pemanfaatan ekstrak kelopak bunga rosella (hibiscus
TRANSCRIPT
Pemanfaatan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai Pewarna dan Antioksidan Alami dalam Formulasi Lipstik dan
Sediaan Oles Bibir
Riska Amalia Putri Hutami, Joshita Djajadisastra, dan Abdul Mun’im
Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki senyawa penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella, yaitu antosianin yang berperan sebagai antioksidan. Antosianin membentuk warna merah yang menarik yang dapat digunakan sebagai pewarna alami. Senyawa ini diformulasikan pada lipstik dan sediaan oles bibir sebagai pewarna dan antioksidan alami. Sediaan ini menggunakan kelopak bunga rosella yang dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan diuapkan hingga terbentuk ekstrak kental. Di sisi lain, digunakan juga serbuk ekstrak sebagai acuan. Ekstrak kelopak bunga rosella tidak dapat memberikan warna pada formulasi lipstik, namun dapat memberikan warna pada sediaan oles bibir. Sediaan oles bibir menggunakan ekstrak kental (F3) dan sediaan oles bibir menggunakan serbuk ekstrak (F4) tidak menyebabkan iritasi pada uji iritasi terhadap 10 responden. Berdasarkan uji kesukaan terhadap 30 responden, tidak terdapat perbedaan homogenitas, aroma, dan daya oles, namun terdapat perbedaan intesitas warna antara sediaan F3 dan sediaan F4 dengan warna yang dihasilkan oleh sediaan F4 lebih kuat dan lebih disukai dibandingkan sediaan F3. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak kelopak bunga rosella dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) diperoleh IC50 sebesar 130,11 ± 2,08 µg/ml, sehingga ekstrak kelopak bunga rosella dapat digunakan juga sebagai antioksidan.
Utilization of Roselle Calyx Extract (Hibiscus sabdariffa L.) as Natural Dyes and Antioxidants in Formulation of Lipstick and Lip Cream
Abstract
Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) has an essential compound in the roselle calyx, it is anthocyanin that can be used as an antioxidants. The anthocyanin formed an interesting red color that can be used as natural dyes. These compounds were formulated into lipstick and lip cream which applied using a lip brush as natural dyes and antioxidants. It used roselle calyx has been macerated using 96% ethanol and evaporated until it becomes a viscous extract. On the other hand, it also used a powder extract as a reference. Roselle calyx extract couldn’t maintain the color of lipstick, but it could maintain the color of lip cream. Lip cream using viscous extract (F3) and lip cream using powder extract (F4) do not caused an irritation by the irritation test of 10 respondents. Based on the hedonic test of 30 respondents, there are no differences in homogeneity, odor and spreadability, but there is a difference in color intensity between formula F3 and formula F4 with the color of formula F4 which is more intense and preferred than formula F3. The antioxidant activity of roselle calyx extract by DPPH method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) method gave an IC50 of 130.11 ± 2.08 µg/ml, that means it also can be used as an antioxidant. Keywords : anthocyanin; antioxidant; lip cream; lipstick; natural dyes; Hibiscus sabdariffa L.; roselle Pendahuluan Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir
dengan sentuhan artistik, sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah.
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Sediaan pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan krim.
Pewarna bibir modern yang disukai adalah jenis sediaan pewarna bibir yang jika dioleskan
akan memberikan lapisan yang berwana (Ditjen POM, 1985). Ada beberapa macam kosmetik
rias bibir, yaitu lipstik, krim bibir, pengkilap bibir, dan lip sealers (Wasitaatmadja, 1997).
Dewasa ini, pewarna bibir atau yang dikenal dengan lipstik termasuk produk kosmetik wajah
sebagai simbol kecantikan dan sensualitas wanita (Draelos, 2010).
Peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetik dekoratif (Tranggono
& Latifah, 2007). Saat ini, banyak lipstik yang menggunakan pewarna sintetis yang berbahaya
bagi kesehatan, seperti rhodamin B. Pemerintah Indonesia melalui Permenkes
No.239/Menkes/Per/V/1985 menetapkan 30 lebih zat pewarna berbahaya, salah satunya
adalah rhodamin B yang dikategorikan tidak aman (Mamoto et al., 2013). Pada umumnya
bibir memililki warna merah yang disebabkan warna darah yang mengalir di dalam pembuluh
di lapisan bawah kulit bibir (Wibowo, 2005). Bibir juga merupakan organ tubuh yang sering
terpapar oleh polusi yang tidak disadari dapat membuat warna bibir menjadi memucat atau
menghitam, sehingga dibutuhkan antioksidan di dalam sediaan pewarna bibir.
Banyak pengguna kosmetik yang menginginkan produk dari bahan alam untuk
mengurangi efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh bahan sintetis (Gupta, Ajay, Kr.).
Membuat kosmetik sendiri dengan bahan alam adalah solusi untuk menghindari bahaya
tersebut. Banyak keuntungan menggunakan bahan alam untuk kosmetik, bahan ini
digolongkan FDA sebagai “food grade”. Bahan kimia sintetis dalam pembuatannya juga
dapat mengandung kontaminan yang bersifat toksik walaupun dalam jumlah sedikit
(Djajadisastra, 2009).
Di Indonesia terdapat banyak tanaman yang memiliki khasiat sebagai pewarna alami,
salah satunya adalah rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang memiliki senyawa antosianin yang
terletak pada kelopak bunganya. Antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang memberikan
warna merah dan berperan sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah kerusakan sel akibat
paparan sinar Ultra Violet berlebih (Kustyawati, 2008). Seiring berkembangnya zaman,
rosella sering digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman, sehingga tergolong
aman.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Safitri pada tahun 2010,
rosella digunakan sebagai pewarna dalam formulasi sediaan lipstik dengan konsentrasi 2%,
4%, 6%, 8%, dan 10%. Hasil yang diperoleh adalah sediaan lipstik dengan konsentrasi 10%
yang memberikan warna dengan baik ketika dilakukan hanya dengan satu kali pengolesan,
sehingga pada penelitian ini akan dilakukan formulasi lipstik dan sediaan oles bibir
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
menggunakan pewarna dan antioksidan alami dari ekstrak kelopak bunga rosella dengan
perbedaan konsentrasi dan jenis bahan yang digunakan, serta dilakukan juga uji aktivitas
antioksidan terhadap ekstrak kelopak bunga rosella dengan metode DPPH (2,2-Difenil-1-
pikrilhidrazil).
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi lipstik dan sediaan oles bibir dengan
menggunakan ekstrak kental kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan serbuk
ekstrak kelopak bunga rosella sebagai pewarna dan antioksidan alami, kemudian melakukan
uji aktivitas antioksidan ekstrak kelopak bunga rosella dengan metode peredaman DPPH (2,2-
Difenil-1-pikrilhidrazil) pada λ maksimum DPPH tersebut.
Tinjauan Teoritis
Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah pigmen
antosianin yang berperan sebagai antioksidan. Pigmen antosianin ini membentuk warna
merah yang menarik di kelopak bunga rosella. (Mardiah et al., 2009). Sejak awal tahun 1970,
rosella mendapat banyak perhatian karena berpotensi sebagai sumber pewarna makanan
alami, farmasi, dan kosmetik (Chumsri et al., 2008). Semakin pekat warna merah, rasanya
semakin asam dengan khasiat yang juga semakin besar. Kelopak bunga rosella mengandung
antioksidan yang dapat menghambat terakumulasinya radikal bebas dan dapat mencegah
penuaan dini (Mardiah et al., 2009).
Antosianin termasuk golongan senyawa flavonoid, merupakan kelompok terbesar
pigmen alami pada tumbuhan yang larut dalam air yang memberikan warna. Antosianin
merupakan pewarna yang penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang
berwarna kuat ini adalah penyebab hampir semua warna merah, ungu, dan biru (Harbone,
1996). Antosianin secara umum memiliki stabilitas yang rendah, pH mempengaruhi
stabilitasnya dimana dalam suasana asam akan berwarna merah dan dalam suasana basa akan
berwarna biru. Zat warna ini tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat.
Ciri khas kosmetik dekoratif bertujuan semata-mata untuk mengubah penampilan,
yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik
dekoratif tidak perlu menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak
merusak kulit. Persyaratan kosmetik dekoratif ialah warna yang menarik, bau harum yang
menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak berkilau, dan tidak merusak
atau mengganggu kulit (Tranggono & Latifah, 2007).
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peran sangat besar. Zat warna
untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok, di antaranya zat warna alam yang
larut, yang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Dampak zat warna alam lebih baik daripada
zat warna sintetis, tetapi kekuatannya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal.
Lipstik adalah make-up bibir yang anatomis dan fisiologinya agak berbeda dari kulit bagian
badan lainnya (Tranggono & Latifah, 2007).
Persyaratan lipstik, yaitu melapisi bibir secara mencukupi, dapat bertahan di bibir
selama mungkin, cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket, tidak mengiritasi atau
menimbulkan alergi pada bibir, melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya, memberikan
warna yang merata pada bibir, penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuk,
tidak meneteskan minyak, permukaan mulus, tidak berbintik, atau memperlihatkan hal lain
yang tidak menarik (Tranggono & Latifah, 2007). Kosmetik rias bibir disertai juga dengan
bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang merusak, misalnya sinar
ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetik rias bibir, yaitu lipstik, krim bibir, pengkilap bibir,
dan lip sealers (Wasitaatmadja, 1997).
Bahan-bahan utama dalam lipstik adalah : lilin, contohnya carnauba wax, paraffin
wax, ozokerit, beeswax, candelilla wax, dan semuanya berperan pada kekerasan lipstik; fase
minyak dipilih terutama berdasar kemampuannya melarutkan zat-zat warna, contohnya castor
oil, acid alkylolamides, isopropil miristat, paraffin oil; lemak, contohnya krim kakao, setil
alkohol, lanolin; Acetoglycerides untuk memperbaiki sifat tiksotropik lipstik sehingga
meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik konstan; zat pewarna yang dipakai secara
universal dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat
warna sediaan lipstik, yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya dalam minyak. Pelarut
terbaik untuk eosin adalah castor oil; surfaktan yang terkadang ditambahkan untuk
memudahkan pembasahan dan dispersi partikel pigmen warna yang padat; antioksidan,
seperti BHT; pengawet; dan pewangi atau flavoring yang harus menutupi bau dan rasa kurang
sedap dari lemak (Tranggono & Latifah, 2007).
Metode Penelitian Bahan
Ekstrak kental kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.), serbuk ekstrak kelopak
bunga rosella, Castor oil, Olive oil, Carnauba wax, Candelila wax, Beeswax, Vaselin album,
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Gliserin, Dimetikon, Butil hidroksi toluen, Propil paraben, Frambozen essence, DPPH, etanol,
vitamin C, KCl, HCl, CH3CO2Na.3H2O, metanol, dan NaCl.
Metode
Penyiapan Simplisia Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Simplisia diperoleh dari Bumi Herbal Dago, Dago Pakar, Bandung, dalam bentuk yang
telah dikeringkan dan dideterminasi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi
Bandung.
Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Kelopak bunga rosella dijadikan serbuk dan ditimbang sebanyak 1018 g yang kemudian
dimasukkan dalam bejana gelap, setelah itu diesktraksi dengan cara maserasi menggunakan
etanol 96% sebanyak 2036 ml, dibiarkan terlindung dari cahaya sambil dikocok, penggocokan
dilakukan selama 6 jam dan didiamkan selama 18 jam, kemudian disaring. Setelah itu, ekstrak
dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator pada suhu ± 40º C hingga diperoleh esktrak
kental. Sedangkan, serbuk ekstrak yang digunakan sebagai acuan diperoleh dari Cina.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Penentuan λ maksimum ekstrak etanol kelopak bunga rosella dilakukan dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Dipipet 1,0 mL ekstrak cair dilarutkan dalam metanol hingga batas
10,0 mL, kemudian dihitung absorbansi pada λ 400 - 800 nm.
Penetapan Kadar Antosianin Total
Metode yang digunakan adalah metode perbedaan pH, yaitu dengan pH 1,0 dan 4,5,
kemudian diukur absorbansinya pada λ 520 nm dan 700 nm (Lee et al., 2005).
Pembuatan Larutan pH 1,0 (KCl 0,025 M)
Ditimbang 186,4 mg KCl dilarutkan dengan aquadest 98 mL dalam beaker. Cek dan
adjust pH hingga 1,0 (±0,05) dengan HCl, diencerkan dengan aquadest hingga batas labu ukur
100,0 mL (Lee et al., 2005).
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Pembuatan Larutan pH 4,5 (Natrium asetat 0,4 M)
Ditimbang 5443 g CH3CO2Na.3H2O dilarutkan dengan aquadest 96 mL dalam beaker.
Cek dan adjust pH hingga 4,5 (±0,05) dengan HCl, diencerkan dengan aquadest hingga batas
labu ukur 100,0 mL (Lee et al., 2005).
Pengukuran dan Perhitungan Kadar Antosianin Total Ekstrak Kelopak Bunga Rosella dengan
Spektrofotometri UV-Vis
Pengukuran kadar total antosianin ekstrak kelopak bunga rosella diambil dari sampel
larutan hasil ekstraksi dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada
rentang λ 520-700 nm (Mun’im, Hanani & Mandasari, 2008). Disiapkan dua sampel larutan,
larutan pertama adalah larutan untuk pH 1,0 dan larutan kedua untuk pH 4,5. Diambil masing-
masing 1 mL ekstrak kelopak bunga rosella dan diencerkan menggunakan larutan pH masing-
masing hingga volume 5 mL. Sampel hasil pengenceran masing-masing dilakukan
pengukuran absorbansi. Untuk menentukan nilai absorbansinya menggunakan rumus berikut :
! = !!!"# !" − !!!"" !" !"#,!− !!!"# !" − !!!"" !" !"#,! (1)
Untuk menentukan kandungan total antosianin dengan menggunakan rumus berikut :
!"#$"%&'$" !"#$%&'"&" !" ! = ! ! !" ! !" ! !"!
! ! ! (2)
dimana, A adalah Absorbansi total antosianin; ε adalah Absortivitas molar Sianidin-3-
glukosida (26900 L/mol.cm); l adalah lebar kuvet (1 cm); MW adalah berat molekul Sianidin-
3-glukosida (449,2 g/mol); dan DF adalah faktor pengenceran (Lee et al., 2005).
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella Terhadap DPPH (2,2-Difenil-1-
pikril hidrazil)
Optimasi Panjang Gelombang Maksimum DPPH
Larutan DPPH yang akan digunakan dibuat dengan cara ditimbang 5,0 mg serbuk
DPPH kemudian dilarutkan dengan metanol dalam labu ukur 50,0 mL dan dicukupkan hingga
tanda batas sehingga diperoleh larutan DPPH 100 ppm. Larutan ini ditentukan spektrum
serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 400-800 nm dan ditentukan λ
optimumnya (Prakash, A. et al., 2001).
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Penyiapan Larutan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Untuk uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kelopak bunga rosella ditimbang
sebanyak 50,5 mg dilarutkan dengan metanol dicukupkan hingga batas 50,0 mL untuk
membuat konsentrasi induk sebesar 1010 ppm. Disiapkan enam buah labu ukur 10,0 mL.
Kemudian larutan sampel dipipet sejumlah 0,50; 1,0; 1,50; 2,0; 2,50; dan 3,0 mL dan
ditambahkan metanol hingga tanda batas pada labu ukur 10,0 mL, sehingga diperoleh larutan
sampel dengan beberapa konsentrasi yaitu 50, 100, 150, 200, 250, dan 300 ppm.
Pembuatan Kontrol Positif Vitamin C
Vitamin C ditimbang sebanyak 50,0 mg dilarutkan dengan metanol dicukupkan
hingga batas labu ukur 50,0 mL untuk membuat konsentrasi larutan induk sebesar 1000 ppm,
selanjutnya dipipet 10,0 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL sehingga diperoleh
konsentrasi 100 ppm. Kemudian dipipet dengan pipet volume sebanyak 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0
dan 6,0 mL dalam labu ukur 100,0 mLsehingga diperoleh konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 ppm.
Pembuatan Larutan DPPH
Sejumlah 5,0 mg DPPH ditimbang dan dilarutkan dalam labu ukur 50,0 mL dengan
metanol dan dicukupkan volumenya hingga batas, sehingga diperoleh larutan DPPH 100 ppm,
labu ukur ditutup dengan alumunim foil agar terlindung dari cahaya. Untuk setiap pengujian,
larutan DPPH harus dibuat baru.
Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Larutan uji dibuat dengan cara 2,0 mL dari masing-masing konsentrasi ditambahkan
1,0 mL larutan DPPH dengan konsentrasi 100 ppm dan 1,0 mL metanol. Campuran dikocok
selama 20 detik, kemudian larutan uji diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit. Vitamin C
digunakan sebagai kontrol positif. Uji antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan
pengukuran serapan menggunakan spektrofotometer UV- Vis. Absorbansi larutan uji diukur
pada λ maksimum 517 nm. Dari data absorbansi kemudian dihitung persentase peredaman
ekstrak kelopak bunga rosella terhadap radikal bebas DPPH dengan rumus berikut :
!"#$"%&'$" !"#"$%&%' = !"#$%$& !"#$%"&!!"#$%$& !"#$%&!"#$%$& !"#$%"&
×!""% (3)
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Pengujian Aktivitas Antioksidan Kontrol Positif Vitamin C
Larutan uji dibuat dengan cara 2,0 mL dari masing-masing konsentrasi ditambahkan
1,0 mL larutan DPPH dengan konsentrasi 100 ppm dan 1,0 mL metanol, dilakukan dengan
cara yang sama seperti uji aktivitas ekstrak kelopak bunga. Absorbansi larutan uji diukur pada
λ maksimum 517 nm. Dari data absorbansi yang didapat kemudian dihitung persentase
peredaman vitamin C terhadap radikal bebas DPPH dengan persamaan 3.
Formulasi Sediaan Pewarna Bibir Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Pada penelitian ini, dibuat 4 variasi formula dalam bentuk sediaan lipstik dan krim
bibir pewarna bibir dari bentuk ekstrak yang berbeda. Tabel 1. Formulasi pembuatan sediaan lipstik
Nama Bahan F1 (b/b%)
F2 (b/b%) Fungsi
Ekstrak kental Serbuk ekstrak
12 -
- 8 Zat warna alami
Vaselin album 20 20 Stiffening agent Candelilla wax 8 8 Stiffening agent
Bees wax 10 10 Stiffening agent Carnauba wax 4 4 Stiffening agent
Castor oil 19 19 Emollient Olive oil 19 19 Emollient Gliserin 7 11 Pelarut
Propil Paraben 0,6 0,6 Pengawet BHT 0,1 0,1 Antioksidan
Frambozen Essence 0.3 0.3 Pewangi Total 100 100
Pada formulasi 1 dan 2 dibuat sediaan dalam bentuk lipstik. Seluruh bahan ditimbang
sesuai dengan yang tertera pada tabel. Dicampurkan BHT ke dalam fase minyak di cawan
penguap (campuran A), lalu dicampurkan ekstrak dan gliserin yang telah ditambahkan propil
paraben dan dicampurkan dalam campuran A (campuran B). Selanjutnya, pada cawan
penguap terpisah, fase wax dicampur dan dilelehkan di atas hotplate sambil diaduk hingga
meleleh. Setelah itu, campuran tersebut ditambahkan ke dalam campuran B dan diaduk
hingga homogen (campuran C). Selagi pengadukan, ditambahkan frambozen essence. Selagi
cair, dimasukkan campuran tersebut ke dalam alat pencetak lipstik telah diberikan pelumas
paraffin liquid. Kemudian, dibiarkan hingga mengeras dan dimasukkan ke dalam kulkas.
Setelah membeku, massa dikeluarkan dari alat pencetak dan dimasukkan dalam wadah lipstik.
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Kemudian, lipstik diflambir terlebih dahulu dengan cara dilewatkan di atas nyala api untuk
memperhalus permukaan dan mendapatkan efek mengkilap. Tabel 2. Formulasi pembuatan sediaan oles bibir
Nama Bahan F3 (b/b%)
F4 (b/b%) Fungsi
Ekstrak kental Serbuk ekstrak
12 -
- 8 Zat warna alami
Dimetikon 18 18 Emollient Vaselin album 20 20 Stiffening agent Candelilla wax 4 4 Stiffening agent
Castor oil 20 20 Emollient Olive oil 20 20 Emollient Gliserin 5 9 Pelarut
Propil paraben 0,6 0,6 Pengawet BHT 0,1 0,1 Antioksidan
Frambozen Essence 0,3 0,3 Pewangi Total 100 100
Pada formulasi 3 dan 4 dibuat sediaan dalam bentuk sediaan oles. Seluruh bahan
ditimbang sesuai dengan jumlah masing-masing yang tertera pada formulasi. Dicampurkan
fase wax di dalam beaker dan dipanaskan di atas hotplate hingga meleleh (Beaker A).
Kemudian dicampurkan propil paraben dan gliserin dalam beaker terpisah dan dipanaskan di
atas hotplate hingga larut. Setelah tercampur, dimasukkan campuran tersebut ke dalam
sejumlah ekstrak yang telah ditimbang di dalam beaker, diaduk hingga ekstrak larut sempurna
(Beaker B). Kemudian castor oil, olive oil, dan BHT dimasukkan ke dalam beaker terpisah,
diaduk hingga homogen dan dicampurkan ke dalam campuran ekstrak (Beaker C) dan diaduk
hingga ekstrak tercampur dalam fase minyak. Kemudian dituangkan fase wax yang telah leleh
ke dalam ekstrak sambil dilakukan pengadukan secara terus menerus. Setelah tercampur,
diamkan sediaan hingga mengeras, kemudian dikocok menggunakan homogenizer, sehingga
sediaan terbentuk seperti krim. Sambil dikocok, ditambahkan frambozen essence hingga
homogen. Sediaan dipindahkan dalam wadah dan dioleskan menggunakan kuas.
Evaluasi Karakteristik Sediaan Pewarna Bibir Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Uji Penampilan Fisik Sediaan
Uji penampilan fisik sediaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik, yaitu
estetika, meliputi bentuk, warna, dan aroma ketika setelah pembuatan.
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Uji pH
Sediaan oles bibir dilelehkan di atas penangas air hingga leleh.. Selanjutnya dilakukan
pengukuran pH menggunakan pHmeter.
Uji Daya Oles
Uji ini dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit punggung
tangan kemudian diamati warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada
tekanan tertentu seperti biasa menggunakan sediaan pewarna bibir. Sediaan dikatakan
memiliki daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit banyak dan merata
dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan
pewarna bibir pada kaca objek dan dilakukan dengan cara memotong sediaan pewarna bibir
secara membujur (Rahim, 2011). Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan
tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM, 1979).
Uji Stabilitas Fisik Sediaan
Pengamatan terhadap adanya bentuk, warna, dan aroma dari sediaan pewarna bibir
dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar (±25ºC)
yang dilakukan pada hari ke 1, 5. 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 45. (Djajadisastra, 2003;
Mishra et al., 2010; Vishwakarma et al., 2011, dan Avinash et al., 2011).
Uji Pemudaran Warna oleh Sinar Matahari
Pengamatan terhadap adanya perubahan warna dari sediaan pewarna bibir dilakukan
dengan meletakkan sediaan di bawah sinar matahari pada pukul 09.00-14.00 selama
penyimpanan pada hari ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, dan 45. Kemudian perubahan warna
dibandingkan dengan menggunakan kartu pantone.
Uji Iritasi
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel tertutup (Patch Test) pada
lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang responden. Uji iritasi ini dilakukan dengan
mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm) yang
sebelumnya telah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian ditutup dengan patch selama 24 jam.
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Setelah 24 jam, patch dibuka dan kulit dibersihkan. Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada
lokasi pengolesan apa yang terjadi.
Kriteria inklusi uji iritasi meliputi : wanita berusia 18-30 tahun, sehat jasmani dan
rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi, dan menyatakan kesediaannya untuk dijadikan
responden. Sedangkan, kriteria eksklusi uji iritasi meliputi : wanita berusia > 30 tahun dalam
keadaan sakit jasmani dan rohani. Uji ini dilakukan terhadap seluruh variasi formula sediaan.
Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit
lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Data yang diperoleh kemudian diolah
untuk memperoleh indeks iritasi kulit (Primary Irritation Index) dengan rumus sebagai
berikut (Nawanopparatsakul et al., 2005) :
!"" = !"#$ !"#$!%&! !"#$ !"!#$ !"#$%& !"#$%&'
! !"#$%& !"#$"%&' (4)
dimana, faktor variabel merupakan jumlah tipe kulit yang digunakan x waktu pengamatan Tabel 3. Kategori nilai keadaan kulit
Eritema Edema
Jenis Nilai Jenis Nilai
Tidak ada eritema 0 Tidak ada edema 0 Sedikit eritema (hampir tidak tampak) 1 Edema sangat ringan 1
Eritema tampak jelas 2 Edema ringan (tepi dan pembesaran jelas) 2
Eritema sedang sampai kuat 3 Edema sedang (ketebalan ± 1 mm) 3 Eritema parah 4 Edema parah (ketebalan > 1 mm) 4 [Sumber : Nawanopparatsakul et al., 2005]
Tabel 4. Kategori respon dari iritasi
Kategori Indeks Iritas Primer (PII) Tidak berarti 0 -0,4 Iritasi ringan 0,5-1,9 Iritasi sedang 2,0-4,9 Iritasi berat 5,0-8,0
[Sumber : Nawanopparatsakul et al., 2005]
Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji Kesukaan dilakukan secara visual terhadap 30 orang responden dengan 10 orang
responden yang sama dengan uji iritasi. Setiap responden diminta untuk mengoleskan formula
sediaan yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Kemudian, responden memilih variasi
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
formula mana yang paling disukai. Responden menuliskan 1 bila sangat tidak suka, 2 bila
tidak suka, 3 bila agak tidak suka, 4 bila agak suka, 5 bila suka, 6 bila sangat suka, dan 7 bila
amat sangat suka. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan,
aroma, homogenitas, dan intensitas warna sediaan lipstik saat dioleskan pada kulit punggung
tangan. Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing-masing sediaan.
Kriteria inklusi uji kesukaan meliputi : wanita berusia 18-30 tahun, sehat jasmani dan
rohani, memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang cara penilaian organoleptik, serta
menyatakan kesediaannya untuk dijadikan responden. Sedangkan, kriteria eksklusi uji
kesukaan meliputi : wanita berusia > 30 tahun dalam keadaan sakit jasmani dan rohani. Hasil Penelitian dan Pembahasan Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella
Ekstraksi yang dilakukan terhadap kelopak bunga rosella dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%, etanol dipilih karena tidak bersifat toksik. Kelopak bunga
rosella kering yang diperoleh diserbuk terlebih dahulu untuk memperluas bidang kontak
dengan pelarut, sehingga proses ekstraksi menjadi lebih maksimal. Simplisia dilakukan
remaserasi sebanyak 6 kali agar jumlah senyawa yang terdapat di dalam serbuk lebih banyak
tersari ke dalam pelarut dan hasil yang diperoleh lebih maksimal. Total rendemen yang
diperoleh sebesar 12.3870 % dengan pH 3,8 dan warna yang dihasilkan ialah warna merah
tua. Sedangkan untuk serbuk esktrak memiliki warna merah keunguan dengan pH 3,4.
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Suzery et al., 2010) total rendemen diperoleh
17,1 %. Metode ekstraksi yang digunakan ialah maserasi dengan pelarut etanol selama 24 jam
degan perbandingan 1:3. Terdapat perbedaan total rendemen ekstrak kelopak bunga rosella
yang disebabkan oleh perbedaan jumlah simplisia dan pelarut yang digunakan, banyaknya
proses ekstraksi yang dilakukan, dan perbedaan tempat pemanenan tanaman rosella. Total
rendemen dihitung dengan rumus :
!"#$% !"#$"%"# % = !"#$% !"#$%&" !"#$%& !"#$% !"#$%"!"& !"#$ !"#$%&'&%
! !""% (5)
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Penentuan λ maksimum ekstrak diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan
terlihat bahwa λ maksimum ekstrak terletak pada λ 520,50 nm. Menurut Harbone, λ
maksimum antosianin berkisar pada λ 475-550 nm dan ± 275 nm, sehingga λ maksimum yang
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
diperoleh masuk dalam rentang λ maksimum antosianin. Pada λ ± 500 nm menunjukkan
adanya antosianin secara spesifik, sementara senyawa yang terdapat pada λ ± 200 nm
menunjukkan adanya senyawa flavonoid pada umumnya, karena antosianin termasuk ke
dalam golongan senyawa flavonoid.
Penetapan Kadar Total Antosianin Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Hasil penetapan kadar diperoleh sebesar 418,90 !" ! yang sebanding dengan 6,76 %,
sedangkan serbuk ekstrak yang digunakan memiliki kadar sebesar 10%. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan tempat penanaman bunga rosella, sehingga kualitas bunga rosella yang
dihasilkan berbeda. Namun, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (Yang
et al., 20), kadar total antosianin yang diperoleh sebesar 0,12 ± 0,012 !" !. Terdapat
perbedaan dengan kadar yang diperoleh yang sebanding dengan 67,59 !" !. Hal tersebut
disebabkan oleh lamanya proses ekstraksi serta jumlah simplisa dan pelarut yang digunakan.
Pada penelitian tersebut ekstraksi hanya menggunakan perbandingan sampel : pelarut
sebanyak 1 : 20 selama 1 jam, sedangkan pada penelitian ini dilakukan dengan perbandingan
sampel : pelarut sebanyak 1 : 2 dengan remaserasi sebanyak 6 kali, sehingga kadar antosianin
yang diperoleh lebih besar. Semakin lama proses ekstraksi dan semakin banyak simplisia
yang digunakan, maka semakin besar kadar antosianin yang diperoleh.
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella Terhadap DPPH (2,2-
Difenil-1-pikril hidrazil)
Metode peredaman DPPH merupakan metode yang paling umum digunakan untuk
menentukan aktivitas antioksidan dari suatu sampel dengan kemampuan meredam radikal
bebas, selain itu metode ini merupakan metode yang sensitif, mudah, murah, sederhana, cepat,
dan tidak membutuhkan banyak sampel dan reagen (Ozcelik, Lee& Min, 2003). DPPH
bersifat radikal dan tidak stabil karena memiliki satu elektron bebas yang tidak berpasangan,
sedangkan antioksidan memiliki kemampuan dalam mendonorkan elektron. Ketika sampel
yang memiliki aktivitas antioksidan bereaksi dengan DPPH, maka sampel tersebut akan
mendonorkan satu atom hidrogen pada DPPH, sehingga meredam sifat radikal DPPH menjadi
non radikal (Tirzitis dan Bartosz, 2010). Radikal DPPH merupakan suatu senyawa organik
berwarna ungu. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan tereduksi
dan berubah warna menjadi kuning. Perubahan tersebut diukur dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Melalui metode DPPH ini dapat ditentukan nilai IC50 dari grafik
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
regresi linear, dimana IC50 merupakan konsentrasi yang efektif untuk menghambat 50% dari
jumlah radikal DPPH.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH
Panjang gelombang maksimum DPPH dengan konsentrasi 100 ppm dalam metanol
diperoleh pada λ 517 nm.
Nilai IC50 Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella
Nilai IC50 dihasilkan dari persamaan regresi linier antara konsentrasi sampel dengan
persentase inhibisi dari masing-masing serapan. Pada persamaan regresi y = a + bx, nilai y
diganti dengan 50, sehingga diperoleh nilai x yang merupakan nilai IC50 dari sampel tersebut.
Pada pembuatan larutan ekstrak kelopak bunga rosella, dibuat pengenceran sebesar
350 ppm dan 400 ppm, namun larutan menjadi berwarna kuning dengan absorbansi kurang
dari 0,2 maka radikal DPPH telah tereduksi seluruhnya sehingga absorbansi semakin
menurun. Oleh karena itu, dibuat pengenceran di bawah 350 ppm yang menunjukkan
absorbansi lebih dari 0,2.
Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan yang dilakukan, diperoleh nilai IC50 sebesar
130,11 ± 2,08 ppm, sedangkan nilai IC50 vitamin C diperoleh sebesar 2,25 ± 0,05 ppm.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Yang et al., 2012), diperoleh nilai IC50 1051,72
± 184,20 ppm. Hal tersebut disebabkan perbedaan tempat penanaman dan kadar total
antosianin ekstrak kelopak bunga rosella yang dihasilkan. Semakin besar kadar total
antosianin, maka semakin besar aktivitas antioksidan yang dihasilkan.
Gambar 1. Kurva regresi linear aktivitas antioksidan ekstrak kelopak bunga rosella terhadap DPPH
y = 0.4545x -‐ 11.249 R² = 0.99684
0 10 20 30 40 50 60 70
0 20 40 60 80 100 120 140 160 Persen
tase In
hibisi (%
)
Konsentrasi (ppm)
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Gambar 2. Kurva regresi linear aktivitas antioksidan vitamin C terhadap DPPH
Formulasi Sediaan Lipstik dan Sediaan Oles Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak kental dan serbuk ekstrak kelopak bunga
rosella. Pada formulasi lipstik, terdapat perbedaan, yaitu F1 digunakan ekstrak kental 12%,
sedangkan pada F2 digunakan serbuk ekstrak 8%. Kedua konsentrasi dipilih berdasarkan hasil
optimasi, karena warna serbuk keunguan, sehingga jika dicampurkan dengan konsentrasi
12%, warna yang dihasilkan terlalu tua. Pada F1, ekstrak dapat mewarnai wax dan masih
terlihat kurang homogen. Sedangkan pada F2, terlihat dari lipstik yang berwarna ungu muda
dan ketika dipotong secara membujur terlihat ekstrak sangat tidak homogen, sehingga
disimpulkan bahwa ekstrak tidak dapat larut dalam bahan-bahan lain yang digunakan dan
hanya menggumpal di bagian atas lipstik saja. Namun, pada kedua formula tersebut,
keduanya menghasilkan lipstik yang tidak dapat menghasilkan warna ketika dioleskan pada
kulit.
Pada F3 dan F4 dibuat sediaan oles bibir menggunakan konsentrasi ekstrak yang
sama. Bahan yang digunakan dibuat berdasarkan hasil optimasi, ditambahkan dimetikon
untuk memberikan efek glossy dan meningkatkan konsistensi sediaan. Pertama, sediaan
dibuat dengan jumlah wax sebanyak 42% dengan empat macam wax (bees wax, candelila
wax, carnauba wax, dan vaselin album), kemudian jumlah wax diturunkan sebanyak 36% dan
tidak menggunakan carnauba wax, keduanya menghasilkan sediaan yang terlalu keras dan
warna tidak bercampur dalam wax.
Setelah itu, dilakukan pengurangan wax menjadi 30%, hasil diperoleh warna sediaan
lebih mudah bercampur, namun tetap tidak memberikan warna, kemudian dilakukan
pengadukan wax dengan homogenizer agar warna lebih bercampur dengan wax. Saat
dioleskan, dapat mengeluarkan warna namun konsistensi yang dihasilkan masih terlalu keras,
y = 17.481x + 11.349 R² = 0.99701
0 10 20 30 40 50 60 70
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Persen
tase In
hibisi (%
)
Konsentrasi (ppm)
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
sehingga dilakukan pengurangan wax sebanyak 24% dan tidak menggunakan bees wax. Hasil
yang diperoleh tetap sama, sehingga dilakukan pengadukan kembali agar dapat memberikan
warna ketika dioleskan. Warna yang dihasilkan lebih intens walaupun kurang homogen,
namun konsistensi sediaan ketika dioleskan lebih baik untuk sediaan oles bibir. Optimasi
dilakukan tidak hanya dengan mengurangi konsentrasi dan mengubah variasi wax, tetapi juga
dengan menambahkan konsentrasi dimetikon secara bertahap.
Ekstrak terlihat menggumpal di bagian tengah sediaan pada saat mengeras, maka
dilakukan pengadukan. Setelah dilakukan, terlihat ekstrak dapat bercampur dengan bahan lain
dan memberikan warna ketika dioleskan. Wax yang sudah tidak mengeras menyebabkan
ekstrak dapat terdispersi dalam wax dan bahan lain. Dari hal yang disebutkan, menandakan
ekstrak inkompatibel dengan bahan-bahan lain. Ekstrak rosella bersifat hidrofilik, sedangkan
bahan lain bersifat lipofilik. Walaupun ekstrak sebelumnya dicampurkan ke dalam gliserin
yang bersifat polar, kemudian dicampurkan dengan bahan bersifat non polar, ekstrak rosella
tetap tidak larut dalam bahan yang berbeda sifat kepolarannya. Ekstrak yang sukar mengeras
bersamaan dengan wax juga disebabkan titik beku ekstrak yang lebih rendah. Hal ini yang
menyebabkan ekstrak kelopak bunga rosella kurang sesuai digunakan pada lipstik.
Evaluasi Karakteristik Sediaan Pewarna Bibir Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
Evaluasi Penampilan Fisik Sediaan
Penampilan dilihat dari estetika sediaan, meliputi bentuk, warna, dan aroma. F1 dan
F2 berbentuk lipstik dan memiliki aroma khas rosella, namun pada F1 berwarna merah tua,
sedangkan F2 berwarna ungu muda. Pada F3 dan F4 berbentuk sediaan oles dan aroma khas
rosella, namun pada F3 berwarna merah tua, sedangkan F4 berwarna ungu gelap.
Gambar 3. Penampilan fisik sediaan
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Uji pH
Untuk uji pH, sediaan yang diuji hanya F3 dan F4.. Uji pH dilakukan pada suhu kamar
dan pada minggu 0 dan minggu 4. Secara berturut-turut, F3 memiliki pH 2,7 dan pH 2,5,
sedangkan F4 memiliki pH 3,3 dan pH 2,9. pH bibir sama dengan pH fisiologis kulit, terlihat
pH kedua sediaan terletak di bawah pH fisiologis kulit, yaitu pH 4,5-6,5. Hal ini disebabkan
senyawa antosianin merupakan senyawa asam dan konsentrasi ekstrak yang digunakan cukup
besar, sehingga sediaan memiliki pH cenderung asam. Senyawa antosianin lebih stabil pada di
pH asam, sedangkan jika pH antosianin naik, maka warna dari antosianin akan berubah.
Uji Daya Oles
Pada uji ini, hanya F3 dan F4 yang diuji, karena lipstik sama sekali tidak memberikan
warna ketika dioleskan. Sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika memberikan
warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit. Kedua sediaan dapat
memberikan warna ketika dioleskan. Namun, warna yang F3 tidak sekuat warna F4. Hal ini
disebabkan F4 terbuat dari serbuk ekstrak dengan warna yang sangat tua dan mengandung
kadar total antosianin yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak kental.
Gambar 4. Tekstur polesan formula 3 dan formula 4
Sedangkan pada penelitian yang pernah dilakukan (Safitri, 2010), dilakukan terhadap
5 formula lipstick dan diperoleh hasil daya oles yang baik adalah lipstik dengan konsentrasi
ekstrak 10%. Terdapat perbedaan daya oles karena perbedaan formula dan hasil ekstrak yang
dihasilkan. Setiap antosianin menghasilkan kekuatan warna yang berbeda-beda.
Uji Homogenitas
Pada F1 dan F2, ketika lipstik dipotong secara membujur terlihat kedua sediaan tidak
homogen. Hal ini disebabkan oleh ekstrak yang tidak dapat menyebar pada seluruh wax. Pada
pengolesan F3 dan F4 pada kaja objek terlihat warna yang dihasilkan menunjukkan susunan
yang homogen. Sediaan dapat dikatakan homogen jika tidak terlihat adanya butir-butir kasar.
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Gambar 5. Hasil uji homogenitas sediaan formula 1 dan formula 2 Uji Konsistensi
Hasil uji konsistensi menunjukkan F3 dan F4 adalah 369 (1/10 mm) dan 358 (1/10
mm), menandakan tingkat kekerasan yang rendah dan semakin mudah dioles. Semakin tinggi
angka kekerasan, sediaan semakin mudah menyebar. Namun, nilai kekerasan F4 lebih rendah
dibandingkan F3 karena F4 menggunakan serbuk esktrak yang memiliki kadar air lebih
sedikit. Kadar air dalam sediaan dapat mempengaruhi konsistensi sediaan, semakin besar
kadar air semakin besar angka kekerasan yang menunjukkan semakin lunak sediaan tersebut.
Uji Stabilitas Fisik
Pengamatan stabilitas fisik menunjukkan tidak adanya perubahan bentuk, warna, dan
aroma dari sediaan oles bibir yang dilakukan selama 45 hari dengan penyimpanan pada suhu
kamar (±25ºC) yang diamati pada hari ke 0, 5. 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 45.
Uji Pemudaran Warna oleh Pengaruh Sinar Matahari
Pengamatan selama 45 hari penyimpanan, terlihat F3 pada hari ke-25 terjadi sedikit
perubahan warna, namun tidak signifikan karena warna sediaan yang dihasilkan terlalu tua,
sehingga sulit untuk diamati. Warna yang dihasilkan oleh F3 pada hari ke 0-20 sama dengan
kartu Pantone 504 PC dan pada hari ke 25-45 sama dengan kartu Pantone 490 PC, sedangkan
F4 pada hari ke 0-45 terlihat sama dengan kartu Pantone 262 PC dan tidak terlihat perubahan.
Uji Iritasi
Dari 10 orang responden yang diuji, pada sediaan F3, tidak ada satu orangpun yang
mengalami eritema dan edema. Namun, pada uji F4, hanya satu orang yang mengalami kulit
sedikit kemerahan dan dikategorikan sedikit eritema (hampir tidak tampak) dan tidak ada
yang mengalami edema. Berdasarkan persyaratan nilai PII, keduanya memperoleh nilai 0,
sehingga baik F3 maupun F4 tidak menimbulkan iritasi dan termasuk kategori iritasi tidak
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
berarti sesuai dengan tabel respon iritasi. Sedangkan pada penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya (Safitri, 2010), dilakukan terhadap 6 formula lipstik selama tiga hari. Parameter
yang diamati, yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, dan terjadinya pembengkakan. Hasil yang
diperoleh adalah negatif tanpa dihitung berdasarkan persyaratan nilai PII.
Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji kesukaan dihitung pada SPSS dengan metode uji Mann-Whitney agar hasil yang
diperoleh lebih akurat. Kriteria uji adalah daya oles, aroma, homogenitas, dan intensitas
warna dan dilakukan terhadap F3 dan F4. Hasil yang diperoleh tidak terdapat perbedaan daya
oles, aroma, dan homogenitas, namun, terdapat perbedaan intensitas warna antara F3 dan F4
dengan warna F4 yang lebih disukai dibandingkan dengan F3. Hal ini terlihat karena F4 lebih
memberikan warna yang kuat dibandingkan warna F3. Sedangkan pada penelitian
sebelumnya (Safitri, 2010), uji dilakukan terhadap 6 formula lipstik pada 30 orang responden
dengan formula yang disukai yang menggunakan 10% ekstrak rosella. Hal ini disebabkan
formula tersebut dapat memberikan warna dalam satu kali pengolesan. Metode penilaian yang
dilakukan tidak berdasarkan metode SPSS, namun hanya dengan perhitungan manual. Kesimpulan Berdasarkan hasil formulasi, ekstrak kelopak bunga rosella tidak dapat memberikan
warna pada lipstik, namun dapat memberikan pada sediaan oles bibir. Dari hasil uji aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH, rosella memiliki nilai IC50 130,11 ± 2,08 µμg/ml, sehingga
ekstrak rosella juga dapat digunakan sebagai antioksidan alami. Berdasarkan uji kesukaan
pada 30 responden yang dilakukan terhadap dua formula sediaan oles bibir, diperoleh hasil
tidak terdapat perbedaan homogenitas, daya oles, dan aroma, namun terdapat perbedaan
intesitas warna yang dihasilkan antara sediaan F3 dan F4. Sediaan F4 menghasilkan warna
yang lebih intens dan lebih disukai dibandingkan sediaan F3. Saran Disarankan menggunakan ekstrak yang bersifat lipofilik sebagai pewarna alami dalam
formulasi lipstik, seperti karotenoid dan likopen, serta perlu ditambahkan zat pendispersi dan
plasticizer pada penggunaan ekstrak kelopak bunga rosella dalam formulasi lipstik agar
ekstrak dapat larut sempurna dalam bahan-bahan lain. Selain itu, disarankan menggunakan
ekstrak kelopak bunga rosella sebagai antioksidan alami dalam sediaan kosmetik lain yang
memiliki fase polar, seperti lotion, krim, dan gel.
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014
Daftar Referensi
Avinash, M. D., Hari, A. M., & Pradeep, N. S. Herbal Lipstick Formulation : A New Approach. International Journal of Research in Ayuverda &Pharmacy, 2(6), 1795-1797.
Chumsri, P., Sirichote, A., & Itharat, A. (2008). Studies on the optimum conditions for the extraction and concentration of roselle (Hibiscus sabdariffa Linn.) extract. Songklanakarin Journal of Science and Technology, 30(1), 133-139
Djajadisastra, Joshita. (November, 2003). Cosmetic Stability. Disampaikan pada “Seminar Setengah Hari HIKI”. Slipi, Jakarta.
Djajadisastra, Joshita. (Juli, 2009). “Kosmetik Bahan Alam” Sebagai Salah Satu Solusi Dari Kosmetik Palsu. Disampaikan pada “Seminar PIMFI: Membangun Kompetensi di Era Globalisasi dalam Bidang Farmasi Bahan Alam”. Bandung.
Draelos, Zoe Diana. (2010). Cosmetic Dermatology Products and Procedures. Singapore : John Wiley & Sons, 281.
Gupta, Ajay, Kr. Handbook On Herbal Products (Cosmetics, Toiletries, Medicines & Perfumes) in 2 Volumes, Vol. 1. Delhi : National Institute of Industrial Research, 1; 36-37.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi Tumbuhan (Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro, Penerjemah.). Bandung: Penerbit ITB, 6-7; 76-84.
Hayati, E. K., Budi, U. S., & Hermawan, R. (2012). Konsentrasi Total Senyawa Antosianin Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) : Pengaruh Temperatur dan pH. Journal of Chemistry, 6(2), 138-147.
Kustyawati, M. E, dan Ramli, S. (2008). Pemanfaatan Hasil Tanaman Hias Rosella Sebagai Bahan Minuman. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008.
Lee, J., Durst, R. W., & Wrolstad, R. E. (2005). Determination of total monomeric anthocyanin pigment content of fruit juices, beverages, natural colorants, and wines by the pH differential method: Collaborative study. Journal of AOAC international, 88(5), 1269-1278.
Mamoto, L. V., Fatimawali, F., & Citraningtyas, G. (2013). Analisis Rhodamin B Pada Lipstik yang Beredar di Pasar Kota Manado, Pharmacon. 2(2).
Mardiah, Sawami, Reki W., dan Arifah R. (2009). Budi Daya dan Pengolahan Rosela Si Merah Segudang Manfaat. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Hal; 1-2, 9-12, 23, 30.
Markakis, P. (Ed.). (1982). Anthocyanins as food colors. Access Online via Elsevier, 1-6. Mishra, P., & Dwivedi, S. (2012). Formulation and Evaluation of Lipstick Containing Herbal Ingredients. Asian
Journal of Medical and Pharmaceutical Researches, 2(3), 58-60.. Mun’im, A., Hanani, E., & Mandasari, A. (2012). Pembuatan Teh Herbal Campuran Kelopak Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) dan Herba Seledri (Apium graveolens). Majalah Ilmu Kefarmasian, 5(1), 47-54.
Nawanopparatsakul, S., Euasathien, J., Eamtawecharum, C., Benjasirimingokol, P., Soiputtan, S., Toprasri, P., & Nawanopparatsakul, S. (2005). Skin irritation test of curcuminoids facial mask containing chitosan as a binder. Journal of Silpakorn University, 5(1-2), 140-7..
Prakash, A., Rigelhof, F., dan Miller, E. (2001). Antioxidant Activity. Medallion Laboratories Analitical Progress, 19(2).
Safitri, Y. (2010). Formulasi Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Pewarna. Skripsi Sarjana Farmasi. Medan : Fakultas Farmasi USU.
Suzery, M., Lestari, S., & Cahyono, B. (2010). Penentuan Total Antosianin Dari Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Dengan Metode Maserasi dan Sokshletasi. Jurnal Sains dan Matematika, 18(1), 1-6
Tirzitis, G. & Bartosz, G. (2010). Determination of antiradical and antioxidant activity: Basic principles and new insights. Biochimica Polonica, 57(1), 139-142.
Tranggono, R. I., & Latifah, F. (2007). Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik. (J. Djajadisastra, Ed.) Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 6-8; 90-93; 100-102.
Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K., & Joshi, H. (2011). Formulation and evaluation of herbal lipstick. International Journal of Drug Discovery & Herbal Research, 1(1), 18-19.
Wasitaatmadja, Sjarif M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press, 36-37; 122-124. Wibowo, D.S. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Grasindo, 165. Yang, L., Gou, Y., Zhao, T., Zhao, J., Li, F., Zhang, B., & Wu, X. (2012). Antioxidant capacity of extracts from
calyx fruits of roselle (Hibiscus sabdariffa L.). African Journal of Biotechnology, 11(17), 4063-4068.
Pemanfaatan ekstrak..., Riska Amalia Putri Hutami, FF UI, 2014