pembinaan iman bagi para penderita kusta di rumah...

160
PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Christina Sri Wahyuningsih NIM: 011124009 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Christina Sri Wahyuningsih

NIM: 011124009

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

Page 2: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang
Page 3: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang
Page 4: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

YESUS SANG GURU dan BUNDA MARIA RATU ROSARI yang membimbing

dan memberi kekuatan kepadaku,

Para Suster Konggregasi Puteri Reinha Rosari (PRR),

Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua,

Orang tua, saudara-saudaraku, para pembimbingku dan almamaterku tercinta,

Semua pemerhati pembinaan iman bagi para penderita kusta dimana saja berada.

Page 5: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

v

MOTTO

“Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya”

(PKH 3 : 11)

Page 6: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang
Page 7: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

vii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: “PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA NTT”. Pemilihan judul ini, bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta di Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT. Menurut pengamatan penulis, pelaksanaan pembinaan iman di rumah Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT kurang berjalan dengan baik. Hal ini tampak dalam pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta di Rumah Sakit rehabilitasi kusta tanpa tujuan dan arah yang jelas. Para pembina tidak memiliki program pembinaan dan tidak membuat persiapan untuk setiap pertemuan sehingga tidak jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam setiap pelaksanaan pertemuan. Pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta dirasakan kaku dan membosankan karena para pembina kurang kreatif dalam mengolah proses dan metode pertemuan agar lebih hidup dan menarik.

Permasalahan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana para pembina berusaha mengembangkan iman para penderita kusta terlebih agar mereka tetap percaya akan kasih dan kebaikan Tuhan, sehingga kegembiraan yang terpancar karena Tuhan yang mereka imani dan mereka tetap tabah dalam menghadapi penyakit kusta yang dideritanya. Penulis mengkaji masalah ini dengan menggunakan metode deskripsi analisis, artinya penulis menggambarkan dan menganalisa permasalahan yang ada sehingga ditemukan jalan permasalahannya. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan menggunakan wawancara semi terbuka dengan menggunakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada para penderita kusta sebagai responden. Selain itu penulis juga menggunakan refleksi pribadi dengan bantuan buku-buku pendukung.

Pembinaan iman merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan iman para penderita kusta karena pembinaan iman bertujuan untuk membantu umat dalam proses kedewasaan iman dan juga membantu umat agar iman mereka mendalam, sehingga mereka mampu membangkitkan dan mengembangkan sikap hidup kristiani. Dengan pembinaan iman diharapkan para penderita kusta semakin mampu mengembangkan iman mereka sehingga mereka tetap percaya akan kasih dan kebaikan Tuhan kendati penyakit kustanya tidak kunjung sembuh

Page 8: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

viii

ABSTRACT

The title of the text is “THE DEVELOPING OF FAITH FOR LEPROSY VICTIMS IN LEPROSY REHABILITATION HOSPITAL IN NAOB PARISH-ATAMBUA NTT.” The title has been chosen based on the writer’s concern toward the faith realizing for leprosy victims in the leprosy rehabilitation hospital in Naob Parish-Atambua NTT. According to the writer’s supervision, the realizing of the faith guidance in the leprosy rehabilitation hospital in Naob Parish-Atambua NTT has not worked well. This matter has shown the realizing of the faith guidance for the leprosy victims in the leprosy rehabilitation hospital has no aims and a direct way. The leaders have not had a corret guidance program and they haven’t made a good plan ini every meeting. The application of the guidance for leprosy victims has been felt stiff and boring because the leaders were not creative in combining the process and the methods in every meeting. Furthermore, the meeting can be more interesting.

The main problem in the thesis is how far the leaders try to increase the faith of the leprosy victims in order they will believe and more confident toward God’s mercy and love. Furthermore, the happiness will show up because the God gives them faith. And they will have more courage to face leprosy in their life. The writer has discussed the problems by using analiysis descriptive methods. It means the writer has shown and analyzed the problems. So, there will be found the way out of the problem. Data needed has been analyzed by making semi opened interview with the leprosy victims as respondents. Moreover, the writer has built the data from the personal reflection from the comparable’s books.

The faith guidance is one method which can be used for increasing the faith of leprosy victims because the faith guidance has purposed to help people in the process of faith mature and help Christian community to fulfill their faith. Faith guidance has been hoped for the leprosy victims which can increase their faith and they can believe to the God’s mercy and affection eventhough the disease hasn’t yet cured.

Page 9: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga dan Putera-

Nya Yesus Kristus serta Bunda Maria Ratu Rosari atas segala karunia, berkat, kasih

dan cinta-Nya yang dilimpahkan bagi penulis. Dalam penulisan skripsi ini, banyak

pengalaman yang muncul yang penulis alami yakni; pengalaman gembira, sedih dan

cemas. Meskipun demikian berkat perhatian dan dukungan doa-doa dari berbagai

pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini bagi penulis,

merupakan karya ilmiah dengan judul: “PEMBINAAN IMAN BAGI PARA

PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI

NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR”. Karya ilmiah

ini dimaksudkan sebagai suatu sumbangan terhadap perkembangan pembinaan iman

bagi para penderita kusta di rumah sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan

Atambua-NTT, sekaligus salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) USD.

Atas kerjasama yang baik, penulis menyampaikan limpah terima kasih

kepada semua pihak terkait yang berperan serta dalam penyelesaian skripsi ini, dan

dalam proses pendidikan penulis selama studi pada Program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan (FKIP), USD

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

limpah terima kasih kepada:

Page 10: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

x

1. Pimpinan Umum Konggregasi Puteri Reinha Rosari (PRR), mulai dari Sr. M.

Gabriella, PRR, Sr. M. Simprosa, PRR, Sr. M. Benediktis, PRR dan Dewan

Pimpinan Umum yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar

dan mengembangkan diri di IPPAK-USD Yogyakarta.

2. Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing

utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dalam

membimbing dengan penuh kesabaran, memberi saran dan kritikan pada

penulis dalam menuangkan gagasan sehingga penulis dapat lebih termotivasi

dalam menyelesaikan skripsi.

3. Y. Kristianto, SFK., selaku dosen penguji II yang telah bersedia mendampingi

penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

4. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd., selaku dosen penguji III yang telah meluangkan

waktu dalam membimbing, memberi saran dan kritikan kepada penulis.

5. Segenap staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan

bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

6. Pimpinan Komunitas Magnificat Yogyakarta mulai dari Sr. M. Valentine, PRR,

Sr. M. Katrine, PRR, Sr. M. Gratiana, PRR, Sr. M. Felixia, PRR dan para suster

PRR anggota Komunitas Magnificat Yogyakarta, serta karyawan/i yang telah

mendukung penulis dengan doa, perhatian dan pelayanan.

7. Pimpinan Rumah Sakit rehabilitasi kusta Naob-Atambua yakni Sr. M. Mikaelis,

PRR dan para suster PRR komunitas Naob serta para penderita kusta yang

dengan penuh cinta, keakraban dan kegembiraan telah meluangkan waktu,

Page 11: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

xi

tenaga, perhatian, kerjasama, serta terlibat dalam mendukung kelancaran

skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2001/2002 yang turut

berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis menjadi

pewarta kabar gembira di zaman yang penuh tantangan ini.

9. Bapak Paulus Mulyono, Ibu Paula Srisurtiyah, Saudara-saudaraku, Romo

Martin van Oij, SCJ yang telah mendoakan, mendukung dan memberikan

semangat serta dukungan selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan

tulus telah memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi

semakin sempurnanya penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi siapa

saja yang membacanya.

Yogyakarta, 12 Maret 2007

Penulis

Christina Sri Wahyuningsih

Page 12: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

xii

DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………......

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………

PENGESAHAN………………………………………………………………

PERSEMBAHAN……………………………………………………………

MOTTO………………………………………………………………………

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………..

ABSTRAK…………………………………………………………………...

ABSTRACT……………………………………………………….…………

KATA PENGANTAR………………………………………….…………….

DAFTAR ISI…………………………………………………….…………...

DAFTAR SINGKATAN………………………………………….………….

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………….…………..

A. Latar Belakang Penulisan.…………..…………………..……….…

B. Rumusan Masalah……………………………………….…………

C. Tujuan Penulisan……………………………………….…………..

D. Manfaat Penulisan………..……………………………..………….

E. Metode Penulisan……….………………………………..…………

F. Kajian Pustaka……..…………….………………………..………..

G. Sistematika Penulisan……………………………………………..

BAB II. PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILI-

TASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT………

A. Latar Belakang Berdirinya Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta.….….

B. Pengertian Penyakit Kusta……………………………..…….…….

C. Tentang Penyakit Kusta………………………………..…………..

D. Penanganan Penyakit Kusta……………………………..…………

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

xii

xvi

1

1

3

4

4

4

5

9

12

12

14

15

21

Page 13: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

xiii

BAB III. PENGHAYATAN IMAN PARA PENDERITA

KUSTA……………………………………………………..……….

A. GAMBARAN UMUM UMAT KATOLIK DI DESA NAOB……

1. Letak dan Situasi Geografis………………………….………..

2. Kondisi Ekonomi dan Sosial………………………..………….

3. Jumlah dan Situasi Umat Katolik……………………..……….

4. Kegiatan-Kegiatan Yang Ada……………………….…………

5. Kendala-Kendala Yang Dihadapi……………………..….……

B. SITUASI KONKRET PENGHAYATAN IMAN PARA PENDE-

RITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI

NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT………………………...

1. Variabel Penelitian……………………………………..………

2. Metodologi Penelitian……………….………………..………..

C. LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGHAYATAN IMAN

PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABI-

LITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT.…

1. Motivasi Hidup Penderita Kusta……………..…………………

2. Pelaksanaan Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta di

Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua-

NTT……………………………………………………...……..

3. Usaha Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta……………

4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan

Pembinaan Iman………………………………………..……...

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGHAYATAN

IMAN PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT

REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN

ATAMBUA-NTT…………………………………..……………..

1. Motivasi Hidup Penderita Kusta…………………………………

2. Pelaksanaan Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta di

Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua-

NTT……………………………………………..………………..

29

29

30

30

30

31

31

32

32

33

37

38

38

41

44

45

45

47

Page 14: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

xiv

3. Usaha Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta……..………

4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembi-

naan Iman…………………………………..………..…………

BAB IV. UPAYA PENINGKATAN PEMBINAAN IMAN BAGI PARA

PENDERITA KUSTA……………………………………..……….

A. GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBINAAN IMAN…..…….

1. Pengertian Pembinaan Iman……………………..………..……..

2. Tujuan Pembinaan Iman………………………………..………..

B. METODE DAN SARANA PEMBINAAN IMAN DI RUMAH

SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB……………………..

C. PROSES DAN ISI PEMBINAAN IMAN…………………..………

1. Proses Pembinaan Iman…………….…..………………..………

2. Isi Pembinaan Iman…………………………………….…..……

D. LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN IMAN………….……….

1. Merencanakan Program Pembinaan Iman…………….…………

2. Sasaran Program Pembinan Iman………………….……………

3. Isi Program……………………………………….………….......

4. Pemilihan Model Pembinaan Iman……………….……………..

BAB V. PRAKSIS PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA

KUSTA……………………………………….…………………………

A. PROGRAM KATEKESE…………………..….…………………….

B. PENJABARAN PROGRAM KATEKESE…….……………………

C. CONTOH PERSIAPAN KATEKESE………….……………………

BAB VI. PENUTUP…………………………………………………………

A. KESIMPULAN………………………………….…………………..

B. SARAN………………………………………….…………………...

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….……………….

53

55

57

58

58

63

65

70

70

75

76

76

77

81

83

87

87

90

94

120

120

123

125

Page 15: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

xv

LAMPIRAN

Lampiran 1: Panduan Wawancara………………………….………………..

Lampiran 2: Identitas Responden……………………………….……………

Lampiran 3: Hasil Wawancara…………………….…………………………

Lampiran 4: Teks Cerita…………………………………….……………….

(1)

(3)

(5)

(15)

Page 16: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

xvi

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan nama-nama Kitab dalam Skripsi ini diambil dari Alkitab

terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), IKAPI, Jakarta, Edisi 5, Tahun

2004.

B. Singkatan Dokumen-Dokumen Resmi Gereja

CT: Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada

para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini,

16 Oktober 1979

C. Singkatan Lain

Art. : Artikel

BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional

Dra : Doktoranda

Dr : Doktor

Drs : Doktorandus

EKT : Eliminasi Kusta Tahun

FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Komkep KWI : Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia

Komkat KWI : Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia

Konst. : Konstitusi

Page 17: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

xvii

MB : Multibaciliary

M.Pd : Magister Pendidikan

N. : Nilai

No. : Nomor

NTT : Nusa Tenggara Timur

OHP : Over Head Projektor

PB : Paucibaciliary

PRR : Puteri Reinha Rosari

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

RS : Rumah Sakit

SCJ : Sacred Heart Jesus

SFK : Sarjana Filsafat Kateketik

SJ : Serikat Jesus

SKB : Surat Keputusan Bersama

STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik

STKAT : Sekolah Tinggi Kateketik

SVD : Societas Verbi Divini

TV : Televisi

UPK : Unit Perawatan Kesehatan

USD : Universitas Sanata Dharma

VCD : Video Compact Disc

WHO : World Health Organization

Page 18: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pertama skripsi ini menguraikan tentang latar belakang penulisan,

rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

A. LATAR BELAKANG PENULISAN

Desa Naob adalah sebuah tempat terpencil berpenduduk 125 Kepala

Keluarga. Geografisnya tidak rata, berbukit-bukit dan tandus tidak ada gunung dan

aliran sungai. Desa ini berada dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara,

Kecamatan Noemuti Keuskupan Atambua. Jalan menuju desa ini belum diaspal

masih berbatu-batu, dilalui oleh 1 (satu) unit Truk angkut yang mengangkut hasil

bumi dari desa ke kota yang dilewati ketika musim kering dan musim hujan praktis

sulit dilalui. Listrik dan air minum bersih yang menjadi kebutuhan penduduk tidak

ada. Pada malam hari penduduk mendapat terang dari lampu pelita kaleng. Untuk

keperluan sehari-hari penduduk mendapat air dari sumur yang memadai ketika

musim hujan dan jika musim kering volume airnya berkurang.

Mata pencaharian penduduk adalah bercocok tanam, berternak dan kerajinan

tangan. Para petani sawah akan bekerja kalau musim hujan tiba (sawah tadahan).

Apabila sepanjang tahun tidak ada hujan maka kelaparan akan datang. Tiap

kampung tidak ada air bersih tetapi mendapat air sumur yang mengandung kapur,

Page 19: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

2

sehingga tak jarang mereka baru mandi 2-3 hari. Kondisi seperti ini rentan dengan

pelbagai penyakit termasuk Penyakit Kusta.

Di daerah ini penderita Kusta relatif masih banyak, mereka tersebar di desa

terpencil. Terkadang ditemukan pada pondok atau gubuk-gubuk di tengah

ladangnya yang berada di hutan. Mereka tidak lagi disapa oleh masyarakat sekitar,

bahkan oleh saudara kandungnya sekalipun, apalagi ingin merawatnya. Selain itu

keluarga dengan sengaja membatasi ruang geraknya dan terkadang

memindahkannya ke tempat terisolasi. Mereka tidak lagi sebagai warga masyarakat

karena kusta itu dianggap kutukan Tuhan. Kondisi seperti ini menyapa para

Biarawati Suster Konggregasi Puteri Reinha Rosari untuk memberi diri melayani

para Penderita Kusta tersebut. Nampaknya kehadiran Yesus secara nyata dan

konkret berada dalam wajah-wajah Penderita Kusta tersebut.

Dengan usaha yang tidak mudah dan mengalami banyak tantangan dari

berbagai pihak, akhirnya dengan bantuan Rahmat Tuhan dan kebaikan hati para

donatur di mana saja, para Suster PRR dapat mendirikan Rumah Sakit Rehabilitasi

Kusta. Dengan adanya tempat perawatan, para penderita Kusta mulai tertolong dari

segi medis. Mereka dirawat dengan sangat baik sehingga ada beberapa penderita

Kusta mengalami putus asa karena tetap saja tidak diterima oleh masyarakat sekitar.

Mereka merasa tidak berarti untuk hidup dimasyarakat dan bahkan menjadi kurang

percaya dengan kebaikan Tuhan yang mereka alami selama ini. Para penderita

Kusta merasa dijauhkan dari masyarakat karena penyakit ini bagi masyarakat

sekitar sangat menjijikkan.

Page 20: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

3

Melihat situasi dan kondisi para penderita kusta ini, maka sangatlah penting

dengan adanya pembinaan iman. Karena dengan pembinaan iman akan sangat

membantu para penderita kusta untuk menghayati sakit yang dideritanya sebagai

anugerah dari Tuhan dan menyatukannya dengan penderitaan Kristus disalib.

Dengan pembinaan iman pula, para penderita kusta dibantu untuk semakin memiliki

iman yang dalam akan Tuhan, sehingga mereka tetap meyakini bahwa sehat dan

sakit adalah anugerah Allah yang sangat istimewa.

Terdorong oleh situasi dan kerinduan yang dalam agar para penderita kusta

merasa berarti dan berharga dimasyarakat, maka penulis menyusun skripsi dengan

judul: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH

SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA NUSA

TENGGARA TIMUR.

B. RUMUSAN MASALAH

Memperhatikan latar belakang di atas maka permasalahan-permasalahan

yang muncul dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembinaan iman bagi para penderita kusta sungguh-sungguh sudah

diperhatikan ?

2. Sejauh manakah usaha pembinaan iman bagi para penderita kusta

diusahakan selama ini, agar para penderita kusta memiliki iman yang kuat?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat pembinaan iman bagi para penderita

kusta ?

Page 21: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

4

C. TUJUAN PENULISAN

Skripsi ini ditulis dengan tujuan:

1. Meningkatkan pembinaan iman bagi para penderita kusta.

2. Menemukan model pembinaan iman yang dapat membantu para penderita

kusta dalam menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-

hari.

3. Mencoba menemukan faktor pendukung dan penghambat pembinaan iman

bagi para penderita kusta.

4. Memenuhi persyaratan kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) IPPAK-JIP-FKIP-

USD-Yogyakarta.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Menambah wawasan para pembina iman yang membantu para penderita

kusta untuk mengembangkan imannya.

2. Membantu para penderita kusta untuk menghayati imannya dalam

kehidupan sehari-hari sehingga mereka tidak mudah putus asa.

3. Meyakinkan para penderita kusta bahwa dengan memiliki iman yang kuat

mereka dimampukan untuk menerima penderitaan yang dialami sebagai

anugerah Allah.

E. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskripsi

analitis, yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang

Page 22: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

5

diperoleh melalui penelitian maupun studi pustaka. Namun demikian penulis

juga akan terjun langsung ke Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob

Keuskupan Atambua yang menjadi sasaran penelitian, sebab hal ini sangat

penting guna mencari data-data yang valid dan ilmiah.

F. KAJIAN PUSTAKA

1. Pembinaan

Mangunhardjana A, dalam bukunya Pembinaan, Arti dan Metodenya,

menuliskan sebagai berikut; pembinaan dimengerti sebagai terjemahan dari kata

Inggris training, yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan sejauh

berhubungan dengan pengembangan manusia. Pembinaan merupakan bagian

dari pendidikan. Namun karena tekanan pengembangan dalam pembinaan

berbeda dari pengembangan dalam penididikan, pembinaan dibedakan dari

pendidikan. Sebagaimana dipraktekkan dewasa ini, pembinaan menekankan

pengembangan manusia pada segi praktis: pengembangan sikap, kemampuan

dan kecekatan. Sedangkan pendidikan menekankan pengembangan manusia

pada segi teoretis, pengembangan pengetahuan dan ilmu.

Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu

murni, tetapi ilmu yang dipraktekkan. Orang tidak dibantu untuk mendapatkan

pengetahuan demi pengetahuan tetapi pengetahuan untuk dijalankan. Dalam

pembinaan, orang terutama dilatih untuk mengenal kemampuan dan

mengembangkannya agar dapat memanfaatkannya secara penuh dalam bidang

hidup atau kerja mereka. Pembinaan juga mengarahkan orang untuk bisa

Page 23: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

6

menerima kenyataan yang ada dalam dirinya sehingga dapat hidup dengan

bebas dan apa adanya tanpa tekanan yang berarti. Oleh karena itu unsur pokok

dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap yang mandiri dan terutama

semakin percaya diri.

Dalam pembinaan terjadi proses melepas hal-hal yang sudah dimiliki,

delearning, berupa pengetahuan dan praktek yang sudah tidak membantu dan

menghambat hidup dan kerja, dan mempelajari, learning, pengetahuan dan

praktek baru yang meningkatkan hidup dan kerja. Tujuannya agar orang yang

menjalani pembinaan mampu mencapai tujuan hidup atau kerja yang digumuli

secara lebih efisien dan efektif daripada sebelumnya.

Pembinaan, jika dirumuskan dalam bentuk definisi berarti; suatu proses

belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal

baru yang belum dimiliki dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya,

untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru

untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang sedang dijalani secara lebih

efektif.

Apabila pembinaan berjalan baik, pembinaan tersebut dapat membantu

orang yang menjalani untuk:

1. Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya.

2. Menganalisis situasi hidup dan kerjanya dan segala segi positif dan

negatifnya.

3. Menemukan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya.

Page 24: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

7

4. Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah atau

diperbaiki.

5. Merencanakan sasaran dan program di bidang hidup dan kerjanya, sesudah

mengikuti pembinaan.

Pada dasarnya pembinaan mempunyai fungsi yang mencakup tiga hal yaitu;

penyampaian informasi dan pengetahuan, perubahan dan pengembangan sikap,

latihan dan pengembangan kecakapan serta ketrampilan. Pembinaan yang terus

menerus dilakukan dapat membantu orang lain untuk berkembang dan merubah

pola hidup yang lama kepada yang baru atau yang lebih baik.

2. Iman

Iman adalah pertemuan pribadi dan mendalam dengan Allah yang hidup,

suatu penerimaan menyeluruh akan pribadi yang mewahyukan diri dan memberikan

diri oleh manusia yang menyerahkan diri dengan penuh cinta, suatu penyerahan

tanpa batas untuk hidup bagi Allah dan mengatur hidup sesuai dengan perintah-

Nya. Bila sabda Allah adalah wahyu, maka sabda manusia adalah iman. Bila insiatif

berasal dari Allah maka jawaban adalah dari manusia.

Sabda Allah mengundang kesediaan manusia, kesediaan Allah mengundang

kesediaan manusia untuk membuka diri, tindakan Allah mendesak tindakan

manusia dan pemberian diri Allah mengharapkan penyerahan diri manusia. Maka

wahyu itu menuntut iman. Oleh sebab itu hubungan antara pribadi kita adalah

sebuah dialog, sebuah perjanjian dan persekutuan. Proses penerimaan wahyu, dalam

iman itu sendiri tidak sekali jadi sebagai satu langkah jawaban akan wahyu Allah

Page 25: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

8

yang diwartakan. Pada umumnya berkembangnya iman melalui tahap-tahap yang

teratur dan makin mendalam. Proses itu merupakan dinamika antar pewartaan dan

penerimaan wahyu dalam iman yang sekaligus merupakan perubahan yang terus

menerus. (Amalorpavadass, D.S. Katekese Sebagai Tugas Pastoral Gereja.

Yogyakarta: STKAT Pradnyawidya, tahun 1972, hal 11).

3. Para Penderita Kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob NTT

Di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob-NTT yang dikelola oleh para

Suster Puteri Reinha Rosari kurang lebih menampung 32 pasien yang mengidap

penyakit Kusta. Namun yang menjadi perhatian dari penulis adalah 20 penderita

kusta yang rata-rata orang dewasa dan yang sudah bekeluarga. Situasi dan kondisi

tempat yang sangat miskin dan kekurangan air bersih karena mereka menggunakan

air sumur yang mengandung kapur menyebabkan mereka terserang penyakit

khususnya penyakit kusta yang bagi mereka sangat menjijikkan.

Berdasarkan hasil observasi, penyakit kusta ini juga disebabkan oleh kuman

Lepra (Mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi dengan tanda di kulit.

Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara yang mengandung kuman leprae yang

dihirup oleh manusia atau bersentuhan langsung dengan luka penderita Leprae tipe

basah (Departemen Kesehatan. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI, tahun 1998: hal 20-21). Ada dua (2) jenis penyakit

Lepra:

a. Tipe MB (Tipe Basah), merupakan tipe yang dapat menularkan kepada

orang lain, dengan tanda-tanda:

Page 26: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

9

• Bercak keputihan atau kemerahan tersebar merata diseluruh badan.

• Dengan atau tanpa penebalan pada bercak

• Pada permukaan bercak, sering masih ada rasa bila disentuh dengan

kapas.

• Tanda-tanda permulaan sering berupa penebalan kulit kemerahan pada

kuping telinga dan muka.

b. Tipe PB (Tipe Kering) Tipe ini tidak menular tetapi dapat menimbulkan

cacat bila tidak segera diobati, dengan tanda-tanda:

• Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak tersebut

disentuh dengan kapas tidak terasa atau kurang terasa.

Para penderita kusta di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta ini, rata-rata

mengidap penyakit kusta tipe kering tetapi ada beberapa yang juga mengidap

penyakit kusta tipe basah. Penyakit kusta ini dapat diobati dan bukan penyakit

keturunan/kutukan. Tipe MB basah; lama pengobatan 12-18 bulan. Tipe PB kering;

lama pengobatan 6-9 bulan Pengobatan kusta dapat dilakukan pada

Puskesmas/Rumah Sakit/UPK yang melakukan pengobatan Kusta. Semua

pengobatan kusta di Puskesmas/UPK/Rumah Sakit Kusta di dapat secara gratis.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Judul yang dipilih untuk skripsi adalah “Pembinaan Iman Bagi Para

Penderita Kusta Di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan

Atambua Nusa Tenggara Timur” judul ini akan diuraikan menjadi enam bab

sebagai berikut:

Page 27: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

10

Bab I: PENDAHULUAN

Bab ini akan memaparkan tentang latar belakang penulisan, perumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

Bab II: PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI

KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA

Bab ini memberi gambaran tentang RS Rehabilitasi Kusta, situasi dan

keadaan para penderita kusta. Bagian ini meliputi Latar belakang

berdirinya RS Rehabilitasi Kusta, pengertian kusta, latar belakang

penderita kusta dan perawatan kusta.

Bab III: PENGHAYATAN IMAN PARA PENDERITA KUSTA

Dalam bab ini diuraikan gambaran tentang penghayatan iman para

penderita kusta yang didahului dengan gambaran umum umat katolik di

desa Naob, penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil

penelitian.

Bab IV: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA

Bab ini memberi gambaran tentang pembinaan iman bagi para penderita

kusta. Bagian ini meliputi: Arti pembinaan iman, tujuan pembinaan iman,

sarana-sarana pembinaan iman yang ada di Rumah Sakit tersebut, proses

dan isi pembinaan iman, langkah-langkah pembinaan iman. Metode

Page 28: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

11

pembinaan iman yang diuraikan diatas dapat ditawarkan dengan manfaat

yang besar sebagai salah satu sarana dalam pembinaan iman d Rumah

Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob-NTT.

Bab V: PRAKSIS PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENERITA KUSTA

Dalam bab ini disajikan uraian mengenai tiga contoh pelaksanaan

pembinaan iman bagi para penderita kusta. Bagian ini meliputi; materi,

tujuan, metode serta langkah-langkah pengembangannya. Dalam contoh-

contoh tersebut tidak secara eksplisit diperlihatkan segi kateketisnya, tetapi

unsur-unsur manusia yang ada dalam proses pelaksanaan pembinaan iman,

memberi gambaran bahwa pembinaan iman merupakan salah satu bentuk

dari katekese.

Bab VI: PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran

Page 29: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

12

BAB II

PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT

REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN

ATAMBUA-NTT

A. Latar Belakang Berdirinya Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta

NAOB terletak di kecamatan Noemuti, kabupaten Timor Tengah Utara

di Pulau Timor, propinsi Nusa Tenggara Timur. Terletak di jalur Kupang-

Kefamenanu, sekitar 28 km sebelum Kefamenanu (180 km dari Kupang).

NAOB merupakan suatu desa yang cukup dikenal karena daerah miskin dan

banyak penderita kusta. Semula daerah NAOB merupakan wilayah sengketa

antara tiga desa tetangga, di mana penduduknya sebenarnya masih satu

keluarga besar. Masing-masing pihak merasa diperlakukan tidak adil sehingga

mau menuntut kembali haknya.

Setelah terjadi perang sampai beberapa kali, maka pihak pemerintah

daerah memutuskan untuk memperuntukkan wilayah tersebut sebagai fasilitas

umum. Akhirnya pemerintah daerah mengarahkan pengelolaan wilayah

tersebut kepada pihak keuskupan, yang selanjutnya memberi kepercayaan

kepada para Suster PRR (Puteri Reinha Rosari). Untuk tahap pertama

disediakan lahan seluas sepuluh hektar. Apabila nantinya lahan tersebut sudah

bisa dikelola dengan baik, maka akan ditambah seluas sepuluh hektar lagi.

Lahan yang diberikan kepada para Suster PRR ini berupa semak belukar dan

nampak seperti hutan.

Page 30: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

13

Dari hasil kunjungan para Suster PRR ternyata dibalik semak belukar itu

ada pondok-pondok kecil yang jauh dari pandangan masyarakat karena hanya

bisa dilihat apabila berada di tengah semak belukar tersebut. Pondok-pondok

itu ternyata dihuni oleh orang yang tak berdaya. Setelah diselidiki oleh para

Suster PRR ternyata orang-orang itu adalah para penderita kusta yang

dijauhkan dari masyarakat dan bahkan dari keluarga kandungnya.

Melihat situasi nyata ini dan sesuai dengan visi pendiri Mgr. Gabriel

Manek, SVD yakni pelayanan karya kerasulan pertama-tama ditujukan untuk

orang-orang kecil, miskin dan tertindas terlebih para penderita kusta,

menghendaki agar Konggregasi PRR memberi perhatian khusus kepada

orang-orang yang miskin, lemah dan tersingkir dan terutama para penderita

kusta yang dijauhkan dari masyarakat (Musyawarah Umum I PRR. Konstitusi

Tarekat PRR, Larantuka: tahun 1987, Art. 104). Berdasarkan visi pendiri

inilah dan tergerak oleh belas kasihan akan penderitaan mereka yang

mengidap penyakit kusta, maka dengan berbagai cara para Suster PRR

merencanakan segala sesuatu untuk menyelamatkan para penderita kusta.

Dengan bekerja keras dan tanpa mengenal lelah para Suster PRR terus

berjuang agar tanah seluas sepuluh hektar itu dapat didirikan sebuah rumah

sakit rehabilitasi khusus untuk para penderita kusta. Maka atas kemurahan hati

Tuhan melalui para donatur dan berbagai pihak yang mendukung didirikanlah

Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta pada tanggal 7 Oktober 1996. Lahan yang

semula berupa semak belukar dan gersang telah diubah menjadi lahan yang

subur, peternakan dan tempat perawatan penderita kusta. Tempat perawatan

mulai difungsikan pada tahun 1998 dengan 4 penderita kusta. Pada bulan

Page 31: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

14

September 1998 tim dari RS Kusta Sitanala Tangerang datang meninjau dan

selanjutnya menjalin kerjasama. Pada tahun 2001 tim dari RS Sitanala

melakukan operasi kecil untuk menutup luka yang terdapat pada tangan/kaki

penderita kusta. Saat itu pula para suster sedang membangun gedung

permanen untuk poliklinik sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi

untuk memperoleh ijin operasional dari Dinas Kesehatan. Atas saran dari tim

RS Sitanala dilakukan beberapa modifikasi agar areal poliklinik dapat

berfungsi optimal.

Para penderita kusta ternyata relatif banyak dan masyarakat sekitar

sangat mendukung berdirinya RS Rehabilitasi Kusta ini, juga didukung pihak

pemerintah dan gereja setempat. Banyaknya para penderita kusta dengan

pelayanan apa adanya dan bertahap, maka pada Juli 2002 dilakukan operasi

amputasi pada penderita kusta. Dan seterusnya sampai dengan saat ini para

penderita kusta yang rawat nginap sebanyak 32 pasien dan masih diusahakan

untuk membangun gedung-gedung perawatan yang baru agar para penderita

kusta yang masih tinggal di pondok-pondok dapat dirawat dengan sebaik-

baiknya.

B. Pengertian Penyakit Kusta

Kusta merupakan penyakit yang ditakuti, karena informasi yang benar

mengenai penyakit kusta masih belum dapat menjangkau masyarakat luas,

termasuk sebagian petugas kesehatan. Oleh karena itu penderita kusta

seringkali dijauhi oleh anggota keluarganya yang menderita kusta. Keadaan

Page 32: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

15

ini sebenarnya sangat merugikan masyarakat, sebab para penderita kusta yang

tidak mendapat pengobatan yang memadai, akan menjadi sumber penularan.

Pengertian penyakit kusta yang sebenarnya adalah suatu jenis penyakit

menular yang disebabkan oleh sejenis kuman yang diberi nama

Mycobacterium Leprae yang ditemukan oleh Gerhard Armaver Hansen pada

tahun 1873 dan terutama menyerang syaraf tepi yang dapat menyebar ke kulit

dan juga jaringan lainnya, seperti mata, selaput lendir saluran pernafasan

bagian atas, otot, tulang dan kelenjar kelamin (Harijanto, H, Dr. Penyakit

Kusta. Tangerang: RS Sitanala tahun 1998, hal. 1).

C. Tentang Penyakit Kusta

1. Latar Belakang Penyakit Kusta

Harijanto H, dalam artikelnya Penyakit Kusta, menuliskan sebagai

berikut; pada mulanya penyakit kusta diyakini oleh masyarakat sebagai

penyakit keturunan, terutama karena adanya anak-anak dari penderita

kusta yang juga sakit kusta. Namun Dr. G. A. Hansen telah

membuktikan bahwa penyebab kusta adalah Mycobacterium Leprae.

Karena pendapat ini masih melekat erat di masyarakat, maka ada

seorang ibu yang pernah menderita kusta, namun saat itu sudah sembuh.

Ketika anaknya hendak menikah, ia berkata: “Anakku, katakan saja

pada calon isteri dan calon mertuamu bahwa ibumu sudah meninggal”.

Hal ini dilakukan untuk menghindari penolakan atas keyakinan

masyarakat bahwa penyakit kusta adalah penyakit keturunan.

Page 33: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

16

1.1. Macam Penyakit Kusta

Jenis Manifestasinya tergantung dari derajat kekebalan tubuh

penderita (Cell mediated immunity) yaitu dari Kusta yang terbatas

(Jenis Tuberculoid) sampai yang menyebar (Jenis Lepromatosa) dan

jenis pertengahan yang disebut Kusta Borderline. Secara umum atau

secara awam dikenal sebagai kusta kering dan kusta basah. Jika

kusta terlambat diobati maka akan timbul kerusakan saraf dengan

akibat berupa: mati rasa (tidak dapat merasakan panas, dingin,

nyeri), kelumpuhan otot, buta dan akibat lain yang disebabkan oleh

proses immunologis yang disebut “reaksi mata”.

1.2. Tanda-Tanda Penyakit Kusta

Tanda yang paling dini dari penyakit kusta adalah adanya

bercak berwarna putih (pada orang kulit putih, justru warnanya

kemerahan seperti tembaga), mirip dengan penyakit panu namun

tidak gatal. Pada perkembangan selanjutnya, bercak tersebut dapat

melebar dan dapat bertambah banyak dan dapat pula mati rasa.

Keadaan ini dikenal sebagai kusta kering. Penyakit ini dapat

berkembang menjadi benjol-benjol dikulit yang berwarna

kemerahan, yang pada beberapa penderita berair dan dapat timbul

luka; sehingga dikenal sebagai kusta basah.

1.3. Beberapa Pendapat Yang Salah

Sampai saat ini, dikalangan masyarakat masih tersebar

berbagai pendapat tentang penyakit kusta, yang sebenarnya salah:

a. Kusta merupakan penyakit akibat kutukan Tuhan

Page 34: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

17

Dalam film BENHUR, kita dapat melihat bahwa penderita

kusta segera sembuh dari penyakitnya setelah menyentuh jubah

dari Yesus dan kisah tersebut memang tertulis didalam Kitab

Suci. Di dalam Kitab Suci, kita bisa mendapatkan berbagai

macam penyakit yang disembuhkan oleh Yesus; bahkan yang

meninggalpun ada yang dihidupkan kembali. Jadi jelas bahwa

penyakit kusta itu bukan penyakit akibat kutukan Tuhan.

b. Kusta menyebabkan lepasnya jari tangan dan kaki tanpa terasa

Memang benar bahwa ada beberapa penderita kusta yang

kehilangan beberapa ruas jari tangan dan kaki; namun keadaan

ini bukan disebabkan oleh Mycobacterium leprae secara

langsung. Hal ini disebabkan oleh mati rasa pada daerah tersebut,

sehingga mudah timbul luka karena mungkin memegang benda

panas, tertusuk atau teriris benda tajam yang selanjutnya

mengalami infeksi. Kalau infeksi tersebut berkembang terus

sampai merusak jaringan penahan sendi, maka sendi tersebut

akan lepas. Jadi pada dasarnya lepasnya jari tersebut diakibatkan

oleh kuman lain.

c. Penyakit Kusta Tidak Dapat Sembuh

Pada jaman dahulu, penderita kusta harus minum obat

seumur hidupnya. Dengan obat-obatan yang ada sekarang, maka

masa pengobatan menjadi jauh lebih singkat: 6 bulan untuk

penderita kusta kering dan 1 tahun untuk penderita kusta basah.

Akan tetapi, cacad yang sudah terlanjur ada sebelum mulai

Page 35: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

18

berobat tidak otomatis sembuh; bahkan mungkin harus diderita

seumur hidupnya, walaupun penyakit kustanya sendiri sudah

sembuh. Dengan berbagai upaya rehabilitasi medik, cacad dapat

dikurangi.

1.4. Distribusi Penyakit Kusta

Berdasarkan catatan seorang dokter yang menangani para

penderita kusta pada tahun 1992, kurang lebih 20 juta penderita

kusta di dunia. Tetapi kendati demikian yang mendapatkan

pengobatan secara teratur kurang dari separuhnya. Kebanyakan

mereka berada di Afrika Tengah, Asia Selatan dan Tenggara,

Amerika Tengah dan Selatan. Di Indonesia tercatat 71.000 pada

tahun 1992 dengan prevalensi 3.8/10.000 penduduk (berdasarkan

penelitian Bechelli, maka angka sesungguhnya diperkirakan 3

sampai 4 kali jumlah diatas); angka ini diproyeksikan akan terus

menurun sampai dibawah 1/10.000 pada tahun 2000 (dikenal

sebagai program EKT 2000).

1.5. Cara Penularan

Walaupun penyakit ini sudah diketahui pada tahun 1873

(lebih dari 100 tahun yang lalu), namun cara penularannya masih

belum diketahui secara pasti. Teori yang paling banyak dianut

adalah penularan melalui kontak/sentuhan yang berlangsung lama;

namun berbagai penelitian mutakhir mengarah pada drolet infection

yaitu penularan melalui selaput lendir pada saluran pernapasan.

Mycobacterium leprae tidak dapat bergerak sendiri (karena tidak

Page 36: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

19

mempunyai alat gerak) dan tidak menghasilkan racun yang dapat

merusak kulit, sedangkan ukuran fisiknya lebih besar daripada pori-

pori kulit. Oleh karena itu, Mycobacterium leprae yang karena

sesuatu hal dapat menempel pada kulit kita, tidak akan dapat

menembus kulit kalau tidak ada luka pada kulit kita.

Seandainya Mycobacterium Leprae tersebut dapat menembus

kulit, maka sel-sel darah putih yang merupakan bagian dari sistem

pertahanan tubuh akan segera memakannya. Pada umumnya para

pakar setuju bahwa 90% atau lebih dari manusia memiliki

kekebalan alamiah terhadap penyakit kusta. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan pada keluarga-keluarga yang menderita kusta di

Filipina, ternyata bahwa hanya sekitar 10% dari anak-anak

dilingkungan keluarga tersebut yang menderita bercak-bercak

dikulit yang mirip dengan bercak kusta; namun 90% diantaranya

akan hilang atau sembuh sendiri dalam waktu 6 bulan.

Kalau Mycobacterium Leprae berhasil masuk kedalam tubuh, maka

ada 3 kemungkinan:

1) Sistem pertahanan tubuh berfungsi normal

Mycobacterium leprae segera dimusnahkan oleh sel-sel darah

putih, sehingga tidak timbul gejala apa-apa.

2) Sistem pertahanan tubuh agak lemah

Mycobacterium leprae dapat berkembang biak, namun

jumlahnya terbatas; karena sel-sel darah putih dapat mematikan

Page 37: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

20

Mycobacterium leprae; tetapi tidak sampai musnah seluruhnya.

Akibatnya timbul penyakit kusta kering.

3) Sistem pertahanan tubuh praktis lumpuh

Disini Mycobacterium leprae dapat berkembang biak dengan

leluasa, sehingga timbul penyakit kusta basah.

2. Situasi dan Keadaan Pengidap Kusta

Anggapan anggota masyarakat yang keliru tentang penyakit kusta,

seperti yang telah diuraikan diatas; membuat para penderita kusta

semakin terpuruk dan tidak percaya diri lagi, bahkan tidak percaya lagi

dengan kasih Tuhan dalam diri mereka.

Kalau seorang penderita penyakit tertentu (bukan kusta), kemudian

berobat, maka setelah waktu tertentu penyakitnya dinyatakan sembuh

dan masyarakat menganggap bahwa orang tersebut telah sehat kembali.

Kalau karena penyakitnya seseorang di rawat di rumah sakit, maka

selama masa perawatan keluarga, sanak saudara, teman/kenalan, rekan

kerja, maupun tetangga banyak yang menjenguknya di rumah sakit, dan

ketika diperbolehkan pulang maka semuanya menyambut dengan

gembira dan masyarakat menerimanya kembali sebagai warga.

Kalau seseorang menderita kusta, maka keadaannya jauh berbeda.

Keluarga dan masyarakat yang harusnya memperhatikan dan

merawatnya tetapi justru mengucilkannya. Apabila petugas kesehatan

yang merawatnya telah menyatakan sembuh, maka masyarakat tetap saja

menganggapnya sakit dan tetap dikucilkan. Seorang pekerja dipecat dari

Page 38: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

21

pekerjaannya, hasil karya maupun dagangannya tidak laku. Situasi dan

keadaan ini menyebabkan para penderita kusta baik yang telah

dinyatakan sembuh maupun yang masih dalam pengobatan menjadi

putus asa, minder dan bahkan tidak percaya lagi kepada Tuhan. Mereka

menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung, bahkan menjadi mudah

marah. Keadaan ini amat sangat menyedihkan karena kendati sudah

dinyatakan sembuh total mereka tidak berani hidup di tengah masyarakat

dan memilih tetap tinggal di rumah sakit rehabilitasi kusta atau di

pondok-pondok.

D. Penanganan Penyakit Kusta

Seperti yang sudah disinggung diatas bahwa saat ini masih banyak

anggota masyarakat yang takut terhadap penyakit kusta, karena masih adanya

informasi yang salah tentang penyakit kusta. Maka upaya yang perlu

dilakukan untuk penanganan penyakit kusta adalah:

1. Upaya Untuk Mengikis Leprofobia

Fakta yang benar mengenai penyakit kusta adalah :

1.1.Kusta bukan akibat kutukan Tuhan.

Didalam Kitab Suci, kita bisa mendapatkan berbagai macam penyakit

yang disembuhkan oleh Yesus (buta, bisu, tuli, lumpuh, kusta, dan

lain-lain), bahkan yang sudah meninggalpun ada yang dihidupkan

kembali. Jadi kusta bukanlah penyakit akibat kutukan Tuhan,

melainkan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman.

Page 39: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

22

1.2.Kusta bukanlah penyakit keturunan

Pada tahun 1973, Dr. Gerhard Armaver Hansen menemukan sejenis

kuman yang dikenal sebagai Mycobacterium Leprae di dalam tubuh

penderita kusta. Sejak saat itu kusta dinyatakan sebagai penyakit

menular dan bukan penyakit keturunan.

1.3.Penderita kusta tidak harus kehilangan jarinya

Penyakit kusta memang dapat mengakibatkan kerusakan syaraf tepi,

sehingga ada bagian tubuh yang mati rasa. Karena mati rasa, maka

kalau ada luka pada bagian tersebut si penderita tidak merasa sehingga

dapat terjadi infeksi oleh kuman yang lain. Kalau penderita tersebut

ceroboh dan tidak merawat lukanya, maka lukanya akan meluas dan

merusak struktur pengikat sendi dan akhirnya jarinya terlepas.

Sebaliknya, kalau penderita merawat lukanya, maka luka tersebut akan

cepat sembuh dan tidak ada peluang bagi kuman untuk berkembang

biak sehingga jarinya tetap utuh.

1.4. Penyakit kusta dapat disembuhkan

Dengan obat-obatan yang ada sekarang, maka penyakit kusta dapat

disembuhkan dengan pengobatan secara rutin; yakni 6 bulan untuk

penderita kusta kering dan 1 tahun untuk penderita kusta basah. Akan

tetapi, cacat yang sudah terlanjur ada tidak otomatis sembuh, bahkan

mungkin harus diderita seumur hidupnya, walaupun penyakit kustanya

sendiri sudah sembuh. Dengan berbagai upaya rehabilitasi medik,

cacat dapat dikurangi.

Page 40: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

23

Leprofobia tersebut tidak hanya terdapat pada masyarakat awam saja,

melainkan juga menghinggapi sebagian petugas kesehatan, termasuk

dokternya. Hal ini disebabkan karena semasa pendidikan (dokter maupun

perawat) hanya mendapatkan sedikit informasi mengenai penyakit kusta.

Minimnya informasi tersebut sesungguhnya merupakan bukti bahwa kusta

bukanlah penyakit yang berbahaya; dan memang tidak ada penderita kusta

yang meninggal hanya karena penyakit kustanya. Penderita kusta

meninggal karena ada penyakit lain yang menyertainya. Leprofobia ini

diperberat oleh adanya Rumah Sakit khusus untuk kusta. Dengan adanya

Rumah Sakit khusus untuk kusta, masyarakat berpendapat bahwa penyakit

kusta memang penyakit khusus sehingga masyarakat semakin takut

terhadap penyakit kusta.

Sebenarnya, Rumah Sakit kusta didirikan untuk menampung para

penderita kusta yang pada jaman dahulu dibuang atau dikucilkan oleh

masyarakat maupun keluarganya. Pada masa sekarang, kebijakan

Departemen Kesehatan adalah; penderita penyakit kusta secara umum

tidak perlu dirawat di Rumah Sakit kusta; semua Puskesmas maupun

Rumah Sakit Umum siap melayani penderita kusta, sehingga fungsi

Rumah Sakit kusta pada saat ini adalah merawat para penderita yang

kondisinya sudah cukup parah sehingga tidak memungkinkan berobat

jalan atau penderita dalam keadaan darurat. Kalau Rumah Sakit khusus

untuk kusta dihapuskan, maka leprofobia akan lebih cepat terkikis, karena

masyarakat dapat melihat bahwa penderita kusta tidak perlu tindakan

khusus; mereka dapat dilayani di pusat kesehatan biasa. Dengan kata lain;

Page 41: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

24

penyakit kusta bukan penyakit khusus yang harus dilayani oleh Rumah

Sakit khusus untuk kusta.

Informasi yang benar mengenai kusta hanya tersimpan di ‘menara

gading’ Rumah Sakit kusta. Untuk memberantas leprofobia, diharapkan

peran serta seluruh lapisan masyarakat agar menginformasikan yang benar

mengenai penyakit kusta dan disebarluaskan kepada keluarga, teman atau

kenalan, rekan kerja maupun tetangga dan anggota masyarakat lainnya

yang bukan mengetahui dengan jelas tentang penyakit kusta yang

sebenarnya. Apabila Leprofobia sudah hilang, maka semua Rumah Sakit

akan membuka diri untuk mengobati penderita kusta dan penderita kusta

berani berobat tanpa dihantui ketakutan bahwa penyakitnya akan diketahui

oleh orang lain. Dengan demikian, akan semakin banyak penderita kusta

dalam stadium dini yang berobat, sehingga kemungkinan untuk sembuh

tanpa cacad juga akan semakin besar.

2. Upaya Untuk Mengurangi Resiko Cacad

Penyakit kusta dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf tepi, baik

sensoris (mengakibatkan mati rasa atau anestesia), motoris

(mengakibatkan kelumpuhan otot), maupun otonom (mengakibatkan

gangguan pada otot pembuluh darah sehingga nutrisi didaerah tersebut

terganggu, dan kulit menjadi kering akibat kelenjar keringat dan kelenjar

urap tidak dapat mengeluarkan produknya); di samping adanya kelainan

pada kulit. Kelainan pada kulit dan kelumpuhan otot akan langsung

terlihat oleh orang awam sekalipun, sehingga penderita kusta mudah

Page 42: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

25

dikenali. Ini sangat berbeda dengan penderita tuberkulosa (tbc) pada paru-

paru, yang dibebabkan oleh kuman yang sejenis yaitu Mycobacterium

tuberculosis, dimana kelainan maupun cacad pada paru-paru tidak terlihat

dari luar. Karena cacad pada penderita kusta yang tampak itulah, maka

pencegahan cacad memainkan peran yang sangat penting dalam

pengobatan penyakit kusta. Untuk pencegahan cacad tersebut, tidak ada

obat khusus. Yang perlu mendapat perhatian adalah pengobatan sedini

mungkin dan secara teratur terhadap penyakit kustanya sendiri maupun

terhadap reaksi serta berbagai upaya untuk pencegahan cacad yang harus

dilakukan oleh penderita sendiri secara aktif.

Dari berbagai cacad pada penderita, yang paling berbahaya adalah

anestesia (mati rasa), karena seringkali penderita tidak menyadarinya,

sebab memang tidak ada kelainan yang tampak dan baru dapat diketahui

dengan pasti setelah dilakukan pemeriksaan khusus oleh petugas

kesehatan untuk mengetahui kelainan tersebut. Penderita anestesia harus

waspada terhadap benda panas maupun benda tajam, dan harus mengamati

daerah yang anestesia tersebut minimal sekali sehari untuk melihat apakah

ada tanda-tanda yang menjurus ke luka (misalnya kulit berwarna merah,

melepuh, kulit yang kering dan retak-retak); khususnya kalau anestesia

tersebut pada telapak kaki karena telapak kaki dalam posisi biasa tidak

terlihat. Kalau ada tanda-tanda bahwa akan timbul luka, maka bagian

tersebut harus dirawat secara khusus; tidak boleh mendapat beban. Pada

telapak tangan tidak boleh menggenggam; sedangkan pada telapak kaki

tidak boleh berdiri/berjalan sampai tanda tersebut menghilang. Kalau

Page 43: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

26

sudah timbul luka pada daerah yang anestesia, maka luka tersebut harus

dirawat dengan sungguh-sungguh agar tidak terjadi infeksi.

Kelumpuhan otot akan mengakibatkan kekebalan pada sendi kalau

sendi tersebut tidak digerakkan, harus digerakkan secara pasif artinya

sendi tersebut harus digerakkan dengan menggunakan tangan yang normal

atau oleh orang lain. Kadang-kadang latihan ini terasa sangat

membosankan, karena hasilnya tidak segera terlihat; bahkan dalam

beberapa keadaan otot tersebut tetap lumpuh. Akan tetapi, kalau latihan

dilakukan secara teratur, maka tidak akan terjadi kekakuan pada sendi

yang bersangkutan sehingga pada saatnya kelak dapat dilakukan operasi

untuk memperbaiki penampilan dan fungsinya kalau persyaratan untuk

operasi terpenuhi. Mengingat pentingnya latihan ini dalam pencegahan

cacad, dan latihan tersebut memerlukan ketekunan dan kesabaran serta

jangka panjang, maka peran serta dari keluarga sangat diharapkan.

Keluarga penderita dapat membantu penderita selama latihan atau dapat

mengawasi penderita apakah telah melaksanakan latihan dengan benar

serta mengingatkan penderita tersebut kalau penderita lalai dalam

melaksanakan latihan.

Semakin banyak penderita kusta yang sembuh tanpa cacad atau

cacadnya sangat sedikit sehingga sulit dikenali (berkat latihan yang benar

dan teratur maka akan semakin berkuranglah leprofobia yang selanjutnya

akan mempercepat musnahnya penyakit kusta).

Page 44: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

27

3. Upaya Untuk Memasyarakatkan (mantan) Penderita Kusta

Setelah seseorang sembuh dari suatu penyakit (yang bukan kusta),

maka orang tersebut akan diterima kembali oleh keluarganya, teman/rekan

kerja, maupun anggota masyarakat lainnya sebagai orang sehat. Kalau

seseorang menderita penyakit kusta, perlakuan yang dialaminya seringkali

bertolak belakang, yakni masih tetap dijauhi/dikucilkan, lebih-lebih kalau

masih tampak cacad.

Apabila penderita kusta sudah dinyatakan sembuh dari medis berarti

tidak ada lagi kuman Mycobacterium leprae yang hidup didalam tubuh

penderita. Berdasarkan kriteria WHO yang terbaru, maka penderita kusta

dinyatakan sembuh setelah menjalani masa pengobatan yang

direkomendasikan (6 bulan untuk kusta kering dan 12 bulan untuk kusta

basah) walaupun kalau diperiksa dibawah mikroskop masih terdapat

kuman, karena sesungguhnya kuman tersebut telah mati. Ini dibuktikan

oleh survey yang dilakukan WHO di berbagai Negara, dimana jumlah

penderita yang kambuh sangat sedikit. Akan tetapi, masyarakat menilai

kesembuhan penderita dari cacad yang kelihatan, dianggap masih belum

sembuh dari penyakit kustanya, walaupun didalam tubuh penderita sudah

tidak terdapat kuman lagi. Oleh karena itu, informasi mengenai kriteria

sembuh bagi penderita kusta ini perlu disebar-luaskan keseluruh lapisan

masyarakat. Selama leprofobia masih melekat kuat di masyarakat, maka

pemasyarakatan kembali para mantan penderita kusta tidak dapat

terlaksana dengan baik.

Page 45: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

28

Para (mantan) penderita kusta dan keluarganya juga membutuhkan

pangan, sandang, maupun papan seperti kita semua; dan itu berarti bahwa

mereka memerlukan sumber penghasilan/pekerjaan. Selama leprofobia

masih melekat erat, maka masyarakat tidak berani memberi pekerjaan dan

tidak berani membeli hasil karyanya. Akibat dari semua ini, maka para

(mantan) penderita kusta tersebut menjadi pengemis, pencuri, pemeras,

penodong, ataupun tindakan-tindakan lain yang melanggar hukum.

Oleh karena itu, memasyarakatkan kembali para (mantan) penderita

kusta merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam upaya pemberantasan

penyakit kusta. Pemerintah sangat menyadari hal tersebut, sehingga

dikeluarkan SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga menteri (Kesehatan,

Sosial, Dalam Negeri). Departemen Dalam Negeri menyediakan lahan

bagi mereka yang bersedia membuka lahan baru, Departemen Sosial

menyediakan tempat pelatihan bagi yang memerlukan peningkatan

ketrampilan melaksanakan seleksi secara medis bahwa peserta benar-benar

telah sembuh dan kondisi tubuhnya memungkinkan untuk bekerja

ditempat yang baru. Namun sayangnya, program tersebut masih tersendat-

sendat karena kurangnya koordinasi, di samping hambatan yang kuat dari

masyarakat karena leprofobia.

Page 46: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

29

BAB III

PENGHAYATAN IMAN PARA PENDERITA KUSTA

Pada Bab II telah dibahas mengenai latar belakang berdirinya Rumah Sakit

Rehabilitasi Kusta di Naob, pengertian kusta, tentang penyakit kusta, penanganan

penyakit kusta. Pada Bab III ini penulis akan membahas tentang penghayatan iman

para penderita kusta. Maka untuk mengetahui secara konkret penghayatan iman

para penderita kusta, penulis mengadakan penelitian sederhana dengan

menggunakan survey dimana data-data diperoleh melalui observasi dan wawancara.

Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran nyata tentang

penghayatan iman para penderita kusta. Untuk dapat memahami gambaran

penghayatan iman para penderita kusta, terlebih dahulu akan diuraikan gambaran

umum mengenai umat katolik di desa Naob. Selanjutnya akan diuraikan mengenai

penelitian penghayatan iman para penderita kusta di Rumah Sakit Rehabilitasi

Kusta di Naob-Atambua, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian,

serta hasil penelitian.

A. GAMBARAN UMUM UMAT KATOLIK di DESA NAOB

Berdasarkan hasil wawancara dengan para suster PRR yang bertugas di

Naob, maka diperoleh data mengenai letak dan situasi geografis, kondisi sosial

ekonomi dan budaya, jumlah dan situasi umat, kegiatan-kegiatan yang ada, serta

kendala-kendala yang dihadapi.

Page 47: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

30

1. Letak dan Situasi Geografis

Seperti yang telah diuraikan pada pendahuluan bagaian A, bahwa Naob

adalah suatu desa yang amat terpencil yang dihuni oleh 125 Kepala Keluarga. Dari

125 KK yang beragama katolik ada 55 KK, sedangkan yang lainnya beragama

Kristen Protestan. Secara geografis, letak Naob berada dalam wilayah Kabupaten

Timor Tengah Utara, Kecamatan Noemuti. Letak Naob cukup jauh dari kota karena

untuk menuju desa Naob membutuhkan waktu ± 2,5 jam. Jalan menuju ke desa

tersebut cukup sulit karena harus melewati jalan berbatu-batu dan hutan lebat.

2. Kondisi Ekonomi dan Sosial

Umat katolik di desa tersebut memiliki tingkat ekonomi yang cukup

bervariasi. Mulai dari kalangan menengah keatas, menengah, sampai kalangan

bawah. Bila dilihat dari prosentasenya, sekitar 85% kalangan bawah, 10% kalangan

menengah, dan 5% kalangan menengah ke atas. Keterlibatan umat Katolik dalam

kegiatan-kegiatan sosial hanya sebatas keikutsertaan dalam kerja bakti

membersihkan lingkungan pada hari-hari nasional, kerja kebun, pembuatan rumah

dan kegiatan-kegiatan tertentu. Umat katolik di desa tersebut tidak terlalu

melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat sekitar.

3. Jumlah dan Situasi Umat Katolik

Umat katolik di desa Naob berjumlah 55 kepala keluarga dengan 184 jiwa

dan amat bervariasi dewasa, remaja dan anak-anak. Pertambahan umat tidak tetap

karena banyak yang pergi merantau dan ada beberapa yang pulang dengan

Page 48: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

31

membawa anak dari buah perkawinan di tempat perantauan. Pada umumnya umat di

desa Naob bekerja sebagai petani di kebun atau di ladang, maka ekonomi mereka

adalah ekonomi menengah ke bawah. Keterlibatan umat dalam kehidupan

menggereja kurang aktif karena cukup jauh dari pusat paroki dan kesulitan dengan

sarana transportasi. Selain itu umat lebih banyak bekerja keras untuk mencukupi

kebutuhan ekonomi, sehingga rata-rata mereka pergi pada pagi hari ke

kebun/ladang dan pulang pada sore/malam hari. Tetapi ada beberapa yang tinggal di

ladang mereka berhari-hari.

4. Kegiatan-Kegiatan Yang Ada

Keberadaan umat di Naob menjadi cukup hidup karena adanya kegiatan

pendalaman iman yang dilakukan secara bersama seperti Katorde (Katekese Orang

Dewasa) dan Rosario. Sedangkan kegiatan mudika tidak berjalan karena banyak

kaum muda yang merantau kecuali yang mengidap penyakit kusta. Pendalaman

iman khususnya untuk dewasa/orang tua dilaksanakan pada masa Prapaskah,

Advent dan BKSN bulan September. Melalui kegiatan ini rasa persaudaraan dan

persatuan umat di Naob lebih terbangun.

5. Kendala-Kendala Yang Dihadapi

Keterlibatan umat dalam hidup menggereja cukup baik kendati mereka cukup

sibuk mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi

kesadaran umat dalam pelayanan di gereja masih kurang. Pelayanan di gereja

tersebut terutama dalam tata laksana di gereja, umat yang hadir hanya orang-orang

Page 49: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

32

tertentu saja. Selain itu, umat yang dipercayakan untuk mendampingi umat yang

mengalami kesulitan seperti; pendampingan keluarga, pendampingan orang sakit,

dll kurang menjalankan tugasnya dengan baik. Kepedulian umat terhadap sesama

yang sakit terutama para penderita kusta masih kurang. Tak jarang mereka

(penderita kusta) dikucilkan, sehingga dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja

mereka (para penderita kusta) tidak dilibatkan kendati mereka ingin turut terlibat

dan mempunyai kemampuan yang bisa diandalkan. Umat juga kurang terlibat aktif

dalam pengadaan dana untuk kegiatan seperti; membantu sesama yang sakit atau

kurang mampu.

B. SITUASI KONKRET PENGHAYATAN IMAN PARA PENDERITA

KUSTA di RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA di NAOB

KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT

Untuk mengetahui secara konkret penghayatan iman para penderita kusta di RS

Rehabilitasi Kusta di Naob, penulis mengadakan penelitian sederhana mengenai

penghayatan iman para penderita kusta di Rumah Sakit ini. Pada bagian ini akan

dijelaskan mengenai variabel penelitian dan metodologi penelitian tentang situasi

konkret penghayatan iman para penderita kusta di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta

di Naob.

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian tentang penghayatan iman pada penderita kusta di RS

Rehabilitasi Kusta di Naob ini, variabel yang akan diteliti diuraikan dalam tabel

sebagai berikut:

Page 50: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

33

Tabel 1. Variabel penelitian penghayatan iman para penderita kusta

Variabel Sub Variabel No. Item Jumlah Soal

1 2 3 4 1. Motivasi a. Motivasi Hidup Penderita

Kusta 1 1

2. Pelaksanaan Pembinaan Iman Penderita Kusta

a. Mengetahui keterlibatan Pembina b. Mengetahui keterlibatan peserta c. Mengetahui sarana dalam pembinaan iman d. Mengetahui metode dalam pembinaan iman

2 3 4 5

4

3. Usaha Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta

a. Mengetahui manfaat pembinaan iman b. Mengetahui pendapat tentang kebutuhan pembinaan iman c. Mengetahui tentang usaha- usaha Pembina dalam pembinaan iman bagi para penderita kusta

6 7 8

3

4. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman

a. Faktor-Faktor Pendukung pelaksanaan pembinaan iman b. Faktor-faktor Penghambat pelaksanaan pembinaan iman

9

10

2

2. Metodologi Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai tujuan penelitian, pendekatan

penelitian, metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, instrument penelitian,

responden penelitian dan teknik analisa data:

a) Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tentang penghayatan iman para penderita kusta di RS

Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT adalah:

Page 51: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

34

1) Meningkatkan pembinaan iman bagi para penderita kusta.

2) Menemukan model pembinaan iman yang dapat membantu para penderita

kusta dalam menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-

hari.

3) Mencoba menemukan faktor pendukung dan penghambat pembinaan iman

bagi para penderita kusta.

b) Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistic-fenomenologis.

Kualitatif naturalistik menunjuk bahwa pelaksanaan penelitian dilakukan dalam

situasi lapangan yang bersifat natural atau wajar tanpa dipengaruhi dan

dimanipulasi dengan keadaan dan kondisinya, namun menekankan deskripsi secara

alami. Sedangkan fenomenologis maksudnya adalah bahwa kebenaran sesuatu/data

dapat diperoleh dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang timbul dari

objek yang diteliti (Arikunto S., 2002:12).

c) Metode Penelitian

Menurut Arikunto, metode adalah cara untuk memperoleh data (Arikunto S.

1998:137). Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan

metode survey, maka di dalam melaksanakan pekerjaan survey ini, menggunakan

alat Bantu. Secara minimal alat Bantu tersebut berupa panduan yang akan

digunakan untuk memperoleh data. Oleh karena panduan ini merupakan alat Bantu,

maka disebut juga instrument pengumpulan data.

Page 52: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

35

d) Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 s/d 18 Januari 2005 dengan metode

wawancara dan observasi. Penelitian diadakan di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di

Naob Keuskupan Atambua-NTT.

e) Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpul data. Pada penelitian ini

alat pengumpul data yang digunakan adalah wawancara dan observasi.

1) Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak dari objek penelitian. Penelitian ini

menggunakan observasi langsung dalam arti bahwa observer berada

bersama objek yang diselidiki di tempat terjadi atau berlangsungnya

peristiwa (Nawawi, 1991:100). Komponen-komponen yang akan diamati

adalah; ruang (tempat) dalam aspek fisiknya, pelaku (semua orang yang

terlibat dalam situasi), kegiatan, (apa yang dilakukan orang dalam situasi

itu), tindakan-tindakan tertentu (rangkaian peristiwa, waktu, tujuan, apa

yang ingin dicapai orang, makna perbuatan orang), perasaan (emosi yang

dirasakan dan dinyatakan), objek (benda-benda yang terdapat di tempat

kejadian)

2) Wawancara

Dalam proses wawancara, pertanyaan digolongkan dalam 4 (empat)

kategori. Pertama, tentang motivasi penderita kusta. Kedua, pelaksanaan

Page 53: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

36

pembinaan iman bagi para penderita kusta. Ketiga, tentang usaha

peningkatan pembinaan iman bagi para penderita kusta. Keempat, tentang

faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembinaan iman para

penderita kusta.

Menurut Nasution, wawancara merupakan alat yang ampuh untuk

mengungkapkan kenyataan hidup, apa yang dipikirkan atau dirasakan orang

tentang berbagai aspek kehidupan (Nasution, 2001: 114). Dalam

wawancara, alat yang digunakan sebagai pelengkap data adalah panduan

wawancara, buku catatan, disket dan komputer. Pertanyaan-pertanyaan yang

disusun dalam panduan hanya sebagai acuan untuk mencapai tujuan

penelitian sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan

lebih lanjut. Subyek penelitian dalam wawancara ini adalah para penderita

kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT.

f) Responden Penelitian

Responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Dalam penelitian ini,

responden yang diminta untuk memberikan keterangan tentang fakta atau pendapat

berkaitan dengan penghayatan iman adalah para penderita kusta di RS Rehabilitasi

Kusta Naob Keuskupan Atambua-NTT. Responden dipilih berdasarkan sampel

yakni 10 responden yang adalah sebagian atau wakil populasi didasarkan atas

tujuan tertentu atau purposive sample. Alasan dipilihnya berdasarkan sampel karena

Page 54: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

37

sebagian besar responden tidak bisa berbicara dengan baik dan lancar karena

menderita penyakit kusta pada bagian mulut dan mata.

g) Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh di lapangan harus segera dituangkan dalam bentuk

tulisan dan dianalisis. Teknik analisa data dalam penelitian ini terbagi dalam 3

langkah yakni; reduksi data, display data, serta mengambil kesimpulan dan

verifikasi.

Reduksi data yaitu dengan menulis data yang diperoleh dalam bentuk uraian

yang terinci, kemudian dicari tema atau polanya dan disusun secara sistematis

sehingga lebih mudah untuk memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.

Display data atau pengelompokan data yaitu mencoba menemukan arti

permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini. Selanjutnya, ditarik

kesimpulan dan verifikasi (Nasution, 1988: 129).

C. LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGHAYATAN IMAN PARA

PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI

NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT

Berdasarkan hasil penelitian tentang penghayatan iman para penderita kusta

di RS Rehabilitasi Kusta di Naob yang dilaksanakan pada tanggal 5 s/d 18 Januari

2005 dengan 10 responden (penderita kusta), maka pada bagian ini akan

disampaikan laporan hasil penelitian penghayatan iman para penderita kusta di RS

rehabilitasi kusta di Naob menurut urutan variabel-variabel yang telah disusun.

Page 55: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

38

1. Motivasi Hidup Penderita Kusta

Motivasi hidup penderita kusta tertera dalam tabel berikut:

Tabel 2. Motivasi Hidup Penderita Kusta (N = 10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, II Ingin sembuh 2 20 2 III, IV, VIII, IX, X Senang 5 50 3 III Bertekad untuk sembuh 1 10 4 III, VII, IX Diperhatikan 3 30 5 V Dikasihi 1 10 6 I, II, V, VI, VIII, IX Malu dan Minder 6 60 7 I, III, IV, V, VI, VII, X Putus asa 7 70 8 II, III, V, V, VIII, IX,

X Merasa kusta kutukan Tuhan

7 70

Berdasarkan tabel 2, motivasi hidup para penderita kusta sebagian besar

mengalami putus asa, malu dan minder serta merasa penyakit kusta sebagai kutukan

Tuhan. Namun dibalik itu mereka juga merasa senang karena mendapat perhatian

dan ingin lekas sembuh dari penyakitnya.

2. Pelaksanaan Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta di Rumah Sakit

Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT

Sub variabel ini berfungsi untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan

Pembinaan Iman Para Penderita Kusta di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob

Keuskupan Atambua-NTT dilihat dari segi Pembina, peserta, proses, sarana dan

metode.

a. Dari Segi Pembina

Page 56: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

39

Tabel 3. Pandangan Responden Terhadap Pembina (N=10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, III, V, X Semangat 4 40 2 I, VI, VIII, IX Menyayangi 4 40 3 I Berkorban 1 10 4 I, VIII Senang 2 20 5 II Setia 1 10 6 I, IV, V, VII, IX Kaku 5 50 7 I, II, IV, V, VI Membosankan 5 50 8 II, IV, VII Membina 3 30 9 III, V, VIII, IX Perhatian 4 40 10 II, III, V, VI, VII, IX,

X Sibuk dengan kegiatan lain 7 70

Pembina dalam hal ini adalah para suster yang berkarya di rumah sakit

rehabilitasi kusta di Naob. Berdasarkan tabel 3, pandangan responden terhadap

pembina cukup positif karena mereka mengalami bagaimana disayangi dan

mendapat perhatian yang berarti. Namun mereka juga mengalami rasa bosan dan

pembina terkesan kaku dalam memberi pembinaan iman sehingga terkesan

membosankan. Selain itu pembina juga sibuk dengan kegiatan lain karena mendapat

tugas rangkap.

b. Dari Segi Peserta

Tabel 4. Keterlibatan Peserta Dalam Pembinaan Iman (N=10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I Senang 1 10 2 I, II, III, IV, VII, IX Terpaksa 6 60 3 I, III, IV, VI, VII, VIII Wajib 6 60 4 III, X Dibantu 2 20 1 2 3 4 5

Page 57: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

40

5 IV Terlibat 1 10 6 I, III, V, VI Percaya 4 40 7 II, III, IV, VII Semangat 5 50 8 V, VI Mengikuti 2 20

Berdasarkan tabel 4, peserta terlibat dengan pembinaan iman karena merasa

terpaksa dan diwajibkan. Namun beberapa diantaranya merasa senang dan

semangat dan mengikuti pembinaan iman karena berguna dan merasa dibantu untuk

mengembangkan imannya.

c. Dari Segi Proses

Tabel 5. Proses Pembinaan Iman (N=10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, II, III, IV, V, VI, VII,

VIII, IX, X Nyanyi 10 100

2 I, II, III, IV, VI, IX Doa 6 60 3 I, II, III, IV, , VI, VII,

VIII, IX, X Membaca Kitab Suci 9 90

4 I, II, IV, V, VI, VII, VIII, IX

Renungan 8 80

Berdasarkan tabel 5, menurut peserta prosesnya cukup membosankan karena

kurang kreatif dan inisiatif dari pembina sehingga pembinaan iman terkesan kurang

menarik.

d. Dari Segi Sarana

Tabel 6. Sarana Pembinaan Iman (N=10)

Page 58: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

41

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, III, IV, V, VII, VIII,

IX, X Kurang 8 80

2 I, III, IV, V, VII, X Kitab Suci 6 60 3 II, IV, V, VI, VII, IX,

X Buku Nyanyian 7 70

4 I, IV, VII, X Rosario 4 40

Berdasarkan tabel 6, sarana pembinaan iman masih kurang karena sarana

yang digunakan lebih banyak Kitab Suci dan Rosario sedangkan sarana pendukung

lainnya belum ada.

e. Dari Segi Metode

Tabel 7. Metode Pembinaan Iman (N=10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, II, III, IV, V, VI,

VII, VIII, IX Bernyanyi 9 90

2 I, II, V, VII, IX, X Membaca Kitab Suci 6 60 3 I, III, IV, VI, VII, IX,

X Renungan 7 70

4 I, IV, V, VIII Cerita 4 40 5 II, III, IV, VI, VIII Doa 5 50

Berdasarkan tabel 7, metode dalam pembinaan iman cukup menarik tetapi

kadang terasa membosankan karena kurang kreatif.

3. Usaha Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta

Variabel ini berfungsi untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh para

Pembina dalam memberi pembinaan iman bagi para penderita kusta. Usaha tersebut

Page 59: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

42

dilihat dari segi tanggapan para penderita kusta tentang manfaat pembinaan iman,

kebutuhan pembinaan iman dan usaha-usaha pembina dalam pembinaan iman bagi

para penderita kusta.

a. Manfaat Pembinaan Iman

Tabel 8. Manfaat Pembinaan Iman (N=10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, II, III, IV, V, VII,

VIII, IX Rasa kuat 8 80

2 V, VI, VII Rajin doa 3 30 3 II Berkembang 1 10 4 I, II, IV, VII, X Dibina khusus 5 50 IV Tenang 1 10 V, IX Percaya Tuhan 2 20

Berdasarkan tabel 8, para responden merasa bahwa pembinaan iman cukup

bermanfaat karena mereka merasa dikuatkan dan menjadi lebih rajin berdoa.

b. Kebutuhan Pembinaan Iman

Tabel 9. Kebutuhan Pembinaan Iman (N=10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, II, III, IV, V, VI,

VII, IX, X Sangat dibutuhkan 9 90

2 I, VII, IX Lebih kuat 3 30 3 III, IV, V, VI, VII,

VIII Putus asa 6 60

4 V Murtad 1 10 5 VIII Terbantu 1 10 1 2 3 4 5 6 IX Malas 1 10 7 IX Malu 1 10

Page 60: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

43

Berdasarkan tabel 9, para responden merasa pembinaan iman sangat

dibutuhkan untuk mengembangkan iman mereka.

c. Usaha Pembina Dalam Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta

Tabel 10. Usaha Pembina Dalam Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta

(N=10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, II, III, IV, VI, VIII Mengajak 6 60 2 II, III, V Mengingatkan 3 30 3 V Sabar 1 10 4 V, VI Membina 2 20 5 VII, VIII Perhatian 2 20 6 VIII Senang 1 10 7 I, II, IV, V, VI, VII Sibuk 6 60 8 III, IV, V, VII, X Kurang kreatif 5 50 9 IX Ada usaha 1 10

Berdasarkan tabel 10, para responden melihat bahwa pembina sudah

berusaha untuk mengajak responden untuk terlibat dalam pembinaan iman. Tetapi

pembina cukup sibuk dan kurang kreatif.

4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman

Variabel ini berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan

faktor-faktor penghambat pelaksanaan Pembinaan Iman di Rumah Sakit

Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT.

Page 61: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

44

a. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta

Tabel 11. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pembinaan Iman Bagi Para

Penderita Kusta (N=10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, II, V, VII, VIII, IX,

X Pembina 7 70

2 I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X

Tempat/Kapel 10 100

3 I, II, III, V, VI, VII, VIII, IX, X

Peserta 9 90

4 II, III, VI Dana 3 30

Berdasarkan tabel 11, faktor pendukung kegiatan pembinaan iman adalah

ada pembina, tempat, peserta dan dana yang cukup. Sehingga pembinaan iman

dapat dilaksanakan dengan baik.

b. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman Para Penderita Kusta

Tabel 12. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman Para Penderita

Kusta (N=10)

No No Responden Ungkapan Jumlah % 1 2 3 4 5 1 I, III, IV, V, VI, IX Malas 6 60 2 II, VII, VIII, X Sarana 4 40 3 II, V, VI, VII, VIII,

IX, X Membosankan 7 70

1 2 3 4 5 4 V Lelah 1 10 5 V, VII, VIII, X Kurang kreatif 4 40

Berdasarkan tabel 12, para responden merasa malas untuk mengikuti pembinaan

iman karena pembina kurang kreatif dan pembinaan iman itu sendiri terasa

Page 62: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

45

membosankan. Namun para responden sendiri juga kurang semangat apabila tidak

dilibatkan, artinya tidak inisiatif dari dirinya sendiri.

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGHAYATAN IMAN PARA

PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI

NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT

Pada bagian ini disampaikan pembahasan hasil penelitian berdasarkan hasil

penelitian mengenai penghayatan iman para penderita kusta di Rumah Sakit

rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT. Dalam pembahasan ini

penulis membaginya dalam 4 (empat) bagian sesuai dengan urutan variabel

penelitian yang telah diuraikan diatas dan disusun dengan dukungan berbagai

sumber serta pemahaman dari penulis sendiri.

1. Motivasi Hidup Penderita Kusta

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 2, motivasi hidup para penderita kusta di

Rumah Sakit Rehabilitasi kusta untuk bisa sembuh nampaknya cukup

memprihatinkan. Hal ini disebabkan adanya rasa malu dan minder yang cukup

mendalam. Rasa malu dan minder menyebabkan mereka menutup diri dan pasrah

pada nasib yang menimpa mereka. Situasi ini yang membuat mereka menjadi

mudah putus asa. Mereka menjadi mudah putus asa karena setelah mendapat

perawatan secara medis dan mengikuti berbagai macam terapi tetapi penyakit kusta

yang dideritanya tidak kunjung sembuh. Rasa putus asa yang dialami membuat

mereka merasa tidak perlu lagi untuk berobat dan mengikuti berbagai macam terapi

Page 63: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

46

dan pengobatan, kecuali kalau ada yang membina secara khusus maka mereka lebih

tekun dan setia dalam mengikuti proses pengobatan dan terapi yang diadakan.

Selain itu, keyakinan mereka bahwa penyakit kusta merupakan kutukan Tuhan,

begitu kuat karena sudah tertanam sejak bertahun-tahun lamanya. Keyakinan yang

sudah membudaya ini juga berakibat cukup memprihatinkan karena mempengaruhi

iman mereka yakni mereka menjadi kurang percaya akan kasih dan kebaikan

Tuhan.

Berdasarkan hasil pengamatan juga ditemukan bahwa sebenarnya mereka

memiliki motivasi yang cukup kuat untuk bisa sembuh dari penyakit kusta yang

dideritanya dan juga semangat mereka untuk bisa mengembangkan imannya yang

menurut mereka sendiri nampak semakin lemah karena bertahun-tahun berdoa

tetapi penyakitnya tidak kunjung sembuh. Motivasi ini semakin berkembang setelah

mereka mendapat pembinaan iman di Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob

karena mereka merasa mendapat perhatian. Perhatian yang diberikan melalui

perawatan medis dan pembinaan iman membuat mereka merasa senang Namun ada

hal lain lagi yang ditemukan, bahwa semangat mereka akan menjadi luntur apabila

tidak mendapat pembinaan dengan baik, terlebih kalau para pembina sedang sibuk

dengan berbagai macam kegiatan menyebabkan pembinaan iman kurang mendapat

perhatian secara penuh. Hal inilah yang seringkali melunturkan semangat para

penderita kusta untuk mengembangkan imannya. Peneliti melihat hal ini sebagai

suatu keprihatinan yang mendalam karena perlu sekali pembinaan iman secara

khusus baik personal maupun komunal.

Page 64: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

47

Supaya dapat menghayati imannya dengan baik, para penderita kusta harus

secara pribadi menjalin relasi dengan Tuhan sendiri. Relasi dengan Tuhan akan

sangat membantu mereka untuk lebih bersemangat dan tekun dalam menghayati

imannya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam menghadapi penyakit kusta

yang dideritanya. Relasi dengan Tuhan disini lebih pada pengembangan hidup

rohani seperti; meningkatkan hidup doa, membaca dan merenungkan Sabda Tuhan,

setia mengikuti pembinaan iman bukan karena terpaksa atau diwajibkan tetapi

benar-benar berasal dari dirinya. Untuk dapat mewujudkan semua itu, perlu ada

yang membina secara khusus agar mereka semakin termotivasi untuk

mengembangkan imannya dan tetap tekun dengan pengobatan agar dapat lekas

sembuh dari penyakit kustanya.

2. Pelaksanaan Pembinaan Iman Penderita Kusta

Pembinaan iman bagi para penderita kusta secara umum terlaksana karena

didukung dengan adanya keterlibatan pembina dan peserta, proses, metode dan

sarana.

a. Dari Segi Pembina

Para pembina yang dimaksudkan disini adalah para suster PRR yang

berkarya di Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob. Berdasarkan Tabel 3,

Keterlibatan para pembina dalam pembinaan iman para penderita kusta di Rumah

Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob dalam menghidupkan pembinaan iman bagi para

penderita kusta merupakan wujud kepedulian dan perhatian mereka untuk melayani

dan memberikan diri demi masa depan mereka yang dalam kondisi hampir tidak

Page 65: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

48

mempunyai harapan untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Dalam

menjalankan tugas perutusan terutama dalam melayani sesama yang membutuhkan

perhatian, menurut para penderita kusta bahwa merekapun menyadari atas

keterbatasan mereka dalam pelayanan yang dirasa masih jauh dari sempurna.

Kehadiran pembina dalam memberi pembinaan iman cukup direspon dengan baik

oleh para penderita kusta karena para pembina mempunyai semangat yang cukup

baik dalam melayani senang dan setia dalam pelayanan. Selain itu para pembina

juga menyayangi para penderita kusta dan memberi perhatian dalam merawat dan

membina para penderita kusta.

Namun demikian, masih ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian

dari pembina karena dalam memberi pembinaan iman dirasa membosankan dan

kaku. Hal ini dirasa cukup memprihatinkan karena pembina mempunyai peranan

yang cukup penting dalam membantu para penderita kusta untuk mengembangkan

iman mereka, sehingga tetap tegar dalam menghadapi penyakit kusta yang tidak

kunjung sembuh.

Supaya dapat melaksanakan perannya dengan baik, sebagai pribadi

hendaknya pembina mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam dirinya, sungguh

bersikap melayani sehingga mampu melaksanakan tugas pelayanannya dengan

penuh semangat (Mangunhardjana, 1985:136). Apabila pembina sungguh-sungguh

mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam diri setiap penderita kusta,

maka penderita kusta akan merasa disapa dan diperhatikan secara pribadi, sehingga

tidak secara umum saja, karena para penderita kusta membutuhkan sapaan dan

sentuhan secara personal atau pribadi. Sapaan dan sentuhan pribadi dari pembina,

Page 66: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

49

akan sangat membantu para penderita kusta merasa dihargai dan berarti dalam

hidupnya. Maka penting sekali sikap melayani yang sungguh-sungguh penuh

dengan pengorbanan dan kasih yang bersumber pada Allah, sehingga orang-orang

yang dilayani dan dibina dapat merasakan kasih dan kebaikan Allah. Semangat

melayani dari pembina dirasa cukup membantu para penderita kusta dalam proses

penyembuhan; baik dari segi jasmani maupun rohaninya yakni mereka para

penderita kusta menjadi lebih beriman kepada Tuhan kendati penyakit kusta yang

dideritanya tidak kunjung sembuh.

b. Dari Segi Peserta

Keterlibatan peserta terhadap pelaksanaan pembinaan iman bagi para

penderita kusta mengalami perkembangan (Tabel 4). Perkembangan ini dilihat dari

jumlah peserta yang hadir semakin banyak. Setelah diteliti lebih jauh ternyata

kehadiran mereka yakni para penderita kusta dikarenakan adanya unsur

keterpaksaan untuk mengikuti pembinaan iman dan karena merasa diwajibkan

untuk terlibat dan mengikuti pembinaan iman. Kendati demikian, pembinaan iman

yang dilaksanakan mempunyai pengaruh yang cukup positif terhadap

perkembangan iman para peserta itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari perubahan

sikap mereka yang awalnya nampak tidak ada semangat menjadi lebih bersemangat

untuk sembuh dari penyakitnya dan terlibat dalam pembinaan iman, dan ada sedikit

kepercayaan pada kebaikan dan kasih Allah. Selain itu, peserta juga merasa dibantu

untuk mengembangkan imannya kepada.

Page 67: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

50

Berdasarkan pengalaman nyata, mereka sebenarnya masih membutuhkan

pendekatan secara pribadi karena membutuhkan perhatian khusus agar bisa

merasakan kasih sayang yang mendalam. Selain itu, keterlibatan mereka dalam

pembinaan iman karena merasa diwajibkan untuk ikut dan hal ini membuat mereka

secara terpaksa pula mengikuti kegiatan pembinaan iman tersebut. Hal ini dilihat

cukup memprihatinkan karena apabila mengikuti pembinaan iman dengan terpaksa

dan karena merasa diwajibkan akan menghambat mereka dalam proses pengobatan

secara medis dan juga proses perkembangan iman mereka kepada Tuhan.

c. Dari Segi Proses

Berdasarkan Tabel 5, pembinaan iman bagi para penderita kusta di Rumah

Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob proses yang terjadi cukup baik dalam arti bahwa

peserta mengalami suatu perubahan yang positif. Perubahan ini dilihat dari segi

penghayatan iman peserta yang sebelumnya hampir putus asa dan tidak lagi percaya

dengan Tuhan, tetapi setelah mengikuti pembinaan iman dengan proses yang amat

sederhana, rasa percaya akan kebaikan dan kasih Tuhan dalam penderitaan yang

mereka alami perlahan-lahan mulai bertumbuh kendati kadang-kadang masih

mengalami keragu-raguan apabila tidak dibina secara khusus dan berkala.

Dalam proses pembinaan iman, ada beberapa tahap yang membantu para

penderita kusta untuk dapat menghayati imannya, yakni: pertama diawalinya

dengan bernyanyi. Dengan menyanyikan sebuah lagu yang sesuai, mereka dihantar

untuk memuji dan bersyukur kepada Tuhan atas segala berkat-Nya, selain itu

mereka juga diingatkan tentang pentingnya mengungkapkan pujian dan rasa syukur

Page 68: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

51

kepada Tuhan. Kedua dengan doa pembukaan. Doa menghantar mereka untuk

masuk dalam diri dan menjalin relasi dengan Tuhan secara pribadi dan dalam

kebersamaan. Ketiga dengan membaca dan merenungkan Sabda Tuhan. Sabda

Tuhan yang dibarengi dengan renungan yang sederhana, cukup membantu mereka

untuk lebih memahami apa yang diajarkan oleh Tuhan melalui Kitab Suci. Keempat

dan seterusnya biasanya dengan nyanyian atau cerita sebagai selingan agar mereka

tidak merasa bosan. Dalam mengikuti proses pembinaan iman, para peserta sudah

cukup dibantu untuk semakin menghayati imannya dengan lebih baik. Tetapi disisi

lain dalam proses pembinaan iman ini, seringkali terhambat oleh keterlibatan

pembina yang kadang-kadang sibuk dengan berbagai macam kegiatan lain dan juga

kurang kreatif sehingga peserta menjadi kurang bersemangat untuk mengikuti

pembinaan iman karena merasa kurang tertarik dengan pembinaan iman yang hanya

begitu-begitu saja.

Proses pembinaan akan sungguh-sungguh bermanfaat dan mencapai tujuan

bila terjadi perubahan dalam diri peserta menyangkut pengetahuan, perasaan, dan

aksi yang dapat mereka lakukan setelah mengalami pendampingan

(Mangunhardjana, 1985:58). Berdasarkan pengalaman nyata yang telah diuraikan

tadi, proses pembinaan iman yang berlangsung selama ini terkesan nampak kaku

dan monoton. Hal ini cukup memprihatinkan karena proses pembinaan iman yang

berlangsung akan sangat berpengaruh bagi para peserta yang adalah para penderita

kusta. Mengingat pesertanya adalah penderita kusta, maka proses pembinaan iman

perlu ditingkatkan dan lebih kreatif.

Page 69: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

52

d. Dari Segi Sarana

Pembinaan iman bagi para penderita kusta di Rumah Sakit Rehabilitasi

kusta di Naob kalau diikuti dengan sungguh-sungguh terkesan monoton dan

membosankan karena nampak kurang kreatif. Menurut peneliti, hal ini disebabkan

para pembina kurang kreatif untuk menggunakan sarana lain yang bisa digunakan

seperti alat musik, VCD, Audio Visual atau alat peraga lainnya yang sesungguhnya

bisa digunakan sebagai sarana untuk mencapai maksud dan tujuan sesuai dengan

tema yang diberikan. Berdasarkan Tabel 6, kurangnya sarana yang memadai juga

diungkapkan oleh para penderita kusta yang adalah peserta pembinaan iman

tersebut. Sarana yang ada hanya Kitab Suci, Buku nyanyian dan rosario. Kurangnya

sarana ini menyebabkan pembinaan iman bagi para penderita kusta tersebut menjadi

kurang menarik karena sarana yang sebenarnya ada kurang dimanfaatkan dengan

baik. Kendati demikian peserta berusaha untuk tetap mengikuti kegiatan pembinaan

iman yang diadakan karena mereka merasa diwajibkan untuk mengikuti pembinaan

iman. Sarana dalam pembinaan iman mempunyai peranan yang juga cukup penting

karena sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud dan tujuan dalam suatu kegiatan. (Suhardiyanto, 2004). Dengan

menggunakan sarana, para peserta lebih mudah memahami apa yang diberikan

dalam proses pembinaan iman.

e. Dari Segi Metode

Menurut peneliti, dari segi metode pembina sudah berusaha semaksimal

mungkin dengan kemampuan yang mereka miliki untuk bisa membantu peserta

Page 70: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

53

dalam menghayati iman. Berdasarkan Tabel 7, Metode yang sering digunakan

dalam pembinaan iman di rumah sakit rehabilitasi kusta Naob adalah bernyanyi ,

membaca Kitab Suci, renungan, cerita dan doa. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut secara umum dapat ditemukan bahwa metode yang digunakan memang

belum cukup memadai untuk pembinaan iman yang hidup dan menarik Hal ini

disebabkan kurangnya metode yang dimiliki oleh pembina. Kemungkinan lain

karena pembina itu sendiri bukan menangani bidang khusus yakni pastoral sehingga

metode yang digunakan hanya itu-itu saja yakni; nyanyi, doa, membaca Kitab Suci,

cerita dan renungan. Selain itu terbatasnya buku-buku petunjuk yang dapat

membantu pembina untuk mengembangkan ketrampilan terutama ketrampilan

untuk mengembangkan metode-metode agar pembinaan iman bagi para penderita

kusta menjadi lebih hidup dan menarik. Disinilah pembina dituntut untuk lebih

kreatif dalam mengemas pembinaan iman agar pembinaan iman yang disajikan

tidak membosankan peserta.

3. Usaha Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta

Pada dasarnya pembinaan membantu orang untuk mengenal hambatan-

hambatan, baik yang ada di luar maupun di dalam situasi hidup dan kerjanya,

melihat segi-segi positif negatifnya serta menemukan pemecahan-pemecahan yang

mungkin. Pembinaan iman akan sangat berarti bagi orang yang dibina apabila

membantu mereka untuk lebih berkembang dan maju dalam hidup rohaninya. Iman

seseorang akan berkembang dengan lebih baik apabila mendapat pembinaan secara

berkala dan bermanfaat bagi orang yang dibina. Oleh karena itu, pembinaan iman

Page 71: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

54

tidak semata-mata hanya berdoa saja tetapi perlu membina relasi dari hati ke hati

agar yang dibina dapat memahami manfaatnya.

Dalam hal ini nampaknya para penderita kusta menyadari bahwa pembinaan

iman yang dilaksanakan di Rumah Sakit Rehabilitasi kusta cukup bermanfaat bagi

mereka dalam mengembangkan iman dan dalam menghayati iman mereka dalam

kehidupan sehari-hari terutama dalam menghadapi penyakit kusta yang dideritanya

bertahun-tahun dan mereka merasa semakin dikuatkan. Para penderita kusta juga

merasa menjadi lebih tekun dalam doa, terlebih kalau dibina secara khusus dan

berkala. Selain itu, pembinaan iman di Rumah Sakit rehabilitasi kusta sangat

dibutuhkan untuk memulihkan situasi batin penderita kusta yang putus asa dan

menjadi ragu dalam menghayati imannya sehari-hari.

Dalam pembinaan iman di Rumah Sakit rehabilitasi, pendekatan pribadi dan

perhatian yang menyentuh merupakan kunci yang bisa digunakan untuk membantu

mereka (para penderita kusta) dalam mengembangkan dan menghayati imannya

dalam kehidupan sehari-hari. Usaha yang dilakukan oleh para pembina sudah cukup

maksimal dengan cara mengajak para penderita kusta untuk bisa terlibat dalam

pembinaan iman. Selain itu, pembina juga mengingatkan agar para penderita kusta

tetap tekun dalam mengikuti pembinaan. Merekapun sedikitnya telah menyadari

bahwa melalui pembinaan iman, para penderita kusta dihantar untuk semakin dekat

dengan Yesus sebagai pokok iman Kristiani. Namun usaha yang dilakukan belum

sampai pada penyadaran bahwa dengan pembinaan iman, para penderita kusta

didorong untuk membangun relasi dengan Allah. Hal ini disebabkan karena

pembina cukup sibuk dengan kegiatan lain dan kurang kreatif dalam mengemas

Page 72: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

55

kegiatan pembinaan iman yang dapat menyentuh hati para penderita kusta. Hal ini

dirasa cukup memprihatinkan karena pembinaan iman bagi para penderita kusta

yang sudah diusahakan secara terus menerus belum sungguh menyentuh inti jiwa

mereka sehingga belum terpancar kegembiraan karena Yesus yang mereka imani.

4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman

Berdasarkan Tabel 11, ditemukan bahwa faktor yang mendukung adalah ada

pembina, Kapel, peserta dan dana. Dengan adanya pendukung dalam kegiatan

pembinaan iman secara umum dapat dikatakan dapat berjalan dengan baik dan

lancar. Kendati demikian, pelaksanaan pembinaan ini seringkali jadi terhambat

karena adanya rasa jenuh dan malas dari peserta, kurangnya sarana yang memadai,

adanya rasa bosan dari peserta karena pembinaan iman yang dilaksanakan kurang

kreatif.

Pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta di Rumah Sakit

rehabilitasi kusta akan dapat berjalan dengan baik dan lancar serta kendala-kendala

yang ada akan dapat teratasi dengan adanya kerjasama yang baik dan dukungan dari

berbagai pihak. Kerjasama dan dukungan ini akan berjalan dengan baik apabila para

pembina terus menerus berusaha menjalin relasi yang baik dengan keluarga para

penderita kusta dan pihak terkait lainnya seperti pemerintah dan para donatur untuk

pengadaan sarana-sarana pembinaan iman. Namun yang paling utama adalah

menjalin relasi yang lebih dekat dengan para penderita kusta sehingga pembinaan

iman yang diberikan akan lebih menggugah hati mereka untuk semakin tekun dan

setia menghayati imannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Page 73: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

56

Selain itu pembina perlu belajar lebih banyak lagi dalam mengembangkan

kreatifitas agar pembinaan iman yang dilaksanakan lebih hidup dan menarik

sehingga peserta sungguh-sungguh terlibat bukan karena diwajibkan dan terpaksa

melainkan karena merasa tersentuh dan tergerak hatinya karena pembinaan iman

yang hidup dan menarik. Hal ini penting mengingat para penderita kusta nampak

sudah kehilangan harapan untuk bisa menata hidup yang lebih baik dan bahkan

iman mereka cenderung menjadi lemah apabila tidak dibina secara khusus dan

berkala. Hal ini nampak dari keengganan mereka dalam mengikuti pembinaan iman

dan dalam proses untuk kesembuhan mereka sendiri. Selain itu, pendekatan secara

pribadi terhadap para penderita kusta amat penting karena mereka sangat

membutuhkan perhatian dan dukungan khusus untuk bisa berkembang dalam iman

mereka dan sekaligus ingin lekas sembuh dari penyakit kusta yang dideritanya

bertahun-tahun. Dengan demikian semakin terasa bahwa dengan adanya pembinaan

iman bagi para penderita kusta, orang tua, keluarga dan pembina saling terbantu

dalam mencapai tujuan yakni membantu para penderita kusta untuk dapat

menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

terpancar kegembiraan karena Yesus yang mereka imani.

Page 74: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

57

BAB IV

UPAYA PENINGKATAN

PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA

Pada Bab III telah dibahas mengenai hasil penelitian terhadap para penderita

kusta di Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT.

Penelitian yang dilakukan sehubungan dengan penghayatan iman para penderita

kusta dilihat dari segi motivasi penderita kusta, keterlibatan pembina dan peserta,

sarana, metode, manfaat pembinaan iman, kebutuhan pembinaan iman, usaha

pembina dalam pembinaan iman bagi para penderita kusta, serta faktor pendukung

dan penghambat pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta.

Para pembina dalam melaksanakan pembinaan iman bagi para penderita

kusta di Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob-NTT pada dasarnya mengalami

kesulitan dan hambatan. Hambatan dan kesulitan ini disadari karena kurangnya

bekal pengetahuan. Maka pada bab IV ini, penulis menawarkan pembinaan iman

dalam usaha membantu para penderita kusta untuk mengembangkan imannya dan

menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menerima penyakit

kusta yang dideritanya bertahun-tahun dalam terang iman. Sesuai dengan sasaran

pembinaan iman ke arah kedewasaan iman, maka diharapkan iman setiap penderita

kusta semakin dewasa sehingga sikap pasrah dan percaya pada Yesus Kristus dapat

berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian terciptalah

kegembiraan karena Yesus yang diimani.

Page 75: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

58

Bab ini terbagi atas empat bagian. Bagian pertama memaparkan tentang

gambaran umum pembinaan iman yang dicita-citakan, sarana-sarana pembinaan

iman di Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob, proses dan isi pembinaan iman,

pemilihan model pembinaan iman.

A. GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBINAAN IMAN

Menurut Paus Yohanes Paulus II, dalam Anjuran Apostolik Catechesi

Trandendae (1979 art. 18) ditulis bahwa katekese sebagai pembinaan iman

diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud menghantar para pendengar

memasuki kepenuhan hidup kristen. Anjuran tersebut mengandung arti bahwa

katekese sebagai usaha pembinaan iman perlu direncanakan secara berkala yang

mempunyai arah dan tujuan demi pembangunan iman umat. Maka dapat dikatakan

secara umum bahwa pembinaan iman berarti suatu usaha yang dilakukan secara

berkala, terencana, terprogram dan lain-lain untuk membantu umat

mengembangkan imannya dengan lebih baik sebagai jawaban pribadi manusia

terhadap sapaan Allah.

1. Pengertian Pembinaan Iman

Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu

murni, tetapi ilmu yang dipraktekkan. Orang tidak dibantu untuk mendapatkan

pengetahuan demi pengetahuan tetapi pengetahuan untuk dijalankan. Dalam

pembinaan, orang terutama dilatih untuk mengenal kemampuan dan

mengembangkannya agar dapat memanfaatkannya secara penuh dalam bidang

Page 76: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

59

hidup atau kerja mereka. Pembinaan juga mengarahkan orang untuk bisa menerima

kenyataan yang ada dalam dirinya sehingga dapat hidup dengan bebas dan apa

adanya tanpa tekanan yang berarti. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembinaan

adalah mendapatkan sikap yang mandiri dan terutama semakin percaya diri

(Mangunhardjana, 1986:11). Dalam pembinaan yang ditekankan adalah

pengembangan manusia dari segi praktis; pengembangan sikap, kemampuan dan

kecakapan.

Iman merupakan jawaban pribadi manusia, terhadap sapaan kasih Allah

yang terwujud dalam pribadi Yesus Kristus. Beriman berarti suatu penyerahan diri

secara utuh kepada Yesus yang memanggilnya, sehingga imannya mempengaruhi

seluruh hidup dan tindakannya. Allah memanggil semua manusia kepada

keselamatan bukan demi keselamatan individu semata-mata melainkan dalam

persekutuan Gereja sebagai umat Allah. Dan setiap anggota ikut bertanggungjawab

untuk memelihara dan memperkembangkan iman sesama umat juga. Perwujudan

tanggungjawab terhadap perkembangan iman sesamanya yakni dengan menciptakan

kemungkinan dan kesempatan dimana orang mengalami dan merasakan sapaan,

peneguhan, dorongan dan pemurnian terhadap penghayatan imannya. Bahkan

situasi dan peristiwa sulit yang dialami dalam kehidupan konkret, dalam hidup

sehari-hari di tempat tugas maupun dimana saja mereka berada, menjadi tantangan

bagi penghayatan hidup beriman. Dengan sikap dan perilaku orang beriman

memberikan kesaksian hidup secara nyata manakala orang mengalami dan

merasakan perhatian, ataupun suatu pelayanan tanpa pamrih juga keterlibatan dalam

berbagai bentuk kegiatan demi perkembangan masyarakat, merupakan perwujudan

Page 77: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

60

iman. Komunikasi antar umat beriman yang sengaja diciptakan, yang mendorong

semakin banyak orang melibatkan diri, dapat menjadi suatu kesempatan bagi orang

beriman untuk saling membantu mematangkan penghayatan imannya. Sikap iman

dikatakan dewasa bila ada perpaduan antara iman dan hidup sehari-hari

(Telaumbanua, 1999:60).

Berbicara mengenai pembinaan iman tidak terlepas dari katekese karena

katekese merupakan usaha pembinaan iman perlu direncanakan secara berkala yang

mempunyai arah dan tujuan demi pembangunan iman umat, sehingga tidak ada

definisi khusus tentang pembinaan iman. Namun demikian pembinaan iman dapat

diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan dan yang secara khusus diciptakan,

agar orang beriman dapat berkumpul dan saling mengkomunikasikan pengalaman

iman, sebagai pengalaman perjumpaan dengan Allah melalui sabda-Nya. Dapat

dikatakan pula bahwa pembinaan iman merupakan bentuk pelayanan sabda yang

dilakukan gereja untuk membantu umat semakin menghayati imannya kepada

Yesus Kristus, dengan cara komunikasi iman dalam persekutuan. Dengan demikian

pembinaan iman membantu dan mendorong umat untuk mengembangkan imannya

menjadi semakin matang, dewasa dan ikut terlibat bertanggungjawab di dalam

hidup menggereja dan memasyarakat. Artinya bahwa dalam pembinaan iman umat

beriman menjadi lebih sabar bahwa imannya tidak terlepas dari kehidupan konkret

sehari-hari. Iman harus dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan nyata, karena

pada hakekatnya “iman tanpa perbuatan adalah mati” (bdk. Yak. 2:7). Oleh karena

itu iman di hayati dalam konteks hidup yang konkret, yakni dalam konteks sosio-

budaya, konteks situasi hidup masyarakat dan dalam konteks jaman dengan segala

Page 78: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

61

permasalahannya. Dalam pembinaan iman yang diwartakan adalah keselamatan

Allah yang membebaskan manusia dalam Yesus Kristus. Karya keselamatan Allah

terlaksana dalam inkarnasi, dalam hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus.

Dalam buku Arah Katekese di Indonesia mengenai Katekese yang berpusat

pada Kristus (Setyakarjana, 1997:69), menyatakan sebagai berikut: “….usaha tekun

yang ditandai Kristus baik mengenai isi maupun mengenai cara. Dalam Kristus kita

berjumpa dengan Allah dan melalui Dialah pula Allah mendatangi kita.” Dari

rumusan ini jelas bahwa Yesus Kristus adalah pusat hidup orang beriman baik

pribadi maupun Gereja sebagai umat Allah. Oleh karena itu, pembinaan iman perlu

diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu mengembangkan iman umat

dengan memperhatikan keempat unsur seperti; bebas, dinamis, terbuka komunikatif

dan terencana.

a. Unsur Bebas

Unsur kebebasan ini sangat penting dalam komunikasi iman. Karena iman

merupakan jawaban pribadi yang bebas terhadap Sabda Allah. Oleh karena itu

komunikasi iman, membutuhkan suasana yang bebas dan membebaskannya.

Artinya suasananya dapat membuat masing-masing peserta merasa aman dan bebas,

tanpa paksaan, sehingga komunikasi itu sungguh-sungguh terjadi secara sukarela.

b. Dinamis

Hidup beriman itu tidak statis, melainkan dinamis selalu bergerak maju

sejalan dengan dinamika perkembangan dan kematangan kedewasaan manusia baik

Page 79: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

62

pribadi maupun kelompok atau komunitas. Allah berkarya menyelamatkan manusia

melalui hidup sejarah hidup manusia yang konkret. Oleh karena Allah hadir dalam

berbagai tanda yang dapat ditangkap oleh manusia melalui peristiwa-peristiwa yang

dialaminya di dalam hidup, maka manusia perlu menanggapi pewahyuan Allah

melalui peristiwa-peristiwa itu untuk menemukan makna kehidupannya. Tanggapan

manusia berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan kemampuan dan

usaha manusia mencari Allah, sumber kekuatan dan hidup orang beriman. Maka

usaha pembinaan iman juga dinamis. Fleksibel dan terbuka terhadap berbagai

macam pengalaman hidup manusia.

c. Terbuka/Komunikatif

Keselamatan Allah terbuka untuk semua orang. Setiap orang dipanggil

kepada keselamatan. Oleh karena itu pembinaan iman terbuka untuk semua orang

dan setiap orang bebas menanggapi tawaran Allah sesuai dengan situasi hidupnya.

Pembinaan iman memberi kesempatan dan yang terbuka memungkinkan setiap

orang mengalami perjumpaan dengan Allah, secara terbuka terhadap berbagai

pengalaman hidup menurut keadaan dan situasi peserta yang berbeda-beda. Setiap

pribadi sama martabat dan derajatnya, dan tiap pribadi memiliki sejarah hidupnya

masing-masing. Maka sikap saling menghargai dan mendengarkan dalam suasana

keterbukaan sangat diperlukan, sehingga memungkinkan terjadinya dialog antar

pribadi serta saling berkomunikasi satu dengan yang lain.

Page 80: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

63

d. Terencana

Pembinaan iman diciptakan untuk membantu orang mengembangkan

imannya secara terus menerus sampai menjadi iman yang dewasa dan semakin

terlibat dalam mengembangkan Kerajaan Allah. Oleh karena itu pembinaan iman

perlu direncanakan. Artinya pembinaan iman tidak terjadi secara spontan,

melainkan dipersiapkan dan ada tujuan yang hendak dicapai. Maka pembina perlu

memikirkan keadaan awal peserta dan mempersiapkan kegiatan-kegiatan

berdasarkan pedoman tertentu, serta sarana-sarana yang mendukung tercapainya

tujuan pembinaan iman tersebut. Perlu disadari bahwa pembinaan iman merupakan

suatu proses yang terus menerus, yang tidak mungkin sekali jadi, maka bersama-

sama dapat saling membantu, saling memperkembangkan imannya kearah

kematangan iman yakni kepenuhan hidup Kristus sendiri.

2. Tujuan Pembinaan Iman

Menurut Paus Yohanes Paulus II, dalam Ajaran Apostolik Catechesi

Trandendae, (1979 art 20) menyatakan tujuan katekese sebagai usaha pembinaan

iman adalah: “….berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai

tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin

memantapkan peri hidup Kristus umat beriman”. Dari rumusan ini terkandung

makna bahwa pembinaan iman mempunyai tujuan untuk membantu

mengembangkan iman umat secara terus menerus yang dihayati dalam kehidupan

sehari-hari. Dari hari ke hari dapat menghayati kehidupannya menurut semangat

Page 81: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

64

dan teladan Yesus Kristus. Akan tetapi disadari pula bahwa upaya untuk

memperkembangkan iman bukan merupakan usaha manusia semata melainkan

berkat rahmat dan bantuan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang membimbing dan

berkarya didalam hati, pikiran mendorong dan meyemangati umat beriman dalam

upaya memperkembangkan iman.

Perlu disadari pula bahwa pembinaan iman bukan hanya membawa umat

kepada kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidupnya, tetapi menghantar orang

untuk mengambil bagian dalam hidup Yesus sendiri, yang diwujudkan melalui cara

hidup yang merupakan kesaksian iman. Pembinaan iman membantu orang untuk

saling meneguhkan imannya memahami rencana Allah dalam hidupnya, ke arah

masa depan penuh pengharapan. Dan membawa orang lebih memahami dan

mengalami karya keselamatan Allah yang dilaksanakan dalam kenyataan hidup

sehari-hari. Pembinaan iman membantu orang juga untuk semakin bersatu dengan

Yesus Kristus yang datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Semangat

pelayanan Yesus ini hendak diwujudkan oleh umat beriman dengan saling melayani

dalam semangat kasih persaudaraan, memberi kesaksian ditengah-tengah

lingkungan masyarakat. Kesaksian iman akan kasih Allah, melalui Yesus Kristus

sebagai Putera Allah yang datang untuk mencari dan menyelamatkan semua orang

dan menawarkan keselamatan itu kepada semua orang. Maka pembinaan harus

menanggapi situasi hidup manusia yang konkret, sesuai keadaan dan kebutuhan

yang dialami manusia.

Page 82: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

65

B. METODE DAN SARANA PEMBINAAN IMAN DI RUMAH SAKIT

REHABILITASI KUSTA DI NAOB

Sarana adalah alat-alat bantu yang berfungsi untuk mendukung kelancaran

dalam berkatekese misalnya: gambar, alat tulis, Kitab Suci, teks lagu/nyanyian.

Komunikasi sosial seperti; TV, media cetak, VCD, rekaman tape dapat juga

digunakan sebagai sarana berkatekese (CT, art 46). Dalam arti lain sarana adalah

segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan

dalam suatu kegiatan. (Suhardiyanto, 2004).

Dalam pembinaan iman, sarana mempunyai peranan yang cukup penting

untuk mencapai maksud dan tujuan pembinaan iman. Karena tanpa sarana, maka

pembinaan iman yang dilaksanakan akan terasa membosankan, monoton, kaku dan

kurang menarik. Karena sarana mempunyai peranan yang cukup penting maka perlu

diadakan atau diciptakan sedemikian rupa sehingga sungguh-sungguh dapat

membantu umat untuk dapat lebih memahami pembinaan iman yang diikutinya.

Penggunaan sarana dalam pembinaan iman akan lebih menarik apabila

pembina memiliki ketrampilan yang cukup terutama dalam hal ketrampilan

menggunakan berbagai macam metode. Oleh Karena itu sarana sangat berkaitan

erat dengan metode yang akan digunakan dalam pembinaan iman. Beberapa metode

dan sekaligus sarana yang mendukung yang dapat digunakan dalam pembinaan

iman:

1. Metode Bercerita

Metode bercerita adalah cara menyajikan bahan pelajaran, memperlihatkan,

memberitahu dan menerangkan sesuatu yang bersifat fiktif atau nonfiktif kepada

Page 83: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

66

peserta untuk mencapai tujuan pelajaran. Latar belakang manfaat dari metode

bercerita adalah:

a. Kekuatan Cerita

Rahasia sebuah cerita adalah bahwa orang tidak merasa diajar, “digurui”

atau diindoktrinasi, melainkan diajak berpikir, memahami, merasakan dan

menyampaikan cerita tersebut. Cerita sarat dengan “nilai-nilai”. Melalui cerita,

orang diajak “masuk dalam dunia cerita” dan berhadapan dengan cerita tersebut

secara keseluruhan.

b. Teknik Bercerita

1) Menyiapkan cerita dengan sungguh-sungguh, melatih cerita sendiri secara

berulang-ulang sebelum bercerita di hadapan peserta, tidak menganggap

“enteng” saja tentang cerita tersebut sehingga perlu disiapkan dengan

sungguh-sungguh.

2) Cara bercerita dengan hidup dan menarik. Hidup karena cerita tersebut

dibawakan dengan sungguh-sungguh dan diungkapkan sesuai dengan situasi

menyeluruh dalam cerita tersebut. Menjadi hidup bagi pendengarnya bila

masalahnya juga menarik. Menarik karena isi, sifat dan bentuk cerita tersebut

sesuai atau berdekatan dengan situasi pendengarnya.

Sarana yang dapat digunakan dalam metode bercerita adalah cerita

bergambar, cerita rakyat, boneka, alat tulis, gambar-gambar Yesus dan karya-Nya

serta gambar-gambar kudus dan lain-lain, sesuai dengan tema atau isi cerita yang

akan disampaikan kepada peserta dalam rangka pembinaan iman.

Page 84: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

67

2. Metode Sosiodrama

Drama berarti karya sastra/tulis yang bertujuan menggambarkan kehidupan,

penderitaan, kebahagiaan, perjuangan hidup dan segala seluk-beluk kehidupan

lewat tingkah laku, gerak, ekspresi dan dialog pemain. Dalam drama kegiatannya

penuh dengan aktifitas seperti akting, bermain, berpura-pura, menarik dialog. Hal

ini sesuai dengan situasi kejiwaan peserta. Tujuan drama adalah; peserta belajar

mengendalikan diri dalam hal emosi dan kejiwaannya, belajar memupuk sifat untuk

menjadi baik, penggerak untuk berimajinasi. Dalam bermain drama peserta

langsung terlibat dalam kegiatan, belajar mengalami menjadi tokoh dan semua yang

ada dalam diri tokoh. Dengan keterlibatan/partisipasi langsung, peserta akan banyak

belajar kehidupan dari tokoh-tokoh yang pernah mereka mainkan. Dengan demikian

peserta semakin mengerti dan mendalami makna hidupnya, dan merubah hidupnya

menjadi lebih baik.

Sarana yang dapat digunakan dalam metode sosiodrama adalah; topeng, teks

drama, alat tulis, kain, dan lain sebagainya sesuai dengan tema dan isi dari drama

yang akan dimainkan.

4. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara lisan menyajikan bahan untuk mencapai

tujuan pengajaran. Metode ini akan sangat efektif bila dipadukan dengan metode

yang lain seperti; ceramah, kerja kelompok, demonstrasi, dll. Metode tanya jawab

berfungsi sebagai alat untuk mengetahui apa yang dipahami peserta berkaitan

Page 85: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

68

dengan bahan yang diberikan, menarik perhatian peserta, penguasaan peserta

terhadap bahan. Tipe-tipe pertanyaan yang baik adalah:

a. Pertanyaan yang menuntut fakta (mengembangkan daya ingatan)

b. Pertanyaan menuntut perbandingan-perbandingan (mengembangakan daya

pengenalan, daya pikir).

c. Pertanyaan yang menuntut analisa terhadap sesuatu (mengembangkan daya

analisa)

d. Pertanyaan yang menuntut pengira-iraan (mengembangkan daya pikir dan

perasaan).

Sarana yang dapat digunakan dalam metode tanya jawab ini adalah; warles

agar volume suara lebih jelas, teks pertanyaan.

5. Metode Audio Visual

Metode Audio Visual adalah cara menyajikan bahan/materi dengan

mempertunjukkan sebuah tayangan yang dapat dilihat secara langsung dan

menyentuh perasaan peserta yang melihatnya. Dalam menggunakan metode ini

harus berhubungan dengan tema dan situasi peserta sehingga mereka tertarik.

Sarana yang dapat digunakan dalam metode ini adalah; VCD, TV, Player.

6. Metode Transparansi

Metode Transparansi adalah cara menyajikan bahan/materi dengan

menggunakan kertas transparansi dan OHP agar dapat dilihat secara langsung oleh

Page 86: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

69

peserta, misalnya hendak menunjukkan sebuah gambar atau tulisan kepada peserta

bisa dilihat secara langsung pada layar yang telah disiapkan.

Sarana yang dapat digunakan dalam metode ini adalah; kertas transparansi,

OHP, layar dan spidol.

Berdasarkan hasil penelitian, sarana-sarana pembinaan iman yang ada di

Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT adalah:

a. Kapel

Kapel adalah merupakan sarana yang digunakan untuk doa bersama,

perayaan ekaristi dan pembinaan iman. Sarana ini sangat membantu berbagai

macam kegiatan rohani terutama pembinaan iman bagi para penderita kusta di

Rumah Sakit rehabilitasi kusta Naob ini. Sarana ini bermanfaat karena memuat

banyak orang dan tempatnya cukup luas sehingga terasa nyaman dan sejuk.

b. Kitab Suci

Kitab Suci adalah merupakan sarana yang menjadi sumber utama dalam

pembinaan iman bagi para penderita kusta. Sebagai sumber utama, Kitab Suci

selalu digunakan setiap kali mengadakan pembinaan iman. Dari sumber utama

inilah, peserta yang adalah penderita kusta diajak dan dibantu untuk menjadikan

Yesus Kristus sebagai pusat hidup mereka dan mereka semakin mengenal Yesus

Kristus melalui Kitab Suci ini sehingga iman mereka semakin dikuatkan untuk tetap

percaya dan berharap sekalipun menghadapi pengalaman yang sulit dipahami.

Page 87: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

70

c. Televisi

Televisi adalah merupakan sarana yang digunakan untuk menyaksikan

berbagai macam acara yang ditayangkan. Televisi ini juga bisa digunakan untuk

menyaksikan berbagai macam tayangan rohani dilengkapi dengan alat player dan

VCD yang membantu peserta untuk menyaksikan secara langsung sehingga hatinya

tersentuh dan dapat belajar dari tayangan yang disajikan secara positif. Tetapi

dalam pembinaan iman, sarana ini amat jarang digunakan.

d. Buku Nyanyian

Buku nyanyian adalah merupakan kumpulan lagu-lagu yang selalu

digunakan setiap kali ada pembinaan iman. Dengan adanya buku nyanyian dapat

membantu tim pembina untuk memuji dan memuliakan Tuhan dengan berbagai

macam nyanyian yang bervariasi. Dengan nyanyian yang bervariasi, suasana

pembinaan iman menjadi lebih hidup dan menarik.

C. PROSES DAN ISI PEMBINAAN IMAN

1. Proses Pembinaan Iman

Dalam kegiatan pembinaan iman yang diharapkan adalah suatu perubahan

dalam diri peserta walaupun membutuhkan suatu proses. Para penderita kusta di

Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob yang tinggal di rumah sakit tersebut dan

yang turut terlibat dalam kegiatan pembinaan iman kendati sebagian diantaranya

merasa terpaksa dan diwajibkan; membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa

mengalami perubahan dalam dirinya terutama perubahan untuk bisa menerima

Page 88: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

71

penyakit kusta yang dideritanya bertahun-tahun sebagai bagian dari hidupnya. Hal

yang patut disyukuri adalah bahwa dalam proses tersebut mereka para penderita

kusta sedikit demi sedikit mengalami perubahan yang baik dalam arti, mulai

merelakan dirinya untuk dirawat atau diobati sakit kustanya dan dibina imannya

agar tetap bertahan dan sabar menerima penderitaanya sebagai anugerah dari

Tuhan. Perubahan ini akan bisa bertahan dan berkembang apabila dibina imannya

secara khusus dan terus menerus. Apabila tidak mendapat pembinaan iman secara

berkala dan terus menerus maka mereka para penderita kusta akan kembali seperti

semula. Pembinaan iman secara khusus dan terus menerus penting karena para

penderita kusta benar-benar membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang lebih

dibandingkan orang biasa pada umumnya. Dalam proses tersebut dibutuhkan

kesabaran dan ketekunan dari pembina dalam pembinaan iman khususnya.

Perkembangan iman tidak terjadi dalam waktu sesaat tetapi merupakan

suatu proses. Proses perkembangan iman bertolak dari pertobatan yakni suatu sikap

dan tindakan manusia yang bersedia untuk menanggalkan manusia lama dan

mengenakan manusia baru. Para penderita kusta kendati sudah menderita dan

bahkan putus asa mempunyai niat yang baik apabila terus menerus disapa,

diperhatikan, disayangi dan dibina dengan baik. Dalam proses ini, pembina dalam

memberi pembinaan iman mempunyai peranan yang cukup penting mengingat yang

dibina adalah penderita kusta yang bukan penyakit biasa. Mempunyai peranan

penting disini dimaksudkan agar pembina sungguh-sungguh mengetahui kekuatan

dan kelemahan yang ada dalam diri setiap penderita kusta, maka penderita kusta

akan merasa disapa dan diperhatikan secara pribadi. Hal ini penting karena dapat

Page 89: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

72

membantu perkembangan iman para penderita kusta yang perlahan-lahan

mengalami pertobatan. Dengan pertobatan yang sungguh-sungguh, maka akan

semakin berkembanglah iman para penderita kusta sehingga tetap percaya kendati

telah mengalami penderitaan bertahun-tahun.

Manusia berusaha untuk menyangkal hal-hal yang bersifat duniawi dan

berpihak serta berbalik pada Yesus Kristus. Berpihak serta berbalik pada Yesus

Kristus disini dimaksudkan agar para penderita kusta tidak hanya mengandalkan

kekuatan dari dirinya sendiri dan merasa menderita sendiri tetapi percaya kepada

Yesus Kristus yang rela menderita untuk keselamatan manusia dan yang selalu

mencintai dan penuh kasih kepada setiap orang tanpa batas. Yesus Kristus yang

selalu mencintai dan penuh kasih kepada setiap orang dialami dan dirasakan oleh

banyak orang termasuk para penderita kusta yang datang pada Yesus agar penyakit

kustanya dapat sembuh: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”.

Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya,

menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir”.

Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. (Mrk.

1:40-42). Kesembuhan itu tidak terjadi begitu saja, tetapi membutuhkan iman yang

dalam. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa untuk dapat memiliki iman yang

dalam membutuhkan proses yang cukup lama. Hal ini perlu disadari bahwa Yesus

tidak menuntut apa-apa dari para penderita kusta karena Yesus sangat mengasihi

setiap orang secara pribadi dan Yesus sangat peka dengan penderitaan yang dialami

oleh umat-Nya. Yang paling penting disini adalah mau dengan rendah hati datang

pada Yesus dan memohon agar dapat diselamatkan.

Page 90: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

73

Untuk dapat mengembangkan imannya dengan lebih baik dibutuhkan

pertobatan. Pertobatan lebih merupakan upaya pembaharuan diri yang terus

menerus harus dilakukan dalam seluruh proses pembangunan iman pribadi. Iman

membangkitkan suatu pertobatan yang sungguh-sungguh khususnya dalam saat-saat

berarti baik dalam hidup pribadi maupun hidup bersama. Pertobatan juga

merupakan suatu perubahan sikap. Sikap mencakup cara hidup, perilaku dan

tindakan seseorang. Menyatakan sikap mengandung tiga komponen yang dapat

dibeda-bedakan tetapi sekaligus memberi arah tindakan. Komponen-komponen

yaitu; komponen kognitif (mengetahui); mendalami isi dan makna iman serta

keyakinan iman, untuk menjamin wawasan dan motivasi yang perlu agar dewasa

dalam iman. Komponen afektif (menghayati), menanggapi tuntutan iman secara

sadar dan personal. Komponen operatif (tindakan), berperilaku dan bertindak orang

kristen. (Marinus Telaumbanua, 1999:50). Pertobatan yang diharapkan dari para

penderita kusta dari segi fisik lebih mengarah kepada merelakan dirinya untuk

dirawat sakitnya, setia dan tekun meminum obat yang diberikan oleh dokter dan

juga latihan/terapi untuk menormalkan kembali jari-jari tangan dan kaki yang sudah

tidak normal lagi. Dari segi rohani; agar mengikuti proses pembinaan iman dengan

ikhlas bukan terpaksa karena takut dimarahi pembina atau karena merasa

diwajibkan. Diketahui dari hasil penelitian bahwa rata-rata mereka mengikuti

pembinaan iman karena merasa terpaksa dan diwajibkan, hal ini sebenarnya dapat

menghambat proses penyembuhan dan perkembangan iman mereka. Apabila

dengan motivasi yang baik yakni dengan senang hati mengikuti segala kegiatan

tersebut maka perlahan-lahan mereka akan mengalami kesembuhan dari penyakit

Page 91: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

74

kustanya karena setia dan tekun meminum obat kusta secara rutin setiap hari dan

tidak boleh lalai, karena apabila lalai satu hari maka mereka harus mengulang

kembali dari awal sekalipun mereka telah minum obat dalam jangka waktu satu atau

dua bulan dan iman mereka semakin berkembang karena pembinaan iman yang

diikuti bukan karena merasa terpaksa dan diwajibkan tetapi karena mereka

sungguh-sungguh ingin mengembangkan imannya dengan tetap tekun dan setia

mengikuti pembinaan iman yang diadakan setiap hari Minggu.

Apabila iman mereka semakin berkembang, maka mereka akan lebih

gembira dan tetap percaya karena Kristus yang diimani. Seperti yang telah

diuraikan panjang lebar pada Bab III, bahwa pembinaan iman akan menarik

perhatian para penderita kusta apabila para pembina meningkatkan pengetahuan

tentang pembinaan iman yang baik dan belajar berbagai macam ketrampilan agar

pembinaan iman tidak terkesan monoton dan begitu-begitu saja. Dan hal ini

membutuhkan proses dari hari ke hari sehingga dibutuhkan ketekunan dan kesetiaan

dari para pembina termasuk didalamnya membutuhkan pengorbanan dan semangat

yang tinggi.

Titik akhir dari perkembangan iman adalah kedewasaan penuh dalam iman

dan kesempurnaan iman. Pribadi yang mencapainya adalah orang sempurna yang

telah mencapai kepenuhan dalam Kristus (Ef. 4:13). Kedewasaan penuh dalam iman

dan kesempurnaan iman bagi para penderita kusta yakni para penderita kusta

menjadi lebih percaya dan melihat penderitaan itu sebagai karunia istimewa yang

dipercayakan Allah kepada mereka. Maka sikap yang nantinya bertumbuh dalam

diri mereka adalah sikap yang tenang, berharap karena tidak lagi putus asa, tetap

Page 92: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

75

semangat dan tekun kendati harus minum obat dan latihan/terapi setiap hari dan

juga dalam mengikuti pembinaan iman tidak lagi karena terpaksa atau karena

diwajibkan namun ada kerinduan yang dalam untuk semakin dekat dengan Tuhan

dan penderitaan yang telah dialaminya bertahun-tahun.

2. Isi Pembinaan Iman

Isi pokok pembinaan iman adalah seluruh hidup Yesus Kristus mulai dari

peristiwa inkarnasi, karya, sabda dan persitiwa paskah-Nya (CT. art. 6). Kristus

diimani sebagai kepenuhan wahyu Allah pada manusia. Misteri hidup Yesus

menjadi sumber dan pusat pembinaan iman, maka pembinaan iman dipahami

sebagai usaha bersama untuk semakin mengenal, memahami dan percaya kepada-

Nya. Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6). Kristus diyakini sebagai

guru sejati. Sifat pembinaan iman dalam hal ini membantu orang supaya semakin

berpartisipasi dan bersatu dalam hidup-Nya.

Pembinaan iman yang berpusat pada Kristus berarti mengkomunikasikan

sabda, pengajaran kehidupan dan seluruh misteri hidup Yesus Kristus. Dalam

komunikasi sabda ini diharapkan setiap anggota saling mendengarkan, agar sabda

yang direnungkan pada saat itu sungguh dipahami dan menemukan relevansi makna

pemahaman itu bagi hidupnya sendiri maupun bagi sesamanya. Disamping itu ia

harus secara pribadi membina relasi yang mendalam dengan Yesus dan seluruh

hidup, sikap dan tindakannya dijiwai oleh hidup Yesus sendiri.

Page 93: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

76

D. LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN IMAN

Pembinaan iman bagi para penderita kusta dapat terlaksana dengan baik dan

membantu mengembangkan iman para penderita kusta apabila dilaksanakan secara

teratur dan berkala. Dilaksanakan secara teratur dan berkala karena para penderita

kusta membutuhkan pembinaan iman yang terus menerus mengingat keadaan

mereka yang kurang mendapat perhatian masyarakat pada umumnya termasuk

keluarganya sendiri. Untuk itu perlu direncanakan secara matang mengingat

pembinaan iman ini sangat penting untuk membantu mengembangkan iman para

penderita kusta. Oleh karena itu, langkah-langkah pembinaan iman yang perlu

dibuat adalah:

1. Merencanakan Program Pembinaan Iman

Program pembinaan iman perlu direncanakan dengan baik karena yang

dibina adalah para penderita kusta, dimana keberadaanya kurang diperhitungkan

oleh keluarga dan masyarakat pada umumnya. Dalam kegiatan pembinaan iman

program mempunyai peranan yang cukup penting karena program adalah suatu

rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1988:702). Dalam hubungan dengan pembinaan, program

berarti prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan acara-

acara pembinaan yang akan dilaksanakan. Program pembinaan menyangkut sasaran,

isi, pendekatan, metode pembinaan (Mangunhardjana, 1986:16). Pembinaan iman

apabila dikaitkan dengan pengertian program di atas, dapat ditegaskan bahwa

program pembinaan iman dijalankan secara terus menerus dan bertujuan untuk

membantu umat mengembangkan imannya. Program pembinaan iman bukan

Page 94: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

77

sebagai program yang kaku atau yang tidak bisa diubah. Program pembinaan iman

merupakan sesuatu yang perlu dikembangkan dengan memperhatikan minat,

kemampuan serta situasi peserta. Dalam usaha membantu para penderita kusta

mengembangkan imannya, maka program pembinaan iman perlu dibuat secara

khusus dengan tema-tema yang menarik dan menyentuh para penderita kusta untuk

mengembangkan imannya. Secara rinci usulan program pembinaan iman akan

dibahas pada Bab V.

2. Sasaran Program Pembinaan Iman

Sasaran dari program pembinaan iman disini adalah para penderita kusta di

rumah sakit rehabilitasi kusta di Naob-Atambua. Mengingat yang dibina imannya

adalah para penderita kusta, maka penting sekali memperhatikan harapan dan

kebutuhan mereka dalam mengembangkan imannya. Untuk itu langkah-langkah

khusus yang perlu diperhatikan demi perkembangan iman para penderita kusta

adalah:

a) Memberi Perhatian Khusus Bagi Para Penderita Kusta

Dengan berbagai macam cara para pembina telah berusaha keras

untuk bisa menampung para penderita kusta dari tempat kumuh ke tempat

yang lebih baik. Namun karena kurangnya tenaga pembina, maka para

penderita kusta seringkali kurang mendapat perhatian secara penuh. Selain

itu karena para pembina harus mengerjakan tugas ganda, maka mereka para

pembina kadang-kadang harus meninggalkan para penderita kusta

mengadakan kegiatan sendiri. Situasi inilah yang kadang-kadang membuat

Page 95: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

78

para penderita kusta merasa ditinggalkan. Untuk itu perlu penambahan

tenaga pembina agar para penderita kusta benar-benar mendapat perhatian

khusus sehingga mereka tidak merasa ditinggalkan atau dikucilkan.

Memberi perhatian khusus bagi para penderita kusta ini amat penting karena

dengan memberi perhatian khusus bagi para penderita kusta maka mereka

benar-benar merasa disapa, dimanusiakan, dihargai dan disayangi. Perhatian

yang khusus ini akan sangat membantu mereka untuk lebih semangat dalam

mengikuti proses penyembuhan secara medis dari penyakit kustanya dan

semangat dalam mengembangkan imannya melalui pembinaan iman yang

diadakan.

b) Mengutamakan Kebutuhan Para Penderita Kusta

Mengutamakan kebutuhan para penderita kusta ini penting karena

dengan demikian mereka merasa dihormati dan dihargai keberadaanya lebih

dari yang lainnya. Untuk mengetahui kebutuhan para penderita kusta yang

sesungguhnya maka perlu pendekatan secara pribadi, dengan adanya

pendekatan secara pribadi ini maka mereka benar-benar merasa disapa dan

disentuh hatinya sehingga dengan demikian merekapun dapat

mengungkapkan apa yang menjadi kebutuhan yang sangat mendasar.

Sehingga dengan mengetahui kebutuhan mereka yang sungguh keluar dari

hatinya maka pembinaan iman yang diberikan selanjutnya dapat menyentuh

inti jiwa mereka. Dengan demikian diharapkan iman mereka semakin

bertumbuh dan berkembang secara mendalam.

Page 96: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

79

c) Mewujudkan Harapan Para Penderita Kusta

Setiap pribadi mempunyai harapan untuk bisa berkembang dalam

bidang apapun. Tidak jauh berbeda dengan para penderita kusta, merekapun

mempunyai harapan yang mungkin selama ini belum sempat atau bahkan

belum pernah diungkapkan karena kurang diberi waktu dan kesempatan

untuk mengungkapkannya. Pembinaan iman akan dapat membantu

mengembangkan iman para penderita kusta apabila sesuai dengan harapan

para penderita kusta itu sendiri. Karena pembinaan iman ini difokuskan

untuk para penderita kusta maka penting sekali mengetahui lebih jauh

tentang apa yang sebenarnya menjadi harapan mereka selama ini. Seperti

yang telah diuraikan secara singkat diatas bahwa untuk dapat mengetahui

harapan mereka yang sesungguhnya perlu pendekatan secara pribadi dan

dari hati ke hati. Pendekatan secara pribadi ini penting karena selama ini

lebih banyak dilakukan secara umum sehingga kurang mengetahui apa yang

menjadi harapan mereka sesungguhnya. Dengan pendekatan pribadi dan dari

hati ke hati diharapkan nantinya mereka menjadi lebih gembira dan senang

karena yang menjadi harapan mereka terpenuhi.

d) Memperhatikan Motivasi Hidup Para Penderita Kusta

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pada umumnya

motivasi mereka untuk bisa sembuh dari penyakit kustanya cukup

memprihatinkan karena apabila tidak mendapat dorongan dari orang lain

maka mereka kurang mempunyai semangat untuk berobat. Hal ini juga

berpengaruh dalam mengembangkankan iman mereka, apabila tidak diajak

Page 97: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

80

untuk terlibat dalam pembinaan iman maka mereka tidak berminat untuk

mengembangkan imannya melalui pembinaan iman. Melihat situasi nyata

ini, maka penting sekali mereka para penderita kusta diajak untuk terlibat

dalam merencanakan program pembinaan iman. Diajak untuk terlibat

maksudnya adalah bukan untuk berpikir yang berat tetapi mengadakan

pendekatan pribadi agar mereka dapat mengungkapkan apa saja yang

menjadi kerinduan mereka untuk dapat sembuh dan juga dalam

mengembangkan iman mereka, sehingga program yang dibuat nantinya

sungguh-sungguh menggerakkan hati mereka untuk bisa terlibat bukan

karena terpaksa atau karena diwajibkan tetapi karena kerinduan yang keluar

dari hati mereka masing-masing.

e) Mewujudkan Program Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta

Program pembinaan iman yang dibuat akan sangat bermanfaat bagi

perkembangan iman para penderita kusta apabila benar-benar diwujudkan

secara nyata dan tidak hanya diatas kertas saja. Untuk itu perlu ada

komitmen dari para pembina untuk mewujudkan program pembinaan iman

yang telah dibuat demi perkembangan iman para penderita kusta. Untuk

dapat mewujudkannya maka perlu kerjasama yang baik dengan berbagai

pihak terutama dengan para penderita kusta itu sendiri. Dengan mengajak

mereka untuk terlibat maka merekapun akan tersentuh hatinya untuk lebih

tekun dan setia mengembangkan imannya melalui pembinaan iman. Dengan

demikian iman para penderita kusta semakin bertumbuh dan terpancarlah

kegembiraan karena Yesus yang mereka imani.

Page 98: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

81

3. Isi Program

Isi program pembinaan iman yang dibuat harus sesuai dan berhubungan

dengan sasarannya dalam hal ini para penderita kusta. Program pembinaan iman

harus juga dipikirkan secara matang sehingga arah dan tujuannya jelas. Sebuah

program yang baik perlu juga memperhatikan kriteria tertentu antara lain:

a. Isi program yang dibuat perlu memperhatikan minat, kemampuan dan kondisi

dari peserta yang dihadapi.

Peserta yang dihadapi dalam hal ini adalah para penderita kusta.

Memperhatikan minat, kemampuan dan kondisi para penderita kusta dalam arti

yang menjadi minat para penderita kusta itu apa saja, kemampuan mereka

bagaimana? Misalnya kemampuan untuk membaca, memahami, mendengarkan

dan lain sebagainya. Selain itu kondisi mereka bagaimana? Kondisi disini

maksudnya adalah kondisi fisiknya. Untuk dapat mengetahui minat, kemampuan

dan kondisi mereka maka perlu pendekatan secara pribadi dan memberi

kesempatan kepada para penderita kusta untuk dapat mengungkapkan tentang

minatnya, kemampuan yang dimiliki dan kondisi mereka.

b. Isi suatu program tidak hanya bersifat teoritis tetapi perlu disesuaikan dengan

kehidupan nyata dengan peserta yang dihadapi sehingga pembinaan iman yang

dibuat itu dapat menjawabi permasalahan yang peserta alami.

Seperti yang telah diuraikan pada bab II bahwa latar belakang para penderita

kusta cukup memprihatinkan sehingga mereka perlu mendapat pembinaan iman

yang lebih baik dari yang sudah ada. Tidak hanya bersifat teoritis ini maksudnya

adalah isi dari program pembinaan iman tersebut tidak hanya teori saja tetapi

Page 99: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

82

hal-hal praktis sesuai dengan situasi para penderita kusta yang dibina imannya.

Misalnya para penderita kusta sudah menderita bertahun-tahun karena penyakit

kusta yang dideritanya dan baru mendapat perawatan yang baik setelah

didirikannya rumah sakit rehabilitasi kusta, maka mereka tidak lagi

membutuhkan teori tentang Tuhan, Iman, kasih sayang, perhatian dan lain

sebagainya. Tetapi sentuhan kasih sayang yang membuat mereka merasakan

kasih dari Tuhan sendiri dan dalam pembinan iman yang lebih ditekankan adalah

hal-hal praktis yang menyentuh hati mereka misalnya juga tentang penyakit

kusta yang disembuhkan oleh Yesus, bahwa kesembuhan itu tidak datang dengan

sendirinya tetapi benar-benar ada usaha dari penderita kusta untuk datang pada

Yesus dan ingin disembuhkan. Hal ini dapat menyentuh hati para penderita kusta

karena sebenarnya yang mau diangkat adalah mereka sendiri dengan cara yang

sederhana dan menyentuh.

c. Isi program yang dibuat perlu singkat, jelas, berisi sehingga mempermudah

pemahaman peserta terhadap materi yang disajikan.

Karena yang dibina adalah penderita kusta yang rata-rata tidak mendapat

pendidikan di bangku sekolah umum maka penting sekali isi program yang

dibuat itu singkat, jelas dan berisi. Singkat disini artinya tidak bertele-tele yang

membuat bingung para penderita kusta; jelas artinya apa yang mau disampaikan

itu mudah dipahami dengan gaya bahasa yang sederhana sesuai dengan

kemampuan para penderita kusta; berisi maksudnya adalah sesuai dengan

kebutuhan dan harapan dari para penderita kusta karena diangkat dari situasi

nyata yang menjadi kebutuhan dan harapan dari para penderita kusta itu sendiri.

Page 100: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

83

4. Pemilihan Model Pembinaan Iman

Dalam kegiatan pembinaan iman ada banyak model yang dipakai dewasa

ini. Di dalam penulisan ini ada tiga model yang dipilih (Sumarno, 2004:15) yaitu

model pengalaman hidup, model biblis, model campuran: biblis dan pengalaman

hidup.

a. Model Pengalaman Hidup

Model pengalaman hidup ini merupakan model katekese yang dimulai dari

pengalaman hidup peserta. Dalam proses pelaksanaan katekese, peserta

mengungkapkan pengalamannya baik pengalaman pribadi maupun pengalaman

berdasarkan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di tengah masyarakat.

Pengalaman ini juga bisa diambil dari surat kabar atau cerita yang relevan bagi

peserta.

Pengalaman-pengalaman ini diolah dan didalami bersama dalam kelompok.

Kemudian peserta berusaha mencari makna dari pengalaman tersebut lewat Kitab

Suci. Kitab Suci dibacakan dan direnungkan secara pribadi. Untuk membantu

peserta merefleksikan teks Kitab Suci pendamping memberikan pertanyaan-

pertanyaan pendalaman. Pengalaman yang ditemukan dalam Kitab Suci

dikonfrontasikan dengan pengalaman konkret peserta. Dengan demikian peserta

dapat mengalami Allah dalam setiap peristiwa hidup yang dialaminya.

Kekuatan model pengalaman hidup ini adalah peserta merasa tersentuh

karena tema katekese diangkat berdasarkan keprihatinan-keprihatinan konkret yang

mereka alami. Kelemahannya adalah seakan-akan menomorduakan Kitab Suci

sebagai sumber iman Kristiani, dan peserta kurang memahami Kitab Suci. Bila

Page 101: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

84

penekanannya pada pengalaman hidup tidak semua peserta mampu merefleksikan

pengalaman hidupnya sehari-hari. Dengan demikian tidak semua peserta dapat

memahami pengalaman sehari-hari sebagai rahmat Allah.

Model ini dipandang cocok untuk para penderita kusta karena dapat

membantu mereka untuk tidak selalu melihat dirinya sendiri saja tetapi juga diajak

untuk melihat situasi nyata yang terjadi diluar diri mereka. Dengan itu mereka

menjadi terbuka hati bahwa masih banyak orang lain yang juga menderita dalam

bentuk yang berbeda-beda tetapi tetap kuat karena percaya kepada Tuhan yang

diimaninya. Dengan itu mereka dapat belajar bagaimana menghadapi segala

peristiwa hidup dan penyakit kusta yang dideritanya dalam terang iman.

b. Model Biblis/Tradisi

Model Biblis merupakan salah satu model katekese yang bertitik tolak dari

Kitab Suci. Dalam proses katekese, Kitab Suci/Tradisi dibacakan, direnungkan dan

didalami secara pribadi atau bersama untuk menemukan inti teks. Inti teks Kitab

Suci atau Tradisi tersebut dihubungkan dengan pengalaman hidup peserta agar

mereka merasakan rahmat dan kehadiran Allah dalam hidupnya sehari-hari.

Kekuatan model ini adalah Kitab Suci sebagai pedoman hidup beriman

Kristiani semakin didalami, dan dipahami peserta. Dengan pemahaman itu mereka

mengintegrasikannya dalam kehidupan sehari-hari. kelemahannya adalah situasi

hidup peserta kurang disentuh, katekese bersifat ajaran intelektual atau moralitas,

ajarannya tidak terintegrasikan dalam hidup para peserta katekese.

Page 102: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

85

Model ini dipandang cocok untuk para penderita kusta agar mereka dapat

menjadikan Kitab Suci sebagai pedoman hidupnya dan dari Kitab Suci itu mereka

dapat diajak untuk belajar dari tokoh-tokoh yang ada dalam Kitab Suci atau

berbagai macam peristiwa yang mengagumkan misalnya penyembuhan berbagai

macam penyakit oleh Yesus terutama penyakit kusta. Dengan membaca dan

merenungkan kisah penyembuhan tersebut maka mereka akan disapa dan dapat

menerapkan iman mereka kepada Yesus dalam kehidupan sehari-hari.

c. Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup

Model campuran merupakan model katekese yang berusaha mengajak umat

saling mengkomunikasikan pengalaman imannya, baik pengalaman pribadi maupun

pengalaman Kitab Suci. Dalam proses katekese Kitab Suci dibacakan dan

direnungkan secara pribadi kemudian disajikan pengalaman hidup. Pengalaman

hidup dan teks Kitab Suci didalami bersama dalam kelompok. Pesan-pesan pokok

yang diperoleh dari penyajian pengalaman hidup direfleksikan, dianalisis dan

dikonfrontasikan dengan teks Kitab Suci atau Tradisi yang dibacakan.

Kekuatan model ini adalah peserta semakin memahami bahwa pesan-pesan

Kitab Suci dipahami dan dimengerti sebagai sesuatu yang hidup sesuai dengan

zamannya. Kitab Suci tidak ketinggalam zaman tetapi masih relevan sampai saat

ini. Kelemahannya ialah tidak semua peserta mampu menghubungkannya dengan

pesan inti Kitab Suci sehingga muncul rasa jenuh.

Model ini juga dapat digunakan dalam pembinaan iman bagi para penderita

kusta karena dengan berbagi pengalaman iman kepada sesama yang lain akan dapat

Page 103: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

86

membantu satu sama lain belajar dari pengalaman iman yang dialami oleh yang

lainnya. Selain itu para penderita kusta dapat semakin memahami pesan dari Kitab

Suci sebagai pedoman dalam menghayati iman sehari-hari.

Page 104: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

87

BAB V

PRAKSIS PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA

Pada Bab V ini penulis menawarkan model katekese sebagai bagian dari

pembinaan iman bagi para penderita kusta di rumah sakit rehabilitasi kusta di Naob

Keuskupan Atambua NTT. Berkaitan dengan itu, maka pembahasan dibagi menjadi

tiga bagian, yakni: bagian pertama membahas mengenai program katekese. Bagian

kedua, membahas mengenai penjabaran katekese. Bagian ketiga, contoh katekese

yang merupakan acuan pembinaan iman yang dapat dilaksanakan dalam pembinaan

iman bagi para penderita kusta di rumah sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan

Atambua NTT.

A. PROGRAM KATEKESE

Seperti yang telah diuraikan pada Bab IV bagian D no. 1 bahwa program

pembinaan iman perlu direncanakan dengan baik karena yang dibina adalah para

penderita kusta, dimana keberadaannya kurang diperhitungkan oleh keluarga dan

masyarakat pada umumnya. Dalam kegiatan pembinaan iman program mempunyai

peranan yang cukup penting karena program adalah suatu rancangan mengenai

asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan (Kamus Besar Bahasa Indonesaia,

1988:702).

Dalam hubungan dengan judul skripsi ini mengenai pembinaan iman bagi

para penderita kusta, maka usulan program pelaksanaan yang diajukan pada bab ini

menjadi salah satu bentuk pembinaan iman bagi para penderita kusta di rumah sakit

Page 105: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

88

rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT. Usulan program ini,

diharapkan dapat membantu para penderita kusta dalam mengembangkan imannya

melalui pembinaan iman yang dilaksanakan. Tema pokok yang disajikan adalah:

“Tuhan Mengasihi Setiap Orang”. Tema ini dijabarkan dalam tiga subtema: Tuhan

menciptakan segalanya baik dan dia mempunyai harapan indah dengan

menciptakan kita, Tuhan mengampuni setiap orang dengan penuh belas kasih dan

Tuhan yang berbelas kasih, solider dengan orang miskin dan tertindas. Selanjutnya

akan dijabarkan tema, tujuan, subtema serta tujuan subtema.

Tema : Tuhan Mengasihi Setiap Orang

Tujuan : Membantu para penderita kusta menyadari dan memahami

bahwa Tuhan itu mengasihi dan menyayangi setiap orang

tanpa batas.

Subtema 1 : Tuhan menciptakan segalanya baik dan Dia mempunyai

harapan indah dengan meNciptakan kita.

Tujuan : Agar pendamping bersama peserta semakin menyadari

bahwa Tuhan menciptakan kita dengan penuh belas kasih

dan mengasihi kita secara penuh, dengan demikian iman

peserta semakin dikuatkan akan Allah yang penuh belas

kasih dan tidak terbelenggu dengan anggapan yang sudah

mapan bahwa kusta adalah kutukan Tuhan.

Subtema 2 : Tuhan mengampuni setiap orang dengan penuh belas

kasih

Tujuan : Agar pendamping bersama peserta menyadari bahwa

Page 106: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

89

pengampunan Tuhan berlimpah dan penuh belas kasih

kepada setiap orang kendati sering jatuh dalam dosa dan

kesalahan yang sama. Dengan demikian peserta

diharapkan semakin percaya kepada Tuhan.

Subtema 3 : Tuhan yang berbelas kasih, solider dengan orang miskin

dan tertindas

Tujuan : Agar pendamping bersama peserta menyadari bahwa

Tuhan hadir dalam setiap situasi hidup nyata setiap orang

yang mengalami kesulitan, dengan demikian peserta

semakin dikuatkan dan tidak mudah putus asa dalam setiap

penderitaan yang dialaminya.

Page 107: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

90

B. PENJABARAN PROGRAM KATEKESE Tema : Tuhan Mengasihi Setiap Orang Tujuan : Membantu para penderita kusta menyadari dan memahami bahwa Tuhan mengasihi dan menyayangi setiap orang tanpa batas

No. Sub Tema Tujuan Sub Tema

Judul Pertemuan

Tujuan Pertemuan

Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 I Tuhan

menciptakan segalanya baik dan Dia mempunyai harapan indah dengan menciptakan kita

Agar pendamping bersama peserta semakin menyadari bahwa Tuhan menciptakan kita dengan penuh belas kasih dan mengasihi kita secara penuh, dengan demikian iman peserta semakin dikuatkan akan Allah yang penuh belas kasih dan tidak terbelenggu dengan anggapan yang sudah mapan bahwa kusta akibat kutukan Tuhan

Kisah Penciptaan Tuhan mengasihi kita tanpa batas. Kasih Tuhan berlimpah bagi para penderita

Peserta dan pendamping menyadari bahwa Tuhan menciptakan segalanya baik. Peserta dan pendamping menyadari bahwa Tuhan sungguh mengasihi setiap orang secara penuh. Peserta dan pendamping menyadari

• Allah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya

• Allah mengasihi ciptaan-Nya

• Tuhan itu

pengasih dan penyayang

• Karena kasih-Nya, Ia mengutus Putera-Nya yang Tunggal

• Belas kasih

Tuhan berlimpah

• Informasi • Tanya

jawab • Sharing • Tanya

jawab • Cerita • Informasi • Tanya

jawab • Informasi

• Kitab Suci • Buku

Nyanyian Bagi Tuhan

• Teks “Allah adalah Kasih”

• Kitab Suci • Madah Bakti • Kitab Suci • Teks

“Pahlawan

• Kej. Bab 1 - 3

• Luk.

23:44-49 • Agustinus

Bula, 2003:46

• Luk.

17:11-19 • John

Page 108: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

91

kusta bahwa Tuhan tidak mengutuk umat-Nya sehingga peserta dan pendamping semakin dikuatkan imannya

• Allah tidak pernah mengutuk umat-Nya sekalipun berbuat dosa

• Sharing • Cerita

Orang Kusta” Farrow, 1992: 291-335

II Tuhan mengampuni setiap orang dengan penuh belas kasih

Agar pendamping bersama peserta menyadari bahwa pengampunan Tuhan berlimpah dan penuh belas kasih kepada setiap orang kendati sering jatuh dalam dosa dan kesalahan yang sama. Dengan demikian peserta diharapkan semakin percaya kepada Tuhan.

Pengampunan Allah yang penuh belas kasih Mengampuni sesama membutuhkan perjuangan

Peserta dan pendamping menyadari bahwa Allah yang berbelas kasih mengasihi mereka dalam setiap peristiwa hidup sekalipun mereka sering jatuh dalam dosa dan kesalahan yang sama. Peserta dan pendamping menyadari bahwa untuk dapat

• Allah menghen-daki semua manusia selamat.

• Allah adalah cinta

• Mengampuni

merupakan suatu perjuangan

• Informasi • Sharing • Tanya

jawab • Cerita • Refleksi • Tanya

jawab • Informasi

• Kitab Suci • Madah

Bakti • Kaset • Tape

rekorder • Teks

“Mencintai musuh”

• Kitab Suci • Buku

nyanyian bagi Tuhan

• Luk. 15:11-32

• Powel 1997:142-143

• Luk.

23:33-43

Page 109: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

92

Aku dan orang lain

mengampuni sesama yang menyakiti hati membutuhkan perjuangan yang terus menerus. Peserta dan pendamping dapat mengenal orang yangdisukai dan yang tidak disukai sehingga peserta dapat bergaul bersama orang lain dengan lebih baik dan penuh persaudaraan

• Mengampuni adalah suatu proses

• Orang-orang

yang saya sukai dan yang tidak saya sukai

• Refleksi • Sharing • Informasi

• Gitar • Teks

“Pengampunan”

• Kitab Suci • Buku

Nyanyian Bagi Tuhan

• Yoh. 8:1-

11 • Budi

Purnomo 2000:39

• Komkep KWI 1991:115-116

III Tuhan yang berbelas kasih, solider dengan orang miskin dan tertindas

Agar pendamping bersama peserta menyadari bahwa Tuhan hadir dalam setiap situasi hidup nyata setiap orang

Tuhan peka akan penderitaan manusia dan melayani

Bersama peserta menyadari bahwa Tuhan bukan saja peka dengan penderitaan

• Kepekaan Tuhan dalam penderitaan manusia

• Tuhan melayani dengan penuh

• Informasi • Tanya

jawab • Refleksi

• Kitab Suci • Cergam

• Mat. 14;13-21

Page 110: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

93

yang mengalami kesulitan, dengan demikian peserta semakin dikuatkan dan tidak mudah putus asa dalam setiap penderitaan yang dialaminya.

Aku dipanggil untuk melayani sesama Meneladani Yesus yang solider dengan orang miskin

manusia tetapi juga melayani dengan penuh cinta kasih Bersama peserta menyadari diri bahwa setiap orang dipanggil untuk melayani sesama yang menderita Bersama peserta diharapkan dapat memahami dan meneladani sikap Yesus yang solider dengan yang miskin dan menderita

cinta • Tugasku

sebagai pelayan • Melayani

sesama yang menderita dengan penuh cinta

• Kesediaanku

untuk berbagi • Hubunganku

dengan sesama dalam hidup.

• Renungan • Sharing • Refleksi • Informasi • Sharing • Cerita • Refleksi

• Kitab Suci • Konstitusi • Buku

Nyanyian Bagi Tuhan

• Kitab Suci • Cergam • Buku Madah

Bakti

• Yoh.

15:16-17 • Konst. art.

203 • Yoh. 11:1-

44

Page 111: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

94

C. CONTOH PERSIAPAN KATEKESE

1. Contoh Persiapan Katekese Pertama

a. Judul Pertemuan : Kisah Penciptaan

b. Tujuan : Peserta dan pendamping menyadari bahwa

Tuhan menciptakan segalanya baik, dengan

demikian membantu peserta untuk

menghormati dan memuliakan Tuhan atas

ciptaan-Nya yang luhur dan mulia.

c. Peserta : Para Penderita Kusta

d. Model : Campuran Biblis dan pengalaman hidup

e. Waktu : 90 menit

f. Metode : Informasi

Tanya jawab

Cerita

Sharing

g. Sarana : Kitab Suci

Buku Nyanyian Bagi Tuhan

Teks: “Allah adalah Kasih”

Kaset instrument

Tape Rekorder

h. Sumber bahan : Kej. Bab 1 – 3

Page 112: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

95

i. Pemikiran Dasar

Dalam kehidupan ini ada berbagai macam makhluk hidup dengan

berbagai macam bentuk, jenis, watak dan perilaku. Keberadaan mereka

tidak datang dengan sendirinya, tetapi tentu saja ada yang mengadakanya.

Mengadakan disini dalam arti diciptakan. Yang pasti bahwa ada kekuatan

lain lebih dari segala kemampuan dalam menciptakan. Dan mampu

menciptakan semuanya yang ada di bumi ini adalah Tuhan. Menurut Kitab

Suci terutama dalam Kitab Kejadian Tuhan menciptakan Langit, Bumi dan

segala isinya dan semua baik adanya. Dan pada akhirnya Tuhan

menciptakan manusia yang dapat dikatakan secitra dengan-Nya. Tuhan

menciptakan segalanya baik dan sangat mengasihi ciptaan-Nya.

Dan kita adalah makhluk yang paling mulia yang diciptakan oleh

Tuhan dan Tuhan sangat mencintai kita dan menghargai kebebasan kita.

Karena kita bebas, kita dapat memisahkan diri dari cinta-Nya. Kita dapat

meninggalkan Allah. Tetapi Allah yang adalah cinta tidak pernah berhenti

mencintai hanya karena kita meninggalkan-Nya. Allah menghendaki

semua manusia selamat dan bahagia. Panggilan Allah untuk selamat

diperuntukkan bagi semua anak Allah yang baik dan jahat. Dalam Kisah

Penciptaan dikatakan bahwa Tuhan menciptakan segalanya baik dan

mengasihi ciptaan-Nya. Setelah menciptakan langit, bumi dan segala

isinya, Tuhan memberi kebebasan kepada makhluk ciptaan-Nya karena

Dia Sang Pencipta penuh belas kasih.

Page 113: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

96

Melalui katekese ini pendamping bersama para penderita kusta

diajak menyadari bahwa Allah menciptakan mereka dengan penuh belas

kasih. Salah satu wujud belas kasih Allah adalah bahwa Allah tidak pernah

membiarkan mereka sendirian. Dengan demikian diharapkan mereka

dimampukan untuk dapat mengasihi Allah sebagai Sang Pencipta dan

mengasihi diri sendiri dan sesama.

i. Pengembangan langkah-langkah

1). Pembukaan

a). Pengantar

Bapak/Ibu dan saudara/i yang dikasihi Tuhan, kita patut

bersyukur untuk cinta dan kebaikan Tuhan yang telah kita terima

setiap saat. Kita patut bersyukur atas belas kasih Allah yang sungguh

mencintai kita dengan menciptakan langit, bumi dan segala isinya

termasuk kita. Dan memberi kebebasan kepada kita untuk bertumbuh

dan melakukan apa saja yang kita mau. Maka marilah kita bersama-

sama menggali dan menemukan belas kasih Allah dalam kisah

penciptaan.

b). Lagu Pembukaan: Buku Nyanyian Bagi Tuhan, no. 07: “Oh Tuhan

Pencipta Langit dan Bumi”.

c). Doa Pembukaan:

Allah Bapa Maha pencipta, puji dan syukur kami haturkan

kepada-Mu karena Engkau telah menciptakan kami sebagai makhluk

yang luhur dan mulia adanya. Syukur pada-Mu karena Engkau

Page 114: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

97

memberi kebebasan kepada kami untuk berkembang dalam kasih-

Mu. Sudilah kiranya Engkau mengutus Roh Kudus-Mu agar

membimbing dan menyertai kami dalam pertemuan ini sehingga

kami sungguh menemukan dan mengalami kembali belaskasih-Mu

yang telah kami terima selama ini sejak kami diciptakan hingga kini.

Doa yang sangat sederhana ini kami sampaikan kepada-Mu dengan

perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

2). Pembacaan Teks Kitab Suci

Bapak/Ibu dan Saudara/i yang terkasih, sekarang marilah kita

mempersiapkan hati dan pikiran kita untuk mendengarkan bacaan yang

diambil dari Kitab Kej. Bab 1-3 (salah seorang diminta untuk

membacakannya). Setelah itu peserta diajak untuk masuk dalam

keheningan diiringi dengan instrument.

3). Penyajian Pengalaman Hidup

Seorang peserta membacakan teks tentang Allah adalah Kasih

(lampiran hal. 15), pendamping menceritakan kembali kisah tersebut

agar dapat lebih dipahami oleh peserta. Peserta diberi kesempatan

mengulang bacaan tersebut secara pribadi.

4). Pendalaman pengalaman hidup dan teks Biblis

a). Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, mereka mengungkapkan

kesan-kesan atas penyajian teks tentang Allah adalah kasih. Kesan-

kesan tersebut misalnya; Erica yang selamat, Allah yang penuh

belas kasih dan Maha Kuasa.

Page 115: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

98

b). Peserta diajak agar semakin mendalami serta menemukan pesan

pokok dari sharing pengalaman yang baru saja diungkapkan

berdasarkan teks tentang Allah adalah kasih dengan tuntunan

pertanyaan sebagai berikut: Apa yang digambarkan oleh teks

tentang Allah adalah kasih.

Jawaban:

Teks ini menggambarkan kisah tentang bagaimana Allah

yang penuh belas kasih menyelamatkan Erica yang menderita

karena tekanan orang tua. Dalam kisah ini, Erica menunjukkan

kasihnya kepada Tuhan dengan menyerahkan diri secara penuh

karena telah diselamatkan oleh Tuhan. Karena kasih Tuhan yang

begitu besar yang dialami oleh Erica, maka iapun mengasihi orang

tua dan saudara-saudaranya kendati sering diperlakukan tidak adil.

Erica sungguh bersyukur karena ia telah diciptakan dengan baik

oleh Tuhan dan dikasihi secara penuh.

c). Peserta diajak untuk merefleksikan dan menganalisa teks Allah

adalah kasih untuk hidup sehari-hari serta mengkonfrontasikannya

dengan Kitab Suci yang dibantu dengan pertanyaan:

Apakah arti Tuhan menciptakan segalanya baik dalam teks Kej. 1-

3 dan teks Allah adalah kasih?

Apa kesan Anda tentang sikap Tuhan Sang Maha Pencipta?

Page 116: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

99

d). Rangkuman:

Kitab Kej. 1-3 dan teks Allah adalah kasih ini sama-sama

mengisahkan tentang bagaimana Allah menciptakan makhluk-Nya

dan segalanya baik adanya. Dalam kisah penciptaan, Tuhan mau

menunjukkan betapa Ia Maha Kuasa dan bagi-Nya tidak ada yang

mustahil untuk diciptakan-Nya. Kenyataannya, Dia menciptakan

segalanya baik adanya. Dalam kisah penciptaan tersebut, Tuhan

menciptakan secara bertahap dan melihat semuanya dengan utuh dan

sempurna adanya. Allah begitu bahagia dan akhirnya menciptakan

manusia sebagai makhluk yang paling luhur dari segala ciptaan-Nya

dan memberi kebebasan kepada manusia untuk menguasai segala

makhluk yang telah diciptakan Tuhan. Karena kebebasannya itu,

manusia jadi mudah tergoda untuk berbuat secara bebas dan

akhirnya jatuh dalam dosa.

Kisah Allah adalah kasih dan kisah penciptaan mengajak kita

untuk bersyukur atas segala rahmat dan kasih-Nya yang selalu

dilimpahkan kepada kita hingga saat ini. Kita diajak untuk tahu

bersyukur atas segala yang telah Dia berikan kepada kita sebagai

manusia yang dikasih-Nya. Dengan selalu bersyukur atas apa yang

telah diberikan kepada kita, maka kita akan merasakan betapa

ciptaan Tuhan yang ada dibumi ini sungguh luhur dan mulia.

5). Penerapan meditatif

Page 117: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

100

Pada hakekatnya Tuhan mengasihi kita. Dia senantiasa menghendaki

kita selamat. Ia berbelas kasih pada semua orang yang baik maupun

yang jahat. Tuhan adalah Bapa kita yang menciptakan dengan sempurna

dan mengharapkan kita kembali bersatu dengan-Nya, Tuhan akan

bersuka cita bila kita kembali kepada-Nya. Gambaran Tuhan yang belas

kasih itulah yang perlu kita wartakan dan kita ungkapkan dalan hidup

kita terhadap orang lain. Marilah kita melihat kembali pada diri kita

masing-masing, apakah semangat belas kasih dan rasa syukur itu juga

ada dalam hidup kita? Bagaimana saya dapat memperkembangkan

semangat belas kasih dan rasa syukur itu bagi orang-orang yang saya

jumpai dan saya kenal?

6). Penutup

a). Peserta diajak hening, kemudian mengungkapkan doa umat secara

spontan.

b). Doa spontan diawali oleh pembimbing, kemudian diikuti peserta

yang terdorong hatinya untuk mengungkapkan doa spontan. Dan

ditutup kembali oleh pembimbing.

c). Doa Penutup

Allah Bapa yang penuh belas kasih, kami berterima kasih

kepada-Mu. Cinta dan belas kasih-Mu yang telah menciptakan kami

secara utuh dan sempurna. Kami mohon ampun karena terkadang

kami kurang menyadari rahmat kasih-Mu yang Kau limpahkan

kepada kami dengan penuh belas kasih-Mu. Kami memohon kepada-

Page 118: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

101

Mu, sudilah memberikan rahmat berlimpah bagi kami agar dalam

situasi dan kondisi apapun, kami selalu datang dan berharap kepada-

Mu serta mensyukuri segala anugerah-Mu yang cuma-cuma ini.

Semuanya ini kami mohon dengan perantaraan Kristus Tuhan kami.

Amin.

d). Lagu Penutup: Buku Nyanyian Bagi Tuhan, no.273: “Allah Kuasa

Ciptakan”.

7). Evaluasi Singkat

Pendamping mengajak peserta mengevaluasi kembali seluruh proses

pendalaman iman dengan panduan pertanyaan berikut:

a). Kesan apa yang Anda rasakan di dalam mengikuti proses

pendalaman iman ini?

b). Apakah tema dan isi yang disajikan dapat menyentuh hati Anda?

c). Apakah di dalam setiap langkah pendalaman iman ini dapat Anda

ikuti dengan baik?

Page 119: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

102

2. Contoh Katekese Kedua

a. Judul Pertemuan : Tuhan mengasihi kita tanpa batas

b. Tujuan : Peserta dan pendamping menyadari bahwa

Tuhan sungguh mengasihi setiap orang

secara penuh.

c. Peserta : Para Penderita Kusta

d. Model : Biblis

e. Waktu : 90 menit

f. Metode : Tanya jawab

Cerita

Informasi

g. Sarana : Kitab Suci

Madah Bakti

h. Sumber Bahan : Luk. 23:44-49

Agustinus Bula 2003:46

i. Pemikiran Dasar

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Dalam berelasi dengan

sesama tidak jarang manusia mendapat perlakuan baik maupun buruk dari

sesama. Perlakukan baik yang diterima akan menumbuhkan kepribadian

seseorang secara positif. Tetapi perlakuan buruk akan menimbulkan luka yang

menghambat relasi seseorang dengan sesamanya. Relasi antara satu dengan

yang lain menjadi terputus. Hal seperti ini tidak dapat dibiarkan begitu saja

tetapi perlu adanya pengampunan agar terjalin kembali relasi yang terputus.

Page 120: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

103

Pengalaman ini juga dialami oleh para penderita kusta yang karena penyakit

kustanya disingkirkan dari masyarakat bahkan dari keluarganya sendiri. Itulah

pengalaman antar manusia. Tetapi tidak demikian bagi Tuhan. Dia mengasihi

manusia secara penuh dan total. Kita manusia justru sebagai anak-anak-Nya

yang amat dikasihi. Menjadi anak-anak Allah berarti membiarkan diri dipimpin

oleh Roh dan membiarkan diri dikasihi Allah secara penuh. Kalau antar sesama

bisa saling menyakiti tidak demikian dengan Allah. Sekalipun kita jatuh dalam

dosa dan kesalahan yang sama, Allah tetap mengasihi kita bahkan sampai

mengutus putera-Nya yang tunggal untuk menebus dosa manusia karena kasih-

Nya kepada kita tanpa batas.

Dalam Injil Luk. 23:44-49 Allah menunjukkan kasih-Nya yang besar

kepada kita dengan mengurbankan Putera-Nya yang tunggal yakni Yesus

Kristus, karena manusia telah jatuh dalam dosa. Di dalam Yesus, kita

memperolah jati diri kita yang sesungguhnya bahwa kita menjadi anak-anak

Allah yang dikasihi Allah. Melalui Yesus, Allah mengundang kita manusia

yang telah dirusakbinasakan oleh dosa untuk masuk dalam persekutuan dengan

komunitas Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Di dalam Yesus, yang menjadi

kesayangan Allah, kita pun menjadi anak-anak kesayangan Allah dan boleh

menyapa Allah sebagai “Abba, ya Bapa”. Dan kitapun diutus ke dalam dunia,

untuk mewartakan, menyaksikan bahwa dunia sungguh-sungguh dikasihi oleh

Allah dan bahwa Ia telah mengutus Putera-Nya yang terkasih untuk

membebaskan manusia dari kekuasaan maut dan dosa serta pelbagai jati diri

palsu dan sementara (Agustinus Bula 2003:30).

Page 121: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

104

Melalui kegiatan katekese ini para penderita kusta diajak untuk melihat

betapa besar kasih Allah kepada mereka dengan mengurbankan Putera-Nya

yang tunggal untuk keselamatan mereka. Karena cinta Yesus kepada Bapa dan

manusia, Ia rela menderita dan wafat dikayu salib. Untuk dapat mengenal Allah

lebih dekat dan merasakan kasih-Nya, maka perlu menjalin relasi dengan-Nya

melalui doa. Doa merupakan jalan untuk mengenal dan menerima gerak Allah

menuju kita serta anugerah rahmat Allah dalam hidup kita.

j. Pengembangan Langkah-Langkah

1). Pembukaan

a). Pengantar

Bapak/Ibu dan saudara/i yang terkasih, kita semua hadir disini

pernah mengalami pengalaman dikasihi, paling tidak sampai dengan saat

ini kita masih bernafas, hidup dan berkumpul bersama. Kita juga pernah

menjalin relasi dengan Tuhan melalui apa saja terutama doa. Tidak jarang

dalam berelasi dengan Tuhan untuk dapat merasakan kasih-Nya, pasti

akan mendapat berbagai macam godaan. Tetapi Yesus telah lebih dahulu

mengalahkan godaan-godaan tersebut dengan merelakan diri-Nya didera,

dimahkotai duri dan wafat dikayu salib. Marilah kita mengundang

kehadiran Tuhan untuk bersama kita menelusuri kembali perjalanan

hidup kita dalam pengalaman dikasihi oleh Allah. Kita hening sejenak

menyiapkan hati kita masing-masing.

b). Lagu Pembukaan: Buku Nyanyian Bagi Tuhan no. 10: “Allah itu baik”

c). Doa Pembukaan:

Page 122: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

105

Allah Bapa Maha Kasih, betapa besar cinta dan kebaikan-Mu pada

kami. Engkau menyatakan cinta-Mu dengan mengutus Putera-Mu Yesus

demi pengampunan dosa kami. Terima kasih juga untuk rahmat

belaskasih yang telah kami terima dari-Mu dan telah kami berikan juga

kepada sesama kami. Kami mohon penyertaan-Mu kepada kami dalam

menggali kembali pengalaman-pengalaman kasih itu. Doa ini kami

haturkan kepada-Mu dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

2). Pembacaan Kitab Suci

a). Bapak/Ibu dan Saudara/i yang terkasih dalam Kristus, sekarang marilah

kita mempersiapkan diri untuk mendengarkan sabda Tuhan yang diambil

dari Injil Luk. 23:44-49 (pembimbing membaca ayat genap, peserta

membaca ayat ganjil).

b). Peserta diajak untuk merefleksikan teks Kitab Suci dengan tuntutan

pertanyaan sebagai berikut:

Sejauh manakah cinta Tuhan kurasakan dalam hidup?

Bagaimana sikap Tuhan Yesus terhadap prajurit yang

menyengsarakannya?

Apa pesan Injil tersebut bagi Bapak/Ibu dan Saudara/i?

3). Pendalaman Teks Kitab Suci

a). Peserta dibagi dalam kelompok kecil mensharingkan hasil refleksi secara

pribadi.

b). Rangkuman:

Page 123: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

106

Injil Luk 23:44-49 mengajak kita untuk dapat lebih memahami

betapa besar cinta Bapa kepada kita dengan mengurbankan Putera-Nya

yang tunggal kepada kita. Tuhan Yesus memberikan hukum yang baru

yakni memberikan kasih pengampunan, kasih yang dinamis. Kasih bukan

hanya mengajar dan membimbing kita bagaimana kita harus hidup, tetapi

juga memberi daya kekuatan untuk hidup menurut Roh (Rm 8). Di bawah

hukum baru Roh Kudus menghembuskan kasih pengampunan Bapa ke

dalam hati setiap orang. Kita tidak boleh merintangi karya Roh Kudus

tersebut. Sering kita berpikir bahwa kasih Tuhan hanya untuk orang-

orang tertentu. Tetapi sesungguhnya kasih Tuhan diberikan kepada setiap

orang seperti yang telah dilakukan oleh Kristus kepada kita umat-Nya.

Akan tetapi apakah kita sering kali siap sedia untuk mengasihi dan

mengampuni secara total dan tanpa syarat seperti dilakukan oleh Bapa

melalui Yesus Kristus Putera-Nya yang tanpa batas. Kristus senantiasa

siap sedia mengasihi dan mengampuni tanpa syarat. Ia mengasihi dan

mengampuni dosa-dosa tanpa diminta, bahkan bila tindakan itu berakibat

Dia dituduh menghujat Allah. Kehausan Yesus untuk mengasihi dan

mengampuni membuat Dia tidak menghiraukan segala mara bahaya yang

menghadangnya. Keterbukaan hati Yesus membuat Dia siap sedia

mengasihi dan mengampuni tanpa syarat. Penjahat yang bertobat

langsung dijanjikan masuk surga tanpa harus membuktikan cintanya.

Kristus tidak membuat macam-macam syarat seperti, “Aku mau

Page 124: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

107

mengasihi dan mengampuni jika kamu berubah atau jika kamu minta

maaf, dan lain sebagainya”.

Sering kali kita sukar mengasihi dan mengampuni karena kita jarang

sekali mampu menjawab secara jujur pertanyaan-pertanyaan seperti:

Apakah saya berani mengasihi dan mengampuni tanpa syarat? Maukah

saya menjalin hubungan yang lebih erat dengan mereka dibanding dulu?

Sanggupkah saya berkorban untuk mereka ? dari Kristus kita tahu

jawaban yang jelas, buatlah kepada orang lain seperti engkau ingin orang

perbuat bagimu. Bahkan lebih lanjut kita pun memperoleh pedoman jelas:

karena kasih-Nya yang begitu besar kepada dunia, Ia mengutus anak-Nya

yang tunggal kepada dunia. Agar dapat mengasihi dan mengampuni

sebagaimana Allah telah mengasihi dan mengampuni kita, kita harus

masuk dan terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang menyakitkan bersama

Kristus dan memperhatikan bagaimana Ia bekerja mengasihi dan

menyembuhkan diri kita dengan sabda dan karya-Nya. Jika kita masih

mengalami kesukaran untuk mengasihi dan mengampuni seperti Kristus

kita harus belajar meneladan semangat kasih dan pengampunan tersebut

dengan berdoa dan memohon pada-Nya.

Dengan mengasihi dan mengampuni kita mengembangkan kasih kita

tidak hanya pada orang yang mencintai kita tetapi juga pada orang yang

sering melukai. Mengasihi dan Mengampuni bukanlah suatu hal yang

mudah dilaksanakan atau sekali jadi tetapi melalui proses dan

membutuhkan waktu.

Page 125: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

108

4). Pendalaman Pengalaman Hidup

Dalam kehidupan setiap hari kita sering mendengar ada orang yang

sungguh bahagia karena merasa dikasihi Allah melalui pengalaman yang

menyenangkan termasuk juga pengalaman yang kurang menyenangkan.

Apabila kita merefleksikan kembali penghayatan kasih Allah kepada dunia

melalui Yesus Putera-Nya yang tunggal dalam kehidupan selama ini

ditemukan bahwa bila dirasakan sungguh-sungguh dapat membuat

seseorang mengalami kebahagiaan yang luar biasa. Kasih dan Pengampunan

berjalan beriringan dan membutuhkan pengorbanan, kejujuran, keberanian

untuk dapat mengasihi dan mengampuni tanpa syarat. Pada proses

merasakan dan memahami kasih Allah ini, keterlibatan Allah tidak dapat

diabaikan.

Pendamping dan peserta mendalami penghayatan kasih Allah dalam

hidup bersama mereka dan juga di masyarakat dengan bantuan pertanyaan

penuntun sebagai berikut:

a). Bagaimana penilaian Anda terhadap penghayatan kasih Allah dalam

hidup bersama dan juga di masyarakat?

b). Mengapa ?

c). Rangkuman:

Teks Luk. 23:44-49 mengajak kita untuk dapat lebih memahami

betapa besar kasih Allah kepada dunia. Tanda kasih Allah nampak dalam

diri Yesus yang tersalib. Salib memperlihatkan betapa mahalnya harga

yang harus dibayar untuk mengungkapkan kasih dan pengampunan Allah

Page 126: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

109

kepada manusia. Allah menerima salib sebagai cara untuk mewujudkan

kasih dan untuk memberi contoh bagaimana mengasihi kepada dunia

yang tidak mau mengasihi secara penuh. Kristus yang disalibkan itulah

teladan kasih bagi kita. Kristus menderita untuk kita, memberi teladan

kepada kita, supaya kita mengikuti jejak-Nya. Melalui Yesus kita melihat

belas kasih yang diwujudkan. Kita melihat wajah Allah, dan wajah itu

adalah wajah penuh kasih yang mau mengasihi secara total kepada

manusia dan kita yang ada saat ini.

Kasih dan Pengampunan itu memang sukar karena mahal harganya

mungkin menuntut kita untuk menanggung resiko dilukai lebih dalam

lagi karena membicarakan hubungan yang rusak dengan orang lain.

Harga yang mungkin kita terima ialah kita harus menyerap kepedihan

tanpa kelegaan dan pemulihan yang memuaskan seperti yang sudah

dialami Yesus Sang Putera. Mengasihi bukanlah suatu hal yang mudah

dilakukan tetapi harus dilaksanakan dan itulah yang harus kita hayati

karena kita telah lebih dahulu dikasihi oleh Allah tanpa batas, tanpa

memandang rupa. Kasih yang telah diberikan kepada kita hendaklah

disalurkan kepada sesama kita, tidak bisa hanya sebatas permukaan saja

tetapi sungguh dari kedalaman hati. Pada akhirnya perjuangan untuk

menerima kasih Allah dan menyalurkan kasih kepada sesama akan dapat

terwujud apabila kita tekun memohon rahmat Tuhan melalui doa supaya

kita dapat lebih memahami dan merasakan bahwa Tuhan mengasihi kita

Page 127: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

110

tanpa batas. Kristus sendiri berdoa dalam perjuangannya, seperti kita lihat

dalam penderitaan-Nya di taman Getzemani.

5). Penerapan Dalam Hidup Para Penderita Kusta di Rumah Sakit Kusta

Pendamping mengajak peserta untuk hening sejenak dan membangun

tindakan konkret. Beberapa pertanyaan penuntun:

a). Adakah kita mau membagikan kasih Allah kepada sesama?

Mengapa ?

b). Kepada siapa kasih itu kita bagikan?

d). Kapan Anda mulai?

6). Penutup

a). Peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan

menemukan pesan inti di dalam pertemuan.

b). Doa spontan yang didahului oleh pendamping dan ditutup dengan doa

Bapa Kami.

c). Doa Bapa Kami

d). Doa Penutup:

Allah Bapa di dalam Surga, kami bersyukur kepada-Mu untuk

rahmat cinta yang telah kami terima. Engkau senantiasa menghendaki

agar kami semua selamat dan bahagia. Terima kasih untuk rahmat kasih

yang telah membebaskan kami dari berbagai macam godaan dan

kesulitan hidup. Engkau mengajar kami untuk senantiasa saling

mengasihi dan membagikan kasih-Mu itu kepada sesama, namun kami

menyadari akan keterbatasan kami. Oleh karena itu ya Bapa kami mohon

Page 128: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

111

rahmat kasih dari-Mu agar kami sanggup mengasihi sesama seperti

Engkau telah mengasihi kami hingga saat ini. Doa ini kami sampaikan

dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

e). Lagu Penutup: Buku Nyanyian Bagi Tuhan no.131: “Kasih Setia-Mu”.

Page 129: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

112

3. Contoh Katekese Ketiga

a. Judul Pertemuan : Kasih Tuhan Berlimpah Bagi Para

Penderita Kusta

b. Tujuan : Peserta dan pendamping menyadari betapa

Tuhan mengasihi para penderita kusta dan

memeliharanya hingga saat ini, dengan

demikian iman peserta semakin dikuatkan

akan kasih dan kebaikan hati Allah bagi

mereka.

c. Peserta : Para Penderita Kusta

d. Model : Pengalaman Hidup

e. Waktu : 100 menit

f. Metode : Informasi

Refleksi

Sharing

Cerita

g. Sarana : Kitab Suci

Buku Nyanyian Bagi Tuhan

Gitar

h. Sumber Bahan : Luk. 17:11-19

John Farrow 1992:291-335

Page 130: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

113

i. Pemikiran Dasar

Hidup bersama dalam keluarga ataupun masyarakat sesungguhnya

merupakan kesempatan yang baik bagi para penderita kusta untuk mewujudkan

dirinya. Dalam kehidupan bersama mereka mendapat kesempatan untuk

mengembangkan diri dan sekaligus mengusahakan kebahagiaan sesama.

Namun disadari bahwa tidak semua orang dapat akrab dengan mereka para

penderita kusta. Selain itu, ada orang yang sulit akrab atau tidak disukai karena

wataknya yang keras, mudah marah, dendam, dan lain sebagainya. Kendati

para penderita kusta telah disingkirkan dari keluarga dan masyarakat, tetapi

karena kasih Tuhan yang besar kepada mereka, maka karena kasih-Nya yang

besar kepada para penderita kusta, Ia telah menggerakkan hati para Biarawati

PRR untuk menampung dan merawat mereka dengan baik agar secara

perlahan-lahan dapat sembuh keadaannya kendati tidak utuh.

Bacaan Kitab Suci Luk. 17:11-19 menunjukkan sikap Yesus yang penuh

kasih kepada para penderita kusta yang datang dengan kerendahan hati dan

memohon kesembuhan. Yesus menunjukkan betapa Ia sungguh-sungguh

mengasihi setiap orang tanpa memandang muka, terlebih para penderita kusta.

Sabda Yesus ini mengajarkan yang baik, meyakinkan dan menyuruh agar orang

berbuat baik dan memuliakan Allah. Yesus mau menunjukkan kasih-Nya

kepada semua orang. Yesus mau menerima semua manusia termasuk yang

menderita penyakit kusta. Yesus menghendaki agar kita juga bersikap baik

Page 131: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

114

terhadap siapa saja dan memuliakan Allah setelah mendapat berkat dan

karunia.

Melalui katekese ini peserta dan pendamping diajak untuk tau bersyukur

atas kasih Tuhan yang berlimpah. Selain itu, peserta juga diajak untuk

menyadari bahwa Tuhan mengasihi setiap orang terlebih para penderita kusta

yang mau dengan rela dan rendah hati datang pada-Nya.

j. Pengembangan Langkah-Langkah

1). Pembukaan

a). Pengantar

Bapak/Ibu dan Saudara/i yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus

Kristus, kita semua yang hadir di sini tentu mempunyai begitu banyak

orang yang kita sukai. Kita juga sadar bahwa ada orang-orang yang tidak

kita sukai. Pada pertemuan ini kita diajak untuk melihat bahwa Yesus

tidaklah demikian, siapa saja yang datang pada-Nya diterima dengan

penuh kasih terlebih para penderita kusta. Dan kita diajak untuk tetap

datang kepada Yesus karena Dialah kekuatan dan hidup kita, paling tidak

ada kekuatan iman yang mendalam dihati kita. Marilah kita hening

sejenak menyiapkan hati kita untuk mengundang kehadiran Tuhan dalam

pertemuan ini.

b). Lagu Pembukaan: Buku Nyanyian Bagi Tuhan no. 49: “Hari Ini Kurasa

Bahagia”.

c). Doa Pembukaan:

Page 132: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

115

Allah Bapa Maha Cinta, Engkau telah memberi kami begitu banyak

sahabat. Mereka telah menunjukkan kasih dan kebaikan-Mu dengan cara-

cara mereka sendiri. Kami juga sadar bahwa ada juga orang-orang yang

tidak kami sukai. Pada hari ini kami semua ingin melihat kembali

bagaimana Engkau mengajarkan kasih kepada kami dan mengajak kami

untuk tetap percaya bahwa Engkau sungguh mengasihi kami. Kami

mohon penyertaan-Mu dalam seluruh proses ini agar kami dapat

menerima semua orang seperti Engkau menerima dan mencintai kami apa

adanya. Dengan demikian kami tetap percaya bahwa Engkau tidak pernah

meninggalkan kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami yang

hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa. Amin.

2). Penyajian Suatu Pengalaman Hidup

Pendamping katekese membantu peserta menggali kembali

pengalaman mereka dalam menerima kasih Tuhan melalui orang lain

sehingga mereka tetap hidup hingga saat ini. (peserta diberi kesempatan

untuk hening dengan mendengarkan instrumen)

a). Ingatlah kapan Tuhan hadir menolong Anda melalui orang lain!

b). Tulislah namanya!

c) Tuliskanlah hasil ingatan Anda itu!

d). Dari jawaban Anda, apa yang Anda mau katakan!

3). Pendalaman Pengalaman Hidup

Page 133: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

116

Pendamping katekese mengajak para peserta untuk

mengaktualisasikan pengalaman yang baru disajikan dalam situasi hidup

mereka yang nyata dengan bantuan pertanyaan penuntun berikut ini:

Apakah Anda percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh mengasihi

Anda?

4). Rangkuman Pendalaman Pengalaman Hidup

Apabila kita setiap hari dapat mengungkapkan rasa syukur atas apa

yang kita alami, kita dapat menemukan lebih banyak betapa Tuhan Yesus

sungguh mengasihi kita. Tetapi dalam hidup nyata, rasa syukur itu banyak

kali sulit kita ungkapkan karena hati kita kurang terbuka untuk melihat

begitu banyak peristiwa ajaib yang terjadi. Untuk dapat memahami kasih

Tuhan dalam hidup ini kita membutuhkan proses yang panjang dari hari ke

hari dan tentu saja membutuhkan perjuangan dari kita. Untuk dapat

berjuang, maka penting sekali melibatkan Tuhan dalam hidup kita dengan

menjalin relasi yang mendalam dengan Tuhan melalui hidup doa. Dengan

itu kita dapat lebih merasakan dan melihat betapa Tuhan sungguh mengasihi

kita.

5). Pembacaan Kitab Suci

a). Peserta bersama-sama membaca teks Luk. 17:11-19

b). Peserta diajak untuk sekali lagi membaca teks Luk. 17:11-19

c). Peserta diberi kesempatan untuk hening

6). Pendalaman Teks Kitab Suci

Page 134: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

117

Pembimbing mengajak peserta untuk mendalami teks Luk. 17:11-19

secara pribadi dengan bantuan pertanyaan berikut:

a). Bagaimana sikap para penderita kusta ketika melihat Yesus?

b). Bagaimana sikap Yesus terhadap para penderita kusta yang datang

memohon kesembuhan?

7). Rangkuman Pendalaman Teks Kiab Suci

Teks Injil Luk. 17:11-19 adalah ungkapan kasih Yesus yang

mendalam terhadap orang yang menderita sakit terlebih para penderita

kusta. Hal yang menarik adalah, ketika kesepuluh orang kusta melihat

Yesus, mereka percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan mereka.

Kepercayaan inilah yang menggerakkan hati mereka untuk datang pada

Yesus dengan penuh semangat agar dapat disembuhkan dari penyakit

kustanya. Ungkapan sederhana para penderita kusta telah menggerakkan

hati Yesus: “Yesus Guru, kasihanilah kami!”. Jawaban Yesuspun sangat

sederhana: “Pergilah dan perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam”.

Hanya karena iman, maka kesepuluh penderita kusta itu sembuh dari

penyakit kustanya.

Bacaan di atas mengajak kita untuk belajar dari sikap para penderita

kusta yang memiliki iman yang dalam kepada Yesus. Hanya karena imanlah

maka mereka para penderita kusta dapat sembuh dari penyakit kustanya.

Kita juga diajak untuk belajar dari Yesus yang peka akan penderitaan

manusia terlebih para penderita kusta. Hal ini sangat jelas bahwa Yesus

yang adalah Tuhan sungguh-sungguh mengasihi para penderita kusta dan itu

Page 135: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

118

tertulis dalam Kitab Suci yang memuat kisah tentang Yesus Sang Juru

Selamat. Marilah melalui Sabda Tuhan ini, kita memupuk kepercayaan kita

kepada Tuhan, bahwa kalau kita sungguh-sungguh percaya, maka bagi

Tuhan tidak ada yang mustahil. Dan kita harus percaya bahwa Tuhan Yesus

sungguh-sungguh mengasihi kita terlebih para penderita kusta dan kita juga

diajak untuk tau beryukur atas segala kebaikan yang telah kita terima setiap

hari.

8). Penerapan Dalam Hidup Konkret

a). Pembimbing mengajak peserta untuk mengambil beberapa hal penting

berkaitan dengan pengalaman mereka dikasihi oleh Tuhan melalui orang

lain terlebih mereka yang merawat sakit kustanya dan yang setia

membina iman mereka.

b). Peserta diajak untuk hening sejenak, melihat kembali pengalamannya

dalam mengikuti seluruh proses katekese ini.

c). Peserta diberi kesempatan untuk mengambil beberapa hal praktis untuk

dijalankan/dihayati dalam hidup mereka sehari-hari.

d). Hasil temuan peserta diungkapkan dalam bentuk niat-niat tertentu.

e). Niat-niat itu akan diungkapkan dalam doa penutup untuk memohon

berkat Tuhan.

9). Penutup

a). Pembimbing mengajak peserta mengungkapkan doa-doa spontan yang

merupakan hasil buah pendalaman iman.

b). Pembimbing merangkum keseluruhan doa dalam doa penutup

Page 136: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

119

Puji dan syukur kami lambungkan kehadirat-Mu ya Tuhan karena

Engkau telah menyertai kami dalam pendalaman iman ini. Engkau telah

menyapa hati kami masing-masing. Kami menyadari keterbatasan kami

dalam mengungkapkan rasa syukur kami atas kasih karunia yang

senantiasa Kau limpahkan kepada kami. Ya Tuhan, limpah terima kasih

karena Engkau tak henti-hentinya menyertai kami hingga saat ini.

Semoga karena rahmat-Mu, kami dapat lebih percaya bahwa Engkau

sungguh-sungguh mengasihi kami dan ajarilah kami agar kami tau

bersyukur atas karunia-Mu itu. Doa yang sederhana ini kami satukan

dengan doa yang Putera-Mu ajarkan kepada kami.

Bapa kami…..

c). Lagu Penutup: Buku Nyanyian Bagi Tuhan no. 132: “Kasih Yesus Indah

Dalam Hidupku”

Page 137: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

120

BAB VI

PENUTUP

Dalam bagian akhir skripsi ini penulis mencoba menyimpulkan keseluruhan

skripsi ini. Di samping itu penulis juga memberikan saran yang sekiranya berguna

bagi pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta di rumah sakit

rehabilitasi kusta, sehingga pembinaan iman benar-benar dapat membantu mereka

terutama para penderita kusta mengembangkan iman mereka dalam kehidupan

sehari-hari.

A. KESIMPULAN

Pada dasarnya iman bertumbuh mulai dari dalam keluarga, karena keluarga

merupakan Gereja kecil umat Kristiani yang menjadi tempat awal tumbuh dan

berkembangnya iman seseorang. Hal ini mungkin terjadi apabila keluarga dapat

menciptakan suasana damai dan penuh cinta kasih antar sesama anggotanya.

Orangtua dapat memberikan teladan dengan memberi kesaksian imannya sebagai

umat Kristiani. Kebiasaan berdoa bersama, mengikuti Perayaan Ekaristi, merayakan

hari raya keagamaan, pendalaman Kitab Suci, dan lain sebagainya, menuntun

seseorang untuk mengenal Tuhan dan secara perlahan-lahan membentuk kebiasaan

sampai orang tersebut beranjak dewasa. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian.

Keluarga jaman sekarang ini menghadapi tantangan yang lebih berat. Kehidupan

manusia lebih didominasi oleh mencari popularitas dan kekayaan dan sikap

individualis semakin terasa. Situasi ini amat mempengaruhi perkembangan iman

Page 138: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

121

seseorang. Hal ini sungguh dialami oleh para penderita kusta yang seharusnya

mendapat perhatian khusus dari keluarga dalam mengembangkan imannya tetapi

justru disingkirkan dari tengah-tengah keluarga karena dirasa menjijikkan.

Sehingga mereka sedapat mungkin dijauhkan dari keluarga dan ditempatkan

dipondok-pondok ditengah semak-semak yang tidak terlihat oleh masyarakat pada

umumnya. Iman pada penderita kusta semakin ditantang. Situasi inilah yang

menyebabkan mereka semakin terpojok, putus asa, minder dan bahkan merasa tidak

berarti lagi.

Para penderita kusta membutuhkan pembinaan khusus untuk membantu

perkembangan iman mereka. Pembinaan iman bagi para penderita kusta sebagai

salah satu bentuk katekese, sangat berperan dan telah berperan dalam membantu

mengembangkan iman mereka agar tetap percaya akan kasih dan kebaikan Tuhan.

Sehingga dalam kehidupan selanjutnya iman mereka semakin berkembang dengan

baik dan dapat menjadi orang Kristen yang beriman dewasa. Dengan demikian

sekalipun banyak tantangan dan terutama dalam menghadapi penderitaan karena

penyakit kustanya, mereka tetap tabah, sabar dan percaya akan rahmat Tuhan. Iman

yang dewasa dapat diartikan sebagai iman yang aktif, missioner dan berkembang

semakin matang secara penuh dan bersifat holistic (Heryatno, 2003:28). Bersifat

holistik artinya, seseorang dapat menghayati, mengungkapkan, dan mewujudkan

imannya dalam kehidupan sehari-hari secara penuh.

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa para penderita kusta dengan

situasi dan kondisinya yang cukup memprihatinkan, membutuhkan pembinaan iman

yang membantu mereka mengembangkan imannya. Mereka perlu dibina agar dapat

Page 139: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

122

menerima nilai-nilai kristiani ditengah penderitaan yang mereka alami. Pembina

dintantang untuk dapat menarik perhatian para penderita kusta dengan menyajikan

pembinaan iman yang menarik, sehingga kehadiran mereka dalam mengikuti

pembinaan iman bukan karena terpaksa atau merasa diwajibkan tetapi sungguh-

sungguh hadir karena tertarik untuk mengembangkan iman mereka melalui

pembinaan iman yang dilaksanakan. Pembina juga ditantang untuk menciptakan

suasana yang dapat membuat para penderita kusta krasan dan rileks dalam

mengikuti pembinaan iman. Dalam pelaksanaan pembinaan iman, peran pembina

cukup besar karena secara tidak langsung mereka akan belajar dari pribadi para

pembina. Maka pembinaan iman sebagai karya pastoral Gereja yang membantu

keluarga para penderita kusta untuk membina iman mereka dapat sungguh menjadi

sarana bagi para penderita kusta untuk semakin dekat dengan Yesus Kristus

sehingga kegembiraan yang terpancar dalam kehidupan mereka karena Yesus yang

mereka imani.

Sebagai masukan untuk meningkatkan pembinaan iman bagi para penderita

kusta demi terwujudnya pembinaan iman yang menarik dan dapat membantu

mengembangkan iman para penderita kusta, penulis menawarkan katekese sebagai

pembinaan iman. Secara khusus penulis menggunakan katekese model pengalaman

hidup, model biblis dan model campuran: biblis dan pengalaman hidup. Tema-tema

diangkat dari keprihatinan-keprihatinan konkret yang mereka alami. Dengan

demikian, diharapkan pembinaan iman yang dilaksanakan akan membantu proses

pendewasaan iman para penderita kusta. Para penderita kusta diharapkan mampu

mengintegrasikan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari. semoga gagasan

Page 140: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

123

yang disumbangkan dalam skripsi ini dapat dijadikan sebagai titik tolak

pelaksanaan pembinaan iman demi perkembangan iman para penderita kusta di

rumah sakit rehabilitasi kusta Naob.

B. SARAN

Bertolak dari seluruh pembahasan yang ada, penulis bermaksud

mengungkapkan beberapa saran bagi suksesnya pelaksanaan pembinaan iman bagi

para penderita kusta di rumah sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-

NTT sebagai wadah pertumbuhan dan perkembangan iman para penderita kusta

lebih menarik dan efektif. Beberapa saran tersebut adalah:

1. Pembina perlu memberi perhatian dan kasih sayang yang lebih kepada para

penderita kusta agar mereka tidak merasa diasingkan atau dikucilkan. Selain itu

pembina juga perlu mengadakan pendekatan pribadi dan dari hati ke hati agar

mereka sungguh disapa secara pribadi. Dengan demikian mereka dapat

merasakan kasih Tuhan melalui para pembina.

2. Perlu ada pembekalan atau pendampingan bagi para pembina pembinaan iman

bagi para penderita kusta sehingga pelaksanaan pembinaan iman menjadi

menarik dan memberi semangat yang baru bagi para penderita kusta.

3. Pembina perlu mendapat pembekalan sehingga pengetahuan dan ketrampilan

mereka dalam mengolah bahan pembinaan iman dapat ditingkatkan.

4. Para pembina pembinaan iman bagi para penderita kusta perlu menyadari

pentingnya membuat perencanaan dan persiapan pertemuan pembinaan iman

dan mampu membuat perencanaan dan persiapan tersebut.

Page 141: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

124

5. Para pembina perlu menyadari pentingnya penggunaan metode yang menarik

dalam menyampaikan materi serta penggunaan sarananya demi kelancaraan

dan efektifitas proses pembinaan iman.

6. Pembina perlu meningkatkan kerjasama dengan keluarga para penderita kusta,

sesama pembina, pastor kepala paroki sehingga kegiatan pembinaan iman yang

dilaksanakan dapat lebih ditingkatkan lagi berkat dukungan mereka.

Page 142: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

125

DAFTAR PUSTAKA Adisusanto, FX (1997). Katekese Dalam Tugas Perutusan Gereja. Diktat Mata

Kuliah Pendidikan Agama Katolik III untuk Mahasiswa IPPAK-FKIP

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Amalorpavadass, D.S. (1972). Katekese Sebagai Tugas Pastoral Gereja. Yogyakarta: STKAT Pradnyawidya.

Anna, Keliat Budi. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran.

Arikunto Suharsimi,., Dr. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

. (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

. (1993). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Budi Purnomo, Aloys. (2000). Bertobat Siapa Takut!. Yogyakarta: Pustaka

Nusatama

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998). Perawatan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan Repuplik Indonesia,

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas.

Handoko, Martin (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta:

Penerbit-Percetakan Kanisius.

Hardawiryana, R. (1998). Dokumen Konsili Vatikan II. (Penerjemah: R. Hardawiryana) Jakarta: Obor.

Harijanto, H. (1998). Penyakit Kusta (artikel). Dikeluarkan di Rumah Sakit Kusta

Sitanala Tangerang: Jakarta.

Heryatno Wono Wulung, FX. (2002). Pendidikan Agama Katolik Sekolah. Diktat

Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Sekolah untuk

Mahasiswa Semester I Prodi IPPAK, FKIP, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Irawan Martin, SS.CC. (1992). Pater Damian Pahlawan Orang Kusta. Ende: Penerbit Nusa Indah.

Kamari, FX., Drs. (1985). Sarasihan Dalam Katekese. Yogyakarta: STFK

Pradnyawidya.

Page 143: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

126

Komkat KWI. (2000). Katekese Umat Selayang Pandang. Jakarta: Sekretariat

Komkat KWI

Komkat KWI. (1996). Upaya Pengembangan Katekese di Indonesia. Jakarta:

Sekretariat Komkat KWI.

Konstitusi dan Direktorium Tarekat Puteri Reinha Rosari. (1987). Hasil dari Musyawarah Umum I PRR di Riangkemie-Larantuka, yang Diselenggarakan dari 27 November 1985-16 Desember 1985

Lembaga Alkitab Indonesia. (Ed). (2004). Alkitab. Jakarta : LAI Mangunhardjana. (1986). Pembinaan, Arti dan Metodenya. Penerbit Kanisius. Nawawi, Hadari. (1991). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada.

Papo, Jakop, Drs. (1987). Memahami Katekese. Ende:Nusa Indah

Powell, John. (1997). Visi Kristiani. Yogyakarta: Kanisius

Powell, John & Brady Loretta. (1991). Tampilkan Jati Dirimu. Yogyakarta:

Kanisius

Ronald Hare. (1993). Mikrobiologi dan Imunologi Untuk Perawat dan Dokter.

Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Sarjumunarsa, Th. (1985). Komunikasi Iman dan Evaluasi Katekese. STFK

Pradnyawidya.

Setyakarjana, J.S. (1997). Arah Katekese Indonesia. Yogyakarta: Puskat

Shipley, J.F., dr (1985). Rasa Malu Sebagai Hambatan Kemajuan. Yogyakarta:

Penerbit-Percetakan Kanisius.

Suhardiyanto, H.J., SJ. (1998). Pembinaan Program. Diktat Mata Kuliah Teori

Pendidikan Kader untuk Mahasiswa Semester VII, FKIP, Universitas

Sanata Dharma: Yogyakarta

Sumarno, Ds.M., (2003). Praktek Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VII, FKIP, Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta

Syamsunir Adam. (1992) Dasar-dasar Mikrobiologi Parasitologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Telaumbanua, Marinus., OFM Cap. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.

Yohanes Paulus II. (1979). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, SJ.,

Penerjemah). Bogor: Departemen Dokpen KWI.

Page 144: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(1)

PEDOMAN WAWANCARA

1. Motivasi Hidup Para Penderita Kusta - Semangat apa yang mendorong Anda berobat di rumah sakit ini? - Dengan cara apa Anda bisa datang di rumah sakit ini ? - Apa yang Anda rasakan setelah Anda berada di rumah sakit ini? - Apakah Anda mendapat perhatian dari para pembina di rumah sakit ini?

2. Bagaimana tanggapan Anda terhadap pelaksanaan pembinaan iman bagi

para penderita kusta yang berlangsung selama ini, terkait dengan: a. Pembina

- Menurut pengalaman Anda, apa yang memberi semangat para pembina untuk terlibat memberi pembinaan bagi Anda?

- Menurut pengalaman Anda, apakah para Pembina sungguh-sungguh sudah memperhatikan pembinaan iman bagi Anda?

- Bagaimana tanggapan Anda terhadap keterlibatan para pembina di rumah sakit ini?

b. Peserta - Menurut pengalaman Anda, berapa jumlah peserta yang selama ini

mengikuti pembinaan iman? - Menurut pengalaman Anda, bagaimana keterlibatan peserta terhadap

pelaksanaan pembinaan iman selama ini? - Menurut pengamatan Anda, apakah ada perubahan yang terjadi pada

peserta setelah mengikuti pembinaan iman? c. Proses pembinaan iman

- Menurut pengalaman Anda, bagaimana proses pembinaan iman yang terjadi di rumah sakit rehabilitasi kusta selama ini?

- Menurut pengalaman Anda, apakah proses pembinaan iman yang sudah berjalan selama ini sesuai dengan harapan Anda?

- Menurut pengalaman Anda, apakah proses pembinaan iman tersebut dapat menghantar Anda dalam penghayatan iman Anda?

d. Sarana - Apa saja sarana yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan iman

selama ini? - Dalam pelaksanaan pembinaan iman, sarana apa saja yang sering

digunakan? - Menurut Anda, apakah sarana yang digunakan selama ini cukup

membantu untuk mengembangkan iman Anda? - Menurut Anda, sarana apa saja yang kiranya menarik untuk membantu

penghayatan iman Anda dalam kehidupan sehari-hari? e. Metode

- Menurut pengalaman Anda, metode apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaaniman selama ini?

- Menurut pengalaman Anda, dalam pelaksanaan pembinaan iman, metode apa saja yang sering digunakan selama ini?

Page 145: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(2)

- Menurut Anda, apakah metode yang digunakan dalam pembinaan iman cukup menarik untuk mengembangkan iman Anda?

- Menurut Anda, metode apa saja yang kiranya menarik Anda untuk mengembangkan penghayatan iman Anda akan Kasih Tuhan?

3. Usaha pembinaan iman bagi para penderita kusta, agar para penderita

kusta memiliki iman yang kuat: a. Menurut pengalaman Anda, apa manfaat pembinaan iman di rumah sakit

ini? b. Menurut Anda, apakah pembinaan iman sangat dibutuhkan dalam

mengembangkan penghayatan iman Anda dalam kehidupan sehari-hari? c. Menurut pengalaman Anda, apa saja usaha-usaha yang dilakukan Pembina

dalam pembinaan iman di rumah sakit rehabilitasi kusta ini?

4. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta: a. Dari pengalaman Anda, adakah faktor yang mendukung pelaksanaan

pembinaan iman selama ini? Apa saja faktor tersebut? b. Dari pengalaman Anda, adakah faktor yang menghambat pelaksanaan

pembinaan iman selama ini? Apa saja faktor tersebut? c. Berdasarkan pengalaman Anda dari faktor-faktor yang mendukung, apa

alasan Anda bahwa hal itu menjadi faktor pendukung pelaksanaan pembinaan iman?

Page 146: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(3)

IDENTITAS RESPONDEN

NO NAMA KETERANGAN 1 Alfons Seran Ruas TTL Fatuklete, 9-04-1949 Umur 55th Agama Kristen Katolik Pendidikan SD Pekerjaan Petani 2 Nikolas Bouk TTL Manulea, 13-03-1955 Umur 50th Agama Kristen Katolik Pendidikan SD Pekerjaan Tukang Kayu 3 Antonius Kanam TTL Kaubele, 01-04-1971 Umur 34th Agama Kristen Katolik Pendidikan Buta Hurup Pekerjaan Petani 4 Maria Sinta Luruk TTL Haitimuk, 01-01-1974 Umur 31th Agama Kristen Katolik Pendidikan SMP Pekerjaan Petani 5 Angelus Lafu TTL Malelat, 10-12-1973 Umur 32th Agama Kristen Katolik Pendidikan SD Pekerjaan Tukang kayu 6 Yustina Telik Klau TTL Haitimuk, 07-01-1981 Umur 24th Agama Kristen Katolik Pendidikan SMA Pekerjaan Petani

Page 147: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(4)

NO NAMA KETERANGAN

7 Caesila Funan TTL Looneken, 14-03-1953 Umur 52th Agama Kristen Katolik Pendidikan SMP Pekerjaan Petani 8 Valentina Fransiska Aluk TTL Maligel, 10-12-1967 Umur 38th Agama Kristen Katolik Pendidikan SMU Pekerjaan Petani 9 Yustinus Kefi TTL Bakitolas, 1982 Umur 23th Agama Kristen Katolik Pendidikan SD Pekerjaan Petani

10 Emeliana Erni Bano TTL Rantete, 01-04-1983 Umur 22th Agama Kristen Katolik Pendidikan SD Pekerjaan Petani

Page 148: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(5)

HASIL WAWANCARA 1. Motivasi Hidup Para Penderita Kusta

Responden I: “Saya datang ke rumah sakit ini karena ada suster yang datang kunjung dan jemput saya dan waktu saya ditanya mau sembuh atau tidak, saya langsung jawab mau dan tanpa pikir panjang saya langsung ikut suster ke rumah sakit, awalnya saya minder dan putus asa”. Responden II :“Waktu saya sakit ada suster yang kunjung saya dan saya langsung dibawa ke rumah sakit. Sebenarnya saya malu dan minder, tetapi saya ikut saja supaya saya lekas sembuh. Saya merasa mungkin ini kutukan dari Tuhan”. Responeden III : “Selama ini saya cukup putus asa, tetapi waktu saya dengar ada rumah sakit kusta, saya langsung nekat jalan kaki untuk berobat dan suster mereka terima dengan baik. Saya merasa penyakit ini kutukan dari Tuhan, tetapi saya senang karena diperhatikan dan penyakit saya diobati dengan baik” Responden IV: “Saya berobat kesini karena ada yang kasih tau deng beta (dengan saya) kalau ada rumah sakit milik suster dorang (miliknya suster). Suami saya yang mendukung dan yang urus saya supaya berobat dan saya diantar oleh suami saya untuk berobat karena saya sendiri sudah putus asa. Dan beta (saya) senang karena selama disini mendapat perhatian dari suster mereka (suster-suster)”. Responden V:“Selama ini saya malu dan minder, dan yang membawa saya ke rumah sakit ini adalah orang tua saya yang begitu mengaishi saya. Kami sekeluarga penyakit kusta semua, saya juga tidak tau mungkin penyakit keturunan dan kutukan dari Tuhan”. Responden VI: “Saya sebenarnya malu kalau keluar dari rumah karena wajah saya sangat menjijikkan jadi saya malu dan minder, rasanya saya putus asa dengan keadaan saya ini. Orang tua yang urus saya untuk berobat ke rumah sakit kusta ini karena dengar dari orang lain kalau ada suster yang punya rumah sakit kusta dan bisa berobat secara gratis”. Bagi Responden VII: “Saya datang berobat ke rumah sakit ini karena saya dengar ada rumah sakit yang obati penyakit kusta, saya sebenarnya sudah putus asa dan saya datang kesini diantar oleh adik saya yang selama ini rawat saya dengan baik. Selama berada disini saya merasa diperhatikan dengan baik oleh suster-suster disini jadi saya rasa krasan”. Responden VIII: “Waktu itu saya ada dikebun sedang kerja tiba-tiba ada penderita kusta teman saya yang beritau kalau di Naob ada rumah sakit milik suster-suster dan bisa berobat kesana secara gratis. Lalu saya langsung pergi dengan teman saya untuk berobat dan saya senang sekali. Sebenarnya saya malu dan saya merasa takut kalau penyakit ini kutukan dari Tuhan”.

Page 149: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(6)

Responden IX: “Waktu Bapa beritau kalau saya dapat penyakit kusta maka Bapa bawa saya ke rumah sakit kusta ini karena dengar dari orang-orang kampung kalau rumah sakit kusta yang bisa berobat secara gratis. Selama ini saya merasa penyakit ini kutukan dari Tuhan karena disini begitu. Pertama-tama saya rasa malu dan minder tapi ternyata yang penyakit kusta bukan hanya saya sendiri jadi saya senang karena diperhatikan dengan baik oleh suster-suster disini”. Responden X: “Waktu saya dengar dari orang-orang kampung bahwa ada rumah sakit kusta yang ditangani oleh suster-suster dan bisa berobat secara gratis maka saya langsung datang kesana dan saya berobat. Saya senang karena mendapat perhatian yang baik dari suster-suster mereka. Selama ini saya merasa dapat kutukan dari Tuhan dan saya putus asa”. 2. Pelaksanaan Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT a. Dari Segi Pembina Responden I: “Selama saya berada disini kurang lebih 3 tahun saya lihat mereka semangat karena betul menyayangi kami yang penyakitan ini. Dan mereka juga banyak berkorban untuk saya yang kadang-kadang saya putus asa dengan Tuhan karena penyakit saya tidak cepat sembuh, saya jadi cepat emosi. Saya senang karena setelah saya diajarkan untuk berdoa dan saya diajak untuk berdoa saya jadi rasa kuat”.

Responen II:“Disini saya lihat mereka setia dengan panggilannya dan memperhatikan orang miskin seperti kami ini. Dan selama saya disini mereka membina saya dengan baik, mengajari saya berdoa supaya tetap percaya dengan Tuhan kendati sakit begini. Tetapi kadang serius dan membosankan, selain itu mereka cukup sibuk” Responden III: “Disini mereka semangat dan perhatian terhadap saya dan kami semua, apalagi saya orang miskin dan tidak punya apa-apa. Tiap hari mereka sibuk perhatikan saya dan kami semua. Tetapi mereka sangat sibuk dengan kegiatan lain”.

Responden IV:“Disini beta (saya) dibina dengan baik supaya tetap percaya pada Tuhan bahwa suatu saat nanti kalau be (saya) percaya pada Tuhan pasti be (saya) sembuh, saya jadi rasa kuat, tetapi sayangnya mereka terlalu serius dan kaku”. Responden V: “Mereka itu rajin dan semangat perhatikan kami apalagi kami diwajibkan untuk doa bersama. Dan kami semua harus taat karena mereka sangat serius dan kaku jadi saya takut”. Responden VI:“Selama saya ada disini mereka kelihatan sibuk sekali, kadang-kadang baru datang beri pengobatan dan pembinaan”.

Page 150: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(7)

Responden VII: “Selama saya ada disini saya diberi pembinaan oleh mereka supaya rajin berobat dan berdoa agar Tuhan Allah yang menyembuhkan saya, tapi kadang-kadang mereka sibuk sekali jadi kalau beri pembinaan tergesa-gesa”.

Responden VIII:“Disini mereka sangat mencintai orang-orang kecil dan miskin seperti saya ini sehingga mereka semangat sekali memperhatikan saya dan kami yang ada disini. Setiap pagi dan sore saya diajak untuk berdoa bersama. Dan saya senang karena tiap hari ada misa dan juga pendalaman Kitab Suci sehingga saya jadi rasa kuat”.

Responden IX: “Kalau saya lihat mereka sangat mencintai dan perhatian terhadap orang-orang miskin seperti saya sehingga saya diperhatikan dengan baik. Tetapi saya lihat mereka sibuk sekali dengan banyak urusan ”. Responden X: “Selama saya ada disini saya lihat mereka semangat melayani kami semua dan mereka sangat baik pada kami dan tidak pilih kasih. Tetapi mereka sibuk dengan kegiatan lain sehingga kami urus sendiri”.

b. Dari Segi Peserta Responden I: “Menurut saya, mereka disini senang untuk ikut kegiatan pembinaan iman secara bersama karena memang diwajibkan”. Responden II: “Semua ikut dengan kegiatan pembinaan iman kecuali yang sakit berat dan tidak bisa jalan. Dan saya terpaksa ikut karena memang harus ikut, kalau tidak ikut nanti kena marah” Responden III: “Selama saya berada disini, mau tidak mau harus ikut karena memang wajib ikut kecuali yang sakit berat”. Responden IV: “Yang membuat kami terlibat dengan pembinaan iman disini karena kami diwajibkan untuk ikut, jadi mau tidak mau ikut saja”. Responden V: “Ya cukup semangat untuk ikut dengan kegiatan pembinaan iman dan kami yang ada disini biasanya ikut semua”.

Responden VI: “Sejauh yang saya lihat, semua yang ada disini wajib ikut kecuali yang sakit disuruh istirahat dan tidak ikut”.

Responden VII: “Semua disini ikut karena memang harus ikut pembinaan iman supaya kami lekas sembuh dan tidak putus asa, jadi terpaksa ikut kalau tidak nanti kena marah”. Responden VIII: “Sejak saya ada disini, namanya ada kegiatan pembinaan iman pasti wajib ikut jadi kami semua selalu ikut kecuali kalau sakit berat”.

Page 151: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(8)

Responden IX: “Ya mau tidak mau harus ikut karena memang diwajibkan untuk ikut”. Responden X: “Saya lihat semua ikut dengan pembinaan iman karena memang membantu kami supaya tetap kuat hadapi penyakit kusta ini” c. Dari Segi Proses Responden I: “Kalau ada acara doa dan misa saya wajib ikut dan setiap hari terutama pada hari Minggu, saya diajar untuk berdoa, nyanyi dan membaca Kitab Suci”.

Responden II: “Setiap hari pagi dan sore saya diajak untuk tekun berdoa kecuali kalau saya sakit ya saya istirahat saja”. Responden III: “Dulu saya malas berdoa tetapi setelah dibina oleh mereka disini, saya jadi rajin berdoa dan membaca Kitab Suci sehingga iman saya jadi lebih kuat. Ya paling nyanyi, doa terus membaca Kitab Suci dan renungan”.

Responden IV: “Saya sebenarnya sudah bosan berdoa karena penyakit saya tidak pernah sembuh. Tapi setelah dibimbing dengan baik, saya jadi tekun berdoa dan ikut misa setiap hari. Doa, nyanyi, cerita dan renungan Kitab Suci”

Responden V: “Ketika masih dikampung saya tidak pernah ikut doa karena malas dan malu untuk kumpul bersama dengan yang lain. Setiap hari Minggu kami kumpul bersama nyanyi, doa dan renungan dari Kitab Suci”.

Responden VI: “Selama saya disini kegiatan semacam itu (pembinaan iman) biasa-biasa saja dan dilakukan setiap hari yakni doa bersama dan mendalami Kitab Suci. Kalau hari Minggu ada nyanyi, doa, baca Kitab Suci dan renungan”

Responden VII: “Pembinaan iman disini membantu saya kuat dan percaya pada Tuhan karena setiap hari minggu dibina, ada nyanyi, doa, membaca Kitab Suci dan renungan”. Responden VIII: “Kalau untuk pembinaan iman misalnya doa rosario dan mendalami Kitab Suci dilakukan setiap hari minggu dan saya merasa senang karena makin dekat dengan Tuhan. Kadang-kadang rasa bosan juga karena hanya begitu saja. Nyanyi, baca Kitab Suci, renungan”. Responden IX: “Pembinaan iman seperti pendalaman Kitab Suci berjalan lancar dan biasa saja diawali dengan nyanyi, doa membaca Kitab Suci dan renungan”.

Responden X: “Saya merasa pembinaan iman disini cukup baik karena dilakukan setiap hari minggu dan saya cukup terbantu dengan pembinaan iman dirumah sakit ini. Pertama ada lagu, doa, baca Kitab Suci, renungan dari pembina”.

Page 152: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(9)

d. Dari Segi Sarana Responden I: “Setiap hari Minggu hanya menggunakan Kitab Suci untuk berdoa dan mendalami Sabda Tuhan, jadi sangat kurang”.

Responden II: “Lagu-lagunya biasa saja dan yang sama saja, sehingga rasanya jadi bosan dan jenuh, menurut saya masih kurang”. Responden III: “Yang sering digunakan hanya Kitab Suci dan tidak ada alat musik supaya hidup”.

Responden IV: “Sarana masih kurang karena kalau pembinaan iman disini lebih banyak menggunakan Kitab Suci saja sedangkan yang lain-lain tidak ada, paling sering ya berdoa rosario”. Responden V: “Yang saya tahu ya hanya Kitab Suci dan buku nyanyian saja, jadi masih kurang”.

Responden VI:“Lebih banyak ya doa, nyanyi dan pendalaman Kitab Suci ya hanya itu yang sering digunakan untuk membantu supaya iman saya jadi kuat. Sarana masih kurang sekali”. Responden VII: “Setahu saya sarana yang ada ya cuma Kitab Suci dan Rosario yang sering digunakan untuk pembinaan iman disini”. Responden VIII: “Disini sarana yang ada lebih banyak Kitab Suci dan buku-buku nyanyian untuk pembinaan iman”. Responden IX: “ Sarana yang ada masih kurang”. Responden X:“Selama disini sarana yang sering dipakai ya hanya Kitab Suci, rosario dan buku nyanyian saja”. e. Dari Segi Metode

Responden I:“Yang saya tahu selama ini selalu diawali dengan bernyanyi, membaca Kitab Suci, renungan dan kadang-kadang cerita”.

Responden II: “Kalau ada pembinaan iman biasanya diawali dengan lagu pembukaan, doa lalu ada bacaan dari Kitab Suci dan seterusnya”.

Responden III:“Pertama-tama biasanya nyanyi, terus doa dan ada renungannya juga”

Responden IV: “ Metodenya apa ya, ada nyanyi-nyanyi, cerita, doa dan renungan dari Kitab Suci itu saja yang saya tahu kalau saya ikut pembinaan pada hari Minggu sore”.

Page 153: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(10)

Responden V:“Biasanya nyanyi, terus ada doa, bacaan dari Kitab Suci renungan dan kadang-kadang ada cerita juga, saya senang sekali kalau ada cerita yang lucu-lucu sehingga saya tertawa”.

Responden VI: “Lebih banyak nyanyi, doa dan renungan sesudah itu selesai, tapi bagus juga karena saya jadi senang ikut”.

Responden VII:“Selama saya ada disini dan ikut pembinaan iman pada hari Minggu, yang saya tahu biasanya ada nyanyi, doa, bacaan dari Kitab Suci terus renungan untuk saya dan teman-teman saya yang ada disini”. Responden VIII: “Ya saya senang kalau ikut pembinaan iman hari Minggu karena ada nyanyi bersama, doa dan cerita dari Kitab Suci”. Responden IX:“Kalau ada pembinaan iman pada hari Minggu sore biasanya pertama-tama nyanyi dulu, lalu doa terus membaca Kitab Suci dan ada renungan untuk kami disini, kalau cerita ya kadang-kadang saja”.

Responden X: “Pembinaan iman biasanya dilaksanakan pada hari Minggu sore dan biasanya diawali dengan nyanyi, doa, baca Kitab Suci lalu renungan untuk saya dan teman-teman”. 3. Usaha Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta a. Manfaat Pembinaan Iman Responden I: “Saya rasa senang sekali karena setelah mengikuti pembinaan ini saya jadi rasa kuat dan tidak mudah marah seperti dulu”. Responden II: “Saya merasa lebih berkembang disini dan iman saya jadi lebih kuat” Responden III: “Setelah mengikuti pembinaan iman, saya rasa jadi lebih kuat dan tidak cepat putus asa seperti dulu”.

Responden IV: “Saya merasa lebih tenang dan iman saya jadi kuat tidak macam dulu rasanya mau mati saja dari pada menderita sakit kusta ini” Responden V: “Saya menjadi lebih kuat setelah mengikuti pembinaan iman disini dan menjadi lebih percaya dengan Tuhan Allah”.

Responden VI: “Sejak saya dibina disini saya merasa jadi lebih rajin berdoa dan bisa terima saya punya penyakit kusta ini”. Responden VII: “Setelah mendapat pembinaan iman di rumah sakit ini, saya jadi rajin berdoa, misa dan mendengarkan renungan sehingga iman saya pada Tuhan jadi lebih kuat”.

Page 154: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(11)

Responden VIII: “Saya merasa setelah mendapat pembinaan iman disini saya jadi rajin berdoa rosario supaya Bunda Maria mendoakan saya dan anak-anak saya yang ada dirumah. Saya jadi lebih kuat dan tabah untuk cepat sembuh dari sakit kusta ini”. Responden IX: “Setelah mendapat pembinaan iman saya rasa jadi lebih kuat apalagi dalam Kitab Suci penyakit kusta disembuhkan oleh Yesus dan itu saya jadi kuat dan percaya bahwa suatu saat nanti pasi saya akan sembuh”.

Responden X: “Setelah mendapat pembinaan iman disini, saya merasa lebih tekun berdoa dan tetap kuat. Jadi pembinaan iman yang diberikan bagi saya manfaatnya sangat besar karena saya jadi lebih dekat dengan Tuhan”. b. Kebutuhan Pembinaan Iman Responden I: “Menurut saya pembinaan iman disini sangat dibutuhkan karena pengalaman saya dengan adanya pembinaan iman, saya jadi lebih kuat hadapi penyakit kusta yang tidak sembuh-sembuh ini”. Responden II: “Ya benar sekali bahwa pembinaan iman amat sangat dibutuhkan supaya iman kami tetap kuat hadapi penyakit kusta ini”. Responden III: “Sejauh yang saya alami pembinaan iman dibutuhkan sekali mengingat kami yang mudah putus asa ini hadapi penyakit kusta yang tidak kunjung sembuh”.

Responden IV: “Saya rasa dibutuhkan sekali karena saya jadi kuat kalau dibina imanya terus”. Responden V: “Tentu saja sangat dibutuhkan karena kalau tidak ada pembinaan iman kami bisa murtad karena putus asa dengan penyakit kusta yang tidak sembuh-sembuh ini”.

Responden VI: “Menurut pendapat saya dibutuhkan sekali pembinaan iman disini”. Responden VII: “Iya ya benar sekali bahwa pembinaan iman di rumah sakit ini sangat dibutuhkan supaya iman saya tetap kuat hadapi hidup yang serba susah ini”. Responden VIII: “Selama saya berada disini saya merasa terbantu dengan adanya pembinaan iman disini, dan saya berharap supaya saya tetap dibina terus agar tidak putus asa seperti dulu”. Responden IX: “Dulu saya malas sekali ke gereja karena saya malu, tapi setelah mendapat pembinaan iman disini saya jadi kuat makanya saya berharap agar pembinaan iman ini tetap dilaksanakan di rumah sakit ini supaya saya tetap kuat dan tidak putus asa”.

Page 155: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(12)

Responden X: “Benar sekali bahwa pembinaan iman disini sangat dibutuhkan”. c. Usaha Pembina Dalam Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta

Responden I: “Waktu saya berada disini, mereka (pembina) mengajak saya untuk ikut berdoa bersama dan mendalami Kitab Suci setiap hari Minggu sore, awalnya saya malu karena penyakit kusta ini tetapi karena mereka ajak terus akhirnya saya ikut dan ternyata baik juga, tetapi mereka amat sibuk”. Responden II: “Mereka mengajak saya terus untuk tekun sembahyang kendati kadang-kadang saya malas tapi mereka cukup sibuk”.

Responden III: “Kalau saya lupa dan malas mereka mengingatkan saya terus sehingga saya jadi semangat juga untuk ikut pembinaan iman tetapi kadang-kadang malas ikut karena suma begitu-begitu saja dan kurang kreatif”.

Responden IV: “Mereka ajak saya terus supaya saya tetap kuat dan tekun sembahyang tetapi kadang-kadang mereka sibuk sekali”.

Responden V: “Saya dulu paling malas kalau berdoa karena doa terus-terus tetapi penyakit saya tidak pernah sembuh, tapi selama saya ada disini mereka sabar sekali membina iman saya dan saya diingatkan, tapi kelihatan mereka cukup sibuk dan kurang kreatif”.

Responden VI: “Mereka disini cukup sibuk tetapi tetap ajak saya terus untuk pembinaan iman bersama di kapel ya saya ikut saja, dan saya dibina dengan baik sehingga iman saya jadi kuat”.

Responden VII: “Waktu saya putus asa karena penyakit kusta ini tidak sembuh-sembuh, mereka ajak saya supaya ikut pembinaan iman dengan teman-teman yang lain makanya saya jadi kuat karena mereka perhatikan saya dengan baik”.

Responden VIII: “Saya senang sekali karena mereka perhatikan saya dengan baik dan mereka ajak saya untuk ikut pembinaan iman, saya diajari doa dan diberi renungan dari Kitab Suci”. Responden IX: “Ya, mereka saya lihat berusaha keras supaya saya tidak putus asa”. Responden X: “Selama saya ada disini, saya lihat bahwa mereka sungguh-sungguh serius supaya saya lekas sembuh dan iman saya jadi kuat. Setiap hari Minggu saya selalu diajak untuk kegiatan bersama di kapel. Karena saya sering dikamar saja karena malu”.

Page 156: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(13)

4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman a. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta Responden I: “Sejauh yang saya tahu ya karena ada yang membina kami, terus disini ada kapel dan juga disini banyak sekali pasien yang perlu dibina supaya tetap kuat imannya”. Responden II: “Disini karena ada kapel, pembina dan juga dana sehingga setiap hari Minggu diadakan pembinaan iman untuk kami yang tinggal di Rumah Sakit ini”.

Responden III: “Selama saya ada disini pembinaan iman dilaksanakan pada hari Minggu, disini kan ada kapel sehingga dapat digunakan untuk pembinaan iman dan mereka yang cari dana untuk kami yang tinggal disini”. Responden IV: “Ya menurut saya karena disini ada tempat yang baik untuk kami berkumpul setiap hari Minggu sore, lalu kami disini cukup banyak jadi dibina bersama-sama supaya kami tidak putus asa”. Responden V: “Menurut saya yang mendukung pembinaan iman karena ada yang membina kami dan ada tempat yang baik yakni kapel untuk kegiatan bersama”. Responden VI: “Sejauh yang saya tahu memang disini mereka punya kapel yang luas sehingga bisa digunakan untuk pembinaan iman apalagi kami disini cukup banyak. Selain itu mereka juga cari dana buat kami disini”. Responden VII: “Menurut pengalaman saya selama ada disini yang mendukung ya karena ada tempatnya dan ada yang membina kami disini”. Responden VIII: “Ya, selama saya ada disini ada faktor yang mendukung yakni ada tempat yang baik yakni kapel dan juga luas bisa untuk banyak orang, lalu ada yang membina dan mereka cari dana untuk kami juga. Kami disini cukup banyak juga jadi perlu dibina terus supaya jangan putus asa”. Responden IX: “Yang mendukung apa ya?, yang saya tahu ya karena disini ada kapel karena kalau ada pembinaan iman kami kumpulnya dikapel, lalu ada yang membina kami dan juga kami disini cukup banyak”. Responden X: “Yang mendukung ya karena ada kami disini cukup banyak, lalu ada yang mau membina kami dan ada tempat yang cukup luas yakni kapel”. b. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman Para Penderita Kusta Responden I: “Saya itu kadang-kadang malas sekali untuk ikut pembinaan iman bersama teman-teman karena penyakit kusta saya ini tidak sembuh-sembuh juga”.

Page 157: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(14)

Responden II: “Kalau saya lihat sarana disini kurang misalnya kalau ada musik begitu pasti lebih hidup dan tidak membosankan”. Responden III: “Yang menghambat dari saya sendiri karena kadang-kadang saya malas dan pura-pura sakit supaya tidak ikut pembinaan iman dikapel”.

Responden IV: “Yang saya alami selama ini kalau lagi rajin ya saya ikut tapi karena sarananya hanya itu-itu saja jadi saya malas ikut, yang menghambat lebih banyak dari saya sendiri padahal mereka sudah ajak terus tapi saya inginnya tidur terus”. Responden V: “Menurut saya yang menghambat saya sendiri karena kalau sudah lelah dengan pengobatan saya tidak ikut, rasanya malas sekali apalagi doa terus-terus tapi penyakit saya sembuhnya lama sekali jadi saya rasa bosan apalagi pembinaan iman hanya begitu-begitu saja”.

Responden VI: “Kalau soal hambatan ya lebih banyak dari saya karena mereka (pembina) sudah berusaha supaya saya jangan putus asa. Tapi kadang-kadang saya jadi malas dan bosan karena tidak cepat sembuh penyakit kusta saya ini”. Responden VII:“Hambatannya dari saya karena saya kurang semangat kalau ikut pembinaan iman, tapi mereka (pembina) tetap semangat ajak saya untuk ikut. Sarananya disini juga kurang karena tidak musik atau nonton film-film tentang Yesus kan bagus sekali”.

Responden VIII: “Hambatanya ya mungkin sarananya yang kurang jadi kurang hidup karena hanya begitu-begitu saja, makanya kadang-kadang saya malas ikut”. Responden IX: “Yang menghambat itu ya dari saya sendiri karena kalau saya lagi malas ya saya tidak mau ikut tapi saya tidur saja, tapi kalau rekreasi saya senang karena ada musik”.

Responden X: “Disini sepertinya sarananya yang tidak lengkap karena musik tidak ada jadi rasanya bosan kalau ikut pembinaan iman”.

Page 158: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(15)

Cerita

“Allah Adalah Kasih”

Erica adalah anak ketiga dari keluarga Pak Nuel dan Ibu Christina. Ia adalah putri tunggal yang amat manis dan sangat pandai. Keluarga ini cukup sederhana tetapi rukun dan damai. Erica mempunyai 2 saudara kandung pria yang cukup menyayanginya. Pada suatu ketika karena kepandaiannya, Erica memperoleha beasiswa untuk melanjutkan studi disebuah universitas di Amerika Serikat dan mendapat gelar doktor. Karena prestasinya itu maka ia diterima disebuah perusahaan yang cukup terkenal di Amerika tersebut. Tetapi sungguh disayangkan karena kedua saudara kandungnya terus memerasnya untuk berbagai macam kepentingan hidup mereka. Saudara kandungnya tersebut bermalas-malas dan entah ceritanya bagaimana, orang tua Erica juga memaksa Erica untuk segera menikah. Ketika Erica menolaknya, ia dicaci maki habis-habisan bahkan nyaris tidak diakui lagi sebagai anak mereka.

Tetapi Erica menerima semua hinaan dan caci maki dengan tabah dan sabar. Setiap kali ia pulang untuk berlibur, ia ditolak bahkan tidak dihiraukan. Tetapi ia tetap menerima semua itu dengan tenang dan dalam doa yang memberi dia kekuatan. Pada suatu ketika, orang tuanya jatuh sakit. Kedua saudara kandungnya kebingungan karena tidak tau bagaimana harus menyembuhkan mereka. Karena ketekunannya berdoa kepada Tuhan, Erica mendapat karunia khusus untuk bisa menyembuhkan orang sakit dengan doa khususnya. Tuhan tidak pernah meninggalkan Erica karena Erica selalu memberi waktu untuk Tuhan dan apapun yang ia alami, ia selalu menceritakan semuanya pada Tuhan. Hal itulah yang membuatnya senantiasa tenang, sabar dan tabah atas perlakuan dari kedua orang tuanya dan kedua saudara kandungnya. Iman Erica yang mendalam itulah yang akhirnya menyelamatkan dia dari tekanan orang tua dan kedua saudara kandungnya. Karena ketekunan doa Erica itulah akhirnya orang tuanya sembuh dan kedua saudara kandungnya bertobat. Erica sungguh Percaya bahwa Allah sungguh mengasihi segala ciptaan-Nya. Kepercayaan kepada Tuhan inilah yang membuat ia selalu mempunyai harapan disaat ia mengalami kesulitan dan tantangan. Erica selalu Percaya bahwa Allah adalah Kasih, karena Kasih-Nya yang besar Ia selalu menyelamatkan umat-Nya pada waktu yang tepat.

Page 159: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(16)

Cerita

“Mencintai Musuh”

Maria adalah seorang penderita kusta berasal dari keluarga yang sangat

miskin dan sederhana dipedalaman Timor-NTT. Dalam situasi yang amat sulit,

Maria tetap bertahan dan terus memohon kepada Tuhan agar suatu saat nanti dapat

sembuh dari penyakit kusta yang dideritanya. Pada suatu hari, Ibunya Maria yang

sudah tua renta berniat membawa anaknya Maria ke Puskesmas karena kebetulan

ada seorang dokter yang berkunjung dan praktek di Puskesmas tersebut yangbisa

mengibati berbagai macam penyakit termasuk penyakit kusta. Maria memang

seorang penderita kusta yang cukup tabah dan sabar karena sungguh dekat dan

percaya dengan Tuhan dibandingkan dengan para penderita kusta yang lainnya.

Maka dengan senang hati Maria mengikuti ajakan Ibunya dengan harapan ia

dapat sembuh dari penyakit kustanya. Dengan berjalan kaki kurang lebih 3 jam

menuju Puskesmas, maka sampailah mereka di Puskesmas. Sesampai disana, begitu

banyak pasien. Lalu waktu giliran Maria untuk diperiksa, dokter sangat terkejut

melihat keadaan Maria dan amat jijik melihatnya sambil berkata dengan sinis:

“Maaf Ibu disini tidak melayani penderita kusta, silahkan cari dokter lain”.

Beberapa pasien yang mendengar sesamanya dibuat demikian langsung emosi dan

naik darah, lalu dengan tenang Maria dan Ibunya menegurnya dengan ramah dan

penuh keasabaran: “Tidak papa, memang kami tidak pantas untuk berobat ditempat

ini, janganlah membalas apa dilakukan dokter tersebut. Tuhan yang nanti akan

membalasnya”. Lalu suasana tenang kembali. Maria dan Ibunya kembali

kerumahnya dengan amat sedih, tetapi Maria menghibur Ibunya dan berkata: “Ibu,

tidak usah sedih, sebentar lagi saya pasti bahagia bersama Yesus yang menderita

dan naik ke surga”. Ibunya amat terharu dan memeluk Maria dengan sangat erat.

Satu bulan kemudian Maria meninggal dunia tepat dihari raya Paskah. Lalu Ibunya

berkata dalam hati: “anakku sungguh menderita tetapi didalam hatinya

bersemayam Yesus yang selalu ia rindukan, dan kini ia pasti bertemu dengan Yesus

yang menjadi impiaanya”.

Page 160: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH …repository.usd.ac.id/22474/2/011124009_Full.pdf · Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua, Orang

(17)