pelestarian rumah tradisional berbahan baku kayu …digilib.unila.ac.id/58015/3/skripsi tanpa bab...

67
PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU OLEH MASYARAKAT BESEMAH (Studi Kasus di Desa Pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam) (Skripsi) Oktarine Melly Aminah Harum FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 03-Jan-2020

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU

OLEH MASYARAKAT BESEMAH

(Studi Kasus di Desa Pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah,

Kota Pagaralam)

(Skripsi)

Oktarine Melly Aminah Harum

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

ABSTRAK

PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU

OLEH MASYARAKAT BESEMAH

(Studi Kasus di Desa Pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah,

Kota Pagaralam)

Oleh

Oktarine Melly Aminah Harum

Rumah merupakan tempat tinggal bagi manusia untuk melindungi diri dari panas,

hujan maupun dari serangan binatang buas serta melakukan segala aktivitas

sehari-hari bersama keluarga. Keberadaan rumah tradisional berbahan dasar kayu

sangat terkait dengan pelestarian budaya yang berkembang di masyarakat. Tujuan

penelitian untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat

mempertahankan rumah tradisionalnya yang berbahan dasar kayu, menjelaskan

bahan baku yang digunakan dalam pembuatan rumah tradisional, dan menjelaskan

kebijakan pemerintah dalam upaya mempertahankan rumah tradisional.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.

pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamatan terlibat,

dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat

mempertahankan keberadaan ghumah baghi-nya yang berbahan dasar kayu karena

berbagai faktor, yaitu: kebudayaan, warisan, bahan baku, kondisi ekonomi

Page 3: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

Oktarine Melly Aminah Harum

masyarakat, pengetahuan masyarakat, dan kebijakan pemerintah. Hasil

selanjutnya menunjukkan bahwa kayu yang digunakan dalam pembuatan rumah

tradisional yaitu kayu mersawa (Anisoptera marginata Korth), surian (Toona

sureni Merr.), dan kayu rasamala (Altingia excelsa Noronha). Pemerintah

memiliki peran penting dalam memberikan bantuan kepada pemilik rumah

tradisional dalam upaya upaya mempertahankan keberadaan ghumah baghi dan

kebudayaan yang ada.

Kata kunci: besemah, budaya, ghumah baghi, kayu, rumah tradisional.

Page 4: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

ABSTRACK

PRESERVATION TRADITIONAL HOME WOOD BASED

BY BESEMAH SOCIETY

(Case Study in Pelang Kenidai Village, Dempo Tengah District,

Pagaralam City)

By

Oktarine Melly Aminah Harum

documentation studied. The results of the study showed that culture, inheritance,

raw materials, economic conditions of community, knowledge of the community,

and government policies were the factors that may haved encouraged the

community to maintain the existence of their ghumah baghi. Subsequent result

Home is a place for humans to protect themselves from heat, rain and

from animal's attacks and doing all daily activities with their family. The

existence of traditional house which made by wood is very related to the

culture preservation that develops in by community. The purpose of this

research was toelucidate the factors those may have influenced the community to

maintain their traditional wooden houses, explain about raw materials that used in the

manufacture of traditional houses, and also explain about government's policies as effort to

The data was collected by interview, participant observed, and maintain the traditional house.

Page 5: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

(Anisoptera marginata Korth), surian (Toona sureni Merr.), and rasamala

(Altingia excelsa Noronha). The government has an important role in

providing assistance to traditional homeowners in an effort to maintain the

existence of the home and the existing culture.

Keywords: besemah (tribe), culture, ghumah baghi, traditional house, timber.

Oktarine Melly Aminah Harum

showed that timber used in manufacture of traditional house were timber mersawa

Page 6: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU

OLEH MASYARAKAT BESEMAH

(Studi Kasus di Desa Pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah

Kota Pagaralam)

Oleh

OKTARINE MELLY AMINAH HARUM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai

Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 7: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional
Page 8: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional
Page 9: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

RIWAYAT HIDUP

kanak tahun 2002-2003, Sekolah Negeri 46 Pagaralam tahun 2003– 2009,

Sekolah Menengah Pertama Negeri Pagaralam 2009-2012, dan Sekolah

Menengah Atas Negeri 4 Pagaralam tahun 2012-2015.

Penulis diterima di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

tahun 2015 melalui jalur Seleksi Nasinal Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Himpunan Mahasiswa

Kehutanan (Himasylva) sebagai Anggota Utama.

Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di Kesatuan Pengelolaan Hutan

(KPH) Kedu Selatan Divisi Regional Unit II Jawa Tengah pada bulan Juli-Agustus 2018

selama 40 hari. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sinar Mulya,

Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Lampung Utara pada bulan Januari- Februari 2019

selama 40 hari.

Penulis dilahirkan di Pagaralam pada 19 Oktober 1997,

putri tunggal dari pasangan Bapak Harumin Tado., S.H

dan Ibu Meli Yanti., S.H. Penulis menempuh pendidikan

di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Alhfal

Page 10: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

Untuk Ayah dan Ibu Tersayang

Page 11: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

ii

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pelestarian

Rumah Tradisional Berbahan Baku Kayu oleh Masyarakat Dataran Tinggi

Besemah (Studi Kasus di Kelurahan Pelang Kenidai, Kecamatan Dempo

Tengah, Kota Pagaralam” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Kehutanan di Universitas Lampung. Terselesaikannya penulisan skripsi

ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

banyak terima kasih yang tulus kepada beberapa pihak sebagai berikut.

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung atas semua saran dan arahan kepada penulis.

2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung atas bimbingan dan sarannya kepada penulis.

3. Bapak Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si. selaku pembimbing pertama

atas semua bimbingan, saran, motivasi, kritik, nasihat, solusi, dan perhatian

kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

4. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari., M.P. selaku pembimbing kedua atas semua

bimbingan, saran, motivasi nasihat, dan perhatian kepada penulis selama

penyelesaian skripsi.

Page 12: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

iii

5. Bapak Dr. Wahyu Hidayat., S.Hut., M.Sc. selaku pembahas atau penguji atas

semua masukan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama penyelesaian

skripsi.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto., M.S. selaku pembimbing akademik

atas semua bimbingan, saran, motivasi, dan nasihat kepada penulis.

7. Segenap Dosen Jurusan Kehutanan yang telah memberikan ilmu pengetahuan

bidang kehutanan dan menempa diri bagi penulis selama menuntut ilmu di

Universitas Lampung.

8. Bapak Alpian Maskoni., S.H, selaku Walikota Kota Pagaralam yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian di Dinas Pariwisata dan Badan

Pernecanaan Pembangunan Daerah Kota Pagaralam.

9. Bapak Revi, selaku ketua RW yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian di Kelurahan Pelang Kenidai.

10.Bapak dan Ibu penulis yaitu Bapak Harumin Tado., S.H dan Ibu Meli

Yanti., S.H. Terima kasih atas segala kasih sayang, do’a, arahan, dan

kesabaran dalam kehidupan bersama penulis serta dukungan moril maupun

materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 (TW15TER), terimakasih atas

segala dukungandan kebersamaan kalian.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.

Page 13: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

iv

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para

pembaca.

Bandar Lampung, Juli 2019

Penulis

Oktarine Melly Aminah Harum

Page 14: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ......................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

1.3. Kerangka Teoritis.......................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

2.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................ 7

2.2. Pelestarian Budaya ........................................................................ 10

2.3. Rumah Tradisional Besemah ........................................................ 15

2.4. Bahan Baku Pembuatan Rumah Tradisional Besemah ................. 21

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 31

3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 31

3.2.Objek dan Alat Penelitian .............................................................. 32

3.3. Metode Pendekatan Penelitian ...................................................... 32

3.4.Metode Pengumpulan Data ............................................................ 36

3.5.Analisis Data .................................................................................. 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 40

4.1. Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mempertahankan

Rumah Tradisional Besemah ......................................................... 40

4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah .............

Tradisional Besemah ...................................................................... 54

4.3. Kebijakan Pemerintah dalam Mempertahankan Rumah Tradisional 63

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 70

5.1. Simpulan ...................................................................................... 70

5.2. Saran ............................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 73

LAMPIRAN ............................................................................................... 80

Page 15: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

vi

Halaman

Pedoman Wawancara .................................................................................. 67

Kategorisasi Data ....................................................................................... 85

Transkip, Kategori, dan Koding Data ......................................................... 87

Simpulan Sementara ................................................................................... 137

Page 16: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kelas awet dan kelas kuat kayu yang digunakan dalam pembuatan

Ghumah baghi...................................................................................... 56

2. Kategorisasi Data ................................................................................. 85

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilik Rumah Mempertahankan

Rumah Tradisional Besemah ............................................................... 87

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mempertahankan

Rumah Tradisional Besemah Menurut Tokoh Masyarakat ................. 92

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mempertahankan

Rumah Tradisional Besemah Menurut Ketua Lembaga Adat ............. 99

6. Sejarah Rumah Tradisional Besemah ................................................. 106

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilik Rumah

Mempertahankan Rumah Tradisional Besemah .................................. 109

`

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilik Rumah Melakukan

Perubahan Bentuk Rumah .................................................................... 114

9. Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Melakukan Penanaman Kayu

Bambang Lanang ................................................................................. 116

10. Jenis Kayu Subtitusi ............................................................................ 118

11. Stategi Dinas Pariwisata dalam Mempertahakan Rumah Tradisional

Besemah ............................................................................................... 120

12. Stategi Walikota dalam Mempertahakan Rumah Tradisional

Besemah ............................................................................................... 125

13. Strategi Walikota Kota Pagaralam Periode ke-3 dalam

Mempertahankan Rumah Tradisional Besemah .................................. 128

Page 17: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

viii

Tabel Halaman

14. Stategi Dinas BAPPEDA dalam Mempertahakan Rumah

Tradisional Besemah ............................................................................ 131

15. Stategi DPDRD komisi 2 dalam Mempertahakan Rumah Tradisional

Besemah................................................................................................ 135

Page 18: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teoritis .................................................................................. 6

2. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 31

3. Proses penelitian ................................................................................... 34

4. Proses Analisis Data .............................................................................. 39

5. Penataan kawasan ghuma baghi ............................................................ 41

6. Atap rumah tradisional Besemah .......................................................... 55

Page 19: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kebudayaan adalah konsep, keyakinan, nilai, dan norma yang dianut masyarakat

yang mempengaruhi perilaku mereka dalam upaya menjawab tantangan

kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya (Tumanggor, 2008). Brata (2016)

menyatakan bahwa keanekaragaman tradisional dan budaya yang ada di dalamnya

mengandung nilai etika dan moral, serta norma-norma yang sangat

mengedepankan pelestarian budaya bangsa. Rumah tradisional merupakan salah

satu kearifan lokal yang memiliki berbagai keindahan budaya dan seni yang

terintegrasi dengan kehidupan masyarakatnya (Jaya, 2012).

Sistem pengetahuan lokal merupakan suatu warisan budaya yang dapat

diwujudkan dalam berbagai benda maupun kebijakan yang mengatur suku

tersebut. Salah satu wujud dari sistem pengetahuan lokal tersebut adalah

permukiman tradisional. Permukiman tradisional dapat mencerminkan simbol-

simbol suku budaya bangsa pemiliknya yang dapat diwujudkan melalui

pemanfaatan lahan, pembuatan rumah dan kepercayaan yang mengatur

kepercayaan masyarakat. Konsep tradisional bersifat relatif dan tergantung

penguasaan teknologi membangun oleh masyarakat disuatu wilayah. Inilah yang

disebut sebagai budaya lokal yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan

Page 20: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

2

pemahaman mereka terhadap lingkungan alam dan sosial (Arios, 2014). Sabrina

et al. (2010) menyatakan bahwa karakter dari sebuah suku dapat dilihat dari

tradisi dan budaya yang terbentuk dalam suatu permukiman dan menjaga kearifan

lokal mereka.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan manusia di

dalam rumah berbeda-beda, keberadaan perumahan yang menyediakan rumah

tipikal menjadi salah satu solusi dalam pemenuhan kebutuhan rumah bagi

masyarakat.Rumah tradisional telah digambarkan sebagai ekosistem yang dikelola

manusia dengan kompleks, dan dengan memiliki beberapa fungsi (Sangeetaet al.,

2013). Menurut Munawaroh et al. (2017) rumah merupakan fenomena yang

kompleks berdasarkan mode gaya arsitektur. Mereka biasanya menyediakan

banyak informasi sosial dan budaya di dalamnya (Bellal, 2014).

Rumah tradisional merupakan cermin nilai budaya yang nampak dalam

perwujudan bentuk, struktur, tata ruang dan hiasannya. Studi kasus pada rumah

tradisional kaili, yaitu merupakan salah satu arsitektur tradisional karena terbentuk

oleh kaidah-kaidah berbasis kultural, konteks natural, ekspresi arsitektural.

Pencapaian dari segala bentuk idealisme tersebut di atas diungkap dalam bentuk

simbol-simbol dengan aturan pemaknaan holistik secara ”filosofis”. Falsafah

rumah tradisional kaili beranjak dari tiga unsur yang mengejawantah dalam tiga

bangunan: yaitu bagian bawah (manusia), bagian tengah (alam), dan bagian atas

(Arifin, 2010).

Masyarakat tradisional memiliki beragam pemahaman di dalam ruangan yang

membutuhkan jarak dan pemisahan yang berbeda antar rumah, pada gilirannya

Page 21: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

3

mencerminkan dirinya dalam berbagai macam skema. Persyaratan ini tidak

sepenuhnya dipenuhi dengan sarana sifat morfologi rumah individu tetapi juga

melalui properti dari pola pemukiman, tidak mengherankan untuk memperhatikan

bahwa kebutuhan akan privasi tidak selalu membutuhkan pemisahan dan isolasi

(Ahmet,2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Sam (2012) diketahui bahwa arsitektur rumah adat

tradisional kajang dalam perspektif islam dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

mempengaruhinya yaitu budaya, religi dan sosial masyarakat Amma Towa dalam

kehidupan sehari-hari. Ketiga faktor tersebut menjadi media analisis elemen

arsitektur yang ada pada rumah adat tradisional kajang. Arios (2014)

mengemukakan bahwa dengan menggunakan arsitektur tradisional, penataan

kawasan tidak menghilangkan identitas bagi kesinambungan persepsi masyarakat,

dalam penghubungan nilai, arsitektur tradisional memiliki nilai lokal pada aspek

pembentukan peri kehidupan kawasan. Makna yang signifikan dapat menjadi

pelajaran dalam menunjukkan budaya lokal menginterpretasikan lingkungan alam

dan sosial. Arsitektur tradisional berpeluang sebagai wahana mengakomodasikan

pengembangan budaya lokal.

Pemilihan lokasi permukiman dipengaruhi oleh jarak dengan sumber mata

pencaharian (berladang, berkebun dan lain sebagainya). Pembangunan rumah

tradisional dipengaruhi juga oleh ketersediaan bahan baku kayu yang disediakan

oleh alam. Lingkungan permukiman dibagi berdasarkan manfaat praktis untuk

aktivitas sehari-hari, berdasarkan masyarakat setempat dikenalnya tempat-tempat

yang sakral sehingga akan menimbulkan norma-norma dalam pemanfaatan areal

Page 22: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

4

maupun perilaku bagi masyarakat. Hutan dan sungai merupakan syarat utama

bagi permukiman tradisional sebagai sumber mata pencaharian dan sarana

transportasi (Arios, 2014).

Pola tata ruang permukiman tradisional serta gaya arsitektur tradisional

merupakan salah satu bentuk pusaka budaya yang kaya akan nilai sejarah, filosofi,

seni, dan budaya masyarakat setempat. Studi yang dilakukan oleh Sabrina et al.

(2010) di Dusun Limbungan yang terletak di kawasan kaki Gunung Rinjani,

dimana dusun ini sudah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur

sebagai desa wisata, sebagai salah satu perkampungan tradisional dengan rumah-

rumah adat dengan keunikan sosial budaya yang masih kental. Studi yang

dikemukakan oleh Thomas dan Ganiron (2014) tentang ketersediaan bahan baku

kayu yang ada merupakan masalah besar yang dihadapi.

Rumah tradisional penting karena keberadaannya terkait dengan kebudayaan yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:sosial budaya dan ekonomi, ketersediaan

bahan baku kayu dan kebijakan pemerintah dalam melestarikannya.

Permasalahan yang perlu dianalisis di dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masyarakat mempertahankan rumah

tradisional besemah?

2. Bahan baku kayu apa yang digunakan dalam pembuatan rumah tradisional

besemah?

3. Bagaimanakah strategi pemerintah dalam upaya melestarikan keberadaan

rumah tradisional besemah?

Page 23: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

5

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat

melestarikan rumah tradisional besemah.

2. Menjelaskan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan rumah tradisional

besemah.

3. Menjelaskan kebijakan pemerintah dalam upaya pelestarian rumah tradisional

besemah.

1.3 Kerangka Teoritis

Rumah Tradisional “Ghumah Baghi” (bahasa Pagar Alam) yaitu bentuk rumah

tradisional Suku Besemah yang memiliki bentuk rumah panggung, dengan atap

limas, yang digunakan sebagai tempat kediaman tetap bagi pemilik rumah itu

sendiri. Bentuk rumah panggung besemahmemiliki fungsi yang tidak sama pada

setiap ruang di dalam rumah panggung tersebut, karena terdapat tata aturan adat

struktur tersendiri di dalam rumah tersebut.

Faktor yang mempengaruhi masyarakat mempertahankan rumah tradisional

beesemah yaitu terdiri dari berbagai faktor baik sosial, budaya maupun ekonomi.

Ketersediaan bahan baku menjadi masalah bagi masyarakat untuk

melestarikannya. Kebijakan pemerintah juga ikut menentukan bagaimana rumah

tradisional besemah bertahan. Kerangka teoritis dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 24: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

6

Gambar 1. Kerangka teoritis.

Rumah Tradisional Besemah

sebagai identitas daerah

Proses perubahan yang

terjadi

Faktor sosial ekonomi dan

budaya yang mempengaruhi

perubahan

Bahan baku kayu yang

digunakan

Kebijakan pemerintah

Pelestarian rumah tradisional Besemah

Page 25: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Sebagai daerah otonom, Kota Pagaralam memiliki pemerintahan tingkat

kecamatan dan kelurahan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Pagaralam No. 7 tahun 2003 tentang pembentukan kecamatan dalam Kota

Pagaralam. Kecamatan di Kota Pagaralam terdiri dari 5 kecamatan dengan

tambahan Kecamatan Dempo Tengah yang dibentuk dari pemekaran Kecamatan

Dempo Selatan.

Kelurahan Pelang Kenidai merupakan salah satu kelurahan yang berada di

Kecamatan Dempo Tengah Kota Pagaralam. Kelurahan dibagi dalam dua RW

(Rukun Warga) yang dipimpin oleh seorang Ketua RW. Kelurahan Pelang

Kenidai memiliki luas wilayah kelurahan 1.777,5 ha dan berada di 150 mdpl

dengan suhu 14°C pada malam hari. Topografi kelurahan ini umumnya berbukit-

bukit dan sebagian kecil daerah rawa-rawa. Batas-batas administratif Kelurahan

Pelang Kenidai adalah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Karang Dalo

dan Kelurahan Padang Temu, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Fajar

Bulan, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Dempo Selatan, dan Sebelah

barat berbatasan dengan Kelurahan Jokoh (Profil Kelurahan Pelang Kenidai,

2019).

Page 26: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

8

Pada tingkat pendidikan, secara umum penduduk Kelurahan Pelang Kenidai sudah

mendapat pendidikan yang cukup baik. Tamatan dari tingkat Sekolah Dasar

hingga perguruan tinggi dapat ditemui di daerah ini, namun kondisi ini tidak

didukung oleh fasilitas pendidikan yang memadai. Kelurahan Pelang Kenidai

hanya terdapat dua buah sekolah dasar, sedangkan untuk tingkat SLTP dan SLTA

harus keluar dari kelurahan tersebut. Pertanian merupakan mata pencarian utama

masyarakat di Kelurahan Pelang Kenidai, yang terbanyak diusahakan ialah

tanaman musiman padi dan juga perkebunan kopi. Sebagian kecil masyarakat

yang berdagang dan usaha-usaha di sektor lain.

Keadaan perumahan yang ada di Kelurahan Pelang Kenidai memiliki berbagai

bentuk yakni rumah panggung dan rumah beton. Sebagian masyarakat

membangun rumah tersebut dengan bangunan rumah panggung. Bentuk rumah

panggung tersebut ada yang dibangun secara mmodern dan sebagian besar semi

modern. Namun demikian, masyarakat Kelurahan Pelang Kenidai membangun

rumah mereka dengan bentuk rumah tradisional yakni ghumah baghi. Di daerah

ini bangunan ghumah baghi telah mengalami penurunan jumlah dan pperubahan

bentuk. Ketiadaan tukang yang mempu membuat ghumah baghi dan juga

kelangkaan bahan baku pembuatannya mengakibatkan keberadaan ghumah baghi

semakin berkurang. Setelah datangnya pengaruh rumah berbentuk limas,

masyarakat lebih memilih membangun rumahnya dan sudah terdapat kamar

didalamnya yang berbeda dengan ghumah baghi yang tidak sekat untuk kamar.

Selain itu, biaya pembangunan rumah limas tersebut lebih murah. Pengaruh ini

yang menyebabkan sebagian besar masyarakat lebih suka membangun rumah

panggung dengan bentuk limas sehingga berkembang semakin pesat yang

Page 27: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

9

mengakibatkan ghumah baghi semakin berkurang, karena ghumah baghi yang

mengalami kerusakan. Akibat proses renovasi rumah inilah ghumah baghi

mengalami perubahan bentuk aslinya.

Besemah merupakan sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Povinsi

Sumatera Selatan dan menyebar ke berbagai daerah di kabupaten dan kota

lainnya. Wilayah permukiman suku Besemah meliput daerah sekitar kota

Pagaralam, Kecamatan Jarai, Kecamatan Tanjung Sakti dan juga daerah Kota

Agung Kabupaten Lahat. Penyebaran lainnya juga hingga di Kabupaten Kaur

Provinsi Bengkulu namun dengan beberapa atribut budaya Besemah yang sudah

berubah. Penyebaran tersebut diikuti dengan perubahan identitas dengan

membentuk sebuah suku bangsa baru maupun dengan tetap mempertahankan

identitasnya. Pusat kebudayaan Besemah diyakini berada di Kota Pagaralam

dengan peninggalan-peninggalan benda budaya yang cukup banyak sebagai

atribut kebudayaan Besemah. Arios (2010) mengemukakan bahwa salah satu

peninggalan tersebut adalah pemukiman tradisional yang terdapat di Kelurahan

Pelang Kenidai Kecamatan Dempo Tengah Kota Pagaralam.

Kota Pagar Alam adalah salah satu Kota dalam Propinsi Sumatera Selatan yang

dibentuk berdasarkan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2001 (Lembaran Negara

RI Tahun 2001 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4115)

sebelumnya Kota Pagar Alam termasuk Kota Administratif dalam lingkungan

Kabupaten Lahat. Kota Pagar Alam secara Geografis berada pada posisi 40⁰ (LS)

dan 103,15⁰ (BT) dengan luas wilayah 63.366 ha (633.66 km2) dan terletak sekitar

298 km2 dari Palembang serta berjarak 60 km2 di sebelah BD dari ibukota

Page 28: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

10

Kabupaten Lahat. Letak Kota Pagar Alam berbatasan dengan kecamatan–

kecamatan yang ada dalam Kabupaten Lahat Propinsi Sumatera Selatan yaitu

sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat.

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Propinsi Bengkulu

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat.

Kota Pagar Alam berada pada ketinggian 100–1000 mdpl (Meter dari Permukaan

Laut) dari luas wilayah dataran tinggi di daerah ini berada dibawah kaki Gunung

Dempo + 3159 Meter. Kota Pagar Alam mempunyai banyak Sungai, diantaranya

Sungai Lematang, Sungai Selangis Besar, Sungai Selangis Kecil, Sungai Air

Kundur, Sungai Betung, sungai Air Perikan sedangkan Sungai Endikat merupakan

sungai yang membatasi dengan kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.Suhu di

Kota Pagar Alam berkisar antara 14º C sampai dengan 34º C.

2.2 Pelestarian Budaya

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya akan keragaman budaya

nya (Usop, 2014). Pelestarian berasal dari kata “lestari” yang mempunyai makna

langgeng, tidak berubah. Pengunaan awalan ke- dan akhiran –an artinya

digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja).Jadi

berdasarkan kata kunci lestari ditambah awalan ke- dan akhiran –an, maka

yang dimaksud pelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama

lamanya tidak berubah. Bisa pula didefinisikan sebagai upaya untuk

Page 29: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

11

mempertahankan sesuatu supaya tetap sebagaimana adanya (Widyastity, 2010).

Merujuk pada definisi pelestarian diatas, maka saya mendefinisikan bahwa

yang dimaksud pelestarian budaya (ataupun budaya lokal) adalah upaya untuk

mempertahankan agar/supaya budaya tetap sebagaimana adanya.

Mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus

menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang

mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes,

dan selektif. Mengenai pelestarian budaya lokal adalah mempertahankan nilai

nilai seni budaya, nilai tradisional dengan mengembangkan perwujudan yang

bersifat dinamis, luwes dan selektif, serta menyesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang selalu berubah dan berkembang. (Soekanto, 2013) menjelaskan

bahwa pelestarian adalah sebuah upaya yang berdasar, dan dasar ini disebut juga

faktor-faktor yang mendukungnya baik itu dari dalam maupun dari luar dari hal

yang dilestarikan. Maka dari itu, sebuah proses atau tindakan pelestarian

mengenal strategi atapun teknik yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisinya

masing masing. Kelestarian tidak mungkin berdiri sendiri, oleh karena senantiasa

berpasangan dengan perkembangan, dalam hal ini kelangsungan hidup.

Kelestarian merupakan aspek stabilisasi kehidupan manusia, sedangkan

kelangsungan hidup merupakan percerminan dinamika.

Nilai budaya juga memiliki multi fungsi. Menurut Rachman (2012) nilai-nilai

yang terkandung dalam kesenian menjadi penenang hati, pemberi inspirasi dan

apresiasi. Alus (2014) juga menyatakan bahwa kearifan lokal juga tidak dapat

dilepaskan dari kebudayaan masyarakat yang mendukungnya. Perkembangan

Page 30: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

12

zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang, termasuk

dalam hal kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok

sosial akan bergeser. Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik

antara kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dengan kelompok-

kelompok yang tidak menghendaki perubahan. Suatu komunitas dalam kelompok

sosial bisa saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang mereka

anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang mereka hadapi

saat ini. Perubahan kebudayaan ini kadang kala disalahartikan menjadi suatu

penyimpangan kebudayaan.

Interpretasi mengambil dasar pada adanya budaya-budaya baru yang tumbuh

dalam komunitas mereka yang bertentangan dengan keyakinan mereka sebagai

penganut kebudayaan tradisional selama turun-temurun (Setiadi, 2009). Beraneka

ragam arsitektur tradisional di Indonesia menandakan Indonesia memiliki seni

budaya yang luas dan berbeda satu sama lainnya (Mukhtar et al., 2013). Menurut

Andriyaniet al., (2017) bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat melibatkan

partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia adalah tentu

saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusiaan,

bukan sebaliknya, yaitu yang akan memusnahkan manusia sebagai pencipta

kebudayaan tersebut (Setiadi 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2016) alam dan budaya dengan segala

keunikan dan perbedaannya adalah aset kepariwisataan yang harus dijaga

kelestariannya. Hilangnya keunikan alam dan budaya, berarti hilang pula

Page 31: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

13

kepariwisataan itu. Pentingnya melakukan pelestarian budaya tradisional agar

dapat diteruskan kepada generasi berikutnya dalam keadaan yang tetap baik dan

tidak mengurangi nilai yang terkandung di dalamnya. Stategi perlindungan

terhadap cagar budaya dan nilai yang terkandung di dalamnya harus dilakukan

dengan visi yang berwawasan dan diperuntukan untuk kepentingan masa kini dan

masa yang akan datang (Zain, 2014). Karakter dari suatu suku dapat dilihat dari

tradisi dan budaya yang terbentuk dalam suatu permukiman dan masih menjaga

lokal wisdom mereka (Sabrina et al., 2010). Kusumandar (2011) mengemukakan

bahwa untuk menjaga kelestarian budaya haruslah dari berbagai pihak seperti

pemerintah dan masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat (2015) kebudayaan dengan kata dasar

budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari

buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat (2015),

mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa,

sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.

Pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan,

tidak ada perbedaan dari definsi. Kebudayaan atau disingkat “budaya”

merupakan “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

belajar. Kebudayaan dari suatu kelompok sosial tidak secara komplet ditentukan

oleh lingkunggan fisik saja, namun lingkungan tersebut sekadar memberikan

peluang untuk terbentuknya sebuah kebudayaan. Dari waktu ke waktu,

Page 32: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

14

kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalam hal ini adalah

sistem telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehidupan setiap manusia.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Juwita et al. (2016) rumah tradisional

dipercaya mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang akan memberikan

kearifan lokal yang ada pada daerah tersebut. Semakin kompleks budaya,

semakin sering sampling publik diri pribadi dan semakin jarang sampling dari diri

kolektif. Semakin individualistis budaya, semakin sering sampling dari diri

pribadi dan semakin jarang sampling dari diri kolektif. Kolektivisme, ancaman

eksternal, persaingan dengan kelompok luar, dan nasib umum meningkat

sampling dari diri kolektif.

Hallinger dan Kantamara (2011) menyatakan bahwa pembelajaran

menggunakan analisis budaya dari proses perubahan yang membedakan sifat dari

memberdayakan reformasi dengan norma-norma budaya yang mendasari

masyarakat Thailand. Studi yang dilakukan oleh Bertot et al. (2010) menyatakan

bahwa perubahan budaya dapat diakibatkan oleh Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) yang dapat menciptakan perubahan sosial yang substantif

dalam sikap terhadap transparansi belum secara luas.

Perdebatan warisan budaya tak benda lahir dalam proses mendefinisikan warisan

budaya umat manusia,telah berevolusi untuk menghilangkan kekurangan dalam

definisi yang ada. Lintas budaya cenderung berfokus pada langkah-langkah

proses psikologis, ketika mendekati budaya secara psikologis, fokus perilaku yang

jauh lebih mungkin diambil (Bond, 2008). Inglehart dan Barke (2010)

menyatakan bahwa perubahan sosial budaya dapat terjadi karena efek dari era

Page 33: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

15

modernisasi yang akan mengakibatkan masyarakat berubah dan melupakan

budaya yang ada.

Masuknya budaya asing yang didukung dengan kemajuan teknologi informasi

turut mempengaruhi warna kebudayaan daerah. Masyarakat adat sebagai

pendukung kelestarian, untuk itu peranan Lembaga adat dalam memanfaatkan

kekuatan yang dimiliki masyarakat ini sangat penting guna meminimalisir

penggunaan budaya-budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa

karena dapat mengancam eksistensi kebuayaan lokal (Alus, 2014).

2.3 Rumah Tradisional Besemah

Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina rasa

kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan

menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status sosial (Mukono,

2009). Rumah dalam arti fisik, merupakan tempat sebagian besar kegiatan

domestik dilakukan, termasuk cara mengkomunikasikan gagasan atau ekspresi

diri penghuni yang terikat budaya (Sari dan Mutiara, 2014). Rumah adalah

bangunan untuk tempat tinggal Kebutuhan akan dapat berlindung sebenarnya

termasuk kebutuhan yang utama, selanjutnya karena manusia tidak lagi hidup

secara berpindah-pindah, maka mereka memerlukan tempat tinggal yang tetap,

yang sekarang bisa disebut rumah. Rumah merupakan sarana pengaman bagi diri

manusia, pemberi ketentraman hidup, dan sebagai pusat kehidupan berbudaya. Di

dalam rumah dan lingkungannya itu, dibentuk dan berkembang menjadi manusia

yang berkepribadian (Juana, 2013).

Page 34: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

16

Koentjaraningrat (2015) menyatakan bahwa ada berbagai jenis dan bentuk tempat

untuk berlindung, rumah yang dibuat dari berbagai macam bahan seperti serat,

jerami, kayu dan bambu. Secara garis besar ada tiga macam bentuk pokok dari

rumah manusia, yaitu: rumah yang setengah di bawah tanah (semi-subterranian

dwelling), rumah di atas tanah (surface dwelling), dan rumah di atas tiang (pile

dwelling). Sudut pemakaiannya rumah merupakan tempat berlindung yang dapat

dibagi ke dalam tiga golongan yaitu: tanah angin, tenda atau gubuk yang dapat

dilepas, dibawa pindah dan kemudian didirikan lagi, dan rumah untuk menetap.

Dipandang dari sudut sosialnya tempat berlindung tersebut dapat dibagi dalam

berbagai fungsi yaitu: rumah tempat tinggal keluarga kecil, rumah tempat tinggal

keluarga besar, rumah suci, rumah pemujaan, rumah tempat berkumpul umum dan

rumah pertahanan.

Hermawan (2014) menyatakan bahwa keberadaan rumah sangatlah penting bagi

kehidupan manusia, karena kerusakan maupun terjaganya kelestarian lingkungan

akan berpengaruh kepada manusia yang menempatinya. Phebriyanti (2015) juga

menyatakan bahwa rumah tinggal merupakan tempat sebagian besar masyarkat

menghabiskan waktunya.

Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal. Kebutuhan akan dapat berlindung

sebenarnya termasuk kebutuhan yang utama, selanjutnya karena manusia tidak

lagi hidup secara berpindah-pindah, maka mereka memerlukan tempat tinggal

yang tetap, yang sekarang bisa disebut rumah. Rumah merupakan sarana

pengaman bagi diri manusia, pemberi ketentraman hidup, dan sebagai pusat

Page 35: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

17

kehidupan berbudaya. Di dalam rumah dan lingkungannya itu, dibentuk dan

berkembang menjadi manusia yang berkepribadian (Juhana, 2010).

Rumah di artikan sebagai tempat persinggahan bagi masyarakat. Rumah

merupakan bagian terpenting dari siklus hidup manusia. Konsep dan gaya

bagunan arsitektur berbentuk rumah panggung yang terbuat dari berbagai hasil

pertimbangan dari masyarakat. Rumah panggung tradisional awalnya biasanya

didirikan untuk menghindarkan para penghuninya dari ancaman binatang buas.

Jurhana (2010) menyatakan bahwa gaya bangunannya memang didesain untuk

mengindari serangan binatang buas seperti harimau, gajah, dan ular besar yang

selalu menganggu kehidupan masyarakat. Binatang buas membuat penghuni

rumah merasa tidak aman dan takut serta merasa terancam akan keselamatannya,

sehingga masyarakat mendirikan rumah panggung guna menghindari pemilik dari

ancaman binatang buas yang dapat mengancam keselamatan diri mereka dan

keluarga.

Rumah merupakan komponen utama dalam kehidupan yang dapat menjadi tolak

ukur kesejahteraan. Rumah juga dapat memberikan keamanan untuk pemiliknya,

menjadi identitas pemiliknya, dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan

kesempatan memiliki pendapatan yang lebih besar. Setiap orang atau keluarga

mempunyai skala kebutuhan yang dipengaruhi oleh pendapatan. Besar kecilnya

pendapatan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok keluarga.

Masri Singarimbun (2016) mengemukakan bahwa pendapatan adalah gambaran

yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang

Page 36: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

18

merupakan jumlah seluruh pendapatan dan harta keluarga. Pendapatan ini bisa

berupa uang atau barang, baik dari pihak lain atau hasil sendiri.

Menurut Hermawan (2014) rumah tradisional merupakan rumah tinggal yang

dibangun dengan cara-cara tradisional, sedangkan menurut Sudarwanto dan

Murtomo (2013) arsitektur tradisional merupakan wujud nyata dari kebudayaan.

Rumah tradisional merupakan cerminan dari kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Ilham dan Sofyan (2012) menyatakan bahwa rumah tradisional merupakan salah

satu cagar alam yang memiliki ciri khas dari berbagai daerah dan harus dilindungi

serta di lestarikan.

Keberadaan rumah adat sebagai bentuk material kebudayaan yang sangat beragam

di setiap daerah atau provinsi di Indonesia mempunyai makna yang penting dalam

sejarah, warisan, dan kemajuan sebuah peradaban (Hermansyah, 2016).Perubahan

wujud dan ruang pada rumah tradisional merupakan bentuk upaya penghuni untuk

mempertahankan eksistensi rumah tradisional namun terdapat keterbatasan dalam

penggantian elemen seperti aslinya dan juga dipengaruhi perubahan pola hidup

berhuni sehingga membutuhkan fungsi ruang baru. (Rumiawati dan Prasetyo,

2013). Parwata (2011) menyatakan bahwa adanya berbagai aktivitas dapat

menimbulkan berbagai wadah untuk menampung aktivitas, semakin berubah

aktivitas yang terjadi maka akan semakin berbuah pula wadah yang dibutuhkan.

Suharjonto (2014) mengemukakan bahwa arsitektur tradisional adalah buah karya

manusia yang sarat akan konsep budaya dan filosofinya, sedangkan konsep-

konsep arsitektur modern lebih mengutamakan fungsionalitas dan kesederhanaan

yang cenderung simpel atau ringkas. Ju et al. (2018 ) menganggap rumah sebagai

Page 37: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

19

sebuah mikrokosmos alam semesta, mereka mencari keseimbangan di rumah

mereka juga. Dualisme seperti itu, yang direpresentasikan dalam bentuk dan

penggunaan perumahan yang menyebabkan rumah terdiri dari berbagai unit

terpisah yang diberi konsep kontras.

Ghumah baghi merupakan rumat adat yang sudah digunakan sejak beratus tahun

lampau oleh para nenek moyang masyarakat Besemah, Pagaralam. Rumah ini

memiliki ciri khas pada atapnya yang meruncing bagai tanduk. Bentuk atap

ghumah baghi hampir sama dengan rumah adat minang atau Toraja, satu yang

membedakannya adalah atap rumah baghi tidak terlalu runcing dan terbuat dari

ijuk atau serabut pohon aren dengan kerangkanya yang terbuat dari bambu. Atap

pelana dengan sudut yang curam, terbuat dari bahan seng atau lembaran logam,

mempunyai bubungan tinggi dibagian atap. Atap ghumah baghi ini mempunyai

bentuk lengkung dan membuat air bisa mengalir turun dengan lancer pada saat

hujan. Dinding vertikal penutup kedua sisi atap pelana (tebeng layar) mempunyai

posisi sedikit miring. Semua tiang rumah menumpu pada umpak batu alam/batu

dasar di satu sisi untuk mencegah pembusukan dan di sisi lain untuk membuat

konstruksi secara keseluruhan lebih fleksibel. Ruang di bawah rumah digunakan

untuk penyimpanan hasil bumi dan sebagai kestabilan rumah tradisional.

Konstruksi bangunan menggunakan pasak yang menghubungkan bagian rangka.

Semua bagian-bagian yang dihubungan tidak menggunakan paku. Begitu juga

dalam pemasangan lembaran-lembaran papan dinding, dipasang pada kerangka

dinding melalui lubang alur sebagai penguncinya. Ciri khas lain yang ada pada

rumah baghi adalah, sejak awal, rumah baghi dibuat tidak menggunakan jendela

Page 38: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

20

dan hanya memiliki satu daun pintu di bagian tengah. Daun pintu tersebut terbuat

dari sekeping kayu dengan engsel berupa sumbu yang ada di atas dan di bawah daun

pintu.

Ketika memasuki ghumah baghi akan mendapati rumah adat ini yang tanpa sekat

atau kamar. Lantai di dalam ruangan memiliki dua tingkat, lantai yang lebih tinggi

itu terdapat pada bagian depan ruangan. Tempat tersebut diperuntukan sebagai

tempat duduk meraje, yaitu keluarga dari garis keturunan laki-laki, seperti kakek,

wak, dan paman. Sementara bagian bawahnya diperuntukan bagi anak belai, yaitu

keturunan perempuan beserta suami dan anak cucu. Dari penempatan tersebut,

terlihat bahwa masyarakat adat Besemah menganut garis keturunan laki-laki atau

patrilineal.

Sistem Spasial permukiman Rumah di wilayah Besemah tidak terlepas dari

pengaruh lokasi yang berada di wilayah perbukitan. Bangunan rumah membentuk

pola linier teratur mengikuti kontur tanah dengan orientasi ke arah jalan dengan

susunan tidak menunjukkan hirarki tertentu. Pintu yang terletak pada serambi

yang di sisi kanan bangunan menjadi satu-satunya jalan untuk memasuki Ruang

Inti. Pada umumnya terjadi pemindahan tempat makan dan dapur menempati

ruang tambahan yang menempel di bagian belakang atau di samping kiri ru mah

inti. Pada beberapa bangunan tradisional Besemah dibangun bangunan tambahan

menyambung bangunan rumah inti (beruge) untuk kebutuhan ruang dapur yang

lebih luas. Keberadaan beruge merupakan varian paling spesifik dari rumah

tradisional Besemah.

Page 39: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

21

2.4 Bahan Baku Pembuatan Rumah Tradisional Besemah

Pada saat mendirikan bangunan yang ingin dibuat pemilihan bahan baku sebagai

pembuat kerangka bangunan tersebut sangatlah penting. Rumah panggung

tradisional dibangun dari bahan baku kayu. Penggunaan bahan kayu pada rumah

panggung sangat dibutuhkan pada rumah tradisional ini karena kayu sebagai

komponen utama struktur bangunannya. Dalam pembuatan rumah panggung,

kayu memilki sifat yang elastis, ulet, dan mempunyai ketahanan terhadap

pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya. Sifat-sifat

tersebut tidak dimiliki bahan-bahan bangunan lain.

Karya arsitektur yang baik memiliki beberapa penilaian, yaitu penampilan dari

bangunan tersebut menarik, nyaman saat ditempati, aman dalam konstruksi,

memiliki kearifan lokal (Widharno, 2011). Serlly, (2011) mengemukakan bahwa

kebutuhan kayu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari,

baik untuk kebutuhan dalam rumah maupun di luar rumah, seperti konstruksi

rumah, perabot rumah tangga, pagar rumah, jembatan, serta berbagai alat

transportasi seperti kapal kayu, perahu dan gerobak, dari hal ini dapat dinyatakan

bahwa kayu untuk bahan baku rumah adat masih sangat diperlukan. Rumah

tradisional ialah ungkapan bentuk rumah karya manusia yang merupakan salah

satu unsur kebudayaan yang tumbuh atau berkembang bersamaan dengan tumbuh

kembangnya kebudayaan dalam masyarakat. Dengan kata lain, rumah tradisional

merupakan komponen penting dari unsur fisik cerminan budaya dan

kecenderungan sifat budaya yang terbentuk dari tradisi dalam masyarakat,

(Nurhafni, 2017).

Page 40: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

22

Handayani dan Yuniarti (2014) menyatakan bahwa bahan utama pembuatan

rumah tradisional Osing adalah kayu jati, yang dinilai sebagai bahan yang kuat

dan mengandung nilai-nilai baik. Ragam hias umumnya bersifat konstruktif

(menyatu dengan elemen lain) dengan motif flora, fauna, alam, agama dan lain-

lain. Dua aspek non-fisik dominan adalah arah dan lambang tubuh manusia. Hal

itu juga akan mempengaruhi proses pembangunan rumah, dimana penentuan

orientasi, waktu dan tempat merupakan hal yang penting, sedangkan lambang

tubuh manusia menentukan skala dan bentuk rumah.

Masyarakat tradisional Indonesia, termasuk masyarakat Besemah di Kelurahan

Pelang Kenidai, pada umumnya memandang rumah sebagai tempat

menentramkan hati bagi seluruh penghuninya. Dengan alasan ini sudah tentu

dibangun atau didirikan tidak secara sembarangan, namun pada saa

merencanakan dan mendirikan serta selesai didirikan selalu diikuti oleh ritual-

ritual atau upacara-upacara tertentu yang biasanya bercorak magis, dengan

maksud untuk keselamatan penghuni dan keluarganya serta tukang-tukang yang

membangun rumah.

Pembuatan rumah tradisional Besemah menggunakan jenis kayu yang dikenal

masyarakat mempunyai kualitas yang tinggi. Kayu mersawa, surian dan rasamala

merupakan jenis kayu yang memiliki jumlah populasi yang cukup memadai untuk

membangun rumah tradisional pada zaman itu. Pembuatan rumah tradisional

Besemah membutuhkan 2 kubik kayu untuk papan dengan lebar kurang lebih 50

cm, sedangkan untuk kebutuhan tiang yang diameter kurang lebih 80 cm dengan

Page 41: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

23

tiang setinggi 2 m berjumlah 9 tiang maka dibutuhkan kurang lebih 11 kubik

kayu. Terdapat beberapa bagian, yaitu:

1. Pondasi

Rumah Tradisional Besemah, terdapat bagian tiang penyangga rumah (tiang

dudok) yang diletakkan diatas sandi (batu) sebagai tumpuan yang memisahkan

tiang penyangga dengan tanah (aking). Bagian pondasi terdiri dari tiang bulat

yang berasal dari satu batang pohon utuh dengan diameter hingga mencapai dua

pelukan tangan orang dewasa. Sebagian rumah ada yang menggunakan tiang

penyangga dari kayu yang telah diolah hingga berbentuk petak naming tidak

dihaluskan. Tiang dudok tersebut diletakkan diatas satu buah batu besar dengan

permukaan yang rata (sandi atau dalam bahasa setempat disebut aking). Pada

rumah lainnya ada yang menggunakan dua atau tiga batu yang lebih kecil

disesuaikan engan besar kecilnya tiang kayu yang dipakai sehingga terhindar dari

tanah secara langsung yang akan menyebabkan kelembaban pada kayu sehingga

cepat rusak. Penggunaan batu sebagai dudukan tiang utama merupakan sebuah

kearifan lokal masyarakat Besemah terhadap pengaruh cuaca dan alat untuk

meredam guncangan apabila terjadi gempa bumi sehingga rumah tetap stabil pada

posisinya. Dengan tiang kayu yang tidak tertanam akan membuat rumah elastis

dan fleksibel terhadap guncangan terutama kayu dan tidak menggunakan sistem

paku.

Page 42: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

24

2. Kolom

Kolom adalah bagian yang berada pada bagian sudut badan rumah dan berada di

atas tiang utama. Dalam bahasa setempat bagian sudut rumah disebut penjughu.

Sedangkan tiang yang berada pada sudut rumah disebut sake. Sake berfungsi

sebagaipenyatu antar dinding rumah sehingga setiap sudut rumah tertutup rapat.

Sake terbuat dari jenis kayu Entenam yang memiliki kualitas terbaik. Sebagai

hiasan sake diberi ukiran-ukiran sesuai dengan pemahaman pemilik rumah.

3. Balok

Balok adalah kayu yang berbentuk empat persegi panjang sesuai dengan ukuran

rumah. Balok ini sebagai tempat atau tumpuan dari balok lainnya ataupun papan.

Pada rumah tradisional Besemah balok dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori,

yaitu:

a. Kitaw

Kitaw adalah balok kayu yang langsung diletakkan di atas kayu tiang dudok

dengan diameter antara 10-18 cm. Sebagian besar kitaw berbentuk bulat dan

hanya sebagian kecil yang menggunakan kayu persegi serta tidak terdapat ukiran

sebagai hiasan. Pengolahan kayu masih cukup kasar karena sengaja tidak

dihaluskan. Namun pada kenyataan di setiap rumah, seluruh kitaw terlihat halus

dan berwarna kehitaman. Hal ini disebabkan karena usia pemakaian sehingga

warna kayu berubah dan tekstur kayu semakin halus. Untuk memasang kitaw

pada tiang dudok, terlebih dahulu tiang dudok ditakik (dibentuk setengah

lingkaran atau petak) pada bagian atasnya sehingga membentuk setengah

Page 43: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

25

lingkaran atau petak (persegi) tergantung bentuk kitaw yang akan dipasang.

Ujung atas tiang dudok yang telah ditakik tersebut menjadi tempat kitaw masukan

sehingga terjepit dan tidak goyang.

b. Galar

Galar adalah kayu berbentuk balok persegi empat yang dipasangkan sepanjang

rumah dan pada ujungnya melengkung sebagai hiasan menyerupai tanduk maupun

perahu. Galar dipasang dengan menggunakan metode ditakik pada bagian-bagian

yang berhubungan dengan balok melintang. Balok melintang ini merupakan

tumpuan untuk meletakkan papan lantai. Galar juga berfungsi sebagai penutup

sambungan papan lantai pada bagian luar, sebagai bagian dari luar rumah, maka

galar diberi hiasan disepanjang kayu.

4. Dinding

Dinding rumah tradisional Besemah memiliki keistimewaan karena disamping

menggunakan papan kayu yang cukup lebar dan tebal, juga terdapat ukiran-ukiran

yang sangat spesifik. Dinding rumah tradisional Besemah terutama yang berada

disisi jalan desa, dipasang dengan menggunakan papan susun secara vertikal.

Ukuran satu papan rata-rata 50 cm dengan ketinggian 1,5 m dan ketebalan 3-5 cm.

Pada bagian luar samping rumah diberi ukiran kencane mendalike yang pada

bagian tengah ukiran tersebut diberi lubang yang oleh masyarakat setempat

dimaksudkan untuk melihat suasana di luar rumah (mengintip). Papan yang

dipasang sebagai dinding tidak dipaku atau dipasak tetapi menggunakan “rel”

yang dihasilkan dari ujung papan lantai yang tidak langsung menyentuh galar

Page 44: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

26

sehingga terdapat ruang yang sesuai dengan ukuran papan dinding tersebut pada

bagian bawah. Demikian juga pada bagian atas terdapat “rel” sebagai tempat

menjepit papan. Untuk memasang dinding, papan dinding dimasukkan satu

persatu melalui daerah yang lebih longgar dan tidak tertutup seluruhnya. Bila

dinding sudah terpasang, maka dimasukkan kayu kecil seukuran pintu masuk

papan tersebut sehingga dinding tersebut tidak goyang atau longgar. Dinding ini

dapat dibuka sewaktu-waktu diperlukan terutama pada saat upacara tertentu. Pada

dinding juga terdapat penutup sambungan antar papan dinding yang disebut sake.

Sake berupa papan yang dipasang secara tegak lurus di dinding rumah. Untuk

rumah yang cukup besar bisa terdapat dua atau tiga sake yang dilengkapi dengan

ukiran-ukiran sebagai hiasan rumah.

5. Lantai

Lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran penting untuk

memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi lantai secara

umum adalah: menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk karakter ruang.

Lantai rumah tatahan menggunakan papan kayu dengan ketebalan antara 3-5 cm

dan lebar 25-30 cm. Sedangkan panjang papan disesuaikan ukuran rumah

disusun sejajar. Mengenai lantai rumah ini masih ada pendapat yang mengatakan

bahwa lantai asli orang Besemah adalah bambu yang dirajut, namun pendapat

lain mengatakan bahwa lantai bambu yang diyakini milik orang yang berekonomi

lemah dan status sosial yang lebih rendah.

Page 45: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

27

Pada lantai rumah tradisional Besemah terdapat kayu balok pembatas pada ruang

utama pada kiri dan kanan ruang utama (luar). Ruang yang dibatasi tersebut

disebut tumpuan dan berfungsi sebagai tempat menyimpan barang-barang tertentu

dan juga sebagai tempat duduk para wanita bila ada acara adat. Sedangkan pada

lantai salah satu sudut rumah terdapat lubang berdiameter 5 cm yang berfungsi

untuk membuang sisa-sisa kotoran atau debusaat rumah disapu/ dibersihkan.

6. Plafon (Penutup Atap)

Pafon atau penutup atap rumah pada Rumah tradisional Besemah hanya dibuat

terbatas pada bagian ujung rumah yaitu pada bagian atap yang melengkung.

Plafon ini menyatu dengan layar/belayar atau penutup rumah berupa dinding pada

atap. Bahan utama layar adalah anyaman bambu yang berbentuk segi tiga namun

saat ini sudah lebih banyak menggunakan papan yang disusun secara vertikal.

Belayar (belayagh) terdiri dari tiang dan papan atau anyaman bambu. Tiang

belayar diletakan diatas kayu yang dihubungkan dengan penyekor.

Plafon yang dibuat lebih berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang-barang

rumah tangga atau istilah setempat disebut gelemat. Sedangkan pada puncak atap,

dibawahnya dibuat kotak kecil berlubang yang diberi nama pagu antu. Kotak

kecil ini dibuat sebagai tempat burung-burung bersarang. Gelemat dibuat

mengikuti garis atap, sedangkan ditengahnya datar atau tegak lurus.

Page 46: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

28

7. Tangga

Tangga bagi masyarakat Besemah merupakan gambaran dari filosofi penghuni

rumah. Tangga dimanfaatkan untuk naik dan turun dari dan ke rumah. Dalam

filosofi masyarakat diyakini bahwa tangga akan membawa kebaikan dan

keburukan bagi penghuni tergantung jumlah anak tangga (tiat tangge) yang

dibuat. Biasanya anak tangga dibuat berjumlah ganjil seperti 5 atau 7, hal ini

berkaitan dengan keyakinan bahwa setiap anak tangga memiliki nama yang juga

akan memberi dampak terhadap rumah tersebut. Penamaan anak tangga terdiri

dari taka, tangga, tunggu dan tinggal. Taka berarti bertingkat atau meningkat.

Tangge berarti tangga atau tidak mengalami perkembangan bagi rumah dan

penghuni rumah. Tunggu berarti rumah tersebut sering ditempati atau penghuni

betah untuk tinggal di rumah. Sedangkan tinggal berarti rumah tersebut sering

ditinggal atau penghuni rumah tidak kerasan atau tidak betah di rumah. Sistem

hitung anak tangga dimulai dari menghitung anak tangga pertama dengan taka,

lalu tangga, tunggu, dan tinggal. Dengan penamaan ini, maka jumlah anak tangga

yang dibuat akan selalu ganjil sehingga diharapkan rumah akan memberi

peningkatan dari segi ekonomi penghuninya

8. Pintu (duaghe) dan Jendela (jindile)

Pintu (duaghe) pada rumah tradisional Besemah demikian juga pada rumah jenis

lainnya pada orang Besemah memiliki keunikan sendiri. Pintu ini terbuat dari

sebuah papan yang cukup lebar dan tebal dengan sisi atas dan bawah dibuat

menyerupai engsel atau pasak yang dipasangkan pada lubang di lantai

(pelangkahan, yaitu balok besar sebagai tempat dudukan daun pintu) berukuran

Page 47: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

29

ketebalan sekitar 30 cm dan tinggi 15 cm, sedangkan lebar sesuai dengan lebar

pintu. Pada papan pintu terdapat ukiran mendelike dengan lubang di tengah.

Pintu juga memiliki kunci dari kayu yang hanya diketahui oleh pemilik rumah

cara penggunaannya (sebagai kunci rahasia). Namun ukuran pintu rumah relatif

lebih kecil daripada ukuran rumah modern umumnya.

Rata-rata ukuran pintu rumah tradisional Besemah 63 cm x 165 cm. Makna dari

ukiran pintu yang lebih rendah dan dudukan pintu yang lebih tinggi dari lantai

(pelangkapan) adalah untuk memaksa setiap orang yang masuk harus

menghormati tuan rumah. Di sisi lain dimaksudkan untuk mencegah serbuan dari

orang-orang yang tidak bersahabat. Pada pintu dibuat lubang kecil untuk

mengintip setiap tamu atau kejadian yang ada diluar rumah. Jika ada tamu, maka

tuan rumah terlebih dahulu mengintip dari lubang tersebut untuk mengenali tamu

yang datang. Jika tamu laki-laki yang datang, maka suami atau anak laki-laki

tuan rumah akan menyambut. Jika yang datang adalah perempuan, maka yang

akan menyambut adalah istri atau anak perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh adat

singkuh (sungkan/segan) pada orang Besemah yang akan risih atau sungkan bila

menerima tamu yang bukan muhrim atau yang beda jenis kelamin.

9. Atap

Rumah tradisional Besemah pada masa dahulu menggunakan belahan bambu

sebagai atap rumah. Namun sejak dikealnya seng pada abad ke-20, maka seluruh

rumah menggunakan atap seng karena dianggap ebih praktis, lebih tahan lama

dan lebih ringan. Atap rumah baghi memiliki kemiripan dengan rumah tradisional

Page 48: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

30

Minagkabau yaitu kedua ujung atap ditinggikan sehingga terkesan pada bagian

tengah melengkung. Demikian pula bagian atap diatas belayar lebih panjang

dibanding dengan bidang atap bagian bawah.

Rangka atap dan bahan atap rumah tradisional Besemah relatif ringan karena

terbuat dari kayu keras namun ringan (kayu entenam). Khusus untuk kayu

pemubungan (kayu yang dipasang pada puncak bubungan dan hubungan kedua

belayagh) berasal dari kayu utuh dan tidak boleh disambung. Hal ini juga berlaku

untuk semua bahan kayu dalam pembangunan rumah, tidak boleh ada sambungan

harus kayu utuh.

Page 49: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

31

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2018 - Januari 2019 di

Kelurahan Pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam,

Provinsi Sumatera Selatan. Kelurahan Pelang Kenidai merupakan dusun tua yang

terdapat di Kota Pagar Alam yang memiliki kebudayaan yang masih terjaga

seperti keberadaan rumah tradisional yang belum mengalami perubahan. Lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi Penelitian.

Page 50: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

32

3.2 Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitian adalah masyarakat yang mempunyai rumah tradisional besemah.

Beberapa masyarakat ada yang mempertahankan keberadaan rumah tradisionalnya

dan ada juga yang mengalami perubahan pada bentuk rumah tradisionalnya,

sebagai narasumber utama dalam penelitian. Walikota kota Pagar Alam tahun

2013-2018 yaitu pelopor dalam kegiatan pelestarian rumah tradisional. Walikota

kota Pagar Alam tahun 2018-2023 yang akan memberi kuasa anggaran kepada

pihak yang terkait tentang pelestarian rumah tradisional. Dinas Pariwisata yang

akan mengadakan kegiatan pendukung kepariwisataan di Kelurahan Pelang

Kenidai, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang akan

mengatur tentang kelayakan pembangunan dan perbaikan sarana prasarana yang

terkait pelestarian rumah tradisional besemah. DPRD komisi II yaitu komisi yang

membawahi bidang keuangan, pertanian, pariwisata, ketahanan pangan, dan Dinas

Perdagangan dan Industri, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Prindakop), dan

lembaga adat yang akan membantu pemerintah dalam rangka memberdayakan,

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan di Kota Pagar Alam. Alat yang

digunakan adalah kamera, alat tulis dan studi dokumentasi.

3.3 Metode Pendekatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif sungguh tidak mudah untuk didefinisikan, akan tetapi dapat

dipahami dengan mengamati ciri-ciri khasnya. Salah satu ciri khas dari penelitian

kualitatif adalah makna “kebenaran” menurut peneliti kualitatif. Kebenaran

Page 51: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

33

menurut peneliti kualitatif adalah kebenaran “intersubjektif” bukan kebenaran

“objektif”. Kebenaran intersubjektif yaitu kebenaran yang telah dibangun dari

jalinan berbagai faktor bekerja bersama-sama, seperti budaya dan sifat-sifat unik

dari individu-individu manusia. Kebenaran dari penelitian yang dilakukan adalah

kebenaran berdasarkan narasumber tanpa mencampur adukkan dengan pemikiran

peneliti.

Tujuan penelitian ini yang bersifat untuk menampakkan atau membangun realitas

yang sebelumnya tidak diketahui menjadi diketahui. Peneliti kualitatif tidak

memiliki batasan jumlah dalam variabel yang akan ditelitinya, maka dari itu

peneliti kualitatif melibatkan banyak konsep atau hal-hal yang saling berkaitan

yang seringkali sulit untuk diukur. Irawan (2007) mengemukakan bahwa

penelitian kualitatif disebut Participantory-Observation karena di dalam

penelitian kualitatif peneliti itu sendiri yang menjadi instrumen utama dalam

pengumpulan data dengan cara mengobservasi langsung objek yang akan

ditelitinya.

Ciri utama dari penelitian kualitatif menurut Irawan (2007) yaitu:

a. Mengkonstruksi realitas makna sosial budaya.

b. Meneliti interaksi peristiwa dan proses.

c. Melibatkan variabel-variabel yang kompleks dan sulit diukur.

d. Memiliki keterkaitan erat dengan konteks.

e. Melibatkan peneliti secara penuh.

f. Memiliki latar belakang alamiah.

g. Menggunakan sampel yang dipilih secara sengaja.

h. Menerapkan analisis induktif.

Page 52: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

34

i. Mengutamakan “makna” di balik realitas.

j. Mengajukan pertanyaan “mengapa” (why), bukan “apa” (what).

Irawan (2007) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif memiliki proses

penelitian sebagai berikut:

a. Penelitian kualitatif berproses secara induktif (grounded), yaitu hasil yang

sebenarnya terjadi di lapangan tanpa mencampur adukkan dengan pemikiran

peneliti.

b. Penelitian kualitatif memiliki lima fase (Gambar 3).

Gambar 3. Proses penelitian.

c. Lima fase di atas tidak selalu diskrit (jelas batas-batasannya antara satu fase

dengan fase lainnya) tetapi cenderung bersifat “continuous” dan sering kali

terjadi overlapping (tumpang tindih) dan pengulangan.

Penentuan fokus

Pengembangan

kerangka teori

Penelitian

metodelogi

Analisis

temuan

Pengambilan keputusan

Page 53: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

35

d. Kesimpulan penelitian kualitatif tidak berbentuk suatu keputusan untuk

menerima atau menolak hipotesis. Kesimpulan penelitian dimana data yang

baru tidak lagi merubah profil temuan yang paling akhir.

e. Kesimpulan peneliti kualitatif bersifat kontekstual. Kesimpulan dengan

mencari kesamaan-kesamaan temuan dari penelitian-penelitian sejenis.

Penelitian kualitatif yang bertujuan utama menjelaskan fakta-fakta, makna tujuan

peneliti kualitatif adalah untuk memahami makna yang berada pada fakta-fakta

tersebut. Hipotesis merupakan dugaan (jawaban) sementara peneliti terhadap

pertanyaan penelitiannya sendiri, dalam penelitian kualitatif hipotesis ini tidak

diuji, tetapi diusulkan sebagai satu panduan dalam proses analisis data.

Narimawati (2008) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif menggunakan metode

studi kasus yaitu salah satu metode peneliti dalam ilmu-ilmu sosial, studi kasus

juga merupakan strategi yang cocok untuk penelitian yang berkenaan dengan how

dan why. Penelitian studi kasus bertujuan secara khusus untuk menjelaskan dan

memahami objek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan

dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain penelitian studi kasus

bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ objek yang diteliti,

tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ dan

‘mengapa’ objek tersebut terjadi dan terbentuk sebagai dan dapat dipandang

sebagai suatu kasus. Dalam penggunaannya, peneliti harus memusatkan perhatian

pada aspek pendesainan dan penyelenggaraannya agar lebih mampu menguasai

metode yang dipilih (Yin, 2015).

Page 54: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

36

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

a. Wawancara mendalam

Wawancara bisa dilakukan dalam format yang tidak terstruktur, semi

terstruktur, atau juga bisa dilakukan terstruktur, wawancara dapat dilakukan

dengan satu orang atau dengan kelompok orang (group interview) (Irawan,

2007). Wawancara mendalam dilaksanakan dengan narasumber dalam

penelitian dengan cara peneliti beberapa kali mengikuti kegiatan masyarakat

yang ada di Kelurahan Pelang Kenidai untuk mendapatkan fakta tentang objek

yang diteliti, hal tersebut selaras dengan pendapat Yin (2015) yang

mengemukakan bahwa peneliti harus memiliki kemampuan untuk menyadari

realitas sudut pandang “orang dalam” dalam melakukan wawancara agar

diperoleh data yang sebenarnya.

b. Pengamatan terlibat

Pengamatan terlibat juga disebut sebagai participatory observer, yaitu

kehadiran peneliti secara langsung dengan semua panca indera dalam

berhadapan dengan obyek penelitiannya. Dengan demikian pengamatan adalah

peneliti menggunakan panca indera peneliti untuk menyaksikan dengan

seksama/cermat dan kemudian menggunakan alat bantu guna untuk mencatat-

merekam peristiwa apa saja yang terjadi terkait dengan obyek sasaran

pengamatan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah mempelajari

tentang objek yang diteliti dari berbagai sumber cetak maupun non cetak guna

dapat menafsirkan gejala yang diamati pada objek tersebut. Yin (2015)

Page 55: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

37

menjelaskan bahwa penguasaan materi tersebut merupakan cara dimana objek

yang akan diteliti dapat dipahami dan dapat dikuasai oleh peneliti.

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dalam hal ini merupakan jenis pengumpulan data yang

diperoleh dari dokumen pariwisata tentang rumah tradisional, rencana tentang

pelestarian rumah tradisional. Yin (2015) menyatakan bahwa perangkat seperti

itu bisa diperoleh dari kunjungan lapangan yang telah di teliti oleh peneliti

sebelumnya. Literatur yang berisikan informasi tentang pelestarian rumah

tradisional diperlukan karena hal tersebut dapat menjadi bahan acuan, memberi

penjelasan tambahan tentang objek yang bersangkutan.

3.5 Analisis Data

Data yang telah didapat dianalisis dengan cara sebagai berikut:

a. Pengumpulan data mentah

Pengumpulan data mentah yaitu pengumpulan informasi melalui wawancara,

observasi lapangan dan kajian pustaka. Hasil dari wawancara mendalam yang

telah dilaksanakan dikumpulkan dalam dokumen dan mencatat hasil

wawancara dengan data yang apa adanya tanpa mencampurkan dengan

pemikiran peneliti.

b. Transkrip data

Proses memindahkan catatan dalam bentuk yang lebih rapi dengan cara

kembali mengulas hasil wawancara yang dilakukan dengan cara mendengarkan

kembali hasil wawancara yang telah direkam, tanpa merubah data yang telah

dikumpulkan.

Page 56: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

38

c. Pembuatan koding

Proses pembuatan koding yaitu membaca ulang data yang sudah ada di

transkrip dan memberi tanda pada bagian-bagian tertentu yang menjadi kunci

dari pertanyaan yang dilakukan. Irawan (2007) mengemukakan bahwa

pembuatan koding tersebut penting dilaksanakan karena akan menjadi acuan

untuk pertanyaan pada proses selanjutnya.

d. Kategorisasi data

Proses penyerderhanaan data dengan menggunakan beberapa kategori sesuai

dengan gagasan dan topik pembicaraan agar dapat dibedakan dan dimengerti.

Irawan (2007) juga menjelaskan bahwa pada tahap kategorisasi data yaitu

proses menyederhanakan data dengan cara mengikat konsep-konsep kunci

dalam satu besaran yang dinamakan kategori.

e. Penyimpulan sementara

Sampai proses ini peneliti dapat mengambil kesimpulan yang bersifat

sementara tanpa mencampuradukkan data yang diperoleh dengan pemikiran

peneliti.

f. Triangulasi

Kebenaran dari hasil penelitian perlu diadakan proses pengujian atau proses

check dan recheck untuk medapatkan hasil yang sebenarnya terdapat pada

objek yang diteliti, ataupun untuk mendapatkan kesamaan antar narasumber.

g. Penyimpulan akhir

Penyimpulan akhir merupakan ujung dari suatu proses penelitian. Kesimpulan

dari penelitian kualitatif berbentuk deskriptif kualitatif, yang merupakan

Page 57: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

39

kristalisasi dan konseptualisasi dari temuan dilapangan (Irawan, 2007). Proses

analisis data dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Proses analisis data.

Penyimpulan

sementara

Triangulasi Penyimpulan

akhir

Pengumpulan

data

Transkip data Pembuatan

koding

Kategorisasi

data

Page 58: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

70

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pelestarian rumah tradisional besemah dipelopori oleh keinginan masyarakat

untuk mempertahankan kebudayaan warisan yang mereka miliki. Kelangkaan

jenis kayu, perekonomian dan keterbatasan pengetahuan ikut andil dalam

keberadaan rumah tradisional yang tersisa. Faktor tersebut diiringi juga oleh

keinginan pemerintah kota yang ingin melakukan pelestarian kebudayaan yang

ada dan menjadikan rumah tradisional sebagai wadah dari unsur-unsur

kebudayaan yang terdapat di dalamnya.

Kayu yang digunakan sebagai pembuatan rumah tradisional besemah ini yaitu

kayu entenam yang memiliki nama komersil kayu mersawa (Anisoptera

marginata Korth), kayu ghimau yang memiliki nama lokal surian (Toona sureni

Merr.), dan kayu cemaghe yang yang memiliki nama perdagangan rasamala

(Altingia excelsa Noronha). Ketiga jenis kayu ini telah mengalami penurunan

jumlah dan telah dilindungi keberadaannya. Penurunan jumlah kayu ini

dikarenakan adanya pengalihfungsian lahan kehutanan menjadi lahan pertanian,

juga tidak adanya upaya pembudidayaan dan peremajaan ketiga jenis kayu ini.

Bahan baku kayu pembuatan rumah tradisional dapat digantikan dengan jenis

kayu yang memiliki kualitas yang hampir sama, bambang lanang (Magnolia

Page 59: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

71

champaca) merupakan salah satu subtitusi kayu yang dapat digunakan sebagai

bahan untuk memperbaiki rumah tradisional.

Pemerintah dalam hal pelestarian rumah tradisional sedang menyusun sebuah

kebijakan yang mempunyai program jangka pendek untuk mengembangkan dan

melestarikan kebudayaan yang ada, jangka menengah menjadikan rumah

tradisional yang dimiliki menjadi homestay dan program jangka panjangnya

menjadikan Kelurahan Pelang Kenidai menjadi desa wisata. Perwujudan desa

wisata yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Pagar Alam akan melibatkan

masyarakat dalam pengelolaannya. Desa wisata diharapkan akan menjadi salah

satu alternatif yang dapat menunjang perekonomian masyarakat, pemasukan

daerah dan bahkan pemasukan negara.

5.2 Saran

Dalam upaya pelestarian kebudayaan yang menjunjung pelestarian rumah

tradisional diperlukan beberapa pihak yang harus bekerja sama dengan baik dalam

pelaksanaannya. Pemerintah memiliki peran yang sangat besar guna merubah

pola pikir masyarakat dan kembali menimbulkan rasa cinta akan kebudayaan yang

dimiliki. Peraturan yang mengatur dan badan hukum yang melindungi cagar

budaya akan menjadi faktor dalam kelestarian kebudayaan yang dimiliki, maka

dari itu pemerintah harus segera membuat kebijakan dalam upaya melestarikan

keberadaan rumah tradisional dan unsur-unsur kebudayaan. Pemerintah harus

segera membuat anggaran guna memperbaiki rumah tradisional dan untuk proses

perawatan rumah tradisional. Keberadaan rumah tradisional yang semakin sedikit

Page 60: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

72

juga dikarenakan keberadaan jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku

pembuatan rumah tersebut, pemerintah harus segera melakukan peremajaan hutan

dan membudidayakan jenis kayu yang digunakan atau memberikan inovasi jenis

kayu lainnya sebagai pengganti dari kayu tersebut. Memberikan pendampingan

kepada masyarakat juga menjadi solusi agar mereka paham akan dampak dari

kelestarian budaya yang dimiliki.

Page 61: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

73

DAFTAR PUSTAKA

Page 62: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

74

DAFTAR PUSTAKA

Ahmet, S. M. 2012. Natural ventilation of indoor air temperature:

a case study of the traditional malay house in penang. American Journal of

Engineering and Applied Sciences. 3(3): 521-528.

A’inun, F., Krisnani, H. dan Darwis, R. 2015. Pengembangan desa wisata melalui

konsep community based tourism. Prosiding Riset dan PKM. 2(3): 301-444.

Alus, C. 2014. Peran lembaga adat dalam pelestarian kearifan lokal suku sahu di

desa balisoan kecamatan sahu kabupaten halmahera barat. Jurnal Acta

Diura. 3(4): 56-78.

Andriyani, A. G. I., Martono, E. dan Muhammad. R. 2017. Pemberdayaan

masyarakat melalui pengembangan desa wisata dan impikasinya terhadap

ketahanan sosial budaya wilayah (studi di desa wisata panglipura bali).

Jurnal Ketahanan Nasional. 23(1): 1-16.

Arifin, R. 2010. Perubahan identitas rumah tradisional kaili di kota palu. Jurnal

Ruang. 2(1): 24-30.

Arifin, Z. 2010. Evaluasi dalam Pembelajaran. Buku. Rineka Cipta. Bandung.

64 hlm.

Arios, R. L. 2014. Permukiman tradisional orang besemah di kota pagar alam.

Jurnal Budaya. 19(2): 183-198.

Bellal, T. 2014. Gender dan zones of users in traditional berber m’zab. Houses

International Journal of Humanities and Social Science. 3(19): 23-41.

Bertot, J. C., Jaeger, P. T. dan Grimes, J. M. 2010. Using icts to create a culture

of transparency: e government and social media as openness and anti-

corruption tools for societies. Journal Government Information Quarterly.

27(3): 264–271.

Bond, M. H. 2008. Culture-level dimensions of social axioms and their correlates

across 41 cultures. Journal of cross-cultural psychology. 35(5): 548-570.

Brata, L. D. 2016. Representasi identitas kultural dalam simbol-simbol pada batik

tradisional dan kontemporer. Jurnal Flora. 1(2): 30-46.

Page 63: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

75

Febryano, I. G. 2008. Analisis finansial agroforestri kakao di lahan hutan negara

dan lahan milik. Jurnal Perennial. 4(1): 41-47.

Febryano, I. G., Suharjito, D. dan Soedomo, S. 2009. Pengambilan keputusan

pemilihan jenis tanaman dan pola tanam di lahan hutan negara dan lahan

milik: studi kasus di desa sungkai langka, kecamatan gedong tataan,

kabupaten pesawaran, provinsi lampung. Forum Pascasarjana. 32(2): 129-

141.

Hermansyah, W. 2016. Termonologi rumah adat dalam loka sumbawa: sebuah

tinjauan antropolingusitik. Jurnal Ilmu Bahasa. 2(2): 23-31.

Hermawan. 2014. Karakteristik rumah tinggal tradisional di derah pegunungan

jawa tengah. Jurnal PPKM UNSIQ. 2(3): 212-219.

Hermawan, I. 2014. Bangunan tradisional kampung naga: bentuk kearifan

warisan leluhur masyarakat sunda. Jurnal Sosio Didaktika. 1(2): 43-59.

Hidayat, W., Sya’bani, M. I., Purwawangsa, H., Iswanto, A. H. dan Febrianto, F.

2011. Effect of wood species and layer structure on physical and

mechanical properties of strand board. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu

Tropis. 9(2): 134:140.

Ilham, A. N. dan Sofyan, A. 2012. Tipologi bangunan rumah tinggal adat sunda

di kampung naga jawa barat. JurnalTesa Arsitektur. 10(1): 14-60.

Inglehart, R. dan Barke, W. E. 2010. Modernization, cultural, change, and the

persistence of traditional values. Jurnal American Socilogical. 65(1): 19-

25.

Irawan, H.B., Manurung, T. F. dan Hernawatiningsih, R. 2015.

Kenaekaragaman jenis meranti (shorea spp) pada kawasan hutan lindung

gunung ambarawang kabupaten kubu raya propinsi kalimantan barat. Jurnal

Ilmu Lingkungan. 3 (3): 246-268.

Irawan, P. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Buku. Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia. Jakarta. 236 hlm.

Lukmandaru, G., Fatimah, S. dan Fernandes A. 2015. Sifat stuktur kayu dan sifat

kimia kayu mersawa. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa. 1(2): 69-

80.

Jaya, P. H. I. 2012. Dinamika pola pikir orang jawa di tengah arus modernisasi.

Jurnal Humaniora. 24(2): 133-140.

Page 64: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

76

Ju, S. R., Kim, D. Y. dan Santosa, R. B. 2018. Dualism in the javanese house and

transformation with focus on the houses of kotagede, yogyakarta. Jurnal of

Asian Architecture and Building Engineering. 17(1): 36-61.

Juhana. 2010. Arsitektur dalam Kehidupan Masyarakat. Buku. Bendera.

Semarang. 45 hlm.

Junaedi, A. dan Frianto, D. 2012. Kualitas bibit merawan (hopea sangal) asal

koffco system pada berbagai umur. Jurnal Penelitian Hutan dan

Konservasi Alam. 9(3): 265-274.

Juwita, R., Kalsum, S. A., Awaludin, A. A. dan Sahmad, F. A. 2017. Stuctural

test of traditional arfak house in papua. Jurnal Engineering. 17(4): 15-54.

Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi Cetakan Kesepuluh. Buku.

PT. Rineka Cipta. Jakarta. 308 hlm.

Kusumandar, A. 2011. Pemeliharaan dan pelastarian pengetahuan tradisional dan

ekspesi budaya tradisional Indonesia : perlindungan hak kekayaan

intelektual dan non-hak kekayaan intelektual. Jurnal Hukum. 1(18): 20-41.

Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir, K. dan Prawira, S. A. 2005a. Atlas Kayu

Indonesia Jilid 1. Buku. CV Media Aksara. Bogor. 171 hlm.

Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir, K. dan Prawira, S. A. 2005b. Atlas Kayu

Indonesia Jilid 2. Buku. CV Media Aksara. Bogor. 165 hlm.

Martin, E. dan Galle, F. B. 2009. Motivasi dan karakteristik sosial ekonomi rumah

tangga penanam penghasil kayu pertukangan. Jurnal Penelitian Sosial dan

Ekonomi Kehutanan. 6(2): 117-134.

Martin, E. dan Premono, B.T. 2010. Hutan tanaman pertukangan adalah

portofolio: pelajaran dari keswadayaan perluasan bambang lanang di

masyarakat. Jurnal Sosial. 5(3): 179-189.

Mora, L. 2014. Pelestarian kebudayaan melalui pendidikan. Jurnal Sosial

Budaya. 6(1): 21-43.

Mukhtar, M. A., Pangarsa, G. W. dan Wulandari, L. D. 2013. Stuktur kontruksi

arsitektur tradisional bangunan tradisional keda suku ende lio di

permukiman adat wolotalo. Jurnal Ruas. 11(1): 16-37.

Mukono, H. J. 2009. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Buku. Airlangga

University. Surabaya. 220 hlm.

Page 65: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

77

Munawaroh, A., Siti. Rachmat, A. G. dan Satrio, A. P. 2017. Penerapan konsep

flexible dan green architecture pada rumah typical di lampung. Jurnal

Arsitektur Narals. 16(2): 101-112.

Narimawati, U. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantifatif : Teori dan

Aplikatif. Buku. Agung Media. Bandung. 188 hlm.

Nurhafni. 2017. Eksistensi rumah tradisional “uma lengge” sebagai destinasi

wisata budaya di nusa tenggara. Jurnal Ilmu Komunikasi. 12(7): 75-85.

Parwata, I. W. 2011. Rumah tradisioanal bali dari aspek budaya dan

antropometri. Jurnal Seni Budaya. 26(1): 95-106.

Phebriyanti, S. 2015. Kayu kelapa sebagai bahan baku alternatif untuk mebel di

area publik rumah tinggal. Jurnal Intra. 3(1): 53-56.

Pujiono, S. 2017. Pengaruh perbedaan media tanam terhadap perkembangan

perkarangan dan keberhasilan stek pucuk manglid (magnolia champaca var

pubinervia (blume) figlar & noot.). Jurnal Pendidikan Biologi dan Saintek.

20(7): 34-50.

Putra, I. 2015. Pola Ragam Hias Ghumah Baghi di Desa Gunung Agung Pauh

Kecamatan Dempo Utara Kota Pagar Alam. Skripsi. Universitas Islam

Negeri Raden Fatah. Palembang. 75 hlm.

Racman, M. 2012. Konservasi Nilai dan Warisan Budaya. Indonesian Journal of

Conservasion. 1(1): 30-39.

Rinaldi, Z., Purwantiasning, A. W. dan Nur’aini R. D. 2015. Analisis kontruksi

tahan gempa rumah tradisional suku besemah pagar alam sumatera selatan.

Prosiding Sains dan Teknologi. 24(4): 60-84.

Rumiawati, A. dan Prasetyo, Y. H. 2013. Identifikasi tipologi arsitektur rumah

tradisional melayu di kabupaten lengkat dan perubahannya. Jurnal

Permukiman. 8(2): 78-88.

Sabrina, R., Antariksa. dan Prayitno, G. 2010. Pelestarian pola permukiman

tradisional suku sasak dusun limbungan kabupaten lombok timur. Jurnal

Tata Kota dan Daerah. 1(2): 81-97.

Sam, W. 2012. Arsitektur tradisional kenali salah satu kearifan lokal kajang.

Jurnal Rekayasa. 15(1): 41-67.

Sangeeta, B., Sharma. dan Kanungo, V. K. 2013. Traditional home gardens: a

preserve of medicinal plants. Flora Journal. 1(2): 94-102.

Sari, F. M. dan Mutiara, D. 2014. Perbandingan rumah tinggal tradisional jawa

dan rumah tinggal modern di surakarta. Jurnal Sinetika. 14(2): 37-61.

Page 66: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

78

Sari, S. R., Harani, A. R. dan Werdiningsih, H. 2017. Pelestarian dan

pengembangan kawasan kota lama sebagai landasan budaya kota semarang.

Jurnal kebudayaan. 17(1): 53-77.

Sedyawati, G. 2008. Perubahan Kebudayaan dan Masyarakat dalam

Pembangunan. Buku. IKIP Semarang Press. Semarang. 235 hlm.

Serlly, G. 2011. Konsep arsitektur tradisional sunda masa lalu dan masa kini.

Jurnal ComTech. 5(1): 55-71.

Setiadi, R. dan Elly, M. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Buku. Kencana

Perdana Media Group. Bandung. 56 hlm.

Suharjanto, G. 2014. Konsep arsitektur tradisional sunda masa lalu dan masa

kini. Jurnal ComTech. 5(1): 505-521.

Thomas, W. dan Ganiron, J. 2014. Investigation on the physical properties and

use of lumampao bamboo species as wood construction material.

International Journal of Advanced Science and Technology. 20(11): 49-62.

Tumanggor, O. 2008. Arsitektur rumah tradisional jawa masa lalu. Journal Millî

Folklor. 19(75): 56-78.

Usop, T. B. 2014. Pelestarian arsitektur tradisional dayak pada pengenalan

ragam bentuk konstruksi dan teknologi tradisional dayak di kalimantan

tengah. Jurnal Perspektif Arsitektur. 9 (2): 23-45.

Utama, I. G. B. R. 2016. Keunikan budaya dan keindahan alam sebagai citra

destinasi bali menurut wisatawanan australia lanjut usia. Jurnal Kajian

Bali. 6(1): 49-72.

Yin, R. K. 2015. Studi Kasus: Desain dan Metode. Buku. Rajawali Pers. Jakarta.

238 hlm.

Widharno, U. P. 2011. Fenomena pemilihan bahan baku bangunan pada hunian

di surabaya dan permukiman di kali jode. Jurnal Arsitektur Komposisi.

9(1): 93-105.

Widyastuti, A. R. 2010. Pengembangan pariwisata yang berorientasi pada

pelestarian fungsi lingkungan. Jurnal Ekosains. 2(3): 39-45.

Wulandari, C. 2009. Identifikasi pola agroforestri yang diimplementasikan

masyarakat pada lahan marjinal di lampung utara. Jurnal Ilmu Pertanian

Indonesia. 14(3): 158-162.

Page 67: PELESTARIAN RUMAH TRADISIONAL BERBAHAN BAKU KAYU …digilib.unila.ac.id/58015/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 4.2.Jenis Kayu yang digunakan Sebagai Bahan Baku Rumah..... Tradisional

79

Zain, Z. 2014. Strategi perlindungan terhadap arsitektur tradisional untuk

menjadi bagian pelestarian cagar budaya dunia. Jurnal Arsitektur Nalars.

13(1): 39-50.

Zakaria, F. dan Suprihardjo, R. 2014. Konsep pembangunan kawasan desa

wisata di desa bandungan kecamatan pakong kabupaten pemekasan.

Jurnal Teknik Pomits. 3 (2): 37-52.