Ha

5 DIY Bantul Oryctes/Rhynchophorus 50 Ha

6 Kalbar Sambas Oryctes/Rhynchophorus 200 Ha

7 Sulteng Parigimoutong Oryctes/Rhynchophorus 100 Ha

8 Sulsel Wajo Oryctes/Rhynchophorus 100 Ha

Bone Oryctes/Rhynchophorus 200 Ha

9 Bali Buleleng Oryctes/Rhynchophorus 50 Ha

Badung Oryctes/Rhynchophorus 50 Ha

Page 79: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

71

No Provinsi Kabupaten Jenis OPT Volume

10 Malut Halteng Sexava sp. 200 Ha

Halut Sexava sp. 200 Ha

Halsel Sexava sp. 200 Ha

Halbar Sexava sp. 100 Ha

11 Sulut Bitung Aceria sp. 250 Ha

12 Sulut Minahasa Sel Penyakit Busuk Pucuk 200 Ha

Lampiran 12. Lokasi Kegiatan Pengendalian OPT Karet

No. Provinsi Kabupaten Volume

1. Jabar Subang 50 Ha

Garut 100 Ha

2. Sumbar Dharnasraya 175 Ha

3. Riau Kampar 200 Ha

4. Jambi Tebo 100 Ha

5. Banten Lebak 100 Ha

Lampiran 13.Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian OPT Kakao (PBK)

No Provinsi Kabupaten Volume

1 Bali Jembrana 10 Ha

Lampiran 14. Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian

Uret Tanaman Tebu

No Provinsi Kabupaten Volume

1 DIY Sleman 5 Ha

Page 80: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

72

Lampiran 15. Lokasi Kegiatan Demfarm

Pengendalian Penggerek Tanaman Tebu

No Provinsi Kabupaten Volume

1 Jawa Tengah Jepara 5 Ha

Lampiran 16.Lokasi Kegiatan Demfarm Pengendalian

OPT Karet (JAP)

No. Provinsi Kabupaten Volume

1 Jawa Barat

Subang 10 Ha

Garut 10 Ha

2 Riau Kuantan Singingi 10 Ha

3 Sumsel OKI 10 Ha

4 Kalbar Mempawah 10 Ha

Lampiran 17. Lokasi Kegiatan Demplot Pengendalian OPT Nilam

No Provinsi Kabupaten Volume

Jabar Kuningan 5 Ha

Aceh Aceh Selatan 5

Sultra Bombana 10

Kolaka Utara 10

Gorontalo Bone Bolango 10

Page 81: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

73

Lampiran 18. Jenis dan Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Tebu per Hektar

No Jenis dan komponen kegiatan Keterangan

1 Honor: - Upah pengamatan,

pengendalian, sanitasi (uret) - Upah pengamatan pemasangan

feromon (penggerek) - Upah gropyokan Pemasangan

umpan racun (tikus) - Upah pengendalian (babi)

Total luas pengendalian 4.573 ha di 9 provinsi, 42 kabupaten

2 Sosialisasi

3 Pengadaan bahan :

- feromon (penggerek)

- Umpan racun (tikus) - Papan nama

4 Pengadaan alat:

- Peralatan pengendalian (Set)

5 Pembinaan dan monev:

- Sosialisasi, pembinaan, monev

kabupaten ke lokasi

- Sosialisasi, pembinaan, monev

Petugas Provinsi dan UPTD Proteksi ke lokasi

Page 82: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

74

Lampiran 19. Jenis dan Komponen Pengendalian OPT Tembakau per Hektar

No Jenis dan komponen

kegiatan Keterangan

1 Honor:

- Pengamatan dan

pengendalian Total luas pengendalian 125 ha di 4 provinsi, 5 kabupaten

2 Sosialisasi

3 Pengadaan bahan :

- Agens Pengendali Hayati

- Pestisida nabati - Papan nama

4 Pengadaan alat:

- Sprayer

5 Pembinaan dan monev:

- Sosialisasi, pembinaan,

monev kabupaten ke lokasi

- sosialisasi, pembinaan,

monev Petugas Provinsi dan UPTD Proteksi ke lokasi

Lampiran 20. Jenis dan Komponen Pengendalian OPT Nilam per Hektar

No Jenis dan komponen

kegiatan Keterangan

1 Honor: Total luas Demplot pengendalian 30 ha di 5 provinsi, 5 kabupaten

- Pengamatan dan

Pengendalian

2 Sosialisasi

3 Pengadaan bahan :

Page 83: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

75

No Jenis dan komponen

kegiatan Keterangan

- Agens hayati - Bubur bordo/benomyl - Pestisida nabati

4 Pembinaan dan monev:

- Sosialisasi, pembinaan,

monev kabupaten ke lokasi

- Sosialisasi, pembinaan,

monev Petugas Provinsi, UPTD Proteksi ke lokasi

Lampiran 21. Jenis dan Komponen Pengendalian OPT Kakao per Hektar

No Jenis dan komponen kegiatan

Keterangan

1 Honor: - Pemangkasan, sanitasi,

pemupukan dll

Total luas pengendali-an 4.600 ha di 10 provinsi, 21 kabupaten.

2 Konsumsi sosialisasi

3 Pengadaan bahan : - Atraktan/feromon - Perlengkapan atraktan - Pupuk organik (setara

pupuk kandang) - Insektisida - Papan nama

4 Pembinaan dan Monev : - Sosialisasi, pembinaan dan

monev provinsi/UPTD ke lokasi

- Sosialisasi, pembinaan dan

Page 84: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

76

monev kabupaten ke lokasi

No Jenis dan komponen kegiatan

Keterangan

- Bantuan transport petugas lapang

Lampiran 22. Jenis dan Komponen Pengendalian OPT

pada Tanaman Kelapa per hektar

No Jenis dan komponen kegiatan

A Pengendalian hama Brontispa longissima

1 Pengadaan bahan

Tetrastichus brontispae

Herbisida

Tali tambang

Papan nama

2 Konsumsi dan sosialisasi

3 Honor:

Pemotongan pucuk terserang, pemasangan koker, aplikasi herbisida

Insentif petugas lapang

Pengamatan dan pengendalian

4 Sosialisasi, Pembinaan dan Monev

Provinsi ke lokasi

Kabupaten ke lokasi

Transport petugas lapang

Transport petani dalam rangka sosialisasi

B Pengendalian hama Oryctes rhinoceros/ Rhynchophorus sp.

1 Pengadaan bahan

Atraktan / Feromon Perlengkapan atraktan

Page 85: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

77

Papan nama

No Jenis dan komponen kegiatan

2 Konsumsi dan sosialisasi

3 Honor:

Insentif petugas lapang

Pengamatan dan pengendalian

4 Sosialisasi, Pembinaan dan Monev

Provinsi ke lokasi

Kabupaten ke lokasi

Trasnsport petugas lapang

Transport petani dalam rangka sosialisasi

C Pengendalian hama Sexava sp.

1 Pengadaan bahan

Bahan perbanyakan telur terparasit Leefmansia bicolor sebanyak 25 butir Insektisida

Plastik, karet gelang

Kawat

Papan Nama

2 Konsumsi dan sosialisasi

3 Honor:

Penyebaran musuh alami, sanitasi kebun, dan aplikasi insektisida

Insentif petugas lapang

Pengamatan dan pengendalian

4 Sosialisasi, Pembinaan dan Monev

Provinsi ke lokasi

Kabupaten ke lokasi

Trasnsport petugas lapang

Transport petani dalam rangka sosialisasi

D Pengendalian hama Aceria

1 Pengadaan bahan

Insektisida

Sarung tangan

Page 86: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

78

Masker

No Jenis dan komponen kegiatan

Plastik, karet gelang

Bor Batang

Bahan bakar bor batang

Dispossible

Papan nama

2 Konsumsi dan sosialisasi

3 Honor:

Insentif petugas lapang

Pengamatan dan pengendalian

4 Sosialisasi, Pembinaan dan Monev:

Provinsi ke lokasi

Kabupaten ke lokasi

Trasnsport petugas lapang

Transport petani dalam rangka sosialisasi

Page 87: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

79

Lampiran 23. Jenis dan Komponen Pengendalian OPT pada Tanaman Karet per Hektar

No. Jenis dan Komponen Pengendalian

1. Pengadaan Bahan:

Fungisida

APH (Trichoderma sp.)

Pupuk organik

2 Konsumsi dan sosialisasi

3 Honor:

Insentif petugas lapang

Pengamatan dan pengendalian

4 Sosialisasi, pembinaan dan monev:

Kabupaten ke lokasi

Provinsi ke lokasi

Transport petugas lapang

Transport petani dalam rangka sosialisasi

Page 88: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

80

Lampiran 24. Jenis dan Komponen Demfarm Pengendalian Uret Tebu per Hektar

No Jenis Kegiatan Volume

Keterangan

1 Honor:

- Upah pengamatan, pengen-dalian/Sanitasi, dll

- Upah pengolahan lahan dengan traktor diikuti pengambilan uret

- Pemasangan Light trap/barrier trap dan pengumpulan imago

7,20

20

5

Total luas Demfarm pengendalian uret tebu 10 ha di 2 provinsi, 2 kabupaten

2 Sosialisasi 3

3 Pengadaan Bahan: - Pupuk organik - Agens hayati - Papan nama

1500

40 0,50

4 Pengadaan alat: - Light Trap/Trap

Barrier

1

5 Pembinaan dan monev : - Pembinaan provinsi

ke lokasi - Pembinaan

kabupaten ke lokasi

1,20

1,60

Page 89: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

81

Lampiran 25. Jenis dan Komponen Demfarm Pengendalian OPT Kakao per Hektar

No Jenis kegiatan Volume Keterangan

1

Honor: - Pengamatan dan

pengendalian (pemangkasan, sanitasi, pemupukan, dll)

7

Total luas pengendalian 10 ha di 1 provinsi, 1 kabupaten

2 Konsumsi sosialisasi 1

3 Pengadaan bahan: - Atraktan/ feromon - Perlengkapan atraktan - Pupuk organik (setara

pupuk kandang) - Papan nama

6

1 150

0,10

4

Pembinaan dan monev: - Sosialisasi,

pengamatan kabupaten ke lokasi

- Sosialisasi, pembinaan dan monev provinsi ke lokasi

- Sosialisasi, pengamatan, pembinaan dan monev UPTD ke lokasi

- Bantuan transport petugas lapang

0,20

0,20

0,50

3,2

Page 90: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

82

Lampiran 26. Jenis dan Komponen Demfarm Pengendalian JAP Pada Tanaman Karet per Hektar

No Jenis Kegiatan Keterangan

1 Pengadaan Bahan dan Alat: Total luas Demfarm pe-ngendalian 50 ha di 4 prov., 5 kabupaten

Fungisida

APH

Pupuk Organik

2 Honor:

Insentif petugas Lapangan

Insentif petugas dinas

Pengamatan dan Pengendalian

3 Sosialisasi, Pembinaan dan Monev:

Konsultasi ke Pusat

Pembinaan kabupaten ke lokasi

Pembinaan Provinsi ke lokasi

Page 91: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

83

Lampiran 27. Form Laporan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian/Demfarm/Demplot OPT

PROVINSI : KABUPATEN : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun) NO URAIAN Ada Tidak PERMASALAHAN RTL KETERANGAN

1. Penetapan Tim Teknis

SK Tim Teknis dilampirkan

2. Penyusunan Juklak/Juknis

Juklak/Juknis dilampirkan

3. Penetapan CP/CL SK CP/CL dilampirkan

4. Pengadaan alat dan bahan

Waktu dan jadwal pengadaan

5. Sosialisasi Lokasi, tanggal pelaksanaan dan peserta sosialisasi

Page 92: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

84

Lampiran 28. Form Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian/Demfarm/Demplot OPT

KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)

1. Pengamatan Awal

- tanggal pengamatan

- intensitas serangan OPT

2. Aplikasi Pengendalian

- tanggal aplikasi

- jumlah bahan dan alat pengendali

- dosis bahan pengendali dll

3. Pemantauan

- Tanggal pemantauan

- Perkembangan intensitas serangan OPT

4. Pengamatan Akhir

- Tanggal pengamatan

- Intensitas serangan OPT setelah pengendalian

Page 93: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

85

Lampiran 29. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan Keuangan Kegiatan Pengendalian /Demfarm/Demplot OPT

KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)

NO URAIAN PAGU (Rp) REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK (%)

PERMASALAHAN RTL

Rp %

Page 94: Pedoman Teknis Penanganan OPT Tanaman Perkebunan Tahun

86

Lampiran 30. Out Line Laporan Akhir

Laporan akhir dibuat sesuai out line sebagai berikut :

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan dan Sasaran C. Ruang Lingkup Kegiatan D. Indikator Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi B. Alat dan Bahan C. Metode D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E. Simpul Kritis Kegiatan F. Pelaksana G. Pembiayaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran/rekomendasi C. Rencana Tindak Lanjut

VI. DAFTAR PUSTAKA

VII. LAMPIRAN