pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran beragama …
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
BERAGAMA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA
KELAS II B SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI
SKRIPSI
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
MOTTO
“Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahkan mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. 1
1 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005),421.
ABSTRAK
pelanggaran hukum di tengah masyarakat sehingga mereka dipidana dalam
penegakan hukum tersebut para narapidana diberikan pembinaan keagamaan
dalam meningkatkan beragama bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Sungai Penuh Kabupaten Kerinci. Karena pembinaan keagamaan
memegang peran yang sangat penting untuk mengwujudkan cita-cita bangsa dan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa serta berakhlak mulia dan
mampu menjaga hubungan kedamaian dan kerukunan antar umat beragama.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berupa deskriptif
kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh. Subjek penelitian ini adalah kepala Rutan, staf, pembimbing
keagamaan dan tahanan. Pengumpulan Data dilakukan dengan metode
observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa sangat perlu pembinaan
keagamaan diberikan kepada narapidana dalam meningkatkan kesadaran hukum
bagi mereka. Kemudian metode yang dilakukan dalam pembinaan keagamaan
diantaranya adalah sholat berjamaah dan ceramah agama. Adapun kendala
dalam pembinaan agama narapidana adalah dengan mengatur pembinaan yang
lebih efektif, melakukan pemantauan aktivitas pembinaan sehingga didapatkan
bahwa pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum dapat
merubah prilaku Narapidana sesuai dengan perintah agama dan undang-undang
yang ada serta tujuan yang diharapkan oleh Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
Sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku, Tak henti-hentinya aku
mengucap syukur padaMu ya Rabb Serta shalawat dan salam pada idolaku Rasulullah
SAW dan para sahabat yang mulia
Semoga karya kecil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi
keluargaku tercinta. Kupersembahkan karya mungil ini kepada:
Belahan jiwaku Ibundaku tersayang(MISNAR ) dan untuk Ayahandaku tercinta (ALI
SUPI)
OKTOPIYA, MUHAMMAD AZMIL) semoga adik-adikku tercinta dapat
menggapaikan keberhasilan juga di kemudian hari dan terima kasih tiada tara atas
segala support yang telah diberikan selama ini.
Kepada teman-teman seperjuangan khususnya BPI 2015, sahabat-sahabat seperjuangan
yang tak bisa tersebutkan satu persatu, suatu keindahan yang sangat mendalam di dalam
hidupku. Semoga atas segala pengorbanan dan perjuangan kita mendapatkan balasan
dari Allah SWT. dan semoga Allah memberi rahmat terhadap karya ini di kemudian
hari.
Kepada sahabat Seperjuanganku yang tak senasib HARBAYANTI walaupun dirimu
tidak sampai di titik ini tapi ku persembahkan karya mungil ku ini untk mu dan
terimaksih yang tiada tara atas semua motivasi dan kesabaran yan mendalam telah mau
bersama ku di waktu itu.
Tak lupa juga terima kasih kepada bapak Ruslan Abdul Gani (Pembimbing 1) danbapak
Edy Kusnadi (Pembimbing 2) yang telah banyak membantu dalam membimbing
skripsiku dengan sabar dan penuh keikhlasan. Tanpa bapak yang menuntun selama ini
mungkin ku tak bisa menyusun skripsi ini dengan baik dan benar. Terimakasih banyak
banyak dosen pembimbing terhebat.
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika hidup bisa kuceritakan
di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan terima
kasih untuk semuanya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi
dengan judul „Pembinaan Keagamaan Dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum
Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci’’ dapat diselesaikan dengan baik Sholawat dan salam tak lupa dihaturkan
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW sang suri tauladan umat, beserta
keluarga dan sahabat juga pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan. Namun, semua itu dapat disyukuri, karena banyak sekali pengalaman dan
pelajaran yang penulis dapatkan dari penyelesaian skripsi ini. Dukungan dan
motivasi dari berbagai pihak juga penulis dapatkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1.Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,MH, selaku pembimbing I dan Edy Kusnadi
S.Ag.,M.Phil. selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam
membimbing dan meluangkan waktunya hingga selesai penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. firhat Abbas M.Ag. selaku dosen pembimbing Akademik
3.Bapak Syaroni, S.Ag.,M.Pd. selaku ketua prodi Bimbingan Peyuluhan Islam (BPI)
dan ibu Neneng Hasanah S.Ag., M.Pd. selaku sekretari prodi Bimbingan Penyuluhan
Islam (BPI).
4.Bapak Samsu S.Ag.,M.Pd.I.,Ph.D. selaku dekan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
5.Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
6.Bapak Prof. Dr. H. Suaidi MA, Ph.D sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik dan
Pengembangan pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd sebagai Wakil Rektor II
Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Hj. Fadlillah
M.Pd. sebagai Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7.Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi.
8.Kepala perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi berserta stafnya serta
kepala perpustakaan daerah Jambi.
9.Kepada Kepala Rutan, KA SUBSI Pelayanan Tahanan, KA Pengamanan Rutan,
Pengelola Pembinaan Kepribadian, staf, Petugas/Pegawai dan Narapidana di Rumah
Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh.
10. Kepada sahabat-sahabat, teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan
2015 jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dan semua pihak yang telah banyak
memberikan bantuan, saran kepada penulis memberikan kenangan selama dibangku
kuliah. Semoga amal baiknya akan dicatat sebagai pahala di sisi-Nya.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini.. Disamping itu, disadari juga
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada
semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi
ini. Kepada Allah SWT kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita
memohon kemaafannya. Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah
SWT.
PENGESAHAN………………………………………………………………………iv
MOTTO………………………………………………………………………………..v
ABSTRAK…………………………………………………………………...….…....vi
PERSEMBAHAN…………………………………………………………….….…..vii
B. Permasalahan …………………………………………………………..5
E. Metode Penelitian…………………………………………………..….6
F. Kerangka Teori……………………………………………………….14
G. Studi Relevan…………………………………………………………22
KABUPATEN KERINCI A. Sejarah Singkat………………………………………………............26
B. Letak Geografis……………………………………………………….28
D. Struktur Organisasi……………………………………………...……32
F. Keadaan Warga Binaan…………………………………………........35
G. Sarana dan Prasarana…………………………………………...…….35
BAB III PEMBINAAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
BERAGAMA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN
NEGARA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI.
A. Latar Belakang Pebinaan Agama Narapida ………...........................37
B. Tujuan Pembinaan Agama Narapida…………………………...……40
C. Metode Pembinaan Agama Narapida……………...………………...42
BAB IV SOLUSI DARI BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBINAAN
AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA
BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA SUNGAI
PENUH KABUPATEN KERINCI.
Bagi Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci………………………………………………………………..51
Beragama Bagi Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci..................................................53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………...……………...68
B. Rekomendasi …………………………………………………...........69
Tabel 2.2 : Struktrur Organisasi Rutan …………………………………….………..32
Tabel 2.3 : Latar Belakang Pendidikan Petugas Rutan………………………………60
Table 2.4 : Jumlah Narapidana dan Tahanan di Rutan Negara Kelas II B S………..36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 : Pelaksanaan Ceramah Agama………………………………...……….44
Gambar 3.3 : Pelaksanaan Dialog Tanya Tawab…………………………...………..46
Gambar 3.4 : Pelaksanaan Bimbingan Demonstrasi Verbal…………...…………….48
.
aa Aa
2 Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi (Jambi : Fak.Ushuluddin Iain STS JAMBI, 2014),136-137.
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah/h/.
contoh:
Mirah
2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
melaui Nabi Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya mebawa ajaran-ajaran
yang bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan
manusia. Sumber ajarannya berlandaskan Al-Quran dan al-Hadist. Ajaran islam
meliputi semua asfek kehidupan dan mengatur hubungan seseorang hamba dengan
tuhan atau dengan sesama makhluk-Nya. Islam juga tidak membiarkan suatu
perbuatan mulia selain mengajak kepadanya, dan tidak membiarkan suatu perbutan
rendah selain menginkan bahayanya. 3
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan ummatnya untuk
menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh ummat manusia sebagai
rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagian dan
kesejahteraan ummat manusia. Bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek
kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh. Usaha untuk menyebarluaskan Islam begitu pula untuk merealisir ajarannya
di tengah-tengah kehidupan ummat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang
dalam keadaan bagaimanapun dan dimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam.
Sesuai dengan ajaran agama Islam yang tercantum dalam surat Al-Qashash ayat 77
yang berbunyi:
3 Yatim Abdullah. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an,(Jakarta : Amzah,2007),89.
“Dan carila pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan” (Q.S. Al-Qashash: 77)” 4
Ajaran agama Islam tidak diragukan lagi mengandung nilai-nilai bagi
pembentukan pribadi muslim, tetapi kalau diberikan dan diajarkan dengan cara yang
tidak baik, yakni tidak sesuai dengan tujuannya atau tidak sesuai dengan budaya atau
kultur dari masyarakatnya, maka efektivitas bimbingan Islam yang diberikan tidak
akan membekas apalagi mengesankan, bahkan tak jarang sangat membosankan bagi
pengkajinya. Sehingga kebanyakkan mereka jadi kurang menarik untuk
mempelajarinya. Ajaran Islam yang di bawa Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu
Allah untuk mengatur manusia di bumi, sudah barang tentu disesuaikan dengan
kondisi agar ajaran Islam yang didakwahkan mudah dilaksanakan. Secara umum
dakwah dalam pelaksanaannya agar cepat terorganisir dengan baik bila diiringi dengan
dakwah yang baik pula. Dengan ditunjang pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
para dai seperti halnya pada bidang-bidang pengetahuan lainnya.
Dokrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima secara
universal sebagai a moral, political, legal framework and as a guideline dalam
membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta
4 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 623.
perlakuan yang tidak adil. 5 Untuk mewujudkan keselarasan hubungan antara sesama
manusia seperti yang dimaksudkan diatas salah satunya dengan membentuk suatu
sistem hukum. Sistem hukum nasional yang mantap, yang bersumberkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945, memperhatikan kemajuan tatanan hukum yang
berlaku, yang mampu menjamin kepastian, ketertiban, penegakan dan perlindungan
hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan, serta mampu mengamankan dan
mendukung pembangunan nasional, yang didukung oleh aparatur hukum, sarana dan
prasarana yang memadai serta masyarakat yang taat hukum. Manusia sebagai makhluk
sosial dan sebagai anggota masyarakat mempunyai berbagai macam kebutuhan dalam
mencakupi dan memenuhi kelangsungan hidupnya. 6 Dalam menghadapi era modern
ini, agama bisa merupakan satu-satunya alat yang ampuh . oleh karena itu agama
mempunyai nilai kekinian, tetapi juga akan berdampak di hari kelak nanti. Sehingga
jika anak-anak muda telah menerima nilai-nilai yang baik di bangku sekolah, masjid,
atau di majlis talim, sementara kenyataan di luar justru berlawanan, mereka tidak
mudah begitu saja hanyut karena nilai yang telah diperoleh tadi tidak lagi menjadi
acuan hidup. Masalahnya, sekarang tergantung sejauh mana kemampuan para dai,
ustadz, atau kiai dan para pembimbing agama bisa menyampaikan ajaran agama agar
dapat di pahami oleh bahasa masyarakat luas. Demikian pula sejauh mana generasi
tua, termasuk orang tua dan para penguasa (pemerintah), mampu menciptakan suasana
yang mendukung perkembangan aktifitas dan penghayatan keagamaan, sehingga tidak
ada yang mempersempit, mempersulit, atau lebih lebih mencurigainya. Pengalaman
ajaran agama tentu bukan hanya dalam arti melaksanakan ibadah shalat dan puasa saja.
Namun, akan meliputi hubungan kepada Allah sang Pencipta yang di wujudkan dalam
bentuk ibadah-ibadah khusus. 7 Salah satu langkah dan strategi pemerintah dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat yaitu adanya hak yang sama di
5 Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 93
6 Imam Leo Adi Chandra, Pola Pelaksanaan Hak-Hak Narapidana Dan Permasalahannya di
Lembaga Pemasyarakatan Mataram, (Mataram: Universitas Mataram, 2013), 4.
7 Chairul Anwar. Hakikat Manusia dan Pendidikan Sebuah Tinjauan Filosofis, (Yogyakarta :
Suka Press, 2014), 267.
mata hukum baik bagi warga negara biasa maupun narapidana. Setiap manusia harus
dijamin hak asasi manusianya karena hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa sejak manusia dilahirkan. Setiap manusia sejak ia dilahirkan memiliki
kebebasan dan hak untuk diperlakukan sama tanpa diskriminasi apapun.
Dalam pembangunan masyarakat, islam telah siap menghadapi semua
keadaan. Untuk itu, Islam menggariskan dan menyeru kepada sistem yang terbaik
di tempuh. Kemudian menghimbau manusia untuk suka menganut sistem tersebut
serta diperingatkan mereka agar tidak menyalahinya, karena masing-masing akan
ada balasannya yang sempurna kelak di akhirat,. Sebagaimana Allah berfirman Q.S
Thaha : 82 yang berbunyi :
“Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat,beriman,
beramal saleh , kemudian tetap di jalan yang benar”(QS. :82 ). 8
Berbagai macam kasus menyeret manusia untuk merasakan hidup dijeruji besi
atau penjara hingga disematkan kepada status narapidana. narapidana adalah orang
yang menjalani hukuman karena tindak pidana. Permasalahan yang kompleks dialami
narapidana, seperti hilangnya kemerdekaan, beban moral, terpisahnya dari keluarga
hingga hanya mampu beraktifitas dari balik jeruji besi. Adanya permasalahan yang
kompleks tersebut, narapidana membutuhkan seseorang yang dapat berkomunikasi
secara baik untuk memberikan pembinaan keagamaan, hingga mampu mengembalikan
dirinya kejalan yang benar atau insyaf.
Lembaga permasyarakatan atau rumah tahanan negara sungai penuh merupakan
tempat untuk mendidik narapidana untuk menjadi warga negara yang baik kemudian
di kembalikan ke masyarakat dan mempunyai hak-hak yang harus dilindungi dan
8 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 1056.
diayomi. Adapun pembinaan keagamaan dilakukan oleh Orang yang aktif melakukan
pembinaan keagamaan kepada narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
skripsi yang berjudul : Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran
Beragama Bagi Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat penulis ambi sebagai pokok
bahasan sebagai berikut : Bagaiman pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran
beragama bagi narapidana di rumah tahanan negara sungai penuh kebupaten kerinci ?
pokok masalah ini lebih jauh dapat di rumuskan dalam beberapa rumusan
permasalahan, yaitu :
di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
3. Apa Kendala atau Faktor Penghalang dan Penghambat Pembinaan Agama dalam
Miningkatkan Kesadaran Beragama Narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci?
C. Batasan Masalah
kesadaran hukum narapida di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci juga bernama Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh yang terletak di
Kota Sungai Penuh.
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran beragana
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Ingin mengetahui kendala pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran
beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci.
Kerinci.
a. Untuk memberi penjelasan tentang perlunya pembinaan agama dalam
meningkatkan kesadaran beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
meningkatkan kesadaran beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
c. Untuk memberi informasi kepada pihak yang terkait, tentang perlunya
pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran beragama narapidana di
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
E. Kerangka Teori
1. Pembinaan Keagamaan
a. Pengertian pembinaan keagamaan
Pembinaan berasal dari kata dasar bina, yang berasal dari bahasa arab “bana”
yang berarti membina, membangun, mendirikan, dan membentuk. Kemudian
mendapat awalan pe- dan –an sehingga menjadi kata pembinaan yang mempunyai arti
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. 9 Pembinaan juga dapat berarti suatu kegiatan yang mempertahankan
dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan. 10
Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk
pada suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada.
Sedangkan menurut Masdar Helmy, pembinaan mencakup segala ikhtiar (usaha-
usaha), tindakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas beragama
baik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan, bidang akhlak dan bidang
kemasyarakatan. 11
Miftah Thoha mengatakan bahwa pembinaan adalh suatu tindakan, proses, hasil
atau pernyataan menjadi lebih baik. 12
Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan
pemasyarakatan pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa pembinaan adalah kegiatan
untuk meningkatkan kualitas ke taqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, narapidana
dan anak didik pemasyarakatan. 13
Jadi dapat dikatakan bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan
dengan sabar, berencana, teratur, dan terarah serta bertanggung jawab untuk
mengembangkan kepribadian dan memperbaiki pribadi kearah yang lebih baik lagi
dari pada sebelumnya.
9 Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2013), 152.
10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edii ke 4
(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 193.
11 Masdar Helmi, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang: IAIN Semarang,2016) , 31.
12 Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004) , 7.
13 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga
Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (1)
b. Landasan Pembinaan Keagamaan
1. Al-Quran
Al-Quran adalah firman Allah SWT berupa wahyu yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Didalamnya terdapat ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad ajaran
yang terkandung dalam Al-Quan itu terdiri dari dua prinsip, yaitu yang berhubungan
dengan masalah keimanan yang disebut AQIDAH, dan yang berhubungan dengan
amal yang disebut Syariah. 14
2. As-Sunnah
keterangan ayat-ayat Al-Quran dan hadist juga didasarkan kepada pendapat
kesepakatan para sahabat. 15
Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang
wajib mengikuti hadist, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau
wafat.
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh
ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam untuk menetapkan/menentukan
Sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan
hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi
seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman kepada
Al-Quran dan Sunnah.
Ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para Mujtahid tidak
boleh bertentangan dengan isi Al-Quran an Sunnah. Karena itu ijtihad dipandang
14
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 67.
15 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, 72.
sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibtuhkan sepanjan masa setelah
Rasulullah Saw. Wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam
kehidupan, yang senantiasa berkembang. Ijtihad ini dibidang pendidikan sejalan di
bidang pendidikan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, terasa semakin
urgen dan mendesak, tidak saj di bidang materi atau isi, melainkan juga di bidang
sistem dalam artian yang luas. 16
2. Prilaku Beragama
Pengertian prilaku beragama dapat dijabarkan dengan cara mengartikan
perkata. Kata prilaku dalam kamus besar bahasa indonesia yaitu tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau prilaku. 17
Prilaku merupakan seperangkat perbuatan
atau tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian
dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang di yakini. Prilaku atau aktivitas yang ada
pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat
dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenainya, yaitu dorongan untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mencapaitujuan. 18
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwandaminta, prilaku adalah tanggapan atau
reaksi individu yang terwujud dalam gerakan dan sikap yang muncul dalam perbuatan
yang nyata atau ucapan. 19
Sedangkan kata beragama berasal dari kata dasar agama
yang berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Yang mempunyai arti sesuatu
(segala tindakan) yang berhubungan dengan agama. 20
16
17 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (jakarta : balai
putaka, 2005), 859.
18 Bimo walgito, pengantar psikologi umum (yogyakarta : andi ofset, 2010),11
19 W.J.S. Poerdaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (jakarta : balai pusta, edisi 3, 2001), 7
20 Pusat pengembangan bahasa , kamus besar bahasa indonesia (jakarta : balai pustaka, 1990),11
Berdasarkan urain di atas prilaku beragama berarti segala tindakan perbuatan
atau ucapan yang dilakukan seseorang sedangkan perbuatan atau tindakan serta
ucapan tadi akan kaitannya dengan agama, semuanya di lakukan karena adanya
kepercayaan kepada tuhan dengan ajaran, kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan. Oleh karena itu dalam agama ada ajaran-ajaran yang
dilakukan bagi pemeluk-pemeluknya, bagi agam islam, ada ajaran yang harus
dilakukan dan ada pula yang berupa larangan. Ajaran-ajaran yang berupa perintah
yang harus di lakukan di antaranya adalah sholat, zakat, puasa, haji, menolong orang
lain yang sedang kesusahan dan masih banyak lagi. Sedangkan yang ada kaitannya
dengan larangan itu lagi banyak seperti, minum-minuman keras, judi, korupsi, main
perempuan dan lain-lain.
Oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung banyak
aktivitas yang telah kita lakukan baik itu yang ada hubungannya antara mahkluk
agama dengan pencipta, maupun hubungan antara makhluk dengan sesama makhluk,
itu pada dasarnya itu sudah di atur oleh agama. 21
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prilaku
keagamaan adalah tanggapan atau reaksi nyata seseorang sebagai akibat dari
akumulasi pengalaman, pengalam sebagai respon yang di terimanya, yang diwujudkan
dalam bentuk ibadah keseharian seperti sholat, puasa, sabar, tawakkal, dan bergaul
dengan sesama.
hukum. Indikator itu yang nantinya akan berpengaruh besar terhadap kesadaran
hukum. Oleh karena itu, kesadaran hukum adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam
diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban dengan ketentraman yang
21
dikehendaki atau sepantasnya. Teori dalam faktor yang berpengaruh dikemukakan
oleh B.Kutschincky dalam Soerjono Soekanto, antara lain: 22
1. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum;
2. Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum;
3. Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum;
4. Pola-pola perikelakuan hukum.
dibawah ini, antara lain: 23
1. Indikator pertama adalah pengetahuan tentang hukum. Seseorang mengetahui
bahwa perilaku-perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum
yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.
Perilaku tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku
yang diperbolehkan oleh hukum.
2. Indikator yang kedua adalah pemahaman hukum, yaitu sejumlah informasi yang
dimiliki seseorang mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu. Pemahaman
hukum disini adalah suatu pengertian terhadap isi dan tujuan suatu peraturan dalam
hukum tertentu serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh
peraturan tersebu.
3. Indikator yang ketiga adalah sikap hukum, yaitu suatu kecenderungan untuk
menerima hukum karena adanya penghargaan terhadap hukum sebagai sesuatu
yang bermanfaat atau menguntungkan jika hukum tersebut ditaati. Seseorang disini
yang nantiya akan mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian tertentu
terhadap hukum.
4. Indikator yang keempat adalah pola perilaku, yaitu dimana seseorang atau dalam
suatu masyarakat warganya mematuhi peraturan yang berlaku. Indikator ini
merupakan indikator yang paling utama, karena dalam indikator tersebut dapat
dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat, sehingga
seberapa jauh kesadaran hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari pola perilaku
hukum.
tentang isi, sikap hukum dan pola perikelakuan hukum. Pengetahuan yang dimilikinya
22 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, .159.
23 Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, (Bandung, 1993), 40-42.
kebanyakan diperoleh dari pengalaman kehidupan sehari-hari, sehingga kesadaran
hukum yang meningkat tergantung pada meningkatnya materi ilmu hukum yang
disajikan. Jadi, setiap indikator kesadaran hukum menunjukan taraf kesadaran hukum,
apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu hukum maka kesadaran hukum
yang dimiliki masih rendah. Pengertian dan pemahaman hukum yang berlaku perlu
dipertegas secara mendalam agar masyarakat dapat memiliki suatu pengertian terhadap
tujuan dari peraturan tersebut untuk dirinya sendiri dan masyarakat pada umumunya.
3. Narapidana
orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana);
terhukum. Sementara itu, menurut kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa
Narapidana adalah orang hukuman; orang buaian. Selanjutnya berdasarkan kamus
hukum narapidana diartikan sebagai berikut: Narapidana adalah orang yang menjalani
pidana dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang di
pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah orang atau
terpidana yang sedang menjalani masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan
dimana kemerdekaannya hilang. 24
pidana hilang kemerdekaan didalam lembaga pemasyarakatan. 25
Narapidana ialah Orang Hukuman; orang yang dimasukkan kedalam Lembaga
Pemasyarakatankarena telah dijatuhi Pidana oleh Pengadilan. Cuti Narapidana : cuti
24
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), 107
yang diberikan kepada narapidana karena alasan-alasan yang penting, misalnya : orang
tua meninggal/sakit keras, cuti diberikan selama 6 jam dan tidak boleh menginap serta
dikawal oleh petugas atau Polisi. Lihat Reglement Penjara LN 1917 No.708. 26
Sesuai
dengan Pasal 1 butir 32 KUHAP: Terpidana adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 27
4. Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) adalah bangunan untuk menempatkan
tersangka atau terdakwa selama masih dalam proses penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan dipengadilan negeri, pengadilan tinggi dan mahkamah agung. 28
Penjara
ialah Rumah, gedung, bangunan tempat yang dipergunakan untuk mengurung orang
hukuman penjara. 29
Penjara (gevangenis ; prison) :
1. Tempat narapidana harus menjalani pidana hilang kemerdekaan atau hilang
kebebasan, yang dijatuhan hakim terhadapnya;
2. Bangunan tempat narapidana menjalani pidananya-lembaga pemasyarakatan. 30
Rumah Tahanan disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan). 31
tersebut di sebut dengan istilah penjara. Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan
26
28 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana..., 133
29 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia..., 460
30 Andi Hamzah, Kriminologi Hukum Pidana..., 116
31 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 3
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh didirikan pada tahun 1911 oleh
Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Rumah Penjara dengan sistem
Kepenjaraan diatur dalam OrdonantieOpde Voorwaardelijk in Vryjheld Stelling (1917
– 749, 1917 – 708, 10 Desember 1917). Setelah runtuhnya Kolonial Belanda dan
tercapainya Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, Rumah Penjara
menjadi milik Pemerintah Republik Indonesia sekaligus mewarisi sarana dan sistem
Kepenjaraan. Rumah Tahanan Negara Klas II.B Sungai Penuh terletak di jantung Kota
Sungai Penuh yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Kerinci, berdiri di
atas tanah seluas lebih kurang 2.254 M 2 dengan sertifikat hak pakai No. 2. Rumah
Tahanan Negara mempunyai tugas melaksanakan perawatan terhadap tersangka,
terdakwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 32
F. Metode penelitian
1. Pendekatan Penelitian
hubungan masyarakat dengan mengkaji tentang pembinaan keagamaan dalam
meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
sampling. Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang
sering digunakan dalam penelitian. Secara bahasa, kata purposive berarti sengaja. Jadi,
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya,
peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil tidak secara acak, tapi ditentukan
32
secara kualitatif bukan dengan cara kuantitatif yang menggunakan alat ukur tertentu.
Paradigma alamiah, menurut Lincoln dan Guba, peneliti mulai den gan asumsi
bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi
konteksnya sendiri. Selain itu, dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan
faktor-faktor kontekstual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring
sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya
(construction). Dengan demikian tujuannya bukan memusatkan diri pada adaya
perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan dalam generalisasi. 34
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 35
Melalui
sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal.
2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting Penelitian
M. Nashihun Ulwan, Teknik Pengambilan Sampel Dengan Metode Purposive Sampling,
Internet, diakses melalui alamat http:www.portal-statistik.com/2014/02/teknik-pengambilan-sampel-
34 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 223-
224.
Lokasi penelitian ini di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci, dengan alasan masih dihadapkan pada permasalahan pembinaan keagamaan
dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci, dan permasalahan ini belum pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya, di samping kemudahan akses data dari lapangan.
b. Subjek Penelitian
subjek yang diteliti adalah narapida itu sendiri. Subjek dalam penelitian ini
sebagian didatangi dan diwawancarai, dan sebagian lagi didatangi untuk diamati atau
diobservasi secara langsung. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data
yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi
melalui teknik triangulasi, sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan
dicatat untuk pertama kalinya. 36
Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian
ini adalah data tentang pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
36
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah (Jambi: Sulthan Thaha Press, 2007), 87.
a) Bentuk pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran beragama di Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b) Kendala pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran beragama
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
c) Upaya meningkatkan pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran
beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau
publikasi lainnya. 37
mengenai gambaran umum Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci,
seperti:
Sumber data menguraikan sumber data yang digunakan dalam penelitian seperti
manusia, peristiwa dan dokumentasi. 38
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini
adalah narapidana itu sendiri.
38 Mohd. Arifullah, dkk, Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa (Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi, 2010), 33.
4. Metode Pengumpulan Data
Observasi
memudahkan dan membantu peneliti dalam memperoleh data. Metode observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi nonpartisipan, yang mana
peneliti melibatkan diri secara langsung dalam lingkungan penelitian mengenai
pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, yang meliputi:
1) Bentuk pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana
di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
2) hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
3) sUpaya meningkatkan pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran
hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Wawancara
memperoleh informasi dari terwawancara.” 40
Wawancara terstuktur digunakan sebagai
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
39
40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 155.
c. Dokumentasi
yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, prasasti,
legger, agenda dan sebagainya.” 41
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan
informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-
catatan, dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Dokumentasi
penulis gunakan sebagai instrumen utama untuk memperoleh semua data-data yang
berhubungan dengan gambaran umum Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci, seperti:
4) Keadaan program kerja.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data
mengalir, yang menurut Miles dan Huberman yang pada Prinsipnya kegiatan analisis
data ini dilakukan sepanjang kegiatan penelitian (during data collection), dan kegiatan
yang paling inti mencakup:
catatan-catatan yang tertulis di lapangan.” 42
Masalah pembinaan keagamaan dalam
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 231.
42 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohedi
Rohidi, (Jakarta: UI Press, 2007), 16.
meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci diambil melalui wawancara dan observasi kemudian dianalisis
dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data tersebut sehingga bisa disajikan.
b. Penyajian Data
melakukan penarikan kesimpulan.” 43
keagamaan dalam meningkatkan kesadran hukum narapidana di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci yang telah direduksi melalui bab-bab yang
sudah tersedia.
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.” 44
Kesimpulan ini dapat dibuat setelah seluruh data dianalisis mengenai pembinaan
keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapida di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
43
44 , Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah… 19
tidak. Mengapa bisa demikian? Karena seperti telah dikemukakan di atas bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang
atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
suatu teknik pemeriksaan data antara lain; melakukan perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, triangulasi dan diskusi sejawat. 45
Berikut penjelasannya:
kepercayaan yang dikumpulkan. Melalui teknik ini, peneliti akan berusaha untuk
meningkatkan frekuensi kehadiran di lokasi penelitian dengan mengunjungi ke Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci pada waktu jam kerja agar peneliti
dapat menyelami „budaya” kerja personalia terkait dengan peran penyuluh agama
dalam meningkatkan prilaku beragama terhadap korban penyalahgunaan napza di
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Ketekunan Pengamatan
Peneliti berusaha menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian
ini secara terperinci. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap
permasalahan yang menonjol dalam penelitian dan berusaha mencari solusinya dengan
berpedoman pada literatur yang ada, misalnya pembinaan keagamaan dalam
45
meningkatkan kesadaran hukum narapida di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan
terhadap data itu. 46
Jadi dalam hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di
lapangan berkenaan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triangulasi
dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang kaya, pemerintah.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 47
Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: Pertama, pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data.
Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama. Triangulasi dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya
46
47 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 330-331.
untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analisis lainnya. Sedangkan,
triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan
secara logika. 48
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek
kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang pembinaan
keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci dari sumber hasil observasi, wawancara
maupun melalui dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawab keseluruhan data
yang diperoleh di lapangan dalam penelitian tersebut.
d. Diskusi Teman Sejawat
Teknik ini juga digunakan untuk membangun keterpercayaan atau keabsahan yang
merupakan suatu proses di mana seorang peneliti mengekspos serta
mengkonsultasikan hasil penelitian yang diperolehnya kepada dosen pembimbing,
dengan melakukan suatu diskusi dan konsultasi secara analitis dengan tujuan untuk
menelaah aspek-aspek penemuan yang mungkin masih bersifat implisit. Melalui
teknik ini, diharapkan peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan saran konstruktif,
serta dapat memberikan kesempatan kepeda peneliti untuk mengembangkan dan
menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu desain metodologis yang muncul.
G. Studi Relevan
Tinjauan pustaka atau telaah pustaka atau dapat juga disebut landasan teori
merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mencari data tentang masalah
penelitian. Dengan kata lain analisis teoritis tentang masalah yang diteliti, yang
dikaitkan dengan hasil-hasil peelitian yang telah ada dan atau hasil studi pustaka.
48
Adapun setelah penulis melakukan studi ke pustaka, penulis menemukan
beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini, dari beberapa
penelitian tersebut, belum ada penelitian yang membahas secara khusus mengenai Pola
Pembinaan keagamaan Narapidana di RUTAN Kelas II B Sungai Penuh. Diantara
beberapa penelitian yang penulis temukan tersebut antara lain :
1. Skripsi Andi Saputro Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2015 dengan judul “ Sistem Pembinaan Anak Didik
Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari setelah
berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak”.
Adapun hasil penelitian menjelaskan Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Wonosari berjalan dengan baik akan tetapi kurangnya
tenaga pembina yang Ahli dibidangnya sangat kurang. Sementara ini petugas
pembina masih dari staf petugas pembina untuk dewasa sama, yang
seharusnya petugas tersebut adalah Ahli menangani anak. Harus dibedakan
pembina anak dengan dewasa. Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Wonosari menyesuaikan UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Anak. 49
2. Skripsi Isnawati Mahasiswi Universitas Mulawarman tahun 2014 dengan judul
“Peran Tamping dalam Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara
Kelas II A Samarinda” yang menjelaskan Tamping berperan aktif dalam
kegiatan penyuluhan dan aktivitas Rohani di lingkungan Rumah Tahanan
Negara Kelas II A Samarinda yang dikoordinir olrh Tamping Masjid, proses
pembinaan dan aktivitas jasmani merupakan tanggungjawab bersama antara
pihak Rutan dan Tamping dan seluruh Penghuni Rutan. Peran Tamping sebagai
Fasilitator antara Narapidana atau tahanan dengan petugas maupun antara
Narapidana atau tahanan dengan keluarga Narapidana cukup baik dan
dibangun atas dasar saling percaya, serta memfasilitasi Narapidana lainnya
agar tampil dan memiliki keahlian khusus dan juga dapat mempercepat
adaptasi dan pemulihan serta rehabilitasi para Narapidana sebelum diterjunkan
ke masyarakat. 50
49
Andi Saputro, “ Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Wonosari setelah berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak” Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2015).
50 Isnawati, “Peran Tamping dalam Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Samarinda” Skripsi Universitas Mulawarman, (2014).
3. Skripsi Nur Jayani Mahasiswi Universitas Negeri Semarang tahun 2013
dengan judul “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB
Kabupaten Jepara” yang menjelaskan tentang peranan petugas yang dibutuhkan
untuk membimbing para narapidana agar tidak kembali melakukan perbuatan
yang sama. 51
4. Skripsi Ati Mujizati Mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang tahun 2009 dengan judul “Peran Bimbingan Rohani Islam dalam
Memelihara Kesabaran Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Islam
(RSUI) Harapan Anda Tegal”.
banyak dijumpai pada pasien dan keluarganya yang tingkat agamanya minim.
Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran bimbingan rohani Islam
di rumah sakit umum Islam Harapan Anda Tegal sangat besar yaitu: (1)
Menumbuhkan rasa sabar dan ikhlas pada diri pasien dan keluarganya sesuai
materi yang disampaikan (2)Memotivasi kesembuhan pasien (3)
Menumbuhkan rasa tenang pada diri pasien, serta menghilangkan rasa gelisah
pada diri pasien. Karena dengan adanya bimbingan rohani Islam pasien bisa
tersugesti, lebih tenang, lebih sabar dan mau berikhtiar serta bersemangat untuk
cepat sembuh selain itu pasien juga selalu mamasrahkan dirinya kepada Allah
SWT. Rekomendasi atau saran yang dapat di berikan bagi perawat rohani
adalah perlu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan tentang
teknik-teknik bimbingan rohani agar layanan yang diberikan lebih berkualitas.
Selain itu diperlukan juga penambahan personil petugas rohani dengan tenaga
profesional agar pelayanan yang diberikan lebih komprehensif dan
profesional. 52
51
Nur Jayani, “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB Kabupaten Jepara” Skripsi
Universitas Negeri Semarang, (2013).
52 Ati Mujizati, Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Memelihara Kesabaran Pasien Rawat Inap
di Rumah Sakit Umum Islam (RSUI) Harapan Anda Tegal Tahun 2008, Skripsi (Semarang: Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2009).
Rumah Tahanan Negara dan perbedaanya : Skripsi Andi Saputro membahas tentang
Sistem Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Wonosari setelah berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, Skripsi Isnawati membahas tentang Peran Tamping dalam Pembinaan
Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Samarinda yang menjelaskan
Tamping berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan dan aktivitas Rohani di
lingkungan Rumah Tahanan Negara Kelas II A Samarinda yang dikoordinir oleh
Tamping Masjid, proses pembinaan dan aktivitas jasmani merupakan tanggung jawab
bersama antara pihak Rutan dan Tamping dan seluruh Penghuni Rutan dan skripsi Nur
Jayani membahas tentang Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB
Kabupaten Jepara yang menjelaskan peranan petugas yang dibutuhkan untuk
membimbing para narapidana agar tidak kembali melakukan perbuatan yang sama.
Sedangkan dalam Penelitian ini, penulis berusaha mengkaji Pembinaan keagamaan
Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Kerinci yang
mempunyai tugas ganda Perawatan Tahanan dan Narapidana berdasarkan UU No. 12
Tahun 1995, Mencari faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan
Narapidana serta mengugkapkan upaya-upaya yang diakukan Rutan Sungai Penuh
dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi untuk menuju sistem yang baik.
BAB II
KABUPATEN KERINCI
A. Sejarah Singkat Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh.
Rumah Tahanan Negara (disingkat Rutan) adalah tempat tersangka atau
terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan di Indonesia. Rumah Tahanan Negara merupakan unit pelaksana teknis di
bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen
Kehakiman). Rutan didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau kota, dan apabila
perlu dapat dibentuk pula Cabang Rutan. Di dalam rutan, ditempatkan tahanan yang
masih dalam proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. 53
Rutan merupakan tahap akhir dari sistem peradilan pidana. Sistem peradilan
pidana sendiri terdiri dari 4 (empat) sub-sistem yaitu Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan dan Rutan/Lembaga Pemasyarakatan. Sub-sistem Rutan sebagai sub-
sistem terakhir dari sistem peradilan pidana mempunyai tugas untuk melaksanakan
pembinaan terhadap terpidana khususnya pidana pencabutan kemerdekaan. Dengan
demikian berhasil tidaknya tujuan yang hendak dicapai dalam sistem peradilan pidana
baik tujuan jangka pendek yaitu rehabilitasi dan resosialisasi narapidana, tujuan jangka
menengah untuk menekan kejahatan serta tujuan jangka panjang untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat di samping ditentukan/dipengaruhi oleh sub-sub sistem
peradilan pidana yang lain yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, selebihnya juga
sangat ditentu¬kan oleh pembinaan yang dilakukan Rutan sebagai pelaksanaan dari
pidana pencabutan kemerdekaan, khususnya pidana penjara. 54
53
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), 107
54 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
membina dan mengembalikan kesatuan hidup masyarakat yang baik dan berguna.
Dengan perkataan lain Rutan melaksanakan rehabilitasi, reedukasi, resosialisasi dan
perlindungan baik terhadap narapidana serta masyarakat di dalam pelaksanaan
sistem pemasyarakatan. Dengan sistem pemasyarakatan sebagai dasar pola
pembinaan narapidana di Rutan diharapkan dapat berhasil dalam mencapai tujuan
resosialisasi dan rehabilitasi pelaku tindak pidana/narapidana, maka pada gilirannya
akan dapat menekan kejahatan dan pada akhirnya dapat mencapai kesejahteraan
sosial seperti tujuan sistem peradilan pidana (jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang). Dengan demikian keberhasilan sistem pemasyarakatan di dalam
pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana di Rutan akan berpengaruh pada
keberhasilan pencapaian tujuan sistem peradilan pidana. 55
Salah satu rutan yang ada di Indonesia adalah rutan Sungai Penuh yang
masih ada sampai saat ini. Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh didirikan pada
Tahun 1911 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Setelah runtuhnya Belanda dan
tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia pada Tahun 1945, Rumah Penjara
menjadi milik Pemerintahan Republik Indonesia sekaligus mewarisi saran dan
sistem Kepenjaraan. Pada tahun 1964 Rumah Penjara Sungai Penuh diganti
namanya menjadi Lembaga Pemasyarakatan Klas III Sungai Penuh. Fisik
Bangunan kali renovasi sebagai berikut :
1. Renovasi permanent pada tahun 1964
2. Rehabilitasi berat pada tahun 1981/1982
3. Rehabilitasi berat pada tahun 1991/1992
4. Rehabilitasi Ringan pada tahun 1995/1996
5. Penambahan Blok serta bangunan Kantor Lantai II pada tahun 2003
55
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 15 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
6. Penambahan Blok Hunian Lantai II, Pembuatan Pagar tembok keliling dan
Rehabilitasi Blok Hunian yang terkena Bencana Alam Tahun 2005
7. Rehabilitasi ringan pada tahun 2008. 56
Dengan adanya Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.03 UM.01.06 tahun
1983 dalam Pasal 1 menjelaskan bahwa : Lembaga Pemasyarakatan Klas III Sungai
Penuh ditetapkan sebagai Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh.
B. Letak Geografis Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh.
Wilayah daerah Kabupaten Kerinci berada di barat Provinsi Jambi terletak di
antara 1 o 40
o 26
diantara 101 o
o 500
o bujur timur. Daerah ini
beriklim tropis dengan suhu rata-rata 22 o C. Kelembaban 84 Mm Hg dan mempunyai
ketinggian diantara 500 M – 1.500 M dari permukaan laut. Luas Wilayah Daerah
Lebih kurang 4.200 Km 2 yang dikelilingi Bukit barisan dan Gunung Kerinci. Jarak
dengan kota Propinsi Jambi 408 Km.
Batas – Batas wilayah Kab. Kerinci :
1. Sebelah Utara : Kab. Solok
2. Sebelah Selatan : Kab. Merangin
3. Sebelah Timur : Kab. Bungo
4. Sebelah Barat : a. Kab. Bengkulu Utara
b. Kab. Pesisir Selatan 57
Mata pencarian masyarakat Kerinci pada umumnya dibidang pertanian. Tradisi
yang masih dilaksanakan hingga kini adalah Kenduri Sko, yaitu penyucian dan
mengarak benda – benda pusaka yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Nuansa
masyarakat yang religius, pengaruh tokoh agama dan ketua adat dalam kehidupan
56
57 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
bermasyarakat sangat karismatik dan dominan dalam membangun masyarakat kerinci
yang “ Akhlaqul Karimah “ sehingga wilayah daerah Kerinci juga dijuluki “ SERAMBI
MADINAH “. 58
Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh merupakan Unit Pelaksanaan
Teknis yang bernaung dibawah Direktorat Jendral Pemasyarakatan Kementerian
Hukum dan HAM Republik Indonesia yang melaksanaan Perawatan Tahanan dan
Pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan. Dalam pelaksanaan Perawatan
Tahanan dan Pembinaan narapidana yang berbasis Sistem Pemasyarakatan, Rumah
Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Mempunyai tugas ganda Perawatan
Tahanan dan Pembinaan Narapidana karena di Sungai Penuh/Kabupaten Kerinci tidak
terdapat Lembaga Pemasyarakatan. Dasar Pelaksanaan Pembinaan di Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai Penuh adalah Undang-Undang RI nomor 12 tahun 1995
tentang Pemasyarakatan.
Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai Penuh terletak di jantung Kota
Sungai Penuh sebaga iIbu Kota Kabupaten Kerinci. Berdirinya diatas Tanah seluas
lebih kurang 2.245 M2 dengan sertifikat Hak Pakai No.2 dengan Batas– batas sebagai
berikut :
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan STIE Yayasan Sakti
Alam Kerinci
d. SebelahTimur : Berbatasan dengan Jalan Raya. Jend.
Sudirman. 59
58
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 15 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
59 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh dilihat dari jarak tempuh dengan UPT
Pemasyarakatan dilingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Jambi sebagaiberikut :
4. LapasKlas I A Jambi : 418 Km
5. LapasKlas II.B Kuala Tungkal : 560 Km
Adapun Struktur Bangunan terdiri dari :
Tabel 2:1. Struktur Bangunan Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
Tahun 2018. 60
1 Kamar Napi 10
2 Kamar Tahanan 3
3 Gedung Kantor 11
8 Ruang Pendidikan 1
9 Ruang Musholla 1
10 Ruang Tamu 1
11 Perpustakaan 1
Tabel di atas menjelaskan bahwa data bangunan atau ruang penunjang yang ada
di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh sudah memenuhi kebutuhan
narapidana dan petugas yang ada didalamnya. Fasilitas dan bangunan yang lengkap
akan membuata petus dan terutamanya narapida merasa dihargai sehingga akan
berdampak pada kelancaran pembinaan narapida di dalamnya.
Setiap kamar di Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai Penuh berkapsitas 5-
10 orang. Jumlah Pegawai yang ada di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh adalah berjumlah 48 orang yang terdiri dari 7 orang jenis kelamin perempuan
dan 41 orang dengan jenis kelamin laki-laki.
C. Tugas dan Fungsi Organisasi
Sebagai salah satu instansi vertikal, Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai
Penuh melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan yaitu melaksanakan Perawatan Tahanan dan Pembinaan terhadap
Narapidana sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang- Undang
Pemasyarakatan. Tujuannya adalah agar Narapidana menyadari kesalahannya, tidak
melanggar hukum lagi, dan dapat menjadi manusia yang mandiri dalam rangka ikut
berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
Adapun tugas pokok dan fungsi utama Rumah Tahanan Negara Klas II B
Sungai Penuh dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tugas : Melaksanakan Perawatan terhadap tersangka atau terdakwa sesuai
dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Fungsi :
3. Melakukan pengelolaan Rutan dan Urusan Tata Usaha. 61
D. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
Gambar 2:2
TANGGAL 20 SEPTEMBER 1985 No. M.04.PR.07.03 TAHUN 1985 62
61
62 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Kepala Rutan Sungai Penuh
PETUGAS TU
Purnawanto, SH
Pegawai dalam suatu organisasi merupakan motivator secara langsung sebagai
pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Lembaga pemasyarakatan sebagai instansi
pemerintah narapidana, diatur para pegawainya yang benar karena para pegawai pada
lembaga pemasyarakatan berhadapan langsung dengan para narapidana. Keadaan
pendidikan pegawai Rutan sebagai berikut:
1. Sarjana (S2) : 1 Orang
2. Sarjana (S1) : 11 Orang
3. SLTA : 23 Orang
Golongan pegawai negeri sipil Rutan Sungai Penuh adalah:
1. Golongan Iv/a : 1 Orang
2. Golongan III/d : 2 Orang
3. Golongan III/c : 5 Orang
4. Golongan III/b : 5 Orang
5. Golongan III/a : 5 Orang
6. Golongan II/d : 4 Orang
7. Golongan II/c : 2 Orang
63
Kepegawaian
9. Golongan II/a : 1 Orang. 64
Pegawai Rumah Tahanan Negara klas II B Sungai Penuh jumlah : 48 Orang
dengan komposisi:
1. Petugas Pengamanan
Keamanan dan ketertiban dalam Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai
Penuh diatur dalam sistem regu yang bertugas secara bergeliran 4 regu penjagaan,
masing-masing terdiri dari 4 (empat) Orang petugas setiap regu.
2. Petugas Pelayanan Tahanan
Untuk melakukan administrasi dan perawatan, mempersiapkan pemberian
bantuan hukum dan penyuluhan bagi Tahanan serta juga berperan sebagai operator
sistem data base pemasyarakatan, perawatan dan pembinanaan kepribadian terdiri dari
8 orang.
Kepegawaian dilingkungan Rumah Tahanan Negara dengan jumlah 7 orang.
4. Petugas Tata Usaha
Untuk melakukan surat-menyurat dan kearsipan dengan jumlah 1 orang. 65
E. Visi, Misi dan Motto Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
1. Visi
65 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Memberi Kepastian Perlindungan dengan Penegakkan Hukum serta Hak Asasi
Manusia Tahanan.
2. Misi
a. Melaksanakan Pelayanan, Perawatan dan Keamanan Tahanan sesuai dengan Tugas
Pokok dan Fungsi RUTAN Berkonsisten dan Berkesinambungan.
b. Melaksanakan Kelembagaan yang Profesional, Transparan dan Akuntabel.
3. Motto
ASRI :Aman
program kerja sebagaiman dirumuskan dalam dokumen Rencana Kerja Tahunan dan
Penetapan Kinerja Tahunan, yaitu.
menengah dan berbasis kinerja yang terintegrasi, tepat waktu dan akurat.
b. Pengelolaan Barang Milik Negara yang tepat waktu, terintegrasi dan akuntabel.
c. Pengelolaan Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran yang tepat waktu, terintegrasi
dan akuntabel.
d. Unit kerja yang memiliki SDM professional sesuai kebutuhan dan kaderisasi yang
berkesinambungan.
e. Pencapaian standar pelayanan prima dan target kinerja dengan administrasi yang
akuntabel. 66
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Saat ini Jumlah penghuni per 03 Januari 2019 sebanyak 137 orang. Kemudian
Perkara yang menonjol rata-rata pebulan sebagai berikut:
1. Pencurian : 14 %
3. Kesusilaan : 18 %
4. Korupsi : 12 %
5. lain lain : 12 %. 67
Tabel 2.2. Jumlah Narapidana dan Tahanan di Rumah Tahanan Negara Kelas II
B Sungai Penuh bulan Maret 2019 :
No Status Tahanan/Narapidana Jumlah
4 Tahanan Tingkat Banding (A.IV) 2
5 Tahanan Tingakat Kasasi (A.V) -
6 Narapidana lebih satu tahun (B.I) 93
67
Oki Apriyanto, pengelola SDP, Rekapitulasi Keadaan Isi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh,
2018
9 Hukuman kurungan (B.III) 3
Jumlah 137
Sumber : Dokumen Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Maret 2019
G. Sarana dan Prasarana
prasarana pedukung guna mencapai keberhasilan yang ingin dicapai. Sarana dan
prasarana tersebut meliputi:
dalamnya. Keadaan gedung yang layak dapat mendukung proses pembinaan yang
sesuai harapan. Di Indonesia sendiri, sebagian besar bangunan Rutan / Lembaga
Pemasyarakatan merupakan warisan kolonial, dengan kondisi infrastruktur yang
terkesan ”angker” dan keras. Tembok tinggi yang mengelilingi dengan teralis besi
menambah kesan seram penghuninya.
Pemasyarakatan sangat terbatas, baik dalam jumlahnya maupun dalam jenisnya, dan
bahkan ada sarana yang sudah demikian lama sehingga tidak berfungsi lagi, atau kalau
toh berfungsi, hasilnya tidak memadai dengan barang-barang yang diproduksikan di
luar (hasil produksi perusahan).
Petugas pemasyarakatan adalah pegawai negeri sipil yang menangangi
pembinaan narapidana dan tahanan di Rutan. Berkenaan dengan masalah petugas
pembinaan di Rutan, ternyata dapat dikatakan belum sepenuhnya dapat menunjang
tercapainya tujuan dari pembinaan itu sendiri, mengingat sebagian besar dari mereka
relatif belum ditunjang oleh bekal kecakapan melakukan pembinaan dengan
pendekatan humanis yang dapat menyentuh perasaan para narapidana, dan mampu
berdaya cipta dalam melakukan pembinaan. 68
Kegitan Rutinitas Narapidana
1 Senin 07.00 - Selesai Upacar Bendera Pegawi Rutan
2 Selasa 10.00 - Selesai Ceramah Agama Pembimbing Agama
3 Rabu 10.00 - Selesai Senam Bersama Pegawai Rutan
4 Kamis 10.00 - Selesai Periksa Kesehatan Tim Kesahatan Rutan
5 Jumat 10.00 - Selesai Yasinan Bersama Pegawai Rutan
6 Sabtu/Minggu _ _ _
BAB III
BERAGAMA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA
SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI
Beragama di Rumah Tahan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
Dalam tatanan kehidupan sosial, sebenarnya sudah terdapat aturan-aturan yang
diberlakukan agar setiap individu dapat hidup aman dan sejahtera. Akan tetapi pada
zaman modern era globalisasi kemajuan teknologi sangat bertumbuh pesat, kemajuan
teknologi itu memberikan sisi positif yang menjadikan kemajuan hidup lebih efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan, namun memberikan sisi negatif yang
memberikan efek yang berkepanjangan bagi masyarakat. Salah satu dampaknya adalah
angka kriminalitas meningkat dengan keberagaman aksi kekerasan di dalamnya baik
dari perbuatan individu maupun perbuatan kelompok yang mengakibatkan kerugian
untuk orang lain dan tidak sedikit dari mereka terseret ke dalam penjara atau Lembaga
Pemasyarakatan karena perbuatan menyimpang yang mereka lakukan melanggar
hukum. Untuk menyikapi hal tersebut manusia dituntut untuk berusaha memegang
teguh nilai-nilai moral. 69
Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan atau apa yang boleh serta
yang dilarang. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang yang nyata-nyata
berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan hukum yang mungkin akan
terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk bertindak menurut hukum. Sistem
bekerjanya hukum yang demikian itu merupakan salah satu bentuk penegakkan
hukum.
Dalam sistem hukum indonesia dikenal hukum kepidanaan, yakni sistem aturan
yang mengatur semua perbuatan yang tidak boleh dilakukan (yang dilarang untuk
69 Amin Haedari, PembinaanAgama Di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang PembinaanAgama dan
Keagamaan, 2010),19.
dilakukan) yang disertai sanksi yang tegas bagi setiap pelanggar aturan pidana tersebut
serta tata cara yang harus dilalui bagi pihak yang berkompeten dalam penegakannya. 70
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
pengertian Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta
cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. 71
Perbuatan melanggar hukum tersebut disebabkan oleh sifat dan perilaku yang
tidak didasari oleh iman yang kuat sehingga bisa dikatakan merupakan suatu bukti
lemahnya iman seseorang terhadap allah s.w.t. karena keyakinan terhadap agama yang
menjadi bagian dari unsur kepribadian itu, akan mengatur sikap dan perilaku
seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak mau mengambil hak orang lain atau
menyelewengkan sesuatu bukan karena takut kemungkinan ketahuan hukuman
pemerintah atau masyarakat, tetapi karena ia takut kehilangan ridhanya yang
diyakininya. 72
Oleh karena itu di sinilah pentingnya peranan suatu agama, dalam membentuk
iman yang kuat. Menurut dasar yang sedalam-dalamnya, agama menghendaki
persatuan umat manusia dalam persaudaraan. Agama islam adalah agama yang dibawa
dan disampaikan oleh nabi muhammad yang bersumber dari al-quran dan hadis, jadi
pelaksanaan pembinaan agama islam adalah proses pemberian bantuan terarah,
berkelanjutan dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara
70 Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia, Prinsip-Prinsip dan Implementasi hukum di Indonesia,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 39-40 71
Uu No 12 Th 1995 Tentang Pemasyarakatan.
72 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental,( Jakarta: Gunung Agung2000).11.
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-quran dan hadis
rasulullah ke dalam dirinya.
Sehingga setelah internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam al-quran dan
hadis telah tercapai dan fitrah beragama telah berkembang secara optimal maka dapat
tercipta hubungan yang baik dengan allah, dengan manusia dan alam semesta sebagai
perwujudan dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi. 73
Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkah
laku yang berasal dari kekuatan ghaib. Emile Durkheim mengatakan bahwa agama
adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah agama biasanya mengajarkan beberapa hal
pokok yang menjadi ruang lingkup ajarannya. Ruang lingkup tersebut adalah
keyakinan dan sistem nilai. Keyakinan adanya suatu kekuatan yang mengatur dan
menciptakan alam dan seisinya. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari
kedekatan diri kepada tuhannya dengan cara menghambakan diri yaitu dengan cara
mentaati segala perintah dan menjauhi larangan tuhan. Sedangkan ruang lingkup yang
lain adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan atau alam semesta yang berkaitan
dengan keyakinannya. Islam adalah agama yang mempunyai ajaran luhur, dikatakan
ajaran yang lengkap menyeluruh dan sempurna karena ajarannya mencakup segala
dimensi kehidupan manusia, yaitu: dimensi spiritual, sosial, ekonomi, pendidikan, dan
dimensi lainnya. 74
Dengan pembinaan agama ini, diharapkan seorang narapida bisa sadar akan
perbuatan yang salah dan tidak mengulangi kejahatannya lagi, sehingga narapidana
bisa menambah wawasan agamanya, dan mengaplikasikan dalam kehidupan ditengah-
tengah masyarakat setelah narapida keluar dari lembaga permasyarakatan itu. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa secara khusus pembinaan melalui pendidikan agama
dalam hal ini khusus pembinaan-pembinaan agama islam dikalangan narapdana
hendaknya ditujukan kepada tercapainya:
Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam (Jakarta, Amzah 2010),23. 74
Umar Tirtarahardja dan La Sulo. Pengantar Pendidikan (jakarta : rineka cipta, 2008),1.
1. Meningkatnya pengetahuan dikalangan narapidana.
2. Tumbuh dan berkembangnya kesadarauntuk melaksanakan ajaran-ajaran agama
islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan ibadah dan
akhlak.
3. Terwujudnya sikap dan suasana kejiwaan yang diliputi oleh nilai agama islam
seperti : sabar, tawwakal, mutmainah, pasrah, dan tidak putus. 75
Berkaitan dengan pembinaa agama islam yang ada di lembaga pmasyarakatan,
pada umumnya sudah ada baik kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
permasyarakatan, seperti : pengajian rutin, baca tulis al-quran, pelatihan zdikir dan
kultum seminggu sekali dan kegita-kegiatan lainnya. 76
B. Tujuan Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Di
Rumah Tahan Negar Sngai Penuh Kabupaten Kerinci
Manusia sebagai anggota komunitas dari suatu masyarakat mempunyai 2 (dua)
fungsi; individu dan sosial. 77
Dalam fungsinya sebagai makhluk individu, manusia
berhak memenuhi kebutuhan pribadinya, seperti pendidikan kesehatan kebahagiaan
dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan individu, manusia harus mampu
mengoptimalkan peran sosial dimana manusia harus melakukan interaksi dengan
komunitas yang lain.
hidup. Untuk mencapainya manusia harus melakukan aksi dan aktifitas yang kongkrit,
aksi yang efektif menciptakan dinamika dan selalu relevan dengan budaya dan kondisi
sosial kemasyarakatan. Dalam hubungan ini manusia dituntut untuk saling
menyamakan persepsi dan kecocokan untuk mendapatkan sebuah hasil yang positif
yang bisa dinikmati oleh segenap masyarakat. Maka masyarakat membutuhkan aturan
baku yang berfungsi untuk mengatur laju dinamika yang ada. Sehingga dinamika
75
dakwah / khutbah agama islam pusat depertemen agama,1978),34.
76 Observasi, Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh, 25 desember 2018.
77 Fadlolan Musyaffa Muti, Islam Agama Mudah (Tuban, Syauqi Press, 2007), 102.
masyarakat akan menjadi teratur, serasi dan seimbang sesuai keinginan bersama.
Agama dalam fungsinya sebagai pegangan hidup jelas bukanlah barang baru, akan
tetapi kecenderungan manusia meninggalkan agama senantiasa ada dalam kehidupan
manusia terutama ketika budaya hedonisme pandangan hidup yang menganggap
bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin
dan sedapat mungkin menghindari perasaan yang menyakitkan menjadi anutan dan
kehidupan mencapai derajat yang serendah-rendahnya, maka agama biasanya tampil
sebagai sesuatu yang dibutuhkan.
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar spiritual baik yang
memeluk agama atau yang belum beragama, oleh karena itu sadar atau tidak sadar
manusia akan merindukan Tuhan sang pencipta dan pelindungnya. 78
Tujuan pembinaan agama dimaksudkan untuk membantu siterbina supaya
memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan
problem dan juga membantu terbina agar dengan kesadaran serta kemampuannya
bersedia mengamalkan ajaran agamanya. 79
Tujuan pembinaan agama bagi narapidana secara rinci dapat disebutkan sebagai
berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa
dan mental.
2. Menghasilkan perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang mampu
memberikan manfaat bagi diri sendiri, lingkungan sosial dan alam sekitar.
3. Menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi, kesetia kawanan, tolong menolong dan rasa kasih
sayang.
untuk menaati perintah tuhan serta tabah menerima ujian-Nya.
78 Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta, Bumi Aksara,2010) ,20. 79 Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam (Jakarta, Amzah 2010),39.
5. Menghasilkan potensi ilahi, sehingga ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai
persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan. 80
C. Metode Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Di
Rumah Tahan Negar Sngai Penuh Kabupaten Kerinci
[D]asar pembinaan agama Islam berdasarkan Peraturan Pemerintah No 31 Tahun
1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, sedangkan
tujuan pelaksanaan pembinaan agama Islam secara umum adalah memberikan bekal
dan menambah keimanan narapidana/tahanan agar dikemudian hari saat mereka sudah
keluar dari Rutan tidak mengulangi tindak kriminal yang pernah dilakukan. 81
Secara teknis penggunaan metode dalam pembinaan agama narapidana yang
dilakukan telah diatur baik dalam peraturan pemerintah maupun keputusan menteri
kehakiman namun pelaksanaan tersebut cenderung disesuaikan dengan keadaan warga
binaan pemasyarakatan dan kemampuan pembimbing tersebut.
[T]ahanan adalah tempat tersangka dan terdakwa ditahan selama proses
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Sebagai
upaya dalam menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berinteraksi secara
sehat dengan masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab, maka di dalam Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh dilaksanakan beberapa pembinaan agama Islam.
Pembinaan agama Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, terus menerus dan
sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah
beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Al- Quran dan Hadis. 82
Agar tercapai tujuan tersebut narapidana di tuntut untuk mengikuti program-
program pembinaan yang telah di tetapkan di Rumah Tahanan Neraga Sungai Penuh
selama masa tahanan berlangsung. Adapun pembinaan agama narapidana di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Sungai Peneuh Kabupaten Kerinci meliputi kegiatan
aebagai berikut :
Samsul Munir Amin, Bimbingan.... hlm. 43
81 Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
82 Amra, Kasi Pelayanan Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21 Desembwer 2018 .
Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
1. Pola Pembiasan Sholat Berjamaah
Sholat dhuhur berjamaah dilaksanakan atas peraturan atau perintah di Rutan
dan pelaksanaannya mendapatkan pantauan/pengawasan dari petugas, hal ini
dimaksudkan untuk memantau perkembangan perilaku warga binaan.
[S]holat Zduhur berjamaah dilaksanakan di masjid Rumah Tanhanan Negara
Sungai Penuh, dengan dipimpin sala satu petugas rutan. Selain sholat Zdhuhur yang
dikerjakan di masjid Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh para narapidana juga
dianjurkan untuk melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah dikamar
masing-masing yang dipimpin oleh salah satu dari penghuni kamar tersebu. 83
Gambar : 3.1. Pelaksaan Pembiasaan Sholat Berjamaah. 84
Kebiasaan sholat berjamaah di masjid hanya diperbolehkan pada waktu sholat
Zdhuhur, selain itu para narapidana dianjurkan sholat berjamaah di dalam sel masing-
masing. Kebijakan itu dibuat dengan dasar bahwa kegiatan para narapidana di luar sel
hanya pada siang hari, sedangkan pada malam hari para narapidana berada di dalam
83
Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
84 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018.
sel dengan istirahat yang cukup untuk melaksanakan sholat dan makan. Diharapkan
kebiasaan sholat berjamaah dapat mendisiplinkan sholat pada waktunya, menjadikan
narapidana dapat mengatur diri dan membentuk pribadi yang bertakwa kepada Allah
SWT. Dilakukannya pembinaan sholat berjamaah adalah untuk menanamkan nilai
kedisiplinan agar para narapidana terbiasa melaksanakan ibadahnya, sehingga dengan
sendirinya kesadaran beragama akan tertanam pada jiwa mereka.
2. Ceramah Agama
siraman rohani kepada narapidana dan juga nasehat-nasehat agama. Ceramah agama
ini dilakukan oleh petugas bimbingan dari luar dan dalam Rutan sendiri secara
bergiliran sesuai jadwal yang ditentukan, di bawah ini aktivitas ceramah agama di
Rutan Sungai Penuh:
85
Ceramah agama adalah suatu kegiatan pembinaan narapidana/tahanan yang di
sampaikan oleh seorang dai atau pembina agama agar mereka dapat mengetahui dan
memahami ilmu pengetahuan agama Islam sehingga dapat mengamalkan syariat
Islam dengan baik dan benar, dapat mendekatkan diri kepada Allah, serta menyesali
kesalahan yang telah diperbuat dan tidak mengulangi lagi.
[C]eramah agama dilaksanakan seminggu 1 kali, yaitu pada hari selasa pada
pukul 10.00 -11.00 pagi. Yang diikuti oleh semua narapidana/tahanan yang beragama
Islam, adapun pembinaan di lakukan oleh petugas rutan/ orang yang ditunjuk oleh
pihak rutan untuk membina narapidana. 86
Hal tersebut juga dibenarkan oleh narapida lainnya yaitu, saudara Jhonifer dan
Donal yang mengatakan bahwa ceramah agama sangat membatu sekali terhadap kami
yang perlu akan bimbingan untuk mengahadapi kehidupan yang lebih baik lagi apabila
sudah bebas tahanan atau pun masa hukuman agar kami dapat hidup layak dan
berdampingan dengan manusia normal pada umumnya. 87
Di samping kegiatan ceramah rutin terdapat juga ceramah yang disampaikan
pada kegiatan sholat jumat, Pada kesempatan ini cukup efektif oleh para khatib untuk
menyampaikan khutbahnya dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan
khususnya narapidana dan tahanan. Adapun yang bertugas menjadi khatib adalah
pegawai dari kementerian Agama Kabupaten Kerinci yang dijadwalkan secara
bergantian, dengan tema “belajar menjadi manusia yang bermanfaat wawancara
dengan salah satu narapidana yaitu bpk. Budi.
Wawancara dengan Buya Hairul, pembimbing narapidana di Rutan Sungai
Penuh yang mengatakan bahwa: “Materi yang disampaikan yaitu materi-materi yang
berkaitan dengan pengetahuan agama dan materi-materi yang disesuaikan pada realita
yang ada.” 88
86
Budi Reva, Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
87 Jhonifer dan Donal . Narapidana di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
88 Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Dalam metode ini disampaikan pengetahuan yang dapat ditangkap, dipahami
atau dimengerti oleh akal pikiran dan perasaan penghuni Rutan serta menanamkan
kepercayaan atau keyakinan terhadap apa yang telah disampaikan.
3. Dialog atau Tanya jawab
Metode dialog atau tanya jawab ini merupakan tindak lanjut dari metode
ceramah, ini dilaksanakan setelah pembina memberikan penjelasan terhadap materi
yang disampaikan kemudian warga binaan diberi kesempatan untuk bertanya
mengenai materi tersebut yang telah dibahas, yang mereka anggap kurang jelas dan
sulit untuk dipahami. Ataupun sebalik
KELAS II B SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI
SKRIPSI
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
MOTTO
“Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahkan mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. 1
1 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005),421.
ABSTRAK
pelanggaran hukum di tengah masyarakat sehingga mereka dipidana dalam
penegakan hukum tersebut para narapidana diberikan pembinaan keagamaan
dalam meningkatkan beragama bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Sungai Penuh Kabupaten Kerinci. Karena pembinaan keagamaan
memegang peran yang sangat penting untuk mengwujudkan cita-cita bangsa dan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa serta berakhlak mulia dan
mampu menjaga hubungan kedamaian dan kerukunan antar umat beragama.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berupa deskriptif
kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh. Subjek penelitian ini adalah kepala Rutan, staf, pembimbing
keagamaan dan tahanan. Pengumpulan Data dilakukan dengan metode
observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa sangat perlu pembinaan
keagamaan diberikan kepada narapidana dalam meningkatkan kesadaran hukum
bagi mereka. Kemudian metode yang dilakukan dalam pembinaan keagamaan
diantaranya adalah sholat berjamaah dan ceramah agama. Adapun kendala
dalam pembinaan agama narapidana adalah dengan mengatur pembinaan yang
lebih efektif, melakukan pemantauan aktivitas pembinaan sehingga didapatkan
bahwa pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum dapat
merubah prilaku Narapidana sesuai dengan perintah agama dan undang-undang
yang ada serta tujuan yang diharapkan oleh Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
Sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku, Tak henti-hentinya aku
mengucap syukur padaMu ya Rabb Serta shalawat dan salam pada idolaku Rasulullah
SAW dan para sahabat yang mulia
Semoga karya kecil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi
keluargaku tercinta. Kupersembahkan karya mungil ini kepada:
Belahan jiwaku Ibundaku tersayang(MISNAR ) dan untuk Ayahandaku tercinta (ALI
SUPI)
OKTOPIYA, MUHAMMAD AZMIL) semoga adik-adikku tercinta dapat
menggapaikan keberhasilan juga di kemudian hari dan terima kasih tiada tara atas
segala support yang telah diberikan selama ini.
Kepada teman-teman seperjuangan khususnya BPI 2015, sahabat-sahabat seperjuangan
yang tak bisa tersebutkan satu persatu, suatu keindahan yang sangat mendalam di dalam
hidupku. Semoga atas segala pengorbanan dan perjuangan kita mendapatkan balasan
dari Allah SWT. dan semoga Allah memberi rahmat terhadap karya ini di kemudian
hari.
Kepada sahabat Seperjuanganku yang tak senasib HARBAYANTI walaupun dirimu
tidak sampai di titik ini tapi ku persembahkan karya mungil ku ini untk mu dan
terimaksih yang tiada tara atas semua motivasi dan kesabaran yan mendalam telah mau
bersama ku di waktu itu.
Tak lupa juga terima kasih kepada bapak Ruslan Abdul Gani (Pembimbing 1) danbapak
Edy Kusnadi (Pembimbing 2) yang telah banyak membantu dalam membimbing
skripsiku dengan sabar dan penuh keikhlasan. Tanpa bapak yang menuntun selama ini
mungkin ku tak bisa menyusun skripsi ini dengan baik dan benar. Terimakasih banyak
banyak dosen pembimbing terhebat.
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika hidup bisa kuceritakan
di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan terima
kasih untuk semuanya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi
dengan judul „Pembinaan Keagamaan Dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum
Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci’’ dapat diselesaikan dengan baik Sholawat dan salam tak lupa dihaturkan
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW sang suri tauladan umat, beserta
keluarga dan sahabat juga pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan. Namun, semua itu dapat disyukuri, karena banyak sekali pengalaman dan
pelajaran yang penulis dapatkan dari penyelesaian skripsi ini. Dukungan dan
motivasi dari berbagai pihak juga penulis dapatkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1.Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,MH, selaku pembimbing I dan Edy Kusnadi
S.Ag.,M.Phil. selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam
membimbing dan meluangkan waktunya hingga selesai penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. firhat Abbas M.Ag. selaku dosen pembimbing Akademik
3.Bapak Syaroni, S.Ag.,M.Pd. selaku ketua prodi Bimbingan Peyuluhan Islam (BPI)
dan ibu Neneng Hasanah S.Ag., M.Pd. selaku sekretari prodi Bimbingan Penyuluhan
Islam (BPI).
4.Bapak Samsu S.Ag.,M.Pd.I.,Ph.D. selaku dekan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
5.Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
6.Bapak Prof. Dr. H. Suaidi MA, Ph.D sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik dan
Pengembangan pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd sebagai Wakil Rektor II
Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Hj. Fadlillah
M.Pd. sebagai Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7.Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi.
8.Kepala perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi berserta stafnya serta
kepala perpustakaan daerah Jambi.
9.Kepada Kepala Rutan, KA SUBSI Pelayanan Tahanan, KA Pengamanan Rutan,
Pengelola Pembinaan Kepribadian, staf, Petugas/Pegawai dan Narapidana di Rumah
Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh.
10. Kepada sahabat-sahabat, teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan
2015 jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dan semua pihak yang telah banyak
memberikan bantuan, saran kepada penulis memberikan kenangan selama dibangku
kuliah. Semoga amal baiknya akan dicatat sebagai pahala di sisi-Nya.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini.. Disamping itu, disadari juga
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada
semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi
ini. Kepada Allah SWT kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita
memohon kemaafannya. Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah
SWT.
PENGESAHAN………………………………………………………………………iv
MOTTO………………………………………………………………………………..v
ABSTRAK…………………………………………………………………...….…....vi
PERSEMBAHAN…………………………………………………………….….…..vii
B. Permasalahan …………………………………………………………..5
E. Metode Penelitian…………………………………………………..….6
F. Kerangka Teori……………………………………………………….14
G. Studi Relevan…………………………………………………………22
KABUPATEN KERINCI A. Sejarah Singkat………………………………………………............26
B. Letak Geografis……………………………………………………….28
D. Struktur Organisasi……………………………………………...……32
F. Keadaan Warga Binaan…………………………………………........35
G. Sarana dan Prasarana…………………………………………...…….35
BAB III PEMBINAAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
BERAGAMA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN
NEGARA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI.
A. Latar Belakang Pebinaan Agama Narapida ………...........................37
B. Tujuan Pembinaan Agama Narapida…………………………...……40
C. Metode Pembinaan Agama Narapida……………...………………...42
BAB IV SOLUSI DARI BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBINAAN
AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA
BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA SUNGAI
PENUH KABUPATEN KERINCI.
Bagi Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci………………………………………………………………..51
Beragama Bagi Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci..................................................53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………...……………...68
B. Rekomendasi …………………………………………………...........69
Tabel 2.2 : Struktrur Organisasi Rutan …………………………………….………..32
Tabel 2.3 : Latar Belakang Pendidikan Petugas Rutan………………………………60
Table 2.4 : Jumlah Narapidana dan Tahanan di Rutan Negara Kelas II B S………..36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 : Pelaksanaan Ceramah Agama………………………………...……….44
Gambar 3.3 : Pelaksanaan Dialog Tanya Tawab…………………………...………..46
Gambar 3.4 : Pelaksanaan Bimbingan Demonstrasi Verbal…………...…………….48
.
aa Aa
2 Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi (Jambi : Fak.Ushuluddin Iain STS JAMBI, 2014),136-137.
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah/h/.
contoh:
Mirah
2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
melaui Nabi Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya mebawa ajaran-ajaran
yang bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan
manusia. Sumber ajarannya berlandaskan Al-Quran dan al-Hadist. Ajaran islam
meliputi semua asfek kehidupan dan mengatur hubungan seseorang hamba dengan
tuhan atau dengan sesama makhluk-Nya. Islam juga tidak membiarkan suatu
perbuatan mulia selain mengajak kepadanya, dan tidak membiarkan suatu perbutan
rendah selain menginkan bahayanya. 3
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan ummatnya untuk
menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh ummat manusia sebagai
rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagian dan
kesejahteraan ummat manusia. Bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek
kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh. Usaha untuk menyebarluaskan Islam begitu pula untuk merealisir ajarannya
di tengah-tengah kehidupan ummat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang
dalam keadaan bagaimanapun dan dimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam.
Sesuai dengan ajaran agama Islam yang tercantum dalam surat Al-Qashash ayat 77
yang berbunyi:
3 Yatim Abdullah. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an,(Jakarta : Amzah,2007),89.
“Dan carila pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan” (Q.S. Al-Qashash: 77)” 4
Ajaran agama Islam tidak diragukan lagi mengandung nilai-nilai bagi
pembentukan pribadi muslim, tetapi kalau diberikan dan diajarkan dengan cara yang
tidak baik, yakni tidak sesuai dengan tujuannya atau tidak sesuai dengan budaya atau
kultur dari masyarakatnya, maka efektivitas bimbingan Islam yang diberikan tidak
akan membekas apalagi mengesankan, bahkan tak jarang sangat membosankan bagi
pengkajinya. Sehingga kebanyakkan mereka jadi kurang menarik untuk
mempelajarinya. Ajaran Islam yang di bawa Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu
Allah untuk mengatur manusia di bumi, sudah barang tentu disesuaikan dengan
kondisi agar ajaran Islam yang didakwahkan mudah dilaksanakan. Secara umum
dakwah dalam pelaksanaannya agar cepat terorganisir dengan baik bila diiringi dengan
dakwah yang baik pula. Dengan ditunjang pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
para dai seperti halnya pada bidang-bidang pengetahuan lainnya.
Dokrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima secara
universal sebagai a moral, political, legal framework and as a guideline dalam
membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta
4 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 623.
perlakuan yang tidak adil. 5 Untuk mewujudkan keselarasan hubungan antara sesama
manusia seperti yang dimaksudkan diatas salah satunya dengan membentuk suatu
sistem hukum. Sistem hukum nasional yang mantap, yang bersumberkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945, memperhatikan kemajuan tatanan hukum yang
berlaku, yang mampu menjamin kepastian, ketertiban, penegakan dan perlindungan
hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan, serta mampu mengamankan dan
mendukung pembangunan nasional, yang didukung oleh aparatur hukum, sarana dan
prasarana yang memadai serta masyarakat yang taat hukum. Manusia sebagai makhluk
sosial dan sebagai anggota masyarakat mempunyai berbagai macam kebutuhan dalam
mencakupi dan memenuhi kelangsungan hidupnya. 6 Dalam menghadapi era modern
ini, agama bisa merupakan satu-satunya alat yang ampuh . oleh karena itu agama
mempunyai nilai kekinian, tetapi juga akan berdampak di hari kelak nanti. Sehingga
jika anak-anak muda telah menerima nilai-nilai yang baik di bangku sekolah, masjid,
atau di majlis talim, sementara kenyataan di luar justru berlawanan, mereka tidak
mudah begitu saja hanyut karena nilai yang telah diperoleh tadi tidak lagi menjadi
acuan hidup. Masalahnya, sekarang tergantung sejauh mana kemampuan para dai,
ustadz, atau kiai dan para pembimbing agama bisa menyampaikan ajaran agama agar
dapat di pahami oleh bahasa masyarakat luas. Demikian pula sejauh mana generasi
tua, termasuk orang tua dan para penguasa (pemerintah), mampu menciptakan suasana
yang mendukung perkembangan aktifitas dan penghayatan keagamaan, sehingga tidak
ada yang mempersempit, mempersulit, atau lebih lebih mencurigainya. Pengalaman
ajaran agama tentu bukan hanya dalam arti melaksanakan ibadah shalat dan puasa saja.
Namun, akan meliputi hubungan kepada Allah sang Pencipta yang di wujudkan dalam
bentuk ibadah-ibadah khusus. 7 Salah satu langkah dan strategi pemerintah dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat yaitu adanya hak yang sama di
5 Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 93
6 Imam Leo Adi Chandra, Pola Pelaksanaan Hak-Hak Narapidana Dan Permasalahannya di
Lembaga Pemasyarakatan Mataram, (Mataram: Universitas Mataram, 2013), 4.
7 Chairul Anwar. Hakikat Manusia dan Pendidikan Sebuah Tinjauan Filosofis, (Yogyakarta :
Suka Press, 2014), 267.
mata hukum baik bagi warga negara biasa maupun narapidana. Setiap manusia harus
dijamin hak asasi manusianya karena hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa sejak manusia dilahirkan. Setiap manusia sejak ia dilahirkan memiliki
kebebasan dan hak untuk diperlakukan sama tanpa diskriminasi apapun.
Dalam pembangunan masyarakat, islam telah siap menghadapi semua
keadaan. Untuk itu, Islam menggariskan dan menyeru kepada sistem yang terbaik
di tempuh. Kemudian menghimbau manusia untuk suka menganut sistem tersebut
serta diperingatkan mereka agar tidak menyalahinya, karena masing-masing akan
ada balasannya yang sempurna kelak di akhirat,. Sebagaimana Allah berfirman Q.S
Thaha : 82 yang berbunyi :
“Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat,beriman,
beramal saleh , kemudian tetap di jalan yang benar”(QS. :82 ). 8
Berbagai macam kasus menyeret manusia untuk merasakan hidup dijeruji besi
atau penjara hingga disematkan kepada status narapidana. narapidana adalah orang
yang menjalani hukuman karena tindak pidana. Permasalahan yang kompleks dialami
narapidana, seperti hilangnya kemerdekaan, beban moral, terpisahnya dari keluarga
hingga hanya mampu beraktifitas dari balik jeruji besi. Adanya permasalahan yang
kompleks tersebut, narapidana membutuhkan seseorang yang dapat berkomunikasi
secara baik untuk memberikan pembinaan keagamaan, hingga mampu mengembalikan
dirinya kejalan yang benar atau insyaf.
Lembaga permasyarakatan atau rumah tahanan negara sungai penuh merupakan
tempat untuk mendidik narapidana untuk menjadi warga negara yang baik kemudian
di kembalikan ke masyarakat dan mempunyai hak-hak yang harus dilindungi dan
8 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 1056.
diayomi. Adapun pembinaan keagamaan dilakukan oleh Orang yang aktif melakukan
pembinaan keagamaan kepada narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
skripsi yang berjudul : Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran
Beragama Bagi Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat penulis ambi sebagai pokok
bahasan sebagai berikut : Bagaiman pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran
beragama bagi narapidana di rumah tahanan negara sungai penuh kebupaten kerinci ?
pokok masalah ini lebih jauh dapat di rumuskan dalam beberapa rumusan
permasalahan, yaitu :
di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
3. Apa Kendala atau Faktor Penghalang dan Penghambat Pembinaan Agama dalam
Miningkatkan Kesadaran Beragama Narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci?
C. Batasan Masalah
kesadaran hukum narapida di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci juga bernama Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh yang terletak di
Kota Sungai Penuh.
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran beragana
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Ingin mengetahui kendala pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran
beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci.
Kerinci.
a. Untuk memberi penjelasan tentang perlunya pembinaan agama dalam
meningkatkan kesadaran beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
meningkatkan kesadaran beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
c. Untuk memberi informasi kepada pihak yang terkait, tentang perlunya
pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran beragama narapidana di
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
E. Kerangka Teori
1. Pembinaan Keagamaan
a. Pengertian pembinaan keagamaan
Pembinaan berasal dari kata dasar bina, yang berasal dari bahasa arab “bana”
yang berarti membina, membangun, mendirikan, dan membentuk. Kemudian
mendapat awalan pe- dan –an sehingga menjadi kata pembinaan yang mempunyai arti
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. 9 Pembinaan juga dapat berarti suatu kegiatan yang mempertahankan
dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan. 10
Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk
pada suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada.
Sedangkan menurut Masdar Helmy, pembinaan mencakup segala ikhtiar (usaha-
usaha), tindakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas beragama
baik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan, bidang akhlak dan bidang
kemasyarakatan. 11
Miftah Thoha mengatakan bahwa pembinaan adalh suatu tindakan, proses, hasil
atau pernyataan menjadi lebih baik. 12
Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan
pemasyarakatan pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa pembinaan adalah kegiatan
untuk meningkatkan kualitas ke taqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, narapidana
dan anak didik pemasyarakatan. 13
Jadi dapat dikatakan bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan
dengan sabar, berencana, teratur, dan terarah serta bertanggung jawab untuk
mengembangkan kepribadian dan memperbaiki pribadi kearah yang lebih baik lagi
dari pada sebelumnya.
9 Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2013), 152.
10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edii ke 4
(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 193.
11 Masdar Helmi, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang: IAIN Semarang,2016) , 31.
12 Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004) , 7.
13 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga
Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (1)
b. Landasan Pembinaan Keagamaan
1. Al-Quran
Al-Quran adalah firman Allah SWT berupa wahyu yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Didalamnya terdapat ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad ajaran
yang terkandung dalam Al-Quan itu terdiri dari dua prinsip, yaitu yang berhubungan
dengan masalah keimanan yang disebut AQIDAH, dan yang berhubungan dengan
amal yang disebut Syariah. 14
2. As-Sunnah
keterangan ayat-ayat Al-Quran dan hadist juga didasarkan kepada pendapat
kesepakatan para sahabat. 15
Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang
wajib mengikuti hadist, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau
wafat.
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh
ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam untuk menetapkan/menentukan
Sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan
hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi
seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman kepada
Al-Quran dan Sunnah.
Ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para Mujtahid tidak
boleh bertentangan dengan isi Al-Quran an Sunnah. Karena itu ijtihad dipandang
14
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 67.
15 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, 72.
sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibtuhkan sepanjan masa setelah
Rasulullah Saw. Wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam
kehidupan, yang senantiasa berkembang. Ijtihad ini dibidang pendidikan sejalan di
bidang pendidikan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, terasa semakin
urgen dan mendesak, tidak saj di bidang materi atau isi, melainkan juga di bidang
sistem dalam artian yang luas. 16
2. Prilaku Beragama
Pengertian prilaku beragama dapat dijabarkan dengan cara mengartikan
perkata. Kata prilaku dalam kamus besar bahasa indonesia yaitu tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau prilaku. 17
Prilaku merupakan seperangkat perbuatan
atau tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian
dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang di yakini. Prilaku atau aktivitas yang ada
pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat
dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenainya, yaitu dorongan untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mencapaitujuan. 18
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwandaminta, prilaku adalah tanggapan atau
reaksi individu yang terwujud dalam gerakan dan sikap yang muncul dalam perbuatan
yang nyata atau ucapan. 19
Sedangkan kata beragama berasal dari kata dasar agama
yang berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Yang mempunyai arti sesuatu
(segala tindakan) yang berhubungan dengan agama. 20
16
17 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (jakarta : balai
putaka, 2005), 859.
18 Bimo walgito, pengantar psikologi umum (yogyakarta : andi ofset, 2010),11
19 W.J.S. Poerdaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (jakarta : balai pusta, edisi 3, 2001), 7
20 Pusat pengembangan bahasa , kamus besar bahasa indonesia (jakarta : balai pustaka, 1990),11
Berdasarkan urain di atas prilaku beragama berarti segala tindakan perbuatan
atau ucapan yang dilakukan seseorang sedangkan perbuatan atau tindakan serta
ucapan tadi akan kaitannya dengan agama, semuanya di lakukan karena adanya
kepercayaan kepada tuhan dengan ajaran, kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan. Oleh karena itu dalam agama ada ajaran-ajaran yang
dilakukan bagi pemeluk-pemeluknya, bagi agam islam, ada ajaran yang harus
dilakukan dan ada pula yang berupa larangan. Ajaran-ajaran yang berupa perintah
yang harus di lakukan di antaranya adalah sholat, zakat, puasa, haji, menolong orang
lain yang sedang kesusahan dan masih banyak lagi. Sedangkan yang ada kaitannya
dengan larangan itu lagi banyak seperti, minum-minuman keras, judi, korupsi, main
perempuan dan lain-lain.
Oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung banyak
aktivitas yang telah kita lakukan baik itu yang ada hubungannya antara mahkluk
agama dengan pencipta, maupun hubungan antara makhluk dengan sesama makhluk,
itu pada dasarnya itu sudah di atur oleh agama. 21
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prilaku
keagamaan adalah tanggapan atau reaksi nyata seseorang sebagai akibat dari
akumulasi pengalaman, pengalam sebagai respon yang di terimanya, yang diwujudkan
dalam bentuk ibadah keseharian seperti sholat, puasa, sabar, tawakkal, dan bergaul
dengan sesama.
hukum. Indikator itu yang nantinya akan berpengaruh besar terhadap kesadaran
hukum. Oleh karena itu, kesadaran hukum adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam
diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban dengan ketentraman yang
21
dikehendaki atau sepantasnya. Teori dalam faktor yang berpengaruh dikemukakan
oleh B.Kutschincky dalam Soerjono Soekanto, antara lain: 22
1. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum;
2. Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum;
3. Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum;
4. Pola-pola perikelakuan hukum.
dibawah ini, antara lain: 23
1. Indikator pertama adalah pengetahuan tentang hukum. Seseorang mengetahui
bahwa perilaku-perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum
yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.
Perilaku tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku
yang diperbolehkan oleh hukum.
2. Indikator yang kedua adalah pemahaman hukum, yaitu sejumlah informasi yang
dimiliki seseorang mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu. Pemahaman
hukum disini adalah suatu pengertian terhadap isi dan tujuan suatu peraturan dalam
hukum tertentu serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh
peraturan tersebu.
3. Indikator yang ketiga adalah sikap hukum, yaitu suatu kecenderungan untuk
menerima hukum karena adanya penghargaan terhadap hukum sebagai sesuatu
yang bermanfaat atau menguntungkan jika hukum tersebut ditaati. Seseorang disini
yang nantiya akan mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian tertentu
terhadap hukum.
4. Indikator yang keempat adalah pola perilaku, yaitu dimana seseorang atau dalam
suatu masyarakat warganya mematuhi peraturan yang berlaku. Indikator ini
merupakan indikator yang paling utama, karena dalam indikator tersebut dapat
dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat, sehingga
seberapa jauh kesadaran hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari pola perilaku
hukum.
tentang isi, sikap hukum dan pola perikelakuan hukum. Pengetahuan yang dimilikinya
22 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, .159.
23 Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, (Bandung, 1993), 40-42.
kebanyakan diperoleh dari pengalaman kehidupan sehari-hari, sehingga kesadaran
hukum yang meningkat tergantung pada meningkatnya materi ilmu hukum yang
disajikan. Jadi, setiap indikator kesadaran hukum menunjukan taraf kesadaran hukum,
apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu hukum maka kesadaran hukum
yang dimiliki masih rendah. Pengertian dan pemahaman hukum yang berlaku perlu
dipertegas secara mendalam agar masyarakat dapat memiliki suatu pengertian terhadap
tujuan dari peraturan tersebut untuk dirinya sendiri dan masyarakat pada umumunya.
3. Narapidana
orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana);
terhukum. Sementara itu, menurut kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa
Narapidana adalah orang hukuman; orang buaian. Selanjutnya berdasarkan kamus
hukum narapidana diartikan sebagai berikut: Narapidana adalah orang yang menjalani
pidana dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang di
pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah orang atau
terpidana yang sedang menjalani masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan
dimana kemerdekaannya hilang. 24
pidana hilang kemerdekaan didalam lembaga pemasyarakatan. 25
Narapidana ialah Orang Hukuman; orang yang dimasukkan kedalam Lembaga
Pemasyarakatankarena telah dijatuhi Pidana oleh Pengadilan. Cuti Narapidana : cuti
24
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), 107
yang diberikan kepada narapidana karena alasan-alasan yang penting, misalnya : orang
tua meninggal/sakit keras, cuti diberikan selama 6 jam dan tidak boleh menginap serta
dikawal oleh petugas atau Polisi. Lihat Reglement Penjara LN 1917 No.708. 26
Sesuai
dengan Pasal 1 butir 32 KUHAP: Terpidana adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 27
4. Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) adalah bangunan untuk menempatkan
tersangka atau terdakwa selama masih dalam proses penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan dipengadilan negeri, pengadilan tinggi dan mahkamah agung. 28
Penjara
ialah Rumah, gedung, bangunan tempat yang dipergunakan untuk mengurung orang
hukuman penjara. 29
Penjara (gevangenis ; prison) :
1. Tempat narapidana harus menjalani pidana hilang kemerdekaan atau hilang
kebebasan, yang dijatuhan hakim terhadapnya;
2. Bangunan tempat narapidana menjalani pidananya-lembaga pemasyarakatan. 30
Rumah Tahanan disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan). 31
tersebut di sebut dengan istilah penjara. Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan
26
28 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana..., 133
29 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia..., 460
30 Andi Hamzah, Kriminologi Hukum Pidana..., 116
31 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 3
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh didirikan pada tahun 1911 oleh
Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Rumah Penjara dengan sistem
Kepenjaraan diatur dalam OrdonantieOpde Voorwaardelijk in Vryjheld Stelling (1917
– 749, 1917 – 708, 10 Desember 1917). Setelah runtuhnya Kolonial Belanda dan
tercapainya Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, Rumah Penjara
menjadi milik Pemerintah Republik Indonesia sekaligus mewarisi sarana dan sistem
Kepenjaraan. Rumah Tahanan Negara Klas II.B Sungai Penuh terletak di jantung Kota
Sungai Penuh yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Kerinci, berdiri di
atas tanah seluas lebih kurang 2.254 M 2 dengan sertifikat hak pakai No. 2. Rumah
Tahanan Negara mempunyai tugas melaksanakan perawatan terhadap tersangka,
terdakwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 32
F. Metode penelitian
1. Pendekatan Penelitian
hubungan masyarakat dengan mengkaji tentang pembinaan keagamaan dalam
meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
sampling. Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang
sering digunakan dalam penelitian. Secara bahasa, kata purposive berarti sengaja. Jadi,
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya,
peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil tidak secara acak, tapi ditentukan
32
secara kualitatif bukan dengan cara kuantitatif yang menggunakan alat ukur tertentu.
Paradigma alamiah, menurut Lincoln dan Guba, peneliti mulai den gan asumsi
bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi
konteksnya sendiri. Selain itu, dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan
faktor-faktor kontekstual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring
sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya
(construction). Dengan demikian tujuannya bukan memusatkan diri pada adaya
perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan dalam generalisasi. 34
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 35
Melalui
sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal.
2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting Penelitian
M. Nashihun Ulwan, Teknik Pengambilan Sampel Dengan Metode Purposive Sampling,
Internet, diakses melalui alamat http:www.portal-statistik.com/2014/02/teknik-pengambilan-sampel-
34 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 223-
224.
Lokasi penelitian ini di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci, dengan alasan masih dihadapkan pada permasalahan pembinaan keagamaan
dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci, dan permasalahan ini belum pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya, di samping kemudahan akses data dari lapangan.
b. Subjek Penelitian
subjek yang diteliti adalah narapida itu sendiri. Subjek dalam penelitian ini
sebagian didatangi dan diwawancarai, dan sebagian lagi didatangi untuk diamati atau
diobservasi secara langsung. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data
yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi
melalui teknik triangulasi, sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan
dicatat untuk pertama kalinya. 36
Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian
ini adalah data tentang pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
36
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah (Jambi: Sulthan Thaha Press, 2007), 87.
a) Bentuk pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran beragama di Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b) Kendala pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran beragama
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
c) Upaya meningkatkan pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran
beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau
publikasi lainnya. 37
mengenai gambaran umum Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci,
seperti:
Sumber data menguraikan sumber data yang digunakan dalam penelitian seperti
manusia, peristiwa dan dokumentasi. 38
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini
adalah narapidana itu sendiri.
38 Mohd. Arifullah, dkk, Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa (Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi, 2010), 33.
4. Metode Pengumpulan Data
Observasi
memudahkan dan membantu peneliti dalam memperoleh data. Metode observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi nonpartisipan, yang mana
peneliti melibatkan diri secara langsung dalam lingkungan penelitian mengenai
pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, yang meliputi:
1) Bentuk pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana
di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
2) hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
3) sUpaya meningkatkan pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran
hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Wawancara
memperoleh informasi dari terwawancara.” 40
Wawancara terstuktur digunakan sebagai
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
39
40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 155.
c. Dokumentasi
yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, prasasti,
legger, agenda dan sebagainya.” 41
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan
informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-
catatan, dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Dokumentasi
penulis gunakan sebagai instrumen utama untuk memperoleh semua data-data yang
berhubungan dengan gambaran umum Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci, seperti:
4) Keadaan program kerja.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data
mengalir, yang menurut Miles dan Huberman yang pada Prinsipnya kegiatan analisis
data ini dilakukan sepanjang kegiatan penelitian (during data collection), dan kegiatan
yang paling inti mencakup:
catatan-catatan yang tertulis di lapangan.” 42
Masalah pembinaan keagamaan dalam
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 231.
42 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohedi
Rohidi, (Jakarta: UI Press, 2007), 16.
meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci diambil melalui wawancara dan observasi kemudian dianalisis
dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data tersebut sehingga bisa disajikan.
b. Penyajian Data
melakukan penarikan kesimpulan.” 43
keagamaan dalam meningkatkan kesadran hukum narapidana di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci yang telah direduksi melalui bab-bab yang
sudah tersedia.
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.” 44
Kesimpulan ini dapat dibuat setelah seluruh data dianalisis mengenai pembinaan
keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapida di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
43
44 , Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah… 19
tidak. Mengapa bisa demikian? Karena seperti telah dikemukakan di atas bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang
atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
suatu teknik pemeriksaan data antara lain; melakukan perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, triangulasi dan diskusi sejawat. 45
Berikut penjelasannya:
kepercayaan yang dikumpulkan. Melalui teknik ini, peneliti akan berusaha untuk
meningkatkan frekuensi kehadiran di lokasi penelitian dengan mengunjungi ke Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci pada waktu jam kerja agar peneliti
dapat menyelami „budaya” kerja personalia terkait dengan peran penyuluh agama
dalam meningkatkan prilaku beragama terhadap korban penyalahgunaan napza di
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Ketekunan Pengamatan
Peneliti berusaha menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian
ini secara terperinci. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap
permasalahan yang menonjol dalam penelitian dan berusaha mencari solusinya dengan
berpedoman pada literatur yang ada, misalnya pembinaan keagamaan dalam
45
meningkatkan kesadaran hukum narapida di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan
terhadap data itu. 46
Jadi dalam hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di
lapangan berkenaan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triangulasi
dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang kaya, pemerintah.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 47
Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: Pertama, pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data.
Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama. Triangulasi dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya
46
47 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 330-331.
untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analisis lainnya. Sedangkan,
triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan
secara logika. 48
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek
kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang pembinaan
keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci dari sumber hasil observasi, wawancara
maupun melalui dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawab keseluruhan data
yang diperoleh di lapangan dalam penelitian tersebut.
d. Diskusi Teman Sejawat
Teknik ini juga digunakan untuk membangun keterpercayaan atau keabsahan yang
merupakan suatu proses di mana seorang peneliti mengekspos serta
mengkonsultasikan hasil penelitian yang diperolehnya kepada dosen pembimbing,
dengan melakukan suatu diskusi dan konsultasi secara analitis dengan tujuan untuk
menelaah aspek-aspek penemuan yang mungkin masih bersifat implisit. Melalui
teknik ini, diharapkan peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan saran konstruktif,
serta dapat memberikan kesempatan kepeda peneliti untuk mengembangkan dan
menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu desain metodologis yang muncul.
G. Studi Relevan
Tinjauan pustaka atau telaah pustaka atau dapat juga disebut landasan teori
merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mencari data tentang masalah
penelitian. Dengan kata lain analisis teoritis tentang masalah yang diteliti, yang
dikaitkan dengan hasil-hasil peelitian yang telah ada dan atau hasil studi pustaka.
48
Adapun setelah penulis melakukan studi ke pustaka, penulis menemukan
beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini, dari beberapa
penelitian tersebut, belum ada penelitian yang membahas secara khusus mengenai Pola
Pembinaan keagamaan Narapidana di RUTAN Kelas II B Sungai Penuh. Diantara
beberapa penelitian yang penulis temukan tersebut antara lain :
1. Skripsi Andi Saputro Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2015 dengan judul “ Sistem Pembinaan Anak Didik
Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari setelah
berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak”.
Adapun hasil penelitian menjelaskan Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Wonosari berjalan dengan baik akan tetapi kurangnya
tenaga pembina yang Ahli dibidangnya sangat kurang. Sementara ini petugas
pembina masih dari staf petugas pembina untuk dewasa sama, yang
seharusnya petugas tersebut adalah Ahli menangani anak. Harus dibedakan
pembina anak dengan dewasa. Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Wonosari menyesuaikan UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Anak. 49
2. Skripsi Isnawati Mahasiswi Universitas Mulawarman tahun 2014 dengan judul
“Peran Tamping dalam Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara
Kelas II A Samarinda” yang menjelaskan Tamping berperan aktif dalam
kegiatan penyuluhan dan aktivitas Rohani di lingkungan Rumah Tahanan
Negara Kelas II A Samarinda yang dikoordinir olrh Tamping Masjid, proses
pembinaan dan aktivitas jasmani merupakan tanggungjawab bersama antara
pihak Rutan dan Tamping dan seluruh Penghuni Rutan. Peran Tamping sebagai
Fasilitator antara Narapidana atau tahanan dengan petugas maupun antara
Narapidana atau tahanan dengan keluarga Narapidana cukup baik dan
dibangun atas dasar saling percaya, serta memfasilitasi Narapidana lainnya
agar tampil dan memiliki keahlian khusus dan juga dapat mempercepat
adaptasi dan pemulihan serta rehabilitasi para Narapidana sebelum diterjunkan
ke masyarakat. 50
49
Andi Saputro, “ Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Wonosari setelah berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak” Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2015).
50 Isnawati, “Peran Tamping dalam Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Samarinda” Skripsi Universitas Mulawarman, (2014).
3. Skripsi Nur Jayani Mahasiswi Universitas Negeri Semarang tahun 2013
dengan judul “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB
Kabupaten Jepara” yang menjelaskan tentang peranan petugas yang dibutuhkan
untuk membimbing para narapidana agar tidak kembali melakukan perbuatan
yang sama. 51
4. Skripsi Ati Mujizati Mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang tahun 2009 dengan judul “Peran Bimbingan Rohani Islam dalam
Memelihara Kesabaran Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Islam
(RSUI) Harapan Anda Tegal”.
banyak dijumpai pada pasien dan keluarganya yang tingkat agamanya minim.
Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran bimbingan rohani Islam
di rumah sakit umum Islam Harapan Anda Tegal sangat besar yaitu: (1)
Menumbuhkan rasa sabar dan ikhlas pada diri pasien dan keluarganya sesuai
materi yang disampaikan (2)Memotivasi kesembuhan pasien (3)
Menumbuhkan rasa tenang pada diri pasien, serta menghilangkan rasa gelisah
pada diri pasien. Karena dengan adanya bimbingan rohani Islam pasien bisa
tersugesti, lebih tenang, lebih sabar dan mau berikhtiar serta bersemangat untuk
cepat sembuh selain itu pasien juga selalu mamasrahkan dirinya kepada Allah
SWT. Rekomendasi atau saran yang dapat di berikan bagi perawat rohani
adalah perlu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan tentang
teknik-teknik bimbingan rohani agar layanan yang diberikan lebih berkualitas.
Selain itu diperlukan juga penambahan personil petugas rohani dengan tenaga
profesional agar pelayanan yang diberikan lebih komprehensif dan
profesional. 52
51
Nur Jayani, “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB Kabupaten Jepara” Skripsi
Universitas Negeri Semarang, (2013).
52 Ati Mujizati, Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Memelihara Kesabaran Pasien Rawat Inap
di Rumah Sakit Umum Islam (RSUI) Harapan Anda Tegal Tahun 2008, Skripsi (Semarang: Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2009).
Rumah Tahanan Negara dan perbedaanya : Skripsi Andi Saputro membahas tentang
Sistem Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Wonosari setelah berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, Skripsi Isnawati membahas tentang Peran Tamping dalam Pembinaan
Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Samarinda yang menjelaskan
Tamping berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan dan aktivitas Rohani di
lingkungan Rumah Tahanan Negara Kelas II A Samarinda yang dikoordinir oleh
Tamping Masjid, proses pembinaan dan aktivitas jasmani merupakan tanggung jawab
bersama antara pihak Rutan dan Tamping dan seluruh Penghuni Rutan dan skripsi Nur
Jayani membahas tentang Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB
Kabupaten Jepara yang menjelaskan peranan petugas yang dibutuhkan untuk
membimbing para narapidana agar tidak kembali melakukan perbuatan yang sama.
Sedangkan dalam Penelitian ini, penulis berusaha mengkaji Pembinaan keagamaan
Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Kerinci yang
mempunyai tugas ganda Perawatan Tahanan dan Narapidana berdasarkan UU No. 12
Tahun 1995, Mencari faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan
Narapidana serta mengugkapkan upaya-upaya yang diakukan Rutan Sungai Penuh
dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi untuk menuju sistem yang baik.
BAB II
KABUPATEN KERINCI
A. Sejarah Singkat Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh.
Rumah Tahanan Negara (disingkat Rutan) adalah tempat tersangka atau
terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan di Indonesia. Rumah Tahanan Negara merupakan unit pelaksana teknis di
bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen
Kehakiman). Rutan didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau kota, dan apabila
perlu dapat dibentuk pula Cabang Rutan. Di dalam rutan, ditempatkan tahanan yang
masih dalam proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. 53
Rutan merupakan tahap akhir dari sistem peradilan pidana. Sistem peradilan
pidana sendiri terdiri dari 4 (empat) sub-sistem yaitu Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan dan Rutan/Lembaga Pemasyarakatan. Sub-sistem Rutan sebagai sub-
sistem terakhir dari sistem peradilan pidana mempunyai tugas untuk melaksanakan
pembinaan terhadap terpidana khususnya pidana pencabutan kemerdekaan. Dengan
demikian berhasil tidaknya tujuan yang hendak dicapai dalam sistem peradilan pidana
baik tujuan jangka pendek yaitu rehabilitasi dan resosialisasi narapidana, tujuan jangka
menengah untuk menekan kejahatan serta tujuan jangka panjang untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat di samping ditentukan/dipengaruhi oleh sub-sub sistem
peradilan pidana yang lain yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, selebihnya juga
sangat ditentu¬kan oleh pembinaan yang dilakukan Rutan sebagai pelaksanaan dari
pidana pencabutan kemerdekaan, khususnya pidana penjara. 54
53
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), 107
54 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
membina dan mengembalikan kesatuan hidup masyarakat yang baik dan berguna.
Dengan perkataan lain Rutan melaksanakan rehabilitasi, reedukasi, resosialisasi dan
perlindungan baik terhadap narapidana serta masyarakat di dalam pelaksanaan
sistem pemasyarakatan. Dengan sistem pemasyarakatan sebagai dasar pola
pembinaan narapidana di Rutan diharapkan dapat berhasil dalam mencapai tujuan
resosialisasi dan rehabilitasi pelaku tindak pidana/narapidana, maka pada gilirannya
akan dapat menekan kejahatan dan pada akhirnya dapat mencapai kesejahteraan
sosial seperti tujuan sistem peradilan pidana (jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang). Dengan demikian keberhasilan sistem pemasyarakatan di dalam
pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana di Rutan akan berpengaruh pada
keberhasilan pencapaian tujuan sistem peradilan pidana. 55
Salah satu rutan yang ada di Indonesia adalah rutan Sungai Penuh yang
masih ada sampai saat ini. Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh didirikan pada
Tahun 1911 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Setelah runtuhnya Belanda dan
tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia pada Tahun 1945, Rumah Penjara
menjadi milik Pemerintahan Republik Indonesia sekaligus mewarisi saran dan
sistem Kepenjaraan. Pada tahun 1964 Rumah Penjara Sungai Penuh diganti
namanya menjadi Lembaga Pemasyarakatan Klas III Sungai Penuh. Fisik
Bangunan kali renovasi sebagai berikut :
1. Renovasi permanent pada tahun 1964
2. Rehabilitasi berat pada tahun 1981/1982
3. Rehabilitasi berat pada tahun 1991/1992
4. Rehabilitasi Ringan pada tahun 1995/1996
5. Penambahan Blok serta bangunan Kantor Lantai II pada tahun 2003
55
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 15 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
6. Penambahan Blok Hunian Lantai II, Pembuatan Pagar tembok keliling dan
Rehabilitasi Blok Hunian yang terkena Bencana Alam Tahun 2005
7. Rehabilitasi ringan pada tahun 2008. 56
Dengan adanya Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.03 UM.01.06 tahun
1983 dalam Pasal 1 menjelaskan bahwa : Lembaga Pemasyarakatan Klas III Sungai
Penuh ditetapkan sebagai Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh.
B. Letak Geografis Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh.
Wilayah daerah Kabupaten Kerinci berada di barat Provinsi Jambi terletak di
antara 1 o 40
o 26
diantara 101 o
o 500
o bujur timur. Daerah ini
beriklim tropis dengan suhu rata-rata 22 o C. Kelembaban 84 Mm Hg dan mempunyai
ketinggian diantara 500 M – 1.500 M dari permukaan laut. Luas Wilayah Daerah
Lebih kurang 4.200 Km 2 yang dikelilingi Bukit barisan dan Gunung Kerinci. Jarak
dengan kota Propinsi Jambi 408 Km.
Batas – Batas wilayah Kab. Kerinci :
1. Sebelah Utara : Kab. Solok
2. Sebelah Selatan : Kab. Merangin
3. Sebelah Timur : Kab. Bungo
4. Sebelah Barat : a. Kab. Bengkulu Utara
b. Kab. Pesisir Selatan 57
Mata pencarian masyarakat Kerinci pada umumnya dibidang pertanian. Tradisi
yang masih dilaksanakan hingga kini adalah Kenduri Sko, yaitu penyucian dan
mengarak benda – benda pusaka yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Nuansa
masyarakat yang religius, pengaruh tokoh agama dan ketua adat dalam kehidupan
56
57 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
bermasyarakat sangat karismatik dan dominan dalam membangun masyarakat kerinci
yang “ Akhlaqul Karimah “ sehingga wilayah daerah Kerinci juga dijuluki “ SERAMBI
MADINAH “. 58
Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh merupakan Unit Pelaksanaan
Teknis yang bernaung dibawah Direktorat Jendral Pemasyarakatan Kementerian
Hukum dan HAM Republik Indonesia yang melaksanaan Perawatan Tahanan dan
Pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan. Dalam pelaksanaan Perawatan
Tahanan dan Pembinaan narapidana yang berbasis Sistem Pemasyarakatan, Rumah
Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Mempunyai tugas ganda Perawatan
Tahanan dan Pembinaan Narapidana karena di Sungai Penuh/Kabupaten Kerinci tidak
terdapat Lembaga Pemasyarakatan. Dasar Pelaksanaan Pembinaan di Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai Penuh adalah Undang-Undang RI nomor 12 tahun 1995
tentang Pemasyarakatan.
Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai Penuh terletak di jantung Kota
Sungai Penuh sebaga iIbu Kota Kabupaten Kerinci. Berdirinya diatas Tanah seluas
lebih kurang 2.245 M2 dengan sertifikat Hak Pakai No.2 dengan Batas– batas sebagai
berikut :
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan STIE Yayasan Sakti
Alam Kerinci
d. SebelahTimur : Berbatasan dengan Jalan Raya. Jend.
Sudirman. 59
58
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 15 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
59 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh dilihat dari jarak tempuh dengan UPT
Pemasyarakatan dilingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Jambi sebagaiberikut :
4. LapasKlas I A Jambi : 418 Km
5. LapasKlas II.B Kuala Tungkal : 560 Km
Adapun Struktur Bangunan terdiri dari :
Tabel 2:1. Struktur Bangunan Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
Tahun 2018. 60
1 Kamar Napi 10
2 Kamar Tahanan 3
3 Gedung Kantor 11
8 Ruang Pendidikan 1
9 Ruang Musholla 1
10 Ruang Tamu 1
11 Perpustakaan 1
Tabel di atas menjelaskan bahwa data bangunan atau ruang penunjang yang ada
di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh sudah memenuhi kebutuhan
narapidana dan petugas yang ada didalamnya. Fasilitas dan bangunan yang lengkap
akan membuata petus dan terutamanya narapida merasa dihargai sehingga akan
berdampak pada kelancaran pembinaan narapida di dalamnya.
Setiap kamar di Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai Penuh berkapsitas 5-
10 orang. Jumlah Pegawai yang ada di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh adalah berjumlah 48 orang yang terdiri dari 7 orang jenis kelamin perempuan
dan 41 orang dengan jenis kelamin laki-laki.
C. Tugas dan Fungsi Organisasi
Sebagai salah satu instansi vertikal, Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai
Penuh melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan yaitu melaksanakan Perawatan Tahanan dan Pembinaan terhadap
Narapidana sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang- Undang
Pemasyarakatan. Tujuannya adalah agar Narapidana menyadari kesalahannya, tidak
melanggar hukum lagi, dan dapat menjadi manusia yang mandiri dalam rangka ikut
berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
Adapun tugas pokok dan fungsi utama Rumah Tahanan Negara Klas II B
Sungai Penuh dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tugas : Melaksanakan Perawatan terhadap tersangka atau terdakwa sesuai
dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Fungsi :
3. Melakukan pengelolaan Rutan dan Urusan Tata Usaha. 61
D. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
Gambar 2:2
TANGGAL 20 SEPTEMBER 1985 No. M.04.PR.07.03 TAHUN 1985 62
61
62 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Kepala Rutan Sungai Penuh
PETUGAS TU
Purnawanto, SH
Pegawai dalam suatu organisasi merupakan motivator secara langsung sebagai
pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Lembaga pemasyarakatan sebagai instansi
pemerintah narapidana, diatur para pegawainya yang benar karena para pegawai pada
lembaga pemasyarakatan berhadapan langsung dengan para narapidana. Keadaan
pendidikan pegawai Rutan sebagai berikut:
1. Sarjana (S2) : 1 Orang
2. Sarjana (S1) : 11 Orang
3. SLTA : 23 Orang
Golongan pegawai negeri sipil Rutan Sungai Penuh adalah:
1. Golongan Iv/a : 1 Orang
2. Golongan III/d : 2 Orang
3. Golongan III/c : 5 Orang
4. Golongan III/b : 5 Orang
5. Golongan III/a : 5 Orang
6. Golongan II/d : 4 Orang
7. Golongan II/c : 2 Orang
63
Kepegawaian
9. Golongan II/a : 1 Orang. 64
Pegawai Rumah Tahanan Negara klas II B Sungai Penuh jumlah : 48 Orang
dengan komposisi:
1. Petugas Pengamanan
Keamanan dan ketertiban dalam Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai
Penuh diatur dalam sistem regu yang bertugas secara bergeliran 4 regu penjagaan,
masing-masing terdiri dari 4 (empat) Orang petugas setiap regu.
2. Petugas Pelayanan Tahanan
Untuk melakukan administrasi dan perawatan, mempersiapkan pemberian
bantuan hukum dan penyuluhan bagi Tahanan serta juga berperan sebagai operator
sistem data base pemasyarakatan, perawatan dan pembinanaan kepribadian terdiri dari
8 orang.
Kepegawaian dilingkungan Rumah Tahanan Negara dengan jumlah 7 orang.
4. Petugas Tata Usaha
Untuk melakukan surat-menyurat dan kearsipan dengan jumlah 1 orang. 65
E. Visi, Misi dan Motto Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
1. Visi
65 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Memberi Kepastian Perlindungan dengan Penegakkan Hukum serta Hak Asasi
Manusia Tahanan.
2. Misi
a. Melaksanakan Pelayanan, Perawatan dan Keamanan Tahanan sesuai dengan Tugas
Pokok dan Fungsi RUTAN Berkonsisten dan Berkesinambungan.
b. Melaksanakan Kelembagaan yang Profesional, Transparan dan Akuntabel.
3. Motto
ASRI :Aman
program kerja sebagaiman dirumuskan dalam dokumen Rencana Kerja Tahunan dan
Penetapan Kinerja Tahunan, yaitu.
menengah dan berbasis kinerja yang terintegrasi, tepat waktu dan akurat.
b. Pengelolaan Barang Milik Negara yang tepat waktu, terintegrasi dan akuntabel.
c. Pengelolaan Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran yang tepat waktu, terintegrasi
dan akuntabel.
d. Unit kerja yang memiliki SDM professional sesuai kebutuhan dan kaderisasi yang
berkesinambungan.
e. Pencapaian standar pelayanan prima dan target kinerja dengan administrasi yang
akuntabel. 66
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Saat ini Jumlah penghuni per 03 Januari 2019 sebanyak 137 orang. Kemudian
Perkara yang menonjol rata-rata pebulan sebagai berikut:
1. Pencurian : 14 %
3. Kesusilaan : 18 %
4. Korupsi : 12 %
5. lain lain : 12 %. 67
Tabel 2.2. Jumlah Narapidana dan Tahanan di Rumah Tahanan Negara Kelas II
B Sungai Penuh bulan Maret 2019 :
No Status Tahanan/Narapidana Jumlah
4 Tahanan Tingkat Banding (A.IV) 2
5 Tahanan Tingakat Kasasi (A.V) -
6 Narapidana lebih satu tahun (B.I) 93
67
Oki Apriyanto, pengelola SDP, Rekapitulasi Keadaan Isi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh,
2018
9 Hukuman kurungan (B.III) 3
Jumlah 137
Sumber : Dokumen Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Maret 2019
G. Sarana dan Prasarana
prasarana pedukung guna mencapai keberhasilan yang ingin dicapai. Sarana dan
prasarana tersebut meliputi:
dalamnya. Keadaan gedung yang layak dapat mendukung proses pembinaan yang
sesuai harapan. Di Indonesia sendiri, sebagian besar bangunan Rutan / Lembaga
Pemasyarakatan merupakan warisan kolonial, dengan kondisi infrastruktur yang
terkesan ”angker” dan keras. Tembok tinggi yang mengelilingi dengan teralis besi
menambah kesan seram penghuninya.
Pemasyarakatan sangat terbatas, baik dalam jumlahnya maupun dalam jenisnya, dan
bahkan ada sarana yang sudah demikian lama sehingga tidak berfungsi lagi, atau kalau
toh berfungsi, hasilnya tidak memadai dengan barang-barang yang diproduksikan di
luar (hasil produksi perusahan).
Petugas pemasyarakatan adalah pegawai negeri sipil yang menangangi
pembinaan narapidana dan tahanan di Rutan. Berkenaan dengan masalah petugas
pembinaan di Rutan, ternyata dapat dikatakan belum sepenuhnya dapat menunjang
tercapainya tujuan dari pembinaan itu sendiri, mengingat sebagian besar dari mereka
relatif belum ditunjang oleh bekal kecakapan melakukan pembinaan dengan
pendekatan humanis yang dapat menyentuh perasaan para narapidana, dan mampu
berdaya cipta dalam melakukan pembinaan. 68
Kegitan Rutinitas Narapidana
1 Senin 07.00 - Selesai Upacar Bendera Pegawi Rutan
2 Selasa 10.00 - Selesai Ceramah Agama Pembimbing Agama
3 Rabu 10.00 - Selesai Senam Bersama Pegawai Rutan
4 Kamis 10.00 - Selesai Periksa Kesehatan Tim Kesahatan Rutan
5 Jumat 10.00 - Selesai Yasinan Bersama Pegawai Rutan
6 Sabtu/Minggu _ _ _
BAB III
BERAGAMA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA
SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI
Beragama di Rumah Tahan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
Dalam tatanan kehidupan sosial, sebenarnya sudah terdapat aturan-aturan yang
diberlakukan agar setiap individu dapat hidup aman dan sejahtera. Akan tetapi pada
zaman modern era globalisasi kemajuan teknologi sangat bertumbuh pesat, kemajuan
teknologi itu memberikan sisi positif yang menjadikan kemajuan hidup lebih efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan, namun memberikan sisi negatif yang
memberikan efek yang berkepanjangan bagi masyarakat. Salah satu dampaknya adalah
angka kriminalitas meningkat dengan keberagaman aksi kekerasan di dalamnya baik
dari perbuatan individu maupun perbuatan kelompok yang mengakibatkan kerugian
untuk orang lain dan tidak sedikit dari mereka terseret ke dalam penjara atau Lembaga
Pemasyarakatan karena perbuatan menyimpang yang mereka lakukan melanggar
hukum. Untuk menyikapi hal tersebut manusia dituntut untuk berusaha memegang
teguh nilai-nilai moral. 69
Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan atau apa yang boleh serta
yang dilarang. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang yang nyata-nyata
berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan hukum yang mungkin akan
terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk bertindak menurut hukum. Sistem
bekerjanya hukum yang demikian itu merupakan salah satu bentuk penegakkan
hukum.
Dalam sistem hukum indonesia dikenal hukum kepidanaan, yakni sistem aturan
yang mengatur semua perbuatan yang tidak boleh dilakukan (yang dilarang untuk
69 Amin Haedari, PembinaanAgama Di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang PembinaanAgama dan
Keagamaan, 2010),19.
dilakukan) yang disertai sanksi yang tegas bagi setiap pelanggar aturan pidana tersebut
serta tata cara yang harus dilalui bagi pihak yang berkompeten dalam penegakannya. 70
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
pengertian Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta
cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. 71
Perbuatan melanggar hukum tersebut disebabkan oleh sifat dan perilaku yang
tidak didasari oleh iman yang kuat sehingga bisa dikatakan merupakan suatu bukti
lemahnya iman seseorang terhadap allah s.w.t. karena keyakinan terhadap agama yang
menjadi bagian dari unsur kepribadian itu, akan mengatur sikap dan perilaku
seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak mau mengambil hak orang lain atau
menyelewengkan sesuatu bukan karena takut kemungkinan ketahuan hukuman
pemerintah atau masyarakat, tetapi karena ia takut kehilangan ridhanya yang
diyakininya. 72
Oleh karena itu di sinilah pentingnya peranan suatu agama, dalam membentuk
iman yang kuat. Menurut dasar yang sedalam-dalamnya, agama menghendaki
persatuan umat manusia dalam persaudaraan. Agama islam adalah agama yang dibawa
dan disampaikan oleh nabi muhammad yang bersumber dari al-quran dan hadis, jadi
pelaksanaan pembinaan agama islam adalah proses pemberian bantuan terarah,
berkelanjutan dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara
70 Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia, Prinsip-Prinsip dan Implementasi hukum di Indonesia,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 39-40 71
Uu No 12 Th 1995 Tentang Pemasyarakatan.
72 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental,( Jakarta: Gunung Agung2000).11.
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-quran dan hadis
rasulullah ke dalam dirinya.
Sehingga setelah internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam al-quran dan
hadis telah tercapai dan fitrah beragama telah berkembang secara optimal maka dapat
tercipta hubungan yang baik dengan allah, dengan manusia dan alam semesta sebagai
perwujudan dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi. 73
Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkah
laku yang berasal dari kekuatan ghaib. Emile Durkheim mengatakan bahwa agama
adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah agama biasanya mengajarkan beberapa hal
pokok yang menjadi ruang lingkup ajarannya. Ruang lingkup tersebut adalah
keyakinan dan sistem nilai. Keyakinan adanya suatu kekuatan yang mengatur dan
menciptakan alam dan seisinya. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari
kedekatan diri kepada tuhannya dengan cara menghambakan diri yaitu dengan cara
mentaati segala perintah dan menjauhi larangan tuhan. Sedangkan ruang lingkup yang
lain adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan atau alam semesta yang berkaitan
dengan keyakinannya. Islam adalah agama yang mempunyai ajaran luhur, dikatakan
ajaran yang lengkap menyeluruh dan sempurna karena ajarannya mencakup segala
dimensi kehidupan manusia, yaitu: dimensi spiritual, sosial, ekonomi, pendidikan, dan
dimensi lainnya. 74
Dengan pembinaan agama ini, diharapkan seorang narapida bisa sadar akan
perbuatan yang salah dan tidak mengulangi kejahatannya lagi, sehingga narapidana
bisa menambah wawasan agamanya, dan mengaplikasikan dalam kehidupan ditengah-
tengah masyarakat setelah narapida keluar dari lembaga permasyarakatan itu. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa secara khusus pembinaan melalui pendidikan agama
dalam hal ini khusus pembinaan-pembinaan agama islam dikalangan narapdana
hendaknya ditujukan kepada tercapainya:
Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam (Jakarta, Amzah 2010),23. 74
Umar Tirtarahardja dan La Sulo. Pengantar Pendidikan (jakarta : rineka cipta, 2008),1.
1. Meningkatnya pengetahuan dikalangan narapidana.
2. Tumbuh dan berkembangnya kesadarauntuk melaksanakan ajaran-ajaran agama
islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan ibadah dan
akhlak.
3. Terwujudnya sikap dan suasana kejiwaan yang diliputi oleh nilai agama islam
seperti : sabar, tawwakal, mutmainah, pasrah, dan tidak putus. 75
Berkaitan dengan pembinaa agama islam yang ada di lembaga pmasyarakatan,
pada umumnya sudah ada baik kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
permasyarakatan, seperti : pengajian rutin, baca tulis al-quran, pelatihan zdikir dan
kultum seminggu sekali dan kegita-kegiatan lainnya. 76
B. Tujuan Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Di
Rumah Tahan Negar Sngai Penuh Kabupaten Kerinci
Manusia sebagai anggota komunitas dari suatu masyarakat mempunyai 2 (dua)
fungsi; individu dan sosial. 77
Dalam fungsinya sebagai makhluk individu, manusia
berhak memenuhi kebutuhan pribadinya, seperti pendidikan kesehatan kebahagiaan
dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan individu, manusia harus mampu
mengoptimalkan peran sosial dimana manusia harus melakukan interaksi dengan
komunitas yang lain.
hidup. Untuk mencapainya manusia harus melakukan aksi dan aktifitas yang kongkrit,
aksi yang efektif menciptakan dinamika dan selalu relevan dengan budaya dan kondisi
sosial kemasyarakatan. Dalam hubungan ini manusia dituntut untuk saling
menyamakan persepsi dan kecocokan untuk mendapatkan sebuah hasil yang positif
yang bisa dinikmati oleh segenap masyarakat. Maka masyarakat membutuhkan aturan
baku yang berfungsi untuk mengatur laju dinamika yang ada. Sehingga dinamika
75
dakwah / khutbah agama islam pusat depertemen agama,1978),34.
76 Observasi, Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh, 25 desember 2018.
77 Fadlolan Musyaffa Muti, Islam Agama Mudah (Tuban, Syauqi Press, 2007), 102.
masyarakat akan menjadi teratur, serasi dan seimbang sesuai keinginan bersama.
Agama dalam fungsinya sebagai pegangan hidup jelas bukanlah barang baru, akan
tetapi kecenderungan manusia meninggalkan agama senantiasa ada dalam kehidupan
manusia terutama ketika budaya hedonisme pandangan hidup yang menganggap
bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin
dan sedapat mungkin menghindari perasaan yang menyakitkan menjadi anutan dan
kehidupan mencapai derajat yang serendah-rendahnya, maka agama biasanya tampil
sebagai sesuatu yang dibutuhkan.
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar spiritual baik yang
memeluk agama atau yang belum beragama, oleh karena itu sadar atau tidak sadar
manusia akan merindukan Tuhan sang pencipta dan pelindungnya. 78
Tujuan pembinaan agama dimaksudkan untuk membantu siterbina supaya
memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan
problem dan juga membantu terbina agar dengan kesadaran serta kemampuannya
bersedia mengamalkan ajaran agamanya. 79
Tujuan pembinaan agama bagi narapidana secara rinci dapat disebutkan sebagai
berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa
dan mental.
2. Menghasilkan perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang mampu
memberikan manfaat bagi diri sendiri, lingkungan sosial dan alam sekitar.
3. Menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi, kesetia kawanan, tolong menolong dan rasa kasih
sayang.
untuk menaati perintah tuhan serta tabah menerima ujian-Nya.
78 Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta, Bumi Aksara,2010) ,20. 79 Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam (Jakarta, Amzah 2010),39.
5. Menghasilkan potensi ilahi, sehingga ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai
persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan. 80
C. Metode Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Di
Rumah Tahan Negar Sngai Penuh Kabupaten Kerinci
[D]asar pembinaan agama Islam berdasarkan Peraturan Pemerintah No 31 Tahun
1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, sedangkan
tujuan pelaksanaan pembinaan agama Islam secara umum adalah memberikan bekal
dan menambah keimanan narapidana/tahanan agar dikemudian hari saat mereka sudah
keluar dari Rutan tidak mengulangi tindak kriminal yang pernah dilakukan. 81
Secara teknis penggunaan metode dalam pembinaan agama narapidana yang
dilakukan telah diatur baik dalam peraturan pemerintah maupun keputusan menteri
kehakiman namun pelaksanaan tersebut cenderung disesuaikan dengan keadaan warga
binaan pemasyarakatan dan kemampuan pembimbing tersebut.
[T]ahanan adalah tempat tersangka dan terdakwa ditahan selama proses
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Sebagai
upaya dalam menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berinteraksi secara
sehat dengan masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab, maka di dalam Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh dilaksanakan beberapa pembinaan agama Islam.
Pembinaan agama Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, terus menerus dan
sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah
beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Al- Quran dan Hadis. 82
Agar tercapai tujuan tersebut narapidana di tuntut untuk mengikuti program-
program pembinaan yang telah di tetapkan di Rumah Tahanan Neraga Sungai Penuh
selama masa tahanan berlangsung. Adapun pembinaan agama narapidana di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Sungai Peneuh Kabupaten Kerinci meliputi kegiatan
aebagai berikut :
Samsul Munir Amin, Bimbingan.... hlm. 43
81 Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
82 Amra, Kasi Pelayanan Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21 Desembwer 2018 .
Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
1. Pola Pembiasan Sholat Berjamaah
Sholat dhuhur berjamaah dilaksanakan atas peraturan atau perintah di Rutan
dan pelaksanaannya mendapatkan pantauan/pengawasan dari petugas, hal ini
dimaksudkan untuk memantau perkembangan perilaku warga binaan.
[S]holat Zduhur berjamaah dilaksanakan di masjid Rumah Tanhanan Negara
Sungai Penuh, dengan dipimpin sala satu petugas rutan. Selain sholat Zdhuhur yang
dikerjakan di masjid Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh para narapidana juga
dianjurkan untuk melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah dikamar
masing-masing yang dipimpin oleh salah satu dari penghuni kamar tersebu. 83
Gambar : 3.1. Pelaksaan Pembiasaan Sholat Berjamaah. 84
Kebiasaan sholat berjamaah di masjid hanya diperbolehkan pada waktu sholat
Zdhuhur, selain itu para narapidana dianjurkan sholat berjamaah di dalam sel masing-
masing. Kebijakan itu dibuat dengan dasar bahwa kegiatan para narapidana di luar sel
hanya pada siang hari, sedangkan pada malam hari para narapidana berada di dalam
83
Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
84 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018.
sel dengan istirahat yang cukup untuk melaksanakan sholat dan makan. Diharapkan
kebiasaan sholat berjamaah dapat mendisiplinkan sholat pada waktunya, menjadikan
narapidana dapat mengatur diri dan membentuk pribadi yang bertakwa kepada Allah
SWT. Dilakukannya pembinaan sholat berjamaah adalah untuk menanamkan nilai
kedisiplinan agar para narapidana terbiasa melaksanakan ibadahnya, sehingga dengan
sendirinya kesadaran beragama akan tertanam pada jiwa mereka.
2. Ceramah Agama
siraman rohani kepada narapidana dan juga nasehat-nasehat agama. Ceramah agama
ini dilakukan oleh petugas bimbingan dari luar dan dalam Rutan sendiri secara
bergiliran sesuai jadwal yang ditentukan, di bawah ini aktivitas ceramah agama di
Rutan Sungai Penuh:
85
Ceramah agama adalah suatu kegiatan pembinaan narapidana/tahanan yang di
sampaikan oleh seorang dai atau pembina agama agar mereka dapat mengetahui dan
memahami ilmu pengetahuan agama Islam sehingga dapat mengamalkan syariat
Islam dengan baik dan benar, dapat mendekatkan diri kepada Allah, serta menyesali
kesalahan yang telah diperbuat dan tidak mengulangi lagi.
[C]eramah agama dilaksanakan seminggu 1 kali, yaitu pada hari selasa pada
pukul 10.00 -11.00 pagi. Yang diikuti oleh semua narapidana/tahanan yang beragama
Islam, adapun pembinaan di lakukan oleh petugas rutan/ orang yang ditunjuk oleh
pihak rutan untuk membina narapidana. 86
Hal tersebut juga dibenarkan oleh narapida lainnya yaitu, saudara Jhonifer dan
Donal yang mengatakan bahwa ceramah agama sangat membatu sekali terhadap kami
yang perlu akan bimbingan untuk mengahadapi kehidupan yang lebih baik lagi apabila
sudah bebas tahanan atau pun masa hukuman agar kami dapat hidup layak dan
berdampingan dengan manusia normal pada umumnya. 87
Di samping kegiatan ceramah rutin terdapat juga ceramah yang disampaikan
pada kegiatan sholat jumat, Pada kesempatan ini cukup efektif oleh para khatib untuk
menyampaikan khutbahnya dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan
khususnya narapidana dan tahanan. Adapun yang bertugas menjadi khatib adalah
pegawai dari kementerian Agama Kabupaten Kerinci yang dijadwalkan secara
bergantian, dengan tema “belajar menjadi manusia yang bermanfaat wawancara
dengan salah satu narapidana yaitu bpk. Budi.
Wawancara dengan Buya Hairul, pembimbing narapidana di Rutan Sungai
Penuh yang mengatakan bahwa: “Materi yang disampaikan yaitu materi-materi yang
berkaitan dengan pengetahuan agama dan materi-materi yang disesuaikan pada realita
yang ada.” 88
86
Budi Reva, Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
87 Jhonifer dan Donal . Narapidana di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
88 Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Dalam metode ini disampaikan pengetahuan yang dapat ditangkap, dipahami
atau dimengerti oleh akal pikiran dan perasaan penghuni Rutan serta menanamkan
kepercayaan atau keyakinan terhadap apa yang telah disampaikan.
3. Dialog atau Tanya jawab
Metode dialog atau tanya jawab ini merupakan tindak lanjut dari metode
ceramah, ini dilaksanakan setelah pembina memberikan penjelasan terhadap materi
yang disampaikan kemudian warga binaan diberi kesempatan untuk bertanya
mengenai materi tersebut yang telah dibahas, yang mereka anggap kurang jelas dan
sulit untuk dipahami. Ataupun sebalik